BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Juli sampai dengan September 2011. Data diperoleh dari foto radiografi kaki kuda di Equestrina Equine Service dan kartu rekam medik setiap pasien. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin sinar-x unit portable, lampu illuminator, apron, kaset film, tempat penyimpanan film, holder/frame, marker, dan processing machine (mesin pencucian) manual. Alat pengukur untuk membaca radiograf adalah busur, penggaris, serta kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah film yang terbuat dari bahan tipis polyester yang dilapisi silver halide kristal dengan bahan perekat (adhesif). Bahan pencuci film seperti larutan developer (hidroquinon dan sodium carbonat), larutan fixer (garam ammonium thiosulfat), dan larutan washer (air keran). 3.3 Metode Analisis 3.3.1 Pengambilan Radiograf dan Pengumpulan Sampel Radiograf diperoleh dari kuda yang didiagnosis menderita laminitis pada satu atau keempat kakinya dari berbagai stable di daerah Bogor dan Jakarta. Posisi pengambilan radiograf dilakukan pada posisi lateromedial dengan menempatkan cassette film di bagian medial kaki dan sinar-x diletakan sejajar dengan sudut 90° atau tegak lurus terhadap kaki. Pengambilan radiograf pada posisi lateromedial menggunakan nilai kVp (kilovoltage peak) sebesar 70, mAs (milliamperage second) 1,0 dan FFD (focal spot film distance) 70 cm dengan panjang gelombang sinar-x berkisar antara 10 nm-100 pm. Data penunjang yang dikumpulkan antara lain data mengenai kartu pasien yang terdiri atas nama dan jenis pasien, breed dan warna, tanggal lahir dan umur, stable, durasi terjadinya laminitis, penyebab laminitis dan anamnesa, gejala klinis, terapi, prognosis, serta keterangan. 3.3.2 Pencucian film Setelah melakukan pengambilan radiograf, film dicuci dengan cara manual. Tahapan pencucian film dimulai dengan memasukkan film pada larutan developer selama 3-5 menit, fungsi dari larutan tersebut adalah mengubah ion perak bromida dalam kristal menjadi logam perak. Tahapan selanjutnya memasukkan film ke dalam larutan fixer dalam waktu 2 kali waktu pencucian pada larutan developer, fungsinya adalah mengubah kristal bromida menjadi tidak berkembang lagi dan menyingkirkan senyawa perak yang tidak tersinari. Pencucian selanjutnya dengan menggunakan larutan washer yang berfungsi membersihkan dari kelebihan atau sisa-sisa perak bromida pada film dengan waktu pencucian 30-40 menit dan selanjutnya film dikeringkan. 3.3.3 Analisis Sampel Pembacaan radiograf dilakukan di Laboratorium Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan menggunakan illuminator. Tujuan pembacaan radiograf tersebut agar memperoleh informasi mengenai tingkat keparahan yang dialami oleh kuda penderita laminitis pada setiap kakinya. Radiograf yang akan dianalisis digantung pada illuminator sesuai prosedur standar. Kondisi lingkungan mempengaruhi proses pembacaan film, seperti pencahayaan yang cukup dari lampu illuminator, mengurangi cahaya ruangan yang tidak perlu dan memfokuskan pengamatan pada titik tertentu. Analisis radiograf dimulai dengan pencatatan tanggal pengambilan radiograf dan keterangan lain yang menunjang seperti kVp (kilovolt peak), mAs (milliampere second), dan FFD (Focus Film Distance) (Floyd & Mansmann 2007). Sistem penilaian terhadap kasus laminitis terdiri atas usia, ras, riwayat medis, dan diagnosis, namun sistem penilaian tersebut dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan. Menurut Floyd (2007a), informasi yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat keparahan (grade) laminitis dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis kuda, radiograf, dan sejarah keseluruhan kasus laminitis yang terjadi. Menurut Floyd (2007a), terdapat indikator radiografi yang digunakan untuk menentukan tingkat keparahan laminitis yang diderita, diantaranya sudut palmar (palmar angle), lebar zona H-L (horn lamellar zone width), jarak extensor process-coronary band (EP–CB), tebal sole terhadap tip dan wings dari os phalanx III, seperti pada Tabel 1 dan Gambar 7. Tabel 1 Pembagian tingkat keparahan laminitis berdasarkan pemeriksaan radiografi Indikator Radiografi PA (°) Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV 5-9 10-14 ≥15 Lebar zona H-L (mm) Jarak EP-CB (mm) ±16/20 ±20/25 ±25/30 Dalam batas normal 20/23 ±15-16 ±16-30 >15, sering 2030 ±25/30 disertai rotasi ≥30 SDT/SDW (mm) Nilai normal 3-5 15-19 ±14 SDT menurun (±10-12) SDW meningkat SDT SDT ≤0 jika P3 20/23 menurun menembus sole tajam SDW meningkat tajam CB: coronary band, EP: extensor process, H-L: horn-lamellar, PA: palmar angle, P3: os phalanx III; SDT: sole depth at tip dari P3, SDW: sole depth at wings dari P3 Sumber: Floyd (2007a) Gambar 8 Indikator radiografi dalam pembagian tingkat keparahan laminitis (Sumber: Floyd & Mansmann 2007). Besar PA (palmar angle), Lebar zona H-L (horn-lamellar), Jarak EP-CB (extensor process-coronary band), SDT (sole depth at tip dari P3), SDW (sole depth at wings dari P3). Radiograf yang dibaca (n=19) berasal dari enam ekor kuda yang diperoleh dari berbagai stable. Pengambilan radiograf dan pembacaan radiograf tidak dilakukan pada semua kaki dari setiap kuda. Hal tersebut karena anamnesa kejadian laminitis yang berbeda-beda, pada beberapa kuda hanya menderita laminitis pada satu kaki atau dua kaki. Radiograf yang diperoleh kemudian dibaca dengan melakukan pengukuran terhadap indikator radiografi secara manual. Menurut Floyd (2007a), besar PA (palmar angle) adalah besar sudut yang dibentuk oleh os phalanx III pada bagian heels dengan sole, sedangkan lebar zona H-L (horn lamellar) diukur jarak dari permukaan bagian dorsal os phalanx III dengan permukaan luar dinding kuku bagian dorsal meliputi jaringan tipis (laminae). Lebar zona H-L diukur pada dua tempat yaitu pada bagian dorsal dari processus extensorius os phalanx III dan pada bagian dorsal-distal ujung os phalanx III, dalam keadaan normal nilai lebar zona H-L (horn lamellar) adalah 15-19 mm. Menurut Pollitt (2001), kuda dengan berat badan sekitar 400-450 kg jarak dari os phalanx III dengan dinding kuku atau lebar zona H-L (horn lamellar) sekitar 15-17 mm. Pengukuran terhadap jarak EP-CB (extensor process dan coronary band) diukur jarak vertikal antara processus extensorius dengan batas proksimal dorsal kuku di bagian coronary band, dalam keadaan normal jarak EP-CB (extensor process dan coronary band) bernilai ± 14 mm. Indikator lain adalah SDT/SDW (sole depth at tip dari P3/sole depth at wings dari P3), SDT yaitu jarak yang diukur secara vertikal antara batas palmaris os phalanx III dengan permukaan luar sole, SDW adalah jarak vertikal dari ujung os phalanx III dengan bagian wings os phalanx III. Nilai normal SDT/SDW (sole depth at tip dari P3/sole depth at wings dari P3) bernilai 20/23 mm (Floyd 2007a).