TIS GRA Mei/Juni 2013 HealthNews Kisah inspiratif dan informative untuk para pasien Trinh Thi Tuyet Suong berhasil mengobati kanker payudaranya 18 tahun yang lalu, tapi 15 tahun kemudian, dia merasakan bayang-bayang penyakit itu masih menghantuinya S uatu hari saat sedang mandi, Ms Trinh Thi Tuyet Suong (46) menemukan sebuah benjolan di payudara kirinya. Sebagai seorang apoteker sekaligus pemilik salah satu apotek terbesar di Pleiku City, Vietnam, dia langsung berpikir, “Ini kanker payudara.” Suong mempercayakan menyerahkan masalah ini kepada ahlinya. Dokter-dokter di Vietnam merekomendasikan pengangkatan benjolan (lumpectomy) dan setelah itu mengkonsumsi Tamoxifen. Setelah operasi itu, rutinitas hariannya kembali seperti biasa dimana dia membuka toko jam Kisah enam pagi dan tutup jam sebelas malam, tentang selama tujuh hari sepekan. Dia kembali ke kehidupan normalnya, HARAPAN dan tidak pernah memikirkan lagi tentang pertarungan terhadap kanker payudaranya. Lagipula, dokternya tidak memintanya untuk melakukan check-up kembali. Pada tahun 2007, setelah 15 tahun terbebas dari kanker, Suong mengalami sakit kepala dan muntah-muntah. Dan dia pun segera ke rumah sakit. Setelah beberapa bulan dan melewati serangkaian tes, dokter memastikan bahwa gejala yang dialaminya tidak berkaitan dengan kanker. Setelah dilakukan beberapa penelitian dan mendapat masukan, Suong pun terbang ke Singapura dan berkonsultasi dengan dokter ahli kanker di Parkway Cancer Centre yaitu Dr Khoo Kei Siong. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat tumor berukuran besar di otaknya yang menyebabkan pembengkakan otak di sekitarnya dan menghalangi aliran cairan serebrospinal. Dan teka-teki penyebab sakit kepalanya pun terjawab. Dr Khoo menceritakan tentang kunjungan pertama Suong ke kliniknya. “Saat dia datang pertama kali kesini, kondisinya sangat buruk dengan sakit kepala yang terus muncul, sakit pada bagian leher dan muntah-muntah. Dia merasa khawatir dan cemas. Dari hasil pemeriksaan kami terlihat ada banyak tumor di otaknya.” Ahli bedah saraf Rumah Sakit Gleneagles Dr Timothy Lee diminta untuk melihat kondisinya. Dia melakukan reseksi (pengangkatan sebagian organ atau struktur tubuh-pen) di bagian terbesar dari tumor-tumor yang ada di otak kecil Suong. Sebuah stent juga dipasang di otaknya untuk mengurangi hidrosefalus (akumulasi cairan serebrospinal). Dan akhirnya, untuk pertama kali setelah berbulan-bulan, Suong mulai merasa lebih baik. Dalam pemeriksaan tersebut, Dr Khoo juga menemukan sebuah tumor besar di pankreas yang menghalangi saluran empedu. Sehingga, Suong pun mengetahui bahwa dirinya tidak hanya terserang kanker di otaknya, namun juga di pankreas. Akhirnya dia pun menjalani operasi di Vietnam untuk memotong saluran empedunya. Jangan Pernah Lengah Lanjut ke halaman berikutnya EDISI BULAN INI: Mengobati Kanker Usus | Roadshow PCC MCI (P) 040/01/2013 Kisah tentang Harapan Lanjutan halaman muka Sementara itu, tim kesehatannya di Singapura menemukan misteri baru – apa penyebab awal munculnya tumor di otak kecilnya? “Kanker payudara dan pankreas diobati dengan cara berbeda, dan obat yang berbeda pula,” Dr Khoo menjelaskan tantangannya. “Jadi kita harus tahu tumor tersebut berasal dari mana. Inilah alasan mengapa kami memutuskan untuk mengangkat salah satu penyebaran (metastasis) di otaknya – yaitu untuk mengirimkan sampelnya untuk dites. Kami mengira tampaknya penyebaran tumor (metastasis) di otaknya tersebut berasal dari pankreas, namun ternyata hal itu berasal dari kanker payudara yang pernah dideritanya 18 tahun yang lalu.” Peristiwa tersebut merupakan pelajaran berharga bagi Suong — bahwa dia tidak boleh lengah sedikitpun terutama soal kanker. Tidak hanya untuk beberapa tahun saja; bahkan untuk waktu 18 tahun sekalipun. Suong pun menjalani radioterapi untuk kanker otaknya dan memulai kemoterapi. Dia juga diberikan terapi hormon secara oral untuk kanker payudaranya yang dikiranya sudah diselesaikan lebih dari satu dekade yang lalu. Seluruh tumor merespon dengan baik dan, sejak awal tahun 2009, Suong akhirnya merasa percaya diri bahwa pada akhirnya dirinya bisa keluar dari lorong panjang yang gelap. Sementara ini, dia telah menetap di Ho Chi Minh City, sehingga bisa lebih dekat ke rumah sakit dan bandara, karena dia masih harus bolak-balik ke Singapura untuk pengobatan kankernya. Dengan berat hati, akhirnya Suong pun menyerahkan bisnis yang sangat dicintainya, yaitu Trang Pharmacy, ke tangan putrinya, yang juga seorang dokter anak. Bagaimanapun, jiwa seorang apoteker dalam dirinya tetap mengalir, ditunjukkan dengan tetap pedulinya Suong terhadap kebutuhan kesehatan dari sesama warga di Pleiku City. Dia ingat secara khusus dengan salah seorang tetangganya. Ms Hien suatu hari memanggil dirinya sambil menangis. “Aku baru saja pergi ke dokter dan kata dokter tersebut kedua payudaraku harus diangkat!” Dokter mendeteksi adanya kanker di kedua payudara Ms Hien. Namun dia tidak sanggup jika harus menghadapi operasi pengangkatan payudara (mastektomi) untuk kedua payudaranya. Suong pun menenangkannya dan menyarankan agar Ms Hien mendatangi Dr Khoo di Singapura. Setelah beberapa kali pendekatan, akhirnya Ms Hien mengikuti saran Suong. Kunjungan tersebut ternyata lebih dari yang dia harapkan. Setelah dianalisa dengan cermat, Dr Khoo mengatakan dia tidak perlu menjalani mastektomi dan menyarankan pilihan pengobatan lain. Dia baik-baik saja dan tanpa kanker. “Wajar jika seorang pasien khawatir dan menjadi cemas saat gejala (penyakitnya) memburuk. Namun, Suong sangat kooperatif selama masa pengobatannya walaupun proses tersebut sangat tidak menyenangkan baginya.” Dr Khoo, tentang Suong Tersambunglah bersama kami di www.facebook.com/ parkwaycancercentre Tim Editorial Fong Mue Chern Pauline Loh Nazir (Tan) Amir Vincent Tan Penerbit Preston Communications Percetakan Impress Printing Dilarang mengutip, memperbanyak, atau memperjualbalikan kembali sebagian atau seluruh isi majalah ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Informasi yang tersaji di majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan saran dari praktisi kesehatan Anda. Suong tersenyum puas setiap kali mengingat kenangan tersebut. “Sampai hari ini, dia pasti akan berterima kasih sebanyak mungkin kepada saya setiap kali kita bertemu, karena, secara tidak langsung, saya telah membantunya menyelamatkan payudaranya!” Suong baik-baik saja sampai pada bulan April 2012 yang lalu kanker terdeteksi lagi pada dirinya, dan saat itulah dia mulai menjalani kemoterapi. Selama pengobatannya, Dr Khoo mengamati sesuatu hal dari Suong, yaitu: “Wajar jika seorang pasien khawatir dan menjadi cemas saat gejala (penyakitnya) memburuk. Namun, selamat masa pengobatannya, Suong sangat kooperatif, walaupun proses tersebut sangat tidak menyenangkan baginya.” Dr Khoo menjelaskan lebih lanjut, “Pasien dengan tumor otak sekunder, baik itu dari payudara atau kanker lainnya, pada umumnya tidak berjalan baik. Terlebih lagi, Suong tidak hanya harus menghadapi tumor otaknya yang kedua kali, namun juga harus berjuang melawan dua kanker sekaligus. Dalam kasus ini, pemulihan Suong sangat luar biasa. Pengobatan yang efektif dan tekadnya yang kuat untuk melanjutkan hiduplah yang membawanya tetap bertahan sepanjang tahun-tahun belakangan ini.” Selama observasi terakhir pada Januari 2013, dia dinyatakan telah sepenuhnya asimptomatik (suatu keadaan dimana pasien yang masih memiliki penyakit tertentu namun dia tidak merasakan gejalanya sama sekali-pen) dan kankernya terkontrol. Menjangkau Komunitas Berbagi Kisah tentang K anker bisa jadi adalah salah satu dari sekian banyak penyebab utama kematian di Singapura, namun banyak pasien kanker berhasil bertahan hidup dari penyakit itu dan memiliki kisah yang menggugah untuk dibagi. Di bulan Maret, Parkway Cancer Centre (PCC) menghadirkan kampanye “I am Cancer Warrior” di dua acara, sebagai bagian dari usaha mereka untuk membangun kesadaran masyarakat akan kanker dan menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan. Pada 12 Maret, PCC memperkenalkan kampanye tersebut di Pameran Pendidikan yang diadakan oleh HewlettPackard yaitu “Power of Prevention”, yang diselenggarakan bagi para karyawan yang ingin mencari tahu lebih dalam tentang jenis-jenis kanker dan bagaimana mencegahnya. Dari 18 hingga 24 Maret, PCC juga mengadakan sebuah roadshow “I am Cancer Warrior” di Chinatown Point, di mana masyarakat bisa mengetahui tentang kisah orang-orang yang sukses melawan dan menaklukkan kanker. Diluncurkan pada tahun 2011, kampanye “I am Cancer Warrior” ini adalah sebuah bentuk merayakan kemenangan para mantan penderita kanker dan memberikan mereka kesempatan naik ke atas panggung, bersama dengan para ahli kanker, untuk berbagi pengalaman mereka saat harus bertarung menghadapi berbagai rintangan untuk mengalahkan penyakit tersebut. Sejak saat itu, beberapa roadshow pun diadakan, dan PCC telah mengambil bagian di berbagai acara publik dan berbagai perusahaan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bagaimana kanker sebenarnya bisa dicegah, dideteksi dini dan diobati. Di stan PCC di Hewlett - Packard, misalnya, para pengunjung dapat melihat pusat informasi dari PCC, termasuk buletin seperti Health News dan Hopelink, dan juga sebuah buku resep masakan yang unik yang menampilkan aneka resep untuk pasien kanker Asia. Buku resep yang berjudul “Awakening the appetite”, seharga S$49.90, hasil penjualan bersihnya akan disumbangkan kepada Singapore Cancer Society (SCS). Beberapa pengunjung juga turut serta dalam kegiatan “Draw for Courage”, dimana mereka membeli peralatan menggambar sebesar S$5 dan menuangkan ide mereka tentang para pejuang kanker dalam bentuk gambar. Hasil penjualan tersebut juga didonasikan ke SCS. Kiri: Roadshow “I am Cancer Warrior” di Chinatown Point dari 18 sampai 24 Maret. Bawah: Beberapa hasil gambar masyarakat dengan menggunakan peralatan gambar di kegiatan “Draw for Courage”. Menjangkau Komunitas Harapan Acara bincang-bincang dan lainnya Maret menjadi bulan yang sibuk bagi Parkway Cancer Centre. Pusat kanker ini sedang mengadakan berbagai acara dalam rangka membangun kesadaran masyarakat tentang pemeriksaan kanker, pencegahan, dan pengobatannya. Bincang-bincang Yayasan Ginjal Nasional “Jagalah Kesehatan Anda” Dokter Ahli Kanker PCC Dr Foo Kian Fong berbicara tentang pencegahan, pemeriksaan dan pengobatan kanker usur besar. Karnaval Kesehatan dari majalah kesehatan “Health No.1” dan “Wellness No.1” Atas: Di pameran pendidikan Hewlett-Packard “Power of Prevention”, staf PCC sedang memberikan informasi dan materi tentang kanker, serta berbicara tentang para Pejuang Kanker. Atas: Konselor senior Benson Soh juga memberikan tip praktis tentang bagaimana mengatasi kanker. Dokter Ahli Kanker PCC Dr See Hui Ti (kanan) menjawab pertanyaan setelah pemaparannya tentang pola makan tepat untuk mencegah kanker Temukan Lebih Dalam Cari tahu lebih dalam tentang “I am Cancer Warrior” di halaman Facebook https://www. facebook.com/IamCancerWarrior Para pejuang Kanker akan bercerita tentang kisah mereka dalam sebuah seri dokumenter di Channel NewsAsia. Info lebih lanjut mengenai waktu dan jam tayang bisa dilihat di http:// parkwaycancercentre.com/stories-of-hope/ c-n-a/cancer-warriors-2/ Karnaval NTUC dalam rangka merayakan Hari Wanita Internasional Ahli gizi senior PCC Fahma Sunarja berbagi tip kesehatan tentang pola makan sehat. Melayani Anda ‘Bahkan Dalam Derita, Dia Tetap Memberi’ Selama bertahuntahun, manajer perawat Suster Tay Sok Har (kanan) telah memberikan kekuatan kepada banyak pasien. Namun dia juga mengambil inspirasi dari sebagian mereka. Dan dia mengingat salah satunya secara istimewa P ertama kali bertemu dengan May*, sekarang berusia 50 tahunan, 12 tahun lalu saat ayahnya sedang berkonsultasi dengan Dr Freddy Teo Cheng Peng (Konsultan Senior, Hematologi) dengan keluhan gangguan sumsum. Dia selalu berpenampilan rapi, elegan dan sopan, dan saat itu, karena dia yang merawat dan mendampingi ayahnya saat melawan penyakitnya, jadi saya tahu banyak tentang dia dan kami akrab bahkan saat ayahnya telah tiada. Di bulan Oktober 2011, dia datang menghadap kami mengeluhkan rahangnya yang bengkak. Dia sudah berkonsultasi ke dokter lain namun sakit dan nyerinya tersebut didiagnosa sebagai tanda-tanda penuaan. Akan tetapi kemudian kami tahu bahwa ada sesuatu yang salah dan kami pun mengirimnya untuk tes lebih lanjut. Saat mendengar diagnosa kanker paru-paru stadium IV, dan telah menyebar ke tulang, hati saya merasa hancur. Namun May dengan cepat bisa menerima keadaan. Dia memang menangis pada awalnya, tapi akhirnya dia bisa menerima hasil diagnosa itu dengan cepat. Dengan tenang dan sabar, dia pun mencari tahu sebanyak mungkin tentang kanker yang dideritanya dan pilihan pengobatan apa saja yang tersedia. Bermodal kedekatannya dengan May secara pribadi, Dr Teo pun beranggapan bahwa yang terbaik bagi May adalah merujuknya ke koleganya – Dr Foo Kian Fong (Konsultan Senior, Onkologi Medis). Dan, dengan penerimaannya yang cepat dan keyakinannya terhadap para dokter, pengobatan pun dimulai dengan segera. Tanpa banyak embel-embel, May, yang telah menikah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki yang kini telah dewasa, berjuang keras, tetap positif dan optimis dan berhasil mengalahkan kanker sampai terbebas. Namun, sesaat setelah merayakan kesembuhannya, dia harus menghadapi kejutan lain. Di bulan Mei 2012, ibunya didiagnosa terkena kanker pankreas. Meskipun kesehatannya belum pulih sepenuhnya, May tanpa ragu-ragu segera putar haluan menjadi pengasuh dan perawat bagi ibunya yang berusia 70 tahun lebih, sama seperti yang dia lakukan pada ayahnya lebih dari satu dekade lalu. Karena faktor usia lanjut, ibunda May meninggal hanya lima bulan setelah diagnosa tersebut. Bisa jadi itu adalah beban fisik dan emosional yang harus dibayarnya dari beberapa bulan lalu tersebut yang memberi kontribusi terhadap kambuhnya kanker May tidak lama setelah kepergian sang ibu. Sekarang dia kembali ke rumah sakit dalam rangka berobat untuk mengobati penyakitnya yang kambuh. Sekali lagi, apa yang begitu indah dari dirinya adalah bagaimana ikhlasnya dia menerima ujian yang menimpanya. Saya telah bertemu banyak pasien kanker tapi sedikit yang bisa sehalus, bijak dan tetap memberi seperti dirinya. Tentu saja dia menangis namun tidak berdiam diri, dia memilih untuk terus maju dengan positif. Melewati pengalaman emosional yang begitu menguras tenaga serta hati dan jiwanya dan terlepas dari penyakit fisiknya, May berusaha keras untuk memahami segala detil dan selalu teratur dan terkontrol dalam hal perawatan dan pengobatannya. Di tengah semua ini, dia juga tidak pernah berhenti memberi dan telah membuat rencana untuk keluarganya, mulai dari suami dan dua anak laki-laki, untuk adiknya. Mengetahui penyakitnya sudah di titik akhir, dia bahkan sudah memutuskan bagaimana akan menghabiskan hari-hari terakhirnya, berjanji untuk berjuang sekuat mungkin namun juga siap menerima takdir jika waktunya telah datang. Bersikeras bahwa karena rumahnya terdiri dari anak laki-laki seluruhnya yang “tidak akan mampu mengatasi dengan merawatnya di rumah”, maka dia ingin menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah sakit saja. Dan, mengingat masih ada saudara perempuannya yang masih lajang, maka May juga meminta anak-anaknya berjanji agar mereka juga menjaga bibi mereka selain tentu saja sang ayah jika nanti ibu mereka telah tiada Semangat gigihnya tidak membiarkan dirinya lemah bahkan dengan pikiran-pikiran tentang kematian sekalipun, dia berbagi kepada saya tentang betapa besar keinginannya untuk bertemu dengan ayah dan ibunya, di surga nanti. Saat saya berbagi kisah ini kepada Anda, dia telah menghabiskan waktunya selama tiga pekan di rumah sakit, sambil terus melawan sebuah infeksi dengan harapan kondisi fisiknya bisa lebih baik untuk melewati Tahun Baru Cina di rumah bersama keluarganya. Dan, bahkan saat saya mengunjunginya di kamar inapnya setelah saya pulang bekerja, dia tidak pernah lupa untuk memberi perhatiannya kepada saya, menyuruh saya pulang segera karena yakin saya pasti amat lelah setelah bekerja. Saya tidak tahu berapa lama lagi May akan bertahan bersama kami disini, namun dia telah memberikan dirinya yang terbaik, tidak pernah membiarkan penyakitnya menjadikan dia lemah, menjadikan dia lupa mempedulikan orang lain atau kehilangan imannya. Dia juga dengan sukses melawan infeksi terakhirnya, dan telah kembali ke rumahnya untuk merayakan Tahun Baru Cina. Dia telah menginspirasi saya dalam banyak hal seperti, mengambil alih seluruh hidupnya, menempatkan orang lain di atas dirinya sendiri, mengasihi sesama dengan tanpa batas dan tanpa pamrih. Saya menyaksikan sendiri sebuah kehidupan yang telah terpenuhi secara total, yaitu seseorang yang terus peduli akan kehidupan orang lain meskipun dia sendiri sedang sakit. Dia benar-benar seorang wanita yang luar biasa, saudara yang sangat saya cintai dan sahabat terbaik yang istimewa. *Bukan nama sebenarnya Melawan Kanker K anker kolorektal, atau kanker kolon (usus besar), adalah kanker yang paling umum terjadi di Singapura. Resiko terkena kanker ini meningkat tajam pada usia 50 sampai 55 dan meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun, dan memuncak di usia 75 tahun. Namun sayangnya, orang di bawah usia 50 tahun pun berisiko terkena penyakit tersebut. Kanker kolon telah dikaitkan dengan beberapa faktor seperti genetik, pola makan dan faktor lingkungan lainnya. Saat ini, kanker kolon dapat diatasi dan berpotensi dapat diobati, terutama jika terdeteksi dini. Peserta bisa mendengar lebih jauh tentang kanker nomor satu di Singapura ini pada acara yang baru-baru ini diselenggarakan oleh CanHOPE, sebuah layanan dukungan dan konseling kanker nirlaba yang diberikan oleh Parkway Cancer Centre. Pembahasan tersebut adalah bagian dari usaha berkelanjutan canHOPE untuk membantu para pasien kanker dan orang-orang yang merawat mereka dalam perjalanan mereka, bersama dengan banyak program pendukung lainnya termasuk konseling, kelompok pendukung pasien dan workshop dengan berbagai topik pembahasan, mulai dari pencegahan dan pengobatan kanker dalam rangka mengatur nutrisi dan efek samping penyakit. Pada ceramah yang disampaikan di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Konsultan Bedah Kolorektal Dr Teoh Tiong Ann diundang untuk bicara mengenai berbagai aspek dari kanker kolorektal, mulai dari pencegahan dan pemeriksaan hingga Kanker paling umum di Singapura dapat diobati dan berpotensi dapat disembuhkan terutama jika terdeteksi sejak dini. Pengobatan yang tersedia di masa kini lebih efektif, aman, minim risiko untuk kambuh dan efek samping yang terjadi dapat lebih rendah. Mengatasi kanker usus besar Kanker nomor 1 di Singapura ini dapat diatasi dan berpotensi dapat terobati jika terdeteksi sejak dini Sejarah keluarga dan faktor gaya hidup dapat meningkatkan risiko terserang kanker usus besar. Gejalanya antara lain perdarahan pada usus, ketidaknyamanan atau sakit perut, dan perubahan kebiasaan buang air besar. Berhati-hatilah terhadap gejala yang terjadi secara terus menerus. Pasien dengan gejala seperti itu harus diperiksa, dianjurkan menjalani kolonoskopi, jika terdeteksi adanya kanker usus besar, segera pergi ke dokter. Tes pemeriksaan yang direkomendasikan bagi mereka yang tanpa gejala risiko menengah adalah mulai dari tes tinja mulai dari usia 40, dan kolonoskopi di usia 50. Orang dengan risiko tinggi, misalnya mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena kanker kolon, sebaiknya menjalani pemeriksaan atau kolonoskopi. Picture ©iStockphoto.com/Health_News pengobatan. Mengenai penyebabnya, Dr Teoh mengatakan bahwa meskipun gen memberikan pengaruh terhadap kemungkinan terserangnya seseorang dengan kanker kolorektal, faktor lainnya pun dapat pula berkontribusi secara signifikan. Pola makan dengan lemak hewani yang tinggi dan rendah serat – disebut juga dengan “Rich Man’s Diet” – misalnya, dapat meningkatkan risiko kanker usus besar. Faktor lingkungan lainnya seperti kebiasaan merokok, obesitas dan gaya hidup juga menambah risiko terkena kanker ini. Namun, Dr Teoh menekankan bahwa ada banyak tindakan pencegahan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko ini. Dia juga meyakinkan para hadirin bahwa kanker usus besar dapat diobati dan berpotensi dapat disembuhkan jika terdeteksi sejak dini. Dr Teoh juga berbicara mengenai gejala kanker usus besar. Diantaranya yaitu: perdarahan pada usus, ketidaknyamanan atau sakit pada perut, dan perubahan kebiasaan buang air besar. Gejala seperti itu dimiliki juga oleh banyak penyakit lain, sehingga tidak selalu berarti menjadi tanda adanya kanker usus besar. Akan tetapi orang yang termasuk kategori risiko tinggi – seperti mereka yang memiliki riwayat individu atau keluarga dengan kanker kolorektal dan mereka yang memiliki gejala yang berkepanjangan – dianjurkan berkonsultasi ke dokter. Dia memperingatkan bahwa risiko terkena kanker usus meningkat seiring dengan jumlah kerabat tingkat pertama yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Selama sesi Tanya-Jawab setelah ceramahnya, Dr Teoh ditanya tentang gejala apa saja yang paling umum terjadi. “Perdarahan adalah yang paling sering terjadi, tapi 95 persen orang yang mengalami perdarahan tidak terkena kanker. Jadi masih sulit untuk dapat kita pastikan,” jawabnya. “Akan tetapi jika perdarahan terjadi terus-menerus, maka segera periksakan diri Anda. Ikutilah saran yang diberikan oleh dokter Anda jika memang diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.” Dalam ceramahnya tersebut, Dr Teoh juga berbagi soal bagaimana kanker kolorektal dideteksi. Pemeriksaan ini mencakup tes tinja, tes barium enema, CT kolonografi, dan kolonoskopi. Kolonoskopi, dia menekankan, adalah tes terbaik untuk mendeteksi kanker, dan jika dilakukan dengan benar, tes ini hampir tidak terasa sakit bagi pasien dan relatif aman. Dia merekomendasikan bahwa mereka yang berusia 40 tahun ke atas sebaiknya melakukan tes tinja setiap tahun, dan dilanjutkan dengan kolonoskopi apabila ada hasil tes yang tidak normal. Dia juga merekomendasikan bahwa seseorang dengan risiko menengah dianjurkan melakukan tes kolonoskopi di usia 50 sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan. Orang yang mengalami gejala yang berkepanjangan dan tak dapat dijelaskan, berapapun usia mereka, juga termasuk yang direkomendasikan melakukan tes ini dengan rujukan dokter, paparnya. Kemudian, saat ditanya mengenai berapa lama seseorang sebaiknya harus melakukan kolonoskopi setelah melihat adanya gejala, beliau menjawab: “Kita harus melihat sebuah kasus secara keseluruhan. Anda harus berkonsultasi dengan dokter. Dan dokter yang akan mengobservasi gejala Anda dan faktor-faktor resikonya dan kemudian memberi saran kepada Anda.” Dr Teoh juga membahas tentang pilihan pengobatan apa saja yang tersedia untuk kanker kolon. “Pengobatan primer adalah dengan operasi dan pengangkatan kanker. Operasi terbuka secara tradisional dengan sayatan besar kini telah dapat digantikan dengan operasi laparoskopi dengan sayatan yang jauh lebih kecil dalam banyak kasus. Laparoskopi, yang disebut juga dengan keyhole surgery atau operasi lubang kunci, bersifat tidak begitu invasif, rasa sakit yang dirasakan pasien lebih ringan dan pemulihan berlangsung lebih cepat. Meski sayatan pada laparoskopi lebih kecil, namun pada operasi dan pembersihan kanker yang sesungguhnya dilakukan adalah sama seperti yang dilakukan pada operasi teknik lama dengan sayatan besar pada umumnya.” Dia juga membahas tentang pentingnya kemoterapi sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan kemungkinan kesembuhan, dan obat-obatan anti kanker yang saat ini sedang dikembangkan pun terus diringankan, yaitu dengan menurunkan tingkat keparahan dari efek samping obatobatan tersebut. CanHOPE CanHOPE adalah sebuah layanan pemberian dukungan dan konseling kanker nirlaba yang disediakan oleh Parkway Cancer Centre. Sebagai bagian dari usaha untuk membantu para pasien kanker dan pendamping mereka sepanjang perjalanan mereka berjuang menlawan kanker, layanan ini mulai dari program konseling, pembentukan kelompok pendukung pasien hingga acara bincang-bincang dan workshop dengan berbagai topik yang masih membahas seputar kanker. Untuk inormasi lebih lanjut, silakan kontak CanHOPE di: Cancer Counselling and Hotline: (65) 6738 9333 Surel: enquiry@canhope. org Situs web: www.canhope. com.sg Dokter Menulis Kanker payudara: Terkadang, sulit untuk mendeteksi tumor dan perkembangannya Picture ©iStockphoto.com/ Health_News Sulit diketahui B erlawanan dengan keyakinan di masyarakat, pasien yang ditemukan telah berada pada stadium lanjut sebuah kanker pada saat didiagnosa, belum tentu seorang yang tua, tidak berpendidikan atau berpenghasilan rendah. Terkadang Anda benar-benar tidak mengetahui alasan mengapa Anda merasa tidak enak badan, dan dari gejala yang timbul terlalu samar untuk bisa ditebak. Sakit kepala, kelelahan, berat badan turun atau sebaliknya, sakit dan nyeri – apakah hal-hal tersebut pertanda stress, penuaan biasa atau kanker? “Saya telah merasakan sakit dan nyeri di tulang saya selama beberapa bulan terakhir. Tapi, saya selalu berpikir bahwa itu semua hanyalah tanda penuaan biasa,” tutur Madam Chua. Seiring waktu berjalan, barulah dia mengetahui bahwa dirinya ternyata memiliki kanker payudara stadium IV. Banker berusia 50 tahun ini pun berhenti dari pekerjaannya beberapa waktu yang lalu. Madam Chua adalah seorang wanita yang berkelas. Dia juga fasih berbahasa Inggris. Di setiap kunjungannya ke dokter, dia selalu ditemani oleh suaminya yang sangat peduli kepadanya. Dia mulai merasakan nyeri hampir setahun sebelum akhirnya menemui saya. Saat itu dia sudah berobat ke beberapa dokter, yang mana mereka memberinya obat anti peradangan untuk meringankan rasa nyeri dan tidak nyaman. Dia juga sudah mendatangi seorang ahli fisioterapi. Ahli tersebut menyarankan Madam Chua agar berolahraga untuk menjaga tubuhnya tetap bugar. Lalu, semakin hari dia merasa kehilangan nafsu makan dan kembung di perutnya. Dia pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa gejala seperti itu merupakan tanda bahwa ada yang salah dengan ovarium, perut, atau ususnya. Dan Madam Chua pun segera berkonsultasi kepada dokter kandungannya untuk pemeriksaan rutin. Dari pemeriksaan oleh dokter tersebut akhirnya diketahui ada sebuah benjolan di payudara kirinya dan Madam Chua dirujuk untuk segera ke ahli bedah. Dokter bedah kemudian melakukan biopsi terhadap benjolan di payudaranya dan menganjurkan Madam Chua agar dilakukan serangkaian pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah kankernya telah menyebar. Dari PET scan yang dilakukan, terlihat bahwa kankernya telah menyebar hingga ke tulang, kelenjar getah bening dan nyaris menutup organ hatinya. Perutnya membengkak disebabkan besarnya massa hati dan air yang ada di perutnya. Kebanyakan pasien dengan kanker payudara didiagnosa cukup awal, yaitu sebelum ada bukti menyebar ke bagian lain dari tubuh mereka. Pada golongan ini, operasi pengangkatan seluruh payudara (mastektomi total) atau pada bagian yang terkena kanker saja (mastektomi parsial) seringkali diperlukan. Akan tetapi, pada kasus Madam Chua, meski tumor yang terdapat di payudaranya tergolong kecil, namun terdapat bukti bahwa kankernya telah menyebar ke beberapa bagian lain di tubuhnya. Hal ini cukup membingungkan mengapa sebagian pasien kanker bisa memiliki tumor besar, yang relatif berisi, sementara sebagian lainnya yang memiliki tumor lebih kecil, bisa memiliki kanker yang justru telah menghilang dari payudara dan berpindah ke organ lainnya. Hal ini bisa disebabkan salah satunya adalah karena perilaku biologis dari kanker itu sendiri. Beberapa sel kanker bersifat lebih agresif dan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menyebar. Tingkatan kanker dari Madam Chua adalah 3 dari skor tertinggi 3 – yang berarti sel kankernya dalah tipe yang sangat agresif. Tingkatan sebuah kanker berbeda dengan stadium kanker. Penjelasan sederhananya sebagai berikut: tingkatan kanker adalah terkait dengan penampakan sel kanker. Semakin mirip sel kanker dengan sel normal, maka semakin rendah pula tingkatannya. Sebaliknya, semakin aneh dan jauh berbeda bentuknya dari sel normal, maka semakin tinggi juga tingkatan sebuah kanker. Sebagai pedoman umum, semakin tinggi tingkatan sebuah kanker maka semakin agresif pula sel kanker tersebut menyerang tubuh. Dari penjelasan di atas pula lah dapat diambil kesimpulan mengapa kanker Madam Chua digolongkan sebagai kanker tingkat lanjut. Kabar buruk adalah bahwa di dalam kanker Madam Chua terkandung sebuah gen kanker yang disebut HER2 (atau disebut juga c-erbB2). Gen kanker ini disebut-sebut sebagai sebuah gen yang bisa menjadi lebih agresif. Kabar baiknya adalah bahwa ada antibodi monoklonal yang disebut Herceptin ® (trastuzumab), yang sangat efektif dalam mengobati kanker payudara HER2 positif. Penemuan dalam bidang pengobatan kanker ini, sebagaimana jenis lain untuk kanker lainnya, sangat membantu bagi para ahli onkologi. Dan, dengan mengombinasikan obat kemoterapi dengan Herceptin, ternyata kanker Madam Chua merespon dengan sangat menakjubkan sebagaimana sudah diperkirakan oleh tim medis. Setelah menyelesaikan empat tahapan kemoterapi, Madam Chua kemudian menjalani PET-CT scan, dan hasilnya menunjukkan bahwa kanker di sebagian besar titik di tubuhnya telah bersih atau menghilang secara signifikan. Saya tidak mengatakan bahwa jika kita hidup di bawah bayang-bayang suatu gejala yang buruk itu selalu berarti adalah kanker. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita seharusnya benar-benar peduli dengan tubuh kita, memperhatikan sinyal apapun yang diberikan olehnya dan menggunakan akal sehat kita. Deteksi dini sangat penting, namun jika pun penyakit yang terdeteksi kemudian diketahui sudah sampai di tahap parah, pengobatan medis masih dapat membantu. Dan bagi Madam Chua, kesembuhannya adalah kombinasi dari kemawasdiriannya terhadap tubuhnya dan ilmu pengetahuan medis, sebagaimana disiplinnya beliau dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, yang akhirnya membawanya pada hasil akhir yang memuaskan. Dr Ang Peng Tiam