Fact Sheet Lahan Gambut terkait dengan Perubahan Iklim - Salah satu sumber penyebab terjadi perubahan iklim global yang saat ini terjadi di Indonesia adalah kebakaran hutan dan lahan. Provinsi Riau merupakan salah satu penyumbang ukup besar dalam kebakaran ini. Dampak dari kebakaran berupa pencemaran asap bahkan juga dirasakan hingga ke negara tetangga Malaysia dan Singapura yang letaknya berbatasan langsung dengan Provinsi Riau. - Dari data hot spot dari MODIS 1 5 tahun terakhir terlihat sumber kebakaran hutan dan lahan di Riau sudah bergeser dari lahan mineral ke lahan gambut. Riau memiliki sebaran gambut cukup luas di sebelah timur wilayah riau hingga ke bagian pesisir. Hot Spot in Peat soil 2001 - 2006 (April) Soil Peat Soil Non Peat Soil Total # of Hot Spots in Riau Source ; Peat Area 1108 1502 42 58 6738 3567 65 35 2924 3115 48 52 3541 3648 49 51 11606 3870 75 25 1 Jan 5 Apr 2006 2155 1077 2610 100 10305 100 6039 100 7189 100 15476 100 3232 2001 % 2002 2002 % 2002 2003 % 2003 2004 % 2004 2005 % 2005 (Wetland International & CIDA 2002) - Di Wilayah Asia Tenggara, luas areal gambut mencapai lebih dari 25 juta ha atau 69 % dari lahan gambut tropis di Dunia (Asean and Global Environment Centre – GEC). Secara Nasional, luas lahan gambut lebih dari 20 juta ha, sebesar 6,29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara 4,044 juta ha diantaranya terdapat di Provinsi Riau (sekitar 45 % dari luas total Provinsi Riau). - Menurut data KLH diperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14.605 juta ton. Besarnya cadangan karbon ini, jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada pelepasan karbon ke udara sehingga meningkatkan efek rumah kaca. Besarnya cadangan karbon akan sangat bergantung pada kedalam gambut itu sendiri. Semakin dalam cadangan karbon akan semakin banyak. Riau mempunyai kedalaman gambut terdalam di dunia mencapai 16 meter di wilayah Kuala Kampar. - 10 tahun terakhir (2006) 3 juta ha lahan gambut yang terbakar di Asia Tenggara telah mengeluarkan 3-5 milyar ton - Selama 10 tahun terakhir, konversi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit dan kayu kertas (pulp wood), penebangan yang tidak berkelanjutan dan pertanian diperkirakan telah merusak sekitar 6 juta ha lahan gambut dan 1 MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) adalah Suatu instrument untuk mendeteksi api aktif di permukaan bumi, instrument ini dipasang pada satelit Aqua dan Terra milik NASA % 2006 67 33 100 Fact Sheet mengeluarkan sekitar 2 milyar karbón. Oleh karena itu emisi carbón dari lahan gambut di asia tenggara merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia (sama dengan 10% emisi bahan bakar fosil di seluruh dunia, untuk jangka waktu yang sama). (Riau Declaration on Peatland and Climate change, Januari 2006) - Kebakaran lahan gambut mempunyai ciri tersendiri berbeda dengan kebakaran di areal mineral. Kebakaran lahan gambut tidak berada di atas permukaan yang pemadamannya relatif lebih mudah untuk dikelola. Meskipun sumber pertama api tetap dari permukaan melalui sistem pembukaan lahan dengan cara membakar namun penyebaran api pada lahan gambut berada di bawah permukaan (ground fire). Api membakar bahan organik pembentuk gambut melalui pori-pori gambut secara tidak menyala (smoldering) sehingga yang terlihat kepermukaan hanya kumpalan asap putih. Dengan karekteristik ini maka pemadaman api akan sangat sulit karena harus dilakukan dari dalam gambut itu sendiri dan dari atas karena penyebaran api di lahan gambut bisa secara horizontal dan vertikal ke atas. - Selain dari rawan bagi kebakaran lahan, gambut2 mempunyai karakteristik tersendiri diantaranya ; (1) Kemampuan Menyimpan air (spons) 15-20 kali berat Kering Gambut (Fungsi Hidrologis), (2) Hydropobicity/kondisi kering bentuk tak kembali sehingga rawan kebakaran, (3) Kemampuan melepas air ke arah horizontal lebih besar dibanding ke arah vertikal sehingga cepat kering dan (4) Kemampuan menyimpan karbon yang cukup besar 3. - Pemerintah telah melindungan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter, dalam Keppres no. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasna lindung, khususnya pasal 9 dan 10 dijelaskan kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan kedalaman 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai dan rawa. Perlindungan terhadap kawasan gambut mengendalaikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambat air dan encegah banjir. - Gambut dengan karekteristiknya tersebut juga berfungsi sebagai kestabilan sumber daya air bagi daerah sekitarnya. Pada saat musim kemarau gambut bisa melepaskan airnya ke daerah sekitar sebalik pada musim penghujan mampu menyerap cadangan air cukup besar. - Saat ini lahan gambut di Riau menjadi sangat terancaman keberadaannya dari upaya konversi lahan menjadi Hutan Tanaman Industri dan perkebuanan kelapa 2 Lahan/Hutan gambut terbentuk dari tumpukan ranting, dahan kayu yang bertumpuk semenjak ribuan tahun yang lalu. Dahan dan kayu tersebut tidak sempurna terdekomposisi dikarenakan kondidi hutan rawa gambut yang selalu digenangi oleh air. Ini disebabkan oleh sifat fisik tanah gambut yang berfungsi sebagi spons yaitu menyerap air secara vertical. Pada situasi yang anaerob dahan, ranting kayu yang tertimbun sulit untuk terdekomposisi karena bakteri pembusuk tidak dapat hidup pada situasi yang tidak terdapat oksigen. 3 Pada proses photosintesis pohon-pohon memerlukan karbondioksida dan menyerap karbondioksida dari udara: CO2 + H20 à CO2H2O tersimpan di pohon + O2 keudara. Fact Sheet sawit. Dengan semakin menyempitnya ketersediaan lahan mineral maka fokus pemerintah daerah dan pengusaha adalah bagaimana memanfaatkan lahan gambut. - Perlu menjadi perhatian bahwa pemanfaatan lahan gambut dengan ketebalan dibawah 3 meter tidak bisa berdiri sendiri tanpa memikirkan pengaruhnya pada lahan gambut dengan kedelaman lebih dari 3 meter yang berdasarkan peraturan dan Undang-undang dilindungi. Pada kenyataannya lahan gambut dengan perbedaan kedalaman tersebut bisa jadi merupakan satu ekosistem atau dalam satu landscape, sehingga kebijakan pemerintah dalam membolehkan pemanfaatan lahan gambut kurang dari 3 meter akan mempengaruhi lahan gambut yang dilindungi (3 meter lebih). - Luasnya area lahan gambut di Riau tidak saja menjadi perhatian pemerintah dan pengusaha untuk bagaimana memanfaatkannya namun juga menjadi kekhawatiran yang besar bagi pengamat lingkungan. - Becermin pada praktek-praktek pemanfaatan lahan gambut sejuta hektar yang gagal di Kalimantan maka resiko pelepasan karbon ke udara dan memperluas kerawan kebakaran lahan gambut dan banjir akan semakin luas membentang kedepan di Riau. - Bila terjadi konversi hutan gambut maka akan mempengaruhi unit hidrologi dari hutan rawa gambut. Pada saat pohon ditebang, akan terjadi subsidensi sehingga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air. Pada saat tanah gambut yang didominasi oleh dahan, ranting, batang tersebut mengalami subsidensi ini menyebabkan bakteri pembusuk akan hidup di tanah gambut. - Setelah bakteri pembusuk mulai mengdekomposisi tanah gambut yang terdiri dari dahan, ranting dan pohon, CO2 yang terkandung didalam bagian pohon tersebut akan teremisi keudara dan menutupi lapisan ozon yang akan menciptakan green house effect dan hal ini akan memacu pemanasan global yang berakibat naiknya suhu bumi dan berubahnya iklim dunia. - Menurut Canadel (2006) CO2 hanya dapat terlarut di lautan dan diserap pohon2. Dan emisi karbon dioksida yang diakibatkan oleh terdekomposisinya tanah gambut yang diakibatkan berubahnya ekosistem hutan gambut yang sudah mengalami subsitensi kuantitasnya akan melebihi emisi yang diakibatkan oleh bahan baker fosil. Karena proses dekomposisi yang terakumulasi selama bertahun-tahun dengan luas kawasan gambut yang luas akan berakibat signifikan terhadap perubahan iklim.