Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 ARSITEKTUR MULTI-AGENT UNTUK INTEGRASI INFORMASI TERDISTRIBUSI DENGAN DOMAIN SPESIFIK Phie Chyan Dosen Tetap Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Atma Jaya Makassar Jln. Tanjung Alang No 23 Makassar ABSTRAK Saat ini terdapat data dalam jumlah sangat besar di internet dan intranet yang tersedia dan dimiliki dan dikelola oleh berbagai organisasi yang berbeda-beda dan terdisitribusi di berbagai tempat diseluruh dunia. Koleksi data yang tersedia sangat kaya dan mutakhir; akan tetapi, penggalian informasi dan proses knowledge discovery terhadap data tersebut pada domain pengetahuan tertentu menghadapi berbagai kesulitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan sebuah metodologi autonomous untuk menyediakan integrasi dan penggalian informasi berdomain spesifik yang berasal dari berbagai sumber terdistribusi. Kata Kunci: Arsitektur multi Agen, Integrasi Informasi, Sistem Terdistribusi I. PENDAHULUAN Kehadiran internet telah secara drastis mengubah ketersediaan informasi yang diakses secara elektronik. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2004, internet mengandung lebih dari 2 milyar halaman unik dan dapat diakses secara publik yang diakses dan diupdate oleh jutaan pengguna secara internasional, perangkat koleksi data otomatis dan teknologi basis data yang semakin matang mengakibatkan peningkatan jumlah data yang luar biasa yang tersimpan pada basis data, gudang data dan sistem repositori data yang lain. Sumber data yang tersedia antara lain database tradisional dan object oriented database, knowledge based, flat file, file terformat (seperti XML) , vector maps dan raster image, video dan audio. Dengan berkembangnya jumlah sumber data yang tersedia, masalah dalam mengeksploitasi dan mengintegrasikan sumber informasi terdistribusi dan heterogenous menjadi semakin penting dan mendesak. Pengumpulan informasi dan integrasi dari sumber intranet dan internet menghadapi berbagai tantangan. Pertama, beragam dan banyaknya data yang terus bertambah setiap hari, Kedua, informasi umum tidak terorganisasi, tidak presisi, mempunyai beragam format, dan terdistribusi pada berbagai server melalui jaringan komputer heterogenous diseluruh dunia. Ketiga, ketersediaan dan reliabilitas informasi berganti secara konstan, Konsekuensinya, dalam lingkungan jaringan komputer skala besar seperti internet, menjadi semakin sulit untuk menerapkan metode tradisional untuk meretrieve dan mengintegrasikan informasi secara efisien dan bahkan lebih sulit lagi dalam melakukan knowledge discovery. Suatu mekanisme integrasi informasi yang efektif seharusnya menyediakan basis / dasar untuk ”knowledge space” yang dibangun diatas ”data layer” internet. Knowledge layer ini harus disusun atas layanan bernilai tambah yang memproses dan menawarkan abstraksi informasi dan pengetahuan dibanding hanya memberikan / mengembalikan dokumen ( seperti pada search engine sekarang) Pendekatan tradisional untuk membangun sistem terdistribusi tidak bekerja dengan baik pada sumber informasi besar yang memiliki beragam data yang besar, beragam dan berkembang dengan pesat [1]. Teknologi seperti softbot, Sage, Occam, ARACHIND, meta search engines, Web robot, Spider, Clower dan shop bot memberikan hanya sedikit kapabilitas dalam hal melokasi, menggabungkan, memprosesing, mengelola dan mengabstraksi informasi pada knolwge domain yang spesifik. Untuk sistem tersebut beberapa permasalahan yang muncul antara lain Mengumpulkan potongan pengetahuan: dalam semua konvensional sistem, informasi yang dikumpulkan hanya merupakan serpihan pengetahuan. Peneliti sains dan insinyur, sebagai pengambil keputusan membutuhkan pengetahuan yang lebih terintegrasi secara sistematik dan mendalam pada domain tertentu. Sederhananya pengambil keputusan membutuhkan sistem yang memberikan mereka pengetahuan yang berkembang secara real time, yang termasuk semua komponen yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan yang diambil merupakan langkah dalam menyerang suatu negara, sistem harus mampu menyediakan pimpinan pasukan suatu pengetahuan yang komprehensif. Komponen dari pengetahuan yang disediakan oleh sistem untuk kebutuhan akan hal tersebut antara lain termasuk cuaca, logistik, peta, gambar, posisi musuh, sekutu dll. Lebih lanjut informasi lain yang berhubungan yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan seperti ”bagaimana kondisi pusat komando musuh” harus tersedia. Kemudian suatu perintah sederhana berupa query ke sistem harus dapat mengumpulkan, memproses dan mengkategorisasi informasi yang berhubungan bagi user. Pendekatan Client-Server: Semua teknologi diatas menggunakan pendekatan client server tradisional. Dalam pendekatan ini komputer klien perlu mengelola link komunikasi yang berkesinambungan dengan server. Ini tidak hanya menyebabkan kedua komputer (klien dan server) menjadi sibuk terhadap 234 Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 proses yang dikerjakan hingga tugas tersebut selesai, tapi juga keduanya secara terus menerus mengirim dan menerima informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya. Ini mengakibatkan sejumlah besar trafik pada jaringan. Client server model menghadapi berbagai tantangan, seperti standarisasi legacy dari network, skaling dan masalah protokol [2]. Dewasa ini, terdapat ketertarikan yang semakin besar dalam menggunakan pendekatan intelegent agent dalam mendesain sistem yang membantu user pada WWW. Karena karakteristik dinamis dan fleksibel dari intelegent agents membuatnya digunakan secara luas sebagai sistem interface antara pengguna dan WWW untuk aplikasi yang berbeda beda, Sebagai contoh Bollacker mengembangkan suatu agent yang membantu pengguna dalam pencarian literatur ilmiah, Ackerman mengembangkan agent yang menemukan halaman web tertentu bagi user, dan Lieberman mengembangkan agent untuk membantu pengguna dalam membrowsing WWW. Pendekatan agent tunggal dirancang untuk membantu pengguna untuk tugas yang spesifik. Sistem tersebut dibatasi untuk tugas tertentu dan tidak cukup scalable untuk diperluas ke sistem pengumpul informasi umum (dan tentu saja bukan informasi terintegrasi). Di sisi lain, pendekatan multi agent terkini menyasar pengumpulan informasi dalam bentuk potongan-potongan pengetahuan. Arsitektur ini tidak secara sistematis menawarkan pengetahuan yang berkembang pada domain target yang memasukkan semua komponen yang dibutuhkan untuk memenuhi suatu query. Arsitektur ini kurang memiliki kemampuan dalam mengelompokkan informasi yang tersedia dan menyediakan mekanisme dalam menghadapi berbagai data format pada WWW. Dalam penelitian ini, suatu pendekatan intellegent agent untuk mendesain dan mengimplementasi permasalahan ditawarkan, dalam hal ini suatu sistem terintegrasi yang menyediakan akses ke sumber informasi yang banyak dan beragam dalam domain tertentu, dengan mengorganisasinya kedalam jaringan agen informasi. Setiap agen menyediakan keahlian pada suatu topik tertentu dengan menarik informasi relevan dari agen informasi lainnya dalam domain pengetahuan yang berhubungan. Setiap agent informasi mengandung suatu ontology terhadap domain keahliannya, disebut domain model, dan model dari agen lainnya yang dapat memberikan informasi yang relevan disebut information source model. Serupa dengan cara sumber informasi saat ini yang terkonstuksi secara independen, agent informasi dapat dikembangkan dan dikelola secara terpisah. Mereka menarik informasi dari agent lain dan repositori data untuk memberikan sumber informasi baru yang dapat dilakukan juga oleh agent lain dalam gilirannya. Setiap agen informasi merupakan sumber informasi yang lain, tetapi memberikan abstraksi terhadap banyak sumber informasi yang tersedia. Repositori data yang sudah ada dapat diubah menjadi agent informasi sederhana dengan membangun interface code yang sesuai, disebut wrapper, yang akan mengikuti konvensi dari organisasi. Keuntungan dalam menggunakan wrapper adalah cara ini akan menyederhanakan agen individual karena cukup mengelola satu format tertentu saja. II. TEORITIS Untuk secara efektif menggunakan banyak sumber informasi heterogenous yang tersedia dalam jaringan komputer berskala luas seperti internet diperlukan suatu bentuk organisasi. Konsep dari suatu agent yang menyediakan keahlian pada topik spesifik dengan menarik informasi relevan dari berbagai sumber, menawarkan rancang bangun dasar. Dengan tersedianya perangkat mobil berbiaya rendah, seperti mobile PC dan smartphone, seseorang dapat mengakses informasi pada jaringan tetap dimana saja dan kapan saja. Ini artinya bagi perangkat penyedia informasi agar operasional maka harus dapat mendukung perangkat mobile[3]. Dalam lingkungan jaringan nirkabel, perangkat mobile menghadapi beberapa limitasi, seperti bandwidht kecil, daya komputasi kecil, kapasitas memori kecil, daya baterai kecil dan sebagainya sehingga membatasi komputasi mobile. Penemuan teknologi agent mobile diharapkan dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Mobile agents merupakan program independen yang secara khusus dieksekusi sesuai keinginan pengguna. Agent ditransport ke banyak host remote dalam jaringan untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Karena itu, secara potensial mereka dapat mengurangi trafik komunikasi dalam jaringan. Ini membuatnya menjadi menarik untuk komunikasi mobile dan scalable system. Lebih lanjut, intellegent agent dibeda-bedakan dari aplikasi lainnya dengan dimensi tambahan dari autonomy, dan kemampuan untuk berinteraksi independen terhadap keberadaan penggunanya. Karakteristik ini membuat intelligent agent suatu pilihan yang menarik untuk digunakan dalam pemodelan untuk integrasi dan realtime knowledge discovery III. ANALISA dan PEMBAHASAN Pendekatan yang menjanjikan bagi integrasi informasi terdistribusi adalah dengan mengakses sejumlah sumber informasi yang besar kemudian mengorganisasikannya kedalam jaringan agen informasi. Tujuan dari setiap agen informasi adalah memberikan informasi dan keahlian pada suatu topik spesifik dengan menarik suatu abstraksi informasi yang relevan dari agen informasi yang lain. Untuk membangun jaringan tersebut dibutuhkan infrastruktur yang sesuai untuk agen informasi tunggal yang dapat dihasilkan untuk menyediakan multiple agent. Serupa dengan bagaimana sumber informasi saat ini dikonstruksi secara independen, agen informasi dikembangkan dan dikelola secara mandiri. Mereka dapat menarik dari agen informasi lain dan juga data repositori untuk memberikan sumber informasi baru yang pada gilirannya dapat juga dilakukan oleh agen informasi yang lainnya. Setiap agen informasi merupakan sumber informasi tersendiri, tapi 235 Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 memberikan abstraksi terhadap banyak sumber informasi yang tersedia. Sumber informasi yang telah ada diubah ke agen informasi sederhana dengan membangun interface code yang sesuai, disebut wrapper, yang memungkinkannya untuk mengikuti konvensi dari organisasi. Suatu class wrapper agent akan perlu untuk membangun suatu tipe sumber informasi yang diberikan (gambar, grafik,teks, video, audio, dll)[4][5]. Keuntungan dari pendekatan ini adalah menyederhanakan agent individual karena hanya perlu menangani format tertentu. Ini memungkinkan untuk menskala jaringan ke banyak agent dengan akses ke berbagai tipe sumber informasi. Dalam sistem ini, beberapa agen menjawab query yang dialamatkan padanya. Tapi tidak secara aktif mengalamatkan permintaan ke agen lain; disebut data repository. Agent-agent ini berhubungan dengan sumber informasi lainnya termasuk database relasional, object oriented database, objet oriented database, sumber gambar dan grafik, vector dan raster map, teks dan teks terformat, sumber audio dan video[6]. Untuk setiap kategori terdapat intelligent agent dengan keahlian yang memadai untuk proses knowledge discovery. Dalam tulisan ini digunakan istilah data repository atau wrapper agent untuk mengacu ke jenis agen tersebut selain itu cukup disebut agent informasi. Gambar 1 menunjukkan contoh jaringan dari agent informasi yang akan digunakan untuk menjelaskan berbagai elemen yang berbeda dari sistem yang diusulkan. Domain aplikasi adalah perencanaan logistik. Untuk melaksanakan tugasnya, agen perencanaan logistik yang merupakan agen informasi perlu untuk memperoleh informasi terhadap topik berbeda, misalnya kapabilitas transportasi, kondisi cuaca dan data geografis. Agent yang lain juga harus mengintegrasikan sejumlah sumber informasi yang relevan terhadap domain keahliannya. Sebagai contoh Sea_agent mengkombinasikan aset data dari naval agent( seperti kapal dari berbagai armada), data pelabuhan dari agent_harbor dan port_agent. Terdapat beberapa point yang harus diperhatikan terhadap jaringan yang berhubungan dengan autonomy dari jaringan. Pertama, setiap agent harus memilih untuk mengintegrasikan hanya bagian ontology tertentu dari sumber informasinya yang dibutuhkan untuk tugas yang dirancang. Sebagai contoh Transportation_agent mungkin memiliki integrasi yang lengkap antara agent laut, udara, dan darat, sedangkan agent planning logistik mungkin menarik hanya sebagian pengetahuan dari agen cuaca dan geografis. Kedua, mungkin dibutuhkan untuk membangun agent baru jika tidak ditersedia agen yang mengandung semua informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, jika agen geografis tidak memasukkan beberapa fakta khusus mengenai informasi geopolitik yang dibutuhkan oleh agen perencanaan logistik, maka agen ini dapat mengakses secara langsung ke agen informasi geopolitik. Akan tetapi, jika kebanyakan informasi belum tersajikan, sebuah agen geografis alternatif perlu untuk dibangun ( dan dihubungkan) . Ketiga, jaringan membentuk suatu graf directed acyclic bukannya sebuah tree, sebab suatu agent tertentu dapat menyediakan informasi bagi banyak agen lainnya yang fokus pada berbagai aspek keahlian tertentu. Namun, siklus sebaiknya dihindari, jika tidak sebuah query dapat berulang tanpa akhir dan tidak menemukan agent yang sesuai untuk menjawab query tersebut. Sebagai rangkuman, jaringan dari agen pengumpul informasi menyediakan dasar untuk “knowledge space” yang dibangun diatas “data layer” dari web. Lapisan pengetahuan ini tersusun dari layanan bernilai tambah yang memproses dan menawarkan abstraksi informasi dan pengetahuan dan bukannya mengembalikan dokumen. Terlepas dari kompleksitas yang diperkenalkan oleh autonomy dari agent di organisasi, fakta bahwa individual agent dapat secara independen dibangun dan dikelola membuat sistem menjadi cukup fleksibel untuk diskala ke banyak sumber informasi dan dapat beradaptasi terhadap kebutuhan aplikasi baru. Gambar 1. Jaringan dari Agen Pengumpul Informasi. Gambar 2. Infrastruktur Umum dari Knowledge Discovery System. IV. IMPLEMENTASI A. Arsitektur Sistem Jaringan dari agent pengumpul informasi dibangun pada infrastruktur administrasi autonomous (AAI), Untuk struktur ini, desain framework awal menggabungkan penggunaan mobile agen request (MRA), Mobile Supporting Agents (MSA), User Interface Agents (UIA), Information Manager Agent (IMA) dan Agent Administrator (AA). 236 Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 Untuk memahami bagaimana infrastruktur administrator autonomous bekerja, lihat skenario sederhana (gambar 2.) seorang user mengirim query dengan mengontak UIA ( untuk user dengan fixed connection) atau MRA (untuk user dengan portable device). MRA merupakan agent mobile yang berlokasi pada perangkat portable, yang memindahkan ke host dr MSA dan memberinya user request. MRA dan MSA mengkompensasikan untuk kemampuan terbatas dari perangkat mobile. Mereka menyediakan suatu interface sebagai entry point dari pengguna jaringan mobile ke fixed networks tanpa perlu kebutuhan akan trafik komunikasi yang tinggi. Selanjutnya MSA akan mendelegasikan permintaan ke sebuah IMA, yang pada gilirannya akan menghubungi agen informasi yang sesuai dalam jaringan dengan merefer ke direktori domain modelnya. Agen informasi menggunakan jaringannya, bekerja sama dengan agen lain pada jaringan, mengkonstruksi hasil real-time dan mengirim kembali ke IMA. IMA meletakkan beberapa formatting dan mengirim kembali ke MSA atau UIA untuk disajikan kepada user. Dalam hal pengguna perangkat portable, MSA menyediakan MRA dengan menemukan dan meluncurkannya kembali pada portable device. Agent Administrator (AA) dalam AAI digunakan untuk mengelola agen informasi dan jaringannya. Melalui AA administrator dari sistem dapat menghasilkan/memodifikasi agent dan linknya. Administrator dapat juga memperkenalkan aplikasi domain baru ke sistem menggunakan agent ini. B. Pengetahuan Dari Suatu Agent Informasi Setiap agen informasi mempunyai spesialisasi pada suatu domain aplikasi tunggal dan menyediakan akses ke sumber informasi yang tersedia sepanjang domain tersebut. Setiap agent mengandung suatu ontology dari domain keahliannya- disebut domain model- dan model dari agen lainnya yang dapat menyediakan informasi relevan – disebut information source model-. Domain model merupakan suatu ontology yang merepresentasikan domain interest dari agent dan membangun terminologi untuk berinteraksi dengan agent. Information source model menggambarkan konten dari sumber informasi sekaligus hubungannya ke domain. Model tidak perlu mengandung deskripsi lengkap dari agen lainnya, tapi hanya porsi yang secara langsung mempunyai relevansi. Domain model dari suatu agent menentukan area keahliannya dan terminologi untuk berkomunikasi dengan agent tersebut. Karena itu, model ini menyediakan suatu ontology untuk menggambarkan domain aplikasi. Ontology terdiri dari deskripsi dari class dan objek dalam domain, hubungan relasi antar class dan informasi lainnya yang bersifat domainspesific information. Class – class dan hubungan relasi tidak perlu secara langsung berhubungan secara langsung ke object yang digambarkan. Model memberikan deskripsi semantik dari domain, yang digunakan secara ekstensif untuk memproses query. Setiap model sumber informasi mempunyai 2 bagian. Pertama, terdapat deskripsi konten dari sumber informasi. Ini terdiri dari konsep yang tersedia dari sumber informasi. Istilah dalam ontology menyediaka bahasa yang dimengerti oleh sumber informasi. Kedua, relasi antara konsep sumber informasi tersebut dan konsep dalam model domain perlu untuk ditegaskan. Pemetaan tersebut digunakan untuk mentransformasi query model domain ke dalam sekumpulan query yang sesuai dengan sumber informasi. C. Query Processing Kemampuan penting dari suatu agen informasi adalah kemampuan meretrieve dan memproses data secara fleksibel dan efisien. Pemrosesan query membutuhkan perencanaan untuk memperoleh data yang diminta, ini termasuk memilih sumber informasi yang menyediakan data, operasi pemrosesan, tempat dimana operasi akan dilaksanakan, dan urutan pelaksanaannya. Oleh karena data dapat dipindahkan diantara site yang berbeda, diproses pada lokasi yang berbeda, dan operasi dapat dilaksanakan dalam urutan yang berbeda, maka terdapat berbagai kemungkinan perencanaan yang memungkinkan Untuk prototipe sistem, dikembangkan basis untuk sistem perencanaan fleksibel untuk menggenerate dan mengeksekusi query access plan. Beberapa fitur yang diharapkan dari query processor adalah kemampuan untuk memproses secara paralel, menaugmentasi dan re-plan query yang gagal ketika mengeksekusi query lainnya, dan yang paling menarik, untuk mengumpulkan informasi tambahan pada runtime untuk mendukung query processing. D. Wrapper Agent Seperti yang dijelaskan sebelumnya, wrapper agent merupakan agen informasi yang berhubungan dengan berbagai data repositori. Untuk setiap kategori dari repositori data, terdapat suatu agen intelegent dengan kemampuan yang memadai untuk knowledge discovery. Wrapper agent bertanggung jawab dalam ekstraksi pengetahuan pada level terendah di sistem (data mining). Agen – agen tersebut hanya merupakan agen informasi yang diperlukan untuk melakukan data mining dan knowledge discovery pada raw data. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, agen informasi lainnya membangun pengetahuan mereka dari pengetahuan yang dihasilkan oleh wrapper atau agen informasi lower level lainnya, yang menyediakan mereka dengan informasi abstrak. Langkah langkah dalam proses knowledge discovery, yang ditangani oleh wrapper agent, sebagai berikut: - Seleksi data : membuat set target data dalam domain keahliannya - data handling - Memilih fungsi dari algoritma data mining - data mining: cari pola yang diinginkan 237 Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 - evaluasi pola dan presentasi pengetahuan dalam domain model yang sesuai - Menyediakan knowledge discovery ke agen informasi yang lebih tinggi. Data mining merupakan inti dari proses knowledge discovery termasuk subtask sebagai berikut: - Analisis cluster : Cluster engine digunakan deteksi cluster otomatis dari record yang berdekatan satu sama lain dalam ukuran tertentu dalam semua variabel. Cluster ini dapat merepresentasikan target grup yang berbeda dalam domain yang berbeda. Cluster engine menempatkan record berhubungan ke cluster yang berbeda dalam dataset terpisah untuk analisis lebih lanjut - Klasifikasi * menemukan model (fungsi) yang menggambarkan dan membedekan kelas-kelas informasi * Presentasi menggunakan decision tree dan aturan klasifikasi - Asosiasi : Korelasi dan hubungan timbal balik - Deskripsi konsep: karakterisasi dan diskriminasi * Generalisasi, Rangkuman, dan karakteristik kontras data - Analisis outlier * Outlier adalah objek data yang tidak mengikuti perilaku umum dari data * Ini dapat dipertimbangkan sebagai noise atau eksepsi tapi cukup berguna pada analisis - Analisis trend dan evolusi * Deviasi dan analisis regresi * pola sekuensial mining, analisi periodik * Analisis berbasis kemiripan - Pola lainnya atau analisis statistic Karena proses diatas dapat menghasilkan banyak pola yang tidak semua menarik bagi sistem – langkah terakhir dari pengukuran tingkat kemenarikan (interistingness measurement) juga dilakukan. Dalam arsitektur agen wrapper, sebuah pola dikatakan menarik jika pola tersebut dimengerti oleh sistem berdasarkan domain model, valid dengan derajat kepastian tertentu, berguna bagi sistem secara potensial, atau menvalidasi beberapa hipotesis yang ingin dikonfirmasi oleh agen informasi dengan level yang lebih tinggi. E. Pemrosesan Informasi Dalam Agen Informasi Seperti yang diilustrasikan pada gambar 1, proses knowledge discovered oleh wrapper agent diberikan ke agen informasi dengan tingkat yang lebih tinggi dalam jaringan untuk integrasi dan abstraksi. Setiap agen informasi memproses informasi yang diterimanya dari agen lainnya dan memberikan pengetahuan abstract, konsisten dengan domain modelnya, yang pada gilirannya akan disediakan ke agen lainnya yang meminta keahliannya. Pemrosesan informasi termasuk memasukkan tugas-tugas berikut: - Data cleaning : memperbaiki data dengan noise, menghilangkan outlier dari domain modelnya - Integrasi data: Menggabungkan data dari banyak sumber sambil mendeteksi dan menyelesaikan konflik data - Transformasi data : Normalisasi data dan agregasi dengan menggunakan model domain yang dijelaskan sebelumnya - Reduksi data (Abstraksi) : mendapatkan hasil yang lebih kecil dalam volume tapi menghasilkan kualitas yang sama dalam domain modelnya. F. Kontrol dan Koordinasi Kontrol dan koordinasi pada akhirnya akan menjadi isu kunci dalam sistem multi agent untuk knowledge discovery secara real time dan integrasinya. Real time constraint umumnya memerlukan problem solving yang hasilnya mendekati dan memuaskan, dimana aspek tertentu pada kualitas hasil misalnya presisi harus ditrade off untuk dapat memenuhi constrain waktu. Sebagai tambahan dengan menjadi masalah multi attribut decision, kontrol disini juga melibatkan ketidakpastian. Karakteristik kualitas hasil untuk suatu query dapat diprediksi secara mendekati, dan waktu respons dan ketersediaan even dari sumber informasi dapat bersifat variabel dan dinamis. Ini membutuhkan sumber dan metode di atur secara real time, atau sumber informasi tambahan dieksploitasi jika hasilnya terbukti tidak memuaskan. Membuat kontrol keputusan seperti itu benar-benar kompleks, karena perilaku dari banyak agent perlu dikoordinasikan. Sebagai contoh, bila satu agen / sumber terbukti lambat dalam memberikan hasil untuk suatu subquery, maka mungkin diperlukan untuk memodifikasi subquery tersebut. Ini juga mungkin akan membutuhkan modifikasi pada subquery agent lainnya untuk memperoleh tujuan sistem keseluruhan. Seperti yang didiskusikan pada bagian pemrosesan query, perencanaan query mengabaikan isu ini pada awalnya, dengan asumsi bahwa agen penyedia dapat membuat prediksi yang baik, dalam domain mereka, menyangkut performa, dan sebagainya V. KESIMPULAN Sumber informasi menjadi semakin beragam karena perkembangan teknologi informasi kemudian pendidik, peneliti dan pengambil keputusan menghadapi pertanyaan yang makin kompleks dan detail. Untuk menjawab pertanyaan ini, mereka butuh pakar dari multidisiplin ilmu atau memiliki akses ke pakar dari berbagai disiplin tertentu. Sistem yang diusulkan memodelkan relasi tersebut dengan menggunakan agen inteligen dan mendistribusikan proses knowledge discovery di domain tertentu dengan menggunakan multiple agen yang bertanggungjawab untuk subdomain yang berbeda. 238 Jurnal Pelita Informatika, Volume 16, Nomor 3, Juli 2017 ISSN 2301-9425 (Media Cetak) Hal: 234-239 DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] R. Ahmed, D. Ali, M. Cobb, S. Rahimi, "A Visualization Tool for the Intelligent Agent Modeling Language APICalculus", Proceedings of the 9th Annual International Conference on Industry Engineering and Management Systems, pp. 482-488, 2003 Ackerman, M. S., Starr, B., and Pazzani, M. (1997). The DoI-Care Agent: Effective Social Discovery and Filtering on the Web. Proceedings of RIAO Computer-Assisted Information Searching on the Internet, pp. 17-31. Iswahyudi, C., 2010 Prototype Aplikasi Untuk Mengukur Kematangan Buah Apel Berdasarkan Kemiripan Warna, Jurnal Teknologi Vol 3 No 2 2010, hal: 15-29 NTS Saptadi, P Chyan, 2014 Model Penyusunan Blue Print Information Technology Governance Di Rumah Sakit, Prosiding KNSI Edisi 27. Rahman, Arif. 2009. Sistem temu balik citra menggunakan jarak histogram. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2009, hal : I 58-61 The Java Expert System Shell, 2003 239