DAMPAK PERNIKAHAN PEREMPUAN HAMIL TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Ngabul Tahunan Jepara) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-I) Dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Disusun Oleh: ANISATUL MAR’AH NIM: 1211012 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015 PERNYATAAN KEASLIAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya Anisatul Mar’ah Nim: 1211012, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini: 1. Seluruhnya merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk dan untuk keperluan apapun 2. Tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain kecuai informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikan rujukan dalam penulisan skripsi ini, Saya bersedia menerima saksi dari fakultas apabila di kemudian hari ditemukan ketidak benaran dari pernyataan ini. Jepara,18 September 2015 Penulis ANISATUL MAR’AH NIM: 1211012 iii MOTTO ُّ الد نْ يَا َمتَاعٌ َو َخ ْي ر َمتَ ِاع ُّ الصالِ َحة َّ الدنْ يَا ال َْم ْرأَة Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri sholehah. (HR.Muslim).1 1 M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta, Gema Insani, 2005), hal. 375. iv PERSEMBAHAN Sekripsi ini saya persembahkan : Kepada kedua orang tua saya Bapak Suwono, dan ibu Siti Masni, Mertua saya Bp Sukardi (alm) dan ibu Mastiyah. Suami saya Ahmad Fauzi. Keluarga Besar saya yang selalu mendukung, kakak, Nenek, Saudara-Saudara, dan tetangga yang saya sayangi dan cintai. Temen-teman: Agnia yuniska, Angraini ishidayati, Laelatul khasanah, Titiana, Dafit Hidayah, Fadhilatus sa’idah. Ela Rofiana. Yang selalu bersama sama dalam membut tugas, dan mensuport satu sama lain teman deket saya Ema Lutfiana dan Selfi nufita N. Tidak lupa dengan teman satu kelas fakultas syari’ah dan ilmu hukum 2011. v ABSTRAK Anisatul Mar’ah, Nim : 1211012. Mahasiswa jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Nadhdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, judul skripsi : “ Dampak Pernikahan Perempuan Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga” Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis keharmonisan keluarga menurut Permpuan hamil. Permasalahan peneliti ini adalah, faktor terjadinya perempuan hamil, dan dampak pernikahan perempuan hamil terhadap keharmonisan keluarga. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi. Berdasarkan pembahasan yang telah penyusun kemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keharmonisan keluarga menurut Perempuan hamil adalah bahagia bersama, berhias kasih sayang sesama suami dan anak-anaknya. Mereka senang dan bahagia ketika kedatangan seorang anak yang dilahirkan, mereka sangat menyayagi anak dan istrinya dengan sepenuh hati. Tentang masalah ekonomi mereka menerima apa adanya jerih payah suami yang dihasilkannya. faktor terjadinya perempuan hamil adalah dengan berpacaran, berpacaran adalah tindakan yang jelas-jelas membuka lahan subur untuk melakukan kemaksiatan, apalagi dengan adanya saling pandang memandang, merba dan saling berpelukan, maka perbuatan itu sungguh dekat dengan perzinaan. vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beserta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya, amin. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada program studi ahwal al-Syakhsiyah, Fakultas Syaria’ah dan Hukum. Maka dengan selesainya skripsi ini penulis telah melakukan usaha secara maksimal, sehingga usaha ini tidak akan berarti tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun spiritual. Oleh karena itu penulis mengucapkan trima kasih atas bantuan. Bimbingan dan saran serta kebaikan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu, iringan dengan do’a dan ucapan trimakasih penulis sampaikan kepada” 1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan karunia-Nya. 2. Nabi Muhammad SAW yang telah membawa islam untuk kemaalahatan hidup manusi, dan penulis nantikan syafa’atnya. 3. Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom HM. Selaku rektorat UNISNU Jepara. 4. Dekan Fakultas UNISNU Jepara Bapak Drs. HA. Barowi TM., M.Ag. 5. Ibu Mayadina Rahmi Musfiroh, S.HI, MA selaku Dosen pembimbing yang dengan sabar dan ketelitannya telah memberikan pengarahan dan perbaikan yang berguna bagi terwujudnya skripsi ini. 6. Segenap para bapak/ ibu dosen Fakultas Syari’ah dan segenap karyawan Universitas Islam Nahdlotul Ulama (UNISNU) Jepara. 7. Segenap para bapak/ ibu pegawai Balaidesa Ngabul yang sudah memberikan izin dan membantu memberikan arahan arahan sehingga penulis skripsi berjalan lancer. 8. Kedua orang tua yang selau mendo’akan dan memberi dukungan sehingga penulis skripsi berjalan lancer. vii 9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi. Kepada semua pihak yang telah peneliti sebutkan diatas, peneliti merasa berhutang budi, namun peneliti tidak dapat membalas apa-apa, hanya mengucapkan trima kasih dan berrdo’a semoga ama baik dapat di trima sebagai amal sholih disisi Allah SWT. Akhirnya kepada semua pihak. Peneliti mengharapakan saran dan kritik yang membangun guna mengarah kepada kesempurnaan skripsi ini. Jepara,18 September 2015 Penulis Anisatul Mar’ah Nim . 1211012 viii DAFRAT ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………i HALAMAN NOT PEMBIMBING ………………………………………. ……ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………..…………………...iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………iv HALAMAN MOTTO ………………………………………………........... …....v HALAMAN PERSEMBAHA …………………………..……………………...vi HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………….. …...vii KATA PENGANTAR …………………………………………….. …………..viii BAB I : PENDAHULUAAN A. Latar belakang masalah …………………………………………….1 B. Penegasan Judul ……………………………………………............6 C. Rumusan Masalah ……………………………………………........7 D. Tujuan Penelitian …………………………………………………..7 E. Manfaat Penelitian ……………………………………………........7 F. Telaah Pustaka …………………………………………………......8 G. Metode Penelitian ……………………………………………........14 H. Sistematika Penulisan Skripsi …………………………………….16 BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian keluarga sakinah……………………………………….19 B. Tujuan keluarga dalam islam ……………………………………...23 C. Dasar umum perkawinan 1. Pengertian Pernikahan ………………………………………..28 ix 2. Hukum Pernikahan …………………………………………...34 3. Tujuan pernikahan ………………………………………........38 4. Syarat-Syarat Dan Rukun Pernikahan ………………………..42 5. Hukum Pernikahan Wanita Hamil ……………………………47 BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITI A. Data Umum 1. Letak Geografis Desa Ngabul ………………………………….50 2. Sejarah Desa Ngabul……………………………………………53 3. Keadaan Sarana Prasarana Desa Ngabul ………………………57 4. Misi dan Visi Desa Ngabul …………………………………….58 B. Data Khusus 1. Pandangan Perempuan Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga………………………………………………………...60 2. Faktor Penyebap Pernikahan Perempuan Hamil ………………………………………………………………….62 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor Penyebap Pernikahan Perempuan Hamil ……………………………………………………………………...64 B. Analisis Dampak Pernikahan Perempuan Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga …………………………………………...68 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………….75 B. Saran ………………………………………………………………76 C. Penutup ……………………………………………………………76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranan yang positif dalam mewujudkan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti naluri dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturannya. Demi menjaga aturan allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan saling menghormati.1 Al–Quran menjelaskan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagimana firman Nya dalam surat Az-Zariyat ayat 49 : ِ ْ وِم ْن ُك ِّل َشي ٍء َخلَ ْقنَا َزْو َج ْي لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن َ ْ “ Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah SWT”.2 1 2 Abdul Rohman Ghozali, Fikih Munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2010), hal. 11. Mentri Agama, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta: Umum Al-Mujamma’, 1971), hal. 49. 1 2 Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana tercantum dalam surat AnNisa’ ayat 1: ِ َّ ِسو َّ َاح َدةٍ َو َحلَ َق ِمْن َها َزْو َج َها َوب ًث ِمْن ُه َما ِر َجاال َ ِ اس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الذى َخلَ َق ُكم ِّم ْن نَّ ْف ُ َيَاأَيُّ َها الن َواأل َْر َح َام اِ َّن اهللَ َكا َن ََلَْْ ُك ْم َر قِْْبًا، َواتَّ ُقوا اهللَ الَّ ِذى تَ َساءَ لُو َن بِِه,ًكثِ ًريا َّونِ َسآء “wahai manusia! Bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasanganya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya allah memperkembangbiakkan lali-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargan keharmonian. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasinyawahai manusia!, bertakwalah kepada tuhanmu Tuhanmu yang telah menci”. (Qs An-Nisa’:1).3 Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui jenjang perkawinan yang ketentuannya di rumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan. Hukum islam juga diterapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat, baik untuk hidup didunia maupun akhirat. Kesepakatan imam mazhab bahwa nikah adalah suatu ikatan yang dianjurkan syari’at.Untuk menghindari perbuatan zina maka bagi yang sudah 3 An Nisa’, (1). 3 berkeinginan untuk nikah sangat dianjurkan untuk melaksanakan nikah. Yang demikian adalah lebih utama dari pada haji, sholat, jihad dan puasa sunnah.4 Tujuan pernikahan dalam islam tidak hanya sekedar pada pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama.5 Dalam buku fikih Munakahat menurut Zakiyah Drajat dkk. Mengemukakan lima tujuan dalam perkawinan:6 1. Mendapatkan dan melangsungkan perkawinan. 2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya. 3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. 4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal. 5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentramatas dasar cinta dan kasih sayang. Perkembangan zaman yang semakin canggih, semakin mendukung untuk terjadinya kehamilan diluar nikah bukan lagi hal aneh untuk didengar. Pergaulan bebas tersebut sebagai pengaruh dari kemajuan zaman dimana dua Syaikh Al-allamah Muhammad bin ‘abdurrahman Ad-Dimasqi, fiqih empat mazhab, (Bandung: Hasim, 2012), hal. 318. 5 Azam Abdul Azis Muhammad, Hawwas abdul Wahhab Syyed, fiqih munakahat Khitbah,Nikah, Talak, (jakartam: Amzah, 2014), hal. 39. 6 Tihami, Saharani Sohari, Fikih Munkahat (Kajian Fikih Nikah Lengkap). (Jakrta: PT Rajagrafindo Persado. 2010), hal. 15. 4 4 orang berlawanan jenis tidak malu duduk berduaan, gandengan tangan dan sebagainya. Pergaulan tersebut kadang berjuang pada persetubuhan di luar nikah yang mengakibatkan kehamilan. Padahal kehamilan di luar nikah adalah sebuah aib yang harus ditutupi, maka salah satunya adalah dengan menikahkan wanita yang hamil tersebut. Yang dimaksud dengan kawin hamil disini ialah kawin dengan seorang wanita yang hamil diluar nikah, baik dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya maupun laki-laki yang bukun menghamilinya.7 Dalam hal mengawini perempuan hamil karena zina ulama berbeda pendapatdalam menetapkan hukumnya. Ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Zahiriyah mengatakan bahwa, perempuan hamil karena zina boleh dikawini tanpa menunggu kelahiran sibayi yang dikandungnya, sedangkan menurut ulama Malikiyah dan Hambali mengatakan perempuan hamil karena zina tidak boleh dikawini setelah ia melahirkan anaknya.8 Tidak pantas seorang pria yang beriman kawin dengan seorang wanita yang berzina. Demikian sebaliknya Hadis Nabi berkata: ٍ ال يَا َر ُس ْو َل اللّ ِه اَ َّن ْامَراَتِى الَ تَْنَ ُ يَ َد الَ ِم ِِّّ ِال فَا َ َال لَلِّ ْق َها ق َ َس ق َ َِّب صلعم فَ َق َّ ِاَ َّن َر ٌجالً اَتَى الن َِ اُ ِحب ها و ِهى ال اِ ْستَ ْمتِ ْع ِِبَا َ ََجْْ لَةٌ ق َ َ َُ “Sesungguhnya seorang laki-laki mengawini seorang wanita, ketika ia mencampurinya ia mendapatkanya dalam keadaan hamil, lalu dia laporkan kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi menceraikan keduanya dan wanita itu diberi maskawin, kemudian wanita itu didera (dicambuk) sebanyak 100 kali.”.9 7 Abdul Rohman Ghozali, op. cit, hal. 124. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2011),hal. 8 132. 9 Ibid., hal. 126. 5 Dalam Kompilasi Hukum Islam, masalah kawin hamil dijelaskan dalam pasal 53 yang berbunyi:10 a). Seorang wanita hamil diluar nikah dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya. b). Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. c). Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukannya perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir. Perkawinan adalah makna dan jiwa dari kehidupan berkeluarga dengan membina cinta kasih sayang yang penuh romantika dan kedamaian, berdasarkan firman Allah swt: ِ َّ ُه َّن لِبَا... ..........س ََّّلُ َّن ُ س ل ُكم َوأَ نتُم لبَا ُ “Mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka………..” (QS Al- Baqarah (2):187.11 Sementara itu sesuai dengan perkembangan zaman dalam kehidupan manusia itu sendiri, muncul permasalahan yang terjadi pada masyarakat yaitu sering terjadinya pernikahan perempuan hamil. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Ngabul yang bernuansa islam, dengan adanya pernikahan perempuanHamil. Bertolak dari keterangan tersebut peneliti mengangkat tema dengan judul “Dampak Pernikahan Perempuan 10 11 Kompilasi Hukum Islam, cetakan 3,(Bandung: Nuansa Aulia 2011), hal. 16. Al-Baqarah (2): 187. 6 Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus Di Desa Ngabul Tahunan Jepara)”. B. Penegasan Judul Untuk menyeragamkan dan menghilangkan kesalah pahaman penafsiran judul yang penulis menguraikan masing-masing istilah yang penulis pakai dalam skripsi ini: Dampak : yaitu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif).12 Pernikahan : membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami atau istri.13 Perempuan : orang atau manusia, menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.14 Hamil :yaitu mengandung janin dari Rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa.15 Keharmonisan : keadaan selaras, serasi16 Keluarga : ibu dan bapak beserta anak-anaknya.17 Studi : yaitu Studi kajian, telaah, penelitian atau penyelidikan ilmiah.18 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoneia,(Jakatra: Balai Pustaka, ed 3,Cet 4, 2007), hal. 234. 13 Ibid., hal. 518. 14 Ibid., hal. 856. 15 Ibid,. hal. 385. 16 Ibid., hal. 534. 17 Ibid,. hal. 536. 18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia,( Jakarta: Balai Putaka, Cet.4,1993), hal. 860. 7 Kasus : yaitu keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal.19 C. Rumusan masalah Berdasarkan uraian yang yang telah dikemukakan dalam uraian latar belakang masalah diatas, maka kami sangat tertarik untuk membahas persoalan di atas dengan permasalahan sebagai berikut. 1. Apa faktor penyebab pernikahan perempuan hamil di Desa Ngabul Tahunan Jepara? 2. Bagaimana dampak dari pernikahan perempuan hamil terhadap keharmonisan keluarga di Desa Ngabul Tahunan Jepara? D. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui faktor terjadinya pernikahan perempuan hamil di Desa Ngabul Tahunan Jepara. 2. Untuk mengetahui dampak pernikahan perempuan hamil terhadap keharmonisan keluarga di Desa Ngabul Tahunan Jepara. E. Manfaat peneliti Sebuah peneliti dikatakan berhasil dan bernilai tinggi apabila dapat memberikan sumbangan yang cukup besar kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun manfaat dari hasil peneliti ini adalah: 1. Kegunaan teotitis 19 Deprtemen Pendidikan Nasional, op.cit, hal. 513. 8 a. Sebagai syarat memberoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada fakultas Syari’ah dan Hukum Unisnu Jepara b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang pernikahan dan keharmonisan yang termasuk dalam masalah keluarga. c. Untuk dijadikan bahan dalam suatu penelitian yang lebih luas. 2. Kegunan Praktis a. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Sebagai bahan informasi ilmiah dalam hukum dan menjadikan pedoman bagi masyarakat yang memerlukan dalam pelaksanaan pernikahan perempuan hamil. F. Telaah pustaka Berkenaan dengan pernikahan perempuan hamil mengatur literature yang secara khusus membahas tentang dampak perkawinan perempuan hamil terhadap keharmoisan keluarga, wanita hamil masih bersifat umum yang tertulis dalam sub-sub bab, sebuah buku, atau kitab. Dalam buku Fikih Islam (pedoman berkeluarga dalam islam) karangan Dr. Ali Yusuf As-Subki menerangkan Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam 9 kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia, tanpa menghilangkan kebutuhanya.20 Dalam buku Fiqih Islam karangan H. Sulaiman Rasjid, menerangkan faidah dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan memelihara perempuan yang bersifat lemah dari kebinasaan.21 Kumpulan jurnal dan penelitian Tabel 2.1 No 1 2 Nama Ainul Fadlilah Judul Status Anak Hasil Dari Perkawinan Wanita Hamil (Studi Hukum Islam Dan Hukum Positif di Indonesia) Bentuk Skripsi mahasiswa fakultas syari’ah UNISNU Jepara Acmad Shoef Studi Analisis Anak Di Luar Nikah Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Positif Dan Fiqih Madzab Skripsi mahasiswa fakultas syari’ah UNISNUJepa ra Tahun Pembahasan 2013 Pada skripsi inimenjelaskan tentang status hukum anak dari wanita hamil di tinjau dari hukum islam dan hukum positif di Indonesia. 2008 Skripsi ini membahas kedudukan anak diluar nikah dan anak yang dikandung sebelum akad nikah ditinjau dari hukum positif dan hukum islam 20 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga (Pedoman Berkeluarga Dalam Islam), (Jakarta: Rineke cipta, 20009), hal, 356. 21 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Gensindo,Cet 27,1994), hal. 375. 10 3 Arif Hidayah Iddah Perempuan Hamil Karena Zina Skripsi mahasiswa fakultas syariah UNISNUJepa ra 2010 4 Umi Atik Pandangan Rudziah Masyarakat Di Desa Plajan Terhadap Pernikahan Akibat Hamil Pra_nikah Skripsi mahasiswa Fakulsas Syari’ah UNISNUJepa ra 2014 5 Dian Eka Pernikahan Kusuma Laki-Laki Wardani Dengan Wanita Hamil di Luar Nikah ( Studi Deskriptif Mengenai Stigma dan Tindakan Sosial LakiLaki yang Menikahi Jurnal (Program Studi Sosiologi) menurut fiqih madzab. Dalam skrispsi ini menjelaskan dan menganalisis hukum perempuan hamil Karenna zina dan kompilasi hukum islam Skripsi ini menjelaskan tentang praktek pernikahan akibat hamil Pra Nikah yang terjadi di Desa Plajan dan pandangan masyarakat mengenai kepaksaan akibat zina Stigma yang di berikan suami kepada istri hamil di luar nikah dengan laki-laki dan kemudian dilanjutkan dengan tindakan sosial yang dilakukan suami kepada istri 11 Wanita Hamil Di Kawasan Kota Surabaya, Jawa Timur) Jurnal Hukum Jurnal No. 1 6 Warastra Karebet A 7 Eni Isnaini 8 Ishak Tri Perkawinan Skripsi Nugraha Wanita Hamil mahasiswa Kedudukan Hukum Bagi Anak Yang Lahir Karena Kawin Hamil (MARRIED BY ACCIDENT) Di Tinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Perdata 2010 Jurnal independent dosen fakultas hukum universitas islam lamongan 2014 Jurnal ini membahas pandangan hukum islam tentang kawin hamil, mengenai status anak dan akibat hukum yang terjadi terhadap anak hasil zina yang dilakukan untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak. Skripsi ini menjelaskan kedududukan hukum anak yang lahir karena perkawinan dalam keadaan hamil menurut hukum islam dan KUH Perdata dan akibat hukum bagi anak yang lahir. Skripsi ini menjelaskan 12 Dalam Pasal Universitas 53 KHI Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta 9 Jalaludin Studi Perbandingan Pendapat Imam Maliki Dan Syafi’I Tentang Pernikahan Wanita Hamil Akibat Zina Dan Relevansinya di Indonesi Skripsi 2010 mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 10 Margareth Ingrid Sonata Pernikahan Jurnal ilmiah 2014 Dini Akibat Universitas Kehamilan di Surabaya Luar Nikah tentang kawin hamil dalam KHI dan tinjauan maqashid syari’ah terhadap aturan hukum kawin hamil dalam pasal 53 khi. Skripsi ini menjelaskan sebab terjadinya perbedaan pendapat Madzhab Maliki dan Syafi’I terhadap pernikahan wanita hamil karena zina dan sejauh mana relevansi mereka tentang pernikahan wanita hamil dalam konteks masyarakat islam Isi dari jurnal tersebut adalah terjadinya seks Pranikah karena kurangnya afeksi yang di dapatkan 13 11 12 Muhammad Bahrul Ma’ruf Khoirina Ulfa Perkawinan Wanita Hamil (Studi Komprasi Menurut Pendapat Imam Syaf’i Dengan Imam Khanafi), Studi Analisis Tentang Konsep Keluarga Sakinah Menurut Jama’ah Tablig Perspktif Hukum Islam Skripsi mahasiswa fakultas syari’ah Unisnu Jepara 2013 Skripsi mahasiswa fakultas syari’ah Unisnu Jepara 2011 remaja dari keluarga akibatnya individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhanya. skripsinya menjelaskan tentang hukum pernikahan menurut imam Syafi’i dan Imam Hambali disitu menerangkan tentang proses terbentuknya keluarga sakinah dan ciri-ciri keluarga sakinah. Sedangkan dalam skripsi ini penulis ingin menyampaikan tentang dampak pernikahan perempuan hamil terhadap keharmonisan keluarga studi kasus di desa Ngabul. 14 G. Metodelogi penelitian Dalam menelusuri dan memahami objek kajian ini penyusun menggunakan penelitian sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian lapangan field Research, yaitu terjun langsung kelapangan guna mendapatkan hasil penelitian pada obyek yang dibahas.22Yang dimaksud yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah sekarang, dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. 2. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan skunder. Sumber data primer yang dimaksud adalah sumber data langsung yang ada dilapangan, sumber penelitian dilakukan dengan cara melihat kondisi sosial dan struktur masyarakat.23 Sumber data skunder adalah data yang tak langsung yaitu dari hasil penelitian, buku-buku, majalah, karya ilmiah, artikel, serta data yang sudah ada dalam karya-karya skripsi. 3. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini teknik yang diggunakan dalam pengumpulan data adalah: 22 Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research 1,(Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM, 1981), hal. 4. 23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Yogyakarta: UI Press, 1986), hal. 12. 15 a) Wawancara ( interview) Wawancara adalah merupakan studi tentang interaksi antara manusia, sehingga merupakan alat sekaligus obyek yang mampu mensosialisasikan kedua belah pihak yang mempunyai status yang sama.24Sedangkan wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara terarah dan terstuktur merujuk pada pertanyaan yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan katagori jawaban terbatas pada setiap responden.25Wawancara dilakukan kepada perempuan Hamil. b) Observasi Merupakan kegiatan pemutusan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.26Observasi yang penulisan lakukan adalah jenis observasi sistematis.Artinya penulis mengamati obyek penelitan dengan menggunakan instrumen.Dilakukan dengan mengamati atau mencermati perilaku perempuan hamildesa Ngabul Tahunan Jepara. c) Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode dengan cara menggali kumpulan data variabel yang berupa catatan perkawinan di desa Ngabul, baik yang berbentuk tulisan artifac foto, tape recorder dan monument.27 24 Sedarmayanti, dkk, Metodelogi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2002), hal. 80. 25 Ibid., hal. 81. Ibid., hal. 146. 27 Koenjtoroningrar, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1991), 26 hal. 46. 16 H. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai judul ini adalah pokok isi dari penulis. Sistematika ini terdiri dari: Bagian awal proposal berisi 1. Bagian muka, terdiri dari: Halaman judul, halaman not pembimbing, halaman not pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. 2. Bagian isi Pada bagian ini disusun beberapa bab, yaitu: a. BAB I : pendahuluan terdiri dari A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Judul C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan Skripsi. b. BAB II: LANDASAN TEORI A. Pengertian Keluarga Sakinah. B. Tujuan Keluarga Dalam Islam. C. Dasar Umum Perkawinan. 1. Pengertian Pernikahan 2. Hukum Pernikahan 17 3. Tujuan pernikahan 4. Syarat-Syarat Dan Rukun Pernikahan 5. Hukum Pernikahan Wanita Hamil c. BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITI A. Data Umum 1. Letak Geografis Desa Ngabul 2. Sejarah Desa Ngabul 3. Keadaan Sarana Prasarana Desa Ngabul 4. Misi dan Visi Desa Ngabul B. Data khusus 1. Pandangan Perempuan Hamil Terhadap keharmonisan Keluarga 2. Faktor Penyebap Pernikahan Perempuan Hamil di Desa Ngabul. d. BAB IV :ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN PEREMPUAN HAMIL TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DI DESA NGABUL TAHUNAN JEPARA. A. Analisis Faktor Terjadinnya Pernikahan Perempuan Hamil Di desa Ngabul B. Analisis Dampak Pernikahan Perempuan Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga e. BAB V: KESIMPULAN A. Kesimpulan 18 B. Saran-saran C. Sata penutup 3. Bagian Akhir terdiri dari: Daftar Kepustakaan, lain-lain, Daftar riwayat pendidikan penulis. BAB II KONSEP KELUARGA SAKINAH DAN KETENTUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN A. Dasar Umum Keluarga Sakinah 1. Pengertian dan Dasar Hukum Keluarga Sakinah Dalam literature Al-Quran keluarga di istilahkan dengan al-ahli ( )االهلjamaknya Ahluna dan ahlal ( اهال،)أهلون, yang memiliki arti family, keluarga dan kerabat, seperti terdapat dalam ayat dibawah ini :1 ِ َّ ِو أْمر أَهلَك ب اصطَِ ِْب َعلَْي َها َ ْ ُْ َ ْ الصالَة َو “Dan perintahkanlah kepada ahli (keluargamu) supaya mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya ( QS Thaha (20):132.” ِ َّ ين َآمنُوا قُوا أَنْ ُف َس ُك ْم َوأ َْهلِي ُك ْم نَ ًارا َ يَا أَيُّ َها الذ “Hai orang-orang yang beriman, “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.. (QS Al- Tahrim (66):6).”2 1 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Isalm, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 15. 2 Mentri Agama, Al-Quran dan Terjemah, (Jakarta: Umum Al-Mujamma’, 1971), hal. 951. 19 20 Keluarga islam terbentuk dalam keterpaduan antara ketrentaman (sakinah), penuh rasa cinta (mawadah) dan kasih sayang (rahmah). Ia terdiri dari istri yang patuh dan setia, suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh kasih sayang dan ramah, ibu yang lembut dan berperasaan halus, putra putri yang patuh dan taat serta kerabat yang saling membina silaturrahmi dan tolong menolong.3 Rumah tangga sakinah ialah suatu rumah tangga yang penghuninya merasa di dalamnya seperti ikan dalam air untuk mewujudkan rumah tangga sakinah diperlukan 9 tata hubungan yaitu: 4 1). Tata hubungan seks 2). Tata anak 3). Tata ekonomi rumah tangga 4). Tata rias 5). Tata ruang 6). Tata pekarangan 7). Tata busana 8). Tata masakan 3 Ibid., hal. 18. M Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencan, (Padang: Angkasa Raya:1985), hal.11. 4 21 9). Tata ibadah Rumah tangga mawaddah berarti hal-hal yang membangkitkan kemauan, menimbulkan kehendak untuk memadu kasih sayang untuk bercambu rayu akhirnya memadu hati dan jiwa. Sedangkan rumah tangga rahmah berarti rasa saling menyatu antara suami istri dijalin oleh kasih sayang yang bertolak dari batin dan tanggung jawab. Keluarga sakinah merupakan keluarga yang selalu didamba oleh setiap muslim, yakni keluarga yang bahagia berhias kasih sayang serta mendapatkan limpahan rahmat dari sisi Allah Ar-Rahim sebagai mana dijelaskan dalam surat Ar-Rum: 21: ِ ِ ِِ ِ اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج ََ َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّ ًة ً َوم ْن آيَاته أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو ًَوَر ْْحَة “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang”.5 Ayat di atas menjelaskan bahwa di ciptakannya seorang istri bagi suami adalah agar suami bisa hidup tentram bersama membina sebuah keluarga.6 5 Al-Quran dan Terjemah, op. cit, hal. 644. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,1999), hal. 12. 6 22 Kebahagiaan dan keharmoisan adalah nikmat luar biasa dalam kehidupan rumah tangga. Setiap keluarga pasti mendambakannya dengan di selimuti kebahagiaan dan keharmonisan akan terasa tentram dan damai. Membangun rumah tangga harmonis harus dimulai sejak dini, salah satunya adalah kecermatan dalam memilih pasangan. Tajamkan mata, telinga, perasaan, pemahaman dan ilmu sebelum memilih pasangan. Camkan baik-baik kriteria calon orang yang akan bersama-sama dengan kita mengarungi bahtera keluarga. Dalam menjalankan kehidupan keluarga, orang-orang shalih sebelum kita memiliki catatan yang patut dijadikan contoh perjalanan mereka dipenuhi dengan nilai-nilai luhur yang berujung pada keharmonisan dan kebahagiaan. Seperti yang di katakana Ibnu Uyainah ِ ِ ِ ِ الذ ِّل ومن ذَ َه َّ ِ ِ ِ ِ َم ْن ذَ َه ب إِ ََل َ ب إ ََل املَال اُبْتُل َي بال َفْ ِر َوَم ْن ذَ َه َ ْ َ َ ب إ ََل الَِّز اُبْتُل َي ب َ الدِّيْ ِن ََْي َم ُع اللّه لَهُ الََِّز َوامل َال َم َع الدِّيْ ِن َ “Siapa yang menikah karena menginginkan kehormatan, maka ia akan hina. Siapa yang menikah karena mencari harta, maka ia akan menjadi miskin. Namun, siapa yang menikah karena agamanya, maka akan Allah kumpulkan untuknya harta dan kehormatan disamping agama”.7 7 Abu Hudzaifah Ath-Thalibi, Kisah-kisah Keluarga Paling Romantis, (Nabawi: Solo, 2013), hal. 33. 23 2. Tujuan Keluarga Dalam Islam Islam mendorong untuk membentuk keluarga. Islam mengajak untuk hidup di naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia, tanpa menghilngkan kebutuhannya. Keluarga merupakan tempat fitrah yang sesuai dengan keinginan Allah bagi kehidupan manusia sejak keberadaan klaifah, Allah berfirman: ِ ًاجا َوذُِّريَّة َ َولََْ ْد أ َْر َس ْلنَا ُر ُس ًال ِم ْن قَ ْبل ً ك َو َج ََ ْلنَا ََلُ ْم أ َْزَو “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”.(QS. Ar-Ra’d (13): 38). Seseorang yang berfikir atas dorongan islam dalam mewujudkan dan menginginkan berkeluarga, ia akan memperhatikan dengan penuh kejelasan dan mendapatkannya tanpa letih terhadap berbagai tugas terpenting, tujuan keluarga menurut islam diantaranya: 8 a) Kemuliaan keturunan Berketurunan merupakan hal pokok. Oleh karena itu yang di maksudkan ialah menjaga keturunan dan melestarikan jenis manusia di dunia. Sesungguhnya syahwat diciptakan sebagai alat pendorong, seperti yang disamakan pada binatang 8 Ali Yusuf As-Subki, Fikih Keluarga (Pedoman Keluarga Amzah, 2010), hal. 24. Dalam Islam), (Jakarta: 24 jantan dengan mengeluarkan benih. Sedangkan pada betina menjadi tempat penyimpanan hasil olahan keduanya secara lembut dan sebagai perantara mendapatkan anak dengan sebab bersenggama. Kekuatan yang kekal bukan ketidak mampuan dari penemuan individu-individu yang bermula dengan tanpa pengolahan dan berpasangan. Akan tetapi, hikmah terpenuhinya penyebab atas sebab kebersamaan dan kemampuannya yaitu dengan memperlihatkan kekuatan, menyempurnakan keajaiban pembentukan, mencapai keinginan terlebih dahulu, tercapai dengan kata-kata yang benar. b). Menjaga diri dari setan Kemampuan seksual yang diciptakan pada manusia, laki-laki dan perempuan untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu berketurunan, beranak, memperbanyak anak dengan melanjutkan keturunan jenis manusia. Disyariatkan pernikahan dan berkeluarga, pernikahan menjadi sarana, keluarga menjadi wadh syar’i yang bersih, langgeng, dan tetap untuk menghadapi kemampuan dan melaksanakan pada tempat yang benar dan mengarahka pada jalan yang benar. 25 Hubungan seksual yang diperintahkan antara suami dan istri dapat menjaga dirinya dari tipu daya setan, melemahkan keberingasan, mencegah keburukan-keburukan syahwat, memelihara pandangan, dan menjaga kelamin. Nabi bersabda: ِ ِ َّ ِ َعلَْي ُكم بِالْباءةِ فَ ْليتَ َزَّو ْج ومن ََلْ يستَ ِط ْع فَ ََلَْي ِه ب... ْ َ ْ ََ َ َ َ ْ ُالص ْوِ فَ نَهُ لَهُ ِو َجاء “Bagai kalian yang memiliki kemampuan untuk menikah maka menikahlah, barang siapa yang tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena puasa itu sebagai penawar”. c). Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan hidup. Ikatan pernikahan adalah ikatan selamanya. Oleh karena itu, pernikahan tidak terbatas karena suatu hal yang terhenti karenanya, pernikahan membentuk keluarga selamanya. Tujuan keluarga adalah keteguhan dan ketenangan, meskipun ketenangan menjadi tujuan pada satu sisi, ia juga menjadi perantara pada sisi lain. Karena tujuan berketurunan tidak tercapai tanpa kelanggengan dan kasih sayang antar suami istri. Kehidupan esok tidak mungkin tercapai tanpa keteguhan. Seorang laki-laki yang bekerja keras, bersungguhsungguh berperang dan berdamai. Ia tidak mungkin mengerjakan hal-hal tersebut menurut pandangan yang benar tanpa seorang istri shalehah bersamanya, mengiringinya, membantunya, 26 bekerja sama dengannya, mengembirakannya meringankan kesedihannya, memperhatikan rumah istri dan anak-anaknya. Nabi bersabda: ِ َّ َع ْن َعْب ِد اهلل بْ ِن َع ْم ٍر َر ِضي اهلل َعْن ُه َما أ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َ َن َر ُس ْو ُل اهلل َ ِ الص اِلَة َّ ُ الدُّنْيَا َمتَاعُ َو َخْي ُر َمتَ ِاع الدُّنْيَا الْ َم ْرأَة: قَ َال “ Abdullah bin Amru r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullullah bersabda, dunia adalah tempat kesenangan dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah istri yang salehah”9 Oleh karena itu, bekerja sama dalam menanggung berbagai beban hidup antara suami istri termasuk salah satu tujuan keluarga dalam islam. d). Menghibur jiwa dan menenangkan dengan bersama-sama Sesungguhnya keamanaan jiwa dan ketenangan dengan bersama-sama, memandang dan bermain-main, menyegarkan hati, dan menguatkannya untuk beribadah sebagai sesuatu yang diperintahkan. Jiwa yang gelisah menjadi enggan pada kebenaran karena kebenaran berseberangan dengan tabiat nafsu. Jika nafsu 9 hal.375. M Nasution Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, ( Jakarta, Gema Insani,2005), 27 dibebani secara terus menerus dengan paksaan pada sesuatu yang berseberangan maka ia menjadi keras kepala dan kokoh. e). Melaksanakan hak-hak keluarga Melawan nafsu, melatihnya dengan tanggung jawab, kekuasaan, melaksanakan hak-hak keluarga, sabar atas akhlak mereka, bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan yang halal. Melaksanak pendidikan baginya dan bagi anak-anaknya. Semua itu adalah amal perbuatan yang mulia dan utama, ini termasuk dalam perlindungan dan perwalian. Keluarga dan anak adalah yang di lindungi. Seorang yang berhati-hati dalam perlindungan adalah orang yang berhati-hati karena khawatir tidak mampu memenuhi hak-haknya. Jika tidak, maka dalam hal ini Nabi bersabda: ِ َ ول ََِسَت رس ِ َّ أ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َ ول اللَّه ُ َ ُ ْ ُ ُْ ََن َعْب َد اللَّه بْ َن عُ َمَر ي ......... ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه ٌ ُول ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ُْ َي “ Bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Sungguh kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan diminta pertanggung jawaban ((Hr Bukhari)”. Bukanlah seorang yang sibuk memperbaiki dirinya dan orang lain seperti orang yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri. 28 Tidaklah seorang yang sabar atas derita seperti orang yang menyenangkan dan menyegarkan dirinya. Bersikap sabar pada keluarga dan anak seperti kedudukan jihad fi sabilillah, karenanya Bisyr berkata “ Keutamaan atas diri Ahmad bin Hambal ada tiga, salah satunya adalah ia mencari penghidupan yang halal bagi dirinya dan orang lain”. f). Pemindahan kewarisan Tidak mungkin ada konsep perpindahan kekayaan dari generasi ke generasi dengan tanpa adanya wadah yang memelihara nasab, kerabat dan keturunan. Al-Quran telah menjelaskan kaidah-kaidah warisan antar kerabat. Hal tersebut tidak akan kokoh dengan sempurna tanpa adanya hubungan kekerabatan yang jelas dan batasan batasan tertentu. Tanpa adanya aturan-aturan seperti menjadikan hilangnya kekayaan dengan wafatnya pemilik kekayaaan. B. Dasar Umum Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Nikah menurut bahasa berarti penyatuan. Diartikan juga sebagai akad atau hubungan badan.10 Sedangkan menurut syariat berarti sebuah 10 hal. 375. Syeh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1998), 29 akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium, memeluk dan sebagainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk mahram dari segi nasab, sesusuan, dan keluarga.11 Sedangkan secara terminologis perkawinan yaitu akad yang membolehkan terjadinya istimta’ (persetubuhan) dengan seorang wanita, selama seorang wanita tersebut bukan wanita yang diharamkan baik dengan sebab keturunan atau susuan.12 Menurut pasal 1 Undang-undang perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.13 Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), pengertian perkawinan menurut pasal 2: perkawinan merupakan hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau Mitsaqan Ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.14 Perkawinan harus dilihat dari segi pandangan yaitu .15 11 Wahabah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jild 9, ( Jakarta: Gema insani,2011), hal. 48. 12 Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, ( Yogyakarta: Graha Ilmu,2011),. Hal, l4 13 Muhamad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, ( jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2002), hal. 26. 14 Undang-undang R.I No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam, (Bandung: citra umbara, 2013), cet. Ke-4, hal. 324. 15 Mardani, op.cit, hal. 5. 30 a. Perkawinan dilihat dari segi hukum, yaitu perkawinan merupakan suatu perjanjian yang sangat kuat. b. Perkawinan dilihat dari segi sosial yaitu ditemui suatu penilaian yang umum bahwa orang yang berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin. c. Pandangan suatu perkawinan dari segi agama yaitu perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci. Perkawinan di dalam islam tidak mempunyai syarat apapun yang melanggar suasana hidup abadi antara satu pasangan yang telah diikat oleh perjanjian yang kuat. Perkawinan di dalam islam bukanlah hidup bergaul semata, tetapi menyatukan diri di dalam segala bidang hingga terpadu dua badan menjadi satu jiwa. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa nikah atau perkawinan adalah suatu akad dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan dengan akad itu menjadi halal suatu persetubuhan dan mengikat pihak yang di akadkan menjadi suami istri dengan membentuk rumah tangga yang bahagi dan kekel. Perkawinan adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk mendapatkan keturunan. Allah memberikan jalan ini kepada manusia untuk membuktikan bahwa selain dari pada jalan ini bukanlah jalan yang biasa atau lumprah. Menurut istilah hukum islam, terdapat beberapa definisi diantaranya: 31 ِِ ِ ِ استِ ْمتَ ِاع َّ َّ استِ ْمتَ ِاع َ اج َش ْر ًعا ُه َو َعْ ٌد َوظَ ُع الشَّا ِرعُ ليُفْي َد ِم ْل ْ الر ُج ِل بِالْ َم ْرأَة َوِ َل ْ ك ُ الزَو الر ُج ِل َّ ِالْ َم ْرأَةِ ب “Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang di terapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”. 16 Pengertian diatas tampaknya dibuat hanya melihat dari segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antar seorang laki-laki dengan perempuan yang semula dilarang sekarang dibolehkan. Padahal setiap perbuatan hukum itu mempunyai tujuan dan akibat atau pengaruhnya, hal inilah yang menjadikan perhatian manusia pada umunya dalam kehidupan sehari-hari, seperti terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan antar suami istri, sehingga memerlukan penegasan arti perkawinan, bukan saja dari segi kebolehan hubungan seksual tetapi juga dari segi tujuan dari akibat hukumnya. Perkawinan merupakan tuntutan naluri manusia untuk berketurunan guna kelangsungan hidupnya dan untuk memperoleh ketenangan hidup serta menumbuhkan dan menumpuk kasih sayang. Banyak sekali ayat yang memberikan landasan dasar perkawinan serta mengatur tata hubungan suami istri, diantaranya surat Ar-Rum ayat 21, An-Nisa ayat 3, 24, 34, dan Al-A’raaf ayat 189. 16 Ibid., hal. 9. 32 Perkawinan merupakan salah satu ukuran kesempurnaan agama seseorang. Dalam sebuah hadits riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah SAW menyatakan. “ Apabila seorang telah melaksanakan perkawinan, berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya (karena telah sanggup menjaga kehormatannya), oleh karena itu berhati-hati kepada Allah dalam mencapai kesempurnaan pada pihak yang masih tertinggal”. (HR. AIBaihaqi).17 Menurut para ulama Hanafiah mendefinisikan bahwa nikah adalah sebuah akad yang memberikan hak kepemilikan untuk bersenang-senang secara sengaja, artinya kehalalan seorang lelaki bersenang-senang dengan seorang perempuan yang tidak dilarang utuk dinikahi secara syari’at dengan kesengajaan.18 Golongan Hanabilah mendefinisikan nikah sebagai akad yang menggunakan lafadz nikah atau tazwij agar diperbolehkan bersenangsenang dengan wanita. Golongan Hanafiyah mendefinisikan nikah sebagai akad yang berfaidah untuk memiliki, bersenaang-senang dengan sengaja. Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa para Ulama zaman dahulu memandang nikah hanya dari sisi saja, yakni kebolehan hukum antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk berhubungan yang semula di larang. 17 18 hal. 39. Rois Mahfud, Al- Islam (Pendidikan Agama Islam), (Erlangga , 2011), hal. 38. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, ( Jakarta: Gema Insani, 2011), jild . 9. 33 Hadits tentang anjuran menikah: ِ ِ ِ رس ْو ُل اللّه صلى اهلل عليه وسلم ُ َع ْن َعْبد اللَّه بْن َم ْسَُوَّ رضي اللّه عنه قال لنَا ِ ُّ فَِأنَّه أَ َغ, اب م ِن استطَاع ِمْن ُكم الْباءةَ فَ ْليت زَّوج ص ُن ْ َوأ،ص ِر ُ ْ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ َ ِ َ(يَا َم َْ َشَر الشَّب َ َِ َ َض ل ْلب فَاٍنَّهُ لهُ وجاَءٌ ) ُمتَّ َف ٌق َع ْلي ِه: ِِلص ْو َّ َوَم ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَ ََلَْي ِه با،لِْل َف ْرِج “Abullah Ibnu Mas’ud Radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda pada kami “ Wahai generasi muda, barang siapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendakya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu. “(mutafaq Alaihi).”19 Makna hadits diatas mengarahkan anjuran dan motivasi kepada para seluruh umatnya, khususnya para pemuda. Beliau bersabda “ wahai segenap para pemuda kata “ ” َم ْعش ََرberarti “segenap” menyiratkan makna kemanusiaan dan sosial yang menjadi ciri masyarakat islam. Beliau tidak menggunakan kata lain seperti “Ya Ayyuha Syabab” misalnya, karena kata “ma’syar” memiliki nuansa cinta dan kasih sayang dalam komunikasi islam. Hadis di atas juga memberikan hikmah yang sangat penting dalam pernikahan yaitu karena ia lebih mampu menjaga pandangan dan lebih mampu memelihara kemaluan. Ini merupakan jaminan yang sangat penting bagi umat manusia yang ingin memelihara pandangan dan 19 Ibnu Hajar Al-Asqolani, Terjemahan Bulughul Maram, (Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2009), hal. 256. 34 kemauan. Kemudian hadits tersebut juga memberikan pengarahan bagi para pemuda yang belum mampu melaksanakan pernikahan untuk memperbanyak berpuasa, karena puasa mampu menahan gejolak syahwat. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat berdasarkan saling meridhai, dengan upacara ijab Kabul sebagai lambing adanya rasa saling meridhai, dengan di hadiri para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan antara laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.20 2. Hukum Melakukan Pernikahan Tentang hukum melakukan pernikahan segolongan fuqaha’, yakni Jumhur (mayoritas ulama) berbeda pendapat bahwa nikah itu hukumnya sunnah. Golongan Zahiriyah berbeda pendapat bahwa nikah itu wajib. Para ulama Mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib sebagian orang, sunnah sebagian lainnya, dan mubah untuk golongan yang lain, demikian itu menurut mereka ditinjau berdasarkan kekhawatiran (kesusahan) dirinya.21 20 21 Abdul Rohman Ghozali, Fikih Munakahat, ( Jakarta: Kencana, 2010), hal. 11. Ibid., hal. 10. 35 Islam sangat menganjurkan kaum muslim yang mampu untuk melaksanakan perkawinan. Namun demikian, dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan serta melakukan tujuannya, maka perkawinan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunnah, haram, makruh ataupun mubah. a. Melakukan perkawinan yang hukumnya wajib Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk kawin dan di khawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak kawin maka hukum melakukan perkawinan hukumnya wajib. Hal ini didasarkan pada pemikiran hukum bahwa setiap muslim wajib menjaga diri untuk tidak berbuat yang terlarang. Sesuai dengan kaidah: ِ ِِ ِ ماالَ يتِ ُّم الوا ِج ب ٌ ب االَّ به فَ ُه َو َواج ُ َ َ َ “Sesuatu yang wajib tidak sempurna kecuali dengannya, maka sesuatu itu hukumnya wajib juga”. .22 b. Melakukan perkawinan yang hukumnya sunnah. Sunnah apabila seorang dipandang dari segi pertumbuhan jasmaninya wajar dan mempunyai kemauan dan kemampuan 22 ibid., hal. 18. untuk melangsungkan perkawinan. Alasan 36 menetapkan hukum sunnah dari anjuran Al-Quran surat AnNur ayat 32 yaitu: ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِِالصاِل َّ َوأَنْ ِك ُحوا ْاْلَيَ َامى ِمْن ُك ْم َو َني م ْن عبَاَّ ُك ْم َوإ َمائ ُك ْم إ ْن يَ ُكونُوا فُ ََْراء ِ ِ ِ ِ ْ َي ْغنِ ِهم اللَّه ِمن ف يم ْ ُ ُ ُ ٌ ضله َواللَّهُ َواس ٌع َعل “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hambahamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.23 c. Melakukan perkawinan yang hukumnya haram. Hukum nikah haram bagi seseorang yang tidak mempunyai keinginan dan kemampuan nafkah nikah dan yakin akan terjadi penganiayaan jika ia menikah. Sesungguhnya keharaman nikah pada kondisi tersebut, karena nikah disyariatkan dalam islam untuk mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat. Hikmah kemaslahatan ini tidak tercapai jika nikah dijadikan sarana mencapai bahaya, kerusakan, dan penganiyaan. Maka nikah orang tersebut wajib ditinggalkan.24 Al-Quran Surat Al Baqarah ayat 195 melarang orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan: 23 24 Departemen Agama RI, op. cit, hal. 549. Abdul Aziz Muhammad Azzam, op. cit, hal. 45. 37 ....... َوالَ ت ْل ُْواْ بِأَ يْ ِدى ُك ْم إِ ََل الت َّْهلُ َك ِة... “ Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, (QS. AL Baqarah:195).25 d. Melakukan Perkawinan yang Hukumnya Makruh. Nikah makruh bagi seorang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehinggatidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina, hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kuwajiban suamui istri dengan baik. e. Melakukan perkawinan yang hukumnya mubah. Nikah mubah yaitu bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakuka pernikahan, tetapi apabila ia tidak melakukannya, tidak khawatir akan berbuat zina dan tidak akan melantarkan istrinya. Perkawinan tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini di tujukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya untuk kawin itu sama, sehingga menimbulkan keraguan orang yang akam melakukan kawin, 25 Departemen Agama RI, op. cit, hal. 47. 38 seperti keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan dan kemauan yang kuat.26 3. Tujuan Pernikahan Manusia di ciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan dan manusia di ciptakan untuk mengabdikan dirinya kepada kholiq pencipta dengan segala aktifitas hidupnya. Jika aturan perkawinan menurut islam merupakan tuntutan agama yang perlu mendapat perhatian, sehingga tujuan melangsungkan pernikahan pun hendaknya ditunjukan untuk memenuhi petunjuk agama, sehingga di ringkas ada dua tujuan pernikahan ialah memenuhi nalurinya dan memenuhi agamanya. Mengenai naluri manusia seperti dalam Surat Ali Imron ayat 14 yang berbunyi: ِ ب الش ِ َات ِمن النِّس ِاء والْبنِني وال َْن ِ ُزيِّ َن لِلن االية........ِاط ِْي الْ ُم َْْنطََرة َ َّ ُِ َّاس َ َ ْ َ َ َ َ َّه َو “ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di inginkan, yaitu: wanita-wanita, anakanak harta yang banyak …..”27 Melihat dua tujuan diatas maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu: 28 26 27 Ibid., hal.16. Mentri Agama, op. cit, hal. 77. 39 1) Mendapatkan dan melangsungkan keturunan Agama memberi jalan hidup manusi agar hidup bahagia di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan hidup berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, kehidupan keluarga bahagia umumnya antara lain ditentukan oleh kelahiran anak. Al-Quran menganjurkan agar manusia selalu berdo’a agar dianugrahi putra yang menjadi mutiara dari istrinya, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Furqan ayat :74. ِ ٍ ُ ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُِّريَّا تِنَا قَُّرَة أ َْع االية...... ني ْ َوالَّذيْ َن يَ ُْ ْولُْو َن َربَّنَا َه َ َ “ Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepad kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati….”29 Anak sebagai keturuan bukan saja menjadi buah hati, tetapi juga sebagai pembantu-pembantu dalam hidup di dunia, bahkan akan memberi amal kebajikan di akhirat nanti. 2) Penyaluran syahwat dan penumpahan kasih sayang berdasarkan tanggung jawab. Manusia di ciptakan berjodoh-jodohan dan mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita sebagaimana 28 29 Abdul Rahman Ghazali, op. cit, hal. 22. Ibid., hal. 569. 40 surat Ali-Imron ayat 14. Al-Quran menjelaskan bahwa pria dan wanita bagaikan pakaian, artinya yang satu memerlukan yang lain, sebagimana pada surat Al-Baqarah: 187. ِ ِ ِ ِ ِ ُ َالرف ِأ ِ َُِ َّل لَ ُكم لَي لَة اس َّ ِالصيَ ِا ْ ْ ُ َاس لً ُك ْم َوأَنْتُ ْم لب ُ َث ا ََل ن َسآئ ُك ْم ُه َّن لب االية...ََلُ َّن “ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian nagi mereka….”30 Di samping perkawinan untuk mengatur naluri seksual juga untuk menalurikan cinta dan kasih sayang, di kalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab. Penyaluran cinta dan kasih sayang yang di luar perkawinan tidak akan menghasilkan keharmonisan dan tanggung jawab yang layak, karena di dasrkan atas kebebasan yang tidak terkait oleh satu norma. 3) Memelihara diri dari kerusakan Orang-orang yang tidak melakukan penyaluran dengan perkawinan kan mengalami ketidak wajaran dan dapat menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri tau orang lain bahkan masyarakat, karena manusia mempunyai nafsu, 30 Ibid., hal. 45. 41 sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik sebagaiman dijelaskan dalam Surat Yusuf ayat 53: ِ االية....... الس ْوِء ُّ ِس ْل ََّما َرةٌ ب َ ا َّن النَّ ْف... “…. Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepda kejahatan…”31 Dorongan nafsu yang utama adalah nafsu seksual, karenanya perlu menyalurkan dengan baik, yakni perkawinan. 4) Menimbulkan kesungguhan bertanggung jawab dan mencari harta yang halal. Hidup sehari-hari menunjukkan bahwa orang yang berkeluarga sering dipengaruhi oleh emosional sehingga kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Seperti sopir yang sudah berkelurga dalam cara mengendalikan kendaraannya lebih tertib dibandingkan para pekerja yang bujangan. Demikian pula dalam menggunakan hartanya, orang yang telah berkeluarga lebih efektif dan hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga di rumah. Suami istri yang perkawinannya didasarkan pada pengalaman agama, jerih payah dalam usahanya dan upayanya mencari keperluan hidupnya dan keluarganya dapat digolongkan ibadah. 31 Ibid., hal. 315. 42 5) Membangun rumah tangga dalam rangka membentuk masyarakat yang sejahtera berdasarkan cinta dan kasih sayang. Manusia di dunia tidaklah berdiri sendiri melainkan bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit yang terkecil yaitu keluarga yang terbentuk melainkan sebuah perkawinan. Dalam hidupnya manusia memerlukan ketenangan dan ketentraman hidup untuk mencapai kebahagiaan. Keluarga merupakan bagian masyarakat menjadi faktor terpenting dalam penentuan ketenangan dan ketentraman masyarakat. Keharmonisan diciptakan oleh adanya kesadaran anggota keluarga dalam menggunakan hak dan pemenuhan kewajiban. 4. Syarat dan Rukun Pernikahan. Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat terpenuhi, maka Perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Pada umumnya rukun dimaknai sebagai suatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti takbiratul ihram untuk sholat.32 Menurut Imam Maliki bahwa rukun nikah ada lima macam yaitu : 32 Abdul Rahman Ghozali, op. cit, hal,.45. 43 a. Wali nikah dari pihak permpuan b. Mahar (maskawin) c. Calon pengantin laki-laki d. Calon pengantin perempuan e. Sighat akad nikah Imam Syaf’I mengatakan bahwa rukun nikah ada lima macam yaitu: a. Calon pengantin laki-laki b. Calon pengantin perempuan c. Wali d. Dua orang saksi e. Sighat akad nikah Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah itu ijab qabul saja (yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki). Menurut Jumhur Ulama’ rukun perkawinan ada lima, masingmasing mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat dan rukun tersebut adalah:33 1. Calon suami, syarat-syaratnya a. Beragama islam. 33 2010), hal. 10. Mardani, Hukum Perkawinan Islam Didunia Islam Modern, ( Yogyakarta, graha ilmu, 44 b. Laki-laki. c. Dapat memberikan persetujuan. d. Tidak mendapatkan halangan perkawinan. 2. Calon istri, syarat-syaratnya a. Beragama islam. b. Perempuan. c. Jelas orangnya. d. Dapat dimintai pesetujuannya. e. Tidak terdapat halangan perkawinan. 3. Wali nikah, syarat-syaratnya a. Laki-laki. b. Dewasa. c. Mempunyai hak perwalian. d. Tidak terdapat halangan perwaliannya. Wali ialah suatu suatu ketentuan hukumyang dapat di paksakan kepada orang lain sesuai dengan hukum. Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahinya berdasarkan sabda Nabi SAW: ِ َّب ص ُّ َع ْن ُسلَْي َما َن بْ ِن ُم ْو َسى َع ِن َّ ِالزْه ِر ِي َع ْن عُْرَوَة َع ْن َعائ َشةَ اَ َّن الن ِ اَُُّّيَا امرأةٍ نِ َكحت بِغَ ِي اِ ْذ ِن ولِيِّها فَنِ َكا ِها ب:قَ َال رواه مخسة... اط ٌل ْ ْ َ َ َ َ َُ َْ 45 اال النسائى “ Dari Sulaiman bin Musa dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal”.34 4. Saksi, syarat-syaratnya a. Minimal dua orang laki-laki. b. Hadir dalam ijab qabul. c. Dapat mengerti maksud akad. d. Islam. e. Dewasa. Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut, berdasrkan sabda Nabi SAW: ِ الَ نِ َكاح اِالَّ بِوَِل وش )اه َد ْى َع ْد ٍل (رواه اْحد َ َ ِّ َ َ “ tidak sah suatu akad nikah tanpa adanya wali dan dua orang saksi yang adil “.35 5. Ijab Qabul, syarat-syaratnya a. Adanya pernyataan dari wali. b. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai. Mu’ammal Hamidy,dkk. Terjemahan Nailul Authar himpunan Hadis-Hadis Hukum, (Surabaya : PT. Bima Ilmu, 2001), hal. 2157. 35 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, ( Jakarta, Gema Insani:2006), hal. 652. 34 46 c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari dua kata tersebut. d. Antara ijab dan qabul bersambungan. e. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang haji atau umrah. f. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi. Lafaz yang digunakan untuk akad nikah adalah lafazh nikah atau tajwij, yang terjemahannya adalah kawin dan nikah. Sebab kalimat-kalimat itu terdapat di dalam Kitabullah dan Sunnah Menurut Asy-Syafi’I dan Hambali. Sedangkan Hanafi membolehakan dengan kata kalimat lain yang tidak dari Al-Quran, misalnya menggunakan kalimat hibah, sedekah, pemilikan dan sebagainya, dengan alasan kata ini adalah majas yang bisa juga digunakan dalam bahasa sastra atau biasa yang artinya perkawinan.36 Contoh kalimat akad nikah: ِ بِْن.... ك ً َِاال..... ِِبََه ِر.... ت َ ُاَنْ َك ْحت 36 Abdul Rahman Ghozali, op. cit, hal 57. 47 Aku kawinkan engkau dengan…. Binti …. Dengan maskawin Tunai. …. Jawaban kalimat Kabul yang digunakan wajib sesuai dengan ijab. Selain Rukun dan persyaratan nikah, ada sebuah yang dinamakan mahar atau maskawin. Yakni pemberian sejumlah uang atau barang yang wajib diberikan kepada mempelai putri. Ia tidak menentukan sah-tidaknya pernikahan karena tidak termasuk rukun nikah tapi wajib dibayarkan, meski tidak ditentukan jumlah dan waktu pembayarannya.37 5. Hukum Pernikahan Wanita Hamil Pernikahan merupakan satu-satunya jalan yang paling mulia dalam menyalurkan kebutuhan biologis dalam menyalurkan kebutuhan biologis dalam menghasilkan keturunan yang sah dalam perkawinan. Dalam memilih suami atau istri, islam mengajurkan hendaknya didasari oleh Agama atau moral, yakni calon tersebut berakhlak mulia berdasarkan atas kecantikan, bangsawan bahwa kepopulerannya semata. Karena agama yang baik dan membawa keberuntungan yang gemilang di dunia maupun di akhirat, dan mendapatkan ketenangan lahir batin. Seorang gadis bukan perawan atau janda hamil tanpa suami dalam kehidupan masyarakat biasanya dicarikan calon suami yang 37 Nipan Abdul Halim, op. cit, hal. 80. 48 bersedia untuk menutupi aib atau cela yang ditangungnya. Baik calon suami itu orang yang menghamili atau bukan. Dalam islam, juga dikenal dengan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam keadaan hamil (kecelakaan), dengan laki-laki yang berzina atau laki-laki yang bukan menzinainya. Perbuatan zina yang dilakukan laki-laki dan perempuan itu tidak dilihat statusnya. Apakah telah beristri atau bersuami ataupun ia masih perawan atau perjaka, semua tetap dinamakan perzinahan. Para ulama sepakat mengenai kebolehan menikahi wanita pezina bagi orang yang menzinahi. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang hukum menikahinya bagi orang yang bukan menzinahinya. Terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ulam tersebut disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memahami “ larangan menikahi penzina” yang terdapat dalam surat An Nur ayat 3 sebagai berikut : ِ ك َّ الزِاِن َال يَْن ِك ُح إَِّال َزانِيَةً أ َْو ُم ْش ِرَكةً َو َّ َ الزانِيَةُ َال يَْن ِك ُح َها إَِّال َز ٍان أ َْو ُم ْش ِرٌو َو ُِِّرَِ َذل ِِ ني َ َعلَى الْ ُم ْؤمن “ Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”.38 38 Mentri Agama, op. cit, hal. 492. 49 Para ulama berselisih pendapat mengenai pernikahan wanita hamil di luar nikah dengan orang yang menghamilinya. Sebagai pendapat sah akan nikahnya dan sebagian lagi berpendapat tidak sah. Mereka mempunyai argument berupa Al-Quran maupun hadits Nabi SAW. Ulama mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali) berpendapat bahwa perkawinan keduanya sah dan boleh di campuri sebagai suami istri, dengan ketentuan bila si pria menghamilinya dan kemudian baru ia mengawininya, sedangkan menurut Ibnu Hazam berpendapat bahwa keduanya boleh (sah) dikawinkan dan boleh pula bercampur, dengan ketentuan, bila telah bertaubat dan hukuman dera, karena keduanya berzina. Pendapat ini berdasarkan hukum yang telah pernah ditetapkan oleh sahabat Nabi.39 39 Abdul Rahman Ghazali, op. cit, hal. 125. BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Desa Ngabul 1. Kondisi Geografis Desa Ngabul Berdasar letak geografis wilayah desa Ngabul. berada di sebelah selatan Ibukota Kabupaten Jepara. Desa Ngabul merupakan salah satu desa di kecamatan Tahunan kabupaten Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota kecamatan 1 Km, dan ke ibukota kabupaten 7 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan ± 25 menit. Desa ini berbatasan dengan desa Langon di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan desa Tahunan, sebelah selatan dengan desa Troso dan di sebelah timur dengan desa Ngasem. Luas wilayah daratan desa Ngabul adalah 604.906 Km². Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukan. Dapat dikelompokan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain. Secara administratif wilayah desa Ngabul terdiri dari 34 RT dan 7 RW, yang masuk ke dalam 3 (tiga) wilayah pedukuhan, yaitu Dukuh Krajan, Dukuh Jeruk Gulung dan Dukuh Jokosari. Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, berjumlah 11.918 jiwa pada tahun 2012, meningkat menjadi 12.425 di tahun 2013, meningkat menjadi 12.905 di tahun 2014. 50 51 Table,. 3.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ngabul Tahun 2012 -2014 No Jenis Kelamin Jumlah penduduk jiwa Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 1 Laki-laki 6.146 6.161 6.403 2 Perempuan 5.772 6.264 6.502 11.918 12.425 12.905 JUMLAH Sumber: Profil Desa Ngabul. 2014. Seperti terlihat dalam tabel di atas, menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk tahun 2012 naik 4.3 % tahun 2013, kemudian dari tahun 2013 naik 3.9 % tahun 2014 sehingga dapat dilihat proporsi penduduk tercatat jumlah total penduduk Desa Ngabul, sebanyak 12.905 jiwa, terdiri dari laki-laki 6.403 jiwa atau 49,6 % dari total jumlah penduduk yang tercatat. Sedangkan perempuan 6.502 jiwa atau 50,3 % dari total jumlah penduduk yang tercatat. 2. Pendidikan Desa Ngabul Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Pada gilirannya mendorong munculnya lapangan 52 pekerjaan baru. dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju. Untuk melihat tingkat pendidikan penduduk desa Ngabul, jumlah angka putus sekolah serta jumlah sekolah dan siswa menurut jenjang pendidikan, dapat dilihat di tabel di bawah ini : Table,. 3.2 Perkembangan Penduduk Desa Ngabul Menurut Pendidikan Terakhir Tahun 2012 – 2014 Jumlah penduduk Uraian No 1 Tahun Tahun Tahun 2012 2013 2014 1036 1074 1160 Tamatan Sekolah non formal dan Belum Sekolah 2 Belum /Tidak tamat SD 2012 2041 2112 2 Tamat Sekolah SD 4095 4245 4379 3 Tamat Sekolah SLTP 2435 2560 2647 4 Tamat SMU 1663 1798 1875 5 Akademi/DI/DII/DIII 307 324 339 6 Strata I 365 375 382 53 7 Strata II Jumlah 5 8 11 11.918 12.425 12.905 Sumber: Profil Desa Ngabul. 2014. Permasalahan pendidikan secara umum masih rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan, terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pengajar dan tingginya angka putus sekolah. 3. Agama Dilihat dari penduduknya, desa Ngabul penduduk yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinan mereka. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Dari hasil pendataan penduduk yang beragama islam sekitar 12.834 jiwa, Kristen 68 jiwa, Katholik sekitar 8 jiwa. 4. Sejarah Desa Ngabul Menghidupkan kembali kisah-kisah masa lalu sungguh sangat mulia. Bukan untuk kembali ke masa lalu, namun untuk menggali nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat yang mengobarkan semangat untuk melakukan yang lebih baik di masa datang. Sangat penting untuk menoleh ke belakang untuk mengetahui asalusul desa Ngabul, sehingga dapat dijadikan sebagai cermin bagi langkah di masa depan. Ini merupakan manfaat utama mempelajari sejarah. 54 Hal yang penting bagi generasi sekarang dan masa depan adalah mengambil yang baik dari masa lalu dan membuang yang buruk. Dengan harapan agar kita mendapatkan kuantitas dan kualitas yang lebih baik dibandingkan pada masa lalu. Pada zaman abad 18 ada dua kubu diwilayah yang dibatasi dengan sungai (Jokosari – Krajan), sedang berseteru dan masing – masing wilayah mempunyai pimpinan yang sakti mandra guna/ digdoyo.1 Setiap hari orang tersebut saling mengadu kesaktian, kedua pimpinan itu tidak pernah akur sehingga sesepuh desa ( Mbah Datuk Jokosari) mengajak kedua pimpinan wilayah tersebut berembuk, dan mendapatkan hasil kesepakatan keduanya dua wilayah itu menjadi satu wilayah desa, dengan dipimpin satu kepala desa dengan sebutan lain Petinggi. Dengan kejadian itulah maka desa ini dinamakan desa Ngabul, karena terkabulnya upaya mendamaikan dua kubu yang bersiteru tersebut. TEMPAT BERSEJARAH a. Punden Jokosari Tempat dimana sesepuh/ Danyang/ Cikal bakal desa, mengadakan kegiatan Ritual dan tempat dimakamkan nya datuk Jokosari.disana juga terdapat makam Petinggi desa Ngabul (TOWI KROMO PARNI), terletak 1 Dokumentasi desa Ngabul, 55 di Dukuh Jokosari kira- kira 1,5 KM dari Pusat Pemerintah desa Ngabul ( Balai Desa). Mbah jokosari yang seorang pelarian perang konon juga punya beberapa pusaka antara lain pedang kangkam, wesikuning, lenggo tolo dan mungkin masih banyak lagi, dan semua pusaka itu sebagai penjagaan Desa ( tunggon Deso) agar desa ini menjadi aman dari ancaman musuh juga menjadikan Desa yang tentram, makmur, sejahtera dan menurut cerita orang tua, pusaka itu bisa dipinjam jika desa Ngabul dalam kondisi darurat (bahaya) dapat masalah atau ancaman dari desa luar. Dan yang bisa pinjam adalah seorang bayi yang lahir yatim serta masih ada hubungan dengan mbah Jokosari ( LAJER ). Disitu juga terdapat pohon degenan, disebelah pohon besar, yang konon merupakan tongkat yang ditancapkan. Pohon ini juga berkasiat menyembuhkan pegel linu dan pohon timoho/ timoyo yang dulu dijadikan tempat mengantungkan pedang dan pusaka yang lain termasuk sabuknya. b. Jago Komplong Adalah Hewan peliharaan mbah datuk Jokosari, yang didapat dari hasil pembagian bekal hidup dengan kakaknya perempuan, setelah kakaknya kawin dan menetap di desa Ngeling dan disimbulkan pada Gendeng rumahnya, yang ditakuti orang kampung, bahkan diyakini kalau orang/ Masyarakat wiwit pari/ menjelang panin padi dan berdagang/ bekerja apapun dibumi Ngabul tidak ngaweroi/ kurmati Mbah Jokosari, 56 maka hasilnya dipetol jago kamplong ( menurut keterangan satu kali petolan/ patokan adalah sak tompo atau 1% hasil panin/dagang), ringkas cerita keberkahan hasil usaha dan pertanian bisa jadi kurang karena tidak khurmati cikal bakal desa. Sebagian narasumber mengatakan setiap kali masyarakat Wiwit pari/ petik padi, maka diawali selametan, sesajinya beras kuning. c. Sendang Sari Adalah tempat bersejarah dimana dulu konon cerita, tempat ini adalah sumber air/ sendang dimana para sesepuh/ Cikal bakal desa Ngabul bersesuci/ mandi/ Wudlu sebelum melakukan ritual/ pertapaan termasuk mbah Datuk Jokosari juga nyai Selowati ( ada juga yang menyebut Wulansari ). Konon ditengah sendang itu ada pusaka berupa keris ( keris tujung sekar dan keris tujung drajat ) dan pusaka itu menjadi pusaka Desa (tunggon deso), dan juga menurut penglihatan indra keenam (gaib) di tempat ini ada penunggunya sesorang perempuan yang pakai kemben ( jarik), dengan rambutnya yang terurai. d. Longgo pati. Adalah tempat pertapaan Ular Naga (Nogosari) yang sangat besar, dimana narasumber mengatakan panjangnya ular tersebut Buntut/Ekor ular di gunung muria dan kepalanya di desa Ngabul (gaib) yang mau jengkar, sedang membuka mulut besarnya, sehingga ada ular kecil – kecil ( ular tampar) masuk kedalamnya dan mengigiti isi perut ular Naga 57 tersebut, dan akhirnya ular tersebut mati dan membusuk, sehingga mengeluarkan dua arah sumber mata air yang sangat besar atau tok (pusat) air, sekarang dimanfaatkan masyarakat sebagai irigasi pertanian, dan akibat ular yang membusuk tersebut membuat tanah/sawah disekitar tok menjadi sangat subur dan menjadi mata pencaharian masyarakat setempat. Yaitu tempatnya sekarang kita kenal dengan sebutan Ngetok, yang artinya sumber mata air. 5. Keadaan Sarana Prasarana Pembangunan kemampuan Infrastruktur Pemerintah desa akan untuk dihadapkan pada menyediakannya. terbatasnya Pada sebagian infrastruktur, pihak desa telah berhasil menghimpun swadaya masyarakat murni yang terkoordinir di masing-masing RT dan RW. Table,. 3.3 Jumlah Prasarana dan Sarana Desa Tahun 2012 - 2014 No Jenis prasarana & sarana Tahun Tahun Tahun Desa 2012 2013 2014 1. Jalan beraspal 27000 m2 27000 m2 33000 m2 2. Puskesmas 1 1 1 3. Masjid 9 9 10 4. Gedung sekolah 11 15 15 58 Tk-sma 5. Perternakan 625 710 640 6. Jumlah industry 219 241 251 Sumber: Profil desa Ngabul. 6. Visi dan Misi Desa Ngabul Visi desa Ngabul disusun dari rangkaian panjang, diskusi-diskusi formal maupun informal dengan segenap warga Ngabul atau tokoh – tokoh masyarakat sebagai representasi dari warga masyarakat Ngabul. Dalam kegiatan ini semakin mendekatkan visi desa Ngabul dengan kenyataan yang ada di desa dan masyarakat. Kenyataan yang dimaksud baik merupakan potensi, permasalahan maupun hambatan yang ada di desa dan masyarakat yang ada pada saat ini maupun ke depan. Ditetapkan visi desa Ngabul sebagai berikut: Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan, perekonomian sosial budaya menuju masyarakat sejahtera. Dalam meraih Visi desa Ngabul seperti yang sudah dijabarkan diatas, dengan mempertimbangkan potensi dan hambatan baik internal maupun eksternal. Maka disusunlah Misi desa Ngabul, sebagai berikut :2 1. Membangun dan mendorong majunya bidang pendidikan baik formal maupun non formal yang mudah diakses dan dinikmati seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali. 2 Profil desa Ngabul, Senin 4 mei 2015 59 2. Membangun menghasilkan dan insan mendorong intelektual, terciptanya insan pendidikan inovatif dan yang insan enterpreneur. 3. Membagun dan mendorong usaha-usaha untuk optimalisasi sektor industri, pertanian, perkebunan dan peternakan baik tahap produksi maupun pengolahan hasilnya. 4. Menjamin dan mendorong investor dan usaha-usaha untuk terciptanya pembangunan di segala bidang yang berwawasan lingkungan. 5. Peningkatan pelayanan publik yang prima, ditunjang dengan pemberdayaan aparatur desa. 6. Menjalin komunikasi timbal balik yang harmonis dan sinergis diantara aparatur desa dengan masyarakat. 7. Menjaga kelestarian dan kekayaan nilai-nilai desa guna menunjang pembangunan dibidang kepariwisataan. 8. Menjamin dan mendorong terciptanya stabilitas politik, ekonomi sosial budaya serta keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. 9. Peningkatan kualitas keluarga melalui pemberdayaan perempuan menuju konsepsi masyarakat yang berwawasan sosial religious. 10. Peningkatan peran serta pemuda dalam mendorong prestasi disegala bidang khususnya di bidang kepemudaan dan olahraga. 60 B. Data Khusus 1. Pandangan Perempuan Hamil terhadap keharmonisan keluarga Pengaruh globalisasi di Indonesia tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang saja, karena globalisasi dapat memunculkan dampak positif dan dampak negatif. Era globalisasi saat ini lebih di dominasi oleh perkembangan informasi, komunikasi, dan teknologi. Keadaan ini telah membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan itu mengusung kemajuan yang luar biasa, sekaligus menimbulkan kegelisahan di kalangan orang banyak. Adanya fenomena hamil di luar nikah, membuat perempuan merasakan beban yang berat karena kehamilan tersebut terjadi tanpa adanya ikatan pernikahan. Seorang laki – laki harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan yaitu dengan menikah dan menafkahi istrinya (perempuan) meskipun belum siap mental. Membentuk keluarga merupakan idaman setiap rumah tangga. Keluarga juga sebagai wujud yang diamanatkan oleh Allah dan menjadikan dambaan setiap pasangan suami istri. Setiap keluarga mempunyai hubungan atau komunikasi yang hangat antara sesama anggota keluarga. Dari data yang sudah di dapat kurang lebihnya ada 5 pernikahan perempuan hamil di desa Ngabul. Tetapi peneliti mewawancarai 2 perempuan hamil yang berinisial Nk dan Rb, mereka mengemukaan pendapat tentang keharmonisan keluarga: 61 Nk : kekarmonisan keluarga yo isa kumpul karo bojo, seneng seneng, ono seng ngancani turu anger begi, tapi yo pas bojo roso-roso bogawe rak dwe duwet isane mok nyawang rak iso nyandang. (keharmonisan kluarga yaitu bisa kumpul sama suami, suka sama suka, ada yang menemani tidur tiap malem, tapi disaat suami tidak kerja malasmalasan tidak punya uang bisanya melihat tidak bisa membeli sesuatu).3 wawancara dengan Rb: Rb : keharmonisan keluarga yoiku seneng seneng karo bojo, ngemong anak, jalan-jalan, yo pokoe seneng ono seng ngrumati, meneh opo wes ono anak malah tambah seneng. (keharmonisan keluarga yaitu bersenang senang sama suami, mengasuh anak, jalan-jalan, apa lagi sekarang sudah punya anak tambah bahagia ).4 Dari hasil peneliti ini dapat diambil kesimpulan bahwa perempuan hamil di desa Ngabul mengangap keharmonian keluarga adalah bahagia bersama, berhias kasih sayang sesama suami dan anak-anaknya. Dari hasil wawancara dengan Nr dan Rb ia mengatakan bahwa didalam keluarga kecilnya ia merasa bahagia dengan anak dan suami. sekarang suami bisa mengerti dengan kondisi keluarga kecilnya. Sudah giat bekerja demi anak dan istrinya. 3 4 Wawancara dengan Nk Pada Hari Kamis Tanggal 21 Mei 2015. Wawancara dengan Rb Pada Hari Minggu Tanggal 19 Juli 2015. 62 Masalah ekonomi keluarga itu sangat penting, para istri tidak mengeluh mereka mengatakan hasil jerih payah suami banyak ataupun sedikit yang penting cukup untuk kebutuhan sehari-hari. 2. Faktor Penyebab Pernikahan Perempuan Hamil. Proses khithbah (peminangan) biasanya diawali dengan adanya pacaran. Pacaran diartikan denagn lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan dan kekasih. Muda-mudi yang pacaran, kalau ada kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya mereka yang bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran. Perbutan berpacaran biasanya tidak luput dari perbuatan saling berkirim surat, saling berkunjung ke rumah, Saling bertemu di tempat-temat tertentu, saling melepas rindu, pergi bersama dan seterusnya. Lebih dari itu, ada pula yang sudah tidak malu-malu lagi pergi berdu, bergandengan tangan, bermesraan di tempat- tempat sepi, nonton berdua, dll. Atau bahkan lebih jahilnya lagi, ada yang saling berciuman, saling berpelukan, berdansa-ria. Akibatnya pergeseran sosial, kebiasaan pacaran masyarakat kita menjadi terbuka. Terlebih saat mereka merasa belum ada ikatan resmi, akibatnya bisa melampaui batas kepatutan. Kedangkalan seorang remaja menggangap perlu pacaran untuk tidak hanya mengenai pribadi pasangannya, melainkan sebagai pengalaman, uji coba, maupun bersenag-senang belaka. 63 Anehnya, perbuatan yang seperti itu tetap mendapat restu dari orang tua termasuk orang tua muslim. Mereka rela putra-putrinya pergi entah ke mana dengan lawan jenisnya yang jelas-jelas belum menjadi suami_istri yang sah. Betapa suburnya lahan kemaksiatan yang di sediakan oleh tindak pacaran. Kita tidak mungkin menutup mata akan aneka kejadian yang amat memalukan di lingkungan kita. Tidak sedikit para gadis usia muda yang gagal menjaga kehormatannya dengan segala dampak yang muncul seperti kehamilan diluar nikah, aborsi, penyakit menular, depresi pada wanita. Tindakan yang tak terkendali, sehingga lahirlah bayi-bayi penuh derita yang kelak menjadi anak-anak. BAB IV ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN PEREMPUAN HAMIL TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA A. Analisis Faktor Terjadinya Pernikahan Perempuan Hamil Di Desa Ngabul Semakin tingginya frekuensi globalisasi di era-modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kondisi semacam ini juga sangat mempengaruhi terhadap ideologi masyarakat, sehingga sebagian mereka beranggapan kalau tidak bergaul dengan lain jenis maka dinilai ketinggalan zaman. Inilah salah satu dampak arus globalisasi. Oleh karena itu dalam kondisi semacam ini manusia di tuntut untuk lebih berhati-hati dalam bertindak. Pada dasarnya masyarakat merupakan sekumpulan kelompok orang yang membentuk sebuah sistem yang berinteraksi antar individu satu dengan yang lain. Dalam setiap tatanan masyarakat akan selalu membutuhkan aturan yang berbeda dalam penerapannya. Dengan aturan yang telah ada masyarakat seharusnya bisa menjadi lebih baik untuk hidup yang baik dengan berpedoman pada aturan yang berlaku di kalangan masyarakat. Namun tidak semua masyarakat dapat memahami dan mematuhi semua aturan yang telah 64 65 ada sehingga banyak orang yang terjerumus pada hal – hal yang merugikan dirinya sendiri. Tindakan pacaran adalah tindakan yang jelas-jelas membuka lahan subur untuk melakukan kemaksiatan. Dengan berpacaran, berarti menyegaja untuk menceburkan dirinya kedalam perzinaan. Sebagai insan muslim yang bijak, seharusnya kita waspadai aneka bahaya yang dapat timbul akibat tindakan pacaran. Islam mengajarkan kaum wanita adalah kaum yang harus dimuliakan kehormatannya, bukan dijadikan ajang kemaksiatan. Sekarang banyak remaja yang terjerumus kedalam perzinaan, muda mudi yang tak bisa nengontrol diri dengan baik, Mereka tidak mungkin menutup mata akan terjadinya kejadian yang memalukan. Dengan berpacaran, berarti dua insan lawan jenis yang bukan pasangan sahnya sering bertemu dan berduaan. Keduanya saling berjalan mendekati perzinaan, apalagi jika disertai dengan saling meraba dan saling berpeluk-cium. Bahaya yang paling besar akibat ulah berpacaran adalah terjerumusnya pelaku ke dalam perzinaan. Remaja yang melakukan hubungan seksual dapat menimbulkan beberapa akibat, seperti kehamilan diluar nikah yang tidak dikehendaki, penyakit menular, depresi, kecemasan terhadap nasib yang dialaminya. Itu semua disebabkan karena rendahnya pengetahuan, norma yang dianutnya, status hubungan, dan harga diri yang rendah. 66 Sebagai mana yang di ungkapkan Nk, Rb (inisal perempuan hamil) di desa Ngabul, ketika peneliti menanyakan faktor terjadinya pernikahan perempuan hamil: Ungkapan Nk: 1 Aku nek emben meteng disek perkarane aku pacaran ambek pacrku seng saiki dadi bojoku, seneng-seneng karo caiku, opo-opo tak turuti, lugo dolan bareng, aku ketemu nek umahe kancane dirayu rayu teros dijak ngo kamar, ambung-ambungan, nglakoni ngonow-ngonw lah, teros rak sadar rak eleng opo opo iso-iso tekan nglakoni iku mbek pacarku, teros aku rak prei prei 2 sasi, tak tukokno taspek tak tes teros aku meteng. (Saya ketika hamil dulu, saya pacaran dengan pacar saya yang sekarang sudah menjadi suami, senang senang sama pacar saya, apa apa saya kasih sama dia, pergi jalan bareng, saya ketemu sama dia saat dirumah temenya, di rayu-rayu pacar saya terus diajak kedalam kamar, cium-ciuman, melakukan hubungan intim dengan pacar saya, terus saya tidak haid haid selama 2 bulan, saya beli taspek lalu positif hamil). Ungkapan Rb2: Aku meteng disek perkarane aku dijak uleman pacarku nek semarag, teros aku rak muleh perkarane wes bengi, aku nginep nek umahe kancaku turu umahe wong 2, disusol kelonan ambk pacarku teros nglakoni iku. (Saya hamil duluan ketika saya diajak pergi kondangan ke rumah temennya di semarang, saya tidak pulang kerumah dikarenakan sudah larut malam, lalu saya menginap dirumah temen berdua dengan pacar saya, disusul tidur berdua dengan pacar saya lalu melakukan hubungan dengan dia) 1 2 Wawancara Dengan Nk Pada Hari Kamis 21 Mei 2015 Wawancara Dengan Rb pada Hari Minggu 19 Juli 2015 67 Kehamilan yang diakibatkan oleh hubungan seks di luar nikah membuat perempuan belum siap untuk hamil, maka dari itu mereka berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan. Hasilnya, solusi yang seringkali dilakukan oleh perempuan hamil di luar nikah adalah dengan keterpaksaan untuk menikah atau dengan aborsi. Perempuan manapun yang meminta aborsi pada dasarnya dalam keadaan terpaksa. Apalagi tak sedikit pria yang melakukan seks sebelum nikah menyuruh wanitanya untuk melakukan aborsi. Tapi dipihak perempuan takut pada dampak terhadap aborsi. Dampak dari adanya aborsi salah satunya tidak baik untuk kesehatan ibu. Maka perempuan yang hamil di luar nikah, lebih melakukan pernikahan daripada harus menggugurkan kandungan (aborsi). Seperti yang dilakukan Nk3 ia pernah meminum sebuah pil (obat buat menggugurkan kandungan) dan ciu (minuman keras) agar janin yang dikandungnya hilang (mengugurkan kandungan), tetapi itu semua tidak bisa mengugurkan kandungannya. Sehingga ia terpaksa menikah dengan laki-laki yang menghamilinya. Hampir semua orang tua kaget dan tidak percaya ketika mendengar anaknya sedang hamil, mereka harus gimana lagi itu adalah aib keluarga, jalan satu-satunya yaitu menikahkan anaknya dalam kondisi hamil. 3 Wawancara Dengan Nk Pada Hari Kamis 21 Mei 2015 68 Seperti yang di ungkapkan orang tua dari Nk4 “ Aku kudu piye meneh aku krungu anakku meteng disek aku rak iso ngopo-ngopo, wes ngisin ngisini keluarga, cahe tak takoni meteng bek sopo, lanage takon moro takon tanggung jawab, langsong tak kaweno. ( Saya harus gimana lagi, mendengar anak hamil duluan saya tidak bisa ngapa-ngapain lagi, sudah memaukan keluarga, lalu saya menanyakan kepada dia siapa yag menghamili, dan laki-laki yang menghamilinya disuruh datang kerumah, untuk bertanggung jawab dan menikahkannya). B. Analisis Dampak Pernikahan Perempuan Hamil Terhadap Keharmonisan Keluarga Adanya fenomena hamil di luar nikah, membuat perempuan merasakan beban yang berat karena kehamilan tersebut terjadi tanpa adanya ikatan pernikahan. Seorang laki–laki harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan yaitu dengan menikahi perempuan yang dihamili meskipun belum siap mental, jasmani dan rohani maupun ekonomi. Keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan merupakan dambaan setiap keluarga. Suami yang bertanggung jawab, istri yang penuh dengan kasih sayang dan anak-anak yang patuh terhadap orang tua adalah harapan setiap insan. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Nk:5 “Setelah sekian lama aku wes berkeluarga ambek bojoku, aku seneng susah yo wong lor, wong wes berkewajiban tapi aku ijeh mrono mrene gane wong tuwo, wong hurong duwe omah dwe, bojoku bar kawen iku 4 5 Wawancara Pada Hari Selasa Tanggal 26 Mei 2015. Wawancara Dengan Nk Pada Hari Kamis, 21 Mei 2015. 69 malah roso-roso bogawe, tapi pas anakku lahir malah sregep bogawe, paleng bojoku miker anake mengko dipakani opo, tuku susu ambek opo, aku yo seneg bojoku sregep bogawe sayang anakku sek emboh”. (Setelah sekian lama berkeluarga sama suami, saya senang maupun susah ber_dua, itu sudah kuwajiban tetapi saya masih kesana kesini kerumah orang tua, karena belum mempunyai rumah sendiri, dulunya suami saya males-malesan sesudah menikah, tetapi setelah kelahiran anak suami saya giat bekerja, mungkin suami sudah berfikir kepada keluargannya, mereka makan dengan apa, beli susu dengan apa, saya suka suami sekarang giat bekerja, sayang anak dan istri). Wawancara dengan Rb:6 “Kehidupanku saiki wes ayem bojoku sregep bogawe, tiap libor yo ngojalan-jalan ambek anak bojoku, opo-opo dituruti, tapi kadang yo no cekcoke, wong masalah ekonomi, setiap keluarga ak ngonow, ono senge ono susahe barang, tek seneng yo ngeniku guyon ambek anak bojone, susahe yo pas gawean sepi kebuthane akeh, tapi aku dadi bojone rak tau ngeloh wng iku ancen wes onw seng ngator”. (kehidupan keluarga saya baik-baik saja, suami giat bekerja, tiap libur kerja bisa jalan-jalan dengan suami dan anak, apa-apa dibelikan suami, di dalam setiap keluarga pastinya susah maupun senang itu bersama, terkadang ada percekcokan didalam setiap keluargaku, tentang 6 Wawancara Dengan Rb Pada Hari Minggu, 19 Juli 2015. 70 ekonomi, tapi disaat pekerjaan sepi kebutuhan banyak, saya tidak mengeluh dengan semua itu karena itu semua sudah ada yang ngatur). Sebagaimana penjelasan yang saya terima dari narasumber. Seorang suami akan merasa tentram dalam mengemban tugas sebagai kepala rumah tangga dan istri akan merasa nyaman dalam mengatur urusan rumah tangga, anak merasa lebih teduh menerima didikan dari orang tua. Itulah gambaran keluarga yang dipenuhi dengan nuansa kebahagiaan dan keharmonisan. Untuk membentuk dan menjadikan sebuah keluarga yang harmonis diperlukan upaya-upaya yang harus di usahakan oleh seorang yang akan ingin membina rumah tangga, seperti pada saat memilih jodoh yang baik untuk dijadikan pasangan hidup, bagaimana saat melakukan peminangan, sampai saat menikah. Kemudian apabila dicoba menelusuri kembali bagaimana bentuk ideal dari individu yang baik untuk dijadikan pasangan ternyata harus selaras dengan ajaran agama islam yang dinyatakan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW. Memahami karakter pasangan hidup mutlak dibutuhkan oleh pasangan suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Karena, disadari atau tidak, sepasang suami istri baru mengetahui karakter yang sebenarnya setelah bersama-sama menjalani kehidupan keluarga. Sedangkan karakter yang dikenali dari pasangan sebelum menikah adalah karakter semu, yang boleh jadi hanya hiasan luar semata. Kadang, mereka sadar bahwa pasangan mereka 71 seorang pemarah setelah sekian waktu hidup bersama, yang sebelumnya ia bukan tipe pemarah, sebaliknya ia merasa bahwa pasangannya seorang penyabar setelah menjalani kehidupan rumah tangga. Keluarga sakinah adalah keluarga yang tercukupi secara material maupun spiritual (lahir maupun batin), seorang suami harus berusaha menjadi imam yang baik bagi istri dan anaknya, memberi nafkah dan bertanggung jawab dengan semua urusan keluarga. Begitu pula dengan istri, harus selalu setia, penuh kasih sayang, menjaga kehormatan, menghargai kerja keras suami, serta menjaga dan merawat anak-anak dengan baik. Ketika sepasang suami istri masih menuruti kemauannya sendiri sendiri tanpa mau memahami pasangannya maka hal ini hanya bisa merusak rumah tangga yang telah dijalani. Membentuk keluarga yang harmonis itu tidak mudah, bahkan bisa dikatakan sangat sulit. Karena dalam keluarga yang harmonis segala sesuatunya berjalan dengan ajaran agama, dan tidak ada yang dilandasi dengan keegoisan, atau nafsu semata. Padahal kalau kita amati, hal-hal tersebut sering terjadi dalam rumah tangga. Kebanyakan suami telah memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya harus tunduk dan patuh atas segala perintahnya. Padahal mereka tahu sendiri materi tidak cukup sebagai landasan seorang suami untuk menuntut haknya secara keseluruhan. Sebuah keluarga harus selalu menjaga keseimbangan hak dan kewajiban diantara mereka. Sebagai suami yang sholih, harus menghormati 72 hak dan memenuhi kewajiban kepada istri. Itu merupakan kebahagiaan tersendiri, karena dengan demikian dia akan memperoleh perlakuan yang sama dari istrinya. Namun disisi lain, permasalahan yang ditimbulkan karena tidak adanya saling percaya satu sama lain, kurang menjaga kehormatan diri, saling cemburu. Itu semuanya bisa mengakibatkan perselisihan antara suami istri. Seperti yang pernah dilakukan NK7 ketika seorang mantan pacar bertemu langsung menayakan keadaan kepada Nk, dan ia tidak ngansih tau kepada suami, seketika itu suami langsung menegur kepada NK dan mengalami kecemburuan. Itu semua bisa mengalami perselisihan antara suami istri. Yang tidak saling terbuka dan percaya satu sama lain. Adapun hak dan kewajiban sepasang suami istri yaitu saling menjaga, menghormati, menghargai dan memelihara kehormatan satu dengan yang lain, memupuk rasa cinta dan kasih sayang, matang dalam berbuat dan berfikir serta tidak bersikap emosional dalam persoalan yang dihadapi. Setiap keluarga pastinya ingin mendapatkan kebahagiaan, namun disisi lain ada juga keluarga yang pastinya tidak luput dari permasalahan dalam rumah tangga. Di sisi lain, mengenal hal-hal yang disukai dan di benci pasangan hidup sejak awal perjalanan rumah tangga akan membantu dalam bertindak dan berucap, sebab sebuah fitrah manusia bila menyukai sesuatu dan membenci sesuatu yang lain. Dengan mengenal dan memahami selera 7 Wawancara Dengan Nk Pada hari Kamis, 21Mei 2015. 73 pasangan, baik bersifat lahiriyah maupun batiniyah, akan memudahkan kita untuk mengapai keridhaan dan cintanya. Selain itu ada unsur lain yang sangat mendukung akan adanya hubungan sosial, karena manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia di ciptakan di dunia sebagai makhluk sosial yang secara nalurinya membutuhkan orang lain. Ia butuh saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta rasa saling tolong menolong diantara mereka. Dengan adanya rasa saling memahami dan mengerti antara satu dengan yang lain sangatlah berpengaruh dalam perkembangan seorang anak. Anak adalah anugrah yang diberikan Allah untuk kita. Asuhlah dan bimbinglah mereka dengan baik. Ketika anak dibesarkan dan di asuh dalam keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang maka anak akan tumbuh menjadi anak yang baik dan penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, dalam keluarga yang harmonis juga terbentuk suatu bentuk komunikasi yang baik antar ayah-ibu, ayah-anak, dan ibu-anak. Namun, ketika seorang anak di asuh dalam keluarga yang penuh dengan permasalahan dan di abaikan oleh orang tuanya, tidak dirawat dengan baik, maka anak akan tumbuh dengan kepribadian yang buruk bahkan bisa menjadikan anak tersebut trauma dengan kejadian yang tidak sewajarnya dan pertengkaran yang selalu dilihat langsung oleh anaknya. 74 Seperti yang di alami keluarga Rb dan Nk keluarga mereka menjadi harmonis senang dan bahagia ketia anak mereka lahir, mereka selalalu menyayangi, menjaga dan mengasihi dengan sepenuh hatinya. Tentang alasan apakah mereka mengeluh atau tidak terhadap pernikahan hamil mereka cukup diam tidak mau berbicara. Keluarga Rb dan Nk menyikapi terhadap keharmonisan keluarga mereka mendatangi majlis taklim di lingkungan mereka, untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, mereka dulunya tidak tau sekarang menjadi tau dan mereka semua menata keluarga mereka menjadi baik dan ingin mendapatkan Ridho dari Allah. BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah di susun di atas dapat di tarik kesimpulan yaitu: 1) Faktor penyebab pernikahan perempuan hamil di desa Ngabul antara lain adalah kebiasaan pacaran yang berlebihan. Kadangkala seorang remaja menggangap pacaran tidak hanya mengenal pribadi pasangannya, melainkan sebagai pengalaman, uji coba, maupun bersenang-senang belaka. Bahaya yang paling besar akibat ulah pacaran adalah terjerumusnya pelaku kedalam perzinaan, remaja yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan, menimbulkan beberapa akibat seperti kehamilan diluar nikah, penyakit menular, depresi, dan kecemasan terhadap nasip yang dialaminya. 2) Berdasarkan wawancara dan analisis dari pernikahan perempuan hamil di desa Ngabul pernikahan mereka tidak begitu berdampak pada keharmonisan keluarga, tetapi keadaan keluarga mereka cukup baik dan harmonis, apalagi setelah hadirnya seorang anak mereka sangat senang dan bahagia, selalu menyayangi anak dan istrinya. Tentang persoalan ekonomi tidak menjadi permasalahan, mereka semua menerima jerih payah suami dengan apa adanya. Keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan merupakan dambaan setiap keluarga. Suami yang bertanggung jawab, istri yang penuh dengan kasih sayang dan anakanak yang patuh terhadap orang tua adalah harapan setiap insan. 75 76 2. Saran Semua manusia pada hakikatnya adalah sama, yaitu mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai akal dan nafsu. Namun dibalik kesamaan itu, setiap manusia juga mempunyai perbedaan dengan manusia lainya, diantaranya perbedaan pola pikir, perbedaan kemampuan dan bakat, perbedaan kualitas akal, dan lain sebagainya. Kita sebagai remaja harus berhati dalm menjalin hubungan antara teman dan kekasih, semakin tinggi era globalisasi semkin tinggi tingkat kemajuan. Kita sebagai perempuan harus menjaga kehormatan diri kita, bagi orang tua harus menjaga, mendidik anak-anaknya agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan sampai terjadi kehamilan di luar nikah. Berkeluarga sebaiknya harus siap mental, istri harus bisa mengurus suami, mengurus anak, suami harus giat mencari nafkah untuk keluarganya. 3. Penutup Alhamdulillah, atas karunia_nya kami bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik, meskipun banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Dan pastinya terdapat banyak kekurangan atau bahkan terdapat kesalahan. Tidak lupa penulis minta ma’af , apabila dalam penyusunan kaimat maupun bahasa yang mungkin masih banyak kekeliruan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif guna perbaikan dimasa mendatang Semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Amin ya rabbal alamin. DAFTAR PUSTAKA ‘Uwaidah Syeh Kamil Muhammad.1998. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Abdull Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahab Sayyed Hawwas.2014. fikih munakahat: khitbah,nikah,dan talak. Jakarta: Amzah. Abu Abdullah Bin Abd al-Salm Allusy, Syekh. 2010. Ibanatul Al-Ahkam Syarhu Bulughu Al-maram. Jeddah : Dar Al-Haramain. Al-Asqolani Ibnu Hajar.2009. Terjemahan Bulughul Maram. Jogjakarta: Hikam Pustaka. Al-Fauzan Saleh. 2006. Fiqih Sehari-hari. Jakarta, Gema Insani. Ali Mohamad Daud.2002. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo persada. Ath-Thalibi Abu Hudzaifah. 2013. Kisah-kisah Keluarga Paling Romantis. Nabawi: Solo. As-Subki Ali Yusuf.2010. fikih keluaga (pedoman keluaga dalam islam. Jakarta: Amzah. Az-Zuhaili Wahabah. 2011. Jild 9. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema insani. Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Buku Panduan Keluarga Muslim, semarang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.Cet.4. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Putaka. Departemen Pendidikan Nasional.2007. kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Gozali Abdul Rahman. 2010. fikih munakahat. Jakarta : Kencana. Hadi Sutresno.1981. metode penelitian research 1. Yogyakarta:Yayasan Peneliti fakultas psikolog UGM. Halim M.Nipan Abdul.1999. membahagiakan istri sejak malam pertama. Yogyakarta:Mitra Pustaka. Koenjtoroningrar.1991. metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia. Kompilasi Hukum Islam. 2011.Cet. ke-3. Bandung: Nuansa Aulia Leter M.1985. Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencan. Padang: Angkasa Raya. Mahfud Rois. 2011. Al- Islam (Pendidikan Agama Islam). Erlangga Mardani.2011. Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu. Mentri Agama. 1997. Al-Quran dan Terjemah. Jakarta: Umum Al-Mujamma’. Rasjid Sulaiman.1994. fiqih islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Rofik, Ahmad.1997. hukum islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sedarmayanti, Dkk.2002. metodelogi penelitian. Bandung: CV.Mandar maju Soekanto Soerjono,1986. pengantar penelitian hukum. Yogyakrta:UI Pressi. Summa Muhammad Amin. 2005. Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islm, Jakarta:Raja Grafindo Persada. Syaifudin Amir.2011.hukum perkawinan islam di Indonesia. Jakarta: kencana. Tihami, Sohari Saharani.2010.fikih munakahat: kajian fikih nikah lengkap. Jakarta: PT. Raja. Persada Grafindo. Undang-undang R.I No 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam. Bandung: Citra Umbara. Bacaan lain: A Wararasta Karebet,. 2010. Jurnal hukum No,1. Fadililah Ainu.2013. status anak hasil dari perkawinan wanita hamil (studi hukum islam dan hukum positif di Indonesia). jepara: Perpustakaan UNISNU. Hidayah Arif, 2010. Iddah perempuan hamil karena zina. jepara: Perpustakaan UNISNU. Rudzlah Atik Umi, 2014. Pandangan masyarakat Desa Plajan terhadap pernikahan akibat hamil PRra Nikah. jepara: Perpustakaan UNISNU. Ulfa Khoirina,2011. studi analisis tentang konsep keluarga sakinah menurut jamaah tablig perspektif hukum islam. Jepara: Perpustakaan UNISNU. Ma’ruf Muhammad Bahrul, 2013. Perkawinan wanita hamil (studi komprasi menurut pendapat Imam Syafi’I dengan Imam Khanafi). Jepara: Perpustakaan UNISNU Shoef Ahmad,. 2008. Studi analisis anak di luar nikah di tinjau dari perspektif hukum positif dan diqih madzhab. Jepara: Perpustakaan UNISNU Wardani Dian Eka,. Pernikahan laki-laki dan perempuan hamil di luar nikah ( studi deskriptif mengenai stigma dan tindakan sosial laki-laki yang menikahi wanita hamil di kawasan Surabaya). Jurnal.