M6-Healthnews-Mal May-June V3.indd

advertisement
TIS
GRA
Mei/Juni 2013
HealthNews
Kisah inspiratif dan informative untuk para pasien
Trinh Thi Tuyet Suong berhasil
mengobati kanker payudaranya
18 tahun yang lalu, tapi 15 tahun
kemudian, dia merasakan
bayang-bayang penyakit itu masih
menghantuinya
S
uatu hari saat sedang mandi, Ms Trinh Thi Tuyet Suong
(46) menemukan sebuah benjolan di payudara kirinya.
Sebagai seorang apoteker sekaligus pemilik salah satu
apotek terbesar di Pleiku City, Vietnam, dia langsung berpikir,
“Ini kanker payudara.”
Suong mempercayakan menyerahkan masalah ini kepada
ahlinya. Dokter-dokter di Vietnam merekomendasikan pengangkatan benjolan (lumpectomy) dan setelah itu mengkonsumsi
Tamoxifen. Setelah operasi itu, rutinitas hariannya kembali seperti biasa dimana dia membuka toko jam
Kisah
enam pagi dan tutup jam sebelas malam,
tentang
selama tujuh hari sepekan.
Dia kembali ke kehidupan normalnya, HARAPAN
dan tidak pernah memikirkan lagi tentang
pertarungan terhadap kanker payudaranya. Lagipula, dokternya
tidak memintanya untuk melakukan check-up kembali.
Pada tahun 2007, setelah 15 tahun terbebas dari kanker,
Suong mengalami sakit kepala dan muntah-muntah. Dan dia
pun segera ke rumah sakit. Setelah beberapa bulan dan melewati
serangkaian tes, dokter memastikan bahwa gejala yang dialaminya tidak berkaitan dengan kanker.
Setelah dilakukan beberapa penelitian dan mendapat masukan, Suong pun terbang ke Singapura dan berkonsultasi dengan
dokter ahli kanker di Parkway Cancer Centre yaitu Dr Khoo Kei
Siong.
Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat tumor berukuran besar di otaknya yang menyebabkan pembengkakan otak
di sekitarnya dan menghalangi aliran cairan serebrospinal. Dan
teka-teki penyebab sakit kepalanya pun terjawab.
Dr Khoo menceritakan tentang kunjungan pertama Suong ke
kliniknya. “Saat dia datang pertama kali kesini, kondisinya sangat
buruk dengan sakit kepala yang terus muncul, sakit pada bagian
leher dan muntah-muntah. Dia merasa khawatir dan cemas. Dari
hasil pemeriksaan kami terlihat ada banyak tumor di otaknya.”
Ahli bedah saraf Rumah Sakit Gleneagles Dr Timothy Lee
diminta untuk melihat kondisinya. Dia melakukan reseksi (pengangkatan sebagian organ atau struktur tubuh-pen) di bagian
terbesar dari tumor-tumor yang ada di otak kecil Suong. Sebuah
stent juga dipasang di otaknya untuk mengurangi hidrosefalus
(akumulasi cairan serebrospinal).
Dan akhirnya, untuk pertama kali setelah berbulan-bulan,
Suong mulai merasa lebih baik.
Dalam pemeriksaan tersebut, Dr Khoo juga menemukan
sebuah tumor besar di pankreas yang menghalangi saluran
empedu. Sehingga, Suong pun mengetahui bahwa dirinya tidak
hanya terserang kanker di otaknya, namun juga di pankreas.
Akhirnya dia pun menjalani operasi di Vietnam untuk memotong
saluran empedunya.
Jangan
Pernah
Lengah
Lanjut ke halaman berikutnya
EDISI BULAN INI: Mengobati Kanker Usus | Roadshow PCC
MCI (P) 040/01/2013
Kisah tentang Harapan
Lanjutan halaman muka
Sementara itu, tim kesehatannya di Singapura menemukan misteri baru – apa penyebab awal munculnya tumor di
otak kecilnya?
“Kanker payudara dan pankreas diobati dengan cara
berbeda, dan obat yang berbeda pula,” Dr Khoo menjelaskan tantangannya. “Jadi kita harus tahu tumor tersebut
berasal dari mana. Inilah alasan mengapa kami memutuskan
untuk mengangkat salah satu penyebaran (metastasis) di
otaknya – yaitu untuk mengirimkan sampelnya untuk dites.
Kami mengira tampaknya penyebaran tumor (metastasis) di
otaknya tersebut berasal dari pankreas, namun ternyata hal
itu berasal dari kanker payudara yang pernah dideritanya 18
tahun yang lalu.”
Peristiwa tersebut merupakan pelajaran berharga bagi
Suong — bahwa dia tidak boleh lengah sedikitpun terutama
soal kanker. Tidak hanya untuk beberapa tahun saja; bahkan
untuk waktu 18 tahun sekalipun.
Suong pun menjalani radioterapi untuk kanker otaknya
dan memulai kemoterapi. Dia juga diberikan terapi hormon
secara oral untuk kanker payudaranya yang dikiranya sudah
diselesaikan lebih dari satu dekade yang lalu.
Seluruh tumor merespon dengan baik dan, sejak awal
tahun 2009, Suong akhirnya merasa percaya diri bahwa pada
akhirnya dirinya bisa keluar dari lorong panjang yang gelap.
Sementara ini, dia telah menetap di Ho Chi Minh City,
sehingga bisa lebih dekat ke rumah sakit dan bandara, karena
dia masih harus bolak-balik ke Singapura untuk pengobatan
kankernya.
Dengan berat hati, akhirnya Suong pun menyerahkan
bisnis yang sangat dicintainya, yaitu Trang Pharmacy, ke
tangan putrinya, yang juga seorang dokter anak. Bagaimanapun, jiwa seorang apoteker dalam dirinya tetap mengalir, ditunjukkan dengan tetap pedulinya Suong terhadap kebutuhan
kesehatan dari sesama warga di Pleiku City.
Dia ingat secara khusus dengan salah seorang tetangganya. Ms Hien suatu hari memanggil dirinya sambil menangis.
“Aku baru saja pergi ke dokter dan kata dokter tersebut
kedua payudaraku harus diangkat!”
Dokter mendeteksi adanya kanker di kedua payudara
Ms Hien. Namun dia tidak sanggup jika harus menghadapi
operasi pengangkatan payudara (mastektomi) untuk kedua
payudaranya. Suong pun menenangkannya dan menyarankan
agar Ms Hien mendatangi Dr Khoo di Singapura.
Setelah beberapa kali pendekatan, akhirnya Ms Hien
mengikuti saran Suong. Kunjungan tersebut ternyata lebih
dari yang dia harapkan. Setelah dianalisa dengan cermat, Dr
Khoo mengatakan dia tidak perlu menjalani mastektomi dan
menyarankan pilihan pengobatan lain. Dia baik-baik saja dan
tanpa kanker.
“Wajar jika seorang pasien khawatir dan menjadi
cemas saat gejala (penyakitnya) memburuk.
Namun, Suong sangat kooperatif selama masa
pengobatannya walaupun proses tersebut sangat
tidak menyenangkan baginya.”
Dr Khoo, tentang Suong
Tersambunglah
bersama kami di
www.facebook.com/
parkwaycancercentre
Tim Editorial
Fong Mue Chern
Pauline Loh
Nazir (Tan) Amir
Vincent Tan
Penerbit
Preston
Communications
Percetakan
Impress Printing
Dilarang mengutip,
memperbanyak, atau
memperjualbalikan
kembali sebagian atau
seluruh isi majalah ini
tanpa izin tertulis dari
penerbit. Informasi
yang tersaji di majalah
ini tidak dimaksudkan
untuk menggantikan
saran dari praktisi
kesehatan Anda.
Suong tersenyum puas setiap kali mengingat
kenangan tersebut. “Sampai hari ini, dia pasti akan
berterima kasih sebanyak mungkin kepada saya setiap
kali kita bertemu, karena, secara tidak langsung, saya
telah membantunya menyelamatkan payudaranya!”
Suong baik-baik saja sampai pada bulan April
2012 yang lalu kanker terdeteksi lagi pada dirinya, dan
saat itulah dia mulai menjalani kemoterapi.
Selama pengobatannya, Dr Khoo mengamati sesuatu hal dari Suong, yaitu: “Wajar jika seorang pasien
khawatir dan menjadi cemas saat gejala (penyakitnya)
memburuk. Namun, selamat masa pengobatannya,
Suong sangat kooperatif, walaupun proses tersebut
sangat tidak menyenangkan baginya.”
Dr Khoo menjelaskan lebih lanjut, “Pasien dengan tumor otak sekunder, baik itu dari payudara atau
kanker lainnya, pada umumnya tidak berjalan baik.
Terlebih lagi, Suong tidak hanya harus menghadapi
tumor otaknya yang kedua kali, namun juga harus berjuang melawan dua kanker sekaligus. Dalam kasus ini,
pemulihan Suong sangat luar biasa. Pengobatan yang
efektif dan tekadnya yang kuat untuk melanjutkan
hiduplah yang membawanya tetap bertahan sepanjang
tahun-tahun belakangan ini.”
Selama observasi terakhir pada Januari 2013, dia
dinyatakan telah sepenuhnya asimptomatik (suatu
keadaan dimana pasien yang masih memiliki penyakit
tertentu namun dia tidak merasakan gejalanya sama
sekali-pen) dan kankernya terkontrol.
Menjangkau Komunitas
Berbagi Kisah tentang
K
anker bisa jadi adalah salah satu dari sekian banyak
penyebab utama kematian di Singapura, namun
banyak pasien kanker berhasil bertahan hidup dari
penyakit itu dan memiliki kisah yang menggugah untuk dibagi.
Di bulan Maret, Parkway Cancer Centre (PCC) menghadirkan kampanye “I am Cancer Warrior” di dua acara,
sebagai bagian dari usaha mereka untuk membangun kesadaran masyarakat akan kanker dan menekankan pentingnya
pemeriksaan kesehatan.
Pada 12 Maret, PCC memperkenalkan kampanye
tersebut di Pameran Pendidikan yang diadakan oleh HewlettPackard yaitu “Power of Prevention”, yang diselenggarakan
bagi para karyawan yang ingin mencari tahu lebih dalam
tentang jenis-jenis kanker dan bagaimana mencegahnya.
Dari 18 hingga 24 Maret, PCC juga mengadakan sebuah
roadshow “I am Cancer Warrior” di Chinatown Point, di
mana masyarakat bisa mengetahui tentang kisah orang-orang
yang sukses melawan dan menaklukkan kanker.
Diluncurkan pada tahun 2011, kampanye “I am Cancer
Warrior” ini adalah sebuah bentuk merayakan kemenangan
para mantan penderita kanker dan memberikan mereka
kesempatan naik ke atas panggung, bersama dengan para ahli
kanker, untuk berbagi pengalaman mereka saat harus bertarung menghadapi berbagai rintangan untuk mengalahkan
penyakit tersebut.
Sejak saat itu, beberapa roadshow pun diadakan, dan
PCC telah mengambil bagian di berbagai acara publik dan
berbagai perusahaan dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang bagaimana kanker sebenarnya bisa dicegah, dideteksi dini dan diobati.
Di stan PCC di Hewlett - Packard, misalnya, para pengunjung dapat melihat pusat informasi dari PCC, termasuk
buletin seperti Health News dan Hopelink, dan juga sebuah
buku resep masakan yang unik yang menampilkan aneka
resep untuk pasien kanker Asia.
Buku resep yang berjudul “Awakening the appetite”, seharga S$49.90, hasil penjualan bersihnya akan disumbangkan
kepada Singapore Cancer Society (SCS).
Beberapa pengunjung juga turut serta dalam kegiatan
“Draw for Courage”, dimana mereka membeli peralatan
menggambar sebesar S$5 dan menuangkan ide mereka
tentang para pejuang kanker dalam bentuk gambar. Hasil
penjualan tersebut juga didonasikan ke SCS.
Kiri: Roadshow “I am Cancer Warrior” di Chinatown
Point dari 18 sampai 24 Maret. Bawah: Beberapa
hasil gambar masyarakat dengan menggunakan
peralatan gambar di kegiatan “Draw for Courage”.
Menjangkau Komunitas
Harapan
Acara bincang-bincang
dan lainnya
Maret menjadi bulan yang sibuk bagi Parkway
Cancer Centre. Pusat kanker ini sedang
mengadakan berbagai acara dalam rangka
membangun kesadaran masyarakat tentang
pemeriksaan kanker, pencegahan, dan
pengobatannya.
Bincang-bincang Yayasan
Ginjal Nasional “Jagalah
Kesehatan
Anda”
Dokter Ahli Kanker
PCC Dr Foo Kian
Fong berbicara
tentang pencegahan,
pemeriksaan dan
pengobatan kanker
usur besar.
Karnaval
Kesehatan
dari majalah
kesehatan
“Health No.1”
dan “Wellness
No.1”
Atas: Di pameran pendidikan Hewlett-Packard
“Power of Prevention”, staf PCC sedang
memberikan informasi dan materi tentang
kanker, serta berbicara tentang para Pejuang
Kanker. Atas: Konselor senior Benson Soh juga
memberikan tip praktis tentang bagaimana
mengatasi kanker.
Dokter Ahli Kanker PCC
Dr See Hui Ti (kanan)
menjawab pertanyaan
setelah pemaparannya
tentang pola makan
tepat untuk mencegah
kanker
Temukan Lebih Dalam
Cari tahu lebih dalam tentang “I am Cancer
Warrior” di halaman Facebook https://www.
facebook.com/IamCancerWarrior
Para pejuang Kanker akan bercerita tentang
kisah mereka dalam sebuah seri dokumenter di
Channel NewsAsia. Info lebih lanjut mengenai
waktu dan jam tayang bisa dilihat di http://
parkwaycancercentre.com/stories-of-hope/
c-n-a/cancer-warriors-2/
Karnaval NTUC dalam rangka
merayakan Hari Wanita Internasional
Ahli gizi senior PCC Fahma Sunarja berbagi tip
kesehatan tentang pola makan sehat.
Melayani Anda
‘Bahkan Dalam Derita,
Dia Tetap Memberi’
Selama
bertahuntahun,
manajer
perawat
Suster Tay
Sok Har
(kanan) telah
memberikan
kekuatan
kepada
banyak
pasien.
Namun dia
juga
mengambil
inspirasi dari
sebagian
mereka. Dan
dia mengingat
salah satunya
secara
istimewa
P
ertama kali bertemu dengan May*, sekarang berusia
50 tahunan, 12 tahun lalu saat ayahnya sedang
berkonsultasi dengan Dr Freddy Teo Cheng Peng
(Konsultan Senior, Hematologi) dengan keluhan gangguan
sumsum.
Dia selalu berpenampilan rapi, elegan dan sopan, dan
saat itu, karena dia yang merawat dan mendampingi ayahnya saat melawan penyakitnya, jadi saya tahu banyak tentang
dia dan kami akrab bahkan saat ayahnya telah tiada.
Di bulan Oktober 2011, dia datang menghadap kami
mengeluhkan rahangnya yang bengkak. Dia sudah berkonsultasi ke dokter lain namun sakit dan nyerinya tersebut
didiagnosa sebagai tanda-tanda penuaan.
Akan tetapi kemudian kami tahu bahwa ada sesuatu
yang salah dan kami pun mengirimnya untuk tes lebih lanjut. Saat mendengar diagnosa kanker paru-paru stadium IV,
dan telah menyebar ke tulang, hati saya merasa hancur.
Namun May dengan cepat bisa menerima keadaan. Dia
memang menangis pada awalnya, tapi akhirnya dia bisa
menerima hasil diagnosa itu dengan cepat. Dengan tenang
dan sabar, dia pun mencari tahu sebanyak mungkin tentang
kanker yang dideritanya dan pilihan pengobatan apa saja
yang tersedia.
Bermodal kedekatannya dengan May secara pribadi, Dr
Teo pun beranggapan bahwa yang terbaik bagi May adalah
merujuknya ke koleganya – Dr Foo Kian Fong (Konsultan
Senior, Onkologi Medis).
Dan, dengan penerimaannya yang cepat dan keyakinannya terhadap para dokter, pengobatan pun dimulai dengan segera. Tanpa banyak embel-embel, May, yang telah
menikah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki yang kini
telah dewasa, berjuang keras, tetap positif dan optimis dan
berhasil mengalahkan kanker sampai terbebas.
Namun, sesaat setelah merayakan kesembuhannya, dia
harus menghadapi kejutan lain. Di bulan Mei 2012, ibunya
didiagnosa terkena kanker pankreas.
Meskipun kesehatannya belum pulih sepenuhnya, May
tanpa ragu-ragu segera putar haluan menjadi pengasuh dan
perawat bagi ibunya yang berusia 70 tahun lebih, sama seperti yang dia lakukan pada ayahnya lebih dari satu dekade
lalu.
Karena faktor usia lanjut, ibunda May meninggal hanya
lima bulan setelah diagnosa tersebut.
Bisa jadi itu adalah beban fisik dan emosional yang
harus dibayarnya dari beberapa bulan lalu tersebut yang
memberi kontribusi terhadap kambuhnya kanker May tidak
lama setelah kepergian sang ibu. Sekarang dia kembali ke
rumah sakit dalam rangka berobat untuk mengobati penyakitnya yang kambuh.
Sekali lagi, apa yang begitu indah dari dirinya adalah
bagaimana ikhlasnya dia menerima ujian yang menimpanya.
Saya telah bertemu banyak pasien kanker tapi sedikit
yang bisa sehalus, bijak dan tetap memberi seperti dirinya.
Tentu saja dia menangis namun tidak berdiam diri, dia
memilih untuk terus maju dengan positif.
Melewati pengalaman emosional yang begitu menguras
tenaga serta hati dan jiwanya dan terlepas dari penyakit
fisiknya, May berusaha keras untuk memahami segala detil
dan selalu teratur dan terkontrol dalam hal perawatan dan
pengobatannya.
Di tengah semua ini, dia juga tidak pernah berhenti
memberi dan telah membuat rencana untuk keluarganya,
mulai dari suami dan dua anak laki-laki, untuk adiknya.
Mengetahui penyakitnya sudah di titik akhir, dia bahkan
sudah memutuskan bagaimana akan menghabiskan hari-hari
terakhirnya, berjanji untuk berjuang sekuat mungkin namun
juga siap menerima takdir jika waktunya telah datang.
Bersikeras bahwa karena rumahnya terdiri dari anak
laki-laki seluruhnya yang “tidak akan mampu mengatasi
dengan merawatnya di rumah”, maka dia ingin menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah sakit saja. Dan,
mengingat masih ada saudara perempuannya yang masih
lajang, maka May juga meminta anak-anaknya berjanji agar
mereka juga menjaga bibi mereka selain tentu saja sang
ayah jika nanti ibu mereka telah tiada
Semangat gigihnya tidak membiarkan dirinya lemah
bahkan dengan pikiran-pikiran tentang kematian sekalipun,
dia berbagi kepada saya tentang betapa besar keinginannya
untuk bertemu dengan ayah dan ibunya, di surga nanti.
Saat saya berbagi kisah ini kepada Anda, dia telah
menghabiskan waktunya selama tiga pekan di rumah sakit,
sambil terus melawan sebuah infeksi dengan harapan
kondisi fisiknya bisa lebih baik untuk melewati Tahun Baru
Cina di rumah bersama keluarganya. Dan, bahkan saat saya
mengunjunginya di kamar inapnya setelah saya pulang
bekerja, dia tidak pernah lupa untuk memberi perhatiannya
kepada saya, menyuruh saya pulang segera karena yakin
saya pasti amat lelah setelah bekerja.
Saya tidak tahu berapa lama lagi May akan bertahan
bersama kami disini, namun dia telah memberikan dirinya
yang terbaik, tidak pernah membiarkan penyakitnya
menjadikan dia lemah, menjadikan dia lupa mempedulikan
orang lain atau kehilangan imannya.
Dia juga dengan sukses melawan infeksi terakhirnya,
dan telah kembali ke rumahnya untuk merayakan Tahun
Baru Cina.
Dia telah menginspirasi saya dalam banyak hal seperti,
mengambil alih seluruh hidupnya, menempatkan orang
lain di atas dirinya sendiri, mengasihi sesama dengan tanpa
batas dan tanpa pamrih. Saya menyaksikan sendiri sebuah
kehidupan yang telah terpenuhi secara total, yaitu seseorang
yang terus peduli akan kehidupan orang lain meskipun dia
sendiri sedang sakit.
Dia benar-benar seorang wanita yang luar biasa, saudara
yang sangat saya cintai dan sahabat terbaik yang istimewa.
*Bukan nama sebenarnya
Melawan Kanker
K
anker kolorektal, atau kanker kolon (usus besar),
adalah kanker yang paling umum terjadi di Singapura.
Resiko terkena kanker ini meningkat tajam pada usia
50 sampai 55 dan meningkat dua kali lipat setiap pertambahan
usia 10 tahun, dan memuncak di usia 75 tahun. Namun
sayangnya, orang di bawah usia 50 tahun pun berisiko terkena
penyakit tersebut.
Kanker kolon telah dikaitkan dengan beberapa faktor
seperti genetik, pola makan dan faktor lingkungan lainnya.
Saat ini, kanker kolon dapat diatasi dan berpotensi dapat
diobati, terutama jika terdeteksi dini.
Peserta bisa mendengar lebih jauh tentang kanker
nomor satu di Singapura ini pada acara yang baru-baru ini
diselenggarakan oleh CanHOPE, sebuah layanan dukungan
dan konseling kanker nirlaba yang diberikan oleh Parkway
Cancer Centre.
Pembahasan tersebut adalah bagian dari usaha berkelanjutan canHOPE untuk membantu para pasien kanker dan
orang-orang yang merawat mereka dalam perjalanan mereka,
bersama dengan banyak program pendukung lainnya termasuk konseling, kelompok pendukung pasien dan workshop
dengan berbagai topik pembahasan, mulai dari pencegahan
dan pengobatan kanker dalam rangka mengatur nutrisi dan
efek samping penyakit.
Pada ceramah yang disampaikan di Rumah Sakit Mount
Elizabeth, Konsultan Bedah Kolorektal Dr Teoh Tiong Ann
diundang untuk bicara mengenai berbagai aspek dari kanker
kolorektal, mulai dari pencegahan dan pemeriksaan hingga
 Kanker paling umum di
Singapura dapat diobati dan
berpotensi dapat disembuhkan
terutama jika terdeteksi sejak
dini. Pengobatan yang tersedia
di masa kini lebih efektif, aman,
minim risiko untuk kambuh dan
efek samping yang terjadi dapat
lebih rendah.
Mengatasi
kanker
usus besar
Kanker nomor 1 di
Singapura ini dapat
diatasi dan berpotensi
dapat terobati jika
terdeteksi sejak dini
 Sejarah keluarga dan faktor gaya

hidup dapat meningkatkan risiko
terserang kanker usus besar.
Gejalanya antara lain perdarahan
pada usus, ketidaknyamanan
atau sakit perut, dan perubahan
kebiasaan buang air besar.
Berhati-hatilah terhadap
gejala yang terjadi secara terus

menerus. Pasien dengan gejala
seperti itu harus diperiksa,
dianjurkan menjalani
kolonoskopi, jika terdeteksi
adanya kanker usus besar,
segera pergi ke dokter.
Tes pemeriksaan yang
direkomendasikan bagi
mereka yang tanpa gejala

risiko menengah adalah mulai dari
tes tinja mulai dari usia 40, dan
kolonoskopi di usia 50.
Orang dengan risiko tinggi,
misalnya mereka yang
memiliki sejarah keluarga terkena
kanker kolon, sebaiknya menjalani
pemeriksaan atau kolonoskopi.
Picture ©iStockphoto.com/Health_News
pengobatan.
Mengenai penyebabnya, Dr Teoh mengatakan bahwa
meskipun gen memberikan pengaruh terhadap kemungkinan
terserangnya seseorang dengan kanker kolorektal, faktor
lainnya pun dapat pula berkontribusi secara signifikan. Pola
makan dengan lemak hewani yang tinggi dan rendah serat
– disebut juga dengan “Rich Man’s Diet” – misalnya, dapat
meningkatkan risiko kanker usus besar. Faktor lingkungan
lainnya seperti kebiasaan merokok, obesitas dan gaya hidup
juga menambah risiko terkena kanker ini.
Namun, Dr Teoh menekankan bahwa ada banyak
tindakan pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi
risiko ini. Dia juga meyakinkan para hadirin bahwa kanker
usus besar dapat diobati dan berpotensi dapat disembuhkan
jika terdeteksi sejak dini.
Dr Teoh juga berbicara mengenai gejala kanker usus
besar. Diantaranya yaitu: perdarahan pada usus, ketidaknyamanan atau sakit pada perut, dan perubahan kebiasaan buang
air besar.
Gejala seperti itu dimiliki juga oleh banyak penyakit
lain, sehingga tidak selalu berarti menjadi tanda adanya
kanker usus besar. Akan tetapi orang yang termasuk kategori
risiko tinggi – seperti mereka yang memiliki riwayat individu
atau keluarga dengan kanker kolorektal dan mereka yang
memiliki gejala yang berkepanjangan – dianjurkan berkonsultasi ke dokter. Dia memperingatkan bahwa risiko terkena
kanker usus meningkat seiring dengan jumlah kerabat tingkat
pertama yang memiliki riwayat penyakit tersebut.
Selama sesi Tanya-Jawab setelah ceramahnya, Dr Teoh
ditanya tentang gejala apa saja yang paling umum terjadi.
“Perdarahan adalah yang paling sering terjadi, tapi 95 persen
orang yang mengalami perdarahan tidak terkena kanker. Jadi
masih sulit untuk dapat kita pastikan,” jawabnya. “Akan
tetapi jika perdarahan terjadi terus-menerus, maka segera
periksakan diri Anda. Ikutilah saran yang diberikan oleh dokter Anda jika memang diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.”
Dalam ceramahnya tersebut, Dr Teoh juga berbagi soal
bagaimana kanker kolorektal dideteksi. Pemeriksaan ini
mencakup tes tinja, tes barium enema, CT kolonografi,
dan kolonoskopi. Kolonoskopi, dia menekankan, adalah tes
terbaik untuk mendeteksi kanker, dan jika dilakukan dengan
benar, tes ini hampir tidak terasa sakit bagi pasien dan relatif
aman. Dia merekomendasikan bahwa mereka yang berusia
40 tahun ke atas sebaiknya melakukan tes tinja setiap tahun,
dan dilanjutkan dengan kolonoskopi apabila ada hasil tes
yang tidak normal. Dia juga merekomendasikan bahwa
seseorang dengan risiko menengah dianjurkan melakukan
tes kolonoskopi di usia 50 sebagai bagian dari pemeriksaan
kesehatan. Orang yang mengalami gejala yang berkepanjangan dan tak dapat dijelaskan, berapapun usia mereka, juga
termasuk yang direkomendasikan melakukan tes ini dengan
rujukan dokter, paparnya.
Kemudian, saat ditanya mengenai berapa lama seseorang
sebaiknya harus melakukan kolonoskopi setelah melihat
adanya gejala, beliau menjawab: “Kita harus melihat sebuah
kasus secara keseluruhan. Anda harus berkonsultasi dengan
dokter. Dan dokter yang akan mengobservasi gejala Anda
dan faktor-faktor resikonya dan kemudian memberi saran
kepada Anda.”
Dr Teoh juga membahas tentang pilihan pengobatan apa
saja yang tersedia untuk kanker kolon. “Pengobatan primer
adalah dengan operasi dan pengangkatan kanker. Operasi
terbuka secara tradisional dengan sayatan besar kini telah
dapat digantikan dengan operasi laparoskopi dengan sayatan
yang jauh lebih kecil dalam banyak kasus. Laparoskopi, yang
disebut juga dengan keyhole surgery atau operasi lubang
kunci, bersifat tidak begitu invasif, rasa sakit yang dirasakan
pasien lebih ringan dan pemulihan berlangsung lebih cepat.
Meski sayatan pada laparoskopi lebih kecil, namun pada operasi dan pembersihan kanker yang sesungguhnya dilakukan
adalah sama seperti yang dilakukan pada operasi teknik lama
dengan sayatan besar pada umumnya.”
Dia juga membahas tentang pentingnya kemoterapi
sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan kemungkinan
kesembuhan, dan obat-obatan anti kanker yang saat ini
sedang dikembangkan pun terus diringankan, yaitu dengan
menurunkan tingkat keparahan dari efek samping obatobatan tersebut.
CanHOPE
CanHOPE adalah sebuah
layanan pemberian dukungan dan konseling kanker
nirlaba yang disediakan
oleh Parkway Cancer
Centre. Sebagai bagian
dari usaha untuk membantu para pasien kanker dan
pendamping mereka sepanjang perjalanan mereka
berjuang menlawan
kanker, layanan ini mulai
dari program konseling,
pembentukan kelompok
pendukung pasien hingga
acara bincang-bincang dan
workshop dengan berbagai
topik yang masih membahas seputar kanker.
Untuk inormasi lebih lanjut,
silakan kontak CanHOPE
di:
Cancer Counselling and
Hotline: (65) 6738 9333
Surel: enquiry@canhope.
org
Situs web: www.canhope.
com.sg
Dokter Menulis
Kanker payudara:
Terkadang,
sulit untuk
mendeteksi
tumor dan
perkembangannya
Picture
©iStockphoto.com/
Health_News
Sulit diketahui
B
erlawanan dengan keyakinan di masyarakat, pasien
yang ditemukan telah berada pada stadium lanjut
sebuah kanker pada saat didiagnosa, belum tentu
seorang yang tua, tidak berpendidikan atau berpenghasilan
rendah. Terkadang Anda benar-benar tidak mengetahui alasan
mengapa Anda merasa tidak enak badan, dan dari gejala yang
timbul terlalu samar untuk bisa ditebak.
Sakit kepala, kelelahan, berat badan turun atau sebaliknya, sakit dan nyeri – apakah hal-hal tersebut pertanda stress,
penuaan biasa atau kanker?
“Saya telah merasakan
sakit dan nyeri di tulang
saya selama beberapa bulan
terakhir. Tapi, saya selalu
berpikir bahwa itu semua
hanyalah tanda penuaan
biasa,” tutur Madam Chua.
Seiring waktu berjalan,
barulah dia mengetahui
bahwa dirinya ternyata
memiliki kanker payudara
stadium IV.
Banker berusia 50 tahun
ini pun berhenti dari pekerjaannya beberapa waktu
yang lalu. Madam Chua adalah seorang wanita yang berkelas.
Dia juga fasih berbahasa Inggris. Di setiap kunjungannya ke
dokter, dia selalu ditemani oleh suaminya yang sangat peduli
kepadanya.
Dia mulai merasakan nyeri hampir setahun sebelum
akhirnya menemui saya. Saat itu dia sudah berobat ke beberapa dokter, yang mana mereka memberinya obat anti peradangan untuk meringankan rasa nyeri dan tidak nyaman. Dia
juga sudah mendatangi seorang ahli fisioterapi. Ahli tersebut
menyarankan Madam Chua agar berolahraga untuk menjaga
tubuhnya tetap bugar.
Lalu, semakin hari dia merasa kehilangan nafsu makan
dan kembung di perutnya. Dia pernah membaca sebuah
artikel yang menyatakan bahwa gejala seperti itu merupakan
tanda bahwa ada yang salah dengan ovarium, perut, atau
ususnya. Dan Madam Chua pun segera berkonsultasi kepada
dokter kandungannya untuk pemeriksaan rutin. Dari pemeriksaan oleh dokter tersebut akhirnya diketahui ada sebuah
benjolan di payudara kirinya dan Madam Chua dirujuk untuk
segera ke ahli bedah.
Dokter bedah kemudian melakukan biopsi terhadap
benjolan di payudaranya dan menganjurkan Madam Chua
agar dilakukan serangkaian pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui apakah kankernya telah menyebar. Dari PET scan
yang dilakukan, terlihat bahwa kankernya telah menyebar
hingga ke tulang, kelenjar getah bening dan nyaris menutup
organ hatinya. Perutnya membengkak disebabkan besarnya
massa hati dan air yang ada di perutnya.
Kebanyakan pasien dengan kanker payudara didiagnosa
cukup awal, yaitu sebelum ada bukti menyebar ke bagian lain
dari tubuh mereka. Pada golongan ini, operasi pengangkatan
seluruh payudara (mastektomi total) atau pada bagian yang
terkena kanker saja (mastektomi parsial) seringkali diperlukan.
Akan tetapi, pada kasus Madam Chua, meski tumor yang
terdapat di payudaranya tergolong kecil, namun terdapat bukti
bahwa kankernya telah menyebar ke beberapa bagian lain di
tubuhnya.
Hal ini cukup membingungkan mengapa sebagian pasien
kanker bisa memiliki tumor besar, yang relatif berisi, sementara sebagian lainnya yang memiliki tumor lebih kecil, bisa
memiliki kanker yang justru telah menghilang dari payudara
dan berpindah ke organ lainnya.
Hal ini bisa disebabkan salah satunya adalah karena
perilaku biologis dari kanker itu sendiri. Beberapa sel kanker
bersifat lebih agresif dan memiliki kecenderungan yang lebih
tinggi untuk menyebar.
Tingkatan kanker dari Madam Chua adalah 3 dari skor
tertinggi 3 – yang berarti sel
kankernya dalah tipe yang
sangat agresif.
Tingkatan sebuah kanker berbeda dengan stadium
kanker. Penjelasan sederhananya sebagai berikut:
tingkatan kanker adalah
terkait dengan penampakan
sel kanker. Semakin mirip
sel kanker dengan sel normal, maka semakin rendah
pula tingkatannya.
Sebaliknya, semakin
aneh dan jauh berbeda
bentuknya dari sel normal,
maka semakin tinggi juga
tingkatan sebuah kanker. Sebagai pedoman umum, semakin
tinggi tingkatan sebuah kanker maka semakin agresif pula sel
kanker tersebut menyerang tubuh.
Dari penjelasan di atas pula lah dapat diambil kesimpulan
mengapa kanker Madam Chua digolongkan sebagai kanker
tingkat lanjut.
Kabar buruk adalah bahwa di dalam kanker Madam Chua
terkandung sebuah gen kanker yang disebut HER2 (atau
disebut juga c-erbB2). Gen kanker ini disebut-sebut sebagai
sebuah gen yang bisa menjadi lebih agresif.
Kabar baiknya adalah bahwa ada antibodi monoklonal
yang disebut Herceptin ® (trastuzumab), yang sangat efektif
dalam mengobati kanker payudara HER2 positif.
Penemuan dalam bidang pengobatan kanker ini, sebagaimana jenis lain untuk kanker lainnya, sangat membantu
bagi para ahli onkologi.
Dan, dengan mengombinasikan obat kemoterapi dengan
Herceptin, ternyata kanker Madam Chua merespon dengan
sangat menakjubkan sebagaimana sudah diperkirakan oleh
tim medis.
Setelah menyelesaikan empat tahapan kemoterapi,
Madam Chua kemudian menjalani PET-CT scan, dan hasilnya
menunjukkan bahwa kanker di sebagian besar titik di tubuhnya telah bersih atau menghilang secara signifikan.
Saya tidak mengatakan bahwa jika kita hidup di bawah
bayang-bayang suatu gejala yang buruk itu selalu berarti
adalah kanker. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita
seharusnya benar-benar peduli dengan tubuh kita, memperhatikan sinyal apapun yang diberikan olehnya dan menggunakan akal sehat kita.
Deteksi dini sangat penting, namun jika pun penyakit
yang terdeteksi kemudian diketahui sudah sampai di tahap
parah, pengobatan medis masih dapat membantu.
Dan bagi Madam Chua, kesembuhannya adalah kombinasi dari kemawasdiriannya terhadap tubuhnya dan ilmu
pengetahuan medis, sebagaimana disiplinnya beliau dalam
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, yang akhirnya
membawanya pada hasil akhir yang memuaskan.
Dr Ang Peng Tiam
Download