Analisis keterlibatan konsumen terhadap produk

advertisement
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP
PRODUK DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI
(Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor)
Oleh
AJENG RYAGITA RESIYASARI SUTRISNO ENNY
YUNIARTIK
H24102051
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ABSTRAK
Ajeng Ryagita Resiyasari SEY. H24102051. Analisis Keterlibatan Konsumen
Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada
mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor). Di bawah bimbingan Siti Rahmawati.
Mencuci merupakan kegiatan rumah tangga yang tidak bisa dielakkan lagi.
Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mencuci dan kebutuhan tersebut akan
berlangsung secara terus menerus. Artinya kebutuhan akan deterjen selalu ada. Ini
merupakan peluang yang menjanjikan dalam dunia bisnis.
Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai macam merek sebagai
alternatif alat pemuas kebutuhan. Konsumen bisa membedakan antara merek satu
dengan yang lain melalui atribut produk dari masing-masing merek. Adanya
perbedaan tersebut membuat konsumen lebih mudah dalam melakukan keputusan
pembelian. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen
terhadap produk. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki
konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat terhadap produk tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengukur tingkat
keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen berdasarkan faktor pembeli, (2)
Menganalisis perbedaan antar merek deterjen berdasarkan persepsi konsumen
terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan, (3) Mengidentifikasi tipe
perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan konsumen dan perbedaan
antar merek deterjen dan (4) Menganalisis hubungan antara keterlibatan
konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas
merek deterjen .
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner, sedangkan data
sekunder berupa data mengenai populasi mahasiswa S1 IPB dan studi pustaka.
Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga
dengan populasi seluruh mahasiswa S1 IPB meliputi delapan fakultas yang ada di
IPB dan Tingkat Persiapan Bersama. Jumlah sampel yang diambil adalah 100
orang responden yang dibagi berdasarkan proporsi masing-masing fakultas.
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian
validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner. Validitas kuesioner diuji
menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan reliabilitas
kuesioner diuji dengan rumus Alpha. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA) dan rank-order Spearman.
Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excell dan SPSS versi 12.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan faktor pembeli,
keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen adalah tinggi, baik
konsumen laki-laki (30,3) maupun perempuan (32,7). Berdasarkan hasil analysis
of variance, dapat diketahui bahwa konsumen laki-laki dan perempuan
memandang perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain adalah
signifikan. Tingginya tingkat keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk
deterjen dan perbedaan yang signifikan antar merek deterjen menunjukkan tipe
perilaku pembelian konsumen terhadap produk deterjen, baik laki-laki maupun
perempuan, adalah tipe perilaku pembelian rumit.
Uji korelasi rank-order Spearman antara persepsi kualitas deterjen dengan
keterlibatan konsumen terhadap merek memperlihatkan hasil yang bervariasi
antara konsumen laki-laki dan perempuan. Pada konsumen laki-laki, hubungan
yang nyata ditunjukkan antara atribut daya bersih (0,323), keharuman (0,399), irit
dalam pemakaian (0,339) dan tidak mudah apek (0,391) dengan tingkat
kecocokan konsumen. Hubungan nyata juga terjadi antara atribut tidak mudah
apek dengan konsistensi pembelian terhadap merek deterjen (0,362). Atribut irit
juga berhubungan nyata dengan ketidakinginan konsumen berganti merek (0,335)
dan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen (0,344). Ini berarti bahwa
hanya atribut irit yang berhubungan nyata dengan seluruh variabel keterlibatan
merek.
Pada konsumen perempuan, hubungan sangat nyata diperlihatkan antara
atribut daya bersih dengan ketidakinginan untuk berganti merek (0,348) dan
tingkat kecocokan terhadap merek deterjen (0,418). Atribut halus ditangan juga
memiliki hubungan yang sangat nyata dengan konsistensi konsumen dalam
melakukan pembelian (0,373). Pada konsumen perempuan, hubungan nyata
terjadi antara atribut irit dengan ketidakinginan konsumen berganti merek (0,287)
dan konsistensi konsumen dalam membeli (0,321). Kemampuan deterjen dalam
menjaga kecemerlangan warna pakaian juga berhubungan nyata dengan
konsistensi konsumen perempuan dalam membeli deterjen (0,256). Hubungan
nyata lainnya terjadi antara atribut halus di tangan (0,284), irit (0,323) dan
menjaga warna pakaian tetap cemerlang (0,307) dengan tingkat kecocokan
konsumen terhadap merek deterjen.
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP
PRODUK DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI
(Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Dramaga, Bogor)
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ajeng Ryagita Resiyasari Sutrisno Enny Yuniartik
H24102051
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK
DETERJEN BERDASARKAN FAKTOR PEMBELI
(Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor)
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ajeng Ryagita Resiyasari Sutrisno Enny Yuniartik
H24102051
Menyetujui, Juni 2006
Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd.
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.
Ketua Departemen
Tanggal ujian : 9 Juni 2006
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada 26 Mei 1984 di desa Trawas, kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan
Bapak Sutrisno dan Ibu Enny Yunihartik.
Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1989 di bangku Taman
Kanak-kanak Dharma Wanita Trawas. Pada tahun 1990, penulis melanjutkan
pendidikan ke SDN I Trawas. Pada tahun 1994, penulis pindah ke SDN I
Sumberrejo sampai lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai
siswa SLTPN I Bojonegoro hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMUN I Bojonegoro selama tiga tahun dan lulus pada
tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur USMI, di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi
himpunan profesi Manajemen, Centre of Management (COM@) sebagai
sekretaris Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga aktif dalam
organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai anggota
Departemen Pers dan Komunikasi pada tahun 2004-2005. Selain itu, penulis juga
pernah terlibat dalam beberapa kepanitiaan kegiatan kampus, seperti rangkaian
kegiatan Entrepreneurship & Economic Empowerment Program (E3P) 2004,
Masa Perkenalan Fakultas 2004 dan Masa Perkenalan Departemen 2004.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karuniaNya, sehingga masih bisa terus berkarya sampai hari ini.
Penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen
Terhadap Produk Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada
mahasiswa S1 IPB Darmaga, Bogor) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Berbagai merek deterjen yang beredar di pasaran membuat konsumen
harus mengambil keputusan deterjen mana yang akan dibelinya. Konsumen dapat
mengambil keputusan dengan membandingkan antara kualitas merek deterjen satu
dengan yang lain. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh keterlibatan
konsumen terhadap produk, dalam hal ini adalah deterjen. Kedua faktor tersebut,
yakni persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen dan keterlibatan
konsumen terhadap deterjen, dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe
perilaku pembelian terhadap produk deterjen.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan mama yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan, kasih
sayang dan doa demi mewujudkan impian dan cita-cita keluarga. Semoga
Allah SWT senantiasa memberkahi papa dan mama berdua.
2. Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, bantuan
dan dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, M.M. dan Ir. Mimin Aminah, M.M. yang
telah bersedia menjadi dosen penguji.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Manajemen FEM IPB yang
banyak membantu penulis selama berada di FEM.
5. Adikku, Chayriszal Syah Rochman, serta keluarga besar Trawas dan
Sumberrejo yang selalu memberikan lecutan semangat kepada penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan: Risa, Bima Rach, Sri Setya, Hendra dan
Dadan, terima kasih atas semangatnya.
iv
7. Okti, Mbak Puji, Pury, Niken, Ari Pur, Hana, Dadik PAD, Widya, Dini,
Isyana, Angga dan Sunkarers yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
8. Teh Sri dan teman-teman liqo, semoga ukhuwah yang telah terjalin diantara
kita senantiasa terjaga.
9. Seluruh teman-teman Manajemen 39, semoga perjuangan dan kebersamaan
kita selama empat tahun bisa menjadikan kita lebih dewasa dalam memaknai
hidup.
10. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan kalian.
Penulis berharap tulisan ini bisa memberikan manfaat baik bagi penulis
sendiri, maupun pihak-pihak lain. Tulisan ini jauh dari sempurna, maka saran dan
kritik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik.
Bogor, Juni 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deterjen ..........................................................................................
2.2 Konsumen .......................................................................................
2.3 Perilaku Konsumen ........................................................................
2.4 Keputusan Pembelian .....................................................................
2.5 Perilaku Pembelian .........................................................................
2.6 Merek..............................................................................................
2.7 Persepsi Kualitas ............................................................................
2.8 Keterlibatan ....................................................................................
2.9 Penelitian terdahulu ........................................................................
1
3
5
5
6
6
6
7
9
10
11
12
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan Data .............................................................
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ............................................
19
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian ..........................................................
4.2 Uji Cochran untuk Penentuan Atribut Deterjen .............................
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................................
4.4 Karakteristik Responden ................................................................
4.5 Perilaku Konsumen ........................................................................
27
27
28
29
32
vi
17
17
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
Keterlibatan Konsumen ..................................................................
Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Merek Deterjen ...............
Perbedaan Antar Merek Deterjen ...................................................
Tipe Perilaku Pembelian Terhadap Produk deterjen ......................
Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas
Deterjen dengan Keterlibatan Konsumen Terhadap Merek
Deterjen .........................................................................................
36
38
42
45
46
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan ................................................................................... 51
2 Saran.............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 56
vii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1 Tahap proses keputusan pembelian ............................................................ 7
2 Tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael ......................................... 9
3 Kerangka pemikiran penelitian.................................................................... 18
viii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1 Daftar merek deterjen yang dijual di lokasi penelitian ................................
2 Rekapitulasi jumlah mahasiswa IPB program sarjana aktif tahun
akademik 2005/2006 (tahun masuk 2001-2005) s/d 2 Januari 2006 ...........
3 Jumlah sampel tiap fakultas ........................................................................
4 Pengamatan pada desain randomisasi lengkap ............................................
5 Tabel ANOVA ............................................................................................
6 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan asal fakultas .........
7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia ......................
8 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan angkatan atau
tahun masuk IPB..........................................................................................
9 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah
pengeluaran per bulan..................................................................................
10 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan merek deterjen
yang digunakan ............................................................................................
11 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan rencana pembelian
merek deterjen .............................................................................................
12 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan keterlibatan orang
lain dalam memilih merek deterjen ............................................................
13 Perbandingan antar merek ...........................................................................
14 Faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek deterjen .
15 Skor rata-rata keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk
deterjen ........................................................................................................
16 Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen ...................
17 Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen ..............
18 Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen Attack......................
19 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki ....................
20 Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen dengan
pengelompokan baru ...................................................................................
21 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki
dengan pengelompokan baru .......................................................................
22 Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen perempuan ................
23 Tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen .....................................
24 Hubungan antara persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas
deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen ................................
25 Hubungan antara persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas
deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen ................................
ix
1
20
21
23
25
30
30
31
31
32
33
34
35
36
37
40
41
42
43
44
45
45
46
47
49
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Halaman
Hasil uji Cochran untuk menentukan atribut deterjen .................................
Hasil uji Cochran II untuk menentukan atribut deterjen .............................
Kuesioner penelitian ....................................................................................
Uji validitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan ...................................
Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas ...........................
Kuesioner penelitian setelah direvisi ...........................................................
Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas setelah revisi .....
Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan dan persepsi
kualitas .........................................................................................................
Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki ...................
Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki
dengan pengelompokan baru .......................................................................
Hasil pengolahan analisis variance untuk responden perempuan ...............
Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden laki-laki ..............
Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden perempuan ..........
x
57
58
59
62
63
64
67
68
69
70
71
72
73
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mencuci merupakan sebuah kegiatan rumah tangga yang tidak dapat
dielakkan lagi. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mencuci dan
kebutuhan tersebut berlangsung secara terus menerus. Kebutuhan masyarakat
terhadap deterjen akan terus ada, hal ini merupakan peluang emas untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dalam dunia bisnis. Di Indonesia,
konsumsi deterjen per kapita masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara lain seperti Jepang, Thailand dan Filipina. Oleh karena itu,
pasar domestik masih memiliki potensi besar untuk perusahaan dan anakanak perusahaan di masa yang akan datang.1
Berdasarkan studi pendahuluan di sekitar lokasi penelitian, terdapat
beberapa merek deterjen yang diperjualbelikan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar merek deterjen yang dijual di lokasi penelitian
Merek Deterjen
Produsen
Harga
Rinso Anti Noda Baru 1 kg
Unilever
Rp.12.250,00
Attack Softener 900 gr
Kao
Rp.13.995,00
Attack Clean Maximizer 1 kg Kao
Rp.13.995,00
Attack Color 1 kg
Kao
Rp.13.975,00
So Klin Higienis 1 kg
Sayap Mas Utama
Rp.11.925,00
So Klin Power 1 kg
Sayap Mas Utama
Rp.11.850,00
So Klin Smart 1kg
Sayap Mas Utama
Rp.13.350,00
Daia Wangi Bunga 1 kg
Sayap Mas Utama
Rp.8.875,00
Daia Wangi Lemon 1 kg
Sayap Mas Utama
Rp.8.875,00
Wow Fresh Lime 1 kg
Sinar Antjol
Rp.5.250,00
Wow Sejuta Bunga 1 kg
Sinar Antjol
Rp.5.250,00
Boom 750 gr
Sayap Mas Utama
Rp.4.725,00
Total ekstra bunga 1 kg
Total Chemindo Loka
Rp.7.650,00
Total Ekstra Lemon 1 kg
Total Chemindo Loka
Rp.7.650,00
Fres Klin 1 kg
Catur Wangsa Indah
Rp.7.395,00
Cemara 700 gr
Catur Wangsa Indah
Rp.4.700,00
Surf Putih Cemerlang 1 kg
Unilever
Rp.9.695,00
Bu Krim 1 kg
Birina Multi Daya
Rp.4.950,00
Berbagai macam bentuk strategi pemasaran dilakukan oleh produsen
dalam
1
mempengaruhi
pembelian
konsumen.
http://www.uic.co.id/2006/indonesia/hr_prospek_usaha.asp
Ada
yang
berusaha
2
mempengaruhi konsumen dengan membuat inovasi baru, seperti yang
dilakukan oleh Rinso dan Attack. Rinso Aloe Vera yang lebih lembut di
tangan dikeluarkan pada 2005 lalu dan yang paling baru Rinso Anti Noda
dengan kesegaran pewangi baru.2 Sedangkan Kao menawarkan Attack
Softener, deterjen yang membersihkan sekaligus memberikan keharuman dan
kelembutan pada pakaian. Ada juga produsen yang berupaya membujuk
konsumen melalui iklan, baik dengan menggunakan endorser artis yang
sedang naik daun ataupun menyajikan iklan yang menarik. So Klin, misalnya,
beriklan menggunakan artis senior Titiek Puspa. Bu Krim juga tak mau kalah
menggandeng bintang baru, Delon dan artis papan atas Titi D J.3 Lain halnya
deterjen Total yang beriklan dengan tema unik anak muda, dan dirangkai
dengan iklan Indomie dalam satu cerita. Sedangkan Daia lebih menonjolkan
iklannya pada penghargaan Superbrands yang baru diperolehnya.
Selain melalui iklan dan bintangnya, produsen juga berupaya
menggaet pelanggan dengan memberikan hadiah-hadiah yang menarik dan
mengadakan berbagai acara yang bisa mengangkat citra dari perusahaan itu
sendiri. Pada 2005 lalu, Surf dan Rinso menggelar program berhadiah bagi
konsumennya. Rinso juga membuat sebuah menara dari 3507 kantung Rinso
di hypermarket Carrefour dalam rangka ulang tahunnya yang ke-35 tahun lalu
dan akhirnya produk tersebut disumbangkan ke seluruh Indonesia.4 Surf dan
Total, keduanya juga berpromosi dengan mengadakan roadshow ke kotakota. Semua kegiatan tersebut pada dasarnya bermuara pada satu tujuan, yaitu
ingin produknya dibeli oleh konsumen.
Persaingan dalam bisnis memaksa produsen agar lebih kreatif dalam
menarik perhatian konsumen, apalagi untuk produk yang dikonsumsi seharihari seperti deterjen. Salah satu hal yang dapat dilakukan produsen adalah
meningkatkan keterlibatan konsumen dalam mengkonsumsi produk dan
merek deterjen karena keterlibatan konsumen berkaitan erat dengan
keputusan pembelian. Seorang konsumen yang memiliki keterlibatan
terhadap produk deterjen akan berusaha mengumpulkan informasi sebelum
2
3
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=63048
http://www.swa.co.id/
3
memutuskan merek deterjen yang akan dibelinya. Konsumen akan berusaha
membuat keputusan terbaik dan cenderung setia terhadap merek yang sudah
dipilihnya tersebut. Ini dapat disebabkan konsumen sudah banyak berkorban
ketika membuat keputusan pembelian terhadap merek tersebut dan enggan
untuk melakukan proses pengambilan keputusan kembali. Produsen bisa
memanfaatkan keterlibatan konsumen tersebut untuk meningkatkan loyalitas
konsumennya.
1.2. Rumusan Masalah
Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa meskipun semua
konsumen di dunia mempunyai kebutuhan yang sama, terdapat perbedaan
mendasar tentang bagaimana kebutuhan tersebut dipenuhi. Antara konsumen
satu dengan yang lain, terdapat perbedaan perilaku dalam keputusan
pembelian. Perbedaan tersebut dipelajari oleh pemasar untuk mendesain
penawaran produk dan jasa yang menarik, melakukan segmentasi pasar dan
mengembangkan program-program pemasaran agar sesuai dengan keinginan
khusus dari segmen-segmen tersebut.
Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2004) mengungkapkan
bahwa seorang konsumen yang hendak melakukan keputusan harus memiliki
alternatif atau pilihan. Setiap hari, konsumen dihadapkan pada berbagai
produk dan merek yang disediakan oleh produsen sebagai alternatif
pemecahan masalah. Konsumen juga harus menghadapi gencarnya kegiatan
promosi yang dilakukan para produsen untuk mempengaruhi keputusan
pembelian mereka.
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan produsen adalah sama, yaitu
deterjen. Oleh karena itu, produsen menggunakan merek untuk membedakan
produknya dengan pesaing. Masing-masing merek ditawarkan dengan
keunggulan dan positioning yang berbeda, agar konsumen bisa lebih mudah
menentukan pilihan pada produk atau merek yang dirasakan paling cocok
dengannya.
Upaya para konsumen dalam memenuhi kebutuhan dipengaruhi oleh
tingkat keterlibatan mereka terhadap produk. Konsumen dengan keterlibatan
4
http://www.sinarharapan.co.id/
4
tinggi terhadap produk akan melakukan pencarian informasi secara aktif dan
konsumen dengan keterlibatan rendah tidak akan berusaha mencari informasi
secara aktif.
Konsumen yang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan upaya
maksimal sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan
pencarian informasi mengenai suatu produk dari berbagai sumber agar
keputusan yang diambil tidak salah, bahkan mereka rela mengorbankan uang,
waktu dan tenaga untuk mendapatkan produk yang memuaskan kebutuhan
mereka. Biasanya konsumen ini memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap
produk. Konsumen yang merasa tidak perlu mencari informasi lebih jauh
tentang produk yang akan dibelinya mempunyai keterlibatan yang rendah
terhadap produk. Mereka merasa cukup dengan informasi yang ada dalam
ingatan mereka, atau mereka membeli produk sesuai dengan kebiasaan.
Assael dalam Kotler (2000) mengemukakan bahwa perbedaan antar
merek dan keterlibatan konsumen bisa digunakan untuk mengidentifikasi tipe
perilaku pembelian konsumen. Assael membagi perilaku pembelian menjadi
empat tipe, yaitu: tipe pembelian rumit (complex buying behaviour), tipe
pembelian
pengurang
ketidaknyamanan
(dissonance-reducing
buying
behaviour), tipe pembelian pencari variasi (variety-seeking buying behaviour)
dan tipe pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour).
Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa masalah yang ingin
dipecahkan oleh peneliti, yaitu:
1. Bagaimana tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen
berdasarkan faktor pembeli?
2. Bagaimana
perbedaan
antarmerek
deterjen
berdasarkan
persepsi
konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan?
3. Bagaimana tipe perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan
konsumen dan perbedaan antarmerek deterjen?
4. Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek
deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengukur tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen
berdasarkan faktor pembeli.
2.
Menganalisis perbedaan antar merek deterjen berdasarkan persepsi
konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang digunakan.
3.
Mengidentifikasi
tipe
perilaku
konsumen
berdasarkan
tingkat
keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek deterjen.
4.
Menganalisis hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek
deterjen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat, baik bagi peneliti
maupun bagi pihak lain. Bagi peneliti, selain dalam rangka menyelesaikan
tugas akhir, penelitian ini juga bermanfaat sebagai proses belajar yang lebih
mendalam terhadap penerapan ilmu-ilmu yang telah dipelajari oleh peneliti di
bangku kuliah. Penelitian ini juga bermanfaat bagi produsen deterjen,
khususnya pemasar, karena dapat mengetahui perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian, sehingga para pemasar bisa menyusun program
pemasaran yang lebih efektif. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
bahan rujukan bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan di kemudian
hari.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deterjen
Deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun) yang tidak
dibuat dari lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989). Deterjen juga didefinisikan sebagai
bahan yang digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda.5
2.2. Konsumen
Menurut Undang-undang No 8 tahun 1999 yang berisi tentang
perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri,
keluarga, orang lain, maupun untuk makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan (Aida, 2005). Secara umum, konsumen didefinisikan sebagai
seseorang yang mengenali adanya kebutuhan atau keinginan, melakukan
pembelian dan menghabiskan produk dalam tiga tahap proses konsumsi, yaitu
tahap pra pembelian, pembelian dan pasca pembelian (Solomon, 1992).
Konsumen sering dibedakan menjadi dua jenis konsumen, yakni
konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli
barang dan jasa untuk digunakan secara langsung oleh individu dan sering
disebut sebagai pemakai akhir. Konsumen tersebut mungkin membeli barang
dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan oleh anggota keluarga yang
lain, atau mungkin untuk dihadiahkan kepada orang lain.
Sedangkan
konsumen organisasi membeli barang atau jasa untuk menjalankan seluruh
kepentingan organisasinya (Sumarwan, 2004).
2.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan
kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan
aspek pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen penting dipelajari
untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran dengan
mengetahui apa yang dipikirkan (kognisi),
dirasakan (pengaruh) dan
dilakukan oleh konsumen (Peter dan Olson, 1999).
5
http://columbia.thefreedictionary.com/detergent
7
Menurut Engel et al (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan
ini.
Tidak
jauh
berbeda,
Schiffman
dan
Kanuk
(2000)
mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka. Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana individu
membuat keputusan dalam menghabiskan sumber daya yang dimilikinya
(waktu, uang dan tenaga) untuk mengkonsumsi barang-barang yang
berhubungan dengannya.
2.4. Keputusan Pembelian
Kotler (2000) mengemukakan bahwa dalam proses pembelian sebuah
produk, konsumen akan melewati lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku
pasca pembelian. Kelima tahapan tersebut bisa dilihat pada Gambar 1.
Tahapan tersebut tidak berlaku untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan
yang rendah. Konsumen bisa saja tidak melewati seluruh tahapan tersebut
atau terbalik dalam beberapa tahap.
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pascapembelian
Gambar 1. Tahap proses keputusan pembelian
Sumber: Engel, et al (1994)
Tahap Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian produk diawali oleh adanya pengenalan kebutuhan.
Pengenalan kebutuhan ini dipicu oleh adanya rangsangan. Rangsangan bisa
berasal dari dalam diri konsumen itu sendiri, ataupun berasal dari luar diri
konsumen. Rangsangan internal misalnya, rasa lapar, haus dan kepanasan
yang menimbulkan kebutuhan akan makanan, minuman dan kipas angin.
Sedangkan contoh rangsangan eksternal antara lain: iklan, hadiah dan varian
8
baru dari produk yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian
(Kotler, 2000).
Tahap Pencarian Informasi
Setelah konsumen mengetahui adanya kebutuhan dalam dirinya, ia akan
terdorong untuk mencari informasi dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Kotler (2000) membagi sumber informasi konsumen menjadi empat yaitu:
- Sumber pribadi
: keluarga, teman, sahabat, kenalan
- Sumber komersial : iklan, kemasan, pajangan toko, wiraniaga
- Sumber publik
: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen
- Sumber pengalaman: pemakaian produk
Berbeda dengan Kotler, Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa
pencarian informasi bisa dilakukan secara internal dan eksternal. Pencarian
informasi internal berarti konsumen mengingat kembali semua informasi
mengenai produk yang ada dalam kepalanya. Sebaliknya, pencarian eksternal
berarti konsumen berusaha mencari informasi produk dari lingkungan
konsumen.
Tahap Evaluasi Alternatif
Setelah melakukan pencarian informasi, didapatkan beberapa alternatif yang
dipertimbangkan sebagai alat pemecah masalah. Konsumen melakukan
evaluasi terhadap produk atau merek, kemudian dipilih sebagai alat pemecah
masalah atau kebutuhan. Dalam melakukan evaluasi, hal-hal yang menjadi
pertimbangan konsumen bisa berupa manfaat produk, citra merek dan
keyakinan merek.
Tahap Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi dan niat untuk
membeli produk atau merek tertentu. Namun, niat untuk membeli ini tidak
berarti bahwa konsumen akan melakukan pembelian. Keputusan konsumen
untuk
memodifikasi,
menunda
atau
menghindari
pembelian
sangat
bergantung pada risiko yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk atau
merek. Dalam melaksanakan niat pembelian, terdapat lima sub keputusan
yang bisa diambil oleh konsumen, yaitu: keputusan merek, keputusan
9
pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan pembayaran.
Kelima sub keputusan tersebut tidak semuanya dilakukan oleh konsumen,
melainkan tergantung pada tingkat kepentingan konsumen terhadap produk.
Tahap Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian ini meliputi puas atau tidaknya konsumen terhadap
pembelian yang telah dilakukannya. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Perilaku pasca pembelian ini juga
menyangkut tindakan pemakaian dan pembuangan produk pasca pembelian.
2.5. Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen bervariasi bergantung pada jenis
keputusan pembelian. Assael dalam Kotler (2000) mengemukakan bahwa
perbedaan antar merek dan keterlibatan konsumen bisa digunakan untuk
mengidentifikasi tipe perilaku pembelian konsumen. Assael membagi
perilaku pembelian menjadi empat tipe, yaitu: tipe perilaku pembelian rumit
(complex
buying
behaviour),
tipe
perilaku
pembelian
pengurang
ketidaknyamanan (dissonance-reducing buying behaviour), tipe perilaku
pembelian pencari variasi (variety-seeking buying behaviour) dan tipe
perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan (habitual buying behaviour).
Keempat tipe perilaku pembelian tersebut bisa dilihat pada Gambar 2.
Tinggi
Rendah
Banyak
Complex Buying
Variety Seeking Buying
Behaviour
Behaviour
Sedikit
PERBEDAAN MEREK
KETERLIBATAN
Dissonance Reducing
Habitual Buying
Behaviour
Behaviour
Gambar 2. Tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael
(Kotler, 2000)
Perilaku Pembelian Rumit
Perilaku pembelian rumit terjadi apabila konsumen memiliki keterlibatan
yang tinggi terhadap produk dan menyadari bahwa perbedaan antarmerek
10
signifikan. Perilaku pembelian ini lazim terjadi pada produk mahal, jarang
dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri seperti mobil, rumah dan
jam tangan.
Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan
Perilaku pembelian ini terjadi jika keterlibatan konsumen terhadap produk
tinggi, tetapi perbedaan antarmerek tidak signifikan. Konsumen menganggap
pembelian tersebut mahal dan berisiko, tetapi mereka tidak menyadari adanya
perbedaan antarmerek yang tersedia. Contoh produknya adalah karpet dan
pipa.
Perilaku Pembelian Berdasarkan Kebiasaan
Banyak produk dibeli dengan keterlibatan konsumen rendah dan perbedaan
antarmerek tidak signifikan. Dalam situasi seperti ini, konsumen cenderung
memilih merek yang dikenalnya. Konsumen membeli produk dengan merek
yang sama berulang-ulang karena kebiasaan, bukan karena loyal. Perilaku
pembelian ini terjadi pada produk-produk yang murah dan sering dibeli
seperti gula, garam dan air mineral.
Perilaku Pembelian Pencari Variasi
Perilaku pembelian ini ditandai oleh rendahnya keterlibatan konsumen
terhadap produk, namun perbedaan antarmerek cukup sigifikan. Konsumen
membeli suatu produk atau merek tanpa banyak melakukan evaluasi dan
membeli merek yang berbeda pada kesempatan pembelian berikutnya.
Peralihan merek tersebut bukan karena konsumen tidak puas, melainkan ingin
mencari variasi.
2.6. Merek
Definisi merek menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001 adalah
tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Disebutkan pula
bahwa merek merupakan ‘suatu tanda pembeda’ atas barang atau jasa bagi
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai tanda pembeda maka
11
merek dalam satu klasifikasi barang/jasa tidak boleh memiliki persamaan
antara satu dan lainnya baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.6
Merek memang dibuat untuk memudahkan konsumen melakukan
identifikasi produk dan evaluasi alternatif. Namun, bisa saja terjadi konsumen
tidak terlalu menyadari adanya perbedaan tersebut. Atau dengan kata lain
perbedaannya tidak terlalu signifikan. Besar kecilnya perbedaan antar merek
ini mempengaruhi perilaku konsumen. Perbedaan merek yang signifikan
cenderung membuat konsumen untuk lebih banyak mencari informasi untuk
mendapat keputusan terbaik. Konsumen akan melakukan perbandingan
kelebihan dan kekurangan antara merek yang satu dengan merek yang lain.
Sebaliknya, perbedaan yang tidak terlalu signifikan cenderung membuat
konsumen tidak terlalu berpikir panjang dalam mengambil keputusan
pembelian.
2.7. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)
Salah satu hal yang mempengaruhi seorang konsumen dalam
mengambil keputusan adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk
atau perceived quality. Persepsi kualitas berbeda dengan kualitas itu sendiri.
Aaker dalam Simamora (2003) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah
kualitas produk menurut pemikiran subjektif konsumen.
Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa konsumen sering
menilai kualitas produk dan jasa berdasarkan petunjuk-petunjuk yang
memberikan informasi berhubungan dengan produk dan jasa tersebut, baik
petunjuk intrinsik maupun ekstrinsik. Petunjuk intrinsik berkaitan dengan
karakteristik fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa dan aroma.
Sedangkan contoh petunjuk ekstrinsik adalah kemasan dan harga.
Cleland dan Bruno dalam Simamora (2002) memberikan tiga prinsip
tentang perceived quality, yakni:
1. Kualitas bersumber pada aspek produk dan bukan produk atau seluruh
kebutuhan bukan harga (nonprice needs) yang dicari konsumen untuk
memuaskan kebutuhannya. Mereka mengukur kualitas dari banyaknya
atribut.
6
http://idkm.dprin.go.id/index.php?op=multiweb&id=haki&box=1&show=5
12
2. Kualitas ada kalau bisa masuk dalam persepsi konsumen.
3. Perceived quality diukur secara relatif terhadap pesaing.
2.8. Keterlibatan
2.8.1. Definisi Keterlibatan
Antil dalam Engel et al (1994) mendefinisikan keterlibatan
sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang
dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi yang spesifik. Sedangkan
Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa keterlibatan mengacu pada
persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu
objek, kejadian atau aktivitas. Keterlibatan berkaitan erat dengan
keputusan konsumen. Konsumen yang melihat bahwa produk memiliki
konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat terhadap produk
dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.
Menurut Simamora (2003), keterlibatan bisa terjadi pada
pembelian, produk dan juga merek. Keterlibatan produk dan merek
menunjukkan relevansi konsumen terhadap produk atau merek.
Keterlibatan pembelian adalah tingkat kepedulian atau minat terhadap
proses pembelian. Keterlibatan produk dan merek berbeda dengan
keterlibatan pembelian. Keterlibatan produk atau merek yang tinggi,
yang mengindikasikan loyalitas konsumen, membuat keterlibatan
konsumen terhadap pembelian menjadi rendah. Sebagai contoh, seorang
konsumen memiliki keterlibatan tinggi pada suatu produk atau merek
minuman ringan tertentu. Ketika ia butuh, ia cenderung untuk langsung
melakukan pembelian merek favoritnya tersebut tanpa melakukan
banyak pertimbangan. Tingkat keterlibatan yang digunakan peneliti
dalam menentukan tipe perilaku pembelian konsumen adalah tingkat
keterlibatan produk dari faktor pembeli.
2.8.2. Dimensi Keterlibatan
Menurut Engel et al (1994), keterlibatan bisa dinyatakan dalam
dua dimensi, yaitu tingkat keterlibatan dan tipe keterlibatan. Tingkat
keterlibatan konsumen sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tingkat
13
keterlibatan
tinggi
(high-involvement
consumer)
dan
tingkat
keterlibatan rendah (low-involvement consumer). Tingkat keterlibatan
tinggi ditandai dengan tingginya motivasi konsumen dalam mencari
informasi mengenai produk. Konsumen juga tertarik akan perbedaanperbedaan
antarmerek.
Sebaliknya,
konsumen
yang
memiliki
keterlibatan rendah terhadap produk, tidak akan berusaha mencari
informasi secara aktif. Bahkan, terhadap informasi yang sudah ada pun,
mereka tidak memperhatikan atau melewatkannya begitu saja. Mereka
tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan antara merek satu dengan
yang lain. Tingkat keterlibatan inilah yang digunakan peneliti dalam
menentukan tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen.
Dimensi keterlibatan yang kedua adalah tipe keterlibatan. Tipe
keterlibatan menunjukkan lamanya waktu keterlibatan konsumen
terhadap produk. Tipe keterlibatan juga terbagi menjadi dua, yaitu tipe
keterlibatan yang berlangsung lama (enduring involvement) dan tipe
keterlibatan situasional (situational involvement). Tipe keterlibatan
yang berlangsung lama menunjukkan ketertarikan konsumen terhadap
produk atau merek berlangsung pada waktu yang lama. Contohnya,
seorang pemilik usaha katering yang memiliki tingkat keterlibatan yang
berlangsung lama terhadap merek bahan-bahan pembuat kuenya.
Keterlibatannya akan berlangsung selama dia masih berprofesi sebagai
pemilik usaha katering. Tipe keterlibatan situasional menggambarkan
minat konsumen terhadap produk atau merek yang bersifat temporer
atau hanya terjadi pada situasi-situasi tertentu. Misalnya, seseorang
memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap baju pengantin saat dia akan
menikah. Setelah menikah, keterlibatannya terhadap baju pengantin
akan menurun.
2.8.3. Anteseden Keterlibatan
Engel et al (1994) memahami keterlibatan sebagai fungsi dari
orang, objek dan situasi. Artinya tinggi rendah keterlibatan ditentukan
faktor pembeli, faktor produk dan situasi pembelian.
14
1.
Faktor Pembeli
Tanpa adanya pengaktifan kebutuhan, keterlibatan tidak akan ada.
Keterlibatan dipandang paling kuat apabila produk atau jasa
dipandang sebagai citra diri oleh pembelinya. Pada penelitian ini,
hanya faktor pembeli yang digunakan untuk mengukur tingkat
keterlibatan.
2.
Faktor Produk
Produk sebagai objek memiliki sifat pasif. Artinya produk itu
sendiri tidak menimbulkan keterlibatan pada diri konsumen.
Keterlibatan disini lebih kepada cara konsumen merespon produk.
Keterlibatan yang tinggi biasanya muncul pada produk yang
memenuhi kebutuhan dan nilai yang penting. Peningkatan
keterlibatan terjadi apabila produk semakin terdiferensiasi. Produk
atau merek juga menimbulkan keterlibatan apabila ada risiko yang
dirasakan oleh konsumen saat pembelian dan pemakaian produk.
Risiko itu bisa berupa risiko fisik, psikologis, sosial, fungsional,
waktu dan kesempatan. Terakhir, keterlibatan seringkali timbul
apabila produk yang akan dibeli bernilai hedonis atau nilai
emosionalnya lebih tinggi dibanding nilai objektifnya.
3.
Faktor Situasi
Keterlibatan situasi bisa berubah sepanjang waktu. Konsumen
mempunyai keterlibatan yang tinggi pada waktu tertentu, tetapi
menjadi rendah setelah pembelian terjadi. Keterlibatan ini sering
terjadi pada produk yang bersifat musiman, seperti mode pakaian
atau gaya rambut. Perbedaan keterlibatan juga bisa disebabkan oleh
cara produk tersebut digunakan. Pembelian produk untuk
pemakaian pribadi bisa saja berbeda dengan pembelian untuk
diberikan kepada orang lain. Selain itu, keterlibatan juga meningkat
jika konsumen merasakan adanya tekanan sosial. Contohnya,
pembelian produk untuk keperluan pribadi mempunyai keterlibatan
yang lebih rendah dibanding pembelian produk untuk tujuan pesta.
15
2.9. Penelitian Terdahulu
Santoso (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Keputusan Pembelian Susu Pasteurisasi oleh Mahasiswa IPB (Studi Kasus
Mahasiswa IPB Dramaga, Kabupaten Bogor). Penelitian ini melibatkan
responden berjumlah 100 mahasiswa yang dikelompokkan berdasarkan
tempat tinggal mereka, yakni mahasiswa IPB yang tinggal di asrama,
Babakan Tengah, Radar dan Babakan Lio. Data yang didapatkan dianalisis
menggunakan Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara besarnya
penerimaan responden dengan keputusan pembelian. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2003 dan Minitab 11 for
Windows.
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
alasan
utama
konsumen, dalam hal ini mahasiswa, mengkonsumsi susu pasteurisasi adalah
karena haus. Konsumen mendapatkan informasi mengenai susu pasteurisasi
dari penjual keliling. Pertimbangan awal konsumen dalam mengkonsumsi
susu pasteurisasi adalah rasa. Kemudian merek yang paling banyak
dikonsumsi adalah susu KPBS. Perilaku konsumen terhadap susu pasteurisasi
pasca pembelian adalah biasa. Jika susu pasteurisasi yang diinginkan tidak
ada, mereka memilih untuk tidak membeli.
Hasil uji Chi-Square pada atribut produk, penerimaan mahasiswa per
bulan dan preferensi konsumen menunjukkan bahwa ketiganya memiliki
hubungan yang cukup erat meskipun tingkat keeratannya belum mencapai
tingkat tinggi. Ini berarti bahwa frekuensi pembelian konsumen atau
mahasiswa belum terlalu tinggi seiring dengan peningkatan penerimaan
mahasiswa dan preferensinya terhadap susu pasteurisasi.
Hasil analisis atribut ideal menunjukkan bahwa atribut yang dianggap
paling penting oleh mahasiswa adalah higienitas. Sedangkan atribut yang
dianggap paling tidak penting adalah bahan pengawet. Atribut yang dinilai
paling ideal adalah rasa. Sedangkan atribut yang dianggap paling tidak ideal
terutama oleh mahasiswa yang tinggal di asrama, Radar dan Bateng adalah
bahan pengawet.
16
Budiarti (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku
Konsumen di Kota Bogor Terhadap Produk Deterjen. Penelitian tersebut
mengambil sampel sebanyak 200 orang di wilayah kota Bogor. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
software SPSS versi 11.5. Kemudian dilakukan analisis angka ideal
menggunakan software Excell terhadap sembilan atribut deterjen. Atribut
yang dinilai tersebut antara lain: daya bersih, keharuman, kehalusan di
tangan, kehalusan partikel, harga, kemasan, busanya banyak, hadiah dan daya
tahan keharuman.
Hasil yang diperoleh bahwa responden dari berbagai kelas ekonomi
lebih suka membeli deterjen di swalayan. Salah satu penyebabnya adalah
faktor kenyamanan swalayan. Sebanyak 70 persen responden mengaku
mendapatkan informasi mengenai deterjen dari televisi. Empat atribut yang
dinilai penting penting oleh responden adalah daya bersih, keharuman,
kehalusan di tangan dan daya tahan keharuman (apek atau tidak setelah
dicuci). Atribut yang dianggap tingkat kepentingannya paling kecil adalah
kemasan dan hadiah. Atribut yang diharapkan kinerjanya mendekati
maksimal adalah daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan dan daya tahan
keharuman. Produk yang kinerjanya dianggap paling baik adalah Daia.
Sedangkan Rinso, So Klin dan Attack kinerjanya dinilai cukup baik.
17
II. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kehidupan masyarakat sehari-hari tidak pernah lepas dari kebutuhan
terhadap deterjen. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut,
konsumen melakukan berbagai macam pengambilan keputusan, baik disadari
atau tidak. Salah satu hal yang menjadi dasar perlunya pengambilan
keputusan konsumen adalah adanya alternatif produk dan merek. Tanpa
alternatif, konsumen tidak perlu melakukan pengambilan keputusan.
Semakin banyaknya merek deterjen yang tersedia di pasar membuat
konsumen berpikir lebih panjang dalam melakukan keputusan pembelian.
Konsumen akan membandingkan antara merek deterjen satu dengan yang lain
untuk menghasilkan kepuasan maksimal. Konsumen belajar membedakan
antara merek deterjen satu dengan yang lain, baik melalui atribut produk
maupun promosi yang dilakukan oleh pemasar. Penilaian konsumen tersebut
akan membentuk persepsi yang berbeda terhadap kualitas masing-masing
merek deterjen. Keputusan pembelian juga ditentukan oleh keterlibatan
konsumen, baik terhadap produk maupun merek. Tinggi rendahnya
keterlibatan berpengaruh pada perilaku pembelian konsumen.
Penelitian yang dilakukan ini meliputi tingkat keterlibatan produk dan
perbedaan antarmerek di mata konsumen dalam rangka mengetahui tipe
perilaku pembelian konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen terhadap
produk deterjen diukur dengan menggunakan model Inventaris Keterlibatan
Pribadi yang dikembangkan oleh Zaichkowsky, sedangkan perbedaan
antarmerek diukur berdasarkan persepsi kualitas konsumen terhadap merek
deterjen yang digunakannya saat ini. Berdasarkan kedua faktor tersebut dapat
diketahui tipe perilaku pembelian konsumen deterjen, yang dalam penelitian
ini sebagai konsumennya adalah mahasiswa IPB. Alur kerangka pemikiran
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Dramaga, kecamatan Dramaga, Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan mahasiswa merupakan pasar
18
masa depan bagi produk deterjen dan populasi mahasiswa IPB yang cukup
besar, yaitu 12171 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai
April 2006.
Pembeli
Analisis
variance
Rataan skor
Keterlibatan
Produk
Beda antar merek
Analisis hubungan
Rank Spearman
Situasi
Pembelian
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan:
= diteliti
= tidak diteliti
3.3. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Riset
Deskriptif dengan teknik pengambilan sampel Single Cross-Sectional Design.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara.
19
3.3.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berasal dari
kuesioner yang disebarkan pada responden. Kuesioner ini terdiri atas
pertanyaan
mengenai
profil
responden,
pertanyaan
mengenai
keterlibatan dan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen
yang digunakan. Data profil responden meliputi usia, jenis kelamin,
angkatan dan jumlah pengeluaran per bulan. Data sekunder berupa data
mengenai populasi mahasiswa S1 IPB dan studi pustaka.
Sebelum
penelitian
dilakukan,
peneliti
terlebih
dahulu
mengadakan studi pendahuluan untuk mengetahui atribut-atribut yang
mempengaruhi pembelian konsumen terhadap produk deterjen. Atributatribut yang diujikan dalam studi pendahuluan tersebut antara lain: daya
bersih, keharuman, kehalusan di tangan, kehalusan partikel, irit dalam
pemakaian, menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya
tahan keharuman, harga, gengsi, dan kemasan. Atribut-atribut tersebut
kemudian diuji menggunakan Cochran Q-Test untuk mengetahui
atribut-atribut yang dinilai sah menurut kriteria statistik. Hipotesis yang
digunakan untuk menguji atribut-atribut tersebut adalah:
Ho: semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang sama
Ha: semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang
berbeda
Langkah selanjutnya dicari Q hitungnya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
k
⎡ k
⎤
(k − 1) ⎢k ∑ C 2j − (∑ C j ) 2 ⎥
j
⎣ j
⎦ ......................................................... (1)
Q=
n
n
k ∑ Ri − ∑ Ri2
i
i
Setelah mendapatkan atribut yang sah, peneliti melakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner. Menurut Simamora (2002),
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau
kevalidan suatu instrumen. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat
keandalan kuesioner. Dalam penelitian ini, validitas kuesioner diuji
20
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Nilai korelasi yang
didapatkan menunjukkan tingkat kesahihan pertanyaan, sedangkan
reliabilitas kuesioner diuji dengan rumus Alpha.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 IPB
meliputi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan mahasiswa
dari fakultas yang ada di IPB, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas
Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas
Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Perincian jumlah mahasiswa dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 1. Rekapitulasi jumlah mahasiswa IPB program sarjana aktif
tahun akademik 2005/2006 (tahun masuk 2001-2005) s/d 2
Januari 2006
No Kode
Fakultas
Jumlah
1
P
TPB
2.801
2
A
Pertanian
2.298
3
B
Kedokteran Hewan
484
4
C
Perikanan dan Ilmu Kelautan
1.335
5
D
Peternakan
898
6
E
Kehutanan
943
7
F
Teknologi Pertanian
1.136
8
G
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1.564
9
H
Ekonomi dan Manajemen
712
12.171
Jumlah
Sumber: Sub. Dit. Registrasi & Statistik DAJMP-IPB
Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan
rumus Slovin, yaitu (Simamora, 2002):
n=
N
........................................................................... (2)
1 + Ne 2
dimana:
n
= jumlah sampel
N
= ukuran populasi
e
= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel
yang masih dapat ditolerir
21
Berdasarkan data pada Tabel 1, jumlah populasi penelitian
adalah 12.171 orang. Persen kelonggaran yang digunakan adalah 0,1,
sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan bisa dihitung sebagai berikut:
n=
12.171
1 + 12.171 (0.1)
2
= 99,185 ≈ 100
Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang
responden dan dibagi sesuai dengan proporsi masing-masing fakultas
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah sampel tiap fakultas
No Kode
Jumlah
Proporsi
mahasiswa
1
P
2.801
0,23
2
A
2.298
0,19
3
B
484
0,04
4
C
1.335
0,11
5
D
898
0,07
6
E
943
0,08
7
F
1.136
0,09
8
G
1.564
0,13
9
H
712
0,06
12,171
1,00
Jumlah
Jumlah
sampel
23
19
4
11
7
8
9
13
6
100
Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel
nonprobabilitas, yakni judgement sampling. Artinya, peneliti memilih
anggota populasi yang dinilai paling tepat dalam memberikan informasi
yang akurat.
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner selanjutnya diolah dan
dianalisis. Data mengenai profil konsumen dianalisis secara deskriptif.
Data mengenai keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen
dihitung menggunakan rataan skor. Data tentang persepsi konsumen
terhadap kualitas merek deterjen dianalisis dengan analisis variance.
Hubungan antara keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen
dengan persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen diuji
menggunakan
korelasi
rank-order
Spearman.
Pengolahan
menggunakan Microsoft Excell dan software SPSS versi 12.00.
data
22
Tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dari
faktor
pembeli
dapat
diukur
menggunakan
model
Inventaris
Keterlibatan Zaichkowsky (Engel et al, 1994). Model Inventaris
Keterlibatan Zaichowsky yang digunakan adalah model yang sudah
diadaptasi oleh Simamora (2003). Model tersebut terdiri dari tujuh
dimensi, yaitu tingkat kepentingan, tingkat kebutuhan, tingkat
keseriusan, daya tarik produk, arti produk, nilai pribadi dan dikehendaki
atau tidaknya produk oleh konsumen. Tingkat keterlibatan yang diukur
terbatas hanya pada faktor pembeli. Skala yang digunakan adalah skala
semantic differential yang berisi tujuh skala, dimana kedua ujung skala
berisikan sisi positif dan negatif. Keterlibatan konsumen bisa diketahui
dari skor yang dipilih responden. Keterlibatan paling tinggi ditunjukkan
oleh angka 7 pada sisi positif dan keterlibatan paling rendah
ditunjukkan oleh angka 1 pada sisi negatif. Skor tersebut kemudian
dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Nilai rata-rata tersebut yang
menunjukkan tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen
tinggi atau rendah.
Perbedaan antarmerek dapat dihitung menggunakan analisis
variance. Analisis variance digunakan untuk menguji apakah rata-rata
dari beberapa sampel berbeda atau tidak (Pratisto, 2004). Pertama,
konsumen diberikan pertanyaan mengenai persepsi mereka terhadap
merek deterjen yang mereka gunakan saat data diambil. Skala yang
digunakan dalam mengukur persepsi konsumen adalah skala Likert 1
sampai 5. Skor 5 menunjukkan penilaian paling tinggi terhadap merek
dan skor 1 menunjukkan penilaian konsumen yang paling rendah
terhadap merek. Kemudian skor yang didapat dijumlahkan. Hasil
penjumlahan tersebut dikelompokkan untuk masing-masing merek dan
ditampilkan pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Pengamatan pada Desain Randomisasi Lengkap
Perlakuan
X11
X12
X1j
X21
X22
X2j
.
.
.
.
.
.
Xi1
Xi2
Xij
.
.
.
Nni1
Xn22
Xnjj
Total
T1
T2
T3
Observasi
n1
n2
n3
Mean
⎯X1
⎯X2
⎯X3
Sumber: Nazir (1999)
X1k
X2k
.
.
Xik
.
Xnkk
Tk
nk
⎯Xk
Menurut Nazir (1999), jika sebuah sampel dikenakan k buah
perlakuan dan jumlah anggota masing-masing adalah n1, n2 dan n3 maka
salah satu pengamatan adalah Xij. Xij adalah pengamatan ke-i dari
sampel j. Hipotesis yang digunakan dalam analisis variance ini adalah:
Ho : u1 = u2 = … = uk, tidak ada perbedaan antara mean-mean dari
populasi
Ha : u1 ≠ u2 ≠ … ≠ uk, terdapat perbedaan antara populasi
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:
- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima
- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak
Level signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
0.05. Selanjutnya, dibuat Tabel ANOVA dengan terlebih dahulu
melakukan perhitungan sebagai berikut:
a.
Menghitung correction factor:
CF =
(T j ) 2
n
............................................................................ (3)
dimana:
CF = correction factor
ΣTj = total nilai pengamatan (nilai variabel)
n = anggota sampel
b.
Menghitung sumsquare total:
SS T = ∑ ( X ij ) 2 − CF ............................................................. (4)
24
dimana:
SST = sumsquare total
Xij = nilai pengamatan i dari sampel j
c.
Menghitung sumsquare antar perlakuan:
SS P =
(T j ) 2
(T ) 2
(T1 ) 2 (T2 ) 2
+
+K+
+ K + k − CF
n1
n2
nj
nk
=∑
SS P = ∑
(T j ) 2
nj
(T j ) 2
nj
− CF
− CF ........................................................... (5)
dimana:
Tj = total nilai sampel j
nj = besar sampel j
SSP = sumsquare antar perlakuan
d.
Menghitung sumsquare error
SS E = SST − SS P ................................................................... (6)
dimana:
SSE = sumsquare error
e.
Menentukan degree of freedom:
DFP = k − 1 ........................................................................... (7)
DFT = n − 1 ........................................................................... (8)
DFE = DFT − DFP ................................................................ (9)
dimana:
DFP = degree of freedom antar perlakuan
DFT = degree of freedom total
DFE = degree of freedom error
f.
Menghitung mean square:
MS P =
SS P
.......................................................................... (10)
DFP
25
MS E =
SS E
.......................................................................... (11)
DFE
dimana:
MSP = meansquare antar perlakuan
MSE = meansquare error
g.
Menghitung harga F:
F=
MSp
............................................................................... (12)
MSe
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dibuat tabel ANOVA
seperti pada Tabel 4. Berdasarkan faktor tingkat keterlibatan konsumen
terhadap produk dan perbedaan antarmerek deterjen, dapat diketahui
tipe perilaku pembelian konsumen deterjen.
Tabel 4. Tabel ANOVA
Sumber variasi
SS
df
MS
F
Antar perlakuan
SSP
k-1
SS P
k −1
MS P
MS E
SSE
(n-k) – (k-1)
SS E
(n − k ) − (k − 1)
SST
N–k
Dalam
perlakuan
(error)
Total
sig
Sumber: Nazir (1999)
Selanjutnya, untuk mengetahui adanya hubungan antara
keterlibatan konsumen terhadap merek deterjen dengan persepsi
konsumen terhadap kualitas merek deterjen dilakukan uji korelasi Rank-
Order Spearman dengan rumus:
2
6∑d
ρ = 1 − 3 i .................................................................... (13)
N −N
dimana:
di = beda antara dua pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
ρ = koefisien korelasi Spearman
Tingkat keterlibatan konsumen terhadap merek diketahui dari
pertanyaan mengenai tingkat kecocokan konsumen terhadap merek,
26
kesetiaan merek dan keinginan untuk beralih ke merek deterjen yang
lain.
Jika terdapat data yang memiliki ranking sama, perlu dilakukan koreksi
menggunakan rumus (Simamora, 2003):
r=
∑ x2 + ∑ y 2 − 6 ∑ dt
∑ x2 ∑ y2
2
........................................................ (14)
di mana:
∑ x2 =
n3 − n
− ∑ Tx
12
∑ y2 =
n3 − n
− ∑ Ty
12
T=
t3 −t
12
T
= faktor koreksi
t
= banyaknya data yang mempunyai ranking sama
Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesa dengan membandingkan
antara nilai thitung dengan ttabel. Nilai thitung sendiri dihitung menggunakan
rumus:
t hitung = rs
n−2
.............................................................................. (15)
1 − rs
Posisi tanggapan responden terhadap pertanyaan mengenai
persepsi merek dan keterlibatan konsumen dapat diketahui dengan
menggunakan rentang skala penilaian dengan rumus (Simamora, 2002):
RS =
m−n
.......................................................................... (16)
b
dimana:
m = angka tertinggi dalam pengukuran
n = angka terendah dalam pengukuran
b = banyaknya kelas yang dibentuk
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga terletak di wilayah
kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kampus yang
mempunyai luas ± 267 hektar ini terdiri atas sembilan fakultas, yaitu Fakultas
Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, serta Fakultas Ekologi Manusia yang baru berdiri
pada tahun lalu. Di kampus IPB Darmaga ini juga terdapat berbagai macam
fasilitas umum dan sosial bagi mahasiswa, seperti: asrama yang
diperuntukkan bagi mahasiswa dan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama
(TPB), gymnasium, masjid kampus, klinik dan sebagainya.
Di sekitar wilayah kampus Darmaga terdapat toko-toko, swalayan,
tempat fotokopi, warung makan yang memudahkan mahasiswa memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Sebagian mahasiswa IPB yang berasal dari
luar kota Bogor tinggal di rumah kos atau kontrakan di wilayah sekitar
kampus tersebut, sedangkan mahasiswa TPB diwajibkan untuk tinggal di
asrama TPB yang masih berada di dalam wilayah kampus IPB.
4.2. Uji Cochran untuk Penentuan Atribut Deterjen
Uji Cochran dilakukan untuk menentukan atribut-atribut yang akan
digunakan dalam kuesioner. Atribut-atribut yang diujikan antara lain: daya
bersih, keharuman, kehalusan di tangan, kehalusan partikel, irit dalam
pemakaian, menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya tahan
keharuman, harga, gengsi, dan kemasan. Uji Cochran I menghasilkan nilai
Qhitung sebesar 52,8 atau lebih besar dari nilai Qtabel(0,05, 10) = 18,307,
sehingga Ho ditolak. Artinya, semua atribut yang diuji memiliki proporsi
jawaban YA yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan pengujian lebih lanjut
dengan membuang atribut yang memiliki proporsi jawaban YA paling kecil,
yaitu atribut kehalusan partikel dan kemasan (Lampiran 1).
28
Uji Cochran II dilakukan pada sembilan atribut yang tersisa dan
menghasilkan nilai Qhitung sebesar 10,73 (Lampiran 2). Nilai tersebut lebih
kecil jika dibandingkan dengan nilai Qtabel(0,05, 10) = 16,507, sehingga Ho
diterima. Artinya, proporsi jawaban YA pada sembilan atribut tersebut adalah
sama dan sah digunakan sebagai atribut deterjen.
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji validitas kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
(Lampiran 3) kepada 30 orang responden. Jawaban masing-masing responden
mengenai keterlibatan produk dan persepsi kualitas dikorelasikan dengan skor
total. Pengujian validitas ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson.
Level signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 dan nilai kritisnya adalah
0,361. Suatu pertanyaan dinyatakan valid apabila nilai kofisien korelasinya
lebih besar dari 0,361 atau lebih kecil dari -0,361. Variabel pertanyaan yang
diuji terdiri dari pertanyaan mengenai keterlibatan konsumen dalam
menggunakan deterjen dan persepsi konsumen terhadap kualitas merek
deterjen. Pertanyaan mengenai keterlibatan terdiri atas tujuh variabel, yaitu:
tingkat kepentingan, tingkat kebutuhan, tingkat keseriusan, daya tarik produk,
arti produk, nilai pribadi dan dikehendaki atau tidaknya produk oleh
konsumen, sedangkan variabel pertanyaan mengenai persepsi kualitas terdiri
dari: daya bersih, keharuman, kehalusan di tangan, irit dalam pemakaian,
kemampuan menjaga warna tetap cemerlang, banyaknya busa, daya tahan
keharuman (tidak mudah apek), harga dan gengsi.
Hasil pengujian (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan bahwa hanya
terdapat satu variabel pertanyaan yang tidak valid, yakni variabel harga pada
pertanyaan persepsi kualitas. Nilai koefisien korelasinya -0,29386 atau lebih
besar dari -0,361. Artinya variabel harga kurang tepat jika digunakan untuk
mengukur persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen. Agar
instrumen penelitian valid, variabel harga dihilangkan, sehingga variabel
pertanyaan persepsi kualitas berkurang menjadi delapan variabel (Lampiran
6) dan semuanya dinyatakan valid (Lampiran 7).
29
Setelah seluruh variabel pertanyaan dinyatakan valid, selanjutnya
kuesioner diuji reliabilitasnya menggunakan Rumus Alpha. Dari tabel
diketahui untuk N=30 dengan α sebesar 0,05, nilai r-nya adalah 0,361.
Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang nilai r-nya lebih besar dari
0,361 atau lebih kecil dari -0,361. Uji pertanyaan mengenai keterlibatan
produk menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0,914. Jadi, pertanyaan
mengenai keterlibatan produk tersebut reliabel. Uji reliabilitas terhadap
pertanyaan mengenai persepsi kualitas menghasilkan nilai r sebesar 0,912,
yang berarti kuesioner tersebut reliabel. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada
Lampiran 8.
4.4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dilihat dari usia, angkatan atau tahun masuk
IPB, asal fakultas dan jumlah pengeluaran per bulan. Berdasarkan Tabel 6
dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan atau
mahasiswi, yakni sejumlah 62 responden atau 62%, sedangkan responden
laki-laki atau mahasiswa hanya berjumlah 38 orang atau 38%. Ini disebabkan
sebagian besar mahasiswa laki-laki jarang mencuci semua pakaian mereka
sendiri. Kadang-kadang para mahasiswa menggunakan jasa laundry untuk
mencuci pakaiannya sehingga jarang melakukan pembelian deterjen. Oleh
karena itu, banyak diantara mahasiswa yang tidak memenuhi syarat untuk
dijadikan responden. Lain halnya dengan mahasiswi yang sebagian besar
mencuci semua pakaiannya sendiri, sehingga lebih mudah untuk memperoleh
mahasiswi yang memenuhi syarat sebagai responden.
30
Tabel 6. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan asal fakultas
Laki-laki
Perempuan
Total
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Fakultas Jumlah
P
12
31,6
11
17,7
23
23,0
A
6
15,8
13
21,0
19
19,0
B
1
2,6
3
4,8
4
4,0
C
5
13,2
6
9,7
11
11,0
D
1
2,6
6
9,7
7
7,0
E
3
7,9
5
8,1
8
8,0
F
4
10,5
5
8,1
9
9,0
G
5
13,2
8
12,9
13
13,0
H
1
2,6
5
8,1
6
6,0
Total
38
100,0
62
100,0
100 100,0
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, mayoritas responden secara
keseluruhan berusia antara 21-22 tahun, yakni sebesar 51%. Responden lakilaki paling banyak berada pada usia 21-22 tahun dengan persentase sebesar
55,3%. Responden laki-laki paling sedikit berusia di atas 22 tahun, yaitu 2
orang responden. Responden perempuan mayoritas berusia antara 21 hingga
22 tahun dengan persentase sebesar 48,4%. Jumlah responden perempuan
yang paling sedikit berada pada rentang usia di atas 22 tahun. Hal tersebut bisa
dimengerti mengingat sebagian besar mahasiswa yang masih melakukan
kegiatan perkuliahan di kampus adalah mahasiswa angkatan tahun 2002 ke
bawah. Sebagian besar mahasiswa angkatan 2001 sudah lulus dan keluar dari
IPB. Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dapat dilihat secara
lengkap pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia
Laki – laki
Perempuan
Total
Usia
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
<19 tahun
3
7,9
4
6,5
7
7,0
19-20 tahun
12
31,6
26
41,9
38
38,0
21-22 tahun
21
55,3
30
48,4
51
51,0
> 22 tahun
2
5,3
2
3,2
4
4,0
Total
38 100,0
62 100,0
100 100,0
Berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB, mayoritas responden
berasal dari angkatan 39 atau masuk IPB pada tahun 2002 dengan persentase
31
sebesar 41%. Baik responden laki-laki maupun perempuan, jumlah responden
yang paling sedikit ada pada angkatan 2001. Jumlah dan persentase responden
berdasarkan angkatan atau tahun masuk IPB dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan angkatan atau
tahun masuk IPB
Angkatan/
Laki – laki
Perempuan
Total
tahun masuk
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
IPB
’38/2001
2
5,3
2
3,2
4
4,0
’39/2002
17
44,7
24
38,7
41
41,0
’40/2003
4
10,5
14
22,6
18
18,0
’41/2004
3
7,9
12
19,4
15
15,0
’42/2005
12
31,6
10
16,1
22
22,0
Total
38
100,0
62
100,0
100 100,0
Berdasarkan data mengenai jumlah pengeluaran responden tiap bulan
(Tabel 9), dapat diketahui bahwa mayoritas responden secara keseluruhan
mempunyai pengeluaran Rp.400.000,00-Rp.499.999,00 per bulan, yaitu
sebesar 33%. Responden laki-laki memiliki pengeluaran lebih besar daripada
responden perempuan. Sebagian besar responden laki-laki memiliki
pengeluaran diatas Rp.500.000,00 per bulan dengan jumlah 44,7% atau 17
orang, sedangkan sebagian besar pengeluaran responden perempuan adalah
Rp.400.000,00-Rp.499.999,00 dengan jumlah responden sebesar 33 orang atau
40,3%. Responden yang pengeluarannya paling rendah antara Rp.200.000,00
sampai dengan Rp.299.999,00 hanya berjumlah 12 orang, tidak ada satu pun
responden yang pengeluarannya kurang dari Rp.200.000,00.
Tabel 9. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah
pengeluaran per bulan
Jumlah
Laki – laki
Perempuan
Total
pengeluaran per
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
bulan (Rp.)
< 200.000
0,0
0,0
0,0
200.000-299.999
4
10,5
8
12,9
12
12,0
300.000-399.999
9
23,7
19
30,6
28
28,0
400.000-499.999
8
21,1
25
40,3
33
33,0
> 500.000
17
44,7
10
16,1
27
27,0
Total
38
100,0
62
100,0
100
100,0
32
4.5. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen terhadap produk deterjen dapat diketahui dari
jawaban konsumen terhadap kuesioner yang diberikan. Berdasarkan data pada
Tabel 10 diketahui bahwa merek deterjen yang paling banyak digunakan, baik
oleh konsumen laki-laki maupun perempuan adalah Attack sebesar 45%.
Konsumen laki-laki yang menggunakan Attack berjumlah 21 orang atau
55,3%, sedangkan konsumen perempuannya berjumlah 24 orang atau 38,7%.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, alasan sebagian konsumen
menggunakan Attack adalah karena daya bersihnya baik, sehingga konsumen
tidak menghabiskan terlalu banyak tenaga untuk mengucek pakaian.
Konsumen Attack memiliki tingkat kepercayaan yang baik terhadap kinerja
Attack.
Merek deterjen yang menempati urutan kedua adalah Rinso dengan
jumlah konsumen 25 orang. Konsumen laki-laki yang menggunakan Rinso
lebih banyak, jika dibandingkan dengan konsumen perempuan. Konsumen
perempuan lebih banyak yang menggunakan Daia, yaitu sebanyak 13 orang
konsumen. Jumlah tersebut lebih banyak daripada pengguna So Klin, merek
yang lebih dulu muncul daripada Daia. Hal tersebut dapat terjadi karena harga
Daia yang lebih murah dibandingkan So Klin. Selain itu Daia juga lebih
banyak melakukan kegiatan promosi dengan membagi-bagikan hadiah pada
konsumennya,
sehingga
banyak
konsumen
yang
tertarik
untuk
menggunakannya. Merek deterjen yang paling sedikit digunakan adalah Wow.
Tabel 10. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan merek
deterjen yang digunakan
Laki – laki
Perempuan
Total
Merek deterjen
yang digunakan Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Rinso
13
34,2
12
19,4
25
25
Attack
21
55,3
24
38,7
45
45
So Klin
1
2,6
8
12,9
9
9
Daia
1
2,6
13
21,0
14
14
Surf
2
5,3
3
4,8
5
5
Wow
2
3,2
2
2
Total
38
100,0
62
100,0
100
100
33
Konsumen dapat melakukan pembelian yang terencana sepenuhnya,
pembelian yang separuh terencana dan pembelian yang tidak terencana.
Jumlah dan persentase konsumen berdasarkan rencana pembelian yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagian besar konsumen secara
keseluruhan menyatakan pernah merencanakan merek deterjen yang akan
dibelinya.
Tabel 11. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan rencana
pembelian merek deterjen
Konsumen
Laki – laki
Perempuan
Total
merencanakan
pembelian
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
deterjen
Selalu
15
39,5
31
50,0
46
46,0
Sering
2
5,3
10
16,1
12
12,0
Kadang-kadang
15
39,5
16
25,8
31
31,0
Jarang
4
10,5
3
4,8
7
7,0
Tidak pernah
2
5,3
2
3,2
4
4,0
Total
38
100,0
62
100,0
100
100,0
Jumlah konsumen laki-laki yang selalu merencanakan merek deterjen
yang akan dibelinya adalah sebanyak 15 orang konsumen, sama besar dengan
konsumen yang menyatakan kadang-kadang saja merencanakan merek
deterjen. Sementara konsumen perempuan yang selalu merencanakan merek
deterjen yang akan dibelinya berjumlah 31 orang (50%). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar konsumen deterjen melakukan pembelian yang
terencana
sepenuhnya.
Namun,
konsumen
perempuan
mempunyai
kecenderungan yang lebih besar dalam merencanakan merek deterjen tersebut.
Konsumen sudah menentukan merek deterjen yang akan dibelinya jauh
sebelum pembelian dilakukan. Jadi ketika konsumen datang ke sebuah toko,
swalayan atau tempat lain yang menyediakan deterjen, konsumen akan
langsung membeli merek deterjen tertentu tanpa memperhatikan merek
deterjen lain. Konsumen yang menyatakan tidak pernah merencanakan merek
deterjen ada 4 orang, yakni 2 orang konsumen laki-laki dan dua orang
konsumen perempuan.
Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai merek sebagai alat
pemuas kebutuhan dalam melakukan pengambilan keputusan. Tidak jarang
34
konsumen meminta pertimbangan orang lain dalam melakukan pemilihan
merek atau produk tertentu. Konsumen berharap bisa mengambil keputusan
yang tepat dengan melakukan hal itu. Berdasarkan data yang diperoleh pada
Tabel 12, sebanyak 53% konsumen menyatakan tidak pernah meminta
pertimbangan orang lain dalam menentukan merek deterjen yang akan
dibelinya. Konsumen yang tidak pernah meminta pertimbangan orang lain
terdiri dari 19 orang konsumen laki-laki dan 34 orang konsumen perempuan,
dan tidak satu orang pun konsumen laki-laki yang menyatakan selalu meminta
pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen. Ini dapat disebabkan
konsumen sudah loyal terhadap suatu merek deterjen tertentu, sehingga
merasa tidak perlu lagi meminta pertimbangan orang lain. Konsumen sudah
yakin terhadap merek deterjen yang dipakainya dan lebih dipengaruhi oleh
pribadinya sendiri dalam memilih merek deterjen. Selain itu, antara konsumen
satu dengan yang lain memiliki tingkat kecocokan yang berbeda-beda
terhadap merek deterjen. Kecocokan tersebut bisa berkaitan dengan harga
ataupun atribut produk.
Tabel 12. Sebaran jumlah dan persentase konsumen berdasarkan keterlibatan
orang lain dalam memilih merek deterjen
Konsumen
Laki – laki
Perempuan
Total
meminta
pertimbangan
%
Jumlah
%
Jumlah
%
orang lain dalam Jumlah
membeli deterjen
Selalu
0,0
2
3,2
2
2,0
Sering
4
10,5
1
1,6
5
5,0
Kadang-kadang
7
18,4
14
22,6
21
21,0
Jarang
8
21,1
11
17,7
19
19,0
Tidak pernah
19
50,0
34
54,8
53
53,0
Total
38
100,0
62
100,0
100
100,0
Setiap melakukan pembelian deterjen, konsumen selalu dihadapkan
pada berbagai merek deterjen. Konsumen akan memilih merek yang paling
cocok diantara merek-merek yang tersedia. Konsumen yang hati-hati akan
melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain.
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa dari 100 orang konsumen hanya
9 orang yang menyatakan tidak pernah membandingkan antara merek deterjen
35
satu dengan yang lainnya. Artinya, sebagian besar konsumen melakukan
perbandingan dalam memilih merek deterjen yang akan dibelinya, walaupun
intensitasnya berbeda-beda. Sebagian besar konsumen laki-laki menyatakan
bahwa hanya kadang-kadang saja mereka melakukan perbandingan antar
merek deterjen dengan persentase 31,6%, sedangkan mayoritas konsumen
perempuan sebesar 31,7% menyatakan sering melakukan perbandingan antar
merek deterjen.
Tabel 13. Perbandingan antarmerek
Konsumen
Laki – laki
Perempuan
Total
melakukan
perbandingan antar Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
merek deterjen
Selalu
3
7,9
15
25,0
18
18,4
Sering
10
26,3
19
31,7
29
29,6
Kadang-kadang
12
31,6
18
30,0
30
30,6
Jarang
8
21,1
6
10,0
14
14,3
Tidak pernah
5
13,2
4
6,7
9
9,0
Total
38
100,0
62
103,3
100
100,0
Konsumen akan melakukan evaluasi terhadap alternatif merek yang
tersedia dalam melakukan pengambilan keputusan. Konsumen biasa
melakukan pembelian dengan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Konsumen akan memilih produk yang dinilai paling baik untuk
memenuhi kebutuhan yang dicarinya, begitu juga dalam memilih merek
deterjen, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih
merek deterjen. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Faktor
yang paling banyak dipertimbangkan oleh konsumen secara keseluruhan
adalah daya bersih sebanyak 94 orang konsumen (14,7%). Hal ini tidak
mengherankan mengingat tujuan pokok pembelian deterjen adalah untuk
membersihkan pakaian dari noda dan kotoran, sehingga hampir semua
konsumen mempertimbangkannya sebagai faktor utama dalam membeli suatu
merek deterjen.
Selain daya bersih, atribut yang juga banyak dipertimbangkan oleh
konsumen secara berurutan adalah keharuman sebesar 14,5%, tidak mudah
apek sebesar 14,2%, menjaga warna tetap cemerlang sebesar 13,7%, halus di
tangan sebesar 11,9%, irit dalam penggunaan sebesar 11,4% dan banyaknya
36
busa sebesar 10,0%. Atribut harga hanya dipertimbangkan oleh 41 orang
konsumen (6,4%) yang terdiri atas 35 konsumen perempuan dan 6 konsumen
laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen laki-laki tidak terlalu
mempermasalahkan harga dalam memilih merek deterjen yang akan dibelinya.
Berbeda dengan konsumen perempuan yang dalam melakukan pembelian
cenderung untuk selalu berusaha mendapatkan produk dengan harga yang
lebih rendah. Faktor gengsi ternyata tidak banyak dipertimbangkan oleh
konsumen. Konsumen yang menjadikan faktor gengsi merek sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih merek deterjen hanya berjumlah 18 orang atau
2,8% . Diantara konsumen, ada beberapa konsumen yang menyebutkan faktor
lain yang tidak disebutkan dalam kuesioner, yakni faktor kemasan dan iklan
dengan persentase masing-masing 0,3% dan 0,2%.
Tabel 14. Faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih merek
deterjen
Laki-laki
Perempuan
Total
Faktor
pertimbangan
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Daya bersih
37
15,9
57
13,9
94
14,7
Keharuman
37
15,9
56
13,7
93
14,5
Halus di tangan
28
12,1
48
11,7
76
11,9
Irit
27
11,6
46
11,2
73
11,4
Warna tetap
32
13,8
56
13,7
88
13,7
cemerlang
Banyaknya busa
22
9,5
42
10,3
64
10,0
Tidak mudah
34
14,7
57
13,9
91
14,2
apek
Gengsi
7
3,0
11
2,7
18
2,8
Harga
6
2,6
35
8,6
41
6,4
Kemasan
1
0,4
1
0,2
2
0,3
Iklan
1
0,4
1
0,2
Total
232
100,0
409
100,0 641,0 100,0
4.6. Keterlibatan Konsumen
Tingkat keterlibatan konsumen dalam menggunakan suatu produk
dibedakan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Pengukuran keterlibatan
dengan model Inventaris Keterlibatan Pribadi Zaichkowsky menghasilkan
nilai skor rata-rata keterlibatan. Untuk mengetahui predikat nilai skor ratarata tersebut digunakan rentang skala penilaian. Skala yang digunakan adalah
37
skala semantic-differential dengan nilai terendah 1 dan tertinggi 7.
Keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk deterjen diukur
menggunakan tujuh butir dimensi, sehingga skor terendah yang mungkin
terjadi adalah 1 × 7 = 7 dan skor tertinggi adalah 7 × 7 = 49.
Rentang skala penilaian terhadap keterlibatan konsumen bisa dihitung seperti
di bawah ini:
RS =
49 − 7 42
=
= 21
2
2
Berdasarkan nilai rentang skala tersebut, skor rata-rata yang didapat dari hasil
perhitungan bisa dibagi menjadi dua kriteria, yaitu:
skor 7-28
:
skor 29-49 :
keterlibatan rendah
keterlibatan tinggi
Berdasarkan faktor pembeli, hasil penyebaran kuesioner mengenai
keterlibatan konsumen terhadap produk deterjen dapat dilihat pada Tabel 15.
Total skor rata-rata keterlibatan yang didapat dari konsumen laki-laki adalah
30,3 yang berarti bahwa keterlibatan konsumen laki-laki dalam menggunakan
produk deterjen tergolong tinggi. Begitu juga dengan konsumen perempuan,
total skor rata-rata keterlibatannya mencapai 32,7. Ini menunjukkan bahwa
konsumen perempuan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap produk
deterjen, sehingga tidak mengherankan bila skor rata-rata yang didapat dari
keseluruhan konsumen pun menunjukkan keterlibatan yang tinggi pula, yakni
sebesar 31,8.
Tabel 15. Skor rata-rata keterlibatan konsumen dalam menggunakan produk
deterjen
Skor rata-rata keterlibatan
Keterlibatan terhadap
produk deterjen
Laki-laki
Perempuan
Total
Penting
5,4
5,9
5,7
Kebutuhan mendasar
4,3
4,8
4,6
Serius
4,5
4,9
4,7
Menarik perhatian
3,9
4,5
4,3
Berarti bagi saya
4,3
4,7
4,6
Melambangkan
3,3
3,0
3,1
pribadi
Dikehendaki
4,6
4,9
4,8
Total
30,3
32,7
31,8
38
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsumen
menganggap deterjen sebagai produk yang penting, mendasar dan
membutuhkan pemikiran yang serius dalam memilih merek yang akan
digunakan. Deterjen merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa
dihindari dan berlangsung secara terus menerus. Hal itulah yang
menyebabkan konsumen memandang deterjen sebagai produk yang penting.
Deterjen juga cukup mampu menarik perhatian dan memberi arti pada
konsumen. Ini dapat terjadi karena berbagai promosi yang dilakukan oleh
para produsen deterjen. Deterjen dipromosikan secara menarik di berbagai
media, seperti televisi, radio dan media cetak lainnya. Tak sedikit pula
produsen yang menggunakan artis terkenal sebagai bintang iklannya,
sehingga tidak mengherankan bila deterjen dianggap menarik oleh para
konsumen. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa deterjen juga
berarti bagi konsumen. Ini berkaitan dengan nilai psikologis konsumen. Jika
konsumen yakin bahwa deterjen yang digunakannya memiliki kualitas yang
baik, konsumen akan merasa bahwa pakaian yang dicucinya bersih. Hal
tersebut akan mempengaruhi rasa percaya diri konsumen, sehingga konsumen
menganggap deterjen sebagai produk yang berarti bagi dirinya.
Produk deterjen tidak dipandang sebagai produk yang melambangkan
pribadi, hal ini ditunjukkan dari skor keterlibatan yang rendah terhadap
dimensi tersebut, yaitu 3,1. Keberadaan produk deterjen cukup dikehendaki
oleh konsumen. Ini dapat disebabkan oleh kebutuhan konsumen untuk
mencuci pakaian yang berlangsung secara terus menerus, sehingga mau tidak
mau konsumen menghendaki keberadaan deterjen untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut.
4.7. Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Merek Deterjen
Persepsi konsumen lebih penting daripada kualitas produk yang
sebenarnya, karena konsumen membuat keputusan berdasarkan persepsi,
bukan kualitas. Jika konsumen mempersepsikan suatu produk berkualitas
rendah, maka kualitas produk tersebut rendah, apapun realitasnya. Persepsi
yang dibentuk oleh konsumen akan memudahkan konsumen dalam
mengambil keputusan. Jika antara merek deterjen satu dengan yang lain
39
dipersepsikan secara berbeda, konsumen jadi lebih mudah memilih merek
deterjen yang paling cocok dengannya.
Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen akan digunakan
untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara merek deterjen satu dengan
yang lain. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen yang
digunakan dapat diketahui dari penilaian konsumen terhadap atribut-atribut
deterjen. Konsumen diberikan skala penilaian dengan angka 1 sampai 5 dari
kinerja atribut yang paling buruk sampai yang paling baik. Skor rata-rata
yang didapat menunjukkan posisi persepsi konsumen terhadap kualitas merek
deterjen. Interpretasi terhadap skor tersebut menggunakan rentang skala
penilaian yang dihitung sebagai berikut:
RS =
40 − 8 32
=
= 6,4
5
5
Berdasarkan rentang skala tersebut, interpretasi terhadap skor rata-rata yang
didapat adalah:
8,0 – 14,4 :
sangat buruk
14,4 – 20,8 :
buruk
20,8 – 27,2 :
cukup
27,2 – 33,6 :
baik
33,6 – 40
sangat baik
:
Hasil penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap merek
deterjen yang digunakan oleh masing-masing konsumen dapat dilihat pada
Tabel 16 untuk konsumen laki-laki dan Tabel 17 untuk konsumen perempuan.
Skor yang ditampilkan adalah skor total dari persepsi konsumen terhadap
kualitas merek deterjen. Merek deterjen yang dinilai dikelompokkan dalam 5
kelompok besar merek yang digunakan, yaitu kelompok pengguna Rinso,
Attack, So Klin, Daia dan merek deterjen lain. Pengguna merek deterjen Surf
dan Wow dimasukkan dalam kelompok pengguna merek deterjen lainnya
karena jumlah pengguna untuk masing-masing merek tersebut terlalu sedikit.
Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui total skor rata-rata persepsi
konsumen laki-laki terhadap merek masing-masing deterjen. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa merek deterjen yang memiliki skor rata-rata persepsi
40
kualitas tertinggi adalah Attack, dengan perolehan skor sebesar 29,6.
Kemudian secara berurutan diikuti oleh Rinso, Daia, So Klin dan merek
deterjen lainnya. Berdasarkan rentang skala, merek deterjen yang
dipersepsikan memiliki kualitas baik oleh konsumen laki-laki adalah Attack
dan Rinso, sedangkan So Klin, Daia dan merek lainnya dinilai cukup
berkualitas.
Tabel 16. Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas merek deterjen
Merek Deterjen
No
Merek
Rinso
Attack
So Klin
Daia
lainnya
1
30
29
24
25
21
2
28
29
26
3
26
30
4
25
20
5
27
33
6
24
33
7
27
29
8
24
27
9
27
30
10
39
30
11
29
24
12
31
28
13
25
23
14
32
15
33
16
32
17
32
18
28
19
27
20
32
21
40
Total
362
621
24
25
47
Rata-rata
27,8
29,6
24
25
23,5
Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 17. Merek deterjen yang mendapat skor
rata-rata kualitas paling tinggi adalah Attack dengan nilai rata-rata 31,0.
Urutan skor rata-rata persepsi kualitas yang diperoleh dari konsumen
perempuan adalah Attack, Rinso, So Klin, Daia dan merek deterjen lain.
41
Merek deterjen yang dinilai oleh konsumen perempuan memiliki kualitas baik
adalah Rinso, Attack dan So Klin, sedangkan untuk Daia dan merek deterjen
lain, termasuk Surf dan Wow, dipersepsikan cukup berkualitas.
Tabel 17. Persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen
Merek Deterjen
No
Merek
Rinso
Attack
So Klin
Daia
lainnya
1
32
34
28
29
26
2
28
31
21
26
23
3
33
31
29
26
29
4
29
29
28
28
22
5
29
31
25
27
26
6
29
31
28
28
7
18
31
40
25
8
32
28
32
26
9
27
30
27
10
30
24
25
11
32
29
26
12
31
31
27
13
31
26
14
33
15
31
16
32
17
29
18
34
19
30
20
38
21
32
22
33
23
30
24
30
Total
350
743
231
346
126
Rata31,0
28,9
26,6
25,2
29,2
rata
Secara keseluruhan, merek deterjen yang memperoleh skor persepsi
kualitas paling tinggi adalah Attack, baik pada konsumen laki-laki dan
perempuan. Oleh karena itu, persepsi konsumen terhadap kualitas Attack
dibahas berdasarkan atributnya. Skala penilaian yang dapat digunakan adalah:
42
RS =
5 −1 4
= = 0,8
5
5
Berdasarkan rentang skala tersebut, interpretasi terhadap skor rata-rata yang
didapat adalah:
1
– 1,8 :
sangat buruk
1,81 – 2,6 :
buruk
2,61 – 3,4 :
cukup
3,41 – 4,2 :
baik
4,21 – 5,0 :
sangat baik
Atribut yang memperoleh skor persepsi kualitas paling tinggi adalah
atribut daya bersih (Tabel 18). Menurut konsumen laki-laki dan perempuan
daya bersih Attack adalah baik. Konsumen laki-laki mempersepsikan
kedelapan atribut Attack memiliki kualitas yang baik, kecuali atribut gengsi
yang dipersepsikan cukup baik. Pada konsumen perempuan, kualitas seluruh
atribut Attack dipersepsikan baik.
Tabel 18. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen Attack
Skor rata-rata persepsi kualitas
Atribut
Laki-laki
Perempuan
Daya bersih
4,0
4,2
Keharuman
4,0
4,2
Halus di tangan
3,5
3,5
Irit
3,6
3,9
Warna tetap cemerlang
3,6
3,5
Banyaknya busa
3,7
3,4
Tidak mudah apek
3,9
4,0
Gengsi
3,4
3,8
Total
29,6
31,0
4.8. Perbedaan Antar Merek Deterjen
Analisis variance digunakan untuk mengetahui signifikan atau
tidaknya perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lainnya. Data
pada Tabel 16 dan Tabel 17 diolah dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran
9, 10 dan 11.
43
Tabel 19. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki
Sumber
SS
df
MS
F
Sig.
variasi
Antar
111,744
4
27,936
1,654
,184
perlakuan
Dalam
perlakuan
557,335
33
16,889
(error)
Total
669,079
37
Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat diketahui nilai Fhitung yang
diperoleh adalah sebesar 1,654. Angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan Ftabel (4,33) yang nilainya 3,30. Perbedaan antara merek deterjen satu
dengan yang lain menjadi tidak signifikan. Nilai probabilitasnya yang lebih
besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,184 juga menunjukkan bahwa perbedaan antar
merek deterjen tidak sgnifikan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat dua
kelompok merek deterjen yang hanya memiliki satu anggota atau pengguna,
yaitu So Klin dan Daia. Pada Tabel Test of Homogeneity of Variances
(Lampiran 9) disebutkan bahwa kelompok yang hanya memiliki satu anggota
tidak diperhitungkan dalam pengujian tersebut karena keragamannya tidak
ada. Oleh karena itu, perlu diadakan pengelompokan baru khusus bagi
konsumen laki-laki agar semua data yang diperoleh diperhitungkan dalam
pengujian. Persepsi konsumen laki-laki dibedakan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu kelompok pengguna Rinso, Attack dan merek deterjen lain (So
Klin, Daia dan Surf). Pengelompokan baru tersebut bisa dilihat pada Tabel
20. Pengelompokan ini hanya berlaku untuk penghitungan analisis variance.
44
Tabel 20. Persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas deterjen dengan
pengelompokan baru
Merek deterjen
No
Rinso
Attack
Merek lainnya
1
30
29
24
2
28
29
25
3
26
30
21
4
25
20
26
5
27
33
6
24
33
7
27
29
8
24
27
9
27
30
10
39
30
11
29
24
12
31
28
13
25
23
14
32
15
33
16
32
17
32
18
28
19
27
20
32
21
40
Total
362,0
621,0
96
Rata27,8
29,6
24
rata
Berdasarkan pengelompokan baru terhadap data persepsi konsumen
laki-laki terhadap kualitas merek deterjen, hasil analisis variance dapat dilihat
pada Tabel 21. Pengelompokan baru pada data yang diperoleh dari konsumen
laki-laki menyebabkan terjadinya perubahan terhadap hasil pengolahan data.
Nilai Fhitung yang diperoleh adalah 3,452. Nilai tersebut lebih besar daripada
nilai Ftabel(2,35), yaitu 3,28, sehingga dapat diambil keputusan bahwa Ho
ditolak, atau dengan kata lain menurut konsumen laki-laki terdapat perbedaan
yang signifikan antara merek deterjen satu dengan yang lain.
45
Tabel 21. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen laki-laki
dengan pengelompokan baru
Sumber variasi
SS
df
MS
F
Sig.
Antar
110,244
2
55,122
3,452
,043
perlakuan
Dalam
perlakuan
558,835
35
15,967
(error)
Total
669,079
37
Hasil pengolahan data konsumen perempuan ditampilkan pada Tabel
22. Nilai Fhitung yang didapat adalah 5,807 atau lebih besar daripada Ftabel
(4,57), yaitu sebesar 2,54. Karena nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak.
Artinya persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas merek deterjen tidak
sama, atau dengan kata lain perbedaan antara merek deterjen satu dengan
yang lain adalah signifikan. Nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05, yakni
senilai 0,001 menunjukkan bahwa perbedaan antar merek deterjen yang
dilihat dari persepsi kualitas tersebut adalah signifikan.
Tabel 22. Perbedaan antar merek deterjen menurut konsumen perempuan
Sumber
SS
df
MS
F
Sig.
variasi
Antar
238,559
4
59,640
5,807
,001
perlakuan
Dalam
perlakuan
585,377
57
10,270
(error)
Total
823,935
61
4.9. Tipe Perilaku Pembelian Terhadap Produk Deterjen
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh terhadap keterlibatan
konsumen dalam menggunakan deterjen dan perbedaan antara merek deterjen
satu dengan lainnya, dapat diidentifikasi tipe perilaku pembelian terhadap
produk deterjen. Tabel 23 menunjukkan bahwa tipe perilaku pembelian
terhadap produk deterjen, baik konsumen laki-laki maupun perempuan,
adalah tipe perilaku pembelian rumit. Tipe perilaku pembelian ini ditandai
dengan keterlibatan konsumen yang tinggi terhadap produk dan perbedaan
antar merek yang signifikan. Keterlibatan konsumen yang tinggi dalam
melakukan pemilihan merek deterjen dapat terjadi karena konsumen
46
memandang produk deterjen sebagai produk yang penting dan mendasar.
Konsumen dengan keterlibatan tinggi cenderung melakukan perbandingan
antara merek satu dengan yang lain. Sebagian besar konsumen memang
melakukan perbandingan antar merek deterjen. Ini terjadi karena konsumen
melihat adanya perbedaan yang signifikan antara merek deterjen satu dengan
yang lain, sehingga konsumen akan berusaha mencari informasi agar
keputusan pembelian yang dibuatnya tepat.
Tabel 23. Tipe perilaku pembelian terhadap produk deterjen
Jenis kelamin
Tingkat
Perbedaan antar
Tipe perilaku
konsumen
keterlibatan
merek deterjen
pembelian
Perilaku pembelian
Laki-laki
Tinggi
Signifikan
rumit
Perilaku pembelian
Perempuan
Tinggi
Signifikan
rumit
4.10. Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Kualitas Deterjen
dengan Keterlibatan Konsumen Terhadap Merek Deterjen
Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen tentu saja
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Konsumen yang
menganggap suatu produk atau merek berkualitas, memiliki kecenderungan
untuk memilih produk tersebut. Tidak jarang pula mereka memiliki
keterlibatan yang tinggi terhadap merek. Keterlibatan ini ditunjukkan dengan
kecocokan konsumen terhadap merek, tidak adanya keinginan untuk berganti
merek dan konsistensi terhadap merek.
Hubungan antara persepsi kualitas dengan keterlibatan konsumen
terhadap merek deterjen diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank-
Order Spearman. Hasil pengolahan data baik konsumen laki-laki maupun
perempuan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13.
47
Tabel 24. Hubungan antara persepsi konsumen laki-laki terhadap kualitas
deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen
Tidak ingin
Konsisten
Tingkat
Atribut
berganti
dalam
kecocokan
merek
pembelian
Daya bersih
0,230
0,042
0,323*
Keharuman
0,268
0,248
0,399*
Halus di tangan
0,276
0,270
0,234
*
*
Irit dalam pemakaian
0,335
0,344
0,339*
Menjaga warna tetap
0,176
0,081
0,282
cemerlang
Banyaknya busa
0,283
0,066
0,283
Tidak mudah apek
0,144
0,362*
0,391*
Gengsi
0,124
0,088
0,048
*
hubungan nyata pada sig .05 (2-tailed)
hubungan sangat nyata pada sig .01(2-tailed)
**
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa terdapat tujuh hubungan yang
nyata antara persepsi kualitas dengan keterlibatan konsumen laki-laki
terhadap merek deterjen. Pertama, antara atribut daya bersih dan keharuman
dengan tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen. Semakin baik
daya bersih suatu merek deterjen, konsumen akan semakin cocok dengan
merek deterjen tersebut. Begitu juga dengan atribut keharuman, semakin baik
kinerjanya akan semakin tinggi pula tingkat kecocokan konsumen.
Hubungan nyata juga terjadi antara atribut irit dengan ketidakinginan
konsumen untuk berpindah merek. Artinya, jika konsumen beranggapan
bahwa merek deterjen yang digunakannya irit dalam pemakaian, ia cenderung
tidak punya keinginan untuk berpindah merek. Selain berhubungan nyata
dengan ketidakinginan konsumen untuk berpindah merek, atribut irit juga
berhubungan nyata dengan konsistensi konsumen dalam membeli. Jika merek
deterjen yang dipakai tidak tersedia di toko, konsumen tidak akan membeli
merek deterjen yang lain. Konsumen cenderung mencari merek deterjen
tersebut di tempat lain. Ini memperlihatkan tingginya keterlibatan konsumen
terhadap merek. Selain itu, atribut irit juga memiliki hubungan nyata dengan
tingkat kecocokan konsumen terhadap merek deterjen. Semakin irit suatu
merek deterjen menunjukkan bahwa konsumennya merasa semakin cocok
dengan merek deterjen tersebut. Melihat tingkat keeratan hubungan yang
48
tersebut, sebaiknya produsen memperhatikan atribut irit dalam memproduksi
dan mempromosikan merek deterjennya.
Hubungan nyata lainnya ditunjukkan antara atribut tidak mudah apek
dengan konsistensi pembelian dan tingkat kecocokan konsumen. Artinya,
apabila merek deterjen tertentu memiliki daya tahan keharuman yang baik
atau tidak mudah apek, konsumen cenderung konsisten untuk membeli merek
tersebut. Konsumen akan mencari merek deterjen tersebut di tempat lain jika
tidak tersedia di toko yang dikunjunginya. Ini terjadi karena tingkat
kecocokan konsumen terhadap merek deterjen tersebut juga tinggi. Sebaiknya
produsen deterjen memperhatikan atribut tersebut untuk mendapatkan
konsumen yang setia terhadap merek.
Atribut yang tidak berhubungan secara nyata adalah atribut menjaga
warna tetap cemerlang, banyaknya busa, gengsi dan halus di tangan. Ini
berarti
bahwa
konsumen
laki-laki
tidak
terlalu
mempertimbangkan
kemampuan deterjen menjaga warna dan banyaknya busa dalam memilih
merek deterjen. Konsumen laki-laki tidak memandang penting suatu merek
deterjen yang dibelinya bergengsi atau tidak. Konsumen laki-laki juga tidak
terlalu memperhatikan atribut halus di tangan. Ini dapat disebabkan
konsumen laki-laki tidak terlalu mementingkan penampilan dibandingkan
konsumen perempuan, termasuk tangan yang kasar dan pecah-pecah karena
menggunakan deterjen tertentu.
Hubungan antara persepsi konsumen perempuan dengan keterlibatan
konsumen terhadap merek deterjen dapat dilihat pada Tabel 25. Atribut daya
bersih
berhubungan
sangat
nyata
dengan
tingkat
kecocokan
dan
ketidakinginan konsumen untuk berganti merek. Semakin baik daya bersih
deterjen, semakin tinggi pula tingkat kecocokan konsumen terhadap merek
tersebut, sehingga konsumen pun tidak mempunyai keinginan untuk
menggunakan merek lain. Meskipun demikian, atribut daya bersih tidak
terlalu berpengaruh pada konsistensi konsumen dalam pembelian merek
deterjen. Artinya, jika konsumen tidak bisa mendapatkan merek deterjen yang
dibutuhkan, konsumen akan tetap membeli deterjen dengan merek lain. Ini
49
dapat terjadi karena konsumen tidak memiliki banyak waktu atau enggan
untuk mencari merek deterjen yang digunakannya.
Tabel 25. Hubungan antara persepsi konsumen perempuan terhadap kualitas
deterjen dengan keterlibatan terhadap merek deterjen
Tidak ingin
Konsisten
Tingkat
Atribut
berganti
dalam
kecocokan
merek
pembelian
Daya bersih
0,348**
0,217
0,418**
Keharuman
0,222
-0,021
0,236
Halus di tangan
0,211
0,373**
0,284*
Irit dalam pemakaian
0,287*
0,321*
0,323*
Menjaga warna tetap
0,307*
0,141
0,256*
cemerlang
Banyaknya busa
0,141
-0,010
0,069
Tidak mudah apek
0,234
0,154
0,173
Gengsi
0,012
0,022
0,194
*
hubungan nyata pada sig 0,05
hubungan sangat nyata pada sig 0,01
**
Tidak seperti atribut daya bersih yang memiliki dua hubungan sangat
nyata dengan keterlibatan konsumen terhadap merek, atribut keharuman tidak
memiliki hubungan yang nyata dengan keterlibatan merek. Ini menunjukkan
bahwa konsumen perempuan tidak menganggap faktor keharuman sebagai
faktor yang harus dipenuhi. Deterjen yang harum belum tentu membuat
konsumennya memiliki keterlibatan merek yang tinggi, sehingga harum dan
tidaknya suatu deterjen tidak terlalu berpengaruh pada keterlibatan konsumen
perempuan terhadap merek tertentu. Hal tersebut juga dapat disebabkan
banyaknya produk pewangi pakaian yang beredar di pasar. Jika deterjen yang
digunakan tidak wangi, mereka bisa menggunakan pewangi pakaian untuk
mengatasinya.
Hubungan sangat nyata juga ditunjukkan antara atribut halus di tangan
dengan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen. Ini dapat disebabkan
konsumen perempuan mempunyai perhatian yang lebih tinggi terhadap
penampilan
dibandingkan
laki-laki,
sehingga
konsumen
perempuan
cenderung menyukai deterjen yang tidak membuat tangan menjadi kasar,
panas atau pecah-pecah. Atribut halus di tangan juga berhubungan nyata
dengan tingkat kecocokan konsumen perempuan terhadap merek deterjen
tertentu.
50
Atribut irit juga berhubungan secara nyata dengan ketidakinginan
berpindah merek, konsistensi konsumen dalam pembelian dan tingkat
kecocokan konsumen terhadap merek. Ini berarti semakin irit suatu merek
deterjen, konsumen tidak akan berniat untuk berpindah merek. Deterjen yang
irit akan membuat konsumen setia terhadap merek dan mencarinya di tempat
lain ketika deterjen yang dicarinya tersebut tidak ada. Konsumen juga
memiliki tingkat kecocokan yang tinggi terhadap deterjen yang irit dalam
pemakaian.
Hubungan nyata juga terjadi pada atribut menjaga warna tetap
cemerlang dengan konsistensi pembelian dan tingkat kecocokan konsumen
terhadap merek deterjen tertentu. Deterjen yang bisa menjaga warna pakaian
tetap cemerlang akan membuat konsumen merasa cocok dengannya dan
konsisten dalam pembelian, sehingga konsumen tidak akan membeli merek
deterjen lain ketika merek yang dicarinya tidak ada.
Atribut lain yang tidak memiliki hubungan nyata dengan keterlibatan
merek adalah atribut banyaknya busa, tidak mudah apek dan gengsi.
Konsumen perempuan belum tentu memiliki keterlibatan yang tinggi
terhadap merek deterjen yang memiliki busa banyak, tidak mudah apek dan
bergengsi.
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan faktor pembeli, tingkat keterlibatan konsumen terhadap
produk deterjen adalah tinggi, baik konsumen laki-laki maupun
perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh skor rata-rata keterlibatan yang
diperoleh untuk masing-masing konsumen laki-laki dan perempuan, yaitu
sebesar 30,3 dan 32,7. Artinya, konsumen memandang deterjen sebagai
suatu produk yang penting, mendasar dan membutuhkan pemikiran serius.
Deterjen adalah produk yang berarti dan cukup menarik perhatian
konsumen.
Meskipun
deterjen
tidak
melambangkan
pribadi,
keberadaannya dikehendaki oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhan
konsumen akan pakaian yang bersih.
2. Perbedaan antar merek deterjen diketahui dari persepsi konsumen terhadap
kualitas merek deterjen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
konsumen laki-laki dan perempuan memberikan penilaian terhadap Attack
dan Rinso sebagai deterjen yang berkualitas baik. So Klin, Daia dan merek
lainnya dinilai cukup berkualitas oleh responden laki-laki, sedangkan
responden perempuan menilai So Klin memiliki kualitas yang baik dan
menilai merek lainnya cukup berkualitas.
Perbedaan antara merek deterjen satu dengan yang lain adalah signifikan,
baik menurut konsumen laki-laki maupun konsumen perempuan. Artinya,
konsumen menyadari bahwa antara merek deterjen satu dengan lainnya
terdapat perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut bisa berasal dari
varian, atribut maupun kegiatan promosi.
3. Berdasarkan keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek deterjen,
dapat diketahui tipe perilaku pembelian konsumen terhadap produk
deterjen. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki keterlibatan tinggi
terhadap produk dan memandang perbedaan antar merek deterjen adalah
signifikan, sehingga tipe perilaku pembelian terhadap deterjen adalah tipe
perilaku pembelian rumit. Konsumen pada tipe perilaku pembelian rumit
52
cenderung mencari informasi agar keputusan yang diambilnya tidak salah.
Konsumen berusaha menemukan merek yang terbaik untuk digunakan.
4. Persepsi konsumen terhadap kualitas merek deterjen memiliki hubungan
yang nyata terhadap keterlibatan merek. Pada konsumen laki-laki,
hubungan yang nyata ditunjukkan antara atribut daya bersih, keharuman,
irit dalam pemakaian dan tidak mudah apek dengan tingkat kecocokan
konsumen. Hubungan nyata juga terjadi antara atribut irit dan tidak mudah
apek dengan konsistensi pembelian terhadap merek deterjen. Atribut irit
juga berhubungan nyata dengan ketidakinginan konsumen berganti merek
dan konsistensi konsumen dalam membeli deterjen. Sedangkan pada
konsumen perempuan, atribut daya bersih berhubungan sangat nyata
dengan ketidakinginan konsumen berganti merek dan tingkat kecocokan.
Hubungan sangat nyata juga terjadi antara atribut halus di tangan dengan
konsistensi pembelian. Atribut yang memiliki hubungan nyata dengan
tingkat kecocokan terhadap merek deterjen adalah atribut halus di tangan,
irit dan menjaga warna tetap cemerlang. Atribut irit dan menjaga warna
tetap cemerlang juga berhubungan nyata dengan konsistensi konsumen
perempuan dalam membeli deterjen.
2. Saran
1. Berdasarkan faktor pembeli, keterlibatan konsumen terhadap deterjen
terbukti tinggi. Konsumen akan melakukan evaluasi terlebih dahulu
sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, sebaiknya produsen
memberikan informasi yang jelas kepada konsumen mengenai kelebihan
produknya, sehingga konsumen akan merasa tertarik untuk membeli
produknya.
2. Atribut irit berhubungan nyata dengan keterlibatan konsumen laki-laki dan
perempuan terhadap merek deterjen. Produsen sebaiknya menekankan hal
tersebut dalam memproduksi dan memasarkan deterjen, karena konsumen
akan tidak ingin berganti merek, konsisten dalam membeli dan memiliki
tingkat kecocokan yang tinggi jika merek deterjen tersebut irit. Irit yang
dimaksud adalah irit dalam pemakaian.
53
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterlibatan konsumen
terhadap produk-produk lain dengan mempertimbangkan seluruh faktor
yang mempengaruhi tingkat keterlibatan konsumen, yaitu: faktor pembeli,
objek dan situasi. Objek penelitian sebaiknya disesuaikan dengan segmen
sasaran dan ruang lingkupnya diperluas.
54
DAFTAR PUSTAKA
Aida, N. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian
Minuman Suplemen Berserat (Studi Kasus di Perumahan Griya Katulampa
Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonim. 2006. Prospek Usaha. http://www.uic.co.id/2006/indonesia/h
r_prospek_usaha.asp [16 Februari 2006]
. 2005. Menara Ulang Tahun Rinso. http://www.sinarharapan. co.id/
[16 Februari 2006]
Ant. 2005. Unilever Pertahankan Posisinya Sebagai Pemimpin Pasar Deterjen.
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=630 48 [16 Februari 2006]
Budiarti, E. 2004. Analisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor Terhadap Produk
Deterjen. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Boyd, et al. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan
Orientasi Global Jilid 1. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Departemen Manajemen FEM IPB. 2005. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Edisi
Revisi. Departemen Manajemen FEM IPB, Bogor.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka, Jakarta.
Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen Industri
dan Perdagangan RI. 2001. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang
Merek.http://idkm.dprin.go.id/index.php?op=multiweb&id=haki&box=1&
show=5 [ 25 September 2005]
Engel, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi Keenam. Binarupa Aksara,
Jakarta.
Hidayat, T dan Suhariyanto. 2005. Bu Krim, Serangan Balik Indofood?. Majalah
Swa online. http://www.swa.co.id/swamajalah/praktik/details. php?cid=1
&id=1761&pageNum=4 [10 Juni 2006]
http://columbia.thefreedictionary.com/detergent [10 Juni 2006]
Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. PT
Prenhallindo, Jakarta.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peter, J.P. dan J.C Olson. 1999. Consumer Behaviour: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
55
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Santoso, I. 2004. Analisis Keputusan Pembelian Susu Pasteurisasi Oleh
Mahasiswa IPB (Kasus Pada Mahasiswa IPB Dramaga, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Schiffman, L.G. and L. L. Kanuk. 2000. Consumer Behaviour. 7th Edition.
Prentice Hall, New Jersey.
Simamora, B. 2002. Panduan Riset dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Solomon, M. R. 1992. Consumer Behaviour. Allyn & Bacon Inc, Boston.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor.
56
57
Lampiran 1. Hasil uji Cochran untuk menentukan atribut deterjen
Uji Cochran I
Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
cj
cj2
Qhit =
[
a1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
100
a2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
100
a3
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
a4
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
a5
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
8
64
a6
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
a7
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
8
64
a8
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
a9
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
6
36
a10
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
8
64
a11
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
Ri
9
5
10
7
7
9
9
9
6
8
79
673
Ri2
81
25
100
49
49
81
81
81
36
64
647
]
10 (11x673) − 79 2 11620
=
= 52,8
(11x79) − 647
222
Qtabel(0,05, 10) = 18,307 < Qhit , sehingga Ho ditolak
Selanjutnya, dilakukan uji Cochran II dengan membuang atribut yang proporsinya
paling kecil. Ada dua atribut yang memiliki proporsi paling kecil, yaitu atribut
kehalusan partikel dan kemasan.
58
Lampiran 2. Hasil uji Cochran II untuk menentukan atribut deterjen
Uji Cochran II
Responden a1
a2
a3 a5 a6 a7 a8 a9 a10 Ri
Ri2
R1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
8
64
R2
1
1
0
1
0
1
0
0
1
5
25
R3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
R4
1
1
1
0
1
1
1
0
1
7
49
R5
1
1
1
1
1
0
1
0
1
7
49
R6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
R7
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
R8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
81
R9
1
1
1
0
1
0
1
0
1
6
36
R10
1
1
1
1
1
1
1
1
0
8
64
cj
10
10
9
8
9
8
9
6
8
77 611
2
cj
100 100 81 64 81 64 81 36
64 671
Qhitung =
[
]
8 (9 x671) − 77 2
880
=
= 10,73
(9 x77) − 611
82
Qtabel (0,05, 8) = 16,507 > Qhitung, sehingga Ho diterima.
Keterangan:
a1 = daya bersih
a2 = keharuman
a3 = halus di tangan
a4 = kehalusan partikel
a5 = irit dalam pemakaian
a6 = menjaga warna tetap cemerlang
a7 = banyaknya busa
a8 = daya tahan keharuman
a9 = harga
a10 = gengsi
a11 = kemasan
59
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Ajeng Ryagita R S E Y. H24102051. Saya adalah mahasiswa Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Saya sedang mengadakan
penelitian yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk
Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB
Dramaga, Bogor). Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi
kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan
penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Terima kasih.
Usia
:
Angkatan
:
Dep/Fak
:
1. Jenis kelamin Anda:
a. Pria
b. Wanita
No kuesioner :
2. Jumlah pengeluaran Anda tiap bulan:
a. < Rp. 200.000,00
b. Rp. 200.000,00 - Rp. 299.999,00
c. Rp. 300.000,00 - Rp. 399.999,00
d. Rp. 400.000,00 - Rp. 499.999,00
e. > Rp. 500.000,00
3. Apakah Anda mencuci pakaian Anda sendiri?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah Anda melakukan keputusan pembelian deterjen selama tiga bulan
terakhir?
b. Tidak (Terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan
a. Ya
pengisian kuesioner ini)
Berdasarkan pernyataan di bawah ini, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan
Anda.
5. Anda merencanakan terlebih dahulu merek deterjen yang akan Anda beli.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
6. Anda meminta pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
7. Anda melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
60
Lanjutan Lampiran 3.
8. Apakah Anda mempertimbangkan hal-hal di bawah ini dalam memilih produk
deterjen? (beri tanda silang pada kotak sesuai pilihan Anda)
Atribut
Ya
Tidak
Daya bersih
Keharuman
Halus di tangan
Irit dalam pemakaian
Menjaga warna tetap cemerlang
Banyaknya busa
Daya tahan keharuman (tidak mudah
apek)
Harga
Gengsi
Lainnya: ......
9. Beri skor dengan memberikan tanda silang (X) antara angka 1 sampai 7 untuk
menunjukkan keterlibatan Anda terhadap produk deterjen.
Angka 1 menunjukkan keterlibatan Anda paling rendah terhadap deterjen.
Angka 7 menunjukkan keterlibatan paling tinggi terhadap deterjen.
Penting
Kebutuhan
mendasar
Serius
Tidak menarik
Perhatian*
Tidak berarti bagi
saya*
Melambangkan
pribadi
Tidak
dikehendaki*
Bagi Anda, deterjen itu:
7 6 5 4 3 2 1
7
6
5
4
3
2
1
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
Tidak penting
Bukan kebutuhan
mendasar
Sepele
Menarik perhatian
saya
Sangat berarti bagi
saya
Tidak
melambangkan
pribadi
Dikehendaki
* menunjukkan butir diberi skor kebalikan
10. Merek deterjen yang Anda gunakan saat ini: ........................
11. Apa Anda berniat untuk berganti merek dalam waktu dekat?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika merek deterjen yang Anda gunakan tidak ada di toko, Anda:
a. akan tetap membeli deterjen dengan merek lain
b. akan mencari merek deterjen yang biasa saya pakai di tempat lain
61
Lanjutan Lampiran 3
13. Terhadap deterjen yang Anda gunakan sekarang, Anda merasa...
a. sangat cocok
b. cocok
c. biasa saja
d. kurang cocok
e. sangat tidak cocok
14. Beri penilaian pada deterjen yang Anda gunakan sekarang dengan
membubuhkan tanda silang (X) di kotak yang paling sesuai:
Atribut
Daya bersih
Keharuman
Halus di tangan
Irit dalam
pemakaian
Menjaga warna
tetap cemerlang
Banyaknya busa
Daya tahan
keharuman (tidak
mudah apek)
Harga
Gengsi
1
Sangat
kurang
Sangat
kurang
Sangat
buruk
Sangat
boros
Sangat
kurang
Sangat
kurang
Sangat
kurang
Sangat
mahal
Sangat
kurang
2
3
4
5
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Buruk
Cukup
Baik
Sangat baik
Boros
Cukup
Irit
Sangat irit
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Kurang
Cukup
Banyak
Sangat
banyak
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Mahal
Sedang
Kurang
Cukup
Sangat
murah
Sangat
Bergengsi
bergengsi
Murah
62
Lampiran 4. Uji validitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan
responden
r1
r2
r3
r4
r5
r6
r7
r8
r9
r10
r11
r12
r13
r14
r15
r16
r17
r18
r19
r20
r21
r22
r23
r24
r25
r26
r27
r28
r29
r30
p1
6
6
7
7
6
7
7
4
7
7
5
5
7
7
4
5
5
6
7
5
3
6
7
3
3
7
6
6
5
7
p2
5
3
5
7
5
5
5
3
7
7
5
4
5
7
6
4
7
6
7
5
4
5
7
5
4
6
6
5
5
7
p3
5
4
5
5
4
4
6
4
6
7
4
5
5
7
6
4
7
6
7
5
4
4
6
4
6
6
4
5
4
7
p4
3
2
6
5
4
1
5
4
4
7
5
2
3
7
5
4
6
5
5
3
4
4
6
3
3
6
5
4
4
7
p5
4
2
6
7
4
1
4
4
6
7
4
1
6
7
4
5
7
7
7
5
4
4
7
4
2
6
5
4
4
7
p6
3
1
2
5
1
1
5
1
4
1
4
3
3
7
2
2
2
1
3
5
4
3
7
2
2
1
3
4
2
7
p7
4
6
5
6
4
5
5
5
6
7
4
5
4
7
5
4
7
6
7
5
6
4
7
5
5
6
5
4
2
7
total
30
24
36
42
28
24
37
25
40
43
31
25
33
49
32
28
41
37
43
33
29
30
47
26
25
38
34
32
26
49
atribut1
atribut2
atribut3
atribut4
atribut5
atribut6
atribut7
0.612542
0.878727
0.79313
0.8293
0.867793
0.612139
0.708795
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
63
Lampiran 5. Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas
responden
r1
r2
r3
r4
r5
r6
r7
r8
r9
r10
r11
r12
r13
r14
r15
r16
r17
r18
r19
r20
r21
r22
r23
r24
r25
r26
r27
r28
r29
r30
a1
4
5
5
4
4
3
4
5
4
5
4
4
5
5
4
5
3
4
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
5
5
a2
5
4
5
5
4
2
4
5
4
5
4
3
4
5
3
3
1
4
3
4
4
3
5
3
3
4
4
4
5
5
a3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
5
4
5
4
5
3
3
2
3
3
4
4
3
5
4
4
3
4
4
5
5
a4
3
4
4
4
5
3
4
3
4
3
5
4
3
5
4
4
3
4
3
4
5
3
5
3
2
3
2
3
4
5
a5
4
4
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
5
3
5
3
3
4
3
3
5
5
a6
3
3
2
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
5
4
4
2
3
3
4
5
4
5
3
3
4
2
2
5
3
a7
4
4
5
5
4
3
4
4
4
5
4
3
5
5
3
4
2
4
3
4
5
3
5
4
4
3
4
3
5
5
a8
3
3
1
2
3
4
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
2
3
a9
4
4
1
3
4
2
4
3
3
4
4
3
4
5
4
3
3
3
3
3
5
4
5
4
3
3
3
3
4
4
TOTAL
34
35
32
35
35
26
33
33
31
37
35
33
35
42
31
32
23
33
28
34
41
29
43
32
30
31
30
30
40
40
ATRIBUT 1
ATRIBUT 2
ATRIBUT 3
ATRIBUT 4
ATRIBUT 5
ATRIBUT 6
ATRIBUT 7
ATRIBUT 8
ATRIBUT 9
0.760141
0.759687
0.782227
0.677952
0.728615
0.649427
0.825659
-0.29386
0.669448
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
TDK VALID
VALID
64
Lampiran 6. Kuesioner penelitian setelah direvisi
Ajeng Ryagita R S E Y. H24102051. Saya adalah mahasiswa Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Saya sedang mengadakan
penelitian yang berjudul Analisis Keterlibatan Konsumen Terhadap Produk
Deterjen Berdasarkan Faktor Pembeli (Studi kasus pada mahasiswa S1 IPB
Dramaga, Bogor). Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi
kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan
penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Terima kasih.
Usia
:
Angkatan
:
Dep/Fak
:
1. Jenis kelamin Anda:
a. Pria
b. Wanita
No kuesioner :
2. Jumlah pengeluaran Anda tiap bulan:
a. < Rp. 200.000,00
b. Rp. 200.000,00 - Rp. 299.999,00
c. Rp. 300.000,00 - Rp. 399.999,00
d. Rp. 400.000,00 - Rp. 499.999,00
e. > Rp. 500.000,00
3. Apakah Anda mencuci pakaian Anda sendiri?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah Anda melakukan keputusan pembelian deterjen selama tiga bulan
terakhir?
b. Tidak (Terima kasih, Anda tidak perlu melanjutkan
a. Ya
pengisian kuesioner ini)
Berdasarkan pernyataan di bawah ini, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan
Anda.
5. Anda merencanakan terlebih dahulu merek deterjen yang akan Anda beli.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
6. Anda meminta pertimbangan orang lain dalam memilih merek deterjen.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
7. Anda melakukan perbandingan antara merek deterjen satu dengan yang lain.
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
65
e. tidak pernah
Lanjutan Lampiran 6.
8. Apakah Anda mempertimbangkan hal-hal di bawah ini dalam memilih produk
deterjen? (beri tanda silang pada kotak sesuai pilihan Anda)
Atribut
Ya
Tidak
Daya bersih
Keharuman
Halus di tangan
Irit dalam pemakaian
Menjaga warna tetap cemerlang
Banyaknya busa
Daya tahan keharuman (tidak mudah
apek)
Harga
Gengsi
Lainnya: ......
9. Beri skor dengan memberikan tanda silang (X) antara angka 1 sampai 7 untuk
menunjukkan keterlibatan Anda terhadap produk deterjen.
Angka 1 menunjukkan keterlibatan Anda paling rendah terhadap deterjen.
Angka 7 menunjukkan keterlibatan paling tinggi terhadap deterjen.
Penting
Kebutuhan
mendasar
Serius
Tidak menarik
Perhatian*
Tidak berarti bagi
saya*
Melambangkan
pribadi
Tidak
dikehendaki*
7
Bagi Anda, deterjen itu:
6 5 4 3 2 1
7
6
5
4
3
2
1
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
Tidak penting
Bukan kebutuhan
mendasar
Sepele
Menarik perhatian
saya
Sangat berarti bagi
saya
Tidak
melambangkan
pribadi
Dikehendaki
* menunjukkan butir diberi skor kebalikan
10. Merek deterjen yang Anda gunakan saat ini: ........................
11. Apa Anda berniat untuk berganti merek dalam waktu dekat?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika merek deterjen yang Anda gunakan tidak ada di toko, Anda:
a. akan tetap membeli deterjen dengan merek lain
b. akan mencari merek deterjen yang biasa saya pakai di tempat lain
66
Lanjutan Lampiran 6.
13. Terhadap deterjen yang Anda gunakan sekarang, Anda merasa...
a. sangat cocok
b. cocok
c. biasa saja
d. kurang cocok
e. sangat tidak cocok
14. Beri penilaian pada deterjen yang Anda gunakan sekarang dengan
membubuhkan tanda silang (X) di kotak yang paling sesuai:
Atribut
Daya bersih
Keharuman
Halus di tangan
Irit dalam
pemakaian
Menjaga warna
tetap cemerlang
Banyaknya busa
1
Sangat
kurang
Sangat
kurang
Sangat
buruk
Sangat
boros
Sangat
kurang
Sangat
kurang
2
3
4
5
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Buruk
Cukup
Baik
Sangat baik
Boros
Cukup
Irit
Sangat irit
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Kurang
Cukup
Banyak
Sangat
banyak
Daya tahan
keharuman (tidak
mudah apek)
Sangat
kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat baik
Gengsi
Sangat
kurang
Kurang
Cukup
Bergengsi
Sangat
bergengsi
67
Lampiran 7. Uji validitas kuesioner terhadap atribut persepsi kualitas setelah revisi
responden
r1
r2
r3
r4
r5
r6
r7
r8
r9
r10
r11
r12
r13
r14
r15
r16
r17
r18
r19
r20
r21
r22
r23
r24
r25
r26
r27
r28
r29
r30
ATRIBUT 1
ATRIBUT 2
ATRIBUT 3
ATRIBUT 4
ATRIBUT 5
ATRIBUT 6
ATRIBUT 7
ATRIBUT 9
a1
4
5
5
4
4
3
4
5
4
5
4
4
5
5
4
5
3
4
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
5
5
a2
5
4
5
5
4
2
4
5
4
5
4
3
4
5
3
3
1
4
3
4
4
3
5
3
3
4
4
4
5
5
a3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
5
4
5
4
5
3
3
2
3
3
4
4
3
5
4
4
3
4
4
5
5
a4
3
4
4
4
5
3
4
3
4
3
5
4
3
5
4
4
3
4
3
4
5
3
5
3
2
3
2
3
4
5
0.792461
0.782175
0.751307
0.696449
0.780957
0.668777
0.837047
0.621965
a5
4
4
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
5
3
5
3
3
4
3
3
5
5
a6
3
3
2
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
5
4
4
2
3
3
4
5
4
5
3
3
4
2
2
5
3
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
a7
4
4
5
5
4
3
4
4
4
5
4
3
5
5
3
4
2
4
3
4
5
3
5
4
4
3
4
3
5
5
a9
4
4
1
3
4
2
4
3
3
4
4
3
4
5
4
3
3
3
3
3
5
4
5
4
3
3
3
3
4
4
TOTAL
31
32
31
33
32
22
30
31
29
35
32
30
32
40
29
30
20
29
25
31
38
26
40
28
26
28
26
26
38
37
68
Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap atribut keterlibatan dan persepsi
kualitas
Atribut Keterlibatan
Reliability
Warnings
The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or
used in the analysis.
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
100.0
.0
100.0
30
0
30
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.914
N of Items
3
Atribut Persepsi Kualitas
Reliability
Warnings
The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or
used in the analysis.
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
30
0
30
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.912
N of Items
3
%
100.0
.0
100.0
69
Lampiran 9. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki
Oneway
Descriptives
PersepsiKualitas
N
Rinso
Attack
So Klin
Daia
Merek Lain
Total
13
21
1
1
2
38
Mean
27.8462
29.5714
24.0000
25.0000
23.5000
28.3947
Std. Deviation
3.99679
4.20204
.
.
3.53553
4.25244
Std. Error
1.10851
.91696
.
.
2.50000
.68984
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
25.4309
30.2614
27.6587
31.4842
.
.
.
.
-8.2655
55.2655
26.9970
29.7925
Test of Homogeneity of Variances
PersepsiKualitas
Levene
Statistic
.063a
df1
df2
2
Sig.
.939
33
a. Groups with only one case are ignored in
computing the test of homogeneity of
variance for PersepsiKualitas.
ANOVA
PersepsiKualitas
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
111.744
557.335
669.079
df
4
33
37
Mean Square
27.936
16.889
F
1.654
Sig.
.184
Minimum
24.00
20.00
24.00
25.00
21.00
20.00
Maximum
39.00
40.00
24.00
25.00
26.00
40.00
70
Lampiran 10. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden laki-laki dengan pengelompokan baru
Oneway
Descriptives
PersepsiKualitas
95% Confidence Interval for
Mean
N
Rinso
Attack
Lainnya
Total
13
Mean
27.8462
Std. Deviation
3.99679
Std. Error
1.10851
Lower Bound
25.4309
Upper Bound
30.2614
Minimum
24.00
Maximum
39.00
21
29.5714
4
24.0000
4.20204
.91696
27.6587
31.4842
20.00
40.00
2.16025
1.08012
20.5626
27.4374
21.00
26.00
38
28.3947
4.25244
.68984
26.9970
29.7925
20.00
40.00
Test of Homogeneity of Variances
PersepsiKualitas
Levene
Statistic
.522
df1
df2
2
Sig.
.598
35
ANOVA
PersepsiKualitas
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
110.244
558.835
669.079
df
2
35
37
Mean Square
55.122
15.967
F
3.452
Sig.
.043
71
Lampiran 11. Hasil pengolahan analisis variance untuk responden perempuan
Oneway
Descriptives
PersepsiKualitas
N
Rinso
Attack
So Klin
Daia
Merek Lain
Total
12
24
8
13
5
62
Mean
29.1667
30.9583
28.8750
26.6154
25.2000
28.9677
Std. Deviation
3.97340
2.56191
5.51459
1.19293
2.77489
3.67521
Std. Error
1.14702
.52295
1.94970
.33086
1.24097
.46675
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
26.6421
31.6912
29.8765
32.0401
24.2647
33.4853
25.8945
27.3363
21.7545
28.6455
28.0344
29.9011
Test of Homogeneity of Variances
PersepsiKualitas
Levene
Statistic
1.869
df1
df2
4
Sig.
.128
57
ANOVA
PersepsiKualitas
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
238.559
585.377
823.935
df
4
57
61
Mean Square
59.640
10.270
F
5.807
Sig.
.001
Minimum
18.00
24.00
21.00
25.00
22.00
18.00
Maximum
33.00
38.00
40.00
29.00
29.00
40.00
72
Lampiran 12. Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden laki-laki
Nonparametric Correlations
Correlations
DayaBersih Keharuman
Spearman's rho DayaBersih
Correlation Coefficien
1.000
.519**
Sig. (2-tailed)
.
.001
N
38
38
Keharuman
Correlation Coefficien
.519**
1.000
Sig. (2-tailed)
.001
.
N
38
38
HalusDiTangan
Correlation Coefficien
.461**
.533**
Sig. (2-tailed)
.004
.001
N
38
38
Irit
Correlation Coefficien
.473**
.548**
Sig. (2-tailed)
.003
.000
N
38
38
WarnaTetapCemerlan Correlation Coefficien
.554**
.598**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
38
38
BanyaknyaBusa
Correlation Coefficien
.544**
.420**
Sig. (2-tailed)
.000
.009
N
38
38
TidakMudahApek
Correlation Coefficien
.473**
.783**
Sig. (2-tailed)
.003
.000
N
38
38
Gengsi
Correlation Coefficien
.303
.326*
Sig. (2-tailed)
.064
.046
N
38
38
TidakInginGantiMerek Correlation Coefficien
.230
.268
Sig. (2-tailed)
.164
.104
N
38
38
KonsistensiPembelian Correlation Coefficien
.042
.248
Sig. (2-tailed)
.802
.133
N
38
38
TingkatKecocokan
Correlation Coefficien
.323*
.399*
Sig. (2-tailed)
.048
.013
N
38
38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HalusDi
Tangan
.461**
.004
38
.533**
.001
38
1.000
.
38
.676**
.000
38
.572**
.000
38
.346*
.033
38
.513**
.001
38
.435**
.006
38
.276
.094
38
.270
.101
38
.234
.158
38
WarnaTetap Banyaknya TidakMudah
TidakIngin
Konsistensi
Tingkat
Cemerlang
Busa
Apek
GantiMerek
Pembelian
Kecocokan
Irit
Gengsi
.473**
.554**
.544**
.473**
.303
.230
.042
.323*
.003
.000
.000
.003
.064
.164
.802
.048
38
38
38
38
38
38
38
38
.548**
.598**
.420**
.783**
.326*
.268
.248
.399*
.000
.000
.009
.000
.046
.104
.133
.013
38
38
38
38
38
38
38
38
.676**
.572**
.346*
.513**
.435**
.276
.270
.234
.000
.000
.033
.001
.006
.094
.101
.158
38
38
38
38
38
38
38
38
1.000
.618**
.582**
.551**
.194
.335*
.344*
.339*
.
.000
.000
.000
.244
.040
.035
.037
38
38
38
38
38
38
38
38
.618**
1.000
.522**
.666**
-.047
.176
.081
.282
.000
.
.001
.000
.781
.289
.627
.087
38
38
38
38
38
38
38
38
.582**
.522**
1.000
.448**
.252
.283
.066
.283
.000
.001
.
.005
.127
.086
.694
.085
38
38
38
38
38
38
38
38
.551**
.666**
.448**
1.000
.084
.144
.362*
.391*
.000
.000
.005
.
.614
.388
.026
.015
38
38
38
38
38
38
38
38
.194
-.047
.252
.084
1.000
.124
.088
.048
.244
.781
.127
.614
.
.458
.600
.777
38
38
38
38
38
38
38
38
.335*
.176
.283
.144
.124
1.000
.433**
.283
.040
.289
.086
.388
.458
.
.007
.085
38
38
38
38
38
38
38
38
.344*
.081
.066
.362*
.088
.433**
1.000
.444**
.035
.627
.694
.026
.600
.007
.
.005
38
38
38
38
38
38
38
38
.339*
.282
.283
.391*
.048
.283
.444**
1.000
.037
.087
.085
.015
.777
.085
.005
.
38
38
38
38
38
38
38
38
73
Lampiran 13. Hasil uji korelasi rank-order Sperman untuk responden perempuan
Nonparametric correlations
Correlations
DayaBersih Keharuman
Spearman's rho DayaBersih
Correlation Coefficien
1.000
.377**
Sig. (2-tailed)
.
.003
N
62
62
Keharuman
Correlation Coefficien
.377**
1.000
Sig. (2-tailed)
.003
.
N
62
62
HalusDiTangan
Correlation Coefficien
.312*
.224
Sig. (2-tailed)
.013
.080
N
62
62
Irit
Correlation Coefficien
.435**
.358**
Sig. (2-tailed)
.000
.004
N
62
62
WarnaTetapCemerlang Correlation Coefficien
.510**
.402**
Sig. (2-tailed)
.000
.001
N
62
62
BanyaknyaBusa
Correlation Coefficien
.212
.111
Sig. (2-tailed)
.098
.390
N
62
62
TidakMudahApek
Correlation Coefficien
.452**
.552**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
62
62
Gengsi
Correlation Coefficien
.348**
.132
Sig. (2-tailed)
.006
.307
N
62
62
TidakInginGantiMerek Correlation Coefficien
.348**
.222
Sig. (2-tailed)
.006
.082
N
62
62
KonsistensiPembelian Correlation Coefficien
.217
-.021
Sig. (2-tailed)
.091
.871
N
62
62
TingkatKecocokan
Correlation Coefficien
.418**
.236
Sig. (2-tailed)
.001
.065
N
62
62
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HalusDi
Tangan
.312*
.013
62
.224
.080
62
1.000
.
62
.391**
.002
62
.480**
.000
62
.077
.552
62
.407**
.001
62
.086
.505
62
.211
.099
62
.373**
.003
62
.284*
.025
62
WarnaTetap
Banyaknya
Irit
Cemerlang
Busa
.435**
.510**
.212
.000
.000
.098
62
62
62
.358**
.402**
.111
.004
.001
.390
62
62
62
.391**
.480**
.077
.002
.000
.552
62
62
62
1.000
.626**
.124
.
.000
.338
62
62
62
.626**
1.000
.160
.000
.
.215
62
62
62
.124
.160
1.000
.338
.215
.
62
62
62
.345**
.483**
.247
.006
.000
.053
62
62
62
.307*
.368**
.085
.015
.003
.512
62
62
62
.287*
.141
.141
.024
.273
.274
62
62
62
.321*
.256*
-.010
.011
.045
.940
62
62
62
.323*
.307*
.069
.010
.015
.592
62
62
62
TidakMudah
TidakIngin
Konsistensi
Tingkat
Gengsi
Apek
GantiMerek
Pembelian
Kecocokan
.452**
.348**
.348**
.217
.418**
.000
.006
.006
.091
.001
62
62
62
62
62
.552**
.132
.222
-.021
.236
.000
.307
.082
.871
.065
62
62
62
62
62
.407**
.086
.211
.373**
.284*
.001
.505
.099
.003
.025
62
62
62
62
62
.345**
.307*
.287*
.321*
.323*
.006
.015
.024
.011
.010
62
62
62
62
62
.483**
.368**
.141
.256*
.307*
.000
.003
.273
.045
.015
62
62
62
62
62
.247
.085
.141
-.010
.069
.053
.512
.274
.940
.592
62
62
62
62
62
1.000
.094
.234
.154
.173
.
.466
.067
.233
.179
62
62
62
62
62
.094
1.000
.012
.022
.194
.466
.
.927
.863
.131
62
62
62
62
62
.234
.012
1.000
.403**
.437**
.067
.927
.
.001
.000
62
62
62
62
62
.154
.022
.403**
1.000
.479**
.233
.863
.001
.
.000
62
62
62
62
62
.173
.194
.437**
.479**
1.000
.179
.131
.000
.000
.
62
62
62
62
62
Download