LAPORAN KAJIAN PENGAWASAN UTANG LUAR NEGERI SWASTA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN KEBIJAKAN FISKAL PUSAT KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO 2013 KAJIAN PENGAWASAN UTANG LUAR NEGERI SWASTA Disusun oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Desember 2013 1.Pendahuluan Perkembangan utang luar negeri swasta tidak dapat dipisahkan terhadap utang luar negeri pemerintah. Utang luar negeri swasta menjadi permasalahan tersendiri bagi perekonomian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen utang pemerintah. Pengalaman di masa krisis 1997/1998 menunjukkan bahwa peningkatan utang luar negeri swasta tidak terlepas dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Menurut Bank Indonesia (2001) peningkatan utang luar negeri swasta juga disebabkan oleh tidak adanya pengendalian atau kontrol pemerintah terhadap perkembangan utang luar negeri swasta. Peningkatan utang luar negeri swasta juga terjadi karena tersedianya sejumlah instrumen jangka pendek di pasar keuangan. Menurut Tim Kajian Lintas Direktorat Kedeputian Pendanaan Pembangunan Nasional (2004), perbedaan suku bunga dalam negeri dan suku bunga luar negeri juga menjadi faktor pendorong sektor swasta untuk meminjam dana dari luar negeri. Tersedianya instrument dana luar negeri dengan tingkat bunga lebih rendah dari pada tingkat bunga dalam negeri ini menyebabkan sektor swasta kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatan dana luar negeri. Bappenas (2004) menemukan hal ini yang tercermin dari: 1. Penggunaan utang jangka pendek untuk membiayai investasi jangka panjang (maturity gap) 2. Penggunaan utang untuk proyek yang tidak menghasilkan devisa (currency mismatch) 3. Tidak dilakukannya lindung nilai (hedging) terhadap utang luar negeri Peningkatan utang luar negeri swasta pada gilirannya mendorong peningkatan kewajiban pembayaran kembali. Sejalan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, kewajiban pembayaran kembali utang luar negeri swasta juga mengalami peningkatan sehingga bisa memberikan tekanan kepada neraca pembayaran. Perkembangan utang terkini di Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Dari observasi yang dimulai pada tahun 2006 tampak bahwa pada awalnya pemerintah dan bank sentral memiliki jumlah utang lebih besar dibanding swasta. Namun sejak pertengahan 2012 trend ini berbalik dimana utang swasta cenderung melebihi utang pemerintah. Untuk itulah studi mengenai utang luar negeri swasta ini menjadi semakin penting dilakukan untuk mengantisipasi agar krisis utang swasta yang pernah terjadi di tahun 1997/1998 tidak terulang kembali. Gambar 1: Utang Luar Negeri Swasta versus Pemerintah Dalam Juta USD 2006-2013 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Pemerintah dan bank sentral Swasta Sumber : Statistik Utang Luar Negeri, Publikasi Bersama Bank Indonesia dan DJPU Perkembangan terkini dari nilai tukar rupiah juga semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko nilai tukar dari utang swasta yang jatuh tempo. Gambar 2 : Kurs Transaksi - USD