Oil price decline

advertisement
QNB Economics
[email protected]
21 Agustus 2016
Economic Commentary
Pelonggaran kebijakan moneter memberikan sedikit waktu bernafas
bagi negara-negara berkembang/EMs
Dunia saat ini tengah dipenuhi dengan stimulus
moneter. Bank of Japan (BoJ) adalah bank sentral
terbaru yang diperkirakan akan melonggarkan
kebijakan moneternya setelah pertumbuhan kuartal
kedua yang mengecewakan dengan hanya mencapai
0,2%. BoJ mengikuti bank sentral lainnya di
Kawasan Eropa dan Inggris yang juga diperkirakan
akan melonggarkan kebijakan moneter mereka pada
akhir tahun ini. Walaupun Federal Reserve AS (The
Fed) mungkin masih akan menaikkan suku bunga
satu kali pada akhir 2016, ini jauh di bawah
kenaikan suku bunga yang telah diantisipasi pada
awal tahun yakni sebanyak empat kali. Kebijakan
moneter yang lebih longgar oleh bank-bank sentral
negara-negara besar dunia menyebabkan imbal hasil
obligasi di negara-negara maju ke posisi terendah
dalam sejarah mereka. Adanya kebijakan
pelonggaran ini akan mengurangi tekanan terhadap
negara-negara
berkembang
(Emerging
Markets/EM), yang telah menjadi korban dari aliran
modal yang cukup besar sejak krisis keuangan
global. Negara-negara berkembang/EMs harus
mengambil kesempatan ini untuk mengurangi
tingkat kerentanan mereka serta menurunkan risiko
akibat dari ketergantungan terhadap aliran modal
asing yang dapat berubah-ubah.
Sama seperti saat ini, modal asing berbondongbondong
mengalir
ke
negara-negara
berkembang/EMs pasca krisis keuangan global
pada tahun 2008. Di saat krisis menghantam negaranegara maju, bank-bank sentral mereka secara
agresif meresponnya dengan menurunkan suku
bunga
dan
melakukan beberapa
putaran
pelonggaran kuantitatif (quantitative easing).
Langkah
intervensi
tersebut
menyebabkan
penyusutan pada pendapatan. Sebagai contoh, imbal
hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS hampir
menurun setengahnya dari rata-rata 3,7% pada
tahun 2008 menjadi 1,8% pada tahun 2012.
Hasilnya, investor memilih untuk menggeser aset
mereka menuju negara-negara berkembang/EMs
untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi. Jumlah
arus portofolio yang masuk ke pasar utang dan
ekuitas negara-negara berkembang/EMs rata-rata
mencapai USD296 miliar per tahun antara tahun
2009 dan 2012, dibandingkan dengan USD151
miliar jumlah arus portofilio yang masuk pertahun
selama tiga tahun sebelum 2008.
Negara-negara berkembang/EMs menjadi lebih
tergantung kepada modal asing untuk membiayai
konsumsi dan investasi. Hutang luar negeri
meningkat karena peminjam modal negara-negara
berkembang/EMs berusaha untuk mengambil
keuntungan dari suku bunga yang lebih rendah di
negara-negara
maju.
Masuknya
modal
mengakibatkan peningkatan harga aset di banyak
negara-negara berkembang/EMs dan menciptakan
sebuah dilema bagi para pembuat kebijakan. Untuk
meredam kenaikan harga aset, otoritas akan
menaikkan suku bunga. Namun suku bunga yang
lebih tinggi akan menarik perhatian lebih banyak
modal asing yang ingin mendapatkan imbal hasil
yang lebih tinggi, sehingga harga aset akan terus
meningkat.
Aliran hutang dan equitas ke negara-negara
berkembang/EMs
(Miliar USD)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
-50
-100
2005
2007
2009
2011
2013
2015
Sumber: Institute of International Finance and QNB Economics
Hal tersebut menciptakan potensi sebuah krisis yang
meledak pada Mei 2013 menyusul pernyataan dari
Fed yang mungkin dapat mengecilkan besaran dari
quantitative easing, yang dapat menyebabkan
Page 1 of 2
Economic Commentary
perubahan kondisi yang sangat tajam dari yang
berlaku selama empat tahun terakhir. Imbal hasil
negara Amerika Serikat naik sebesar 1,6% pada Mei
2013 menjadi 3.0% pada akhir tahun. Hal ini
memulai sebuah periode di mana aliran modal dari
negara-negara berkembang/EMS menuju negaranegara maju dan mengekspos kerentanan negaranegara berkembang/EMs. Krisis ini diperburuk oleh
menurunnya harga komoditas (mengingat banyak
dari negara-negara berkembang/EMs merupakan
eksportir komoditas) serta adanya keresahan akan
kemunduran ekonomi
China. Isu ini terlihat
semakin parah pada paruh kedua tahun 2015 dan
dua bulan pertama di 2016 sehingga Fed akhirnya
menaikkan suku bunga dan berjanji untuk terus
meningkatkan suku bunga pada bulan-bulan
berikutnya. Pada awal 2016, negara-negara
berkembang/EMs terlihat berada di posisi yang
lebih buruk dibandingkan tahun 2013 mengingat
neraca berjalan yang buruk, utang luar negeri yang
lebih tinggi dan pertumbuhan PDB yang lebih
lambat.
Namun prospek ini berubah sepenuhnya pada
pertengahan 2016. Hasil pemungutan suara Brexit
mengakibatkan perlambatan ekonomi Inggris Raya,
dan Bank of England menanggapi hal tersebut
dengan mengurangi suku bunga serta memulai
kembali program QE, di mana pelonggaran lebih
lanjut diperkirakan akan terjadi pada tahun ini.
Bank Sentral Eropa dan BoJ juga diperkirakan akan
melonggarkan kebijakan pada tahun ini menyusul
terhentinya roda ekonomi mereka. Injeksi likuiditas
yang besar dari bank-bank sentral di negara-negara
maju menengelamkan imbal hasil obligasi yang
tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah
(1,5% di Amerika Serikat, -0,1% di Jerman dan
QNB Economics
[email protected]
21 August 2016
0,5% di Inggris Raya). Diperkirakan bahwa nilai
imbal hasil obligasi negatif telah naik menjadi
USD13,4 triliun,
dimana
sebagian besar
terkonsentrasi di negara-negara maju. Lingkungan
baru
ini
mengakibatkan
negara-negara
bekembang/EMs diminati kembali oleh para
investor. Aliran modal asing kembali mengalir ke
negara-negara
berkembang/EMs,
memberikan
sedikit waktu untuk bernapas.
Negara-negara berkembang harus menggunakan
kesempatan ini untuk mengurangi tingkat
kerentanan dan menghindari terulangnya kesalahan
yang terjadi secara terus menerus di masa lalu. Hal
ini memiliki arti tiga hal. Yang pertama, hindari
pinjaman berlebihan dalam bentuk mata uang asing,
karena dapat lebih sulit untuk menangani jika
terjadi pelarian modal dan depresiasi tajam dari
mata uang lokal. Kedua, cadangan devisa harus
ditingkatkan selama periode aliran modal masuk
agar dapat meredam guncangan jika aliran modal
keluar secara tiba-tiba terjadi. Terakhir, negaranegara berkembang/EM harus mencoba untuk
mengubah komposisi modal asing yang mengalir
masuk. Negara-negara berkembang/EMs harus
mendorong penggunaan portofolio aliran dana
masuk untuk investasi lansung. Kondisi ini lebih
dapat menahan dana masuk, tidak terlalu rentan
terhadap perubahan mendadak dan menghasilkan
pertumbuhan
yang
lebih
berkelanjutan
dibandingkan dengan hanya membuat harga aset
meningkat. Langkah-langkah tersebut menyediakan
cara-cara terbaik untuk menghindari terulangnya
kembali krisis yang terjadi belakangan ini.
QNB Economics Team:
Ziad Daoud*
Acting Head of Economics
+974-4453-4642
Rory Fyfe
Senior Economist
+974-4453-4643
Ali Jaffery
Economist
+974-4453-4423
* Corresponding author
Disclaimer dan Pemberitahuan Hak Cipta: QNB Group tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul dari
penggunaan laporan ini. Pendapat yang diungkapkan, kecuali telah ditentukan sebelumnya, adalah pendapat analis atau penulis s aja. Setiap keputusan
investasi harus tergantung pada keadaan individual investor dan berdasarkan pada saran investasi khusus. Laporan ini didistribusikan seca ra gratis dan
tidak dapat direproduksi secara keseluruhan atau sebagian tanpa izin dari QNB Group.
Page 2 of 2
Download