Materi 13 – Leading/Memimpin: Manajer sebagai Pemimpin Mengapa kepemimpinan begitu penting? Karena para pemimpin dalam organisasi-lah yang membuat segala sesuatunya terjadi. 13.1 Apa arti dari Pemimpin/Leader dan Apa itu Kepemimpinan/Leadership? Mari kita mulai dengan mengklarifikasi apa arti dari pemimpin dan apa itu kepemimpinan. Definisi kami tentang seorang pemimpin/leader adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan yang memiliki wewenang manajerial. Kepemimpinan/Leadership adalah apa yang dilakukan oleh pemimpin. Ini adalah proses memimpin dan mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuannya. Apakah semua manajer merupakan pemimpin? Karena memimpin/leading adalah salah satu dari empat fungsi manajemen, secara ideal jawabannya adalah ya, semua manajer harus menjadi pemimpin. Dengan demikian, kita akan mempelajari mengenai pemimpin/leader dan kepemimpinan/leadership dari perspektif/sudut pandang manajerial. Namun, meskipun kita sedang melihat dari perspektif manajerial, kami menyadari bahwa kelompok-kelompok sering memiliki pemimpin informal yang muncul. Meskipun pemimpin informal ini mungkin dapat mempengaruhi orang lain, mereka belum menjadi fokus dari sebagian besar penelitian mengenai kepemimpinan dan bukan merupakan jenis pemimpin yang akan kita pelajari dalam bab ini. Seperti halnya motivasi, pemimpin dan kepemimpinan merupakan topik perilaku organisasi yang telah banyak diteliti. Sebagian besar penelitian tersebut telah ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan pemimpin yang efektif? Kami akan mulai pelajaran kita tentang kepemimpinan dengan melihat beberapa teori kepemimpinan di masa awal yang berusaha untuk menjawab pertanyaan itu. 13.2 Teori Kepemimpinan di Masa Awal Orang-orang telah tertarik pada kepemimpinan sejak mereka mulai datang bersama-sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan. Namun, sampai pada awal abad kedua puluh, barulah peneliti benar-benar mulai belajar mengenai kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan di masa awal ini berfokus pada pemimpin (teori sifat kepemimpinan) dan bagaimana pemimpin berinteraksi dengan anggota kelompoknya (teori perilaku kepemimpinan). 13.2.1 Teori Sifat Kepemimpinan Penelitian kepemimpinan pada tahun 1920 dan 1930-an difokuskan untuk mengisolasi sifat pemimpin, yakni karakteristik yang akan membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Beberapa penelitian ini meliputi perawakan fisik, penampilan, kelas sosial, stabilitas emosional, kelancaran berbicara dan sosialisasi. Meskipun sudah ada upaya terbaik dari para peneliti ini, telah terbukti tidak mungkin untuk mengidentifikasi satu set sifat yang akan selalu membedakan seorang pemimpin dari yang bukan pemimpin. Mungkin terlalu optimis untuk berpikir bahwa satu set sifat yang konsisten dan unik akan berlaku secara universal bagi semua pemimpin yang efektif. Namun, usaha berikutnya untuk mengidentifikasi sifat yang secara konsisten terkait dengan kepemimpinan (proses memimpin, bukan orangnya) lebih berhasil. Tujuh ciri telah terbukti berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif dan secara singkat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dorongan. Pemimpin menunjukkan tingkat upaya yang tinggi. Mereka memiliki keinginan yang relatif tinggi untuk berprestasi, mereka ambisius, mereka memiliki banyak energi, mereka tanpa lelah terus-menerus gigih dalam kegiatan mereka dan mereka menunjukkan inisiatif. 2. Keinginan untuk memimpin. Pemimpin memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain. Mereka menunjukkan kemauan untuk bertanggung jawab. 3. Kejujuran dan integritas. Pemimpin membangun hubungan saling percaya diantara para pengikutnya dengan cara menjadi jujur atau tidak menipu dan dengan menunjukkan konsistensi yang tinggi antara kata dan perbuatan. 4. Percaya diri. Pengikut tentunya mencari pemimpin yang tidak memiliki keraguan diri. Pemimpin, oleh karena itu, perlu menunjukkan kepercayaan diri untuk meyakinkan pengikut mengenai kebenaran dari tujuan dan keputusan mereka. 5. Kecerdasan. Pemimpin harus cukup cerdas untuk mengumpulkan, mensintesis dan menafsirkan sejumlah besar informasi dan mereka harus mampu menciptakan visi, memecahkan masalah dan membuat keputusan yang benar. 6. Pengetahuan pekerjaan yang relevan. Para pemimpin yang efektif memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perusahaan, industri dan hal-hal teknis. Pengetahuan yang mendalam memungkinkan para pemimpin untuk membuat keputusan yang tepat dan untuk memahami implikasi dari keputusan tersebut. 7. Extraversion. Pemimpin adalah energik, orang-orang hidup. Mereka bergaul, tegas dan jarang diam atau ditarik. Para peneliti akhirnya mengakui bahwa sifat saja tidak cukup untuk mengidentifikasi pemimpin yang efektif karena penjelasan hanya berdasarkan ciri-ciri mengabaikan interaksi pemimpin dan anggota kelompok mereka serta faktor situasional. Memiliki ciri-ciri yang sesuai hanya membuatnya lebih mungkin bahwa seorang individu akan menjadi pemimpin yang efektif. Oleh karena itu, penelitian kepemimpinan dari 1940-an sampai pertengahan 1960-an berkonsentrasi pada gaya perilaku yang ditunjukkan para pemimpin. Para peneliti bertanya-tanya apakah sesuatu yang unik dalam apa yang dilakukan pemimpin yang efektif, dengan kata lain perilaku mereka, adalah kuncinya. 13.2.2 Teori Perilaku Kepemimpinan Para peneliti berharap bahwa pendekatan teori perilaku akan memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai sifat kepemimpinan daripada teori sifat yang telah dijelaskan sebelumnya. Empat penelitian yang utama mengenai perilaku pemimpin tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian Universitas Iowa Penelitian Universitas Iowa mengeksplorasi tiga gaya kepemimpinan untuk menemukan mana yang paling efektif. Gaya otokratis menjelaskan seorang pemimpin yang mendiktekan metode kerja, membuat keputusan sepihak dan partisipasi karyawan terbatas. Gaya demokratis menjelaskan seorang pemimpin yang melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, wewenang dan menggunakan umpan balik sebagai kesempatan untuk melatih karyawan. Akhirnya, pemimpin gaya laissez-faire membiarkan kelompok membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa pun yang dilihat cocok. Hasil para peneliti tampaknya menunjukkan bahwa gaya demokratis berkontribusi baik terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan. Lalu apakah jawaban atas pertanyaan tentang gaya kepemimpinan apa yang paling efektif telah ditemukan? Sayangnya, tidak sesederhana itu. Kemudian penelitian tentang gaya otokratis dan demokratis menunjukkan hasil yang beragam. Misalnya, gaya demokratis kadang-kadang menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada gaya otokratis, tapi di lain waktu, ternyata tidak. Namun, hasil yang lebih konsisten ditemukan ketika ukuran kepuasan karyawan digunakan. Anggota kelompok lebih puas di bawah seorang pemimpin yang demokratis dibandingkan di bawah pimpinan yang bersifat otokratis. Sekarang pemimpin memiliki dilema! Haruskah mereka fokus pada pencapaian kinerja yang lebih tinggi atau mencapai kepuasan anggota yang lebih tinggi? Penemuan sifat ganda dari perilaku seorang pemimpin, yaitu fokus pada tugas dan fokus pada orang juga merupakan karakteristik kunci yang memunculkan studi perilaku lainnya. Penelitian Ohio Penelitian di negara bagian Ohio, Amerika Serikat mengidentifikasi dua dimensi penting dari perilaku pemimpin. Dimulai dengan daftar lebih dari 1.000 dimensi perilaku, para peneliti akhirnya mempersempit ke hanya dua yang menyumbang sebagian besar perilaku kepemimpinan. Yang pertama disebut perilaku memulai struktur, yang mengacu pada sejauh mana seorang pemimpin mendefinisikan perannya dan peran anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Ini termasuk perilaku yang melibatkan upaya untuk mengatur pekerjaan, hubungan kerja dan tujuan. Yang kedua disebut perilaku pertimbangan, yang didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pemimpin memiliki hubungan kerja yang ditandai dengan rasa saling percaya dan menghormati ide-ide dan perasaan anggota kelompok. Seorang pemimpin yang tinggi dalam perilaku pertimbangan membantu anggota kelompok dengan masalah pribadi, ramah dan mudah didekati dan memperlakukan semua anggota kelompok secara setara. Dia menunjukkan kepedulian terhadap kenyamanan, kesejahteraan, status dan kepuasan pengikutnya. Penelitian menemukan bahwa seorang pemimpin yang tinggi pada kedua dimensi tersebut kadang-kadang mencapai kinerja tugas kelompok dan kepuasan anggota kelompok yang tinggi, akan tetapi tidak selalu demikian. Penelitian Universitas Michigan Studi kepemimpinan yang dilakukan di Universitas Michigan pada waktu yang sama seperti yang dilakukan di Ohio juga berharap untuk mengidentifikasi karakteristik perilaku pemimpin yang berkaitan dengan efektivitas kinerja. Penelitian dari Michigan ini juga datang dengan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yang mereka namakan orientasi karyawan dan orientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi karyawan menekankan hubungan interpersonal. Para pemimpin yang berorientasi produksi, sebaliknya, cenderung menekankan aspek tugas pekerjaan. Berbeda dengan penelitian lain, para peneliti Michigan menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi karyawan bisa mendapatkan produktivitas kelompok dan kepuasan anggota kelompok yang tinggi. The Manajerial Grid Dimensi perilaku dari studi kepemimpinan di masa awal ini menjadi dasar untuk pengembangan grid dua dimensi untuk menilai gaya kepemimpinan. Grid manajerial ini menggunakan dimensi perilaku "kepedulian terhadap orang" (bagian vertikal dari grid) dan "kepedulian terhadap produksi" (bagian horizontal dari grid) dan dievaluasi dengan peringkat dari skala dari 1 (rendah) sampai 9 (tinggi). Meskipun grid ini memiliki 81 kategori potensial dari perilaku seorang pemimpin, hanya lima gaya yang dinamakan: manajemen yang buruk (1,1 atau rendah kepedulian terhadap produksi dan orangorang), manajemen tugas (9,1 atau kepedulian yang tinggi untuk produksi dan kepedulian rendah untuk orang-orang), manajemen menengah (5,5 atau kepedulian yang sedang untuk produksi dan orang-orang), manajemen country club (1,9 atau kepedulian rendah terhadap produksi dan kepedulian yang tinggi bagi orang-orang) dan manajemen tim (9,9 atau kepedulian tinggi untuk produksi dan orang-orang). Dari kelima gaya kepemimpinan tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa manajer memiliki kinerja terbaik saat menggunakan gaya 9,9. Sayangnya, teori ini tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tentang apa yang membuat manajer menjadi seorang pemimpin yang efektif, melainkan hanya memberikan kerangka kerja untuk mengkonseptualisasi gaya kepemimpinan. Bahkan, sedikit bukti substantif yang mendukung kesimpulan bahwa gaya 9,9 adalah yang paling efektif dalam segala situasi. Hasil Pembelajaran dari Materi 13: 1. Jelaskan mengenai apa itu pemimpin dan kepemimpinan. 2. Bandingkan dan bedakan teori kepemimpinan di masa awal. Referensi dari Materi 13: Chapter/Bab 17 - Robbin and Coulter (2012), Management, Upper Saddle River, 11th Editions, New Jersey, Prentice Hall.