tarik ulur kebijakan bbm

advertisement
Edisi 121 TH. XLV, 2015
TARIK ULUR
KEBIJAKAN
BBM
PENGAWAS UMUM:
Pimpinan DPR-RI
PENANGGUNG JAWAB/
KETUA PENGARAH:
Dr. Winantuningtyastiti, M. Si
(Sekretaris Jenderal DPR-RI)
WAKIL KETUA PENGARAH:
Achmad Djuned SH, M.Hum
(Wakil Sekretaris Jenderal DPR-RI)
Tatang Sutarsa, SH
(Deputi Persidangan dan KSAP)
PIMPINAN PELAKSANA:
Drs. Djaka Dwi Winarko, M. Si.
(Karo Humas dan Pemberitaan)
PIMPINAN REDAKSI:
Dadang Prayitna, S.IP. M.H.
(Kabag Pemberitaan)
WK. PIMPINAN REDAKSI:
Dra. Tri Hastuti (Kasubag Penerbitan),
Mediantoro, SE (Kasubag Pemberitaan)
REDAKTUR:
Sugeng Irianto, S.Sos
M. Ibnur Khalid
Iwan Armanias
Mastur Prantono
SEKRETARIS REDAKSI:
Suciati, S.Sos
ANGGOTA REDAKSI:
Nita Juwita, S.Sos
Supriyanto
Agung Sulistiono, SH
Rahayu Setiowati
Muhammad Husen
Sofyan Effendi
PENANGGUNGJAWAB FOTO:
Eka Hindra
FOTOGRAFER:
Rizka Arinindya
Naefuroji
M. Andri Nurdriansyah
SEKRETARIAT REDAKSI:
I Ketut Sumerta, S. IP
SIRKULASI:
Abdul Kodir, SH
Bagus Mudji Harjanta
ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA:
BAGIAN PEMBERITAAN DPR-RI,
Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI,
Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta
Telp. (021) 5715348,5715586, 5715350
Fax. (021) 5715536,
e-mail: [email protected];
www.dpr.go.id/berita
2
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Pengantar Redaksi
Tarik ulur kebijakan bahar bakar minyak
(BBM). Itulah tema pokok Majalah Par­
lementaria edisi 121 awal tahun 2015. Tema
tersebut sengaja diangkat karena masalah
BBM senantiasa menjadi hal yang menarik.
Sebagai salah satu komoditas yang sangat
strategis, kebijakan soal BBM selalu me­
munculkan pro kontra bahkan demo yang
massif tidak hanya di ibu kota tetapi juga
terjadi di berbagai wilayah di tanah air.
Pada tanggal 16 November 2014 Pemer­
intah Presiden Jokowi menaikkan harga
BBM sekitar 30%, yakni premium dari
Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar dari
Rp5.500 menjadi Rp7.500 per liter.
Namun, pada 1 Januari 2015 harga pre­
mium diturunkan kembali menjadi Rp7.600
dan solar menjadi Rp7.250 per liter. Tera­
khir, pada 16 Januari 2015 harga premium
turun lagi menjadi Rp6.600 dan solar men­
jadi Rp6.400 per liter. Dalam kebijakan baru
harga BBM tersebut, premium sudah tidak
lagi disubsidi, sedang solar disubsidi Rp
1000 per liter.
Kalangan DPR mengkritisi, seharusnya
dalam menaikkan BBM dilakukan dengan
tepat. Di saat harga minyak dunia turun,
pemerintah malah menaikkan harga BBM
di dalam negeri. Ketika harga minyak dunia
terus melorot tajam, barulah pemerintah
menurunkan harga BBM. Yang sangat disa­
yangkan, setiap kenaikan BBM pasti diikuti
kenaikan kebutuhan pokok dan transporta­
si, namun meski dua kali diturunkan, tetapi
tetap saja harga-harga tersebut bertahan
pada kenaikannya.
Tiga fungsi dewan selalu diisi dengan
laporan aktual yakni rubrik pengawasan
diturunkan laporan soal kesiapan petani
menghadapi pasar bebas Asean (MEA), ru­
brik legislasi mengupas pembahasan Perp­
pu Pilkada dan rubrik anggaran mengulas
pembahasan RAPBN-Perubahan 2015.
Satu hal yang baru pada Majalah kita ini
adalah rubrik Parlemen negara-negara sa­
habat. Dari ulasan tersebut diharapkan kita
memiliki perbandingan dan pengetahuan
bagaimana kinerja parlemen negara-nega­
ra lain. Sekaligus akan menambah wa­
wasan kita sebagaimana ditegaskan Ketua
DPR yang bertekad akan mewujudkan
parlemen modern, parlemen yang amanah
memperjuangkan aspirasi rakyat menuju
masyarakat yang sejahtera, adil dan mak­
mur.
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
3
Dapatkan di:
Loby Gedung Nusantara 1 DPR RI
Loby Gedung Nusantara 2 DPR RI
Loby Gedung Nusantara 3 DPR RI
Loby Gedung Setjen DPR RI
Ruang Loby Ketua
Ruang Loby Wakil Ketua
Ruang Yankes
Terminal 1 dan 2
Bandara Soekarno Hatta
Stasiun Kereta Api Gambir
Semua Majalah dan Buletin Parlementaria dibagikan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Bagian Sirkulasi Majalah dan Buletin Parlementaria di
Bagian Pemberitaan DPR RI, Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI, Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta,
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV,5715350
2015
4 Telp.
(021) 5715348,5715586,
Fax. (021) 5715341, e-mail: [email protected].
|8
PROLOG
PROLOG
Tarik Ulur Kebijakan BBM
LAPORAN UTAMA
Tarik Ulur Kebijakan BBM
Sebagai salah satu komoditas kebutuhan pokok, bahan
bakar minyak (BBM) memiliki peran yang sangat
stra­tegis. Dengan posisi itu maka dalam mengelola
BBM senantiasa terkena imbasnya seperti buah
simalakama. Bila subsidi dikurangi alias menaikkan
harga BBM maka kepentingan rakyat akan dikorbankan
dan pasti mengundang reaksi keras masyarakat.
Namun sebaliknya, jika subsidi tidak dikurangi atau
tidak menaikkan harga BBM maka beban keuangan
negara kian berat dan ruang fiskal semakin sempit.
| 48
PROFIL
sumbang saran
Subsidi BBM & Ketahanan Energi
PENGAWASAN
Rambe Kamarul Zaman
selalu tegas dalam sikap
dan tindakan. Tutur katanya
jelas dan sarat akan makna.
Di sela-sela kesibukannya
memimpin Komisi II DPR
plus sebagai pemimpin
DPP (Dewan Pengurus
Pusat) Partai Golkar Bidang
Legislatif dan lembaga
politik Rambe meluangkan
waktunya menerima
Parlementaria.
10
22
Daerah Harus Konsisten Dengan Tata
Ruangnya
25
Petani Indonesia Siap Hadapi MEA
27
anggaran
Siklus Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
LEGISLASI
Akhirnya Perppu Pilkada Jadi UU
foto berita
Rambe kamarul zaman
PENGAWASAN
Kalau Mau Menaikkan Harus Tepat
8
kiat sehat
Kiat Bugar Sepanjang Hari
31
35
40
46
profil
Rambe Kamarul Zaman
Loyalitas dibawah “Pohon Beringin”
kunjungan kerja
sorotan
Setelah Awan Hitam, Muncullah Panja K3PN
| 25
Daerah Harus
Konsisten
Dengan Tata
Ruangnya
Wakil Ketua Komisi V
DPR Muhidin M Said
mengatakan, Indonesia
merupakan negara
yang memiliki potensi
bencana yang sangat
tinggi. Beberapa potensi
tersebut antara lain
adalah masalah banjir
dan tanah longsor
terutama di musim
penghujan.
48
53
64
liputan khusus
APPF ke-23 Ekuador Forum Parlemen Se-Asia
Pasifik Sepakati 18 Resolusi
67
selebritis
Dony Damara : Dari Panggung Hiburan Ke
Panggung Politik
pernik
PIA Semakin Terlihat Kiprahnya
PARLEMEN DUNIA
Kenal Lebih Dekat Majelis Rendah Australia
pojok parle
Sering Naik “Susi”
71
74
76
79
ASPIRASI
Pelanggaran Pengelolaan Pendidikan Yang Dilakukan STKIP
PGRI Sumenep
Kami dari Sekretariat Bersama Forum
Komunitas Peduli Pendidikan (FKPP) selaku LSM yang memiliki program peduli
pada pendidikan yang sesuai dengan
standar pelayanan minimal dan peraturan perundangan yang berlaku, menyampaikan pelanggaran yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumenep
di Jalan Pamekasan, Patean, Sumenep,
Jawa Timur.
STKIP PGRI Sumenep memiliki 6 (enam)
Program Studi (Prodi) yang terdiri atas :
a. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, dengan akreditasi yang
sudah kadaluwarsa pada tahun
2013.
b. Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
c. Prodi Pendidikan Matematika den-
gan izin prodi tahun 2010
d. Prodi Penjaskesrek
e. Prodi Bimbingan Konseling (BK)
f. Prodi Pendidikan Guru SD (PGSD)
Dan dalam perkembangan pelaksanaan
program studi STKIP PGRI Sumenep,
kami menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh STKIP PGRI
Sumenep, antara lain:
a. Menyelenggarakan perkuliahan kelas jarak jauh
b. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi lain dengan menerima prodi-prodi lain yang bukan
merupakan prodi di STKIP PGRI
Sumenep sebanyak 14 kerjasama.
Perkuliahan ditempatkan di STKIP
PGRI Sumenep maupun ditempat
mitra kerjasama.
c. S T K I P P G R I S u m e n e p b e l u m
memenuhi syarat “bersih” dari PTS
kategori bina lingkungan karena
belum terpenuhinya dosen tetap
yang sesuai dengan prodi yang
ada.
d. Pada perkuliahan tahun akademik
2013-2014 hampir seluruhnya
menggunakan dosen tidak tetap
yang statusnya bekerja ditempat
lain.
Kami berharap agar STKIP PGRI
Sumenep dapat diberikan sanksi atas
segala bentuk pelanggaran tersebut,
karena apabila dibiarkan maka akan
merugikan masyarakat luas terutama
mahasiswa dan lulusan, oleh karena
tidak mendapatkan pendidikan dengan
standar pelayanan minimal.
Sekretariat Bersama FKPP
Madura, Jawa Timur
Hentikan Galian Ilegal
Kami adalah Pengurus Lembaga Green
Soul Sumut menyampaikan keberatan
terkait maraknya galian C, berupa pasir maupun tanah timbun dan batu di
wilayah Kab. Deli Serdang khususnya di
Desa Tuntungan, Kec. Kutalimbaru dan
Desa Gunung Tinggi dan Desa Kuta Jurung Kec. Pancur Batu. Aktivitas tersebut mengakibatkan jalan rusak karena
dilewati truk muatan galian yang ketika
hujan menjadi berlumpur, licin dan ke-
tika kemarau sangat berdebu.
Bahwa sudah banyak laporan korban
akibat galian tersebut, namun terkesan
dibiarkan oleh pemerintah dan Sat Pol PP
setempat, padahal usaha tersebut illegal
karena tidak memiliki surat Ijin Usaha
Penambangan (IUP) dari Perkab Deli Serdang yang mengatur tentang Galian C.
Pihak PTPN II juga terkesan membiarkan
areal perkebunannya sehingga berubah
fungsi menjadi kubangan sehingga lahan perkebunan seluas 100 Ha tersebut
menjadi tidak produktif lagi.
Kami ingin agar ada tindakan hukum
terhadap oknum/pengusaha galian C
yang telah merusak ekosistem lingkungan hidup di daerah tersebut.
Horman
Deli Serdang, Sumatera Utara
Pembentukan UU Pengembalian Nilai Tunai
Kami sangat keberatan dengan ketentuan potongan 4,75% setiap bulan
“secara paksa” yang diatur dalam Pasal
1 ayat (1) huruf a Keppres No.8 Tahun
1997 jo Pasal 2 ayat (1) dan (2) Keppres
No. 56 Tahun 1974 tentang Pembagian,
Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang
Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat
Negara, dan Penerima Pensiun, dengan
alasan untuk membayar pensiun para
6
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
pemohon padahal pensiun dibiayai oleh
Negara melalui APBN.
Kami mengajukan aspirasi agar:
Dibentuk UU Pengembalian Nilai Tunai
sebagaimana dimaksud dan diumumkan dalam berita Negara.
Dilakukan revisi atas Keppres No.8 Tahun 1997 dan Keppres No. 56 Tahun
1974 beserta UU yang mendasarinya.
Menyatakan bahwa pasal-pasal dalam
Keppres tersebut bertentangan dengan
UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya.
Abdul Kosim dkk
Jombang, Jawa Timur
Upaya Membangun Bangsa dan Negara
Berazaskan Pancasila dan UUD 1945
Menyampaikan bahan masukan berupa tulisan mengenai
upaya membangun bangsa dan negara Indonesia yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Dalam upaya memenuhi nilai keadilan terkait pengambilan keputusan DPR baik pusat maupun daerah hendaknya
melibatkan seluruh elemen masyarakat dari berbagai
suku dan agama.
Tulisan tersebut berisikan :
1. Kemerdekaan Bangsa Indonesia harus diisi dengan
melakukan revolusi politik dan revolusi pembangunan,
dan berharap agar pembangunan yang dilaksanakan
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, karena nilai-nilai
luhur yang ada didalamnya akan membuat Bangsa Indonesia menjadi lebih maju, bermartabat dan tercapainya
kesejahteraan rakyat.
3. Bahwa untuk menjadi Anggota DPR RI harus berasal dari
utusan agama masing-masing dengan syarat setiap utusan agama harus merupakan pakar tata negara.
4. Setiap keputusan DPR ditujukan untuk kepentingan agama, kepentingan bangsa dan negara.
M. Musthofa
Lampung Barat, Lampung
Doa Untuk Bangsa
Saya ingin menyampaikan doa untuk
bangsa dalam rangka menyambut dan
menyemarakkan 86 (delapan puluh
enam) Tahun Sumpah Pemuda Indonesia dan Satu Abad Jenderal Soedirman
(24 Januari 1916 – 24 Januari 2016)
Saya sebelumnya telah mengirim doa
untuk Bangsa, Tanah Air dan Bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Juli 1978
dalam rangka ulang tahun ke-33 Kemerdekaan RI, sebanyak 8 (delapan)
baris sebagai berikut :
bahwa :
Berkobarlah doaku
Doa suci megah perkasa
Di seluruh Bumi dan Angkasa
Untuk sejahtera semua manusia
Siapa berani menghina engkau
Pasti Allah membela
Doa suci megah perkasa
Berkobarlah selama-lamanya
8 ajaran Iman dari Agama Kong Hu Chu
8 jalan utama dari Agama Budha
8 penjuru angin dari Nusantara
M. Cholil
Magelang, Jawa Tengah
Makna angka 8 tersebut mengingatkan
Merdeka itu Stop Korupsi
Terilhami kalimat “Merdeka itu Stop Korupsi”, maka saya
berpendapat bahwa sesungguhnya Bangsa Indonesia meng­
hendaki NKRI yang merdeka berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dan berharap agar kepada seluruh Pejabat dan Aparatur
Negara dapat bekerja dengan baik tanpa melakukan tindak
korupsi.
Saya sangat mendukung upaya Pemerintah untuk menindak
tegas para pelaku korupsi tanpa tebang pilih dan tanpa kompromi karena tindakan korupsi menimbulkan dampak yang
mengganggu jalannya pemerintahan dan perekonomian
negara.
Saya juga menghimbau agar warganegara RI berhenti melakukan tindak korupsi dan berharap NKRI yang berdasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945 selalu mendapatkan bimbingan dan
lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
H. Sri Rahardjo
Bandung, Jawa Barat
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
7
PROLOG
TARIK ULUR
KEBIJAKAN BBM
S
ebagai salah satu komoditas
kebutuhan pokok, bahan
bakar minyak (BBM) memi­
liki peran yang sangat stra­
tegis. Dengan posisi itu maka dalam
mengelola BBM senantiasa terkena
imbasnya seperti buah simalakama.
Bila subsidi dikurangi alias menaik­
kan harga BBM maka kepentingan
rakyat akan dikorbankan dan pasti
mengundang reaksi keras masyara­
kat. Namun sebaliknya, jika subsidi
tidak dikurangi atau tidak menaik­
kan harga BBM maka beban keuan­
gan negara kian berat dan ruang
fiskal semakin sempit.
Karena itulah, menyangkut kebi­
jakan BBM ini, akan selalu terjadi
tarik ulur. Siapa pun Presidennya,
pasti akan dihadapkan pada perso­
alan subsidi BBM dan punya kecen­
derungan akan mengurangi angga­
8
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
ran subsidi.
Sejak dilantik 20 Oktober 2014,
Presiden Jokowi telah menetapkan
kebijakan yang signifikan pada sek­
tor energi, khususnya terkait sub­
sidi BBM. Belum sampai sebulan
memerintah, pada 16 November
2014 Jokowi menaikkan harga BBM
sekitar 30%, yakni premium dari
Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar
dari Rp5.500 menjadi Rp7.500 per
liter.
Namun, pada 1 Januari 2015 har­
ga premium diturunkan kembali
menjadi Rp7.600 dan solar menjadi
Rp7.250 per liter. Terakhir, pada 16
Januari 2015 harga premium tu­
run lagi menjadi Rp6.600 dan solar
menjadi Rp6.400 per liter. Dalam
kebijakan baru harga BBM tersebut,
premium sudah tidak lagi disubsidi,
sedang solar disubsidi Rp1.000 per
liter. Menyikapi kebijakan tersebut,
kalangan DPR mengkritisi, seharus­
nya dalam menaikkan BBM dilaku­
kan dengan tepat. Di saat harga min­
yak dunia turun, pemerintah malah
menaikkan harga BBM di dalam neg­
eri. Ketika harga minyak dunia terus
melorot tajam, barulah pemerintah
menurunkan harga BBM.
“Kebijakan pemerintah di sektor
migas tak melindungi rakyat kecil.
Ke depan masyarakat mungkin akan
dihadapkan oleh f luktuasi harga
BBM yang turun naik,” tandas Wakil
Ketua DPR Agus Hermanto. Dia
mengatakan, ketika harga BBM su­
dah dinaikkan, masyarakat pun di­
hantui harga kebutuhan pokok dan
tarif angkutan yang melambung.
Tak mudah menurunkan kembali,
walau harga BBM telah diturunkan.
Ketua Komisi VI DPR Achmad Hafisz
Tohir (Dapil Sumsel I) menegaskan,
ada dua kekeliruan pemerintah ke­
tika mengeluarkan kebijakan BBM
bersubsidi. Pertama, menaikkan
harga BBM saat crude oil (minyak
mentah) dunia sedang turun. Itu
melanggar UU APBN. Kedua, har­
ga-harga kebutuhan pokok sudah
telanjur melambung tinggi walau
pemerintah menurunkan kembali
harga BBM.
Kebijakan menaikkan harga BBM
pada awal tahun ini merupakan
langkah prag matis pemerintah
untuk mendapat tambahan fiskal
dengan cara mudah, bukan dengan
cara kreatif. Ketika harga-harga
kebutuhan pokok telanjur meroket
bersama tarif angkutan akibat ke­
naikan BBM, ternyata semuanya tak
ikut turun, ketika harga BBM ditu­
runkan.
Inkonsistensi
Pemerintah
Hal yang sama dikemukakan Wakil
Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan
dan mempertanyakan tim pena­
sihat di lingkaran presiden. Kebi­
jakan pemerintah menaikkan dan
menurunkan harga BBM bersub­
sidi, memperlihatkan inkonsistensi
pemerintah dalam merumuskan
kebijakan BBM yang sudah menjadi
hajat hidup rakyat Indonesia.
Menurutnya, ketika harga BBM di­
naikkan, gejolak ekonomi langsung
terasa di masyarakat. Harga kebu­
tuhan pokok dan tarif transportasi
ikut melejit. Ironisnya, kebijakan
menaikkan harga BBM bersubsidi
justru terjadi di tengah harga mi­
nyak mentah dunia sedang mero­
sot. Plus, kenaikan itu tidak dikon­
sultasikan dulu dengan DPR.
“BBM, memang, harus turun. Kalau
tidak turun berarti ini negara ga­
gal kelola. Harga crude oil sudah
sempat mencapai USD 59 dan harga
keekonomian BBM RON 92 menjadi
Rp4.775 per liter semestinya,” tandas
Hafisz. Sementara harga BBM versi
pemerintah, lanjut politisi PAN ini,
sebesar Rp6.500 untuk RON 88
sudah melampaui hitungan harga
pokok. Ini bukti ketidakakuratan
pemerintah.
Sementara politisi Partai Nasional
Demokrat Kurtubi mengingatkan,
minyak mentah yang keluar dari
perut bumi hanya 400.000 barel
per hari. Padahal, kebutuhan dalam
negeri 1,6 juta barel per hari. Hanya
seperempatnya yang dipenuhi oleh
produksi dalam negeri, sisanya im­
por. “Nah, dalam kondisi seperti ini
rakyat perlu diinformasikan bahwa
kondisi minyak kita tidak seperti
dulu lagi. Sehingga kalau subsidi
dikurangi atau dihapuskan seperti
premium ini, dananya bisa dialih­
kan untuk infrastruktur,” katanya. Soal rencana pemerintah bahwa
harga premium akan dipatok tidak
lebih dari Rp9.500/liter, menurut
Kurtubi, kalau harga minyak dunia
naik lagi di atas 100 US dollar, maka
harga BBM di dalam negeri tidak
disubsidi bisa mencapai Rp12.000,
sehingga kalau dipatok Rp9.500 itu
masih perlu subsidi dari pemerin­
tah. “Hal-hal seperti itu saya pikir
idenya bagus sebab nggak mung­
kin lagi kita terus menerus mem­
berikan BBM murah ke rakyat, se­
mentara produksi minyak rendah,”
terang dia.
“Kalau kebetulan minyak dunia tu­
run seperti sekarang, nggak apaapa subsidi nol. Tetapi pada saat
harga melonjak lagi tiga kali lipat,
premium bisa capai Rp13-14 ribu per
liter. Maka, statemen untuk mema­
tok harga premium tidak lebih dari
Rp9.500, saya dukung. Artinya har­
ga premium bisa menjadi Rp9 ribu,
sebab kalau tidak disubsidi, bisa
menjadi Rp13 ribu,” kata Kurtubi
menambahkan.
Wakil Ketua Komisi VII Satya Widya
Yudha menegaskan, masalah BBM
bersubsidi selalu jadi polemik dan
perdebatan publik di setiap era
pemerintahan. Kasus ini selalu
berulang terjadi. Tarik menarik
kekuatan politik antara DPR dan
pemerintah pasti terjadi bila sudah
menyangkut kebijakan harga BBM.
Padahal, ada Bahan Bakar Gas (BBG)
yang menjadi alternatif paling mu­
rah yang belum tereksplorasi se­
cara maksimal.
Bila BBM lebih banyak memiliki re­
sistensi publik, BBG lebih murah
dan lebih ramah lingkungan. Me­
nariknya lagi, BBG tidak mengun­
dang banyak polemik. Ketersedi­
aannya pun melimpah di negeri ini.
“Lalu, mengapa BBG belum menjadi
pengganti BBM seperti gas yang
berhasil menggantikan minyak
tanah untuk rumah tangga,” ujar
Satya mengingatkan. (mp,mh)
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
9
LAPORAN UTAMA
AGUS HERMANTO, WAKIL KETUA DPR RI
Kalau Mau Menaikkan Harus Tepat
H
a rga m i nya k du n i a
turun, Presiden Joko
Widodo malah me­
naikkan harga BBM di
dalam negeri. Ketika
10
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
harga minyak dunia terus melorot
tajam, barulah pemerintah menu­
r un k an harga BBM . Kebija k an
pemerintah di sektor migas dinilai
tak melindungi rakyat kecil. Ke de­
pan masyarakat mungkin akan di­
hadapkan oleh fluktuasi harga BBM
yang turun naik.
Ketika harga BBM sudah dinaikkan,
Kalau kebijakan menurunkan, ya memang
selaiknya harus seperti itu, karena memang
minyak dunia turun. Kalau tidak diturunkan nanti
menyengsarakan rakyat. Yang tentu tidak pas
adalah pada saat menaikkan. Minyak dunianya
turun tetapi pemerintah menaikkan.
Partai Demokrat ini menyampaikan
pandangannya di tengah-tengah
kesibukannya menerima para tamu
DPR. Berikut petikan hasil wawan­
caranya.
Pemerintah telah menaikkan sekaligus menurun harga BBM bersubsidi. Adakah yang salah dari kebijakan ini?
Kalau kebijakan menurunkan, ya
memang selaiknya harus seperti
itu, karena memang minyak dunia
turun. Kalau tidak diturunkan nanti
menyengsarakan rakyat. Yang ten­
tu tidak pas adalah pada saat me­
naikkan. Minyak dunianya turun
tetapi pemerintah menaikkan. DPR
pernah menawarkan pelaksanaan
koordinasi dengan pemerintah soal
ini. Bahkan, kini DPR sudah menga­
jukan hak interpelasi atas kebijakan
menaikkan harga BBM bersubsidi
ini.
masyarakat pun dihantui harga
kebutuhan pokok dan tarif angku­
tan yang melambung. Tak mudah
menurunkan kembali, walau harga
BBM telah diturunkan. Wakil Ketua
DPR RI Agus Hermanto (Dapil Jateng
I) mengeritik kebijakan pemerintah
ini. Menurutnya, kebijakan BBM ha­
rus tepat dan berpihak pada rakyat
kecil.
DPR sebetulnya sudah menawar­
kan ruang konsultasi untuk hal ini,
tapi memang kurang direspon, kata
Agus. Kepada Parlementaria, politisi
Fraksi Demokrat telah meminta
jawaban pemerintah atas perta­
nyaan mengapa BBM naik, mengapa
kenaikkannya Rp2000, dan meng­
apa naikknya sekarang. Padahal,
harga gas baru saja naik, kemudian
ada kenaikkan TDL. Nah, sekarang
ini diturunkan. Tapi tidak seko­
nyong-konyong harga-harga turun.
Dampak kenaikkan itu harus dieva­
luasi. Ke depan kalau ingin menaik­
kan harga BBM harus betul-betul
tepat, sehingga tidak membuat ma­
syarakat semakin sulit.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil
sudah menetapkan, kelak harga
premium tidak akan lebih dari
Rp9.600/liter. Komentar Anda?
Biarlah dia berkata begitu. Yang
penting bagi kami BBM itu harus
betul-betul diberi kebijakan yang
berpihak kepada masyarakat.
Soal anjuran pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah agar
menstabilkan harga-harga komoditas pokok dan tarif angkutan se­
iring penuruanan harga BBM ini.
Bagaimana Anda melihatnya?
Kalau tarif angkutan mengkin tidak
terlalu sulit. Tapi, bahan pangan
seperti cabe, bawang merah, dan
lain-lain apa tidak sulit itu. Tapi ma­
salah ini tetap harus dikontrol. Dan
kalau penurunan harga ini tercapai
tentu jauh lebih bagus.
Apakah pemerintah sudah men­
dapatkan ruang fiskal yang cukup
setelah menaikkan dan menurunkan harga BBM?
Rasanya cukup. Karena selama ki­
ra-kira sebulan, pemerintah bisa
menga mbi l a ng ga ra n. Na mu n,
dalam APBN-P disampaikan, ang­
garan ini lebih banyak ditujukan
untuk infrastruktur, misalnya ang­
garan Kementerian Perhubungan,
Kementerian Pertanian, dan Ke­
menterian PU. Mudah-mudahan
semuanya berjalan lancar. (mh) foto:
naefurodji/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
11
LAPORAN UTAMA
Satya Widya Yudha, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI
Sudah Saatnya Berpikir BBG
B
ahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi selalu jadi
komoditas polemik dan perdebatan publik di se­
tiap era pemerintahan. Kasus ini selalu berulang
terjadi. Tarik menarik kekuatan politik antara DPR dan
pemerintah pasti terjadi bila sudah menyangkut kebi­
jakan harga BBM. Padahal, ada Bahan Bakar Gas (BBG)
yang menjadi alternatif paling murah yang belum ter­
aksplorasi secara maksimal.
Bila BBM lebih banyak memiliki resistensi publik, BBG
lebih murah dan lebih ramah lingkungan. Menariknya
lagi, BBG tidak mengundang banyak polemik. Keterse­
diaannya pun melimpah di negeri ini. Lalu, mengapa
BBG belum menjadi pengganti BBM seperti gas yang
berhasil menggantikan minyak tanah untuk rumah
tangga?
Pemerintah selalu ingin mengejar keuntungan. Itulah
salah satu argumen yang didapat ketika pemerintah
12
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
mempertahankan BBM dan belum beralih ke BBG.
Adalah Satya Widya Yudha (Dapil Jatim IX) mengemu­
kakan banyak hal di balik kebijakan BBM. Kepada Par­
lementaria, ia menjelaskan, pemerintah masih mem­
pertahankan BBM lantaran lebih menguntungan.
“Sekarang pemerintah mestinya tidak lagi berpikir
subsidi BBM, tapi bagaimana menggunakan gas. Sum­
bernya banyak di Indonesia dan harganya lebih mu­
rah daripada BBM,” papar Wakil Ketua Komisi VII DPR
tersebut, akhir Januari lalu. Satya berharap pemerintah
mulai meninggalkan BBM, karena selain mahal, BBM
juga selalu menguras anggaran negara.
Kini harga gas setara liter, ungkap politisi Partai Golkar
ini, cuma Rp4.100. Dengan harga semurah itu mengapa
pemerintah tidak segera beralih ke BBG? “Ya, karena
pemerintah belum berniat menjadikan BBG sebagai ba­
han bakar umum,” jawabnya lugas. Pemerintah seka­
rang maupun sebelumnya selalu ingin mengejar untung
dan meraih ruang fiskal yang cukup.
UUD, apalagi sudah mengikutsertakan keputusan MK
No.2/2003.”
SPBU pun perlu berganti baju menjadi SPBG yang me­
nyediakan kebutuhan BBG untuk transportasi. Kebi­
jakan di sektor BBM, memang, membutuhkan kehatihatian dan tidak bisa langsung dikonversi menjadi BBG.
Saat yang sama Kementerian ESDM membentuk Tim
Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang di­
ketuai Faisal Basri. Salah satu rekomendasinya adalah
menghapus premium dari SPBU.
Walau kelak pemerintah akan menyesuaikan harga
BBM dengan harga pasar, tetap pemerintahlah yang
harus mengontrol. Pemerintah harus intervensi harga.
“Harga pemerintah itu harus dilakukan secara berkala,
baiknya 1 bulan. Kalau Sofyan Djalil mengatakan akan
dievaluasi setiap 2 minggu itu terlalu dekat. Kalau ke­
mudian ditinjau setiap 1 minggu itu sama saja diserah­
kan ke pasar, sehingga masyarakat berhadapan dengan
fluktuasi harga sesuai dengan fluktuasi harga minyak
dunia. Itu yang dilarang oleh konstitusi,” tegas Satya.
Bila premium disetujui pemerintah untuk dihilangkan
dari setiap SPBU, mungkin BBG kelak jadi kebutuhan
yang mendesak. Namun, menurut Satya, menghilang­
kan premium butuh waktu dan perencanaan yang
matang. “Kita harus hati-hati menghilangkan premium.
Kita khawatir Pertamina banyak kehilangan potensi
marketnya di daerah-daerah dan kota-kota tumbuh.
Dia akan kalah dengan Shell, Total, dan Petronas.”
Bila premium mau dihilangkan, tentu SPBU asing harus
diberi persyaratan. Para peritel asing di bidang perda­
gangan BBM, lanjut Satya, harus membangun storage
(penyimpanan BBM) dan refinery (kilang minyak) di
Indonesia. Tidak seperti yang terjadi sekarang, semua
SPBU asing tidak dibebani persyaratan. Hanya menjual
saja. Kalau seperti ini, kita tidak mendapatkan keun­
tungan yang signifikan.
Intinya, rencana penghilangan premium dari SPBU
nasional jangan sampai dimanfaatkan asing untuk
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari perda­
gangan BBM. Tidak mudah mengalihkan premium ke
pertamax. Saat yang sama pengalihan BBM ke BBG ha­
rus menjadi alternatif paling logis dan menguntungkan
bagi Indonesia.
Intervensi Pemerintah
Menko Perekonomian Sofyan Djalil dalam keterangan
persnya beberapa waktu lalu, menyatakan, harga pre­
mium ke depan tidak akan lebih dari Rp9.600. Patokan
harga ini sudah mempertimbangkan fluktuasi harga
minyak dunia dan daya beli masyarakat. Kebijakan
harga BBM akan terus ditinjau pemerintah setiap dua
minggu sekali.
Menanggapi hal ini, Satya berpandangan, semuanya
harus bermuara pada konstitusi Pasal 33 UUD NRI
Tahun 1945. Apalagi ada Putusan MK No.2/2003 yang
tidak membolehkan harga minyak dan gas diserahkan
ke pasar. “Jadi kalau pemerintah mengatakan akan
menyerahkan ke mekanisme pasar, dia menyalahi
Ditambahkan Satya, pemerintah boleh saja memberi
harga patokan mendekati harga pasar, tetapi kurun
waktunya diatur sekitar satu bulan. Itu lebih nyaman
buat masyarakat. Kalau selama kurun waktu itu harga
minyak tinggi, maka negara yang mensubsidi. Yang
penting ada kepastian harga pada kurun waktu ter­
tentu.
“Argumentasi Sofyan Djalil yang mengatakan kalau
waktu evaluasinya terlalu lama dan fluktuasi harganya
sedang turun, sementara harganya kadung ke atas, be­
rarti rakyat akan rugi. Makanya dibuat selama 2 ming­
gu. Tetapi dia lupa, bila waktunya terlalu dekat berarti
dia akan menyuruh rakyatnya untuk menyesuaikan
sesuai dengan harga pasar,” jelas Satya.
Di Indonesia menyerahkan harga BBM ke mekanisme
pasar dilarang. Itu amanah UUD NRI Tahun 1945. Dalam
mekanisme pasar, keberadaan negara hampir tidak ada,
karena semua diatur pasar. Satya mengaku menentang
rencana Menko Perekonomian yang akan mengevaluasi
harga BBM per dua minggu. Bagaimana pun komoditas
BBM sangat mempengaruhi komoditas kebutuhan po­
kok masyarakat. Untuk itu harus dita­ngani secara hatihati. (mh) foto: naefurodji/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
13
LAPORAN UTAMA
Heri Gunawan, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI
Konsistensi Pemerintah Dipertanyakan
M
enaikkan harga BBM, lalu
menur unk an lag i. T im
penasihat di lingkaran
Presiden pun dipertanyakan kapa­
sitasnya. Kebijakan pemerintah
menaikkan dan menurunkan harga
BBM bersubsidi, memperlihatkan
inkonsistensi pemerintah dalam
merumuskan kebijakan BBM yang
sudah menjadi hajat hidup rakyat
Indonesia.
Heri Gunawan Wakil Ketua Komisi
VI DPR RI mengeritisi kebijakan
tarik ulur harga BBM bersubsidi
tersebut. Ketika harga BBM dinaik­
kan, gejolak ekonomi langsung
terasa di masyarakat. Harga kebu­
tuhan pokok dan tarif transportasi
ikut melejit. Ironisnya, kebijakan
menaikkan harga BBM bersubsidi
14
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
justru terjadi di tengah harga mi­
nyak mentah dunia sedang mero­
sot. Plus, kenaikan itu tidak dikon­
sultasikan dulu dengan DPR.
Banyak anggot a DPR memper­
tanyakan langkah terburu-buru
pemerintah yang sempat menaik­
kan harga BBM. Terbukti, ketika
harga minyak dunia terus melorot
tajam, pemerintah malah menu­
runkan kembali harga BBM ber­
subsidi itu. Bahkan, Menko Pereko­
nomian Sofyan Djalil menyatakan,
harga BBM akan dievaluasi setiap
dua minggu sekali.
Di sinilah penilaian inkonsistensi
pemerintah dicurahkan para legis­
lator di DPR RI. Ketika harga BBM
naik, semua harga kebutuhan pokok
ikut naik. Ia seperti benda dan ba­
yangannya. Tapi, ketika harga BBM
diturunkan, harga kebutuhan po­
kok dan transportasi ternyata tidak
segera turun.
“Kebijakan pemerintah terkait BBM
cenderung tidak konsisten. Sebe­
lumnya, ketika harga minyak men­
tah dunia turun tajam, pemerintah
kukuh menaikan harga BBM ber­
subsidi tanpa konsultasi dengan
DPR. Sekarang, dengan dalih harga
minyak mentah turun, pemerintah
menurunkan harga BBM yang cen­
derung hanya untuk pencitraan.
Seolah-olah pro rakyat kecil,” kritik
Heri akhir Januari lalu.
Semua ini, kata Heri, bukti nyata
bahwa pemerintah tunduk pada li­
beralisme. Lewat skema baru pem­
berian subsidi yang dipatok sesuai
harga keekonomian (meng ikuti
harga pasar), pemerintah terangterangan menyerahkan hajat hidup
rakyat Indonesia kepada liberal­
isme (pasar bebas). Ini juga tidak
konsisten dengan cita-cita Trisakti
yang dikampanyekan pendiri bang­
sa, Bung Karno.
“Harga cabe, buah-buahan, gula,
tomat, bawang, dan lain-lain sudah
telanjur naik. Ujungnya, logika pas­
ar akan konsisten bekerja de­n gan
caranya yang kejam, memangkas
habis rakyat lemah. Sebetulnya,
pemerintah tidak perlu bingung
dan harus tunduk pada liberalisme
kalau becus mengurus sektor migas
kita. Sektor hulu bangsa ini tidak
pernah berdaulat. Tapi, pemerintah
punya caranya sendiri. Dia memilih
konsisten untuk tidak konsisten,”
tandas politisi Dapil Jabar IV (Kota/
Kabupaten Sukabumi) ini.
Anggota Fraksi Gerindra tersebut
mengemukakan, dalam RAPBN-P
2015, asumsi harga minyak dunia
dipatok pemerintah sebesar USD
70 per barel. Itu berarti harga mi­
nyak mentah dunia cenderung tu­
run. Bahkan, oleh beberapa pakar,
harga minyak mentah dunia akan
terus mengalami penurunan karena
faktor geopolitik, kelebihan suplai
minyak, dan penurunan perminta­
an. Ini semua akibat ekonomi global
yang sedang bergerak lambat.
Bagi Heri, pemerintah tak memi­
liki dasar argumen yang logis un­
tuk menaikan harga BBM. Dalam
R A PBN-P 2015, pemer i nt a h a n
Jokowi-Kalla akan menurunkan
anggaran subsidi BBM dari Rp276
triliun menjadi Rp56 triliun. Ala­
sannya, alokasi subsidi BBM terus
membebani APBN dari tahun ke ta­
hun.
“Di sini terlihat nyata ketidakber­
pihakan pemerintah pada rakyat
banyak yang hidupnya semakin
tertekan karena dampak kenaikan
harga BBM yang sudah pasti meluas
ke sektor-sektor lain. “Sementara
mengomentari rencana pemerintah
menerapkan kebijakan subsidi tetap
BBM, sambung Heri, justru bisa
berpotensi memberatkan kehidu­
pan rakyat banyak. Apalagi, pola
subsidi tetap tersebut tidak tertera
dalam penyusunan APBN 2015.
Secara terpisah, Ketua Komisi VI
DPR Achmad Hafisz Tohir (Dapil
Sumsel I) dalam siaran persnya yang
diterima Parlementaria, menegas­
kan, ada dua kekeliruan pemerin­
tah ketika mengeluarkan kebijakan
BBM bersubsidi. Pertama, menaik­
kan harga BBM saat crude oil (mi­
nyak mentah) dunia sedang turun.
Itu melanggar UU APBN. Kedua,
harga-harga kebutuhan pokok su­
dah telanjur melambung tinggi wa­
lau pemerintah menurunkan kem­
bali harga BBM.
Kebijakan menaikkan harga BBM
pada awal tahun ini merupakan
langkah prag matis pemerintah
untuk mendapat tambahan fiskal
dengan cara mudah, bukan dengan
cara kreatif. Ketika harga-harga
kebutuhan pokok telanjur meroket
bersama tarif angkutan akibat ke­
naikan BBM, ternyata semuanya tak
ikut turun, ketika harga BBM ditu­
runkan. Tampak ada salah kelola di
bidang energi.
“BBM, memang, harus turun. Kalau
tidak turun berarti ini negara gagal
kelola. Harga crude oil sudah sem­
pat mencapai USD 59 dan harga
keekonomian BBM RON 92 men­
jadi Rp4.775 per liter semestinya,”
tandas Hafisz akhir Januari lalu.
Sementara harga BBM versi peme­
rintah, lanjut politisi PAN ini, sebe­
sar Rp6.500 untuk RON 88 sudah
melampaui hitungan harga pokok.
Ini bukti ketidakakuratan peme­
rintah.
Kini, pemerintah harus kendalikan
inflasi, naiknya harga komoditas,
dan menurunnya daya beli ma­
syarakat. Semua ini berujung pada
melemahnya daya saing perekono­
mian bangsa. Harga-harga kebutu­
han pokok termasuk tarif angkutan
yang sudah telanjur melangit, bu­
tuh keseriusan pemerintah untuk
mengendalikannya. “Saat ini, me­
kanisme kontrol harga-harga ba­
rang nyata-nyata tidak bisa diken­
dalikan lagi,” kilah Hafisz. (mh) foto:
iwan armanias, andri/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
15
Kurtubi, Anggota Komisi VII DPR RI
Penghapusan Premium Perlu Dikaitkan
Dengan Swasembada BBM
T
im Refor masi Tat a Ke­
lola Minyak dan Gas Bumi
yang dipimpin Faisal Basri
mengeluarkan 6 rekomen­
dasi terkait kebijakan BBM bersub­
sidi. Salah satunya meminta impor
RON 88 dihentikan.Tim Reformasi
Tata Kelola Migas memang mem­
berikan waktu paling lama 5 bu­
lan sejak rekomendasi diterbitkan
kepada Pertamina untuk meng­
hentikan seluruh impor RON 88.
Pasalnya, hanya Indonesia atau
Pertamina saja yang masih meng­
gunakan RON 88 di dunia ini. Se­
hingga diduga ada permainan kartel
dalam penentuan harga RON 88.
16
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Menanggapi Rekomendasi Tim Re­
formasi Tata Kelola Migas, anggota
Komisi VII DPR Kurtubi menyatakan
dukungannya. Meski demikian ia
mengatakan, lebih realistis peng­
hapusan premium , tidak bisa buruburu. “Artinya kita harus menunggu
Pertamina mampu memproduksi
pertamax. Jangan sampai kita ber­
henti mengimpor premium, tetapi
beralih impor Pertamax dalam jum­
lah besar. Sama juga bohong,” tutur
politisi dari Fraksi Partai Nasional
Demokrat (Nasdem), kepada Par­
lementaria.
Karena itu, Kurtubi mendorong
Pertamina untuk memproduksi
Pertamax dengan cara, kilang yang
punya sekarang diupgrade, diting­
katkan sehingga bisa mengubah
produksi premium ke Pertamax dan
kapasitasnya ditambah.
“Saya mengharapkan pemerintah
dalam penghapusan Ron 88 ke 92
harus dikaitkan dengan program
swasembada BBM. Dengan demiki­
an, ke depan kita lebih banyak pakai
pertamax dan tidak pakai premium.
Pertamax harus 100% diproduksi di
dalam negeri atau bisa swasemba­
da,” tegas dia dengan menambah­
kan, selain meng-upgrade kilang,
juga harus membangun kilang baru.
Pemerintah har us membang un
kilang baru.
Kilang baru yang akan dibangun
menurut mantan pengamat migas
ini, harus didesain untuk produksi
pertamax, sebab tidak mungkin
bangun kilang baru didesain un­
tuk mengolah minyak dalam nege­
ri, karena minyak dalam negeri
produksinya anjlok. Dan minyak
mentah 100 persen impor dari luar,
untuk itu dicari lokasi kilang mi­
nyak dimana lalu lintas tanker tidak
mengganggu yang lain, dibutuhkan
selat laut yang dalam dan lebar.
“Saya usulkan di Lombok NTB”
Hemat Biaya
Mengapa diusulkan bangun kilang
di Lombok, Kurtubi beralasan, nan­
ti impor minyak dari Afrika, Asia
Tengah langsung lewat selatan Se­
lat Lombok, sehingga tidak meng­
ganggu lalu lintas yang lain. Hal itu
dimaksudkan untuk menghemat
biaya distribusi pabrik BBM (kilang)
ke konsumen. Sekarang ini untuk
konsumen di Bali, Lombok, NTB,
NTT, dan Maluku BBMnya dari Ci­
lacap dan Balongan. “Jaraknya jauh
banget, ongkos angkutnya mahal,”
tukasnya.
Bilamana bisa dibangun kilang di
Lombok, maka konsumen dengan
lokasi kilang. Di Jawa sudah ada di
Balongan (Jawa Barat), Cilacap (Jawa
Tengah) dan Tuban (Jawa Timur)
dan sudah cukup di Pulau Jawa. Di
Kalimantan ada kilang di Balikpa­
pan, bisa dicukupi dari Balikpapan,
menyeberang murah, angkutan­
nya mudah. Tapi kalau dari Maluku,
BBMnya dari Balikpapan atau Ci­
lacap terlalu jauh. Padahal angkutan
BBM lama bisa lima puluh tahun,
pabriknya dibangun di sana dan
untung. “Pembangunan ini sangat
mendesak, agar kita tidak terjebak
oleh mafia pertamax yang baru,”
tandas Kurtubi mengingatkan.
Menanggapi pertanyaan, bagaima­
na penilaiannya terhadap Tim Re­
formasi Tata Kelola migas yang
memberi masukan soal naik turun
harga BBM, Kurtubi mengatakan,
Tim itu dibentuk sifatnya ad hoc.
Tentunya tidak bisa memenuhi
persyaratan yang ideal, karena
orang-orang yang duduk di tim bu­
kan spesialis bidang migas, mereka
bukan orang-orang migas tetapi in­
tegritasnya kita akui kuat dalam hal
memberantas mafia.
“Siapa tidak kenal Faisal Basri, sia­
pa tidak kenal Sunaryadi Kepala
SKK Migas, itu kita dukung untuk
memberantas mafia, memberantas praktek-praktek yang merugikan
masyarakat,” tukasnya.
Tetapi kalau bicara migas, lanjut
Kurtubi, Tim ini harus mem­peroleh
masukan dari para ahli dan praktisi.
Jadi meski pengalaman dan pendi­
dikannya tidak di bidang migas,
tetapi kalau bisa menerima masuk­
an dari ahli-ahli yang lain, tidak ada
masalah.
Lebih lanjut, anggota Dewan yang
membidangi energi dan sumber
daya mineral ini mengatakan, de­
ngan kondisi harga minyak seka­
rang ini, Pemerintah mempunyai
ruang fiskal yang bagus, tetapi
masih belum ideal. Dengan pengu­
Dengan pengu­
rangan subsidi
pengeluaran negara
bisa dihemat, karena
ruang fiskal bisa lebih
lebar. Tetapi, peneri­
maan migas juga
turun, karena harga
minyak dunia turun,
ekspor migas juga
turun, memper­sempit
ruang fiskal. Tetapi
masih lebih bagus
dari pada sebelumnya,
karena sebelumnya
subsidi BBM lebih dari
Rp 200 Triliun.
rangan subsidi pengeluaran negara
bisa dihemat, karena ruang fiskal
bisa lebih lebar. Tetapi, peneri­maan
migas juga turun, karena harga
minyak dunia turun, ekspor migas
juga turun, memper­s empit ruang
fiskal. Tetapi masih lebih bagus dari
pada sebelumnya, karena sebelum­
nya subsidi BBM lebih dari Rp 200
Triliun.
“Namun sekarang mungkin sekitar
Rp 40 triliun bahkan bisa kurang.
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
17
Ia mengemukakan, pemerintah
Presiden Jokowi menaikkan harga
BBM itu untuk dialihkan ke pem­
bangunan infrastruktur, perlu dia­
presiasi. Namun diingatkan, kondisi
minyak kita sekarang amat sangat
berbeda dibanding tahun-tahun
sebelumnya, dimana produksi kita
sekarang sangat rendah.
Karena dengan jual premium ditu­
runkan lagi menjadi Rp 6.600 dan
solar Rp 6.400, hampir sama saat
belum dinaikkan oleh pemerintah­
an Presiden Joko Widodo .
Rakyat Bisa Nikmati
Dengan harga minyak dunia turun,
Kurtubi mengatakan, dirinya ber­
pendapat, harga BBM dalam nege­
ri juga turun, meskipun kemarin
sudah diturunkan, sebaiknya ditu­
runkan lagi agar rakyat bisa menik­
mati harga BBM dunia yang sedang
rendah. Harga BBM yang murah
bisa mendorong kegiatan ekonomi
rakyat dan bisa menghemat penge­
luaran uang rakyat dan bisa meng­
hemat dan meningkatkan daya beli.
Menurut Kurtubi, harga jual seka­
rang kemungkinan pemerintah
sudah memperoleh keuntungan,
hanya subsidi hilang tapi pemerin­
tah memperoleh keuntungan yang
di dalam terminologi harga BBM
tahun 86 misalnya kasus ini pernah
terjadi tahun 1986. Saat itu harga
minyak dunia turun tetapi harga
BBM dalam negeri tidak segera di­
turunkan, sehingga pemerintah
memperoleh keuntungan dengan
menjual BBM. Keuntungan ini dise­
but laba bersih jual BBM.
Demikian pula dengan harga saat
ini yang menyentuh 40 dolar per
barel, harga jual BBM dalam negeri
18
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
ini sudah untung. Keuntungannya
lari ke mana, ke APBN namanya laba
bersih minyak. Agar rakyat bisa me­
nikmati harga minyak dunia yang
sedang turun, dia berpendapat
harga BBM dalam negeri juga ikut
diturunkan lagi.
Kesempatan pemerintah sekarang
lanjut dia, segera menyusun kebi­
jakan harga untuk harga BBM ber­
subsidi dalam jumlah yang tetap.
Yang kita dengar solar diberikan
subsidi Rp1.000 per liter. Itu sudah
bagus, nah untuk jenis premium,
sekarang ini sudah tidak disubsidi
dan pemerintah sekarang sudah
untung.
Ke depan, seandanya harga mi­nyak
dunia melonjak lagi katakanlah
melonjak tiga kali lipat sampai 100
dolar lagi, pada saat itu DPR, akan
usulkan agar premum diberikan
subsidi tetapi tidak seperti dulu.
Untuk tahun 2015, harga minyak
dunia relatife akan tetap rendah,
mungkin naik-naik sedikit tidak
sampai 100 dolar, maka premium
sudah tidak disubsidi lagi.
“Jadi tidak perlu disubsidi pada saat
harga minyak dunia rendah. Tapi
kalau harga minyak dunia melonjak
kembali, premium atau BBM untuk
rakyat masih perlu disubsidi, meski
tidak sebesar tahun-tahun sebe­
lumnya,” katanya.
Minyak mentah yang keluar dari
perut bumi hanya 400.000 barel
per hari. Padahal, kebutuhan dalam
negeri 1,6 juta barel per hari. Hanya
seperempatnya yang dipenuhi oleh
produksi dalam negeri, sisanya im­
por. “Nah dalam kondisi seperti ini
rakyat perlu diinformasikan bahwa
kondisi minyak kita tidak seperti
dulu lagi. Sehingga kalau subsidi
dikurangi atau dihapuskan seperti
premium ini, dananya bisa dialih­
kan untuk infrastruktur,” katanya. Ikhwal rencana pemerintah bahwa
harga premium akan dipatok tidak
lebih Rp 9.000/liter, menurut Kur­
tubi, kalau harga minyak dunia naik
lagi di atas 100 dolar, maka harga
BBM di dalam negeri tidak disub­
sidi bisa mencapai Rp 12 000, se­
hingga kalau dipatok Rp 9.500 itu
masih perlu subsidi dari pemerin­
tah. “Hal-hal seperti itu saya pikir
idenya bagus sebab enggak mung­
kin lagi kita terus menerus mem­
berikan BBM murah ke rakyat, se­
mentara produksi minyak rendah,”
terang dia.
Kalau kebetulan minyak dunia tu­
run seperti sekarang, enggak apaapa subsidi nol. “Tetapi pada saat
harga melonjak lagi tiga kali lipat,
premium bisa capai Rp 13-Rp 14
ribu/liter, maka statemen untuk
mematok harga premium tidak le­
bih Rp 9.500 saya mendukung. Ar­
tinya harga premium bisa menjadi
Rp 9 ribu, sebab kalau tidak disub­
sidi, bisa menjadi Rp 13 ribu,” kata
Kurtubi menambahkan. (mp,mh)
foto: iwan armanias/parle/hr
Karyono Wibowo
Ada Agenda Liberalisasi Energi
S
iapa pun yang sedang memerintah negeri ini,
pasti akan dihadapkan pada persoalan subsidi
BBM. Setiap presiden punya kecenderungan
mengurangi anggaran subsidi. Saat Presiden
Joko Widodo mengambil kebijakan me­
naikkan harga BBM bersubsidi, tren
harga minyak dunia sedang tu­
run. Ini keputusan yang terbu­
ru-buru untuk mendapatkan
ruang fiskal yang memadai.
P a r lement a r i a mene­
mui pengamat politik
dan ekonomi Kar yono
Wibowo. Menurutnya,
anggaran subsidi yang
mencapai Rp300 triliun,
mem a ng, tel a h mem­
bebani APBN, sehingga
pemerintahan Jokowi tak
bisa leluasa membang un
prog ram ungg ulan sesuai
kampanye politiknya. Namun,
ada yang perlu diwaspadai dari
langkah Menko Perekonomian Sofyan
Djalil. Ia cenderung menyerahkan harga
BBM ke pasar bebas. Ini membahayakan kedaulatan
energi.
Berikut ini petikan wawancara Parlementaria bersama
Karyono Wibowo, Direktur Indonesian Public Institute
yang direkam akhir Januari lalu.
Pemerintah telah menaikkan sekaligus menurunkan
harga BBM bersubsidi. Adakah yang salah dari kebijakan tersebut?
Ini bukan salah atau benar. Jika ingin mencari kesala­
han, kesalahannya ada di sektor hulu dan hilir. Kesala­
han paling fatal yaitu tata kelola sumber daya energi
yang menyimpang dari amanat pasal 33 UUD 1945. Ke­
salahan awal dimulai dari Orde Baru yang pertama kali
membuka pintu modal asing masuk ke Indonesia yang
melahirkan UU No.1/1967 tentang Penanaman Modal
Asing. Akhirnya, modal asing menguasai sektor sum­
ber daya alam strategis seperti minyak, gas bumi, dan
lain-lain.
Semua itu menyebabkan runtuhnya ke­
daulatan negara, termasuk dianta­
ranya adalah runtuhnya ketahan­
an energi yang berujung pada
ketergantungan impor BBM
seperti yang terjadi saat
ini. Akibatnya, pemerintah
harus mensubsidi BBM
ratusan triliun setiap ta­
hunnya. Kondisi terse­
but tentu menjadi beban
negara. Karenanya, kebi­
jakan menaikkan sekali­
gus menurunkan harga
BBM jadi pilihan pemerin­
tahan Jokowi, karena saat
itu dihadapkan pada pilihan
yang sulit.
Menurut saya, siapapun yang yang
memimpin negeri ini, ada kecende­
rungan kuat untuk mengurangi subsidi
BBM yang jumlahnya sekitar Rp300 triliun. Anggaran
subsidi BBM sebesar itu memang cukup membebani
APBN kita. Kondisi fiskal saat Jokowi-JK dilantik kurang
memberikan ruang yang leluasa untuk melaksanakan
program pembangunan. Sementara, di satu sisi, Jokowi
sudah berjanji di hadapan rakyat akan segera membuat
kebijakan pembangunan dengan tiga program utama
yaitu, Program Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, dan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Namun, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM di
tengah menurunnya harga minyak mentah dunia dini­
lai kurang tepat dan menuai protes dari masyarakat
dan DPR. Pada saat pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi, saya juga berpendapat, kebijakan tersebut
saya nilai terlalu terburu-buru. Pasalnya, harga minyak
mentah dunia sedang mengalami tren penurunan yang
diprediksi akan berlangsung cukup lama, sekurang-
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
19
Kebijakan Menko Perekonomian Sofyan Djalil tersebut
nampaknya ingin menyerahkan harga BBM pada me­
kanisme pasar terbatas atau semi mekanisme pasar.
Disebut semi mekanisme pasar karena kebijakan harga
BBM tersebut di satu sisi akan diserahkan kepada me­
kanisme pasar. Artinya, harga BBM akan tergantung
pada naik turunnya minyak mentah dunia. Tetapi di
lain sisi, pemerintah akan mematok harga BBM premi­
um tidak lebih dari Rp9.500. Menurut saya kebijakan
harga Menko Perekonomian ini memiliki agenda men­
dorong liberalisasi di sektor energi.
Hal ini berbahaya karena publik saya kira belum siap
menerima sistem tersebut. Lebih berbahaya lagi apa­
bila secara teknis pemerintah belum siap. Yang akan
terjadi adalah trial and error. Akibatnya, bisa menim­
bulkan instabilitas harga yang bisa berujung pada in­
stabilitas ekonomi. Banyak yang menilai pemerintah mendapatkan ruang
fiskal yang cukup luas setelah menaikkan harga BBM,
sementara beban anggaran dibebankan kepada rakyat.
Bagaimana pendapat anda?
kurangnya dalam satu semester terhitung sejak kenai­
kan harga BBM bersubsidi.
Karenanya, saya mengusulkan kepada pemerintahan
Jokowi-JK melalui sejumlah media, agar mereka tidak
menaikkan harga BBM selama satu semester sambil
menunggu tren harga minyak mentah dunia ke depan.
Tetapi, ternyata pemerintah memiliki paradigma yang
berbeda. Menaikkan harga BBM bersubsidi nampaknya
merupakan strategi pemerintah untuk menciptakan
ruang fiskal terlebih dahulu agar bisa menyusun ren­
cana anggaran pembangunan.
Dari kenaikan harga BBM, pemerintah diperkirakan
memiliki dana sekitar Rp200 trilyun. Setelah diketa­
hui kondisi riil keuangan pascapenaikan harga BBM,
pemerintah baru menurunkan harga BBM bersubsidi
selama dua kali. Kendatipun, ada risiko politik yang
harus ditanggung oleh pemerintah Jokowi-JK atas ke­
bijakan menaikkan dan menurunkan harga BBM ini.
Risikonya adalah pemerintahan Jokowi dinilai sebagian
pihak tidak konsisten.
Menko Perokonomian akan terus mengevaluasi harga
BBM setiap 2 minggu sekali. Bahkan harga premium ke
depan dipatok tidak lebih dari Rp9.500. Pendapat anda?
20
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Betul, setelah menaikkan harga BBM bersubsidi,
pemerintah telah memiliki ruang fiskal yang cukup
luas karena memiliki kas untuk membiayai proyek
pembangu­nan. Selain itu, pemerintah memiliki gam­
baran prakiraan untuk menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja negara ke depan. Tetapi me­
mang kenaikan harga BBM tentu di satu sisi menjadi
beban masyarakat karena kenaikan harga BBM pasti
mendorong inflasi semakin tinggi.
Dampak lainnya menyebabkan daya beli masyarakat
menurun dan bisa menyumbang naiknya jumlah pen­
duduk miskin. Masalah ini tentu sudah disadari peme­
rintah. Oleh karena itu, untuk mengurangi beban ma­
syarakat kurang mampu, pemerintah menggelontorkan
dana untuk program Indonesia Sehat, Indonesia Pintar,
dan Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang dalam
pelaksanaannya menggunakan Inpres No.7/2014.
Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak
kelemahan antara lain masalah data penduduk yang
berhak menerima dana bantuan program tersebut
masih belum valid, sehingga masih banyak yang tidak
mendapatkan dana bantuan. Selain itu masalah pela­
yanan dinilai kurang memuaskan masyarakat karena
lambatnya sistem pembagian dana bantuan, bahkan
kerap menimbulkan keributan dan kerusuhan.
Pemerintah akan meninjau harga BBM 2 minggu sekali.
Itu berarti akan mengikuti harga pasar. Ke depan ma-
syarakat akan dihadapkan pada masalah fluktuasi harga BBM yang tak menentu. Tanggapan anda?
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kebi­
jakan pemerintah di bawah komanda Menteri Pereko­
nomian Sofyan Djalil yang akan meninjau harga BBM
dua minggu sekali nampak jelas beliau akan menyerah­
kan harga BBM ke pasar. Itu artinya harga BBM akan
disesuaikan dengan harga pasar dunia. Kebijakan ini
bisa bertentangan dengan putusan MK No.002/PUUI/2003 yang telah membatalkan khususnya pasal 28
ayat (2) UU Migas.
Berdasarkan putusan ini, penentuan harga BBM (dalam
negeri) tidak boleh diserahkan kepada mekanisme
harga pasar bebas. Dengan demikian, jika pemerintah
benar-benar menyerahkan harga BBM ke pasar, saya
khawatir pemerintah akan dituduh melanggar konsti­
tusi. Pemerintah harus lebih berperan dalam mengen­
dalikan harga BBM dalam negeri. Apalagi BBM meru­
pakan sumber daya alam strategis yang berpengaruh
luas terhadap kehidupan orang banyak. Maka menurut
saya pemerintahan Jokowi-JK perlu hati-hati dalam
mengambil kebijakan. Jangan terjebak oleh perangkap
liberalisme yang sengaja didorong oleh kaum kapitalis.
Menurut saya, legitimasi yang diberikan rakyat ke­
pada pemerintahan saat ini harus menjadi modal un­
tuk menegakkan kedaulatan kita sebagai bangsa yang
merdeka berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD 1945
sebagai landasan konstitusi. Menurut saya saat inilah
momentum untuk membangun kejayaan Indonesia di
tengah negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat
yang sedang dalam proses recovery akibat krisis yang
melanda negara-negara di Eropa dan Amerika.
Anda setuju BBM jenis premium dihapus?
Nah, pemerintah juga perlu hati-hati dalam merespon
rekomendasi dari Tim Reformasi Tata Kelola Minyak
dan Gas tentang penghapusan BBM premium. Kebi­
jakan ini bisa berakibat fatal apabila dilaksanakan seka­
rang. Masalahnya, Pertamina belum cukup memiliki
kilang yang dapat memproduksi BBM jenis Pertamax
dengan standar RON 92. Maka bila kebijakan itu dite­
rapkan masalah yang fundamental adalah masalah ke­
tersediaan BBM.
Ujungnya paling-paling impor lagi yang akan mem­
bebani keuangan negara. Selain itu, yang perlu diper­
timbangkan adalah masalah harga BBM jenis Perta­
max lebih malah. Maka bila tidak disubsidi tentu akan
membebani masyarakat lagi. Kalaupun menurut tim
Reformasi Tata Kelola Migas pemerintah akan tetap
mensubsidi, pertanyaannya adalah seberapa besar nilai
subsidinya. Sementara, di satu sisi pemerintah cende­
rung akan menyerahkan harga BBM ke pasar. Bukankah
ini suatu paradoks? (mh) foto: naefurodji/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
21
SUMBANG SARAN
Subsidi BBM &
Ketahanan Energi
Marwan Batubara*
S
ejak dilantik 20 Oktober 2014 Presiden Jokowi
telah menetapkan kebijakan yang signifikan pada
sektor energi, khususnya terkait subsidi BBM.
Belum sampai sebulan memerintah, pada 16 November
2014 Jokowi menaikkan harga BBM sekitar 30%, yakni
premium dari Rp 6500 menjadi Rp 8500 dan solar dari
Rp 5500 menjadi Rp 7500 per liter. Namun, pada 1 Janu­
ari 2015 harga premium diturunkan kembali menjadi Rp
7600 dan solar menjadi Rp 7250 per liter. Terakhir, pada
16 Januari 2015 harga premium turun lagi menjadi Rp
6600 dan solar menjadi Rp 6400 per liter. Dalam kebi­
jakan baru harga BBM tersebut, premium sudah tidak
lagi disubsidi, sedang solar disubsidi Rp 1000 per liter.
Setelah dikecewakan saat harga naik, eforia masyara­
kat wajar muncul dengan adanya penurunan harga
BBM. Namun meski penurunan harga diapresiasi, seba­
gai kebijakan strategis yang menyangkut hajat hidup
orang banyak, kebijakan yang berubah dalam 2 bulan
terakhir patut ditanggapi dan diberi catatan. Selain itu,
ber­bagai kebijakan yang diambil pemerintah sejalan
dengan kebijakan penurunan harga perlu pula diper­
tanyakan. Tulisan ini memuat beberapa tanggapan dan
gugatan atas kebijakan pemerintah di sektor energi.
Pertama, rakyat patut menyalahkan pemerintah kare­
na telah menaikkan harga BBM pada 16 November 2014
ditengah terjadinya penurunan harga minyak global.
Bahkan karena demikian bernafsu menaikkan harga
BBM, atas alasan sempitnya ruang fiskal, sekitar 1-2
bulan sebelum dilantik, Jokowi bersama partai pendu­
kung dan tim suksesnya telah meminta Presiden SBY
untuk menaikkan harga BBM. Padahal selama 10 tahun
beroposisi, PDIP selalu konsisten menolak kenaikan
harga BBM. Tak ketinggalan sejumlah pakar tim sukses
Jokowi ikut mengecam SBY secara terbuka karena eng­
gan menaikkan harga BBM.
22
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Ternyata harga minyak dunia terus menurun dan
pemerintah pun terpaksa menurunkan kembali harga
BBM yang sebelumnya telah dinaikkan. Namun, meski­
pun harga BBM telah diturunkan kembali, penaikannya
pada 16 November 2014 telah berdampak buruk dengan
naiknya harga-harga barang dan jasa lainnya. Hargaharga tersebut tidak dapat pulih seperti sediakala,
sehingga menyebabkan terjadi­nya inflasi sekitar 8%.
Rakyat telah menjadi korban kebijakan yang tidak
pruden.
Harga yang tetap tinggi dan naik­nya inflasi merupakan
buah dari sangat bernafsunya pemerintah menaikkan
harga BBM, namun tidak diiringi dengan perhitungan,
analisis dan antisipasi yang seksama atas tren harga
minyak dunia yang sedang menurun. Padahal sejak
pertengahan 2014, cukup banyak lembaga kajian, kon­
sultan keuangan global dan analis pasar modal yang
memerediksi harga minyak dunia akan terus merosot.
Faktanya, saat harga BBM dinaikkan, harga minyak du­
nia telah turun pada level US$ 75-80 per barel, jauh di
bawah asumsi harga ICP APBN 2014 sebesar US$ 105
per barel. Sehingga, akibat kebijakan Jokowi dan tim
eknomi yang tidak pruden dan antisipatif, rakyat harus
menanggung beban kenaikan harga dan inflasi yang ti­
dak perlu.
Kedua, rakyat patut diberi kesadaran bahwa Presiden
tampaknya masih menempuh cara-cara usang berupa
pemanfaatan ketetapan penurunan harga BBM untuk
pencitraan politik. Ingin dikesankan bahwa turunnya
harga BBM merupakan prestasi yang berhasil diraih.
Padahal kenyataannya harga minyak dunia memang
sedang turun karena pasokan yang meningkat, per­
mintaan yang turun dan berbagai faktor geopolitik.
Seluruh negara di dunia saat ini memang telah me­
ngambil kebijakan penurunan harga BBM atau mena­
*Direktur Indonesia Resources Studies (IRESS)
bung penghematan subsidi untuk digunakan pada saat
harga minyak kembali naik.
Pada 16 Januari 2015, Presiden Jokowi secara khu­
sus mengumumkan kebijakanpenurunan harga BBM.
Meskipun mungkin dapat dimaklumi, namun karena
peristiwanya sudah diakui pemerintah akan dilaku­
kan secara rutin setiap 2 minggu, maka pengumuman
langsung oleh Presiden Jokowi dapat dinilai berlebihan
dan sarat pencitraan. Perubahan harga yang rutin se­
tiap 2 minggu pada produk BBM pertamax, bahkan tak
diumumkan oleh Dirut Pertamina,apalagi oleh seorang
menteri.Karena penurunan harga bukanlah prestasi
yang pantas diklaim, tetapi tren yang terjadi secara
global, maka dibanding untuk pencitraan, jauh lebih
layak jika Jokowi dan kabinetnya melakukan berbagai
aksi nyata di lapangan untuk menurunkan harga-harga
barang dan jasa yang telah terlanjur naik.
Ketiga, pemerintah perlu digugat karena telah meng­
hilangkan subsidi sama sekali atas BBM premium.
Kebijakan penghapusan subsidi dilakukan saat harga
BBM turun, sehingga masyarakat tidak menyadari
telah ditetapkannya kebijakan yang berpotensi me­
nyengsarakan. Dampaknya akan terasa jika kelak harga
minyak dunia kembali naik. Pada kisaran harga US$ 80
hingga US$ 100 per barel, harga eceran premium akan
naik pada kisaran harga Rp 9.000 hingga Rp 11.000
per liter. Penaikan harga yang tinggi ini akan sangat
membebani kehidupan masyarakat kelas menengah ke
bawah.
Disadari bahwa selama ini sekitar 70% subsidi BBM
memang tidak tepat sasaran. Namun bukan karena itu
lantas subsidi premium dihilangkan sama sekali, tanpa
memperhatikan nasib 30% anggota masyarakat yang
memang pantas disubsidi. Karena itu wajar jika rakyat
meminta agar subsidi premium, pada nilai Rp tertentu,
tetap diberlakukan. Setelah berlangsung selama peri­
ode tertentu, kitadapat saja menerima penghapusan
subsidi premium, sepanjang pola subsidi langsung yang
tepat sasaran, sistemik dan andal telah siap diimple­
mentasikan.
Keempat, pemerintah seharusnya mengalokasikan se­
cara signifikan dana penghematan subsidi BBM pada
sektor energi guna membangun sarana dan mening­
katkan produksi. Besarnya penghematan dapat menca­
pai Rp 194 triliun, karena anggaran subsidi BBM APBN
2015 akan turun dari Rp 276 menjadi Rp 81,8 triliun.
Selayaknya minimal sekitar 20% dana penghematan
tersebut digunakan untuk membangun pipa-pipa gas
dan SPBG-SPBG untuk program konversi BBM ke BBG,
membangun PLTP-PLTP, mengembangkan dan mem­
perluas penggunaan sel surya, memproduksi BBN se­
cara massal, mengeksplorasi cadangan migas baru, dsb.
Perlu dicatat bahwa penurunan harga minyak dunia
hingga lebih dari 50% tidak dapat dinikmati secara
mutlak oleh rakyat akibat pada saat yang sama ter­
depresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US$ sekitar
30% (turun dari Rp 9000 menjadi Rp 12.300 per US$).
Salah satu penyebab turunnya kurs Rp tersebut adalah
terus terjadinya defisit neraca perdagangan dan defisit
trasnsaksi berjalan yang utamanya disebabkan oleh se­
makin meningkatnya impor minyak dan BBM.
Karena terus berpengaruhnya masalah defisit ini ter­
hadap kurs Rp, maka sudah seharusnya peme­r intah
berupaya keras untuk me­ngurangi impor minyak dan
BBM. Pengurangan impor ini hanya dapat terjadi jika
penggunaan gas, terutama melalui program konversi
BBM ke BBG, konsumsi energi baru terbarukan (EBT)
seperti sel surya, panas bumi, tenaga hidro dan BBN
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
23
SUMBANG SARAN
juga meningkat. Itulah sebabnya mengapa kita menun­
tut agar pemerintah mengalokasikan anggaran sek­
tor energi secara signifikan, tidak melulu dialokasikan
pada infrastruktur dasar, jalan desa, palabuhan, kema­
ritiman, dll.
Kelima, Presiden dituntut untuk dapat mengendalikan
alokasi dana penghematan subsidi BBM secara cermat
dan sesuai dengan prioritas kebutuhannya. Karena itu
perlu disusun skala prioritas program pembangunan
yang seharusnya dikordinasikan dan dipusatkan pada
lembaga yang relevan, yakni Bappenas. Seperti dising­
gung di atas, disamping sektor pangan, infrastruktur
dasar dan maritim, sektor energi harus mendapat pri­
oritas dan anggaran yang signifikan dan harus pula di­
lakukan secara berkelanjutan.
Kerena itu, pemerintah perlu segera menyiapkan peta
jalan dan cetak
bir u pemba­
ng unan sek tor
energ i jangka
menenga h da n
pa nja ng u nt u k
menjadi rujukan
bag i berbagai
program pelak­
sanan secara
kontinu. P ro­
g r a m-prog r a m
tersebut har us
mendapat komit­
men pemerintah
beserta alokasi
anggaran se­
cara rutin setiap tahun, sehingga waktu penyelesaian,
kapasitas produksi dan kebutuhan bauran energi dapat
dicapai sesuai target. Penyelesaian road map dan blue
print energi nasional merupakan langkah yang harus
segera diambil jika ingin mencapai target bauran ener­
gi, terutama untuk EBT, sebesar 23% pada 2025 sesuai
PP No.79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Keenam, berdasarkan pengalaman masa lalu yang
telah berulang terjadi, masa turunnya harga minyak
umumnya berlangsung sekitar 6 bulan hingga 1 tahun.
Karena itu pemerintah sebaiknya mengantisipasi “pu­
lihnya” harga minyak dengan menyiapkan formula atau
besaran harga BBM yang optimal dan sistemik dengan
mempertimbangkan aspek-aspek keseimbangan fiskal,
pengaruh terhadap ekonomi dan industri, serta kebu­
tuhan untuk mengembangkan EBT.
24
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Pengalaman menunjukkan bahwa pengembagan energi
alternatif, terutama produksi BBN (biodiesel dan bio­
solar) dan sel surya, tidak dapat berkembang karena
rendahnya harga BBM. Apalagi jika produksi BBN terse­
but tidak memperoleh subsidi. Padahal dengan cada­
ngan minyak yang hanya sekitar 3,7 miliar barel di satu
sisi dan tingkat pertumbuhan konsumsi BBM nasional
sebesar 7-8% per tahun di sisi lain, maka penggunaan
energi alternatif berupa EBT merupakan keharusan.
Karena itu, setelah selesai menyiapkan dan menjalan­
kan pola subsidi langsung tepat sasaran, yang sistemik,
pemerintah perlu menetapkan harga BBM yang optimal
berdasarkan keseimbangan fiskal, ekonomi, industri
dan pengembangan EBT.
Sebagai penutup, perlu disadari bahwa permasalahan
sektor energi nasional sangat komplek dan memerlu­
kan penanganan yang komprehensif dan berkelanju­
tan serta komit­
men yang tinggi.
Menurut World
Energy Council,
k a r en a a s p ekaspek ketersedi­
aan, aksesabili­
t a s , d a y a-b e l i
dan pelestarian
lingkungan yang
rendah, secara
g l o b a l t i n g k at
ket a ha na n en­
ergi nasional kita
juga terus menu­
r un, yang saat
ini hanya berada
pada urutan ke 60. Karena itu, pemerintah dituntut
untuk tidak lagi menjadikan isu subsidi dan harga BBM
sebagai objek untuk pencitraan, tetapi justru melaku­
kan hal-hal yang produktif berupa penetapan dokumen
peta jalan dan cetak biru pengembangan sektor energi
untuk jangka menengah dan panjang. Selanjutnya do­
kumen tersebut dijalankan dalam program-program
yang berkelanjutan yang dimulai dengan alokasi angga­
ran sektor energi mencapai 20% dari dana penghemat­
an subsidi BBM pada 2015 ini.
Sejalan dengan itu, guna tetap memberi perlidungan
sosial yang berkadilan dan sistemik kepada masyarakat
yang membutuhkan, pemerintah harus menjalankan
pola subsidi langsung yang berkeadilan, tepat sasaran
dan andal, seraya menghilangkan duplikasi program
se­perti BLSM, BLT, serta kartu-kartu sosial berupa KIP,
KIS, dan KKS.
PENGAWASAN
Daerah Harus Konsisten
Dengan Tata Ruangnya
Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said mengatakan, Indonesia merupakan
negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi
tersebut antara lain adalah masalah banjir dan tanah longsor terutama di
musim penghujan.
B
erbagai bencana dan
keker inga n mer upa k a n
fenomena alam yang di­
hadapi beberapa daerah,
seperti Banjarnegara baru-baru ini,
dan kejadian seperti ini tidak akan
bisa dicegah oleh siapapun.
Menurutnya, pencegahan bencana
banjir dan longsor menjadi tang­
gungjawab Pemerintah Daerah ma­
sing-masing, seperti longsor yang
terjadi di Banjarnegara itu meru­
pakan tanggungjawab Pemerintah
setempat yang harus memberikan
sosialisasi.
Dalam menanggulangi bencana,
kata politisi Partai Golkar ini se­
benarnya jujur saja, seperti kejadian
di Banjarnegara itu sebenarnya bu­
kan masalah Pemerintahan Pusat.
Karena itu Daerah harus konsisten
dengan Tata Ruangnya. Kalau Tata
Ruangnya diperbaiki atau dibenahi,
maka akan mengurangi terjadinya
bencana.
Pencegahan banjir, kata Muhidin,
masyarakat harus disiplin dalam se­
tiap perilaku kehidupan. Masyara­
kat bersama-sama pemerintah sa­
ling bahu membahu dalam menjaga
lingkungan sehingga musibah ban­
jir akan terhindari.
Yang terpenting, Pemerintah ha­
rus sering mengingatkan dan me­
ngarahkan mereka untuk menjaga
lingkungan agar tidak sampai ter­
jadi sesuatu yang mengakibatkan
kerugian materiil apalagi sampai
menelan korban kematian.
Mengenai anggaran dia berharap
bisa dikelola transparan dalam se­
tiap kegiatan. Jangan ada lagi yang
bermain-main apalagi untuk ke­
pentingan diri sendiri. “Marilah kita
bangun bangsa ini dengan sema­
ngat yang sangat terbuka, akunta­
bel sehingga semua langkah teru­
kur dan dipertanggung-jawabkan,”
tegas dia.
Pimpinan Komisi yang membida­
ngi infrastruktur ini berkeyakinan,
bahwa kita semua sudah bertekad,
kedepan akan memperbaiki jauh
lebih bagus lagi dengan tata cara
transparansi dan keterbukaan me­
ngelola cara ini dengan baik, de­
ngan sangat professional sehingga
hal-hal yang bisa merugikan ma­
syarakat banyak akan terhindari.
DPR juga akan beker ja dengan
sedemikian rupa, menatap masa
depan akan lebih baik.
Politisi Fraksi partai Golkar me­
ngatakan, bahwa masyarakat dalam
mencari naf kah seperti penggali
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
25
PENGAWASAN
Diingatkan kembali,
semu a ha r us mer uju k
pad a Und a ng-Und a ng
yang berlaku dan harus
diberda­yakan. Aturan ha­
rus dijadikan se­bagai pe­
doman bagi kita semua,
da n t at a r ua ng ha r us
diperdakan. Kemudian
setela h diperda k an di
asistensi bentuk penge­
sahan perdanya itu, dan
kalau sudah diperdakan
harus ditaati .
pasir tidak benar karena cara me­
ngambil di lokasi yang tidak seha­
rusnya. Seperti di bawah jembatan
yang akhirnya jembatan tersebut
ambruk.
Namun karena menyangkut ma­
salah kehidupan maka tugas peme­
rintah daerah yang berkewajiban
memberi sosialisai. Jika dilakukan
terus menerus maka akan terjadi
erosi. Begitupun jika masyarakat
yang asal menebang pohon di hu­
tan dan tidak memperhatikan ba­
hayanya longsor, maka disiplin di
lapangan yang harus diterapkan.
Antisipasi Jatuhnya Korban
Sementara itu, anggota Komisi VIII
DPR Endang Srikarti Handayani
mengatakan dalam penanganan
penanggulangan bencana harus
mengacu kepada pokok persoalan
yaitu mengantisipasi jatuhnya kor­
ban. Mestinya Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
mengantisipasi setelah terjadinya
bencana yang harus lebih fokus bu­
kan pada saat terjadi bencana.
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Untuk itu, Endang Srikarti memin­
ta kepada BNPB agar bekerja yang
lebih baik dan kongkrit serta harus
ada target kapan akan dimulai dan
kapan dapat terselesaikan. Karena
jika anggaran tidak bisa diimple­
mentasikan dan tidak mencapat
target, anggaran tersebut pastinya
akan dikembalikan ke Pemerintah.
Sebetulnya yang dituntut masyara­
kat cukup sederhana tidak berlebi­
han, yang penting mereka merasa
nyaman dan aman. Iapun mengkri­
tisi, masyarakat selama ini selalu
dituntut untuk taat aturan dan taat
pada hukum, akan tetapi petugas­
nya sendiri tidak taat aturan dan
tidak taat dengan hukum.
Banyak aturan yang dilanggar,
seperti lokasi bukan merupakan
tempat hunian akan tetapi mere­
ka tinggal di lokasi itu, kemudian
masyarakat menuding pemerintah.
DPR juga terkena imbasnya padahal
kewenangan untuk melarang ada
di daerah karena sudah masuk era
otonomi daerah.
26
Contohnya, insfrastruktur jalan
maupun yang lain, seharusnya di­
kerjakan secara serius dan secara
menyeluruh bukan dikerjakan se­
perti main-main. Akibatnya ham­
pir semua jalan yang rusak akibat
terkena bencana sekarang menjadi
seperti kubangan kerbau yang bisa
mengakibatkan membawa korban
manusia.
Endang Srikarti mengemukakan,
selama ini masyarakat sudah cukup
sabar dan selalu mematuhi aturan
yang diterapkan pemerintah, na­
mun mereka merasa diabaikan dan
tidak mendapat perhatian secara
penuh.
Pohon di hutan tidak boleh dite­
bang sembarangan, kemudian di­
jadikan tempat atau rumah tinggal
maka yang terjadi adalah potensi
longsor dan erosi. Untuk itu tata
ruang harus konsisten diterapkan.
“ Sek arang suda h era otonomi
daerah, kewenangan-kewenangan
ada di daerah, kecuali lima sektor
dan selebihnya ada di Pemerintah
Pusat,” ungkapnya.
Dalam menangani kerusakan-keru­
sakan yang diakibatkan dalam ke­
jadian bencana tersebut, ia menga­
mati hanya dilakukan tambal-sulam
saja, dan tidak dilakukan secara ke­
seluruhan sehingga perbaikannya
kurang maksimal.
Endang mengatakan, penanganan
yang lebih fokus itu adalah harus
memperhatikan dan memikirkan
tentang psikologisnya, bukan ha­nya
pada saat kejadian yang disema­
ngati tetapi setelah terjadinya ben­
canalah yang harus lebih dipikirkan
Akibatnya Undang-Undang yang
sudah dibahas dan disahkan DPR
bersama-sama dengan Pemerintah
dibongkar lagi karena dirasa ti­
dak sesuai lagi dengan kondisi dan
perkembangan di masyarakat. (Spy).
foto: iwan armanias/parle
Petani Indonesia
Siap Hadapi MEA
Petani Indonesia siap menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
dan mampu mewujudkan kemandirian dan kedaulatan atas pangan,
namun pendampingan harus diberikan kepada petani.
M
enurut anggota Komi­
si IV DPR A.A. Bagus
Adhi Mahendra Putra,
penyuluhan dan Bank
Tani perlu dimantapkan, saluran
irigasi yang maksimalpun perlu di­
wujudkan untuk mendukung terca­
pai hasil pertanian yang maksimal.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
adalah bentuk integrasi ekonomi
ASEAN dalam artian adanya sistem
perdagaangan bebas antara Nega­
ra-negara asean. Indonesia dan
sembilan negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati perjan­
jian Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pada Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) di Kuala Lumpur pada De­
sember 1997 Para Pemimpin ASE­
AN memutuskan untuk mengubah
A SE A N menjadi kawasan yang
stabil, makmur, dan sangat kom­
petitif dengan perkembangan eko­
nomi yang adil, dan mengurangi
kemiskin­an dan kesenjangan sosialekonomi (ASEAN Vision 2020).
Pada KTT Bali pada bulan Okto­
ber 2003, para pemimpin ASEAN
menyatakan bahwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan men­
jadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada tahun 2020, ASEAN
Security Community dan Komuni­
tas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar
yang tidak terpisahkan dari Komu­
nitas ASEAN. Semua pihak diharap­
kan untuk bekerja secara yang kuat
dalam membang un Komunit as
ASEAN pada tahun 2020.
Selanjutnya, Pertemuan Menteri
Ekonomi ASEAN yang diselengga­
rakan pada bulan Agustus 2006 di
Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat
untuk memajukan Masyarakat Eko­
nomi ASEAN (MEA) dengan target
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
27
PENGAWASAN
ni untuk tetap melakukan pertani­
annya ? Nah, Inilah yang harus kita
lakukan. Kata Bagus Adhi, ini meru­
pakan suatu tantangan yang kita
harus selesaikan.
Satu sisi banyak yang berani, meli­
hat pertanian itu sangat menjanji­
kan. Satu sisi lagi adalah dengan ke­
majuan bangsa ini terbuka lapangan
pekerjaan yang lebih banyak. Jadi
dengan adanya pandangan-pan­
dangan lain yang lebih menjanjikan,
atau beberapa hal yang sekiranya
menjanjikan, ini menjadi perhatian
atau niat masyarakat untuk tidak
bertani .
yang jelas dan jadwal untuk pelak­
sanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan
Januari 2007, para Pemimpin mene­
gaskan komitmen mereka yang kuat
untuk mempercepat pembentukan
Komunitas ASEAN pada tahun 2015
yang diusulkan di ASEAN Visi 2020
dan ASEAN Concord II, dan menan­
datangani Deklarasi Cebu tentang
Percepatan Pembentukan Komuni­
tas ASEAN pada tahun 2015. Secara
khusus, para pemimpin sepakat
untuk mempercepat pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah
ASEAN menjadi daerah dengan
perdagangan bebas barang, jasa, in­
vestasi, tenaga kerja terampil, dan
aliran modal yang lebih bebas.
satu, Pendampingan yang diberi­
kan kepada Petani. Kalau sumber
daya petani Indonesia bisa kita an­
dalkan, bangsa lain pada takut me­
lihat Indonesia itu maju, dan tinggal
sekarang kelemahannya kita itu,”
katanya.
Politisi dari Fraksi Golkar ini me­
nuturkan, yang harus dilakukan
adalah peningkatan pendampi­
ngan terhadap program-program
itu. Prog ram yang dikeluarkan
oleh Pemerintah itu sudah semua
membentuk dari apa yang kita mau
capai, yaitu Kemandirian dan Ke­
daulatan atas Pangan. Pemerintah sekarang konsen pada
tiga hal padi, jagung, dan kedelai,
menurut penangkapan Anggota
Dewan dari Komisi IV DPR RI A.A.
Bagus Adhi Mahendra Putra, tiga
hal ini fokus dan kesiapan kita (In­
donesia) menghadapi MEA.
Jadi kalau kita ada pendampingan
yang begitu kuat, semua program
itu akan mengacu kepada tujuan dan
sasaran yang kita mau capai. “Ka­
lau menurut Saya petani kita siap,
dan kita harus lebih memantapkan
langkah itu dengan pendampingan
yang lebih memantapkan langkah
itu dengan pendampingan yang
lebih dekat pada masyarakat,” pa­
parnya.
“Ini adalah tergantung kepada ke­
bijakan. Kelemahan Kita cuman
Lantas, apakah sektor Pertanian
masih menjadi daya tarik oleh peta­
28
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Hal lain juga menjadi faktor, karena
Alih Fungsi Lahan. Alih fungsi lahan
ini ternyata banyak sekali merusak
saluran irigasi pertanian. Saluran
irigasi sudah tidak benar bagaimana
kita mencapai hasil pertanian yang
maksimal.
“Jadi pertanian menurut saya ma­
syarakat sangat diberikan suatu
kepastian akan kesejahteraannya,”
tegasnya.
Dirinya memberikan contoh kecil
saja, Alm.Bob Sadino, yang melaku­
kan pertanian dari hulu sampai
hilir. Dia tidak hanya menjual beras,
tapi melakukan bagaimana caranya
memproduksi padi, gimana caranya
memelihara sawah dan ladang per­
tanian.
Pendampingan ini yang harus kita
lakukan. Bagaimana kit a men­
jual beras, dan memproduksi padi
yang baik. Kita pelajari dahulu, kita
berikan tehnologi, bagaimana kita
memproduksi beras yang baik, dan
membuat hasil pangan lainnya yang
baik.
Inilah yang Bagus Adhi maksud
pendampingan itu. Kalau ini bisa
dilaksanakan. Bangsa lain bisa men­
jual buahnya ke Indonesia, kenapa
tidak warga kita menjual buahnya
ke Luar Negeri. Kalau teknologi
pangan bisa kita berikan pendam­
pingan kepada masyarakat. Hal ini
tidak sulit untuk dicapai.
“Potensi Alam Indonesia yang san­
gat mendukung, tinggal sekarang
masyarakat kita diberikan teknolo­
gi diberikan pendampingan yang
diberikan secara intensif,” jelasnya.
pertanian akan semakin mening­
kat menjelang pemberlakuan pasar
bebas Asean pada akhir 2015 men­
datang. Anggota dari Komisi IV ini
memperkirakan Petani Indonesia
akan sulit sekali menghadapinya,
karena itu diharapkan perhatian
Pemerintah kepada sektor perta­
nian dari hulu sampai hilirnya.
produksi beras nasional surplus
10 juta ton saja Pemerintah masih
sulit mewujudkannya. Politisi asal
Su­bang ini mengungkapkan masih
banyak irigasi yang kurang men­
dukung dan rusak. Akhir-akhir ini,
yang dilihatnya saat reses, pupuk
subsidi masih susah didapat. Con­
tohnya pupuk phonska, SP6, ZA di
daerah pemilihannya Subang sulit
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi
ASEAN akhir 2015 membuat setiap
negara wajib menghilangkan batas
dan rintangan perdagangan, in­
vestasi serta membuka ekspor im­
por seluas-luasnya. “Petani Indo­
nesia akan sulit menghadapi MEA,
sebab masalahnya petani keter­
gantungan terhadap pemerintah
sangat tinggi,” kata OO Sutisna.
didapat.
Pendampingan Pertanian pada ke­
nyataannya sekarang ini, menurut
Bagus Adhi, Pendampingan sangat
Lemah. Ini sangat-sangat perlu di­
tangkatkan, baik dilakukan swasta
ataupun dengan Pemerintah.
Target satu desa satu penyuluh saja
yang sampai saat ini belum terca­
pai, kalau kita betul-betul melak­
sanakan ini, ini kurang. Satu desa
yang luasnya mencangkup 1.000
KK, luas petaniannya yang besar.
Luas pertanian suatu desa bedabeda, dengan sasaran dan target
yang mau kita capai beda juga.
Ditegaskan Bagus Adhi, sekarang
Penyuluhan dan Bank Tani perlu
dimantapkan. Bank Tani ini men­
cangkup dari pemberian pupuknya,
menampung hasil panennya. Jadi
suatu kepastian hidup orang banyak
ini harus ada disetiap lini. Jadi apa
yang dihasilkan ada kepastiannya.
Kemana dia harus jual dan harg­
anya bagaimana?
“Inilah kelemahan kita sekarang,
kalau dulu masih di jaman orde
baru, Bank Tani ada. Jadi harga
standar. Kalau sekarang dengan
adanya pa­sar bebas seperti ini yang
merusak harga itu juga para oknum
petani, kepepet sedikit dia menjual
murah. itu yang kemudian harus
kita tata,” ungkap Bagus Adhi.
Sulit Hadapi
Lain halnya, OO Sutisna Anggota
dari Fraksi Partai Amanat Nasional
(F-PAN) dengan Persaingan produk
Menurut OO, untuk meningkatkan
“Saya harap perhatian pemerin­
tah kepada sektor pertanian dari
hulu sampai hilirnya. Ketika bicara
hulu maka ketersediaan pupuk, dan
benih harus tepat waktu,” tegasnya.
Selain itu, masalah harga, OO Sutis­
na melihat posisi Bulog yang belum
siap untuk bisa menerima barang
dari petani. Harga Pokok Penjualan
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
29
PENGAWASAN
(HPP) gabah sejak tahun 2012, be­
lum ada kenaikan, sementara harga
dipasar sudah sangat tinggi.
Di satu sisi ada kepentingan ma­
syarakat secara umum dan di sisi
lain ada kepentingan pemerintah.
“Saya mengkhawatirka ketika harga
HPP tidak ada kenaikan dari Peme­
rintah. Ini memberikan peluang un­
tuk orang tertentu bisa memasuk­
kan impor.Bagaimana Pemerintah
bisa siap jika Bulog harganya sangat
dibawah ?,” tanya dia. Selanjutnya, infrastruktur pertani­
an di lapangan banyak irigasi yang
rusak. Karenanya dia mengharap­
kan ada kejujuran dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) terkait penga­
wasannya.
“Jad i ji k a p emer i nt a h i ng i n
mencetak lahan pertanian 1 juta
ton pertahun, saya kira janganlah
mimpi dulu. Saya bukan kecil hati,
tapi alangkah baiknya memulai per­
baikan-perbaikan saluran air untuk
peningkatan IP (Indeks Pertanian),”
katanya.
Swasembada Pangan
Komisi IV telah mengadakan pem­
30
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
bicaraan dengan Menteri Perta­
nian terhadap penguatan menuju
swasembada pangan. DPR RI men­
ginginkan mengawal Pemerintah
usulan penguatan tersebut, terma­
suk usulan komoditi pangan lainnya
yang merupakan kearifan lokal di
setiap daerah.
peraturan dan standar yang jelas.
“Sebenarnya tiga komoditas utama
pangan, seperti padi, jagung dan
kedelai, kita boleh tidak menerima
tiga komoditas itu. Hasil WTO di
bali Tahun 2013, di sektor pertani­
an manakala masih lemah, kita bisa
minta perpanjangan.
APBN-P usulan 16,9 Triliun, yang
akan dipenuhi oleh Pemerintah un­
tuk kepentingan rakyat dalam pe­
“MEA ini tidak harga mati, saya
tahu dari Menteri Perdagangan
dulu waktu saya di Komisi VI, apa­
pun untuk membela produk perta­
nian kita untuk kehidupan rakyat,
karena dampaknya kalau itu kita
paksakan lakukan untuk dibuka,
petani kita akan mati, kita berhak
dan boleh menunda sampai kita
mampu. Itu hasil keputusan WTO
di bali dan ini sangat menggembi­
rakan dan kita tidak perlu khawatir
dengan itu,” ungkap Edhy, tapi disisi
lain banyak barang jadi dan barangbarang produk lanjutan dari perta­
nian masih banyak tidak hanya ba­
rang mentah.
nguatan ketahan pangan nasional.
Edhy tidak mau berspekulasi ang­
garan tersebut bisa atau tidak bisa
untuk menghadapi masa MEA yang
akan dimulai pada akhir 2015, tapi
menurutnya yang paling penting
adalah antisipasi, karena mau tidak
mau MEA itu dimulai Oktober 2015.
“Saya optimis dengan kerja sama
di semua lini dan semua pihak, itu
bisa, karena pasarnya ada di kita.
Apalagi kalau rakyat bersama kita
tidak mau beli barang mereka oto­
matis hal itu bisa kita hadapi,” kata­
nya.
Selain itu, pada sektor karantina
pangan harus diperkuat sebagai
non-tariff barrier. Karantina ja­
ngan memudahkan ijin, jadi setiap
ijin dari luar negeri harus dengan
Politisi Partai Gerindra ini menga­
jak seluruh elemen bangsa harus
kerja keras, DPR, Pemerintah, dan
seluruh bangsa Indonesia harus
bahu membahu menghadapinya.
Selanjutnya indikator pertanian
harus ditingkatkan dengan mense­
jahterakan petani, serta memberi­
kan payung hukum dan perlindu­
ngan petani yang kuat.
“Perlindungan dalam hal ini bukan
memanjakan, tapi yang petani ta­
nam dan hasilkan harus kita beli
dengan harga sesuai pasar. Bukan
malah membiarkan petani diman­
faatkan oleh spekulan-spekulan
yang hanya untung dari hasil ker­
janya,” katanya.
Kita harus berpihak kepada petani.
Komisi IV mengharapkan Peme­
rintah hadir terus ditengah-ten­
gah petani, bikin pertanian men­
jadi lebih menarik dan menjadikan
pertanian penopang kesejahteraan
rakyat. (as, nt) foto: naefurodjie/parle/hr
ANGGARAN
Siklus Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Kasus kelangkaan pupuk bersubsidi bak siklus yang terus berulang setiap tahunnya,
khususnya menjelang musim tanam. Kelangkaan ini ditandai dengan melonjaknya
harga pupuk di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
K
elangkaan pupuk subsidi
dipengar uhi oleh adanya
p eremb e s a n pupu k d a r i
pasar bersubsidi ke pasar non ber­
subsidi. Perembesan ini terjadi
terutama di daerah-daerah yang
berdekatan dengan perkebunan
besar terutama sejak ditetapkannya
kebijakan harga pupuk.
Selain itu, penyebab lain adalah
adanya peningkatan ekspor ilegal,
baik melalui produsen pupuk mau­
pun melalui penyelundup. Hal ini
terjadi seiring adanya peningkatan
margin antara harga pupuk di pasar
dunia dengan harga pupuk di pas­
ar domestik. Fenome­n a langkanya
pupuk bersubsidi ini merupakan
indikator masih lemahnya penera­
pan sistem pengawasan pupuk oleh
pemerintah.
Imbas langkanya pupuk ini, sa­
ngat dirasakan oleh petani. Pasal­
nya, pupuk bersubsidi ini memang
diperuntukkan bagi petani yang
mengusahakan lahan garapan pa­
ling luas 2 hektar dan petambak
dengan luasan maksimal 1 hektar
setiap musim tanam per keluarga.
Dengan demikian, pupuk bersubsidi
memang tidak diperuntukkan bagi
perusahaan.
Pupuk bersubsidi terdiri atas dua
kategori, yaitu pupuk an-organik
dan pupuk organik. Pupuk organik
meliputi pupuk urea, pupuk SP 36,
pupuk ZA, dan pupuk NPK. Semen­
tara itu, berdasarkan Permentan
Nomor 130/Permentan/11/2014,
pupuk organik diproduksi atau dia­
dakan oleh Pelaksana Subsidi Pu­
puk.
Selama ini, beban subsidi pupuk
dipengaruhi oleh biaya pengadaan
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
31
anggaran
tan petani, dan
men i n g ­k at ny a
penyerapan
tenaga kerja. Ke­
bijakan subsidi
pupuk erat kai­
tannya dengan
kondisi ekono­
mi, politik, sos­
ial dan teknologi
serta melibatkan
berbagai aktor
yang terkait se­
laku pengambil
keputusan stra­
tegis.
pupuk bersubsidi yang merupakan
selisih antara harga eceran terting­
gi (HET) dengan harga pasar (Rp/
kg) dan cakupan volume pupuk yang
memperoleh subsidi. Khusus untuk
pupuk urea, HET dipengaruhi paso­
kan gas. Karena harga gas diperhi­
tungkan dalam dolar (US$/MMB­
TU). Selain itu, subsidi pupuk juga
dipengaruhi oleh biaya transportasi
ke daerah terpencil dan biaya pe­
ngawasan. Tentunya, besaran beban
subsidi dapat disesuaikan dengan
cara melakukan penyesuaian terha­
dap faktor-faktor tersebut.
Hingga saat ini, efektivitas dan
efisiensi subsidi pupuk belum terca­
pai. Kenaikan kuantitas pupuk ber­
subsidi tidak mampu menurunkan
harga pupuk yang tetap tinggi.
Berbagai kebijakan mengenai sub­
sidi ini telah digalakkan dari 1970.
Namun hingga kini belum mampu
mengatasi masalah kelangkaan pu­
puk. Di sisi lain, petani masih eng­
gan untuk menggunakan pupuk
organik, karena belum terbukti ke­
berhasilannya. Padahal, Pemerintah
juga telah memberikan subsidi pu­
puk organik sejak tahun 2008.
Prioritas kebijakan subsidi pupuk
adalah terjaminnya ketersediaan
pupuk, yang selanjutnya akan ber­
dampak pada peningkatan produksi
pangan, peningkatan pendapa­
32
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Dalam hal ini,
Kementerian Pertanian menjadi
aktor yang dipentingkan, karena
secara teknis bertanggung jawab
dalam perencanaan kebutuhan
pupuk, sehingga produksi pangan
dapat menjamin ketahanan pangan
nasio­nal. BUMN. Selain itu, Kemen­
tan juga bertanggung jawab atas
ketersediaan pupuk. Sementara itu,
DPR memegang peran sangat stra­
tegis, khususnya dalam perumusan
kebijakan pupuk nasional dan pene­
tapan anggaran subsidi yang diaju­
kan oleh peme­rintah .
Mekanisme Penyaluran Dan Pengawasan Subsidi Pupuk
Proses penyaluran pupuk bersub­
sidi diawali dengan usulan dari ke­
lompok tani. Kelompok tani mem­
buat usulan kebutuhan pupuk para
petani anggotanya yang dituangkan
dalam RDKK (Rencana Kebutuhan
Definitif Kelompok). RDKK tersebut
dikirimkan kepada Penyalur (Kios)
atau Gapoktan yang bertindak se­
bagai pengecer resmi (Lini-IV), dan
selanjutnya rekapitulasi usulan ke­
butuhan pupuk tersebut dikirimkan
kepada Distributor (Lini-III).
Rekapitulasi kebutuhan pupuk yang
telah disusun oleh distributor ke­
mudian dikirimkan kepada Dinas
Pertanian Kabupaten atau Kota,
dan selanjutnya secara berjenjang
diserahkan kepada Dinas Pertanian
Provinsi dan Kementerian Pertani­
an. Alokasi pupuk bersubsidi secara
nasional tersebut dirinci menurut
provinsi, jenis, jumlah, sub sektor,
dan sebaran bulanan. Selanjutnya,
dirinci menurut kabupaten atau
kota dan kecamatan.
Pupuk diproduksi oleh perusahaan
di Lini-I, yaitu lokasi gudang pu­
puk di wilayah pabrik dari masingmasing produsen atau di wilayah
pelabuhan tujuan untuk pupuk im­
por. Dari Lini-I, pupuk dikirim ke
lokasi gudang produsen di wilayah
ibukota provinsi dan atau Unit Pe­
ngantongan Pupuk (UPP) atau di
luar pelabuhan (Lini-II).
Setelah pupuk dikemas di kan­
tong, kemudian dikirim ke lokasi
gudang produsen atau distributor
di wilayah Kabupaten atau Kota
yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
Produsen (Lini-III). Distributor di­
tunjuk oleh produsen pupuk untuk
melakukan pembelian, penyimpan­
an, penyaluran, dan penjualan pu­
puk bersubsidi dalam partai besar
di wilayah tanggungjawabnya.
Tingginya harga pupuk bersubsidi
pun tak luput dari pantauan Badan
Pemeriksa Keuangan. Temuan BPK
menunjukkan Harga Pokok Pen­
jualan (HPP) yang digunakan un­
tuk perencanaan perhitungan dan
pembayaran sementara subsidi pu­
puk tidak menggunakan HPP yang
mendekati riil. Penentuan HPP han­
ya berdasarkan besaran HPP dua
tahun sebelumnya dan tidak mem­
pertimbangkan estimasi kenaikan
harga-harga komponen HPP pada
tahun berjalan.
dibayar Pemerintah.
Nilai biaya bunga menjadi salah satu
komponen biaya produksi dalam
HPP yang akan ditagihkan kepada
Pemerintah. Jika dirunut, biaya
bunga dalam HPP pupuk bersub­
sidi sejak 2011 sampai 2013 sesuai
de­n gan hasil audit BPK masingmasing sebesar Rp 415,47 milyar, Rp
889,32 milyar, dan Rp 708,62 milyar.
Kemudian, jika penyesuaian HPP
tahun 2012 (Audited) diberlakukan
Dari distributor, pupuk kemudian
dijual kepada petani atau kelompok
tani melalui pengecer resmi yang
ditunjuk (Lini-IV). Pengecer resmi
berkedudukan di Kecamatan atau
Desa yang ditunjuk oleh Distribu­
tor dengan kegiatan pokok melaku­
kan penjualan Pupuk Bersubsidi di
wilayah tanggungjawabnya secara
langsung kepada Petani atau Ke­
lompok Tani.
Penetapan harga eceran terting­
gi (HET) diatur setiap tahun oleh
Menteri Pertanian. Harga Eceran
Tertinggi adalah harga Pupuk Ber­
subsidi yang dibeli oleh petani atau
kelompok tani di Penyalur Lini IV.
Karena pupuk bersubsidi meru­
pakan komoditas yang berada di
dalam pengawasan, maka Pemer­
intah telah menyiapkan berbagai
mekanisme pengawasan untuk
menekan penyimpangan, baik dari
sisi penganggaran maupun pelaksa­
naan di lapangan.
HPP Pupuk Tidak Mendekati Riil
Efek dari kekurangakuratan penen­
tuan HPP, menimbulkan kurang
bayar subsidi pupuk. Tahun 2012
terjadi kurang bayar subsidi pu­
puk sebesar Rp 6,6 triliun. Kejadian
terulang lagi di tahun 2013, dimana
terjadi kurang bayar sebesar Rp 7,3
triliun. Akibat dari kurang bayar ini
dapat mengganggu likuiditas pro­
dusen pupuk, sehingga untuk men­
danainya, produsen pupuk memin­
jam biaya operasional kepada bank.
Pinjaman tersebut menimbulkan
beban bunga yang pada akhirnya
akan menambah subsidi yang harus
dari Juli sd Desember 2013, maka
berdasarkan perhitungan volume
yang tersedia hanya mencapai 8,01
juta ton. Hal ini menjadi pertimba­
ngan mengingat target penilaian
kinerja Kementerian Per tanian
untuk penyaluran pupuk bersub­
sidi oleh Unit Kerja Presiden Bi­
dang Pengawasan dan Pengenda­
lian Pembangunan (UKP4) telah
ditetapkan sebanyak 8,3 juta ton.
Dengan volume sebanyak 8,01 juta
ton, diperkirakan hanya akan men­
cukupi kebutuhan pupuk sampai
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
33
anggaran
dan Makanan (POM) dan Pemerin­
tah Daerah juga turut mendukung
keberhasilan penyaluran dan pe­
ngawasan subsidi pupuk.
November 2013. Jika penyesuaian
HPP tahun 2012 (Audited) diber­
lakukan dari Juli sampai September
2013, maka berdasarkan perhitu­
ngan volume yang tersedia hanya
mencapai 8,61 juta ton.
Kenaikan HPP Berimbas Menyusutnya Volume Pupuk Bersubsidi
Selama ini, subsidi pupuk diberi­
kan kepada produsen pupuk, bukan
langsung kepada petani. Ironis­
nya, subsidi pupuk yang diberikan
pemerint ah cender ung kurang
daripada yang dibutuhkan. Namun,
hal ini dapat dipahami karena ke­
terbatasan anggaran yang dimiliki
pemerintah. Permasalahan yang
sering terjadi yaitu kenaikan HPP
akibat kenaikan gas, inflasi, kurs
dan lain-lain yang berdampak me­
nyusutnya volume pupuk bersub­
sidi, sehingga akhirnya problema
kelangkaan pupuk terus berulang
tiap tahun.
Permasalahan pupuk bersubsidi
hampir terjadi disetiap lini. Pada
tahap pengajuan RDKK, permasala­
han itu meliputi terjadinya markup luas lahan garapan, lahan ganda
dan fiktif, serta kurang memadai­
nya pendataan luas garapan dan ke­
butuhan pupuk anggotanya. Selain
itu, tidak adanya sanksi hukum atas
ketidakakuratan data RDKK dan
keterlambatan penyerahan RDKK.
Sehingga pengajuan kebutuhan pu­
puknya juga terlambat, yang me­
ngakibatkan lambatnya pupuk ber­
subsidi diterima oleh petani.
Selain itu, ketentuan tentang pe­
nerima subsidi pupuk dengan luas
34
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
maksimum 2 hektar per Kepala
Keluarga sangat sulit dilaksanakan
di lapangan karena semua petani
membutuhkan pupuk, termasuk
petani perkebunan dan petani yang
memiliki luas lahan diatas 2 hek­
tar. Ketika petani sulit menemukan
pupuk non subsidi, petani tersebut
akhirnya memakai pupuk subsidi.
Bagi pengecer pupuk, pengenaan
harga pupuk diatas HET karena
kurangnya fee, walaupun petani
menerima pupuk di pintu pengecer
dan membayar secara tunai. Se­
mentara, bagi distributor, penya­
luran pupuk belum memadai secara
tepat jumlah, lokasi dan waktu,
karena kurangnya fasilitas gudang
dan alat angkut, dan ada juga yang
tidak sesuai dengan Delivery Order
(DO). Sedangkan bagi BUMN pro­
dusen pupuk, penyaluran pupuk
belum memadai secara tepat jum­
lah, lokasi dan waktu karena ma­
salah distribusi. Permasalahan pe­
nyaluran pupuk lainnya mencakup
adanya penggantian karung pupuk
bersubsidi dengan karung pupuk
non subsidi, dan perembesan pupuk
bersubsidi antar wilayah, serta pe­
nyelundupan pupuk ke negara lain.
Berbagai permasalahan tersebut
dapat diatasi jika Komisi Pengawas
Pupuk dan Pestisida (KP3), sebagai
pengawas penyaluran subsidi pupuk
menjalankan fungsinya secara lebih
optimal. KP3 dalam fungsi kerja­
nya di bawah kooordinasi Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian,
yaitu Kementerian Pertanian, Ke­
menterian Keuangan, Kementerian
Perdagangan, Kementerian BUMN.
Selain itu, Badan Pengawasan Obat
Upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah yaitu memadukan ke­
bijakan subsidi gas dan pengenaan
pajak pupuk ekspor sehingga har­
ga pupuk bagi petani lebih murah.
DPR dapat mengambil kebijakan
yang mendorong pemerintah un­
tuk menjamin ketersediaan gas bagi
produsen pupuk. Sementara, bagi
produsen pupuk dapat memisahkan
biaya operasional yang jelas antara
pupuk subsidi dan pupuk non sub­
sidi termasuk pupuk ekspor. Saat
ini, PT Pupuk Indonesia, sebagai
induk dari beberapa produsen pu­
puk telah membeli pabrik amoniak
Jepang sehingga seharusnya biaya
produksi pupuk pun bisa dimini­
malisir.
Petani dapat memakai pupuk de­
ngan takaran yang tepat sesuai
rekomendasi dan membuat pupuk
organik, dimana pupuk organik
dapat membuat tanah lebih subur di
jangka panjang. Dengan demikian,
petani tidak lagi bergantung pada
pasokan gas, amoniak atau bahanbahan lain yang relatif fluktuatif.
Subsidi pupuk secara bertahap
dapat dikurangi atau dihapuskan,
untuk meng urangi ketergantu­
ngan petani terhadap pemerintah.
Sehingga anggaran subsidi pupuk
dapat dialokasikan ke infrastruk­
tur pertanian, seperti irigasi yang
membutuhkan anggaran yang cu­
kup besar.
Ditulis oleh: Marihot Nasution, Jesly Panjaitan, Hafidz Huzaifah, Kiki Zakiah (Tim
Analis APBN dan BPK, Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, Sekretariat
Jenderal DPR RI)
Disunting oleh: sf (Parlementaria)
LEGISLASI
Akhirnya Perppu
Pilkada Jadi UU
Setelah melalui pro kontra dan menjadi isu yang berlangsung cukup lama, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Perppu Pilkada) dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Perppu Pemda) akhirnya disahkan dan disetujui menjadi Undang-Undang.
R
apat Paripurna Dewan Per­
wakilan Rakyat (DPR), Selasa
(20/1/2015) akhirnya menge­
sahkan Perppu Pilkada dan Perppu
Pemda menjadi Undang-Undang.
Namun sebagaimana menjadi kes­
epakatan Komisi II DPR yang mem­
bahas Perppu tersebut, UU ini akan
segera direvisi karena dinilai ba­
nyak kekurangan.
Dengan disetujuinya Perppu Pilka­
da ini, berarti rakyat kembali bisa
memilih Gubernur-Wakil Gubernur,
Wali Kota-Wakil Wali Kota, BupatiWakil Bupati secara langsung. Bu­
tuh jalan berliku hingga akhirnya
rakyat kembali memiliki hak untuk
memilih kepala daerahnya.
Ketua Komisi II DPR Rambe Kama­
rul Zaman berharap dan meminta
pemerintah untuk sesegera mung­
kin mengundangkan kedua Perppu
tersebut, agar proses revisi dapat
lebih cepat dilakukan.
Dalam laporannya dihadapan Pari­
purna DPR, Rambe menjelaskan
bahwa masih terdapat permasala­
han dalam Perppu Nomor 1 Tahun
2014 dan Perppu Nomor 2 Tahun
2014, sehingga memerlukan perbai­
kan sesegera mungkin dan dengan
usul inisiatif DPR RI Komisi II, me­
ngajukan RUU perbaikan nantinya,
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
35
LEGISLASI
Sebelum disahkan di Paripurna
Dewan, sehari sebelumnya, dalam
R apat Ker ja Komisi II denga n
Mendagri dan Mekumham, seluruh
fraksi di Komisi II DPR menyetujui
Perppu Pilkada dan Perppu Pemda.
Da lam pandangan mini Fra ksi
Gerindra yang disampaikan oleh
juru bicaranya Endro Hermono
menyatakan Fraksi Partai Gerin­
dra setuju Perppu tersebut un­
tuk disahkan menjadi UU, namun
karena masih memiliki kekurangan
maka perlu direvisi dengan mengu­
sulkan UU Pilkada dan UU Pemda
yang baru setelah Perppu tersebut
di Undangkan, dan diharapkan se­
lesai pada masa persidangan II ini.
dan untuk dapat disahkan pada
masa sidang sekarang ini.
timbangan untuk penyempurnaan
ke depan.
“Hal ini guna pemenuhan kebutu­
han landasan yuridis yang kom­
prehensif dan lebih baik dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah terutama tahun 2015 yang
sudah memasuki tahapan persia­
pan,” kata Rambe.
“Mengenai perubahan-perubahan
atas materi dalam muatan Perppu
Nomor 1 Tahun 2014 yang telah
disetujui dan ditetapkan menjadi
UU, salah satunya mengenai taha­
pan pelaksanaan, penyelesaian
sengketa, dampak Pilkada seren­
tak, pemerintah berpendapat, hal
ini perlu dibicarakan lebih lanjut,
karena terbatasnya waktu persi­
dangan ini, sehingga secara intensif
pemerintah membuka diri bersama
dengan DPR, sehingga akan secara
cepat menyelesaikan perubahan
UU ini,” kata Tjahjo.
Oleh karena itu, setelah pengesah­
an Perppu ini akan segera diajukan
RUU tentang Perubahan atas UU
tentang Penetapan Perppu menjadi
UU melalui mekanisme yang ber­
laku dan sesuai peraturan perun­
dang-undangan. “Dengan demikian
akan dihasilkan produk hukum
yang lebih baik,” ujarnya.
Pemer int ah diwakili Mendag r i
Tjahjo Kumolo dalam Rapat Pari­
purna Dewan, menjelaskan pemer­
intah pada dasarnya memahami
bahwa semua fraksi-fraksi DPR dan
Komite I DPD memiliki komitmen
yang sama dengan pemerintah un­
tuk memberikan persetujuan atas
RUU tentang Penetapan Perppu
tersebut untuk ditetapkan menjadi
UU, dan tentunya pemerintah men­
catat beberapa usul dan saran per­
36
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Perubahan terbatas ini, lanjut Tjah­
jo, saya yakin pemerintah men­
ganggap tidak akan mengganggu
proses tahapan-tahapan Pilkada
yang ditetapkan oleh penyeleng­
gara pemilihan umum Gubernur,
Bupati dan Walikota.
“Hal ini mengingat, bahwa pada
tahun 2015, terdapat 204 daerah
otonom yang akan melakukan pe­
milihan Gubernur, Bupati dan Wa­
likota,” terangnya.
Fraksi Partai Gerindra menurut
Endro akan konsisten menyele­
saikan Perppu sebagai upaya per­
baikan demokrasi kedepan dan
pentingnya Pilkada berkualitas ser­
ta mampu menghadirkan para ke­
pala dan wakil kepala daerah yang
baik yang mampu mewujudkan ke­
sejahteraan masyarakat.
Hal senada disampaikan Komaru­
din Watubun menjelaskan Fraksi
PDI Perjuangan merasa berkewa­
jiban menyetujui agar RUU tentang
Penetapan Perppu No.1 Tahun 2014
serta UU tentang Perppu No.2 Ta­
hun 2014 diteruskan pembahasan­
nya pada pembicaraan Tingkat
II pengambilan keputusan dalam
Rapat Paripurna DPR untuk disah­
kan menjadi UU.
Selanjutnya Komarudin menjelas­
kan, di saat yang sama dalam taha­
pan pelaksanaan Pilkada serentak
2015 memerlukan adanya payung
hukum yang lebih memberikan
kepastian hukum, maka Fraksi PDI
Perjuangan DPR sependapat, agar
penyempurnaan materi Perppu
No. 1 Tahun 2014 dilakukan melalui
pengusulan RUU baru yang akan
melakukan perubahan secara ter­
batas terhadap Perppu No. 1 tahun
2014 setelah perppu tersebut disah­
kan atau di undangkan menjadi UU.
Menurut Fraksi Partai Golkar yang
dibacakan juru bicaranya Agung
Widiantoro, menyetujui Perppu
tersebut untuk disahkan menjadi
UU, namun Fraksi Golkar dalam
pandangan mini nya memberikan
beberapa hal dalam materi Perppu
yang harus direvisi, pertama, me­
ngenai calon dan pasangan calon
Kedua, kata Agung, Pilkada seren­
tak, dimana adanya rentang wak­
tu yang cukup lama bagi seorang
pelaksana tugas (Plt) untuk men­
jalankan roda pemerintahan daerah
sampai dengan digelarnya Pilkada
serentak, “Hal ini akan menim­
bulkan masalah yang cukup besar,
dalam hal penyelenggaraan peme­
rintahan daerah, karena seorang
Plt, memiliki keterbatasan didalam
mengambil kebijakan dan keputu­
san yang bersifat strategis, hal ini
tentunya memerlukan kajian yang
cukup mendalam,”tegasnya.
yang terlalu lama antara uji publik
dan pendaftaran calon yaitu tiga
bulan, “Hal ini membuat penjadwa­
lan tahapan Pilkada semakin pan­
jang, apalagi hasil uji publik tidak
mempunyai konsekuensi apapun
kecuali hanya mengantongi su­
rat keterangan telah mengikuti uji
pu­blik dari panitia uji publik, bu­
kankah hal ini manandakan adanya
formalitas belaka,” jelas Agung.
Selain Fraksi Gerindra, PDI Per­
juangan dan Golkar, tujuh fraksi
DPR lainnya juga menyetujui Perp­
pu No.1 dan 2 disahkan menjadi UU.
Berikut merupakan skema per­
jalanan Perppu Pilkada:
Ber­awal disahkannya RUU tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wali Kota (UU Pilkada) melalui me­
kanisme voting pada Rapat Pari­
purna DPR, 26 September 2014 (dini
hari), dimana Dewan menyetujui
pilkada melalui DPRD.
Presiden Susilo Bambang Yudho­
yono yang saat itu menjabat me­
ngaku kecewa atas keputusan DPR
yang mengesahkan UU Pilkada Tak
Langsung.
Diakhir masa jabatannya sebagai
Presiden Republik Indonesia ke
enam itu, kemudian Susilo Bam­
bang Yudhoyono (SBY) pada 2 Okto­
ber 2014 akhirnya menerbitkan dua
Ketiga, penjadwalan tahapan pe­
nyelenggaraan Pilkada yang cukup
panjang, apalagi berlangsung dua
putaran, dan jika pelantikan dilaku­
kan secara serentak, maka calon
terpilih dalam satu putaran harus
menunggu selesai perhelatan Pilka­
da yang berlangsung dua putaran.
Selanjutnya, ke empat, ujar Agung,
terkait penyelesaian sengket a,
Per ppu No.1 Ta hu n 2014 me­
nyatakan penyelesaian sengketa
Pilkada adalah di Pengadilan Tinggi
yang ditunjuk oleh MA, tetapi MA
justru berpendapat sebaiknya pe­
nyelesaian sengketa Pilkada, tidak
di MA, melainkan ditangani oleh
badan khusus diluar pengadilan,
meski begitu MA siap mengadili
sengketa hasil Pilkada jika diperin­
tahkan oleh UU.
Dan kelima, mengenai uji publik,
menurut Fraksi Partai Golkar, jarak
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
37
LEGISLASI
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) tentang
Pilkada dan Pemda.
Adapun dua Perppu yang dimaksud
adalah Perppu Nomor 1 tahun 2014
tentang pemilihan Gubernur, Bu­
pati dan Wali Kota(Perppu Pilkada)
yang sekaligus mencabut UndangUndang Nomor 22 tahun 2014 ten­
tang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Wali Kota.
Lalu Perpu kedua terkait UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 ten­
tang Pemerintahan Daerah (Perppu
Pemda) yang isinya menghapus
kewenangan DPRD untuk melak­
sanakan pemilihan Kepala Daerah.
Dengan dikeluarkannya Perppu
Pilkada, maka Undang-Undang No­
mor 22 Tahun 2014 tentang Pemili­
han Gubernur, Bupati dan Wali Kota
yang disahkan DPR tidak berlaku.
Diterbitkannya Perppu tersebut,
menurut SBY adalah sebagai ben­
38
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
tuk nyata bersama rakyat Indone­
sia untuk memilih pilkada langsung.
Pilkada langsung, kata SBY, meru­
pakan buah perjuangan reformasi.
Dirinya yang terpilih menjadi presi­
den melalui pemilihan langsung ha­
rus menunjukkan sikap konsistensi
kepada rakyat yang telah memberi­
kan kepercayaan kepadanya.
Sesuai amanat UU, Perppu yang
diterbitkan oleh Presiden harus
dibahas oleh DPR. Hasil dalam pem­
bahasan, apakah Perppu tersebut
bisa terus diberlakukan atau dito­
lak. Jika nantinya Dewan menolak
Perppu diberlakukan, maka DPR
harus membuat UU pencabutan
Perppu tersebut dan memberlaku­
kan UU Nomor 22 Tahun 2014.
Dan jika DPR menerima Perppu
tersebut, maka pemerintah ha­
rus melaksanakan apa yang ada
di dalam Perppu tersebut. Sesuai
ama­nat yang ada di Perppu pemili­
han Gubernur, Bupati/Walikota
akan dilaksanakan secara serentak
dan selama lima tahun sekali.
Dewan Perwakilan Rakyat mem­
prioritaskan pembahasan Perppu
Pilkada pada masa persidangan
kedua Tahun Sidang 2014-2015 ini.
Pada masa sidang sebelumnya,
DPR belum mengesahkan Perppu
Pilkada. Padahal pemilihan kepala
daerah sesuai dengan Perppu akan
digelar serentak mulai 2015. Pe­
milihan kepala daerah serentak ini
diberlakukan bagi daerah-daerah
yang masa jabatan kepala daerah­
nya berakhir pada 2016.
Masalah tata tertib DPR dan sink­
ronisasinya terhadap alat kelengka­
pan Dewan menjadi prioritas pem­
bahasan pada masa sidang kedua
DPR, persoalan ini pulalah yang
membuat DPR gagal mengesahkan
Perppu Pilkada pada masa sidang
lalu.
Sikap DPR memprioritaskan pem­
bahasan Perppu pada masa sidang
ini, tidak lepas dari dekatnya wak­
tu pelaksanaan tahapan pemilihan
dan pengesahan aturan pemilihan
kepala daerah. Awal Februari 2015
ini, Dewan harus sudah menentu­
kan sikapnya (setuju atau menolak
Perpu Pilkada).
Sesuai dengan urutan waktu Perp­
pu Pilkada, sebagian Komisi Pemili­
han Umum Daerah (KPUD) harus
sudah membuka masa pencalonan
pada Maret 2015. Pemungutan su­
dah berlangsung 18 November atau
16 Desember 2015.
Ketua DPR RI, Setya Novanto dalam
pidatonya saat Rapat Paripurna
Pembukaan Masa Sidang II, Senin
(12/1/2015) menegaskan, bahwa
DPR akan segera melakukan pem­
bahasan terhadap Perppu Pilkada
dan Perppu Pemda.
“Pembahasan ke dua Perppu terse­
but pent ing u nt u k d i la k u k a n,
karena pada tahun 2015 kita harus
mempersiapkan penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah dengan
baik melalui aturan hukum yang
pasti,” tegas politisi dari Partai Gol­
kar ini.
Komisi II DPR yang ditugaskan
melakukan pembahasan terha­
dap Perpu Pilkada tersebut telah
mengundang pemerintah (Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Hukum
dan HAM) untuk menyampaikan
keterangannya pada Kamis malam
(15/1/2015).
Komisi II DPR R I memutuskan
segera membahas Perppu Pilkada
dan Perppu Pemda. Dalam Pe­
mandangan Umum Fraksi-fraksi
menanggapi keterangan pemer­
intah, seluruh fraksi menyatakan
siap melanjutkan pembahasan.
“Paling penting dalam rapat kerja
kali ini kita memutuskan pemba­
hasan terhadap dua Perppu, se­
hingga dapat kita selesaikan dalam
masa sidang ini. Jangan dianggap
sudah kiamat dunia ini, semua bisa
kita selesaikan demi bangsa dan
negara,” kata Ketua Komisi II Ram­
be Kamarul Zaman saat memimpin
Rapat Kerja dengan pemerintah
tersebut.
Pemerintah dalam keterangan­
nya yang disampaikan Menkum­
ham Yasonna H. Laoly menjelaskan
penetapan RUU yang mengesahkan
kedua Perppu menjadi penting se­
bagai jaminan terwujudnya prinsip
kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut kostitusi
sebagaimana diatur dalam pasal 1
ayat 2 UUD NRI 1945.
“Untuk memberikan kepastian hu­
kum dalam pelaksanaan pemilihan
kepala daerah yang berlandaskan
kedaulatan rakyat dan demokrasi,”
demikian Yasonna yang dalam rapat
didampingi Mendagri Tjahyo Ku­
molo.
Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan
Arif Wibowo menekankan penun­
tasan pembahasan Perppu diper­
lukan untuk menjawab pertanyaan
banyak pihak terkait pelaksanaan
Pilkada 2015. “FPDI Perjuangan
berharap agar usulan ini dapat re­
spon positif dari fraksi-fraksi, DPD
dan pemerintah dengan satu hara­
pan agar tahapan penyelenggaraan
Pilkada 2015 dapat segera dilak­
sanakan sesuai rencana,” ujar dia.
Sebelumnya, Komisi II DPR juga
telah mengundang beberapa pakar
untuk dimintai pendapatnya terkait
Perppu Pilkada ini. Pakar tersebut
antara lain Yusril Ihza Mahendra,
Irman Putra Sidin, Margarito Ka­
mis, dan Siti Zuhro.
Ke empat pakar itu diharapkan
dapat memberikan banyak perspe­
ktif bagi Komisi II DPR RI sebelum
mengambil putusan terkait Perppu
Pilkada, dan pandangan para pakar
diharapkan akan mengubah cara
pandang anggota Komisi II DPR. (sc)
foto: rizka, naefurodjie, andri/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
39
FOTO BERITA
40
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Siap Sebelum Sakit
Tim Kunjungan Lapangan Badan Urusan
Rumah Tangga - BURT DPR RI memantau
kesiapan kerja sama BUMN PT. Jasindo
dengan rumah sakit provider di Manado,
Sulut dalam menyelenggarakan asuransi
kesehatan bagi pejabat negara.
Foto: Ibnur
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
41
FOTO BERITA
Akrab
Kebersamaan dua putri
mantan Presiden RI
usai Rapat Konsultasi
Pimpinan DPR dan AKD
dengan Pemerintah
Foto: Iwan Armanias
42
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Konsultasi
Suasana akrab konsultasi
Pimpinan DPR RI dengan
Presiden dan Wakil Presiden
terkait APBN-P 2015
Foto: Andri
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
43
FOTO BERITA
44
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Pro dan Kontra
Sudah Menggenang
Kunjungan Spesifik
Komisi IV DPR RI ke
Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan
(PPSB), Gabion, untuk
menampung aspirasi
nelayan termasuk
pro kontra terhadap
peraturan baru Menteri
Perikanan dan Kelautan
Foto: Rizka
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
45
KIAT SEHAT
Dr. Naharus Surur, M.Kes
Setiap kita menginginkan sehat
sepanjang hidup di dunia ini, se­
hingga bisa maksimal dalam berib­
adah dan berkarya untuk sesama.
Namun tidak sedikit diantara kita
yang sepanjang umurnya bergelut
dengan penyakit. Hal ini, tidak han­
ya menyusahkan dirinya sendiri,
namun juga keluarganya. Bagian
kedua dari kiat menuju hidup sehat
adalah beraktivitas yang mampu
menimbulkan kebugaran tubuh
dan sehat yang pada akhirnya akan
mampu menunaikan ibadah dan
berkarya maksimal sepanjang ha­
yat.
Setelah kita bahas kiat sehat bagian
pertama yaitu masalah nutrisi yang
sehat, dimulai dari pemilihan je­
nis nutrisi yang benar (karbohidrat
komplek, protein yang baik, lemak
esensial, vitamin dan mineral, dan
air teroksigenasi), maka kiat yang
ke dua yang tak kalah pentingnya
adalah aktivitas yang menyehatkan
dan membugarkan tubuh kita ber­
sama.
Yang dimaksud dengan ‘bugar’
adalah kemampuan untuk melaku­
kan pekerjaan sehari-hari dengan
bertenaga dan penuh kesiagaan,
tanpa kelelahan yang tidak semes­
tinya dan dengan cukup energi,
sehingga tetap dapat menikmati
46
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
waktu luang dan menanggulangi
keadaan-keadaan mendadak yang
tidak diperkirakan. (Giam/Teh:
1992)
adalah para atlit, TNI, POLRI, dan
pekerja kasar.
Konsep kebugaran fisik itu ada dua
level yaitu kebugaran level pertama
yang berkaitan dengan kesehatan
dan kebugaran level kedua yang
terkait dengan ‘ Performance’. Ke­
bugaran level pertama terkait den­
gan kesehatan fisik yang memiliki
empat komponen kebugaran yang
harus dipenuhi; yaitu kebugaran
jantung- paru – peredaran darah,
lemak tubuh, kekuatan otot dan
kelenturan sendi.
Menurut ahli kedokteran olahraga,
pengertian aktivitas fisik dengan
olahraga itu pada hakekatnya ada
perbedaan. Aktivitas itu dibeda­
kan oleh tingkat intensitasnya yang
terbagi menjadi 3 (tiga) level yaitu
aktivitas dengan intensitas ringan,
aktivitas dengan intensitas sedang,
dan aktivitas dengan intensitas
tinggi.
Kebugaran level kedua yang terkait
dengan ‘ performance ’ adalah kri­
teria kebugaran level pertama den­
gan ditambahkan empat komponen
kebugaran dasar yaitu ketahanan
otot, tenaga otot, ketangkasan dan
kecepatan. Kebugaran yang kedua
ini menuntut adanya upaya yang
lebih dibandingkan dengan ke­
bugaran level yang pertama. Untuk
mencapai ‘performance’ (kebuga­
ran level kedua) seseorang harus
melakukan aktivitas fisik dan olah­
raga yang teratur, tersetruktur,
dengan intensitas tinggi diband­
ingkan kebugaran level pertama.
Contoh orang-orang yang menca­
pai pada level kebugaran kedua ini
MACAM – MACAM AKTIFITAS
Aktivitas dengan intensitas ringan
itu adalah aktivitas dengan upaya
yang ringan tanpa menguras tenaga
dan bersifat mudah dikerjakan sep­
erti aktivitas sehari-hari yaitu me­
nyapu, mengepel, berkebun, men­
cuci, dan bebenah rumah.
Aktivitas dengan intensitas sedang
adalah aktivitas yang dilakukan
dengan upaya yang rutin dan ber­
ulang-ulang namun bersifat sedang
yang tak menyulitkan dan mem­
bebani. Aktivitas ini seperti berlari
ringan ( jogging), jalan cepat, ber­
sepeda ringan.
Sementara aktivitas dengan inten­
sitas tinggi adalah aktivitas yang
memerlukan upaya yang khusus
yang bersifat rutin (latihan yang
inten), yang mengandalkan tenaga
dan kecepatan yang terukur dan
sistematis dan inilah yang sering
disebut dengan ‘olahraga’.
Aktifitas fisik dengan berbagai in­
tensitas tersebut pada hakekatnya
adalah gerakan tubuh yang menin­
gkatkan pengeluaran tenaga dan
energi (pembakaran kalori). Dalam
kegiatan sehari-hari setiap orang
(individu) melakukan berbagai ak­
tifitas fisik, minimalnya melakukan
aktifitas dengan intensitas ringan.
Aktifitas fisik akan meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi
(pembakaran kalori), semakin tinggi
tingkat intensitas aktifitas semakin
besar kalori yang dibakar. Apapun
aktifitas fisik anda, hal ini dapat
membakar kalori dan membuat
anda sehat. Bila ingin mendapatkan
dampak dari aktifitas fisik, teru­
tama pada intensitas sedang maka
UPAYA MENUJU BUGAR
Setiap orang menginginkan kondisi
bugar dan selalu sehat. Oleh karena
itu, setiap orang harus mengatur
kalori yang masuk dan keluar su­
paya tidak menumpuk di tubuh.
Bagi Anda yang jarang bergerak
atau berolahraga, namun asupan
kalori terus masuk melalui makan­
an, maka kelebihan kalori tersebut
akan ditumpuk dalam wujud lemak
di hati, organ-organ dalam dan
otot. Dalam jangka waktu panjang
akan menimbulkan berbagai penya­
kit yang berbahaya seperti; obese
(kegemukan), fatty liver (perlemak­
an hati), Diabetes Melitus (kencing
manis), Jantung Koroner, Kanker,
Stroke, Hipertensi, dan penyakit
degeneratif yang lain.
Andi Kurniawan, seorang dokter
spesialis olahraga dari Indonesia
Sport Medicine Centre mengung­
kapkan, “Modifikasi aktivitas fisik
merupakan cara yang efektif untuk
memperbanyak kalori yang keluar.” Ini adalah beberapa aktivitas fisik
atau olahraga yang sangat efek­
tif membakar kalori dan membuat
bugar fisik, seperti:
Berkebun
Berkebun adalah aktivitas fisik
yang bisa dilakukan di rumah dan
perlu waktu yang memadai. Menu­
rut ahli kedokteran olahraga mini­
mal 150 menit/ per-pekan, dengan
frekwensi 3x/pekan dengan @ 50
menit atau 5x/pekan dengan @
30 menit. Bila ingin mendapatkan
dampak yang lebih, seperti untuk
para atlit maka aktifitas dengan in­
tensitas berat dengan durasi wak­
tunya juga semakin lama dengan
frekuensi maksimal 5hari/pekan.
Berenang
murah. Berkebun selama satu jam
dapat membakar kalori sebanyak
330 kalori.
Olahraga ini juga sangat kecil resiko
cederanya, baik bagi individu yang
punya masalah dengan persendian.
Berenang santai dengan gaya bebas
bisa membakar 510 kalori per jam.
Bersepeda
Jogging
Bersepeda adalah olahraga ringan
yang menyenangkan dan cocok
bagi yang overweight karena beban
di lutut sangat minimal. Bersepeda
santai sejauh 10 sampai 12 mil per­
jam membakar sebanyak 256 kalori. Senam/aerobic
Melakukan senam aerobik dengan
intensitas sedang selama satu jam
dapat membakar kalori sekitar 330
kalori. Senam aerobik dengan in­
tensitas tinggi, yang terdapat ger­
akan melompat dapat membakar
kalori sebesar 480 kalori per jam.
Olahraga mudah dan murah lain­
nya adalah berlari. Berlari dengan
kecepatan 8 km/jam dapat mem­
bakar kalori 590 per jam.
Berjalan cepat
Berjalan dengan kecepatan 6 km/
jam selama satu jam dapat memba­
kar kalori sebesar 280 kalori.
Menari
Melakukan gerakan tari menye­
nangkan dan banyak manfaatnya.
Selain membuat tubuh lebih sehat,
menari juga menjadi latihan yang
baik dan efektif untuk menurunkan
bobot tubuh. Setengah jam menari
dapat membakar 100 hingga 400
kalori tergantung dari jenis tarian­
nya.
Lompat tali
Lompat tali adalah jenis aktivitas
fisik yang disukai oleh anak-anak.
Melompat tali selama 10 menit
membakar sekitar 107 kalori. Lom­
pat tali juga merupakan salah satu
olahraga yang efektif untuk mem­
bakar lemak tubuh. (*)
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
47
Rambe Kamarul Zaman
Loyalitas di Bawah
“Pohon Beringin”
Rambe Kamarul Zaman selalu tegas dalam sikap dan tindakan. Tutur katanya jelas dan sarat akan makna. Di
sela-sela kesibukannya memimpin Komisi II DPR plus sebagai pemimpin DPP (Dewan Pengurus Pusat) Partai
Golkar Bidang Legislatif dan lembaga politik Rambe meluangkan waktunya menerima Parlementaria.
48
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Masa Kecil Ingin Menjadi Pejabat
Jiwa sosial dan organisatoris Rambe
sudah tampak sejak kecil, bahkan
bisa dikatakan hal itu menurun dari
kedua orangtuanya yang seorang
kepala dewan negeri (sekarang
bernama lurah). Tak berlebihan jika
dikatakan keluarga Rambe terma­
suk orang terpandang di desanya,
Pinarik. Meski memiliki berbagai
fasilitas yang cukup memadai di
zamannya, namun tak sedikit pun
rasa sombong dan angkuh dalam
dirinya.
Hal itu terbukti, usai pulang seko­
lah di SDN, Bakaran Batu, Rantau
Parapat, tepatnya pukul satu siang
Rambe harus pergi ke sawah me­
ngantarkan makanan untuk para
petani yang mengerjakan ladang
milik kedua orang tuanya. Terik
matahari sama sekali bukan men­
jadi halangan bagi Rambe untuk
melakukan itu, semua dilakoninya
dengan hati ikhlas dan gembira.
Lucunya, setelah mengantar ma­
kanan ia mencuri-curi waktu untuk
bermain bola di ladang, kebetulan
teman sebayanya banyak yang ikut
menemani orangtuanya yang ten­
gah menggarap ladang milik orang­
tua Rambe. Ketika matahari mulai
perlahan naik ke ufuk barat, baru­
lah Rambe kembali ke rumah. Usai
membersihkan tubuhnya dari ke­
ringat dan debu-debu yang melekat
ditubuhnya, Rambe pun segera
mengambil buku dan belajar. De­
ngan diterangi lampu templok Ram­
be mulai membaca pelajaran yang
akan dipelajari esok hari.
“Malam hari saya harus belajar.
Orangtua saya sangat menekankan
pendidikan. Bahkan bisa dikatakan
di Pinarik, keluarga sayalah yang
pertama menyandang gelar sar­
jana,” kisah putra dari Longgom
Rambe dan Djaniah Ritonga.
Suatu ketika Rambe melihat war­
ga di kampung nya kedat angan
seorang tamu. Ramai-ramai warga
kampungnya memotong kambing,
menggelar tikar dan mengeluarkan
meja serta kursi dari sekolah terse­
but. “Pasti tamu ini bukan orang
sembarangan, ia pasti orang hebat
dan pejabat, buktinya penyambutan
kedatangannya sangat luar biasa,”
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
49
gumam Rambe kecil dalam hati.
Tanpa disadarinya, peristiwa terse­
but begitu terekam dan tertanam
dalam benak rambe, hingga dalam
hati kecilnya timbul keinginan un­
tuk menjadi pejabat seperti tamu
tersebut ketika kelak ia dewasa.
Memasuki Sekolah Menengah Per­
tama tepatnya di SMPN II Bakaran
Batu, Rantau Parapat tidak banyak
yang berbeda dari keseharian Ram­
be. Namun sesuai jamannya, lampu
templok yang biasa ia gunakan un­
tuk meneranginya berganti men­
jadi lampu petromax yang tingkat
penerangannya jauh lebih terang
dibanding lampu templok. Kondisi
demikian semakin memacu sema­
ngat belajar Rambe.
50
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Kedua orangtua Rambe yang me­
mang sangat konsen dengan pen­
didikan anak-anaknya, mendorong
Rambe untuk mendapatkan pendi­
dikan yang jauh lebih baik diband­
ing di kampung halamannya. Me­
masuki masa SMA ia pun kemudian
hijrah ke ibukota Sumatera Utara.
Di kota Medan ini, Rambe lang­
sung mendaftar ke SMA Negeri III
Medan, tidak tanggung-tanggung
Rambe mendapat jurusan Paspal
(Pasti dan Ilmu Alam, sekarang IPA),
sebuah jurusan yang sangat prestige kala itu.
Mahasiswa yang Aktif
Lulus SMA, Rambe ingin mencari
suasana yang baru sekaligus pendi­
dikan yang lebih baik. Ia pun memu­
tuskan untuk menyusul sang kakak
yang merantau ke Jakarta. Disinilah
awal titik balik perubahan kehidu­
pan Rambe. Sejatinya Rambe ingin
mendaftar ke Fakultas Kedokteran,
sayangnya ketika pendaftaran telah
ditutup ia belum juga mendaftar.
Alhasil, ia harus mengubur dalamdalam keinginannya untuk menjadi
seorang dokter.
Banyak jalan menuju Roma, untuk
meraih kesuksesan di tanah ran­
tau tentu tidak hanya harus men­
jadi seorang dokter, pikir Rambe
ketika itu. Setelah melalui pertim­
bangan dan diskusi yang cukup
matang dengan sang kakak, Rambe
pun akhirnya memutuskan untuk
melanjutkan pendidikan ke APP
(Akademi Pimpinan Perusahaan),
sebuah kampus atau perkuliahan
dengan ikatan dinas dari Departe­
men Perindustrian. Di APP Rambe
mengambil jurusan menejemen in­
dustri.
“Di APP saya mendapat beasiswa
karena saya dapat ranking pertama.
Seingat saya, ketika itu saya hanya
membayar uang kuliah 16 ribu plus
uang perpustakaan seribu rupiah.
Sementara teman-teman saya ha­
rus membayar uang kuliah puluhan
ribu rupiah,” kisah Rambe.
Di bangku perkuliahan tidak hanya
ilmu manajemen industri yang di­
dapat Rambe. Lebih dari itu, ia pun
mendapat kesempatan untuk aktif
berorganisasi. Ia pun sempat terpi­
lih menjadi Ketua umum mahasiswa
(Ketua Senat Mahasiswa ketika itured). Saat itu dirasakan Rambe,
banyak pelajaran hidup yang ia
dapatkan, pasalnya, jika di kampung
halaman, Pinarik keluarga Rambe
menjadi orang yang sangat disegani
plus segala fasilitas. Namun di ta­
nah rantau ia harus mandiri.
ba ilmu. Ia pun langsung mendaftar
ke Sekolah Tinggi Menejemen In­
dustri (STMI) jurusan Ilmu Meneje­
men Industri.
“Saat itu Menteri Perindustriannya
Pak Hartarto, dan tesis saya diuji
oleh dosen-dosen dari ITB yang
bekerjasama dengan Departemen
Perindustrian. Jadi bisa dibilang
saya juga lulusan ITB yaa…,”ujar
Rambe diselingi tawa.
Karir Politik
Lulus S2 otomatis karir Rambe pun
ikut meningkat. Di saat bersamaan
aktivitas organisasinya pun sema­
kin meningkat. Setelah pada ta­
hun 1978 ia menjabat sebagai Ketua
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
cabang Jakarta, Rambe terpilih
menjadi Ketua Umum DPP Gera­
kan Muda Kosgoro dengan masa
bakti 1981-1984. Disusul dengan
DPP KNPI pada tahun 1987-1990. Di
saat bersamaan Rambe pun terpilih
menjadi anggota MPR untuk perta­
ma kalinya, yakni pada tahun 19871992, disusul pada periode-periode
selanjutnya, secara berturut-turut.
Pada 2009-2014 Rambe absen men­
jadi anggota legislatif. Baru pada
periode berikutnya 2014 kemarin
ia kembali mengikuti Pemilu dan
berhasil kembali ke kursi parlemen.
Rambe pun dipercaya menduduki
jabatan Ketua Fraksi Partai Golkar
MPR RI dan Ketua Komisi II DPR RI.
Kini setelah semua jabatan di­
embannya, dan Rambe pun men­
jadi pejabat Negara yang cukup
dise­g ani, ia kembali teringat de­
ngan kisah kecilnya untuk menjadi
seorang pejabat seperti tamu yang
“Di Jakarta jangankan mobil atau
motor, sepeda saja saya tidak pu­
nya. Jadi saya kuliah dengan meng­
gunakan bus umum,” akunya.
Untungnya, Rambe termasuk ma­
hasiswa yang memiliki otak yang
cukup encer. Untuk menambah
uang saku, setiap hari Jum’at saat
tidak ada perkuliahaan ia gunakan
untuk menjadi mentor (mengajarred) adik-adik kelasnya. Uang dari
adik kelasnya itulah ia gunakan
untuk membiayai transport setiap
hari.
Lulus dari APP, Rambe pun lang­
sung menjadi PNS (Pegawai Negeri
Sipil) di Departemen Perindustrian.
Otomatis perekonomian Rambe
pun sudah meningkat. Ia tentu ti­
dak harus menjadi mentor lagi.
Meski demikian, hal itu tak meng­
halangi Rambe untuk terus menim­
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
51
Gayung bersambut, Laksmi
pun merasakan hal yang tak
jauh berbeda dari Rambe.
Tak membutuhkan waktu
lama bagi keduanya untuk
bersatu. Setahun setelah
menjalani masa pacaran,
tepatnya tahun 1986 ke­
duanya berjanji untuk me­
ngarungi kehidupan ber­
sama dalam suka dan duka.
sempat datang ke kampung hala­
mannya dan mendapat sambutan
yang begitu meriah dari warga
kampungnya.
Dalam perjalanan politik Rambe
yang cukup mengagumkan adalah
saat memasuki masa reformasi,
tatkala para politikus di bawah
naungan beringin itu “lompat” ke
partai lainnya, Rambe tetap berdiri
tegak di bawah pohon beringin. Ia
tetap menunjukan loyalitasnya se­
bagai kader Golkar sejati.
“Satu pesan ayah yang selalu saya
pegang, yakni loyalitas. Ayah saya
mengajarkan saya untuk tetap loyal
dan setia dengan Golkar, karena
loyalitas dalam berpolitik itu sangat
penting. Jadi saat masa sulit Golkar
hingga saat ini tidak ada niat saya
untuk berpaling dari Golkar, meski­
pun dalam politik hal itu diperbo­
lehkan,” ujar Pemangku gelar Sutan
Parnaungan Humala Diatas.
Ia pun teringat keinginan
lamanya unt uk menjadi
seorang dokter. Kini mesti gagal
menjadi dokter, namun ia berhasil
memperistri seorang dokter.
“Meski masih berstatus mahasiswa
S2 namun ketika itu saya sudah
bekerja, dan calon istri saya ketika
itu juga sudah akan lulus kedok­
teran gigi. Saya lihat dia juga serius,
itulah yang akhirnya membuat saya
yakin untuk menikahi dia,” kisah
Pria kelahiran 24 Oktober 1956 ini.
Dari pernikahannya tersebut, ke­
duanya dikaruniai dua putra-putri
yang sangat dicintainya, Nursyamsi
Gemawati dan (alm) Dipo Adrian­
syah. Khusus untuk putra bung­
sunya yang sudah terlebih dahulu
Keluarga Adalah Segalanya
Ada kisah lain dibalik keaktifan­
nya berorganisasi. Saat menjadi
mahasiswa, ia ditugaskan menjadi
pembicara di UGM, Yogjakarta, ia
melihat sosok wanita yang entah
kenapa dirasakannya begitu ber­
beda dari mahasiswi kebanyakan.
Adieb Grace Laksmi, nama lengkap
wanita yang belakangan diketahui
sebagai Mahasiswi Fakultas Kedok­
teran Gigi UGM.
52
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
menghadap Illahi, Rambe mengaku
sangat bangga terhadapnya. Ia me­
miliki kemampuan berpikir yang
cukup membanggakan. Lulus ITB
(Institut Teknologi Bandung) de­
ngan nilai yang cukup baik, bahkan
sempat menjadi juara umum. Ia pun
sempat bekerja di Perusahaan Mi­
nyak dan Oil Conoco.
Sayangnya, Tuhan berkehendak
lain, Dipo dipanggil menghadap Il­
lahi setelah mampu membanggakan
kedua orangtuanya. Sementara un­
tuk putri sulungnya, ia mengaku
tak kalah membanggakannya dari
sang adik. Ia lulus dari IPB (Institut
Pertanian Bogor) dengan S2 dari
Fakultas Hukum UGM (Universitas
Gajahmada) Yogjakarta.
Dalam mendidik putra-putrinya,
Rambe mengaku mengikuti jejak
kedua orang tuanya yang selalu
memberikan kebebasan kepada
anak-anaknya. Sikap demokratis itu
jualah yang ia terapkan kepada pu­
tra-putrinya, termasuk dalam me­
nentukan bidang yang diminatinya.
Rambe mengatakan bahwa sebagai
orangtua, ia hanya bisa mengawasi
dan memberikan pemahaman ke­
pada anak-anaknya, selanjutnya
sang anaklah yang menentukan
sendiri masa depannya.
Tak heran jika kemudian, putri su­
lungnya pun belum tertarik un­
tuk terjun ke panggung politik ta­
nah air mengikuti jejak sang ayah.
Untuk hal itu Rambe tidak ingin
menyesali­nya. Ia yakin bahwa apa
yang telah menjadi pilihan putrinya
itu adalah yang terbaik bagi dirinya.
“Bagi saya keluarga adalah segala­
nya. Oleh karena itulah saya mem­
bebaskan anak-anak saya untuk
memilih jalan hidupnya sendiri.
Saat mereka tidak ingin mengiku­
ti jejak ayahnya sebagai politikus
ya tidak masalah, saya yakin itu
adalah yang terbaik untuk mereka.
Orangtua hanya mengarahkan dan
mengawasi, selanjutnya terserah
mereka. Dan syukurnya putri dan
alm putra saya semuanya mampu
membanggakan orangtua dan ke­
luarga, itu merupakan kebahagiaan
yang tidak terkira,” pungkasnya
sambil beranjak menuju ruang rapat
Komisi II untuk melanjutkan agenda
rapatnya. (Ayu) foto: naefurodjie, andr/
parle/hr
KUNJUNGAN KERJA
AKHIRNYA KOMISI VI
DATANG JUGA
S
enyum lebar. Wajah Ceria.
Suasana ini mewarnai hala­
man depan Kantor Cabang
PT Pegadaian Provinsi Ma­
luku, di Ambon beberapa waktu
lalu. Para karyawan berseragam
hijau berbaris rapi menyambut ke­
datangan Tim Kunker Komisi VI
yang dipimpin Ketua Komisi VI
Achmad Hafisz Tohir. Mereka antu­
sias karena sejak Kantor Pegadaian
melayani publik di Bumi Ambon
Menise, inilah pertama kali anggota
dewan datang berkunjung.
“Tentu kita antusias karena ini per­
tama kalinya anggota DPR berkun­
jung ke sini,” kata K amil salah
seorang kar yawan. Tim Kunker
juga tidak kalah bersemangat, Wakil
Ketua Komisi VI Heri Gunawan
memberikan motivasi sepatut­
nya perusahaan BUMN yang su­
dah merintis bisnisnya sejak era
VOC Belanda mengembangkan diri
lebih agresif, sesuai profil perusa­
haan yang telah memiliki outlet
pelayanan 4661 di seluruh Indone­
sia. “Kalau melihat sekilas laporan
keuang­an Pegadaian, rasanya ini in­
gin kencang tapi masih direm-rem.
Harapan saya Pegadaian bisa lebih
agresif, perlu ada sales counter agar
lebih dekat ke publik,” ungkap dia.
Baginya dengan perputaran uang
mencapai Rp10 triliun/bulan bisa
dikatakan Pegadaian bukanlah bis­
nis kecil. Politisi Fraksi Partai Ge­
rindra ini meminta pemerintah
tetap mempertahankan perusa­
haan ini karena bukan tidak mung­
kin banyak investor yang berminat.
Kunjungan Kerja komisi yang mem­
bidangi masalah ekonomi, BUMN,
Koperasi dan UKM ke Provinsi Ma­
luku kali ini memang ditargetkan
ingin menyapa dan berdialog de­
ngan sejumlah mitra kerja terkait,
memantau kemajuan dan tanta­
ngan pembangunan di daerah yang
terkenal dengan keindahan Teluk
Ambon-nya. “Kunjungan kerja ke
Maluku ini tentu sesuai dengan tu­
gas dan fungsi dewan, mengawasi
perkembangan, geliat pembangu­
nan sekaligus menyerap aspirasi se­
hingga tantangan dan kendala baik
dari segi regulasi dan anggaran kita
bisa perbaiki,” kata Ketua Komisi VI
Achmad Hafisz Tohir.
Dalam kunker dalam Reses Masa
Sidang I tahun 2014-2015 ini Komisi
VI akan berdialog dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan,
pengusaha daerah yang tergabung
dalam K adinda dan melakukan
kunjungan lapangan ke UKM Bi­
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
53
KUNJUNGAN KERJA
naan, Tenun, Kerajinan dan Makan­
an Khas serta ke PT Pertamina dan
PT. PLN. Sementara itu bicara pada
kesempatan yang sama anggota
Komisi VI Melani Leimena Suharli
dari Fraksi Partai Demokrat ber­
harap pembangunan di Maluku ti­
dak perlu terlalu muluk, yang paling
utama adalah kreatif mengembang­
kan potensi lokal yang sudah ada.
“Maluku itu sudah punya musik,
sudah punya ikan, sagu yang tiada
duanya di Indonesia. Jadi sekarang
bagaimana kreatif mengembang­
kan potensi yang sudah ada ini, ti­
dak usah muluk-muluk, itu saja bisa
mengoptimalkan daerah,” tekan pu­
tri Pahlawan Nasional dari Maluku,
Leimena ini. Tim Kunker diantaran­
ya Nyoman Darmawan (FPDIP), Eka
Sastra (FPG), Nasim Khan (FPKB)
dan Slamet Junaedi (FPNasdem).
Kredit Rakyat Perlu Terobosan
Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN dan
Bank Maluku selaku Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) perlu meng­
ambil peran lebih ak tif dalam
54
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
menggerakkan ekonomi masyara­
kat. Diperlukan sejumlah langkah
terobosan agar program kredit
dari perbankan bisa dirasakan oleh
rakyat kelas bawah. “Perbankan di
Maluku perlu melakukan langkah
terobosan, jangan dekati dengan
pendekatan bisnis as usual. Masih
banyak masyarakat bawah yang
belum bisa mengakses kredit dari
bank, padahal potensi pertumbu­
han ekonomi dari kelompok ini cu­
kup besar,” kata Tim Kunker Komisi
VI DPR RI, Eka Sastra dalam per­
temuan dengan jajaran Pimpinan
Bank BUMN di Ambon, Maluku.
Ia menyebut kalau melihat peta pe­
nyaluran kredit di Provinsi Maluku
sebagian besar penyebaran kredit
hanya di Ambon sedangkan wilayah
lain sangat minim. Politisi Fraksi
Partai Golkar meminta perbankan
tidak takut berlebihan dalam me­
nyalurkan kredit untuk masyarakat
bawah. Best practice keberhasilan
kredit di sejumlah daerah terma­
suk fenomena Bank Grameen di
Banglades patut menjadi pelajaran
bagi manajemen perbankan di ta­
nah air. “Ada kendala struktural ini
yang harus diperbaiki, perbankan
lakukan tugasnya kita di Komisi VI
siap mendukung dengan perbaikan
regulasi,” tandasnya. Hal senada
juga disampaikan anggota Komisi
VI dari Fraksi Partai Gerindra Mu­
hammad Hekal. Ia meminta kredit
konsumtif yang mendominasi dapat
secara bertahap dikurangi. “Bank
BUMN perlu lebih kreatif, penya­
luran jangan didominasi kredit
konsumtif, kredit motor, dll. Bank
BUMN adalah lokomotif ekonomi di
daerah,” tegas dia.
Direktur Jaringan dan Layanan
BNI Adi Setianto menyebut sedang
mempersiapkan layanan kredit
khusus untuk nelayan di Provinsi
Maluku. Saat ini menurutnya se­
dang mempelajari keberhasilan
BNI Cabang Tegal yang berhasil
merancang kredit pembiayaan bagi
nelayan mulai dari
kegiatan persiapan
sampai pada pasca
melaut. Ia berharap
prog ram ini sudah
dapat diluncurkan
tahun depan. Bicara
pada kesempat an
yang sama Kepa la
Perwakilan Bank In­
donesia di Provinsi
Maluku, Wur yanto
menyebut inf lasi di
bumi Ambon Manise
turut dipicu karena
masalah kelangkaan
ikan akibat cuaca bu­
ruk dan ketergantun­
gan produk pertanian
dari daerah lain. “Itu­
lah sebabnya fokus
utama Bank Indone­
sia di Maluku adalah
bagaimana membuat
daerah ini bisa mendiri pangan. Kita
saat ini mengupayakan pemberian
program CSR kepada petani dan
nelayan di daerah ini, agar mereka
lebih berdaya,” ungkap dia.
Tim Kunjungan Kerja Komisi VI
DPR RI juga melakukan peninjauan
kondisi Pasar Mardika di Kota Am­
bon, Provinsi Maluku. Komisi yang
membidangi masalah perdagangan
ini menilai revitalisasi terhadap
pasar terbesar yang berada tidak
jauh dari Pantai Mardika ini perlu
segera dilakukan. “Pasar Mardika
ini kita nilai sudah jauh dari nya­
man, pedagang berhimpitan, becek,
perawatan kurang. Kita dukung
pasar kebanggaan Warga Ambon
ini perlu segera di-revitalisasi,” kata
anggota Tim Kunker Slamet Junae­
di. Ia meyakini Pasar Mardika sudah
masuk dalam agenda revitalisasi
1000 pasar setiap tahun di seluruh
Indonesia yang dicanangkan oleh
Presiden Joko Widodo.
Politisi Fraksi Partai Nasdem ini
menyebut dewan pasti akan men­
dukung setiap program yang prorakyat. Bicara pada kesempatan
yang sama anggota Tim Kunker dari
Fraksi PKB Siti Mukaromah memin­
ta penataan kembali Pasar Mardika
harus mengedepankan kekhasan
daerah yang kaya dengan hasil laut­
nya ini. “Potensi dan kekhasan dae­
rah perlu dijaga, jangan apa-apanya
dibikin mall. Pasar Ikan Arumbai di
sini sudah terkenal sejak lama, ka­
lau bisa dirancang lebih baik, nya­
man berbelanja ikan,” tutur dia.
Dalam kunjungan yang dipimpin
Ketua Komisi VI Achmad Hafisz To­
hir ini sejumlah aspirasi berhasil di­
himpun dari masyarakat diantaran­
ya keberadaan pedagang kaki lima
yang menyebabkan turun drastis­
nya penghasilan pedagang yang
berada di sejumlah toko. “Pedagang
yang sudah punya toko di dalam
pasar mengaku hanya beberapa kali
transaksi selama seminggu, begitu
terus bisa tutup. Ini perlu jadi per­
hatian pemerintah,” kata Hafisz.
BUMN Perlu Bangun Cold Storage
Pemerint ah patut menugaskan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk membangun fasilitas cold
storage (Gudang Pendingin) di se­
jumlah wilayah di tanah air. Kebi­
jakan ini diperlukan untuk mem­
bant u nelayan da lam menjaga
kualitas ikan hasil tanggapan mere­
ka. “Salah satu permasalahan dalam
pengembangan industri perikanan
adalah minimnya fasilitas cold sto­
rage di tanah air. BUMN sebagai
lokomotif ekonomi patut ditugas­
kan menjalankan misi ini sebagai
bagian dari pekerjaan besar bangsa
ini menjadi laut sebagai beranda
depan,” kata anggota Komisi VI DPR
Mohammad Suryo Alam usai me­
ninjau fasilitas cold storage milik PT
Harta Samudera di Ambon, Maluku.
Disamping fasilitas gudang pendi­
ngin dalam ukuran besar peme­
rintah perlu pula mengupayakan
pendingin dalam ukuran menengah
dan kecil. Menurut politisi Fraksi
Partai Golkar ini, terutama untuk
ikan di pasar induk atau tempat
pelelangan ikan. “Ruang pendingin
seukuran peti kemas atau ukuran
lain sesuai keperluan. Pengelolaan
perlu dikaji bisa dilakukan oleh
BUMN yang khusus dibentuk untuk
itu, tentu dalam tahap awal sulit ka­
lau orientasinya profit,” lanjut dia.
Sementara itu Kepala Pelabuhan
Perikanan Nusantara Ambon A A
Cholieq Syahid melaporkan kenda­
la yang sangat menggangu. “Listrik
PLN sering mati di sini, banyak pe­
rusahaan mengeluh karena meng­
ganggu proses pendinginan. Kami
harap ini jadi perhatian anggota
dewan yang berkunjung,” tutur dia.
(iky) foto: ibnur/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
55
KUNJUNGAN KERJA
KOMISI III DPR SOROTI
OVER CAPACITY LAPAS
T
im Kunjungan Kerja Komisi
III DPR RI Masa Reses Per­
sidangan I Tahun Sidang
2014-2015 melakukan kun­
jungan Kerja di Daerah Khusus Ibu­
kota (DKI) Jakarta, sekaligus meng­
gelar pertemuan dengan Kapolda
Metro Jaya, Pangdam Jaya, Kepala
Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Ka­
kanwil Kementerian Hukum dan
Ham Provinsi DKI Jakarta, dan Ke­
pala BNN Provinsi Jakarta pada pe­
kan ketiga Desember lalu.
Tim Kunker yang dipimpin lang­
sung Ketua Komisi III Aziz Syam­
suddin (F-PG), didampingi Andika
Hazrumy (F-PG), Wihadi Wiyanto
(F-Gerindra), Sareh Wiyono (FGerindra), Daeng Muhammad (FPD), Dossy Iskandar Prasetyo (F-
56
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Hanura), dan Hasrul Azwar (F-PPP).
Pada kesempatan tersebut, Komisi
III meminta perhatian berkenaan
dengan over kapasitas dari Lemba­
ga Pemasyarakatan (Lapas), diketa­
hui mencapai 265% dari total yang
seharusnya 5.981 daya tampung,
tapi daya tampungnya over kapasi­
tasnya 15.575 orang.
“Mohon hal ini menjadi perhatian
Lapas Salemba dan seluruh lapas,
perhatian Kajati, Kapolda, dan Ja­
jaran BNN, untuk bisa memperha­
tikan Hukum Acara. Komisi Bidang
Hukum meminta kepada aparat
penegak hukum, tidak mudah me­
nahan orang sehingga menyebab­
kan over kapasitas dilapas, yang
diketahui mencapai 265%, plus
Bama (bahan makanan) yang harus
ditanggung kita bersama-sama,”
katanya.
Secara prosedural kalau memang
dirasakan tidak dibutuhkan proses
penahanan, supaya tidak over kapa­
sitas. Ia mengkhawatirkan, nanti
tahun 2015 mencapai 400% de­ngan
over kapasitas, sehingga bahan
makan akan menjadi beban nega­
ra sementara tingkat keamanan
di dalam lapas menjadi beban dan
tanggung jawab polisi dan TNI.
Dalam hal persyarat an remisi,
Komisi III mendukung sepanjang
sesuai ketentuan dan peraturan
perundang-undangan, khususnya
dalam menyambut hari Natal dan
tahun baru.
“Kita jangan menahan orang yang
haknya harus diterima. Adapun
jumlahnya, Komisi III menyerahkan
kepada Kementerian Hukum dan
Ham untuk bisa melakukan hal itu
dengan sebaik-baiknya,” paparnya.
Saat mengadakan pertemuan di
Keimigrasian Bandara SoekarnoHatta, berkenaan dengan Terminal
III Bandara Soekarno-Hatta yang
akan dibangun dan rampung pada
tahun depan, Aziz meminta kepada
Forum Lalu Lintas yang ada di DKI
untuk mendiskusikan pe­ranan ke­
imigrasian di dalam bandara. Ke­
mudian peranan Polri di tingkat
keamanan, dan juga peranan BNN,
dalam rangka menjaga dan tertib­
nya alur lalu lintas baik domestik
maupun internasional.
Peradilan Tinggi Satu Atap
Ketua Komisi III DPR RI Aziz Syam­
suddin, menyampaikan ada Ide
dari beberapa fraksi di Komisi III,
tentang penyatuan empat Ketua di
lingkungan Peradilan Tinggi (Pe­
ngadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi
Agama, Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara, dan Pengadilan
Tinggi Militer) dalam satu gedung
di tingkat provinsi.
Menurutnya, hal tersebut digulir­
kan karena untuk menghemat biaya,
perawatan, dan saling bekerja sama
dalam empat lingkungan peradi­
lan ini. Jika dilihat sekarang antara
gedung Ketua-ketua Pengadilan
Tinggi itu terpisah berjauhan jarak­
nya. Mungkin perlu gagasan dan ke­
sepakatan secara politik, nya­t anya
di dalam Pemeriksaan Tingkat Pe­
ngadilan Tinggi tidak akan bersi­
dang secara fisik kembali, hanya
meme­riksa berkas-berkas perkara.
“Kami (Komisi III) mohon tanggapan
dan masukan 4 lingkungan pera­
dilan, jika ide itu berjalan secara
politik tentang penyatuan tem­
pat dalam satu gedung. Walaupun
nanti tempat bersidang dan level­
nya ada lantai-lantainya bisa kita
lakukan kajian, sehingga kita dapat
mengirit pembiayaan, karena di ta­
hun 2015 Anggaran Perubahan dari
lingkungan yudikatif Mahkamah
Agung (MA) cukup besar,” ungkap
Aziz Syamsudin (F-PG), saat Komisi
III menggelar pertemuan dengan
empat lingkungan peradilan seProvinsi DKI Jakarta, di Pengadilan
Tinggi, Jakarta.
Pemikiran Komisi III lanjut Azis,
dalam diskusinya bahwa di tingkat
MA pun sudah menjadi satu. Ting­
gal di pengadilan Negeri di Kabu­
paten dan Kota karena masih ber­
sidang secara fisik, mungkin perlu
tetap dipertahankan pemisahan
tempat gedungnya.
“Alangkah lebih efektif dan efisien
dengan penyatuan gedung itu, ke­
mudian anggarannya dapat dialih­
kan untuk kesejahteraan para ha­
kim seperti membayar renumerasi
hakim, sarana dan prasarana, dan
rumah dinas,” imbuhnya. Hasil dari
kunker ini akan ditindaklanjuti saat
rapat konsultasi dengan MA yang
akan dilakukan pada awal Masa
Persidangan II tahun 2015. (as) foto:
agung/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
57
KUNJUNGAN KERJA
Masalah Pertanahan Butuh
Perhatian Serius
P
ersoalan tanah atau agraria
merupakan masalah yang
riskan dan krusial. Bahkan,
akibat dari permasalahan
pertanahan ini menyebabkan seng­
keta lahan, hingga pertumpahan
darah. Untuk itu, dibutuhkan ber­
bagai program dan kebijakan untuk
meminimalisir masalah ini. Selain
itu, juga dibutuhkan sumber daya
manusia yang mumpuni, bukan
hanya dari segi jumlah, namun juga
kompetensi dan fisik personilnya.
Demikian terungkap ketika Tim
Kunjungan Kerja Komisi II melaku­
kan per temuan dengan K antor
Wilayah Badan Pertanahan Nasio­
nal Provinsi Kalimantan Selatan, di
58
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Aula Kantor BPN, pekan ketiga De­
sember 2015. Selain dengan Kanwil
BPN Kalsel, Tim Kunker Komisi II
juga melakukan pertemuan de­ngan
Gubernur Provinsi K alimantan
Selatan, Komisi Pemilihan Umum
Daerah Kalsel dan Badan Pengawas
Pemilu Daerah Kalsel.
“Banyak permasalahan tanah di
sini, dari alih fungsi, kemudian ak­
tifitas pertambangan yang telah
mengambil lahan di kawasan hutan
lindung. Lahan selesai ditambang,
namun tidak direklamasi. Ini bisa
digugat melalui pengadilan karena
melanggar lingkungan hidup, me­
lalui pengadilan. Bisa kena tindak
pidana. Cukup rawan juga soal ta­
nah ini,” kata Wakil Ketua Komisi II,
sekaligus Ketua Tim Kunker Wahi­
din Halim.
Permasalahan itu, tambah Politisi
F-PD ini, juga menyangkut kepe­
milikan lahan di wilayah Indonesia
oleh asing, melalui saham perusa­
haan Indonesia. Sehingga, ada ga­
gasan membentuk peradilan tanah,
supaya hakim pengadilan mema­
hami hukum pertanahan, termasuk
mempercepat proses persidangan
pertanahan. Karena selama ini, ni­
lai Wahidin, permasalahan tanah
cukup parah, peradilannya tidak
antisipatif, dan penanganannya ti­
dak optimal.
“Nantinya, sistem peradilan tanah
akan dibuat Undang-undangnya
tersendiri. Jadi ada UU Pertanahan
dan UU Peradilan Pertanahan. Soal
RUU Pertanahan, akan kita diskusi­
kan di Komisi II, baru kita bawa ke
publik. Mulai masa persidangan
awal tahun depan. Kita juga akan
bicarakan hal ini dengan Kemen­
terian Agraria dan Tata Ruang, bah­
wa ada problematika yang kompleks
mengenai agraria,” kata Politisi asal
Daerah Pemilihan Banten III ini.
Hal senada diungkapkan Anggota
Komisi II Tamanuri. Ia menilai, un­
tuk menangani permasalahan ta­
nah ini dibutuhkan Sumber Daya
Manusia yang memadai. Pasalnya
kepemilikan tanah menyangkut hak
seseorang.
memang kondisi pertanahan di
Kalsel ini cukup berat, maka dibu­
tuhkan SDM yang memadai dan
teknologi yang canggih. Sehingga
dapat menyelesaikan berbagai per­
soalan tanah di provinsi berjuluk
Lambung Mangkurat ini.
Hal senada diungkapkan oleh Ang­
gota Komisi II Agung Widyantoro.
Ia mengungkapkan, persoalan per­
tanahan adalah masalah yang cu­
kup krusial. Tidak mungkin ketika
membicarakan wilayah kedaulatan
suatu negara, namun mengabaikan
masalah pertanahan. Luas wilayah
dan semua aspek persoalan terkait
pertanahan tentu perlu ada upaya
penataan.
Joko Widodo, tidak terburu-buru
membuat kebijakan moratorium
kepegawaian. Pasalnya, pemerintah
melakukan moratorium kepega­
waian, namun di satu sisi, personil
yang ada saat ini masih kurang.
“Masih banyak personil yang be­
lum tercukupi. Untuk itu, terkait
dengan pengadaan pegawai, kami
meminta ada catatan khusus, teru­
tama untuk pegawai pendidikan,
kesehatan, dan keagrariaan. Jadi
ada pengadaan tenaga-tenaga yang
memiliki keahlian dan kompetensi
khusus,” tambah Politisi asal Dapil
Jawa Tengah IX ini.
Sementara, Anggota Komisi II Budi­
“Masalah pertanahan ini sangat ris­
kan, karena menyangkut hak orang.
Tidak menutup kemungkinan, bah­
kan sampai terjadi pertumpahan
daerah. Untuk itu, SDM di Badan
Pertanahan ini harus siap. Baik dari
segi fisik maupun mental yang tidak
mudah terprovokasi suasana,” kata
Tamanuri.
Politisi Nasdem ini menambahkan,
terkait jumlah personil memang
harus mendapat perhatian. Meng­
ingat, kondisi setiap daerah berbe­
da, sehingga membutuhkan jumlah
dan kemampuan SDM yang berbeda
pula.
“Soal jumlah SDM itu, ya tergan­
tung. Kalau kita menggunakan pe­
ralatan teknologi yang canggih,
tentu kita membutuhkan jumlah
SDM yang sedikit. Namun, jika ma­
sih serba manual, tentu kita mem­
butuhkan SDM yang banyak. Tapi
yang penting adalah jumlahnya pas.
Jadi kebutuhan antara SDM dan
jumlah pekerjaan itu harus pas,”
tegas Politisi asal Dapil Lampung II
ini.
“Sekarang yang menjadi masalah,
jika kebutuhan personil tidak ter­
penuhi, mana mungkin kita bisa
meraih penataan dengan baik. Ke­
tika kita sudah menerapkan strategi
penataan bidang keagrarian, kebu­
tuhan personil tentu harus ada for­
mulasinya. Kita harapkan, Presiden
dan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang ini, membuat formula, agar
kebutuhan terhadap personel itu
dapat terpenuhi,” jelas Politisi Gol­
kar ini.
Untuk itu, ia mengingatkan, jika
Untuk itu, ia meminta Presiden
man Sudjatmiko menegaskan, perlu
ada pembenahan besar-besaran
dari segi SDM dan organisasi, un­
tuk menyiapkan aparat BPN agar
menjadi sumber daya yang tangguh.
Pasalnya, aparat ini diberikan oto­
ritas yang lebih, sehingga memikul
tanggung jawab yang lebih besar
pula.
“Teknologi memang penting dan
dibutuhkan, tapi kita kan bukan
hanya bicara sekedar penerapan
teknologinya. Kita juga bicara ten­
tang penyerapan SDM untuk beker­
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
59
KUNJUNGAN KERJA
janya. Pemahaman teknologi juga
kita harus tanamkan untuk bisa
membuat teknologi ini agar bisa
menyertai pekerjaan-pekerjaan di
lingkungan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang,” jelas Politisi F-PDI
Warga kita saja bisa digusur, kenapa
kita sangat takut dengan kepenti­
ngan asing,” kata Diah, seolah ber­
tanya.
Untuk itu, politisi F-PDI Perjuangan
“Saya kecewa mendengar jawaban
BPN Kanwil Kalsel, karena mere­
ka bilang tidak ada land register.
Permasalahan utama pertanahan
itu adalah di land register. Karena
kalau land register jelas, maka se­
gala sesuatunya akan menjadi jelas.
Lahan kan tidak bertambah, jum­
lahnya masih tetap sama. Sekian
tahun mengurusi tanah, ditangani
banyak Sumber Daya Manusia, dan
didukung oleh teknologi dan biaya
yang tidak sedikit, kok masalah land
register saja tidak selesai,” tegas
Rufinus.
Sehingga, tambah Politisi F-Hanura
ini, dengan tidak adanya land register itu, muncullah gugatan, persoa­
lan baru, hingga pengabaian terha­
dap hak wilayah, karena dijajah oleh
kepentingan. Pasalnya, BPN menilai
regulasi land register bukan men­
jadi hal yang utama dalam penyele­
saian masalah tanah, namun hanya
sebatas administrasi.
Perjuangan ini.
Kekayaan Alam Dikuasai
Oleh Negara
Anggota Komisi II Diah Pitaloka
menyatakan, kepemilikan lahan
asing harus dibatasi, dimanapun
di wilayah Indonesia. Bahkan, di
negara manapun pasti ada ba­
tasan kepemilikan lahan oleh asing.
Mengingat, Undang-undang me­
ngatur bumi, air, dan kekayaan di
dalamnya dikuasai oleh negara, dan
digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat.
“Yang mutlak menguasai tanah dan
air kita itu negara, untuk digunak­
an sebesar-besarnya kepentingan
rakyat. Yang saya heran, masyara­
kat sendiri saja setifikatnya kadang
tidak jelas. Kita yang warga negara
sendiri saja belum jelas hukum­
nya, kok kita malah lebih memberi
jaminan hukum kepada orang asing.
60
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
ini menilai permasalahan agraria
atau lahan ini sangatlah penting.
Tata kelola pertanahan itu pada
akhirnya memang sangat urgent.
Sehingga kepentingan bersama
dan hak satu sama lain dapat diatur
dalam ranah tata aturan dan tata
kelola yang jelas.
“Yang harus di-clear-kan itu per­
tama konsep tata ruang kita. Tata
ruang itu memiliki peran stra­tegis
dalam menata ruang hidup di neg­
ara ini supaya menyejahterakan
rakyat,” imbuh Politisi asal Dapil
Jawa Barat III ini.
Sement ara, kekecewaan har us
diterima oleh Anggota Komisi II
Rufinus Hotmaulana Hutauruk. Ia
mengaku kecewa, karena perma­
salahan pertanahan mengenai land
register di Indonesia, khususnya
Provinsi Kalsel tak kunjung usai.
Padahal, lahan tidak bertambah dan
jumlahnya masih tetap sama.
“Kanwil BPN Kalsel mengatakan
selama ini banyak masalah seputar
tanah karena mereka tidak mema­
hami filosofi tanah itu di dalam culture kita. Tidak ada sesuatu yang
signifikan yang mereka lakukan
untuk mengurusi masalah perta­
nahan ini. BPN Kanwil Kalsel harus
memperbaiki land register. Jika ini
beres, maka semua akan beres. Jika
ada gugatan, lumrah saja, karena ini
hak orang. Tapi permasalahan bisa
kitra, jika sudah ada land register,”
imbuh Politisi asal Dapil Sumatera
Utara II ini.
Sebelumnya, Kepala Kanwil BPN
Provinsi Kalimantan Selatan Binsar
Simbolon menyatakan bahwa pi­
haknya kekurangan personil. Dalam
setahun, setidaknya 600-800 pega­
wai pensiun. Namun, Kemenpan
hanya mampu menyediakan 200300 pegawai saja.
Ia juga menyatakan, Kanwil BPN
Kalsel dalam kurun waktu 2012-
2014 telah menangani sengketa,
konflik dan perkara berjumlah 42
kasus, terdiri dari Perkara perdata
sebanyak 19 kasus dan Perkara Tata
Usaha Negara (TUN) sebanyak 23
kasus.
Apapun Keputusan DPR,
KPUD Kalsel Harus Siap
Tim Kunker Komisi II menyatakan
apresiasi kepada Komisi Pemilihan
Umum Daerah Provinsi Kaliman­
tan Selatan yang mengaku siap
terhadap keputusan diterima atau
ditolaknya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Pemili­
han Kepala Daerah (Perppu Pilkada)
oleh DPR. Pada saat Tim Komisi II
melaksanakan kunjungan kerja,
DPR belum memulai pembahasan
Perppu, karena Masa Persidangan
II baru dimulai 12 Januari 2015.
“Apapun keputusan DPR nantinya,
baik menolak atau menerima, kita
coba cek di daerah, ternyata KPUD
Kalsel sudah siap. Jika Pilkada lang­
sung, KPUD sudah siap dari segi hi­
erarki, instrumen, maupun fasilitas.
Pun jika Perppu ditolak, sehingga
Pilkada menjadi tidak langsung,
KPUD juga harus siap, dan melaku­
kan antisipasi,” kata Wahidin, usai
pertemuan di kantor KPUD Kalsel.
Hal yang sama diungkapkan oleh
Anggota Komisi II Agung Widyan­
toro. Ia meminta KPU dan Bawaslu
melakukan persiapan ketika kepu­
tusan DPR sudah digulirkan. Bah­
kan, ia juga meminta agar KPU me­
nyiapkan dua opsi.
“Soal Perppu Pilkada, kami memang
belum memutuskan. Namun KPU
dan Bawaslu harus menyiapakan
setidaknya dua opsi lah. Apakah
Perppu itu diterima, atau ditolak.
Yang terpenting, KPU harus mem­
buat strategi atau formulasi, agar
mampu mencetak pemimpin hasil
Pilkada yang benar-benar kredibel,”
imbuh Agung.
Sebelumnya, Kepala KPUD Provinsi
Kalimantan Selatan Samahuddin
menyatakan bahwa pihaknya sudah
menyiapkan penyelenggaran Pemi­
lu, apapun keputusan DPR nantinya.
“Pada dasarnya, KPUD Kalsel sudah
menyiapkan seluruhnya, dari per­
angkatnya juga, hingga ke lapisan
paling bawah. Segala tahapantahapan itu masih bersifat tentatif,
karena belum ada keputusan dari
DPR. Intinya, kami optimis, apapun
hasilnya, kami siap,” yakin Sama­
huddin.
Akhirnya, DPR telah membahas
Perppu Pilkada pada Januari lalu.
DPR telah sepakat menerima Per­
ppu, sehingga Pilkada dilaksanakan
secara langsung. (sf ) foto: sofyan/
parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
61
KUNJUNGAN KERJA
S
Tingkatkan Sistem
Peringatan Dini
elama kurun waktu tahun
2014, tercatat sedikitnya
500 kali gempa bumi ter­
jadi di wilayah Provinsi Ma­
luku Utara (Malut). Malut memiliki
potensi bencana karena terletak
di pertemuan 3 lempeng tektonik
aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lem­
peng Pasifik, dan Lempeng Filipina.
Mengingat kondisi geografis Ma­
luku Utara yang berupa kepulauan
dan daerah aktif gempa bumi, di­
perlukan sosialisasi dan pelatihan
menghadapi bencana gempa bumi
dan tsunami.
Selain itu, diperlukan sistem per­
ingatan dini untuk meminimalisir
resiko jatuhnya korban manusia.
Namun, ternyata sistem peringatan
dini belum berfungsi maksimal di
Malut. Demikian hasil temuan Tim
Kunjungan Kerja Komisi VIII ke
Provinsi Malut, pekan kedua De­
sember tahun lalu. Tim Kunker di­
pimpin oleh Wakil Ketua Komisi VIII
Ledia Hanifa Amaliah (F-PKS).
“Kita lihat potensi bencana di Malut
cukup luar biasa. Pilihannya, me­
mang harus persiapan dan pengu­
62
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
rangan resiko bencana. Tapi di sini,
early warning system (sistem perin­
gatan dini) masih kurang,” kata Le­
dia, usai pertemuan dengan Wakil
Gubernur Malut, di Kantor Guber­
nur Provinsi Malut.
Politisi Politisi asal Dapil Jawa Barat
I, ini menilai, kesadaran masyarakat
Malut menghadapi bencana alam,
seperti tsunami, masih kurang.
Terkesan masyarakatnya sudah be­
radaptasi dengan tsunami. Padahal
di satu sisi, bencana alam itu me­
nyebabkan kerusakan infrastruktur
dan lainnya.
Senada dengan Ledia, A nggota
Komisi VIII Syamsul Luthfi (F-PD)
menegaskan, pentingnya alat de­
teksi dini untuk mengetahui poten­
si bencana yang akan terjadi secara
cepat. Ia mengingatkan, kebutuhan
alat ini jangan dipikirkan setelah
terjadinya bencana, namun harus
sedini mungkin.
“Kita menyadari bahwa kondisi geo­
grafis di Malut cukup sulit. Ini me­
merlukan koordinasi antar pihak
yang berkepentingan di 10 Kabu­
paten dan Kota yang ada di provinsi
ini. Oleh karena itu dibutuhkan alat
deteksi dini, untuk mengantisipasi
terjadinya bencana. Jangan kita
berpikir setelah ada bencana, baru
menganggap pentingnya alat ini,”
harap Politisi asal Dapil NTB ini.
Sementara Anggota Komisi VIII
Cucun Ahmad Syamsurijal (F-PKB)
menyatakan, Pemerintah Daerah
harus mempunyai langkah-langkah
prioritas untuk mewaspadai ben­
cana alam. Masyarakat membutuh­
kan informasi yang cepat dan ter­
kini terhadap bencana. Mengingat,
dari sisi geografis, Malut sangat
rentan dan rawan sekali terhadap
bencana.
“Maluku Utara sangat memerlukan
perhatian. Sangat terlihat, kebutu­
han sarana prasana yang ada masih
sangat jauh dari harapan. DPR akan
support dari sisi kewenangan legis­
latifnya,” ungkap Politisi asal Dapil
Jawa Barat II ini.
Anggota Komisi VIII Choirul Muna
(Dapil Jawa Tengah VI) juga ma­
sih menyoroti soal sistem perin­
gatan dini. Berdasarkan data yang
ia dapatkan, setidaknya Indonesia
membutuhkan 70 ribu sistem per­
ingatan dini, namun saat ini yang
terpasang hanya 50.
“Ini sangat sedikit, bahkan dari 50
alat ini ada yang dicuri, karena ter­
pasang di gunung. Perlu ada sistem
peringatan dini dan kesigapan un­
tuk evakuasi bagi korban bencana.
Kalau perlu, angggaran bencana on
call itu juga dianggarkan. Dana
on call di seluruh Indonesia
hanya Rp 1,6 triliun. Itu sangat
kecil. Padahal potensi bencana
di Malut ini sangat tinggi,”
tambah Politisi F-PD ini.
yang memadai. Ia mengaku tidak
perlu sampai detail, namun cukup
gambaran kasarnya saja.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII
Abdul Fikri (F-PKS/Jawa Tengah IX)
menegaskan, harus ada penyerasian
antara Kementrian Agama dengan
Kementerian Keuangan. Perma­
salahan utamanya di data, untuk
kemudian data ini diverifikasi oleh
BPKP, sehingga pencairan dananya
Tunjangan Gur u Har us
Segera Dibayarkan
Tim Kunker Komisi VIII juga
menemukan persoalan belum
dibayarnya tunjangan guru
di Malut. Wakil Ketua Komisi
VIII Sodik Mudjahid melihat hal ini
karena ada kesalahan pendataan.
Padahal, tunjangan ini menyangkut
hajat hidup orang banyak, sehingga
ia mendesak Peme­r intah segera
membayarkan tunjangan yang ter­
tunda itu.
“Soal tunjangan memang ada kesa­
lahan soal pendataan. Pemerintah
menganggap enteng pendataan,
termasuk koordinasi Kementerian
Agama dan Kementerian Keuangan.
Ini menyangkut hajat hidup orang
banyak dan menyangkut kehidu­
pan orang yang bergantung terha­
dap penghasilan dari pekerjaannya.
DPR mendesak Pemerintah segera
membayarkan tunjangan itu,” tegas
Politisi F-Gerindra ini.
Namun, tambah Sodik, ia sedikit
kecewa karena Pemerintah Dae­
rah juga belum dapat memberikan
paparan mengenai jumlah pegawai
yang belum mendapatkan tunjan­
gan. Padahal, agar dapat diper­
juangkan, harus didukung data
sesuai dengan hasil verifikasi BPKP.
Masih dalam kesempatan yang
sama, Anggota Komisi VIII Achmad
Fauzan (F-PKB) mendorong Pem­
prov Malut juga turut memperha­
tikan madrasah swasta di seluruh
kabupaten atau kota, baik guru
maupun lembaganya. Pasalnya,
penanganan terhadap madrasah
swasta masih kurang memadai.
Bantuan itu bisa seperti pemban­
gunan lokal kelas, maupun biaya
operasionalnya.
“Muda h-muda han, dengan se­
mangat bersama, madrasah swas­
ta mengalami banyak perbaikan.
Pertama, tidak pernah ada kasus
siswa madrasah tawuran. Kedua,
lulusan madrasah bisa khutbah
dan lainnya. Ini terbukti dan telah
memberikan manfaat kepada ma­
syarakat. Oleh karena itu, sudah
seyognyanya, pemerintah daerah
mengambil peran yang lebih besar
terhadap madrasah swasta. Karena
untuk madrasah negeri, sudah cu­
kup baik,” imbuh Politisi asal Dapil
DKI Jakarta I ini.
Pemerintah Harus Perhatikan
Rumah Aman
Anggota Komisi VIII Dwi Astuti Wu­
landari (F-PD) meminta Pemerintah,
baik Pusat maupun Daerah untuk
memperhatikan rumah aman. Poli­
tisi yang akrab dipanggil Ade me­
nyatakan, walaupun status rumah
aman Daurmala di Provinsi
Malut bukan milik negara, na­
mun kiprahnya sudah sangat
membantu masyarakat Malut.
Sehingga, pemerintah, baik
pusat maupun daerah juga
harus memperhatikan kondisi
rumah aman ini.
“Mengenai Daurmala, ini kan
sebenarnya bukan miliki neg­
ara, tapi swasta. Selama 4 ta­
hun terakhir, pendanaannya
dari donatur saja. Kalau saya
lihat, ini bisa diberdayakan lebih
dari yang ada saat ini. Sehingga,
anggarannya bisa dialokasikan dari
APBD. Harapan saya seperti itu, se­
hingga dapat lebih berkembang,”
jelas Politisi asal Dapil DKI Jakarta
I ini.
Hal senada diungkapkan oleh Ang­
gota Komisi VIII Ruskati Ali Baal
(F-Gerindra). Ia mengapresiasi
rumah aman Daurmala yang telah
melindungi kaum perempuan di
Maluku Utara. Bahkan, ia berharap
setiap daerah di Indonesia, memi­
liki rumah aman seperti Daurmala.
Sehingga kaum perempuan dapat
terlindungi.
Dalam kunjungan kerja ini, selain
ber temu dengan Wakil Guber­
nur Malut dan jajaran, Tim Komisi
VIII juga mengunjungi panti sosial,
rumah aman, madrasah swasta,
asrama haji, IAIN Ternate, hingga
daerah aliran lahar Gunung Gamal­
ama. (sf) foto: sofyan/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
63
SOROTAN
SETELAH AWAN HITAM,
MUNCULLAH PANJA K3PN
Setuju. Bagaikan kor - paduan suara, anggota Komisi V DPR RI menyatakan persetujuan, pembentukan Panitia
Kerja Keamanan, Keselamatan, dan Kualitas Penerbangan Nasional (Panja K3PN). Persetujuan diperoleh setelah
rapat kerja yang cukup panjang akhir Januari lalu dengan Menteri Perhubungan, Kepala Basarna, Ketua KNKT,
Kepala BMKG, Direktur Utama Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan
Indonesia (LPPNPI), dan Ketua Indonesia Slot Coordinator (IDSC).
“M
enyikapi persoalan keselamatan, keamanan, dan kualitas penerbangan nasional,
pasca beberapa musibah kecelakaan pesawat 5 (lima) tahun terakhir hingga kecelakaan Air Asia QZ 8501, Komisi
V DPR RI memutuskan membetuk Panja Keamanan, Keselamatan, dan Kualitas Penerbangan Nasional,” jelas
Ketua Komisi V Fary Djemy Francis yang sekaligus dise­
pakati menjadi Ketua Panja dengan 27 anggota.
Musibah di dunia penerbangan tanah air dalam lima
tahun terakhir bagaikan awan hitam yang terus
membayangi pelayanan transportasi udara ini. Masih
segar dalam ingatan publik pada 9 Mei 2012 pesawat
Sukhoi Rusia terhampas di Gunung Salak, 13 April 2013
pesawat Lion Air gagal mendarat di Bandara Ngurah
Rai, Bali. Selanjutnya awan semakin kelam ketika
pesawat Air Asia QZ8501 dinyatakan hilang dari radar
air traffic control pada Minggu, 28 Desember pukul
64
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
07.14 WIB. Pesawat berisi 162 penumpang itu berada
antara perairan Kalimantan Tengah dan Kepulauan
Bangka Belitung.
“Hilangnya status Air Asia QZ8501 tidak lama setelah
permintaan perubahan level terbang. Kami mencoba
mengontak hingga delapan kali tapi tak terdengar
respons,” kata GM ATC Soekarno Hatta, Budi Hendro.
Kemudian Selasa, 30 Desember 2014 pukul 14.49, Badan
SAR Nasional melaporkan telah menemukan sejumlah
serpihan pesawat dan enam terduga korban Air Asia
yang mengapung di perairan laut Selat Karimata.
Badan SAR Nasional melaporkan sebanyak 84 kapal
laut diturunkan yang terbagi ke dalam 4 area, didukung
delapan unit pesawat dan empat unit helikopter
termasuk armada bantuan dari negara sahabat dengan
total personel mencapai 586 orang. Semua fokus pada
misi utama mencari puing-puing maupun jenazah
korban pesawat Airasia QZ 8501.
Komisi V yang membidangi sektor transportasi
terpanggil untuk memberikan dukungan moral kepada
para petugas yang sedang bertugas di lapangan.
Tim kecil yang dipimpin Wakil Ketua Yudi Widiana
Adia secara khusus berkunjung ke Posko Tim SAR di
Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Sementara Ketua Komisi V memimpin tim mengunjungi
Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas) di Jakarta. Pada
akhirnya para pejuang kemanusiaan yang dipimpin oleh
Marsdya TNI FHB Soelistyo ini berhasil mengangkat
bagian ekor pesawat pada tanggal 7 Januari 2015,
sekitar seminggu kemudian bagian paling penting FDR
(Flight Data Recorder) dan CVR (Cockpit Voice Recorder)
atau dikenal dengan istilah black box berhasil diangkat.
Proses investigasi saat ini sedang dilakukan oleh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Ketua KNKT Marsekal Muda (Purn) Tatang Kurniadi
menjelaskan berkat dukungan anggaran dari Komisi
V DPR pada APBNP 2008, saat ini bangsa Indonesia
sudah memiliki laboratorium yang sudah memiliki
kemampuan mumpuni dalam membaca data black
box. Pada malam pertama saja telah berhasil di
download 124 jam rekaman flight data recorder. “Tim
kita bekerja profesional dan sudah diakui dunia saat
kita membaca data dari blackbox pesawat Sukhoi yang
jatuh di Bogor. Tim bekerja transparan dan dipimpin
oleh investigator incharge Prof. DR. Marjono dari ITB
yang berpengalaman sejak peristiwa jatuhnya pesawat
Adam Air selalu berhasil. Untuk menjaga transparansi
tim diawasi saksi dari Perancis dan Australia,” jelasnya.
Momentum Perbaikan
Anggota Komisi V dari Fraksi PDIP Rendy Lamadjido
menekankan dalam kancah penerbangan tidak dikenal
istilah titik jenuh terkait kemampuan pesawat karena
dengan maintenance yang baik sejumlah permasalahan
bisa diatasi. Prioritas paling penting dalam transportasi
udara adalah sumber daya manusianya. Apabila
tidak dididik dan dilatih dengan baik hasilnya adalah
rangkaian kecelakaan penerbangan. Ia kemudian
mengingatkan ketika Indonesia pada tahun 2007 pernah
dituding sebagai negara yang paling bobrok dalam
regulasi penerbangannya. Kondisi itu menggerakkan
DPR melakukan revisi perangkat regulasi pada saat itu
yang kemudian melahirkan Undang-Undang no.1/2009
tentang Penerbangan.
“Kita banyak membahas rekomendasi dari International
C i v i l Av i a t i o n O rg a ni s a t i o n - IC AO. B a ny a k
rekomendasi yang kita kaji dan kita masukkan ke dalam
undang-undang. Akhirnya berdampak positif pada
pengakuan dunia penerbangan Indonesia, sudah tidak
ada masalah,” tutur dia. Lebih jauh Rendy menekankan
permasalahannya setelah regulasi dilahirkan adalah
minimnya law enforcement. Musibah AirAsia ini
menur utnya sudah cukup karena dalam kur un
waktu lima tahun telah terjadi musibah yang hampir
bersamaan. Ia kemudian mengingatkan pengalaman
ketika DPR menghadapi masa suram PT.KAI bersama
direkturnya pada saat itu Ignatius Jonan. “Tahun 2010
lalu, perkeretaapian kita mengalami masa suram. Pada
saat itu kita memutuskan membentuk Panitia Kerja
(Panja), mencari titik lemah BUMN ini dan akhirnya kita
bisa membawa PT. KAI keluar dari masa suram. Dengan
pengalaman 2010 itu, sekarang kita boleh berharap
dengan kehadiran Panja, bisa melahirkan sesuatu yang
terbaik di dunia penerbangan kita, zerro accident,”
tegas dia.
Hal senada disampaikan anggota Komisi V dari FPKS
Abdul Hakim yang menyebut masih belum lengkapnya
Peraturan Pemerintah (PP) yang merupakan amanat
UU no.1/2009. Hingga saat ini baru dua PP yang telah
dikeluarkan yaitu PP tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara serta PP
tentang Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia. Sedangkan
peraturan lain masih banyak yang berdasarkan UU
sebelum UU no.1/2009. “Untuk itu diperlukan adanya
PP sesuai UU terbaru agar pelaksanaan regulasi dapat
efektif dan efisien dan tidak tumpang tindih,” tegasnya.
Ia juga memaparkan hasil audit ICAO 2014 terhadap
penerbangan nasional yang menunjukkan dari delapan
faktor hanya pelayanan navigasi penerbangan dan
bandar udara yang mendapat poin baik. Sisanya
yaitu faktor regulasi, kelembagaan, lisensi, operasi,
kelaikan udara dan faktor investigasi kecelakaan dinilai
masih di bawah standar ideal. “Ini momentum untuk
memperbaiki pelayanan dalam sektor transportasi
kepada anak bangsa menjadi lebih baik. Momentum
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
65
SOROTAN
ini tidak boleh, kita sia-siakan. Momentum melakukan
perbaikan. K ita berikan apresiasi, langkah dan
kinerja yang telah ditunjukkan oleh mitra kami dari
perhubungan, BMKG, KNKT. Tetapi kita tidak ingin
berhenti di situ, kita ingin lebih baik lagi dan lebih baik
lagi,” papar dia.
Terkait polemik kebijakan penerbangan berbiaya
rendah atau low cost carrier, ia mengingatkan dalam
UU no.1/2009 tidak dikenal istilah itu. Dalam pasal 126
menurutnya diatur mengenai tarif kelas ekonomi dan
tarif non ekonomi. Dalam penjelasan pasal 27, yang
dimaksud dengan pelayanan kelas ekonomi adalah
jasa angkutan udara yang disediakan oleh badan
usaha angkutan niada dengan pelayan minimal namun
tetap memenuhi aspek keselamatan dan keamanan
penerbangan. “Apakah LCC yang menyebabkan
kecelakaan, ini perlu dipelajari kembali dengan arif
bijaksana,” katanya. Ia kemudian menyampaikan
kesepakatan pentingnya membentuk Panja. “Agar
Komisi V DPR dapat memantau dengan seksama
persoalan yang ingin kita tingkatkan kualitas dan
kinerjanya,” demikian Hakim.
Jalan Panjang
Setelah palu diketokkan, Panja ini ditargetkan bekerja
selama 3 (tiga) bulan sejak terbentuknya untuk
mengumpulkan data-data terkait dari berbagai sumber.
Sedangkan untuk tahap selanjutnya, penganalisaan
data/informasi dan penyusunan kesimpulan serta
rekomendasi diharapkan sampai dengan akhir Tahun
2015. Setelah hasil akhir pelaksanaan tugas Panja
dilaporkan dan ditetapkan dalam Rapat Komisi V DPR
RI, tugas Panja dinyatakan selesai dan berakhir. Dalam
proses pengumpulan dan analisa data/informasi ini,
Panja akan melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP)
dan/atau Rapat Dengat Pendapat Umum (RDPU) dengan
66
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
berbagai pihak, baik itu regulator, operator maupun
pihak-pihak lain yang terkait dengan penerbangan
nasional. Ada kurang lebih 34 (tiga puluh empat) pihak/
instansi yang akan diundang dalam RDP/RDPU. Selain
melakukan serangkaian RDP/RDPU, Panja dapat juga
melakukan peninjauan lapangan ke daerah-daerah
yang akan ditentukan kemudian, diantaranya Bandar
Udara Juanda-Surabaya, Bandara Udara Ngurah RaiDenpasar, Bandara El Tari-Kupang.
Beberapa hal penting yang akan menjadi fokus perhatian
dalam proses kerja Panja, seperti : Aspek regulasi
dan kepatuhan terhadap perundang-undangan.
Bagaimana operasionalisasi peraturan turunan
sebagai pelaksana dari amanat UU No. 1 tahun
2009 tentang Penerbangan (Peraturan Pemerintah,
Kepmen, Peraturan Dirjen). Sejauh mana amanat
pembentukan lembaga-lembaga sesuai dengan
UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan. Dari
pengalaman beberapa kecelakaan, terdapat 3 (tiga)
faktor kategori utama, yaitu Human factor yang
mencakup pelaksanaan prosedur dan/atau standar
yang berlaku, pengawasan, baik internal maupun
eksternal, dan pelaksanaan ketentuan, dan beban
kerja atau jam kerja yang berlebih atau kurang
istirahat; Faktor teknis yang mencakup kurang
berfungsinya atau tidak efektifnya peralatanperalatan atau sistem pada pesawat, dan kegagalan atau
kesalahan pada proses produksi. Faktor lingkungan
(environmental), yang mencakup lingkungan bandara
udara, termasuk kurang sterilnya runway. Faktor
cuaca tidak dipertimbangkan sebagai faktor penyebab
utama kecelakaan, namun merupakan faktor yang
berkontribusi untuk meningkatkan terjadinya resiko
kecelakaan.
“Dalam konteks ini, perlu pendalaman terhadap
kelembagaan, sarana dan prasarana dan sumber daya
manusia yang terkait dengan Keselamatan, Keamanan
dan Kualitas Penerbangan kelembagaan. Selain itu akan
ada pendalaman terkait potensi fluktuasi harga tiket
terhadap faktor Keselamatan, Keamanan dan Kualitas
Penerbangan,” tekan Ketua Panja Fary Djemy Francis.
Untuk turut memudahkan proses kerja Panja juga akan
memperhatikan rekomendasi yang dihasilkan dari
Audit ICAO USOAP tahun 2014 terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi dunia penerbangan Indonesia.
Dalam pelaksanaannya ada 8 (delapan) area yang
diaudit dalam USOAP, yaitu: Perundang-undangan
(Legislation), Organisasi, Lisensi (Licensing), Operasi
(Operations), Kelaikudaraan (Airworthiness), Badan/
Lembaga Investigasi Kecelakaan, Pelayanan Navigasi
Udara, dan Bandar Udara (Aerodromes). (iky) foto: ibnur,
rizka/parle/hr
LIPUTAN KHUSUS
APPF ke-23 Ekuador
Forum Parlemen Se-Asia Pasifik
Sepakati 18 Resolusi D
ari 41 draft resolusi yang
diusulkan oleh negara ang­
gota Parlemen se-Asia Pa­
sifik, hanya 18 Resolusi akhirnya
disepakati oleh seluruh negara
delegasi dalam forum parlemen seAsia Pasifik, di Quito, Ekuador.
Sebelumnya Parlemen Indonesia
mengusulkan delapan draft reso­
lusi dalam Forum Parlemen terse­
but. Diantaranya resolusi proses
perdamaian di timur tengah, berisi
seruan perundingan damai kembali
antara Israel dan Palestina serta
mendukung negara Palestina yang
berdaulat. Berikutnya draft resolusi
dukungan penguatan perdamaian
terkait tekanan politik di Asia Pa­
sifik. Draft ini berisi berisi seruan
damai di kawasan Asia Pasifik teru­
tama dalam menyelesaikan masalah
klaim teritori di laut Tiongkok Se­
latan.
Indonesia juga mengusulkan draft
resolusi terkait perlindungan hak
bagi pekerja migran, kemudian
draft membangun jaringan antar
parlemen anti korupsi.Yang tidak
kalah pentingnya yaitu usulan reso­
lusi kawasan dalam memerangi ke­
jahatan cyber crime.
Sementara usulan lainnya yaitu
meningkatkan konektifitas antar
kawasan melalui integrasi ekonomi
Asia Pasifik. Draft resolusi usulan
Indonesia prinsipnya menitikbe­
ratkan peran negara anggota APPF
dalam meningkatkan konektifitas
dan peran parlemen dalam inovasi
mekanisme pembiayaan bagi pem­
bangunan infrastruktur transpor­
tasi
Resolusi terak hir yaitu usulan
perlindungan melawan penjualan
kepemilikan warisan budaya suatu
negara. “Kita mengajak negara-ne­
gara APPF untuk meningkatkan ker­
jasama dalam perlindungan bendabenda purbakala dan menyeruhkan
volluntary restitution bagi benda
purbakala milik negara lain yang
menjadi milik mereka secara tidak
sah,” ujar Wakil Ketua DPR Fadli Zon
di Quito, Ekuador saat diwawanca­
rai Parlementaria.
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
67
LIPUTAN KHUSUS
Menurut Fadli, warisan budaya itu
merupakan hasil karya peradaban
yang harus dijaga dan diproteksi.
“Warisan budaya kita kadang ba­
nyak dijual ke luar negeri se­p erti
museum, dan juga kerap konf lik
yang terjadi akibat perebutan wari­
san budaya, seperti Irak, Suriah,”
terangnya.
Sementara Delegasi Indonesia Ab­
dul Kadir Karding, mengatakan,
wab untuk meningkatkan kesada­
ran masyarakat dalam melindungi
warisan budaya dari ancaman pen­
curian, penggalian tak berizin dan
ekspor terlarang. “Menyadari be­
tapa pentingnya isu ini, kami telah
menyerahkan rancangan resolusi
mengenai hal tersebut dan sangat
berharap adanya masukan aman­
demen yang membangun dari anda
untuk memperkaya Rancangan
Resolusi tersebut,” jelasnya.
canakan dan mengimplementasi­
kan langkah-langkah perlindungan
dan manajemen warisan budaya
nasional mereka. Kami menghargai
dukungan anggota-anggota parle­
men dalam lingkup APPF atas isu
tersebut dan kami yakin rancangan
resolusi yang terkait dengan wari­
san budaya akan menjadi salah satu
hasil penting pertemuan tahunan
APPF ke-23 ini,” tambahnya.
Terkait hanya 18 resolusi, Presiden
Drafting komite APPF Ekuador, Fer­
nando Bustamante menjelaskan,
tim drafting telah menganalisa dari
41 draft resolusi yang ditawarkan
oleh seluruh anggota delegasi, na­
mun setelah pembentukan group
k husus yang ber tujuan meng­
gabungkan seluruh resolusi yang
hamper serupa, akhirnya dikurangi
hingga mencapai 24 resolusi dan
finalisasi akhirnya itu disepakati
18 resolusi. “Dari 24 proposal kita
menyetujui 18 resolusi karena dise­
pakati sesuai konsensus bulat se­
suai prosedur forum ini,” jelasnya.
kita menyadari adanya kebutu­
han untuk memperkuat kerjasama
regional untuk melestarikan dan
mempromosikan budaya masyara­
kat di kawasan ini. Untuk mewu­
judkan komitmen dalam meles­
tarikan warisan budaya, Indonesia
telah menerima Konvensi Perlin­
dungan Warisan Budaya Takbenda
2003,” ujarnya saat menyampaikan
pandangan delegasi Indonesia soal
pelesta­r ian dan promosi warisan
budaya kawasan, di Quito, Ekuador.
Menurutnya, parlemen Indone­
sia juga mengemban tanggung ja­
68
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Dalam pembahasan di pertemuan
working committee mengenai pen­
didikan, budaya, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dilaksanakan
lanjut Karding, Parlemen Indonesia
mengemukakan usulan mengenai
alokasi anggaran nasional bagi per­
lindungan, preservasi, dan promosi
penghormatan bagi warisan budaya
di negara-negara anggota APPF.
“Ini merupakan tanggung jawab kita
bersama untuk memastikan nega­
ra-negara di kawasan Asia Pasifik
memiliki sumber daya berkelan­
jutan dan cukup untuk meren­
Sidang Asia Pacific Parliamentary
Forum (APPF) terdiri atas 27 nega­
ra. APPF dibentuk melalui prepatory
meeting yang diselengarakan pada
Agustus 1991 di Singapura, dan si­
dang tahunan APPF telah dilak­
sanakan beberapa kali dan terakhir
dilaksanakan pada tanggal 12_16 Januari 2014 di puerto Valarta, Me­
ksiko.
Dorong Stabilitas Kawasan Asia
Pasifik
Delegasi Parlemen Indonesia di
Asia Pacific Parliamentary Forum
(APPF) ke-23 berkomitmen untuk
terus mendorong perdamaian dan
stabilitas di Kawasan Asia Pasifik.
“Karena itu pertemuan forum re­
gional merupakan salah faktor
penting untuk meningkatkan pem­
bangunan nasional dan kesejahte­
raan masyarakat di kawasan, jadi
tidak ada satupun negara dapat
berdiri sendiri dalam menghadapi
berbagai tantangan yang ada,”ujar
Wakil Ketua DPR Fadli Zon saat me­
nyampaikan statementnya dalam
sidang umum pertama soal poli­
tik dan keamanan, dengan tema
strengthening peace and security in
the region, di Ekuador.
Menurut Fadli, saat ini kita semakin
dekat dalam menuntaskan MDGs
serta mengadopsi tujuan pemba­
ngunan berkelanjutan pasca 2015,
maka visi kita sekarang adalah
menjamin keberlanjutan dan men­
jaga pertumbuhan pembangunan
di kawasan.”Perdamaian dan sta­
bilitas merupakan dua esensi untuk
pembangunan berkelanjutan dalam
rangka mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesehatan masyara­
kat,” ujar Fadli
Fadli mengatakan, jika dibanding­
kan dengan negara Timur Tengah
dan Afrika Utara, Asia Pasifik relatif
lebih stabil dan aman. ”Karena itu
belajar dari konflik terbuka hori­
zontal di Timur Tengah dan Afrika
Utara, bahwa perang membuat
semua orang menderita, karena itu kita harus mengedepankan dialog
dan kerjasama untuk meningkat­
kan kesejahteraan dan stabilitas di
kawasan. “Itu harus menjadi komit­
men bersama dari kita semua se­
bagai anggota parlemen,” tegasnya.
Diundang Presiden Ekuador
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua
DPR Fadli Zon diterima oleh Pre­
siden Ekuador Rafael Correa di
Istana Kepresidenan Ekuador. “Kita
diundang oleh Presiden Ekuador
di Tugu Proklamasi Ekuador ta­
hun 1989, dengan sejumlah delegasi
terbatas, pada kunjungan itu kita
meng­o brol diatas balkon istana
bersama Presiden Ekuador sambil
menyaksikan pawai kenegaraan,”
ujarnya.
Fad li mengat a k a n, per temu a n
tersebut berlangsung informal dan
hanya terbatas bagi Pimpinan Par­
lemen di negara kawasan Asia Pa­
sifik. “Kemudian ada acara ngobrol
informal, yang diundang itu hanya
Ketua Delegasi yaitu Ketua Parle­
men Rusia, Australia, Malaysia dan
Wakil Ketua RRC dan Indonesia,”
jelasnya.
Dia menjelaskan, pertemuan terse­
but berlangsung beberapa menit.
Saat pertemuan, Presiden Ekuador
menyampaikan bahwa saat kunju­
ngan ke Indonesia pihaknya mem­
peroleh sambutan luar biasa dari
Pemerintah Indonesia.”Dia me­
ngatakan meskipun secara terito­
rial jauh, tapi Ekuador dengan In­
donesia memiliki kedekatan secara
emosional,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Wakil Ke­
tua DPR Fadli Zon dan rombongan
Pimpinan Dewan dari negara ka­
wasan Asia Pasifik lainnya diajak
tur ke dalam istana Presiden. Dalam
kunjungannya tersebut, sebagai
tuan rumah Presiden Ekuador juga
menunjukkan berbagai ruangan
yang ada di Istana dan cindera mata
dari berbagai negara sahabat.
Paparkan Program BPJS
Pada kesempatan itu, Delegasi In­
donesia Indro Hananto sempat
memaparkan mengenai program
jaminan sosial di Indonesia kepada
delegasi Parlemen Asia Pasifik.
“Seperti program Family Hope program (Program keluarga harapan).
Ini merupakan program asistensi
sosial untuk keluarga miskin se­
perti ibu menyusui dan anak antara
0-15 tahun dengan memberikan
bantuan sosial terhadap masyara­
kat miskin yang terkena dampak
seperti kenaikan BBM,” ujarnya
saat memaparkan statemen terkait
tema kerjasama regional di wilayah
Asia Pacific : pandangan kerangka
legislatif dalam perlindungan sosial
dan hak sosial masyarakat di Quito,
Ekuador.
Saat ini, lanjut Indro, pelayanan uni­
versal jaminan sosial telah diterap­
kan di Indonesia, melalui UU Badan
Penyeleng gara Jaminan Sosia l
(BPJS) yang digolkan oleh DPR, In­
donesia telah selangkah lebih maju
dalam memberikan jaminan sosial
bagi warganya mulai dari jaminan
kesehatan sampai tenaga kerja yang
lebih terintegrasi.
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
69
LIPUTAN KHUSUS
“UU itu telah diadopsi tahun 2011
dalam rangka menjangkau seluruh
rakyat Indonesia dalam mening­
karkan jaminan sosialnya baik yang
dikeolah oleh pemerintah, BUMN,
maupun asuransi swasta,” ujarnya.
Berdasarkan UU, papar Indro, In­
donesia harus memiliki dua Badan
jaminan sosial yang memberikan
jaminan kesehatan maupun jami­
nan tenaga kerja. “Kedua badan itu
nanti yang memberikan jaminan
seperti kesehatan, sakit, maupun
kecelakaan kerja,” jelasnya.
Dia menambahkan, Indonesia siap
bekerjasama dengan semua dele­
gasi anggota APPF untuk menyama­
kan kerangka berpikir terkait pro­
teksi sosial. “Kita juga ingin dengar
dari negara lain soal proteksi sosial
di negarta masing-masing,” ujarnya.
Parlemen Indonesia mengirim dela­
pan perwakilan dari DPR dalam
70
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
rapat tahunan Asia Pacific Parliamentary forum di Quito, Ekuador
ke 23, pada tanggal 9-17 Januari
mendatang.
Dalam Forum Parlemen Asia Pasifik
tersebut, dipimpin langsung oleh
Wakil Ketua DPR Fadli Zon, didam­
pingi Ketua BKSAP Nurhayati Ali
Assegaf, Wakil Ketua BKSAP Teguh
Juwarno, anggota BKSAP SB Wir­
yanto Sukamdani, Indro Hananto,
Rachel Maryam Sayidina, Abdul
Kadir Karding dan M. Arief Sudito­
mo. Dari DPD diwakilkan oleh tujuh
orang anggotanya.
APPF merupakan forum kerjasama
non-ekslusif antar parlemen di
wilayah Asia dan Pasifik yang diini­
siasi oleh mantan Perdana Menteri
Jepang, Yasuhiro Nakasone pada
tahun 1993. Saat ini APPF berang­
gotakan 27 negara termasuk Indo­
nesia. APPF merupakan wadah bagi
para anggota parlemen guna mem­
bahas permasalahan bersama dan
berbagi pengalamandi berbagai bi­
dang yang menjadi concern masingmasing negara. Kerangka kerjasama
APPF berfokus pada perdamaian,
kebebasan, demokrasi, kesejahte­
raan, perdagangan dan investasi,
pembangunan berkelanjutan dan
kerjasama non militer.
Dalam pertemuan APPF ke 22 lalu
dihasilkan 22 resolusi lima dianta­
ranya merupakan prakarsa Indo­
nesia. Meskipun pembahasan per­
temuan APPF juga mencakup isu
perdagangan dan ekonomi, negara
anggota APPF juga memberikan
perhatian khusus terhadap isu per­
damaian dan stabilitas keamanan
kawasan seperti antara lain ter­
kait konflik atara Israel-Palestina,
polemik Suriah, perseteruan di
Semenanjung Korea, hingga isu
pemberantasan Korupsi, penang­
gulangan terorisme dan narkoba.
(Sugeng) foto: sugeng/parle/hr
SELEBRITIS
Dari Panggung
Hiburan Ke
Panggung Politik
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
71
SELEBRITIS
sudah paham tentang dunia
politik,” aku Dony.
Namun pada prak­
tek nya dilanjutkan
Dony, politik tidaklah
selalu sama dengan
teori yang pernah di­
pelajarinya di bangku
kuliah. Ia menganggap
hal itu sebagai referensi
semata. Ia mencontoh­
kan, ketika dirinya diper­
caya menjadi caleg Partai
Nasdem pada Pemilu 2014
kem a r i n u nt u k D aer a h
Pemilihan Jawa Barat. Ia
mendapati kenyataan ba­
nyak intrik-intrik penarik su­
ara massa yang tidak didapat­
nya di bangku kuliah. Hingga
akhir­nya langkahnya menuju
kursi anggota dewan harus ter­
henti.
J
i k a seb elu m nya t erken a l
lewat berbaga i per a n nya
di panggung hiburan, kini
pria bernama lengkap Dony
Damara Prasha Dhana bertekad
untuk memasuki panggung politik
t a n a h a i r. B a g a i m a n a i k hw a l
kesertaannya di panggung hiburan
t a n a h a i r, b er i k ut p enut u r a n
putera pasangan (Alm) Poernomo
Kismosoedirjo dan Oesye Purnomo
ini kepada Rahayu Setiowati dan
Rizka Arinindya dari Parlementaria.
“Sebenarnya politik bukan hal baru
bagi saya, karena disiplin ilmu yang
saya pelajari Fakultas Ilmu So­
sial dan Ilmu Politik, khususnya HI
atau Hubungan Internasional. Jadi
secara teoritis sedikit banyak saya
72
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
Gagal menjadi wakil rakyat bu­
kan berarti berhenti pula perjua­
ngannya untuk tetap menyalurkan
aspirasi rakyat plus membangun
negeri ini. Partai yang dinaungi­
nya melihat kemampuan yang ada
dalam diri Dony, hingga kemudian
ia pun diminta untuk memperkuat
jajaran Tenaga Ahli (TA) di fraksi­
nya.
“Sejak tahun 2009 lalu saya sudah
dipinang oleh beberapa partai, na­
mun baru 2014 kemarin saya baru
merasa yakin untuk menerima
pinangan dari Partai Nasdem, yang
menurut saya memiliki visi dan misi
yang sama dengan saya, sesuai de­
ngan slogannya gerakan perubah­
an. Bersama dengan Partai Nasdem,
saya ingin melakukan perubahan
untuk negeri dan bangsa ini,” jelas
pria kelahiran 12 Oktober 1966 ini.
Ada beberapa hal yang menurut
Dony harus diperbaiki di negeri ini,
selain pemberantasan KKN (kolusi
korupsi dan nepotisme), salah sa­
tunya adalah memangkas jalur bi­
Ada beberapa hal
yang menurut Dony
harus diperbaiki di
negeri ini, selain
pemberantasan
KKN (kolusi korupsi
dan nepotisme),
salah satunya
adalah memangkas
jalur birokrasi
untuk mendorong
pembangunan
infrastruktur di
Indonesia.
rokrasi untuk mendorong pemba­
ngunan infrastruktur di Indonesia.
Ia menilai infrastruktur yang masih
minim di beberapa wilayah Indo­
nesia disebabkan adanya birokrasi
yang tersendat.
Sebut saja ketika ia mengunjungi
Nabire, Papua ada pantai yang sa­
ngat indah, namun per jalanan
menuju tempat tersebut sangat
lama dikarenakan infrastruktur
yang masih kurang. Padahal po­
tensi pariwisata di daerah tersebut
sangat besar. Hal itu menurut Dony
tentu sangat menghambat pengem­
bangan pariwisata daerah tersebut.
“Saya ingin pengembangan infra­
struktur merata di seluruh wilayah
Indonesia, untuk itu birokrasi harus
dipangkas, agar ketika anggaran itu
turun maka yang sampai ke wilayah
tersebut juga sejumlah yang diang­
garkan oleh pusat,” ungkapnya.
Ia menyadari untuk bisa mewu­
judkan harapannya tersebut akan
lebih mudah jika ia menjadi anggota
dewan yang langsung dapat mem­
berikan pengaruhnya. Namun lewat
kesertaannya sebagai TA, ia tetap
berjuang mewujudkan harapannya
tersebut dengan bantuan anggota
dewan yang ada di fraksinya.
Kalahkan Andy Lau
Karir Dony dimulai sejak tahun 1978
saat ia didaulat untuk menjadi mo­
del iklan produk mentega. Wajah­
nya pun kemudian mulai menghiasi
berbagai layar kaca lewat iklan ber­
bagai produknya. Sukses sebagai
bintang iklan, Dony merambah ke
dunia seni peran lewat film Cinta
Anak Jaman. Berturut-turut, ia te­
rus didapuk peran layar lebar lewat
berbagai judul, diantaranya Ketika
Cinta Telah Berlalu, Boss Carmad,
Dua Kekasih dan Joe Turun Ke Desa,
Pagar Ayu dan Perwira Ksatria.
Di judul terakhir ini, peran Dony
sebagai Prasojo yang merupakan
seorang Perwira TNI AU dengan
latar belakang dari keluarga miskin
ini mampu menyedot perhatian
banyak khalayak. Hingga kemudian
di film yang disutradari oleh Nor­
man Benny ini Dony berhasil masuk
dalam nominasi pemeran pendu­
kung terbaik Festival Film Indone­
sia.
Puluhan film layar lebar dan layar
kaca telah dilakoninya, namun
film Lovely Man lah yang di­
rasanya paling berkesan.
Ya, di film ini Dony ber­
peran sebagai Syaiful, pria sejati
yang ketika malam berprofesi se­
bagai waria dengan nama jalanan
Ipuy. Permasalahan muncul ketika
Cahaya, anak gadis Syaiful datang
ke Jakarta mencari ayahnya yang
kemudian ditemui kenyataan ayah
yang dicarinya selama ini ternyata
seorang waria.
Film yang sempat memunculkan
kontroversi ini memang hanya se­
bentar dinikmati masyarakat Ibu­
kota, namun peran yang dilakoni
Dony sangat apik dan begitu me­
lekat dalam benak masyara­
k at . T id a k h a ny a
publik tanah air
yang terkesan
dengan ak­
ting Dony
di film
Lovely
Man, na­
mun juga
publik
se-asia.
Hingga
akhirnya
p a d a
Fe st iva l
F i l m
Asia ke-6 ia berhasil meraih predi­
kat Aktor Terbaik dalam film terse­
but.
Tidak tanggung-tanggung, dalam
festival tersebut ia berhasil menyi­
sihkan 31 judul film lainnya, terma­
suk film bertajuk Simple life yang
diperankan aktor terkenal Andy
Lau. Dewi fortuna rupanya berpi­
hak pada Dony, hingga akhirnya ia
berhasil mengalahkan aktor film
Hongkong tersebut dengan meraih
predikat The Best Actor atau Aktor
terbaik.
Kini, meski telah memasuki
panggung politik tanah air,
namun bukan berarti ia
akan sepenuhnya me­
ninggalkan panggung
hiburan, meng ingat
ia dibesarkan lewat
dunia seni peran. Na­
mun Dony mengaku,
untuk saat ini ia akan
lebih berkonsentrasi
ke dunia politik dan
akan lebih selektif
dalam menerima
tawaran di dunia
h i b u r a n . ( Ay u)
Foto: Ray/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
73
H
PIA Semakin
Terlihat Kiprahnya
ujan yang terjadi selama
beberapa hari sebelum­
nya sempat membanjir i
beberapa kawasan ibukota terma­
suk pemukiman nelayan, Kalibaru,
Ci­lincing Jakarta Utara. Kondisi
tersebut mengundang keprihatinan
dari para istri anggota DPR RI yang
tergabung dalam PIA (Persauda­
raan Istri Anggota) DPR. Sebagai
wujud solidaritas antar sesama, PIA
menggelar Bakti sosial di pemuki­
man tersebut. Berikut penuturan
Ketua PIA Periode 2014-2019, Deisti
A Novanto.
“Sebenarnya tidak musim hujan
pun kawasan pemukiman nelayan
ini sudah kerap banjir, karena po­
sisinya yang memang dekat dengan
laut. Ditambah dengan hujan yang
terjadi terus menurus beberapa
hari yang lalu sempat menjadikan
kawasan ini bak lautan, Alhamdu­
lillah saat kami datang sekarang ini
banjir sudah surut,” ungkap Deisti
disela-sela Bakti sosial di Kalibaru,
Cilincing Jakarta Utara (24/1).
Dijelaskan Deisti, kedatangannya
kali itu bersama anggota PIA ber­
tujuan untuk Bakti sosial berupa
pengobatan gratis. “Ini menjadi
salah satu program kami (PIA) se­
bagai wujud solidaritas antar sesa­
ma, juga sebagai bentuk terimaka­
sih kami kepada masyarakat yang
telah mendukung dan memberikan
kepercayaan kepada bapak-bapak
atau suami-suami kami menjadi
wakil rakyat atau anggota DPR,”
tambahnya.
Bersama dengan peng urus PIA
Periode 2014-2019 seperti Grace
Fadli Zon yang merupakan istri dari
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, ser­
ta Ibu Taufik Kurniawan, Ibu Agus
Hermanto dan Ibu Fahri Hamzah
serta pengurus PIA lainnya, PIA
telah menyusun berbagai program
kerjanya selama satu tahun. Dima­
na program tersebut memiliki tar­
get eksternal dan internal.
Ek ter nal misalnya, Bak ti sosi­
al berupa pengobatan gratis bagi
masyarakat di Kalibaru, Cilincing
Jakarta Utara. Program Bakti sos­
ial ini menurut Deisti rencananya
akan digelar dalam dua bulan sekali
dengan lokasi yang berbeda-beda.
Setiap lokasi dipimpin oleh panitia
inti dari latar belakang partai yang
berbeda-beda. Meski demikian, ia
meyakini bahwa seluruh anggota
PIA tetap ikut berperan serta dalam
pelaksanaan bhakti sosial tersebut.
Sementara program internal me­
miliki target ke dalam, yakni bagi
anggota PIA itu sendiri, karyawan
serta staf di DPR RI. Program terse­
but digelar dalam berbagai bentuk,
diantaranya berupa seminar parenting dan bazaar. Menurut Grace
Fadli Zon saat ditemui usai pelan­
tikan kepengurusan PIA periode
2014-2019, program internal sangat
74
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
bermanfaat bagi pengembangan
diri anggota PIA beserta staf dan
karyawan DPR. Karena tidak dapat
dipungkiri sebagai isteri anggota
dewan, PIA dituntut untuk mampu
mendukung sang suami yang no­
tabene merupakan seorang poli­
tisi, disamping juga sederet tugas
ibu rumah tangga lainnya, seperti
merawat dan memberikan pendidi­
kan terbaik bagi anak-anak.
Baik Deisti maupun Grace me­
ngakui sederet program kerja yang
telah disusun bersama anggota PIA
lainnya itu merupakan tugas mu­
lia yang harus dijalankan. Uniknya,
keduanya tidak menjadikan semua
itu sebagai sebuah beban berat.
“Ini amana h yang har us k ami
jalankan dengan baik, kami tidak
menganggap ini sebagai sebuah
beban. Karena di dalamnya juga
terselip misi sosial yang sangat mu­
lia, Insya Allah dibawah kepemimpi­
nan bu Deisti, saya yakin nama PIA
akan lebih berkibar dan akan lebih
terlihat kiprahnya baik di masyara­
kat maupun di lingkungan DPR RI
sendiri,” jelas Grace Fadli Zon, usai
pelantikan Pengu­
rus PIA beberapa
waktu lalu.
Sement ara itu,
A pr i l y a n g a k a n
datang dijelaskan
Deist i, PI A a k a n
membuat acara se­
jenis Family Gathering dalam rangka
menya mbut h a r i
Kartini. Dalam ke­
sempatan itu PIA
akan membuat
lomba tumpeng
bagi ibu-ibu, dan
lomba seni yang di­
tujukan bagi anakanak. Diharapkan dengan acara
tersebut silaturahim antar sesama
anggota PIA dan keluarga dapat se­
makin terjalin dengan baik. Lewat
keakraban tersebut sesama ang­
gota PIA dapat terus berbagi infor­
masi dan pengetahuan, yang pada
akhir­nya akan semakin meningkat­
kan dukungan terhadap para suami
yang telah dipercaya menjadi wakil
rakyat.
“Alhamdulillah sejak awal anggota
PIA jauh lebih kompak dan lebih
solid dibanding bapak-bapaknya.
Karena kami mengedepankan nama
PIA, bukan nama partai. Hal ini ten­
tu memudahkan kami dalam men­
jalankan program kerja yang telah
kami susun bersama,” pungkas De­
isti yang diamini oleh Grace. (Ayu)
foto: rizka, andri/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
75
PARLEMEN DUNIA
Kenal Lebih Dekat Majelis
Rendah Australia
Oleh Chusnul Mar’iyah | Pakar Politik UI
Pada awal 1990an, ketika tahun
pertama belajar di Sydney University tentang Politik Australia, pen­
ulis menghadiri beberapa sidang
dari Joint Committee dari Parle­
men Austrlia (house of representative atau Majelis Rendah) tentang
isu kebijakan Luar negeri Australia
terhadap Indonesia. Impresi penulis
menyaksikan bagaimana Parlemen
Australia lebih memiliki informasi
lengkap tentang Indonesia, bahkan
mungkin dibandingkan dengan DPR
sendiri tentang isu tertentu. Dalam
proses mendapatkan informasi ten­
tang Indonesia, parlemen Australia
membentuk Joint Commitee yang
mengundang masyarakat, baik in­
dividu, maupun kelompok. Dalam
hubungan Australia-Indonesia, ten­
tu isu Papua, Timor Timur dan Aceh
menjadi isu utama yang dibahas
sangat tuntas. Tone dari pemba­
hasan saat itu lebih bersifat negatif,
76
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
karena laporan-laporan dari ke­
lompok yang sangat kritis seperti
Amnesti Internasional, maupun
berbagai kelompok yang pro self
determination untuk Timor-Timur
dan Papua. Pada saat yang sama
tone positif, di antaranya berasal
dari keterangan (public hearing)
dari para guru Bahasa Indonesia,
para Indonesianist yang mencintai
Indonesia. Tentu juga keterangan
dari kepentingan pebisnis Austra­
lia di Indonesia. Hasil dari public
hearing inilah negatif dan positif
tersebut menjadi rujukan kebijakan
Canberra terhadap Jakarta.
Dua puluh empat tahun kemudian,
mengunjungi kembali Parlemen
Australia, perkembangan politik
silih berganti kekuasaan antara
Partai Buruh dengan Partai Koalisi
Liberal Nasional adalah suatu hal
yang biasa. Namun, dalam menge­
lola sistem kerja Parlemen Australia
terdapat perubahan dalam konsep
kini disebut sebagai parlemen mo­
dern. Indikator dari Parlemen mo­
dern adalah pertama, penggunaan
teknologi dan mudah diakses oleh
publik; dan fungsi representasi.
Bagaimana hal tersebut diimple­
mentasikan dalam parlemen mo­
dern Australia di tingkat pemerin­
tahan fede­ral (nasional)?
Penggunaan Teknologi dan Mudah
Diakses
Hampir seluruh parlemen di dunia
tentu sudah menggunakan teknolo­
gi dalam mengelola proses politik di
parlemen. Yang menarik dari Parle­
men Australia adalah perkemba­
ngan seluruh hasil kerja parlemen
yaitu semua dalam bentuk perde­
batan dapat diakses melalui website.
Ada beberapa hal penting yang me­
nonjol yang dapat menjadi indikator
dalam parlemen modern. Pertama,
fungsi Parlemen adalah membuat
peraturan per-undang-undangan;
f ungsi mengontrol peme­r int ah
dan fungsi anggaran. Oleh karena
itu produk dari parlemen dapat
dilihat secara individu apa yang
diperjuangkan dari masing-mas­
ing anggota legislatif dapat dilihat
dalam dokumen Hansard. Dalam
hal ini yang dimaksud Hansard
adalah nama yang diberikan terha­
dap transkrip perdebatan di Senat,
House of Representatives, Federation Chamber dan komite-komite
yang dibentuk parlemen. Transkrip
ini dipubliskasikan dalam waktu
yang sangat singkat (3 jam) setelah
selesai rapat saat itu.
Saat penulis meneliti untuk keper­
luan disertasi doktor tentang Politik
di Australia, maka dengan mudah
dapat diakses publikasi hasil perde­
batan tersebut. Di tahun 1990an,
saya masih menemukan Hansard
dalam bentuk hard copy yang bi­
asanya diterbitkan sehari sesudah
rapat di parlemen tersebut. Namun,
saat ini semua dokumen Hansard
sejak Australian Federation 1901 su­
dah dapat diakses di web Parlemen
Australia. Sementara itu, saat ini
semua perdebatan parlemen dapat
diakses 3 (tiga) jam setelah rapat
ditutup.
Pada saat yang sama, terdapat per­
aturan bahwa media Australia tidak
dapat merekam perdebatan di Par­
lemen. Dengan Kamera Robot yang
dipasang dalam ruang Parlemen,
maka Parlemen Australia sudah
menyiapkan semua rekaman pros­
es sidang yang diberikan kepada
seluruh media yang membutuhkan
dengan perbedaan waktu hanya
2-5 detik. Dengan demikian media
tidak perlu menyediakan anggaran
besar untuk kebutuhan tersebut.
Peraturan lain yang menarik adalah
media dilarang memotret anggota
dewan di dalam restoran yang ada
di dalam gedung Parlemen dan ti­
dak boleh memotret Anggota Par­
lemen di kolam renang. Dengan
demikian Gedung Parlemen yang
sangat ketat dengan sistem ke­
amanan satu pintu, memberikan
ruang yang cukup bagi wakil rakyat
untuk lebih berkonsentrasi kepada
portofolio yang harus dilaksanakan
sebagai tugas pokoknya.
Hal lain yang menjadi produk dari
parlemen adalah peraturan pe­
rundang-undangan. Dalam hal ini
konsep yang digunakan adalah Bill
Digest. Produk dari parlemen ini
juga dapat diakses secara elektron­
ik sejak 1990. Sementara sebelum
tahun 1990 dapat diakses melalui
publikasi yang dicetak. Dengan
model dukungan sistem parlemen
tersebut, maka rekam jejak setiap
Wakil Rakyat dapat diikuti melalui
rekam jejak selama menjadi Ang­
gota Parlemen. Pada saat yang sama
birokrasi parlemen menyediakan
sistem khusus untuk para anggota
Parlemen secara elektronik. Den­
gan demikian di manapun Anggota
Parlemen Australia akan langsung
secara mudah mengakses berbagai
dokumen negara yang dibutuhkan
untuk pengambilan keputusan.
Setiap Anggota Parlemen di Aus­
tralia memiliki kantor dengan staf
yang cukup di setiap daerah pemi­
lihannya. Pada saat Parlemen tidak
bersidang (sitting sessions), Ang­
gota Parlemen berkantor di Daerah
Pemilihannya masing-masing. Den­
gan demikian berbagai persoalan
yang dihadapi oleh konstituen dan
persoalan daerah pemilihan dapat
secara langsung disampaikan ke­
pada wakil rakyat di kantor Dapil­
nya. Selain itu, penggunaan media
sosial seperti blog, FB dan twitter
juga menjadi mekanisme bagi wakil
rakyat dalam berkomunikasi de­
ngan wakilnya.
Fungsi Representasi
Sistem Politik di Australia adalah
sistem Parlemen­ter. Pemenang pe­
milu (50 % plus 1) dapat membentuk
pemerintahan. Dalam mengimple­
mentasikan sistem ini, pemenang
mayoritas akan membentuk ko­
alisi bila dalam pemilu ternyata ha­
nya menang tipis dan kurang dari
separuh plus satu. Anggota Parle­
men Australia untuk majelis rendah
adalah 150 orang. Dengan demikian
untuk mendapatkan posisi mem­
bentuk pemerintahan dalam pe­
milu, partai politik paling tidak
memenangkan 76 kursi. Sistem
pemilu untuk majelis rendah ini
adalah sistem distrik. Berbeda de­
ngan sistem pemilu untuk majelis
tinggi (Senat) menggunakan sistem
proporsional di mana setiap negara
bagian memiliki wakil yang sama 12
orang (untuk enam negara bagian),
sementara untuk Territori yaitu
Northen Territori dan Wilayah Ibu
Kota Teritori Canberra masingmasing memiliki 2 wakil Senat. Per­
dana Menteri Australia harus ber­
asal dari Majelis Rendah (House of
Representative).
Jumlah distrik di setiap negara ba­
gian (Australia memiliki 6 negara
bagian dan 2 Teritori) tergantung
jumla h penduduk. Daera h pe­
milihan terkecil wilayahnya ada
di negara bagian NSW (New South
Wales) di dalam Kota Metropolitan
Sydney, karena sangat padat pen­
duduknya yaitu daerah pemilihan
Grayndler yang hanya mengkover
32 sq km. Sementara distrik yang
memiliki luas wilayah yang sa­ngat
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
77
PARLEMEN DUNIA
padat adalah distrik Durack di Aus­
tralia Barat dengan mengkover se­
luas 1 587 758 sq km. Wilayahnya
meliputi separoh lebih negara ba­
gian WA (Western Australia). De­
ngan demikian pembagian wilayah
perwakilan tidak didasarkan pada
luas wilayah, perwakilan untuk
majelis rendah berdasarkan jumlah
penduduk yang diwakilinya. Hal itu
mengingatkan pemulis saat mem­
buat pertama kali dalam sejarah
politik di Indonesia memiliki daerah
pemilihan. Protes berasal dari dae­
rah yang memiliki wilayah luas na­
mun jarang penduduknya. Prinsip
keterwakilan dalam hal ini adalah
keterwakilan penduduk bukan ke­
terwakilan wilayah.
Australia adalah sedikit negara
yang menggunakan sistem
pemilu wajib bagi warga
negaranya. Semua war­
ga negara Australia wajib
meng ik uti pemilu. Apa­
bila tidak mengikuti pe­
milu, maka melalui proses
pengadilan dapat didenda
sampai 50 dollar Australia.
Oleh karena itu AEC (Aus­
tralian Election Commis­
sion) menyediakan memilih
melalui pos bagi yang tidak
bisa hadir pada hari pemilu yang
dilaksanakan biasanya hari Sabtu
dari pagi sampai ditutup jam 6 sore.
Sistem ini dianggap baik oleh kedua
partai utama yaitu Partai Buruh
dan Partai Koalisi Liberal/Nasi­
onal. Dengan demikian semua war­
ga negara Australia bertanggung
jawab terhadap proses bernegara.
Di samping itu juga sistem pemi­
lunya menggunakan sistem distrik
dengan varian preferensial sistem.
Pemilih harus membuat preferensi
peringkat satu sampai jumlah kan­
didat. Hanya yang mendapatkan
sua­ra separuh lebih satu yang dapat
memenangkan kursi. Oleh karena
itu di beberapa distrik kadang ter­
jadi pemenangan melalui prefe­
rensi kedua. Konsep pemilu dengan
78
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
sistem rahasia (tidak terbuka secara
langsung memilihnya) merupakan
model yang dilakukan pertama kali
di Australia, yang dikenal di Ameri­
ka Serikat sebagai Australian Ballot.
Aust r a l i a meng g u n a k a n m a s a
pemerintahannya yang disebut
non-fixterm. Paling lama masa
pemerintahannya hanya 3 tahun.
Namun, sebelum tiga tahun Per­
dana Menteri dapat membubarkan
pemerintahannya dengan mel­
aporkan kepada gubernur jendral
dan dalam waktu 36 hari dilaku­
kan pemilu dan terpilih peme­
rintahan baru. Model seperti ini
memungkinkan rezim yang per­
caya mendapat dukungan pemilih,
membubarkan pemerintahannya
sebelum masa pemerintahannya
berakhir untuk dapat memperpan­
jang masa pemerintahannya.
Pemerintahan Australia juga dapat
membubarkan pemerintahan kare­
na alasan khusus yang diperboleh­
kan dalam konstitusi Australia ps
57 yang dilakukan oleh Gubernur
Jendral yang membubarkan kedua
majelis Rendah dan Majelis Atas,
sehingga dilaksanakan pemilu se­
cara bersamaan. Dalam hal ini
disebut double dissolution. Salah
satu yang bisa menyebakan double
dissolution tersebut apabila budget
ditolak dua kali. Setelah dibubarkan
dalam waktu 36 hari dilaksanakan
pemilu dan dibentuk pemerintahan
baru hasil pemilu. Pemilu di Austra­
lia hanya membutuhkan persiapan
36 hari saja.
Dengan model sistem keterwakilan
dalam sistem politik di Australia,
dengan mudahnya warga negara
untuk mengakses wakilnya, dan
dapat mengontrol melalui teknologi
terhadap perdebatan politik di Par­
lemen Australia, maka tanggung
jawab menjadi A nggota Dewan
di Australia tidak dapat lari dari
pengawasan warga negara. Proses
pengambilan keputusan semua pe­
rundang-undangan, hubungan luar
negeri melalui partisipasi rakyat
melalui public hear ing menjadi
mekanisme penting dalam proses
legislasi. Selain itu proses legislasi
tidak hanya diputuskan oleh Majelis
Rendah, namun juga harus dibahas
dalam majelis tinggi (Senat). Majelis
Rendah harus menyerahkan
RUU untuk concurence (sent
to Senate for cooncurrance)
dan dikembalikan oleh Se­
nat kepada House of Representative tanpa perbaikan
(without amandement) atau
dengan perubahan, baru
kemudian dikirim ke Gu­
bernur General menjadi Act.
Dan dipublikasikan menjadi
UU (the Law). Dengan model
Parlemen Modern tersebut,
maka proses pembuatan UU dapat
diikuti oleh warga yang berkepen­
tingan dengan issue yang dibahas
dalam UU tersebut. Apalagi dengan
sistem pemilu yang wajib (compulsory voting), tuntutan warga terha­
dap wakilnya sangat tinggi. Model
Parlemen Modern yang menjadi
model untuk transparansi dan
akuntabilitas wakil rakyat yang
dikembangkan di banyak negara,
dapat dikembangkan di seluruh
Parlemen di Indonesia, dimulai di
DPR untuk membang un keper­
cayaan publik terhadap lembaga
DPR. Sistem Presidensial yang kuat
membutuhkan eksekutif yang kuat
dan DPR yang kuat untuk mengon­
trolnya. foto: dok/parle/hr
POJOK PARLE
K
etenaran Menter i Kelaut an dan
Per i k a n a n S u s i P udj i a s t ut i t id a k
diragukan lagi. Sikap tegasnya terutama
dalam memberant as Illegal f i shin g
mengundang banyak pujian- diantaranya dengan
menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan.
Buktinya sejumlah kapal ilegal pencuri devisa
negara itu-bekerja sama dengan aparat penegak
hukum dan TNI AL telah dibom-ditenggelamkan ke
laut bebas.
Dalam rapat kerja pertama sejak dilantik menjadi
Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Kerja dengan
Komisi IV DPR dipimpin Ketuanya Edhi Prabowo Senin
(26/1), perhatian para anggota Dewan kepada menteri
yang satu ini cukup besar. Selain menyoroti kebijakan
kementerian, para anggota juga menyampaikan
apresiasi atas peran Menteri Susi selaku pemilik Susi
Air dalam melayani penerbangan perintis di tanah air.
h a d i r, s a t u p e r s a t u
menyebutk an nama,
daerah pemilihan (dapil)
ser t a f r a k si m a si ngmasing. Kemudian tiba
giliran anggota Luther
Kombong dari Fraksi
Gerindra.
Setelah menyebutkan
n a m a d a n d api l nya anggota Dewan ini mengutarakan bahwa
dirinya “sering naik Susi”. Maksudnya bahwa ketika
mengunjungi daerah-daerah Balikpapan, Samarinda
dan Berau dia kerap menumpang “Susi Air”. Kontan
saja, pengakuan anggota Dewan ini mengundang tawa
para hadirin.
Sampai saat ini, Menteri Susi memang menjadi
“primadona”, baik di kalangan jurnalis maupun
Raker kali ini digelar setelah sebelumnya tertunda koleganya sendiri, sesama menteri di Kabinet Kerja.
karena menghadiri Rapat dengan Badan Anggaran Dalam rapat dengan Banggar sebelumnya dia curhat
DPR. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti sering dibully ketika rapat Kabinet. ”Kabinet Kerja ini
didampingi sejumlah staf disambut di ruang VIP kerjanya bully saya, selalu saja Susi. Saya mau melapor
Komisi IV. Selayaknya rapat pertama, maka agendanya Komnas HAM,” ujarnya berkelakar. (mp,ry) foto: rizka/
adalah perkenalan seluruh anggota Komisi IV yang parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 121 TH. XLV, 2015
79
Download