ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor) Oleh AJENG RYAGITA RESIYASARI SUTRISNO ENNY YUNIARTIK H24102051 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK Ajeng Ryagita Resiyasari SEY. H24102051. Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor). Di bawah bimbingan Siti Rahmawati. Mencuci merupakan kegiatan rumah tangga yang tidak bisa dielakkan lagi. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mencuci dan kebutuhan tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Artinya kebutuhan akan deterjen selalu ada. Ini merupakan peluang yang menjanjikan dalam dunia bisnis. Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai macam merek sebagai alternatif alat pemuas kebutuhan. Konsumen bisa membedakan antara merek satu dengan yang lain melalui atribut produk dari masing-masing merek. Adanya perbedaan tersebut membuat konsumen lebih mudah dalam melakukan keputusan pembelian. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen terhadap produk. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat terhadap produk tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengukur tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen berdasarkan faktor pembeli, (2) Menganalisis perbedaan antar merek deterjen berdasarkan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan, (3) Mengidentifikasi tipe perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek deterjen dan (4) Menganalisis hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner, sedangkan data sekunder berupa data mengenai populasi mahasiswa S1 IPB dan studi pustaka. Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga dengan populasi seluruh mahasiswa S1 IPB meliputi delapan fakultas yang ada di IPB dan Tingkat Persiapan Bersama. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang responden yang dibagi berdasarkan proporsi masing-masing fakultas. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner. Validitas kuesioner diuji menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan reliabilitas kuesioner diuji dengan rumus Alpha. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA) dan rank-order Spearman. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excell dan SPSS versi 12.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor pembeli, keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen adalah tinggi, baik konsumen laki-laki (30,3) maupun perempuan (32,7). Berdasarkan hasil analysis of variance, dapat diketahui bahwa konsumen laki-laki dan perempuan memandang perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain adalah signifikan. Tingginya tingkat keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen dan perbedaan yang signifikan antar merek deterjen menunjukkan tipe perilaku pembelian konsumen terhadap produk deterjen, baik laki-laki maupun perempuan, adalah tipe perilaku pembelian rumit. Uji korelasi rank-order Spearman antara persepsi kualitas deterjen dengan keterlibatan konsumen terhadap merek memperlihatkan hasil yang bervariasi antara konsumen laki-laki dan perempuan. Pada konsumen laki-laki, hubungan yang nyata ditunjukkan antara atribut daya bersih (0,323), keharuman (0,399), irit dalam pemakaian (0,339) dan tidak mudah apek (0,391) dengan tingkat kecocokan konsumen. Hubungan nyata juga terjadi antara atribut tidak mudah apek dengan konsistensi pembelian terhadap merek deterjen (0,362). Atribut irit juga berhubungan nyata dengan ketidakinginan konsumen berganti merek (0,335) dan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen (0,344). Ini berarti bahwa hanya atribut irit yang berhubungan nyata dengan seluruh variabel keterlibatan merek. Pada konsumen perempuan, hubungan sangat nyata diperlihatkan antara atribut daya bersih dengan ketidakinginan untuk berganti merek (0,348) dan tingkat kecocokan terhadap merek deterjen (0,418). Atribut halus ditangan juga memiliki hubungan yang sangat nyata dengan konsistensi konsumen dalam melakukan pembelian (0,373). Pada konsumen perempuan, hubungan nyata terjadi antara atribut irit dengan ketidakinginan konsumen berganti merek (0,287) dan konsistensi konsumen dalam membeli (0,321). Kemampuan deterjen dalam menjaga kecemerlangan warna pakaian juga berhubungan nyata dengan konsistensi konsumen perempuan dalam membeli deterjen (0,256). Hubungan nyata lainnya terjadi antara atribut halus di tangan (0,284), irit (0,323) dan menjaga warna pakaian tetap cemerlang (0,307) dengan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen. ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor) SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Ajeng Ryagita Resiyasari Sutrisno Enny Yuniartik H24102051 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor) SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Ajeng Ryagita Resiyasari Sutrisno Enny Yuniartik H24102051 Menyetujui, Juni 2006 Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Tanggal ujian : 9 Juni 2006 Tanggal lulus: RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada 26 Mei 1984 di desa Trawas, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Enny Yunihartik. Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1989 di bangku Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Trawas. Pada tahun 1990, penulis melanjutkan pendidikan ke SDN I Trawas. Pada tahun 1994, penulis pindah ke SDN I Sumberrejo sampai lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai siswa SLTPN I Bojonegoro hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN I Bojonegoro selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI, di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management (COM@) sebagai sekretaris Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai anggota Departemen Pers dan Komunikasi pada tahun 2004-2005. Selain itu, penulis juga pernah terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus, seperti rangkaian kegiatan Entrepreneurship & Economic Empowerment Program (E3P) 2004, Masa Perkenalan Fakultas 2004 dan Masa Perkenalan Departemen 2004. iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya, sehingga masih bisa terus berkarya sampai hari ini. Penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berbagai merek deterjen yang beredar di pasaran membuat konsumen harus mengambil keputusan deterjen mana yang akan dibelinya. Konsumen dapat mengambil keputusan dengan membandingkan antara kualitas merek deterjen satu dengan yang lain. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen terhadap produk, dalam hal ini adalah deterjen. Kedua faktor tersebut, yakni persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen dan keterlibatan konsumen terhadap deterjen, dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Papa dan mama yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan, kasih sayang dan doa demi mewujudkan impian dan cita-cita keluarga. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi papa dan mama berdua. 2. Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, M.M. dan Ir. Mimin Aminah, M.M. yang telah bersedia menjadi dosen penguji. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen FEM IPB yang banyak membantu penulis selama berada di FEM. 5. Adikku, Chayriszal Syah Rochman, serta keluarga besar Trawas dan Sumberrejo yang selalu memberikan lecutan semangat kepada penulis. 6. Teman-teman satu bimbingan: Risa, Bima Rach, Sri Setya, Hendra dan Dadan, terima kasih atas semangatnya. iv 7. Okti, Mbak Puji, Pury, Niken, Ari Pur, Hana, Dadik PAD, Widya, Dini, Isyana, Angga dan Sunkarers yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 8. Teh Sri dan teman-teman liqo, semoga ukhuwah yang telah terjalin diantara kita senantiasa terjaga. 9. Seluruh teman-teman Manajemen 39, semoga perjuangan dan kebersamaan kita selama empat tahun bisa menjadikan kita lebih dewasa dalam memaknai hidup. 10. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis berharap tulisan ini bisa memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri, maupun pihak-pihak lain. Tulisan ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Bogor, Juni 2006 Penulis v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deterjen .......................................................................................... 2.2 Konsumen ....................................................................................... 2.3 Perilaku Konsumen ........................................................................ 2.4 Keputusan Pembelian ..................................................................... 2.5 Perilaku Pembelian ......................................................................... 2.6 Merek.............................................................................................. 2.7 Persepsi Kualitas ............................................................................ 2.8 Keterlibatan .................................................................................... 2.9 Penelitian terdahulu ........................................................................ 1 3 5 5 6 6 6 7 9 10 11 12 15 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengumpulan Data ............................................................. 3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 19 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 4.2 Uji Cochran untuk Penentuan Atribut Deterjen ............................. 4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................ 4.4 Karakteristik Responden ................................................................ 4.5 Perilaku Konsumen ........................................................................ 27 27 28 29 32 vi 17 17 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 Keterlibatan Konsumen .................................................................. Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Merek Deterjen ............... Perbedaan Antar Merek Deterjen ................................................... Tipe Perilaku Pembelian Terhadap Produk deterjen ...................... Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Deterjen dengan Keterlibatan Konsumen Terhadap Merek Deterjen ......................................................................................... 36 38 42 45 46 KESIMPULAN DAN SARAN 1 Kesimpulan ................................................................................... 51 2 Saran.............................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54 LAMPIRAN ..................................................................................................... 56 vii DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Tahap proses keputusan pembelian ............................................................ 7 2 Tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael ......................................... 9 3 Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 18 viii DAFTAR TABEL No Halaman 1 Daftar merek deterjen yang dijual di lokasi penelitian ................................ 2 Rekapitulasi jumlah mahasiswa IPB program sarjana aktif tahun akademik 2005/2006 (tahun masuk 2001-2005) s/d 2 Januari 2006 ........... 3 Jumlah sampel tiap fakultas ........................................................................ 4 Pengamatan pada desain randomisasi lengkap ............................................ 5 Tabel ANOVA ............................................................................................ 6 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan asal fakultas ......... 7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia ...................... 8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB.......................................................................................... 9 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah pengeluaran per bulan.................................................................................. 10 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan merek deterjen yang digunakan ............................................................................................ 11 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan rencana pembelian merek deterjen ............................................................................................. 12 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan keterlibatan orang lain dalam memilih merek deterjen ............................................................ 13 Perbandingan antar merek ........................................................................... 14 Faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek deterjen . 15 Skor rata-rata keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen ........................................................................................................ 16 Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen ................... 17 Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen .............. 18 Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen Attack...................... 19 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki .................... 20 Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen dengan pengelompokan baru ................................................................................... 21 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki dengan pengelompokan baru ....................................................................... 22 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen perempuan ................ 23 Tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen ..................................... 24 Hubungan antara persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen ................................ 25 Hubungan antara persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen ................................ ix 1 20 21 23 25 30 30 31 31 32 33 34 35 36 37 40 41 42 43 44 45 45 46 47 49 DAFTAR LAMPIRAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Halaman Hasil uji Cochran untuk menentukan atribut deterjen ................................. Hasil uji Cochran II untuk menentukan atribut deterjen ............................. Kuesioner penelitian .................................................................................... Uji validitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan ................................... Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas ........................... Kuesioner penelitian setelah direvisi ........................................................... Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas setelah revisi ..... Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan dan persepsi kualitas ......................................................................................................... Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki ................... Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki dengan pengelompokan baru ....................................................................... Hasil pengolahan analisis variance untuk responden perempuan ............... Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden laki-laki .............. Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden perempuan .......... x 57 58 59 62 63 64 67 68 69 70 71 72 73 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencuci merupakan sebuah kegiatan rumah tangga yang tidak dapat dielakkan lagi. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mencuci dan kebutuhan tersebut berlangsung secara terus menerus. Kebutuhan masyarakat terhadap deterjen akan terus ada, hal ini merupakan peluang emas untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam dunia bisnis. Di Indonesia, konsumsi deterjen per kapita masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang, Thailand dan Filipina. Oleh karena itu, pasar domestik masih memiliki potensi besar untuk perusahaan dan anakanak perusahaan di masa yang akan datang.1 Berdasarkan studi pendahuluan di sekitar lokasi penelitian, terdapat beberapa merek deterjen yang diperjualbelikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar merek deterjen yang dijual di lokasi penelitian Merek Deterjen Produsen Harga Rinso Anti Noda Baru 1 kg Unilever Rp.12.250,00 Attack Softener 900 gr Kao Rp.13.995,00 Attack Clean Maximizer 1 kg Kao Rp.13.995,00 Attack Color 1 kg Kao Rp.13.975,00 So Klin Higienis 1 kg Sayap Mas Utama Rp.11.925,00 So Klin Power 1 kg Sayap Mas Utama Rp.11.850,00 So Klin Smart 1kg Sayap Mas Utama Rp.13.350,00 Daia Wangi Bunga 1 kg Sayap Mas Utama Rp.8.875,00 Daia Wangi Lemon 1 kg Sayap Mas Utama Rp.8.875,00 Wow Fresh Lime 1 kg Sinar Antjol Rp.5.250,00 Wow Sejuta Bunga 1 kg Sinar Antjol Rp.5.250,00 Boom 750 gr Sayap Mas Utama Rp.4.725,00 Total ekstra bunga 1 kg Total Chemindo Loka Rp.7.650,00 Total Ekstra Lemon 1 kg Total Chemindo Loka Rp.7.650,00 Fres Klin 1 kg Catur Wangsa Indah Rp.7.395,00 Cemara 700 gr Catur Wangsa Indah Rp.4.700,00 Surf Putih Cemerlang 1 kg Unilever Rp.9.695,00 Bu Krim 1 kg Birina Multi Daya Rp.4.950,00 Berbagai macam bentuk strategi pemasaran dilakukan oleh produsen dalam 1 mempengaruhi pembelian konsumen. http://www.uic.co.id/2006/indonesia/hr_prospek_usaha.asp Ada yang berusaha 2 mempengaruhi konsumen dengan membuat inovasi baru, seperti yang dilakukan oleh Rinso dan Attack. Rinso Aloe Vera yang lebih lembut di tangan dikeluarkan pada 2005 lalu dan yang paling baru Rinso Anti Noda dengan kesegaran pewangi baru.2 Sedangkan Kao menawarkan Attack Softener, deterjen yang membersihkan sekaligus memberikan keharuman dan kelembutan pada pakaian. Ada juga produsen yang berupaya membujuk konsumen melalui iklan, baik dengan menggunakan endorser artis yang sedang naik daun ataupun menyajikan iklan yang menarik. So Klin, misalnya, beriklan menggunakan artis senior Titiek Puspa. Bu Krim juga tak mau kalah menggandeng bintang baru, Delon dan artis papan atas Titi D J.3 Lain halnya deterjen Total yang beriklan dengan tema unik anak muda, dan dirangkai dengan iklan Indomie dalam satu cerita. Sedangkan Daia lebih menonjolkan iklannya pada penghargaan Superbrands yang baru diperolehnya. Selain melalui iklan dan bintangnya, produsen juga berupaya menggaet pelanggan dengan memberikan hadiah-hadiah yang menarik dan mengadakan berbagai acara yang bisa mengangkat citra dari perusahaan itu sendiri. Pada 2005 lalu, Surf dan Rinso menggelar program berhadiah bagi konsumennya. Rinso juga membuat sebuah menara dari 3507 kantung Rinso di hypermarket Carrefour dalam rangka ulang tahunnya yang ke-35 tahun lalu dan akhirnya produk tersebut disumbangkan ke seluruh Indonesia.4 Surf dan Total, keduanya juga berpromosi dengan mengadakan roadshow ke kotakota. Semua kegiatan tersebut pada dasarnya bermuara pada satu tujuan, yaitu ingin produknya dibeli oleh konsumen. Persaingan dalam bisnis memaksa produsen agar lebih kreatif dalam menarik perhatian konsumen, apalagi untuk produk yang dikonsumsi seharihari seperti deterjen. Salah satu hal yang dapat dilakukan produsen adalah meningkatkan keterlibatan konsumen dalam mengkonsumsi produk dan merek deterjen karena keterlibatan konsumen berkaitan erat dengan keputusan pembelian. Seorang konsumen yang memiliki keterlibatan terhadap produk deterjen akan berusaha mengumpulkan informasi sebelum 2 3 http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=63048 http://www.swa.co.id/ 3 memutuskan merek deterjen yang akan dibelinya. Konsumen akan berusaha membuat keputusan terbaik dan cenderung setia terhadap merek yang sudah dipilihnya tersebut. Ini dapat disebabkan konsumen sudah banyak berkorban ketika membuat keputusan pembelian terhadap merek tersebut dan enggan untuk melakukan proses pengambilan keputusan kembali. Produsen bisa memanfaatkan keterlibatan konsumen tersebut untuk meningkatkan loyalitas konsumennya. 1.2. Rumusan Masalah Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa meskipun semua konsumen di dunia mempunyai kebutuhan yang sama, terdapat perbedaan mendasar tentang bagaimana kebutuhan tersebut dipenuhi. Antara konsumen satu dengan yang lain, terdapat perbedaan perilaku dalam keputusan pembelian. Perbedaan tersebut dipelajari oleh pemasar untuk mendesain penawaran produk dan jasa yang menarik, melakukan segmentasi pasar dan mengembangkan program-program pemasaran agar sesuai dengan keinginan khusus dari segmen-segmen tersebut. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004) mengungkapkan bahwa seorang konsumen yang hendak melakukan keputusan harus memiliki alternatif atau pilihan. Setiap hari, konsumen dihadapkan pada berbagai produk dan merek yang disediakan oleh produsen sebagai alternatif pemecahan masalah. Konsumen juga harus menghadapi gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan para produsen untuk mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Pada dasarnya, produk yang ditawarkan produsen adalah sama, yaitu deterjen. Oleh karena itu, produsen menggunakan merek untuk membedakan produknya dengan pesaing. Masing-masing merek ditawarkan dengan keunggulan dan positioning yang berbeda, agar konsumen bisa lebih mudah menentukan pilihan pada produk atau merek yang dirasakan paling cocok dengannya. Upaya para konsumen dalam memenuhi kebutuhan dipengaruhi oleh tingkat keterlibatan mereka terhadap produk. Konsumen dengan keterlibatan 4 http://www.sinarharapan.co.id/ 4 tinggi terhadap produk akan melakukan pencarian informasi secara aktif dan konsumen dengan keterlibatan rendah tidak akan berusaha mencari informasi secara aktif. Konsumen yang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan upaya maksimal sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan pencarian informasi mengenai suatu produk dari berbagai sumber agar keputusan yang diambil tidak salah, bahkan mereka rela mengorbankan uang, waktu dan tenaga untuk mendapatkan produk yang memuaskan kebutuhan mereka. Biasanya konsumen ini memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap produk. Konsumen yang merasa tidak perlu mencari informasi lebih jauh tentang produk yang akan dibelinya mempunyai keterlibatan yang rendah terhadap produk. Mereka merasa cukup dengan informasi yang ada dalam ingatan mereka, atau mereka membeli produk sesuai dengan kebiasaan. Assael dalam Kotler (2000) mengemukakan bahwa perbedaan antar merek dan keterlibatan konsumen bisa digunakan untuk mengidentifikasi tipe perilaku pembelian konsumen. Assael membagi perilaku pembelian menjadi empat tipe, yaitu: tipe pembelian rumit (complex buying behaviour), tipe pembelian pengurang ketidaknyamanan (dissonance-reducing buying behaviour), tipe pembelian pencari variasi (variety-seeking buying behaviour) dan tipe pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour). Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa masalah yang ingin dipecahkan oleh peneliti, yaitu: 1. Bagaimana tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen berdasarkan faktor pembeli? 2. Bagaimana perbedaan antarmerek deterjen berdasarkan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan? 3. Bagaimana tipe perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan konsumen dan perbedaan antarmerek deterjen? 4. Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen? 5 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengukur tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen berdasarkan faktor pembeli. 2. Menganalisis perbedaan antar merek deterjen berdasarkan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan. 3. Mengidentifikasi tipe perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek deterjen. 4. Menganalisis hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, baik bagi peneliti maupun bagi pihak lain. Bagi peneliti, selain dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penelitian ini juga bermanfaat sebagai proses belajar yang lebih mendalam terhadap penerapan ilmu-ilmu yang telah dipelajari oleh peneliti di bangku kuliah. Penelitian ini juga bermanfaat bagi produsen deterjen, khususnya pemasar, karena dapat mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, sehingga para pemasar bisa menyusun program pemasaran yang lebih efektif. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan di kemudian hari. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deterjen Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun) yang tidak dibuat dari lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989). Deterjen juga didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda.5 2.2. Konsumen Menurut Undang-undang No 8 tahun 1999 yang berisi tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun untuk makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Aida, 2005). Secara umum, konsumen didefinisikan sebagai seseorang yang mengenali adanya kebutuhan atau keinginan, melakukan pembelian dan menghabiskan produk dalam tiga tahap proses konsumsi, yaitu tahap pra pembelian, pembelian dan pasca pembelian (Solomon, 1992). Konsumen sering dibedakan menjadi dua jenis konsumen, yakni konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan secara langsung oleh individu dan sering disebut sebagai pemakai akhir. Konsumen tersebut mungkin membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan oleh anggota keluarga yang lain, atau mungkin untuk dihadiahkan kepada orang lain. Sedangkan konsumen organisasi membeli barang atau jasa untuk menjalankan seluruh kepentingan organisasinya (Sumarwan, 2004). 2.3. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen penting dipelajari untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran dengan mengetahui apa yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh) dan dilakukan oleh konsumen (Peter dan Olson, 1999). 5 http://columbia.thefreedictionary.com/detergent 7 Menurut Engel et al (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Tidak jauh berbeda, Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan dalam menghabiskan sumber daya yang dimilikinya (waktu, uang dan tenaga) untuk mengkonsumsi barang-barang yang berhubungan dengannya. 2.4. Keputusan Pembelian Kotler (2000) mengemukakan bahwa dalam proses pembelian sebuah produk, konsumen akan melewati lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Kelima tahapan tersebut bisa dilihat pada Gambar 1. Tahapan tersebut tidak berlaku untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan yang rendah. Konsumen bisa saja tidak melewati seluruh tahapan tersebut atau terbalik dalam beberapa tahap. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pascapembelian Gambar 1. Tahap proses keputusan pembelian Sumber: Engel, et al (1994) Tahap Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian produk diawali oleh adanya pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini dipicu oleh adanya rangsangan. Rangsangan bisa berasal dari dalam diri konsumen itu sendiri, ataupun berasal dari luar diri konsumen. Rangsangan internal misalnya, rasa lapar, haus dan kepanasan yang menimbulkan kebutuhan akan makanan, minuman dan kipas angin. Sedangkan contoh rangsangan eksternal antara lain: iklan, hadiah dan varian 8 baru dari produk yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian (Kotler, 2000). Tahap Pencarian Informasi Setelah konsumen mengetahui adanya kebutuhan dalam dirinya, ia akan terdorong untuk mencari informasi dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kotler (2000) membagi sumber informasi konsumen menjadi empat yaitu: - Sumber pribadi : keluarga, teman, sahabat, kenalan - Sumber komersial : iklan, kemasan, pajangan toko, wiraniaga - Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen - Sumber pengalaman: pemakaian produk Berbeda dengan Kotler, Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa pencarian informasi bisa dilakukan secara internal dan eksternal. Pencarian informasi internal berarti konsumen mengingat kembali semua informasi mengenai produk yang ada dalam kepalanya. Sebaliknya, pencarian eksternal berarti konsumen berusaha mencari informasi produk dari lingkungan konsumen. Tahap Evaluasi Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi, didapatkan beberapa alternatif yang dipertimbangkan sebagai alat pemecah masalah. Konsumen melakukan evaluasi terhadap produk atau merek, kemudian dipilih sebagai alat pemecah masalah atau kebutuhan. Dalam melakukan evaluasi, hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen bisa berupa manfaat produk, citra merek dan keyakinan merek. Tahap Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi dan niat untuk membeli produk atau merek tertentu. Namun, niat untuk membeli ini tidak berarti bahwa konsumen akan melakukan pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari pembelian sangat bergantung pada risiko yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk atau merek. Dalam melaksanakan niat pembelian, terdapat lima sub keputusan yang bisa diambil oleh konsumen, yaitu: keputusan merek, keputusan 9 pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan pembayaran. Kelima sub keputusan tersebut tidak semuanya dilakukan oleh konsumen, melainkan tergantung pada tingkat kepentingan konsumen terhadap produk. Tahap Perilaku Pasca Pembelian Perilaku pasca pembelian ini meliputi puas atau tidaknya konsumen terhadap pembelian yang telah dilakukannya. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Perilaku pasca pembelian ini juga menyangkut tindakan pemakaian dan pembuangan produk pasca pembelian. 2.5. Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen bervariasi bergantung pada jenis keputusan pembelian. Assael dalam Kotler (2000) mengemukakan bahwa perbedaan antar merek dan keterlibatan konsumen bisa digunakan untuk mengidentifikasi tipe perilaku pembelian konsumen. Assael membagi perilaku pembelian menjadi empat tipe, yaitu: tipe perilaku pembelian rumit (complex buying behaviour), tipe perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan (dissonance-reducing buying behaviour), tipe perilaku pembelian pencari variasi (variety-seeking buying behaviour) dan tipe perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour). Keempat tipe perilaku pembelian tersebut bisa dilihat pada Gambar 2. Tinggi Rendah Banyak Complex Buying Variety Seeking Buying Behaviour Behaviour Sedikit PERBEDAAN MEREK KETERLIBATAN Dissonance Reducing Habitual Buying Behaviour Behaviour Gambar 2. Tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael (Kotler, 2000) Perilaku Pembelian Rumit Perilaku pembelian rumit terjadi apabila konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap produk dan menyadari bahwa perbedaan antarmerek 10 signifikan. Perilaku pembelian ini lazim terjadi pada produk mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri seperti mobil, rumah dan jam tangan. Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan Perilaku pembelian ini terjadi jika keterlibatan konsumen terhadap produk tinggi, tetapi perbedaan antarmerek tidak signifikan. Konsumen menganggap pembelian tersebut mahal dan berisiko, tetapi mereka tidak menyadari adanya perbedaan antarmerek yang tersedia. Contoh produknya adalah karpet dan pipa. Perilaku Pembelian Berdasarkan Kebiasaan Banyak produk dibeli dengan keterlibatan konsumen rendah dan perbedaan antarmerek tidak signifikan. Dalam situasi seperti ini, konsumen cenderung memilih merek yang dikenalnya. Konsumen membeli produk dengan merek yang sama berulang-ulang karena kebiasaan, bukan karena loyal. Perilaku pembelian ini terjadi pada produk-produk yang murah dan sering dibeli seperti gula, garam dan air mineral. Perilaku Pembelian Pencari Variasi Perilaku pembelian ini ditandai oleh rendahnya keterlibatan konsumen terhadap produk, namun perbedaan antarmerek cukup sigifikan. Konsumen membeli suatu produk atau merek tanpa banyak melakukan evaluasi dan membeli merek yang berbeda pada kesempatan pembelian berikutnya. Peralihan merek tersebut bukan karena konsumen tidak puas, melainkan ingin mencari variasi. 2.6. Merek Definisi merek menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001 adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Disebutkan pula bahwa merek merupakan ‘suatu tanda pembeda’ atas barang atau jasa bagi satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka 11 merek dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu dan lainnya baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.6 Merek memang dibuat untuk memudahkan konsumen melakukan identifikasi produk dan evaluasi alternatif. Namun, bisa saja terjadi konsumen tidak terlalu menyadari adanya perbedaan tersebut. Atau dengan kata lain perbedaannya tidak terlalu signifikan. Besar kecilnya perbedaan antar merek ini mempengaruhi perilaku konsumen. Perbedaan merek yang signifikan cenderung membuat konsumen untuk lebih banyak mencari informasi untuk mendapat keputusan terbaik. Konsumen akan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan antara merek yang satu dengan merek yang lain. Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu signifikan cenderung membuat konsumen tidak terlalu berpikir panjang dalam mengambil keputusan pembelian. 2.7. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Salah satu hal yang mempengaruhi seorang konsumen dalam mengambil keputusan adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau perceived quality. Persepsi kualitas berbeda dengan kualitas itu sendiri. Aaker dalam Simamora (2003) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah kualitas produk menurut pemikiran subjektif konsumen. Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa konsumen sering menilai kualitas produk dan jasa berdasarkan petunjuk-petunjuk yang memberikan informasi berhubungan dengan produk dan jasa tersebut, baik petunjuk intrinsik maupun ekstrinsik. Petunjuk intrinsik berkaitan dengan karakteristik fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa dan aroma. Sedangkan contoh petunjuk ekstrinsik adalah kemasan dan harga. Cleland dan Bruno dalam Simamora (2002) memberikan tiga prinsip tentang perceived quality, yakni: 1. Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh kebutuhan bukan harga (nonprice needs) yang dicari konsumen untuk memuaskan kebutuhannya. Mereka mengukur kualitas dari banyaknya atribut. 6 http://idkm.dprin.go.id/index.php?op=multiweb&id=haki&box=1&show=5 12 2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen. 3. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing. 2.8. Keterlibatan 2.8.1. Definisi Keterlibatan Antil dalam Engel et al (1994) mendefinisikan keterlibatan sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi yang spesifik. Sedangkan Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian atau aktivitas. Keterlibatan berkaitan erat dengan keputusan konsumen. Konsumen yang melihat bahwa produk memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat terhadap produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Menurut Simamora (2003), keterlibatan bisa terjadi pada pembelian, produk dan juga merek. Keterlibatan produk dan merek menunjukkan relevansi konsumen terhadap produk atau merek. Keterlibatan pembelian adalah tingkat kepedulian atau minat terhadap proses pembelian. Keterlibatan produk dan merek berbeda dengan keterlibatan pembelian. Keterlibatan produk atau merek yang tinggi, yang mengindikasikan loyalitas konsumen, membuat keterlibatan konsumen terhadap pembelian menjadi rendah. Sebagai contoh, seorang konsumen memiliki keterlibatan tinggi pada suatu produk atau merek minuman ringan tertentu. Ketika ia butuh, ia cenderung untuk langsung melakukan pembelian merek favoritnya tersebut tanpa melakukan banyak pertimbangan. Tingkat keterlibatan yang digunakan peneliti dalam menentukan tipe perilaku pembelian konsumen adalah tingkat keterlibatan produk dari faktor pembeli. 2.8.2. Dimensi Keterlibatan Menurut Engel et al (1994), keterlibatan bisa dinyatakan dalam dua dimensi, yaitu tingkat keterlibatan dan tipe keterlibatan. Tingkat keterlibatan konsumen sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tingkat 13 keterlibatan tinggi (high-involvement consumer) dan tingkat keterlibatan rendah (low-involvement consumer). Tingkat keterlibatan tinggi ditandai dengan tingginya motivasi konsumen dalam mencari informasi mengenai produk. Konsumen juga tertarik akan perbedaanperbedaan antarmerek. Sebaliknya, konsumen yang memiliki keterlibatan rendah terhadap produk, tidak akan berusaha mencari informasi secara aktif. Bahkan, terhadap informasi yang sudah ada pun, mereka tidak memperhatikan atau melewatkannya begitu saja. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan antara merek satu dengan yang lain. Tingkat keterlibatan inilah yang digunakan peneliti dalam menentukan tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen. Dimensi keterlibatan yang kedua adalah tipe keterlibatan. Tipe keterlibatan menunjukkan lamanya waktu keterlibatan konsumen terhadap produk. Tipe keterlibatan juga terbagi menjadi dua, yaitu tipe keterlibatan yang berlangsung lama (enduring involvement) dan tipe keterlibatan situasional (situational involvement). Tipe keterlibatan yang berlangsung lama menunjukkan ketertarikan konsumen terhadap produk atau merek berlangsung pada waktu yang lama. Contohnya, seorang pemilik usaha katering yang memiliki tingkat keterlibatan yang berlangsung lama terhadap merek bahan-bahan pembuat kuenya. Keterlibatannya akan berlangsung selama dia masih berprofesi sebagai pemilik usaha katering. Tipe keterlibatan situasional menggambarkan minat konsumen terhadap produk atau merek yang bersifat temporer atau hanya terjadi pada situasi-situasi tertentu. Misalnya, seseorang memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap baju pengantin saat dia akan menikah. Setelah menikah, keterlibatannya terhadap baju pengantin akan menurun. 2.8.3. Anteseden Keterlibatan Engel et al (1994) memahami keterlibatan sebagai fungsi dari orang, objek dan situasi. Artinya tinggi rendah keterlibatan ditentukan faktor pembeli, faktor produk dan situasi pembelian. 14 1. Faktor Pembeli Tanpa adanya pengaktifan kebutuhan, keterlibatan tidak akan ada. Keterlibatan dipandang paling kuat apabila produk atau jasa dipandang sebagai citra diri oleh pembelinya. Pada penelitian ini, hanya faktor pembeli yang digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan. 2. Faktor Produk Produk sebagai objek memiliki sifat pasif. Artinya produk itu sendiri tidak menimbulkan keterlibatan pada diri konsumen. Keterlibatan disini lebih kepada cara konsumen merespon produk. Keterlibatan yang tinggi biasanya muncul pada produk yang memenuhi kebutuhan dan nilai yang penting. Peningkatan keterlibatan terjadi apabila produk semakin terdiferensiasi. Produk atau merek juga menimbulkan keterlibatan apabila ada risiko yang dirasakan oleh konsumen saat pembelian dan pemakaian produk. Risiko itu bisa berupa risiko fisik, psikologis, sosial, fungsional, waktu dan kesempatan. Terakhir, keterlibatan seringkali timbul apabila produk yang akan dibeli bernilai hedonis atau nilai emosionalnya lebih tinggi dibanding nilai objektifnya. 3. Faktor Situasi Keterlibatan situasi bisa berubah sepanjang waktu. Konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi pada waktu tertentu, tetapi menjadi rendah setelah pembelian terjadi. Keterlibatan ini sering terjadi pada produk yang bersifat musiman, seperti mode pakaian atau gaya rambut. Perbedaan keterlibatan juga bisa disebabkan oleh cara produk tersebut digunakan. Pembelian produk untuk pemakaian pribadi bisa saja berbeda dengan pembelian untuk diberikan kepada orang lain. Selain itu, keterlibatan juga meningkat jika konsumen merasakan adanya tekanan sosial. Contohnya, pembelian produk untuk keperluan pribadi mempunyai keterlibatan yang lebih rendah dibanding pembelian produk untuk tujuan pesta. 15 2.9. Penelitian Terdahulu Santoso (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Keputusan Pembelian Susu Pasteurisasi oleh Mahasiswa IPB (Studi Kasus Mahasiswa IPB Dramaga, Kabupaten Bogor). Penelitian ini melibatkan responden berjumlah 100 mahasiswa yang dikelompokkan berdasarkan tempat tinggal mereka, yakni mahasiswa IPB yang tinggal di asrama, Babakan Tengah, Radar dan Babakan Lio. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara besarnya penerimaan responden dengan keputusan pembelian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2003 dan Minitab 11 for Windows. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa alasan utama konsumen, dalam hal ini mahasiswa, mengkonsumsi susu pasteurisasi adalah karena haus. Konsumen mendapatkan informasi mengenai susu pasteurisasi dari penjual keliling. Pertimbangan awal konsumen dalam mengkonsumsi susu pasteurisasi adalah rasa. Kemudian merek yang paling banyak dikonsumsi adalah susu KPBS. Perilaku konsumen terhadap susu pasteurisasi pasca pembelian adalah biasa. Jika susu pasteurisasi yang diinginkan tidak ada, mereka memilih untuk tidak membeli. Hasil uji Chi-Square pada atribut produk, penerimaan mahasiswa per bulan dan preferensi konsumen menunjukkan bahwa ketiganya memiliki hubungan yang cukup erat meskipun tingkat keeratannya belum mencapai tingkat tinggi. Ini berarti bahwa frekuensi pembelian konsumen atau mahasiswa belum terlalu tinggi seiring dengan peningkatan penerimaan mahasiswa dan preferensinya terhadap susu pasteurisasi. Hasil analisis atribut ideal menunjukkan bahwa atribut yang dianggap paling penting oleh mahasiswa adalah higienitas. Sedangkan atribut yang dianggap paling tidak penting adalah bahan pengawet. Atribut yang dinilai paling ideal adalah rasa. Sedangkan atribut yang dianggap paling tidak ideal terutama oleh mahasiswa yang tinggal di asrama, Radar dan Bateng adalah bahan pengawet. 16 Budiarti (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor Terhadap Produk Deterjen. Penelitian tersebut mengambil sampel sebanyak 200 orang di wilayah kota Bogor. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan software SPSS versi 11.5. Kemudian dilakukan analisis angka ideal menggunakan software Excell terhadap sembilan atribut deterjen. Atribut yang dinilai tersebut antara lain: daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan, kehalusan partikel, harga, kemasan, busanya banyak, hadiah dan daya tahan keharuman. Hasil yang diperoleh bahwa responden dari berbagai kelas ekonomi lebih suka membeli deterjen di swalayan. Salah satu penyebabnya adalah faktor kenyamanan swalayan. Sebanyak 70 persen responden mengaku mendapatkan informasi mengenai deterjen dari televisi. Empat atribut yang dinilai penting penting oleh responden adalah daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan dan daya tahan keharuman (apek atau tidak setelah dicuci). Atribut yang dianggap tingkat kepentingannya paling kecil adalah kemasan dan hadiah. Atribut yang diharapkan kinerjanya mendekati maksimal adalah daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan dan daya tahan keharuman. Produk yang kinerjanya dianggap paling baik adalah Daia. Sedangkan Rinso, So Klin dan Attack kinerjanya dinilai cukup baik. 17 II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kehidupan masyarakat sehari-hari tidak pernah lepas dari kebutuhan terhadap deterjen. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut, konsumen melakukan berbagai macam pengambilan keputusan, baik disadari atau tidak. Salah satu hal yang menjadi dasar perlunya pengambilan keputusan konsumen adalah adanya alternatif produk dan merek. Tanpa alternatif, konsumen tidak perlu melakukan pengambilan keputusan. Semakin banyaknya merek deterjen yang tersedia di pasar membuat konsumen berpikir lebih panjang dalam melakukan keputusan pembelian. Konsumen akan membandingkan antara merek deterjen satu dengan yang lain untuk menghasilkan kepuasan maksimal. Konsumen belajar membedakan antara merek deterjen satu dengan yang lain, baik melalui atribut produk maupun promosi yang dilakukan oleh pemasar. Penilaian konsumen tersebut akan membentuk persepsi yang berbeda terhadap kualitas masing-masing merek deterjen. Keputusan pembelian juga ditentukan oleh keterlibatan konsumen, baik terhadap produk maupun merek. Tinggi rendahnya keterlibatan berpengaruh pada perilaku pembelian konsumen. Penelitian yang dilakukan ini meliputi tingkat keterlibatan produk dan perbedaan antarmerek di mata konsumen dalam rangka mengetahui tipe perilaku pembelian konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen diukur dengan menggunakan model Inventaris Keterlibatan Pribadi yang dikembangkan oleh Zaichkowsky, sedangkan perbedaan antarmerek diukur berdasarkan persepsi kualitas konsumen terhadap merek deterjen yang digunakannya saat ini. Berdasarkan kedua faktor tersebut dapat diketahui tipe perilaku pembelian konsumen deterjen, yang dalam penelitian ini sebagai konsumennya adalah mahasiswa IPB. Alur kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, kecamatan Dramaga, Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan mahasiswa merupakan pasar 18 masa depan bagi produk deterjen dan populasi mahasiswa IPB yang cukup besar, yaitu 12171 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2006. Pembeli Analisis variance Rataan skor Keterlibatan Produk Beda antar merek Analisis hubungan Rank Spearman Situasi Pembelian Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: = diteliti = tidak diteliti 3.3. Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Riset Deskriptif dengan teknik pengambilan sampel Single Cross-Sectional Design. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara. 19 3.3.1. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berasal dari kuesioner yang disebarkan pada responden. Kuesioner ini terdiri atas pertanyaan mengenai profil responden, pertanyaan mengenai keterlibatan dan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan. Data profil responden meliputi usia, jenis kelamin, angkatan dan jumlah pengeluaran per bulan. Data sekunder berupa data mengenai populasi mahasiswa S1 IPB dan studi pustaka. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu mengadakan studi pendahuluan untuk mengetahui atribut-atribut yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap produk deterjen. Atributatribut yang diujikan dalam studi pendahuluan tersebut antara lain: daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan, kehalusan partikel, irit dalam pemakaian, menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya tahan keharuman, harga, gengsi, dan kemasan. Atribut-atribut tersebut kemudian diuji menggunakan Cochran Q-Test untuk mengetahui atribut-atribut yang dinilai sah menurut kriteria statistik. Hipotesis yang digunakan untuk menguji atribut-atribut tersebut adalah: Ho: semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang sama Ha: semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang berbeda Langkah selanjutnya dicari Q hitungnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut: k ⎡ k ⎤ (k − 1) ⎢k ∑ C 2j − (∑ C j ) 2 ⎥ j ⎣ j ⎦ ......................................................... (1) Q= n n k ∑ Ri − ∑ Ri2 i i Setelah mendapatkan atribut yang sah, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner. Menurut Simamora (2002), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat keandalan kuesioner. Dalam penelitian ini, validitas kuesioner diuji 20 menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Nilai korelasi yang didapatkan menunjukkan tingkat kesahihan pertanyaan, sedangkan reliabilitas kuesioner diuji dengan rumus Alpha. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 IPB meliputi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan mahasiswa dari fakultas yang ada di IPB, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Perincian jumlah mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Rekapitulasi jumlah mahasiswa IPB program sarjana aktif tahun akademik 2005/2006 (tahun masuk 2001-2005) s/d 2 Januari 2006 No Kode Fakultas Jumlah 1 P TPB 2.801 2 A Pertanian 2.298 3 B Kedokteran Hewan 484 4 C Perikanan dan Ilmu Kelautan 1.335 5 D Peternakan 898 6 E Kehutanan 943 7 F Teknologi Pertanian 1.136 8 G Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1.564 9 H Ekonomi dan Manajemen 712 12.171 Jumlah Sumber: Sub. Dit. Registrasi & Statistik DAJMP-IPB Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu (Simamora, 2002): n= N ........................................................................... (2) 1 + Ne 2 dimana: n = jumlah sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir 21 Berdasarkan data pada Tabel 1, jumlah populasi penelitian adalah 12.171 orang. Persen kelonggaran yang digunakan adalah 0,1, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan bisa dihitung sebagai berikut: n= 12.171 1 + 12.171 (0.1) 2 = 99,185 ≈ 100 Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang responden dan dibagi sesuai dengan proporsi masing-masing fakultas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah sampel tiap fakultas No Kode Jumlah Proporsi mahasiswa 1 P 2.801 0,23 2 A 2.298 0,19 3 B 484 0,04 4 C 1.335 0,11 5 D 898 0,07 6 E 943 0,08 7 F 1.136 0,09 8 G 1.564 0,13 9 H 712 0,06 12,171 1,00 Jumlah Jumlah sampel 23 19 4 11 7 8 9 13 6 100 Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobabilitas, yakni judgement sampling. Artinya, peneliti memilih anggota populasi yang dinilai paling tepat dalam memberikan informasi yang akurat. 3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis. Data mengenai profil konsumen dianalisis secara deskriptif. Data mengenai keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dihitung menggunakan rataan skor. Data tentang persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen dianalisis dengan analisis variance. Hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen diuji menggunakan korelasi rank-order Spearman. Pengolahan menggunakan Microsoft Excell dan software SPSS versi 12.00. data 22 Tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dari faktor pembeli dapat diukur menggunakan model Inventaris Keterlibatan Zaichkowsky (Engel et al, 1994). Model Inventaris Keterlibatan Zaichowsky yang digunakan adalah model yang sudah diadaptasi oleh Simamora (2003). Model tersebut terdiri dari tujuh dimensi, yaitu tingkat kepentingan, tingkat kebutuhan, tingkat keseriusan, daya tarik produk, arti produk, nilai pribadi dan dikehendaki atau tidaknya produk oleh konsumen. Tingkat keterlibatan yang diukur terbatas hanya pada faktor pembeli. Skala yang digunakan adalah skala semantic differential yang berisi tujuh skala, dimana kedua ujung skala berisikan sisi positif dan negatif. Keterlibatan konsumen bisa diketahui dari skor yang dipilih responden. Keterlibatan paling tinggi ditunjukkan oleh angka 7 pada sisi positif dan keterlibatan paling rendah ditunjukkan oleh angka 1 pada sisi negatif. Skor tersebut kemudian dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Nilai rata-rata tersebut yang menunjukkan tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen tinggi atau rendah. Perbedaan antarmerek dapat dihitung menggunakan analisis variance. Analisis variance digunakan untuk menguji apakah rata-rata dari beberapa sampel berbeda atau tidak (Pratisto, 2004). Pertama, konsumen diberikan pertanyaan mengenai persepsi mereka terhadap merek deterjen yang mereka gunakan saat data diambil. Skala yang digunakan dalam mengukur persepsi konsumen adalah skala Likert 1 sampai 5. Skor 5 menunjukkan penilaian paling tinggi terhadap merek dan skor 1 menunjukkan penilaian konsumen yang paling rendah terhadap merek. Kemudian skor yang didapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dikelompokkan untuk masing-masing merek dan ditampilkan pada Tabel 3. 23 Tabel 3. Pengamatan pada Desain Randomisasi Lengkap Perlakuan X11 X12 X1j X21 X22 X2j . . . . . . Xi1 Xi2 Xij . . . Nni1 Xn22 Xnjj Total T1 T2 T3 Observasi n1 n2 n3 Mean ⎯X1 ⎯X2 ⎯X3 Sumber: Nazir (1999) X1k X2k . . Xik . Xnkk Tk nk ⎯Xk Menurut Nazir (1999), jika sebuah sampel dikenakan k buah perlakuan dan jumlah anggota masing-masing adalah n1, n2 dan n3 maka salah satu pengamatan adalah Xij. Xij adalah pengamatan ke-i dari sampel j. Hipotesis yang digunakan dalam analisis variance ini adalah: Ho : u1 = u2 = … = uk, tidak ada perbedaan antara mean-mean dari populasi Ha : u1 ≠ u2 ≠ … ≠ uk, terdapat perbedaan antara populasi Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah: - Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima - Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak Level signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.05. Selanjutnya, dibuat Tabel ANOVA dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan sebagai berikut: a. Menghitung correction factor: CF = (T j ) 2 n ............................................................................ (3) dimana: CF = correction factor ΣTj = total nilai pengamatan (nilai variabel) n = anggota sampel b. Menghitung sumsquare total: SS T = ∑ ( X ij ) 2 − CF ............................................................. (4) 24 dimana: SST = sumsquare total Xij = nilai pengamatan i dari sampel j c. Menghitung sumsquare antar perlakuan: SS P = (T j ) 2 (T ) 2 (T1 ) 2 (T2 ) 2 + +K+ + K + k − CF n1 n2 nj nk =∑ SS P = ∑ (T j ) 2 nj (T j ) 2 nj − CF − CF ........................................................... (5) dimana: Tj = total nilai sampel j nj = besar sampel j SSP = sumsquare antar perlakuan d. Menghitung sumsquare error SS E = SST − SS P ................................................................... (6) dimana: SSE = sumsquare error e. Menentukan degree of freedom: DFP = k − 1 ........................................................................... (7) DFT = n − 1 ........................................................................... (8) DFE = DFT − DFP ................................................................ (9) dimana: DFP = degree of freedom antar perlakuan DFT = degree of freedom total DFE = degree of freedom error f. Menghitung mean square: MS P = SS P .......................................................................... (10) DFP 25 MS E = SS E .......................................................................... (11) DFE dimana: MSP = meansquare antar perlakuan MSE = meansquare error g. Menghitung harga F: F= MSp ............................................................................... (12) MSe Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dibuat tabel ANOVA seperti pada Tabel 4. Berdasarkan faktor tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk dan perbedaan antarmerek deterjen, dapat diketahui tipe perilaku pembelian konsumen deterjen. Tabel 4. Tabel ANOVA Sumber variasi SS df MS F Antar perlakuan SSP k-1 SS P k −1 MS P MS E SSE (n-k) – (k-1) SS E (n − k ) − (k − 1) SST N–k Dalam perlakuan (error) Total sig Sumber: Nazir (1999) Selanjutnya, untuk mengetahui adanya hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen dilakukan uji korelasi Rank- Order Spearman dengan rumus: 2 6∑d ρ = 1 − 3 i .................................................................... (13) N −N dimana: di = beda antara dua pengamatan berpasangan N = total pengamatan ρ = koefisien korelasi Spearman Tingkat keterlibatan konsumen terhadap merek diketahui dari pertanyaan mengenai tingkat kecocokan konsumen terhadap merek, 26 kesetiaan merek dan keinginan untuk beralih ke merek deterjen yang lain. Jika terdapat data yang memiliki ranking sama, perlu dilakukan koreksi menggunakan rumus (Simamora, 2003): r= ∑ x2 + ∑ y 2 − 6 ∑ dt ∑ x2 ∑ y2 2 ........................................................ (14) di mana: ∑ x2 = n3 − n − ∑ Tx 12 ∑ y2 = n3 − n − ∑ Ty 12 T= t3 −t 12 T = faktor koreksi t = banyaknya data yang mempunyai ranking sama Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesa dengan membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel. Nilai thitung sendiri dihitung menggunakan rumus: t hitung = rs n−2 .............................................................................. (15) 1 − rs Posisi tanggapan responden terhadap pertanyaan mengenai persepsi merek dan keterlibatan konsumen dapat diketahui dengan menggunakan rentang skala penilaian dengan rumus (Simamora, 2002): RS = m−n .......................................................................... (16) b dimana: m = angka tertinggi dalam pengukuran n = angka terendah dalam pengukuran b = banyaknya kelas yang dibentuk 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga terletak di wilayah kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampus yang mempunyai luas ± 267 hektar ini terdiri atas sembilan fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta Fakultas Ekologi Manusia yang baru berdiri pada tahun lalu. Di kampus IPB Darmaga ini juga terdapat berbagai macam fasilitas umum dan sosial bagi mahasiswa, seperti: asrama yang diperuntukkan bagi mahasiswa dan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB), gymnasium, masjid kampus, klinik dan sebagainya. Di sekitar wilayah kampus Darmaga terdapat toko-toko, swalayan, tempat fotokopi, warung makan yang memudahkan mahasiswa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sebagian mahasiswa IPB yang berasal dari luar kota Bogor tinggal di rumah kos atau kontrakan di wilayah sekitar kampus tersebut, sedangkan mahasiswa TPB diwajibkan untuk tinggal di asrama TPB yang masih berada di dalam wilayah kampus IPB. 4.2. Uji Cochran untuk Penentuan Atribut Deterjen Uji Cochran dilakukan untuk menentukan atribut-atribut yang akan digunakan dalam kuesioner. Atribut-atribut yang diujikan antara lain: daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan, kehalusan partikel, irit dalam pemakaian, menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya tahan keharuman, harga, gengsi, dan kemasan. Uji Cochran I menghasilkan nilai Qhitung sebesar 52,8 atau lebih besar dari nilai Qtabel(0,05, 10) = 18,307, sehingga Ho ditolak. Artinya, semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan pengujian lebih lanjut dengan membuang atribut yang memiliki proporsi jawaban YA paling kecil, yaitu atribut kehalusan partikel dan kemasan (Lampiran 1). 28 Uji Cochran II dilakukan pada sembilan atribut yang tersisa dan menghasilkan nilai Qhitung sebesar 10,73 (Lampiran 2). Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai Qtabel(0,05, 10) = 16,507, sehingga Ho diterima. Artinya, proporsi jawaban YA pada sembilan atribut tersebut adalah sama dan sah digunakan sebagai atribut deterjen. 4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji validitas kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner (Lampiran 3) kepada 30 orang responden. Jawaban masing-masing responden mengenai keterlibatan produk dan persepsi kualitas dikorelasikan dengan skor total. Pengujian validitas ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Level signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 dan nilai kritisnya adalah 0,361. Suatu pertanyaan dinyatakan valid apabila nilai kofisien korelasinya lebih besar dari 0,361 atau lebih kecil dari -0,361. Variabel pertanyaan yang diuji terdiri dari pertanyaan mengenai keterlibatan konsumen dalam menggunakan deterjen dan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Pertanyaan mengenai keterlibatan terdiri atas tujuh variabel, yaitu: tingkat kepentingan, tingkat kebutuhan, tingkat keseriusan, daya tarik produk, arti produk, nilai pribadi dan dikehendaki atau tidaknya produk oleh konsumen, sedangkan variabel pertanyaan mengenai persepsi kualitas terdiri dari: daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan, irit dalam pemakaian, kemampuan menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya tahan keharuman (tidak mudah apek), harga dan gengsi. Hasil pengujian (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa hanya terdapat satu variabel pertanyaan yang tidak valid, yakni variabel harga pada pertanyaan persepsi kualitas. Nilai koefisien korelasinya -0,29386 atau lebih besar dari -0,361. Artinya variabel harga kurang tepat jika digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Agar instrumen penelitian valid, variabel harga dihilangkan, sehingga variabel pertanyaan persepsi kualitas berkurang menjadi delapan variabel (Lampiran 6) dan semuanya dinyatakan valid (Lampiran 7). 29 Setelah seluruh variabel pertanyaan dinyatakan valid, selanjutnya kuesioner diuji reliabilitasnya menggunakan Rumus Alpha. Dari tabel diketahui untuk N=30 dengan α sebesar 0,05, nilai r-nya adalah 0,361. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang nilai r-nya lebih besar dari 0,361 atau lebih kecil dari -0,361. Uji pertanyaan mengenai keterlibatan produk menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0,914. Jadi, pertanyaan mengenai keterlibatan produk tersebut reliabel. Uji reliabilitas terhadap pertanyaan mengenai persepsi kualitas menghasilkan nilai r sebesar 0,912, yang berarti kuesioner tersebut reliabel. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.4. Karakteristik Responden Karakteristik responden dilihat dari usia, angkatan atau tahun masuk IPB, asal fakultas dan jumlah pengeluaran per bulan. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan atau mahasiswi, yakni sejumlah 62 responden atau 62%, sedangkan responden laki-laki atau mahasiswa hanya berjumlah 38 orang atau 38%. Ini disebabkan sebagian besar mahasiswa laki-laki jarang mencuci semua pakaian mereka sendiri. Kadang-kadang para mahasiswa menggunakan jasa laundry untuk mencuci pakaiannya sehingga jarang melakukan pembelian deterjen. Oleh karena itu, banyak diantara mahasiswa yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan responden. Lain halnya dengan mahasiswi yang sebagian besar mencuci semua pakaiannya sendiri, sehingga lebih mudah untuk memperoleh mahasiswi yang memenuhi syarat sebagai responden. 30 Tabel 6. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan asal fakultas Laki-laki Perempuan Total % Jumlah % Jumlah % Fakultas Jumlah P 12 31,6 11 17,7 23 23,0 A 6 15,8 13 21,0 19 19,0 B 1 2,6 3 4,8 4 4,0 C 5 13,2 6 9,7 11 11,0 D 1 2,6 6 9,7 7 7,0 E 3 7,9 5 8,1 8 8,0 F 4 10,5 5 8,1 9 9,0 G 5 13,2 8 12,9 13 13,0 H 1 2,6 5 8,1 6 6,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, mayoritas responden secara keseluruhan berusia antara 21-22 tahun, yakni sebesar 51%. Responden lakilaki paling banyak berada pada usia 21-22 tahun dengan persentase sebesar 55,3%. Responden laki-laki paling sedikit berusia di atas 22 tahun, yaitu 2 orang responden. Responden perempuan mayoritas berusia antara 21 hingga 22 tahun dengan persentase sebesar 48,4%. Jumlah responden perempuan yang paling sedikit berada pada rentang usia di atas 22 tahun. Hal tersebut bisa dimengerti mengingat sebagian besar mahasiswa yang masih melakukan kegiatan perkuliahan di kampus adalah mahasiswa angkatan tahun 2002 ke bawah. Sebagian besar mahasiswa angkatan 2001 sudah lulus dan keluar dari IPB. Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia Laki – laki Perempuan Total Usia Jumlah % Jumlah % Jumlah % <19 tahun 3 7,9 4 6,5 7 7,0 19-20 tahun 12 31,6 26 41,9 38 38,0 21-22 tahun 21 55,3 30 48,4 51 51,0 > 22 tahun 2 5,3 2 3,2 4 4,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 Berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB, mayoritas responden berasal dari angkatan 39 atau masuk IPB pada tahun 2002 dengan persentase 31 sebesar 41%. Baik responden laki-laki maupun perempuan, jumlah responden yang paling sedikit ada pada angkatan 2001. Jumlah dan persentase responden berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB Angkatan/ Laki – laki Perempuan Total tahun masuk Jumlah % Jumlah % Jumlah % IPB ’38/2001 2 5,3 2 3,2 4 4,0 ’39/2002 17 44,7 24 38,7 41 41,0 ’40/2003 4 10,5 14 22,6 18 18,0 ’41/2004 3 7,9 12 19,4 15 15,0 ’42/2005 12 31,6 10 16,1 22 22,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 Berdasarkan data mengenai jumlah pengeluaran responden tiap bulan (Tabel 9), dapat diketahui bahwa mayoritas responden secara keseluruhan mempunyai pengeluaran Rp.400.000,00-Rp.499.999,00 per bulan, yaitu sebesar 33%. Responden laki-laki memiliki pengeluaran lebih besar daripada responden perempuan. Sebagian besar responden laki-laki memiliki pengeluaran diatas Rp.500.000,00 per bulan dengan jumlah 44,7% atau 17 orang, sedangkan sebagian besar pengeluaran responden perempuan adalah Rp.400.000,00-Rp.499.999,00 dengan jumlah responden sebesar 33 orang atau 40,3%. Responden yang pengeluarannya paling rendah antara Rp.200.000,00 sampai dengan Rp.299.999,00 hanya berjumlah 12 orang, tidak ada satu pun responden yang pengeluarannya kurang dari Rp.200.000,00. Tabel 9. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah pengeluaran per bulan Jumlah Laki – laki Perempuan Total pengeluaran per Jumlah % Jumlah % Jumlah % bulan (Rp.) < 200.000 0,0 0,0 0,0 200.000-299.999 4 10,5 8 12,9 12 12,0 300.000-399.999 9 23,7 19 30,6 28 28,0 400.000-499.999 8 21,1 25 40,3 33 33,0 > 500.000 17 44,7 10 16,1 27 27,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 32 4.5. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen terhadap produk deterjen dapat diketahui dari jawaban konsumen terhadap kuesioner yang diberikan. Berdasarkan data pada Tabel 10 diketahui bahwa merek deterjen yang paling banyak digunakan, baik oleh konsumen laki-laki maupun perempuan adalah Attack sebesar 45%. Konsumen laki-laki yang menggunakan Attack berjumlah 21 orang atau 55,3%, sedangkan konsumen perempuannya berjumlah 24 orang atau 38,7%. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, alasan sebagian konsumen menggunakan Attack adalah karena daya bersihnya baik, sehingga konsumen tidak menghabiskan terlalu banyak tenaga untuk mengucek pakaian. Konsumen Attack memiliki tingkat kepercayaan yang baik terhadap kinerja Attack. Merek deterjen yang menempati urutan kedua adalah Rinso dengan jumlah konsumen 25 orang. Konsumen laki-laki yang menggunakan Rinso lebih banyak, jika dibandingkan dengan konsumen perempuan. Konsumen perempuan lebih banyak yang menggunakan Daia, yaitu sebanyak 13 orang konsumen. Jumlah tersebut lebih banyak daripada pengguna So Klin, merek yang lebih dulu muncul daripada Daia. Hal tersebut dapat terjadi karena harga Daia yang lebih murah dibandingkan So Klin. Selain itu Daia juga lebih banyak melakukan kegiatan promosi dengan membagi-bagikan hadiah pada konsumennya, sehingga banyak konsumen yang tertarik untuk menggunakannya. Merek deterjen yang paling sedikit digunakan adalah Wow. Tabel 10. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan merek deterjen yang digunakan Laki – laki Perempuan Total Merek deterjen yang digunakan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Rinso 13 34,2 12 19,4 25 25 Attack 21 55,3 24 38,7 45 45 So Klin 1 2,6 8 12,9 9 9 Daia 1 2,6 13 21,0 14 14 Surf 2 5,3 3 4,8 5 5 Wow 2 3,2 2 2 Total 38 100,0 62 100,0 100 100 33 Konsumen dapat melakukan pembelian yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh terencana dan pembelian yang tidak terencana. Jumlah dan persentase konsumen berdasarkan rencana pembelian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagian besar konsumen secara keseluruhan menyatakan pernah merencanakan merek deterjen yang akan dibelinya. Tabel 11. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan rencana pembelian merek deterjen Konsumen Laki – laki Perempuan Total merencanakan pembelian Jumlah % Jumlah % Jumlah % deterjen Selalu 15 39,5 31 50,0 46 46,0 Sering 2 5,3 10 16,1 12 12,0 Kadang-kadang 15 39,5 16 25,8 31 31,0 Jarang 4 10,5 3 4,8 7 7,0 Tidak pernah 2 5,3 2 3,2 4 4,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 Jumlah konsumen laki-laki yang selalu merencanakan merek deterjen yang akan dibelinya adalah sebanyak 15 orang konsumen, sama besar dengan konsumen yang menyatakan kadang-kadang saja merencanakan merek deterjen. Sementara konsumen perempuan yang selalu merencanakan merek deterjen yang akan dibelinya berjumlah 31 orang (50%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen deterjen melakukan pembelian yang terencana sepenuhnya. Namun, konsumen perempuan mempunyai kecenderungan yang lebih besar dalam merencanakan merek deterjen tersebut. Konsumen sudah menentukan merek deterjen yang akan dibelinya jauh sebelum pembelian dilakukan. Jadi ketika konsumen datang ke sebuah toko, swalayan atau tempat lain yang menyediakan deterjen, konsumen akan langsung membeli merek deterjen tertentu tanpa memperhatikan merek deterjen lain. Konsumen yang menyatakan tidak pernah merencanakan merek deterjen ada 4 orang, yakni 2 orang konsumen laki-laki dan dua orang konsumen perempuan. Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai merek sebagai alat pemuas kebutuhan dalam melakukan pengambilan keputusan. Tidak jarang 34 konsumen meminta pertimbangan orang lain dalam melakukan pemilihan merek atau produk tertentu. Konsumen berharap bisa mengambil keputusan yang tepat dengan melakukan hal itu. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 12, sebanyak 53% konsumen menyatakan tidak pernah meminta pertimbangan orang lain dalam menentukan merek deterjen yang akan dibelinya. Konsumen yang tidak pernah meminta pertimbangan orang lain terdiri dari 19 orang konsumen laki-laki dan 34 orang konsumen perempuan, dan tidak satu orang pun konsumen laki-laki yang menyatakan selalu meminta pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen. Ini dapat disebabkan konsumen sudah loyal terhadap suatu merek deterjen tertentu, sehingga merasa tidak perlu lagi meminta pertimbangan orang lain. Konsumen sudah yakin terhadap merek deterjen yang dipakainya dan lebih dipengaruhi oleh pribadinya sendiri dalam memilih merek deterjen. Selain itu, antara konsumen satu dengan yang lain memiliki tingkat kecocokan yang berbeda-beda terhadap merek deterjen. Kecocokan tersebut bisa berkaitan dengan harga ataupun atribut produk. Tabel 12. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan keterlibatan orang lain dalam memilih merek deterjen Konsumen Laki – laki Perempuan Total meminta pertimbangan % Jumlah % Jumlah % orang lain dalam Jumlah membeli deterjen Selalu 0,0 2 3,2 2 2,0 Sering 4 10,5 1 1,6 5 5,0 Kadang-kadang 7 18,4 14 22,6 21 21,0 Jarang 8 21,1 11 17,7 19 19,0 Tidak pernah 19 50,0 34 54,8 53 53,0 Total 38 100,0 62 100,0 100 100,0 Setiap melakukan pembelian deterjen, konsumen selalu dihadapkan pada berbagai merek deterjen. Konsumen akan memilih merek yang paling cocok diantara merek-merek yang tersedia. Konsumen yang hati-hati akan melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa dari 100 orang konsumen hanya 9 orang yang menyatakan tidak pernah membandingkan antara merek deterjen 35 satu dengan yang lainnya. Artinya, sebagian besar konsumen melakukan perbandingan dalam memilih merek deterjen yang akan dibelinya, walaupun intensitasnya berbeda-beda. Sebagian besar konsumen laki-laki menyatakan bahwa hanya kadang-kadang saja mereka melakukan perbandingan antar merek deterjen dengan persentase 31,6%, sedangkan mayoritas konsumen perempuan sebesar 31,7% menyatakan sering melakukan perbandingan antar merek deterjen. Tabel 13. Perbandingan antarmerek Konsumen Laki – laki Perempuan Total melakukan perbandingan antar Jumlah % Jumlah % Jumlah % merek deterjen Selalu 3 7,9 15 25,0 18 18,4 Sering 10 26,3 19 31,7 29 29,6 Kadang-kadang 12 31,6 18 30,0 30 30,6 Jarang 8 21,1 6 10,0 14 14,3 Tidak pernah 5 13,2 4 6,7 9 9,0 Total 38 100,0 62 103,3 100 100,0 Konsumen akan melakukan evaluasi terhadap alternatif merek yang tersedia dalam melakukan pengambilan keputusan. Konsumen biasa melakukan pembelian dengan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan kebutuhannya. Konsumen akan memilih produk yang dinilai paling baik untuk memenuhi kebutuhan yang dicarinya, begitu juga dalam memilih merek deterjen, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek deterjen. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Faktor yang paling banyak dipertimbangkan oleh konsumen secara keseluruhan adalah daya bersih sebanyak 94 orang konsumen (14,7%). Hal ini tidak mengherankan mengingat tujuan pokok pembelian deterjen adalah untuk membersihkan pakaian dari noda dan kotoran, sehingga hampir semua konsumen mempertimbangkannya sebagai faktor utama dalam membeli suatu merek deterjen. Selain daya bersih, atribut yang juga banyak dipertimbangkan oleh konsumen secara berurutan adalah keharuman sebesar 14,5%, tidak mudah apek sebesar 14,2%, menjaga warna tetap cemerlang sebesar 13,7%, halus di tangan sebesar 11,9%, irit dalam penggunaan sebesar 11,4% dan banyaknya 36 busa sebesar 10,0%. Atribut harga hanya dipertimbangkan oleh 41 orang konsumen (6,4%) yang terdiri atas 35 konsumen perempuan dan 6 konsumen laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen laki-laki tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam memilih merek deterjen yang akan dibelinya. Berbeda dengan konsumen perempuan yang dalam melakukan pembelian cenderung untuk selalu berusaha mendapatkan produk dengan harga yang lebih rendah. Faktor gengsi ternyata tidak banyak dipertimbangkan oleh konsumen. Konsumen yang menjadikan faktor gengsi merek sebagai bahan pertimbangan dalam memilih merek deterjen hanya berjumlah 18 orang atau 2,8% . Diantara konsumen, ada beberapa konsumen yang menyebutkan faktor lain yang tidak disebutkan dalam kuesioner, yakni faktor kemasan dan iklan dengan persentase masing-masing 0,3% dan 0,2%. Tabel 14. Faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek deterjen Laki-laki Perempuan Total Faktor pertimbangan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Daya bersih 37 15,9 57 13,9 94 14,7 Keharuman 37 15,9 56 13,7 93 14,5 Halus di tangan 28 12,1 48 11,7 76 11,9 Irit 27 11,6 46 11,2 73 11,4 Warna tetap 32 13,8 56 13,7 88 13,7 cemerlang Banyaknya busa 22 9,5 42 10,3 64 10,0 Tidak mudah 34 14,7 57 13,9 91 14,2 apek Gengsi 7 3,0 11 2,7 18 2,8 Harga 6 2,6 35 8,6 41 6,4 Kemasan 1 0,4 1 0,2 2 0,3 Iklan 1 0,4 1 0,2 Total 232 100,0 409 100,0 641,0 100,0 4.6. Keterlibatan Konsumen Tingkat keterlibatan konsumen dalam menggunakan suatu produk dibedakan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Pengukuran keterlibatan dengan model Inventaris Keterlibatan Pribadi Zaichkowsky menghasilkan nilai skor rata-rata keterlibatan. Untuk mengetahui predikat nilai skor ratarata tersebut digunakan rentang skala penilaian. Skala yang digunakan adalah 37 skala semantic-differential dengan nilai terendah 1 dan tertinggi 7. Keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen diukur menggunakan tujuh butir dimensi, sehingga skor terendah yang mungkin terjadi adalah 1 × 7 = 7 dan skor tertinggi adalah 7 × 7 = 49. Rentang skala penilaian terhadap keterlibatan konsumen bisa dihitung seperti di bawah ini: RS = 49 − 7 42 = = 21 2 2 Berdasarkan nilai rentang skala tersebut, skor rata-rata yang didapat dari hasil perhitungan bisa dibagi menjadi dua kriteria, yaitu: skor 7-28 : skor 29-49 : keterlibatan rendah keterlibatan tinggi Berdasarkan faktor pembeli, hasil penyebaran kuesioner mengenai keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dapat dilihat pada Tabel 15. Total skor rata-rata keterlibatan yang didapat dari konsumen laki-laki adalah 30,3 yang berarti bahwa keterlibatan konsumen laki-laki dalam menggunakan produk deterjen tergolong tinggi. Begitu juga dengan konsumen perempuan, total skor rata-rata keterlibatannya mencapai 32,7. Ini menunjukkan bahwa konsumen perempuan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap produk deterjen, sehingga tidak mengherankan bila skor rata-rata yang didapat dari keseluruhan konsumen pun menunjukkan keterlibatan yang tinggi pula, yakni sebesar 31,8. Tabel 15. Skor rata-rata keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen Skor rata-rata keterlibatan Keterlibatan terhadap produk deterjen Laki-laki Perempuan Total Penting 5,4 5,9 5,7 Kebutuhan mendasar 4,3 4,8 4,6 Serius 4,5 4,9 4,7 Menarik perhatian 3,9 4,5 4,3 Berarti bagi saya 4,3 4,7 4,6 Melambangkan 3,3 3,0 3,1 pribadi Dikehendaki 4,6 4,9 4,8 Total 30,3 32,7 31,8 38 Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsumen menganggap deterjen sebagai produk yang penting, mendasar dan membutuhkan pemikiran yang serius dalam memilih merek yang akan digunakan. Deterjen merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari dan berlangsung secara terus menerus. Hal itulah yang menyebabkan konsumen memandang deterjen sebagai produk yang penting. Deterjen juga cukup mampu menarik perhatian dan memberi arti pada konsumen. Ini dapat terjadi karena berbagai promosi yang dilakukan oleh para produsen deterjen. Deterjen dipromosikan secara menarik di berbagai media, seperti televisi, radio dan media cetak lainnya. Tak sedikit pula produsen yang menggunakan artis terkenal sebagai bintang iklannya, sehingga tidak mengherankan bila deterjen dianggap menarik oleh para konsumen. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa deterjen juga berarti bagi konsumen. Ini berkaitan dengan nilai psikologis konsumen. Jika konsumen yakin bahwa deterjen yang digunakannya memiliki kualitas yang baik, konsumen akan merasa bahwa pakaian yang dicucinya bersih. Hal tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri konsumen, sehingga konsumen menganggap deterjen sebagai produk yang berarti bagi dirinya. Produk deterjen tidak dipandang sebagai produk yang melambangkan pribadi, hal ini ditunjukkan dari skor keterlibatan yang rendah terhadap dimensi tersebut, yaitu 3,1. Keberadaan produk deterjen cukup dikehendaki oleh konsumen. Ini dapat disebabkan oleh kebutuhan konsumen untuk mencuci pakaian yang berlangsung secara terus menerus, sehingga mau tidak mau konsumen menghendaki keberadaan deterjen untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. 4.7. Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Merek Deterjen Persepsi konsumen lebih penting daripada kualitas produk yang sebenarnya, karena konsumen membuat keputusan berdasarkan persepsi, bukan kualitas. Jika konsumen mempersepsikan suatu produk berkualitas rendah, maka kualitas produk tersebut rendah, apapun realitasnya. Persepsi yang dibentuk oleh konsumen akan memudahkan konsumen dalam mengambil keputusan. Jika antara merek deterjen satu dengan yang lain 39 dipersepsikan secara berbeda, konsumen jadi lebih mudah memilih merek deterjen yang paling cocok dengannya. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen akan digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan dapat diketahui dari penilaian konsumen terhadap atribut-atribut deterjen. Konsumen diberikan skala penilaian dengan angka 1 sampai 5 dari kinerja atribut yang paling buruk sampai yang paling baik. Skor rata-rata yang didapat menunjukkan posisi persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Interpretasi terhadap skor tersebut menggunakan rentang skala penilaian yang dihitung sebagai berikut: RS = 40 − 8 32 = = 6,4 5 5 Berdasarkan rentang skala tersebut, interpretasi terhadap skor rata-rata yang didapat adalah: 8,0 – 14,4 : sangat buruk 14,4 – 20,8 : buruk 20,8 – 27,2 : cukup 27,2 – 33,6 : baik 33,6 – 40 sangat baik : Hasil penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap merek deterjen yang digunakan oleh masing-masing konsumen dapat dilihat pada Tabel 16 untuk konsumen laki-laki dan Tabel 17 untuk konsumen perempuan. Skor yang ditampilkan adalah skor total dari persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Merek deterjen yang dinilai dikelompokkan dalam 5 kelompok besar merek yang digunakan, yaitu kelompok pengguna Rinso, Attack, So Klin, Daia dan merek deterjen lain. Pengguna merek deterjen Surf dan Wow dimasukkan dalam kelompok pengguna merek deterjen lainnya karena jumlah pengguna untuk masing-masing merek tersebut terlalu sedikit. Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui total skor rata-rata persepsi konsumen laki-laki terhadap merek masing-masing deterjen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa merek deterjen yang memiliki skor rata-rata persepsi 40 kualitas tertinggi adalah Attack, dengan perolehan skor sebesar 29,6. Kemudian secara berurutan diikuti oleh Rinso, Daia, So Klin dan merek deterjen lainnya. Berdasarkan rentang skala, merek deterjen yang dipersepsikan memiliki kualitas baik oleh konsumen laki-laki adalah Attack dan Rinso, sedangkan So Klin, Daia dan merek lainnya dinilai cukup berkualitas. Tabel 16. Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen Merek Deterjen No Merek Rinso Attack So Klin Daia lainnya 1 30 29 24 25 21 2 28 29 26 3 26 30 4 25 20 5 27 33 6 24 33 7 27 29 8 24 27 9 27 30 10 39 30 11 29 24 12 31 28 13 25 23 14 32 15 33 16 32 17 32 18 28 19 27 20 32 21 40 Total 362 621 24 25 47 Rata-rata 27,8 29,6 24 25 23,5 Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 17. Merek deterjen yang mendapat skor rata-rata kualitas paling tinggi adalah Attack dengan nilai rata-rata 31,0. Urutan skor rata-rata persepsi kualitas yang diperoleh dari konsumen perempuan adalah Attack, Rinso, So Klin, Daia dan merek deterjen lain. 41 Merek deterjen yang dinilai oleh konsumen perempuan memiliki kualitas baik adalah Rinso, Attack dan So Klin, sedangkan untuk Daia dan merek deterjen lain, termasuk Surf dan Wow, dipersepsikan cukup berkualitas. Tabel 17. Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen Merek Deterjen No Merek Rinso Attack So Klin Daia lainnya 1 32 34 28 29 26 2 28 31 21 26 23 3 33 31 29 26 29 4 29 29 28 28 22 5 29 31 25 27 26 6 29 31 28 28 7 18 31 40 25 8 32 28 32 26 9 27 30 27 10 30 24 25 11 32 29 26 12 31 31 27 13 31 26 14 33 15 31 16 32 17 29 18 34 19 30 20 38 21 32 22 33 23 30 24 30 Total 350 743 231 346 126 Rata31,0 28,9 26,6 25,2 29,2 rata Secara keseluruhan, merek deterjen yang memperoleh skor persepsi kualitas paling tinggi adalah Attack, baik pada konsumen laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, persepsi konsumen terhadap kualitas Attack dibahas berdasarkan atributnya. Skala penilaian yang dapat digunakan adalah: 42 RS = 5 −1 4 = = 0,8 5 5 Berdasarkan rentang skala tersebut, interpretasi terhadap skor rata-rata yang didapat adalah: 1 – 1,8 : sangat buruk 1,81 – 2,6 : buruk 2,61 – 3,4 : cukup 3,41 – 4,2 : baik 4,21 – 5,0 : sangat baik Atribut yang memperoleh skor persepsi kualitas paling tinggi adalah atribut daya bersih (Tabel 18). Menurut konsumen laki-laki dan perempuan daya bersih Attack adalah baik. Konsumen laki-laki mempersepsikan kedelapan atribut Attack memiliki kualitas yang baik, kecuali atribut gengsi yang dipersepsikan cukup baik. Pada konsumen perempuan, kualitas seluruh atribut Attack dipersepsikan baik. Tabel 18. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen Attack Skor rata-rata persepsi kualitas Atribut Laki-laki Perempuan Daya bersih 4,0 4,2 Keharuman 4,0 4,2 Halus di tangan 3,5 3,5 Irit 3,6 3,9 Warna tetap cemerlang 3,6 3,5 Banyaknya busa 3,7 3,4 Tidak mudah apek 3,9 4,0 Gengsi 3,4 3,8 Total 29,6 31,0 4.8. Perbedaan Antar Merek Deterjen Analisis variance digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lainnya. Data pada Tabel 16 dan Tabel 17 diolah dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 9, 10 dan 11. 43 Tabel 19. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki Sumber SS df MS F Sig. variasi Antar 111,744 4 27,936 1,654 ,184 perlakuan Dalam perlakuan 557,335 33 16,889 (error) Total 669,079 37 Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat diketahui nilai Fhitung yang diperoleh adalah sebesar 1,654. Angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan Ftabel (4,33) yang nilainya 3,30. Perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain menjadi tidak signifikan. Nilai probabilitasnya yang lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,184 juga menunjukkan bahwa perbedaan antar merek deterjen tidak sgnifikan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat dua kelompok merek deterjen yang hanya memiliki satu anggota atau pengguna, yaitu So Klin dan Daia. Pada Tabel Test of Homogeneity of Variances (Lampiran 9) disebutkan bahwa kelompok yang hanya memiliki satu anggota tidak diperhitungkan dalam pengujian tersebut karena keragamannya tidak ada. Oleh karena itu, perlu diadakan pengelompokan baru khusus bagi konsumen laki-laki agar semua data yang diperoleh diperhitungkan dalam pengujian. Persepsi konsumen laki-laki dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok pengguna Rinso, Attack dan merek deterjen lain (So Klin, Daia dan Surf). Pengelompokan baru tersebut bisa dilihat pada Tabel 20. Pengelompokan ini hanya berlaku untuk penghitungan analisis variance. 44 Tabel 20. Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas deterjen dengan pengelompokan baru Merek deterjen No Rinso Attack Merek lainnya 1 30 29 24 2 28 29 25 3 26 30 21 4 25 20 26 5 27 33 6 24 33 7 27 29 8 24 27 9 27 30 10 39 30 11 29 24 12 31 28 13 25 23 14 32 15 33 16 32 17 32 18 28 19 27 20 32 21 40 Total 362,0 621,0 96 Rata27,8 29,6 24 rata Berdasarkan pengelompokan baru terhadap data persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen, hasil analisis variance dapat dilihat pada Tabel 21. Pengelompokan baru pada data yang diperoleh dari konsumen laki-laki menyebabkan terjadinya perubahan terhadap hasil pengolahan data. Nilai Fhitung yang diperoleh adalah 3,452. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai Ftabel(2,35), yaitu 3,28, sehingga dapat diambil keputusan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain menurut konsumen laki-laki terdapat perbedaan yang signifikan antara merek deterjen satu dengan yang lain. 45 Tabel 21. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki dengan pengelompokan baru Sumber variasi SS df MS F Sig. Antar 110,244 2 55,122 3,452 ,043 perlakuan Dalam perlakuan 558,835 35 15,967 (error) Total 669,079 37 Hasil pengolahan data konsumen perempuan ditampilkan pada Tabel 22. Nilai Fhitung yang didapat adalah 5,807 atau lebih besar daripada Ftabel (4,57), yaitu sebesar 2,54. Karena nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak. Artinya persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen tidak sama, atau dengan kata lain perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain adalah signifikan. Nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05, yakni senilai 0,001 menunjukkan bahwa perbedaan antar merek deterjen yang dilihat dari persepsi kualitas tersebut adalah signifikan. Tabel 22. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen perempuan Sumber SS df MS F Sig. variasi Antar 238,559 4 59,640 5,807 ,001 perlakuan Dalam perlakuan 585,377 57 10,270 (error) Total 823,935 61 4.9. Tipe Perilaku Pembelian Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh terhadap keterlibatan konsumen dalam menggunakan deterjen dan perbedaan antara merek deterjen satu dengan lainnya, dapat diidentifikasi tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen. Tabel 23 menunjukkan bahwa tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen, baik konsumen laki-laki maupun perempuan, adalah tipe perilaku pembelian rumit. Tipe perilaku pembelian ini ditandai dengan keterlibatan konsumen yang tinggi terhadap produk dan perbedaan antar merek yang signifikan. Keterlibatan konsumen yang tinggi dalam melakukan pemilihan merek deterjen dapat terjadi karena konsumen 46 memandang produk deterjen sebagai produk yang penting dan mendasar. Konsumen dengan keterlibatan tinggi cenderung melakukan perbandingan antara merek satu dengan yang lain. Sebagian besar konsumen memang melakukan perbandingan antar merek deterjen. Ini terjadi karena konsumen melihat adanya perbedaan yang signifikan antara merek deterjen satu dengan yang lain, sehingga konsumen akan berusaha mencari informasi agar keputusan pembelian yang dibuatnya tepat. Tabel 23. Tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen Jenis kelamin Tingkat Perbedaan antar Tipe perilaku konsumen keterlibatan merek deterjen pembelian Perilaku pembelian Laki-laki Tinggi Signifikan rumit Perilaku pembelian Perempuan Tinggi Signifikan rumit 4.10. Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Deterjen dengan Keterlibatan Konsumen Terhadap Merek Deterjen Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen tentu saja berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Konsumen yang menganggap suatu produk atau merek berkualitas, memiliki kecenderungan untuk memilih produk tersebut. Tidak jarang pula mereka memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap merek. Keterlibatan ini ditunjukkan dengan kecocokan konsumen terhadap merek, tidak adanya keinginan untuk berganti merek dan konsistensi terhadap merek. Hubungan antara persepsi kualitas dengan keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank- Order Spearman. Hasil pengolahan data baik konsumen laki-laki maupun perempuan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. 47 Tabel 24. Hubungan antara persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen Tidak ingin Konsisten Tingkat Atribut berganti dalam kecocokan merek pembelian Daya bersih 0,230 0,042 0,323* Keharuman 0,268 0,248 0,399* Halus di tangan 0,276 0,270 0,234 * * Irit dalam pemakaian 0,335 0,344 0,339* Menjaga warna tetap 0,176 0,081 0,282 cemerlang Banyaknya busa 0,283 0,066 0,283 Tidak mudah apek 0,144 0,362* 0,391* Gengsi 0,124 0,088 0,048 * hubungan nyata pada sig .05 (2-tailed) hubungan sangat nyata pada sig .01(2-tailed) ** Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa terdapat tujuh hubungan yang nyata antara persepsi kualitas dengan keterlibatan konsumen laki-laki terhadap merek deterjen. Pertama, antara atribut daya bersih dan keharuman dengan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen. Semakin baik daya bersih suatu merek deterjen, konsumen akan semakin cocok dengan merek deterjen tersebut. Begitu juga dengan atribut keharuman, semakin baik kinerjanya akan semakin tinggi pula tingkat kecocokan konsumen. Hubungan nyata juga terjadi antara atribut irit dengan ketidakinginan konsumen untuk berpindah merek. Artinya, jika konsumen beranggapan bahwa merek deterjen yang digunakannya irit dalam pemakaian, ia cenderung tidak punya keinginan untuk berpindah merek. Selain berhubungan nyata dengan ketidakinginan konsumen untuk berpindah merek, atribut irit juga berhubungan nyata dengan konsistensi konsumen dalam membeli. Jika merek deterjen yang dipakai tidak tersedia di toko, konsumen tidak akan membeli merek deterjen yang lain. Konsumen cenderung mencari merek deterjen tersebut di tempat lain. Ini memperlihatkan tingginya keterlibatan konsumen terhadap merek. Selain itu, atribut irit juga memiliki hubungan nyata dengan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen. Semakin irit suatu merek deterjen menunjukkan bahwa konsumennya merasa semakin cocok dengan merek deterjen tersebut. Melihat tingkat keeratan hubungan yang 48 tersebut, sebaiknya produsen memperhatikan atribut irit dalam memproduksi dan mempromosikan merek deterjennya. Hubungan nyata lainnya ditunjukkan antara atribut tidak mudah apek dengan konsistensi pembelian dan tingkat kecocokan konsumen. Artinya, apabila merek deterjen tertentu memiliki daya tahan keharuman yang baik atau tidak mudah apek, konsumen cenderung konsisten untuk membeli merek tersebut. Konsumen akan mencari merek deterjen tersebut di tempat lain jika tidak tersedia di toko yang dikunjunginya. Ini terjadi karena tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen tersebut juga tinggi. Sebaiknya produsen deterjen memperhatikan atribut tersebut untuk mendapatkan konsumen yang setia terhadap merek. Atribut yang tidak berhubungan secara nyata adalah atribut menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, gengsi dan halus di tangan. Ini berarti bahwa konsumen laki-laki tidak terlalu mempertimbangkan kemampuan deterjen menjaga warna dan banyaknya busa dalam memilih merek deterjen. Konsumen laki-laki tidak memandang penting suatu merek deterjen yang dibelinya bergengsi atau tidak. Konsumen laki-laki juga tidak terlalu memperhatikan atribut halus di tangan. Ini dapat disebabkan konsumen laki-laki tidak terlalu mementingkan penampilan dibandingkan konsumen perempuan, termasuk tangan yang kasar dan pecah-pecah karena menggunakan deterjen tertentu. Hubungan antara persepsi konsumen perempuan dengan keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dapat dilihat pada Tabel 25. Atribut daya bersih berhubungan sangat nyata dengan tingkat kecocokan dan ketidakinginan konsumen untuk berganti merek. Semakin baik daya bersih deterjen, semakin tinggi pula tingkat kecocokan konsumen terhadap merek tersebut, sehingga konsumen pun tidak mempunyai keinginan untuk menggunakan merek lain. Meskipun demikian, atribut daya bersih tidak terlalu berpengaruh pada konsistensi konsumen dalam pembelian merek deterjen. Artinya, jika konsumen tidak bisa mendapatkan merek deterjen yang dibutuhkan, konsumen akan tetap membeli deterjen dengan merek lain. Ini 49 dapat terjadi karena konsumen tidak memiliki banyak waktu atau enggan untuk mencari merek deterjen yang digunakannya. Tabel 25. Hubungan antara persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen Tidak ingin Konsisten Tingkat Atribut berganti dalam kecocokan merek pembelian Daya bersih 0,348** 0,217 0,418** Keharuman 0,222 -0,021 0,236 Halus di tangan 0,211 0,373** 0,284* Irit dalam pemakaian 0,287* 0,321* 0,323* Menjaga warna tetap 0,307* 0,141 0,256* cemerlang Banyaknya busa 0,141 -0,010 0,069 Tidak mudah apek 0,234 0,154 0,173 Gengsi 0,012 0,022 0,194 * hubungan nyata pada sig 0,05 hubungan sangat nyata pada sig 0,01 ** Tidak seperti atribut daya bersih yang memiliki dua hubungan sangat nyata dengan keterlibatan konsumen terhadap merek, atribut keharuman tidak memiliki hubungan yang nyata dengan keterlibatan merek. Ini menunjukkan bahwa konsumen perempuan tidak menganggap faktor keharuman sebagai faktor yang harus dipenuhi. Deterjen yang harum belum tentu membuat konsumennya memiliki keterlibatan merek yang tinggi, sehingga harum dan tidaknya suatu deterjen tidak terlalu berpengaruh pada keterlibatan konsumen perempuan terhadap merek tertentu. Hal tersebut juga dapat disebabkan banyaknya produk pewangi pakaian yang beredar di pasar. Jika deterjen yang digunakan tidak wangi, mereka bisa menggunakan pewangi pakaian untuk mengatasinya. Hubungan sangat nyata juga ditunjukkan antara atribut halus di tangan dengan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen. Ini dapat disebabkan konsumen perempuan mempunyai perhatian yang lebih tinggi terhadap penampilan dibandingkan laki-laki, sehingga konsumen perempuan cenderung menyukai deterjen yang tidak membuat tangan menjadi kasar, panas atau pecah-pecah. Atribut halus di tangan juga berhubungan nyata dengan tingkat kecocokan konsumen perempuan terhadap merek deterjen tertentu. 50 Atribut irit juga berhubungan secara nyata dengan ketidakinginan berpindah merek, konsistensi konsumen dalam pembelian dan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek. Ini berarti semakin irit suatu merek deterjen, konsumen tidak akan berniat untuk berpindah merek. Deterjen yang irit akan membuat konsumen setia terhadap merek dan mencarinya di tempat lain ketika deterjen yang dicarinya tersebut tidak ada. Konsumen juga memiliki tingkat kecocokan yang tinggi terhadap deterjen yang irit dalam pemakaian. Hubungan nyata juga terjadi pada atribut menjaga warna tetap cemerlang dengan konsistensi pembelian dan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen tertentu. Deterjen yang bisa menjaga warna pakaian tetap cemerlang akan membuat konsumen merasa cocok dengannya dan konsisten dalam pembelian, sehingga konsumen tidak akan membeli merek deterjen lain ketika merek yang dicarinya tidak ada. Atribut lain yang tidak memiliki hubungan nyata dengan keterlibatan merek adalah atribut banyaknya busa, tidak mudah apek dan gengsi. Konsumen perempuan belum tentu memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap merek deterjen yang memiliki busa banyak, tidak mudah apek dan bergengsi. 51 V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan faktor pembeli, tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen adalah tinggi, baik konsumen laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh skor rata-rata keterlibatan yang diperoleh untuk masing-masing konsumen laki-laki dan perempuan, yaitu sebesar 30,3 dan 32,7. Artinya, konsumen memandang deterjen sebagai suatu produk yang penting, mendasar dan membutuhkan pemikiran serius. Deterjen adalah produk yang berarti dan cukup menarik perhatian konsumen. Meskipun deterjen tidak melambangkan pribadi, keberadaannya dikehendaki oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan pakaian yang bersih. 2. Perbedaan antar merek deterjen diketahui dari persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsumen laki-laki dan perempuan memberikan penilaian terhadap Attack dan Rinso sebagai deterjen yang berkualitas baik. So Klin, Daia dan merek lainnya dinilai cukup berkualitas oleh responden laki-laki, sedangkan responden perempuan menilai So Klin memiliki kualitas yang baik dan menilai merek lainnya cukup berkualitas. Perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain adalah signifikan, baik menurut konsumen laki-laki maupun konsumen perempuan. Artinya, konsumen menyadari bahwa antara merek deterjen satu dengan lainnya terdapat perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut bisa berasal dari varian, atribut maupun kegiatan promosi. 3. Berdasarkan keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek deterjen, dapat diketahui tipe perilaku pembelian konsumen terhadap produk deterjen. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki keterlibatan tinggi terhadap produk dan memandang perbedaan antar merek deterjen adalah signifikan, sehingga tipe perilaku pembelian terhadap deterjen adalah tipe perilaku pembelian rumit. Konsumen pada tipe perilaku pembelian rumit 52 cenderung mencari informasi agar keputusan yang diambilnya tidak salah. Konsumen berusaha menemukan merek yang terbaik untuk digunakan. 4. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen memiliki hubungan yang nyata terhadap keterlibatan merek. Pada konsumen laki-laki, hubungan yang nyata ditunjukkan antara atribut daya bersih, keharuman, irit dalam pemakaian dan tidak mudah apek dengan tingkat kecocokan konsumen. Hubungan nyata juga terjadi antara atribut irit dan tidak mudah apek dengan konsistensi pembelian terhadap merek deterjen. Atribut irit juga berhubungan nyata dengan ketidakinginan konsumen berganti merek dan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen. Sedangkan pada konsumen perempuan, atribut daya bersih berhubungan sangat nyata dengan ketidakinginan konsumen berganti merek dan tingkat kecocokan. Hubungan sangat nyata juga terjadi antara atribut halus di tangan dengan konsistensi pembelian. Atribut yang memiliki hubungan nyata dengan tingkat kecocokan terhadap merek deterjen adalah atribut halus di tangan, irit dan menjaga warna tetap cemerlang. Atribut irit dan menjaga warna tetap cemerlang juga berhubungan nyata dengan konsistensi konsumen perempuan dalam membeli deterjen. 2. Saran 1. Berdasarkan faktor pembeli, keterlibatan konsumen terhadap deterjen terbukti tinggi. Konsumen akan melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, sebaiknya produsen memberikan informasi yang jelas kepada konsumen mengenai kelebihan produknya, sehingga konsumen akan merasa tertarik untuk membeli produknya. 2. Atribut irit berhubungan nyata dengan keterlibatan konsumen laki-laki dan perempuan terhadap merek deterjen. Produsen sebaiknya menekankan hal tersebut dalam memproduksi dan memasarkan deterjen, karena konsumen akan tidak ingin berganti merek, konsisten dalam membeli dan memiliki tingkat kecocokan yang tinggi jika merek deterjen tersebut irit. Irit yang dimaksud adalah irit dalam pemakaian. 53 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterlibatan konsumen terhadap produk-produk lain dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang mempengaruhi tingkat keterlibatan konsumen, yaitu: faktor pembeli, objek dan situasi. Objek penelitian sebaiknya disesuaikan dengan segmen sasaran dan ruang lingkupnya diperluas. 54 DAFTAR PUSTAKA Aida, N. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Suplemen Berserat (Studi Kasus di Perumahan Griya Katulampa Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonim. 2006. Prospek Usaha. http://www.uic.co.id/2006/indonesia/h r_prospek_usaha.asp [16 Februari 2006] . 2005. Menara Ulang Tahun Rinso. http://www.sinarharapan. co.id/ [16 Februari 2006] Ant. 2005. Unilever Pertahankan Posisinya Sebagai Pemimpin Pasar Deterjen. http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=630 48 [16 Februari 2006] Budiarti, E. 2004. Analisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor Terhadap Produk Deterjen. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boyd, et al. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global Jilid 1. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta. Departemen Manajemen FEM IPB. 2005. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Edisi Revisi. Departemen Manajemen FEM IPB, Bogor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen Industri dan Perdagangan RI. 2001. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.http://idkm.dprin.go.id/index.php?op=multiweb&id=haki&box=1& show=5 [ 25 September 2005] Engel, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi Keenam. Binarupa Aksara, Jakarta. Hidayat, T dan Suhariyanto. 2005. Bu Krim, Serangan Balik Indofood?. Majalah Swa online. http://www.swa.co.id/swamajalah/praktik/details. php?cid=1 &id=1761&pageNum=4 [10 Juni 2006] http://columbia.thefreedictionary.com/detergent [10 Juni 2006] Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. PT Prenhallindo, Jakarta. Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peter, J.P. dan J.C Olson. 1999. Consumer Behaviour: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 1. Erlangga, Jakarta. 55 Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo, Jakarta. Santoso, I. 2004. Analisis Keputusan Pembelian Susu Pasteurisasi Oleh Mahasiswa IPB (Kasus Pada Mahasiswa IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Schiffman, L.G. and L. L. Kanuk. 2000. Consumer Behaviour. 7th Edition. Prentice Hall, New Jersey. Simamora, B. 2002. Panduan Riset dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. . 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Solomon, M. R. 1992. Consumer Behaviour. Allyn & Bacon Inc, Boston. Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor. 56 57 Lampiran 1. Hasil uji Cochran untuk menentukan atribut deterjen Uji Cochran I Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 cj cj2 Qhit = [ a1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 a2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 a3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 a4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 a5 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 64 a6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 a7 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 64 a8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 a9 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 6 36 a10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 64 a11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 Ri 9 5 10 7 7 9 9 9 6 8 79 673 Ri2 81 25 100 49 49 81 81 81 36 64 647 ] 10 (11x673) − 79 2 11620 = = 52,8 (11x79) − 647 222 Qtabel(0,05, 10) = 18,307 < Qhit , sehingga Ho ditolak Selanjutnya, dilakukan uji Cochran II dengan membuang atribut yang proporsinya paling kecil. Ada dua atribut yang memiliki proporsi paling kecil, yaitu atribut kehalusan partikel dan kemasan. 58 Lampiran 2. Hasil uji Cochran II untuk menentukan atribut deterjen Uji Cochran II Responden a1 a2 a3 a5 a6 a7 a8 a9 a10 Ri Ri2 R1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 64 R2 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 25 R3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 R4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 49 R5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7 49 R6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 R7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 R8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81 R9 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 36 R10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 64 cj 10 10 9 8 9 8 9 6 8 77 611 2 cj 100 100 81 64 81 64 81 36 64 671 Qhitung = [ ] 8 (9 x671) − 77 2 880 = = 10,73 (9 x77) − 611 82 Qtabel (0,05, 8) = 16,507 > Qhitung, sehingga Ho diterima. Keterangan: a1 = daya bersih a2 = keharuman a3 = halus di tangan a4 = kehalusan partikel a5 = irit dalam pemakaian a6 = menjaga warna tetap cemerlang a7 = banyaknya busa a8 = daya tahan keharuman a9 = harga a10 = gengsi a11 = kemasan 59 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Ajeng Ryagita R S E Y. H24102051. Saya adalah mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor). Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Terima kasih. Usia : Angkatan : Dep/Fak : 1. Jenis kelamin Anda: a. Pria b. Wanita No kuesioner : 2. Jumlah pengeluaran Anda tiap bulan: a. < Rp. 200.000,00 b. Rp. 200.000,00 - Rp. 299.999,00 c. Rp. 300.000,00 - Rp. 399.999,00 d. Rp. 400.000,00 - Rp. 499.999,00 e. > Rp. 500.000,00 3. Apakah Anda mencuci pakaian Anda sendiri? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 4. Apakah Anda melakukan keputusan pembelian deterjen selama tiga bulan terakhir? b. Tidak (Terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan a. Ya pengisian kuesioner ini) Berdasarkan pernyataan di bawah ini, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan Anda. 5. Anda merencanakan terlebih dahulu merek deterjen yang akan Anda beli. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang e. tidak pernah 6. Anda meminta pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang e. tidak pernah 7. Anda melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang e. tidak pernah 60 Lanjutan Lampiran 3. 8. Apakah Anda mempertimbangkan hal-hal di bawah ini dalam memilih produk deterjen? (beri tanda silang pada kotak sesuai pilihan Anda) Atribut Ya Tidak Daya bersih Keharuman Halus di tangan Irit dalam pemakaian Menjaga warna tetap cemerlang Banyaknya busa Daya tahan keharuman (tidak mudah apek) Harga Gengsi Lainnya: ...... 9. Beri skor dengan memberikan tanda silang (X) antara angka 1 sampai 7 untuk menunjukkan keterlibatan Anda terhadap produk deterjen. Angka 1 menunjukkan keterlibatan Anda paling rendah terhadap deterjen. Angka 7 menunjukkan keterlibatan paling tinggi terhadap deterjen. Penting Kebutuhan mendasar Serius Tidak menarik Perhatian* Tidak berarti bagi saya* Melambangkan pribadi Tidak dikehendaki* Bagi Anda, deterjen itu: 7 6 5 4 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Tidak penting Bukan kebutuhan mendasar Sepele Menarik perhatian saya Sangat berarti bagi saya Tidak melambangkan pribadi Dikehendaki * menunjukkan butir diberi skor kebalikan 10. Merek deterjen yang Anda gunakan saat ini: ........................ 11. Apa Anda berniat untuk berganti merek dalam waktu dekat? a. Ya b. Tidak 12. Jika merek deterjen yang Anda gunakan tidak ada di toko, Anda: a. akan tetap membeli deterjen dengan merek lain b. akan mencari merek deterjen yang biasa saya pakai di tempat lain 61 Lanjutan Lampiran 3 13. Terhadap deterjen yang Anda gunakan sekarang, Anda merasa... a. sangat cocok b. cocok c. biasa saja d. kurang cocok e. sangat tidak cocok 14. Beri penilaian pada deterjen yang Anda gunakan sekarang dengan membubuhkan tanda silang (X) di kotak yang paling sesuai: Atribut Daya bersih Keharuman Halus di tangan Irit dalam pemakaian Menjaga warna tetap cemerlang Banyaknya busa Daya tahan keharuman (tidak mudah apek) Harga Gengsi 1 Sangat kurang Sangat kurang Sangat buruk Sangat boros Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang Sangat mahal Sangat kurang 2 3 4 5 Kurang Cukup Baik Sangat baik Kurang Cukup Baik Sangat baik Buruk Cukup Baik Sangat baik Boros Cukup Irit Sangat irit Kurang Cukup Baik Sangat baik Kurang Cukup Banyak Sangat banyak Kurang Cukup Baik Sangat baik Mahal Sedang Kurang Cukup Sangat murah Sangat Bergengsi bergengsi Murah 62 Lampiran 4. Uji validitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan responden r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 r10 r11 r12 r13 r14 r15 r16 r17 r18 r19 r20 r21 r22 r23 r24 r25 r26 r27 r28 r29 r30 p1 6 6 7 7 6 7 7 4 7 7 5 5 7 7 4 5 5 6 7 5 3 6 7 3 3 7 6 6 5 7 p2 5 3 5 7 5 5 5 3 7 7 5 4 5 7 6 4 7 6 7 5 4 5 7 5 4 6 6 5 5 7 p3 5 4 5 5 4 4 6 4 6 7 4 5 5 7 6 4 7 6 7 5 4 4 6 4 6 6 4 5 4 7 p4 3 2 6 5 4 1 5 4 4 7 5 2 3 7 5 4 6 5 5 3 4 4 6 3 3 6 5 4 4 7 p5 4 2 6 7 4 1 4 4 6 7 4 1 6 7 4 5 7 7 7 5 4 4 7 4 2 6 5 4 4 7 p6 3 1 2 5 1 1 5 1 4 1 4 3 3 7 2 2 2 1 3 5 4 3 7 2 2 1 3 4 2 7 p7 4 6 5 6 4 5 5 5 6 7 4 5 4 7 5 4 7 6 7 5 6 4 7 5 5 6 5 4 2 7 total 30 24 36 42 28 24 37 25 40 43 31 25 33 49 32 28 41 37 43 33 29 30 47 26 25 38 34 32 26 49 atribut1 atribut2 atribut3 atribut4 atribut5 atribut6 atribut7 0.612542 0.878727 0.79313 0.8293 0.867793 0.612139 0.708795 VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID 63 Lampiran 5. Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas responden r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 r10 r11 r12 r13 r14 r15 r16 r17 r18 r19 r20 r21 r22 r23 r24 r25 r26 r27 r28 r29 r30 a1 4 5 5 4 4 3 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 5 5 a2 5 4 5 5 4 2 4 5 4 5 4 3 4 5 3 3 1 4 3 4 4 3 5 3 3 4 4 4 5 5 a3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 5 3 3 2 3 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 5 a4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 3 5 4 3 5 4 4 3 4 3 4 5 3 5 3 2 3 2 3 4 5 a5 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 5 3 5 3 3 4 3 3 5 5 a6 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 5 4 4 2 3 3 4 5 4 5 3 3 4 2 2 5 3 a7 4 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 3 5 5 3 4 2 4 3 4 5 3 5 4 4 3 4 3 5 5 a8 3 3 1 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 a9 4 4 1 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 3 5 4 5 4 3 3 3 3 4 4 TOTAL 34 35 32 35 35 26 33 33 31 37 35 33 35 42 31 32 23 33 28 34 41 29 43 32 30 31 30 30 40 40 ATRIBUT 1 ATRIBUT 2 ATRIBUT 3 ATRIBUT 4 ATRIBUT 5 ATRIBUT 6 ATRIBUT 7 ATRIBUT 8 ATRIBUT 9 0.760141 0.759687 0.782227 0.677952 0.728615 0.649427 0.825659 -0.29386 0.669448 VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TDK VALID VALID 64 Lampiran 6. Kuesioner penelitian setelah direvisi Ajeng Ryagita R S E Y. H24102051. Saya adalah mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor). Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Terima kasih. Usia : Angkatan : Dep/Fak : 1. Jenis kelamin Anda: a. Pria b. Wanita No kuesioner : 2. Jumlah pengeluaran Anda tiap bulan: a. < Rp. 200.000,00 b. Rp. 200.000,00 - Rp. 299.999,00 c. Rp. 300.000,00 - Rp. 399.999,00 d. Rp. 400.000,00 - Rp. 499.999,00 e. > Rp. 500.000,00 3. Apakah Anda mencuci pakaian Anda sendiri? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 4. Apakah Anda melakukan keputusan pembelian deterjen selama tiga bulan terakhir? b. Tidak (Terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan a. Ya pengisian kuesioner ini) Berdasarkan pernyataan di bawah ini, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan Anda. 5. Anda merencanakan terlebih dahulu merek deterjen yang akan Anda beli. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang e. tidak pernah 6. Anda meminta pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang e. tidak pernah 7. Anda melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain. a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. jarang 65 e. tidak pernah Lanjutan Lampiran 6. 8. Apakah Anda mempertimbangkan hal-hal di bawah ini dalam memilih produk deterjen? (beri tanda silang pada kotak sesuai pilihan Anda) Atribut Ya Tidak Daya bersih Keharuman Halus di tangan Irit dalam pemakaian Menjaga warna tetap cemerlang Banyaknya busa Daya tahan keharuman (tidak mudah apek) Harga Gengsi Lainnya: ...... 9. Beri skor dengan memberikan tanda silang (X) antara angka 1 sampai 7 untuk menunjukkan keterlibatan Anda terhadap produk deterjen. Angka 1 menunjukkan keterlibatan Anda paling rendah terhadap deterjen. Angka 7 menunjukkan keterlibatan paling tinggi terhadap deterjen. Penting Kebutuhan mendasar Serius Tidak menarik Perhatian* Tidak berarti bagi saya* Melambangkan pribadi Tidak dikehendaki* 7 Bagi Anda, deterjen itu: 6 5 4 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Tidak penting Bukan kebutuhan mendasar Sepele Menarik perhatian saya Sangat berarti bagi saya Tidak melambangkan pribadi Dikehendaki * menunjukkan butir diberi skor kebalikan 10. Merek deterjen yang Anda gunakan saat ini: ........................ 11. Apa Anda berniat untuk berganti merek dalam waktu dekat? a. Ya b. Tidak 12. Jika merek deterjen yang Anda gunakan tidak ada di toko, Anda: a. akan tetap membeli deterjen dengan merek lain b. akan mencari merek deterjen yang biasa saya pakai di tempat lain 66 Lanjutan Lampiran 6. 13. Terhadap deterjen yang Anda gunakan sekarang, Anda merasa... a. sangat cocok b. cocok c. biasa saja d. kurang cocok e. sangat tidak cocok 14. Beri penilaian pada deterjen yang Anda gunakan sekarang dengan membubuhkan tanda silang (X) di kotak yang paling sesuai: Atribut Daya bersih Keharuman Halus di tangan Irit dalam pemakaian Menjaga warna tetap cemerlang Banyaknya busa 1 Sangat kurang Sangat kurang Sangat buruk Sangat boros Sangat kurang Sangat kurang 2 3 4 5 Kurang Cukup Baik Sangat baik Kurang Cukup Baik Sangat baik Buruk Cukup Baik Sangat baik Boros Cukup Irit Sangat irit Kurang Cukup Baik Sangat baik Kurang Cukup Banyak Sangat banyak Daya tahan keharuman (tidak mudah apek) Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik Gengsi Sangat kurang Kurang Cukup Bergengsi Sangat bergengsi 67 Lampiran 7. Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas setelah revisi responden r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 r10 r11 r12 r13 r14 r15 r16 r17 r18 r19 r20 r21 r22 r23 r24 r25 r26 r27 r28 r29 r30 ATRIBUT 1 ATRIBUT 2 ATRIBUT 3 ATRIBUT 4 ATRIBUT 5 ATRIBUT 6 ATRIBUT 7 ATRIBUT 9 a1 4 5 5 4 4 3 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 5 5 a2 5 4 5 5 4 2 4 5 4 5 4 3 4 5 3 3 1 4 3 4 4 3 5 3 3 4 4 4 5 5 a3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 5 3 3 2 3 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 5 a4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 3 5 4 3 5 4 4 3 4 3 4 5 3 5 3 2 3 2 3 4 5 0.792461 0.782175 0.751307 0.696449 0.780957 0.668777 0.837047 0.621965 a5 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 5 3 5 3 3 4 3 3 5 5 a6 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 5 4 4 2 3 3 4 5 4 5 3 3 4 2 2 5 3 VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID a7 4 4 5 5 4 3 4 4 4 5 4 3 5 5 3 4 2 4 3 4 5 3 5 4 4 3 4 3 5 5 a9 4 4 1 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 3 5 4 5 4 3 3 3 3 4 4 TOTAL 31 32 31 33 32 22 30 31 29 35 32 30 32 40 29 30 20 29 25 31 38 26 40 28 26 28 26 26 38 37 68 Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan dan persepsi kualitas Atribut Keterlibatan Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis. Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 100.0 .0 100.0 30 0 30 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .914 N of Items 3 Atribut Persepsi Kualitas Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis. Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total 30 0 30 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .912 N of Items 3 % 100.0 .0 100.0 69 Lampiran 9. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki Oneway Descriptives PersepsiKualitas N Rinso Attack So Klin Daia Merek Lain Total 13 21 1 1 2 38 Mean 27.8462 29.5714 24.0000 25.0000 23.5000 28.3947 Std. Deviation 3.99679 4.20204 . . 3.53553 4.25244 Std. Error 1.10851 .91696 . . 2.50000 .68984 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 25.4309 30.2614 27.6587 31.4842 . . . . -8.2655 55.2655 26.9970 29.7925 Test of Homogeneity of Variances PersepsiKualitas Levene Statistic .063a df1 df2 2 Sig. .939 33 a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for PersepsiKualitas. ANOVA PersepsiKualitas Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 111.744 557.335 669.079 df 4 33 37 Mean Square 27.936 16.889 F 1.654 Sig. .184 Minimum 24.00 20.00 24.00 25.00 21.00 20.00 Maximum 39.00 40.00 24.00 25.00 26.00 40.00 70 Lampiran 10. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki dengan pengelompokan baru Oneway Descriptives PersepsiKualitas 95% Confidence Interval for Mean N Rinso Attack Lainnya Total 13 Mean 27.8462 Std. Deviation 3.99679 Std. Error 1.10851 Lower Bound 25.4309 Upper Bound 30.2614 Minimum 24.00 Maximum 39.00 21 29.5714 4 24.0000 4.20204 .91696 27.6587 31.4842 20.00 40.00 2.16025 1.08012 20.5626 27.4374 21.00 26.00 38 28.3947 4.25244 .68984 26.9970 29.7925 20.00 40.00 Test of Homogeneity of Variances PersepsiKualitas Levene Statistic .522 df1 df2 2 Sig. .598 35 ANOVA PersepsiKualitas Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 110.244 558.835 669.079 df 2 35 37 Mean Square 55.122 15.967 F 3.452 Sig. .043 71 Lampiran 11. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden perempuan Oneway Descriptives PersepsiKualitas N Rinso Attack So Klin Daia Merek Lain Total 12 24 8 13 5 62 Mean 29.1667 30.9583 28.8750 26.6154 25.2000 28.9677 Std. Deviation 3.97340 2.56191 5.51459 1.19293 2.77489 3.67521 Std. Error 1.14702 .52295 1.94970 .33086 1.24097 .46675 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 26.6421 31.6912 29.8765 32.0401 24.2647 33.4853 25.8945 27.3363 21.7545 28.6455 28.0344 29.9011 Test of Homogeneity of Variances PersepsiKualitas Levene Statistic 1.869 df1 df2 4 Sig. .128 57 ANOVA PersepsiKualitas Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 238.559 585.377 823.935 df 4 57 61 Mean Square 59.640 10.270 F 5.807 Sig. .001 Minimum 18.00 24.00 21.00 25.00 22.00 18.00 Maximum 33.00 38.00 40.00 29.00 29.00 40.00 72 Lampiran 12. Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden laki-laki Nonparametric Correlations Correlations DayaBersih Keharuman Spearman's rho DayaBersih Correlation Coefficien 1.000 .519** Sig. (2-tailed) . .001 N 38 38 Keharuman Correlation Coefficien .519** 1.000 Sig. (2-tailed) .001 . N 38 38 HalusDiTangan Correlation Coefficien .461** .533** Sig. (2-tailed) .004 .001 N 38 38 Irit Correlation Coefficien .473** .548** Sig. (2-tailed) .003 .000 N 38 38 WarnaTetapCemerlan Correlation Coefficien .554** .598** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 38 38 BanyaknyaBusa Correlation Coefficien .544** .420** Sig. (2-tailed) .000 .009 N 38 38 TidakMudahApek Correlation Coefficien .473** .783** Sig. (2-tailed) .003 .000 N 38 38 Gengsi Correlation Coefficien .303 .326* Sig. (2-tailed) .064 .046 N 38 38 TidakInginGantiMerek Correlation Coefficien .230 .268 Sig. (2-tailed) .164 .104 N 38 38 KonsistensiPembelian Correlation Coefficien .042 .248 Sig. (2-tailed) .802 .133 N 38 38 TingkatKecocokan Correlation Coefficien .323* .399* Sig. (2-tailed) .048 .013 N 38 38 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). HalusDi Tangan .461** .004 38 .533** .001 38 1.000 . 38 .676** .000 38 .572** .000 38 .346* .033 38 .513** .001 38 .435** .006 38 .276 .094 38 .270 .101 38 .234 .158 38 WarnaTetap Banyaknya TidakMudah TidakIngin Konsistensi Tingkat Cemerlang Busa Apek GantiMerek Pembelian Kecocokan Irit Gengsi .473** .554** .544** .473** .303 .230 .042 .323* .003 .000 .000 .003 .064 .164 .802 .048 38 38 38 38 38 38 38 38 .548** .598** .420** .783** .326* .268 .248 .399* .000 .000 .009 .000 .046 .104 .133 .013 38 38 38 38 38 38 38 38 .676** .572** .346* .513** .435** .276 .270 .234 .000 .000 .033 .001 .006 .094 .101 .158 38 38 38 38 38 38 38 38 1.000 .618** .582** .551** .194 .335* .344* .339* . .000 .000 .000 .244 .040 .035 .037 38 38 38 38 38 38 38 38 .618** 1.000 .522** .666** -.047 .176 .081 .282 .000 . .001 .000 .781 .289 .627 .087 38 38 38 38 38 38 38 38 .582** .522** 1.000 .448** .252 .283 .066 .283 .000 .001 . .005 .127 .086 .694 .085 38 38 38 38 38 38 38 38 .551** .666** .448** 1.000 .084 .144 .362* .391* .000 .000 .005 . .614 .388 .026 .015 38 38 38 38 38 38 38 38 .194 -.047 .252 .084 1.000 .124 .088 .048 .244 .781 .127 .614 . .458 .600 .777 38 38 38 38 38 38 38 38 .335* .176 .283 .144 .124 1.000 .433** .283 .040 .289 .086 .388 .458 . .007 .085 38 38 38 38 38 38 38 38 .344* .081 .066 .362* .088 .433** 1.000 .444** .035 .627 .694 .026 .600 .007 . .005 38 38 38 38 38 38 38 38 .339* .282 .283 .391* .048 .283 .444** 1.000 .037 .087 .085 .015 .777 .085 .005 . 38 38 38 38 38 38 38 38 73 Lampiran 13. Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden perempuan Nonparametric correlations Correlations DayaBersih Keharuman Spearman's rho DayaBersih Correlation Coefficien 1.000 .377** Sig. (2-tailed) . .003 N 62 62 Keharuman Correlation Coefficien .377** 1.000 Sig. (2-tailed) .003 . N 62 62 HalusDiTangan Correlation Coefficien .312* .224 Sig. (2-tailed) .013 .080 N 62 62 Irit Correlation Coefficien .435** .358** Sig. (2-tailed) .000 .004 N 62 62 WarnaTetapCemerlang Correlation Coefficien .510** .402** Sig. (2-tailed) .000 .001 N 62 62 BanyaknyaBusa Correlation Coefficien .212 .111 Sig. (2-tailed) .098 .390 N 62 62 TidakMudahApek Correlation Coefficien .452** .552** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 62 62 Gengsi Correlation Coefficien .348** .132 Sig. (2-tailed) .006 .307 N 62 62 TidakInginGantiMerek Correlation Coefficien .348** .222 Sig. (2-tailed) .006 .082 N 62 62 KonsistensiPembelian Correlation Coefficien .217 -.021 Sig. (2-tailed) .091 .871 N 62 62 TingkatKecocokan Correlation Coefficien .418** .236 Sig. (2-tailed) .001 .065 N 62 62 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). HalusDi Tangan .312* .013 62 .224 .080 62 1.000 . 62 .391** .002 62 .480** .000 62 .077 .552 62 .407** .001 62 .086 .505 62 .211 .099 62 .373** .003 62 .284* .025 62 WarnaTetap Banyaknya Irit Cemerlang Busa .435** .510** .212 .000 .000 .098 62 62 62 .358** .402** .111 .004 .001 .390 62 62 62 .391** .480** .077 .002 .000 .552 62 62 62 1.000 .626** .124 . .000 .338 62 62 62 .626** 1.000 .160 .000 . .215 62 62 62 .124 .160 1.000 .338 .215 . 62 62 62 .345** .483** .247 .006 .000 .053 62 62 62 .307* .368** .085 .015 .003 .512 62 62 62 .287* .141 .141 .024 .273 .274 62 62 62 .321* .256* -.010 .011 .045 .940 62 62 62 .323* .307* .069 .010 .015 .592 62 62 62 TidakMudah TidakIngin Konsistensi Tingkat Gengsi Apek GantiMerek Pembelian Kecocokan .452** .348** .348** .217 .418** .000 .006 .006 .091 .001 62 62 62 62 62 .552** .132 .222 -.021 .236 .000 .307 .082 .871 .065 62 62 62 62 62 .407** .086 .211 .373** .284* .001 .505 .099 .003 .025 62 62 62 62 62 .345** .307* .287* .321* .323* .006 .015 .024 .011 .010 62 62 62 62 62 .483** .368** .141 .256* .307* .000 .003 .273 .045 .015 62 62 62 62 62 .247 .085 .141 -.010 .069 .053 .512 .274 .940 .592 62 62 62 62 62 1.000 .094 .234 .154 .173 . .466 .067 .233 .179 62 62 62 62 62 .094 1.000 .012 .022 .194 .466 . .927 .863 .131 62 62 62 62 62 .234 .012 1.000 .403** .437** .067 .927 . .001 .000 62 62 62 62 62 .154 .022 .403** 1.000 .479** .233 .863 .001 . .000 62 62 62 62 62 .173 .194 .437** .479** 1.000 .179 .131 .000 .000 . 62 62 62 62 62