PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO

advertisement
PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY
TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN
STRUCTURAL EQUATION MODELING
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi
Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ade Ridwan
NIM: 206081003963
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
i
PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY
TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN
STRUCTURAL EQUATION MODELING
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ade Ridwan
NIM: 206081003963
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP.19690203 200112 1 003
Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB
NIP.19741127 200112 1 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ii
Hari ini Kamis, Tanggal 5 Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Ade Ridwan NIM: 206081003963 dengan judul
Skripsi “PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY
TERHADAP
STRUCTURAL
PROFITABILITAS:
EQUATION
MELALUI
MODELING”.
PENDEKATAN
Memperhatikan
penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra S. Ag., MM
Ketua
Amalia, SE., M.S.M
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
iii
Hari ini Jumat Tanggal 17 September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Ade Ridwan NIM: 206081003963 dengan judul Skripsi
“PENGARUH
TERHADAP
STRUCTURAL
CAPITAL
STRUCTURE
PROFITABILITAS:
EQUATION
DAN
MACRO
MELALUI
MODELING”.
ECONOMY
PENDEKATAN
Memperhatikan
penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Pembimbing I
Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli I
Suhendra S.Ag., MM
Penguji Ahli II
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Ade Ridwan
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Tangerang, 07 Juli 1988
3. Alamat
: Jl. Raya Puspiptek Kel. Buaran Rt.
02 Rw. 03 No. 35A Kec. Serpong
Tangerang Selatan 15316
4. Telepon
: 085697455318
II. PENDIDIKAN
1. SDN III Babakan Serpong
Tahun 1994-2000
2. SMPN IV Puspitek Serpong
Tahun 2000-2003
3. SMAN I Cisauk
Tahun 2003-2006
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Sudirja. HN
2. Ibu
: Halimah
5. Alamat
: Jl. Raya Puspiptek Kel. Buaran Rt.
02 Rw. 03 No. 35A Kec. Serpong
Tangerang Selatan 15316.
v
EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE AND MACRO ECONOMY
TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN
STRUCTURAL EQUATION MODELING
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of capital structure on profitability and
the macro economy through structural equation modeling approach. In this study
used secondary data from financial reports from 19 automotive companies listed
in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2004-2009 are actively traded.
Determination of the samples was done by using purposive sampling method. For
analyzing the test data conducted by Structural Equation Modeling (SEM) with
the help of AMOS Version 18 applications. The results of this study indicate that
the capital structure and the macro economy has a significant effect on
profitability.
Keywords: Capital Structural, Macro Economy, Profitability, and Structural
Equation Modeling (SEM)
vi
PENGARUH CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO ECONOMY
TERHADAP PROFITABILITAS: MELALUI PENDEKATAN
STRUCTURAL EQUATION MODELING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh capital structure dan macro
economy terhadap profitabilitas melalui pendekatan structural equation modeling.
Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari 19
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode
2004-2009 yang aktif diperdagangkan. Penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode sampling purposive. Penganalisisan untuk pengujian data
dilakukan dengan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan aplikasi
program AMOS Versi 18. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa capital
structure dan macro economy berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Kata kunci: Capital Structure, Macro Economy, Profitabilitas dan Struktural
Equation Modeling (SEM).
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Pengaruh Capital Structure dan Macro Economy terhadap
Profitabilitas: Melalui Pendekatan Structural Equation Modeling.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syaratsyarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucap syukur alhamdulillah atas rahmat
dan karunia yang diberikan Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang
dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus,
membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan
semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Adik-adik penulis, Adinda Nur Khalifah, Dhesya Putri Ramadhani,
dan
Ananda Zidni Ilham yang tak pernah henti memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis. Mereka merupakan telaga inspirasi yang tak pernah
surut.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang
sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
5. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
viii
6. Tim penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Abdul Hamid, MS; Suhendra S.
Ag., MM; Amalia, SE., M.S.M.
7. Tim penguji ujian skripsi: Prof. Dr. Abdul Hamid, MS; Prof. Dr. Ahmad
Rodoni; Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB; Suhendra S. Ag., MM.
8. Ika Caya Putri, yang selalu memberikan semangat dan motivasi baik penulis
dalam keadaan susah maupun senang.
9. Kawan-kawanku Manajemen B 2006, Ardian Prima Haryoto, Nurrina, Anggi
Permana, Ali Murtadlo, Aditya Yudhistira, Julfi Fajrihan, Rika Perdana Putri,
Rhaina Amalia, Anggi Saputra, Nurul Faizah, Lia Marlia, Febrian Djaka
Putra, Umar, Alamsyah, Renal, Kiki, Apung, Zakier, Faisal, Rosim, BK,
Yadih, Teh Purwanti, Lutfi, Restu, yang telah memberikan dukungannya
kepada penulis.
10. Dina Mardiana, yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga telah rela
meminjamkan buku-bukunya kepada penulis.
11. Rekan-rekan Manajemen dan Akuntansi angkatan 2006
yang telah
memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
12. Rekan-rekan di CV. Prasasti Indomedia, Moonpala, dan Bravo Production
yang telah banyak memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 17 September 2010
Ade Ridwan
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………..…………..………………
i
Lembar Pengesahan Skripsi ……………….………….………………
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….…………….
iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……………….……………
iv
Daftar Riwayat Hidup …………………………………….………….
v
Abstract ……….…………………………………………….…….…...
vi
Abstrak ………………………………………………………….…..…
vii
Kata Pengantar ………………….……………………………………
viii
Daftar Isi ……….………………..……………………………………
x
Daftar Tabel …………………………………..………………………
xii
Daftar Gambar …………………………………..……………………
xiii
Daftar Lampiran ……………………………………………………...
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………...
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Modal ……………………………………………...
10
B. Macro Economy ………...…………………………………..
28
C. Profitabilitas ............................................................................ 36
D. Penelitian Terdahulu ..............................................................
39
E. Kerangka Pemikiran ............................................................... 45
F. Hipotesis .............................………………………………… 46
x
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………..
48
B. Metode Pengumpulan Sampel ………………………………
48
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………
49
D. Metode Analisis Data ……………………………………….
50
E. Operasional Variabel Penelitian …………………………….
61
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ….………........................
64
B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................
80
1. Analisis Data dengan Menggunakan Structural
Equation Modeling ............................................................. 80
BAB V
a.
Menilai Identifikasi Model Structural ......................... 80
b.
Menilai Kriteria Goodness of Fit ................................. 82
c.
Menilai Identifikasi Model Structural ......................... 85
d.
Menilai Kriteria Goodness of Fit ................................. 87
e.
Kelayakan Parameter Estimasi .................................... 92
f.
Evaluasi Multikolinieritas ...........................................
g.
Uji Discriminant Validity ............................................ 94
h.
Hasil Estimasi Parameter ............................................. 96
93
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ………………………………………….............
101
B. Implikasi …………………………………………….............
102
Daftar Pustaka …………………………………………………………….
104
Lampiran-Lampiran ……………………………………………………….
107
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu …………………………………….
42
3.1
Kriteria Uji Kesesuaian Model ………………………….
59
3.2
Tahapan Structural Equation Modelling ………..……….
61
4.1
Perusahaan Objek Penelitian …………..………………..
69
4.2
Statistik Deskriptif Variabel Long Term Debt ...………..
70
4.3
Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth .........……….
71
4.4
Statistik Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio ......….
73
4.5
Statistik Deskriptif Variabel Debt to Assets Ratio ...…….
74
4.6
Statistik Deskriptif Variabel Macro Economy ..................
76
4.7
Statistik Deskriptif Variabel Profit Margin .……….......... 76
4.8
Statistik Deskriptif Variabel Return On Equity ................. 78
4.9
Variable Counts ...........................……………………….
80
4.10
Parameter Summary .............……….……………………
81
4.11
CMIN ....................................................…………………
82
4.12
RMR dan GFI ........................................…………………
82
4.13
RMSEA .................................................…………………
82
4.14
Standardized Regression Weights .............………………
83
4.15
Variances ...............................................………………… 84
4.16
Variable Counts .....................................………………… 85
4.17
Parameter Summary ...............................……………...…
4.18
Nilai Modification Indices Pertama .......................……… 88
4.19
Nilai Modification Indices Kedua....................................... 89
4.20
Nilai Modification Indices Ketiga ….……………………
91
4.21
Standardized Regression Weights .........…………………
92
4.22
Variances .............................................…………………
93
4.23
Sample Covariances ..............................…………………
94
4.24
Correlations ................................................……………… 96
4.25
Korelasi antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE …..…… 96
4.26
Regression Weights ................................………………… 96
xii
86
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ……………………………………... 46
4.1
Model SEM ……………………….............……………... 80
4.2
Model Sem dengan Nilai Konstrain .....……………..…...
4.3
Model SEM dengan Nilai Goodness of Fit ....………..….. 87
4.4
Model SEM Perbaikan dengan MI Pertama ...………..…. 89
4.5
Model SEM Perbaikan dengan MI Kedua ...………..…..
90
4.6
Model SEM Perbaikan dengan MI Ketiga ...………..…..
91
xiii
85
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
1
Statistik Deskriptif
2
Hasil Analisis Data dengan Structural Equation
3
Halaman
107
Modeling (SEM)
112
Laporan Keuangan Perusahaan
122
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, semakin banyak perusahaan
sejenis yang bermunculan, hal ini menyebabkan persaingan dalam dunia
bisnis menjadi semakin ketat. Untuk menghadapi permasalahan tersebut,
perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif serta mampu melakukan
penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan akan terjadi
dimasa mendatang baik itu perubahan perekonomian nasional, kemampuan
pesaing, kondisi konsumen, maupun peraturan pemerintah. Oleh karena itu
perusahaan harus tumbuh dan berjalan secara konseptual dan sistematis agar
tercipta pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang dinamis melalui
pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki sehingga perusahaan
memiliki motifasi untuk menciptakan kemampuan bersaing.
Agar tercapainya tujuan di atas, suatu perusahaan pasti dan akan
membutuhkan adanya permodalan. Kita ketahui bahwasanya perusahaan
dalam menjalankan kegiatannya selain menggunakan modal sendiri juga
menggunakan modal dari luar atau pinjaman, apalagi perusahaan akan
menjalankan program ekspansi dimana hal itu akan membutuhkan modal
yang tidak sedikit dan akan sangat sulit terpenuhi apabila hanya
mengandalkan modal sendiri, oleh karenanya diperlukan permodalan yang
berasal dari luar perusahaan, namun hal tersebut akan menyebabkan
1
berubahnya struktur modal perusahaan, dengan adanya modal pinjaman atau
modal dari pihak luar, bagi perusahaan akan menyebabkan timbulnya
kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang pokok, oleh sebab itu
diperlukannya perhitungan yang matang untuk menentukan jenis dan
besarnya pinjaman, sehingga apabila modal pinjaman tersebut digunakan
dapat memberikan keuntungan dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya secara optimal. Selain itu, proporsi antara modal pinjaman dan
modal sendiri juga harus tepat, karena jika modal pinjaman terlalu besar akan
memperbesar pula risiko tidak terbayarnya beban tetap berupa bunga dan
pinjaman pokok tanpa melihat apakah perusahaan sedang mengalami surplus
atau deficit keuangan.
Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan,
dikenal adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif, baik
vertikal maupun horizontal. Aturan struktur finansial (struktur keuangan)
konservatif
yang vertikal memberikan batas imbangan
yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (utang)
dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal
yang tahan risiko, maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besarnya
modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanapun juga tidak melebihi
besarnya modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara
jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1. Setiap
perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan
2
dalam menanggung risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama
didasarkan kepada “prinsip keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh
yang baik terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan sendiri (Nafarin,
2007:348).
Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan atau usaha bisnis adalah
untuk
menciptakan
profitabilitas,
sehingga
dapat
digunakan
untuk
menciptakan kesejahteraan bagi para stakeholdernya. Dari hasil penjualan
yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang semakin
meningkat. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan
salah satu faktor yang penting untuk menilai profitabilitas. Faktor
profitabilitas sangat penting karena menunjukan sejauh mana kemampuan
bisnis
tersebut
menghasilkan
keuntungan.
Profitabilitas
merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri yang sering digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi,
oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan
ukuran bahwa dalam perusahaan tersebut dapat melangsungkan hidupnya
secara berkelanjutan. Riyanto (2005:29) mengemukakan bahwa bagi
perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas merupakan hal yang lebih
penting dibanding dengan laba, karena laba yang besar belum merupakan
ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru
dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan
3
kekayaan atau modal yang menghasilkan laba, oleh karena itu profitabilitas
merupakan pencerminan dari efisiensi, dengan demikian yang harus
diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk
memperbesar laba, tetapi
yang lebih penting adalah usaha untuk
mempertinggi profitabilitasnya melalui efisiensi dari struktur modal
perusahaan
dengan memperhatikan situasi ekonomi makro yang sedang
terjadi.
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas antara lain
dilakukan oleh Chen, dkk (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal, makro ekonomi dan risiko operasional
dalam profitabilitas dengan objek penelitian pada industri asuransi jiwa yang
berada di Cina. Dalam penelitian ini variabel yang dipergunakan meliputi
variabel independent yakni variabel struktur modal, dengan indikator rasio
kewajiban, rasio ekuitas dan reserve to liability ratio. Sedangkan untuk
variabel dependennya adalah variabel profitabilitas dengan indikator Return
On Assets (ROA) dan Profit Margin. Selain dua variabel tersebut Chen, dkk
menambahkan variabel tersembunyi yaitu variabel macro economy dengan
indikator pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Hasil dari pengujiannya menunjukan bahwa hubungan masing-masing antar
variabel berpengaruh signifikan dalam arah yang positif pada industri
asuransi jiwa yang berada di Cina.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009),
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
capital
structure
terhadap
4
profitabilitas dengan objek penelitian pada perusahaan yang tergabung dalam
Perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI dengan jumlah
sampel 11 perusahaan, dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi
variabel independent (X) yaitu long term debt, size company, sales growth,
debt to equity ratio dan debt to asset ratio, sedangkan untuk variabel
dependennya (Y) yaitu dengan mengggunakan Return On Equity (ROE).
Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh yang cukup signifikan
dengan persentase sebesar 94,246% dari semua variabel independen terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan uraian di atas dan mengacu pada hasil penelitian Chen,
dkk (2009), Wirdiyanto (2009) maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai struktur modal dengan indikator long term debt, sales
growth, debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR) dan Macro
Economy dengan indikator inflasi dan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap
dollar yang nantinya akan digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas
dengan indikator Return On Equity (ROE) dan Profit Margin Ratio pada
perusahaan industri Otomotif yang terdaftar di BEI pada periode 2004 –
2009.
Seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009),
penelitian ini memilih profitabilitas yang diukur dari rasio Return On Equity
(ROE) karena rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001:124).
5
Higgins (1995:40) menyatakan bahwa “By far the most popular yardstick of
financial performance among investors and senior managers is the return on
equity”.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
antara lain adalah periode penelitian laporan keuangannya selama enam tahun
yaitu dari tahun 2004 – 2009. Selain itu dalam jumlah variabel bebas yang
diteliti juga ada perbedaan, dalam penelitian ini melibatkan variabel macro
economy dan juga menambah satu indikator dalam variabel laten profitabilitas
yaitu indikator rasio profit margin. Selain itu juga dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis yang berbeda yakni menggunakan metode
analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Shen Chen et,al.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ilmiah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “PENGARUH
CAPITAL STRUCTURE DAN MACRO
PROFITABILITAS:
MELALUI
ECONOMY
PENDEKATAN
TERHADAP
STRUCTURAL
EQUATION MODELING”.
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah variabel-variabel struktur modal berdasarkan indikator long term
debt, sales growth, Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio
(DAR) berpengaruh positif terhadap profitability pada industri otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009?
2. Apakah ada hubungan negatif antara variabel struktur modal dengan
variabel macro economy pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2004 - 2009?
3. Apakah macro economy secara positif dapat mempengaruhi profitability
pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004
- 2009?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan merujuk pada masalah penelitian yang dirumuskan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk memberikan bukti empiris variabel-variabel struktur modal
berdasarkan indikator long term debt, sales growth, Debt to Equity
Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap
profitability pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2004 - 2009.
7
b. Untuk memberikan bukti empiris hubungan negatif variabel struktur
modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 - 2009.
c. Untuk memberikan bukti empiris macro economy secara positif dapat
mempengaruhi profitability pada industri otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2004 - 2009.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat
sebagai berikut:
a. Bagi pelaku bisnis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau
bahan perbandingan, bagi pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan dalam merencanakan, memanfaatkan dan mengendalikan
struktur modal serta situasi ekonomi makro dengan bijak agar
perusahaan dapat memaksimalkan laba dan profitabilitasnya.
b. Bagi Akademisi, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai tambahan
informasi variabel-variabel karakteristik struktur modal dan ekonomi
makro yang digunakan dalam mempengaruhi profitabilitas suatu
perusahaan.
8
c. Bagi Penulis, untuk memperdalam ilmu pengetahuan khususnya dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan serta menerapkan teoriteori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkannya dengan
praktek yang terjadi dalam perusahaan, serta untuk menambah wawasan
mengenai variabel-variabel karakteristik struktur modal dan ekonomi
makro yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Struktur Modal
Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha
mencari keseimbangan finansial neraca yang dibutuhkan serta mencari
susunan kualitatif neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. “Pemilihan
susunan kualitatif pada sisi assets akan menentukan struktur kekayaan
perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari sisi liabilities dan
equities akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal
perusahaan. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang
tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu mengandung
berbagai macam aspek. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki
oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir,
2009:19). Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2007:153), disebutkan bahwa: Ekuitas
atau modal merupakan hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara
aktiva dan kewajiban yang ada dan dengan demikian tidak merupakan
ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya modal berasal dari
investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang
10
terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena kerugian.
Pada
hakikatnya
masalah
pembelanjaan
perusahaan
adalah
menyangkut masalah keseimbangan keuangan di dalam perusahaan.
Dengan demikian pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara
aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif
dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya. Menurut Riyanto
(2001:14), pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan
struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari
pasiva akan menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (1997:22), keputusan untuk memilih
sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling
penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal
sendiri (long term debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal
perusahaan dan rasio hutang terhadap modal ini akan menentukan
besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan.
Menurut Sartono (2001:240), struktur modal adalah perbandingan
atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan
oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
Sedangkan
menurut
Riyanto
(2001:22),
struktur
modal
adalah
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pertimbangan antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut Gitman (2006:488),
definisi struktur modal adalah sebagai berikut:
11
”Capital Structure is the mix of long term debt and equity maintained by
the firm”.
Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara
hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan.
Struktur modal adalah kombinasi dari penggunaan sumber dana yang
digunakan oleh perusahaan baik itu berupa hutang maupun modal sendiri
untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan tentang pengaruh struktur
modal terhadap nilai perusahaan.
Menurut Riyanto (2001:238), struktur modal suatu perusahaan
secara umum terdiri atas beberapa komponen , yaitu :
a. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang
tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern
maupun sumber ekstern. Sumber intern berasal dari keuntungan yang
dihasilkan peerusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal
yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari modal
saham dan laba ditahan.
1) Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu Perseroan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari :
12
a)
Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang
yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini,
dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap
menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
b) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang
merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang
jangka panjang.
2) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang dibayarkan
sebagai deviden.
Komponen
modal
sendiri
ini
merupakan
modal
dalam
perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha
maupun risiko kerugian–kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak
memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka
waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–
tiap perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang
diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam
dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk
memelihara kelangsungan hidup serta melindungi perusahaan dari
13
resiko
kebangkrutan.
Modal
sendiri
merupakan
sumber
dana
perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap
yang bersifat permanen dan pada investasi–investasi yang menghadapi
resiko kerugian / kegagalan yang relatif besar. Karena suatu kerugian /
kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan
tindakan membahayakan bagi kontinuitas atau kelangsungan hidup
perusahaan.
b. Modal Asing atau Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang
jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun.
Hutang
jangka panjang
ini pada
umumnya digunakan untuk
membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari
perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi
jumlah yang besar. Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah
pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik.
1) Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, dimana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang
yang mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari
keuntungan.
14
2) Pinjaman Hipotik
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi
uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, agar supaya bila pihak
debitur tidak memenuhi
kewajibannya, barang itu dapat dijual dan hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
Modal asing atau hutang jangka panjang di lain pihak,
merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali
dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin
ringannya syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan
mempermudah
dan
memperluas
bagi
perusahaan
untuk
memberdayagunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau
hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus
dibayar
kembali
pada
waktu
yang
sudah
ditetapkan
tanpa
memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus
sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar
kembali hutang dan bunganya, maka kreditur dapat memaksa
perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh
karena itu, kegagalan untuk membayar kembali hutang atau bunganya
akan mengakibatkan para pemilik perusahaan kehilangan kontrol
terhadap perusahaannya seperti halnya terhadap sebagian atau
keseluruhan modalnya yang ditanamkan dalam perusahaan. Begitu pula
15
sebaliknya, para krediturpun dapat kehilangan kontrol terhadap
sebagian atau seluruhnya dana/pinjaman dan bunganya. Karena segala
macam bentuk yang ditanamkan didalam perusahaan selalu dihadapkan
pada risiko kerugian.
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan
permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana
modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan.
Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan
besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage
keuangan yang digunakan perusahaan, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing / hutang jangka
panjang dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar pula
risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar
kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh
temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta
dana yang mereka tanamkan didalam perusahaan untuk dipertaruhkan
pada kerugian juga semakin besar.
Pada umumnya, terdapat beberapa teori struktur modal yaitu terdiri
dari:
a. Teori Mudigliani dan Miller
Setiap perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam
menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba.
16
Struktur modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi
kepentingan modal sendiri atau ekuitas yang tercermin dari ROE.
Penggabungan berbagai sekuritas yang berbeda pada perusahaan
dikenal dengan struktur modal. Pilihan kombinasi pada sturktur modal
adalah secara mendasar merupakan masalah pemasaran. Perusahaan
dapat mengeluarkan lusinan kompinasi tak terhitung dari berbagai
sekuritas, tetapi perusahaan tetap mencari kombinasi yang dapat
memaksimalkan nilai pasar perusahaan secar keseluruhan.
Menurut Brealey dan Myers, terdapat dua pendekatan dalam
kaitannya dengan struktur modal, yang dinamakan dengan proporsi I
dan proporsi II. Rumus yang digunakan dalam proporsi II untuk
menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemilik modal
dari penggunaan hutang dan ekuitas sebagai sumber dana adalah
sebagai berikut:
D
rE = rA +
(rA – rD)
E
Keterangan: - rE = expected return on equity
- rA = expected return on assets
- rD = expected return on debt
- D = debt
- E = equity
17
b. Trade-off Theory
Model Trade-off Theory mengasumsikan bahwa struktur modal
perusahaan merupakan hasil tradeoff dari keuntungan pajak dengan
menggunakan hutang dengan biaya agensi yang akan terjadi dengan
penggunaan hutang tersebut (Maggison, 1997 dalam Wijaya, 2001).
Model ini merupakan pengembangan dari teori Modiglani Miller
mengenai Irrelevance Capital Structure Hipotesys.
Trade-off Theory disebut juga dengan Balancing Theory yang
dikemukakan oleh Brealey dan Myers (2003) menyatakan bahwa target
hutang antara perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda. Pada
prakteknya manajemen perusahaan berusaha membuat keseimbangan
bauran sumber dana perusahaan pada struktur modal tertentu untuk
menjaga resiko finansial perusahaan pada tingkat tertentu yang
dianggap aman. Sejauh manfaat hutang masih lebih besar, hutang akan
ditambah. Akan tetapi apabila risiko yang mucul akibat pengggunaan
hutang yang lebih besar dibanding manfaat yang ada, maka hutang
tidak boleh ditambah lagi.
Model
yang
dinamakan
tax
shield
tread-off
model
mengasumsikan bahwa struktur modal yang telah diobservasi adalah
hasil dari pertukaran yang dilakukan oleh perusahaan individual akan
keuntungan pajak dari penggunaan modal pinjaman yang meningkat
18
terhadap peningkatan yang parah dari agen biaya yang hasilnya sebagai
level kritis dari pendekatan rasio modal pinjaman.
Target struktur modal dimana jumlah utang yang optimal
ditentukan oleh trade-off
antara manfaat dan kerugian penggunaan
hutang. Menurut teori ini, jumlah hutang akan mencapai titik optimal
pada saat marginal benefit of debt sama dengan marginal cost of debt.
Dalam teori ini disebutkan bahwa manfaat utama hutang yaitu:
1) Biaya bunga sebagai pengurang dalam perhitungan laba kena
pajak.
2) Meningkatkan ROE lebih tinggi, karena jumlah modal sendiri yang
ditanam lebih sedikit.
c. Pecking Order Theory
Hipotesis pecking order theory menggambarkan sebuah hierarki
dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih
menggunakan
internal
equity
untuk
membayar
deviden
dan
mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila
perusahaan membutuhkan dana eksternal, maka akan lebih memilih
hutang sebelum external equity (Myers, 1984 dalam Kaaro, 2003).
Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Hutang
diperoleh dari pinjaman kreditur, sedangkan external equity diperoleh
karena perusahaan menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori
pecking order, maka investasi dibiayai dengan dana internal terlebih
dahulu. Kemudian baru diikuti dengan penerbitan hutang yang terdiri
19
atas hutang bebas resiko (risk free debt) dan hutang beresiko (risk debt)
setelah hutang tidak mencukupi, maka langkah terakhir denga
penerbitan saham (ekuitas) baru. Hal tersebut dilakukan guna
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.
Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh manajer
keuangan dalam menentukan struktur modal perusahaan, karena baik
buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh langsung pada posisi
keuangan perusahaan tersebut. Faktor – faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap struktur modal perusahaan menurut Weston dan Brigham
(2001:39) adalah :
a. Stabilitas Penjualan.
Jika
penjualan
relatif
stabil,
perusahaan
dapat
secara
aman
menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya
tidak stabil.
b. Struktur Aktiva.
Struktur aktiva menurut Riyanto (2001:22) adalah perimbangan atau
perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif
antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Weston dan Copeland
(1997:175), perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang
lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan
hutang hipotik jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat
digunakan untuk menutup hutangnya. Sebaliknya perusahaan yang
20
sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan
barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat
profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak terlalu tergantung pada
pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada
pembiayaan jangka pendek.
c. Leverage operasi.
Jika hal–hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage
keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil.
d. Tingkat Pertumbuhan.
Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih
cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern (misalnya obligasi)
yang lebih besar. Alasan menggunakan obligasi adalah karena biaya
emisi saham biasanya lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya
pengeluaran obligasi (Weston dan Brigham, 2001:173).
e. Profitabilitas.
Tingkat profitabilitas merupakan masalah yang penting disamping laba
suatu perusahaan, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran
bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru
dapat diketahui dengan membandingkan profitabilitas yang diperoleh
dengan modal yang digunakan.
21
f. Pajak.
Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan,
sedangkan deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak
perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin
besar daya tarik penggunaan hutang.
g. Pengendalian.
Menurut Weston dan Copeland (2001:175), pemilik perusahaan yang
tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan mungkin akan memilih
menggunakan hutang. Apabila perusahaan menerbitkan saham baru
maka proporsi kepemilikan pemegang saham yang lama akan
berkurang, kecuali pemilik dapat membeli saham baru tersebut dengan
proporsi yang sama. Masalahnya adalah kemungkinan pemegang saham
lama memang tidak mempunyai uang yang cukup, padahal perusahaan
memerlukan tambahan dana.
h. Sifat Manajemen.
Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Apabila manajemen lebih
menyukai adanya risiko dalam berbisnis maka cenderung manajemen
tersebut akan menggunakan hutang lebih besar. Begitupun sebaliknya,
jika suatu manajemen lebih menghindari risiko maka manajemen
tersebut cenderung akan menggunakan hutang yang relative sedikit
(Weston dan Brigham, 2001:175).
22
i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat.
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor–faktor leverage
yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan
perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan
struktur keuangan.
j. Keadaan Pasar Modal.
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang, hal tersebut akan mempengaruhi
struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan. Keadaan pasar
modal bias mempengaruhi jenis sekuritas yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dana (Weston dan Brigham, 2001:177).
k. Kondisi Internal Perusahaan.
Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga
tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai
pembelanjaan dengan hutang dari pada mengeluarkan saham.
l. Fleksibilitas Keuangan.
Fleksibelitas keuangan adalah kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang masuk akal dan dalam keadaan yang kurang
menguntungkan. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa
pentediaan modal yang mantap diperlukan untuk mendukung factor
yang sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Oleh karena
itu, kemampuan tersedianya dana dimasa yang akan dating dan
23
konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap
struktur modal (Weston dan Brigham, 2001:178).
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
a. Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang dengan
jangka waktu panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang
jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan,
karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang
besar. Adapun jenis dari hutang jangka panjang adalah pinjaman
obligasi dan pinjaman hipotik.
1) Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, dimana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang
yang mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran
kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari
keuntungan.
2) Pinjaman Hipotik
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi
uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi
24
kewajibannya,barang itu dapat dijual dan hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutup tagihannya.
Modal asing atau hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan
sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka
waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya
syarat–syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah
dan memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber
dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang
tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar kembali pada
waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial
perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang
sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya
perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunganya,
maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang
dijadikan jaminannya, oleh karena itu kegagalan untuk membayar
kembali hutang atau bunganya akan mengakibatkan para pemilik
perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya
terhadap sebagian atau keseluruhan modalnya yang ditanamkan dalam
perusahaan. Begitu pula sebaliknya, para krediturpun dapat kehilangan
kontrol terhadap sebagian atau seluruhnya dana atau pinjaman dan
bunganya. Karena segala macam bentuk yang ditanamkan didalam
perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
25
Struktur modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan
permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana
modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan.
Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan
besarnya penggunaan modal asing ini menentukan besarnya leverage
keuangan yang digunakan perusahaan, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang
jangka panjang dalam struktur modal perusahaan, akan semakin besar
pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar
kembali hutang jangka panjang beserta bunganya pada tanggal jatuh
temponya. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta
dana yang mereka tanamkan didalam perusahaan untuk dipertaruhkan
pada kerugian juga semakin besar.
b. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti memiliki
aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang
lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
c. Debt To Equity Ratio (DER)
DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang
terhadap total shareholders equity yang dimiliki suatu perusahaan.
Semakin
tinggi
DER
menunjukkan
tingginya
ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan
juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang
26
saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER selanjutnya akan
mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu,
karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung
terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik
saham yang ditawarkan di pasar modal. Semakin baik kinerja
perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi,
tentunya hal ini menarik bagi investor karena saham tersebut
memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan
investor terhadap saham perusahaan tersebut cukup besar, hal ini dapat
berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Total Hutang
Debt to Equity Ratio =
x 100%
Owner Equity
d. Debt To Asset Ratio (DAR)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar danhutang
jangka panjang serta jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini
menunjukan beberapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai
oleh hutan. Debt to asset ratio dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
27
Total Hutang
Tital Debt to Asset Ratio =
x 100%
Total Aktiva
2. Macro Economy
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara
agregat (keseluruhan). Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah
ekonomi utama sebagai berikut :
a.
Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam
kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan
keadaan ini disebut full employment, sebaliknya bila masih ada
sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam
keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada
pada posisi kesempatan kerja penuh.
b.
Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas
di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam
jangka panjang berarti terjadi inflasi, sebaliknya terjadi deflasi.
c.
Sejauh
mana
perekonomian
mengalami
pertumbuhan
dan
pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang
membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam
distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu
membaik yang lainnya cenderung memburuk.
Variabel-variabel yang dipelajari dalam makro ekonomi antara lain
adalah pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran,
28
jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca
pembayaran internasional.
a. Inflasi
Rahardja dan Manurung (2004:155) mengemukakan inflasi sebagai
suatu kenaiakan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, antara lain kenaikan harga, bersifat
umum dan berlangsung terus menerus. Inflasi menurut Sukirno
(2008:27) adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam
suatu perekonomian dari satu period eke periode lainnya. Dan tingkat
inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun
disbanding dengan tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Madura
(2007:128) inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur presentase perubahan dalam indeks
harga konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar
produk konsumen.
Jadi inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana harga
barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung
dalam waktu yang terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami
kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana
dalam rentang waktu yang cukup lama. Dalam model Keynesian, inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan
29
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya
akan terjadi inflstionary gap.
Menurut penyebabnya, inflasi dapat dijabarkan sebagai berikut.
Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu
kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditikomoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya akan menarik (pull)
kurva permintaan agregat kearah kanan atas, sehingga terjadi excess
demand, yang merupakan inflationary gap. Pengertian peningkatan
aggregate demand seringkali diartikan berbeda oleh para ahli ekonomi.
Golongan monetarist menganggap aggregate demand mengalami
kenaikan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sedangkan menurut golongan Keynesian, seperti yang telah di
terangkan di atas bahwa kenaikan aggregate demand dapat disebabkan
oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; government
expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah
uang beredar. Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan
bergesernya aggregate supply curve kearah kiri atas, hal ini disebabkan
oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari
dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri) di pasar faktor
produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar
komoditi. Dalam kasus Cost Push Inflation kenaikan harga seringkali
diikuti oleh kelesuan usaha.
30
Inflasi juga berbeda menurut tingkatannya, inflasi ringan berada
pada tingkat dibawah 10% (single digit), sedangkan untuk 10% - 30%
merupakan tingkat inflasi bertaraf sedang, dan inflasi memasuki
tingkatan yang tinggi apabila mencapai 30% - 100%, namun pada saat
terjadi instabilitas politik maka inflasi dapat mencapai tingkat yang
sangat tinggi, bahkan dapat mencapai beberapa ratus persen (diatas
100%), inflasi jenis ini disebut dengan hyper inflation. Tingkat inflasi
yang tinggi akan mengakibatkan harga barang baku produksi naik
sehingga biaya produksi meningkat, akibatnya keuntungan yang
diperoleh
perusahaan
akan
menurun.
Sementara
inflasi
juga
menyebabkan kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa
melemah karena memerlukan pengeluaran uang yang lebih besar,
sehingga masyarakat akan lebih berfokus hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya saja. Karena permintaan akan barang dan jasa
berkurang maka perusahaan harus mengurangi produksinya dan
akhirnya akan menyebabkan menurunnya keuntungan perusahaan,
dengan penurunan keuntungan perusahaan, hal ini akan mengakibatkan
berkurangnya pula jumlah deviden yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham perusahaan tersebut, sehingga emiten kurang menarik
minat pembeli. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya harga
saham perusahaan. Namun sebaliknya, jika laju inflasi stabil maka
harga barang-barang cenderung ikut stabil pula. Tidak hanya harga
barang saja yang mengalami kestabilan, tetapi biaya operasi dan
31
produksipun akan mengalami kestabilan. Dengan kestabilan tersebut
akan berdampak pada membaiknya kinerja keuangan perusahaan dan
meningkatkan return saham perusahaan.
Rumus untuk menghitung inflasi menurut Rahardja dan Manurung
(2004:165) adalah:
(IHK – IHK-1)
Inflasi =
IHK-1
Keterangan : IHK
= Indeks Harga Konsumen
IHK-1 = Indeks Harga Konsumen tahun
sebelumnya.
b. Produk Domestik Bruto (PDB)
Pruduk Domestik Bruto merupakan nilai barang dan jasa akhir
berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian
dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang
berada (beralokasi) dalam perekonomian tersebut (Rahardja dan
Manurung 2004:12). Sedangkan menurut Sukirno (2008:17) Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah produk dan jasa nasional yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara dalam
negeri dan warga Negara asing dalam suatu Negara. Dan menurut
Mankiw (2007:44) PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir
yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu, atau
pendapatan total yang diperoleh secara domestik termasuk pendapatan
32
yang diperoleh faktor-faktor produksi yang dimiliki asing atau
pengeluaran total atas barang dan jasa yang diproduksi secara domestik.
Jadi secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode
tertentu dan biasanya dalam satu tahun. Adapun istilah-istilah yang
terkait dengan pendapatan nasional antara lain: Produk Domestik Bruto
(Gross Domestic Product / GDP), Produk Nasional Bruto (Gross
National Product / GNP), dan Produk Nasional Neto (Net National
Product / NNP).
Rumus untuk menghitung PDB menurut Rahardja dan Manurung
(2004:25) yaitu:
PDB = C + I +G + (X – M)
Keterangan :
PDB
= Produk Domestik Bruto
C
= Konsumsi
I
= Investasi
G
= Pengeluaran Pemerintah
X
= Jumlah barang yang di-ekspor
M
= Jumlah barang yang di-impor
33
c. Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Dollar
Pengertian valuta asing menurut Rahardja dan Manurung (2004:84)
adalah pertukaran dengan mata uang negara lain (foreign currency) dari
suatu perekonomian. Sedangkan menurut Judokusumo (2007:2) valuta
asing adalah merupakan mata uang yang dimiliki oleh suatu negara atau
penduduknya, tetapi mata uang tersebut bukan dikeluarkan oleh negara
itu sendiri. Valuta asing ini baru akan mempunyai arti yang sebenarnya
apabila suatu valuta dapat ditukarkan terhadap valuta lainnya tanpa
pembatasan. Pasar valuta asing menurut Joesoef (2008:9) adalah suatu
mekanisme dimana mata uang satu diukur terhadap mata uang lainnya.
Sedangkan pasar valuta asing (foreign exchange market) menurut
Judokusumo (2007:3) adalah kerangka organisasi yang didalamnya
terdapat perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan bank yang membeli
maupun menjual valas atau devisa. Kurs (exchange rate) antara dua
negara menurut Mankiw (2007:546) adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk melakukan perdagangan atau
pertukaran mata uang di pasar dunia. Sedangkan kurs menurut Sukirno
(2008:21) adalah perbandingan yang menunjukan banyaknya uang
dalam negeri yang diperlukan untuk membeli 1 unit valas tertentu. Nilai
tukar rupiah terhadap dolar termasuk makro ekonomi yang bisa
mempengaruhi return yang didapat oleh investor. Risiko pertukaran
ditinjau sebagai kemungkinan bahwa fluktuasi mata uang dapat
merubah jumlah yang diharapkan atau perubahan kas dimasa yang akan
34
datang. Pertumbuhan dalam kas mempengaruhi return yang didapat
oleh investor.
Menurut Joesoef (2008:9) pasar valuta asing dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) macam transaksi dilihat dari jangka waktu perpindahan
dananya, yaitu:
1) Transaksi spot
Transaksi spot adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban
bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata
uangnya dalam kurun waktu maksimum dua hari kerja setelah
terjadinya kontrak.
2) Transaksi forward
Transaksi forward adalah jual beli valuta asing yang disertai
kewajiban
bagi
pihak
pembeli
dan
penjual
untuk
saling
menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu lebih dari dua hari
kerja setelah tanggal kontrak. Kata “lebih dari dua hari kerja” bias
jadi serah terima forward dituntaskan dalam kurun waktu satu hari,
satu minggu, satu bulan, tiga bulan, atau satu tahun setelah value
spot.
Valuta asing dapat pula digunakan sebagai salah satu alternatif bagi
masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Dengan melakukan investasi
dalam bentuk valuta asing dapat diperoleh keuntungan karena terjadi
kenaikan kurs. Investasi menggunakan valuta asing sering dilakukan
dengan maksud untuk berjaga-jaga dari kemungkinan terjadinya suatu
35
tindakan devaluasi yang diambil oleh pemerintah. Apabila masyarakat
menduga akan terjadi devaluasi, kepercayaan masyarakat terhadap mata
uang rupiah akan menurun. Dalam keadaan demikian maka pemilik
modal cenderung mengalihkan investasinya kedalam bentuk valuta
asing. Apabila para investor yang telah melakukan investasi dalam
saham banyak yang bertindak demikian, maka dapat berpengaruh pada
turunya harga saham di pasar modal yang nantinya pula akan
berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan tersebut.
3. Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba (Riyanto, 1997). Pada umumnya perusahaan
berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih
penting dibandingkan hanya dengan masalah laba, karena laba yang besar
saja bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan
efisien, dengan demikian profit merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dengan seluruh modal yang bekerja didalam untuk menghasilkan.
Weshton dan Brigham (1998:304) berpendapat bahwa profitabilitas
adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari
likuiditas, pengelolaan akriva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil
operasi. Rasio profitabilitas merupakan alat yang paling sederhana, mudah
dimengerti dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dalam menilai
dan mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dan merupakan rasio
36
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas.
Sebagaimana Moyer, McGuigan, dan Kretlow (2001:84) bahwa:
“Profitability ratios measure how effectively a firm’s management is
generating profits on sales, total assets, and most importantly,
stockholders investment. There are profit margin ratio, and the return on
stockholders equity ratio”.
Rasio profitabilitas dapat dilihat melalui beberapa rasio yang akan
dijelaskan dibawah ini:
a.
Profit Margin
Profit Margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang
diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga
pokok penjualan dibagi dengan penjualan
bersih. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan
manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang
langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran
untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik.
Laba Bersih
PM =
x 100%
Penjualan
b.
Return on Equity (ROE)
Merupakan
rasio
profitabilitas
yang
menunjukan
tingkat
pengembalian yang akan diterima pemegang saham, dan karena salah
37
satu tujuan perusahaan adalah member keuntungan bagi pemegang
saham
maka
ROE
merupakan
pengukuran
kinerja
keuangan
perusahaan yang mendasar. ROE merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang disebut juga sebagai rentabilitas modal sendiri,
ROE mempunyai arti penting bagi para pemegang saham yaitu untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang
tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Sedangkan bagi pihak
manajemen, ROE mempunyai arti penting untuk menilai kinerja
perusahaan (Ross, Westerfield dan Jordan, 2003:231).
Earning After Tax
ROE =
x 100%
Total Equity
c.
Return on Asset (ROA)
Adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba
dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian
yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik.
Laba Bersih Setelah Pajak
ROA =
x100%
Total Aktiva
38
4. Hasil Penelitian Terdahulu
Chen, dkk (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh struktur
modal dan risiko operasional pada profitabilitas dengan objek penelitian
pada industri asuransi kehidupan yang berada di Taiwan. Dalam penelitian
ini variabel yang dipergunakan meliputi variabel independen yakni;
struktur modal, risiko operasional, sedangkan untuk variabel dependennya
adalah profitabilitas. Dalam penelitian ini menggunakan analisi structural
equation modeling (SEM). Dari hasil pengujian didapatkan bahwa tiap
variabel menunjukan pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif
pada Industri Asuransi Kehidupan yang berada di Taiwan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nazir dan
Afza (2009) tentang impact of aggressive working capital management
policy on firm's profitability, pada 204 perusahaan non-financial dari 17
sektor industri yang terdaftar di Karachi Stock Exchange (KSE) periode
1998-2005, dalam penelitian ini variabel yang dipergunakan meliputi
variabel independen yakni; manajemen modal kerja, Kebijakan Investasi
yang Agresif (AIP), Kebijakan Pembiayaan yang Agresif (AFP),
sedangkan untuk variabel dependennya adalah ROA, ukuran pasar
profitabilitas (q tobin), variabel kontrol: ukuran perusahaan (size), sales
growth, financial leverage, pertumbuhun GDP. Data yang digunakan
merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
selama tahuh 1998-2005 dengan menggunakan analisis regresi data panel.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa tingkat agresifitas investasi modal
39
kerja
dan
kebijakan
pembiayaan
serta
profitabilitas
perusahaan
menunjukan hubungan yang negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009), melakukan
penelitian tentang pengaruh capital structure terhadap profitabilitas
dengan objek penelitian pada perusahaan yang tergabung dalam
perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di BEI dengan jumlah
sampel 11 perusahaan, dalam penelitian ini variabel yang digunakan
meliputi variabel independent (X) yakni; long term debt, size company,
sales growth, debt to equity ratio dan debt to asset ratio, sedangkan untuk
variabel dependennya (Y) yaitu dengan mengggunakan Return On Equity
(ROE). Analisis yang digunakan yaitu path analysis, dan hasil dari
penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh langsung long term debt, size
company, sales growth, DER, dan DAR terhadap ROE pada perusahaan
yang tergabung dalam perusahaan industry pertambangan di BEI. Dan
sedangkan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap ROE pada
perusahaan yang tergabung dalam perusahaan industry pertambangan di
BEI adalah debt to equity ratio (DER). Pengaruh total dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen sebesar 94,246%.
Agusta (2009) melakukan penelitian tentang perusahaan yang
teramsuk dalam indeks Lq45 selama periode 2004-2005. Pada penelitian
ini variabel yang digunakan yaitu, variabel independen: Short Term Debt
(SDA), Long Term Debt (LDA), sedangkan variabel dependenya sendiri
yaitu: Return On Equity (EBIT), Return on Equity (NI). Selain itu,
40
penelitian ini juga menggunakan variabel control yaitu: Total Debt (DA),
Sales Growth (SG). Dalam penelelitian tersebut menggunakan analisis
dupont, dan menghasilkan kesimpulan: 1. SDA memiliki pengaruh negatif
dan signifikan dengan ROE (EBIT). 2. LDA tidak signifikan dengan ROE
(EBIT), dan sebaliknya LDA memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan ROE (NI).
41
42
43
44
5. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini ingin membuktikan apakah variabel-variabel struktur
modal (yang terdiri atas: Long Term Debt, Sales Growth, Debt To Equity
Ratio, Debt To Asset Ratio), variabel Macro Economy (yang terdiri atas:
Inflasi, nilai tukar/kurs rupiah terhadap dolar) berpengaruh secara
signifikan terhadap Return on Equity (ROE) dan Profit Margin.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Adapun
model yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan model
persamaan struktur (Structural Equation Modeling), hal ini disebabkan
karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu indikator untuk
mewakili satu variabel yang memiliki hubungan kompleks antara variabelvariabelnya.
Menurut Maruyama (1998) dalam Wijaya (2009:1) menyebutkan
SEM adalah sebuah model statistik yang memberikan perkiraan
perhitungan dari kekuatan hubungan hipotesis diantara variabel dalam
sebuah model teoritis, baik secara langsung atau melalui variabel antara
(intervening variables).
Di bawah ini akan digambarkan secara visual arah aliran dari
variabel-variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini dengan
maksud untuk memudahkan pemahaman dari sifat dan arah antar variabel
yang dinyatakan dalam rumusaan hipotesis.
45
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
e1
e2
1
1
Kurs
1
Inflasi
Makro
Ekonomi
z1
1
1
e3
e4
e5
e6
1
1
1
1
ROE
Profitability
PM
LTD
SG
DAR
1
1
1
e7
e8
Capital
Structure
DER
6. Hipotesis
Mengacu pada kajian teoritik dan hasil penelitian terdahulu, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.
H0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara struktur modal dengan
profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Ha : Terdapat pengaruh positif antara struktur modal dengan
profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang negatif antara variabel struktur
modal dengan variabel macro economy pada industri otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
46
Ha : Terdapat hubungan yang negatif antara variabel struktur modal
dengan
variabel
macro economy pada industri otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.
H0 : Tidak terdapat pengaruh positif antara macro economy dengan
profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Ha : Terdapat pengaruh positif antara macro economy dengan
profitability pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
47
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat adanya keterbatasan dari penulis, baik itu dalam berupa
waktu, biaya dan pengetahuan, maka penelitian ini perlu adanya pembatasan
dalam ruang lingkupnya. Dalam hal ini ruang lingkup dibatasi pada upaya
untuk mengungkap pengaruh variabel long term debt, sales growth, DER,
DAR, inflasi, nilai tukar (kurs) rupiah dengan dolar terhadap Return on Equity
dan Profit Margin. Dan penelitian ini mengambil objek pada industri
Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2004 –
2009.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
periode 2004 – 2009 yang aktif diperdagangkan. Ada beberapa teknik
pengambilan sampel, namun dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengambilan sampel dengan metode sampling purposive. Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel untuk dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Adapun pertimbangan yang menjadi patokan dalam
pengambilan sampel antara lain:
48
1.
Objek penelitian dilakukan pada perusahaan yang saham-sahamnya aktif
diperdagangkan selama periode 2004 – 2009.
2.
Perusahaan yang selalu memberikan atau melaporkan laporan-laporan
keuangannya secara periodik kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri yang relatif sama.
4.
Perusahaan yang selalu menyampaikan laporan keuangannya selama
periode pengamatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan, penulis mengumpulkannya
dengan cara penelitian lapangan sebagai berikut:
1.
Field research, yaitu pengumpulan data yang berupa laporan keuangan
perusahaan dengan memanfaatkan lapoaran tahunan yang dipublikasi
dalam Bursa Efek Indonesia dan melalui Indonesian Capital Market
Directory (ICMD), serta jurnal-jurnal pendukung dengan masalah yang
diteliti guna memperoleh data yang lengkap dan aktual. Selain itu,
penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara browsing melalui
internet untuk melengkapi data-data yang masih kurang.
2.
Selain pengumpulan data dengan cara di atas, penulis juga melakukan
studi kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan cara
membaca, mendalami, memahami berbagai literature, text books serta
catatan kuliah yang menunjang penelitian yang dilakukan.
49
D. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalm penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode persamaan struktur (Stuctural Equation Modeling)
dengan bantuan aplikasi program AMOS versi 18. Karena penelitian ini
menggunakan lebih dari satu indikator untuk mewakili satu variabel yang
memiliki hubungan kompleks antara variabel-variabelnya, maka tidak dapat
menggunakan analisis regresi berganda.
Tahapan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Variabel Laten
Dalam SEM, variabel kunci yang menjadi perhatian adalah variabel
laten (Wijayanto, 2008: 10). Variabel laten ini hanya dapat diamati
secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada
variabel teramati. Variabel ini dibedakan menjadi dua:
1) Variabel Eksogen
2) Variabel Endogen
2.
Structural Equation Modelling (SEM)
SEM adalah generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan
Fornell, 1982 dalam Bahagia, 2007) yang memungkinkan peneliti
menguji hubungan anatara variabel yang kompleks untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Selain itu menurut
50
Bollen (1989) dalam Bahagia (2007) SEM juga dapat menguji secara
bersama-sama:
a. Model Structural, yaitu hubungan (nilai loading) antara variabel
laten.
b. Model Measurement, yaitu hubungan (nilai loading) antara indikator
dengan variabel lainnya.
Hair et.al (1998) dalam Ghozali (2008) mengungkapkan tahapan
permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah
yaitu:
a.
Langkah 1: Pengembangan model berdasar teori.
Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan
kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan
berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas
dapat berarti hubungan yang ketat atau hubungan yang kurang ketat.
Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan
terletak
pada
justifikasi
(pembenaran)
secara
teoritis
untuk
mendukung analisis.
b.
Langkah 2 dan 3: Menyusun diagram jalur dan persamaan struktural.
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas
dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada
dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu
menghubungkan antar model yaitu menghubungkan konstruk laten
endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest.
51
Ketika measurement model telah terspesifikasi, maka peneliti
harus menentukan reabilitas dari indikator. Reabilitas indikator dapat
dilakukan dengan dua cara (a) diestimasi secara empiris (b)
dispesifikasi.
Disamping menyusun model juga dapat dilakukan spesifikasi
korelasi antara konstruk eksogen atau antara konstruk endogen
sehingga dapat menggambarkan “Share” pengaruh antar konstruk.
c.
Langkah 4: Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang
diusulkan.
Model persamaan struktural berbeda dari teknis analisis
multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa
matrik varian/ kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi
individu dapat dimasukan dalam program AMOS, tetapi program
AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian
atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan
sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung.
Pemilihan jenis input matrik dan model dapat dilakukan
dengan melihat pada hal-hal sebagai berikut:
1)
Ukuran sampel
Besarnya ukuran sampel memiliki peran penting dalam
interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel
memberikan dasar
untuk mengestimasi sampling eror. Dengan model estimasi
52
menggunakan Heywood Case dengan menggunakan < 100 atau
< 150 banyaknya jumlah sample.
2)
Estimasi model
Dalam langkah ini memungkinkan kita untuk menggambarkan
sifat dan jumlah parameter yang diestimasi.
d.
Langkah 5: Menilai identifikasi model struktural.
Menilai apakah model just-identified, overidentified atau
underidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data
kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang
akan diestimasi.
e.
Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit.
Langkah yang harus dilakukan sebelum menilai kelayakan
dari model struktural adalah menilai apakah data yang akan diolah
memenuhi asumsi model persamaan struktural. Ada tiga asumsi
dasar seperti halnya pada teknik multivariate yang lain yang harus
dipenuhi untuk dapat menggunakan model persamaan struktural,
yaitu:
1) Observasi data independen.
2) Responden diambil secara random.
3) Memiliki hubungan linear.
Disamping itu SEM sangat sensitive terhadap karakteristik
distribusi data khususnya distribusi yang melanggar normalitas
multivariate atau adanya kurtosis yang tinggi (kemencengan
53
distribusi) dalam data. Untuk itu sebelum data diolah harus diuji
dahulu ada tidaknya data outlier dan distribusi data harus normal
multivariate.
Setelah asumsi SEM dipenuhi langkah berikutnya adalah
melihat ada tidaknya offending estimate yaitu estimasi koefisien baik
dalam model struktural maupun model pengukuran yang nilainya
diatas batas yang dapat diterima. Contoh dari sering terjadi offending
estimate adalah:
1) Varian error yang negatif atau non significant error variance
untuk suatu konstruk.
2) Standardized coefficient yang mendekati 1.0.
3) Adanya standar error yang tinggi.
Jika
terjadi
offending
estimate,
maka
peneliti
harus
menghilangkan hal ini terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian
kelayakan model. Setelah yakin tidak ada lagi offending estimate
dalam model, maka peneliti siap melakukan penilaian overall model
fit dengan berbagai kriteria penilaian model fit. Goodness of fit
mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik
kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan
(proposed model). Ada tiga jenis ukuran Goodness-of-fit yaitu:
54
1) Absolut Fit Measures
a)
Likelihood-Ratio Chi-Square Statistic
ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio
chi-square (X2). Nilai chi-square yang tinggi relative
terhadap degree of freedom menunjukan bahwa korelasi
yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara
nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari
tingkat signifikasi (α) dan ini menunjukan bahwa input
matrik
kovarian
antara
prediksi
dengan
observasi
sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal
ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak
signifikan karena mengharapkan bahwa model yang
diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.
b) CMIN
Adalah menggambarakan perbedaan antara unrestricted
sample covariance dan restricted covariance atau secara
esensi menggambarkan likelihood ratio test statistic yang
umumnya dinyatakan dalam chi-square (X2 ) statistic. Jadi
nilai chi-square sangat sensitif terhadap besarnya sample.
Ada kecenderungan nilai chi-square akan selalu signifikan.
Oleh karena itu jika nilai chi- square signifikan, maka
dianjurkan untuk mengabaikan dan melihat goodness fit
lainnya.
55
c) CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio
ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et.al
(1977) dalam Ghozali (2007) nilai ratio 5 (lima) atau
kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable.
d) GFI
GFI (Goodness of fit index) dikembangkan oleh Joreskog
dan Sorbon (1984) dalam Ghozali (2007) yaitu ukuran nonstatistik yang nilainya berkisar dari 0 (poor fit) sampai 1.0
(perfect fit). Nilai GFI yang tinggi menunjukan fit yang
lebih baik dan beberapa nilai GFI yang dapat diterima
sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi
banyak peneliti manganjurkan nilai diatas 90% sebagai
ukuran good fit.
e) RMSEA
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
merupakan
ukuran
yang
mencoba
memperbaiki
kecenderungan statistik chi- square menolak model dengan
jumlah sample yang besar. Nilai RMSEA antara 0.05
sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil
uji
empiris
RMSEA
cocok
untuk
menguji
model
56
konfirmatori atau competing model strategy dengan jumlah
sampel besar.
2) Incremental Fit Measures
Incremental fit measure membandingkan proposed model
dengan baseline model sering disebut dengan null model. Nul
model merupakan model realistis dimana model-model yang
lain harus diatasnya.
a) AGFI
Merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan
dengan ratio degree of freedom untuk proposed model
dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang
direkomendasikan adalah ≥0,90.
b) TLI
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit
index (NNFI) pertama kali diusulkan sebagai alat untuk
mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan
oleh SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony
kedalam indek komparasi antara proposed model dengan
null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. nilai
TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0.90.
c) NFI
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara
proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi
57
dari 0 (no fit all) sampai 1 (perfect fit). Seperti halnya TLI
tidak ada nilai absolut yang dapat digunakan sebagai
standar, tetapi umumnya direkomendasikan sama atau >
0.90.
3) Parsimonious Fit Measures
Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan
sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai
level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnosa apakah
model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang dimiliki
banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment”
terhadap R2 dalam multiple regression. Namun demikian
karena
tidak
ada
uji
statistik
yang
tersedia
maka
penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.
a) PNFI
Parsimonious normal fit index merupakan modifikasi dari
NFI. PNFI memasukan jumlah degree of freedom yang
digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi PNFI
semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk
membandingkan model dengan degree of freedom yang
berbeda.
Digunakan
untuk
membandingkan
model
alternatif sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan
sebagai nilai fit yang diterima. Namum demikian jika
membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0.60
58
sampai 0.90 menunjukan adanya perbedaan model yang
signifikan.
b) PGFI
Parsimonious goodness-of-fit index memodifikasi GFI atas
dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar
antara
0
sampai 0.1 dengan
nilai
semakin
tinggi
menunjukan model lebih baik untuk parsimony.
Tabel 3.1
Kriteria Uji Kesesuaian Model
Nilai
Indikator Fit
Chi-Square
CMIN
CMIN/DF
GFI
RMSEA
AGFI
AGFI
NNFI or Tucker
Lewis Index (TLI)
NFI
yang
Direkomendasikan
Evaluasi Model
Absolute Fit
Mendekati 0
≤ 2.00
≤ 5.00
≥1
0
≤ 0.08
< 0.05
≥ 0.91
0.80 ≤ GFI < 0.90
Marginal
Good Fit
Good Fit
Perfect Fit
Poor Fit
Good Fit
Close Fit
Good Fit
Marginal Fit
Incremental Fit
≥ 0.90
0.80 ≤ GFI < 0.90
TLI ≥ 0.90
0.80 ≤ TLI < 0.90
NFI ≥ 0.90
0.80 ≤ NFI < 0.90
Good Fit
Marginal Fit
Good Fit
Marginal Fit
Good Fit
Marginal Fit
Parsimonious Fit
PNFI
0–1
PGFI
0–1
Lebih besar lebih
baik
Lebih besar lebih
baik
Sumber : diolah dari berbagai sumber
59
f.
Langkah 7: Interpretasi dan modifikasi model.
Ketika model dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan
dilakukannya
modifikasi
model
untuk
memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness fit. Modifikasi dari
model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan.
Jika model dimodifikasi, maka model tersebut hasrus di crossvalidated
(diestimasi dengan data terpisah) sebelum model
modifikasi diterima.
Modifikasi
model
dapat
dilakukan
dengan
membuat
konstrain model dengan memberikan nilai positif kecil untuk error
term tertentu atau menghapuskan data outlier, membuat transformasi
data nonlinier, memastikan bahwa paling tidak ada 3 indikator pervariabel leten, mengumpulkan tambahan sampel, atau dapat juga
mengganti model estimasi dari maximum likelihood menjadi
generalized least squares (GLS) atau ordinary least squares (OLS).
Selain itu juga dapat dengan menggunakan modification indices,
nilai modification indices sama dengan terjadinya penurunan chisquare jika koefisien diestimasi. Nilai sama dengan atau > 3.84
menunjukan terjadi penurunan chi- square yang singnifikan.
60
Tabel 3.2
Tahapan Structural Equation Modelling
No
Tahapan
1
Pengembangan model berdasar teori
2
Menyusun diagram jalur
3
Menyusun persamaan structural
4
Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang
diusulkan
5
Menilai identifikasi model structural
6
Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
7
Interpretasi dan modifikasi model
Sumber : diolah dari berbagai sumber
E. Operasional Variabel Penelitian
Model pengujian variable-variabel Struktur Modal, Macro Economy
terhadap Profitabilitas dapat ditunjukan sebagai berikut.
1. Variabel eksogen / independen (X)
a.
Long Term Debt meliputi jumlah hutang jangka panjang yang
umurnya lebih dari satu tahun.
b.
Sales Growth pertumbuhan penjualn merupakan kenaikan jumlah
penjualan dari tahun tertentu ketahun berikutnya. Rumus untuk
menghitung Sales Growth dapat menggunakan :
Penjualan t – Penjualan t-1
Penjualan t-1
61
c.
Debt to Equity Ratio yaitu perbandingan antara hutang yang diberikan
oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh
pemilik perusahaan. Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio
dapat menggunakan :
Total Debt
X 100%
Equity
d.
Debt to Asset Ratio yaitu perbandingan antara hutang yang diberikan
oleh para kreditur dengan jumlah asset perusahaan. Rumus untuk
menghitung Debt to Asset Ratio dapat menggunakan :
Total Debt
X 100%
Equity
e.
Inflasi sebagai suatu keadaan di mana harga barang-barang secara
umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang terusmenerus. Rumus untuk menghitung Inflasi dapat menggunakan :
(IHK – IHK-1)
Inflasi =
IHK-1
Namun dalam penelitian ini, tingkat inflasi diperoleh melalui situs
resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id
f.
Kurs rupiah terhadap dolar ditentukan oleh Bank Indonesia dan
tercantum dalam situs resminya.
62
2. Variabel endogen / dependen (Y)
Variabel yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Return on
Equity dan Profit Margin pada perusahaan industri yang bergerak dibidang
Otomotif yang terdaftar di BEI.
a.
Return On Equity mempunyai arti penting bagi para pemegang saham
yaitu untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola
modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Pengukuran
Return On Equity dapat dilakukan dengan cara :
Earning After Tax
ROE =
x 100%
Total Equity
b.
Profit Margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang
diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga
pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan
manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang
langsung
digunakan
dalam
menghasilkan
penjualan
yaitu
pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.
Laba Bersih
PM =
x 100%
Penjualan
63
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Pengertian dan Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Pasar modal (capital market) menurut Kamus Pasar Uang dan Pasar
Modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang. Sedangkan menurut
Rodoni dan Nasarudin (2007) pasar modal dalam arti sempit adalah suatu
tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang
diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange)
adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti
saham, obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial
(commercial paper), dan sebagainya.
Definisi yang lain tentang pasar modal adalah pasar keuangan untuk
dana-dana jangka panjang di mana jatuh temponya lebih dari satu tahun
dan merupakan pasar yang konkrit. Pasar modal berbeda dengan pasar
uang (money market). Pasar uang berkaitan dengan instrumen keuangan
jangka pendek di mana jatuh temponya kurang dari satu tahun.
64
Dengan keberadaan pasar modal, perusahaan akan lebih mudah
memperoleh dana sehingga akan mendorong perekonomian nacional
menjadi lebih maju, terciptanya lapangan kerja yang luas, dan
meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.
2. Organisasi yang Terkait di Bursa Efek Indonesia
a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Memonitor dan mengatur sekuritas pasar di mana sekuritassekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar
dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para
pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi
settlement
dan
dan
memonitor
pertukaran
lembaga-lembaga
sekuritas,
penyimpanan
clearing,
reksa
dana,
perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung
pasar modal dan para profesional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
Menteri Keuangan.
Dengan
fungsi
tersebut
diharapkan
BAPEPAM
dapat
lebih
melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek
dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh
bursa efek sendiri.
65
b. Perusahaan yang Go Public (Emiten)
Perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna
membelanjai operasi rencana investasi.
c. Perusahaan Efek
Perusahaan yang kegiatannya berperan sebagai perantara pedagang efek
yaitu bahwa perusahaan efek melakukan jual beli saham atas
kepentingan pihak lain atau dirinya sendiri. Selain itu, perusahaan efek
juga dapat bertindak sebagai penjamin emisi efek dan manajer
investasi/penasehat investasi.
d. Self Regulatory Organization (SRO)
Organisasi yang mewakili kewenangan untuk membuat peraturan yang
berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO terdiri dari:
1) Bursa Efek
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
2) Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP)
Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin transaksi
bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Setiap
transaksi
akan
melewati
lembaga
ini
untuk
diselesaikan
transaksinya. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LKP
66
oleh BAPEPAM adalah PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(PT. KPEI).
3) Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian (LPP)
Pihak
yang
menyelenggarakan
kegiatan
custodian
central
(penyimpanan efek) bagi bank kustodian, perusahaan efek dan yang
lainnya. Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh
BAPEPAM adalah PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT.
KSEI).
e. Perusahaan Reksa dana
Pihak yang kegiatan umumya melakukan penanaman modal dalam
berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portfolio).
f. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau
penanggung yang menyediakan jasa. Tempat penitipan harta adalah
yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai
hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah
pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh
pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator) adalah
pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi
obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.
67
g. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan
konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian
dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi
akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan
emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang
membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad
1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peran notaris adalah
membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya,
perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilai (appraisal) adalah pihak
yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai
mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan
menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum
mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah
melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya
antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha, dan lain-lain.
h. Pemodal (Investor)
Pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam
efek-efek yang diperdagangkan.
3. Deskriptif Data
Pada skripsi ini, data permasalahan terdiri dari variabel independen
dan
variabel
dependen.
Adapun
variabel
dependen
(Y)
adalah
Profitabilitas sedangkan variabel independennya (X) adalah Makro
68
Ekonomi dan Capital Structure. Variable-variabel ini didapat dari data
skunder dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang diteliti
adalah berjumlah 19 perusahaan, berikut ini merupakan perusahaanperusahaan yang menjadi objek penelitian.
Tabel 4.1
Perusahaan Objek Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama Perusahaan
PT. Polychem Indonesia Tbk
PT. Astra International Tbk
PT. Astra Otoparts Tbk
PT. Indo Kordosa Tbk
PT. Goodyear Indonesia Tbk
PT. Gajah Tunggal Tbk
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk
PT. Indospring Tbk
PT. Intraco Penta Tbk
PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
PT. Nipress Tbk
PT. Prima Alloy Steel Tbk
PT. Selamat Sempurna Tbk
PT. Allbond Makmur UsahaTbk
PT. Sugi Samapersada Tbk
18
PT. Tunas Ridean Tbk
19
PT. United Tractor Tbk
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Kode Saham
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
INDS
INTA
IPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
69
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Long Term Debt
No
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
INDS
INTA
LPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
2004
2005
5,24
6,19
0,12
0,24
0,02
0,47
5,58
1,52
3,21
54,49
0
0,47
0,11
21,26
0
0
254,98
0
1,26
626,01
15,02
0,30
0,24
0,02
1,02
22,95
1,94
4,76
54,90
0
1,90
0,12
23,47
0
0
1334,87
0
2,67
Long Term Debt
2006
2007
1,35
9,52
0,25
0,23
0,02
3,40
57,75
1,37
0,14
0,28
0
0,37
1,19
0,18
0
0
0
0,83
1,74
1,24
8,49
0,24
0,23
0,02
3,94
90,82
1,02
0,15
0,22
0
0,21
1,17
0,05
0
0
1558,17
0,97
1,49
2008
2009
0,57
10,45
0,20
0
0,31
4,58
107,75
1,17
0,16
0,31
0
0,35
12,76
0,07
0
0
959,84
1,10
2,86
0,47
10,30
0,15
0
0,18
4,04
118,84
1,25
0,12
0,16
0
0,17
10,43
1,22
0
0
0
0,14
2,04
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data long term debt yang diperoleh pada masing-masing
perusahaan pada table 4.2, pada tahun 2004, long term debt tertinggi
dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 254,98, namun ada pula
perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima
Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan
PT. Tunas Ridean Tbk. Pada tahun 2005, long term debt tertinggi dimiliki oleh
PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1334,87, namun ada pula perusahaan yang
tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk,
PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Tunas
70
Ridean Tbk. Pada tahun 2006, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo
Adiperkasa Tbk sebesar 57,75, namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki
long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat
Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk dan PT. Sugi Samapersada
Tbk. Pada tahun 2007, long term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi
Samapersada Tbk sebesar 1558,17, namun ada pula perusahaan yang tidak
memiliki long term debt yaitu perusahaan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT.
Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk. Pada tahun 2008, long
term debt tertinggi dimiliki oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 959,84,
namun ada pula perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan
PT Indo Kordsa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna
Tbk, PT. Allbond Makmur Usaha Tbk. Pada tahun 2009, long term debt tertinggi
dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 118,84, namun ada pula
perusahaan yang tidak memiliki long term debt yaitu perusahaan PT Indo Kordsa
Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Allbond
Makmur Usaha Tbk dan PT. Sugi Samapersada Tbk.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Sales Growth
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Perusahaan
2004
2005
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
47,00
41,00
26,00
25,30
85,00
12,00
22,00
28,00
(12,00)
39,00
32,00
20,00
12,00
45,00
270,00
15,20
Sales Growth
2006
2007
(22,00)
(11,00)
(14,00)
(17,00)
11,00
12,00
(2,00)
(56,00)
16,00
21,00
19,00
2,00
10,00
18,00
23,00
43,00
2008
2009
3,00
38,00
28,00
6,00
90,00
20,00
60,00
26,10
(21,00)
2,00
(1,00)
(8,00)
3,00
(0,30)
(43,00)
(17,00)
Tabel ini berlanjut ke halaman berikut:
71
Tabel 4.3 Lanjutan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
INDS
INTA
LPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
INTA
LPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
38,10
55,00
82,00
56,00
38,00
51,00
15,00
(162,00)
0
26,00
55,00
55,00
82,00
56,00
38,00
51,00
15,00
(162,00)
0
26,00
55,00
45,00
(11,00)
(32,00)
(30,00)
11,00
(48,00)
7,00
58,00
23,00
16,00
21,00
9,00
15,20
2,20
(171,00) (259,00)
(37,80)
(15,30)
27,10
(19,00)
33,00
3,00
(32,00)
(30,00)
11,00
(48,00)
7,00
58,00
23,00
16,00
21,00
9,00
15,20
2,20
(171,00) (259,00)
(37,80)
(15,30)
27,10
(19,00)
33,00
3,00
31,00
15,00
(41,00)
37,00
36,00
(13,00)
17,20
(12,00)
32,20
12,20
24,00
15,00
(41,00)
37,00
36,00
(13,00)
17,20
(12,00)
32,20
12,20
24,00
67,00
59,00
(2,00)
142,00
69,00
16,00
27,20
(13,00)
(21,60)
27,90
40,00
59,00
(2,00)
142,00
69,00
16,00
27,20
(13,00)
(21,60)
27,90
40,00
1,00
(2,00)
(10,00)
19,00
(42,00)
(60,00)
2,00
9.60
(57,00)
(2,80)
10,00
(2,00)
(10,00)
19,00
(42,00)
(60,00)
2,00
9.60
(57,00)
(2,80)
10,00
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data sales growth yang diperoleh pada masing-masing
perusahaan pada table 4.3, pada tahun 2004, sales growth tertinggi
dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 85, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar -162. Pada tahun 2005,
sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 270,
dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar -171.
Pada tahun 2006, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk sebesar 58, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur
Usaha Tbk sebesar -259. Pada tahun 2007, sales growth tertinggi dimiliki oleh
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 43, dan yang terendah
72
dipegang oleh PT. Multi Prima Sejahtera Tbk sebesar -41. Pada tahun 2008,
sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar
142, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -21,60.
Pada tahun 2009, sales growth tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah
Sarana Tbk sebesar 19, dan yang terendah dipegang oleh PT. Prima Alloy Steel
Tbk sebesar -60.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio
No
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
INDS
INTA
LPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
2004
2005
2006
2007
2008
2009
21,00
11,70
6,20
11,80
5,50
26,10
20,40
185,90
43,20
47,30
7,60
15,10
13,50
25,10
7,10
2,10
3,70
23,80
11,70
19,40
18,10
7,10
8,70
6,60
26,80
21,00
212,30
58,90
18,00
8,80
9,50
12,80
33,30
5,60
1,40
3,10
34,40
15,80
21,90
14,10
5,70
6,10
6,20
24,10
24,80
209,00
61,30
16,80
7,70
9,90
14,80
36,80
5,30
1,30
3,10
32,40
14,40
21,50
11,70
4,80
5,20
9,40
25,40
26,30
270,40
66,10
17,00
7,90
4,00
20,20
31,90
6,60
3,90
3,30
29,10
12,60
28,10
12,10
4,50
4,80
24,60
42,80
20,00
281,00
53,30
24,60
5,80
7,30
16,30
27,10
6,20
4,00
1,20
25,00
16,10
24,10
10,00
3,90
2,30
1,70
23,20
17,80
178,30
65,70
19,10
5,40
8,20
14,80
36,80
8,00
7,40
0,15
35,50
8,00
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data Debt to Equity Ratio yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.4, pada tahun 2004, Debt to Equity Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar
73
185,90, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk
sebesar 2,10. Pada tahun 2005, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 212,30, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 1,40. Pada tahun 2006,
Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses
Internasional Tbk sebesar 209,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond
Makmur Usaha Tbk sebesar 1,30. Pada tahun 2007, Debt to Equity Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar
270,40, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar
3,30. Pada tahun 2008, Debt to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 281,00, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,20. Pada tahun 2009, Debt
to Equity Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional
Tbk sebesar 178,30, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk
sebesar 0,15.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Variabel Debt to Assets Ratio
Debt to Assets Ratio
No
Perusahaan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
INDS
INTA
68,00
50,00
36,00
49,00
36,00
71,00
67,00
89,00
81,00
83,00
66,00
60,00
38,00
42,00
40,00
73,00
58,00
91,00
85,00
64,00
69,00
54,00
35,00
33,00
38,00
71,00
71,00
91,00
85,00
63,00
68,00
50,00
32,00
30,00
48,00
72,00
72,00
92,00
87,00
63,00
74,00
50,00
30,00
48,00
70,00
86,00
67,00
93,00
84,00
71,00
71,00
45,00
27,00
23,00
6,00
69,00
64,00
88,00
87,00
66,00
74
11
12
13
14
15
16
17
18
19
LPIN
MASA
NIPS
PRAS
SMSM
SQMI
SUGI
TURI
UNTR
43,00
60,00
58,00
71,00
38,00
17,00
28,00
70,00
54,00
47,00
49,00
56,00
77,00
34,00
12,00
24,00
77,00
61,00
43,00
50,00
60,00
79,00
33,00
12,00
24,00
76,00
59,00
44,00
28,00
67,00
76,00
38,00
28,00
25,00
74,00
55,00
37,00
42,00
62,00
73,00
37,00
29,00
10,00
70,00
64,00
3,40
45,00
60,00
79,00
42,00
42,00
1,40
78,00
44,00
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data Debt to Assets Ratio yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.5, pada tahun 2004, Debt to Assets Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar
89,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar
17,00. Pada tahun 2005, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 91,00, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 12,00. Pada tahun 2006,
Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses
Internasional Tbk sebesar 91,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Allbond
Makmur Usaha Tbk sebesar 12,00. Pada tahun 2007, Debt to Assets Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 92,00,
dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 25,00. Pada
tahun 2008, Debt to Assets Ratio tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses
Internasional Tbk sebesar 93,00, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi
Samapersada Tbk sebesar 10,00. Pada tahun 2009, Debt to Assets Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar 88,00,
dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,40.
75
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Variabel Macro Economy
Macro Economy
No
1
2
3
4
5
6
Perusahaan
Inflasi
Kurs
2004
2005
2006
2007
2008
2009
6,4
17,11
6,6
6,59
11,06
2,78
9.723
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Tabel 4.6 di atas menunjukan besarnya nilai inflasi dan nilai tukar
kurs rupiah terhadap dolar AS, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2005 sebesar 171,10, dan tingkat inflasi
terendah pada tahun 2009 sebesar 27,80. Sedangkan untuk nilai kurs
rupiah terhadap dolar AS, kurs tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar
109,50, dan tingkat kurs terendah pada tahun 2006 sebesar 90,20.
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Variabel Profit Margin
No
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ADMG
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
GJTL
HEXA
IMAS
INDS
INTA
2004
2005
4,49981
4,941642
4,49981
3,367296
3,912023
4,941642
4,248495
2,639057
2,302585
2,302585
2,302585
4,60517
6,813445
4,219508
2,302585
3,688879
4,094345
2,079442
8,237479
2,995732
Profit Margin
2006
2007
2008
2009
4,382027 2,302585 4,248495 2,995732
4,382027 4,700480 4,787492 4,867534
4,49981
4,70048 4,787492 5,010635
2,484907 3,401197 4,094345 4,248495
3,688879 3,401197
0
4,49981
2,995732 2,302585 4,382027 4,70048
3,401197 3,401197 4,49981 7,012115
-0,91629 -1,20397 2,302585 2,302585
1,791759 2,995732 4,382027 1,609438
2,302585 2,302585 2,995732 2,995732
Tabel ini berlanjut ke halaman berikut:
76
Tabel 4.7 Lanjutan
11 LPIN
4,49981 5,560682
12 MASA
9,443038 5,247024
13 NIPS
4,382027 2,639057
14 PRAS
3,688879 3,401197
15 SMSM
4,356709 4,330733
16 SQMI
2,70805 5,666427
17 SUGI
3,178054 5,298317
18 TURI
3,806662 3,433987
19 UNTR
1,098612
0
Sumber : diolah dari berbagai sumber
3,401197
3,912023
4,70048
1,098612
4,317488
7,383989
2,230014
1,791759
4,248495
5,913503 5,598422
3,688879 4,248495
2,302585 1,098612
1,386294 1,386294
4,317488 4,343805
8,974618 8,455318
4,204693 3,688879
3,7612
3,258097
4,248495 4,60517
4,49981
4,60517
2,302585
5,347108
6,697034
6,253829
4,787492
3,401197
4,941642
Berdasarkan data Profit Margin yang diperoleh pada masing-masing
perusahaan pada table 4.7, pada tahun 2004, Profit Margin tertinggi
dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 9,443038, dan
yang terendah dipegang oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 1,098612.
Pada tahun 2005, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Indospring Tbk
sebesar 8,237479, dan yang terendah dipegang oleh PT. United Tractors
Tbk sebesar 0.00. Pada tahun 2006, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh
PT. Allbond Makmur Usaha Tbk sebesar 7,383989, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar -0,91629.
Pada tahun 2007, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond
Makmur Usaha Tbk sebesar 8,974618, dan yang terendah dipegang oleh
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk sebesar -1,20397. Pada tahun
2008, Profit Margin tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond Makmur Usaha
Tbk sebesar 8,455318, dan yang terendah dipegang oleh PT. Goodyear
Tbk sebesar 0,00. Pada tahun 2009 Profit Margin tertinggi dimiliki oleh
77
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 7,012115, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Indospring Tbk sebesar 1,609438.
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Variabel Return On Equity
No Perusahaan
2004
2005
1 ADMG
3,747148 3,325036
2 ASII
1,308333 5,587997
3 AUTO
2,624669 5,138735
4 BRAM
4,089332 4,979489
5 GDYR
2,687847 3,186353
6 GJTL
3,499533 5,141079
7 HEXA
3,475067 5,647565
8 IMAS
5,903726 5,268373
9 INDS
3,871201 4,472781
10 INTA
4,380776 4,058717
11 LPIN
3,83298 5,199601
12 MASA
8,757862 4,630838
13 NIPS
3,577948 3,605498
14 PRAS
4,563306 3,569533
15 SMSM
5,119191 5,075174
16 SQMI
2,261763 4,284965
17 SUGI
-1,20397 0,788457
18 TURI
5,550631 5,349486
19 UNTR
5,870144 5,544787
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Return On Equity
2006
2007
5,363168
5,111385
5,019265
3,091042
4,503137
4,016383
4,737075
1,871802
3,449988
3,126761
2,727853
5,462135
4,454347
3,08191
4,98839
4,841822
-2,30259
3,496508
5,31074
3,78419
5,488111
5,304299
3,779634
4,9523
3,640214
4,868303
2,116256
4,833102
3,391147
5,445443
3,122365
4,206184
3,063391
5,115596
7,137755
-0,10536
5,401325
5,562219
2008
2009
4,301359
0,788457
1,916923
4,655863
6,22436
3,328627
1,193922
1,223775
1,916923
3,852273
2,104134
4,823502
4,859037
6,832816
5,135798
6,04192
-0,69315
5,476464
1,774952
5,889709
0,693147
1,609438
4,8489
1,223775
2,95491
2,60269
1,280934
5,999929
3,360375
3,303217
4,234107
3,992681
3,404525
5,598422
6,456299
-0,51083
5,736572
1,481605
Berdasarkan data Return On Equity yang diperoleh pada masingmasing perusahaan pada table 4.8, pada tahun 2004, Return On Equity
tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 8,757862,
dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar 1,20397 Pada tahun 2005, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT.
Hexindo Adiperkasa Tbk sebesar 5,647565
78
dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar
0,788457. Pada tahun 2006, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk sebesar 5,462135, dan yang terendah
dipegang oleh PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -2,30259. Pada tahun
2007, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh P PT. Allbond Makmur
UsahaTbk sebesar 7,137755, dan yang terendah dipegang oleh PT. Sugi
Samapersada Tbk sebesar -0,10536. Pada tahun 2008, Return On Equity
tertinggi dimiliki oleh PT. Prima Alloy Steel Tbk sebesar 6,832816, dan
yang terendah dipegang oleh PT. Sugi Samapersada sebesar -0,69315.
Pada tahun 2009, Return On Equity tertinggi dimiliki oleh PT. Allbond
Makmur Usaha Tbk sebesar 6,456299, dan yang terendah dipegang oleh
PT. Sugi Samapersada Tbk sebesar -0,51083.
79
B.
Penemuan dan Pembahasan
1.
Analisis Data dengan Menggunakan Structural Equation Modeling
Gambar 4.1
Model SEM
e1
e2
1
1
Kurs
1
Inflasi
z1
Makro
Ekonomi
1
1
e3
e4
e5
e6
1
1
1
1
ROE
Profitability
PM
LTD
SG
DAR
1
1
1
e7
e8
Capital
Structure
DER
Sumber : diolah dari berbagai sumber
a. Menilai Identifikasi Model Structural
Pengujian pertama untuk model structural adalah menilai
apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified.
Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data
kovarian dan varian dibanding dengan jumlah parameter yang akan
diestimasi. Output model summary dapat digunakan untuk
menghitung hal tersebut.
Tabel 4.9
Variable Counts
Number of variables in your model:
Number of observed variables:
Number of unobserved variables:
Number of exogenous variables:
Number of endogenous variables:
Sumber : diolah dari berbagai sumber
20
8
12
11
9
80
Tabel 4.10
Parameter Summary
Weights
Covariances
Variances
Means
Intercepts
Total
12
0
7
0
0
1
0
0
11
0
0
0
0
0
0
12
0
19
Total
19
1
Sumber : diolah dari berbagai sumber
11
0
0
31
Fixed
Labeled
Unlabeled
Berdasarkan tabel 4.9 dan 4.10 menampilkan ringkasan
parameter dalam model. Dapat dilihat terdapat 19 regression
weight dimana 12 dengan nilai tetap (fixed) dan 7 yang diestimasi.
12 fixed regression weight meliputi loading pertama dari 3 faktor
dan 8 error term. Ada 1 kovarian dan 11 variansi yang diestimasi.
Secara total ada 31 parameter dan 19 yang diestimasi.
Untuk menilai apakah model just-identified, overidentified,
atau unidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data
kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang
akan diestimasi, yaitu (p + q)(p + q +1)/2 = (6 +2)(6+ 2 +1)/2 = 36
sampel moment sedangkan jumlah parameter yang akan diestimasi
19, sehingga nilai degree of freedom adalah 17 (36 – 19 = 17). Jadi
dapat disimpulkan bahwa model yang diteliti adalah overidentified,
sehingga dapat diuji lebih lanjut.
81
b. Menilai Kriteria Goodness of Fit
Menilai goodness of fit merupakan tujuan utama dalam
persamaan struktural, karena dalam tahapan ini ingin mengetahui
sampai seberapa jauh model yang dihipotesakan “fit” atau cocok
dengan sample data.
Tabel 4.11
CMIN
Model
NPAR
CMIN
Default model
19
70.282
Saturated model
36
.000
Independence model
8 187.094
Sumber : diolah dari berbagai sumber
DF
17
0
28
P
.000
CMIN/DF
4.134
.000
6.682
Tabel 4.12
RMR dan GFI
Model
RMR
GFI
Default model
272.869
.881
Saturated model
.000 1.000
Independence model 386.707
.723
Sumber : diolah dari berbagai sumber
AGFI
.747
PGFI
.416
.644
.562
Tabel 4.13
RMSEA
Model
Default model
Independence model
RMSEA
.167
.224
LO 90
.127
.194
HI 90
.208
.255
PCLOSE
.000
.000
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan hasil goodness of fit seperti terlihat pada output
diatas bahwa nilai Chi-Square 70.282 dan nilai probabilitas 0.000.
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan
model sama dengan data empiris ditolak yang berarti model tidak
82
fit. Model yang baik harus tidak menolak hipotesis nol yang berarti
harus tidak signifikan secara statistik. Namun demikian, perlu
diketahui bahwa Chi-Square sangat sensitif terhadap jumlah
sampel. Semakin besar sampel semakin signifikan.
Oleh karena itu, dicari ukuran model fit yang lain, yaitu GFI,
AGFI, RMSEA. Output grafik memberikan nilai GFI = 0.881
AGFI = 0.747 keduanya belum memenuhi kriteria model fit yaitu
di atas 0.90 dan nilai RMSEA = 0.167 di atas 0.080. Secara
keseluruhan model ini belum dapat diterima dan belum bisa
melakukan langkah selanjutnya. Karena model belum memenuhi
kriteria model fit, maka dapat dilihat ketidak fit nya model, dengan
melihat parameter estimainya.
Tabel 4.14
Standardized Regression Weights
Profitability <--- Makro_Ekonomi
Estimate
.001
Profitability <--- Capital_Structure
Inflasi
<--- Makro_Ekonomi
.014
6.594
Kurs
ROE
PM
<--- Makro_Ekonomi
<--- Profitability
<--- Profitability
.073
19.385
.014
DER
DAR
SG
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
.488
1.264
.217
LTD
<--- Capital_Structure
Sumber : diolah dari berbagai sumber
-.134
83
Tabel 4.15
Variances
Estimate
Makro_Ekonomi
Capital_Structure
z1
e2
e1
e7
S.E.
C.R.
P
Label
91685.312 146851.634 .624 .532 par_9
568.194
283.625 2.003 .045 par_10
1351.291 3652.154 .370 .711 par_11
-89576.431 146840.347 -.610 .542 par_12
36.608
4.869 7.519 *** par_13
-1347.953 3652.142 -.369 .712 par_14
e8
e6
3.131
1819.156
.417 7.515 *** par_15
311.890 5.833 *** par_16
e5
e4
e3
-276.727
2552.587
46300.092
287.511 -.962 .336 par_17
339.189 7.526 *** par_18
6170.279 7.504 *** par_19
Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa nilai standardized
regression weight untuk variabel Inflasi, ROE, dan DAR lebih
besar dari 1.00 sehingga menghasilkan nilai variansi e2 = 89576.431, e5 = -276.727 dan e7 = -1347.953 (negative) yang
terdapat pada tabel 4.15. Dengan adanya nilai variansi negative
disebut dengan Heywood case.
Dengan adanya Heywood case pada model dan model final
harus tidak mengandung Heywood case, maka hal tersebut harus
dihilangkan. Cara mehilangkan Heywood case, yaitu dengan
menghapuskan indikator yang mengandung Heywood case dari
model atau dengan cara membuat konstrain model dengan
memberikan nilai positif
kecil untuk error term tertentu. Pada
kasus ini untuk menghilangkan Heywood case dengan memberikan
nilai positif pada indikator tersebut, yaitu 0,005.
84
Gambar 4.2
Model Sem dengan Nilai Konstrain
e1
e2
1
0.005
1
Kurs
1
Inflasi
z1
Makro
Ekonomi
1
0.005
1
e3
e4
e5
e6
1
1
0.005
1
1
ROE
Profitability
PM
LTD
SG
DAR
1
1
1
e7
e8
Capital
Structure
DER
c. Menilai Identifikasi Model Structural
Pengujian pertama untuk model structural adalah menilai
apakah model just-identified, overidentified, atau unidentified.
Pengujian terssebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
data kovarian dan varian dibanding dengan jumlah parameter yang
akan diestimasi. Output model summary dapat digunakan untuk
menghitung hal tersebut.
Tabel 4.16
Variable Counts
Number of variables in your model: 20
Number of observed variables:
8
Number of unobserved variables:
12
Number of exogenous variables:
11
Number of endogenous variables:
9
Sumber : diolah dari berbagai sumber
85
Tabel 4.17
Parameter Summary
Fixed
Labeled
Weights
12
0
Covariances
0
0
Variances
3
0
Means
0
0
Intercepts
0
0
Total
15
0
Unlabeled
Total
7
19
1
1
8
11
0
0
0
0
16
31
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan tabel 4.16 dan 4.17 menampilkan ringkasan
parameter dalam model. Dapat dilihat terdapat 19 regression
weight dimana 12 dengan nilai tetap (fixed) dan 7 yang diestimasi.
12 fixed regression weight meliputi loading pertama dari 3 faktor
dan 8 error term. Ada 1 kovarian, 8 variansi yang diestimasi dan 3
variansi (e2, e5, dan e7) sudah ditetapkan (konstrain) terlebih
dahulu. Secara total ada 31 parameter dan 16 yang diestimasi.
Untuk menilai apakah model just-identified, overidentified,
atau unidentified dapat dilakukan dengan menghitung jumlah data
kovarian dan varian dibandingkan dengan jumlah parameter yang
akan diestimasi, yaitu (p + q)(p + q +1)/2 = (6 +2)(6+ 2 +1)/2 = 36
sampel moment sedangkan jumlah parameter yang akan diestimasi
16, sehingga nilai degree of freedomnya adalah 20 (36 – 16 = 20).
Jadi dapat disimpulkan bahwa model yang diteliti adalah
overidentified, sehingga dapat diuji lebih lanjut.
86
d. Menilai Kriteria Goodness of Fit
Menilai goodness of fit merupakan tujuan utama dalam
persamaan structural, yaitu ingin mengetahui sampai seberapa jauh
model yang dihipotesis “fit” atau cocok dengan sample data.
Gambar 4.3
Model SEM dengan Nilai Goodness of Fit
28.63
e1
1
.01
1
e2
3.11
2083.94
.06
Kurs
1.00
Inflasi
z1
Makro
Ekonomi
.00
1
.01
1.00
e3
e4
44626.02
1
2473.38
1
.01
1
67.24
LTD
-1.72
.49
SG
.74
853.41
Profitability
ROE
.15
.01
PM
1
1
e7
3.05
e8
Capital
Structure
C-Square=82.538
Prob=.000
e6
DER
GFI=.859
AGFI=.747
TLI=.450
RMSEA=.166
Sumber : diolah dari berbagai sumber
e5
1533.94
1
DAR
1.00
Berdasarkan hasil goodness of fit seperti terlihat pada output
diatas bahwa nilai Chi-Square 82.538 dan nilai probabilitas 0.000.
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan
model sama dengan data empiris ditolak yang berarti model tidak
fit. Model yang baik harus tidak menolak hipotesis nol yang berarti
harus tidak signifikan secara statistic. Namun demikian perlu
diketahui bahwa Chi-Square sangat sensitif terhadap jumlah
sample. Semakin besar sample semakin signifikan.
87
Oleh karena itu, dicari ukuran model fit yang lain, yaitu GFI,
AGFI, RMSEA. Output grafik memberikan nilai GFI = 0.859
AGFI = 0.747 keduanya belum memenuhi kriteria model fit yaitu
masih di bawah 0.90 dan nilai RMSEA = 0.166 masih di atas
0.080. Secara keseluruhan model belum dapat diterima.
Selain
melihat
kelayakkan
parameter
estimasi,
untuk
memperbaiki nilai goodness of fit dapat dilihat nilai Modification
Indices. Nilai Modification Indices ini dapat memperbaiki nilai
goodness of fit. Nilai Modification Indices yang dianjurkan adalah
lebih besar dari 3.58. di bawah ini adalah nilai Modification
Indices.
Table 4.18
Nilai Modification Indices Pertama
e3 <--> z1
M.I.
13.984
Par Change
-131.143
e6 <--> z1
e8 <--> Capital_Structure
8.964
25.410
-19.467
-24.178
e8 <--> e5
e7 <--> e3
e7 <--> e6
9.406
13.459
7.277
-8.197
-127.155
-17.334
e1 <--> e4
7.115
Sumber : diolah dari berbagai sumber
66.779
Berdasarkan tabel 4.18, terlihat bahwa nilai Modification
Indices yang tertinggi adalah hubungan e8 dengan Capital
Structure yaitu 25.410 yang artinya nilai C-Square berkurang
sebesar 25.410. Di bawah ini adalah perbaikan nilai goodness of fit
setelah menghubungkan e8 dengan Capital Structure.
88
Gambar 4. 4
Model SEM Perbaikan dengan MI Pertama
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai
goodness of fit semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari nilai CSquare yang turun, nilai GFI, AGFI, dan RMSEA yang juga
mengalami perbaikan. Namun nilai goodness of fit ini belum
memenuhi kriteria yang diinginkan. Sehingga harus dilihat kembali
nilai modification indicesnya.
Tabel 4.19
Nilai Modification Indices Kedua
M.I.
Par Change
e3 <--> z1 13.983
-131.137
e6 <--> z1 8.966
-19.469
e7 <--> e3 13.247
-122.123
e7 <--> e6 5.792
-14.972
e1 <--> e4 7.115
66.779
Sumber : diolah dari berbagai sumber
89
Berdasarkan tabel 4.19, terlihat bahwa nilai Modification
Indices yang tertinggi adalah hubungan e3 dengan z1 yaitu 13.983
yang artinya nilai C-Square berkurang sebesar 13.983. Di bawah
ini adalah perbaikan nilai goodness of fit setelah menghubungkan
e3 dengan z1.
Gambar 4.5
Model SEM Perbaikan dengan MI Kedua
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai
goodness of fit semakin membaik. Hal tersebut terlihat dari nilai CSquare yang turun, nilai GFI, AGFI, dan TLI yang sudah lebih
besar dari 0.800 dan RMSEA yang juga mengalami perbaikan,
namun nilai RMSEA dan probabilitasnya belum memenuhi syarat.
Sehingga harus dilihat kembali nilai modification indicesnya.
90
Tabel 4.20
Nilai Modification Indices Ketiga
M.I.
e6 <--> z1 8.691
e7 <--> e6 5.787
e1 <--> e4 7.115
Par Change
-17.909
-14.058
66.779
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan tabel 4.20, terlihat bahwa nilai Modification
Indices yang tertinggi adalah hubungan e6 dengan z1 yaitu 8.691
yang artinya nilai C-Square berkurang sebesar 8.691. Di bawah ini
adalah perbaikan nilai goodness of fit setelah menghubungkan e6
dengan z1.
Gambar 4.6
Model SEM Perbaikan dengan MI Ketiga
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan hasil output di atas terlihat bahwa seluruh nilai
goodness of fit sudah memenuhi syarat yang diajukan. Hal tersebut
terlihat dari nilai C-Square yang turun dengan nilai probabilitas
91
yang lebih besar dari 0.050 (0.051), nilai GFI, AGFI, dan TLI yang
sudah lebih besar dari 0.800 dan RMSEA yang telah memenuhi
syarat yaitu kurang dari 0.080. Dengan demikian model sudah fit,
dan dapat dilakukan analisis selanjutnya.
e. Kelayakan Parameter Estimasi
Langkah awal dalam menilai apakah parameter individual
dalam model fit atau tidak adalah melihat bahwa estimasi
parameter memberikan tanda dan besaran yang benar sesuai dengan
teori. Jika nilai estimasi sangat jauh berbeda dengan yang
diharapkan, maka merupakan indikasi adanya kesalahan model atau
input matriks tidak cukup memberikan informasi. Beberapa
indikasi kesalahan model adalah adanya nilai estimasi korelasi >
1.00, adanya nilai varians yang negative.
Tabel 4.21
Standardized Regression Weights
Profitability <--- Makro_Ekonomi
Estimate
.162
Profitability <--- Capital_Structure
Inflasi
<--- Makro_Ekonomi
.225
1.000
Kurs
ROE
PM
<--- Makro_Ekonomi
<--- Profitability
<--- Profitability
.471
.999
.272
DER
DAR
SG
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
.598
1.000
.277
LTD
<--- Capital_Structure
Sumber : diolah dari berbagai sumber
-.231
92
Tabel 4.22
Variances
Estimate
Makro_Ekonomi
Capital_Structure
z1
2083.944
852.531
3.084
C.R.
P
Label
277.244
243.070
.405
7.517 *** par_12
3.507 *** par_13
7.615 *** par_14
3.809
.416
7.517 *** par_15
7.439 *** par_16
1533.934 204.073
2473.381 329.054
44626.035 5936.963
7.517 *** par_17
7.517 *** par_18
7.517 *** par_19
e2
e7
e5
.005
.005
.005
e1
e8
28.634
3.094
e6
e4
e3
S.E.
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa nilai standardized
regression weight untuk untuk setiap variabel indikator tidak lebih
besar dari 1.00, sehingga nilai variansi pada tabel 4.22 tidak ada
yang bernilai negatif. Hal tersebut menandakan tidak adanya
Heywood case pada model. Sehingga model dapat digunakan untuk
pengujian selanjutnya.
f. Evaluasi Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matriks
kovarians. Nilai determinan yang sangat kecil menunjukan indikasi
terdapatnya masalah Multikolinieritas atau singularitas, sehingga
data tersebut tidak dapat digunakan untuk penelitian.
93
Tabel 4.23
Sample Covariances
LTD
SG
DAR
DER
PM
ROE
LTD
SG
DAR
47140.480
-691.859
-1079.711
2679.076
308.815
463.635
DER
PM
ROE
-966.322
13.170
-145.555
105.999
-10.510
15.760
629.022
-16.443
9.187
2387.350
-36.317
-7.111
3.132
.511
3.338
Kurs
Inflasi
84.414
1430.249
97.260
442.568
7.275
49.562
9.283
42.421
.598
.403
-.594
10.371
Kurs
Inflasi
36.799
130.443
2083.949
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Condition number = 26799.355
Eigenvalues
47243.234 3023.109 2464.933 1798.002 237.034 26.649 3.037 1.763
Determinant of sample covariance matrix = 21402806428009700000.000
Berdasarkan tabel 4.23 hasil output AMOS memberikan nilai
determinan
of
sample
covariance
matrix
sebesar
21402806428009700000.000. Nilai tersebut jauh dari angka nol
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis.
g. Uji Discriminant Validity
Uji Discriminant validity merupakan uji yang digunakan
untuk mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk benar-benar
berbeda dari konstruk yang lainnya. Nilai discriminant validity
yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik
dan mampu menangkap fenomena yang diukur. Cara pengujiannya
adalah membandingkan nilai akar kuadrat dari Analysis Variance
Extracted (AVE) dengan nilai korelasi antar konstruk.
94
Jumlah kuadrat standar loading
 i  didapat dari table 4.13 :
2
Makro Ekonomi : 0.4712 + 1 2 = 1.222
Capital Sructure : 0.598 2 + 12 + 0.2772 + (-0.231)2 = 1.488


Jumlah kesalahan pengukuran 1  i 2 atau variansi eror :
Makro Ekonomi : (1-0.471 2 ) + (1-1 2) = 0.778
Capital Structure : (1-0.5982 ) + (1-12) + (1-0.277 2 ) + (1-(-0.231)2)
= 2.512
AVE 
 n

  i 2 
 i 1

n
n
i 2   var(i)

i 1
i 1
Jadi nilai AVE untuk setiap variable konstruk adalah sebagai
berikut :
Makro Ekonomi
:
1.222
 0.611
1.222  0.778
Capital Structure
:
1.488
 0.372
1.488  2.512
Berikut ini adalah nilai akar kuadrat AVE dari setiap variable
konstruk :
Makro Ekonomi
:
0.611  0.782
Capital Structure
:
0.372  0.610
95
Tabel 4.24
Correlations
Estimate
makro <--> capital
.036
Tabel 4.25
Korelasi antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE
Makro
Makro
0.782
Capital
0.036
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Capital
0.610
Berdasarkan table 4.25 dapat disimpulkan bahwa semua
konstruk laten yang ada pada model memiliki nilai akar kuadrat
AVE yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar
konstuk dan ini menunjukan convergent validity yang baik.
Sehingga hal ini sama dengan pengujian multikolinieritas dengan
menggunakan nilai Determinant of sample covariance matrix yang
menyatakan bahwa suatu konstruk benar-benar berbeda dengan
konstruk lainnya (independen).
h. Hasil Estimasi Parameter
Tabel 4.26
Regression Weights
Estimate S.E. C.R.
P Label
Profitability <---Makro_Ekonomi
.007 .003 1.967 .049 par_6
Profitability <---Capital_Structure
.014 .006 2.214 .027 par_7
Inflasi
<---Makro_Ekonomi
1.000
Kurs
<---Makro_Ekonomi
.063 .011 5.676 *** par_1
ROE
<---Profitability
1.000
PM
<---Profitability
.263 .081 3.249 .001 par_2
Tabel ini berlanjut ke halaman berikut:
96
Tabel 4.26 Lanjutan
Estimate
DER
<--- Capital_Structure
1.000
DAR
SG
LTD
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
<--- Capital_Structure
.737
.491
-1.716
S.E.
C.R.
P Label
.093 7.929 *** par_3
.172 2.859 .004 par_4
.714 -2.404 .016 par_5
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan tabel 4.26 hasil output teks AMOS yang
berkaitan dengan estimasi parameter, bahwa semua variabel
independen (Makro Ekonomi dan Capital Structure) berpengaruh
secara
signifikan
Profitabilitas
(ROE
pada
dan
tingkat
PM).
kepercayaan
Variable
5%
terhadap
Makro
Ekonomi
mempengaruhi Profitabilitas dengan nilai estimasi parameter
sebesar 0.007, Capital Structure mempengaruhi Profitabilitas
dengan nilai estimasi parameter sebesar 0.014.
Untuk variabel independen Makro Ekonomi, semua variabel
indikator (Inflasi dan Kurs) berpengaruh secara signifikan terhadap
Profitabilitas pada tingkat kepercayaan 5%. Untuk variabel
independent Capital Structure semua variabel indikatornya (Long
Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR) berpengaruh secara
signifikan terhadap Profitabilitas. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai P yang lebih kecil dari 0.05.
Selain melihat pengaruh variable independent terhadap
variable dependen, pada penelitian ini juga ingin melihat hubungan
antara variabel Capital Structure dengan variabel macro economy
97
pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.24, yaitu variable
Capital Structure memiliki hubungan (correlation) yang positif
terhadap variable Makro Ekonomi
Berdasarkan hasil pengujian data menggunakan metode SEM
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1) Variabel Makro Ekonomi (Kurs dan Inflasi) berpengaruh
secara
signifikan
dan
berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jian-Shen Chen, dkk (2009) yang
menemukan hasil bahwa capital structure, operational risk dan
macro economy memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
Selain itu dalam teori model Keynesian menyatakan inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang yang tersedia (penawaran
agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Hal ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa walaupun terjadi inflasi tetapi
masyarakat
akan
tetap
membeli
produk-produk
yang
diinginkannya karena adanya sifat ketidak puasan yang
tertanam didalam benak masyarakat, semakin tinggi tingkat
ketidak puasan atau sifat konsumtif masyarakat maka akan
semakin banyak masyarakat untuk membeli suatu produk
98
tertentu, semakin banyak membeli produk tersebut maka akan
meningkatkan nilai profit suatu perusahaan tersebut, dalam
kasus ini contohnya adalah produk barang otomotif.
2) Variabel Capital Structure (Long Term Debt, Sales Growth,
DER, dan DAR) berpengaruh secara signifikan. Yang
berpengaruh positif adalah Sales Growth, DER, dan DAR.
Sedangkan variabel Long Term Debt berpengaruh negatif.
Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang
dilakukan oleh Abor (2005) yang menyatakan bahwa EBIT,
short term debt, long term debt, total debt, size company dan
sales
growth. berpengaruh
terhadap profitabilitas
pada
perusahaan yang terdaftar di Ghana. Dan juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wirdiyanto (2009) yang
menyatakan bahwa struktur modal yang terdiri dari long term
debt, size company, sales growth, debt to equity ratio, debt to
asset ratio berpengaruh terhadap profitabilitas. Martono
(2003:122) juga menegaskan bahwa struktur modal terkait
dengan modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan
modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga
memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan untuk long term
debt berpengaruh negatif dengan profitabilitas, hal ini
disebabkan karena jika suatu perusahaan menggunakan modal
jangka panjang dari luar yang besar maka resiko yang dihadapi
99
oleh perusahaan tersebut akan semakin besar pula dan harus
terus memenuhi kewajibannya tiap periode tanpa memandang
keadaan perekonomian perusahaan itu sendiri maupun keadaan
perekonomian secara global.
3) Variabel makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki
hubungan (correltion) yang positif dengan variable Capital
Structure. Hal ini dapat disebabkan karena banyak dari
perusahaan yang menjadi sampel penelitian meniliki hutang
modal jangka panjang dengan menggunakkan dolar, dengan
meningkatnya kurs dolar maka akan meningkatkan pula
jumlah hutang modal yang tertanam dalam perusahaan
tersebut, dengan menambah jumlah hutang modal perusahaan
maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat pula.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh capital structure
dan macro economy terhadap profitabilitas dengan melalui pendekatan
structural equation modeling. Berdasarkan data yang diperoleh maupun
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel yang mempengaruhi profitabilitas yang diwakilkan oleh ROE dan
PM pada perusahaan sector otomotif yang telah terdaftar di BEI pada
periode tahun 2004 sampai dengan 2009 adalah sebagai berikut:
1.
Variabel Makro Ekonomi (Kurs dan Inflasi) berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jian-Shen Chen, dkk yang menemukan
hasil bahwa capital structure, operational risk dan macro economy
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
2.
Variabel Capital Structure (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan
DAR) berpengaruh secara signifikan. Yang berpengaruh positif adalah
Sales Growth, DER, dan DAR. Sedangkan variabel Long Term Debt
berpengaruh negatif. Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abor (2005), Wirdiyanto (2009), dan Martono
(2003:122) bahwa struktur modal yang terdiri dari long term debt, size
101
company, sales growth, debt to equity ratio, debt to asset ratio
berpengaruh terhadap profitabilitas.
3.
Variabel makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki hubungan
(correltion) yang positif dengan variable Capital Structure. Hal ini
dapat disebabkan karena banyak dari perusahaan yang menjadi sampel
penelitian
meniliki
hutang
modal
jangka
panjang
dengan
menggunakkan dolar, dengan meningkatnya kurs dolar maka akan
meningkatkan pula jumlah hutang modal yang tertanam dalam
perusahaan tersebut, dengan menambah
jumlah
hutang modal
perusahaan maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat
pula.
B.
Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini
adalah:
1.
Makro ekonomi (kurs dan inflasi) berpengaruh secara positif signifikan
terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi
inflasi tetapi masyarakat akan tetap membeli produk-produk yang
diinginkannya karena adanya sifat ketidak puasan yang tertanam
didalam benak masyarakat, semakin tinggi tingkat ketidak puasan atau
sifat konsumtif masyarakat maka akan semakin banyak masyarakat
untuk membeli suatu produk tertentu, semakin banyak membeli produk
102
tersebut maka akan meningkatkan nilai profit suatu perusahaan tersebut,
dalam kasus ini contohnya adalah produk barang otomotif.
2.
Capital structure (Long Term Debt, Sales Growth, DER, dan DAR)
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, yang berpengaruh
positif adalah Sales Growth, DER, dan DAR hal ini berarti bahwa
struktur modal terkait dengan modal yang dapat meminimalkan biaya
penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga
memaksimalkan nilai perusahaan. Sedangkan variabel Long Term Debt
berpengaruh negatif. hal ini disebabkan karena jika suatu perusahaan
menggunakan modal jangka panjang dari luar yang besar maka resiko
yang dihadapi oleh perusahaan tersebut akan semakin besar pula dan
harus terus memenuhi kewajibannya tiap periode tanpa memandang
keadaan perekonomian perusahaan itu sendiri maupun keadaan
perekonomian secara global
3.
Makro ekonomi (Kurs dan Inflasi) memiliki hubungan (correltion)
yang positif dengan variable Capital Structure. Hal ini dapat
disebabkan karena banyak dari perusahaan yang menjadi sampel
penelitian
meniliki
hutang
modal
jangka
panjang
dengan
menggunakkan dolar, dengan meningkatnya kurs dolar maka akan
meningkatkan pula jumlah hutang modal yang tertanam dalam
perusahaan tersebut, dengan menambah
jumlah
hutang modal
perusahaan maka struktur modal perusahaan tersebut akan meningkat
pula.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, Nova, “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Terpilih Dlm Indeks Lq45 Periode 2004-2007”, Skripsi
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009.
Andrew, Joseph D. and Timothy J. Gallagher, “Financial Management: principles
and Practice”, New Jersey: Prentice Hall, 2000.
Blocher, Edwad J. dan Kung H. Chen, Gary Cokins, Thomas W. Lin,
“Manajemen Biaya (Penekanan Strategi)”, Edisi 3, Buku 2, Salemba
Empat, Jakarta, 2007.
Brealey, Richard A. and Stewart C. Myers, “Principles of Corporate Finance”,
Seventh Edition, Mc Graw-Hill, New York, 2003.
Chen, Shen Jian., Mei Ching Chen, Mei-Ching Chen, Wen-Ju Liao, Tsung-Hsien
Chen, “Influence of Capital Structure and Operacional Risk on
Profitability of Life Insurence Industry in Taiwƒn”, Jurnal Of Modeling in
Management Vol 4 No 1, Taiwan, 2009.
Fransisko, Nicolaus, “Cara Mudah Menyajikan dan Memahami Laporan
Keuangan Neraca Lajur”, PT Grasindo. Jakarta, 2005.
Ghosh, Arvin, Francis Cai and Wenhui Li, “The Determinants of Capital
Structure”, American Business Review, 18,2,p.129, 2000.
Ghozali, Imam, “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program AMOS 16”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,
2008.
Gitman, Lawrence J, “Corporations - Finance; Business enterprises - Finance;
Business firms; Financial management ISBN: 0-321-31150-7 Edisi: 11th
ed.”, Addison-Wesley, Boston,, 2006
Griffin, Ricky W, “Manajemen”, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Alih Bahasa, Erlangga,
2003.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Higgins, Robert C, “Analisys For Financial Management”, Fourth Edition,
Richard D. Irwin, Inc, Washington, 1995.
Husnan, Suad, “Pembelanjaan Perusahaan
Keuangan)”, Liberty. Yogyakarta, 2001.
(Dasar–Dasar
Manajemen
104
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat,
2007.
Joesoef, Jose Rizal, “Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing”, Salemba Empat,
Jakarta, 2008
Judokusumo, Suhendi, “Pengantar Derivatif Dalam Moneter Internasional”,
Grasindo, Jakarta, 2007
Kaaro, Hermeindito, “Prediksi Struktur Modal Berbasis Pecking Order Theory
Pada Kondisi Ekonomi Krisis”, Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha,
Yogyakarta, 2003.
Leunupun, Pieter, “Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya (Studi Pada Beberapa KUD di Kota Ambon)”, Maluku,
Universitas Kristen Indonesia, 2003.
Mankiw, Gregory, “Teori Makro Ekonomi”, Edisi 6, PT. Gelora Aksara Pratama,
Jakarta, 2007.
Mayangsari, Sekar, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis”, 2001.
Munawir, S, Drs, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta, 2009.
Nafarin, M, “Penganggaran Perusahaan”, Edisi ketiga, Salemba Empat, Jakarta,
2007.
Nazir, Mian Sajid, dan Talat Afza,” Impact Ofaggressive Working Capital
Management Policy On Firm's Profitability” The IUP Journal Of Applied
Finance, vol 15 no 8 ; 2009
Rahardja, Prathama dan Mandala Manarung, “Teori Ekonomi Makro”, Edisi 2
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi keempat,
BPFE, Yogyakarta, 2001.
Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar
Yogyakarta, 2005.
Pembelanjaan
Perusahaan”,
BPFE.
Ross, Stephen A., Randolph W Westerfield, and Bradford D Jordan,
“Fundamentals of Corporate Finance”, McGraw-Hill, New Jersey, 2003.
105
Santoso, Singgih, “Structural Equation Modelling Konsep dan Aplikasi dengan
AMOS” PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Yogyakarta,
2007.
Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi”, Edisi Keempat,
Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Sugiono, ”Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta. Bandung, 1997.
Sugiono, ”Statistika untuk Penelitian”, Alfabeta. Bandung, 1997.
Sukirno, Sadono, ”Makro Ekonomi Teori Pengantar” PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Syamsuddin, L., ”Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep dan Aplikasi
dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan”, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Van Horne, James C and John M. Wachowic, JR, “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Weston, J.F dan Copeland, “Dasar–Dasar Manajemen Keuangan Jilid II”,
Erlangga. Jakarta, 1997.
Weston, J. F dan Brigham, E. F, “Manajemen Keuangan (managerial finance)”,
Jilid 1. Alih Bahasa Robinson Tarigan. Erlangga, Surabaya, 1983.
Wijaya, Tony, “Analisis Structural Equation Modeling Menggunakan AMOS”,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009.
Wirdiyanto, Abdul Aziz, “Pengaruh Capital Structure Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN, Jakarta, 2009.
106
Download