PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan bahan pangan khususnya yang berasal dari susu dari tahun ke tahun selalu meningkat, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat akan peranan zat-zat makanan, khususnya protein bagi kehidupan. Di Indonesia, Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu penyangga utama kebutuhan susu segar untuk kebutuhan industri perusahaan susu sebesar 79.000 ton per tahun atau 16,12 % dari kebutuhan nasional. Selama ini di Jawa Tengah, Kabupaten Boyolalilah yang menopang kebutuhan industri pengolahan susu (IPS) dan didukung juga dengan kabupaten lain salah satunya Klaten. Hal ini terjadi dikarenakan jumlah populasi sapi perah yang relatif tinggi pada kedua kabupaten tersebut yakni 63,848% di kabupaten Boyolali dan 5,727% di Kabupaten Klaten (Direktorat Peternakan Provinsi Jawa Tengah, 2007). Namun, pada kenyataanya berdasarkan laporan DPKH Provinsi Jawa Tengah (2012), populasi sapi perah di Jawa Tengah yang besar ini meningkatkan produksi susu sekitar 6.723.382 liter/tahun, tetapi secara global kenaikan ini tampak bermakna. Terlebih berdasarkan data tersebut, estimasi produksi susu sapi perah individual di Jawa Tengah ternyata tetap saja sangat rendah antara 5,83 – 6,62 liter/ekor/hari yang masih jauh bila dibandingkan dengan potensi produksi sebenarnya yang bisa mencapai >15 liter/ekor/hari. Bercermin pada hal yang terjadi, maka perlu dilakukan perbaikan berbagai faktor pendukung pada budidaya sapi perah yang berkaitan erat dengan 1 2 produktivitas. Faktor pendukung tersebut yang paling mendasar adalah faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor ini harus saling berintegrasi dengan baik sehingga mampu mewujudkan kondisi produktivitas yang optimal. Faktor lingkungan menurut Alifah (2015), Indonesia telah memberikan bentuk tindakan nyata dalam usaha peningkatan produktivitas sapi perah melalui kerjasama Indonesia-Selandia di sektor pertanian dan peternakan ini telah disepakati tahun 2012 lalu. Kerjasama tersebut melahirkan sebuah perjanjian yang berisi bahwa pemerintah Selandia Baru akan membantu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), mutu, kualitas dan kuantitas peternak sapi perah Indonesia. Diharapkan melalui tindakan ini dapat tercapai kebutuhan sumber daya manusia yang dapat mengintegrasikan antara kondisi lingkungan dan kondisi sapi perah sehingga terwujud produktivitas yang optimal. Faktor genetik upaya dilakukan bukan hanya untuk meningkatkan produktivitas hewan ternak saja tapi juga berupaya dalam pengadaan bibit sapi perah unggul guna meningkatkan nilai kesejahteraan di Indonesia. Salah satunya bentuk upaya tersebut dengan perkawinan silang dengan sapi Impor. Hal ini dipilih sebagai alternatif dikarenakan kondisi sapi impor di Indonesia yang banyak dan kondisi produktivitas susu yang lebih tinggi pada sapi impor. Didukung dengan perkembangan bioteknologi molekuler PCR-RFLP karakterisasi frekuensi gen yang mengkode protein susu seperti gen kasein dapat diidentifikas pewarisannya sebagai klaster yang memiliki nilai potensial dan dapat memainkan peran penting dalam seleksi dengan bantuan penanda untuk sifat susu. Secara lebih lanjut identifikasi ini dapat mendukung bagi program perbaikan 3 genetik sapi perah memperkirakan nilai pemuliaan yang lebih akurat dalam program pemuliaan. Seleksi akan mengubah frekuensi gen, perubahan frekuensi gen ini akan meningkatkan rataan fenotipe dari ternak terseleksi dibandingkan dengan rataan fenotipe sebelum diseleksi. Adanya peningkatan rataan frekuensi gen dari individu terseleksi pada sapi perah dalam hal ini akan mempercepatan peningkatan kualitas produksi susu, tingkat produktivitas sapi perah, serta mempu menjadi bibit unggul sapi perah guna meningkatkan nilai kesejahteraan di Indonesia. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji polimorfisme dari gen κ-kasein protein susu menggunakan PCR-RFLP pada sapi perah di Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah untuk mempelajari pengaruh genotipe dari gen κ-kasein tersebut terhadap kualitas produksi susu dan tingkat produktivitas susu berkaitan dengan seleksi bibit unggul sapi perah. Manfaat Hasil penelitian polimorfisme gen κ-kasein ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam perbaikan seleksi pengadaan bibit unggul serta perkembangbiakan sapi perah yang ada di Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah berkaitan kualitas dan produktivitas susu berdasarkan dari pengaruh genotipe.