PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELING Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ade Ridwan NIM: 206081003963 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M i PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELING Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Ade Ridwan NIM: 206081003963 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP.19690203 200112 1 003 Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB NIP.19741127 200112 1 002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M ii Hari ini Kamis, Tanggal 5 Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ade Ridwan NIM: 206081003963 dengan judul Skripsi “PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY TERHADAP STRUCTURAL PROFITABILITAS: EQUATION MELALUI MODELING”. PENDEKATAN Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 05 Agustus 2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif Suhendra S. Ag., MM Ketua Amalia, SE., M.S.M Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli iii Hari ini Jumat Tanggal 17 September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ade Ridwan NIM: 206081003963 dengan judul Skripsi “PENGARUH TERHADAP STRUCTURAL CAPITAL STRUCTURE PROFITABILITAS: EQUATION DAN MACRO MELALUI MODELING”. ECONOMY PENDEKATAN Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 September 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi Prof. Dr. Ahmad Rodoni Pembimbing I Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB Pembimbing II Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli I Suhendra S.Ag., MM Penguji Ahli II iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Ade Ridwan 2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 07 Juli 1988 3. Alamat : Jl. Raya Puspiptek Kel. Buaran Rt. 02 Rw. 03 No. 35A Kec. Serpong Tangerang Selatan 15316 4. Telepon : 085697455318 II. PENDIDIKAN 1. SDN III Babakan Serpong Tahun 1994-2000 2. SMPN IV Puspitek Serpong Tahun 2000-2003 3. SMAN I Cisauk Tahun 2003-2006 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010 III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Sudirja. HN 2. Ibu : Halimah 5. Alamat : Jl. Raya Puspiptek Kel. Buaran Rt. 02 Rw. 03 No. 35A Kec. Serpong Tangerang Selatan 15316. v EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE AND MACRO ECONOMY TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELING ABSTRACT This study aims to examine the influence of capital structure on profitability and the macro economy through structural equation modeling approach. In this study used secondary data from financial reports from 19 automotive companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2004-2009 are actively traded. Determination of the samples was done by using purposive sampling method. For analyzing the test data conducted by Structural Equation Modeling (SEM) with the help of AMOS Version 18 applications. The results of this study indicate that the capital structure and the macro economy has a significant effect on profitability. Keywords: Capital Structural, Macro Economy, Profitability, and Structural Equation Modeling (SEM) vi PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELING ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh capital structure dan macro economy terhadap profitabilitas melalui pendekatan structural equation modeling. Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari 19 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2004-2009 yang aktif diperdagangkan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling purposive. Penganalisisan untuk pengujian data dilakukan dengan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan aplikasi program AMOS Versi 18. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa capital structure dan macro economy berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Kata kunci: Capital Structure, Macro Economy, Profitabilitas dan Struktural Equation Modeling (SEM). vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Capital Structure dan Macro Economy terhadap Profitabilitas: Melalui Pendekatan Structural Equation Modeling. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucap syukur alhamdulillah atas rahmat dan karunia yang diberikan Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Adik-adik penulis, Adinda Nur Khalifah, Dhesya Putri Ramadhani, dan Ananda Zidni Ilham yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Mereka merupakan telaga inspirasi yang tak pernah surut. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. 5. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. viii 6. Tim penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Abdul Hamid, MS; Suhendra S. Ag., MM; Amalia, SE., M.S.M. 7. Tim penguji ujian skripsi: Prof. Dr. Abdul Hamid, MS; Prof. Dr. Ahmad Rodoni; Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB; Suhendra S. Ag., MM. 8. Ika Caya Putri, yang selalu memberikan semangat dan motivasi baik penulis dalam keadaan susah maupun senang. 9. Kawan-kawanku Manajemen B 2006, Ardian Prima Haryoto, Nurrina, Anggi Permana, Ali Murtadlo, Aditya Yudhistira, Julfi Fajrihan, Rika Perdana Putri, Rhaina Amalia, Anggi Saputra, Nurul Faizah, Lia Marlia, Febrian Djaka Putra, Umar, Alamsyah, Renal, Kiki, Apung, Zakier, Faisal, Rosim, BK, Yadih, Teh Purwanti, Lutfi, Restu, yang telah memberikan dukungannya kepada penulis. 10. Dina Mardiana, yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga telah rela meminjamkan buku-bukunya kepada penulis. 11. Rekan-rekan Manajemen dan Akuntansi angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis. 12. Rekan-rekan di CV. Prasasti Indomedia, Moonpala, dan Bravo Production yang telah banyak memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Jakarta, 17 September 2010 Ade Ridwan ix DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………..…………..……………… i Lembar Pengesahan Skripsi ……………….………….……………… ii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….……………. iii Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……………….…………… iv Daftar Riwayat Hidup …………………………………….…………. v Abstract ……….…………………………………………….…….…... vi Abstrak ………………………………………………………….…..… vii Kata Pengantar ………………….…………………………………… viii Daftar Isi ……….………………..…………………………………… x Daftar Tabel …………………………………..……………………… xii Daftar Gambar …………………………………..…………………… xiii Daftar Lampiran ……………………………………………………... xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 7 TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Modal ……………………………………………... 10 B. Macro Economy ………...………………………………….. 28 C. Profitabilitas ............................................................................ 36 D. Penelitian Terdahulu .............................................................. 39 E. Kerangka Pemikiran ............................................................... 45 F. Hipotesis .............................………………………………… 46 x BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………….. 48 B. Metode Pengumpulan Sampel ……………………………… 48 C. Metode Pengumpulan Data ………………………………… 49 D. Metode Analisis Data ………………………………………. 50 E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………. 61 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan ….………........................ 64 B. Penemuan dan Pembahasan .................................................... 80 1. Analisis Data dengan Menggunakan Structural Equation Modeling ............................................................. 80 BAB V a. Menilai Identifikasi Model Structural ......................... 80 b. Menilai Kriteria Goodness of Fit ................................. 82 c. Menilai Identifikasi Model Structural ......................... 85 d. Menilai Kriteria Goodness of Fit ................................. 87 e. Kelayakan Parameter Estimasi .................................... 92 f. Evaluasi Multikolinieritas ........................................... g. Uji Discriminant Validity ............................................ 94 h. Hasil Estimasi Parameter ............................................. 96 93 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan …………………………………………............. 101 B. Implikasi ……………………………………………............. 102 Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 104 Lampiran-Lampiran ………………………………………………………. 107 xi DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 2.1 Penelitian Terdahulu ……………………………………. 42 3.1 Kriteria Uji Kesesuaian Model …………………………. 59 3.2 Tahapan Structural Equation Modelling ………..………. 61 4.1 Perusahaan Objek Penelitian …………..……………….. 69 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Long Term Debt ...……….. 70 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth .........………. 71 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio ......…. 73 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Debt to Assets Ratio ...……. 74 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Macro Economy .................. 76 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Profit Margin .……….......... 76 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Return On Equity ................. 78 4.9 Variable Counts ...........................………………………. 80 4.10 Parameter Summary .............……….…………………… 81 4.11 CMIN ....................................................………………… 82 4.12 RMR dan GFI ........................................………………… 82 4.13 RMSEA .................................................………………… 82 4.14 Standardized Regression Weights .............……………… 83 4.15 Variances ...............................................………………… 84 4.16 Variable Counts .....................................………………… 85 4.17 Parameter Summary ...............................……………...… 4.18 Nilai Modification Indices Pertama .......................……… 88 4.19 Nilai Modification Indices Kedua....................................... 89 4.20 Nilai Modification Indices Ketiga ….…………………… 91 4.21 Standardized Regression Weights .........………………… 92 4.22 Variances .............................................………………… 93 4.23 Sample Covariances ..............................………………… 94 4.24 Correlations ................................................……………… 96 4.25 Korelasi antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE …..…… 96 4.26 Regression Weights ................................………………… 96 xii 86 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ……………………………………... 46 4.1 Model SEM ……………………….............……………... 80 4.2 Model Sem dengan Nilai Konstrain .....……………..…... 4.3 Model SEM dengan Nilai Goodness of Fit ....………..….. 87 4.4 Model SEM Perbaikan dengan MI Pertama ...………..…. 89 4.5 Model SEM Perbaikan dengan MI Kedua ...………..….. 90 4.6 Model SEM Perbaikan dengan MI Ketiga ...………..….. 91 xiii 85 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan 1 Statistik Deskriptif 2 Hasil Analisis Data dengan Structural Equation 3 Halaman 107 Modeling (SEM) 112 Laporan Keuangan Perusahaan 122 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, semakin banyak perusahaan sejenis yang bermunculan, hal ini menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif serta mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan akan terjadi dimasa mendatang baik itu perubahan perekonomian nasional, kemampuan pesaing, kondisi konsumen, maupun peraturan pemerintah. Oleh karena itu perusahaan harus tumbuh dan berjalan secara konseptual dan sistematis agar tercipta pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki sehingga perusahaan memiliki motifasi untuk menciptakan kemampuan bersaing. Agar tercapainya tujuan di atas, suatu perusahaan pasti dan akan membutuhkan adanya permodalan. Kita ketahui bahwasanya perusahaan dalam menjalankan kegiatannya selain menggunakan modal sendiri juga menggunakan modal dari luar atau pinjaman, apalagi perusahaan akan menjalankan program ekspansi dimana hal itu akan membutuhkan modal yang tidak sedikit dan akan sangat sulit terpenuhi apabila hanya mengandalkan modal sendiri, oleh karenanya diperlukan permodalan yang berasal dari luar perusahaan, namun hal tersebut akan menyebabkan 1 berubahnya struktur modal perusahaan, dengan adanya modal pinjaman atau modal dari pihak luar, bagi perusahaan akan menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang pokok, oleh sebab itu diperlukannya perhitungan yang matang untuk menentukan jenis dan besarnya pinjaman, sehingga apabila modal pinjaman tersebut digunakan dapat memberikan keuntungan dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya secara optimal. Selain itu, proporsi antara modal pinjaman dan modal sendiri juga harus tepat, karena jika modal pinjaman terlalu besar akan memperbesar pula risiko tidak terbayarnya beban tetap berupa bunga dan pinjaman pokok tanpa melihat apakah perusahaan sedang mengalami surplus atau deficit keuangan. Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, dikenal adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif, baik vertikal maupun horizontal. Aturan struktur finansial (struktur keuangan) konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (utang) dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanapun juga tidak melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1. Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan 2 dalam menanggung risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama didasarkan kepada “prinsip keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri (Nafarin, 2007:348). Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan atau usaha bisnis adalah untuk menciptakan profitabilitas, sehingga dapat digunakan untuk menciptakan kesejahteraan bagi para stakeholdernya. Dari hasil penjualan yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang semakin meningkat. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai profitabilitas. Faktor profitabilitas sangat penting karena menunjukan sejauh mana kemampuan bisnis tersebut menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa dalam perusahaan tersebut dapat melangsungkan hidupnya secara berkelanjutan. Riyanto (2005:29) mengemukakan bahwa bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas merupakan hal yang lebih penting dibanding dengan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan 3 kekayaan atau modal yang menghasilkan laba, oleh karena itu profitabilitas merupakan pencerminan dari efisiensi, dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi profitabilitasnya melalui efisiensi dari struktur modal perusahaan dengan memperhatikan situasi ekonomi makro yang sedang terjadi. Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas antara lain dilakukan oleh Chen, dkk (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, makro ekonomi dan risiko operasional dalam profitabilitas dengan objek penelitian pada industri asuransi jiwa yang berada di Cina. Dalam penelitian ini variabel yang dipergunakan meliputi variabel independent yakni variabel struktur modal, dengan indikator rasio kewajiban, rasio ekuitas dan reserve to liability ratio. Sedangkan untuk variabel dependennya adalah variabel profitabilitas dengan indikator Return On Assets (ROA) dan Profit Margin. Selain dua variabel tersebut Chen, dkk menambahkan variabel tersembunyi yaitu variabel macro economy dengan indikator pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Hasil dari pengujiannya menunjukan bahwa hubungan masing-masing antar variabel berpengaruh signifikan dalam arah yang positif pada industri asuransi jiwa yang berada di Cina. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh capital structure terhadap 4 profitabilitas dengan objek penelitian pada perusahaan yang tergabung dalam Perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel 11 perusahaan, dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi variabel independent (X) yaitu long term debt, size company, sales growth, debt to equity ratio dan debt to asset ratio, sedangkan untuk variabel dependennya (Y) yaitu dengan mengggunakan Return On Equity (ROE). Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh yang cukup signifikan dengan persentase sebesar 94,246% dari semua variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan uraian di atas dan mengacu pada hasil penelitian Chen, dkk (2009), Wirdiyanto (2009) maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai struktur modal dengan indikator long term debt, sales growth, debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR) dan Macro Economy dengan indikator inflasi dan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar yang nantinya akan digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dengan indikator Return On Equity (ROE) dan Profit Margin Ratio pada perusahaan industri Otomotif yang terdaftar di BEI pada periode 2004 – 2009. Seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009), penelitian ini memilih profitabilitas yang diukur dari rasio Return On Equity (ROE) karena rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001:124). 5 Higgins (1995:40) menyatakan bahwa “By far the most popular yardstick of financial performance among investors and senior managers is the return on equity”. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain adalah periode penelitian laporan keuangannya selama enam tahun yaitu dari tahun 2004 – 2009. Selain itu dalam jumlah variabel bebas yang diteliti juga ada perbedaan, dalam penelitian ini melibatkan variabel macro economy dan juga menambah satu indikator dalam variabel laten profitabilitas yaitu indikator rasio profit margin. Selain itu juga dalam penelitian ini menggunakan metode analisis yang berbeda yakni menggunakan metode analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Shen Chen et,al. Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO PROFITABILITAS: MELALUI ECONOMY PENDEKATAN TERHADAP STRUCTURAL EQUATION MODELING”. 6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah variabel-variabel struktur modal berdasarkan indikator long term debt, sales growth, Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009? 2. Apakah ada hubungan negatif antara variabel struktur modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009? 3. Apakah macro economy secara positif dapat mempengaruhi profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan merujuk pada masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk memberikan bukti empiris variabel-variabel struktur modal berdasarkan indikator long term debt, sales growth, Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap profitability pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004 - 2009. 7 b. Untuk memberikan bukti empiris hubungan negatif variabel struktur modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009. c. Untuk memberikan bukti empiris macro economy secara positif dapat mempengaruhi profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004 - 2009. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat sebagai berikut: a. Bagi pelaku bisnis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau bahan perbandingan, bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan dalam merencanakan, memanfaatkan dan mengendalikan struktur modal serta situasi ekonomi makro dengan bijak agar perusahaan dapat memaksimalkan laba dan profitabilitasnya. b. Bagi Akademisi, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai tambahan informasi variabel-variabel karakteristik struktur modal dan ekonomi makro yang digunakan dalam mempengaruhi profitabilitas suatu perusahaan. 8 c. Bagi Penulis, untuk memperdalam ilmu pengetahuan khususnya dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan serta menerapkan teoriteori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkannya dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan, serta untuk menambah wawasan mengenai variabel-variabel karakteristik struktur modal dan ekonomi makro yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1. Struktur Modal Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan susunan kualitatif pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilities dan equities akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu mengandung berbagai macam aspek. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 2009:19). Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2007:153), disebutkan bahwa: Ekuitas atau modal merupakan hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya modal berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang 10 terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian. Pada hakikatnya masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah keseimbangan keuangan di dalam perusahaan. Dengan demikian pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya. Menurut Riyanto (2001:14), pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1997:22), keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long term debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang terhadap modal ini akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan. Menurut Sartono (2001:240), struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Sedangkan menurut Riyanto (2001:22), struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pertimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut Gitman (2006:488), definisi struktur modal adalah sebagai berikut: 11 ”Capital Structure is the mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal adalah kombinasi dari penggunaan sumber dana yang digunakan oleh perusahaan baik itu berupa hutang maupun modal sendiri untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan tentang pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Menurut Riyanto (2001:238), struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen , yaitu : a. Modal Sendiri (Shareholder Equity) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber intern berasal dari keuntungan yang dihasilkan peerusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari modal saham dan laba ditahan. 1) Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari : 12 a) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. b) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. 2) Laba Ditahan Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian–kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap– tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup serta melindungi perusahaan dari 13 resiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi–investasi yang menghadapi resiko kerugian / kegagalan yang relatif besar. Karena suatu kerugian / kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. b. Modal Asing atau Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt) Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik. 1) Pinjaman Obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. 14 2) Pinjaman Hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Modal asing atau hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan untuk membayar kembali hutang atau bunganya akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau keseluruhan modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula 15 sebaliknya, para krediturpun dapat kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya dana/pinjaman dan bunganya. Karena segala macam bentuk yang ditanamkan didalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian. Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing / hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan didalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar. Pada umumnya, terdapat beberapa teori struktur modal yaitu terdiri dari: a. Teori Mudigliani dan Miller Setiap perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. 16 Struktur modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE. Penggabungan berbagai sekuritas yang berbeda pada perusahaan dikenal dengan struktur modal. Pilihan kombinasi pada sturktur modal adalah secara mendasar merupakan masalah pemasaran. Perusahaan dapat mengeluarkan lusinan kompinasi tak terhitung dari berbagai sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari kombinasi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan secar keseluruhan. Menurut Brealey dan Myers, terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal, yang dinamakan dengan proporsi I dan proporsi II. Rumus yang digunakan dalam proporsi II untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemilik modal dari penggunaan hutang dan ekuitas sebagai sumber dana adalah sebagai berikut: D rE = rA + (rA – rD) E Keterangan: - rE = expected return on equity - rA = expected return on assets - rD = expected return on debt - D = debt - E = equity 17 b. Trade-off Theory Model Trade-off Theory mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil tradeoff dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya agensi yang akan terjadi dengan penggunaan hutang tersebut (Maggison, 1997 dalam Wijaya, 2001). Model ini merupakan pengembangan dari teori Modiglani Miller mengenai Irrelevance Capital Structure Hipotesys. Trade-off Theory disebut juga dengan Balancing Theory yang dikemukakan oleh Brealey dan Myers (2003) menyatakan bahwa target hutang antara perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda. Pada prakteknya manajemen perusahaan berusaha membuat keseimbangan bauran sumber dana perusahaan pada struktur modal tertentu untuk menjaga resiko finansial perusahaan pada tingkat tertentu yang dianggap aman. Sejauh manfaat hutang masih lebih besar, hutang akan ditambah. Akan tetapi apabila risiko yang mucul akibat pengggunaan hutang yang lebih besar dibanding manfaat yang ada, maka hutang tidak boleh ditambah lagi. Model yang dinamakan tax shield tread-off model mengasumsikan bahwa struktur modal yang telah diobservasi adalah hasil dari pertukaran yang dilakukan oleh perusahaan individual akan keuntungan pajak dari penggunaan modal pinjaman yang meningkat 18 terhadap peningkatan yang parah dari agen biaya yang hasilnya sebagai level kritis dari pendekatan rasio modal pinjaman. Target struktur modal dimana jumlah utang yang optimal ditentukan oleh trade-off antara manfaat dan kerugian penggunaan hutang. Menurut teori ini, jumlah hutang akan mencapai titik optimal pada saat marginal benefit of debt sama dengan marginal cost of debt. Dalam teori ini disebutkan bahwa manfaat utama hutang yaitu: 1) Biaya bunga sebagai pengurang dalam perhitungan laba kena pajak. 2) Meningkatkan ROE lebih tinggi, karena jumlah modal sendiri yang ditanam lebih sedikit. c. Pecking Order Theory Hipotesis pecking order theory menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar deviden dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan membutuhkan dana eksternal, maka akan lebih memilih hutang sebelum external equity (Myers, 1984 dalam Kaaro, 2003). Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Hutang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedangkan external equity diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori pecking order, maka investasi dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu. Kemudian baru diikuti dengan penerbitan hutang yang terdiri 19 atas hutang bebas resiko (risk free debt) dan hutang beresiko (risk debt) setelah hutang tidak mencukupi, maka langkah terakhir denga penerbitan saham (ekuitas) baru. Hal tersebut dilakukan guna memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh manajer keuangan dalam menentukan struktur modal perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh langsung pada posisi keuangan perusahaan tersebut. Faktor – faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan menurut Weston dan Brigham (2001:39) adalah : a. Stabilitas Penjualan. Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b. Struktur Aktiva. Struktur aktiva menurut Riyanto (2001:22) adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Weston dan Copeland (1997:175), perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup hutangnya. Sebaliknya perusahaan yang 20 sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak terlalu tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. c. Leverage operasi. Jika hal–hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil. d. Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern (misalnya obligasi) yang lebih besar. Alasan menggunakan obligasi adalah karena biaya emisi saham biasanya lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya pengeluaran obligasi (Weston dan Brigham, 2001:173). e. Profitabilitas. Tingkat profitabilitas merupakan masalah yang penting disamping laba suatu perusahaan, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan profitabilitas yang diperoleh dengan modal yang digunakan. 21 f. Pajak. Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang. g. Pengendalian. Menurut Weston dan Copeland (2001:175), pemilik perusahaan yang tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan mungkin akan memilih menggunakan hutang. Apabila perusahaan menerbitkan saham baru maka proporsi kepemilikan pemegang saham yang lama akan berkurang, kecuali pemilik dapat membeli saham baru tersebut dengan proporsi yang sama. Masalahnya adalah kemungkinan pemegang saham lama memang tidak mempunyai uang yang cukup, padahal perusahaan memerlukan tambahan dana. h. Sifat Manajemen. Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Apabila manajemen lebih menyukai adanya risiko dalam berbisnis maka cenderung manajemen tersebut akan menggunakan hutang lebih besar. Begitupun sebaliknya, jika suatu manajemen lebih menghindari risiko maka manajemen tersebut cenderung akan menggunakan hutang yang relative sedikit (Weston dan Brigham, 2001:175). 22 i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat. Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor–faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. j. Keadaan Pasar Modal. Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan. Keadaan pasar modal bias mempengaruhi jenis sekuritas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana (Weston dan Brigham, 2001:177). k. Kondisi Internal Perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang dari pada mengeluarkan saham. l. Fleksibilitas Keuangan. Fleksibelitas keuangan adalah kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dan dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa pentediaan modal yang mantap diperlukan untuk mendukung factor yang sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Oleh karena itu, kemampuan tersedianya dana dimasa yang akan dating dan 23 konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap struktur modal (Weston dan Brigham, 2001:178). Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu: a. Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt) Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang dengan jangka waktu panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik. 1) Pinjaman Obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. 2) Pinjaman Hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi 24 kewajibannya,barang itu dapat dijual dan hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Modal asing atau hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya, oleh karena itu kegagalan untuk membayar kembali hutang atau bunganya akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau keseluruhan modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula sebaliknya, para krediturpun dapat kehilangan kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya dana atau pinjaman dan bunganya. Karena segala macam bentuk yang ditanamkan didalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian. 25 Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan didalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar. b. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. c. Debt To Equity Ratio (DER) DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders equity yang dimiliki suatu perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang 26 saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, tentunya hal ini menarik bagi investor karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan tersebut cukup besar, hal ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Total Hutang Debt to Equity Ratio = x 100% Owner Equity d. Debt To Asset Ratio (DAR) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar danhutang jangka panjang serta jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini menunjukan beberapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutan. Debt to asset ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 27 Total Hutang Tital Debt to Asset Ratio = x 100% Total Aktiva 2. Macro Economy Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut : a. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment, sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh. b. Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi, sebaliknya terjadi deflasi. c. Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk. Variabel-variabel yang dipelajari dalam makro ekonomi antara lain adalah pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, 28 jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. a. Inflasi Rahardja dan Manurung (2004:155) mengemukakan inflasi sebagai suatu kenaiakan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, antara lain kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung terus menerus. Inflasi menurut Sukirno (2008:27) adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu period eke periode lainnya. Dan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun disbanding dengan tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Madura (2007:128) inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur presentase perubahan dalam indeks harga konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen. Jadi inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dalam rentang waktu yang cukup lama. Dalam model Keynesian, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan 29 ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflstionary gap. Menurut penyebabnya, inflasi dapat dijabarkan sebagai berikut. Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditikomoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya akan menarik (pull) kurva permintaan agregat kearah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap. Pengertian peningkatan aggregate demand seringkali diartikan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan monetarist menganggap aggregate demand mengalami kenaikan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sedangkan menurut golongan Keynesian, seperti yang telah di terangkan di atas bahwa kenaikan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar. Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve kearah kiri atas, hal ini disebabkan oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar komoditi. Dalam kasus Cost Push Inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha. 30 Inflasi juga berbeda menurut tingkatannya, inflasi ringan berada pada tingkat dibawah 10% (single digit), sedangkan untuk 10% - 30% merupakan tingkat inflasi bertaraf sedang, dan inflasi memasuki tingkatan yang tinggi apabila mencapai 30% - 100%, namun pada saat terjadi instabilitas politik maka inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, bahkan dapat mencapai beberapa ratus persen (diatas 100%), inflasi jenis ini disebut dengan hyper inflation. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga barang baku produksi naik sehingga biaya produksi meningkat, akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan menurun. Sementara inflasi juga menyebabkan kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa melemah karena memerlukan pengeluaran uang yang lebih besar, sehingga masyarakat akan lebih berfokus hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja. Karena permintaan akan barang dan jasa berkurang maka perusahaan harus mengurangi produksinya dan akhirnya akan menyebabkan menurunnya keuntungan perusahaan, dengan penurunan keuntungan perusahaan, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pula jumlah deviden yang akan dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan tersebut, sehingga emiten kurang menarik minat pembeli. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan. Namun sebaliknya, jika laju inflasi stabil maka harga barang-barang cenderung ikut stabil pula. Tidak hanya harga barang saja yang mengalami kestabilan, tetapi biaya operasi dan 31 produksipun akan mengalami kestabilan. Dengan kestabilan tersebut akan berdampak pada membaiknya kinerja keuangan perusahaan dan meningkatkan return saham perusahaan. Rumus untuk menghitung inflasi menurut Rahardja dan Manurung (2004:165) adalah: (IHK – IHK-1) Inflasi = IHK-1 Keterangan : IHK = Indeks Harga Konsumen IHK-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya. b. Produk Domestik Bruto (PDB) Pruduk Domestik Bruto merupakan nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (beralokasi) dalam perekonomian tersebut (Rahardja dan Manurung 2004:12). Sedangkan menurut Sukirno (2008:17) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah produk dan jasa nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara dalam negeri dan warga Negara asing dalam suatu Negara. Dan menurut Mankiw (2007:44) PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu, atau pendapatan total yang diperoleh secara domestik termasuk pendapatan 32 yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing atau pengeluaran total atas barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Jadi secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu dan biasanya dalam satu tahun. Adapun istilah-istilah yang terkait dengan pendapatan nasional antara lain: Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product / GDP), Produk Nasional Bruto (Gross National Product / GNP), dan Produk Nasional Neto (Net National Product / NNP). Rumus untuk menghitung PDB menurut Rahardja dan Manurung (2004:25) yaitu: PDB = C + I +G + (X – M) Keterangan : PDB = Produk Domestik Bruto C = Konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran Pemerintah X = Jumlah barang yang di-ekspor M = Jumlah barang yang di-impor 33 c. Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dollar Pengertian valuta asing menurut Rahardja dan Manurung (2004:84) adalah pertukaran dengan mata uang negara lain (foreign currency) dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Judokusumo (2007:2) valuta asing adalah merupakan mata uang yang dimiliki oleh suatu negara atau penduduknya, tetapi mata uang tersebut bukan dikeluarkan oleh negara itu sendiri. Valuta asing ini baru akan mempunyai arti yang sebenarnya apabila suatu valuta dapat ditukarkan terhadap valuta lainnya tanpa pembatasan. Pasar valuta asing menurut Joesoef (2008:9) adalah suatu mekanisme dimana mata uang satu diukur terhadap mata uang lainnya. Sedangkan pasar valuta asing (foreign exchange market) menurut Judokusumo (2007:3) adalah kerangka organisasi yang didalamnya terdapat perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan bank yang membeli maupun menjual valas atau devisa. Kurs (exchange rate) antara dua negara menurut Mankiw (2007:546) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk melakukan perdagangan atau pertukaran mata uang di pasar dunia. Sedangkan kurs menurut Sukirno (2008:21) adalah perbandingan yang menunjukan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli 1 unit valas tertentu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar termasuk makro ekonomi yang bisa mempengaruhi return yang didapat oleh investor. Risiko pertukaran ditinjau sebagai kemungkinan bahwa fluktuasi mata uang dapat merubah jumlah yang diharapkan atau perubahan kas dimasa yang akan 34 datang. Pertumbuhan dalam kas mempengaruhi return yang didapat oleh investor. Menurut Joesoef (2008:9) pasar valuta asing dapat digolongkan menjadi 2 (dua) macam transaksi dilihat dari jangka waktu perpindahan dananya, yaitu: 1) Transaksi spot Transaksi spot adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu maksimum dua hari kerja setelah terjadinya kontrak. 2) Transaksi forward Transaksi forward adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu lebih dari dua hari kerja setelah tanggal kontrak. Kata “lebih dari dua hari kerja” bias jadi serah terima forward dituntaskan dalam kurun waktu satu hari, satu minggu, satu bulan, tiga bulan, atau satu tahun setelah value spot. Valuta asing dapat pula digunakan sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Dengan melakukan investasi dalam bentuk valuta asing dapat diperoleh keuntungan karena terjadi kenaikan kurs. Investasi menggunakan valuta asing sering dilakukan dengan maksud untuk berjaga-jaga dari kemungkinan terjadinya suatu 35 tindakan devaluasi yang diambil oleh pemerintah. Apabila masyarakat menduga akan terjadi devaluasi, kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah akan menurun. Dalam keadaan demikian maka pemilik modal cenderung mengalihkan investasinya kedalam bentuk valuta asing. Apabila para investor yang telah melakukan investasi dalam saham banyak yang bertindak demikian, maka dapat berpengaruh pada turunya harga saham di pasar modal yang nantinya pula akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan tersebut. 3. Profitabilitas Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Riyanto, 1997). Pada umumnya perusahaan berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih penting dibandingkan hanya dengan masalah laba, karena laba yang besar saja bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien, dengan demikian profit merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalam untuk menghasilkan. Weshton dan Brigham (1998:304) berpendapat bahwa profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan akriva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas merupakan alat yang paling sederhana, mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dalam menilai dan mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dan merupakan rasio 36 kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas. Sebagaimana Moyer, McGuigan, dan Kretlow (2001:84) bahwa: “Profitability ratios measure how effectively a firm’s management is generating profits on sales, total assets, and most importantly, stockholders investment. There are profit margin ratio, and the return on stockholders equity ratio”. Rasio profitabilitas dapat dilihat melalui beberapa rasio yang akan dijelaskan dibawah ini: a. Profit Margin Profit Margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Laba Bersih PM = x 100% Penjualan b. Return on Equity (ROE) Merupakan rasio profitabilitas yang menunjukan tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham, dan karena salah 37 satu tujuan perusahaan adalah member keuntungan bagi pemegang saham maka ROE merupakan pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang mendasar. ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang disebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri, ROE mempunyai arti penting bagi para pemegang saham yaitu untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Sedangkan bagi pihak manajemen, ROE mempunyai arti penting untuk menilai kinerja perusahaan (Ross, Westerfield dan Jordan, 2003:231). Earning After Tax ROE = x 100% Total Equity c. Return on Asset (ROA) Adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik. Laba Bersih Setelah Pajak ROA = x100% Total Aktiva 38 4. Hasil Penelitian Terdahulu Chen, dkk (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh struktur modal dan risiko operasional pada profitabilitas dengan objek penelitian pada industri asuransi kehidupan yang berada di Taiwan. Dalam penelitian ini variabel yang dipergunakan meliputi variabel independen yakni; struktur modal, risiko operasional, sedangkan untuk variabel dependennya adalah profitabilitas. Dalam penelitian ini menggunakan analisi structural equation modeling (SEM). Dari hasil pengujian didapatkan bahwa tiap variabel menunjukan pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif pada Industri Asuransi Kehidupan yang berada di Taiwan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nazir dan Afza (2009) tentang impact of aggressive working capital management policy on firm's profitability, pada 204 perusahaan non-financial dari 17 sektor industri yang terdaftar di Karachi Stock Exchange (KSE) periode 1998-2005, dalam penelitian ini variabel yang dipergunakan meliputi variabel independen yakni; manajemen modal kerja, Kebijakan Investasi yang Agresif (AIP), Kebijakan Pembiayaan yang Agresif (AFP), sedangkan untuk variabel dependennya adalah ROA, ukuran pasar profitabilitas (q tobin), variabel kontrol: ukuran perusahaan (size), sales growth, financial leverage, pertumbuhun GDP. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan selama tahuh 1998-2005 dengan menggunakan analisis regresi data panel. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa tingkat agresifitas investasi modal 39 kerja dan kebijakan pembiayaan serta profitabilitas perusahaan menunjukan hubungan yang negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh capital structure terhadap profitabilitas dengan objek penelitian pada perusahaan yang tergabung dalam perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel 11 perusahaan, dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi variabel independent (X) yakni; long term debt, size company, sales growth, debt to equity ratio dan debt to asset ratio, sedangkan untuk variabel dependennya (Y) yaitu dengan mengggunakan Return On Equity (ROE). Analisis yang digunakan yaitu path analysis, dan hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh langsung long term debt, size company, sales growth, DER, dan DAR terhadap ROE pada perusahaan yang tergabung dalam perusahaan industry pertambangan di BEI. Dan sedangkan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap ROE pada perusahaan yang tergabung dalam perusahaan industry pertambangan di BEI adalah debt to equity ratio (DER). Pengaruh total dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 94,246%. Agusta (2009) melakukan penelitian tentang perusahaan yang teramsuk dalam indeks Lq45 selama periode 2004-2005. Pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu, variabel independen: Short Term Debt (SDA), Long Term Debt (LDA), sedangkan variabel dependenya sendiri yaitu: Return On Equity (EBIT), Return on Equity (NI). Selain itu, 40 penelitian ini juga menggunakan variabel control yaitu: Total Debt (DA), Sales Growth (SG). Dalam penelelitian tersebut menggunakan analisis dupont, dan menghasilkan kesimpulan: 1. SDA memiliki pengaruh negatif dan signifikan dengan ROE (EBIT). 2. LDA tidak signifikan dengan ROE (EBIT), dan sebaliknya LDA memiliki hubungan positif dan signifikan dengan ROE (NI). 41 42 43 44 5. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin membuktikan apakah variabel-variabel struktur modal (yang terdiri atas: Long Term Debt, Sales Growth, Debt To Equity Ratio, Debt To Asset Ratio), variabel Macro Economy (yang terdiri atas: Inflasi, nilai tukar/kurs rupiah terhadap dolar) berpengaruh secara signifikan terhadap Return on Equity (ROE) dan Profit Margin. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Adapun model yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan model persamaan struktur (Structural Equation Modeling), hal ini disebabkan karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu indikator untuk mewakili satu variabel yang memiliki hubungan kompleks antara variabelvariabelnya. Menurut Maruyama (1998) dalam Wijaya (2009:1) menyebutkan SEM adalah sebuah model statistik yang memberikan perkiraan perhitungan dari kekuatan hubungan hipotesis diantara variabel dalam sebuah model teoritis, baik secara langsung atau melalui variabel antara (intervening variables). Di bawah ini akan digambarkan secara visual arah aliran dari variabel-variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini dengan maksud untuk memudahkan pemahaman dari sifat dan arah antar variabel yang dinyatakan dalam rumusaan hipotesis. 45 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran e1 e2 1 1 Kurs 1 Inflasi Makro Ekonomi z1 1 1 e3 e4 e5 e6 1 1 1 1 ROE Profitability PM LTD SG DAR 1 1 1 e7 e8 Capital Structure DER 6. Hipotesis Mengacu pada kajian teoritik dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. H0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara struktur modal dengan profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha : Terdapat pengaruh positif antara struktur modal dengan profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. H0 : Tidak terdapat hubungan yang negatif antara variabel struktur modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 46 Ha : Terdapat hubungan yang negatif antara variabel struktur modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. H0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara macro economy dengan profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha : Terdapat pengaruh positif antara macro economy dengan profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 47 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat adanya keterbatasan dari penulis, baik itu dalam berupa waktu, biaya dan pengetahuan, maka penelitian ini perlu adanya pembatasan dalam ruang lingkupnya. Dalam hal ini ruang lingkup dibatasi pada upaya untuk mengungkap pengaruh variabel long term debt, sales growth, DER, DAR, inflasi, nilai tukar (kurs) rupiah dengan dolar terhadap Return on Equity dan Profit Margin. Dan penelitian ini mengambil objek pada industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2004 – 2009. B. Metode Pengumpulan Sampel Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2004 – 2009 yang aktif diperdagangkan. Ada beberapa teknik pengambilan sampel, namun dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel untuk dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Adapun pertimbangan yang menjadi patokan dalam pengambilan sampel antara lain: 48 1. Objek penelitian dilakukan pada perusahaan yang saham-sahamnya aktif diperdagangkan selama periode 2004 – 2009. 2. Perusahaan yang selalu memberikan atau melaporkan laporan-laporan keuangannya secara periodik kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri yang relatif sama. 4. Perusahaan yang selalu menyampaikan laporan keuangannya selama periode pengamatan. C. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan, penulis mengumpulkannya dengan cara penelitian lapangan sebagai berikut: 1. Field research, yaitu pengumpulan data yang berupa laporan keuangan perusahaan dengan memanfaatkan lapoaran tahunan yang dipublikasi dalam Bursa Efek Indonesia dan melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD), serta jurnal-jurnal pendukung dengan masalah yang diteliti guna memperoleh data yang lengkap dan aktual. Selain itu, penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara browsing melalui internet untuk melengkapi data-data yang masih kurang. 2. Selain pengumpulan data dengan cara di atas, penulis juga melakukan studi kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara membaca, mendalami, memahami berbagai literature, text books serta catatan kuliah yang menunjang penelitian yang dilakukan. 49 D. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalm penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode persamaan struktur (Stuctural Equation Modeling) dengan bantuan aplikasi program AMOS versi 18. Karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu indikator untuk mewakili satu variabel yang memiliki hubungan kompleks antara variabel-variabelnya, maka tidak dapat menggunakan analisis regresi berganda. Tahapan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan variabel diantaranya adalah sebagai berikut: a. Variabel Laten Dalam SEM, variabel kunci yang menjadi perhatian adalah variabel laten (Wijayanto, 2008: 10). Variabel laten ini hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel teramati. Variabel ini dibedakan menjadi dua: 1) Variabel Eksogen 2) Variabel Endogen 2. Structural Equation Modelling (SEM) SEM adalah generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan Fornell, 1982 dalam Bahagia, 2007) yang memungkinkan peneliti menguji hubungan anatara variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Selain itu menurut 50 Bollen (1989) dalam Bahagia (2007) SEM juga dapat menguji secara bersama-sama: a. Model Structural, yaitu hubungan (nilai loading) antara variabel laten. b. Model Measurement, yaitu hubungan (nilai loading) antara indikator dengan variabel lainnya. Hair et.al (1998) dalam Ghozali (2008) mengungkapkan tahapan permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu: a. Langkah 1: Pengembangan model berdasar teori. Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat atau hubungan yang kurang ketat. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. b. Langkah 2 dan 3: Menyusun diagram jalur dan persamaan struktural. Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model yaitu menghubungkan konstruk laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest. 51 Ketika measurement model telah terspesifikasi, maka peneliti harus menentukan reabilitas dari indikator. Reabilitas indikator dapat dilakukan dengan dua cara (a) diestimasi secara empiris (b) dispesifikasi. Disamping menyusun model juga dapat dilakukan spesifikasi korelasi antara konstruk eksogen atau antara konstruk endogen sehingga dapat menggambarkan “Share” pengaruh antar konstruk. c. Langkah 4: Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan. Model persamaan struktural berbeda dari teknis analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/ kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Pemilihan jenis input matrik dan model dapat dilakukan dengan melihat pada hal-hal sebagai berikut: 1) Ukuran sampel Besarnya ukuran sampel memiliki peran penting dalam interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi sampling eror. Dengan model estimasi 52 menggunakan Heywood Case dengan menggunakan < 100 atau < 150 banyaknya jumlah sample. 2) Estimasi model Dalam langkah ini memungkinkan kita untuk menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi. d. Langkah 5: Menilai identifikasi model struktural. Menilai apakah model just-identified, overidentified atau underidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. e. Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit. Langkah yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan dari model struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah memenuhi asumsi model persamaan struktural. Ada tiga asumsi dasar seperti halnya pada teknik multivariate yang lain yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan model persamaan struktural, yaitu: 1) Observasi data independen. 2) Responden diambil secara random. 3) Memiliki hubungan linear. Disamping itu SEM sangat sensitive terhadap karakteristik distribusi data khususnya distribusi yang melanggar normalitas multivariate atau adanya kurtosis yang tinggi (kemencengan 53 distribusi) dalam data. Untuk itu sebelum data diolah harus diuji dahulu ada tidaknya data outlier dan distribusi data harus normal multivariate. Setelah asumsi SEM dipenuhi langkah berikutnya adalah melihat ada tidaknya offending estimate yaitu estimasi koefisien baik dalam model struktural maupun model pengukuran yang nilainya diatas batas yang dapat diterima. Contoh dari sering terjadi offending estimate adalah: 1) Varian error yang negatif atau non significant error variance untuk suatu konstruk. 2) Standardized coefficient yang mendekati 1.0. 3) Adanya standar error yang tinggi. Jika terjadi offending estimate, maka peneliti harus menghilangkan hal ini terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian kelayakan model. Setelah yakin tidak ada lagi offending estimate dalam model, maka peneliti siap melakukan penilaian overall model fit dengan berbagai kriteria penilaian model fit. Goodness of fit mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan (proposed model). Ada tiga jenis ukuran Goodness-of-fit yaitu: 54 1) Absolut Fit Measures a) Likelihood-Ratio Chi-Square Statistic ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chi-square (X2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukan bahwa korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikasi (α) dan ini menunjukan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b) CMIN Adalah menggambarakan perbedaan antara unrestricted sample covariance dan restricted covariance atau secara esensi menggambarkan likelihood ratio test statistic yang umumnya dinyatakan dalam chi-square (X2 ) statistic. Jadi nilai chi-square sangat sensitif terhadap besarnya sample. Ada kecenderungan nilai chi-square akan selalu signifikan. Oleh karena itu jika nilai chi- square signifikan, maka dianjurkan untuk mengabaikan dan melihat goodness fit lainnya. 55 c) CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et.al (1977) dalam Ghozali (2007) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. d) GFI GFI (Goodness of fit index) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) dalam Ghozali (2007) yaitu ukuran nonstatistik yang nilainya berkisar dari 0 (poor fit) sampai 1.0 (perfect fit). Nilai GFI yang tinggi menunjukan fit yang lebih baik dan beberapa nilai GFI yang dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti manganjurkan nilai diatas 90% sebagai ukuran good fit. e) RMSEA Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi- square menolak model dengan jumlah sample yang besar. Nilai RMSEA antara 0.05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model 56 konfirmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar. 2) Incremental Fit Measures Incremental fit measure membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Nul model merupakan model realistis dimana model-model yang lain harus diatasnya. a) AGFI Merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥0,90. b) TLI Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI) pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan oleh SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposed model dengan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0.90. c) NFI Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi 57 dari 0 (no fit all) sampai 1 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolut yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan sama atau > 0.90. 3) Parsimonious Fit Measures Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnosa apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang dimiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap R2 dalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistik yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model. a) PNFI Parsimonious normal fit index merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternatif sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namum demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0.60 58 sampai 0.90 menunjukan adanya perbedaan model yang signifikan. b) PGFI Parsimonious goodness-of-fit index memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 0.1 dengan nilai semakin tinggi menunjukan model lebih baik untuk parsimony. Tabel 3.1 Kriteria Uji Kesesuaian Model Nilai Indikator Fit Chi-Square CMIN CMIN/DF GFI RMSEA AGFI AGFI NNFI or Tucker Lewis Index (TLI) NFI yang Direkomendasikan Evaluasi Model Absolute Fit Mendekati 0 ≤ 2.00 ≤ 5.00 ≥1 0 ≤ 0.08 < 0.05 ≥ 0.91 0.80 ≤ GFI < 0.90 Marginal Good Fit Good Fit Perfect Fit Poor Fit Good Fit Close Fit Good Fit Marginal Fit Incremental Fit ≥ 0.90 0.80 ≤ GFI < 0.90 TLI ≥ 0.90 0.80 ≤ TLI < 0.90 NFI ≥ 0.90 0.80 ≤ NFI < 0.90 Good Fit Marginal Fit Good Fit Marginal Fit Good Fit Marginal Fit Parsimonious Fit PNFI 0–1 PGFI 0–1 Lebih besar lebih baik Lebih besar lebih baik Sumber : diolah dari berbagai sumber 59 f. Langkah 7: Interpretasi dan modifikasi model. Ketika model dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut hasrus di crossvalidated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima. Modifikasi model dapat dilakukan dengan membuat konstrain model dengan memberikan nilai positif kecil untuk error term tertentu atau menghapuskan data outlier, membuat transformasi data nonlinier, memastikan bahwa paling tidak ada 3 indikator pervariabel leten, mengumpulkan tambahan sampel, atau dapat juga mengganti model estimasi dari maximum likelihood menjadi generalized least squares (GLS) atau ordinary least squares (OLS). Selain itu juga dapat dengan menggunakan modification indices, nilai modification indices sama dengan terjadinya penurunan chisquare jika koefisien diestimasi. Nilai sama dengan atau > 3.84 menunjukan terjadi penurunan chi- square yang singnifikan. 60 Tabel 3.2 Tahapan Structural Equation Modelling No Tahapan 1 Pengembangan model berdasar teori 2 Menyusun diagram jalur 3 Menyusun persamaan structural 4 Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan 5 Menilai identifikasi model structural 6 Menilai Kriteria Goodness-of-Fit 7 Interpretasi dan modifikasi model Sumber : diolah dari berbagai sumber E. Operasional Variabel Penelitian Model pengujian variable-variabel Struktur Modal, Macro Economy terhadap Profitabilitas dapat ditunjukan sebagai berikut. 1. Variabel eksogen / independen (X) a. Long Term Debt meliputi jumlah hutang jangka panjang yang umurnya lebih dari satu tahun. b. Sales Growth pertumbuhan penjualn merupakan kenaikan jumlah penjualan dari tahun tertentu ketahun berikutnya. Rumus untuk menghitung Sales Growth dapat menggunakan : Penjualan t – Penjualan t-1 Penjualan t-1 61 c. Debt to Equity Ratio yaitu perbandingan antara hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio dapat menggunakan : Total Debt X 100% Equity d. Debt to Asset Ratio yaitu perbandingan antara hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah asset perusahaan. Rumus untuk menghitung Debt to Asset Ratio dapat menggunakan : Total Debt X 100% Equity e. Inflasi sebagai suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang terusmenerus. Rumus untuk menghitung Inflasi dapat menggunakan : (IHK – IHK-1) Inflasi = IHK-1 Namun dalam penelitian ini, tingkat inflasi diperoleh melalui situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id f. Kurs rupiah terhadap dolar ditentukan oleh Bank Indonesia dan tercantum dalam situs resminya. 62 2. Variabel endogen / dependen (Y) Variabel yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Return on Equity dan Profit Margin pada perusahaan industri yang bergerak dibidang Otomotif yang terdaftar di BEI. a. Return On Equity mempunyai arti penting bagi para pemegang saham yaitu untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Pengukuran Return On Equity dapat dilakukan dengan cara : Earning After Tax ROE = x 100% Total Equity b. Profit Margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Laba Bersih PM = x 100% Penjualan 63 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Pengertian dan Sejarah Pasar Modal di Indonesia Pasar modal (capital market) menurut Kamus Pasar Uang dan Pasar Modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang. Sedangkan menurut Rodoni dan Nasarudin (2007) pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti saham, obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), dan sebagainya. Definisi yang lain tentang pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang di mana jatuh temponya lebih dari satu tahun dan merupakan pasar yang konkrit. Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan dengan instrumen keuangan jangka pendek di mana jatuh temponya kurang dari satu tahun. 64 Dengan keberadaan pasar modal, perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga akan mendorong perekonomian nacional menjadi lebih maju, terciptanya lapangan kerja yang luas, dan meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah. 2. Organisasi yang Terkait di Bursa Efek Indonesia a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Memonitor dan mengatur sekuritas pasar di mana sekuritassekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi settlement dan dan memonitor pertukaran lembaga-lembaga sekuritas, penyimpanan clearing, reksa dana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional. 3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan BAPEPAM dapat lebih melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh bursa efek sendiri. 65 b. Perusahaan yang Go Public (Emiten) Perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. c. Perusahaan Efek Perusahaan yang kegiatannya berperan sebagai perantara pedagang efek yaitu bahwa perusahaan efek melakukan jual beli saham atas kepentingan pihak lain atau dirinya sendiri. Selain itu, perusahaan efek juga dapat bertindak sebagai penjamin emisi efek dan manajer investasi/penasehat investasi. d. Self Regulatory Organization (SRO) Organisasi yang mewakili kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO terdiri dari: 1) Bursa Efek Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. 2) Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Setiap transaksi akan melewati lembaga ini untuk diselesaikan transaksinya. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP 66 oleh BAPEPAM adalah PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT. KPEI). 3) Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP) Pihak yang menyelenggarakan kegiatan custodian central (penyimpanan efek) bagi bank kustodian, perusahaan efek dan yang lainnya. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT. KSEI). e. Perusahaan Reksa dana Pihak yang kegiatan umumya melakukan penanaman modal dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portfolio). f. Lembaga Penunjang Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. 67 g. Profesi Penunjang Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilai (appraisal) adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha, dan lain-lain. h. Pemodal (Investor) Pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. 3. Deskriptif Data Pada skripsi ini, data permasalahan terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Adapun variabel dependen (Y) adalah Profitabilitas sedangkan variabel independennya (X) adalah Makro 68 Ekonomi dan Capital Structure. Variable-variabel ini didapat dari data skunder dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang diteliti adalah berjumlah 19 perusahaan, berikut ini merupakan perusahaanperusahaan yang menjadi objek penelitian. Tabel 4.1 Perusahaan Objek Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Perusahaan PT. Polychem Indonesia Tbk PT. Astra International Tbk PT. Astra Otoparts Tbk PT. Indo Kordosa Tbk PT. Goodyear Indonesia Tbk PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk PT. Indospring Tbk PT. Intraco Penta Tbk PT. Multi Prima Sejahtera Tbk PT. Multistrada Arah Sarana Tbk PT. Nipress Tbk PT. Prima Alloy Steel Tbk PT. Selamat Sempurna Tbk PT. Allbond Makmur UsahaTbk PT. Sugi Samapersada Tbk 18 PT. Tunas Ridean Tbk 19 PT. United Tractor Tbk Sumber : diolah dari berbagai sumber Kode Saham ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS INDS INTA IPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR 69 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Long Term Debt No Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS INDS INTA LPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR 2004 2005 5,24 6,19 0,12 0,24 0,02 0,47 5,58 1,52 3,21 54,49 0 0,47 0,11 21,26 0 0 254,98 0 1,26 626,01 15,02 0,30 0,24 0,02 1,02 22,95 1,94 4,76 54,90 0 1,90 0,12 23,47 0 0 1334,87 0 2,67 Long Term Debt 2006 2007 1,35 9,52 0,25 0,23 0,02 3,40 57,75 1,37 0,14 0,28 0 0,37 1,19 0,18 0 0 0 0,83 1,74 1,24 8,49 0,24 0,23 0,02 3,94 90,82 1,02 0,15 0,22 0 0,21 1,17 0,05 0 0 1558,17 0,97 1,49 2008 2009 0,57 10,45 0,20 0 0,31 4,58 107,75 1,17 0,16 0,31 0 0,35 12,76 0,07 0 0 959,84 1,10 2,86 0,47 10,30 0,15 0 0,18 4,04 118,84 1,25 0,12 0,16 0 0,17 10,43 1,22 0 0 0 0,14 2,04 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan data long term debt yang diperoleh pada masing-masing perusahaan pada table 4.2, pada tahun 2004, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 254,98, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Tunas Ridean Tbk. Pada tahun 2005, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1334,87, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Tunas 70 Ridean Tbk. Pada tahun 2006, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 57,75, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Sugi Samapersada Tbk. Pada tahun 2007, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1558,17, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk. Pada tahun 2008, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 959,84, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT Indo Kordsa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk. Pada tahun 2009, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 118,84, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT Indo Kordsa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Sugi Samapersada Tbk. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth No 1 2 3 4 5 6 7 8 Perusahaan 2004 2005 ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS 47,00 41,00 26,00 25,30 85,00 12,00 22,00 28,00 (12,00) 39,00 32,00 20,00 12,00 45,00 270,00 15,20 Sales Growth 2006 2007 (22,00) (11,00) (14,00) (17,00) 11,00 12,00 (2,00) (56,00) 16,00 21,00 19,00 2,00 10,00 18,00 23,00 43,00 2008 2009 3,00 38,00 28,00 6,00 90,00 20,00 60,00 26,10 (21,00) 2,00 (1,00) (8,00) 3,00 (0,30) (43,00) (17,00) Tabel ini berlanjut ke halaman berikut: 71 Tabel 4.3 Lanjutan 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 INDS INTA LPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR INTA LPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR 38,10 55,00 82,00 56,00 38,00 51,00 15,00 (162,00) 0 26,00 55,00 55,00 82,00 56,00 38,00 51,00 15,00 (162,00) 0 26,00 55,00 45,00 (11,00) (32,00) (30,00) 11,00 (48,00) 7,00 58,00 23,00 16,00 21,00 9,00 15,20 2,20 (171,00) (259,00) (37,80) (15,30) 27,10 (19,00) 33,00 3,00 (32,00) (30,00) 11,00 (48,00) 7,00 58,00 23,00 16,00 21,00 9,00 15,20 2,20 (171,00) (259,00) (37,80) (15,30) 27,10 (19,00) 33,00 3,00 31,00 15,00 (41,00) 37,00 36,00 (13,00) 17,20 (12,00) 32,20 12,20 24,00 15,00 (41,00) 37,00 36,00 (13,00) 17,20 (12,00) 32,20 12,20 24,00 67,00 59,00 (2,00) 142,00 69,00 16,00 27,20 (13,00) (21,60) 27,90 40,00 59,00 (2,00) 142,00 69,00 16,00 27,20 (13,00) (21,60) 27,90 40,00 1,00 (2,00) (10,00) 19,00 (42,00) (60,00) 2,00 9.60 (57,00) (2,80) 10,00 (2,00) (10,00) 19,00 (42,00) (60,00) 2,00 9.60 (57,00) (2,80) 10,00 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan data sales growth yang diperoleh pada masing-masing perusahaan pada table 4.3, pada tahun 2004, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 85, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar -162. Pada tahun 2005, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 270, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar -171. Pada tahun 2006, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 58, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar -259. Pada tahun 2007, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 43, dan yang terendah 72 dipegang oleh PT. Multi Prima Sejahtera Tbk sebesar -41. Pada tahun 2008, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 142, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -21,60. Pada tahun 2009, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 19, dan yang terendah dipegang oleh PT. Prima Alloy Steel Tbk sebesar -60. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio No Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS INDS INTA LPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR 2004 2005 2006 2007 2008 2009 21,00 11,70 6,20 11,80 5,50 26,10 20,40 185,90 43,20 47,30 7,60 15,10 13,50 25,10 7,10 2,10 3,70 23,80 11,70 19,40 18,10 7,10 8,70 6,60 26,80 21,00 212,30 58,90 18,00 8,80 9,50 12,80 33,30 5,60 1,40 3,10 34,40 15,80 21,90 14,10 5,70 6,10 6,20 24,10 24,80 209,00 61,30 16,80 7,70 9,90 14,80 36,80 5,30 1,30 3,10 32,40 14,40 21,50 11,70 4,80 5,20 9,40 25,40 26,30 270,40 66,10 17,00 7,90 4,00 20,20 31,90 6,60 3,90 3,30 29,10 12,60 28,10 12,10 4,50 4,80 24,60 42,80 20,00 281,00 53,30 24,60 5,80 7,30 16,30 27,10 6,20 4,00 1,20 25,00 16,10 24,10 10,00 3,90 2,30 1,70 23,20 17,80 178,30 65,70 19,10 5,40 8,20 14,80 36,80 8,00 7,40 0,15 35,50 8,00 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan data Debt to Equity Ratio yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.4, pada tahun 2004, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 73 185,90, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 2,10. Pada tahun 2005, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 212,30, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 1,40. Pada tahun 2006, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 209,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 1,30. Pada tahun 2007, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 270,40, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 3,30. Pada tahun 2008, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 281,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,20. Pada tahun 2009, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 178,30, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 0,15. Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Debt to Assets Ratio Debt to Assets Ratio No Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS INDS INTA 68,00 50,00 36,00 49,00 36,00 71,00 67,00 89,00 81,00 83,00 66,00 60,00 38,00 42,00 40,00 73,00 58,00 91,00 85,00 64,00 69,00 54,00 35,00 33,00 38,00 71,00 71,00 91,00 85,00 63,00 68,00 50,00 32,00 30,00 48,00 72,00 72,00 92,00 87,00 63,00 74,00 50,00 30,00 48,00 70,00 86,00 67,00 93,00 84,00 71,00 71,00 45,00 27,00 23,00 6,00 69,00 64,00 88,00 87,00 66,00 74 11 12 13 14 15 16 17 18 19 LPIN MASA NIPS PRAS SMSM SQMI SUGI TURI UNTR 43,00 60,00 58,00 71,00 38,00 17,00 28,00 70,00 54,00 47,00 49,00 56,00 77,00 34,00 12,00 24,00 77,00 61,00 43,00 50,00 60,00 79,00 33,00 12,00 24,00 76,00 59,00 44,00 28,00 67,00 76,00 38,00 28,00 25,00 74,00 55,00 37,00 42,00 62,00 73,00 37,00 29,00 10,00 70,00 64,00 3,40 45,00 60,00 79,00 42,00 42,00 1,40 78,00 44,00 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan data Debt to Assets Ratio yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.5, pada tahun 2004, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 89,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 17,00. Pada tahun 2005, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 91,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 12,00. Pada tahun 2006, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 91,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 12,00. Pada tahun 2007, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 92,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 25,00. Pada tahun 2008, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 93,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 10,00. Pada tahun 2009, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 88,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,40. 75 Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Macro Economy Macro Economy No 1 2 3 4 5 6 Perusahaan Inflasi Kurs 2004 2005 2006 2007 2008 2009 6,4 17,11 6,6 6,59 11,06 2,78 9.723 9.830 9.020 9.419 10.950 9.400 Sumber : diolah dari berbagai sumber Tabel 4.6 di atas menunjukan besarnya nilai inflasi dan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2005 sebesar 171,10, dan tingkat inflasi terendah pada tahun 2009 sebesar 27,80. Sedangkan untuk nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, kurs tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 109,50, dan tingkat kurs terendah pada tahun 2006 sebesar 90,20. Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Profit Margin No Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ADMG ASII AUTO BRAM GDYR GJTL HEXA IMAS INDS INTA 2004 2005 4,49981 4,941642 4,49981 3,367296 3,912023 4,941642 4,248495 2,639057 2,302585 2,302585 2,302585 4,60517 6,813445 4,219508 2,302585 3,688879 4,094345 2,079442 8,237479 2,995732 Profit Margin 2006 2007 2008 2009 4,382027 2,302585 4,248495 2,995732 4,382027 4,700480 4,787492 4,867534 4,49981 4,70048 4,787492 5,010635 2,484907 3,401197 4,094345 4,248495 3,688879 3,401197 0 4,49981 2,995732 2,302585 4,382027 4,70048 3,401197 3,401197 4,49981 7,012115 -0,91629 -1,20397 2,302585 2,302585 1,791759 2,995732 4,382027 1,609438 2,302585 2,302585 2,995732 2,995732 Tabel ini berlanjut ke halaman berikut: 76 Tabel 4.7 Lanjutan 11 LPIN 4,49981 5,560682 12 MASA 9,443038 5,247024 13 NIPS 4,382027 2,639057 14 PRAS 3,688879 3,401197 15 SMSM 4,356709 4,330733 16 SQMI 2,70805 5,666427 17 SUGI 3,178054 5,298317 18 TURI 3,806662 3,433987 19 UNTR 1,098612 0 Sumber : diolah dari berbagai sumber 3,401197 3,912023 4,70048 1,098612 4,317488 7,383989 2,230014 1,791759 4,248495 5,913503 5,598422 3,688879 4,248495 2,302585 1,098612 1,386294 1,386294 4,317488 4,343805 8,974618 8,455318 4,204693 3,688879 3,7612 3,258097 4,248495 4,60517 4,49981 4,60517 2,302585 5,347108 6,697034 6,253829 4,787492 3,401197 4,941642 Berdasarkan data Profit Margin yang diperoleh pada masing-masing perusahaan pada table 4.7, pada tahun 2004, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 9,443038, dan yang terendah dipegang oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 1,098612. Pada tahun 2005, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Indospring Tbk sebesar 8,237479, dan yang terendah dipegang oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 0.00. Pada tahun 2006, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 7,383989, dan yang terendah dipegang oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar -0,91629. Pada tahun 2007, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 8,974618, dan yang terendah dipegang oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar -1,20397. Pada tahun 2008, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 8,455318, dan yang terendah dipegang oleh PT. Goodyear Tbk sebesar 0,00. Pada tahun 2009 Profit Margin tertinggi dimiliki oleh 77 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 7,012115, dan yang terendah dipegang oleh PT. Indospring Tbk sebesar 1,609438. Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Return On Equity No Perusahaan 2004 2005 1 ADMG 3,747148 3,325036 2 ASII 1,308333 5,587997 3 AUTO 2,624669 5,138735 4 BRAM 4,089332 4,979489 5 GDYR 2,687847 3,186353 6 GJTL 3,499533 5,141079 7 HEXA 3,475067 5,647565 8 IMAS 5,903726 5,268373 9 INDS 3,871201 4,472781 10 INTA 4,380776 4,058717 11 LPIN 3,83298 5,199601 12 MASA 8,757862 4,630838 13 NIPS 3,577948 3,605498 14 PRAS 4,563306 3,569533 15 SMSM 5,119191 5,075174 16 SQMI 2,261763 4,284965 17 SUGI -1,20397 0,788457 18 TURI 5,550631 5,349486 19 UNTR 5,870144 5,544787 Sumber : diolah dari berbagai sumber Return On Equity 2006 2007 5,363168 5,111385 5,019265 3,091042 4,503137 4,016383 4,737075 1,871802 3,449988 3,126761 2,727853 5,462135 4,454347 3,08191 4,98839 4,841822 -2,30259 3,496508 5,31074 3,78419 5,488111 5,304299 3,779634 4,9523 3,640214 4,868303 2,116256 4,833102 3,391147 5,445443 3,122365 4,206184 3,063391 5,115596 7,137755 -0,10536 5,401325 5,562219 2008 2009 4,301359 0,788457 1,916923 4,655863 6,22436 3,328627 1,193922 1,223775 1,916923 3,852273 2,104134 4,823502 4,859037 6,832816 5,135798 6,04192 -0,69315 5,476464 1,774952 5,889709 0,693147 1,609438 4,8489 1,223775 2,95491 2,60269 1,280934 5,999929 3,360375 3,303217 4,234107 3,992681 3,404525 5,598422 6,456299 -0,51083 5,736572 1,481605 Berdasarkan data Return On Equity yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.8, pada tahun 2004, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 8,757862, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,20397 Pada tahun 2005, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 5,647565 78 dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 0,788457. Pada tahun 2006, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 5,462135, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -2,30259. Pada tahun 2007, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh P PT. Allbond Makmur UsahaTbk sebesar 7,137755, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -0,10536. Pada tahun 2008, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Prima Alloy Steel Tbk sebesar 6,832816, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada sebesar -0,69315. Pada tahun 2009, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 6,456299, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -0,51083. 79 B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Data dengan Menggunakan Structural Equation Modeling Gambar 4.1 Model SEM e1 e2 1 1 Kurs 1 Inflasi z1 Makro Ekonomi 1 1 e3 e4 e5 e6 1 1 1 1 ROE Profitability PM LTD SG DAR 1 1 1 e7 e8 Capital Structure DER Sumber : diolah dari berbagai sumber a. Menilai Identifikasi Model Structural Pengujian pertama untuk model structural adalah menilai apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data kovarian dan varian dibanding dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. Output model summary dapat digunakan untuk menghitung hal tersebut. Tabel 4.9 Variable Counts Number of variables in your model: Number of observed variables: Number of unobserved variables: Number of exogenous variables: Number of endogenous variables: Sumber : diolah dari berbagai sumber 20 8 12 11 9 80 Tabel 4.10 Parameter Summary Weights Covariances Variances Means Intercepts Total 12 0 7 0 0 1 0 0 11 0 0 0 0 0 0 12 0 19 Total 19 1 Sumber : diolah dari berbagai sumber 11 0 0 31 Fixed Labeled Unlabeled Berdasarkan tabel 4.9 dan 4.10 menampilkan ringkasan parameter dalam model. Dapat dilihat terdapat 19 regression weight dimana 12 dengan nilai tetap (fixed) dan 7 yang diestimasi. 12 fixed regression weight meliputi loading pertama dari 3 faktor dan 8 error term. Ada 1 kovarian dan 11 variansi yang diestimasi. Secara total ada 31 parameter dan 19 yang diestimasi. Untuk menilai apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi, yaitu (p + q)(p + q +1)/2 = (6 +2)(6+ 2 +1)/2 = 36 sampel moment sedangkan jumlah parameter yang akan diestimasi 19, sehingga nilai degree of freedom adalah 17 (36 – 19 = 17). Jadi dapat disimpulkan bahwa model yang diteliti adalah overidentified, sehingga dapat diuji lebih lanjut. 81 b. Menilai Kriteria Goodness of Fit Menilai goodness of fit merupakan tujuan utama dalam persamaan struktural, karena dalam tahapan ini ingin mengetahui sampai seberapa jauh model yang dihipotesakan “fit” atau cocok dengan sample data. Tabel 4.11 CMIN Model NPAR CMIN Default model 19 70.282 Saturated model 36 .000 Independence model 8 187.094 Sumber : diolah dari berbagai sumber DF 17 0 28 P .000 CMIN/DF 4.134 .000 6.682 Tabel 4.12 RMR dan GFI Model RMR GFI Default model 272.869 .881 Saturated model .000 1.000 Independence model 386.707 .723 Sumber : diolah dari berbagai sumber AGFI .747 PGFI .416 .644 .562 Tabel 4.13 RMSEA Model Default model Independence model RMSEA .167 .224 LO 90 .127 .194 HI 90 .208 .255 PCLOSE .000 .000 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan hasil goodness of fit seperti terlihat pada output diatas bahwa nilai Chi-Square 70.282 dan nilai probabilitas 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan model sama dengan data empiris ditolak yang berarti model tidak 82 fit. Model yang baik harus tidak menolak hipotesis nol yang berarti harus tidak signifikan secara statistik. Namun demikian, perlu diketahui bahwa Chi-Square sangat sensitif terhadap jumlah sampel. Semakin besar sampel semakin signifikan. Oleh karena itu, dicari ukuran model fit yang lain, yaitu GFI, AGFI, RMSEA. Output grafik memberikan nilai GFI = 0.881 AGFI = 0.747 keduanya belum memenuhi kriteria model fit yaitu di atas 0.90 dan nilai RMSEA = 0.167 di atas 0.080. Secara keseluruhan model ini belum dapat diterima dan belum bisa melakukan langkah selanjutnya. Karena model belum memenuhi kriteria model fit, maka dapat dilihat ketidak fit nya model, dengan melihat parameter estimainya. Tabel 4.14 Standardized Regression Weights Profitability <--- Makro_Ekonomi Estimate .001 Profitability <--- Capital_Structure Inflasi <--- Makro_Ekonomi .014 6.594 Kurs ROE PM <--- Makro_Ekonomi <--- Profitability <--- Profitability .073 19.385 .014 DER DAR SG <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure .488 1.264 .217 LTD <--- Capital_Structure Sumber : diolah dari berbagai sumber -.134 83 Tabel 4.15 Variances Estimate Makro_Ekonomi Capital_Structure z1 e2 e1 e7 S.E. C.R. P Label 91685.312 146851.634 .624 .532 par_9 568.194 283.625 2.003 .045 par_10 1351.291 3652.154 .370 .711 par_11 -89576.431 146840.347 -.610 .542 par_12 36.608 4.869 7.519 *** par_13 -1347.953 3652.142 -.369 .712 par_14 e8 e6 3.131 1819.156 .417 7.515 *** par_15 311.890 5.833 *** par_16 e5 e4 e3 -276.727 2552.587 46300.092 287.511 -.962 .336 par_17 339.189 7.526 *** par_18 6170.279 7.504 *** par_19 Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa nilai standardized regression weight untuk variabel Inflasi, ROE, dan DAR lebih besar dari 1.00 sehingga menghasilkan nilai variansi e2 = 89576.431, e5 = -276.727 dan e7 = -1347.953 (negative) yang terdapat pada tabel 4.15. Dengan adanya nilai variansi negative disebut dengan Heywood case. Dengan adanya Heywood case pada model dan model final harus tidak mengandung Heywood case, maka hal tersebut harus dihilangkan. Cara mehilangkan Heywood case, yaitu dengan menghapuskan indikator yang mengandung Heywood case dari model atau dengan cara membuat konstrain model dengan memberikan nilai positif kecil untuk error term tertentu. Pada kasus ini untuk menghilangkan Heywood case dengan memberikan nilai positif pada indikator tersebut, yaitu 0,005. 84 Gambar 4.2 Model Sem dengan Nilai Konstrain e1 e2 1 0.005 1 Kurs 1 Inflasi z1 Makro Ekonomi 1 0.005 1 e3 e4 e5 e6 1 1 0.005 1 1 ROE Profitability PM LTD SG DAR 1 1 1 e7 e8 Capital Structure DER c. Menilai Identifikasi Model Structural Pengujian pertama untuk model structural adalah menilai apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified. Pengujian terssebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data kovarian dan varian dibanding dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. Output model summary dapat digunakan untuk menghitung hal tersebut. Tabel 4.16 Variable Counts Number of variables in your model: 20 Number of observed variables: 8 Number of unobserved variables: 12 Number of exogenous variables: 11 Number of endogenous variables: 9 Sumber : diolah dari berbagai sumber 85 Tabel 4.17 Parameter Summary Fixed Labeled Weights 12 0 Covariances 0 0 Variances 3 0 Means 0 0 Intercepts 0 0 Total 15 0 Unlabeled Total 7 19 1 1 8 11 0 0 0 0 16 31 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan tabel 4.16 dan 4.17 menampilkan ringkasan parameter dalam model. Dapat dilihat terdapat 19 regression weight dimana 12 dengan nilai tetap (fixed) dan 7 yang diestimasi. 12 fixed regression weight meliputi loading pertama dari 3 faktor dan 8 error term. Ada 1 kovarian, 8 variansi yang diestimasi dan 3 variansi (e2, e5, dan e7) sudah ditetapkan (konstrain) terlebih dahulu. Secara total ada 31 parameter dan 16 yang diestimasi. Untuk menilai apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi, yaitu (p + q)(p + q +1)/2 = (6 +2)(6+ 2 +1)/2 = 36 sampel moment sedangkan jumlah parameter yang akan diestimasi 16, sehingga nilai degree of freedomnya adalah 20 (36 – 16 = 20). Jadi dapat disimpulkan bahwa model yang diteliti adalah overidentified, sehingga dapat diuji lebih lanjut. 86 d. Menilai Kriteria Goodness of Fit Menilai goodness of fit merupakan tujuan utama dalam persamaan structural, yaitu ingin mengetahui sampai seberapa jauh model yang dihipotesis “fit” atau cocok dengan sample data. Gambar 4.3 Model SEM dengan Nilai Goodness of Fit 28.63 e1 1 .01 1 e2 3.11 2083.94 .06 Kurs 1.00 Inflasi z1 Makro Ekonomi .00 1 .01 1.00 e3 e4 44626.02 1 2473.38 1 .01 1 67.24 LTD -1.72 .49 SG .74 853.41 Profitability ROE .15 .01 PM 1 1 e7 3.05 e8 Capital Structure C-Square=82.538 Prob=.000 e6 DER GFI=.859 AGFI=.747 TLI=.450 RMSEA=.166 Sumber : diolah dari berbagai sumber e5 1533.94 1 DAR 1.00 Berdasarkan hasil goodness of fit seperti terlihat pada output diatas bahwa nilai Chi-Square 82.538 dan nilai probabilitas 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan model sama dengan data empiris ditolak yang berarti model tidak fit. Model yang baik harus tidak menolak hipotesis nol yang berarti harus tidak signifikan secara statistic. Namun demikian perlu diketahui bahwa Chi-Square sangat sensitif terhadap jumlah sample. Semakin besar sample semakin signifikan. 87 Oleh karena itu, dicari ukuran model fit yang lain, yaitu GFI, AGFI, RMSEA. Output grafik memberikan nilai GFI = 0.859 AGFI = 0.747 keduanya belum memenuhi kriteria model fit yaitu masih di bawah 0.90 dan nilai RMSEA = 0.166 masih di atas 0.080. Secara keseluruhan model belum dapat diterima. Selain melihat kelayakkan parameter estimasi, untuk memperbaiki nilai goodness of fit dapat dilihat nilai Modification Indices. Nilai Modification Indices ini dapat memperbaiki nilai goodness of fit. Nilai Modification Indices yang dianjurkan adalah lebih besar dari 3.58. di bawah ini adalah nilai Modification Indices. Table 4.18 Nilai Modification Indices Pertama e3 <--> z1 M.I. 13.984 Par Change -131.143 e6 <--> z1 e8 <--> Capital_Structure 8.964 25.410 -19.467 -24.178 e8 <--> e5 e7 <--> e3 e7 <--> e6 9.406 13.459 7.277 -8.197 -127.155 -17.334 e1 <--> e4 7.115 Sumber : diolah dari berbagai sumber 66.779 Berdasarkan tabel 4.18, terlihat bahwa nilai Modification Indices yang tertinggi adalah hubungan e8 dengan Capital Structure yaitu 25.410 yang artinya nilai C-Square berkurang sebesar 25.410. Di bawah ini adalah perbaikan nilai goodness of fit setelah menghubungkan e8 dengan Capital Structure. 88 Gambar 4. 4 Model SEM Perbaikan dengan MI Pertama Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai goodness of fit semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari nilai CSquare yang turun, nilai GFI, AGFI, dan RMSEA yang juga mengalami perbaikan. Namun nilai goodness of fit ini belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Sehingga harus dilihat kembali nilai modification indicesnya. Tabel 4.19 Nilai Modification Indices Kedua M.I. Par Change e3 <--> z1 13.983 -131.137 e6 <--> z1 8.966 -19.469 e7 <--> e3 13.247 -122.123 e7 <--> e6 5.792 -14.972 e1 <--> e4 7.115 66.779 Sumber : diolah dari berbagai sumber 89 Berdasarkan tabel 4.19, terlihat bahwa nilai Modification Indices yang tertinggi adalah hubungan e3 dengan z1 yaitu 13.983 yang artinya nilai C-Square berkurang sebesar 13.983. Di bawah ini adalah perbaikan nilai goodness of fit setelah menghubungkan e3 dengan z1. Gambar 4.5 Model SEM Perbaikan dengan MI Kedua Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai goodness of fit semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari nilai CSquare yang turun, nilai GFI, AGFI, dan TLI yang sudah lebih besar dari 0.800 dan RMSEA yang juga mengalami perbaikan, namun nilai RMSEA dan probabilitasnya belum memenuhi syarat. Sehingga harus dilihat kembali nilai modification indicesnya. 90 Tabel 4.20 Nilai Modification Indices Ketiga M.I. e6 <--> z1 8.691 e7 <--> e6 5.787 e1 <--> e4 7.115 Par Change -17.909 -14.058 66.779 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan tabel 4.20, terlihat bahwa nilai Modification Indices yang tertinggi adalah hubungan e6 dengan z1 yaitu 8.691 yang artinya nilai C-Square berkurang sebesar 8.691. Di bawah ini adalah perbaikan nilai goodness of fit setelah menghubungkan e6 dengan z1. Gambar 4.6 Model SEM Perbaikan dengan MI Ketiga Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai goodness of fit sudah memenuhi syarat yang diajukan. Hal tersebut terlihat dari nilai C-Square yang turun dengan nilai probabilitas 91 yang lebih besar dari 0.050 (0.051), nilai GFI, AGFI, dan TLI yang sudah lebih besar dari 0.800 dan RMSEA yang telah memenuhi syarat yaitu kurang dari 0.080. Dengan demikian model sudah fit, dan dapat dilakukan analisis selanjutnya. e. Kelayakan Parameter Estimasi Langkah awal dalam menilai apakah parameter individual dalam model fit atau tidak adalah melihat bahwa estimasi parameter memberikan tanda dan besaran yang benar sesuai dengan teori. Jika nilai estimasi sangat jauh berbeda dengan yang diharapkan, maka merupakan indikasi adanya kesalahan model atau input matriks tidak cukup memberikan informasi. Beberapa indikasi kesalahan model adalah adanya nilai estimasi korelasi > 1.00, adanya nilai varians yang negative. Tabel 4.21 Standardized Regression Weights Profitability <--- Makro_Ekonomi Estimate .162 Profitability <--- Capital_Structure Inflasi <--- Makro_Ekonomi .225 1.000 Kurs ROE PM <--- Makro_Ekonomi <--- Profitability <--- Profitability .471 .999 .272 DER DAR SG <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure .598 1.000 .277 LTD <--- Capital_Structure Sumber : diolah dari berbagai sumber -.231 92 Tabel 4.22 Variances Estimate Makro_Ekonomi Capital_Structure z1 2083.944 852.531 3.084 C.R. P Label 277.244 243.070 .405 7.517 *** par_12 3.507 *** par_13 7.615 *** par_14 3.809 .416 7.517 *** par_15 7.439 *** par_16 1533.934 204.073 2473.381 329.054 44626.035 5936.963 7.517 *** par_17 7.517 *** par_18 7.517 *** par_19 e2 e7 e5 .005 .005 .005 e1 e8 28.634 3.094 e6 e4 e3 S.E. Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa nilai standardized regression weight untuk untuk setiap variabel indikator tidak lebih besar dari 1.00, sehingga nilai variansi pada tabel 4.22 tidak ada yang bernilai negatif. Hal tersebut menandakan tidak adanya Heywood case pada model. Sehingga model dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya. f. Evaluasi Multikolinieritas Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matriks kovarians. Nilai determinan yang sangat kecil menunjukan indikasi terdapatnya masalah Multikolinieritas atau singularitas, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian. 93 Tabel 4.23 Sample Covariances LTD SG DAR DER PM ROE LTD SG DAR 47140.480 -691.859 -1079.711 2679.076 308.815 463.635 DER PM ROE -966.322 13.170 -145.555 105.999 -10.510 15.760 629.022 -16.443 9.187 2387.350 -36.317 -7.111 3.132 .511 3.338 Kurs Inflasi 84.414 1430.249 97.260 442.568 7.275 49.562 9.283 42.421 .598 .403 -.594 10.371 Kurs Inflasi 36.799 130.443 2083.949 Sumber : diolah dari berbagai sumber Condition number = 26799.355 Eigenvalues 47243.234 3023.109 2464.933 1798.002 237.034 26.649 3.037 1.763 Determinant of sample covariance matrix = 21402806428009700000.000 Berdasarkan tabel 4.23 hasil output AMOS memberikan nilai determinan of sample covariance matrix sebesar 21402806428009700000.000. Nilai tersebut jauh dari angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis. g. Uji Discriminant Validity Uji Discriminant validity merupakan uji yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk benar-benar berbeda dari konstruk yang lainnya. Nilai discriminant validity yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang diukur. Cara pengujiannya adalah membandingkan nilai akar kuadrat dari Analysis Variance Extracted (AVE) dengan nilai korelasi antar konstruk. 94 Jumlah kuadrat standar loading i didapat dari table 4.13 : 2 Makro Ekonomi : 0.4712 + 1 2 = 1.222 Capital Sructure : 0.598 2 + 12 + 0.2772 + (-0.231)2 = 1.488 Jumlah kesalahan pengukuran 1 i 2 atau variansi eror : Makro Ekonomi : (1-0.471 2 ) + (1-1 2) = 0.778 Capital Structure : (1-0.5982 ) + (1-12) + (1-0.277 2 ) + (1-(-0.231)2) = 2.512 AVE n i 2 i 1 n n i 2 var(i) i 1 i 1 Jadi nilai AVE untuk setiap variable konstruk adalah sebagai berikut : Makro Ekonomi : 1.222 0.611 1.222 0.778 Capital Structure : 1.488 0.372 1.488 2.512 Berikut ini adalah nilai akar kuadrat AVE dari setiap variable konstruk : Makro Ekonomi : 0.611 0.782 Capital Structure : 0.372 0.610 95 Tabel 4.24 Correlations Estimate makro <--> capital .036 Tabel 4.25 Korelasi antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE Makro Makro 0.782 Capital 0.036 Sumber : diolah dari berbagai sumber Capital 0.610 Berdasarkan table 4.25 dapat disimpulkan bahwa semua konstruk laten yang ada pada model memiliki nilai akar kuadrat AVE yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstuk dan ini menunjukan convergent validity yang baik. Sehingga hal ini sama dengan pengujian multikolinieritas dengan menggunakan nilai Determinant of sample covariance matrix yang menyatakan bahwa suatu konstruk benar-benar berbeda dengan konstruk lainnya (independen). h. Hasil Estimasi Parameter Tabel 4.26 Regression Weights Estimate S.E. C.R. P Label Profitability <---Makro_Ekonomi .007 .003 1.967 .049 par_6 Profitability <---Capital_Structure .014 .006 2.214 .027 par_7 Inflasi <---Makro_Ekonomi 1.000 Kurs <---Makro_Ekonomi .063 .011 5.676 *** par_1 ROE <---Profitability 1.000 PM <---Profitability .263 .081 3.249 .001 par_2 Tabel ini berlanjut ke halaman berikut: 96 Tabel 4.26 Lanjutan Estimate DER <--- Capital_Structure 1.000 DAR SG LTD <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure <--- Capital_Structure .737 .491 -1.716 S.E. C.R. P Label .093 7.929 *** par_3 .172 2.859 .004 par_4 .714 -2.404 .016 par_5 Sumber : diolah dari berbagai sumber Berdasarkan tabel 4.26 hasil output teks AMOS yang berkaitan dengan estimasi parameter, bahwa semua variabel independen (Makro Ekonomi dan Capital Structure) berpengaruh secara signifikan Profitabilitas (ROE pada dan tingkat PM). kepercayaan Variable 5% terhadap Makro Ekonomi mempengaruhi Profitabilitas dengan nilai estimasi parameter sebesar 0.007, Capital Structure mempengaruhi Profitabilitas dengan nilai estimasi parameter sebesar 0.014. Untuk variabel independen Makro Ekonomi, semua variabel indikator (Inflasi dan Kurs) berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas pada tingkat kepercayaan 5%. Untuk variabel independent Capital Structure semua variabel indikatornya (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR) berpengaruh secara signifikan terhadap Profitabilitas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai P yang lebih kecil dari 0.05. Selain melihat pengaruh variable independent terhadap variable dependen, pada penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara variabel Capital Structure dengan variabel macro economy 97 pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.24, yaitu variable Capital Structure memiliki hubungan (correlation) yang positif terhadap variable Makro Ekonomi Berdasarkan hasil pengujian data menggunakan metode SEM di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1) Variabel Makro Ekonomi (Kurs dan Inflasi) berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jian-Shen Chen, dkk (2009) yang menemukan hasil bahwa capital structure, operational risk dan macro economy memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Selain itu dalam teori model Keynesian menyatakan inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun terjadi inflasi tetapi masyarakat akan tetap membeli produk-produk yang diinginkannya karena adanya sifat ketidak puasan yang tertanam didalam benak masyarakat, semakin tinggi tingkat ketidak puasan atau sifat konsumtif masyarakat maka akan semakin banyak masyarakat untuk membeli suatu produk 98 tertentu, semakin banyak membeli produk tersebut maka akan meningkatkan nilai profit suatu perusahaan tersebut, dalam kasus ini contohnya adalah produk barang otomotif. 2) Variabel Capital Structure (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR) berpengaruh secara signifikan. Yang berpengaruh positif adalah Sales Growth, DER, dan DAR. Sedangkan variabel Long Term Debt berpengaruh negatif. Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005) yang menyatakan bahwa EBIT, short term debt, long term debt, total debt, size company dan sales growth. berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di Ghana. Dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009) yang menyatakan bahwa struktur modal yang terdiri dari long term debt, size company, sales growth, debt to equity ratio, debt to asset ratio berpengaruh terhadap profitabilitas. Martono (2003:122) juga menegaskan bahwa struktur modal terkait dengan modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan untuk long term debt berpengaruh negatif dengan profitabilitas, hal ini disebabkan karena jika suatu perusahaan menggunakan modal jangka panjang dari luar yang besar maka resiko yang dihadapi 99 oleh perusahaan tersebut akan semakin besar pula dan harus terus memenuhi kewajibannya tiap periode tanpa memandang keadaan perekonomian perusahaan itu sendiri maupun keadaan perekonomian secara global. 3) Variabel makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki hubungan (correltion) yang positif dengan variable Capital Structure. Hal ini dapat disebabkan karena banyak dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian meniliki hutang modal jangka panjang dengan menggunakkan dolar, dengan meningkatnya kurs dolar maka akan meningkatkan pula jumlah hutang modal yang tertanam dalam perusahaan tersebut, dengan menambah jumlah hutang modal perusahaan maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat pula. 100 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh capital structure dan macro economy terhadap profitabilitas dengan melalui pendekatan structural equation modeling. Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi profitabilitas yang diwakilkan oleh ROE dan PM pada perusahaan sector otomotif yang telah terdaftar di BEI pada periode tahun 2004 sampai dengan 2009 adalah sebagai berikut: 1. Variabel Makro Ekonomi (Kurs dan Inflasi) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jian-Shen Chen, dkk yang menemukan hasil bahwa capital structure, operational risk dan macro economy memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. 2. Variabel Capital Structure (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR) berpengaruh secara signifikan. Yang berpengaruh positif adalah Sales Growth, DER, dan DAR. Sedangkan variabel Long Term Debt berpengaruh negatif. Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005), Wirdiyanto (2009), dan Martono (2003:122) bahwa struktur modal yang terdiri dari long term debt, size 101 company, sales growth, debt to equity ratio, debt to asset ratio berpengaruh terhadap profitabilitas. 3. Variabel makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki hubungan (correltion) yang positif dengan variable Capital Structure. Hal ini dapat disebabkan karena banyak dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian meniliki hutang modal jangka panjang dengan menggunakkan dolar, dengan meningkatnya kurs dolar maka akan meningkatkan pula jumlah hutang modal yang tertanam dalam perusahaan tersebut, dengan menambah jumlah hutang modal perusahaan maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat pula. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah: 1. Makro ekonomi (kurs dan inflasi) berpengaruh secara positif signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi inflasi tetapi masyarakat akan tetap membeli produk-produk yang diinginkannya karena adanya sifat ketidak puasan yang tertanam didalam benak masyarakat, semakin tinggi tingkat ketidak puasan atau sifat konsumtif masyarakat maka akan semakin banyak masyarakat untuk membeli suatu produk tertentu, semakin banyak membeli produk 102 tersebut maka akan meningkatkan nilai profit suatu perusahaan tersebut, dalam kasus ini contohnya adalah produk barang otomotif. 2. Capital structure (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, yang berpengaruh positif adalah Sales Growth, DER, dan DAR hal ini berarti bahwa struktur modal terkait dengan modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan variabel Long Term Debt berpengaruh negatif. hal ini disebabkan karena jika suatu perusahaan menggunakan modal jangka panjang dari luar yang besar maka resiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut akan semakin besar pula dan harus terus memenuhi kewajibannya tiap periode tanpa memandang keadaan perekonomian perusahaan itu sendiri maupun keadaan perekonomian secara global 3. Makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki hubungan (correltion) yang positif dengan variable Capital Structure. Hal ini dapat disebabkan karena banyak dari perusahaan yang menjadi sampel penelitian meniliki hutang modal jangka panjang dengan menggunakkan dolar, dengan meningkatnya kurs dolar maka akan meningkatkan pula jumlah hutang modal yang tertanam dalam perusahaan tersebut, dengan menambah jumlah hutang modal perusahaan maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat pula. 103 DAFTAR PUSTAKA Agusta, Nova, “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Terpilih Dlm Indeks Lq45 Periode 2004-2007”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009. Andrew, Joseph D. and Timothy J. Gallagher, “Financial Management: principles and Practice”, New Jersey: Prentice Hall, 2000. Blocher, Edwad J. dan Kung H. Chen, Gary Cokins, Thomas W. Lin, “Manajemen Biaya (Penekanan Strategi)”, Edisi 3, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Brealey, Richard A. and Stewart C. Myers, “Principles of Corporate Finance”, Seventh Edition, Mc Graw-Hill, New York, 2003. Chen, Shen Jian., Mei Ching Chen, Mei-Ching Chen, Wen-Ju Liao, Tsung-Hsien Chen, “Influence of Capital Structure and Operacional Risk on Profitability of Life Insurence Industry in Taiwƒn”, Jurnal Of Modeling in Management Vol 4 No 1, Taiwan, 2009. Fransisko, Nicolaus, “Cara Mudah Menyajikan dan Memahami Laporan Keuangan Neraca Lajur”, PT Grasindo. Jakarta, 2005. Ghosh, Arvin, Francis Cai and Wenhui Li, “The Determinants of Capital Structure”, American Business Review, 18,2,p.129, 2000. Ghozali, Imam, “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Gitman, Lawrence J, “Corporations - Finance; Business enterprises - Finance; Business firms; Financial management ISBN: 0-321-31150-7 Edisi: 11th ed.”, Addison-Wesley, Boston,, 2006 Griffin, Ricky W, “Manajemen”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Alih Bahasa, Erlangga, 2003. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Higgins, Robert C, “Analisys For Financial Management”, Fourth Edition, Richard D. Irwin, Inc, Washington, 1995. Husnan, Suad, “Pembelanjaan Perusahaan Keuangan)”, Liberty. Yogyakarta, 2001. (Dasar–Dasar Manajemen 104 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 2007. Joesoef, Jose Rizal, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat, Jakarta, 2008 Judokusumo, Suhendi, “Pengantar Derivatif Dalam Moneter Internasional”, Grasindo, Jakarta, 2007 Kaaro, Hermeindito, “Prediksi Struktur Modal Berbasis Pecking Order Theory Pada Kondisi Ekonomi Krisis”, Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha, Yogyakarta, 2003. Leunupun, Pieter, “Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada Beberapa KUD di Kota Ambon)”, Maluku, Universitas Kristen Indonesia, 2003. Mankiw, Gregory, “Teori Makro Ekonomi”, Edisi 6, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2007. Mayangsari, Sekar, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis”, 2001. Munawir, S, Drs, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta, 2009. Nafarin, M, “Penganggaran Perusahaan”, Edisi ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Nazir, Mian Sajid, dan Talat Afza,” Impact Ofaggressive Working Capital Management Policy On Firm's Profitability” The IUP Journal Of Applied Finance, vol 15 no 8 ; 2009 Rahardja, Prathama dan Mandala Manarung, “Teori Ekonomi Makro”, Edisi 2 Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta, 2001. Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Yogyakarta, 2005. Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE. Ross, Stephen A., Randolph W Westerfield, and Bradford D Jordan, “Fundamentals of Corporate Finance”, McGraw-Hill, New Jersey, 2003. 105 Santoso, Singgih, “Structural Equation Modelling Konsep dan Aplikasi dengan AMOS” PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Yogyakarta, 2007. Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001. Sugiono, ”Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta. Bandung, 1997. Sugiono, ”Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta. Bandung, 1997. Sukirno, Sadono, ”Makro Ekonomi Teori Pengantar” PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Syamsuddin, L., ”Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep dan Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan”, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Van Horne, James C and John M. Wachowic, JR, “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Weston, J.F dan Copeland, “Dasar–Dasar Manajemen Keuangan Jilid II”, Erlangga. Jakarta, 1997. Weston, J. F dan Brigham, E. F, “Manajemen Keuangan (managerial finance)”, Jilid 1. Alih Bahasa Robinson Tarigan. Erlangga, Surabaya, 1983. Wijaya, Tony, “Analisis Structural Equation Modeling Menggunakan AMOS”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009. Wirdiyanto, Abdul Aziz, “Pengaruh Capital Structure Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN, Jakarta, 2009. 106