pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana kesehatan

advertisement
615.1
Ind
p
PEDOMAN KONSELING
PELAYANAN KEFARMASIAN
DI SARANA KESEHATAN
DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DI CETAK ULANG TAHUN 2007
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
Indonesia. Departemen Kesehatan RI
610.734 9 Penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana
Ind
tsunami
:
Health
crisis response on tsunami disaster
p
-- Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2006.
1. Judul
1. DISASTER-HEALTH SERVICES
Lampiran 9
KATA PENGANTAR
Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbats hanya pada penyiapan
obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi dengan
pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan melaksanakan pelayanan
“Pharmaceutical Care” secara menyeluruh oleh tanaga farmasi. Konseling pasien
merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi. Konseling adalah memberi
nasehat kepada pasien atau sebagai upaya membantu pasien memecahkan masalah.
Buku Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan ini merupakan
pedoman untuk meningkatkan hasil terapi dengan mendorong penggunaan obat
yang tepat.
Diharapkan buku Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan
ini dapat membantu para apoteker didalam menjalankan pelayanan “Pharmaceutical
Care” secara menyeluruh. Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi kepada seluruh tim yang memberikan sumbangan pikirannya, sehingga
tersusunnya pedoman ini. Semua saran-koreksi membangun demi penyempurnaan
pedoman ini tetap diharapkan.
Jakarta,
Desember 2006
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
H
IA
ES
RE
UB
N
DEPA
N K E SE
NDERAL
RAT JE
DIREKTO RMASIAN DAN
FA
BINA KE KESEHATAN
ALAT
P
38
ME
AN
AT
TE
R
CARA MENGGUNAKAN TETES TELINGA YANG BENAR
Bersihkan telinga dengan lap basah kemudian keringkan
Hangatkan obat tetes telinga dengan cara menggeggam di tangan
Jika bentuk sediaan berupa suspensi kocok dahulu sekitar sepuluh
detik
Periksa apakah pipet penetes tidak tersumbat
Tarik obat dengan menggunakan pipet sesuai dosis yang dianjurkan
Miringkan telinga yang dikehendaki atau berbaringlah
Jangan sentuhkan ujung pipet dengan bagian telinga
Teteskan jumlah obat yang dikehendaki dan goyang-goyang telinga
dengan perlahan untuk memasukkan obat yang diteteskan
Tutup telinga dengan kapas untuk beberapa saat agar obat tidak keluar.
Konseling yang dilakukan apoteker merupakan komponen dari “Pharmaceutical
Care” dan merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik dalam usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien serta pemecahan masalah yang
dihadapi pasien dalam penggunaan obat. Kegiatan konseling oleh apoteker yang
dilaksanakan secara berkesinambungan akan meningkatkan kepercayaan pasien
akan kebutuhan pelayanan kefarmasian di rumah sakit maupun komunitas.
LIK IN D
i
O Drs. Abdul
Muchid, Apt
NIP. 140 088 411
Lampiran 8
Gambar
CARA MENGGUNAKAN TETES MATA YANG BENAR
Cuci tangan sebelum memegang obat
Periksa apakah ujung botol tidak tersumbat
Hindari memegang ujung penetes atau menyentuhkan ke mata
Miringkan kepala kebelakang, tarik kelopak mata kebawah sampai
terbentuk kantung mata.
Teteskan obat sesuai dosis
Tutup mata sekitar 2 – 3 menit.
Tutup botol dengan baik setelah digunakan
37
Lampiran 7
SAMBUTAN
Gambar
CARA MENGGUNAKAN TETES HIDUNG YANG BENAR
Cuci tangan sebelum menggunakan
Periksalah apakah ujung tempat meneteskan tidak tersumbat
Miringkan kepala kebelakang atau berbaringlah di tempat yang datar
Teteskan sesuai dosis yang dianjurkan
Goyangkan kepala kedepan dan kebelakang kemudian kesamping
kiri dan kanan
Bersihkan ujung penutup dan tutup kembali
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas segala karunia dan
petunjukNya sehingga penyusunan buku Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan telah dapat diselesaikan pada waktunya,
yang merupakan perwujudan dalam upaya meningkatkan mutu dan paradigma
baru pelayanan farmasi.
Pelayanan farmasi yang baik akan mendukung keberhasilan suatu terapi,
sehingga berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan
pemilihan obat yang tepat, tetapi juga kepatuhan (compliance) pasien untuk
mengikuti terapi yang telah di tentukan. Kepatuhan pasien ditentukan oleh
beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati
sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman dan keluarga),
adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, interaksi dengan tenaga kesehatan
(dokter, apoteker dan perawat), serta informasi penggunaan obat dari apoteker.
Akibat dari ketidakpatuhan pasien pada terapi obat yang diberikan antara lain
adalah kegagalan terapi, terjadinya resistensi antibiotika, dan yang lebih
berbahaya adalah terjadinya toksisitas. Hal tersebut akibat dari kurangnya
informasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Konseling merupakan proses pemberian kesempatan bagi pasien untuk
mengetahui tentang terapi obatnya dan meningkatkan kesadaran penggunaan
obat dengan tepat. Pemberian informasi obat dapat diberikan melalui proses
konseling. Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari pelayanan
farmasi, karena konseling merupakan jembatan arus komunikasi antara apoteker
dengan pasien atau keluarga sehingga pada akhirnya baik tenaga farmasi
maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling.
Dalam pelayanan konseling sangat dibutuhkan kemampuan berkomunikasi
selain dasar keilmuan lainnya. Tenaga farmasi harus memiliki kemampuan
36
iii
komunikasi dan menggunakan kemampuan tersebut untuk berinteraksi dengan
pasien dan profesional kesehatan lainnya. Berbagai kendala dalam memberikan
konseling dapat diatasi dengan bersikap empati dalam mencari sumber timbulnya
masalah dan tetap bersikap terbuka serta siap membantu.
Lampiran 6
Untuk itulah diperlukan adanya suatu buku pedoman konseling bagi para apoteker
yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, apotek, puskesmas
dan sarana kesehatan lainnya.
Dengan tersusunnya buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan konseling pada pasien atau keluarga sehingga hasil terapi obat dan
tujuan medis dari terapi obat dapat tercapai dengan optimal.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam proses penyusunan
buku ini.
Jakarta, Desember 2006
Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
CARA MENGGUNAKAN RECTAL SUPPOSITORIA
Cuci tangan dengan sabun sebelum memegang supositoria
Jika supositorio dalam keadaan lembek, masukkan ke dalam air dingin
sebelum pembungkus dibuka
Buka pembungkus, jika penggunaan setengan belah memanjang
dengan pisau silet yang bersih dan sekali pakai.
Gunakan sarung tangan untuk memegang
Gunakan pelicin bila ada, atau basahi daerah rectal dengan air dingin
Berbaringlah miring dengan kaki atas mengarah ke perut
Tarik bokong untuk mengeluarkan daerah rectum
Masukkan supositoria dengan jari sampai supositoria masuk ke otot
sphincter rectum sekitar 1 inch.
Berbaringlah sekitar 15 menit untuk menghindari supositoria keluar
Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM
NIP. 470 034 655
iv
35
K
TI
Gambar
AD
BA
A
Lampiran 5
HUS
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
CARA MENGGUNAKAN INHALER DENGAN BENAR
a. Buka tutup inhaler dan hadapkan keatas
b. Kocok dahulu
c. Miringkan kepala kebelakang
d. Tekan inhaler untuk mengeluarkan obat
e. Bernafaslah perlahan-lahan ( 3-5 detik )
f. Tahan nafas sekitar 10 detik untuk membiarkan obat mencapai paruparu
g. Ulangi menekan inhaler sesuai aturan pakai, beri jarak 1 menit antara
dosis pertama dan kedua untuk membiarkan penetrasi ke paru-paru
sempurna.
h. Jika menggunakan inhaler bentuk powder, tutup mulut rapat-rapat
pada daerah pemasukan inhaler dan hirup perlahan-lahan
Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
Nomor :HK.01.DJ.II.004
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN PEDOMAN KONSELING
PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan
Program Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, perlu dilakukan dengan berbagai
upaya;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
farmasi yang berazaskan Pharmaceutical Care perlu dibuat
Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana
Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tentang
Pembentukan Tim Penyusunan Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(lembaran negara nomor 100, tambahan lembaran negara
nomor 3495)
34
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
A
K
AD
BA
TI
HUS
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
Lampiran 4
KARTU MINUM OBAT MANDIRI
Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
2. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara RI;
3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI;
Nama Pasien : ...............................................................................
Nama Obat
Waktu
minum
Tanggal
PAGI
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986
tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
SIANG
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 085/Menkes/Per/I/1989
tentang Kewajiban Menulis Resep dan atau Menggunakan
Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah.
7. P e r a t u r a n M e n t e r i K e s e h a t a n R I N o .
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan.
SORE
MEMUTUSKAN
Menetapkan : K E P U T U S A N D I R E K T U R J E N D E R A L B I N A
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN PEDOMAN
KONSELING PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA
KESEHATAN
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
MALAM
33
CATATAN/
KELUHAN
Tanggal
Waktu
AD
TI
K
NAMA PASIEN / NO. MR : .......................................................................
DIAGNOSA
: .......................................................................
REGIMEN
: .......................................................................
BA
KARTU CATATAN PENGGUNAA OBAT KHUSUS
A
Lampiran 3
HUS
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
PERTAMA : Tim Penyusunan
Penanggung jawab
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Keterangan :
1. Minumlah obat pada jam yang telah ditentukan
2. Isilah tanda ‘V’ setiap anda selesai minum obat kolom sesuai jadwal
3. Catatlah setiap penggunaan dosis tambahan dan keluhan yang anda
rasakan
4. Bawalah kartu catatan ini setiap anda berkunjung ke dokter.
32
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
:
:
:
:
:
Drs. Abdul Muchid, Apt.
Dra. Rida Wurjati, Apt., MKM
Founy Meutia, S.Si, Apt, MSc
Dra. Rostilawati Rahim, Apt
1. Drs. Zaenal Komar, Apt, MA.
2. Dr. Ratna Mardiati, SpKj (RSKO Cibubur)
3. Dra. Rizka Andalusia, Apt, MPharm
(RS Kanker Dharmais)
4. Dra. Tita Puspita, Apt, MPharm
(RS. Cipto Mangunkusumo)
5. Dra. L. Endang Budiarti, Apt, MPharm.Clin
(RS. Bethesda)
6. Drs. Adji Prayitno, Apt (Ubaya)
7. Dra. Emma Surachman, M.Si. (Unpad)
8. Dra. Widyati, Apt, Mpharm.Clin
(RSAL Ramelan)
9. Dra. Masfiah, Apt (RSPI Sulianti Suroso)
10. Dra. Harlina Kisdarjono, Apt, MM
(RS. Hasan Sadikin)
11. Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt
12. Dra. Nur Ratih P, Apt, MSi
13. Drs. Masrul, Apt
14. Fitra Budi Astuti, S.Si, Apt
15. Fachriah Syamsuddin, S.Si, Apt
16. Dina Sintia P., S.Si, Apt
17. Yeni, AMF
18. Tantri Chandrarini
19. Chaerudin
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
A
K
AD
BA
TI
HUS
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
Sekretariat
KEDUA
Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
: 1. Siti Martati
2. Badrun Samsi
3. Vitri Sariati
Lampiran 2
KARTU KONSELING
INSTALASI FARMASI RS. MEDIKA
JAKARTA
NAMA PASIEN
UMUR
DIAGNOSA
: Tugas-tugas Tim yaitu mengadakan rapat persiapan dan
koordinasi dengan pihak terkait, menyusun Draft Pedoman
Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan
Tgl
Kunjungan
R. Inap/
R. Jalan
: ………………………
: …………………....…
: ………………………
Nama Obat
NO. REGISTRASI : …………………...….
ALAMAT / TELP : …………………...….
RIWAYAT ALERGI : ………………………
Aturan Pakai
Pemahaman Pasien
(B/C/K)*
Nama Obat
Indikasi
KETIGA
: Dalam menjalankan tugas-tugasnya Tim dapat mengundang
organisasi profesi atau pihak-pihak lain yang terkait untuk
mendapatkan masukan guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Aturan Pakai
Efek Samping
Nama Obat
Indikasi
Aturan Pakai
KEEMPAT : Dana berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Peningkatan Pembinaan Farmasi Komunitas dan Klinik tahun
2006
KELIMA
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
ditinjau kembali apabila ada kesalahan atau kekeliruan.
Ditetapkan di
Pada tanggal
:J A K A RTA
: Desember 2006
Efek Samping
Nama Obat
Indikasi
Aturan Pakai
Efek Samping
Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM
NIP. 470 034 655
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
31
Materi Konseling
Apoteker
sesak napas, segera hubungi dokter anda.
Saya juga akan menjelaskan jika anda lupa minum obat, jika anda baru ingat
2 jam sebelum dosis yang berikutnya, jangan diminum atau hilangkan dosis
yang terlupa tunggulah sampai dosis berikutnya dengan minum 1 tablet saja.
Jangan meminum obat 2 kali lipat.
Saya sudah menjelaskan cara menggunakan obat ini dapatkah anda mengulangi
nama obat ini dan bagaimana cara meminumnya
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Sambutan Dirjen Binfar dan Alkes ....................................................................... iii
Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes tentang Tim Penyusun......................... v
Daftar Isi
ix
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Tujuan ...........................................................................................
1.3 Sasaran..........................................................................................
1.4 Pengertian .....................................................................................
BAB II
PELAYANAN KONSELING............................................................... 4
II.1 Pengertian Konseling..................................................................... 4
II.2 Tujuan dan Manfaat Konseling...................................................... 5
2.2.1 Tujuan Konseling................................................................ 5
2.2.2 Manfaat Konseling ............................................................. 5
II.3 Prinsip Dasar Konseling ............................................................... 7
II.4 Sasaran Konseling ........................................................................ 8
2.4.1 Konseling Pasien Rawat Jalan............................................ 8
2.4.2 Konseling Pasien Rawat Inap ............................................. 9
II.5 Masalah dalam Konseling ............................................................ 9
2.5.1 Penyebab ketidakpatuhan - ketidaksepahaman dalam
penggunaan obat ................................................................. 9
2.5.2 Cara Pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan kesepahaman....................................................................... 10
Pasien : Ya, obat ini adalah velocef, saya harus minum obat ini 2 kali sehari
1 capsul pada pukul 7 pagi dan pukul 7 malam satu jam sebelum makan atau
2 jam sesudah makan, selama 7 hari harus dihabiskan.
Apoteker : Bagus, gejala efek samping apa yang mungkin timbul dan harus
anda perhatikan selama minum obat ini ?
Pasien : Kemungkinan akan timbul diare, mual, gatal-gatal, sesak napas.
Apoteker : Benar, anda sudah memahami tentang obat ini dan cara meminumnya.
Jangan lupa obat ini harus disimpan ditempat yang aman dari jangkauan anakanak, dan terlindung dari cahaya atau panas. Jangan memberikan obat ini pada
orang lain yang mempunyai gejala penyakit yang sama, karena jika tidak cocok
akan berakibat fatal. Apakah anda ada pertanyaan lain ?
Pasien : Tidak, saya rasa cukup
Apoteker : Baik, semoga lekas sembuh, jangan ragu-ragu menghubungi kami
jika anda mendapat kesulitan tentang pengobatan ini.
Pasien : terima Kasih
BAB III INFRASTRUKTUR KONSELING .....................................................
III.1 Sumber Daya Manusia ................................................................
III.2 Sarana Penunjang .........................................................................
3.2.1 Ruang atau tempat konseling..............................................
3.2.2 Alat bantu konseling...........................................................
Apoteker : Sama-sama.
30
ix
1
1
2
2
2
12
12
13
13
14
BAB IV KEGIATAN KONSELING..................................................................
IV.1 Proses Konseling.......................................................................
IV.1.1. Penentuan Prioritas Konseling.....................................
IV.1.2 Persiapan dalam melakukan konseling........................
IV.1.3 Pernyataan Dalam Konseling ......................................
IV.1.4 Tahapan konseling .......................................................
IV.1.5 Aspek konseling yang harus disampaikan
kepada pasien...............................................................
BAB V
16
16
16
16
17
17
20
Apoteker : Benar, obat ini adalah antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan,
nama obat ini adalah velosef yang mengandung cephradine. Obat ini harus
diminum dua kali sehari satu tablet selama 7 hari. Minumlah obat ini setiap
12 jam , dan tentukan jam minum obat yang tidak mengganggu jadwal kegiatan
anda. Sebaiknya obat ini diminum pada saat perut kosong jadi sekitar 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, dengan air minum yang banyak.
Apakah anda mengalami kesulitan meminum obat ini setiap pukul 7 pagi dan
pukul 7 malam
DOKUMENTASI ................................................................................. 22
BAB VI EVALUASI........................................................................................... 23
VI.1 Evaluasi Kegiatan Pelayanan ....................................................... 23
VI.2 Evaluasi Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan ............................ 23
BAB VII PENUTUP ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
1. Chek List Kegiatan Konseling ...................................................................
2. Contoh Kartu Konseling ............................................................................
3. Kartu Catatan Penggunaan Obat Khusus ...................................................
4. Kartu Minum Obat Mandiri .......................................................................
5. Cara Menggunakan Inhaler dengan Benar .................................................
6. Cara Menggunakan Rectal Suppositoria ....................................................
7. Cara Menggunakan Tetes Hidung yang Benar...........................................
8. Cara Menggunakan Tetes Mata yang Benar...............................................
9. Cara Menggunakan Tetes Telinga yang Benar...........................................
27
27
31
32
33
34
35
36
37
38
x
Pasien : Tidak, saya biasa berangkat bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5
sore, sehingga saya bisa minum pada jadwal tersebut. Tetapi saya biasa makan
pagi pukul 7, jadi saya harus merubah waktu makan pagi saya.
Apoteker : baik, obat ini setelah habis tidak dapat dibeli lagi tanpa resep baru
dari dokter, minumlah obat ini selama 7 hari meskipun anda merasa sudah
sembuh setelah 3 hari minum obat ini, hal ini untuk mencegah kekambuhan
penyakit. Apakah anda mempunyai riwayat allergi terhadap penicillin
Pasien : Saya tidak tahu .
Apoteker : Apakah anda pernah minum amoxicillin atau ampicillin jika pernah
apakah ada reaksi alergi
Pasien : Ya, saya pernah minum amoxicllin sebulan yang lalu, dan tidak terjadi
apa-apa.
Apoteker : Baik, berarti anda tidak ada riwayat alergi penicillin. Jika anda
merasa mual karena minum obat ini, makanlah snack atau biskuit sebelum
memakan obat ini. Setiap obat memiliki efek camping dapat bersifat ringan
atau berat, jika timbul diare lebih dari 2 hari estela minum obat ini, gatal-gatal,
29
Mendapatkan antibiotik cephradine tiga kali sehari selama 7 hari.
BAB I
Apoteker memberikan konseling pada saat menyerahkan obat :
PENDAHULUAN
Apoteker : Perkenalkan saya Ahmad, Apoteker yang menyiapkan obat untuk
anda apakah ibu ny. Farida
Pasien : ya, saya ny. Farida
Apoteker : Untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan ibu perlu meminum
obat ini dengan benar, apakah ibu mempunyai waktu sekitar 5 menit untuk
mendapat penjelasan mengenai obat ini
Pasien : Ya, tapi tenggorokan saya sakit dan kering.
Apoteker : Baik, saya akan menjelaskan tentang obat ini supaya sakit tenggorokan
ibu dapat segera diatasi dengan minum obat yang benar. Keluhan apa saja yang
ibu rasakan ibu berobat ke dokter
Pasien : Tenggorokan saya sakit dan sulit menelan, batuk-batuk sudah beberapa
hari, dan badan terasa demam. Apakah saya diberi obat untuk menyembuhkan
penyakit saya
Apoteker : Ya, dokter meresepkan obat untuk menyembuhkan infeksi saluran
pernapasan anda jika anda meminum dengan benar. Saya akan menjelaskan
sedikit tentang obat ini jika anda mempunyai waktu. Apakah dokter sudah
menjelaskan kegunaan obat ini
Pasien : Ya, menurut dokter obat ini untuk sakit tenggorokan saya, dan saya
harus menghabiskannya kalau mau sembuh.
28
I.1. Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung
jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related problem).
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non corcondance)
pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan
terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah
penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan
berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses
penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk
pasien dan keluarga melalui konseling obat. Pasien yang mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan
ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan
meningkat pula. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien.
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap
muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
dalam penggunaan obat. Apoteker baik di rumah sakit maupun di sarana
pelayanan kesehatan lainnya berkewajiban menjamin bahwa pasien mengerti
dan memahami serta patuh dalam penggunaan obat sehingga diharapkan
dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Untuk itu Apoteker
perlu mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan informasi dan
1
memberi motivasi agar pasien dapat mematuhi dan memahami penggunaan
obatnya terutama untuk pasien-pasien geriatri, pediatri dan pasien-pasien
yang baru pulang dari rumah sakit serta pasien-pasien yang menggunakan
obat dalam jangka waktu lama terutama dalam penggunaan obat-obat
tertentu seperti obat-obat cardiovasculer, diabetes, TBC, asthma, dan obatobat untuk penyakit kronis lainnya.
Konseling obat diharapkan tidak hanya memberikan informasi tentang
obat tetapi sekaligus memberikan pendidikan dan pemahaman tentang
pengobatannya dan memastikan bahwa pasien dapat menggunakan obat
dengan benar.
Oleh karena itu ketersediaan Buku Pedoman konseling ini merupakan
salah satu upaya dalam rangka membantu meningkatkan kompetensi tenaga
farmasi khususnya apoteker dalam rangka penerapan konsep pelayanan
kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan.
I.2. Tujuan
a. Tersedianya acuan atau panduan bagi apoteker dalam rangka pelayanan
konseling kepada pasien dan keluarganya.
b. Terselenggaranya pelayanan konseling yang tepat sesuai kebutuhan.
c. Meningkatkan kompetensi apoteker dalam pelayanan konseling di
sarana kesehatan
I.3. Sasaran
Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit, Apotek, Puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya
I.4. Pengertian ( Glossary )
a. Konseling obat : Kegiatan aktif apoteker dalam memberikan penjelasan
kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat
dan proses pengobatan
b. Pelayanan Informasi Obat : Kegiatan penyediaan dan pemberian
2
Lampiran 1
Check List Kegiatan Konseling
Gunakan kata kerja
1. Apoteker memperkenalkan diri (memberi batasan ttg konseling yg
akan diberikan)
2. Identifikasi : apakah yang datang pasien sendiri atau bukan
3. Menanyaakan kepasien apakah dia mempunyai waktu untuk diberi
penjelasan dan menjelaskan kegunaan konseling.
4. Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan tentang
obat yang diberikan.
5. Dengarkan semua keterangan pasien dengan baik dan empati.
6. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
7. Jelaskan kepada pasien nama obat, indikasi, cara pemakaian.
8. Jelaskan kepada pasien tentang dosis, frekuensi dan lama penggunaan
obat.
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian
pasien, dan tanyakan apakah pasien kesulitan mengikuti jadwal tersebut.
10. Menjelaskan tindakan yang perlu jika lupa minum obat
11. Menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari selama minum obat
12. Menjelaskan kemungkinan interaksi obat-obat, atau obat-makanan
dan cara mengatasinya
13. menjelaskan efek samping dan cara menanggulangi efek samping
14. Menjelaskan cara penyimpanan yang benar
15. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan
dengan meminta pasien mengulang kembali.
16. Mendokumentasikan semua informasi penting
Contoh Kegiatan Konseling
Seorang pasien wanita 21 tahun terdiagnosa menderita infeksi saluran pernapasan.
27
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Rantucci Melanie J., “Pharmacists Talking with Patients : A Guide to
Patient Counseling “, William & Wilkins, Baltimore, Maryland.
Sigband, Norman B., “Effective Communication for Pharmacist”,
Counterpoint Publications, California USA, 1995.
Tindal Willliam N.; Beardsley Robert S.; Kimberlin Carole L.;
“Communication Skill in Pharmacy Practice “ 3rd ed. Lea and Febiger,
Pennsylvania USA, 1994.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
26
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif,
terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang
memerlukan di rumah sakit.
Penggunaan Obat Rasional : Penggunaan obat yang menganut pada
tepat obat, tepat indikasi , tepat pasien, tepat waktu dan waspada
terhadap efek samping
Penggunaan Obat yang salah ( drug misuse ) : Kesalahan penggunaan
obat oleh pasien yang disebabkan karena ketidaktahuan pasien dalam
penggunaan obat yang benar. Penggunaan obat yang salah dapat berupa
kesalahan dalam waktu pemberian, kesalahan dalam cara memberikan,
terjadinya interaksi antara obat dan makanan ataupun obat dengan obat.
Pharmaceutical Care ( Pelayanan Kefarmasian ) : Bentuk pelayanan
dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Compliance ( Kepatuhan ) : Kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi
obat yang diberikan, baik berupa kepatuhan jadwal minum obat maupun
cara penggunaan yang benar
Drug Related Problem ( DRP ) : Masalah terkait obat adalah segala
permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
menyebabkan menurunnya adherence.
Concordance ( Kesepahaman )
Swamedikasi : Pengobatan yang dilakukan pasien sendiri tanpa
berkonsultasi dengan dokter, penggunaan obat-obatan tanpa resep
dokter
Adherence : Keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya
baik melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi,
maupun dalam ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung
terapi.
3
BAB II
PELAYANAN KONSELING
II.1. PENGERTIAN KONSELING
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran,
melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu
kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien)
dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan
sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen kunci
dari pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya
melakukan kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus
berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan
dalam konsep Pharmaceutical Care
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu
pelayanan farmasi yang mempunyai tanggung jawab etikal serta medikasi
legal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan obat.
BAB VII
PENUTUP
Semakin tingginya pengetahuan dan pengaruh globalisasi menyebabkan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan meningkat. Tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan pun meningkat, termasuk di bidang
pelayanan kefarmasian.
Oleh sebab itu dengan adanya buku Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian
di Sarana Kesehatan, diharapkan apoteker dapat melaksanakan pelayanan
“ Pharmaceutical Care “ secara menyeluruh .
Pelayanan konseling secara benar dan konsisten akan meningkatkan peran dan
citra tenaga farmasi di masyarakat luas dan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker
mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat
dengan cara penggunaan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi
jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien
meminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari
apoteker disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga
konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi kepada apoteker
untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut konseling
pasif .
4
25
pengobatan penyakit kronis. Beberapa pengamatan yang dapat dilakukan
adalah :
a. Menghitung waktu pengulangan pemberian / perolehan obat (refill)
b. Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pengulangan
pemberian / perolehan obat ( refill )
c. Mewawancara pemahaman pasien tentang cara penggunaan obat
(dosis, cara minum obat, waktu minum obat, dll )
d. Menanyakan kepada pasien apakah gejala penyakit yang timbul
berkurang atau hilang, atau ada perbaikan dari kondisi sebelumnya.
Hasil evaluasi pada masing-masing pasien dapat digunakan sebagai data
keberhasilan kegiatan konseling obat, oleh karena itu pada kartu konseling
harus memuat data-data yang dapat dipakai untuk mengukur efektivitas kegiatan
konseling.
II.2. TUJUAN dan MANFAAT KONSELING
II.2.1 Tujuan Konseling
Tujuan Umum
Meningkatkan keberhasilan terapi
memaksimalkan efek terapi
meminimalkan resiko efek samping
Meningkatkan cost effectiveness
Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
Tujuan Khusus :
Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan
pasien
Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan
penyakitnya
Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya
sendiri dalam hal terapi
Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatan pasien
II.2.2 Manfaat Konseling
1. Bagi pasien
Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
Menurunkan kesalahan penggunaan obat
Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan
24
5
2.Bagi Apoteker
Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai
tanggung jawab profesi apoteker.
Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan
penggunaan obat ( Medication error )
Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga
menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.
II.3 PRINSIP DASAR KONSELING
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara
pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara
sukarela.
Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan
model pendekatan dari pendekatan “Medical Model” menjadi Pendekatan
“Helping model”
Tabel. 1
Hal – hal yg perlu diperhatikan oleh apoteker :
Medical Model
Helping Model
1. Pasien passive
1. Pasien terlibat secara aktif
2. Dasar dari kepercayaan
ditunjukkan Berdasarkan citra
profesi
2. Kepercayaan didasarkan dari
hubungan Pribadi yang
berkembang setiap saat
3. Mengidentifikasi masalah dan
menetapkan solusi.
3. Menggali semua masalah dan
memilih cara pemecahan
masalah
4. Pasien bergantung pada
petugas kesehatan
4. Pasien mengembangkan rasa
percaya dirinya untuk
memecahkan masalah
5. Hubungan seperti ayah-anak
5. Hubungan setara (seperti
teman)
6
BAB VI
EVALUASI
Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian ditujukan untuk mengukur kemampuan
dalam pelayanan dan mencari upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Evaluasi dalam konseling obat terdiri dari dua kegiatan, yaitu :
VI.1. EVALUASI KEGIATAN PELAYANAN
Bertujuan untuk melihat kapasitas pelayanan dan meningkatkan kinerja
petugas yang memberikan konseling (konselor).
Evaluasi kegiatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis data yang
ada dari kegiatan konseling yang sudah dilakukan maupun dengan
melakukan wawancara kepada pasien. Dalam melakukan wawancara
dapat dibuat kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Hal-hal yang didapatkan dalam evaluasi adalah :
a. Kapasitas kegiatan ( jumlah pasien, jumlah kasus, dll )
b. Macam kegiatan konseling ( rujukan dokter, pasien aktif bertanya,
kelompok pasien tertentu, dll )
c. Untuk pengobatan penyakit kronis, perlu dihitung jumlah pasien yang
rutin berobat dan jumlah pasien drop out pengobatan
d. Proses perubahan perilaku pasien sebagai hasil dari konseling
e. Pendapat pasien tentang kegiatan konseling (dlm bentuk kuisioner)
f. Pendapat pasien tentang petugas konseling ( konselor ) / kuisioner
g. Waktu tunggu / lamanya pelayanan konseling
h. Infrastruktur dalam kegiatan konseling (kebijakan, protap, SDM dll)
VI.2. EVALUASI KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN.
Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing-masing pasien.
Dengan mempunyai dokumen yang berisi riwayat pengobatan pasien,
apoteker yang memberikan konseling dapat melakukan pengamatan
apakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. Apoteker dapat
mengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalam
melaksanakan pengobatan. Kegiatan ini Sangat bermanfaat pada
23
BAB V
DOKUMENTASI
Pendokumentasian adalah hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan
farmasi. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan.
Dalam pelayanan konseling obat kegiatan pendokumentasian sangat diperlukan. Tujuan
pendokumentasian pelayanan konseling obat adalah :
1. Mendapatkan data / profil pasien
2. Mengetahui riwayat penyakit pasien
3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat
4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan
5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat
6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian.
7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi
Pendokumentasian dapat berupa kartu konseling yang berisi data pasien dan kegiatan
konseling yang dilakukan dan buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat volume
kegiatan. Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan
konseling.
contoh Kartu Konseling : Lampiran 2
22
“Mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan dari pasien”
(1) Menentukan Kebutuhan
konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang
dibutuhkannya. Seringkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan
kebutuhannya, walaupun sebetulnya ada sesuatu yang dibutuhkan.
Oleh karena itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan
pertanyaan terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.
(2) Perasaan
Apoteker harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien
(berempati).
Apoteker harus mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana
perasaan menjadi orang sakit) sehingga dapat berinteraksi dan
menolong dengan lebih efektif. Beberapa bentuk perasaan atau emosi
pasien dan cara penanganannya adalah sebagai berikut :
Frustasi membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk
mencari alternatif jalan lain yang lebih tepat dan meminimalkan
rasa ketidaknyamanan dari aktifitas hariannya yang tertunda.
Takut dan cemas
membantu menjernihkan situasi apa yang
sebenarnya ditakutinya dan membuat pasien menerima keadaan
dengan keberanian yang ada dalam dirinya
Marah mencoba jangan ikut terbawa suasana marahnya, dan
jangan juga begitu saja menerima kemarahannya tetapi mencari
tahu kenapa pasien marah dengan jalan mendengarkan dan
berempati.
Depresi
usahakan membiarkan pasien mengekspresikan
penderitaannya, membiarkan privasinya, tetapi dengarkan jika
pasien ingin berbicara.
Hilang kepercayaan diri
Merasa bersalah
7
II.4. SASARAN KONSELING
Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung
atau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga
pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang
bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui
perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan
terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik.
II.4.1 Konseling Pasien Rawat Jalan
Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada
saat pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di sarana
kesehatan lain. Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saat
penyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang khusus
yang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling
tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian / kerumitan akan
hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien
rawat jalan diutamakan pada pasien yang :
1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka
panjang. (Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/AIDS, dll )
2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan
cara pemakaian yang khusus Misal : suppositoria, enema, inhaler,
injeksi insulin dll.
3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. Misal
: insulin dll
4. Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit,
misalnya : pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.
5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya
: geriatrik, pediatri.
6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digoxin,
phenytoin, dll )
7. Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak
(polifarmasi )
8
3. Mekanisme kerja obat
Apoteker harus mengetahui indikasi obat, penyakit/gejala yang
sedang diobati sehingga Apoteker dapat memilih mekanisme
mana yang harus dijelaskan, ini disebabkan karena banyak
obat yang multi-indikasi. Penjelasan harus sederhana dan
ringkas agar mudah dipahami oleh pasien
4. Dampak gaya hidup
Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah
gaya hidup. Apoteker harus dapat menanamkan kepercayaan
pada pasien mengenai manfaat perubahan gaya hidup untuk
meningkatkan kepatuhan pasien.
5. Penyimpanan
Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat
terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar,
adanya cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan
sebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.
6. Efek potensial yang tidak diinginkan
Apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasan
terjadinya toksisitas secara sederhana. Penekanan penjelasan
dilakukan terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan
warna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut,
dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda
dan gejala keracunan.
21
Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan
selama konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasien
dengan cara meminta kembali pasien untuk mengulang
informasi yang sudah diterima. Dengan cara ini pula dapat
diidentifikasi adanya penerimaan informasi yang salah
sehingga dapat dilakukan tindakan pembetulan.
5. Menutup diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk Apoteker
bertanya kepada pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin
ditanyakan maupun yang tidak dimengerti oleh pasien.
Mengulang pernyataan dan mempertegasnya merupakan
hal yang sangat penting sebelum penutupkan sesi diskusi,
pesan yang diterima lebih dari satu kali dan diberi penekanan
biasanya akan diingat oleh pasien.
6. Follow-up diskusi
Fase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasien
mendapatkan Apoteker yang berbeda pada sesi konseling
selanjutnya. Oleh sebab itu dokumentasi kegiatan konseling
perlu dilakukan agar perkembangan pasien dapat terus
dipantau.
IV.1.5 Aspek konseling yang harus disampaikan kepada pasien
1. Deskripsi dan kekuatan obat
Apoteker harus memberikan informasi kepada pasien mengenai:
Bentuk sedian dan cara pemakaiannya
Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya
Kekuatan obat (mg/g)
2. Jadwal dan cara penggunaan
Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti
”minum obat sebelum makan”, ”jangan diminum bersama
susu” dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada
pemahaman dan perilaku sosial ekomoninya.
20
II.4.2 Konseling Pasien Rawat Inap
Konseling pada pasien rawat inap, diberikan pada saat pasien akan
melanjutkan terapi dirumah. Pemberian konseling harus lengkap
seperti pemberian konseling pada rawat jalan, karena setelah pulang
dari rumah sakit pasien harus mengelola sendiri terapi obat dirumah.
Selain pemberian konseling pada saat akan pulang, konseling pada
pasien rawat inap juga diberikan pada kondisi sebagai berikut :
Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah.
Kadang-kadang dijumpai pasien yang masih dalam perawatan
tidak meminum obat yang disiapkan pada waktu yang sesuai
atau bahkan tidak diminum sama sekali.
Adanya perubahan terapi yang berupa penambahan terapi,
perubahan regimen terapi, maupun perubahan rute pemberian.
II.5 Masalah dalam konseling
II.5.1 Penyebab ketidakpatuhan dalam penggunaan obat
Beberapa penyebab dari ketidak patuhan pasien dalam penggunaan
obat dapat disebabkan karena faktor pasien sendiri maupun faktorfaktor yang lain.
1. Faktor Penyakit
a. Keparahan atau stadium penyakit, kadang orang yang merasa
sudah lebih baik kondisinya tidak mau meneruskan
pengobatan.
b. Lamanya terapi berlangsung, semakin lama waktu yang
diberikan untuk terapi, tingkat kepatuhan semakin rendah.
2. Faktor Terapi
a. Regimen pengobatan yang kompleks baik jumlah obat maupun
jadwal penggunaan obat.
b. Kesulitan dalam penggunaan obat, misalnya kesulitan menelan
obat karena ukuran tablet yang besar.
c. Efek samping yang ditimbulkan, misalnya : mual, konstipasi,
9
dll.
d. Rutinitas sehari-hari yang tidak sesuai dengan jadwal
penggunaan obat
3. Faktor Pasien
a. Merasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit
dan hasil yang didapat jika tidak diobati.
b. Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif
c. Motivasi ingin sembuh
d. Kepribadian / perilaku, misalnya orang yang terbiasa hidup
teratur dan disiplin akan lebih patuh menjalani terapi
e. Dukungan lingkungan sekitar / keluarga.
f. Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dll
4. Faktor Komunikasi
a. Pengetahuan yang kurang tentang obat dan kesehatan
b. Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya.
c. Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gaya
hidupnya.
d. Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli
kesehatan.
e. Apoteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan.
II.5.2 Cara pendekatan dalam meningkatkan kepatuhan
1. Berkomunikasi dengan pasien
2. Informasi yang tepat
3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan
Berkomunikasi dengan pasien
- Kepuasaan pasien dalam berkomunikasi
- Cara berkomunikasi yang baik
menumbuhkan pengertian
betapa pentingnya pengobatan ini
- Berkomunikasi secara alamiah
ikut melibatkan pasien
10
kecocokan dosis yang diterima oleh pasien sehingga
pengobatan menjadi lebih optimal.
Kesuksesan pengobatan, pasien sebaiknya diberitahukan
tentang keadaan yang akan diterimanya jika pengobatan
ini berhasil dilalui dengan baik.
d. Mendiskusikan pengulangan resep dan pengobatan
Kegunaan pengobatan, Apoteker diharapkan memberikan
penjelasan tentang guna pengobatan yang diterima oleh
pasien serta bertanya tentang kesulitan-kesulitan apa
yang dihadapi oleh pasien selama menerima pengobatan.
Efektifitas pengobatan, Apoteker harus mengetahui
efektifitas dari pengobatan yang diterima oleh pasien.
Apoteker harus bertanya pada pasien apakah pengobatan
yang diterima telah membantu keadaan pasien menjadi
lebih baik.
Efek samping pengobatan, Apoteker harus mengetahui
dengan pasti efek samping pengobatan dan kemungkinan
terjadinya efek samping kepada pasien tersebut. Pasien
sebaiknya diberitahukan kemungkinan tanda-tanda efek
samping sehingga pasien dapat melakukan tindakan
preventif terhadap keadaan tersebut.
3. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan
mempelajarinya.
Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan
dengan pasien. Apoteker juga harus mencatat terapi dan
rencana untuk monitoring terapi yang diterima oleh pasien.
Baik pasien yang menerima resep yang sama maupun pasien
yang menerima resep baru, keduanya harus diajak terlibat
untuk mempelajari keadaan yang memungkinkan tercipta
masalah. Sehingga masalah terhadap pengobatan dapat
diminimalisasi.
4. Memastikan pasien telah memahami informasi yang
diperoleh.
19
dari pasien tentang masalah potensial yang mungkin terjadi
selama pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupun
pasien yang meneruskan pengobatan.
a. Diskusi dengan pasien baru
Jika pasien masih baru maka Apoteker harus mengumpulkan
informasi dasar tentang pasien dan tentang sejarah
pengobatan yang pernah diterima oleh pasien tersebut.
b. Diskusi dengan pasien yang meneruskan pengobatan
Pasien yang sudah pernah mendapatkan konseling
sebelumnya, sehingga Apoteker hanya bertugas untuk
memastikan bahwa tidak ada perubahan kondisi maupun
pengobatan baru yang diterima oleh pasien baik yang
diresepkan maupun yang tidak diresepkan.
c. Mendiskusikan Resep yang baru diterima
Apoteker harus bertanya apakah pasien pernah menerima
pengobatan sebelumnya. Apoteker harus bertanya
pengobatan tersebut diterima pasien dari mana, apakah
dari Apoteker juga, atau dari psikiater dan lain sebagainya.
Jika pasien pernah menerima pengobatan sebelumnya
maka dapat di tanyakan tentang isi topik konseling yang
pernah diterima oleh pasien tersebut.
Apoteker sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentang
penjelasan apa yang telah diterima oleh pasien . Ini
penting untuk mempersingkat waktu konseling dan untuk
menghindari pasien mendapatkan informasi yang sama
yang bisa membuatnya merasa bosan atau bahkan
informasi yang berlawanan yang membuat pasien
bingung. Diskusi ini juga harus dilakukan dengan katakata yang mudah diterima oleh pasien sesuai denga
tingkat sosial - ekonomi pasien.
Regimen pengobatan, pasien harus diberitahu tentang
guna obat dan berapa lama pengobatan ini akan
diterimanya. Pada tahap ini Apoteker juga harus melihat
18
(ikut berpartisipasi) dalam berinteraksi dan keputusan atau
pemecahan masalah dibuat oleh pasien sendiri.
- Komunikasi yang terbuka dan intensif
- Metode dalam berkomunikasi: verbal dan non verbal
Informasi yang tepat
- Informasi berkaitan obat : kebenaran, instruksi yang lengkap
termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama penggunaan obatnya
dan bagaimana jika obat lupa diminum.
- Informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana pemakaian
obat akan berguna.
- Informasi tentang efek samping
Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan
- Apoteker bekerjasama dengan dokter untuk mempermudah
jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah obat, menurunkan
interval dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk
penggunaan terbaik pasien sehari-hari.
- Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan
obat, misalnya alarm, chart.
- Mengingatkan pasien dengan telepon atau surat untuk pembelian
(refill) obat kembali.
- Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak
keluarga pasien dalam mengingatkan penggunaan obat.
Metode pemberian motivasi dalam menangani ketidakpatuhan
1. Jelaskan keuntungan dari penggunaan obat
2. Tingkatkan kewaspadaan pasien dari gejala penyakit yang
diperlihatkan dan membutuhkan pengobatan.
3. Jelaskan bahwa pasien harus dapat mengevalusai dirinya sendiri
4. Bantu pasien untuk mengembangkan kepercayaan dirinya
11
BAB III
INFRASTRUKTUR KONSELING
III.1. SUMBER DAYA MANUSIA
Kegiatan konseling obat dilakukan oleh tenaga profesi dalam hal ini
Apoteker yang mempunyai kompetensi dalam pemberian konseling obat.
Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling harus memahami baik
aspek farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien.
Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuan
komunikasi harus ditingkatkan. Ini penting agar terjalin komunikasi
yang efektif dan intensif antara apoteker dengan pasien .
Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut :
Membantu dengan cara bersahabat :
Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuat
kesepakatan dan memberikan bantuan pengobatan. Sangat penting
bagi apoteker untuk menciptakan suasana yang bersahabat dengan
pasien, ini akan mempengaruhi suasana hati pasien dan pasien menjadi
percaya kepada apoteker. Apoteker dapat memulai konseling dengan
menyapa pasien dengan namanya, memperkenalkan diri, memberikan
sedikit waktu untuk pembicaraan umum sebelum memulai pembicaraan
tentang pengobatan. Selama konseling berlangsung maka apoteker
harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh setiap perkataan
pasien. Selain itu apoteker juga harus memperhatikan bahasa tubuhnya
agar pasien merasa lebih dihargai.
Menunjukkan rasa empati pada pasien
Sangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesi
konseling dilakukan. Ketika apoteker menunjukkan rasa empati maka
pasien akan merasa apoteker peduli kepadanya. Penting bagi apoteker
untuk tahu tentang kebutuhan pasien, ketertarikan pasien, motivasi,
tingkat pendidikan agar dapat disesuaikan dengan informasi yang
akan diberikan oleh apoteker. Menunjukkan rasa empati berarti bahwa
komunikasi berjalan dengan baik.
12
IV.1.3 Pertanyaan Dalam Konseling
Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalam
mewujudkan keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakan
sebaiknya adalah open-ended questions. Dengan pertanyaan
model ini memungkinkan apoteker memperoleh beberapa informasi
yang dibutuhkan dari satu pertanyaan saja. Pertanyaan dengan
jawaban ”ya” atau ”tidak", sebaiknya dihindari. Begitu juga dengan
pertanyaan yang berasal dari pendapat Apoteker. Open-ended
questions akan menghasilkan respon yang memuaskan sebab
pertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Kata
tanya sebaiknya dimulai dengan ”bagaimana” atau ”mengapa”.
IV.1.4 Tahapan Konseling
1. Pembukaan
Pembukaan konseling yang baik antara apoteker dan pasien
dapat menciptakan hubungan yang baik, sehingga pasien akan
merasa percaya untuk memberikan informasi kepada Apoteker.
Apoteker harus memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum
memulai sesi konseling. Selain itu apoteker harus mengetahui
identitas pasien (terutama nama) sehingga pasien merasa lebih
dihargai. Hubungan yang baik antara apoteker dan pasien
dapat menghasilkan pembicaraan yang menyenangkan dan
tidak kaku. Apoteker dapat memberikan pendapat tentang cuaca
hari ini maupun bertanya tentang keluarga pasien.
Apoteker harus menjelaskan kepada pasien tentang tujuan
konseling serta memberitahukan pasien berapa lama sesi
konseling itu akan berlangsung. Jika pasien terlihat keberatan
dengan lamanya waktu pembicaraan, maka apoteker dapat
bertanya apakah konseling boleh dilakukan melalui telepon
atau dapat bertanya alternatif waktu/hari lain untuk melakukan
konseling yang efektif.
2. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
Pada sesi ini Apoteker dapat mengetahui berbagai informasi
17
BAB IV
KEGIATAN KONSELING
IV.1 PROSES KONSELING
IV.1.1 Penentuan Prioritas Pasien
Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sehari-hari, pemberian
konseling tidak dapat diberikan pada semua pasien mengingat
waktu pemberian konseling yang cukup lama. Oleh sebab itu
diperlukan seleksi pasien yang perlu diberikan konseling. Seleksi
pasien dilakukan dengan penentuan prioritas pasien-pasien yang
dianggap perlu mendapatkan konseling. Prioritas pasien yang
perlu mendapat konseling :
Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri, pasien pediatri,
dll)
Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes,
dll)
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(Penggunaan kortikosteroid dengan ”tappering down” atau
”tappering off” )
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapi
sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi
rendah.
IV.1.2 Persiapan Dalam Melakukan Konseling
Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka Apoteker
harus memiliki persiapan. Apoteker sebaiknya melihat dahulu
data rekam medik pasien. Ini penting agar apoteker dapat
mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti interaksi
obat maupun kemungkinanan alergi pada obat-obatan tertentu.
Selain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri dengan informasi
– informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang
diterima oleh pasien.
16
Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi
Ada beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantu
keberhasilan konseling antara apoteker dan pasien, yaitu :
1. Senyum dan wajah yang bersahabat, apoteker harus menunjukan
perasaan yang bahagia saat akan melakukan konseling, karena
ekspresi wajah apoteker akan mempengaruhi suasana hati pasien.
2. Kontak mata, kontak mata langsung boleh terjadi 50% sampai
75% selama sesi konseling.
3. Gerakan tubuh, harus dilakukan seefektif mungkin. Jika terlalu
berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. Sentuhan
pada pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuatnya merasa
tenang.
4. Jarak antara apoteker dan pasien, jarak yang terlalu jauh membuat
komunikasi menjadi tidak efektif, begitu juga dengan jarak
yang terlalu dekat. Sehinggga posisi dan jarak duduk antara
apoteker dan pasien diatur agar pasien merasa nyaman.
5. Intonasi Suara, selama komunikasi berlangsung intonasi suara
apoteker harus diperhatikan. Suara yang terlalu pelan atau keras
membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Begitu juga dengan
penekanan-penekanan kalimat yang dilakukan.
6. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa
lebih nyaman.
III.2. SARANA PENUNJANG
Dalam melaksanakan kegiatan konseling dibutuhkan beberapa sarana
untuk menunjang kegiatan. Sarana yang dibutuhkan tergantung dari
jumlah pelayanan, kapasitas kegiatan, dan target yang ingin dicapai.
Sarana penunjang terdiri dari :
Ruang atau tempat konseling
Alat bantu konseling
III.2.1 Ruang atau tempat konseling
Untuk melaksanakan kegiatan konseling yang efektif sebaiknya
konseling tidak dilakukan hanya di counter pada saat penyerahan
13
obat, tetapi diruang khusus untuk konseling. Ruang yang disediakan
untuk konseling sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Tertutup dan tidak banyak orang keluar masuk, sehingga privacy
pasien terjaga dan pasien lebih leluasa menanyakan segala
sesuatu tentang pengobatan.
2. Tersedia meja dan kursi yang cukup untuk konselor maupun
klien (pasien)
3. Mempunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang
bagus
4. Letak ruang konseling tidak terlalu jauh dari tempat pengambilan
obat (apotik)
5. Jika jumlah pasien banyak dan mempunyai beberapa tenaga
Apoteker sebagai konselor, sebaiknya ruang konseling lebih
dari satu.
III.2.2 Alat Bantu Konseling
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang
dapat digunakan. Alat bantu yang digunakan terdiri dari
perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai konselor
dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan
kepada pasien.
Perlengkapan Apoteker dalam melaksanakan konseling :
1. Panduan konseling, berisi daftar (check list) untuk mengingatkan
Apoteker point-point konseling yang penting.
2. Kartu Pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan
pasien
3. Literatur pendukung
4. Brosur tentang obat-obat tertentu, memberikan kesempatan
kepada pasien untuk membaca lagi jika lupa.
5. Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar-gambar,
poster, maupun sediaan yang berisi placebo.
6. Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan
lanjutan pengobatan.
14
Alat bantu yang diberikan kepada pasien :
Alat bantu pengingat pasien minum obat biasanya diperlukan pada
pengobatan penyakit kronis atau penyakit-penyakit lain yang
membutuhkan terapi jangka panjang dan dan memerlukan
kepatuhan dalam penggunaannya. Misalnya : penggunaan analgesik
untuk nyeri kanker, penggunaan obat anti TBC, penggunaan obat
anti retroviral, terapi stroke, diabetes, dll.
Alat bantu yang diberikan berupa :
1. Kartu pengingat pengobatan, kartu ini diberikan Apoteker
kepada pasien untuk memantau penggunaan obat pasien. Pasien
dapat memberikan tanda pada kartu tersebut setiap harinya
sesuai dengan dosis yang diterimanya. Kartu tersebut memuat
nama pasien, nama obat, jam minum obat, tanggal pasien
harus mengambil (refill) obat kembali.
2. Pemberian Label, sebagian pasien membutuhkan bantuan untuk
membaca label instruksi pengobatan yang terdapat pada
obatnya.
3. Medication chart, berupa bagan waktu minum obat. Biasanya
dibuat untuk pasien dengan regimen pengobatan yang kompleks
atau pasien yang sulit memahami regimen pengobatan.
4. Pil dispenser, akan membantu pasien untuk mengingat jadwal
minum obat dan menghindari kelupaan jika pasien melakukan
perjalanan jauh dari rumah. Wadah pil dispenser bisa untuk
persediaan harian maupun mingguan.
5. Kemasan penggunaan obat per dosis unit, pengemasan obat
per unit dosis membutuhkan peralatan yang mahal. Dapat
dilaksanakan jika regimen pengobatan terstandar dan merupakan
program pemerintah.
15
Download