1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar adalah tempat atau keadaan para pembeli dan penjual membeli dan menjual barang, jasa atau sumber daya (Salvatore, 1989 : 2).Pasar adalah salah satu sarana ekonomi yang menjadi tolak ukur dalam peningkatan pendapatan ekonomi di suatu daerah. Pasar merupakan tempat untuk menampung berbagai jenis hasil pertanian yang berasal dari petani atau hasil produksi dari perusahaan yang menghasilkan barang, pasar juga digunakan masyarakat untuk melakukantransaksi perdagangan berupa jual beli barang, biasanya pasar terdapat penjual yang menjajakan barang dagangannya juga terdapat pembeli yang ingin membeli barang yang mereka butuhkan seperti; ikan, daging, buah-buahan, sayuran dan lain sebagainya. Pasar itu sendiri dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu, pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan pasar yang digunakan untuk menampung berbagai hasil pertanian yang berasal dari petani atau barang komoditi yang berasal dari produsen, biasanya dari segi bangunannya pasar tradisional tampak sederhana, serta terdapatnya los, kios dan lapak, di dalam pasar tradisional biasanya terdapat sistem tawar-menawar barang antara pedagang dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan pasar modern atau pasar swalayan, pasar jenis ini tidak ada kegiatan tawar menawar barang karena harga barang sudah ditentukan dalam label harga, pasar jenis ini dilihat dari segi bangunan tampak mewah dan megah, di pasar swalayan juga terdapat 1 Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 2 pramuniagayang tujuannya melayani masyarakat dalam berbelanja di pasar sawalayan tersebut. Dalam perkembangannya pasar tidak hanya sebagai sarana ekonomi saja, tetapi sebagai sarana sosial. Sebagai sarana ekonomi pasar melancarkan kegiatankegiatan yang bersifat ekonomi, seperti kegiatan jual beli, sebagai tempat untuk kegiatan distribusi barang dari agen ke pedagang, dan sebagai tempat untuk menampung berbagai hasil barang dari produksi. sedangkan sebagai sarana sosial pasar digunakan sebagai tempat interaksi sosial. Pasar tradisional merupakan tempat menilai tingkat perekonomian masyarakat, dan seharusnya kesejahteraan masyarakat merupakan tingkat tertinggi keberhasilan pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparatur yang bekerja untuk rakyat. Dalam pembangunan dan pengembangan pasar tradisional di daerah-daerah kecamatan, adapun faktor yang menjadi penimbang yaitu pengukuran jumlah penduduk untuk mengetahui substansi kebutuhan masyarakat setempat agar pembangunan sarana pasar sesuai dengan kebutuhan penduduk. Tujuan utama pelaksanaan pengembangan pasar tradisional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat, salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan memperbaiki pasar tradisional yang mulai tidak layak digunakan, agar masyarakat segan untuk berbelanja ke pasar tradisional. Jika masyarakat makin merasa puas dengan tindakan pengembangan pasar yang dilakukan pemerintah daerah maka masyarakat akan memberikan kepercayaan kepada pemerintah begitupun sebaliknya pemberdayaan fasilitas sarana ekonomi Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 3 khususnya pasar tradisional merupakan salah satu pilar dalam terciptanya pembangunan ekonomi di Indonesia. Walaupunpada perkembangannya banyak didirikan pasar-pasar modern seperti, mini market dan swalayan, yang menetapkan harga pas atau tidak adanya sistem tawar menawar dan suasananya lebih nyaman, tetapi keberadaan dari pasar tradisionalmasih dibutuhkan oleh masyarakat, karena masing-masing konsumen kondisi perekonomiannya berbeda, sehingga di dalam pasar tradisional memungkinkan adanya sistem tawar menawar. Hal yang menarik dari keberadaan pasar tradisional adalah selain untuk kegiatan perekonomian pasar tradisional juga digunakan oleh masyarakat untuk sarana sosial seperti, interaksi sosial, kegiatan bertukar informasi atau pengalaman dan kegiatan saling membantu antara pedagang dengan pedagang maupun pedagang dengan pembeli. Pada penelitian dengan tema mengenai pasar tradisional, peneliti mengambil judul mengenai Pasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara Ditinjau Dari Segi Sosial Dan Ekonomi Tahun 2001-2014, karena pasar tradisional Mandiraja merupakan pasar nomor dua dari kabupaten Banjarnegara, sehingga pasar inimerupakan pasar yang ramai dalam perkembangannya di wilayah kabupaten Banjarnegara. Pasar ini merupakan pasar yang strategis, karena pasar ini di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Rakit yang umumnya penduduknya lebih banyak berbelanja ke pasar Mandiraja, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Purwanegara, walaupun di kecamatan Purwanegara ada pasar, tetapi barangnya tidak selengkap dan kualitasnya tidak bagus, sehingga masyarakatnya banyak yang berbelanja di pasar Mandiraja. Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 4 Sarana transportasi untuk menjangkau pasar Mandiraja terbilang mudah, karena pasar ini terletak di jalan raya penghubung antarakabupaten Banyumas menuju kekabupaten Banjarnegara, serta jalan raya penghubung untuk menuju ke ibukota Jawa Tengah, yaitu Semarang, sehinnga banyak tersedia kendaraan umum yang melewati pasar ini, di area pasar ini juga tersedia transportasi umum, seperti becak dan ojek, sehingga para pedagang dan pembeli mudah untuk menuju ke pasar Mandiraja. Pasar tradisionalMandiraja terletak di wilayah desa Mandiraja Kulon RT 02, RW III, kecamatan Mandiraja, kabupaten Banjarnegara, pasar ini didirikan oleh pemerintah kabupaten Banjarnegara dan dikelola oleh pemerintah kabupaten.PasarMandiraja mempunyai luas 4715 m2, luas kios 1044 m2, dan memiliki satu lantai, fasilitasyang tersedia di pasar Mandiraja cukup memadai seperti, mushola, toilet umum dan tempat parkir, pasar Mandiraja juga berdekatan dengan saranaumum seperti, terminal Mandiraja, kantor pos Mandiraja, polsek Mandiraja dan kantor balai desa Mandiraja Kulon. Pedagang yang berjualan di pasar tradisional Mandiraja, tidak hanya orang yang berasal dari wilayah desa Mandiraja Kulon maupun kecamatan Mandiraja saja, akan tetapi mereka juga orang yang berasal dari daerah-daerah lain di luar desaMandiraja Kulon bahkan dari kabupaten lain seperti dari kecamatan Purwanegara, bahkan dari kota Purwokerto, dan dari kabupaten Pekalongan. Adanya pedagang yang berasal dari luar Mandiraja memunculkan cara berdagang yang berbeda, adat istiadat yang berbeda dan adanya interaksi sosial dari para pedagang yang berasal dari dalam daerah Mandiraja dan pedagang dari luar Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 5 Mandiraja, sehingga pasar tersebut selain mempunyai fungsi ekonomi tetapi juga mempunyai fungsi sosial yaitu sebagai sarana sosialisasi antara pedagang dengan pedagang maupun antara pembeli dengan pedagang, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai fungsi dan dampak sosial ekonomi pasar Mandiraja dari tahun 2001-2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dari penelitian mengenai pasar tradisional Mandiraja, Banjarnegara 2001-2014 adalah sebagai berikut. 1. Gambaran umum mengenai lokasi penelitian pasar tradisional Mandiraja Banjarnegara. 2. Fungsi Sosial dan Ekonomi Pasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara bagi Pedagang dan Pembeli (2001-2014). 3. Dampak Sosial dan Ekonomi Pasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara bagi Masyarakat Sekitar Pasar (2001-2014). C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian mengenai pasar tradisional Mandiraja, Banjarnegara, ditinjau dari segi sosial dan ekonomi dari tahun 20012014 adalah sebagai berikut. 1. Gambaran umum mengenai lokasi penelitian pasar tradisional, Mandiraja, Banjarnegara. 2. Fungsi Sosial dan Ekonomi Pasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara bagi Pedagang dan Pembeli (2001-2014). Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 6 3. Dampak sosial dan ekonomi Pasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara bagi Masyarakat Sekitar Pasar (2001-2014). D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka manfaatyang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan khasanah ilmu pengetahuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarahdan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2. Manfaat Praktis Menambah pengetahuandan pengalaman masyarakat mengenai fungsi dan dampak sosial-ekonomipasar tradisional Mandiraja, Banjarnegara, bagi pedagang, pembeli, dan masyarakat sekitar pasar. E. Tinjauan Pustaka Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pasar tradisional sebagai bahan perbandingan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Kamardi Arief (2013) yang berjudul Fungsi Sosial-Ekonomi Pasar Tradisional Lebak Keranji, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi sosial pasar tradisional Lebak Keranji bagi masyarakat sekitar dan fungsi ekonomi pasar tradisional Lebak Keranji bagi masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian ini adalah: Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 7 1. Fungsi sosial pasar tradisional Lebak Keranji bagi masyarakat yang ada disekitar pasar yang pertama adalah fungsi hubungan sosial, pasar dijadikan sebagai tempat mempererat hubungan sosial antara pedagang dan pembeli. Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang untuk mempererat hubungan antara pedagang yaitu dengan berkumpul dan memainkan permainan seperti gaplek dan catur. Kegiatan yang lain juga yaitu para pedagang dan pembeli sering bergosip seputar dunia Televisi. Selain itu hubungan yang terjadi tidak hanya dirasakan oleh para pelaku pasar tetapi juga oleh masyarakat disekitar Pasar Lebak Keranji karena disore hari Pasar Lebak Keranji digunakan sebagai ajang untuk berkumpul bagi remaja yang tinggal disekitar sana sambil menikmati jajanan sore. Fungsi sosial yang kedua adalah fungsi sosialisasi atau bertukar informasi dimana para pelaku pasar saling berinteraksi dan melakukan proses penyampaian informasi dan pembelajaran. Hal ini karena antara pembeli dan pedagang saling memberikan informasi seperti harga baju, merek baju yang sedang digemari sehingga pembeli terbantu dari informasi tersebut, selanjutnyasaling bertukar informasi mengenai resep suatu makanan, bahkan ada pembeli yang membagi pengalaman dengan pedagang tentang dunia usaha dan memberikan ilmu dan trik berdagang. Fungsi sosial yang ketiga adalah fungsi eksistensi masyarakat menengah kebawah, masyarakat menengah kebawah dengan keterbatasan dan ketidakmampuannya mereka masih bisa berdagang walau dengan modal yang terbatas tapi dengan keterbatasan itu mereka masih terus eksis hingga sekarang untuk mencari nafkah. Pedagang pasar lebak keranji memiliki cara agar tetap eksis yakni membolehkan pembeli untuk Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 8 berhutang strategi ini untuk menghadapi agar dagangnnya tetap laris meskipun dibayar secara menyicil. 2. Fungsi ekonomi pasar tradisional Lebak Keranji bagi masyarakat banyak memberikan pengaruh positif baik dari yang didalam pasar maupun usaha yang ada disekitar/diluar pasar. Fungsi ekonomi pasar Lebak Keranji yang pertamaadalah fungsi jual beli dimana pasar Lebak Keranji menjadi sentral jual beli dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Hadirnya pasar ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berdagang. Hadirnya pasar ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam berbelanja karena sebelumnya mereka harus memberikan berbelanja sangat jauh yang memakan waktu, pasar ini juga kemudahan bagi masyarakat yang bekerja dan tidak bisa berbelanja dipagi hari sehingga ia berbelanja setelah mereka pulang kerja. Fungsi yang kedua adalah fungsi mendatangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar, karena dibangunnya pasar Lebak Keranji banyak menyerap lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dari pengaruh positif ini dapat mengurangi jumlah pengangguran di Kelurahan Bukit Lama. Fungsi yang ketiga adalah fungsi menambah kesejahteraan masyarakat, maksudnya adalah pasar Lebak Keranji memberikan suatu penambahan pendapatan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang berdagang dipasar ini memiliki penghasilan cukup lumayan besar, sehingga dengan berjualan disini mereka bisa membeli barang yang dibutuhkan seperti kendaaraan, ada juga yang membeli perabotan rumah, ada juga salah satu pedagang disana yang menabung hasil dagangannya untuk kebutuhan sekolah anaknya dimasa depan. Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 9 Penelitian yang dilakukan oleh Ifah Chasanah (2013) yang berjudul Keberadaan Pasar Tradisional Wage Wadaslintang Sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi, Sosial Dan Budaya Masyarakat Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo Tahun 1998-2005. Tujuan dari penelitian inimengetahui sejarah Pasar Tradisional Wage Wadaslintang di Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo,mengetahui kondisi ekonomi, sosial dan budaya Masyarakat Wadaslintang tahun 1998-2005, mengetahui pengaruh keberadaan Pasar Tradisional Wage Wadaslintang terhadap kegiatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Wadaslintang tahun 1998-2005. Hasil dari penelitian ini adalahKondisi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Wadaslintang sedikit banyak telah terpengaruh dengan adanya pasar. Pasar ternyata telah menjadikan masyarakat Wadaslintang menjadi masyarakat konsumtif. Nilainilai kegotongroyongan yang selama ini diperlihatkan mulai luntur. Pertanian yang dikembangkan adalah pertanian tegalan dan berkebun. Hasil produksi yang utama adalah penghasil buah kelapa atau kopra serta penghasil gula Jawa (gula aren). Masyarakat Wadaslintang masih merupakan masyarakat sederhana jadi barangbarang yang diperdagangkan di pasar masih terbatas pada barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sektor perdagangannya sangat berkembang apalagi wilayah Wadaslintang yang berada di jalur alternatif Wonosobo-Kebumen serta di fungsikannya Waduk Wadaslintang sebagai objek wisata sehingga sektor perdagangan semakin berkembang. Keberadaan Pasar Wage Wadaslintang di Kelurahan Wadaslintang sedikit banyak telah membawa perubahan terhadap kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitarnya. Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 10 berperan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar juga sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang memanfaatkan pasar. Pasar dalam bidang ekonomi menawarkan barang dan jasa yang beranekaragam baik jenis,mutu maupun jumlahnya. Pasar dengan keanekaragaman barang dan jasa yang ditawarkan pada akhirnya akan mempengaruhi pola konsumsi, pola distribusi dan pola produksi masyarakat di sekitar pasar. Pasar dilihat dari aspek sosial yaitu sebagai arena interaksi dari berbagai golongan dan lapisan masyarakat. Pasar mewujudkan masyarakat majemuk. Interaksi antara masyarakat setempat dengan masyarakat luar Wadaslintang tidak dapat dihindari. Pertemuan antar masyarakat ini akan saling mempengaruhi dan pada akhirnya akan membawa pengaruh pada masing-masing pihak. Pasar sebagai pusat kebudayaan, menawarkan ide-ide dan gagasan baru pada masyarakat di sekitar pasar melalui barang dan jasa yang diperdagangkan di pasar. Mobilitas yang tinggi juga membawa gagasan dan informasi yang baru serta membawa pengaruh pada pola berfikir dan pola tingkah laku masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan di pasar berupa pengenalan terhadap ide-ide baru yang ternyata dapat meningkatkan hasil produksi. Penggunaan teknologi barumenyebabkan arus informasi menjadi lebih cepat. Kebudayaan teknologi maju banyak mengubah pola kebiasaan masyarakat. Pasar Wage Wadaslintang yang berstatus pasar daerah milik Dinas Pasar, jelas secara kuantitas dan kualitas pola interaksinya berbeda dengan pasar desa yang berstatus pasar desa murni. Pasar Wage Wadaslintang sebagai pasar daerah dimana mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada pasar-pasar desa lain yang berada di Kecamatan Wadaslintang fungsinya sebagai pusat ekonomi lebih bersifat komplek, sebab di Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 11 Pasar Wage Wadaslintang terjadi pola interaksi antar dan inter warga di Kecamatan Wadaslintang tersebut bahkan antar dan inter desa di luar Kecamatan Wadaslintang. F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Pasar Tradisional Sejarah terbentuknya pasar itu sendiri berawal dari kebiasan masyarakat jaman dahulu yang menggunakan sistem barter atas barang yang dibutuhkannya namun tidak diproduksi sendiri. Untuk melakukan barter, dipilih sebuah tempat yang disepakati bersama. Lama-kelamaan tempat tersebut berubah menjadi pasar. Kegiatan yang dilakukan disana pun tidak hanya sekedar barter namun sudah berupa kegiatan jual beli dengan menggunakan alat pembayaran berupa uang (Damsar, 2009 : 156). Pasar adalah tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Pasar sangat penting artinya bagi para pelaku ekonomi. Pemilik faktor-faktor produksi dapat menjual faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada perusahaan, demikian juga barang-barang yang dihasilkan perusahaan dapat dijual kepada konsumen melalui pasar. Dengan demikian pasar adalah tempat berinteraksi para pembeli dan penjual barang (Wilson Bangun, 2010 : 97). Pasar merupakan ekonomi. Berfungsinya salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Damsar, 2009 : 101).Pasar tradisional merupakan Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 12 tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lainlain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern. Umumnya, pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipingir jalan. Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk memilih dan menawar barang yang akan dibelinya. Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok (http://syariah99.blogspot.com/2013/05/bentuk-dan-jenis-pasar.html). Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 13 Adapun lima fungsi pasar adalah sebagai berikut. Pertama, pasar menetapkan nilai. Dalam ekonomi pasar, harga merupakan ukuran nilai. Fungsi ini memecahkan masalah penentuan apa yang harus dihasilkan oleh suatu perekonomian. Barang yang relatif lebih diinginkan oleh masyarakat mempunyai tingkat harga yang relatif lebih tinggi dibanding dengan barang yang tidak diinginkan masyarakat, kedua, pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor produksi di pasar, maka akan mendorong produsen memilih metode produksi yang paling efisien, ketiga, pasar mendistribusikan barang. Hal ini menyangkut pertanyaan untuk siap barang dihasilkan. Kemampuan seseorang untuk membeli barang tergantung pada penghasilannya. Penghasilan seseorang disamping tergantung pada beberapa unit jumlah faktor produksi yang dimiliki juga tingkat harga faktor produksi tersebut di pasar, keempat, pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan. Penjatahan adalah inti dari adanya harga. Karena jumlah produksi yang tersedia dalam masyarakat untuk jangka waktu tertentu terbatas jumlahnya, maka jumlah tersebut haruslah dibagi-bagi sehingga cukup dalam jangka waktu tertentu itu, kelima, pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan datang. Tabungan dan investasi semuanya terjadi di pasar dan keduanya merupakan usaha untuk mempertahankan dan mencapai kemajuan perekonomian yang bersangkutan (Sudarman, 1992: 8-9). 2. Interaksi Sosial Bentuk umum dari proses-proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 14 menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai, pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, dan saling berbicara.Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya fihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan (Soekanto, 1982:51). Pasar mempunyai dampak dalam perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat. Pasar dapat juga dijadikan sebagai sarana untuk saling bertukar informasi antara penjual dan pembeli. Di dalam pasar ditawarkan pula bentuk-bentuk kebudayaan yang lain dari kebudayaan masyarakat sekitar pasar tersebut. Kebudayaan itu sendiri adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan. Sertakebiasaan kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Sukanto, 2002 : 166). Karena itu diperkirakan berbagai pengaruh kepada perubahan nilai, gagasan dan keyakinan. a. Perubahan Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 15 yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenag, interaksi sosial dan lain sebagainya (Soekanto, 1982:259). 1) Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut. a) Kontak dengan kebudayaan lain Salah satu yang menyangkut hal ini adalah difussion. Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia dapat menikmati kegunaannya. Ada dua tipe difusi, yaitu pertama difusi intra masyarakat (intrasociety diffusion), dan kedua difusi antar masyarakat (inter-society diffusion). Difusi intra masyarakat terpengaruh oleh beberapa faktor, misalnya: (1) Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut mempunyai kegunaan (2) Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi diterimanya atau tidak diterimanya unsur-unsur baru Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 16 (3) Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan besar tidak akan diterima. (4) Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan memengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah diterima atau tidak. (5) Pemerintah dapat membatasi proses difusi tersebut. Difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain: (1) Adanya kontak antar masyarakat (2) Kemampuan untuk mendemonstrasikan kemanfaatan penemuan baru tersebut (3) Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut (4) Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru tersebut (5) Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini (6) Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru Pertemuan antara individu dari suatu masyarakat dengan individu dari masyarakat lainnya juga memungkinkan terjadinya difusi, misalnya hubungan antar individu di mana bentuk masing-masing kebudayaannya hampir-hampir tidak berubah, hubungan demikian dinamakan juga hubungan symbiotik. b) Sistem pendidikan formal yang maju Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir yang ilmiah. Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 17 c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. hadiah nobel, misalnya merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. d) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang e) Sistem terbuka lapisan masyarakat Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang sedemikian rupa sehingga seseorang merasa berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggap lebih tinggi dengan harapan agar diperlakukan sama dengan golongan tersebut. f) Penduduk yang heterogen Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangankegoncangan. Kedaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahanperubahan dalam masyarakat. g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Ketidakpuasaan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi. Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 18 h) Orientasi ke masa depan i) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya (Soekanto, 1982:283-286). b. Syarat Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu; 1) Adanya kontak sosial, 2) Adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1) Antara orang-perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. 2) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat. 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. misalnya, apabila dua buah perusahaan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan dan seterusnya disuatu wilayah. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau negatif. yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan yang negatif mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.apabila seorang pedagang sayur misalnya, menawarkan dagangannya kepada seorang nyonya rumah serta diterima dengan baik, sehingga memungkinkan terjadinya jual beli, maka kontak tersebut bersifat positif. Apabila Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 19 nyonya rumah tampak bersungut-sungut sewaktu ditawarkan sayuran, maka kemungkinkan tidak akan adanya jual beli. Dalam hal ini terjadi kontak negatif yang menyebabkan tidak berlangsungnya interaksi sosial. suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara (Soekanto, 1986:53-55). Dalam pasar tradisional Mandiraja, kontak yang terjadi antara penjual dengan penjual, pembeli dengan penjual atau penjual dengan pembeli, dengan bertatap muka dan bertemu secara langsung memungkinkan interaksi sosial yang terjadi tersebut bersifat kontak primer. Sedangkan apabila seseorang meminta orang lain sebagai perantara untuk membelikan barang ke pedagang yang berada di pasar tradisional Mandiraja, interaksi sosial tersebut bersifat kontak sekunder. 3. Ekonomi Ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi yang dikontrol, diatur dan diarahkan oleh pasar itu sendiri. Peraturan dalam produksi dan distribusi barang dipercayakan kepada mekanisme mengatur diri sendiri (regulasi yang berjalan). Sistem ekonomi ini menganggap pasar sebagai tempat penyediaan barang, termasuk jasa, dengan harga tertentu yang berdasarkan harga tadi akan memenuhi permintaan. Perdagangan muncul dari usaha untuk mencari barang di luar batas wilayah, adanya suatu jarak. Jika suatu komunitas manusia tidak pernah melakukan perdagangan eksternal sama sekali, maka tidak perlu munculnya pasar (Polanyi dalam Damsar, 2002 : 84-85). Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 20 Setiap perekonomian terdiri dari tiga kelompok ekonomi yaitu konsumen, produsen dan pemilik faktor produksi. Sebagai imbalannya pemilik faktor produksi menerima penghasilan. Penghasilan ini, untuk selanjutnya memungkinkan mereka berfungsi sebagai konsumen. Seorang produsen mengorganisir produksi dan selanjutnya menentukan penawaran barang dan jasa di pasar. Produsen yang dapat mengorganisir suatu proses produksi secara efisien akan memperoleh keuntungan. Mereka ini juga dapat berperan sebagai konsumen di pasar. Semua anggota masyarakat yang menerima uang dan kemudian membelanjakannya untuk pembelian barang atau jasa disebut konsumen. Setiap konsumen haruslah menentukan bagaimana cara mengalokasikan uang miliknya terhadap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar. Penjumlahan dari seluruh barang yang diminta oleh masyarakat ini, menunjukkan permintaan pasar dan menggambarkan bagaimana masyarakat menghendaki cara alokasi faktor produksi (Sudarman, 1992:13-14). Dalam teori ekonomi terdapat tiga jenis pembuat keputusan rumah tangga, badan usaha, dan penguasa pusat yang saling mempengaruhi di pasar. Dianggap bahwa runah tangga berusaha untuk memperoleh kepuasan maksimal dan badan usaha berusaha memperoleh laba maksimal, tapi bahwa penguasa pusat mempunyai tujuan ganda. Sementara pasar didefinisikan sebagai tempat di mana pembeli dan penjual merundingkan pertukaran dari suatu barang. Suatu perekonomian pasar adalah suatu perekonomian di mana alokasi sumber daya ditentukan oleh produksi, Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 21 penjualan, dan keputusan pembelian yang dibuat oleh badan usaha dan rumah tangga yang bertindak sebagai reaksi atas informasi pasar berupa harga dan laba. Sistem harga memberikan sejumlah pertanda yang mencerminkan perubahan-perubahan dalam permintaan dan penawaran dan terhadap pertanda tersebut produsen dan konsumen dapat memberikan reaksinya masing-masing yang tidak disadari berlaku secara terkendali. permintaan dan penawaran bekerja bersama-sama untuk menentukan harga, dan bagaimana sistem harga sebagai suatu keseluruhan memungkinkan perekonomian untuk merealokasi sumber daya sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam permintaan dan penawaran (Lipsey dan Stener, 1986:113-117). 4. Pendekatan Di dalam penelitianyang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara, ditinjau dari segi sosial dan ekonomi tahun 2001-2014,pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial, yaitu dengan Ilmu Sosiologi dan Ekonomi. Dalam Pendekatan Sosiologis, umpamanya melihat suatu gejala dari aspek sosial yang mencakup hubungan sosial interaksi, jaringan hubungan sosial, yang kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia. Segala macam perwujudan tindakan yang menyangkut relasi antar individu diungkapkan secara tepat dengan melihat dimensi sosial perikelakuan orang seperti yang terwujud sebagai gejala. Dengan bantuan konsep-konsep sosiologi kita lebih mudah melakukan penyaringan socifact mana yang perlu diekstrapolasikan. Dengan Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 22 demikian, secara menyeluruh dimensi sosial gejala sejarah terungkapkan (Kartodirdjo, 1992:87). Dalam Pendekatan Ekonomisebagai pola distribusi alokasi produksi dan konsumsi, maka jelaslah bahwa pola itu berkaitan, bahkan sering ditentukan oleh sistem sosial serta stratifikasinya. Akhirnya, kesemuanya dipengaruhi oleh faktor kultural. Dengan demikian, fungsi ekonomitidak terlepas dari fungsi-fungsi sosial dan politik serta kulturalnya (Kartodirdjo, 1992:138). G. Metode Penelitian Dalam penelitian mengenai pasar tradisional Mandiraja, Banjarnegara ditinjau dari segi sosial dan ekonomi tahun 2001-2014, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah. Metode sejarah adalah bagaimana seorang sejarawan mengungkap peristiwa yang serba kompleks dalam hal faktor, tokoh, dan kausal. Ilmu sejarah bukanlah ilmu yang sederhana seperti yang diduga banyak orang karena ia hanya menghasilkan historiografi yang tidak lebih sama dengan karya-karya sastra karena selama ini ada banyak kemiripan dengan novel atau novel sejarah (Priyadi, 2013:48-49). Adapun empat langkah dalam metode penelitian sejarahadalah sebagai berikut. 1. Heuristik Data sejarah itu harus dicari dan juga ditemukan. Itulah maksud dari istilah heuristik. Sejarawan mencari data tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan, atau mencari data Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 23 sejarah lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi sejarah, atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun arsip perorangan (Priyadi, 2013:112). Penelitijuga menggunakan sumber sejarah lisan dalam menelitiPasar Tradisional Mandiraja Banjarnegara Ditinjau Dari Segi Sosial dan Ekonomi (2001-2014). Cara yang paling efektif untuk mendapatkan sumber sejarah lisan adalah wawancara. Sejarawan harus mencari sebanyak-banyaknya pelaku sejarah yang terlibat. Pencarian itu melibatkan seseorang atau beberapa pelaku yang mengetahui ada pelaku yang lain yang perlu diwawancarai. Ketika wawancara itu berlangsung dengan seorang pelaku, maka pelaku tersebut juga diwawancarai untuk menunjuk pelaku-pelaku lain yang perlu dihubungi karena pelaku itu dimungkinkan sudah bertempat tinggal di luar daerah atau luar kota, bahkan sudah lintas kabupaten, atau lintas provinsi.Wawancara yang dilakukan sejarawan terhadap para pelaku tentu harus berkali-kali. Wawancara pertama merupakan upaya penjajakan sejarawan dan perkenalan dari sumber sejarah lisan (Priyadi, 2014:90-91). Tujuan peneliti dalam melakukan teknik wawancara adalah untuk memperoleh sumber sejarah lisan yang dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan dari saksi sejarah. Penelitidalam wawancara ini mencari sumber berupa informasi dari para pelaku sejarah yaitu orang-orang atau tokoh masyarakat yang mengetahui tentang kondisi pasar tradisional Mandiraja, termasuk fungsi dan dampak dari keberadaan pasar tradisional Mandiraja bagi masyarakat setempat. Adapunnarasumber yang diwawancarai adalah beberapa pedagang, pembeli, Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 24 pengelola pasar dan masyarakat yang tinggal di pasar tradisional Mandiraja. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam wawancara adalah sebagai berikut. a. Membuat daftar pertanyaan untuk pedoman wawancara. b. Menetapkan dan menghubungi tokoh-tokoh peristiwa. c. Melakukan wawancara tanpa mengadakan perjanjian terlebih dahulu. d. Pengolahan hasil dari wawancara untuk mendapatkan hasil yang relevan. 2. Kritik Setelah selesai dilaksanakannya langkah pengumpulan sumber-sumber sejarah dalam bentuk-bentuk dokumen-dokumen maka yang harus dilaksanakan berikutnya adalah mengadakan kritik (verifikasi) sumber. Pada dasarnya kedua langkah, pengumpulan (heuristik) dan kritik (verifikasi) sumber, bukanlah merupakan dua langkah kegiatan yang terpisah secara ketat yang satu dengan yang lain(Daliman, 2012:64-66). Terdapat dua jenis kritik sumber, eksternal dan internal. Wawancara simultan bisa dimanfaatkan sekaligus selain untuk memperoleh sumber sejarah lisan, juga untuk melakukan kritik sumber, baik kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern yang menuntut terhadap sumber sejarah lisan dalam hal keauntetikan sumber, maka sejarawan dapat meminta kesaksian pelaku lain, apakah benar seseorang itu pelaku atau terlibat dalam peristiwa. Notosusanto dalam (Priyadi, 2014:97) wawancara simultan dimanfaatkan untuk melakukan kritik intern. Wawancara saling-silang adalah perbandingan Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 25 sumber sejarah lisan secara langsung. Kritik intern ditempuh dengan membandingkan antarsumber, atau antarsumber sejarah lisan. Sumber sejarah lisan yang berversi-versi itu dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui versi yang kuat dan versi yang lemah. Versi yang kuat biasanya didukung oleh banyak pelaku. Versi yang lemah tidak mendapat dukungan. Perbandingan versi akan meyimpulkan bahwa versi tertentu itu mengada-ada atau dibuat-buat oleh pelaku tertentu. Namun koreksi dari pelakupelaku lain dapat mendeteksi versi tertentu itu sesuai dengan apa adanya.Kritik eksternal dimaksud untuk menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber. Pada kritik eksternal ini penelitiharus mencari narasumber atau pelaku sejarah lain, tidak hanya satu narasumber. Kritik internal dimaksudkan untuk menguji kredibilitas dan relibilitas suatu sumber, sedangkan pada kritik internal peneliti membandingkan sumber lisan antara narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya. 3. Interpretasi Ketika sumber sejarah lisan telah melalui langkah verifikasi, maka ia tidak disebut sebagai data tetapi fakta sejarah. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam penulisan sejarah atau historiografi terdapat dua unsur, yaitu fakta sejarah dan penafsiran (interpretasi). Interpretasi terhadap fakta sejarah yang berasal dari sumber sejarah lisan akan difokuskan kepada mentifact karena produk mulut hanya berupa suara, bukan benda. Jadi peneliti setelah tahap heuristik dan kritik sudah selesai, maka yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan tahapan Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 26 interpretasi yaitu peneliti perlu menambahkan kata atau kalimat agar fakta sejarah tersebut dapat berbentuk dokumen, tidak hanya sumber lisan (Priyadi, 2014:98). 4. Historiografi Setelah peneliti melakukan tahapan heuristik, kritik, dan interpretasi, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan tahap historiografi berikut ini merupakan penjelasannya. Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasilhasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan diinterpretasi. Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup mengadirkan informasi dan argumentasi (Daliman, 2012:99). Sejarawan yang telah mendeskripsikan fakta secara detail, yaitu socifact dan mentifact, harus dilanjutkan dengan memadukan seluruh pikiran, sikap, dan perilaku menjadi suatu rekontruksi terhadap peristiwa yang diteliti. Sejarawan mencoba melihat keterjalinan antarpikiran pelaku dan membuat jaringan sikap sehingga mentifact yang lolos dalam prosedur verifikasi dapat dilihat keseluruhan. Begitu pula keterjalinan antara pikiran dan perilaku dari banyak pelaku akan menghasilkan karya sejarah, yang berasal dari sumber sejarah lisan, yang tidak kalah dengan karya sejarah yang bersal dari dokumen. Sumber sejarah lisan tidak dapat diabaikan karena ia juga menciptakan dokumen-dokumen yang sebelumnya tidak pernah ada. Historiografi lisan akan mengiringi kehidupan manusia kontemporer dan selanjutnya diwarisi oleh manusia kontemporer berikutnya (Priyadi, 2014:102). Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015 27 H. Sistematika Penyajian Sistematika penulisan skripsi yang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara, ditinjau dari segi sosial dan ekonomi 2001-2014 ini, tersusun ke dalam lima bab sebagai berikut. Bab pertama, pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, sistematika penyajian. Bab dua, gambaran umum mengenai lokasi penelitian pasar tradisional Mandiraja, Banjarnegara yang membahas mengenai, letak geografis, pemerintahan, penduduk, tingkat pendidikan, industri dan perdagangan, serta pendapatan regional. Bab tiga, hasil penelitian yang berisi, fungsi sosial dan fungsi ekonomi pasar bagi pedagang dan pembeli. Bab empat, hasil penelitian yang berisi, dampak sosial-ekonomi pasar bagi masyarakat sekitar pasar. Bab lima, simpulan dan saran. Pasar Tradisional Mandiraja ..., Wega Setiya Pambugar, FKIP UMP, 2015