BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Komunikasi Antarpribadi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi menurut (Cherry dalam Stuart, 1983, dalam Cangara, 2007). Everett M. Rogers (dalam Cangara, 2007) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi juga suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam menurut (D. Lawrence Kincaid, 1981, dalam Cangara, 2007). Gode, 1969 (dalam Wiryanto, 2004) memberi pengertian mengenai komunikasi, sebagi berikut : „It is a process that makes common to or several what was the monopoly one or some”. 10 (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang). Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Shannon dan Weaver, 1949, dalam Wiryanto, 2004). Devito (1997) komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Definisi-definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah interaksi antara dua orang atau lebih yang saling memberikan pesan dan menerimanya untuk membina keakraban atau kebersamaan. 2.1.2 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka (Cangara, 1998), seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace, 1979 (dalam Cangara, 1998) bahwa “interpersonal communication is 11 communication involving two or more people in a face to face setting” (komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka). Devito (1997) komunikasi antarpribadi yakni penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Effendi yang dikutip Liliweri, 1991 (dalam Wicaksono, 2013) komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dan seorang komunikan yang sangat efektif dalam upaya mengubah sifat, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan dan arus balik yang bersifat langsung dimana komunikan pada saat itu juga yaitu pada saat komunikasi berlangsung. Definisi-definisi diatas disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang dan kepada orang lain sebagai penerima pesan dan bersifat langsung secara tatap muka (face to face) dimana peluang untuk memberikan umpan balik segera saat komunikasi berlangsung. 2.1.3 Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan komunikasi menurut Devito (1997), sebagai berikut: 12 1. 2. 3. 4. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery). Cara melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain (Thibaut dan Kelley dalam Devito, 1997). Artinya, mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita dengan orang lain. Untuk Berhubungan Salah satu motivasi yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman di sekolah, di kantor, dan barangkali berkomunikasi melalui telepon. Anda juga berbincang-bincang dengan orang tua, anak-anak, saudara anda. Untuk Meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media masa dapat hidup adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sama halnya dengan komunikasi, kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi seharihari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yang baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, mengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Untuk Bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengar pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula, banyak perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain, menceritakan lelucon, mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik. Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuantujuan lain. Empat tujuan yang diatas dapat disimpulkan, bahwa empat tujuan utama komunikasi adalah dengan penemuan diri agar lebih dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan dengan teman, orang tua, saudara dengan baik, dapat meyakinkan orang lain untuk menjalin hubungan sosial, dan dapat bermain 13 untuk menghibur diri sendiri dan orang lain baik komunikasi yang dirancang maupun tidak disengaja. 2.1.4 Tipe Komunikasi dan Fungsi Komunikasi Cangara (1998) ada empat macam tipe komunikasi, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan komunikasi masa. 1. Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Proses terjadinya komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang. 2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Komunikasi antarpribadi yang dimaksudkan di sini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace dalam Cangara (1998) bahwa “interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting” (komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka). Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication). Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainya pada posisi menjawab. Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena: Pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. 14 Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotongpotong di mana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. 3. Komunikasi Publik (Public Communication) Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Komunikasi publik dalam penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. Dapat diidentifikasi siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar. Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemui dalam berbagai aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan semacamnya. 4. Komunikasi Massa (Mass Communication) Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa, ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi, maka umpan balik dari khalayak bisa 15 dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif. Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya. Cangara (1998) fungsi-fungsi komunikasi dibagi atas empat macam tipe, yakni : 1. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan. 2. Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. 3. Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), memengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. 4. Komunikasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Empat fungsi komunikasi diatas dapat disimpulkan, bahwa empat fungsi komunikasi saling mempengaruhi antara satu sama yang lainnya jadi setiap individu perlu memiliki kemampuan komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, komunikasi massa. 16 Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 1998) mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain: 1. 2. 3. Manusia dapat mengontrol lingkungannya. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada. Melakukan transformasi warisan kepada generasi berikutnya. Tiga fungsi komunikasi menurut Harold D. Lasswell dapat disimpulkan, bahwa ketiga fungsi diatas sebagai bagian pendukung dari fungsi komunikasi menurut Cangara. Goran Hedebro (dalam Cangara, 1998) mengemukakan bahwa fungsi komunikasi massa, ditujukan untuk : 1. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilainilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah modernisasi. 2. Mengajarkan keterampilan. 3. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan. 4. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. 5. Meningkatkan aspirasi seseorang. 6. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak. 7. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu. 8. Mempertinggi rasa kebangsaan. 9. Meningkatkan aktivitas politik seseorang. 10. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat 11. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan programprogram pembangunan. 12. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial, dan politik suatu bangsa. Macam-macam tipe komunikasi dan fungsi komunikasi dapat disimpulkan bahwa tipe komunikasi ada empat macam dan setiap tipe memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pertama, tipe komunikasi dengan diri sendiri yaitu komunikasi yang terjadi di dalam diri individu. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi 17 mengembang kreativitas, memahami dan mengendalikan diri, meningkatkan kematangan dalam mengambil keputusan. Kedua, komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi ini juga berfungsi meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik, mengurangi ketidakpastian, berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain. Ketiga, komunikasi publik yaitu komunikasi di mana pesapesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi ini memiliki fungsi menumbuhkan semangat kebersamaan, menghargai orang lain, mendidik, menghibur, dan memberikan informasi. Keempat, komunikasi massa yaitu komunikasi di mana pesan dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak. Komunikasi massa ini berfungsi menyebarluaskan informasi, merangsang pertumbhan ekonomi, meratakan pendidikan, dan juga dapat menciptakan hiburan. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi Rakhmat, 2005 (dalam Wicaksono, 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah: 18 a. Persepsi interpersonal Persepsi interpersonal adalah pengalaman tentang manusia, perasaan atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menyampaikan pesan. b. Konsep diri Konsep diri adalah pandangan seseorang dalam perasaannya tentang dirinya, konsep diri sangat mempengaruhi komunikasi interpersonal. c. Atraksi interpersonal Atraksi interpersonal adalah suatu kesukaan pada orang lain, sikap positif, daya tarik yang dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. d. Hubungan interpersonal Setiap melakukan komunikasi bukan hanya menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Empat faktor diatas dapat disimpulkan, bahwa empat faktor ini yang sangat berpengaruh dalam kemampuan komunikasi antarpribadi oleh individu. Individu yang sering menyimpulkan informasi tanpa berpikir panjang dan memiliki konsep diri bahwa individu itu tidak mampu, hal tersebut akan membuat individu akan menarik diri dari sekitarnya sehingga kemampuan komunikasi antarpribadinya tidak terasah dengan baik. 2.1.6 Aspek-aspek Komunikasi Antarpribadi Devito (1997) efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). 19 1. Keterbukaan (Openness) Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Orang memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran(Bochner & Kelly, 1974, dalam Devito, 1997). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik individu dan individu bertanggungjawab atasnya. 2. Empati (empathy) Devito (1997) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3. Sikap Mendukung (supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb (dalam Devito, 1997). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap Positif (positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif 20 mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Kesetaraan (equality) Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain. Lima aspek-aspek komunikasi antarpribadi diatas dapat disimpulkan, bahwa setiap individu harus memiliki aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap yang positif, dan kesetaraan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi. 2.2 Permainan Sosiodrama 2.2.1 Pengertian Permainan Sosiodrama Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antarmanusia. Metode sosiodrama yaitu 21 cara mengajar yang memberikan kesempatan anak untuk melalukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat/kehidupan sosial (Djamarah, 2010, dalam Widayat, 2013). Menurut Winkel (2006) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiodrama adalah metode permainan yang cara memainkannya dengan dipilih pemeran-pemeran yang akan melakukan adegan sesuai dengan topik untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan antarpribadi. 2.2.2 Manfaat Sosiodrama Menurut Djamarah, 2010 (dalam Widayat, 2013 ) manfaat yang dapat dipetik dari metode sosiodrama adalah: a) Anak didik terlatih untuk berinisiatif serta kreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut mengemukakan pendapatnya sesuai waktu yang disediakan. b) Kerjasama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. c) Bahasa lisan anak didik dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. 22 Selain itu Djamarah juga berpendapat bahwa manfaat metode sosiodrama adalah dapat mengembangkan ketrampilan anak didik dalam mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan menurut Widayat (2013) manfaat sosiodrama yaitu: a) Sebagai metode untuk melatih ketrampilan-ketrampilan hubungan antarpribadi dengan mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah sosial. b) Dapat mengembangkan ketrampilan anak didik dalam mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasi-kan. c) Siswa dapat menempatkan diri pada orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. Dari beberapa manfaat sosiodrama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat sosiodrama yaitu: a) siswa dapat berlajar dengan komunikasinya baik agar untuk mengembangkan kemampuan tersebut kemampuan tidak sebagai penghambat dalam pergaulannya; b) siswa mampu berinteraksi, berkerjasama dengan baik pada orang lain dan teman sebayanya; c) siswa mampu menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan sekitarnya. 2.2.3 Tahap-tahap Sosiodrama Menurut Winkel (2006) untuk menggunakan sosiodrama harus berpegang pada pola prosedural yang pada dasarnya adalah sebagai berikut: 23 a) Persoalan yang menyangkut pergaulan dengan orang lain diketengahkan dan diuraikan situasi pergaulan yang akan dikaji. Situasi itu harus cocok untuk disandiwarakan, mudah dipahami, dan cukup biasa bagi siswa karena telah mengalaminya sendiri. Siswa perlu diingatkan bahwa pembawaan adegan bukan tontonan yang menjadi bahan tertawaan. b) Ditentukan para pemeran yang akan maju untuk membawakan adegan sesuai denngan situasi pergaulan yang telah digariskan. Penentuan ini didasarkan pada kerelaan beberapa siswa yang menyatakan kesediaannya untuk maju dan memegang peranan tertentu. tidak boleh ada unsur paksaan dalam hal penentuan para partisipan. c) Para pemeran membawakan adegan dengan spontan dan improvisasi, tanpa persiapan lain daripada mengetahui apa dan siapa yang harus mereka perankan. Adegan dimainkan seolaholah sungguh-sungguh terjadi sekarang menurut situasi pergaulan yang telah digariskan. Permainan tidak boleh berjalan terlalu lama dan hanya berlangsung cukup lama untuk mengetengahkan situasi problematis serta cara pemecahannya. d) Setelah dramatisasi selesai, para pemeran melaporkan apa yang mereka rasakan selama seperti dan apa alasannya mereka mengusulkan cara pemecahan situasi problematis seperti yang disandiwarakan, atau apa alasanya sehingga mereka tidak berhasil menyelesaikannya secara memuaskan. e) Para penyaksi mendiskusikan jalannya permainan tadi dan efektivitas dari cara pemecahan yang terungkap dalam dramatisasi. f) Bila dianggap perlu, adegan yang sama diulang kembali dengan mengambil pelaku-pelaku yang lain. Enam tahap-tahap sosiodrama diatas dapat disimpulkan, bahwa enam tahap tersebut tidak boleh terlupakan dalam melaksanakan permainan sosiodrama yaitu persoalan yang sedang dihadapi individu, menunjuk para pemain yang sesuai dengan adegan yang dimainkan, pemain membawakan dengan spontanitas dan improvisasi, menceritakan apa yang dirasakan dalam cerita tersebut, mendiskusikannya, dan apa bila diperlukan adegan tersebut diulang kembali. 24 Menurut Djamarah, 2010 (dalam Widayat, 2013) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode sosiodrama, yaitu: a) b) c) d) e) Penentuan topik. Penentuan anggota peranan. Pembuatan lembar kerja (kalau perlu). Latihan singkat dialog (kalau perlu) Pelaksanaan permainan peran. Lima hal dalam pelaksanaan metode sosiodrama diatas dapat disimpulkan, bahwa lima hal perlaksanaan tersebut sama dengan langkah-langkah sosiodrama yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu menentukan permasalahan atau topik dan menetukan para pemainnya. Sedangkan menurut Romlah (2001) langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama, yaitu: a) Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan disosiodramakan, dan tujuan permainan. b) Membuat skenario sosiodrama. c) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memerankan peran tertentu. d) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Tugas kelompok penonton yaitu untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. e) Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berembuk beberapa menit untuk menyiapkan diri sebagaimana sosiodrama itu akan dimainkan. f) Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. g) Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak. 25 Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama menurut teori diatas dapat disimpulkan, bahwa langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama yaitu: a) Persiapan, yaitu menemukan masalah dan topik yang akan disosiodramakan. b) Membuat skenario drama. c) Menentukan kelompok pemain yang akan memainkan peranan sesuai dengan skenario. d) Menentukan kelompok penonton yang akan mengamati berjalannya permainan ini. e) Pelaksanaan sosiodrama. f) Evaluasi. g) Mengulang permainan, jika dibutuhkan. 2.2.4 Peningkatan Komunikasi Antarpribadi dengan Menggunakan Teknik Permainan Sosiodrama Menurut Widayat (2013) permainan sosiodrama memiliki manfaat yaitu: melatih ketrampilan-ketrampilan hubungan antarpribadi dengan mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah sosial, mengembangkan ketrampilan anak didik dalam mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasi-kan, siswa dapat menempatkan diri pada orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain. 26 Berdasarkan teori komunikasi antarpribadi menurut Devito (1997) komunikasi antarpribadi yang baik siswa dapat terbuka, memiliki rasa empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan terhadap teman, guru, dan orang lain. Berdasarkan manfaat dari teori diatas layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama yang akan di gunakan dalam penelitian ini dengan tujuan membantu siswa untuk mampu berkomunikasi antarpribadi secara baik. Pemilihan penggunaan teknik sosiodrama didasarkan karena permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan masalah sosial yang mengalami masa penyesuaian, untuk berkomunikasi antarpribadi baik dengan teman, guru, dan anggota sekolah lainnya sehingga sosiodrama dipandang tepat untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi antarpribadi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti. Oleh karena itu untuk membantu siswa agar dapat berkomunikasi antarpribadi yang baik, maka perlu diadakan penelitian, yaitu penelitian eksperimen yang menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi. 2.3 Penelitian yang Terkait Ratnawati (2013) yang judul penelitian “ Keefektifan teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi 27 Interpersonal pada Peserta Didik SMP N 1 Poncol Tahun Ajaran 2012/2013” yang hasil analisis ada menunjukkan ada perbedaan rata-rata skor angket komunikasi interpersonal antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Hal tersebut ditunjukkan dengan t hitung > t tabel (26,70 >1,695) yang berarti signifikan yaitu ada perbedaan rata-rata skor angket komunikasi interpersonal antara sebelum dengan sesudah perlakuan. Artinya layanan bimbingan kelomppok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi interpersonal peserta didik. Widayat (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Sosiodrama untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 11,431. Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikan 5% dengan db = 29 yaitu sebesar 2,045, maka thitung > ttabel. Dengan demikian koefisien thitung sebesar 11,431 adalah signifikan pada taraf signifikan 5%. Atas dasar perhitungan tersebut maka hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi antar pribadi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014” diterima pada taraf signifikan 5%. 28 2.4 Kerangka Berpikir Menjalin hubungan yang baik dengan sesama, manusia akan saling berkomunikasi. Siswa yang kemampuan komunikasi antarpribadinya kurang baik akan mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Layanan bimbingan kelompok teknik permainan sosiodrama merupakan layanan yang tepat untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Layanan bimbingan kelompok teknik permainan sosiodrama merupakan layanan yang digunakan sekelompok individu dalam memerankan suatu naskah drama antar individu saling berinteraksi yang bertujuan meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik permainan sosiodrama siswa dapat belajar menghargai perasaan dan pendapat orang lain, percaya diri, dapat merasakan apa yang dialami orang lain, dan menjadi akrab dengan teman satu sama lainnya. Selain itu, dengan berkomunikasi siswa dapat menyampaikan perasaan, pikiran, kemaunan, penolakan, serta dapat mengeksperikan diri terhadap kehidupan sehari-hari dengan baik. Kemampuan komunikasi antarpribadi bukan ketrampilan yang dibawa sejak lahir tetapi kemampuan komunikasi antarpribadi harus dipelajari dan dilatih bagaimana cara menyampaikan perasaan, pemikiran, kemaunan, penolakan baik secara verbal maupun non verbal. 29 Kemampuan berkomunikasi yang sudah terlatih dengan baik akan tercipta suasana keakraban, kehangatan dengan orang lain. Untuk mengetahui lebih jelas kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat skema seperti di bawah ini: Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Post-Test K. Eksperimen Treatment Hasil Pre-Test K. Kontrol Tanpa Treatment Hasil D I B A N D I N G K A N 2.5 Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada peningkatan kemampuan komunikasi antarpribadi dengan menggunakan teknik permainan sosiodrama pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhseti. 30