perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III MAKNA KALA>M AL-AMRI ‘KALIMAT PERINTAH’ DALAM DRAMA MUCHAMMAD BABAK PERTAMA KARYA TAUFIK AL-HAKIM Kalimat perintah dalam bahasa Arab disebut dengan istilah kala>m al-amri. Al-amr adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah (Al-Jarim, 2007: 251). Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam bahasa Arab tidak selalu mengandung makna sebenarnya yakni makna perintah (makna haqi>qi> ). Namun terkadang dapat merujuk makna bukan perintah (makna ghairu haqi>qi>). Makna ghairu haqi>qi> do’a berupa (permohonan), iltima>s tersebut dapat (mengajak/menawarkan), irsya>d (bimbingan/nasihat), ta’ji>z (melemahkan), iba>chah (membolehkan), taswiyah (menyamakan), tamanni (mengharapkan sesuatu yang sulit tercapai), takhyi>r (memilih), dan tachdi>d (mengancam) (Al-Jarim, 2007: 251). Makna-makna ini dapat diketahui melalui siya>qul-kala>m ‘konteks kalimat’. Adapun kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam drama Muchammad babak pertama ditemukan 7 makna yakni makna perintah (makna haqi>qi>), do’a (permohonan), irsya>d (bimbingan/nasihat), iltima>s (mengajak/menawarkan), ta’ji>z (melemahkan), tachdi>d (mengancam), dan iba>chah (membolehkan). Berikut analisis makna-makna kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam drama Muchammad babak pertama: 1. Makna Perintah (Makna Haqi>qi> ) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam bahasa Arab memiliki makna perintah (makna haqi>qi>) apabila pihak yang menuntut (penutur) lebih tinggi commit to user kedudukannya daripada pihak yang dituntut mengerjakan pekerjaan (mitra tutur) 79 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Al-Jarim, 2010: 251). Adapun kalimat yang memiliki makna perintah (makna haqi>qi> ) dalam drama Muchammad babak pertama, ditemukan sebanyak 44 data yang direalisasikan dalam bentuk fi’l al-amri (verba imperatif) sebanyak 42 data, al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri (verba imperfek yang didahului partikel perintah) sebanyak 1 data, dan kalam al-khabari (kalimat deklaratif) sebanyak 1 data. Berikut analisis kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna haqi>qi> : a. Makna perintah dengan menggunakan fi’l al-amri (verba imperatif) Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang memiliki makna perintah dalam bentuk fi’l al-amri : مثّ اذهب به إىل ذلك الرجل فقل له يأكل، خذ قطفا من العنب فضعه يف الطبق: ) عتبة29( )07: ص، حممد ّ منه ! (مسرحية /’Utbah : Khudz qathfan minal-‘inab fadha’hu> fi>’th-thabaqi, tsumma idzhab bihi> ila> dzalika’r-raju>li faqul lahu> ya’kul minhu>!/ ‘Utbah : “Ambillah buah anggur, letakkan di atas piring, kemudian pergilah kepada laki-laki itu dan katakan kepadanya untuk memakannya!” (Drama Muchammad, hlm: 70) Partisipan dalam data (29) adalah ‘Utbah sebagai penutur (PT) dan Adas sebagai mitra tutur (MT). Data (29) yang dituturkan oleh ‘Utbah merupakan bentuk kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ (KP) dengan pemarkah fi’l al-amri (verba imperatif). Data tersebut menggunakan verba jenis fi’il al-amri yakni pada kata خذ /khudz/ ‘ambillah’, ‘letakkan’, اذهب/idzhab/ ‘pergilah’, dan قل/qul/ ‘katakan’. commit to user ضع /dha’/ 81 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Data (29) mengandung makna perintah (makna haqi>qi>). Hal ini terlihat pada konteks bahwa PT memerintahkan kepada MT untuk memetik buah anggur, dan diminta untuk memberikannya kepada Nabi Muhammad yang sedang berteduh di bawah pohon anggur. MT melakukan apa yang diperintahkan oleh PT. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut ini: )07: ص، حممد ّ عداس يسرع إىل ما أمر به (مسرحية /’Ada>s yasra’u ila> ma> umira bihi>/ ‘Adas bergegas kepada apa yang diperintahkannya.’ (Drama Muchammad, hlm: 70) Dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada MT karena MT merupakan budak dari PT. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa MT adalah budak dari PT: )07: ص، حممد ّ (ينادي غالمه مهسا) يا عداس ! (مسرحية: عتبة /’Utbah : (Yuna>di> ghula>mahu> hamisan) Ya> ‘Ada>s!/ ‘Utbah : (Memanggil budaknya dengan berbisik) “Wahai Adas!” (Drama Muchammad, hlm: 70) MT tidak akan menolak apa yang diperintahkan oleh PT karena seorang budak tidak akan menolak apa yang diperintahkan oleh tuannya. Sehingga data (29) memiliki makna perintah (makna haqi>qi>) karena tuntutan pekerjaan tersebut diutarkan oleh PT yang berkedudukan lebih tinggi kepada MT yang berkedudukan lebih rendah. commit to user 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Makna perintah dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna perintah dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’ yang dilekati lam al-amri : )18: ص، حممد ّ فليذهب أحدنا ينظر من خلل الباب ! (مسرحية: ) محزة30( /Chamzah : Falyadzhab achaduna> yanzhuru min khilalil-ba>bi!/ Hamzah : “Salah satu diantara kita hendaknya melihat dari celah pintu itu!” (Drama Muchammad, hlm: 81) Data (30) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan pemarkah al-fi’l al-mudha>ri’ yang dilekati lam al-amri yakni pada lafadz /liyadzhab/ ‘hendaklah pergi’. Kalimat yang diucapkan oleh Hamzah (PT) kepada Muhammad dan para sahabat Muhammad (MT) adalah konstruksi kalimat perintah. Konteks kalimat tersebut adalah PT memerintahkan salah satu MT untuk pergi dan melihat di celah pintu untuk mengetahui siapa yang datang. Perintah PT tersebut kemudian ditanggapi oleh salah satu MT yakni Ali bin Abi Thalib, berikut kutipannya: )18: ص، حممد ّ مثّ يعود فزعا (مسرحية، يذهب علي بن أيب طالب فينظر ّ /Yadzhabu ‘Aliyyu bin Abi> Tha>lib fayanzhuru, tsumma ya’u>du faz’an/ ‘Ali bin Abi Thalib pergi, melihat (di celah pintu), kemudian kembali dengan ketakutan.’ (Drama Muchammad, hlm: 81) Data (30) mengandung makna perintah karena ditujukan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Kedudukan PT lebih tinggi daripada MT karena PT adalah paman dari Muhammad, sedangkan commit to user 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id MT adalah Muhammad dan para sahabat Muhammad. Sehingga data (30) memiliki makna perintah. c. Makna perintah dengan menggunakan kala>m al-khabari (kalimat deklaratif) Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang memiliki makna perintah dalam bentuk kala>m al-khabari (kalimat deklaratif): وهي، فإن هبا ملكا ال يظلم عنده أحد، (مهسا) لو خرجتم إىل أرض احلبشة: حممد ّ )31( )26: ص، حممد ّ (مسرحية، أرض صدق /Muchammad : (Hamisan) Lau kharajtum ila> ardhil-Chabasyah, fainna biha> malikan la> yuzhlimu ‘indahu> achadun, wa hiya ardhun shidqun/ Muhammad : (Berbisik) “Seandainya kalian pindah ke bumi Habasyah, di sana terdapat raja yang tidak akan mendhalimi orang lain, Habasyah adalah bumi yang baik,” (Drama Muchammad, hlm: 62) Secara realistis data (31) adalah kala>m al-khabari (kalimat deklaratif). Namun jika melibatkan konteks, data tersebut mengandung al- amr ‘perintah’. Konteks kalimat tersebut adalah Muhammad (PT) menyuruh kepada para sahabatnya (MT) untuk meninggalkan Makkah dan berpindah ke Habasyah. PT menyuruh hijrah ‘pindah’ kepada MT agar terlindung dari ancaman kaumnya, Quraisy. PT menyuruh MT dengan menggunakan tuturan yang tidak langsung yakni dengan menggunakan fi’l al-ma>dhi (verba perfek). Data (31) mengandung al-amr ‘perintah’ yang ditunjukkan pada lafadz /lau kharajtum ila> ardhil-Chabasyah/ ‘Seandainya kalian pindah ke bumi Habasyah’. commit to user 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Perintah yang dituturkan PT kepada MT menuntut MT untuk melakukan apa yang diperintahkan PT. PT adalah seorang rasul ‘utusan Allah’ yang menyeru kebaikan kepada umat manusia, sedangkan MT adalah para sahabat PT yang mengikuti apa yang diajarkan atau diperintahkan oleh PT. Perintah yang dituturkan oleh PT tersebut dilakukan oleh MT. Hal ini terbukti pada penggalan percakapan berikut ini: )26: ص، حممد ّ (مسرحية، حممد إىل احلبشة ّ أ علمتم اخلرب ؟ لقد هاجر كثري من أتباع: عقبة /’Aqabah : A ‘alimtumul-khabar? Laqad ha>jara katsi>run min atba>’i Muchammadin ilal-Chabasyah/ ‘Aqabah : “Apakah kalian tahu sebuah kabar? Sungguh banyak para pengikut Muhammad pindah ke Habasyah,” (Drama Muchammad, hlm: 62) Data (31) adalah kalimat yang bermakna perintah (makna haqi>qi>) karena perintah tersebut didatangkan dari pihak yang kedudukannya lebih tinggi yaitu Muhammad sebagai Rasulullah kepada pihak yang kedudukannya lebih rendah yaitu para sahabat Muhammad. 2. Makna Do’a ‘Permohonan’ Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dapat bermakna do’a ‘permohonan’ apabila perintah tersebut disampaikan oleh pihak yang lebih rendah kepada pihak yang lebih tinggi kedudukannya (Al-Jarim, 2007: 250). Dalam drama Muchammad babak pertama, ditemukan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna do’a ‘permohonan’ sebanyak 43 data. Kalimat yang bermakna do’a ‘permohonan’ tersebut direalisasikan dengan enam bentuk yakni verba imperatif (fi’l al-amri) sebanyak 29 data, verba imperfek yang didahului partikel perintah commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri) sebanyak 2 data, nomina yang berfungsi sebagai imperatif (ism fi’l al-amr) sebanyak 3 data, nomina deverba (mashdar) sebanyak 2 data, kalimat deklaratif (kala>m al-khabari) sebanyak 5 data, dan kalimat interogatif (istifha>m) sebanyak 2 data. a. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan fi’l al-amri (verba imperatif) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang memiliki makna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk fi’l al-amri dapat dilihat pada contoh data di bawah ini: ابعث.. رب ّ أى.. رب ! إليك أشكو بالئي ّ (وحيدا يف بالء يستعني ربّه) أي: حممد ّ )32( )94: ص، حممد ّ إيل وحيك ! (مسرحية ّ ابعث.. إيل وحيك ّ /Muchammad : (Wachi>dan fi> bala>’in yasta’i>nu Rabbahu>) Ay Rabb! Ilaika asyku> bala>’i>..Ay Rabb..ib’ats ilayya wachyaka.. Ib’ats ilayya wachyaka!/ Muhammad : (Sendirian dalam keadaan sedih, meminta bantuan kepada Tuhannya) “Wahai Rabb, hanya kepada-Mu lah aku mengadukan kesedihanku...Wahai Rabb turunkanlah wahyu-Mu kepadaku...turunkanlah wahyu-Mu kepadaku!” (Drama Muchammad, hlm: 49) Data (32) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif yakni ابعث /ib’ats/ ‘turunkanlah’ menyebabkan adanya modus imperatif ‘memerintah’. Partisipan dalam data (32) adalah Nabi Muhammad sebagai penutur (PT) dan Allah/Rabb sebagai mitra tutur (MT). Kedudukan Nabi Muhammad sebagai seorang hamba atau ciptaan Allah adalah lebih rendah dibandingkan dengan Allah sebagai Sang Kholiq ‘Pencipta’. Sehingga data (32) yang disampaikan oleh PT bukanlah bermakna al-amr commit to user bermakna do’a ‘permohonan’ ‘perintah’, melainkan 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kepada MT. Hal ini terlihat pada konteks bahwa PT memohon kepada MT untuk menurunkan wahyu kepadanya, karena PT harus memberikan penjelasan kepada kaumnya mengenai ruh (malaikat Jibril) yang menyampaikan wahyu kepadanya. Do’a ‘permohonan’ dari PT mendapatkan respon dari MT dengan mendatangkan malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada PT. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa malaikat Jibril datang untuk menyampaikan wahyu kepada PT: )94: ص، حممد ّ يسمع صوتا فريفع رأسه فريى جربيل فيمتلئ قلبه فرحا ويصيح (مسرحية /Yasma’u shautan fayarfa’u ra’sahu fayara Jibri>l fayamtali’u qalbahu> farchan wa yashi>chu/ ‘Mendengar suara, kemudian ia (Muhammad) mengangkat kepalanya, melihat Jibril, hatinya penuh dengan kesenangan, lalu ia (Muhammad) berteriak.’ (Drama Muchammad, hlm: 49) b. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri (verba imperfek yang didahului partikel perintah) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri dapat dilihat pada contoh data berikut ini: ، وأعلم مبا عابوا عليهم، قومهم أعلى هبم عينا... ! صدقا أيّها امللك: ) البطارقة33( )06: ص، حممد ّ فليُ َرّداهم إىل بالدهم وقومهم ! (مسرحية، فأسلمهم إليهما /Al-Batha>riqah : Shidqan ayyuhal-malik! Qaumuhum a’la bihim ‘ainan, wa a’lamu bima> ‘a>bu> ‘alaihim, fa aslimhum ilaihuma>, falyarudda>hum ila> bila>dihim wa qaumihim!/ commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pendeta : “Benar wahai Raja! ... Kaum mereka (Quraisy) lebih mulia daripada mereka (kaum muslimin), dan saya tahu mereka (kaum muslimin) telah menjelekkan kaum Quraisy, maka selamatkanlah mereka (kaum Quraisy) dari kaum muslimin, hendaklah mereka berdua (utusan Muhammad) dikembalikan ke negara mereka dan kaum mereka!” (Drama Muchammad, hlm: 49) Data (33) merupakan kalimat yang mengandung amr ‘perintah’. Data tersebut merupakan bentuk kalimat perintah yang ditandai dengan penggunaan fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri yakni pada lafadz ليُ َرّدا/liyarudda>/ ‘hendaklah mereka berdua dikembalikan’. Partisipan dalam data (33) adalah pendeta sebagai penutur (PT) dan raja Najasyi sebagai mitra tutur (MT). Konteks kalimat (33) adalah PT membujuk kepada MT agar tidak memberikan perlindungan/pertolongan kepada kaum muslimin. Dari segi kedudukannya, PT sebagai pendeta kerajaan memiliki kedudukan yang lebih rendah dibandingkan MT karena ia adalah seorang raja. Kalimat perintah yang diucapkan oleh P kepada MT tidak dimaksudkan untuk makna memerintah, karena seorang raja tidak dapat diperintah oleh seorang pendeta yang memiliki kedudukan yang lebih rendah darinya. Sehingga data (33) memiliki makna do’a ‘permohonan’ yakni permohonan dari seorang pendeta kepada raja untuk menolak kaum muslimin yang ingin meminta perlindungan dari raja. c. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan ism fi’l al-amr (nomina yang berfungsi sebagai verba imperatif) Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk ism fi’l al-amr : )41: ص، حممد ّ لقد دنَوا منا ! (مسرحية... ! (يف مهس) صه: ) ابن أريقط34( /Ibnu Uraiqith : (Fi> hamisin) Shah!to...user Laqad danau> minna>/ commit 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ibnu Uraiqith: (Berbisik) “Diam! Sungguh mereka mendekat kepada kita!” (Drama Muchammad, hlm: 98) Data (34) diucapkan oleh Ibnu Uraiqith kepada Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Tsur. Kaum Quraisy mengejar mereka sampai ke gua Tsur. Abu Bakar merasa ketakutan dan ia berdoa kepada Allah dengan bertutur هم ّ ّرمحتك الل /rachmataka’l-La>humma/ ‘kami meminta rahmat-Mu Ya Allah’. Adapun Ibnu Uraiqith meminta Abu Bakar untuk tidak berbicara karena kaum Quraisy mulai mendekati mereka. Data (34) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan menggunakan ism fi’l al-amr yakni صه/shah/ ‘diam’. Kalimat (34) yang diucapkan oleh Ibnu Uraiqith (PT) kepada Abu Bakar (MT) tidaklah bermakna amr ‘perintah’, namun memiliki makna do’a ‘permohonan’ yakni permohonan untuk tidak berbicara/mengeluarkan suara. Hal tersebut disebabkan karena kedudukan PT lebih rendah daripada MT. PT adalah seorang yang dimintai bantuan sebagai penunjuk jalan, sedangkan MT adalah sahabat dekat Rasulullah (Muhammad). Penggunaan bentuk ism fi’l al-amr صه /shah/ ‘diam’ memiliki tekanan yang lebih kuat daripada bentuk fi’l al-amri اسكت/uskut/ ‘diam’. PT menggunakan lafadz صه/shah/ ’diam’ karena situasi pada saat kejadian tersebut adalah menegangkan, sehingga PT lebih memilih kata perintah dengan bentuk صه/shah/ daripada اسكت/uskut/. d. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan mashdar (nomina deverba) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk mashdar dapat dilihat pada contoh data berikut ini: commit to user 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id )69: ص، حممد ّ ماذا تقول ؟ (مسرحية... ماذا أمسع ؟... رمحة وغفرا: ) خدجية35( /Khadi>jah : Rachmatan wa ghafran ... ma>dza> asma’u? ...ma>dza> taqu>lu?/ Khadijah : “Rahmatilah dan ampunilah! Apa yang aku dengar? Apa yang kamu katakan?” (Drama Muchammad, hlm: 24) Data (35) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang dimarkahi dengan penggunaan mashdar yakni pada lafadz رمحة/rachmatan/ dan غفرا /ghafran/ ‘rahmatilah dan ampunilah’. Tuturan Khadijah (PT) kepada Allah (MT) tersebut tidaklah bermaksud untuk memerintahkan. PT sebagai seorang ‘abdu (hamba) tidaklah dapat menuntut atau memerintahkan kepada MT yakni Allah yang merupakan Sang Kholiq (Pencipta). Hal tersebut disebabkan karena kedudukan seorang hamba lebih rendah dibandingkan dengan Allah. Allah adalah maha yang menguasai atas segalanya, termasuk manusia. Sehingga data (35) memiliki makna do’a ‘permohonan’, hal ini terlihat pada konteks kalimat bahwa PT memohon rahmat dan ampunan kepada MT. PT merasa tidak percaya terhadap apa yang diceritakan oleh suaminya bahwa ia didatangi oleh malaikat dari langit. e. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan kala>m al-khabari (kalimat deklaratif) Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang bermakna do’a ‘permohonan’, yang direalisasikan dalam bentuk kala>m al- khabari ‘kalimat deklaratif’ )97: ص، حممد ُ ) (مهسا وقد أخذته ُرعدة: ) أبو بكر36( ّ الله ّم عونك ! (مسرحية commit to user 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id /Abu> Bakrin : (Hamisan wa qad akhadzathu ru’datun) Allahumma ‘aunaka!/ Abu Bakar :(Berbisik dan mulai gemetar) “Ya Allah (saya meminta) pertolongan-Mu!” (Drama Muchammad, hlm: 40) Data (36) secara realitis berbentuk kala>m al-khabari ‘kalimat deklaratif’, namun jika melibatkan konteks, kalimat tersebut mengandung amr ‘perintah’. Kalimat (36) yang diucapkan oleh Abu Bakar (PT) kepada Allah (MT) bukanlah bermakna perintah, tetapi mengandung makna do’a ‘permohonan’. PT adalah seorang makhluk (yang diciptakan), sedangkan MT adalah Kholiq (yang menciptakan). Dari segi kedudukannya tersebut, kedudukan PT lebih rendah daripada MT. Sehingga kalimat (36) yang diucapkan oleh PT tersebut bukanlah sebuah tuntutan kepada MT, melainkan adalah sebuah do’a ‘permohonan’. Hal ini terlihat juga pada konteks kalimat bahwa PT merasa takut karena Umayyah telah berbuat semena-mena terhadap Nabi Muhammad. Umayyah menawarkan kepada Muhammad supaya dia mau menyembah sesembahannya kaum Quraisy jika sesembahan mereka lebih baik daripada sesembahannya Muhammad dan sebaliknya, jika sesembahan Muhammad lebih baik daripada sesembahan mereka, maka kaum Quraisy akan menyembah sesembahannya Muhammad. Nabi Muhammad tidak mau menerima tawaran dari Umayyah, sehingga Umayyah meludah di wajahnya Nabi Muhammad. Pada saat kondisi tersebut, PT tidak dapat meminta bantuan kepada orang lain, kecuali meminta bantuan kepada Allah. commit to user 91 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Data (36) merupakan doa’ ‘permohonan’ dari PT kepada MT. Secara sintaksis, struktur kalimat (36) tidak lengkap karena fungsi S dan P mengalami pelesapan (elipsis). Fungsi S dan P pada kalimat (36) dapat diisi dengan lafadz أسأل /as’alu/ ‘saya meminta’. Sehingga kalimat (36) menjadi: ! اللهم أسأل عونك ّ /Allahumma as’alu ‘aunaka!/ “Ya Allah aku meminta bantuan-Mu!” f. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan istifha>m (kalimat pertanyaan) Contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang bermakna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk istifha>m (kalimat pertanyaan) adalah sebagai berikut: (ناظرا إىل السماء) أمل يأن يل أن أرى وجهك الذي أشرقت له الظلمات ؟: حممد ّ )37( )66: ص، حممد ّ (مسرحية /Muchammadun :(Na>zhiran ila’s-sama>i) Alam ya’ni li> an ara wajhaka’lladzi> asyraqat lahu’zh-zhulama>t?/ Muhammad : (Memandang ke langit) “Bukankah urusan bagiku, aku melihat wajah-Mu yang menerangi kegelapan?” (Drama Muchammad, hlm: 22) Data (37) merupakan kalimat perintah yang direalisasikan dengan bentuk istifha>m ‘kalimat pertanyaan’. Konteks kalimat tersebut adalah Nabi Muhammad pergi ke gua Hira’. Ia ingin menyendiri. Setiba di gua Hira’, ia bersujud lama. Kemudian berdoa kepada Allah dengan mengucapkan kalimat di atas. Kalimat commit to useryang diucapkan oleh Muhammad 92 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagai penutur (PT) tidak hanya bermaksud untuk bertanya kepada Allah sebagai mitra tutur (MT) apakah menjadi urusannya, jika ia ingin melihat Allah. Melainkan maksud PT sesungguhnya adalah ingin melihat MT. Jika dilihat dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada MT karena PT adalah seorang ‘abdu ‘hamba’ dan MT adalah Kholiq ‘Pencipta’. Seseorang yang berkedudukan lebih rendah tidak dapat menuntut/memerintahkan kepada pihak yang lebih tinggi. Seorang ‘abdu ‘hamba’ tidak dapat menuntut/memerintah kepada Tuhannya. Sehingga data (37) yang diucapkan oleh PT tidak bermakna perintah (amar haqi>qi>), melainkan do’a ‘permohonan’. 3. Makna Irsya>d (Bimbingan/Nasihat) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dapat bermakna irsya>d ‘bimbingan/nasihat’ apabila mutakallim (penutur) tidak bermaksud menuntut atau mengharuskan, melainkan menasihati atau memberikan petunjuk kepada mutakallim (mitra tutur) (Al-Jarim, 2007: 250). Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan 3 buah kalimat yang mengandung amr ‘perintah’ dengan makna irsya>d ‘bimbingan/nasihat’ dalam bentuk kalimat deklaratif (kala>m al- khabari). Berikut ini contoh dari kalimat yang mengandung amr ‘perintah’ dengan makna irsya>d ‘nasihat’. )55: ص ، حممد ّ تقولون ال إله إالّ اهلل (مسرحية: حممد ّ )38( /Muchammad : Taqu>lu>na La> Ilaha illa’l-La>hu/ Muhammad hlm: 55) : “Kalian berkatalah La> Ilaha illa’l-La>hu.” (Drama Muchammad, commit to user 93 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Data (38) merupakan kala>m al-khabari (kalimat deklaratif) yang mengandung amr ‘perintah’. Partisipan dalam data (38) adalah Muhammad sebagai penutur (PT) dan kaum Quraisy sebagai mitra tutur (MT). PT adalah seorang rasul (utusan) Allah yang mengemban tugas untuk mendakwahkan agama Islam. Kalimat (38) yang diucapkan oleh PT mengandung nasihat/bimbingan, hal ini terlihat pada konteks kalimat bahwa PT menginginkan agar MT mau mengucapkan kalimat syahadat La> Ilaha illa’l-La>hu. Kalimat syahadat merupakan salah satu rukun Islam yang harus dipenuhi oleh seorang muslim. Mengucapkan kalimat syahadat tidak hanya dilakukan secara lisan saja, tetapi memiliki konsekuensi yang harus dilakukan yakni beribadah kepada Allah. PT mengucapkan kalimat (38) dengan maksud untuk membimbing kaumnya, Quraisy agar mereka memeluk agama Islam dengan ber-syahadat. Namun kaum Quraisy menolak mengucapkannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: )55: ص ، حممد ّ يصفق القوم بأيديهم استنكارا (مسرحية /Yushaffiqu l-qaumu bi’aidi>him istinka>ran/ ‘Kaum Quraisy bertepuk tangan, inkar.’ (Drama Muchammad, hlm: 55) )55: ص /Muchammad Muhammad ، حممد ّ : حممد ّ يأمركم أن تعبدو اهلل (مسرحية، إّن رسول اهلل إليكم ّ )39( : Inni> Rasu>lu’l-La>hi ilaikum, ya’murukum an ta’budu>’lLa>ha/ : “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi kalian, Allah memerintahkan kalian supaya menyembah kepada Allah.” (Drama Muchammad, hlm: 35) Secara realistis, data (39) merupakan konstruksi kalimat deklaratif (kala>m al-khabari), namun jika mengkaitkan dengan konteks, data (39) mengandung amr ‘perintah’. Partisipan dalam data (39) adalah Muhammad sebagai penutur (PT) commit to user 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan kaum dari kabilah ‘Amir sebagai mitra tutur (MT). PT adalah seorang rasul ‘utusan’ yang diperintahkan oleh Allah untuk menyeru kepada umat manusia agar beribadah kepada Allah. Sedangkan MT adalah nama salah satu kabilah yang ada di Makkah. Di Makkah, tempat tinggal PT, ketika itu masyarakatnya dikenal dengan jahiliyah yakni menyembah berhala/patung. Allah mengutus seorang rasul, yakni Muhammad (PT) untuk menyeru kepada kaumnya agar meninggalkan sikap jahili tersebut dengan menyembah kepada Allah. PT mengucapkan kalimat (39) tersebut bermaksud untuk irsya>d ‘membimbing’ kaumnya. PT ingin membimbing MT agar mau menyembah kepada Allah dan meninggalkan kebiasaan buruknya yakni menyembah kepada berhala. Sehingga data (39) tersebut mengandung makna irsya>d ‘membimbing’. 4. Makna Iltima>s (Mengajak/Menawarkan) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dapat bermakna iltima>s ‘mengajak/menawarkan’ apabila perintah tersebut disampaikan oleh seseorang kepada temannya atau kepada musuhnya (Al-Jarim, 2007: 251). Aiman Amin Abdul Ghani dalam buku Al-Ka>fi> fil-Bala>ghah: Al-Baya>n wal-Badi’ wal Ma’a>ni juga menyebutkan bahwa kalimat perintah dapat bermakna iltima>s ‘tawaran’ apabila dituturkan diantara dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama. Misal: digunakan antar sesama teman (Ghani, 2011: 333). Pada drama Muchammad mengandung amr babak pertama terdapat 118 kalimat yang ‘perintah’ dengan makna iltima>s. Kalimat yang bermakna iltima>s ini direalisasikan dengan bentuk verba imperatif (fi’l al-amri) sebanyak 89 data, verba imperfek yang didahului partikel imperatif (al-fi’l al-mudha>ri’ yang commit to user 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id didahului lam al-amri) sebanyak 10 data, nomina deverba (mashdar) sebanyak 1 data, nomina yang berfungsi sebagai perintah (ism fi’l al-amr) sebanyak 12 data, dan kalimat tanya (istifha>m) sebanyak 6 data. Berikut contoh kalimat yang mengandung makna iltima>s dengan keenam bentuk tersebut. a. Makna iltima>s dengan menggunakan fi’l al-amri (verba imperatif) Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna iltima>s ‘menawarkan’, dalam bentuk fi’l al-amri: )61: ص ، حممد ّ (يلتفت) انظر (مسرحية: ) الراعى الثاّن40( /Ar-Ra>’i> a’ts-tsa>ni> : (Yaltafitu) Unzhur/ Penggembala (2) : (Memandang) “Lihat!” (Drama Muchammad, hlm: 28) Data (40) merupakan konstruksi kalimat perintah. Kalimat (40) dituturkan oleh penggembala (2) sebagai penutur (PT) kepada penggembala (1) atau temannya sebagai mitra tutur (MT). Kalimat (40) adalah konstruksi kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif pada data (40) ditunjukkan pada lafadz انظر/unzhur/ ‘lihat’. PT mengucapkan kalimat (40) dengan tujuan supaya MT melakukan apa yang sedang dikerjakan oleh PT. Hal ini terlihat pada konteks bahwa PT melihat seseorang mendatangi Nabi Muhammad dan Ali yang sedang beribadah (shalat) di bukit. Dia adalah Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, sekaligus ayah dari Ali. Kemudian PT menunjuk orang yang datang tersebut dan meminta MT untuk melihat seseorang yang datang tersebut. Kalimat (40) yang diucapkan oleh PT kepada MT bukanlah sebuah commit to perintah atau tuntutan karena PTuser sebagai pihak yang memerintah 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kedudukannya sama dengan MT sebagai pihak yang diperintahkan. PT dan MT adalah sesama teman. Sehingga data (40) memiliki makna iltima>s ‘menawarkan’. b. Makna iltima>s dengan menggunakan ism fi’l al-amr (nomina yang berfungsi sebagai verba imperatif) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna iltima>s ‘menawarkan’, dalam bentuk ism fi’l al-amr dapat dilihat pada contoh data berikut: فنشرتك حنن وأنت يف، وتعبد ما نعبد، حممد ! َهلُم فلنعبد ما تعبد ّ (متخبثا) يا: ) أمية41( وإن كان ما نعبد خريا مما، فإن كان الذي تعبد خريا مما نعبد كنا قد اخذنا حبظنا منه، األمر )54: ص، حممد ّ تعبد كنت قد أخذت حبظك منه (مسرحية /Umayyah : (Mutakhabbitsan) Ya> Muchammad! Halumma falna’bud ma> ta’budu, wa ta’budu ma> na’budu, fanasytariku nachnu wa anta fil-amri, fa in ka>na ‘l-ladzi> ta’budu khairan mimma> na’budu kunna> qad akhadzna> bichazhzhina> minhu, wa in ka>na ma> na’budu khairan mimma> ta’budu kunta qad akhadzta bihazhzhika minhu/ Umayyah : “Wahai Muhammad! Marilah, kami menyembah apa yang kamu sembah dan kamu menyembah apa yang kami sembah. Kami akan membantumu, begitu juga kamu. Apabila yang kamu sembah lebih baik dari apa yang kami sembah, maka kami akan mengambil nasib baik kami darinya, tetapi jika apa yang kami sembah lebih baik dari apa yang kamu sembah, maka kamu akan mengambil nasib baikmu darinya.” (Drama Muchammad, hlm: 54) Partisipan pada data (41) adalah Umayyah sebagai penutur (PT) dan Muhammad adalah sebagai mitra tutur (MT). Kalimat (41) yang dituturkan oleh Umayyah di atas merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan pemarkah ism fi’l al-amr. Lafadz yang menunjukkan amr to user ‘marilah’. Namun kalimat (41) ‘perintah’ tersebut adalah commit َهلُم/halumma/ 97 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tersebut tidak digunakan untuk makna perintah, melainkan untuk iltima>s ‘menawarkan’ karena kedudukan antara PT dan MT adalah sederajat. Selain itu juga dapat terlihat pada konteks kalimat. Konteks kalimat tersebut adalah PT menawarkan kepada MT bahwa mereka (kaum Quraisy) akan menyembah kepada Tuhannya Muhammad, jika Tuhan yang disembah Muhammad itu lebih baik dari sesembahan mereka, akan tetapi jika Tuhan Muhammad tidak lebih baik dari sesembahan mereka, maka Muhammad harus menyembah kepada sesembahan mereka. Namun tawaran dari Umayyah tersebut ditolak oleh Muhammad dengan membacakan surat Al-Kafirun, dimana kandungan surat tersebut menjelaskan tentang keyakinan dalam beragama. Berikut respon atau tanggapan dari MT: (يتلو) قل يا أيّها الكافرون * ال أعبد ما تعبدون * وال أنتم عابدون ما أعبد * وال أنا عابدون ما: حممد ّ )97: ص، حممد ّ عبدمت * وال أنتم عابدون ما أعبد * لكم دينكم وليدين (مسرحية /Muhammad : (Yatlu>) Qul ya> ayyuhal ka>firu>n. La> a’budu ma> ta’budu>n. wa la> antum ‘a>bidu>na ma> a’bud. Wa la> ana> ‘a>bidum ma> a’badtum. Wa la> antum ‘a>bidu>na ma> a’bud. Lakum di>nukum waliyadi>n/ Muhammad : (Membaca) “Katakanlah wahai orang-orang kafir. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kalian tidak menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu pun bukanlah penyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamu dan bagiku agamaku.” (Drama Muchammad, hlm: 40) commit to user 98 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Makna iltima>s dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri Berikut ini contoh data kala>m al-amri dengan makna iltima>s ‘menawarkan’, dalam bentuk al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al- amri : )41: ص، حممد ّ فلينظر أحدنا يف الغار ! (مسرحية: ) قريش42( /Quraisy : Falyanzhur achaduna> fil-gha>ri!/ Quraisy : “Salah satu diantara kita hendaklah melihat di dalam gua!” (Drama Muchammad, hlm: 98) Data (42) merupakan kala>m al-amri yang ditandai dengan penggunaan al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri yakni pada lafadz فلينظر/falyanzhur/ ‘hendaklah melihat’. Kalimat (42) diucapkan oleh salah seorang kaum Quraisy (PT) kepada temannya (MT) ketika mencari Nabi Muhammad dan Abu Bakar yang dapat melarikan diri dari kepungan kaum Quraisy. Kalimat perintah yang diucapkan oleh PT kepada MT tersebut bukanlah bermaksud untuk perintah, namun bermakna iltima>s ‘menawarkan’. PT dan MT adalah sesama teman, sehingga kedudukan diantara PT dan MT adalah sama (sederajat). Makna iltima>s ini terlihat pada konteks yakni PT menawarkan kepada MT untuk memeriksa ke dalam gua. Tawaran tersebut disepakati oleh MT. Hal tersebut terbukti dengan adanya salah seorang dari mereka yang mau memeriksa ke dalam gua. Namun ia tidak jadi memeriksanya karena ia melihat dua burung merpati yang liar di mulut gua. Ia beranggapan bahwa Muhammad dan Abu Bakar tidak mungkin berada di dalam gua. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa tawaran dari PT mendapat respon dari salah seorang temannya: commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id محامتان وحشيتان ! (مسرحية.. ! (ينظر إىل فم الغار مثّ ميضى) عجبا: رجل من قريش )41: ص، حممد ّ /Rajulun min Quraisy : (Yanzhuru ila> fammil-gha>ri tsumma yamdha) ‘Ajaban! .. Chama>mata>ni wachsyaita>ni! Seorang laki-laki dari Quraisy: (Melihat mulut gua kemudian berlalu) “Ajaib! Ada dua burung merpati yang liar!” (Drama Muchammad, hlm: 98) d. Makna iltima>s dengan menggunakan mashdar (nomina deverba) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna iltima>s ‘menawarkan’, dalam bentuk mashdar dapat dilihat pada contoh data berikut: )04: ص ، حممد ّ صربا حىت ننظر ما يكون من أمر عمر (مسرحية: ) فاطمة43( /Fa>thimah : Shabran chatta nanzhura ma> yaku>nu min amri ‘Umar/ Fatimah : “Sabarlah, sampai kita melihat apa tindakannya Umar.” (Drama Muchammad, hlm: 79) Data (43) yang diucapkan oleh Fatimah (PT) kepada Khabab (MT) adalah kalimat yang mengandung amr ‘perintah’. Konteks kalimat ini adalah ketika Khabab sedang membacakan ayat Al-Quran kepada Sa’d dan Fatimah. Tiba-tiba, terdengar suara Umar (kakak Fatimah). Kemudian Khabab bersembunyi di dalam kamar, takut akan disiksa Umar. Ketika itu Umar belum masuk Islam. Ia mendatangi rumah adiknya, Fatimah setelah mendengar kabar bahwa adik dan adik iparnya telah masuk Islam. Data (43) tersebut berkonstruksi kalimat perintah dengan menggunakan bentuk mashdar ‘nomina deverba’ yakni pada lafadz صربا /shabran/ ‘sabar’. PT meminta MT agar bersabar dan tetap bersembunyi di commit to user 100 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam kamar. MT ingin keluar dari rumah PT karena takut jika ia akan disiksa oleh kakak PT. Kalimat perintah (43) tersebut tidak digunakan PT untuk memerintahkan kepada MT, melainkan bermaksud iltima>s ‘menawarkan’. Kalimat perintah dapat bermakna iltima>s apabila kedudukan antara penutur dan mitra tutur adalah sama (sederajat). Adapun kedudukan PT dan MT dalam kalimat (43) adalah sederajat. PT dan MT adalah sesama teman atau sesama pengikut Nabi Muhammad. Sehingga data (43) memiliki makna iltima>s ‘menawarkan’. e. Makna iltima>s dengan menggunakan istifha>m (kalimat interogatif) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna iltima>s ‘menawarkan’, yang direalisasikan dalam bentuk istifha>m (kalimat interogatif) dapat dilihat pada contoh data berikut: )10: ص ، حممد ّ أكلّمكم ؟ (مسرحية، أفال جتلسون: حممد ّ )44( /Muchammadun : Afala> tajlisu>na, ukallimukum?/ Muhammad : “Tidakkah kalian duduk, aku ingin berbicara kepada kalian?” (Drama Muchammad, hlm: 79) Data (44) merupakan kalimat yang berkonstruksi interogatif (istifha>m). Namun jika melihat konteksnya, data (44) tersebut mengandung amr ‘perintah’. Muhammad (PT) mengucapkan kalimat (44) tersebut sebenarnya ingin mengajak kabilah Khazraj (MT) untuk duduk bersama dengan PT. PT ingin menyeru kepada MT agar mereka menyembah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya. PT adalah seorang rasul (utusan) Allah yang mendapat tugas untuk mendakwahkan commit to user 101 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id agama Islam, sedangkan MT adalah salah satu kabilah di Makkah yang beragama Yahudi. Kalimat (44) yang diucapkan oleh PT bukanlah bermaksud memerintahkan MT, namun bermaksud iltima>s ‘mengajak’, hal ini terlihat pada konteks kalimat bahwa PT mengajak MT untuk duduk bersama. Ajakan PT tersebut mendapatkan respon dari MT yakni sebagai berikut: )10: ص ، حممد ّ (جيلسون إليه ) (مسرحية... بلى: القوم /Al-Qaumu : Bala... (Yajlisu>na ilaihi)/ Kaum :“Ya.” (Mereka duduk bersama Muhammad) (Drama Muchammad, hlm: 87) Dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada MT, karena PT adalah seorang rasul (utusan) Allah. Namun sebelumnya MT tidak mengetahui bahwa PT yang mengajak mereka duduk adalah seorang rasul, sehingga kedudukan PT dan MT adalah sederajat karena sama-sama tidak mengenal sebelumnya. Sehingga data (44) bermakna iltima>s ‘mengajak’ karena dituturkan diantara dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama. B.5 Makna Ta’ji>z (Melemahkan) Kalimat perintah dengan makna ta’ji>z ‘melemahkan’ dapat terjadi apabila hal yang diperintahkan tersebut adalah sesuatu yang mustahil dapat dilakukan oleh pihak yang diperintahkan (Ghani, 2011: 334). Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan satu buah kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna ta’ji>z ‘melemahkan’. Kalimat tersebut commit to user direalisasikan dengan 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menggunakan verba imperatif (fi’l al-amri). Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna ta’ji>z ‘melemahkan’: )56: ص ، حممد ّ أسقط السماء علينا كسفا (مسرحية: ) أبو جهل45( /Abu> Jahl : Asqithi’s-sama>a ‘alaina> kasafan/ Abu Jahal : “Jatuhkan langit itu kepada kami sehingga langit itu menutupi kami.” (Drama Muchammad, hlm: 52) Data (45) merupakan kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif pada data (45) ditunjukkan pada lafadz أسقط /asqith/ ‘jatuhkan’. Para pemuka Quraisy diantaranya Abu Jahal, Abu Sufyan, Umayyah, dan kaum Quraisy lainnya sepakat akan menemui Muhammad. Mereka akan memberikan harta, kemuliaan, atau kekuasaan kepada Muhammad, jika Muhammad mau berhenti mendakwahkan agama yang dibawanya (agama Islam). Namun Muhammad menolaknya. Hal tersebut membuat kaum Quraisy menjadi marah dan ingin menantangnya. Abu Jahal sebagai penutur (PT) memerintahkan Muhammad sebagai mitra tutur (MT) untuk menjatuhkan langit. Namun sebenarnya PT mengucapkan kalimat (45) tersebut bukan bermaksud untuk memerintahkan MT, melainkan bermaksud ta’ji>z ‘melemahkan’ MT. MT adalah seorang rasul ‘utusan’ dan hanya manusia biasa. MT tidak mungkin dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh PT. Menjatuhkan langit adalah pekerjaan di luar kemampuan manusia karena hanya Sang Kholiq-lah yang dapat melakukannya. Sehingga PT mengucapkan kalimat (45) tersebut untuk melemahkan MT. PT marah karena MT tidak mau menerima tawaran dari kaumnya dan bersikukuh untuk mendakwahkan agama Islam. commit to user 103 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B.6 Makna Tachdi>d (Mengancam) Menurut As-Suyuti sebagaimana yang dikutip oleh Luqman (2006: 46) menyatakan bahwa kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ mengandung makna tachdi>d ‘mengancam’ jika diucapkan penutur dengan tujuan untuk menunjukkan kemurkaannya kepada mitra tuturnya dengan memberikan ancaman atau menakutnakuti mitra tuturnya. Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan 4 kalimat perintah yang mengandung makna tachdi>d ‘mengancam’ dalam bentuk verba imperatif (fi’l al-amri). Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna tachdi>d ‘mengancam’: علي ّ ف ّرد ذلك، (يف صيحة شديدة) ما يعنيين من أمره ؟ أنا على دينه أقول ما يقول: ) محزة46( )96: ص، حممد ّ إن استطعت ! (مسرحية /Chamzah : (Fi> shi>chatin syadi>datin) Ma> ya’ni>ni> min amrihi? Ana> ‘ala di>nihi> aqu>lu ma> yaqu>lu, farudda dzalika ‘alayya in istatha’ta!/ Hamzah : (Dengan teriakan keras) “Apa urusanku dengannya? Aku berada pada agamanya. Aku berkata apa yang ia katakan, maka cegahlah hal itu kepadaku jika kamu dapat!” (Drama Muchammad, hlm: 42) Data (46) diucapkan oleh Hamzah (PT) kepada Abu Jahal (MT). Hamzah adalah paman Muhammad, sedangkan Abu Jahal adalah salah seorang pemuka Quraisy yang membenci Muhammad. Data (46) merupakan kalimat perintah yang dimarkahi oleh verba imperatif yaitu رد ّ /rudda/ ‘cegahlah’. Kalimat (46) yang diucapkan oleh PT tersebut bukanlah bermakna amr ‘perintah’, namun bermakna tachdi>d ‘mengancam’. Hal ini dapat diketahui melalui konteks kalimat. Konteks kalimat tersebut adalah PT merasa tidak terima bahwa keponakannya dicela dan disakiti oleh para pemuka Quraisy. Kemudian PT mendatangi para pemuka Quraisy. MT berusaha membela diri dengan mengatakan /Ma> ya’ni>ka min amrihi?/ ‘apa urusanmu dengannya (Muhammad)?’. Para commit to user 104 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemuka Quraisy tidak mengetahui bahwa PT telah masuk Islam (menjadi pengikut Muhammad). Perkataan MT tersebut membuat marah PT. PT mengancam MT dengan mengajaknya berkelahi. MT dapat mencegah PT untuk masuk Islam, jika MT dapat mengalahkan PT. Berikut kutipan yang menunjukkan terjdinya perkelahian antara PT dan MT: )96: ص ، حممد ّ ويضرب هبا ابا جهل فيشجه شجة منكرة (مسرحية، مثّ يرفع قوسه /Tsumma yarfa’u qausahu>, wa yadhribu biha> Aba> Jahl fayasyujjuhu> syujjatan munkiratan/ ‘Kemudian dia (Hamzah) mengangkat panahnya dan memukulkannya kepada Abu Jahal, dia (Hamzah) benar-benar melukainya (Abu Jahal).’ (Drama Muchammad, hlm: 42) فاصنع ما، علي ّ ولكنّك قد أمجعت خذالّن ومظاهرة القوم، واهلل ما أنصفوّن: ) ابو طالب47( )59: ص ، حممد ّ بدالك ! (مسرحية /Abu> Tha>lib : Wa’l-La>hi ma> anshafu>ni>, wa lakinnaka qad ajma’ta khidzla>ni> wa mazha>hiratal-qaumi ‘alayya, fashna’ ma> bada> laka!/ Abu Thalib : “Demi Allah mereka (kaum Quraisy) tidak berlaku adil bagiku, tetapi kamu yang telah mengumpulkan kehinaanku dan mengumpulkan kaum untuk menprotesku, maka berbuatlah apa yang tampak bagimu!” (Drama Muchammad, hlm: 34) Data (47) yang diucapkan oleh Abu Thalib (PT) kepada Abu Jahal (MT) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’. Data (47) berkonstruksi kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri) yakni اصنع /ishna’/ ‘berbuatlah’. PT mengucapkan kalimat (47) bukanlah bermaksud memerintahkan kepada MT, melainkan bermaksud tachdi>d ‘mengancam’. Hal ini terlihat pada konteks kalimat. Konteks kalimat tersebut adalah PT didatangi oleh MT dan kaum Quraisy lainnya guna PT menyerahkan keponakannya untuk dibunuh. PT berusaha membela diri dan tidak akan menyerahkan keponakannya kepada kaum Quraisy. commit to user 105 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id PT menganggap bahwa MT-lah yang menjadi kambing hitam dalam kejadian tersebut karena telah mengumpulkan kehinaan tentang Muhammad kepada kaum Quraisy, serta mengumpulkan para kaum Quraisy untuk mendatangi PT. Sehingga kalimat (47) merupakan ancaman dari PT kepada MT. PT mengancam bahwa ia tidak takut terhadap apa yang akan dilakukan oleh MT. MT merasa terancam, kemudian ia marah dan mengajak para kaum Quraisy untuk meninggalkan Abu Thalib. Adapun kutipannya sebagai berikut: )59: ص ، حممد ّ هلموا ! (مسرحية ّ ! هلموا بنا ّ ) (يف غضب: أبو جهل /Abu Jahl : (Fi> ghadhabin) Halummu> bina>! Halummu>/ Abu Jahal : (Marah) “Mari kita pergi! Mari!” (Drama Muchammad, hlm: 34) B.7 Makna Iba>chah (Membolehkan) Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan dua kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna iba>chah ‘membolehkan’. Kedua kalimat perintah tersebut direalisasikan dengan bentuk verba imperatif (fi’l al-amri). Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna iba>chah ‘membolehkan’: فو اهلل ال أسلمك، اذهب يا ابن أخي فقل ما أحببت، كال: ) (يف عزم و قوة: ) أبو طالب48( )55: ص ، حممد ّ لشيئ أبدا (مسرحية /Abu Tha>lib : (Fi> ‘azmin wa quwwatin) Kala>, idzhab ya> ibna akhi> faqul ma> achbabta!/ Abu Thalib : (Dengan tekad dan kuat) “Tidak, pergilah wahai anak saudaraku, katakan apa yang kamu inginkan, demi Allah aku tidak akan masuk Islam.” (Drama Muchammad, hlm: 35) Data (48) merupakan kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif tersebut ditunjukkan pada lafadz /idzhab/ ‘pergilah’ dan اذهب قل/qul/ ‘katakan’. Kalimat perintah tersebut diucapkan oleh Abu Thalib sebagai penuturcommit (PT) kepada to user Muhammad sebagai mitra tutur 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (MT). Kalimat yang diucapkan oleh PT bukanlah mengandung makna amr ‘perintah’, melainkan bermakna iba>chah ‘membolehkan’. Hal ini terlihat pada konteks kalimat. PT mengucapkan kalimat (48) bukanlah bermaksud untuk memerintahkan MT untuk pergi dan berkata apa yang diinginkan oleh MT, tetapi PT bermaksud untuk mengizinkan atau membolehkan MT mendakwahkan agamanya. PT telah mengetahui bahwa MT adalah seorang rasul yang mengemban tugas untuk mengajak umat manusia beribadah kepada Allah. Ketika itu PT merasa khawatir terhadap MT karena kaumnya sendiri menolak agama yang dibawa oleh MT. PT berusaha membujuk MT agar tidak melanjutkan misi dakwahnya tersebut. Namun PT menolak. Akhirnya PT berubah pikiran dan membolehkan MT untuk mendakwahkan agama Islam. Sehingga kalimat (48) yang diucapkan oleh PT terhadap MT mengandung makna iba>chah ‘membolehkan’. )54: ص ، حممد ّ افعل ! (مسرحية: ) أبو جهل49( /Abu> Jahl : If’al!/ Abu Jahal : “Lakukan!” (Drama Muchammad, hlm: 39) Data (49) merupakan kalimat perintah yang diucapkan oleh Abu Jahal sebagai penutur (PT) kepada Umayyah sebagai mitra tutur (MT). Kalimat perintah tersebut ditandai oleh penggunaan verba imperatif (fi’l al-amri) yakni lafadz افعل /if’al/ ‘lakukan’. Kalimat perintah yang diucapkan oleh PT kepada MT tersebut sebenarnya bukan bermaksud amr ‘perintah’, hal ini terlih at pada konteks bahwa tindakan yang ingin dilakukan oleh MT adalah keinginannya sendiri, bukan karena tuntutan dari PT. Tindakan MT tersebut adalah ingin mencela Muhammad. Keinginan MT kemudian disetujui atau diperbolehkan oleh PT. Berikut kutipan commit to user 107 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang menunjukkan bahwa MT ingin mencela Muhammad, sebelum PT memberikan respon kepada MT: )54: ص ، حممد ّ (ينهض) انظروا: أميّة ّ حىت أغمزه ببعض القول (مسرحية /Umayyah : (Yanhadhu) Unzhuru> chatta aghmazahu> biba’dhil-qauli/ Umayyah : (Bangkit) “Lihatlah sampai aku mencelanya dengan beberapa perkataan!” (Drama Muchammad, hlm: 39) Tindakan yang diinginkan oleh MT tersebut mendapat respon oleh PT dengan mengatakan kalimat (49). Sehingga kalimat (49) tersebut memiliki makna iba>chah ‘membolehkan’. Akhirnya MT melakukan keinginannya tersebut dengan menghalangi jalannya Muhammad dan mencelanya, berikut kutipannya: )54: ص ، حممد ّ حممد) (مسرحية ّ ويعرتض، وقد ّأرمت، (يلتقط من األرض عظما باليا: أميّة /Umayyah : (Yaltaqithu minal-ardhi ‘uzhman ba>liyan, wa qad arramat, wa ya’taridhu Muchammadan)/ Umayyah : (Memungut sebuah tulang yang lusuh di tanah, dan meremuknya, kemudian ia menghalangi Muhammad) (Drama Muchammad, hlm: 39) Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam drama Muchammad babak pertama karya Taufik Al-Hakim tidak hanya bermakna perintah (makna haqi>qi>) saja, melainkan ditemukan makna-makna lain (makna ghairu haqi>q>i). Secara keseluruhan, kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam karya ini berjumlah 215 kalimat. Makna-makna kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam karya ini ditemukan tujuh makna antara lain makna perintah (makna haqi>q>i) sebanyak 44 kalimat , do’a (permohonan) sebanyak 43 kalimat, iltima>s (ajakan/menawarkan) sebanyak 118 kalimat, irsya>d (bimbingan/nasihat) sebanyak 3 kalimat, ta’ji>z (melemahkan) sebanyak 1 kalimat, tachdi>d (mengancam) sebanyak 4 kalimat, dan iba>chah (membolehkan) sebanyakcommit 2 kalimat. to user