Juhana, Peran Lingkungan Kerja

advertisement
Majalah Bisnis dan Iptek Vol.7, No.
1, AprilPeran
2014, 29-39
Juhana,
Lingkungan Kerja 2014
PERANAN LINGKUNGAN KERJA DALAM
MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA
Dudung Juhana
STIE Pasundan Bandung
Email: [email protected]
Abstract
The role of human resources at this time a scourge and a central issue because it is a
very large assets and priceless (unvaluable assets) as well as determining the company's
development in the future. Agencies or institutions always tried to encourage and
empower its resources, including human resources, it is intended that this will spur the
empowerment resources and provide a positive impact on the development and progress
of the institution or institutions concerned. Working environment and job satisfaction are
variables that also affect the performance.
Keywords: work environment; job satisfaction
Abstrak
Peranan sumber daya manusia pada saat ini menjadi momok dan isu yang sentral karena
ia merupakan assets yang sangat besar dan tak ternilai (unvaluable assets) serta
menentukan pembangunan perusahaan dimasa yang akan datang. Lembaga atau institusi
selalu berusaha untuk memacu dan memberdayakan sumber-sumber yang dimilikinya
termasuk sumber daya manusia, hal ini dimaksudkan agar pemberdayaan sumber ini akan
memacu dan memberi imbas positif terhadap perkembangan dan kemajuan institusi atau
lembaga yang bersangkutan. Lingkungan kerja dan kepuasan kerja merupakan variabel
yang juga berpengaruh terhadap kinerja.
Kata kunci: lingkungan kerja; kepuasan kerja
1. Pendahuluan
Peranan sumber daya manusia pada saat ini menjadi momok dan isu yang sentral karena
ia merupakan assets yang sangat besar dan tak ternilai (unvaluable assets) serta
menentukan pembangunan perusahaan dimasa yang akan datang. Lembaga atau institusi
selalu berusaha untuk memacu dan memberdayakan sumber-sumber yang dimilikinya
termasuk sumber daya manusia, hal ini dimaksudkan agar pemberdayaan sumber ini akan
memacu dan memberi imbas positif terhadap perkembangan dan kemajuan institusi atau
lembaga yang bersangkutan.
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
29
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
Lingkungan kerja dan kepuasan kerja merupakan variabel yang juga berpengaruh
terhadap kinerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003)
yang menyebutkan bahwa ada beberapa yang mempengaruhi lingkungan kerja, yakni ;
kesehatan, jaminan keamanan, pelayanan, pola komunikasi, dan fasilitas kerja.
Sementara terkait dengan kepuasan kerja (job satisfaction), Robbins (2003 : 91)
mendefinisikan bahwa: ” Kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaan seseorang dengan tingkat kepuasan tinggi menunjukkan sikap yang
positif terhadap pekerjaannya, orang yang tidak puas dengan pekerjannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.”
2. Masalah
Bagaimana peranan lingkungan kerja dalam meningkatkan kepuasan kerja
3. Pembahasan
Pengertian Lingkungan Kerja
Sesuai dengan urutan fungsi operasional dari manajemen sumber daya manusia, maka
fungsi operasional yang terakhir adalah pemeliharaan, bagaimana memelihara dan
mempertahankan pegawai. Salah satu satu indikator yang dapat digunakan untuk
memelihara dan mempertahankan pegawai tersebut adalah dengan memberikan kondisi
lingkungan kerja yang nyaman, aman dan tentram serta kondusif kepada setiap pegawai.
Manusia sebagai makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungannnya dimana ia
berada. Bila kita berada di suatu lingkungan tertentu, maka kita akan merasakan suatu
suasana yang berbeda dengan lingkungan lainnya, misalnya kita berada di lingkungan
pegunungan, pantai dan lain sebagainya. Fisik maupun psikologis kita akan merasakan
suasana lingkungan yang berbeda satu sama lain yang masing-masing memiliki sifat dan
karakter yang berbeda pula. Sedamayanti (1996), bahwa pengertian lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Sedangkan
Nitisemito (1996) mendefinisikan kondisi lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang
ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan.
Yang dimaksud lingkungan kerja disini bukan hanya lingkungan sekitar dimana ia
bekerja, melainkan juga termasuk alat, perkakas, metode kerja, penataan pekerjaan baik
sebagai orang seorang (individu) maupun dengan rekan sekelompok kerjanya, semuanya
itu tentu harus diperhatikan dengan watak orang, kecakapan, kapasitas, dan
keterbatasannya. Maka kondisi lingkungan kerja disini ada hubungannya dengan manusia
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
30
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
serta peralatan dan perlengkapan yang digunakannya sehubungan keinginan bekerja
dengan rasa aman, nyaman, tentram, dan suasana yang kondusif. Terkait dengan
lingkungan kerja, perasaan bosan dan jenuh merupakan kondisi yang kontra produktif dan
dapat menurunkan kinerja karyawan karena berpotensi menimbulkan rasa stress atau
lebih popoler dikenal dengan intilah burnout. Burnout adalah kondisi stress yang dialami
individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi ditandai
dengan kelelahan fisik, mental dan emosional serta rendahnya penghargaan terhadap diri
sendiri yang mengakibatkan individu terpisah.
Pada dasarnya burnout dapat terjadi pada setiap orang, khususnya karyawan pria dan
wanita. Hal tersebut terjadi karena setiap manusia tentu mengalami tekanan-tekanan yang
diperoleh dalam kehidupan, khususnya dalam menjalani pekerjaan. Secara umum pria
lebih mudah mengalami burnout daripada wanita. Hal ini dikarenakan tidak mengalami
peringkat tekanan seperti yang dihadapi oleh seorang pria, yang dapat disebabkan karena
adanya perbedaan peran, misalnya dalam hal kerja, bagi seorang pria “kerja” adalah suatu
hal yang mutlak untuk menghidupi keluarganya, namun tidaklah demikian bagi seorang
wanita, wanita boleh bekerja atau tidak, jadi bukan merupakan suatu keharusan (Gibson,
dkk., 1987). Sebaliknya dengan pendapat di atas, penelitian lain menyimpulkan bahwa
ternyata wanita memperlihatkan frekuensi lebih besar untuk mengalami burnout daripada
pria, yang disebabkan seringnya wanita merasakan kelelahan emosional (Schultz and
Schultz, 1994). Hal ini disebabkan karena pria dan wanita berbeda bukan secara fisik,
tetapi juga sosial dan psikologisnya dan mempunyai cara yang berbeda dalam
menghadapi masalahnya.
Burnout dapat diatasi sesuai dengan tingkat psikologi individu masing-masing. Berikut
ini 8 (delapan) cara yang efektif dalam mengatasi burnout :
1. Ciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Suasana ini dapat dikondisikan
misalnya dengan mendengarkan alat musik yang bisa menambah motivasi dalam
bekerja dan membuat ruang kerja yang menyengkan dengan menempelkan kata-kata
yang positif yang dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.
2. Selalu menjaga hubungan baik dengan rekan kerja. Langkah ini ditempuh dengan
maksud untuk membantu dan menemukan solusi dari masalah dan sekaligus dapat
berbagi cerita ketika mendapat kesulitan didalam pekerjaan.
3. Menjaga pola hidup sehat. Yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidur
dan olahraga yang cukup.
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
31
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
4. Mengatur ritme aktivitas yang mengakibatkan stess dan rendah. Misalnya
menyelipkan mengobrol santai ditengah padatnya rapat, lobi, dan kesibukan yang
lain.
5. Buatlah orang lain tertawa. Cara ini sangat jitu ketika anda mulai menghadapi burn
out. Dari berbagai penelitian mengatakan bahwa tertawa dapat mencegah anda dari
stress yang bekepanjangan.
6. Keluar dari rutinitas sehari-hari. Temukan cara-cara yang berbeda dalam
memandang suatu pekerjaan, misalnya mengerjakan pekerjaan yang biasa anda
lakukan dengan cara yang baru dan menyenangkan.
7. Berfikir positif. Salah satu tindakan dengan penerimaan diri dan orang lain akan
membentuk kesadaran terhadap dunia kerja yang digelutinya. Berfikir positif akan
membentuk stabilitas dan ketahanan diri terhadap hal-hal yang dapat merusak citra
dan kematangan emosi.
8. Cintai pekerjaan anda. Pekerja workaholic sangat mencintai pekerjaannya. Cintailah
pekerjaan, dengan demikian beban dan dampak depresi dari pekerjaan yang
menumpuk tidak akan mempengaruhi psikis dari karyawan. Tidak perlu menjadi
seorang workaholic, mencintai pekerjaan juga menumbuhkan rasa percaya diri diri
bahkan motivasi karyawan untuk melakukan tugas dengan baik.
Begitu besar pengaruh suatu lingkungan dapat mempengaruhi fisik maupun psikologis
seseorang, demikian halnya dengan lingkungan kerja dalam suatu instansi/institu, dimana
kondisi lingkungan kerja yang baik akan memberikan rasa puas pada pegawainya.
Bermula dari rasa puas tersebut akan dapat meningkatkan kreativitas, semangat dan
motivasi mereka dalam bekerja, tetapi apabila kondisi lingkungan kerja tersebut tidak
kondusif atau kurang memuaskan pegawai maka akan terjadi adalah sebaliknya, semangat
dan motivasi mereka yang akhirnya akan menurunkan prestasi kerja mereka.
Komponen dan Faktor Lingkungan Kerja
Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu bahwa lingkungan yang baik dan kondusif
dapat memacu kreativitas dan motivasi pegawai untuk bekeraja lebih produktif dan
efesien. Menurut Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003), faktor lingkungan kerja sangat
menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan kerja
dimaksud antara lain : 1). kesehatan, 2). jaminan keamanan, 3). pelayanan, 4). pola
komunikasi, dan 5). fasilitas kerja.
Sekalipun jika faktor lingkungan kerja kurang menunjang, maka bagi pegawai yang
memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik
sebenarnya ia masih tetap (eksis) dapat berprestasi dalam bekerja.
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
32
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
Kondisi lingkungan kerja yang baik memiliki peranan penting dalam rangka memberikan
kepuasan terutama dalam menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan
mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan pekerjaan yang baik bagi para pegawai.
Adapun uraian dari masing-masing faktor lingkungan kerja dimaksud adalah sebagai
berikut :
1). Kesehatan, untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan kerja seperti yang diharapkan
maka perlu diperhatikan dan dipelihara kesehatan para pegawai. Kesehatan ini
menyangkut kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Kesehatan pegawai dapat
terganggu karena penyakit, stress (ketegangan) maupun kecelakaan. Kesehatan
pegawai yang rendah atau buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi
yang tinggi dan produktivitas yang rendah, mangkir karena urusan pribadi dapat
diatasi dengan relatif mudah akan tetapi tidak masuk kerja karena penyakit membawa
dua kali lipat kerugian bagi instansi tempat bekerja, kerugian dalam waktu kerja dan
biaya untuk mengatasi penyakit tersebut.
2). Jaminan keamanan pegawai, jaminan keamanan kerja merupakan fungsi manajemen,
keamanan (security) berarti bebas dari musibah, ancaman bahaya dan bebas dari
kecelakaan. Instansi memperhatikan hal ini untuk memberikan kondisi kerja yang
lebih aman dan lebih sehat, serta menjadi tanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
tersebut. Bidang keamanan dan keselamatan kerja memerlukan seorang ahli
spesialisasi di bidangnya, oleh karena itu teknisi keamanan dan para dokter perlu
digunakan oleh instansi yang bersangkutan. Mereka bertanggung jawab atas
pemeliharaan peraturan-peraturan keamanan, standar-standar, pencatatan, pelaporan
kecelakaan yang harus diperhitungkan biaya kecelakaan dan pencegahannya, sebab
kedua faktor ini mempengaruhi biaya jaminan kesehatan, seperti Askes, pengobatan,
dan lain lain.
3). Pelayanan yang ditawarkan, segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik atau pelanggan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan (KEMENPAN No. 63/KEP/ MPAN/7/2003) serta memiliki kemampuan
untuk membantu para pelanggan.
4). Komunikasi, proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian dari seseorang
kepada orang lain dengan harapan orang lain tersebut dapat menginterprestasikannya
sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Saluran komunikasi arah ke atas (vertical) yang
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
33
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
merupakan komunikasi bawahan kepada atasan, dan saluran komunikasi arah ke
bawah (horizontal) yang digunakan oleh atasan kepada bawahannya.
5). Fasilitas, penyelenggara aparatur pemerintah menyediakan kemudahan-kemudahan
atau fasilitas yang dianggap perlu, sebagai penunjang aktivitas kerja pegawai guna
meningkatkan prestasi kerja, dengan demikian pegawai dapat merasa puas atau betah
bekerja.
Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai
yang berlaku dalam diri setiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka
yakini seharusnya mereka terima (Robbin, 2003 : 78)
Greenberg dan Baron (2003 : 148) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif
atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu Gibson (2000
: 106) menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang
pekerjaan mereka. Hal ini merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan.
Kepuasan kerja merupakan merupakan respon afektif atau emosional terhadap berbagai
segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep
tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas
dengan salah satu atau lebih aspek lainnya.
Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya yang
timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan
terhadap salah satu pekerjaannya, penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam
mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih
menyukai situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.
Locke mencatat bahwa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan
ketidakpuasan kerja cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang
pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapanharapan untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur
penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
34
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh
individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan
kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan
bagi individu. Menurut Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas
terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung
bagaimana ia mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginankeinginannya dengan hasil keluarannya (yang didapatnya). Sehingga dapat disimpulkan
pengertian kepuasan kerja adalah sikap positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan
tingkah laku terhadap pekerjannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah salah satu nilai-nilai penting pekrjaan.
Teori Kepuasan Kerja
Teori kepusan kerja mencoba mengungkap apa yang membuat sebagian orang lebih puas
terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga mencari landasan
tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa tentang kepuasan
kerja yaitu :
1.
Discrepancy Theory (Teori Perbedaan),
Bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung pada Discrepancy antara should be
expectation, need or values dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya
telah dicapai atau diperoleh melalui pekerjaannya. Dengan demikian orang akan
merasa puas bila tidak ada perbedaan yang diinginkan dengan persepsinya atas
kenyataan, karena batas minimum yang yang diinginkan telah tercapai. Apabila yang
didapat ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi
puas lagi walaupun terdapat perbedaan, tetapi merupakan perbedaan yang positif.
Sebaliknya, semakin jauh kenyataan yang dirasakan itu di bawah standar minimum
sehingga menjadi negative perbedaan, maka akan semakin besar pula ketidakpuasan
seseorang terhadap pekerjaan.
2.
Equity Theory (Teori Keseimbangan)
Bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia akan
merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi, diperoleh orang
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
35
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor
maupun di tempat lain.
3.
Two Factor Theory (Teori Dua Faktor)
Dengan dua faktor tentang motivasi yang dimaksudkan adalah faktor yang membuat
orang merasa puas (satisfers) dan faktor yang membuat orang tidak puas
(dissatifers). Dalam pandangan lain, dua faktor yang dimaksudkan dalam teori
motivasi ini adalah adanya dua rangkaian kondisi. Kondisi pertama, dimana orang
merasa sehat dan faktor yang memotivasi (hygiene-motivators) dan faktor
ekstrinnsik dan instrinsik (extrinsic-intrinsic), sesuai dengan bagaimana cara
pandang orang yang membahasnya. Jika kondisi itu ada dan tidak diperhatikan,
maka orang itu tidak akan termotivasi, faktor-faktor itu meliputi: kondisi kerja,
status, keamanan kerja, mutu dari pengawas, upah, prosedur organisasi/perusahaan
dan hubungan antar personal. Kondisi kedua, yang digambarkan adalah serangkaian
kondisi instrinsik, kepuasan kerja yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan
menggerakkan
tingkat motivasi kerja yang kuat, sehingga dapat menghasilkan
prestasi yang baik. Apabila kondisi kerja tersebut tidak ada, maka kondisi tersebut
ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkai kondisi
itu biasa disebut sebagai motivator. Adapun faktor - faktor motivator dimaksud
yakni : (a) keberhasilan pelaksanaan, (b) tanggung jawab, (c) pengakuan, (d)
pengembangan, dan (e) pekerjaan itu sendiri.
Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2001 :
225) yaitu sebagai berikut :
a.
Pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan
pada individu untuk memenuhi kebutuhannya..
b.
Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan
mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh
individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang
akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas
harapan..
c.
Pencapaian nilai (Value attainment)
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
36
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan yang memberikan pemenuhan
nilai kerja individual yang penting.
d.
Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlukan di tempat kerja.
e.
Kompnen genetik (Genetic components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan factor genetik. Hal ini
menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan
kepuasan kerja disamping karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja Faktor tersebut
diantaranya adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja).
Adapun uraian masing-masing adalah sebagai berikut :
a.
Gaji /Upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji
yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan
bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga
merupakan simbol dari pencapaian, keberhasilan, dan pengakuan/penghargaan.
Berdasarkan teori keadailan Adams, orang yang menerima gaji yang dipersepsikan
terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji
dipersepsikan adil berdasarkan tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat keteramplian
individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka
akan ada kepuasan kerja. Jika dinggap gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa
tidak puas. Tapi jika gaji dirasakan tinggi atau sesuai dengan harapan, pekerja tidak
lagi tidak puas, artinya tidak ada dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan
akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerja seseorang jika besarnya imbalan
disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
b.
Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable)
akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus
membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhankebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
c.
Hubungan kerja, terdiri atas ;
- Hubungan dengan rekan kerja
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
37
Juhana, Peran Lingkungan Kerja 2014
Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan
dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya (barang yang
setengah jadi) menjadi masukan bagi tenaga kerja lainnya. Misalnya pekerja
konveksi, hubungan antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang
berbentuk fungsional. Kepuasan kerja yang timbul karena mereka dalam jumlah
tertentu berada dalam suatu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi dan
dapat meningkatkan motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para
pekerjanya harus bekerja sebagai satu team, kepuasan kerja mereka dapat timbul
karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi
diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampat pada motivasi kerja.
- Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah rasa
(consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana atasan
membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi
tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada keterkaitan antar pribadi
yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya
mempunyai pandangan hidup yang sama.Tingkat kepuasan kerja yang paling
besar dengan atasan adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang
memiliki ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan
meningkat motivasinya dan sekiligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.
Referensi
Amstrong, Michael, 2003. The Art of HRD : Strategic Human Resources Management A
Guide Practice of Action to Strategic. Manajemen Sumber Daya Manusia. Panduan
Praktis untuk Bertindak. PT.Granesia Jakarta.
Budi Cantika Yuli Sri, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. UMM Press, Malang.
Delton Melville, 1995. Men Who Manage. New York, John Wiley and Son.
Edi Swasono Sri, dkk. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo, Jakarta.
Flippo Edwin B, 2005. Personality Management, Erlangga, Jakarta.
Gibson James Livancevich, John and Donnelly, James H. 2003. Organisasi,
Diterjemahkan oleh Agus Darma, Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung
38
Download