Kebermaknaan Hidup Pada Usia Dewasa Madya

advertisement
Kebermaknaan Hidup Pada Usia Dewasa Madya Menghadapi
Pengisian Sarang Kosong
(The Meaning of Life of Middle Age Adult Face Empty Nest Filling)
Bramanti Nindi Larassati
e-mail : [email protected]
Abstract. The research is purposed to know how life meaning of the individu related adult age
faces the filling of empty nest by pointed to the six components in meaning the life. First, self
insight, the meaning of life, changing attitude, self commitment, directed activities, social
support. This research conducted to three individuals coming on adult phase where their child
return to the family house caused a problem. Data excavation is conducted by indepth
interview and refer to the guide interview. Then, interview result is recorded using result
instrument in MP3 and analysed with Miles and Hiberman model guided on teoritic frame used
for get drawing from phenomena observed. The result is, the first, child is everything for them.
Second, the return of the child with empty hand according to research result of the writer make
the parent worrier and more carefull even more patient and calm in guiding their child, without
override negative feeling situation when in the first acceptance the condition of the child
unsuccess.Third, filled empty nest problem again is very advantage condition to be able pass
through three concept adult phase development. First, trend of choice generalitifity than
stagnation. Second, self transformation or condition be nature reaction to adult maturity in
concious performed by the informan. Third, able to pass four internal conflicts finally can be
received as part in adult development phase.
Key Words : adult, empty nest filling
Abstrak. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana makna hidup dari individu
yang termasuk dalam usia dewasa madya menghadapi sarang kosong yang terisi kembali
dengan mengacu pada enam komponen dalam memaknai hidup. Pertama, pemahaman diri,
makna hidup, perubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah dan dukungan sosial. Penelitian
ini dilakukan pada 3 individu yang masuk pada fase dewasa madya dimana anak mereka
kembali ke rumah keluarga dikarenakan suatu permasalahan. Penggalian data dilakukan
dengan wawancara dan mengacu pada pedoman wawancara. Hasil wawancara direkam
menggunakan instrumen penelitian berupa MP3, kemudian dibuat transkrip, dan dianalisis
dengan model Miles dan Huberman, berpedoman pada kerangka teoritik yang digunakan.
Hasil yang diperoleh adalah pertama, anak merupakan segala-galanya. Kedua, kembalinya
184
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
anak ke orangtua dengan tangan hampa menurut hasil penelitian penulis justru memicu pada orangtua untuk lebih
waspada dan berhati-hati bahkan lebih sabar dan tenang dalam
membimbing
buah hati mereka. Ketiga,
permasalahan sarang kosong yang terisi kembali merupakan situasi yang sangat menguntungkan untuk dapat
melalui ketiga konsep perkembangan fase dewasa madya.
Kata Kunci : dewasa madya, pengisian sarang kosong
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
185
Peristiwa penting dalam keluarga
tersebut merupakan suatu transisi menuju
adalah beranjaknya seorang anak kedalam
tahap baru, yaitu hubungan antara orang
kehidupan dewasa, karir, atau keluarga
tua dengan anak yang telah dewasa.
yang terlepas dari keluarga tempat dia
Kedua, reaksi negatif atas
berasal. Dari peristiwa inilah kepuasan
datangnya situasi sarang kosong bagi usia
pernikahan akan mengalami penurunan
dewasa madya. Sementara, pihak yang
karena orang tua memperoleh banyak
merasa bahwa masa transisi itu lebih
kepuasan dari keberadaan anak-anaknya.
berdampak negatif, ternyata bukanlah
Namun ketertarikan penulis justru
disebabkan oleh empty nest-nya, namun
bergeser kepada kebermaknaan hidup
l e b i h b e rk a i t a n d e n g a n m a s a l a h
p a d a d e wa s a m a dya m e n gh a d a p i
perkawinan yang mewarnai hubungan
pengisian sarang kosong oleh anaknya
antara suami istri dan keluarga selama ini.
yang telah dewasa. Mengapa demikian?
Fase sarang kosong ini akan nampak lebih
Karena ada beberapa alasan utama;bagi
berat pada pasangan dewasa madya yang
penulis antara lain.
bergantung satu sama lain dalam hal
Pe r t a m a , h a s i l p e n e l i t i a n
mengasuh anak, ataupun mereka yang
menunjukkan bahwa efek dari sarang
memiliki masalah dalam hubungan
kosong pada pasangan suami istri dapat
pernikahan yang sebelumnya mereka
memberikan kesempatan untuk lebih
kesampingkan ataupun ditekan untuk
dekat dikarenakan waktu yang dimiliki
kepentingan pengasuhan anak.
lebih banyak bagi satu sama lain. Sarang
Ketiga, pengisian sarang kosong
kosong dapat dikatakan sebagai transisi
yang tersisi kembali oleh anak-anak
yang memiliki efek negatif yang sedikit
mereka yang sudah dewasa memang
dikarenakan masa postparental ini sering
terlihat wajar-wajar saja, apalagi melihat
kali memberikan suatu kebebasan bagi
iklim ekonomi saat ini, orang tua akan
pasangan untuk saling memberikan
membantu secara finansial, emosional
perhatian, serta banyak pasangan dewasa
maupun psikis, dan anak-anak
madya menggunakan fase sarang kosong
menghargai bantuan tersebut.
atau empty nest ini sebagai kesempatan
kembalinya anak-anak yang telah dewasa
untuk berpetualang ataupun
ke te m p a t t i n g g a l o ra n g t u a nya
mengembangkan minat-minat baru
membutuhkan bayak penyesuaian.
menuju satu level lebih tinggi dalam
Keluarga butuh menyeimbangkan,
kehidupan mereka. Empty nest ini
penyesuaian dan pengaturan ulang dan
bukanlah suatu tanda bahwa tugas sebagai
tentunya tidak mudah.
Namun
orang tua akan berakhir, melainkan hal
186
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
Mengapa demikian? Karena disatu sisi
kerja. Makna hidup bukanlah untuk
harapan orang tua memiliki anak yang
dipertanyakan tetapi harus dijawab,
dewasa mandiri ternyata gagal, dan
karena kita bertanggung jawab atas hidup
akhirnya anak-anak yang telah dewasa
ini.
yang diharapkan dapat mandiri justru
Makna dan nilai ini berhubungan dengan
kembali mengisi sarang kosong yang
pekerjaan seseorang sebagai kontribusinya
pernah dia tinggalkan, entah karena
terhadap mesyarakat. Kedua, memaknai
perceraian, tidak beruntung dalam usaha
makna cinta. Dalam cinta terjadi
dan seterusnya. Hal ini menjadi beban
penerimaan penuh akan nilai-nilai, tanpa
moral dan emosional tersendiri bagi para
kontribusi maupun usaha dari yang
orang tua. Disisi lain, anak-anak yang telah
dicintainya. Cinta akan mampu
dewasa tersebut telah terbiasa dengan
memperkaya si pecinta. Ketiga, memaknai
kehidupan yang bebas, privasi, dan penuh
m a k n a p e n d e r i t a a n . Pe n d e r i t a a n
gejolak, sedangkan keluhan bagi anak-
memberikan suatu makna ketika individu
anak yang telah dewasa kepada para orang
menghadapi situasi kehidupan yang tak
tua adalah memperlakukan mereka seperti
terhindari. Dalam penderitaan, individu
anak-anak (Santrock,1995:162-163).
berada dalam ketegangan atas apa yang
Keempat, hampir seluruh teori
seharusnya terjadi dalam kenyataan.
tentang perkembangan pada usia dewasa
Individu yang masuk pada fase
madya mengerucut pada kesimpulan
dewasa madya ini adalah individu dengan
bahwa mereka dalam situasi transisi.
rentang usia antara 45 tahun sampai
Kelima, beberapa kasus pengisian sarang
dengan memasuki 60an (Santrock1995).
kosong yang dialami oleh individu dewasa
Beberapa pandangan tentang fase dewasa
madya yang terjadi di lingkungan penulis
madya akan menjelaskan bagaimana
yang menginspirasi penulis untuk
mereka melalui dan memasuki masa
mencoba mengetahui lebih rinci tentang
transisi dalam kehidupannya. Pandangan
makna hidup yang mereka dapatkan
pertama, pandangan siklus kehidupan
Bergejolaknya kehidupan pada
oleh Erikson. Erikson memahami bahwa
usia dewasa madya inilah yang menjadikan
orang dewasa usia tengah baya
penulis ingin mengetahui lebih dalam
menghadapi persoalan hidup yang
bagaimana mereka memaknai kehidupan
signif ikan. Diantaranya adalah
yang mereka miliki saat ini dihadapkan
generativitas disatu sisi dan stagnasi di sisi
pada pengisian sarang kosong oleh anak
lain. Generativitas meliputi rencana-
mereka. Adapun beberapa hal tentang
rencana orang dewasa atas apa yang
makna hidup yaitu ada tiga faktor yang
mereka harap dapat dikerjakan guna
menimbulkan makna dalam kehidupan
meninggalkan warisan dirinya sendiri
manusia. Pertama, memaknai
pada generasiselanjutnya.
makna
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
187
Melalui generatifitas orang dewasa
kita mulai merasa terjepit dengan
mencapai semacam imoralitas dengan
tanggung jawab kita. Usia 40-an kita mulai
meninggalkan warisan seseorang pada
merasakan perasaan
generasi selanjutnya. Orang dewasa
amat cepat berlalu. Dari hasil penelitian
tengah baya mengembangkan
tersebut mengerucut bahwa menangani
generativitas dengan beberapa cara yang
paruh kehidupan dan menyadari bahwa
berbeda. Melalui:
perasaan urgensi merupakan reaksi alami
Pertama, generativitas biologis
yaitu hamil dan melahirkan anak. Kedua,
bahwa hidup kita
terhadap fase ini membantu kita menuju
jalan kematangan yang dewasa.
melalui generativitas parental atau orang
Ketiga, musim-musim kehidupan
tua, orang dewasa memberikan asuhan
manusia. Beliau menekankan bahwa
dan bimbingan kepada anak-anak. Ketiga,
tugas-tugas perkembangan harus dikuasai
melalui generativitas kerja, orang dewasa
pada masing-masing fase. Pada masa
mengembangkan keahlian yang
dewasa awal dua tugas utama yang harus
diturunkan kepada yang lain. Keempat,
d i k u a s a i a d a l a h m e n ge k s p l o r a s i
melalui generativitas cultural, orang
ke m u n g k i n a n - ke m u n g k i n a n b a g i
dewasa menciptakan merenovasi atau
kehidupan dewasa dan mengembangkan
memelihara aspek tertentu dalam
struktur yang stabil. Fase ini disebut
kebudayaan itu sendiri. Pada saat yang
olehnya sebagai fase novice phase atau fase
bersamaan stagnasi atau yang biasa
orang baru dari perkembangan orang
d i s e b u t d e n g a n p e nye ra p a n d i r i
dewasa. Pada akhir masa remaja seseorang,
berkembang ketika individu merasa
transisi dari dependensi ke independensi
bahwa mereka tidak melakukan apa-apa
seharusnya terjadi. Transisi ini ditandai
bagi generasi selanjutnya.
dengan pembentukan impian. Sebuah
Kedua, tranformasi dari Gould (Santrock,
gambaran tentang jenis kehidupan yang
1995: 168). Paruh kehidupan adalah sama
ingin dialami oleh kaum muda, terutama
bergejolaknya dengan masa remaja dengan
dari segi karir dan pernikahan.
pengecualian bahwa selama masa dewasa
tengah usaha untuk menangani krisis
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA
berpeluang menghasilkan kehidupan yang
M A S A D E WA S A M A D Y A
lebih bahagia dan lebih sehat. Sejumlah
524 laki-laki serta perempuan yang telah
diteliti olehnya, bahwa pada usia 20-an kita
MENGHADAPI SARANG
KOSONG
menerima peran-peran baru. Usia 30-an,
188
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
Reaksi positif atas datangnya
bahwa pada masa ini merupakan masa
situasi sarang kosong bagi usia dewasa
yang menyenangkan atau berdampak
madya. Penelitian Fingerman (2000)
positif bagi mereka karena mereka merasa
menyebutkan, bahwa ternyata apa yang
telah berkurang stresor atau tekanan yang
dikhawatirkan para orang tua dalam masa
muncul ketika orang tua dan anak masih
transisi "postparental", tidak terbukti.
tinggal satu rumah dan justru pada masa
Mereka tidak merasakan empty-nest
itu mendatangkan manfaat lain, bisa
syndrome, seperti stress dan depresi
menentukan kepuasan dan kebahagiaan
karena kesepian dan kehampaan yang
orang tua dalam menjalani fase usia
intens atau pun kehilangan makna dan
dewasa madya ini. Kedua, reaksi negatif
gairah hidup. Riset tersebut menyebutkan,
atas datangnya situasi sarang kosong bagi
bahwa mereka - para orang tua yang di-
usia dewasa madya. Sementara, pihak yang
riset, merasa lebih menikmati kebebasan,
merasa bahwa masa transisi itu lebih
mereka pun memiliki kesempatan untuk
berdampak negatif, ternyata bukanlah
memperbaiki dan membangun kembali
disebabkan oleh empty nest-nya, namun
hubungan yang lebih berkualitas dengan
l e b i h b e rk a i t a n d e n g a n m a s a l a h
pasangan, punya waktu dan peluang lebih
perkawinan yang mewarnai hubungan
besar untuk melakukan hal-hal yang
antara suami istri dan keluarga selama ini.
mereka sukai dan cita-citakan, namun
Tingkatan stres dapat bertambah ketika
selama ini tidak bisa karena terbatasnya
sudah terdapat ketegangan di dalam
kesempatan.
hubungan kehidupan dewasa madya.
Para orang tua tersebut bahkan
merasa bangga dan bahagia, ketika melihat
METODE PENELITIAN
anak-anak sanggup melangkahkan kaki,
menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa.
Dan yang terpenting, hubungan antara
orang tua dengan anak-anak mereka
malah semakin berkualitas. Mengapa
demikian? Alasannya karena
berkurangnya stressor atau tekanan yang
Metode yang digunakan
dalam penelitian kualitatif ini untuk
menentukan subjek penelitian atau
informan adalah dengan cara purposif.
Cara purposif adalah informan
biasanya muncul ketika keduanya (orang
ditentukan oleh peneliti dengan
tua - anak) tinggal satu rumah; apalagi
berdasarkan pada pertimbangan-
ketika sang anak berada di usia remaja.
pertimbangan tertentu.
Mereka malah menganggap
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
189
Subjek yang dipilih dengan cara
setiap akhir wawancara, sehingga
purposif ini merupakan informan
informasi yang telah diperoleh dan
yang diharapkan berkompeten dalam
yang digunakan dalam penulisan
menjawab pertanyaan-pertanyaan
laporan dapat sesuai dengan apa yang
yang diajukan. Terdapat 3 subyek
dimaksud oleh informan atau subyek
dalam penelitian ini subyek pertama
penelitian. Untuk itu, dalam member
(49 tahun), subyek kedua (51 tahun),
check ini dilakukan setiap akhir
dan subyek ketiga (51 tahun). Ketiga
wawancara secara informal dengan
subyek adalah individu yang termasuk
mengulang secara garis besar
ke dalam fase usia dewasa madya dan
informasi-informasi yang telah
ketiganya memiliki pengisian sarang
diutarakan oleh subyek penelitian
kosong oleh anak mereka.
sebagai data agar sesuai dengan
Teknik penggalian data yang
pandangan para subyek.
dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research)
HASIL PENELITIAN
dengan menggunakan wawancara
mendalam (indepth interview) dan
Dari hasil pengamatan dan
mengacu pada pedoman wawancara
wawancara terhadap ketiga subyek,
(guide interview) yang berisi petunjuk
dapat ditemukan bahwa ketiga subyek
secara garis besar tentang proses dan
dapat melalui dan mengatasi berbagai
isi wawancara. Selanjutnya hasil
permasalahan yang timbul pada fase
wawancara tersebut direkam dengan
dewasa madya yang dihadapkan pada
menggunakan instrumen penelitian
konflik internal dalam diri mereka
berupa MP3 agar keaslian pernyataan
maupun eksternal yang ditimbulkan
dari subjek tetap terjaga. Kemudian
oleh kembalinya anak merekadalam
penulis menggunakan metode
rumah. Ketiga subyek mengalami
pengamatan atau observasi secara
sedikit kesulitan pada awal pengisian
terus menerus yang dimulai ketika
sarang kosong terjadi, kemudian
bulan Juli tahun 2011 sampai dengan
dengan komunikasi yang dilakukan
bulan Januari 2012, serta member
bersama anggota keluarga,
check kepada subyek penelitian pada
190
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
ubyek dapat mengatasi kesulitan tersebut
akhirnya dapat diterima sebagai bagian
dan memaknai kehidupan mereka melalui
dalam fase perkembangan dewasa madya.
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Keempat, dari hasil penelitian lapangan
dengan pijakan teoritis maka orangtua
yang dihadapkan pada pengisian sarang
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan
kosong yang terisi berhasil mengatasi
beberapa hal yaitu: yang Pertama, anak
krisis di fase ini . Informan cenderung
merupakan segala-galanya bagi mereka
justru memilih menjadi tua daripada
maka kembalinya anak yang belum dapat
menjadi muda, memilih , condong
menuju kemandirian dan memutuskan
memilih konstruktif daripada destruktif,
tinggal bersama orangtua justru sebagai
lebih feminism daripada maskulin
pendorong bagi para orang-orang yang
dikarenakan para informan dalam
berusia dewasa madya mengevaluasi
menghadapi permasalahan serta
secara menyeluruh terhadap dirinya.
mengatasinya, mereka lalui dengan
Kedua, kembalinya anak ke orangtua
kesabaran. Kemudian lebih memilih
dengan tangan hampa menurut hasil
bersiap-siap terlepas dari orang lain
penelitian penulis justru memicu pada
daripada bergantung ke orang lain.
orangtua untuk lebih waspada dan
Kelima, melalui penelitian yang
berhati-hati bahkan lebih sabar dan
dilakukan, subyek merasakan kelegaan
tenang dalam membimbing buah hati
dan merasa dihargai dengan cara
mereka, tanpa mengesampingkan situasi
mengkomunikasikan permasalahan yang
perasaan negatif ketika pada awal
sedang dihadapi kepada penulis.
penerimaan keadaan anak yang tidak
SIMPULAN
berhasil. Ketiga,
permasalahan sarang
kosong yang terisi kembali merupakan
Kajian yang mengambil ruang
situasi yang sangat menguntungkan untuk
lingkup dewasa madya masih butuh untuk
dapat melalui ketiga konsep
dikembangkan ruang kajiannya
perkembangan fase dewasa madya.
mengingat tema yang berhubungan
Pertama, kecenderungan memilih
dewasa madya masih jarang dijumpai.
generatifitas daripada stagnasi. Kedua,
Kemudian, tema tentang pengisian empty
transformasi atau kesadaran diri yang
nest merupakan kajian yang butuh
menjadi reaksi alamiah menuju
diapresiasi lebih. Hal ini mengingat
kematangan dewasa yang secara sadar
langkanya peneliti yang memusatkan
diperagakan oleh informan. Ketiga, dapat
perhatian pada tema tersebut dan
melampaui keempat konflik internal yang
diharapkan dapat bertambah.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
191
Tema tentang permasalahan keluarga
merupakan sesuatu hal yang masih
terbilang tabu dan sensitif untuk diangkat
bagi beberapa keluarga, sehingga
dibutuhkan sikap hati-hati dan empati
agar tidak menyinggung perasaan subyek
penelitian dengan mengedepankan privasi
subyek dan memperhatikan etika
penelitian perkembangan manusia.
192
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
PUSTAKA ACUAN
Fingerman. (2000). We had a nice little chat : Age and generational differences in
and daughters descriptions of enjoyable visits, Journal of
mothers
gerontology : psychological
sciences and social sciences, Vol. 55, No.2, 95-106.
Santrock, J.W. (1995), Live-span development. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. 2 No. 03 Desember 2013
193
Download