BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – teori Umum
2.1.1 Sistem Informasi
2.1.1.1 Pengertian Sistem
Pada dasarnya terdapat banyak ragam definisi dari Sistem menurut
versi dari beberapa orang berikut ini.
Pengertian Sistem menurut McLeod, Jr. ( 2001, p.11 ), yang
diterjemahkan oleh Hendra Teguh, adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan Romney, Steinbart ( 2003, p.2 ), “ A system is a set of two or more
interrelated components that interact to achieve a goal “, yang berarti sistem
didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih
komponen-komponen yang berhubungan yang saling berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan.
Pendapat lain mengenai sistem dikemukakan oleh Jogiyanto Hartono
(1999, p.2), yakni kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Mulyadi ( 2001, p.2 ),
sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya,
yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
7
8
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan
dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan berfungsi bersamasama untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.1.2 Karakteristik Sistem
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.3), suatu sistem mempunyai
karakteristik atau sifat – sifat yang tertentu, yaitu :
1. Komponen – komponen ( components ), berupa subsistem atau bagianbagian dari sistem.
2. Batas sistem ( boundary ), merupakan daerah yang membatasi antara suatu
sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3. Lingkungan luar sistem ( environments ), apapun di luar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem.
4. Penghubung ( interface ), merupakan media penghubung antara satu
subsistem dengan subsistem lainnya.
5. Masukan ( input ), adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem.
6. Keluaran ( output ), adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7. Pengolah ( process ), merupakan bagian yang akan merubah masukan
menjadi keluaran.
8. Sasaran ( objectives ) atau tujuan ( goal ).
2.1.1.3 Pengertian Informasi
9
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.8), informasi adalah data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya. Sedangkan menurut McLeod, Jr. yang diterjemahkan oleh
Hendra Teguh ( 2001, p.15 ), informasi adalah data yang telah diproses, atau
data yang memiliki arti.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang telah diolah melalui pemrosesan sehingga memiliki nilai guna bagi yang
menerimanya.
2.1.1.4 Kualitas Informasi
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.10), Kualitas dari suatu informasi
(quality of information) tergantung dari tiga hal, yaitu :
1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber
informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi
gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak
boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai
lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan
keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat
fatal untuk organisasi. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan
harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologiteknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya.
10
3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya
berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-musabab kerusakan mesin
produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih
relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan.
2.1.1.5 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Wilkinson (1993, p.4), yang diterjemahkan oleh Agus
Maulana, sistem informasi adalah suatu kerangka kerja dengan mana
sumberdaya ( manusia, komputer ) dikoordinasikan untuk mengubah masukan
( data ) menjadi keluaran ( informasi ), guna mencapai sasaran-sasaran
perusahaan. Bodnar, Hopwood ( 2000, p.4), yang diterjemahkan oleh Amir
Abadi Jusuf, mendefinisikan sistem informasi merupakan sekelompok
perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data
menjadi informasi yang bermanfaat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan suatu
kesatuan komponen yang saling berinteraksi untuk mengubah data menjadi
informasi guna pencapaian tujuan perusahaan.
2.1.2 Sistem Informasi Manajemen
2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen ( management information systems atau
sering dikenal dengan singkatannya MIS) merupakan penerapan sistem
11
informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen.
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.8), sistem informasi manajemen
adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang menghasilkan
informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen. Sedangkan
Cushing (1991, p.10), yang diterjemahkan oleh Ruchyat Kosasih, berpendapat
bahwa sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu
kumpulan manusia dan sumber modal di dalam suatu organisasi yang
bertanggung jawab untuk pengumpulan dan pengolahan data untuk
menghasilkan informasi yang berguna bagi setiap tingkat manajemen dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas organisasi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi
manajemen adalah kumpulan dari sistem-sistem informasi yang menyediakan
informasi bagi semua tingkatan manajemen dalam suatu organisasi.
MIS tergantung dari besar-kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistemsistem informasi sebagai berikut ini.
1. Sistem Informasi Akuntansi ( accounting information systems ),
menyediakan informasi dari transaksi keuangan.
2. Sistem Informasi Pemasaran ( marketing information systems ),
menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatankegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan pemasaran.
3. Sistem Informasi Manajemen Persediaan ( inventory management
information systems ).
12
4. Sistem Informasi Personalia ( personnel information systems ).
5. Sistem Informasi Distribusi ( distribution information systems ).
6. Sistem Informasi Pembelian ( purchasing information systems ).
7. Sistem Informasi Kekayaan ( treasury information systems ).
8. Sistem Informasi Analisis Kredit ( credit analysis information systems ).
9. Sistem Informasi Penelitian dan Pengembangan ( research and
development information systems ).
10. Sistem Informasi Teknik ( engineering information systems ).
2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.3.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Moscove, Simkin dan Bagranoff (2001, p.7), “Accounting
Information Systems is the information subsystem within an organization that
accumulates
information
from
the
entity’s
various
subsystem
and
communicates to the organization’s information processing subsystem”, yang
penulis artikan secara bebas bahwa SIA adalah suatu bagian dalam organisasi
yang mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikannya kepada bagian
yang memproses informasi perusahaan.
Menurut Bodnar, Hopwood ( 2000, p.6), yang diterjemahkan oleh Amir
Abadi Jusuf, SIA didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang
dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi.
Dari beberapa definisi yang diberikan dapat diambil kesimpulan bahwa
SIA adalah suatu komponen di dalam suatu organisasi yang mengolah transaksi
13
keuangan menjadi informasi yang relevan bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan guna mendukung dalam pengambilan keputusan.
Data yang diolah oleh SIA adalah yang bersifat keuangan. SIA hanya
terbatas pada pengolahan data yang bersifat keuangan saja, sehingga informasi
yang dihasilkan oleh SIA hanya informasi keuangan saja. SIM menangani
semua data yang masuk di dalam organisasi dan menghasilkan semua
informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Informasi yang
dihasilkan oleh SIM dapat berupa informasi keuangan dan informasi yang
dihasilkan dari pengolahan data transaksi yang bukan bersifat keuangan. Pada
organisasi kecil yang hanya mengolah data keuangan saja, SIA hampir
mewakili semua SIM. Atau dengan kata lain SIA adalah SIM dan sebaliknya.
Pada organisasi besar, SIA merupakan subsistem dari SIM, SIA merupakan
subsistem yang terbesar dari SIM.
2.1.3.2 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi ( 2001, p. 19 ), ada empat tujuan umum dalam
pengembangan sistem akuntansi, yaitu :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada,
baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan ( reliability ) informasi akuntansi dan
untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
14
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
2.1.3.3 Prinsip – prinsip Sistem Akuntansi
Menurut Sanyoto Gondodiyoto dan Idris Gautama ( 2003, p.32 ),
prinsip – prinsip yang harus dipertimbangkan di dalam penyusunan sistem
informasi akuntansi adalah:
1.
Keseimbangan biaya dengan manfaat
Yang dimaksud dengan keseimbangan antara biaya dengan manfaat
(
cost effectiveness balance ) ialah bahwa sistem akuntansi suatu
perusahaan harus disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi dengan biaya
yang semurah-murahnya. Maksudnya adalah sistem akuntansi harus
sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan tetapi juga harus
dengan pertimbangan manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari
biayanya.
2.
Luwes dan dapat memenuhi perkembangan
Ciri khas suatu perusahaan modern adalah perubahan (organization
change). Setiap perubahan harus terus menerus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan perkembangannya, termasuk perubahan kebijakan,
perubahan peraturan, dan perkembangan teknologi. Sistem akuntansi
harus luwes dalam menghadapi tuntutan perubahan tersebut (flexibility to
meet future needs).
3.
Pengendalian internal yang memadai
Suatu sistem akuntansi harus dapat menyajikan informasi akuntansi yang
diperlukan oleh pengelola perusahaan sebagai pertanggungjawaban
15
kepada pemilik, maupun kepada pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya. Informasi yang disajikan harus bebas bias, error, dan hal lain
yang dapat menyesatkan. Selain dari itu Sistem akuntansi juga harus
dapat menjadi alat manajemen untuk menjalankan / mengendalikan
operasi perusahaan, termasuk pengamanan asset atau harta perusahaan
(adequate internal controls).
4.
Sistem pelaporan yang efektif
Bila kita menyiapkan laporan, maka pengetahuan tentang pemakai
laporan (yaitu mengenai keinginannya, kebutuhan saat ini dan yang akan
datang) dapat diketahui dengan sebaik-baiknya sehingga kita dapat
menyajikan informasi yang relevan dan dipahami oleh mereka yang
menggunakannya.
2.1.4 Pengembangan Sistem
2.1.4.1 Pengertian Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.35), pengembangan sistem
( systems development ) dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem
yang telah ada.
2.1.4.2 Perlunya Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.35), sistem yang lama perlu
diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut
ini.
16
1.
Adanya permasalahan-permasalahan ( problems) yang timbul di sistem
yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa:
a. Ketidakberesan pada sistem lama sehingga sistem yang ada tidak
dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
b. Pertumbuhan organisasi, yang menyebabkan harus disusunnya sistem
yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan
informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin
meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru. Karena adanya
perubahan ini, maka menyebabkan sistem yang lama tidak efektif lagi,
sehingga sistem yang lama sudah tidak dapat memenuhi lagi semua
kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
2.
Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities).
Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya. Organisasi
mulai merasakan bahwa teknologi informasi ini perlu digunakan untuk
meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam
proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen.
Dalam keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu
sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana
yang telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Bila
pesaing dapat memanfaatkannya, sedang perusahaan tidak dapat
memanfaatkan tekonologi ini, maka kesempatan-kesempatan akan jatuh
ke tangan pesaing. Kesempatan-kesempatan ini dapat berupa peluangpeluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada langganan dan lain
sebagainya
17
3.
Adanya instruksi-instruksi (directives).
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksiinstruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya
peraturan pemerintah.
Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan
terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan
ini berhubungan dengan PIECES, yaitu sebagai berikut ini.
-
Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem
yang baru sehingga menjadi lebih efektif.
-
Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang
disajikan.
-
Economy
(ekonomis),
peningkatan
terhadap
manfaat-manfaat
atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
-
Control
(pengendalian),
peningkatan
terhadap
pengendalian
untuk
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangankecurangan yang akan terjadi.
-
Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi
berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan jumlah
sumber daya yang digunakan, efisiensi berhubungan dengan bagaimana
sumber daya tersebut digunakan dengan pemborosan yang paling minimum.
-
Service (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
sistem.
18
2.1.4.3 Prinsip Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.38), prinsip-prinsip yang tidak
boleh dilupakan dalam proses pengembangan sistem adalah:
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan
informasi dari sistem ini adalah manajemen, sehingga sistem harus dapat
mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem informasi yang akan dikembangkan membutuhkan dana modal yang
tidak sedikit, apalagi dengan digunakannya teknologi yang mutakhir.
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
Manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu
sistem, baik dalam proses pengembangannya, penerapannya, maupun
dalam proses operasinya. Oleh karena itu, orang yang terlibat dalam
pengembangan maupun penggunaan sistem ini harus merupakan orang
yang terdidik tentang permasalahan-permasalahan yang ada dan terhadap
solusi-solusi yang mungkin dilakukan. Terdidik disini bukan berarti harus
secara formal duduk di perguruan tinggi, tetapi dapat dilakukan secara
latihan kerja.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem.
Proses pengembangan sistem pada umumnya melibatkan beberapa tahapan
kerja dan melibatkan beberapa personil dalam bentuk suatu team untuk
mengerjakannya.
Pengalaman
menunjukkan
bahwa
tanpa
adanya
19
perencanaan dan koordinasi kerja yang baik, maka proses pengembangan
sistem tidak akan berhasil dengan memuaskan. Untuk maksud ini, sebelum
proses pengembangan sistem dilakukan, maka harus dibuat terlebih dahulu
skedul kerja yang menunjukkan tahapan-tahapan kerja dan tugas-tugas
pekerjaan yang akan dilakukan, sehingga proses pengembangan sistem
dapat dilakukan dan selesai dengan berhasil sesuai dengan waktu dan
anggaran yang direncanakan.
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
Tahapan dalam proses pengembangan sistem tidaklah harus urut, dalam arti
kemungkinan
tahapan-tahapan
proses
pengembangan
sistem
dapat
dilakukan secara bersama-sama.
6. Jangan takut membatalkan proyek.
Umumnya hal ini merupakan pantangan untuk membatalkan suatu proyek
yang sedang berjalan. Keputusan untuk meneruskan suatu proyek atau
membatalkannya memang harus dievaluasi dengan cermat. Untuk kasuskasus yang tertentu, dimana suatu proyek terpaksa harus dihentikan atau
dibatalkan karena sudah tidak layak lagi, maka harus dilakukan dengan
tegas.
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.
Kegagalan untuk membuat suatu dokumentasi kerja adalah salah satu hal
yang sering terjadi dan merupakan kesalahan kritis yang dibuat oleh analis
sistem. Banyak analis sistem yang membicarakan pentingnya dokumentasi.
Mereka membuat dokumentasi hasil dari analisis setelah mereka selesai
mengembangkan sistemnya dan bahkan ada yang tidak membuat
20
dokumentasi ini. Dokumentasi ini seharusnya dibuat pada waktu proses
dari pengembangan sistem ini sendiri masih dalam proses,karena
dokumentasi ini dapat dihasilkan dari hasil kerja tiap-tiap langkah di
pengembangan sistem.Dokumentasi yang dibuat dandikumpulkan selama
proses dari pengembangan sistem dapat digunakan untuk bahan komunikasi
antara analis sistem dengan pemakai sistem dan dapat digunakan untuk
mendorong keterlibatan pemakai sistem.
2.1.4.4 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Menurut Bodnar, Hopwood ( 2000, p.356), yang diterjemahkan oleh
Amir Abadi Jusuf , ada 3 subfungsi di dalam fungsi sistem informasi yang
tercakup dalam proses pengembangan sistem, yaitu:
1. Analisis Sistem, merupakan tanggung jawab untuk pengembangan
rancangan umum aplikasi-aplikasi sistem. Analisis sistem bekerja sama
dengan pemakai untuk mendefinisikan kebutuhan informasi spesifik
mereka. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian dikomunikasikan ke
fungsi perancangan sistem.
Terdapat empat tahap atau langkah umum dalam analisis sistem, yaitu
survei sistem
yang berjalan, mengidentifikasi kebutuhan informasi
pemakai, mengidentifikasi kebutuhan sistem yang perlu untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemakai, dan tahap yang terakhir dalam analisis
sistem adalah penyajian laporan analisis sistem.
2. Perancangan Sistem, merupakan formulasi spesifikasi rinci dari sistem
yang diusulkan. Terdapat tiga tahap atau langkah umum dalam
21
perancangan sistem, yaitu tahap evaluasi rancangan alternatif dari sistem
yang diusulkan, penyajian spesifikasi rancangan rinci, penyajian laporan
perancangan sistem.
3. Operasi ( implementasi ) sistem.
2.1.5 Analisis dan Perancangan Sistem
2.1.5.1 Pengertian Analisis Sistem
Analisis sistem menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.129), dapat
didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke
dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan
dan
mengevaluasi
permasalah-permasalahan,
kesempatan-kesempatan,
hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan
sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Menurut Cushing (1991, p.327), yang diterjemahkan oleh Ruchyat
Kosasih, analisis sistem diartikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan
informasi pemakai di dalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan dan
spesifikasi untuk desain suatu sistem informasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem
adalah proses mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah-masalah serta
kebutuhan informasi pemakai dari suatu sistem informasi guna menetapkan
tujuan dan spesifikasi perancangan sistem yang diusulkan.
2.1.5.2 Langkah – langkah di Analisis Sistem
22
Menurut Jogiyanto Hartono (1999, p.130), langkah-langkah dasar yang
harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut :
1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.
2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.
3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.
4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.
2.1.5.3 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Bodnar, Hopwood ( 2000, p.357), yang diterjemahkan oleh
Amir Abadi Jusuf, perancangan sistem merupakan formulasi spesifikasi rinci
dari sistem yang diusulkan.
2.1.5.4 Metode Analisis dan Perancangan Sistem
Ada 3 metode dalam analisis dan perancangan sistem, yaitu:
1. Metode Tradisional, yaitu menggunakan sistem Flow Chart.
2. Metode Terstruktur, yaitu menggunakan E-R Diagram, Normalisasi, DFD.
3. Metode Berorientasi Objek ( Object Oriented ).
2.1.6 Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek
2.1.6.1 Pengertian Object dan Class
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.3), “object is an entity with identity,
state, and behavior”, yang penulis artikan secara bebas bahwa objek adalah
sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan tingkah laku.
23
Sedangkan “Class is a description of a collection of object sharing
structure, behavioural pattern, and attributes”, yang penulis artikan secara
bebas bahwa kelas adalah kumpulan dari objek yang dapat mendistribusikan
struktur, atribut, dan pola tingkah laku sistem.
2.1.6.2 Konsep-Konsep Object Oriented
Konsep-konsep yang dimiliki oleh Object Oriented adalah sebagai berikut :
1. Inheritance
Inheritance adalah penurunan / pewarisan sifat dari superclass ke subclass.
2. Polymorphism
Polymorphism adalah nama operasi yang terdapat di berbagai class tetapi
diproses dengan cara yang berbeda disetiap class tersebut atau dengan kata
lain suatu nama operasi yang sama memiliki implementasi yang berbeda
pada class lain.
3. Encapsulation
Encapsulation adalah pengelompokkan / penggabungan attributes &
operation dalam suatu class dimana pengoperasian yang dilakukan oleh
objek yang tidak diketahui oleh objek yang lain.
2.1.6.3 Keuntungan Object Oriented (OO)
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.5), keuntungan dari metode OO adalah :
a. Menyediakan informasi yang jelas tentang isi dari sistem (system’s context).
24
b. Terdapat hubungan yang erat dalam OO Analisis, OO design, OO user
interface, dan OO programming, maksudnya dari analisa, desain, sampai
ke implementasi menggunakan notasi yang sama.
2.1.6.4 Kegiatan dalam OO analysis and design
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.15), terdapat 4 kegiatan utama
dalam proses analysis dan design dengan metode OO, yaitu Problem Domain
Analysis, Application Domain Analysis, Architectural Design, dan Component
Design.
a. Problem domain analysis.
Dasar dari analisis Problem Domain adalah memodel dunia nyata seperti
yang akan dilihat oleh pemakai mulai dari gambar secara umum hingga ke
detil.
Pada tahap ini, analis sistem akan mencari elemen dari problem domain,
yaitu object, classes dan events. Setelah itu, membuat model berdasarkan
hubungan struktural antara class dan object yang dipilih. Dan terakhir,
menghubungkan interaksi antar object dan class serta behaviour dari object
dan class.
Jadi, dalam Problem Domain Analysis terdapat 3 aktivitas utama yaitu
Classes ( menentukan Class, Object dan Event), Structure ( menetapkan
hubungan generalization, aggregation, association, dan cluster ) serta
behavior ( membuat event sequence, behavioral pattern dan attribute ).
2.1.6.4.1 STRUCTURE
25
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.69), tujuan aktivitas ini adalah
untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object. Sumber
dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya,
sedangkan hasil akhirnya adalah membuat class diagram. Class diagram
menyediakan gambaran ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis
dengan menggambarkan seluruh hubungan struktural antara class dan objects
di dalam model.
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.72), terdapat dua tipe structure
dalam Object Oriented (OO), yaitu:
1. Structures between Classes, mengekspresikan hubungan konseptual yang
statis antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi
perubahan pada deskripsinya.
Structures between Classes terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara 2 atau lebih
subclass dengan 1 atau lebih superclass. Sebuah Class yang umum
(superclass) mendeskripsikan properti umum kepada kelompok dari
special class ( subclass ). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan
attributes dan behaviour dari superclass, akan tetapi subclass juga
diperkenankan untuk memiliki attributes dan behaviour tambahan.
Secara ilmu bahasa, generalization structure diekspresikan dengan
formula “is-a”.
26
Account
Basic Account
Checking Account
Loan
Service Account
Gambar 2.1 : Generalization Structure
b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang saling berhubungan.
Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi classclass yang saling berhubungan di dalamnya. Class-class dalam satu
cluster biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau
aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda
biasanya berupa association structure.
Gambar 2.2 : Cluster Structure
27
2. Structures between Objects, mengekspresikan hubungan dinamis dan
konkret antar object di dalam Problem Domain. Hubungan ini dapat
berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan pada deskripsinya.
Biasanya terdapat multiplicity yang menspesifikasikan jumlah dari objek
yang berelasi.
Object Structure terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Aggregation Structure, mendefinisikan hubungan antara 2 atau lebih object.
Sebuah superior object ( whole ) memiliki beberapa object ( part ). Secara
ilmu bahasa, Aggregation Structure diekspresikan dengan formulasi “hasa”, “is-part-of” atau “is-owned-by”.
Terdapat 3 tipe Aggregation Structure, yaitu:
a. Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika
salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah
mengubah whole.
b. Container – content, dimana whole merupakan kontainer ( tempat
tampung
)
dari
parts-nya,
sehingga
bila
terdapat
penambahan/pengurangan terhadap isinya (parts), tidak akan mengubah
pengertian dari whole-nya.
c. Union-member, dimana whole merupakan union / gabungan yang
terorganisir dari anggotanya ( parts ), sehingga jika terdapat
penambahan / pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya.
Terdapat batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin
sebuah union tanpa anggota.
28
Car
*
-End6
1
*
1
Body
*
-End3
-End4
-End1
-End5
Engine
*
-End10 1
Cam Shaft
-End2
Wheel
-End7*
-End9
-End8
Cylinder
Gambar 2.3 : Aggregation Structure
2. Association Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih
object, tetapi berbeda dengan aggregation. Hubungan antara class-class
pada aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan pada
association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association structure
diekspresikan dengan formulasi “ knows” atau “associated – with”.
-End11
Car
0..*
-End12
Person
1..*
Gambar 2.4 : Association Structure
2.1.6.4.2 BEHAVIOR
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.89), tujuan dari aktifitas ini adalah
untuk memodelkan keadaan Problem Domain yang dinamis dengan
memperluas definisi class yang terdapat dalam class diagram, yaitu dengan
29
menambahkan behavioral patterns dan attributes yang telah dihasilkan dari
tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral patterns
yang diekspresikan secara grafis dalam statechart diagram.
Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan events
yang tak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior
activity, behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambahkan
waktu terjadinya events. Menurut Mathiassen, et al (2000, p.92), Object
behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian events yang
berurutan yang meliputi suatu object. Events trace antara satu object mungkin
berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class
yang sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk object
tertentu.
Menurut Mathiassen et al (2001, p.93), behavioral pattern memiliki
struktur kontrol sebagai berikut:
•
Sequence : suatu set events yang akan terjadi satu per satu (secara
berurutan). Notasinya : “+”.
•
Selection : satu event yang terjadi dari suatu set (kelompok) events.
Notasinya : “|”.
•
Iteration : satu event yang terjadi berulang-ulang kali.
Notasinya : “*”.
Jika menghadapi situasi Behavioral Patterns yang kompleks, akan
sulit sekali untuk mengekspresikannya dalam notasi-notasi umum sehingga
untuk pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan state chart diagram.
30
Simbol – simbol yang digunakan dalam State chart diagram adalah:
= Initial State
State1
= State
= Final State
= Decision
= Transition
= Transition
Gambar 2.5 : Simbol-simbol State chart diagram
b. Application domain analysis.
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.115), tahap ini mendefinisikan
requirements dari suatu sistem. Application Domain merupakan bagian
yang mengatur, memantau atau mengontrol Problem Domain. Atau dengan
kata lain, berhubungan dengan aktivitas yang dikerjakan / dijalankan oleh
sistem. Prinsip dari Application Domain analysis adalah bekerja sama
dengan user untuk menentukan usage, function dan interface. Sumber dari
aktivitas ini adalah system definition dan model dari tahap sebelumnya.
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.117) terdapat 3 subaktivitas dalam
Application Domain Analysis, yaitu:
1.
Usage
Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan
use cases, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan
actor table atau use case diagram. Actor merupakan abstaksi dari
user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Sedangkan use
case adalah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam
31
application domain. Hubungan antara actor dan use case adalah
association.
2.
Function
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.138), tujuan dari aktivitas ini
adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan dari suatu sistem
sehingga menghasilkan suatu function list beserta spesifikasi untuk
function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa yang bisa
dilakukan oleh sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain,
function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model berguna
bagi actor. Menurut Mathiassen, et al (2000, p.138) terdapat 4 tipe
utama dari function, dimana masing-masing tipe mengekspresikan
hubungan antara model dan konteks sistem. Keempat tipe tersebut
antara lain update function, signal function, read function, dan
compute function.
3.
Interface
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.151), tujuan dari aktivitas ini
adalah menentukan antarmuka (interface) dari sistem yang sedang
dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat sistem dan
function tersedia bagi actor Adanya interface memungkinkan actor
untuk berinteraksi dengan sistem. Sumber aktivitas berasal dari class
diagram, use case dan function list.
Menurut Mathiassen et al (2000, p.152) terdapat 2 macam interface:
1. User interface, menghubungkan human actor (manusia) dengan
sistem. Dalam merancang user interface dibutuhkan feedback dari
32
user. Terdapat 4 User Interface Pattern, yaitu: menu selection
(diekspresikan sebagai daftar pilihan pada user interface), form
filling (pola klasik untuk entry data), command language
(dibutuhkan daya ingat user untuk mengoperasikan sistem) dan
direct manipulation (memungkinkan manipulasi langsung dengan
representasi object).
2. System interface, menghubungkan sistem aktor (sistem lain)
dengan sistem yang di-develop. Sistem lain bisa berupa : external
device (misal : sensor, switch, dll) dan system computer yang
kompleks sehingga dibutuhkan suatu protocol komunikasi..
c. Architectural design.
Pada tahap ini, akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagianbagiannya
dalam
pemenuhan
beberapa
criteria
design.
Aktivitas
architectural design bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang
terkomputerisasi. Menurut Mathiassen, et al (2000, p.173), tahap
Architectural Design memiliki 3 subaktivitas yaitu Criteria, Component
dan Processes.
1. Criteria
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.177), Criteria adalah suatu prioritas
dari arsitektur. Tujuan
aktivitas criteria adalah untuk menentukan
prioritas desain. Hasil yang diperoleh dari tahap ini adalah kumpulan
criteria untuk desain yang telah diprioritaskan.
33
Untuk mengukur
Criterion
Kemampuan sistem untuk beradaptasi
dengan organisasi, hubungan kerja dan
konteks tehnikal.
Pertahanan untuk melawan akses data
dan fasilitas yang tidak terotorisasi
Efisiensi dari eksploitasi ekonomis
Pemenuhan dari kebutuhan
Pemenuhan dari kebutuhan untuk
ketelitian fungsi pada saat dijalankan
Biaya untuk menempatkan dan
memperbaiki kerusakan sistem
Biaya untuk menjamin bahwa sistem
yang dikembangkan berfungsi baik
Biaya untuk modifikasi sistem yang
disebarkan
Usaha yang diperlukan untuk
memperoleh pemikiran yang masuk akal
dari sistem
Potensi untuk menggunakan bagian dari
sistem di sistem lainnya yang masih
saling terhubung
Biaya untuk memindahkan sistem ke
tehnikal platform lainnya
Biaya untuk merangkai suatu sistem ke
sistem lainnya
Usable
Secure
Efficient
Correct
Reliable
Maintainable
Testable
Flexible
Comprehensible
Reuseable
Portable
Interopable
Tabel 2.1 : Criteria
2. Components
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.189), Component Architecture
adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling terhubung. Menurut Mathiassen, et al (2000, p.190),
Component adalah kumpulan dari bagian-bagian program yang
membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah
terdefinisikan dengan jelas.
3. Processes
34
Menurut Mathiassen, et al (2000, p.211), tahap ini menentukan
bagaimana suatu proses sistem didistribusi dan dikoordinasikan. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisikal dari suatu
sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment diagram.
Processor adalah suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi
sebuah program.
d. Component design.
Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di dalam
kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah
architectural
specification
dan
system
requirement
yang
akan
menghasilkan connected component specification. Menurut Mathiassen, et
al (2000, p232), terdapat dua subaktivitas dalam component design, yaitu
model component, function component dan connecting components.
Tahapan untuk merancang komponen sistem, yaitu:
•
Model component
Menurut Mathiassen, et al (2000, p. 235), Model component adalah
bagian dari sistem yang mengimplementasi model problem domain.
Tujuan dari model component design adalah untuk menggambarkan
model dari problem domain. Model tersebut merupakan hasil dari
kegiatan ini yang digambarkan oleh class diagram yang telah direvisi
dari hasil kegiatan analisis.
•
Function component
35
Menurut Mathiassen, et al (2000, p251), Function component adalah
bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan functions.
Tujuan dari function component untuk memberikan kepada user
interface dan komponen dari sistem lain akses ke model. Sebuah
function menggambarkan secara eksternal behavior yang dapat diamati
yang berhubungan secara langsung dan mempunyai arti bagi pekerjaan
user.
•
Connecting Component
Menurut Mathiassen, et al (2000, p. 271), Connecting Component
digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen sistem. Di
dalam Connecting Component terdapat dua konsep yaitu:
a.
Coupling adalah ukuran seberapa dekatnya hubungan antara dua
class component, coupling bersifat negatif, maka sebaiknya di
minimalisasi.
b.
Cohesion adalah ukuran seberapa baik ikatan dari sebuah class
atau komponen dihubungkan. Cohesion bersifat positif, maka
sebaiknya ada cohesion yang tinggi dalam perancangan class atau
komponen.
2.1.7 Unified Modeling Language ( UML )
2.1.7.1 Pengertian UML
Menurut Schmuller ( 1999, p.5 ), UML adalah salah satu alat yang
paling sering digunakan dalam pengembangan sistem di dunia ini, karena
36
dengan UML perancang sistem dapat membuat model (blueprint) yang mudah
dimengerti dan dikomunikasikan dengan orang lain.
2.1.7.2 Komponen UML
Menurut Schmuller ( 1999, p.8 ), UML terdiri dari beberapa elemen
grafis yang digambarkan ke dalam bentuk diagram-diagram. Tujuan dari
diagram adalah untuk mempresentasikan berbagai pandangan dari sistem dan
kumpulan dari berbagai pandangan disebut sebagai model.
Adapun komponen-komponen dalam UML adalah sebagai berikut :
1. Class Diagram
Menurut Schmuller ( 1999, p.8 ), Class adalah kategori atau kumpulan dari
sesuatu yang memiliki atributte yang sama dan behaviors yang umum.
Washing Machine
-brand name
-model name
-serial number
-capacity
+add clothes()
+add detergent()
+remove clothes()
Gambar 2. 6 : Class
2. Object Diagram
Menurut Schmuller ( 1999, p.9), Object adalah sebuah instance dari suatu
class.
Instance adalah suatu hal tertentu yang memiliki nilai spesifik dari
attributes dan behaviour.
37
My Washer : Washing Machine
Gambar 2.7 : Object
3. Use Case Diagram
Menurut Schmuller ( 1999, p.10), Use Case adalah deskripsi dari behaviour
sistem dilihat dari sudut pandang user.
Jadi, Use Case Diagram adalah pemodelan tingkah laku (Behavior) sistem
dari sudut pandang (perspektif) user atau pengguna sistem.
Wash Clothes
Wahing Machine User
Gambar 2.8 : Usecase
4. State Diagram
State Diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan perubahan
status dari objek atau class.
Soaking
Washing
Rinsing
Spinning
Gambar 2.9 : Statechart
38
5. Sequence Diagram
Menurut Schmuller ( 1999, p.11), Sequence Diagram adalah diagram yang
menggambarkan perubahan kejadian secara berurutan berdasarkan waktu
kejadian.
Water pipe
Drain
Drum
Send fresh water
remain stationary
Stop
Rotate back and forth
Send soapy water
Send fresh water
Rotate back and forth
Send rinse water
Stop
Rotate unidirectionally
Stop
Gambar 2.10 : Sequence diagram
6. Activity Diagram
Menurut Schmuller ( 1999, p.12 ), Activity Diagram adalah aktivitas yang
terjadi dalam use case atau dalam tingkah laku (behavior) objek seringkali
terjadi secara berurutan (sequence).
Rotate drum back and forth 15 minutes
Empty soapy water
Restart water input
Gambar 2.11 : Activity diagram
7. Collaboration Diagram
39
Menurut Schmuller ( 1999, p.13 ), Collaboration Diagram adalah diagram
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar objek dalam sistem.
Internal Timer
St
op
Rotate back and forth
Water pipe
Drum
Gambar 2.12 : Collaboration diagram
8. Component Diagram
Komponen adalah gabungan dari program-program yang terdiri dari user
interface, function & model yang menghubungkan semuanya dan
mempunyai tanggung jawab yang telah ditetapkan dengan baik.
A Component
Gambar 2.13 : Component
9. Deployment Diagram
Deployment diagram menggambarkan hubungan antara komputer dengan
perangkatnya satu dengan yang lain serta berhubungan dengan software
yang digunakan.
Cobalt Networks Qube Microserver2700WG
*
*
Vectra VL Series 7
-End3
-End5
*
-End4
-End6
Dell Dimension XPS R450
Gambar 2.14 : Deployment diagram
40
2.2 Teori – teori Khusus
2.2.1 Sistem Informasi Penjualan
2.2.1.1 Pengertian Penjualan
Menurut Mulyadi ( 2001, p.202 ), kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai. Dalam
transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan
pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu
perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Sedangkan dalam transaksi
penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada
pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli.
2.2.1.2 Prosedur dalam Sistem Penjualan Tunai
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan
pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang
diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh
perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi
penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001, p.456), sistem penerimaan kas dari penjualan
tunai dibagi menjadi prosedur-prosedur berikut ini :
1.
Prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales.
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan
pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran
ke kasir, dan kemudian menerima barang yang dibeli. Dalam over-thecounter sales ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal
41
check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card,
sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari overthe-counter sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini :
a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga di bagian
penjualan.
b. Bagian kassa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa
uang tunai, cek pribadi, atau kartu kredit.
c. Bagian
penjualan
memerintahkan
bagian
pengiriman
untuk
menyerahkan barang kepada pembeli.
d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e. Bagian kassa menyetorkan kas yang diterima ke Bank.
f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal
penjualan.
g. Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai
dalam jurnal penerimaan kas.
2.
Penerimaan kas dari cash-on-delivery sales (COD sales).
COD sales adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos,
perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan
penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untuk
memperluas daerah pemasaran dan untuk memberikan jaminan
penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaan kas bagi
perusahaan penjual.
COD sales dilaksanakan dengan prosedur berikut ini :
42
a. Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos.
b. Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim dengan
cara mengisi formulir COD sales di kantor pos.
c. Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir COD sales sesuai
dengan instruksi penjual kepada kantor pos penerima.
d. Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan formulir
COD sales, memberitahukan kepada pembeli tentang diterimanya
kiriman barang COD sales.
e. Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan
melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalam formulir
COD sales. kantor pos penerima menyerahkan barang ke pembeli,
dengan diterimanya kas dari pembeli.
f. Kantor pos penerima memberitahu kantor pos pengirim bahwa COD
sales telah dilaksanakan.
g. Kantor pos pengirim memberitahu penjual bahwa COD sales telah
dilaksanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima
dari pembeli.
2.2.1.3 Dokumen yang digunakan
Menurut Mulyadi ( 2001, p.463 ), Dokumen yang digunakan dalam
sistem penjualan tunai adalah :
1. Faktur penjualan tunai. Digunakan untuk merekam berbagai informasi yang
diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.
43
2. Pita register kas (cash register tape). Dihasilkan oleh fungsi kas dengan
cara mengoperasikan mesin register kas (cash register).
3. Credit card sales slip. Dicetak oleh credit card center bank yang
menerbitkan kartu kredit, dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi
anggota kartu kredit.
4. Bill of lading. Merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjual
barang kepada perusahaan angkutan umum.
5. Faktur penjualan COD. Digunakan untuk merekam penjualan COD.
Tembusan faktur tersebut diserahkan kepada pelanggan melalui bagian
angkutan perusahaan, kantor pos atau perusahaan angkutan umum dan
dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan sebagai bukti
telah diterimanya barang oleh pelanggan.
6. Bukti setor bank. Dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke
bank.
7. Rekapitulasi harga pokok penjualan. Digunakan oleh fungsi akuntansi
untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode.
2.2.1.4 Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi ( 2001, p.462 ), fungsi – fungsi yang terkait dalam
sistem penjualan tunai adalah:
1. Fungsi Penjualan, bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli,
mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada
pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
2. Funsi Kas, bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
44
3. Fungsi Gudang, bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang
dipesan
oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi
pengiriman.
4. Fungsi Pengiriman, bertanggung jawab untuk menyerahkan barang yang
kuantitas, mutu dan spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam
tembusan faktur penjualan yang diterima dari fungsi penjualan.
5. Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan
dan penerimaan kas dan membuat laporan penjualan.
2.2.1.5 Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
Menurut Mulyadi ( 2001, p.462 ), informasi yang diperlukan oleh
manajemen dari transaksi penjualan tunai adalah:
1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk
selama jangka waktu tertentu.
2. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
3. Kuantitas produk yang dijual.
4. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.
5. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.
6. Otorisasi pejabat yang berwenang.
7. Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam penjualan
produk tertentu, namun pada umumnya informasi nama dan alamat pembeli
ini tidak diperlukan oleh managemen dari kegiatan penjualan tunai.
2.2.1.6 Catatan Akuntansi yang Digunakan
45
Menurut Mulyadi (2001, p.468), catatan akuntansi yang digunakan
dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
a.
Jurnal penjualan.
b.
Jurnal penerimaan kas.
c.
Jurnal umum.
d.
Kartu persediaan.
e.
Kartu gudang.
2.2.1.7 Unsur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi ( 2001, p.470 ), unsur pengendalian intern yang
seharusnya ada dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
1. Organisasi.
-
Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
-
Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
-
Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
fungsi kas, fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi.
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.
-
Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir faktur penjualan tunai.
-
Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan
cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register
kas pada faktur tersebut.
-
Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi
dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai.
46
3. Praktik yang sehat.
-
Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
-
Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari
kerja berikutnya.
-
Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik
dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
2.2.2 Sistem Informasi Persediaan
2.2.2.1 Pengertian Persediaan
Menurut Render, Heizer yang diterjemahkan oleh Kresnohadi Ariyoto
(2001, p.314), persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di
banyak perusahaan, mencerminkan 40% dari total modal yang diinvestasikan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001, p.553), dalam perusahaan
manufaktur, persediaan terdiri dari : persediaan produk jadi, persediaan produk
dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan
bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang,
persediaan hanya terdiri dari 1 golongan, yaitu persediaan barang dagangan,
yang merupakan barang yang dibeli dengan tujuan dijual kembali.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan
bahan-bahan yang disediakan perusahaan untuk proses produksi atau untuk
dijual kembali.
47
2.2.2.2 Kegunaan Persediaan
Menurut Render, Heizer yang diterjemahkan oleh Kresnohadi Ariyoto
(2001, p.314), kegunaan dari persediaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan suatu stok barang – barang agar dapat memenuhi
permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah.
3. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
4. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.
5. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya.
2.2.2.3 Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Persediaan
Menurut Mulyadi (2001, p.576), dokumen yang digunakan untuk
merekam, meringkas dan membukukan hasil perhitungan fisik persediaan
adalah kartu perhitungan fisik, daftar hasil perhitungan fisik dan bukti
memorial.
2.2.2.4 Informasi yang Dibutuhkan dalam Sistem Persediaan
1. Jumlah fisik persediaan yang ada di gudang.
2. Waktu yang dibutuhkan dari pemesanan sampai barang terkirim (lead time).
3. Jumlah minimal dari persediaan yang dibutuhkan (safety stock).
4. Harga pokok persediaan barang yang ada di gudang.
48
2.2.2.5 Catatan yang dibutuhkan dalam Sistem Persediaan
Menurut Mulyadi (2001, p.560), catatan akuntansi yang dibutuhkan
dalam prosedur pencatatan produk jadi adalah Kartu gudang, Kartu Persediaan
dan Jurnal Umum.
2.2.2.6 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Mulyadi (2001,p.556) ada 2 macam metode pencatatan
persediaan :
1. Metode Mutasi Persediaan ( perpetual inventory method )
Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam
kartu persediaan.
2. Metode Persediaan Fisik ( physical inventory method )
Dalam Metode Persediaan Fisik, hanya tambahan persediaan dari
pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan
karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
2.2.2.7 Pengendalian Persediaan
Pengendalian Internal atas persediaan merupakan hal yang sangat
penting karena persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu
perusahaan dagang. Menurut Render, Heizer yang diterjemahkan oleh
Kresnohadi Ariyoto (2001, p.318), teknik – teknik yang dapat diterapkan
dalam pengendalian persediaan adalah :
1. Pemilihan karyawan, pelatihan, dan disiplin yang baik. Hal-hal ini tidak
pernah mudah dilakukan, tetapi sangat penting dalam bisnis makanan,
49
perdagangan besar, dan operasi bisnis eceran dimana karyawannya
mempunyai akses kepada barang-barang yang langsung dikonsumsi.
2. Pengendalian yang ketat atas barang yang datang. Misalnya melalui
pemakaian sistem kode batang (barcode) yang membaca semua kiriman
masuk dan secara otomatis memeriksa isinya dengan catatan pesanan
pembelian. Serta pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar
dari fasilitas.
2.2.2.8 Metode Penilaian Persediaan
Menurut Niswonger, et al yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait,
Helda Gunawan (1999, p.364), ada 3 macam metode penilaian persediaan,
yaitu :
1. Metode First-In,First-Out (FIFO), jika perusahaan menggunakan metode
ini, persediaan akhir terdiri dari harga pokok paling belakangan. Jadi dalam
hal ini, barang-barang yang pertama kali dibeli merupakan barang yang
dijual pertama kali.
2. Metode Last-In,First-Out (LIFO), jika perusahaan menggunakan metode
ini, persediaan akhir terdiri dari biaya atau harga pokok paling awal. Jadi
dalam hal ini, barang-barang yang terakhir dibeli merupakan barang yang
dijual pertama kali.
3. Metode
biaya
rata-rata
(Average
cost
method),
jika
perusahaan
menggunakan metode ini, biaya unit dalam persediaan adalah rata-rata dari
biaya pembelian. Jadi dalam hal ini, harga pokok barang yang dijual
merupakan perhitungan rata-rata dari harga pokok barang yang dibeli.
Download