Analisis kebijakan corporate social responsibility berkelanjutan

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai suatu bagian atau entitas dalam sistem kemasyarakatan
memiliki peran penting terhadap entitas (komunitas) lainnya dalam masyarakat.
Dengan semakin berkembangnya komunitas dengan aktivitasnya yang semakin
mengglobal, maka semua bentuk komunitas yang terwakili sebagai bentuk sistem
kemasyarakatan akan semakin saling membutuhkan sebagai satu satuan sistem yang
fungsional (Rudito dan Femiola, 2007). Perusahaan termasuk dalam hal ini
dilingkungan Indomobil Group merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan
(corporate citizenship) maka perusahaan yang baik tidak dapat tutup mata terhadap
kejadian-kejadian dalam masyarakat, khususnya di lingkungan dimana lokasi
perusahaan berada dan lingkungan yang lebih luas. Kehadiran perusahaan sebagai
bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan
dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai
rekanan dalam kehidupan bermasyarakat, karena kehadiran perusahaan dapat
berakibat baik maupun berakibat buruk terhadap masyarakat sekitar sesuai ISO 26000
tentang Social Responsibility (ISO, 2007).
Untuk melaksanakan fungsinya, perusahaan (korporat) tidak dapat lepas dari
kebergantungan pada pihak lain (stakeholders/pemangku kepentingan) yang dapat
secara langsung maupun tidak langsung akan terkena dampak dari aktivitas
perusahaan, ataupun pada pihak lain yang justru memiliki kepentingan ataupun
pengaruh terhadap korporat. Dalam hal ini, kerjasama untuk mencapai tujuan dari
masing-masing stakeholders menjadi suatu hal yang penting dari suatu sistem
kemasyarakatan, disamping memenuhi kepentingan shareholders (para pemegang
saham). Aktivitas ini dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR). CSR diperlukan untuk menciptakan
keseimbangan dan keberlanjutan hidup dan hubungan kemitraan dengan pemangku
kepentingan lainnya. Tanpa dukungan dan jalinan kemitraan dengan pemangku
2
kepentingan lainnya, bisa dipastikan dalam waktu dekat, mereka mengalami kerugian
secara sosial dan ekonomi, akibat berbagai tekanan dan klaim yang menyudutkan
keberadaan perusahaan mereka, bahkan keberlanjutan dan reputasinya (Rudito et al.,
2004). CSR kini tidak saja dihubungkan dengan peningkatan kualitas sumberdaya
semisal tenaga kerja atau pemberdayaan masyarakat setempat. Masyarakat
menganggap peran perusahaan dalam memperbaiki kualitas hidup mereka
menunjukkan bahwa perusahaan itu adalah bagian dari kehidupan komunitas mereka.
Di negara kita, banyak perusahaan dibangun diareal pemukiman penduduk, tetapi
tidak memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat setempat. Sebagian besar dari
mereka merasa tidak ada kepentingan dengan masyarakat setempat, jadi tidak ada
perlunya kegiatan yang dapat mendekatkan antara keduanya. Akibatnya, kini banyak
dari perusahaan itu menghadapi masalah pelik dengan masyarakat setempat karena
kurangnya komunikasi, yang menyebabkan hubungan keduanya semakin buruk dari
hari ke hari (Kennedy, 2009).
CSR merupakan dampak positif dunia usaha terhadap masyarakat dan
lingkungan melalui kegiatan operasinya, produk maupun jasa yang dihasilkannya,
maupun melalui interaksinya dengan para
pemangku kepentingan seperti
karyawan/pekerja, pelanggan, investor, masyarakat, dan pemasok. Artinya bahwa
kegiatan CSR memberikan dampak positif atas keberadaannya, baik aspek internal
perusahaan seperti karyawan maupun aspek eksternal perusahaan, yaitu konsumen
dan masyarakat.
Pelaksanaan CSR sebenarnya telah dilaksanakan oleh perusahaan di lingkungan
Indomobil Group yang
pada dasarnya telah melaksanakan aktivitasnya dalam
membantu masyarakat baik dalam bentuk charity (amal) dan philanthropy (kontribusi
langsung). Mulai dari kegiatan mengirimkan sumbangan kepada korban bencana
alam, memberikan bantuan beasiswa, memberikan penyuluhan kesehatan kepada para
siswa sekolah, penyuluhan penghematan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi
pengendara mobil, melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan, kegiatan
penanaman pohon dilahan kritis dan sebagainya. Kegiatan ini bahkan menjadi trend
akhir-akhir ini sebagaimana termuat di surat-surat kabar bahwa perusahaan
3
mengklaim telah melakukan CSR dengan berbagai cara dan cenderung di tonjolkan
sehingga menjadi sarana promosi perusahaan, agar dikenal sebagai perusahaan yang
socially responsible.
I.1.1 Industri Otomotif
Industri otomotif saat ini berkembang pesat. Otomotif atau dalam bahasa
Inggris: Automotive menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti mengenai
permobilan (Echols and Sadily, 2002) Banyak industri otomotif baru bermunculan
di Indonesia dari sebelumnya hanya dikuasai oleh beberapa merek, seperti Toyota,
Honda, Mitsubishi, Suzuki yang berasal dari principal di Jepang, menjadi puluhan
merek mobil lain seperti Hyunday, Kia, Renault dan sebagainya dengan principal
dari negara Korea dan Eropa. Perkembangan industri tersebut bertujuan
menghasilkan/memproduksi mobil dengan tujuan utama untuk sarana mobilitas
masyarakat, kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Namun dilain pihak
terdapat juga eksternalitas yang muncul seperti kemacetan, polusi udara,
pencemaran lingkungan dan sebagainya, termasuk masalah-masalah sosial lainnya.
Permasalahan lainnya yang dapat muncul dari industri otomotif adalah dampak dari
keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah terhadap masyarakat sekitar.
Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya
dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat
(Rudito et al., 2004).
Masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan industri kendaraan bermotor
secara garis besar menurut Fahmi Idris, diacu dalam Hanum (2008) adalah yaitu
(1) Harga bahan bakar minyak (BBM) (2) Krisis Listrik dan (3) Lingkungan hidup.
Harga bahan bakar minyak akan selalu mengalami trend meningkat sepanjang
masih dominannya penggunaan BBM untuk industri otomotif dan produk mobil.
Akibat dari cadangannya yang semakin menipis dan sepanjang belum ditemukan
cadangan minyak lain dalam jumlah besar. Sedangkan krisis listrik menjadi masalah
dalam industri otomotif bila pasokannya selalu terganggu. Masalah lingkungan
4
hidup dapat mengakibatkan berbagai masalah, baik yang diakibatkan dari proses
pembuatan kendaraan maupun dari produk itu sendiri.
Menurut Global Reporting Initiative atau GRI (2004) terdapat sejumlah isu
dalam industri otomotif yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan aspek
mobilitas, yaitu (1) emisi gas rumah kaca/perubahan iklim (greenhouse gas
emissions/climate change), (2) kualitas udara (air quality), (3) kebisingan (noise),
(4) aspek keselamatan (safety aspects), (5) kemacetan (congestion), (6) infrastruktur
(infrastructure), (7) akses kepada mobilitas (access to mobility), (8) emerging
markets, (9) produk dan jasa (product & services) dan (10) kontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar (contribution to local welfare). Dampak negatif
dari kehadiran otomotif di jalan raya adalah adanya polusi yang cenderung
berakibat buruk kepada kesehatan masyarakat (Vasconcellos, 2001). Disamping itu
tentu saja adalah dapat menyebabkan kemacetan dan kerugian akibat pemborosan
pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Indomobil Group sebagai salah satu group perusahaan dalam bidang otomotif
memiliki pangsa pasar sekitar 22% penjualan mobil di Indonesia (Indomobil Group,
2008). Indomobil Group merupakan suatu holding company dari berbagai
perusahan dibawahnya yang memproduksi berbagai merek mobil yang memenuhi
seluruh klasifikasi mobil yang ada yang meliputi : Sedan, 4x2 MPV, 4x4 SUV, Pick
up dan Truk, Bus, dan Kabin Ganda sesuai oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
Indomobil Group tentu saja memiliki kontribusi yang besar dalam permasalahan
yang timbul akibat dari kehadiran industri otomotif bagi masyarakat sekitar lokasi
perusahaan maupun produk mobil yang dihasilkannya, terutama bagi masyarakat
perkotaan. Sebagai grup perusahaan yang memiliki komitmen untuk memberikan
kepuasan total kepada pelanggan dan memiliki mutu produk yang superior (to
deliver total customer satisfaction and superior quality products) jelas akan sangat
bertentangan bila membuang limbah produknya secara sembarangan tanpa suatu
pengolahan lebih dulu sehingga mencemari lingkungan sekitar. Hal ini jelas akan
berakibat kepada dapat munculnya gugatan dari masyarakat sekitar, sehingga proses
produksipun akan dapat terganggu dan hal ini berakibat kepada menurunnya nilai
5
dari kepuasan pelanggan akibat keterlambatan penyerahan barang ataupun mutu
produk yang dapat menurun.
Indomobil Group berkepentingan untuk memelihara agar udara dan
kebisingan dalam proses produksi terjaga agar tetap ramah lingkungan, sehingga
kerugian yang mungkin terjadi akibat pencemaran udara tersebut dapat dapat
dihindari dan seharusnya bahkan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam
aspek produk jelas manfaat yang dihasilkan adalah tentu saja manfaat dari mobil itu
sendiri yang dapat menyediakan kebutuhan akan mobilitas pemakainya dan
masyarakat penggunanya. Namun kerugian masyarakat yang timbul akibat emisi
mobilpun harus sedapat mungkin dikurangi, karena dampaknya dapat merugikan
masyarakat, khususnya masalah kesehatan dan kemiskinan.
Keberadaan perusahaan di suatu daerah, akan mendorong bermunculannya
kegiatan-kegiatan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya (Rudito et al., 2004). Hal
ini merupakan dampak positif yang mungkin timbul sebagaimana yang dialami oleh
perusahaan-perusahaan di bawah naungan Indomobil Group, khususnya dalam hal
ini di lokasi pabrik yang berada di Kelurahan Jatimulya, Bekasi untuk merek
Suzuki dan juga merek Hino dan Nissan yang berada dilokasi kawasan industri
Kota Bukit Indah, di wilayah Desa Dangdeur, Purwakarta, Jawa Barat Semakin
banyak keterlibatan masyarakat sekitar yang mendukung keberlanjutan operasi
perusahaan, tentu semakin baik bagi keberlanjutan perusahaan di tempat tersebut.
Eksklusifisme perusahaan terhadap masyarakat sekitar dapat berkibat konflik, maka
itu perlu upaya yang tepat dari perusahaan untuk melakukan tindakan tepat dalam
hubungannya dengan masyarakat sekitar, agar kehadirannya di daerah tersebut
justru menguntungkan masyarakat sekitar.
Kelurahan Jatimulya adalah daerah yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi
di Bekasi, juga adalah daerah yang memiliki jumlah penduduk usia kerja yang tidak
bekerja mencapai 4.718 orang pada tahun 2009 (Kelurahan Jatimulya, 2009).
Demikian pula menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Bekasi tahun 2009, kondisi lingkungan dari perairan atau sungai yang berada di
wilayah Jatimulya telah tercemar (Kabupaten Bekasi, 2009), Sedangkan Desa
6
Dangdeur di Kabupaten Purwakarta adalah daerah dimana aktivitas persawahan
yang dilakukan menerapkan sistem tadah hujan, karena tidak memiliki irigasi.
Tingkat pendidikan penduduk yang terbesar adalah setingkat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP). Lembaga pendidikan yang ada hanya setingkat Sekolah
Dasar (SD). Demikian pula kondisi jalan yang ada hanya jalan utama yang
melintasi desa beraspal sepanjuang 4,5 km dan sisanya adalah ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar pemukiman warga adalah jalan bebatuan dan jalan tanah
yang tidak nyaman dan cenderung sulit dilalui bila hujan deras turun. Dari jumlah
penduduk terdapat 308 orang yang merupakan angkatan kerja, namun menganggur
(Desa Dangdeur, 2009).
Salah satu jenis kendaraan yang termasuk dalam katagori otomotif adalah
sepeda motor. Sebagai salah satu isu utama di negara berkembang, keberlanjutan
dari sepeda motor menghadapi tiga masalah utama (Vasconcellos, 2001), yaitu
rentan
terhadap
kecelakaan
yang
tinggi,
polusi
udara
dan
transport
individualization. Ketiga masalah ini cenderung menimpa para rakyat miskin yang
justru menjadikan alat transportasi ini paling efisien menurut Gwilliam (2000),
diacu dalam Vasconcellos (2001). Berkaitan dengan kecelakaan, meskipun
dilakukan berbagai pendidikan dan psosialhan (diklat) dan enforcement terhadap
alat-alat keamanan berkendara, namun karena sifat alaminya, maka sepeda motor
tetap rentan terhadap kecelakaan (Vasconcellos, 2001), keputusan yang berkaitan
dengan pelarangan sepeda motor tidaklah realistik karena merupakan substitusi
akibat tidak efisiennya public transportation (Sindhuwinata, 2008).
I.1.2. Aktivitas CSR dalam Industri Otomotif
Di Indonesia sampai dengan saat ini, pelaksanaan CSR di kalangan swasta
terutama untuk perusahaan industri kendaraan bermotor diklaim telah dilaksanakan
baik melalui Charity maupun Philanthropy dan model kegiatan lainnya. Charity
adalah
memberi bantuan untuk kebutuhan yang sifatnya sesaat sedang
Philanthropy adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau
kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat (Saidi dan
7
Abidin, 2003) Namun dinilai kegiatannya masih bersifat parsial atau tidak bersifat
holistik dalam arti meliputi tiga aspek pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi
sosial dan lingkungan. Bidang kegiatan CSR yang dimasuki beragam sesuai dengan
keinginan masing-masing yang terkadang tanpa tujuan dan maksud yang jelas.
Dalam penentuan besaran nilainya beragam antar sesama perusahaan dalam industri
otomotif, yaitu lebih kepada keinginan dan pemahaman terhadap CSR serta diduga
kepada orientasi bisnis.
Indomobil Group sebagai produsen mobil berbagai merek, yaitu Suzuki,
Nissan, Hino yang merupakan produk berasal dari Jepang, telah melakukan
aktivitas CSR (Indomobil Group, 2008) sebagaimana disebutkan di bawah ini :
1. Setiap tahun memberikan beasiswa kepada anak dari karyawan yang berprestasi
di sekolahnya.
2. Memberikan bantuan sarana rambu-rambu lalu lintas (seperti traffic cone) kepada
Pihak Kepolisian, bekerjasama dengan pihak dealer (penyalur).
3. Sejak 2008 meluncurkan produk mobil yang di klaim telah memenuhi kualifikasi
EURO III seperti pada mobil Suzuki Swift
4. Memperoleh sertifikat ISO 9000 dan ISO14000
5. Menanam pohon di daerah yang gersang
Industri otomotif sebagai pemangku utama dari pembangunan masyarakat perlu
melakukan ”tindakan positif” untuk berperan dalam mengatasi masalah yang timbul
dalam masyarakat akibat dari proses produksi dan juga produk kendaraan bermotor
yang diproduksinya. Untuk itu, pelaksanaan CSR menjadi hal yang amat penting dan
menjadi alat utama penyaluran kontribusi perusahaan (korporat) terhadap komunitas,
baik di sekitar perusahaan maupun komunitas yang lebih luas lagi dan juga terhadap
lingkungan dalam mencapai upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini, upaya
pemilihan skala prioritas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan
dalam pelaksanaan CSR menjadi penting, termasuk di dalamnya bidang yang
dimasuki oleh aktivitas CSR industri otomotif berkelanjutan dan juga pemilihan
bentuk kegiatan, serta strategi dan cara melaksanakannya. Namun perlu pula
8
diperhatikan apa yang menjadi ekspektasi stakeholders terhadap kebijakan CSR dari
Indomobil Group, sehingga terdapat titik temu antara kedua belah pihak.
Memang CSR bukanlah solusi satu-satunya dalam mengatasi permasalahan
yang timbul seperti kemacetan, polusi udara, kebisingan, kemiskinan dan masalah
sosial lainnya karena kondisi tersebut bukan hanya ditimbulkan dari industri
kendaraan bermotor, tetapi dilain pihak menganggap kondisi tersebut adalah
tanggungjawab Pemerintah juga kurang tepat, karena penyebabnya adalah kompleks
dan menyangkut berbagai pihak seperti masyarakat sebagai pelaku atau pengendara
mobil, pihak Pemerintah sebagai regulator dan industri otomotif sebagai produsen
mobil. Namun karena industri otomotif telah memperoleh manfaat dari keberadaan
sumber daya alam (SDA) dan komunitas sekitar industri otomotif atau lebih luas lagi,
maka perlu ada ”imbal balik”. Pikiran untuk melakukan ”imbal balik” ini sebenarnya
merefleksikan dimensi tanggungjawab secara sosial, yaitu perusahaan merasa punya
tanggungjawab atas dampak operasi yang ditimbulkannya, baik langsung ataupun
tidak langsung terhadap masyarakat (Nursahid, 2006). CSR pada dasarnya menuntut
adanya Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik,
dimana untuk mencapai hal tersebut diperlukan prasyarat minimal, yaitu adanya
transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas, efisiensi,
dan keadilan (Rudito dan Femiola, 2007)
Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan aktivitas CSR di Indonesia untuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN
Nomor : KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) berikut :
a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1% (Ps.8(2))
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
Persero, dan oleh Menteri BUMN untuk Perum (Ps.8(3))
”Kalangan swasta” (private sector) berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT)
telah disepakati mengenai UU Perseroan Terbatas No.4/2007, yaitu BAB V mengenai
tanggungjawab sosial dan lingkungan berisikan hal berikut :
9
a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan SDA wajib melaksanakan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan.
b. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
c. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggungjawab Sosial dan Limgkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam bagian penjelasan Undang-Undang ini terdapat penjelasan sebagai berikut :
.......Yang dimaksud dengan ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan SDA” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak
memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam.
Dari aturan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut jelas mewajibkan
perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, termasuk industri otomotif
dalam lingkungan Indomobil Group untuk wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan (CSR). Industri otomotif baik dari segi proses produksi maupun
produk mobil berkaitan dengan SDA. Kewajiban melaksanakan CSR juga
diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia
sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang tertuang dalam Pasal 15, Pasal 17 dan Pasal 34 (Solihin,
2008) berikut :
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban :
a. Menerapkan prinsip corporate governance yang baik.
b. Melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan.
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
10
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman
modal.
e. Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.
Dalam penjelasan pasal demi pasal undang-undang ini, dijelaskan bahwa yang
dimaksud “tanggungjawab sosial perusahaan” sebagaimana pada pasal 15 huruf b
adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma dan budaya masyarakat setempat.
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan SDA yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi
standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pasal 34
Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa :
(a) Peringatan tertulis.
(b) Pembatasan kegiatan usaha.
(c) Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal atau
(d) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Industri otomotif sebagai perusahaan penanaman modal
berbentuk
perseroan terbatas (PT) wajib untuk melaksanakan tanggungjawab sosial (CSR).
Karena CSR telah ditetapkan dalam undang-undang maka CSR telah menjadi
kebijakan publik. Salah satu keluaran dari kebijakan publik adalah undang-undang
(Suharto, 2010). Aturan untuk pelaksanaan aktivitas CSR secara spesifik sampai
saat ini belum di tetapkan oleh Pemerintah. Namun berbagai peraturan dan undangundang yang mendukung CSR seperti Undang-Undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup no.32 tahun 2009, Undang-Undang no. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen merupakan aturan yang wajib dilakukan. Namun
11
karena belum ada petujuk pelaksanaan CSR, maka jenis perusahaan mana yang
terkena peraturan tersebut masih belum jelas. Demikian pula dampaknya terhadap
pelaksanaan CSR di Industri Otomotif diduga belum mengalami perubahan yang
nyata antara sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PT yang baru tersebut.
Di tingkat global, CSR adalah suatu aktivitas yang secara sukarela “wajib”
dilaksanakan
perusahaan
(korporat).
Berbagai
perusahaan
transnasional
(multinational corporation atau MNC) melaksanakan program CSR diberbagai
negara, dimana lokasi MNC tersebut berada seperti Wallmart, The Body Shop dan
sebagainya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memformulasikan kegiatan
CSR dalam suatu kesepakatan global yang disebut Global Compact yang merupakan
kumpulan dari berbagai perusahaan besar di dunia yang berkomitmen untuk
berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan secara global.
Diduga kegiatan aktivitas CSR di Indonesia lebih bersifat Philanthropy, yaitu
usaha yang dilakukan perusahaan untuk memberikan dana kepada individu atau
sekelompok masyarakat, misalnya dalam bentuk beasiswa yang justru dapat
menimbulkan ketergantungan kepada perusahaan. Dalam hal ini belum terlihat
bentuk-bentuk lain dalam pelaksanaan CSR yang sifatnya justru mengembangkan
pemangku kepentingan (kemitraan) demi kesejahteraan bersama. Padahal menurut
hasil penelitian TNS Indonesia (2006), sebuah lembaga penelitian dalam bidang CSR
otomotif menunjukkan bahwa pasar-pasar otomotif di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap aktivitas CSR di
bandingkan negara-negara Barat, karena sektor tersebut menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan mutu kehidupan. Maka dari itu pelaksanaan CSR oleh industri
otomotif di Indonesia menjadi penting, karena pelaksanaan CSR oleh industri
otomotif akan sangat berpengaruh terhadap apresiasi masyarakat, termasuk terhadap
produk mobil yang dihasilkan. Dengan kata lain, melaksanakan CSR yang tepat dan
strategik akan meningkatkan harapan masyarakat. Studi tersebut juga menyimpulkan
bahwa dibanding dengan Eropa dan Amerika, praktik-praktik CSR di Indonesia
benar-benar belum berkembang dan hal ini berarti konsumen mungkin memiliki
tingkat harapan lebih rendah. Namun demikian, harapan berkembang dan seiring
12
dengan perjalanan waktu, maka CSR akan menjadi semakin penting bagi perusahaanperusahaan yang berada di Indonesia.
TNS Indonesia (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai yang
terkait dengan CSR sangatlah penting bagi para konsumen di Indonesia dan kadangkadang mengubah bentuk perilaku pembelian. Dengan demikian, industri otomotif
yang melaksanakan CSR akan memperoleh manfaat yang besar dalam upaya
peningkatan penjualan. Studi yang dilakukan oleh TNS Indonesia (2006) juga
menunjukkan bahwa produk otomotif yang aman dan ramah lingkungan adalah
pendorong yang kuat untuk menciptakan public goodwill
di Indonesia yang
merupakan benefit utama CSR di Indonesia. Sedangkan melakukan aktivitas CSR
lainnya seperti fair pricing, ethical production standards, dan respect for local
culture or customs adalah bersifat complimentary (Lindgren, 2006)
I.2. Identifikasi Masalah
Beberapa hal yang dikemukakan dalam latar belakang tentang CSR
menunjukkan masalah berikut :
1. Pelaksanaan CSR masih belum jelas atau terkadang samar dengan aktivitas
promosi perusahaan.
2. Tidak pernah diidentifikasi tingkat keberlanjutannya. Walaupun berbagai aktivitas
CSR telah dilakukan, namun belum pernah diukur tingkat keberlanjutan dari
kegiatan CSR tersebut didalam industri otomotif.
3. Aktivitasnya bersifat parsial dan bidang yang dimasukinya sesuai selera
perusahaan.
Perusahaan otomotif, khususnya dalam hal ini Indomobil Group,
melaksanakan CSR masih belum secara utuh menurut konsep CSR yang
seharusnya, sehingga dikatakan melaksanakan CSR sesuai selera, dan diduga
tidak didasarkan sepenuhnya pada atribut-atribut CSR yang berperan dalam
kebijakan CSR berkelanjutan di Indomobil Group yang merupakan persepsi dan
ekspektasi dari pemangku kepentingan.
13
4. Tidak pernah diukur tingkat keberhasilannya.
Pelaksanaan CSR oleh industri otomotif, khususnya di lingkungan Indomobil
Group belum pernah diukur tingkat keberhasilan programnya, termasuk dalam
aspek lingkungan.
5. Kewajiban memperhatikan masalah sosial dan
dipandang
bukan
menjadi
tanggungjawab
lingkungan diduga masih
korporat,
tetapi
merupakan
tanggungjawab Pemerintah. Pihak industri otomotif, termasuk Indomobil Group,
diduga cenderung menganggap bahwa urusan kesejahteraan masyarakat, termasuk
aspek kesehatan masyarakat lebih menjadi urusan Pemerintah ketimbang menjadi
tanggungjawab industri otomotif.
6. Merasa tidak ada keharusan untuk melaksanakan CSR.
Sesuai dengan konsepnya, CSR diduga disikapi sebagai bersifat voluntary atau
sukarela, sehingga tidak ada kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR.
I.3. Pembatasan Masalah
Perusahaan otomotif yang diteliti aktivitas CSR-nya adalah perusahaanperusahaan yang berada di lingkungan Indomobil Group dan kegiatan yang diteliti
adalah kegiatan CSR terhadap pemangku kepentingan primer pada lingkungan
eksternal perusahaan, baik aspek kehadiran perusahaan PT. Suzuki Indomobil Motor
(PT. SIM) yang berlokasi di Tambun, Bekasi terhadap masyarakat sekitarnya, yaitu
Kelurahan Jatimulya, Bekasi maupun PT. Nissan Indonesia Manufacturing (PT. NMI)
dan PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia (PT. HMMI) yang berlokasi di
kawasan industri Kota Bukit Indah, Purwakarta, Jawa Barat, terhadap masyarakat
sekitarnya, yaitu desa Dangdeur dan terhadap aspek produk mobil yang dihasilkan,
yaitu baik merek Suzuki yang diproduksi oleh PT. SIM, merek Nissan yang
diproduksi PT. NMI dan Hino yang diproduksi oleh PT. HMMI, yaitu dampaknya
terhadap lingkungan berupa emisi gas buang.
Dipilihnya Indomobil Group adalah karena merupakan group perusahaan
automotif yang mengageni beragam jenis kendaraan dan produknya memenuhi seluruh
segmen jenis kendaraan yang berada di Indonesia dan merupakan salah satu group
14
perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia yang menguasai 22% pangsa pasar mobil
di Indonesia (Indomobil Group, 2008).
I.4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pelaksanaan CSR berkelanjutan pada saat ini pada perusahaan-perusahaan
dilingkungan Indomobil Group telah dilaksanakan dengan berbagai macam aktivitas.
Namun permasalahan yang muncul berhubungan dengan kondisi transportasi, sosial
ekonomi dan lingkungan yang terjadi amatlah besar. Ini dibuktikan dengan
permasalahan yang timbul sebagaimana diterangkan dalam latar belakang sebelum
ini. Untuk itu diperlukan pemikiran untuk memaksimalkan pelaksanaan CSR,
sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi dan masyarakat memperoleh
manfaat yang maksimal, maka disusunlah kerangka pemikiran penelitian seperti
dimuat pada Gambar 1.
Indomobil Group
Aspek Mobilitas
Kualitas Lingkungan
Kondisi Sosial/
Ekonomi masyarakat
Teknologi
Otomotif
Mutu
Pembangunan
Berkelanjutan
Optimasi kinerja CSR
berkelanjutan
Pengelolaan CSR
berkelanjutan dalam
industri otomotif
Dimensi Keberlanjutan
- Ekonomi
- Ekologi/Lingkungan
- Sosial
Karakteristik
Lokasi Pabrik
Kebijakan CSR dalam
industri otomotif
Faktor-faktor kunci
pengelolaan CSR
berkelanjutan dalam
industri otomotif
Prioritas CSR
berkelanjutan
dalam industri
otomotif
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Model CSR
berkelanjutan dalam
industri otomotif
Pembangunan berkelanjutan memerlukan sarana transportasi kendaraan
bermotor (mobil) untuk mendukung, sehingga industri otomotif berperan sebagai
penyedia produk tersebut. Namun akibat dari keberadaan industri otomotif dan juga
dampak dari produk yang dihasilkannya menimbulkan berbagai masalah, baik dalam
aspek mobilitas, mutu lingkungan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, teknologi
otomotif dan juga dampak keberadaan lokasi pabrik terhadap masyarakat sekitar,
sehingga diperlukan upaya kebijakan CSR berkelanjutan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah sebagaimana disebutkan dalam identifikasi masalah, untuk
itu dikaji bagaimana seharusnya CSR berkelanjutan sebagai perwujudan dari
komitmen industri otomotif untuk berperan dalam pembangunan berkelanjutan dapat
dilaksanakan dengan baik, yaitu memenuhi unsur-unsur keberlanjutan (ekonomi,
sosial dan lingkungan), dan menjadi model bagi industri otomotif dalam membangun
aktivitas CSR.
I.5. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah konsep CSR berkelanjutan dalam industri otomotif
2. Sejauhmanakah tingkat keberlanjutan aktivitas CSR dalam industri otomotif pada
Indomobil Group dilihat dari indeks keberlanjutan ?
3. Analisis kebijakan CSR berkelanjutan bagaimanakah yang tepat dilaksanakan
oleh industri otomotif berdasarkan karakteristiknya ?
I.6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
adalah :
1. Mengkaji atribut-atribut CSR berkelanjutan yang berperan dalam industri otomotif.
2. Mengidentifikasi atribut CSR berkelanjutan dan menentukan indeks keberlanjutan
CSR dalam industri otomotif.
17
3. Merekomendasikan kebijakan CSR berkelanjutan yang tepat dilaksanakan oleh
industri otomotif menurut karakteristiknya
I.7. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian memberi manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), yaitu :
1. Bagi Regulator (Pemerintah) mampu menghasilkan peraturan-peraturan yang tidak
hanya memberikan tekanan, tetapi sekaligus insentif bagi perusahaan otomotif
untuk melaksanakan CSR, dan mampu melindungi kepentingan-kepentingan
pemangku kepentingan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atau sebagai basis penelitian lebih
ekstensif, sehingga proses sosialisasi dan implementasi CSR terus diperbaiki dalam
industri otomotif.
3. Masalah-masalah yang timbul akibat dari kehadiran industri otomotif terhadap
masyarakat disekitarnya dan pemangku kepentingan lainnya dapat tertanggulangi
akibat dari pelaksanaan CSR oleh industri otomotif secara efektif.
.
1.8. Novelty (Kebaruan)
Kebijakan CSR dalam industri otomotif saat ini dinilai belum sepenuhnya
menerapkan konsep keberlanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh semakin kompleksnya
masalah yang timbul berkaitan dengan industri otomotif dan dampak produk yang
ditimbulkannya, sehingga diperlukan penelitian tentang model CSR berkelanjutan
dalam industri otomotif yang menjawab persepsi dan ekspektasi pemangku
kepentingan, sehingga keberadaan industri otomotif dapat diterima dan kehadiran
produknya tidak justru mengurangi kesejahteraan dari pemangku kepentingan,
termasuk kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
Novelty (kebaruan) dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di Indonesia,
khususnya di Indomobil group.
18
2. Hasil penelitian mengenai CSR ini memberikan persepsi dan ekspektasi kepada
pemangku kepentingan, sebagai bahan penyusunan kebijakan CSR.
Download