11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori Dalam

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Teori
Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam
masalah, maka perlu dikemukakan suatu kajian teori yang bersifat ilmiah. Dalam
kajian teori ini dikemukakan teori yang ada hubungannya dengan materi-materi yang
digunakan dalam pemecahan masalah. Teori tersebut dibagi menjadi tiga bagian,
yakni: Grand Theory, Middle Theory, dan Applied Theory. Grand Theory yang
dibahas yakni mengenai Manajemen, Middle Theory nya adalah Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM), dan Applied Theory nya yaitu Pelatihan, Lingkungan Kerja,
Motivasi, dan Kinerja Karyawan.
2.1.1 Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2012:36) bahwa manajemen diartikan sebagai
aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi pengawasan terhadap pekerjaan
oranglain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif.
Berdasarkan asal katanya, manajemen berasal dari kata management yang
merupakan bentuk nouns dari kata kerja to manage yang bermakna mengurus,
mengatur, melaksanakan, dan mengelola sehingga manajemen adalah pengurusan,
pengaturan, pelaksanaan, dan pengelolaan.
Griffin (2008:7) manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk
perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia,
finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen adalah
proses pengoordinasian sekelompok orang dengan arahan-arahan untuk mencapai
tujuan perusahaan, secara efektif dan efisien. Perusahaan yang memiliki manajamen
yang baik adalah perusahaan yang mejalankan fungsi efektif dan efisien. Efisien
berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang
hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun
dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang
tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses.
11
12
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia atau human recources mengandung pengertian yaitu
usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain
SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut Ardana, Mujiati, dan Utama
(2012:5), sumber daya manusia adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh
manusia yang terdiri dari kemampuan berfikir, berkomunikasi, bertindak, dan
bermoral untuk melaksanakan suatu kegiatan baik bersifat teknis maupun manajerial.
Kemampuan yang dimiliki tersebut akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
manusia dalam mencapai tujuan hidup baik individual maupun bersama. Menurut
Mathis dan Jackson (2011:41), SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam
sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian integral dari
setiap perusahaan atau setiap organisasi besar yang bisa ditemukan sehari-hari.
Istilah manajemen sumber daya manusia di sisi lain, merujuk kepada departemen
yang menangani kerja sistem hubungan antar pekerja di sebuah perusahaan atau
organisasi. Jadi intinya departemen ini terlibat dalam segala hal yang berkaitan
dengan kesejahteraan, pendidikan karyawan, perekrutan tenaga kerja, dan analisis
terhadap kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan karyawan.
Menurut Dessler (2011:5), manajemen sumber daya manusia sebagai
kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau aspek-apsek yang
terdapat dalam sumber daya manusia seperti posisi manajemen, pengadaan karyawan
atau rekruitmen, penyaringan, pelatihan, kompensasi, dan penilaian prestasi kerja
karyawan. Menurut Ardana, Mujiati, dan Utama (2012:5), manajemen sumber daya
manusia adalah proses pendayagunaan manusia sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar semua potensi fisik dan psikis yang di milikinya berfungsi
maksimal untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Unsur
MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan
demikian, fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah yang berhubungan
dengan tenaga kerja manusia saja.
13
2.1.3 Pelatihan atau Training
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di
perusahaan, organisasi, lembaga. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan
pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan
lebih baik terhadap pekerjaan mereka sekarang atau pekerjaan mereka di suatu hari.
Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan suatu proses
dalam pengembagan organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan
merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan
sumber daya manusia, yang didalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan
pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya, perusahaan
melakukan upaya yang terencana untuk membantu dan memfasilitasi karyawan
dalam pembelajaran kompetensi mereka yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
kemampuan atau perilaku yang sangan penting untuk kinerja mereka secara
individual maupun organisasional. Fokus utama pada pelatihan dan pengembangan
dalam perusahaan adalah mengembangkan tenaga kerja yang unggul sehingga
perusahaan dan karyawan secara bersama-sama dapat melaksanakan pekerjaannya
dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan mereka.
Akhir-akhir ini telah diakui bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang
kompetitif, pelatihan harus melibatkan
lebih dari sekedar pengembangan
keterampilan dasar. yaitu, menggunakan pelatihan untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif, pelatihan harus dipandang secara luas sebagai cara untuk menciptakan
modal intelektual. Modal intelektual mencakup seperti keterampilan dasar
(keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan seseorang), keterampilan
keuntungan (seperti bagaimana menggunakan teknologi untuk berbagi informasi
dengan karyawan lain), serta pemahaman tentang pelanggan atau sistem manufaktur,
dan kreativitas memotivasi diri.
Menurut
Sutrisno
(2010:62),
pelatihan
membantu
karyawan
dalam
memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya, guna meningkatkan
keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha
mencapai tujuan.
Menurut Dessler (2011:280), pelatihan adalah proses mengejar keterampilan
yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjannya. Pelatihan lebih
merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat
digunakan dengan segera, sedangkan pendidikan memberikan pengetahuan tentang
14
subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum, terstruktur untuk jangka waktu yang
jauh lebih panjang.
Menurut Rivai dan Sagala (2010:211) mendefinisikan pelatihan sebagai
bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu
yang relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik
daripada teori.
Menurut Andrew E. Sikula (dalam Mangkunegara, 2011:44) mengemukakan
bahwa: “Training is a short-term educational process utilizing a systematic and
organized procedure by which non-mangerial personnel learn technical knowledge
ad skill’s for a definite purpose. Development, in reference to staffing and personal
matter, is a long-term educational process utilizing a systematic and organized
procedur by which managerianl personal learn conceptual and theoretical
knowledge for general purposes.”
Berdasarkan pendapat Andrew E. Sikula dapat dikemukakan bahwa pelatihan
(training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisir di mana pegawai non-mangerial mempelajari
pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas.
Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana pegawai managerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.
Dengan demikian, istilah pelatihan ditujukan kepada pegawai pelaksana
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan
pengembangan diperuntukan bagi pegawai tingkat manajerial dalam rangka
meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan,
dan memperluas human relation.
2.1.3.1 Komponen-komponen Pelatihan
Sebagaimana yang dijelakan oleh Mangkunegara (2011:44), komponenkomponen pelatihan terdiri dari empat hal, yaitu:
-
Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di
ukur.
-
Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai
(professional).
15
-
Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan
yang hendak di capai.
-
Peserta pelatihan dan pengembangan (trainee) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
2.1.3.2 Dimensi Pelaihan
Menurut Rae (dalam Sofyandi, 2008:119), ada beberapa dimensi-dimensi
pelatihan yaitu:
1. Isi pelatihan
2. Metode pelatihan
3. Sikap dan keterampilan instruktur
4. Lama waktu pelatihan
5. Fasilitas pelatihan
2.1.3.3 Tahapan-Tahapan Penyusunan Pelatihan
Menurut Mangkunegara (2011:45) ada beberapa tahapan-tahapan dalam
penyusunan pelatihan yang baik dan benar, yaitu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan/pengembangan (job study)
b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan/pengembangan
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya
d. Menetapkan metode pelatihan/pengembangan
e. Mengadakan percobaan (try out) dan revisi
f. Mengimplementasikan dan mengevaluasi
2.1.3.4 Tujuan Utama Pelatihan
Menurut Hasibuan (2011:70) mengemukakan bahwa tujuan pelatihan
hakikatnya menyangkut hal-hal berikut:
a. Produktivitas kerja
Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat,
kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill,
human skill, dan managerial skill karyawan akan semakin baik.
b. Efisiensi
Pengembangan karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi hausnya mesin-mesin.
Pemborosan berkurang, biaya produksi relative kecil sehingga daya saing
perusahaan semakin besar.
16
c. Kerusakan
Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang,
produksi, dan mesin-mesin. Karena karyawan semakin ahli dan terampil
dalam melaksanakan pekerjaannya.
d. Kecelakaan
Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan
karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan
perusahaan berkurang.
e. Pelayanan
Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik
dari karyawan kepada para customer nya, karena pemberian pelayanan
yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekananrekanan perusahaan bersangkutan.
f. Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian
dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka
antusia untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
g. Karier
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier
karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan potensi
kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian
dan prsestasi kerja karyawam.
h. Balas jasa
dengan pengembangan, balas jasa seperti gaji, upah, insentif, dan benefits
karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semkin besar.
i. Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi
masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau
pelayanan yang lebih bermutu.
17
2.1.3.5 Manfaat Pelatihan dan Pengembangan
Selain pengertian dan tujuan sebagaimana dikemukakan diatas pelatihan dan
pengembangan juga memiliki sejumlah manfaat, menurut Rivai dan Sagala
(2010:217), manfaat pelatihan adalah :
1) Manfaat bagi karyawan
- Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan
masalah yang lebih efektif.
- Melalui
pelatihan
dan
pengembangan,
variabel
pengenalan,
pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab dan kemajuan
dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.
- Membantu karyawan mengatasi stres, tekanan, frustasi, dan konflik.
- Memberikan
informasi
tentang
meningkatnya
pengetahuan
kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap.
- Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.
- Membantu
karyawan
mendekati
tujuan
pribadi
sementara
meningkatkan keterampilan interaksi.
- Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatihan.
- Memberikan nasihat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan.
- Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan.
- Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan
menulis dengan latihan.
- Membantu menghilangkan rasa takut untuk melaksanakan tugas baru.
2) Manfaat bagi perusahaan
-
Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih
positif terhadap orientasi profit.
-
Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level
perusahaan.
-
Memperbaiki moral SDM
-
Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.
-
Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih baik.
-
Mendukung otentisitas, keterbukaan dan kepercayaan.
-
Meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan.
-
Membantu pengembangan perusahaan.
18
-
Belajar dari peserta.
-
Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan perusahaan.
-
Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan di masa depan.
-
Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah yang
lebih efektif.
-
Membantu pengembangan promosi dari dalam.
-
Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan
pengetahuan perusahaan.
2.1.3.6 Metode-Metode Pelatihan
Menurut Andrew E. Sikula (dalam Mangkunegara, 2011:52), metode
pelatihan yaitu:
a. On The Job
Hampir 90 persen dari pengetahuan pekerjaan diperoleh melalui metode
on the job training. Prosedur metode ini adalah informasi, observasi
sederhana dan mudah serta praktis. Pegawai mempelajari pekerjaannya
dengan mengamati perilaku pekerja lain yang sedang bekerja. Metode on
the job training dapat pula menggunakan peta-peta, gambar-gambar,
sampel masalah, dan mendemonstrasikan pekerjaan agar pegawai baru
dapat memahaminya dengan jelas. Metode on the job training ini sangat
tepat, cocok untuk mengajarkan pengetahuan, skill yang dapat dipelajari
dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Hanya saja peserta pelatihan
dalam metode on the job training harus dilakukan pada waktu yang sama
dan untuk job yang sama pula. Manfaat dari metode on the job training
ini adalah peserta belajar dengan perlengkapan yang nyata dan dalam
lingkungan pekerjaan yang jelas.
b. Vestibule atau Balai
Suatu vestibule adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang digunakan
untuk tempat pelatihan bagi pegawai baru yang akan menduduki suatu
job. Metode vestibule merupakan metode pelatihan yang sangat cocok
untuk banyak peserta (pegawai baru) yang dilatih dengan macam
pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama. Pelaksanaan metode
vestibule biasanya dilakukan dalam beberapa hari sampai beberapa bulan
dengan pengawasan instruktur.
19
c. Metode Demonstrasi dan Contoh
Metode demonstrasi melibatkan penguraian dan memperagakan sesuatu
melalui conth-contoh. Metode ini sangat mudah untuk manajer
mengajarkan pegawai mengenai aktivitas nyata melalui suatu tahapan
perencanaan dari “bagaimana dan apa sebab” pegawai mengerjakan apa
yang ia kerjakan. Metode demonstrasi biasanya dikombinasikan dengan
alat bantu belajar seperti gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.
d. Simulasi
Simulasi adalah situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau
imitasi dari realitas. Simulasi ini merupakan pelengkap, sebagai teknik
duplikat yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. Metode simulasi
ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal, tetapi sangat
bermanfaat dan diperlukan dalam pelatihan.
e. Apprenticeship
Metode training apprenticeship adalah suatu cara mengembangkan
keterampilan (skill) perajin atau pertukangan. Metode ini didasarkan pula
pada on the job training dengan memberikan petunjuk-petunjuk cara
mengerjakannya. Metode apprenticeship tidak mempunyai standar
format. Pegawai peserta mendapatkan bimbingan umum dan mereka
langsung dapat mengerjakan pekerjaannya.
f. Metode Ruang Kelas
Metode ruang kelas merupakan metode training yang dilakukan di dalam
kelas, walaupun dapat pula dilakukan di area pekerjaan. Aspek-aspek
tertentu dari semua pekerjaan lebih mudah dipelajari dalam ruangan kelas
daripada on the job training. Teristimewa, jika hal tersebut merupakan
falsafah, konsep-konsep, sikap, teori-teori, dan kemampuan memecahkan
masalah, harus dipelajari. Metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi,
studi kasus, bermain peran, dan pengajaran berprogram (programmed
instruction).
Metode-metode pelatihan yang biasanya dipakai untuk mendukung kelangsungan
pelatihan yang diadakan perusahaan adalah metode on job training, metode
demonstrasi, dan metode ruang kelas. Metode ini juga diterapkan pada pelatihan
yang di lakukan oleh perusahaan di penelitian ini.
20
2.1.3.7 Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Menurut
Goldstein
dan
Bukton
(dalam
Mangkunegara,
2011:46)
mengemukakan ada tiga analisis kebutuhan pelatihan dan pengembagan, yaitu:
1) Organizational analysis
2) Job or task analysis
3) Person analysis
A. Analisis Organisasi
Menganalisis tujuan organisasi, sumber daya yang ada dan lingkungan organisasi
yang sesuai denga realita, Wexley dan Lathman mengemukakan bahwa dalam
menganalisis organisasi perlu memperhatikan pertanyaan “where is training and
development needed and where is it likely to be successful within an organization?”
hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan survei mengenai sikap pegawai
terhadap kepuasan kerja, persepsi pegawai, dan sikap pegawai dalam administrasi. Di
sanping itu pula, dapat menggunakan turnover, absensi, kartu pelatihan, daftar
kemajuan pegawai, dan data perencanaan pegawai.
B. Analisis Job dan Tugas
Analisis job dan tugas merupakan dasar untuk mengembangkan program jobtraining. Sebagaimana program training dimaksudkan untuk membantu pegawai
meningkatkan pengetahuan, skill, dan sikap terhadap suatu pekerjaan.
C. Analisis Pegawai
Analisis pegawai difokuskan pada identifikasi khusus kebutuhan training bagi
pegawai yang bekerja pada jobnya. Kebutuhan training pegawai dapat dianalisis
secara individu maupun kelompok.
1) Kebutuhan Individu dari Pelatihan
Analisis kebutuhan individu dari pelatihan dapat dilakukan dengan cara
observasi oleh supervisor, evaluasi keterampilan, kartu kontrol kualitas, dan
tes keterampilan pegawai.
2) Kebutuhan Kelompok dari Pelatihan
Kebutuhan kelompok dari pelatian dapat di prediksi dengan pertimbangan
informal dan observasi oleh supervisor maupun manajer.
2.1.4 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses
21
produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh
langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.
Lingkungan kerja yang kondusif akan memberikan rasa aman dan memungkinkan
karyawan untuk bekerja lebih optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi
emosional karyawan. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat
meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat
menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan. Lingkungan
kerja itu mencakup hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik
tempat dimana karyawan bekerja.
Lingkungan kerja atau lokasi kerja dapat dikatakan segala sesuatu yang ada
disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan. Menurut Sedarmayanti (2011:21) mendefinisikan lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengetahuan kerjanya baik sebagai
perseorangan maupun sebagai kelompok.
Menurut Nitisemito (2009:183), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada di lingkungan sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, misalnya kebersihan, musik,
dan lain-lain.
Menurut Sedarmayanti (20011:26) lingkungan kerja dititikberatkan pada
lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik
yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
adalah faktor-faktor fisik yang ada disekitar pekerjaan yang dapat mempengaruhi
karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kemudian
dapat dipahami bahwa lingkungan kerja sangat besar pengaruhnya terhadap
kebiasaan-kebiasaan karyawan dalam melakukan pekerjaannya secara langsung
maupun tidak langsung. Apabila lingkungan kerja yang ada disekitar karyawan baik,
maka karyawan akan mempunyai disiplin kerja yang tinggi dan otomatis akan
terjalin kerjasama yang baik dalam perusahaan sehingga akan berpengaruh pada
kepuasan kerja karyawan. Tetapi, apabila lingkungan kerja yang ada di sekeliling
karyawan buruk maka akan menyebabkan rendahnya disiplin kerja yang akan
menyebabkan menurunnya kepuasan kerja. Lingkungan kerja yang kondusif dapat
22
dilihat dari beberapa hal seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara,
penggunaan warna, ruang gerak dan keamanan.
Motivasi kerja para karyawan akan terdorong dari lingkungan kerja yang
tercipta di tempat mereka bekerja. Jika lingkungan kerja fisik maupun non fisik di
suatu perusahaan mendukung aktivitas para karyawannya, maka akan timbul
keinginan karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Hal seperti ini
akan menimbulkan persepsi dan kreativitas karyawan yang akan terlihat dalam
bentuk tindakan mereka saat bekerja.
2.1.4.1 Jenis Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (20011:26) yang termasuk lingkungan kerja fisik
adalah:
1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti:
pusat kerja, kursi, meja, ruang gerak dan lain-lainnya).
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia. Contohnya
seperti: temperature, sirkulasi udara, pencahayaan, dan lain-lainnya.
2.1.4.2 Faktor-faktor Lingkungan Kerja
Menuru Sedarmayanti (2011:28) ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan lingkungan kerja fisik yaitu:
A. Penerangan atau cahaya di tempat kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna
mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan
adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya
yang kurang jelas mengakibatkan pengelihatan menjadi kurang jelas,
sehingga pekerjaan akan terlambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada
akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan,
sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. Pada dasarnya, cahaya dapat
dibedakan menjadi empat yaitu:
-
Cahaya langsung
-
Cahaya setengah langsung
-
Cahaya tidak lansgsung
-
Cahaya setengah tidak langsung
23
B. Temperatur di tempat kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusa mempunyai
temperatur
yang
berbeda.
Tubuh
manusia
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna
sehingga dapat menyesuaikan dirinya dengan temperature luar jika perubahan
temperature luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35%
untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperature akan
memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan kemampuan beradaptasi tiap
karyawan berbeda, tergantung di daerah karyawan dapat hidup.
C. Sirkulasi udara ditempat kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di
sekitar dapat dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut
telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah
adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil
oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar
tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya
tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan
membantuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
D. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan
juga dengan cara mengukur tata letak, tata warna, perlengkapan, kebersihan,
dan lainnya untuk bekerja. Upaya untuk menjaga dekorasi tempat kerja ini
tetap terjaga, bisa menggunakan jasa seperti office boy (OB).
2.1.5 Motivasi
Salah satu faktor yang paling penting pada setiap manusia untuk mencapai
tujuannya adalah motivasi. Menurut Sardiman (2011:73) menyebutkan motif dapat
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
24
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif
dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif
itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Robbins dan Judge (2015:127), motivasi adalah proses yang
menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk
mencapai sebuah tujuan.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2010:212), motivasi merupakan proses-proses
psikologis yang menyebabkan gairah, arah, dan ketekunan dari tindakan sukarela
untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi ke arah
tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang
termotivasi, ia akan mencoba kuat. Tujuan organisasi adalah upaya yang seharusnya.
Kebutuhan sesuatu keadaan internal yang menyebabkan hasil tertentu tampak
menarik. Dari batasan yang telah diutarakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa
motivasi merupakan timbulnya perilaku yang mengarah pada tujuan tertentu dengan
penuh komitmen sampai tercapainya tujuan dimaksud (Sedarmayanti, 2011:233).
Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Ernest J. McCormick (dalam
Mangkunegara, 2011:94) mengemukakan bahwa “work motivation is defined as
condition which influence the arousal, and maintenance of behavior relevant in work
settings.” yang artinya motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara peliaku yang
berhubungan dengan lingkunga kerja.
Menurut Ardana, Mujiati, dan Utama (2012:193), motivasi kerja adalah
sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau pendorong semangat
kerja. Menurut Sunyoto (2013:1), motivasi kerja adalah sebagai keadaan yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mencapai keinginannya. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan
yang akan mewujudkan suatu perilaku dalam mencapai tujuan kepuasan dirinya pada
tipe kegiatan yang spesifik, dan arah tersebut positif dengan mengarah mendekati
objek yang menjadi tujuan.
25
Dengan demikian motivasi di dalam kehidupan suatu organisasi harus diamati
secara cermat, karena di dalam organisasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Proses kerja sama antara pemimpin dengan bawahan maupun dengan atasan
pemimpin itu sendiri.
b. Dalam proses interaksi itu terjadi perilku bawahan yang diperhatikan, tetapi
kemungkinan juga dilaksanakan agar perilaku tersebut sesuai dengan
keinginan yang diharapkan seorang pemimpin.
c. Perilaku yang ditampilkan oleh bawahan yang berjalan dengan sistem nilai
atau ketentuan dalam organisasi yang bersangkutan.
Faktor internal dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan
atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan
faktor eksternal dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena
pengaruh pemimpin, kolega, atau faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi
faktor-faktor tersebut timbul karena adanya suatu dorongan.
Sebagai ringkasan, motivasi mengacu pada tiga komponen yaitu: gairah, arah, dan
pemeliharaan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Sebuah analogi dapat membantu
untuk meningkatkan komponen ini secara bersama-sama. Sebagai contoh yaitu
seperti anda mengendarai mobil dijalan dalam perjalanan pulang. Gairah bagian dari
motivasi adalah seperti energy yang diciptakan oleh mesin mobil. Komponen arah
seperti roda kemudi, dan akhirnya aspek pemeliharaan seperti kegigihan yang
membuat anda sampai tiba dirumah yang menjadi tujuan anda.
2.1.5.1 Jenis Teori Motivasi
Pada penelitian ini, jenis teori motivasi yang sesuai adalah dengan
menggunakan teori dua faktor dari Frederick Herzberg. Karena teori ini sesuai
dengan apa yang akan mempengaruhi motivasi yang akan berdampak pada kinerja
karyawan seperti supervisi teknik, hubungan antara pribadi, gaji, kondisi kerja,
status, kebijaksanaan, tanggung jawab, prestasi, kemajuan, pekerjaan itu sendiri,
penghargaan, dan kesempatan berkembang pada karyawan yang ada pada
perusahaan. Menurut Ardana, Mujiati, dan Utama (2012:196), Frederick Herzberg
mengembangkan suatu teori yang disebut Teori Dua Faktor, yang terdiri dari:
A. Motivator factor
berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu
sendiri. Jadi berhubungan dengan job content atau disebut juga sebagai aspek
intrinsik dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:
26
•
Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas)
•
Recognition (penghargaan)
•
it self (pekerjaan itu sendiri )
•
Responsibility (tanggung jawab)
•
Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri)
•
Advancement (kesempatan untuk maju)
Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa
puas bagi karyawan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti
mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.
B. Hygiene factor
adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan; berhubungan
dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk
di sini adalah:
•
Working condition (kondisi kerja)
•
Interpersonal relation (hubungan antar pribadi)
•
Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan
pelaksanaannya)
•
Job security (perasaan aman dalam bekerja), pay (gaji), status (Jabatan)
•
Supervision technical (teknik pengawasan)
Herzberg juga menyatakan bahwa motivator menyebabkan seseorang untuk
bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan
hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan
menuju kearah tidak ada ketidakpuasan.
Hygiene factor dianggap sebagai sebuah landasan roket. ketika itu
dihancurkan atau dikurangi, maka kita tidak akan termotivasi atau dalam
keadaan biasa-biasa saja (no dissatisfaction). Ketika seseorang berada dalam
keadaan dissatisfaction dan demotivasi, diberikan hygiene factors sehingga dia
berada dalam keadaan no dissatisfaction, tapi tidak termotivasi. Dan untuk
mencapai positive satisfaction dan motivation, maka perlu diberikan motivator
factors. Menurut George dan Jones (2005:177) bahwa seseorang bisa saja
terdorong oleh motivasi ekstrinsik ataupun intrinsik. Tetapi ketika seorang
karyawan lebih terdorong oleh motivasi ekstrinsik, perusahaan harus bisa
27
membuat hubungan yang jelas antara apa yang perusahaan ingin karyawan
lakukan dengan reward atau penghargaan yang ingin didapatkan oleh karyawan.
Herzberg meyakini bahwa para manager harus memotivasi karyawan dengan
mengadopsi pendekatan demokratis untuk memanajemen dan memperbaiki
lingkungan dan isi dari pekerjaan yang spesifik. Beberapa metode yang mungkin
dapat digunakan manager untuk mencapai hal tersebut adalah:
1. Job Enlargement, para pekerja diberikan variasi tugas yang lebih tinggi
yang mungkin membuat pekerjaan tersebut lebih menarik.
2. Job
Enrichment,
melibatkan
pekerja
untuk
diberikan
cakupan
tantangatugas yang lebih luas, kompleks, menarik, dan meliputi suatu unit
yang lengkap. Herzberg berpendapat bahwa dengan melakukan tugas
yang bervariasi tidak selalu mengakibatkan timbulnya motivasi. Tidak
seperti memberi karyawan tugas-tugas tambahan dengan kesulitan yang
sama (horizontally loading), vertically loading terdiri dari pemberian
tanggung jawab yang lebih besar kepada para pekerja.
3. Job Rotation, memindahkan posisi kerja secara bergiliran dari satu
tempat ke tempat yang lain, dengan tujuan pemerataan kemampuan dan
menghindarai kemonotonan.
Salah satu hal yang menarik dari teori ini adalah dalih yang dikemukakan
Herzberg bahwa kepuasan dan ketidakpuasan bukan merupakan dua hal yang
berada dalam satu kontium. Kontribusi utama dari Herzberg adalah
meningkatkan kepekaan manajer atau pimpinan organisasi terhadap fakta
bahwa memperlakukan anggota organisasi secara baik semata berjumlah
cukup untuk memotivasi mereka. Pimpinan organisasi harus dapat
memanfaatkan kemampuan, keterampilan, dan bakat dari anggota organisasi
melalui menantang dan menggairahkan dan memenuhi “sense of achievement
recognition and growth”.
2.1.5.2 Tujuan Motivasi
-
Meningkatkan moral dan kepuasan seseorang
-
Meningkatkan produktivitas seseorang
-
Mempertahankan kestabilan seseorang
-
Mengingkatkan kedisiplinan seseorang
28
-
Mengefektifkan pengadaan seseorang
-
Menciptakan suasana dan hubungan yang baik
-
Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi seseorang
-
Meningkatkan kesejahteraan seseorang
-
Mempertinggi rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugasnya
(Hasibuan, 2012:146).
2.1.5.3 Fungsi motivasi
Menurut Sardiman (2011: 85) ada beberapa fungsi-fungsi dari terwujudnya
suatu motivasi yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.1.5.4 Sumber Motivasi
Menurut Suwatno (2011:175), sumber motivasi bisa digolongkan menjadi
dua yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Jenis motivasi ini
timbul dalam diri individu atas dasar kemauan dari diri sendiri tanpa ada
paksaan dari orang lain.
29
2) Motivasi Ekstrisik
Motivasi ekstrisik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi
karena adanya perangsan dari luar. Motivasi ekstrisik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak berkaitan dengan
dirinya. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu.
2.1.5.5 Metode Motivasi
Menurut Hasibuan (2011: 149) ada dua metode motivasi yaitu motivasi
langsung dan tidak langsung.
a. Motivasi langsung (Direction Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmaterial) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya. Jadi siftanya khusus, seperti pujian,
penghargaan, tunjangan, dan bonus.
b. Motivasi tidak langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah seseorang atau
kelancaran tugas sehingga seseorang betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya.
2.1.5.6 Proses Motivasi
Proses motivasi kerja diawali dengan rasa kekurangan kebutuhan, yang
menggerakkan untuk mendapatkan sesuatu sehingga timbul suatu proses pencarian,
kemudian orang memilih rangkaian tindakan tersebut. Menurut Hasibuan
(2012:150), proses motivasi yaitu:
a. Tujuan
Dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi,
kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan tersebut.
b. Mengetahui kepentingan
Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan karyawan
dan
tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.
30
c. Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif
dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya
dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhinya.
d. Integrasi tujuan
Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk
memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan
adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi dan tujuan
karyawan harus disatukan.
e. Fasilitas
Manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan
dan
individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, misalnya memberikan bantuan kepada salesman.
f. Teamwork
Manajer harus menciptakan teamwork yang terkoordinasi baik yang dapat
mencapai tujuan perusahaan. Teamwork (kerjasama) ini penting karena dalam
suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
2.1.6 Kinerja Karyawan
Hal utama atau landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah
kinerja. Karena jika tidak ada kinerja pada organisasi, maka tujuan yang di inginkan
tidak dapat tercapai. Dalam suatu organisasi atau perusahaan memahami kinerja
sendiri merupakan hal penting bagi setiap karyawan, dan memahami kinerja
karyawan adalah satu unit hal penting bagi setiap manajer. Kinerja perlu dijadikan
sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer. Kinerja secara formal
didefinisikan sebagai nilai dari himpunan perilaku karyawan yang berkontribusi, baik
positif atau negatif, untuk pencapaian tujuan suatu organisasi. Definisi kinerja ini
meliputi perilaku yang berada dalam kendali karyawan secara individual, tetapi
menempatkan batas yang perilaku yang relevan atau tidak ada pada kinerja pekerjaan
Menurut August W. Smith (dalam Suwatno, 2011:196) mengemukakan
bahwa: “performance is output derives from processes, human otherwise”.
Pernyataan ini mempunyai makna bahwa kinerja merupakan penilain yang berkaitan
31
dengan perilaku nyata yang ditampilkan dan hasil dari proses yang dilakukan oleh
manusia.
Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar
atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Menurut Mangkunegara (2011:67), kinerja
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang
dicapai sumber daya manusia atau para karyawan per satuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2.1.6.1 Elemen untuk Mengukur Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson (2011:378), kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum
untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut:
1. Kuantitas dari hasil
Jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif
melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini
berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas dari hasil
Mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran
mencerminkan
pengukuran
tingkat
kepuasan,
yaitu
seberapa
baik
penyelesaiannya.Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
3. Ketepatan waktu dari hasil
Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan secara optimal. Penundaan
penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar dan
kerugian.
4. Kehadiran atau absensi
Tingkat kehadiran merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur sebuah
perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi karyawan pada perusahaan.
5. Kemampuan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat
meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan.
32
2.1.6.2 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson (2006:113) ada 3 faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan, yaitu:
1. Kemampuan Individu
Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat dan faktor
kepribadian. Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dimiliki
seorang karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan
interpersonal dan kecakapan teknis.
2. Usaha yang dicurahkan
Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja,
kehadiran dan motivasinya. Tingkat usahanya merupakan gambaran motivasi
yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Karyawan yang memiliki kemampuan yang tinggi namun tidak memiliki
upaya yang tinggi juga maka kinerja tidak akan menjadi baik.
3. Dukungan Orgaisasional
Dalam dukungan organisasional perusahaan menyediakan fasilitas karyawan
meliputi pelatihan dan pengembangan, peralatan, teknologi dan manajemen.
Berdasarkan hal-hal diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu
kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok
dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja menurut Mangkunegara (2011:67),
yaitu:
•
Human Performance
= Ability + Motivation
•
Motivation
= Attitude + Situation
•
Ability
= Knowledge + Skill
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan realita (knowledge + skill). Artinya, pegawai yang
mempunyai IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan
33
2. Faktor motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (satuan kerja).
2.1.6.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pegawai dikenal dengan istilah seperti performance rating,
performance appraisal, personnel assessment, employee evaluation merupakan suatu
kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap prestasi kerja karyawan.
Menurut Hasibuan (2012:87), penilaian kinerja kerja adalah menilai rasio
hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap
karyawan.
Menurut Yorder (dalam Hasibuan, 2012:88) menyatakan bahwa:
“personnel appraisals refers to the formal procedurs used in working organizations
to evaluate the personalities and contributions and potentials of group members”.
Pengertian penilaian kinerja kerja menurut Yorder di atas memiliki makna
bahwa penilaian kinerja kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam
organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan setra kepentingan bagi
pegawai.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
merupakan hasil evaluasi kualitas serta kuantitas hasil kerja yang dilakukan oleh
karyawan. Penilaian dilakukan berguna untuk menilai secara keseluruhan hasl kerja
karyawan, maka dari itu penilaian kinerja yang baik akan meningkatkan semangat
kerja karyawan.
2.1.6.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Hasibuan (2012:89) tujuan dan kegunaan penilaian prestasi kerja
adalah sebagai berikut:
3. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk
promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.
4. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
5. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
34
6. Sebagai dasar mengevaluasi program latihan dan keefektivan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasa, kondisi kerja,
dan peralatan kerja.
7. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada di dalam organisasi.
8. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga
dapat dicapai tujuan untuk mendapatkan performa kerja yang baik.
9. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan
(supervisor, manager, administrator) untuk mengobservasi perilaku
bawahan (subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan
bawahannya.
10. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan
di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
11. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
12. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan
dengan
demikian
bisa
sebagai
bahan
pertimbangan
agar
bisa
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
13. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian pekerjaan
(job description)
2.2
Penelitian Terdahulu
2.2.1 Hubungan Antara Variabel Pelatihan (X1) dan Kinerja Karyawan (Z)
Hasil studi penelitian yang dilakukan Sultana. A, dkk (2012) pada sektor
telekomunikasi di Pakistan, menyatakan R2 sebagai 0,501 yang berarti bahwa
50,1% variasi dalam kinerja karyawan dibawa oleh program pelatihan.
Pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja yang dapat
meningkatkan tingkat kompetensi individu dan organisasi. Hal ini dapat
membantu untuk mendamaikan kesenjangan antara apa yang harus terjadi dan
apa yang terjadi pada target yang diinginkan atau standard dan tingkat actual
pada kinerja. Kebutuhan pelatihan yang tepat berguna untuk mengatasi
menurunnya kinerja karyawan atau kinerja potensial. Hipotesis yang
mendasar menyatakan bahwa ada pengaruh positif dari pelatihan terhadap
kinerja karyawan dan menjelaskan pelatihan merupakan prediksi yang baik
35
bagi kinerja karyawan. Hal ini juga sejalan dengan hasil studi penelitian yang
dilakukan oleh Farooq. M, dan Aslam. M. K (2011) yang menggambarkan
bahwa adanya korelasi positif antara pelatihan dan kinerja karyawan sebagai r
= 0,233. Dengan demikian dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak
mungkin bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
tanpa pemanfaat terbaik dari sumber daya manusia, dan hanya bisa terjadi
ketika perusahaan mampu memenuhi pekerjaan karyawan kebutuhan yang
berkaitan dengan cara tepat waktu. Pelatihan adalah satu-satunya cara untuk
mengidentifikasi kebutuhan dirampas karyawan dan kemudian membangun
tingkat kompetensi yang dibutuhkan sehingga mereka dapat melakukan
dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2.2 Hubungan Antara Variabel Motivasi (Y) dan Kinerja Karyawan (Z)
Dalam
International Journal of Academic Research in Accounting,
Finance and Management Sciences dengan judul The Impact of the
Motivation on the Employee’s Performance in Beverage Industry of Pakistan
oleh Hashim Zameer, et al (2014), menyatakan bahwa para peneliti ini
memberikan sudut pandang mereka yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia dan kebutuhan manusia memainkan peran penting untuk memotivasi
karyawan organisasi apapun. Jika organisasi memenuhi kebutuhan dasar,
kebutuhan akan rasa aman, milik, kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
karyawan mereka maka kinerja karyawan dengan mudah meningkatkan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jika industri minuman (Coke,
Pepsi dan Gorment dll) memotivasi karyawan mereka dengan menggunakan
alat ini seperti pengayaan pekerjaan, keamanan kerja, gaji yang wajar dan
insentif tambahan lainnya maka kinerja karyawan secara otomatis meningkat
dan industri mencapai tujuan mereka dengan mudah dan dalam penelitian ini
juga dijelaskan jika manajemen puncak menempatkan fokus mereka pada
motivasi karyawan dengan baik maka akan terjadi peningkatan positif dalam
kinerja karyawan. Hal ini juga sejalan pada penelitian yang dilakukan Ogbeta
E. Mercy (2014) di Entrepreneurial Firms bahwa insentif keuangan sangat
memotivasi karyawan. Bertemu harapan dan memperoleh imbalan akan
membuat karyawan mengerahkan usaha ekstra dalam bekerja. Namum pada
penelitian ini dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang liberal, demokratis,
36
dan karyawan yang bersangkutan adalah gaya yang paling disukai oleh
karyawan dan ini akan memotivasi karyawan terhadap peningkatan kinerja
dan dengan demikian tujuan perusahaan dapat dicapai secara optimal.
2.2.3 Hubungan Antara Variabel Lingkungan Kerja (X2) dan Kinerja
Karyawan (Z)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nina Munira Naharuddin dan
Mohammad Sadegi (2013) pada karyawan Mizayu Malaysia Sdn. Bhd. HeadQuarters, Stamping Plant, dan Tooling Plants menyatakan bahwa faktor
lingkungan kerja memainkan peran penting terhadap kinerja karyawan.
Faktor lingkungan tempat kerja memberikan dampak besar kepada karyawan
baik terhadap hasil negatif atau hasil positif. ketika karyawan secara fisik dan
emosional memiliki keinginan untuk kerja, maka hasil kinerja mereka akan
meningkat. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa dengan memiliki
lingkungan tempat kerja yang tepat, hal ini membantu dalam mengurangi
jumlah ketidakhadiran dan dengan demikian dapat meningkatkan kinerja
karyawan yang akan mengarah ke meningkatnya jumlah produktivitas di
tempat kerja. Ada beberapa hal positif yang mempengaruhi ketika
menerapkan lingkungan kerja yang tepat strategi seperti desain mesin, desain
pekerjaan, lingkungan dan desain pada fasilitas yang ada di perusahaan atau
organisasi tersebut. Namun berbeda hal nya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Emmanuel Majekodunmi Ajala (2012) pada pemerintahan di Ondo State
yang melibatkan 3 sektor yaitu pada Electricity Board, Waste Disposal
Board, dan Hospital Manajemen Board yang menyatakan bahwa lingkungan
kerja yang kondusif yang dapat membantu pelaksanaan pekerjaan yaitu
melihat
pada
adanya
pencahayaan
yang
memadai.
Hal
ini
akan
mempengaruhi keselamatan kerja dan mengurangi premi asuransi bagi
karyawan.
2.2.4 Hubungan Antara Variabel Pelatihan (X1) dan Motivasi (Y)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sadaf Zahra, dkk (2014) mengenai
pelatihan terhadap motivasi pada sektor industri menyatakan bahwa Pelatihan
karyawan adalah metode yang paling cocok untuk memodifikasi dan
mengelola keterampilan tenaga kerja sesuai dengan tujuan organisasi dan
untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Organisasi kinerja
selalu tergantung pada kinerja karyawan, sehingga pelatihan juga memainkan
37
peran penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan, kepuasan dan
komitmen. Pelatihan merupakan bentuk investasi yang membutuhkan lebih
banyak waktu, tenaga dan uang tetapi investasi ini memberikan manfaat
jangka panjang bagi kedua organisasi dan karyawan. Pada sektor ini pelatihan
merupakan kegiatan awal yang diterapkan oleh perusahaan. Efektivitas
pelatihan benar-benar tergantung pada efektivitas dan pelaksanaan yang
benar dari modelnya. Model Pelatihan menghemat waktu dan usaha dan
menetapkan arah untuk mengikuti untuk melakukan pelatihan. Proses
Pelatihan hanya dapat berhasil bila peserta termotivasi untuk belajar dan
unggul pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Sesuai dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan bahwa pelatihan mempunyai hasil yang
signifikan terhadap motivasi, maka adanya sebuah pelatihan akan
mempengaruhi munculnya sebuah motivasi dalam diri karyawan. Sama
dengannya hal yang dikatakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Farhan Akhtar, dkk (2011) mengenai pelatihan terhadap motivasi
pada sektor perbankkan menyatakan bahwa pelatihan bagi karyawan dari
sebuah organisasi dianggap sangat penting untuk mencpai keunggulan dan
kompetensi. Karena pelatihan memiliki dampak yang positif terhadap
motivasi. Namun adanya perbedaan dari penelitian sebelumnya, pada
penelitian ini yang dilakukan di sektor perbankkan, kebutuhan dan
pentingnya pelatihan pada karyawan ditandai dengan terlihatnya semangat
yang rendah dan stres kerja tinggi yang dialami oleh para karyawannya.
2.2.5 Hubungan Antara Variabel Lingkungan Kerja (X2) dan Motivasi (Y)
Penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Motivasi
Kerja Pegawai Bagian Sekretariat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sumatera Barat yang diteliti oleh Sari Andamdewi (2012)
menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja
dengan motivasi kerja yang menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja
yang kondusif memungkinkan pegawai bekerja dengan motivasi yang tinggi.
Pegawai akan bekerja dengan tekun, bersemangat, dan bertanggung jawab
serta memiliki displin kerja yang tinggi sehingga hasil kerja optimal. Namun,
sebaliknya lingkungan kerja yang kurang kondusif akan membuat pegawai
merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga hasil kerjanya kurang
38
memuaskan. Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian korelasional yang
melibatkan 40 responden dari pegawai bagian sekretariat Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Sumatera Barat. Hasil perhitungan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antara lingkungan kerja dengan motivasi kerja
adalah signifikan yaitu rhitung = 0,412 > rtabel = 0,312 pada taraf
kepercayaan 95%. Dari hasil terssebut terdapat hubungan yang berarti antara
lingkungan kerja dengan motivasi kerja pegawai Bagian Sekretariat Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Barat. Seiring dengan
kesimpulan di atas karena terdapat hubungan yang berati antara lingkungan
kerja dengan motivasi kerja pegawai, maka diharapkan kepada pemimpin
yang terkait untuk memberikan perhatian pada peningkatan lingkungan kerja
guna meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga tujuan dari organisasi
dapat tercapai dengan baik.
2.2
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti masalah yang terdapat di Perusahaan
dengan judul penelitian, “Analisis Pengaruh Pelatihan dan Lingkungan Kerja
Terhadap Motivasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Aerofood Indonesia”. Peneliti menunjukkan bahwa pelatihan dan lingkungan kerja
sebagai variable independent (X1, X2) atau variable yang memengaruhi motivasi (Y)
serta dampaknya terhadap kinerja karyawan sebagai variable Dependent (Z) atau
variable yang dipengaruhi.
Berdasarkan teori yang dikemukakan dalam topik sebelumnya, maka dapat
disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
(X1)
(Z)
Pelatihan
(Y)
Motivasi
Lingkungan Kerja
(X2)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penelitian 2014
Kinerja Karyawan
39
2.3
Rancangan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan dan kerangka pemikiran yang
sudah dijelaskan diatas, maka selanjutnya akan dilakukan untuk menyusun hipotesis.
Menurut Sekaran (2014:135) mengemukakan pengertian hipotesis adalah hubungan
yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat
simpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
dan harus diuji secara empiris melalui penelitian ilmiah. Hipotesis akan dinyatakan
ditolak atau diterima. Pada penelitian ini terdapat empat variabel yang akan di uji.
Keempat variabel tersebut yaitu :
X1
: Pelatihan
X2
: Lingkungan Kerja
Y
: Motivasi
Z
: Kinerja Karyawan
Hipotesis penelitian ini berdasarkan rumusan masalah:
1. Ho
: Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap motivasi pada PT. Aerofood
Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh pelatihan terhadap motivasi pada PT. Aerofood
Indonesia Jakarta.
2. Ho
: Tidak ada pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
3. Ho
: Tidak ada pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap
motivasi pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi
pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta.
4. Ho
: Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta
40
Ha
: Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
5. Ho
: Tidak ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
6. Ho
: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aerofood Indonesia Jakarta.
7. Ho
: Tidak ada pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan melalui motivasi pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta.
Ha
: Ada pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan melalui motivasi pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta.
Download