BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian
2.1.1 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham (Sugiono, 2009). Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari laba
bersih yang dibagikan pemegang saham. Sedangkan Basuki (2012) mendefinisikan
dividen sebagai pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Pada umumnya dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham
dengan orientasi jangka panjang (Basuki, 2012).
Handayani (2010) mengemukakan bahwa tujuan pembagian dividen adalah: a)
memaksimumkan
kemakmuran
para
pemegang
saham.
Sebagian
investor
menanamkan dananya untuk memperoleh dividen dan tingginya dividen yang
dibayarkan akan mempengaruhi harga saham, b) menunjukkan likuiditas perusahaan.
Pembayaran dividen diharapkan sebagai suatu indikator bahwa kinerja perusahaan
baik dan mampu menghadapi gejolak ekonomi serta memberi hasil kepada investor,
c) sebagian investor memandang risiko dividen lebih rendah dibanding capital gain,
d) memenuhi kebutuhan konsumsi para pemegang saham, e) dividen digunakan
sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Informasi secara
12
13
keseluruhan tentang kondisi intern perusahaan sering tidak diketahui oleh investor
sehingga melalui dividen pertumbuhan perusahaan dan prospek perusahaan dapat
diketahui.
Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada
pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba
ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008).
Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan
memperhatikan maksimalisasi kemakmuran para pemegang saham dan pembiayaan
yang cukup. Kedua tujuan itu saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai
faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik dan
hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dari setiap
rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai yang dihitung
dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. Rasio pembayaran
dividen dapat dirumuskan dengan membagi dividend per share terhadap earning per
share.
Semakin besar laba yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan
untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen
merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Aljannah, 2010). Ada tiga bentuk
kebijakan pembayaran dividen yaitu:
1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant payout ratio dividend
policy). Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam
14
persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap
periode pembagian dividen. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika
pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen
menjadi rendah atau tidak ada. Dividen merupakan indikator dari kondisi
perusahaan yang akan datang sehingga mungkin dapat berdampak buruk
terhadap harga saham.
2. Kebijakan dividen teratur (regular dividend policy). Kebijakan dividen yang
didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap
periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target
rasio pembayaran dividen. Target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan di
mana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti
dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target
pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil.
3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low regular and extra
dividend policy) adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen
rendah yang teratur ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan.
Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode tertentu, perusahaan
boleh membayar tambahan dividen tersebut, di mana disebut dividen ekstra.
Dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode menunjukkan bahwa
perusahaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk
membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen ekstra diberikan sebagai
pembagian hasil pada periode yang baik.
15
Beberapa teori mengenai kebijakan dividen dalam kaitannya dengan nilai saham
berbeda satu sama lain bahkan saling bertentangan. Berikut ini adalah teori yang
muncul mengenai kebijakan dividen (Aljannah, 2010):
1. Dividend Irrelevance Theory
Modligiani dan Miller berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan
investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan bukan ditentukan oleh
kebijakan dividen melainkan oleh earning power dari aset perusahaaan.
Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran
dividen akan diimbangi dengan penurunan saham karena adanya penjualan
saham baru. Modligiani-Miller membuktikan pendapatnya secara sistematis
dengan berbagai asumsi:
a. Pasar modal yang sempurna di mana semua investor bersikap rasional.
b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.
c. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.
d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri
perusahaan.
e. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang
kesempatan investasi.
16
2. Bird in The Hand Theory
Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa
aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada
menunggu capital gain. Pendapat Gordon dan Lintner ini oleh Modligiani dan
Miller diberi nama the-bird-in-the-hand fallacy. Gordon dan Lintner beranggap
bahwa investor memandang lebih berharga satu burung di tangan daripada seribu
burung di udara. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa kemungkinan capital
gain yang diharapkan adalah lebih besar risikonya dibanding dengan dividend
yield yang pasti.
3. Tax Preference Theory
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang berpendapat
bahwa bagi investor yang dikenal sebagai pajak pendapatan perseorangan adalah
pendapatan setelah pajak. Tingkat keuntungan yang disyaratkan juga setelah
pajak. Pajak atas capital gain lebih baik dibandingkan pajak atas dividen karena
selain besaran pajak yang lebih rendah dibandingkan dividen, pajak atas capital
gain baru akan dibayar setelah saham dijual (penundaan pembayaran pajak).
Sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran
dividen.
4. Residual Theory of Dividend
Teori ini menyatakan bahwa selama perusahaan memiliki proyek investasi
yang menghasilkan return lebih tinggi dari required return maka perusahaan
17
akan mempergunakan laba untuk membelanjai investasi itu. Pendanaan eksternal
(penerbitan saham baru) lebih mahal daripada pendanaan internal. Adanya
flotation cost (biaya emisi saham) menyebabkan perusahaan mengutamakan
pendanaan internal. Jika perusahaan memiliki sisa laba setelah semua proyek
investasi yang dapat diterima dibelanjai, baru kemudian dibagikan sebagai
dividen kepada pemegang saham.
5. Clientele Effect Theory
Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai
dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok investor yang tidak
begitu membutuhkan uang saat ini akan lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Berdasarkan teori kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham
dan begitu juga sebaliknya. Fenemona ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para
investor lebih menyukai dividen daripada capital gain. Pada prakteknya kebijakan
dividen yang meningkat tidak selalu diikuti dengan meningkatnya harga saham.
Kebijakan dividen dipengaruhi oleh peluang investasi dan ketersediaan dana untuk
membiayai investasi baru. Kenyataan ini cenderung menimbulkan kebijakan dividen
residual.
18
Hanafi (2012) menyebutkan bahwa kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya:
1.
Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang dapat dibagikan kepada
para pemegang saham semakin sedikit. Investasi itu akan lebih baik jika
menghasilkan NPV yang positif.
2.
Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang memiliki aliran kas atau profitabilitas yang baik dapat
membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi
jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk
menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang memiliki kas yang
berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Perusahaan dapat membayar
dividen untuk menghindari akuisisi sekaligus membuat senang para pemegang
saham.
3.
Akses ke Pasar Keuangan
Jika perusahaan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan dapat
membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik dapat membantu perusahaan
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
4.
Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang dapat
diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat membayar
dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang
19
memiliki pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa
mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang lebih
tinggi.
5.
Pembatasan-pembatasan
Kontrak utang, obligasi ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen
dalam situasi tertentu. Perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja atau rasio
likuiditas tertentu dan perusahaan tidak dapat membayar dividen sebelum dividen
untuk pemegang saham preferen dibayar. Pada situasi normal atau baik
pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan
perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi pada situasi buruk (aliran kas lebih
kecil) pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh
perusahaan.
Dividen merupakan aliran kas keluar yang dapat mengurangi ketersediaan kas di
perusahaan sehingga mengurangi pula kemampuan perusahaan dalam melakukan
investasi di masa mendatang. Bagi investor dividen merupakan return investasi yang
menjadi indikator peningkatan wealth baginya dan pembagian dividen juga
merupakan cara bagi investor agar manajemen tidak memegang kas terlalu banyak
karena akan menimbulkan masalah keagenan (Suharli dan Oktorina, 2005).
2.1.2 Teori Keagenan
Tujuan
perusahaan
adalah
untuk
meningkatkan
atau
memaksimalkan
kemakmuran principal (pemegang saham). Tetapi pada kenyataannya tidak jarang
20
agent (manajer) yang ditunjuk untuk bertindak on the best of interest of stockholders
dalam menggapai tujuan utama tersebut memiliki tujuan lain yang mungkin
bertentangan. Tujuan lain dari manajer adalah memperbesar skala perusahaan dengan
cara ekspansi. Motif utamanya adalah untuk meningkatkan keamanan manajer dari
ancaman takeover perusahaan lain. Kepentingan meningkatkan status, power, gaji
manajer, dan melindungi karyawan yang ada dibawahnya menjadi alasan lain manajer
tidak bertindak melindungi dan memaksimalkan kemakmuran bagi pemegang saham.
Konflik kepentingan tersebut disebut dengan agency problem (Brigham dan Houston,
2010).
Hubungan antara agen dan prinsipal biasanya dalam situasi asimetri informasi.
Situasi asimetri informasi disebabkan karena adanya pihak yang memiliki informasi
lebih (agen) dibandingkan pihak lain (prinsipal). Agen memiliki informasi lebih
karena mereka berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Adanya
kepentingan pribadi mendorong agen untuk menyembunyikan informasi yang tidak
diketahui prinsipal. Wicaksana (2012) menyebutkan beberapa faktor yang
menyebabkan munculnya masalah keagenan yaitu:
1. Moral Hazard
Moral Hazard adalah perilaku seseorang yang tidak menanggung risiko akibat
tindakan yang dilakukannya. Hal ini umumnya terjadi pada perusahaanperusahaan besar dengan manajer yang cenderung memanfaatkan insentif
yang sesuai dengan keinginannya untuk bayaran yang diterima dari
perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak.
21
2. Jumlah Laba yang Ditahan
Adanya kecenderungan manajemen melakukan investasi berlebihan melalui
peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan,
prestise atau memperbesar kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris,
maupun penghargaan bagi dirinya sendiri yang dapat menghancurkan
kesejahteraan pemegang sahamnya (principal).
3. Horison Waktu
Konflik ini muncul akibat dari kondisi arus kas masa depan yang diharapkan
oleh prinsipal yang kondisinya belum pasti. Sementara manajemen
menekankan pada hal-hal yang yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
4. Penghindaran Risiko Manajerial
Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang
berhubungan dengan pendapatan manajerial atas pencapaian kinerja. Sehingga
manajer akan meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan
investasi yang meningkatkan risikonya.
Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer
dan pemegang saham. Teori residual kas dividen menyebutkan bahwa kelebihan kas
yang ada seharusnya dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin banyak dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan semakin besar kemungkinan berkurangnya laba ditahan.
Hal tersebut mengakibatkan perusahaan harus mencari sumber dana eksternal untuk
melakukan investasi. Pembayaran dividen mungkin dapat menjadi alat monitoring
atau evaluasi hasil kerja manajemen meskipun pembayaran dividen yang tinggi
22
mengakibatkan pembiayaan eksternal yang mahal (Brigham dan Houston, 2010).
Pembagian dividen kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi utilitas
manajemen yang disebabkan oleh berkurangnya dana yang berada dalam
pengendaliannya dan lebih menyukai memperlakukannya sebagai laba ditahan.
2.1.3 Laporan Keuangan
Menurut PSAK 1 (IAI, 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisikan data keuangan berupa
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang digunakan sebagai alat
komunikasi bagi perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pihak yang berkepentingan diantaranya Shareholder dan Stakeholders (Fahmi,
2012). Shareholder terdiri dari pemegang saham minoritas maupun mayoritas yang
biasanya berada di luar perusahaan. Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada
di dalam maupun luar perusahaan yang memiliki peran dalam menentukan
perusahaan. Stakeholders secara umum terbagi atas dua yaitu internal stakeholders
dan external stakeholders. Internal stakeholders terdiri dari pemegang saham,
manajemen dan top executive, karyawan dan keluarga karyawan. External
stakeholders terdiri dari konsumen, pemasok, bank, pemerintah, pesaing, akuntan
publik, bapepam, underwriter, lembaga penilai, pengadilan, akademis dan peneliti.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
23
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik serta informasi arus kas. Menurut PSAK 1 (IAI,
2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan (statement of financial position) adalah laporan yang
berisikan informasi mengenai posisi aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan pada
waktu tertentu.
2. Laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income) adalah
laporan yang menyajikan pendapatan, beban, laba atau rugi dan laba atau rugi per
saham untuk periode akuntansi tertentu.
3. Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in equity) adalah laporan yang
menyajikan informasi mengenai saldo laba untuk periode tertentu.
4. Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan yang menyajikan
informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan,
dan investasi untuk periode tertentu.
5. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement) adalah laporan yang
berisi informasi ringkasan dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan atau kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan
lain.
6. Laporan posisi keuangan awal periode (statement of financial position at
beginning of period) adalah laporan posisi keuangan yang disajikan ketika entitas
24
menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya.
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang
manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha dari suatu
perusahaan pada satu periode tertentu dengan membandingkan dua buah variabel
yang diambil dari laporan keuangan perusahaan (Irawati, 2006). Laporan keuangan
yang utama digunakan dalam menghitung rasio keuangan yaitu laporan posisi
keuangan, laporan rugi laba dan laporan arus kas (Fahmi, 2012). Manfaat analisis
rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu:
1. Pihak Internal (Manajemen)
Analisis rasio keuangan berguna bagi pihak manajemen sebagai cara untuk
mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak bagi tindakan
perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang.
2. Pihak Eksternal (Investor)
Bagi para investor rasio keuangan bermanfaat dalam meramalkan atau
menentukan prediksi kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya di
masa mendatang.
25
2.1.4.1 Rasio Profitabilitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aset perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Irawati, 2006). Menurut (Al
Shabibi dan Ramesh, 2011) profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Rasio pembayaran dividen bergantung
pada laba yang diperoleh. Semakin tinggi laba yang diperoleh semakin banyak
dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi
penuh dari likuiditas, aktivitas, dan leverage pada hasil operasi (Bearley et. al., 2008).
Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Semakin tinggi profitabilitas perusaahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam membayar dividen. Rasio profitabilitas yang paling umum digunakan di
antaranya gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), earning power ratio,
return on assets (ROA)/ return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).
Penelitian ini menggunakan net profit margin dan return on assets sebagai proksi dari
profitabilitas.
Net profit margin adalah rasio yang mengukur laba bersih terhadap penjualan
(Fahmi, 2012). Menurut Basuki (2012) net profit margin mengukur laba yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Margin laba yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.
Rumus yang digunakan adalah dengan membagi earning after tax terhadap sales.
26
Menurut Irawati (2006) return on assets merupakan kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba
operasi perusahaan. Return on assets ini sering disebut dengan Earning Power.
Return on assets adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menilai
sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi, 2012). Maka return on assets
dapat dirumuskan dengan membagi earning after tax terhadap total assets.
2.1.4.2 Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2012). Menurut Griffin
(2010) likuiditas mempengaruhi daya tarik saham kepada investor. Jika perusahaan
mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid. Tetapi bila
perusahaan tidak mampu membayar dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan
illikuid (Irawati, 2006). Likuiditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat
mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
jangka pendeknya berarti perusahaan itu juga mampu dalam membayar dividen.
Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen.
Rasio likuiditas yang paling umum digunakan di antaranya current ratio, cash
ratio, quick ratio, dan net working capital ratio. Penelitian ini menggunakan current
ratio sebagai proksi dari likuiditas. Current ratio merupakan kemampuan perusahaan
27
memenuhi kebutuhan utang jangka pendeknya ketika jatuh tempo (Fahmi, 2012).
Rasio ini membandingkan antara aset lancar yang dimilki perusahaan dengan
liabilitas jangka pendek. Current ratio dapat dirumuskan dengan membagi current
assets terhadap current liabilities.
2.1.4.3 Rasio Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar penggunaan
pendanaan melalui utang atau persentase aset perusahaan dibiayai oleh utang (Fahmi,
2012). Menurut John dan Muthusamy (2010) leverage adalah faktor krusial yang
mempengaruhi perilaku dividen suatu perusahaan. Jika tingkat leverage tinggi berarti
perusahaan lebih berisiko dalam arus kas. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage
tinggi akan membayar dividen yang lebih rendah untuk menghindari biaya yang
meningkatkan modal eksternal perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar penggunaan utang yang
mengakibatkan semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi perusahaan.
Sementara penggunaan leverage yang tepat dapat membantu manajemen memperoleh
laba yang diharapkan. Semakin besar leverage perusahaan semakin rendah
kemampuan perusahaan membayar dividen. Rasio leverage yang umum digunakan di
antaranya debt to assets ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio.
Penelitian ini menggunakan debt to assets ratio dan debt to equity ratio sebagai
proksi dari leverage.
Debt to assets ratio adalah rasio yang mengukur persentase besarnya dana yang
berasal dari pinjaman terhadap total aset (Fahmi, 2012). Rasio ini menunjukkan
28
bagian dari keseluruhan aset yang dibelanjai oleh utang. Debt to assets ratio dapat
dirumuskan dengan membagi total debt terhadap total assets.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang mengukur perimbangan antara
kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri dan menunjukkan
besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor (Fahmi, 2012). Menurut Wicaksana
(2012) debt to equity ratio adalah suatu rasio yang mengindikasikan proporsi
hubungan antara utang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai aset
perusahaan. Debt to equity ratio dapat dirumuskan dengan membagi total debt
terhadap total equity.
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang dividend payout ratio (DPR) telah banyak dilakukan
sebelumnya antara lain Suharli dan Oktorina (2005), Anil dan Kapoor (2008), Budiarto
(2009), Handayani (2010), Karami (2011), Dewanti dan Sudiartha (2011), Sumiadji
(2011), Ipaktri (2012), Wicaksana (2012), Sulisetyani dan Rahayu (2013). Namun
penelitian terdahulu tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.
Penelitian Suharli dan Oktorina (2005) yang menguji rasio profitabilitas, likuiditas
dan hutang dalam memprediksi tingkat pengembalian investasi. Proksi yang digunakan
masing-masing adalah return on investment (ROI), current ratio dan debt to equity ratio
(DER) memperoleh hasil bahwa profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh positif
signifikan dan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengembalian
investasi. Anil dan Kapoor (2008) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi dividend
29
payout ratio pada perusahaan teknologi informasi di India. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh tidak signifikan dan cash flow
berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Sementara variabel lain
seperti corporate tax, risk dan growth opportunities tidak berpengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Penelitian yang dilakukan Budiarto (2009) dengan judul prediksi tingkat
pengembalian investasi sekuritas pada perusahaan manufaktur melalui informasi
akuntansi perusahaan. Pengujian dilakukan pada industri otomotif periode 2003-2007
dengan menggunakan variabel profitabilitas yang diproksikan oleh net profit margin
(NPM), likuiditas yang diproksikan oleh current ratio dan leverage yang diproksikan
oleh debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya likuiditas
yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Sementara
profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan.
Handayani
(2010)
dengan
judul
penelitian
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia 2005-2007. Variabel independen yang digunakan adalah return on assets
(ROA), debt to equity ratio (DER), current ratio dan size. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Variabel independen lainnya seperti return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER)
dan size berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Karami (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh leverage dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen dengan proksi masing-masing adalah debt to equity ratio
30
(DER) dan current ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua variabel
independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dewanti dan
Sudiartha (2011) meneliti pengaruh cash ratio, debt to equity ratio dan earning per
share terhadap cash dividend. Penelitian dilakukan pada perusahaan food and beverages
periode 2005-2010 yang menghasilkan kesimpulan bahwa variabel debt to equity ratio
dan earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap cash dividend. Variabel
cash ratio menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan terhadap cash dividend.
Sumiadji (2011) melakukan penelitian tentang variabel keuangan yang
mempengaruhi kebijakan dividen dengan variabel independen ROA, cash ratio, DER,
EPS dan total assets turnover (TATO). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel cash ratio, EPS dan TATO berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sementara
ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Penelitian yang dilakukan Ipaktri (2012) tentang pengaruh kepemilikan manajerial,
profitabilitas, likuiditas dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen kas. Penelitian
yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini
menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan
terhadap DPR. Sementara kepemilikan manajerial dan arus kas bebas tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
Wicaksana (2012) menguji pengaruh cash ratio, debt to equity ratio dan return on
assets terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel independen tersebut (cash ratio,
DER dan ROA) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
31
Sulisetyani dan Rahayu (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis
Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Debt to Total Assets
(DTA), Net Profit Margin (NPM) terhadap Devidend Payout Ratio (DPR). Studi
empirik pada perusahaan manufaktur sektor otomotif serta makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011 ini menghasilkan kesimpulan
bahwa variabel Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap Devidend
Payout Ratio (DPR). Sementara variabel Earning Per Share (EPS), Debt to Total Assets
(DTA) dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap Devidend
Payout Ratio (DPR). Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut.
32
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
1
Suharli dan
Oktorina
(2005)
Memprediksi
Tingkat
Pengembalian
Investasi Pada
Equity
Securities
Melalui Rasio
Profitabilitas,
Likuiditas, dan
Hutang Pada
Perusahaan
Publik di
Jakarta
Variabel
independen
yang digunakan
adalah
Profitabilitas
(ROI),
Likuiditas (CR)
dan Hutang
(DER) serta
Return Invetasi
(DPR) sebagai
variabel
dependen.
2
Kanwal
Anil dan
Sujata
Kapoor
(2008)
Determinants
of Dividend
Payout RatiosA Study of
Indian
Information
Technology
Sector
Variabel
inderpenden
yang digunakan
adalah Current
and Anticipated
Earnings, Cash
Flow,
Corporate Tax,
Risk, Growth
Persamaan
dengan
Penelitian
Penulis
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Suharli dan
Oktorina (2005)
adalah pada cara
menghitung
profitabilitas,
likuiditas, dan
leverage yaitu
dengan
menghitung
Return On Assets,
Current Ratio,
dan Debt to
Equity Ratio.
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Kanwal Anil dan
Sujata Kapoor
(2008) adalah
sama-sama
menggunakan
Dividend Payout
Perbedaan dengan
Penelitian Penulis
Hasil Penelitian
Perbedaan penelitian
penulis dengan
penelitian Suharli
dan Oktorina (2005)
adalah pada variabel
independen, penulis
menambahkan Net
Profit Margin dalam
profitabilitas dan
Debt to Assets Ratio
dalam Leverage.
1. Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap DPR.
2. Likuiditas berpengaruh
positif terhadap DPR.
3. Leverage berpengaruh
negatif terhadap DPR.
Penulis tidak
menggunakan Cash
Flow, Corporate
Tax, Risk dan
Growth
Opportunities.
1. Variabel profitabilitas
berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap
DPR.
2. Cash Flow berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap DPR.
3. Corporate Tax tidak
berpengaruh signifikan
Cara menghitung
profitabilitas, penulis
33
Opportunities.
Sementara
Variabel
dependen yang
digunakan
adalah Dividend
Payout Ratio.
Ratio sebagai
variabel
dependen.
menggunakan
Return On Assets,
sedangkan Anil dan
Kapoor
menggunakan
Earning Power
Ratio.
terhadap DPR.
4. Risk tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
5. Growth Opportunities
tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
1. Profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat
pengembalian investasi
berupa dividen.
2. Likuiditas berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
pengembalian investasi
berupa dividen.
3. Leverage tidak
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat
pengembalian investasi
berupa dividen.
1. Return On Assets
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
2. Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
3. Current Ratio tidak
berpengaruh signifikan
3
Budiarto
(2009)
Prediksi
Tingkat
Pengembalian
Investasi
Sekuritas pada
Perusahaan
Manufaktur
Melalui
Informasi
Akuntansi
Perusahaan
Variabel
independen
yang digunakan
adalah
Profitabilitas
(NPM),
Likuiditas (CR),
Leverage
(DER), dengan
variabel
dependen yaitu
Return Investasi
(DPR).
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Budiarto (2009)
adalah seluruh
variabel
independen dan
variabel dependen
ada dalam
penelitian penulis.
Penulis
menambahkan
Return On Assets
dalam menghitung
profitabilitas dan
Debt to Assets Ratio
dalam menghitung
leverage.
4
Handayani
(2010)
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Dividend
Payout Ratio
pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Variabel
independen
yang digunakan
adalah Return
On Assets, Debt
to Equity Ratio,
Current Ratio
dan Size dengan
Dividend
Payout Ratio
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Handayani (2010)
adalah sama-sama
menggunakan
Return On Assets,
Debt to Equity
Ratio, Current
Ratio sebagai
Penulis
menggunakan
tambahan proksi Net
Profit Margin dan
Debt to Assets Ratio
pada variabel
independen.
Penulis tidak
menggunakan Size
34
Indonesia
Periode 20052007
sebagai variabel
dependen.
variabel
independen.
dalam variabel
independen.
Variabel
independen
yang digunakan
adalah Debt to
Equity Ratio
dan Current
Ratio dalam
mengukur
Leverage dan
Likuiditas.
Sementara
Variabel
dependen yang
digunakan
adalah Dividend
Payout Ratio.
Variabel
dependen yang
digunakan
adalah Cash
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
dan Earning Per
Share serta
Cash Dividend
sebagai variabel
dependen.
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Candra Karami
(2011) adalah
sama-sama
mengukur
leverage dan
likuiditas dengan
Debt to Equity
Ratio dan Current
Ratio pada
variabel
independen.
Penulis
menggunakan
tambahan variabel
yaitu profitabilitas
yang diukur dengan
Net Profit Margin
dan Return On
Assets serta
mengukur Debt to
Assets Ratio dalam
menghitung
Leverage pada
variabel independen.
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Dewanti dan
Sudiartha (2011)
adalah sama-sama
mengukur Debt to
Equity Ratio
terhadap Dividend
Payout Ratio
sebagai variabel
Penulis menguji
variabel
profitabilitas yang
diukur dengan Net
Profit Margin dan
Return On Assets,
likuiditas diukur
melalui Current
Ratio bukan Cash
Ratio serta penulis
tidak menguji
5
Candra
Karami
(2011)
The Influence
of Leverage
and Liquidity
on Dividend
Policy
6
Lisna
Dewanti
dan Merta
Sudiartha
(2011)
Pengaruh Cash
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
dan Earning
Per Share
Terhadap Cash
Dividend pada
Perusahaan
Food and
Beverages
yang Terdaftar
terhadap Dividend Payout
Ratio.
4. Size berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
1. Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
2. Current Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
1. Cash Ratio berpengaruh
signifikan terhadap Cash
Dividend.
2. Debt to Equity Ratio
tidak berpengaruh
signifikan terhadap Cash
Dividend.
3. Earning Per Share tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Cash Dividend.
35
7
8
Sumiadji
(2011)
Ipakrti
(2012)
di Bursa Efek
Indonesia
Periode 20052010
Analisis
Variabel
Keuangan
yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Dividen
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Profitabilitas,
Likuiditas, dan
Arus Kas
Bebas
Terhadap
Kebijakan
Dividen Kas
dependen.
Earning Per Share
sebagai variabel
independen.
Variabel
independen
yang digunakan
adalah Return
On Assets, Cash
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Earning Per
Share dan Total
Assets Turnover
serta Dividend
Payout Ratio
sebagai variabel
dependen.
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Sumiadji (2011)
adalah sama-sama
mengukur Return
On Assets dan
Debt to Equity
Ratio sebagai
variabel
independen.
Penulis menguji Net
Profit Margin yang
merupakan proksi
dari profitabilitas
dan Current Ratio
yang merupakan
proksi dari likuiditas.
Variabel
independen
yang digunakan
adalah
Kepemilikan
Manajerial,
Profitabilitas,
Likuiditas dan
Arus Kas Bebas
serta Dividend
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Ipaktri (2012)
adalah sama-sama
mengukur
Current Ratio
sebagai proksi
dari likuiditas.
Penulis menguji
profitabilitas dengan
mengukur Net profit
Margin dan Return
On Assets.Sementara
penelitian Ipaktri
menggunakan
Return On Equity
sebagai proksi dari
profitabilitas.
Penulis tidak
menggunakan
Earning Per Share
dan Total Assets
Turnover yang
merupakan proksi
dari rasio penilaian
dan rasio aktivitas.
1. ROA, CR, DER, EPS,
dan TATO secara simultan
berpengaruh terhadap DPR.
2. Variabel ROA tidak
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
3. Variabel CR
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
4. Variabel DER tidak
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
5. Variabel EPS
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
6. Variabel TATO
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
1. Kepemilikan Manjerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
2. Profitabilitas
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
3. Likuiditas berpengaruh
signifikan terhadap
36
9
10
I Gede
Ananditha
Wicaksana
(2012)
Sulisetyani
dan Rahayu
(2013)
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Pengaruh Cash
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
dan Return On
Asset Terhadap
Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia
Payout Ratio
sebagai variabel
dependen.
Variabel
independen
yang digunakan
adalah Cash
ratio, Debt to
Equity Ratio,
Return on
Assets, serta
Dividend
Payout Ratio
sebagai variabel
dependen.
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Wicaksana (2012)
adalah sama-sama
menggunakan
Return On Assets
dan Debt to
Equity Ratio
sebagai variabel
independen.
Analisis
Pengaruh
Return On
Investment
(ROI),
Earning Per
Share (EPS),
Variabel
independen
yang digunakan
adalah Return
On Investment,
Earning Per
Share, Debt to
Persamaan
penelitian penulis
dengan penelitian
Sulisetyani dan
Rahayu (2012)
adalah sama-sama
menggunakan Net
Penulis tidak
menggunakan
variabel kepemilikan
manajerial dan arus
kas bebas dalam
variabel independen.
Penulis
menambahkan Net
Profit Margin dalam
memproksikan
profitabilitas dan
Debt to Assets Ratio
dalam
memproksikan
leverage.
Penulis
menggunakan
Current Ratio
sebagai proksi dari
likuiditas, sementara
penelitian
Wicaksana
menggunakan Cash
Ratio.
Penulis menguji
likuiditas yang
diproksikan oleh
Current Ratio.
Penulis
menambahkan Debt
Dividend Payout Ratio.
4. Arus Kas Bebas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
1. Cash Ratio berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio.
2. Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
3. Return On Assets
berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
1. Return On Investment
berpengaruh signifikan
terhadap Devidend Payout
Ratio.
2. Earning Per Share tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Devidend Payout
37
Debt to Total
Assets (DTA),
dan Net Profit
Margin (NPM)
Terhadap
Dividend
Payout Ratio
(DPR)
Total Assets,
Net Profit
Margin serta
Dividend
Payout Ratio
sebagai variabel
dependen.
Profit Margin,
Return On Assets
dan Debt to Total
Assets Ratio
sebagai variabel
independen.
to Equity Ratio
dalam
memproksikan
leverage.
Penulis tidak
menguji Earning Per
Share sebagai
variabel independen.
Ratio.
3. Debt to Total Assets
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Devidend Payout Ratio.
4. Net Profit Margin tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Devidend Payout
Ratio.
38
2.2 Kerangka Pemikiran
Dividen merupakan distribusi pendapatan perusahaan yang merupakan hak
pemegang saham yang dapat berbentuk kas, aktiva atau bentuk lain (Sugiono,
2009). Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada
pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba
ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008).
Sementara itu prosentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham disebut dividend payout ratio (DPR). Pembagian dividen yang lebih
besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai
perusahaan (Utami, 2008).
Manajemen pada umumnya menahan laba untuk melunasi utang dan sebagai
tambahan investasi. Pembayaran dividen dapat berdampak pada peningkatan laba per
lembar saham yang akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham.
Kebijakan dividen residual menyatakan bahwa laba yang diperoleh perusahaan akan
digunakan untuk proyek investasi selama proyek itu menghasilkan return yang
melebihi required return. Apabila ada sisa laba setelah pembiayaan proyek, dividen
dapat dibagikan kepada pemegang saham tanpa mengurangi kemampuan perusahaan
untuk mewujudkan rencana operasi di masa mendatang. Indonesia merupakan negara
yang berkembang begitu pula industri-industri yang berada di dalamnya sedang
dalam tahapan pertumbuhan yang tinggi. Sehingga kebutuhan dana internal untuk
pertumbuhan perusahaan tidak bisa dihindari dibanding pendanaan eksternal yang
selalu melekat dengan risiko berupa beban bunga.
39
Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan
memperhatikan maksimalisasi kekayaan para pemegang saham dan pembiayaan yang
cukup. Kedua tujuan itu saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai faktor
hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik dan hubungan
dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan.
Dividen merupakan salah satu alasan utama investor dalam berinvestasi. Laporan
keuangan menjadi sumber informasi bagi para investor termasuk di dalamnya para
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan memprediksi besar return
yang dapat diterima. Sebab aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan
pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para
investor (Aljannah, 2010). Laporan keuangan itu berisi informasi kinerja keuangan
yang tampak dalam bentuk rasio keuangan untuk mempermudah dalam memahami
hasil kinerja, prestasi dan kondisi keuangan perusahaan dari aspek profitabilitas,
likuiditas dan leverage yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kebijakan dividen.
Profitabilitas merupakan kemampuan dan efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas perusaahaan, semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Net profit margin (NPM) dan
return on assets (ROA) digunakan sebagai proksi dari profitabilitas. Rasio ini dapat
memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam malaksanakan kontrol
biaya ataupun pengelolaan aktivanya untuk memperoleh laba.
40
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat
mempengaruhi kebijakan dividen. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Current ratio digunakan
sebagai proksi likuiditas dalam penelitian ini karena current ratio adalah rasio yang
paling umum dan banyak digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan.
Wicaksana (2012) mengemukakan bahwa aturan struktur finansial konservatif
memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan
mengenai besarnya modal asing atau eksternal dan modal sendiri. Diasumsikan
bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal sendiri
yaitu modal yang tahan risiko maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa
besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya
modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka
akan menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan
menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri maka perusahaan wajib
memberikan balas jasa pada mereka dalam bentuk dividen. Semakin besar
pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya
maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan (Wicaksana, 2012). Sehingga
semakin tinggi penggunaan utang (leverage) dalam suatu perusahaan maka semakin
sulit perusahaan dalam membayar dividen. Penelitian ini menggunakan debt to assets
ratio (DAR) dan debt to equity ratio (DER) sebagai proksi leverage.
41
Wicaksana (2012) menyatakan bahwa ukuran kinerja keuangan dengan analisis
rasio dari sudut pandang pemberi jaminan adalah yang pertama likuiditas perusahaan
yang dapat dinilai melalui current ratio dan cash ratio dan yang kedua leverage
keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui debt to assets ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER). Sementara dari sudut pandang investor adalah profitabilitas,
aktivitas, dan nilai pasar.
Pembayaran dividen menjadi suatu masalah bagi para investor ketika berada pada
kondisi yang terjadi pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut diantaranya PT Sepatu Bata Tbk., PT
Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Goodyear Indonesia Tbk.
Pada kondisi
profitabilitas yang meningkat signifikan dari tahun sebelumnya berbanding terbalik
dengan besar pembayaran dividen yang turun signifikan. Likuiditas perusahaan yang
meningkat berbanding terbalik dengan pembayaran dividen yang turun signifikan.
Sementara saat pembayaran dividen mengalami peningkatan disertai dengan leverage
yang mengalami peningkatan. Hal tersebut menjadi masalah bagi investor karena
perusahaan seperti itu melekat dengan risiko yang tinggi dalam kemampuannya
berinvestasi kembali di masa mendatang dan kesulitan dalam melunasi kewajiban
yang akan berdampak terancamnya kehilangan hak atas return investasinya.
Sehubungan dengan itu penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga
dapat mempengaruhi dividend payout ratio yaitu net profit margin, return on assets,
current ratio, debt to assets ratio dan debt to equity ratio.
42
Gambar 2.1
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PROFITABILITAS
(NPM, ROA)
(+)
(+)
LIKUIDITAS
(Current Ratio)
LEVERAGE
(DAR, DER)
Dividend Payout Ratio
(-)
Sumber : Suharli dan Oktorina (2005), Budiarto (2009), Handayani (2010), Sumiadji
(2011), Wicaksana (2012), Sulisetyani dan Rahayu (2013).
43
Gambar 2.2
Kerangka Pikir Konseptual
Kinerja perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dalam
menghasilkan laba
Kebijakan Dividen
Laba Ditahan
Laba dibagikan dalam bentuk dividen
Kajian Empiris :
1.
Suharli dan
Oktorina (2005)
2. Anil dan Kapoor
(2008)
3. Budiarto (2009)
4. Handayani (2010)
5. Karami (2011)
6. Dewanti dan
Sudiartha (2011)
7. Sumiadji (2011)
8. Ipaktri (2012)
9. Wicaksana (2012)
10. Sulisetyani dan
Rahayu (2013)
Dividen Tunai
Dividen Saham
Dividend Payout
Ratio (Y)
Faktor yang mempengaruhi
Faktor keuangan :
1.
2.
3.
Profitabilitas
(X1)
Likuiditas (X2)
Leverage (X3)
Kajian Teoritis :
1.
2.
Teori Kebijakan
Dividen
Teori Keagenan
Perumusan Hipotesis
Pengujian Statistik
Hasil pengujian statistik secara parsial maupun simultan
Faktor non
keuangan
44
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio
Profitabilitas merupakan kemampuan dan efektivitas penggunaan aset perusahaan
dalam memperoleh laba selama periode tertentu (Irawati, 2006). Profitabilitas
merupakan sekelompok yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, aktivitas
dan utang pada hasil operasi. Handayani (2010) dan Basuki (2012) menyatakan bahwa
profitabilitas merupakan variabel yang penting sebagai perimbangan para manajer
perusahaan dalam rangka menentukan kebijakan dividen.
Return saham yang diterima pemegang saham merupakan bagian dari laba setelah
dikurangi kewajiban tetapnya berupa bunga dan pajak. Meningkatnya profitabilitas yang
dicapai perusahaan akan meningkatkan harapan investor untuk memperoleh pendapatan
dividen yang tinggi pula. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pula laba yang diperoleh dan persentase pembayaran dividen semakin besar. Dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
2.3.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Dividend Payout Ratio
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajiban jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang mampu melakukan pembayaran
artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid tetapi jika perusahaan tidak mampu
membayar maka perusahaan dikatan dalam keadaan illikuid (Irawati, 2006).
Suatu perusahaan yang lancar dalam melunasi kewajibannya yang jatuh tempo
meyakinkan para investor akan harapannya pada perusahaan tersebut dapat membayar
dividen. Tujuan pembagian dividen menunjukkan likuiditas perusahaan. Pembayaran
45
dividen diharapkan sebagai suatu indikator bahwa kinerja perusahaan baik dan
mampu menghadapi gejolak ekonomi serta memberi hasil kepada investor.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif
terhadap dividend payout ratio.
2.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Dividend Payout Ratio
Rasio utang atau lebih dikenal dengan istilah leverage adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam penggunaan proporsi utang untuk menjalankan kegiatan operasi
perusahaan. Semakin besar modal sendiri yang digunakan dalam beroperasi maka
semakin kecil risiko yang ditanggung perusahaan. Sebaliknya semakin besar
penggunaan utang akan meningkatkan risiko bagi perusahaan. Keputusan dalam
menentukan jumlah utang yang optimal merupakan suatu proses yang rumit karena akan
berdampak pada profitabilitas perusahaan dan besar dividen yang dibagikan.
Meningkatnya pinjaman akan mengurangi laba bersih karena digunakan untuk
membayar bunga pinjaman maka hak pemegang saham (dividen) juga semakin
berkurang (Basuki, 2012). Suharli dan Oktorina (2005) dan Budiarto (2009) menyatakan
bahwa semakin besar leverage akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.
Menurut Sugiyono (2012) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta empiris yang
46
diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan konsep, konstruk, penelitian
terdahulu dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1
: Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Secara Parsial Berpengaruh
Signifikan Terhadap Dividend Payout Ratio.
H2
: Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Secara Simultan Berpengaruh
Signifikan Terhadap Dividend Payout Ratio.
Download