`KALIMAT PERINTAH` DALAM DRAMA MU

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
MAKNA KALA>M AL-AMRI ‘KALIMAT PERINTAH’ DALAM DRAMA
MUCHAMMAD BABAK PERTAMA KARYA TAUFIK AL-HAKIM
Kalimat perintah dalam bahasa Arab disebut dengan istilah kala>m al-amri.
Al-amr adalah menuntut dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih
tinggi kepada pihak yang lebih rendah (Al-Jarim, 2007: 251). Kala>m al-amri
‘kalimat perintah’ dalam bahasa Arab tidak selalu mengandung makna sebenarnya
yakni makna perintah (makna haqi>qi> ). Namun terkadang dapat merujuk makna
bukan perintah (makna ghairu haqi>qi>). Makna ghairu haqi>qi>
do’a
berupa
(permohonan),
iltima>s
tersebut dapat
(mengajak/menawarkan),
irsya>d
(bimbingan/nasihat), ta’ji>z (melemahkan), iba>chah (membolehkan), taswiyah
(menyamakan), tamanni (mengharapkan sesuatu yang sulit tercapai), takhyi>r
(memilih), dan tachdi>d (mengancam) (Al-Jarim, 2007: 251). Makna-makna ini
dapat diketahui melalui siya>qul-kala>m ‘konteks kalimat’.
Adapun kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam drama Muchammad
babak pertama ditemukan 7 makna yakni makna perintah (makna haqi>qi>), do’a
(permohonan), irsya>d (bimbingan/nasihat), iltima>s (mengajak/menawarkan), ta’ji>z
(melemahkan), tachdi>d (mengancam), dan iba>chah (membolehkan). Berikut
analisis
makna-makna
kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam drama
Muchammad babak pertama:
1.
Makna Perintah (Makna Haqi>qi> )
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam bahasa Arab memiliki makna
perintah (makna haqi>qi>) apabila pihak yang menuntut (penutur) lebih tinggi
commit to user
kedudukannya daripada pihak yang dituntut mengerjakan pekerjaan (mitra tutur)
79
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Al-Jarim, 2010: 251). Adapun kalimat yang memiliki makna perintah (makna
haqi>qi> ) dalam drama Muchammad babak pertama, ditemukan sebanyak 44 data
yang direalisasikan dalam bentuk fi’l al-amri (verba imperatif) sebanyak 42 data,
al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri (verba imperfek yang didahului
partikel perintah) sebanyak 1 data, dan kalam al-khabari (kalimat deklaratif)
sebanyak 1 data. Berikut analisis kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan makna
haqi>qi> :
a. Makna perintah dengan menggunakan fi’l al-amri (verba imperatif)
Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang memiliki makna perintah
dalam bentuk fi’l al-amri :
‫ مثّ اذهب به إىل ذلك الرجل فقل له يأكل‬، ‫ خذ قطفا من العنب فضعه يف الطبق‬: ‫) عتبة‬29(
)07: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫منه ! (مسرحية‬
/’Utbah
: Khudz qathfan minal-‘inab fadha’hu> fi>’th-thabaqi,
tsumma idzhab bihi> ila> dzalika’r-raju>li faqul lahu> ya’kul
minhu>!/
‘Utbah
: “Ambillah buah anggur, letakkan di atas piring,
kemudian pergilah kepada laki-laki itu dan katakan
kepadanya untuk memakannya!” (Drama Muchammad,
hlm: 70)
Partisipan dalam data (29) adalah ‘Utbah sebagai penutur (PT) dan
Adas sebagai mitra tutur (MT). Data (29) yang dituturkan oleh ‘Utbah
merupakan bentuk kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ (KP) dengan
pemarkah fi’l al-amri (verba imperatif). Data tersebut menggunakan verba
jenis fi’il al-amri yakni pada kata
‫خذ‬
/khudz/ ‘ambillah’,
‘letakkan’,‫ اذهب‬/idzhab/ ‘pergilah’, dan ‫ قل‬/qul/ ‘katakan’.
commit to user
‫ضع‬
/dha’/
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data (29) mengandung makna perintah (makna haqi>qi>). Hal ini
terlihat pada konteks bahwa PT memerintahkan kepada MT untuk
memetik buah anggur, dan diminta untuk memberikannya kepada Nabi
Muhammad yang sedang berteduh di bawah pohon anggur. MT melakukan
apa yang diperintahkan oleh PT. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut
ini:
)07: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫عداس يسرع إىل ما أمر به (مسرحية‬
/’Ada>s yasra’u ila> ma> umira bihi>/
‘Adas bergegas kepada apa yang diperintahkannya.’ (Drama Muchammad,
hlm: 70)
Dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada MT karena MT merupakan budak dari PT. Berikut kutipan yang
menunjukkan bahwa MT adalah budak dari PT:
)07: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ (ينادي غالمه مهسا) يا عداس ! (مسرحية‬: ‫عتبة‬
/’Utbah
: (Yuna>di> ghula>mahu> hamisan) Ya> ‘Ada>s!/
‘Utbah
: (Memanggil budaknya dengan berbisik) “Wahai Adas!”
(Drama Muchammad, hlm: 70)
MT tidak akan menolak apa yang diperintahkan oleh PT karena
seorang budak tidak akan menolak apa yang diperintahkan oleh tuannya.
Sehingga data (29) memiliki makna perintah (makna haqi>qi>) karena
tuntutan pekerjaan tersebut diutarkan oleh PT yang berkedudukan lebih
tinggi kepada MT yang berkedudukan lebih rendah.
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Makna perintah dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’
yang
didahului lam al-amri
Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna perintah
dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’ yang dilekati lam al-amri :
)18: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ فليذهب أحدنا ينظر من خلل الباب ! (مسرحية‬: ‫) محزة‬30(
/Chamzah
: Falyadzhab achaduna> yanzhuru min khilalil-ba>bi!/
Hamzah
: “Salah satu diantara kita hendaknya melihat dari celah
pintu itu!” (Drama Muchammad, hlm: 81)
Data (30) merupakan kala>m al-amri
‘kalimat perintah’ dengan
pemarkah al-fi’l al-mudha>ri’ yang dilekati lam al-amri yakni pada lafadz
/liyadzhab/ ‘hendaklah pergi’. Kalimat yang diucapkan oleh Hamzah (PT)
kepada Muhammad dan para sahabat Muhammad (MT) adalah konstruksi
kalimat perintah. Konteks kalimat tersebut adalah PT memerintahkan salah
satu MT untuk pergi dan melihat di celah pintu untuk mengetahui siapa
yang datang. Perintah PT tersebut kemudian ditanggapi oleh salah satu MT
yakni Ali bin Abi Thalib, berikut kutipannya:
)18: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ مثّ يعود فزعا (مسرحية‬، ‫يذهب علي بن أيب طالب فينظر‬
ّ
/Yadzhabu ‘Aliyyu bin Abi> Tha>lib fayanzhuru, tsumma ya’u>du faz’an/
‘Ali bin Abi Thalib pergi, melihat (di celah pintu), kemudian kembali
dengan ketakutan.’ (Drama Muchammad, hlm: 81)
Data (30) mengandung makna perintah karena ditujukan oleh pihak
yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Kedudukan PT lebih
tinggi daripada MT karena PT adalah paman dari Muhammad, sedangkan
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MT adalah Muhammad dan para sahabat Muhammad. Sehingga data (30)
memiliki makna perintah.
c. Makna perintah dengan menggunakan kala>m al-khabari (kalimat
deklaratif)
Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang
memiliki makna perintah dalam bentuk kala>m al-khabari (kalimat
deklaratif):
‫ وهي‬، ‫ فإن هبا ملكا ال يظلم عنده أحد‬، ‫ (مهسا) لو خرجتم إىل أرض احلبشة‬: ‫حممد‬
ّ )31(
)26: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ (مسرحية‬، ‫أرض صدق‬
/Muchammad : (Hamisan) Lau kharajtum ila> ardhil-Chabasyah, fainna
biha> malikan la> yuzhlimu ‘indahu> achadun, wa hiya ardhun
shidqun/
Muhammad
: (Berbisik) “Seandainya kalian pindah ke bumi Habasyah,
di sana terdapat raja yang tidak akan mendhalimi orang
lain, Habasyah adalah bumi yang baik,” (Drama
Muchammad, hlm: 62)
Secara realistis data (31) adalah kala>m al-khabari (kalimat
deklaratif). Namun jika melibatkan konteks, data tersebut mengandung al-
amr
‘perintah’. Konteks kalimat tersebut adalah Muhammad (PT)
menyuruh kepada para sahabatnya (MT) untuk meninggalkan Makkah dan
berpindah ke Habasyah. PT menyuruh hijrah ‘pindah’ kepada MT agar
terlindung dari ancaman kaumnya, Quraisy. PT menyuruh MT dengan
menggunakan tuturan yang tidak langsung yakni dengan menggunakan fi’l
al-ma>dhi (verba perfek). Data (31) mengandung al-amr ‘perintah’ yang
ditunjukkan pada lafadz /lau kharajtum ila> ardhil-Chabasyah/ ‘Seandainya
kalian pindah ke bumi Habasyah’.
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perintah yang dituturkan PT kepada MT menuntut MT untuk
melakukan apa yang diperintahkan PT. PT adalah seorang rasul ‘utusan
Allah’ yang menyeru kebaikan kepada umat manusia, sedangkan MT
adalah para sahabat PT yang mengikuti apa yang diajarkan atau
diperintahkan oleh PT. Perintah yang dituturkan oleh PT tersebut
dilakukan oleh MT. Hal ini terbukti pada penggalan percakapan berikut
ini:
)26: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ (مسرحية‬، ‫حممد إىل احلبشة‬
ّ ‫ أ علمتم اخلرب ؟ لقد هاجر كثري من أتباع‬: ‫عقبة‬
/’Aqabah
: A ‘alimtumul-khabar? Laqad ha>jara katsi>run min atba>’i
Muchammadin ilal-Chabasyah/
‘Aqabah
: “Apakah kalian tahu sebuah kabar? Sungguh banyak para
pengikut Muhammad pindah ke Habasyah,” (Drama
Muchammad, hlm: 62)
Data (31) adalah kalimat yang bermakna perintah (makna haqi>qi>)
karena perintah tersebut didatangkan dari pihak yang kedudukannya lebih
tinggi yaitu Muhammad sebagai Rasulullah kepada pihak yang
kedudukannya lebih rendah yaitu para sahabat Muhammad.
2.
Makna Do’a ‘Permohonan’
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dapat bermakna do’a ‘permohonan’
apabila perintah tersebut disampaikan oleh pihak yang lebih rendah kepada pihak
yang lebih tinggi kedudukannya (Al-Jarim, 2007: 250). Dalam drama
Muchammad babak pertama, ditemukan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna do’a ‘permohonan’ sebanyak 43 data. Kalimat yang bermakna do’a
‘permohonan’ tersebut direalisasikan dengan enam bentuk yakni verba imperatif
(fi’l al-amri) sebanyak 29 data, verba imperfek yang didahului partikel perintah
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri) sebanyak 2 data, nomina yang
berfungsi sebagai imperatif (ism fi’l al-amr) sebanyak 3 data, nomina deverba
(mashdar) sebanyak 2 data, kalimat deklaratif (kala>m al-khabari) sebanyak 5 data,
dan kalimat interogatif (istifha>m) sebanyak 2 data.
a. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan fi’l al-amri (verba
imperatif)
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang memiliki makna do’a
‘permohonan’, dalam bentuk fi’l al-amri dapat dilihat pada contoh data di
bawah ini:
‫ ابعث‬.. ‫رب‬
ّ ‫ أى‬.. ‫رب ! إليك أشكو بالئي‬
ّ ‫ (وحيدا يف بالء يستعني ربّه) أي‬: ‫حممد‬
ّ )32(
)94: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫إيل وحيك ! (مسرحية‬
ّ ‫ ابعث‬.. ‫إيل وحيك‬
ّ
/Muchammad : (Wachi>dan fi> bala>’in yasta’i>nu Rabbahu>) Ay Rabb! Ilaika
asyku> bala>’i>..Ay Rabb..ib’ats ilayya wachyaka.. Ib’ats
ilayya wachyaka!/
Muhammad
: (Sendirian dalam keadaan sedih, meminta bantuan kepada
Tuhannya) “Wahai Rabb, hanya kepada-Mu lah aku
mengadukan kesedihanku...Wahai Rabb turunkanlah
wahyu-Mu kepadaku...turunkanlah wahyu-Mu kepadaku!”
(Drama Muchammad, hlm: 49)
Data (32) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif yakni
‫ابعث‬
/ib’ats/ ‘turunkanlah’
menyebabkan adanya modus imperatif
‘memerintah’. Partisipan dalam data (32) adalah Nabi Muhammad sebagai
penutur (PT) dan Allah/Rabb sebagai mitra tutur (MT).
Kedudukan Nabi Muhammad sebagai seorang hamba atau ciptaan
Allah adalah lebih rendah dibandingkan dengan Allah sebagai Sang
Kholiq ‘Pencipta’. Sehingga data (32) yang disampaikan oleh PT bukanlah
bermakna al-amr
commit
to user bermakna do’a ‘permohonan’
‘perintah’,
melainkan
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada MT. Hal ini terlihat pada konteks bahwa PT memohon kepada MT
untuk menurunkan wahyu kepadanya, karena PT harus memberikan
penjelasan kepada kaumnya mengenai ruh (malaikat Jibril) yang
menyampaikan wahyu kepadanya.
Do’a ‘permohonan’ dari PT mendapatkan respon dari MT dengan
mendatangkan malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada PT.
Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa malaikat Jibril datang untuk
menyampaikan wahyu kepada PT:
)94: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫يسمع صوتا فريفع رأسه فريى جربيل فيمتلئ قلبه فرحا ويصيح (مسرحية‬
/Yasma’u shautan fayarfa’u ra’sahu fayara Jibri>l fayamtali’u qalbahu>
farchan wa yashi>chu/
‘Mendengar suara, kemudian ia (Muhammad) mengangkat kepalanya,
melihat Jibril, hatinya penuh dengan kesenangan, lalu ia (Muhammad)
berteriak.’ (Drama Muchammad, hlm: 49)
b. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’
yang didahului lam al-amri (verba imperfek yang didahului partikel
perintah)
Kala>m
al-amri
‘kalimat
perintah’
dengan
makna
do’a
‘permohonan’, dalam bentuk fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri
dapat dilihat pada contoh data berikut ini:
، ‫ وأعلم مبا عابوا عليهم‬، ‫قومهم أعلى هبم عينا‬... ! ‫ صدقا أيّها امللك‬: ‫) البطارقة‬33(
)06: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ فليُ َرّداهم إىل بالدهم وقومهم ! (مسرحية‬، ‫فأسلمهم إليهما‬
/Al-Batha>riqah
: Shidqan ayyuhal-malik! Qaumuhum a’la bihim ‘ainan,
wa a’lamu bima> ‘a>bu> ‘alaihim, fa aslimhum ilaihuma>,
falyarudda>hum ila> bila>dihim wa qaumihim!/
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendeta
: “Benar wahai Raja! ... Kaum mereka (Quraisy) lebih
mulia daripada mereka (kaum muslimin), dan saya tahu
mereka (kaum muslimin) telah menjelekkan kaum
Quraisy, maka selamatkanlah mereka (kaum Quraisy)
dari kaum muslimin, hendaklah mereka berdua (utusan
Muhammad) dikembalikan ke negara mereka dan kaum
mereka!” (Drama Muchammad, hlm: 49)
Data (33) merupakan kalimat yang mengandung amr ‘perintah’.
Data tersebut merupakan bentuk kalimat perintah yang ditandai dengan
penggunaan fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri yakni pada lafadz
‫ ليُ َرّدا‬/liyarudda>/ ‘hendaklah mereka berdua dikembalikan’. Partisipan dalam
data (33) adalah pendeta sebagai penutur (PT) dan raja Najasyi sebagai
mitra tutur (MT). Konteks kalimat (33) adalah PT membujuk kepada MT
agar tidak memberikan perlindungan/pertolongan kepada kaum muslimin.
Dari segi kedudukannya, PT sebagai pendeta kerajaan memiliki
kedudukan yang lebih rendah dibandingkan MT karena ia adalah seorang
raja. Kalimat perintah yang diucapkan oleh P kepada MT tidak
dimaksudkan untuk makna memerintah, karena seorang raja tidak dapat
diperintah oleh seorang pendeta yang memiliki kedudukan yang lebih
rendah darinya. Sehingga data (33) memiliki makna do’a ‘permohonan’
yakni permohonan dari seorang pendeta kepada raja untuk menolak kaum
muslimin yang ingin meminta perlindungan dari raja.
c. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan ism fi’l al-amr
(nomina yang berfungsi sebagai verba imperatif)
Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna do’a ‘permohonan’, dalam bentuk ism fi’l al-amr :
)41: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ لقد دنَوا منا ! (مسرحية‬... ! ‫ (يف مهس) صه‬: ‫) ابن أريقط‬34(
/Ibnu Uraiqith : (Fi> hamisin)
Shah!to...user
Laqad danau> minna>/
commit
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ibnu Uraiqith: (Berbisik) “Diam! Sungguh mereka mendekat kepada kita!”
(Drama Muchammad, hlm: 98)
Data (34) diucapkan oleh Ibnu Uraiqith kepada Abu Bakar ketika
bersembunyi di gua Tsur. Kaum Quraisy mengejar mereka sampai ke gua
Tsur. Abu Bakar merasa ketakutan dan ia berdoa kepada Allah dengan
bertutur
‫هم‬
ّ ّ‫رمحتك الل‬
/rachmataka’l-La>humma/ ‘kami meminta rahmat-Mu
Ya Allah’. Adapun Ibnu Uraiqith meminta Abu Bakar untuk tidak
berbicara karena kaum Quraisy mulai mendekati mereka.
Data (34) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
menggunakan ism fi’l al-amr yakni
‫ صه‬/shah/ ‘diam’. Kalimat (34) yang
diucapkan oleh Ibnu Uraiqith (PT) kepada Abu Bakar (MT) tidaklah
bermakna amr ‘perintah’, namun memiliki makna do’a ‘permohonan’
yakni permohonan untuk tidak berbicara/mengeluarkan suara. Hal tersebut
disebabkan karena kedudukan PT lebih rendah daripada MT. PT adalah
seorang yang dimintai bantuan sebagai penunjuk jalan, sedangkan MT
adalah sahabat dekat Rasulullah (Muhammad).
Penggunaan bentuk ism fi’l al-amr
‫صه‬
/shah/ ‘diam’ memiliki
tekanan yang lebih kuat daripada bentuk fi’l al-amri
‫ اسكت‬/uskut/ ‘diam’.
PT menggunakan lafadz ‫ صه‬/shah/ ’diam’ karena situasi pada saat kejadian
tersebut adalah menegangkan, sehingga PT lebih memilih kata perintah
dengan bentuk ‫ صه‬/shah/ daripada ‫ اسكت‬/uskut/.
d. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan mashdar (nomina
deverba)
Kala>m
al-amri
‘kalimat
perintah’
dengan
makna
do’a
‘permohonan’, dalam bentuk mashdar dapat dilihat pada contoh data
berikut ini:
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
)69: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ ماذا تقول ؟ (مسرحية‬... ‫ ماذا أمسع ؟‬... ‫ رمحة وغفرا‬: ‫) خدجية‬35(
/Khadi>jah
: Rachmatan wa ghafran ... ma>dza> asma’u? ...ma>dza>
taqu>lu?/
Khadijah
: “Rahmatilah dan ampunilah! Apa yang aku dengar? Apa
yang kamu katakan?” (Drama Muchammad, hlm: 24)
Data (35) merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang
dimarkahi dengan penggunaan mashdar yakni pada lafadz ‫ رمحة‬/rachmatan/
dan
‫غفرا‬
/ghafran/ ‘rahmatilah dan ampunilah’. Tuturan Khadijah (PT)
kepada Allah (MT) tersebut tidaklah bermaksud untuk memerintahkan. PT
sebagai
seorang
‘abdu
(hamba)
tidaklah
dapat
menuntut
atau
memerintahkan kepada MT yakni Allah yang merupakan Sang Kholiq
(Pencipta).
Hal tersebut disebabkan karena kedudukan seorang hamba lebih
rendah dibandingkan dengan Allah. Allah adalah maha yang menguasai
atas segalanya, termasuk manusia. Sehingga data (35) memiliki makna
do’a ‘permohonan’, hal ini terlihat pada konteks kalimat bahwa PT
memohon rahmat dan ampunan kepada MT. PT merasa tidak percaya
terhadap apa yang diceritakan oleh suaminya bahwa ia didatangi oleh
malaikat dari langit.
e. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan kala>m al-khabari
(kalimat deklaratif)
Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang
bermakna do’a ‘permohonan’, yang direalisasikan dalam bentuk kala>m al-
khabari ‘kalimat deklaratif’
)97: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ُ )‫ (مهسا وقد أخذته ُرعدة‬: ‫) أبو بكر‬36(
ّ ‫الله ّم عونك ! (مسرحية‬
commit to user
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
/Abu> Bakrin
: (Hamisan wa qad akhadzathu ru’datun) Allahumma
‘aunaka!/
Abu Bakar
:(Berbisik dan mulai gemetar) “Ya Allah (saya meminta)
pertolongan-Mu!” (Drama Muchammad, hlm: 40)
Data (36) secara realitis berbentuk kala>m al-khabari ‘kalimat
deklaratif’, namun jika melibatkan konteks, kalimat tersebut mengandung
amr ‘perintah’. Kalimat (36) yang diucapkan oleh Abu Bakar (PT) kepada
Allah (MT) bukanlah bermakna perintah, tetapi mengandung makna do’a
‘permohonan’. PT adalah seorang makhluk (yang diciptakan), sedangkan
MT adalah Kholiq (yang menciptakan). Dari segi kedudukannya tersebut,
kedudukan PT lebih rendah daripada MT. Sehingga kalimat (36) yang
diucapkan oleh PT tersebut bukanlah sebuah tuntutan kepada MT,
melainkan adalah sebuah do’a ‘permohonan’.
Hal ini terlihat juga pada konteks kalimat bahwa PT merasa takut
karena Umayyah telah berbuat semena-mena terhadap Nabi Muhammad.
Umayyah menawarkan kepada Muhammad supaya dia mau menyembah
sesembahannya kaum Quraisy jika sesembahan mereka lebih baik
daripada sesembahannya Muhammad dan sebaliknya, jika sesembahan
Muhammad lebih baik daripada sesembahan mereka, maka kaum Quraisy
akan menyembah sesembahannya Muhammad. Nabi Muhammad tidak
mau menerima tawaran dari Umayyah, sehingga Umayyah meludah di
wajahnya Nabi Muhammad. Pada saat kondisi tersebut, PT tidak dapat
meminta bantuan kepada orang lain, kecuali meminta bantuan kepada
Allah.
commit to user
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data (36) merupakan doa’ ‘permohonan’ dari PT kepada MT.
Secara sintaksis, struktur kalimat (36) tidak lengkap karena fungsi S dan P
mengalami pelesapan (elipsis). Fungsi S dan P pada kalimat (36) dapat
diisi dengan lafadz
‫أسأل‬
/as’alu/ ‘saya meminta’. Sehingga kalimat (36)
menjadi:
! ‫اللهم أسأل عونك‬
ّ
/Allahumma as’alu ‘aunaka!/
“Ya Allah aku meminta bantuan-Mu!”
f. Makna do’a ‘permohonan’ dengan menggunakan istifha>m (kalimat
pertanyaan)
Contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ yang bermakna do’a
‘permohonan’, dalam bentuk istifha>m (kalimat pertanyaan) adalah sebagai
berikut:
‫ (ناظرا إىل السماء) أمل يأن يل أن أرى وجهك الذي أشرقت له الظلمات ؟‬: ‫حممد‬
ّ )37(
)66: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫(مسرحية‬
/Muchammadun :(Na>zhiran ila’s-sama>i) Alam ya’ni li> an ara wajhaka’lladzi> asyraqat lahu’zh-zhulama>t?/
Muhammad
: (Memandang ke langit) “Bukankah urusan bagiku, aku
melihat wajah-Mu yang menerangi kegelapan?” (Drama
Muchammad, hlm: 22)
Data (37) merupakan kalimat perintah yang direalisasikan dengan
bentuk istifha>m ‘kalimat pertanyaan’. Konteks kalimat tersebut adalah
Nabi Muhammad pergi ke gua Hira’. Ia ingin menyendiri. Setiba di gua
Hira’, ia bersujud lama. Kemudian berdoa kepada Allah dengan
mengucapkan kalimat di atas.
Kalimat
commit
to useryang diucapkan oleh Muhammad
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai penutur (PT) tidak hanya bermaksud untuk bertanya kepada Allah
sebagai mitra tutur (MT) apakah menjadi urusannya, jika ia ingin melihat
Allah. Melainkan maksud PT sesungguhnya adalah ingin melihat MT.
Jika dilihat dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang
lebih rendah daripada MT karena PT adalah seorang ‘abdu ‘hamba’ dan
MT adalah Kholiq ‘Pencipta’. Seseorang yang berkedudukan lebih rendah
tidak dapat menuntut/memerintahkan kepada pihak yang lebih tinggi.
Seorang ‘abdu ‘hamba’ tidak dapat menuntut/memerintah kepada
Tuhannya. Sehingga data (37) yang diucapkan oleh PT tidak bermakna
perintah (amar haqi>qi>), melainkan do’a ‘permohonan’.
3.
Makna Irsya>d (Bimbingan/Nasihat)
Kala>m
al-amri
‘kalimat
perintah’
dapat
bermakna
irsya>d
‘bimbingan/nasihat’ apabila mutakallim (penutur) tidak bermaksud menuntut atau
mengharuskan, melainkan menasihati atau memberikan petunjuk kepada
mutakallim (mitra tutur) (Al-Jarim, 2007: 250). Pada drama Muchammad babak
pertama ditemukan 3 buah kalimat yang mengandung amr ‘perintah’ dengan
makna irsya>d ‘bimbingan/nasihat’ dalam bentuk kalimat deklaratif (kala>m al-
khabari). Berikut ini contoh dari kalimat yang mengandung amr
‘perintah’
dengan makna irsya>d ‘nasihat’.
)55: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ تقولون ال إله إالّ اهلل (مسرحية‬: ‫حممد‬
ّ )38(
/Muchammad : Taqu>lu>na La> Ilaha illa’l-La>hu/
Muhammad
hlm: 55)
: “Kalian berkatalah La> Ilaha illa’l-La>hu.” (Drama Muchammad,
commit to user
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data (38) merupakan kala>m al-khabari (kalimat deklaratif) yang
mengandung amr
‘perintah’. Partisipan dalam data (38) adalah Muhammad
sebagai penutur (PT) dan kaum Quraisy sebagai mitra tutur (MT). PT adalah
seorang rasul (utusan) Allah yang mengemban tugas untuk mendakwahkan agama
Islam. Kalimat (38) yang diucapkan oleh PT mengandung nasihat/bimbingan, hal
ini terlihat pada konteks kalimat bahwa PT menginginkan agar MT mau
mengucapkan kalimat syahadat La> Ilaha illa’l-La>hu. Kalimat syahadat merupakan
salah satu rukun Islam yang harus dipenuhi oleh seorang muslim. Mengucapkan
kalimat syahadat tidak hanya dilakukan secara lisan saja, tetapi memiliki
konsekuensi yang harus dilakukan yakni beribadah kepada Allah.
PT mengucapkan kalimat (38) dengan maksud untuk membimbing
kaumnya, Quraisy agar mereka memeluk agama Islam dengan ber-syahadat.
Namun kaum Quraisy menolak mengucapkannya. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini:
)55: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫يصفق القوم بأيديهم استنكارا (مسرحية‬
/Yushaffiqu l-qaumu bi’aidi>him istinka>ran/
‘Kaum Quraisy bertepuk tangan, inkar.’ (Drama Muchammad, hlm: 55)
)55: ‫ص‬
/Muchammad
Muhammad
، ‫حممد‬
ّ : ‫حممد‬
ّ ‫ يأمركم أن تعبدو اهلل (مسرحية‬، ‫إّن رسول اهلل إليكم‬
ّ )39(
: Inni> Rasu>lu’l-La>hi ilaikum, ya’murukum an ta’budu>’lLa>ha/
: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi kalian,
Allah memerintahkan kalian supaya menyembah kepada
Allah.” (Drama Muchammad, hlm: 35)
Secara realistis, data (39) merupakan konstruksi kalimat deklaratif (kala>m
al-khabari), namun jika mengkaitkan dengan konteks, data (39) mengandung amr
‘perintah’. Partisipan dalam data (39) adalah Muhammad sebagai penutur (PT)
commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kaum dari kabilah ‘Amir sebagai mitra tutur (MT). PT adalah seorang rasul
‘utusan’ yang diperintahkan oleh Allah untuk menyeru kepada umat manusia agar
beribadah kepada Allah. Sedangkan MT adalah nama salah satu kabilah yang ada
di Makkah.
Di Makkah, tempat tinggal PT, ketika itu masyarakatnya dikenal dengan
jahiliyah yakni menyembah berhala/patung. Allah mengutus seorang rasul, yakni
Muhammad (PT) untuk menyeru kepada kaumnya agar meninggalkan sikap jahili
tersebut dengan menyembah kepada Allah. PT mengucapkan kalimat (39) tersebut
bermaksud untuk irsya>d ‘membimbing’ kaumnya. PT ingin membimbing MT agar
mau menyembah kepada Allah dan meninggalkan kebiasaan buruknya yakni
menyembah kepada berhala. Sehingga data (39) tersebut mengandung makna
irsya>d ‘membimbing’.
4.
Makna Iltima>s (Mengajak/Menawarkan)
Kala>m
al-amri
‘kalimat
perintah’
dapat
bermakna
iltima>s
‘mengajak/menawarkan’ apabila perintah tersebut disampaikan oleh seseorang
kepada temannya atau kepada musuhnya (Al-Jarim, 2007: 251). Aiman Amin
Abdul Ghani dalam buku Al-Ka>fi> fil-Bala>ghah: Al-Baya>n wal-Badi’ wal Ma’a>ni
juga menyebutkan bahwa kalimat perintah dapat bermakna iltima>s ‘tawaran’
apabila dituturkan diantara dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang
sama. Misal: digunakan antar sesama teman (Ghani, 2011: 333).
Pada drama Muchammad
mengandung amr
babak pertama terdapat 118 kalimat yang
‘perintah’ dengan makna iltima>s. Kalimat yang bermakna
iltima>s ini direalisasikan dengan bentuk verba imperatif (fi’l al-amri) sebanyak 89
data, verba imperfek yang didahului partikel imperatif (al-fi’l al-mudha>ri’ yang
commit to user
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didahului lam al-amri) sebanyak 10 data, nomina deverba (mashdar) sebanyak 1
data, nomina yang berfungsi sebagai perintah (ism fi’l al-amr) sebanyak 12 data,
dan kalimat tanya (istifha>m) sebanyak 6 data. Berikut contoh kalimat yang
mengandung makna iltima>s dengan keenam bentuk tersebut.
a. Makna iltima>s dengan menggunakan fi’l al-amri (verba imperatif)
Berikut ini contoh data kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna iltima>s ‘menawarkan’, dalam bentuk fi’l al-amri:
)61: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ (يلتفت) انظر (مسرحية‬: ‫) الراعى الثاّن‬40(
/Ar-Ra>’i> a’ts-tsa>ni>
: (Yaltafitu) Unzhur/
Penggembala (2)
: (Memandang) “Lihat!” (Drama Muchammad, hlm:
28)
Data (40) merupakan konstruksi kalimat perintah. Kalimat (40)
dituturkan
oleh
penggembala
(2)
sebagai
penutur
(PT)
kepada
penggembala (1) atau temannya sebagai mitra tutur (MT). Kalimat (40)
adalah konstruksi kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l
al-amri). Penggunaan verba imperatif pada data (40) ditunjukkan pada
lafadz ‫ انظر‬/unzhur/ ‘lihat’.
PT mengucapkan kalimat (40) dengan tujuan supaya MT
melakukan apa yang sedang dikerjakan oleh PT. Hal ini terlihat pada
konteks bahwa PT melihat seseorang mendatangi Nabi Muhammad dan
Ali yang sedang beribadah (shalat) di bukit. Dia adalah Abu Thalib, paman
Nabi Muhammad, sekaligus ayah dari Ali. Kemudian PT menunjuk orang
yang datang tersebut dan meminta MT untuk melihat seseorang yang
datang tersebut.
Kalimat (40) yang diucapkan oleh PT kepada MT bukanlah sebuah
commit to
perintah atau tuntutan karena
PTuser
sebagai pihak yang memerintah
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kedudukannya sama dengan MT sebagai pihak yang diperintahkan. PT dan
MT adalah sesama teman. Sehingga data (40) memiliki makna iltima>s
‘menawarkan’.
b. Makna iltima>s dengan menggunakan ism fi’l al-amr (nomina yang
berfungsi sebagai verba imperatif)
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna
iltima>s
‘menawarkan’, dalam bentuk ism fi’l al-amr dapat dilihat pada contoh
data berikut:
‫ فنشرتك حنن وأنت يف‬، ‫ وتعبد ما نعبد‬، ‫حممد ! َهلُم فلنعبد ما تعبد‬
ّ ‫ (متخبثا) يا‬: ‫) أمية‬41(
‫ وإن كان ما نعبد خريا مما‬، ‫ فإن كان الذي تعبد خريا مما نعبد كنا قد اخذنا حبظنا منه‬، ‫األمر‬
)54: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫تعبد كنت قد أخذت حبظك منه (مسرحية‬
/Umayyah
: (Mutakhabbitsan) Ya> Muchammad! Halumma falna’bud
ma> ta’budu, wa ta’budu ma> na’budu, fanasytariku nachnu
wa anta fil-amri, fa in ka>na ‘l-ladzi> ta’budu khairan
mimma> na’budu kunna> qad akhadzna> bichazhzhina> minhu,
wa in ka>na ma> na’budu khairan mimma> ta’budu kunta qad
akhadzta bihazhzhika minhu/
Umayyah
: “Wahai Muhammad! Marilah, kami menyembah apa yang
kamu sembah dan kamu menyembah apa yang kami
sembah. Kami akan membantumu, begitu juga kamu.
Apabila yang kamu sembah lebih baik dari apa yang kami
sembah, maka kami akan mengambil nasib baik kami
darinya, tetapi jika apa yang kami sembah lebih baik dari
apa yang kamu sembah, maka kamu akan mengambil nasib
baikmu darinya.” (Drama Muchammad, hlm: 54)
Partisipan pada data (41) adalah Umayyah sebagai penutur (PT)
dan Muhammad adalah sebagai mitra tutur (MT). Kalimat (41) yang
dituturkan oleh Umayyah di atas merupakan kala>m al-amri ‘kalimat
perintah’ dengan pemarkah ism fi’l al-amr. Lafadz yang menunjukkan amr
to user ‘marilah’. Namun kalimat (41)
‘perintah’ tersebut adalah commit
‫ َهلُم‬/halumma/
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut tidak digunakan untuk makna perintah, melainkan untuk iltima>s
‘menawarkan’ karena kedudukan antara PT dan MT adalah sederajat.
Selain itu juga dapat terlihat pada konteks kalimat.
Konteks kalimat tersebut adalah PT menawarkan kepada MT
bahwa mereka (kaum Quraisy) akan menyembah kepada Tuhannya
Muhammad, jika Tuhan yang disembah Muhammad itu lebih baik dari
sesembahan mereka, akan tetapi jika Tuhan Muhammad tidak lebih baik
dari sesembahan mereka, maka Muhammad harus menyembah kepada
sesembahan mereka. Namun tawaran dari Umayyah tersebut ditolak oleh
Muhammad dengan membacakan surat Al-Kafirun, dimana kandungan
surat tersebut menjelaskan tentang keyakinan dalam beragama. Berikut
respon atau tanggapan dari MT:
‫ (يتلو) قل يا أيّها الكافرون * ال أعبد ما تعبدون * وال أنتم عابدون ما أعبد * وال أنا عابدون ما‬: ‫حممد‬
ّ
)97: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫عبدمت * وال أنتم عابدون ما أعبد * لكم دينكم وليدين (مسرحية‬
/Muhammad : (Yatlu>) Qul ya> ayyuhal ka>firu>n. La> a’budu ma> ta’budu>n.
wa la> antum ‘a>bidu>na ma> a’bud. Wa la> ana> ‘a>bidum ma>
a’badtum. Wa la> antum ‘a>bidu>na ma> a’bud. Lakum
di>nukum waliyadi>n/
Muhammad
: (Membaca) “Katakanlah wahai orang-orang kafir. Aku
tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kalian tidak
menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu pun
bukanlah penyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamu
dan bagiku agamaku.” (Drama Muchammad, hlm: 40)
commit to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Makna iltima>s
dengan menggunakan al-fi’l al-mudha>ri’
yang
didahului lam al-amri
Berikut ini contoh data kala>m al-amri dengan makna iltima>s
‘menawarkan’, dalam bentuk al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-
amri :
)41: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫ فلينظر أحدنا يف الغار ! (مسرحية‬: ‫) قريش‬42(
/Quraisy
: Falyanzhur achaduna> fil-gha>ri!/
Quraisy
: “Salah satu diantara kita hendaklah melihat di dalam gua!”
(Drama Muchammad, hlm: 98)
Data (42) merupakan kala>m al-amri yang ditandai dengan
penggunaan al-fi’l al-mudha>ri’ yang didahului lam al-amri yakni pada
lafadz ‫ فلينظر‬/falyanzhur/ ‘hendaklah melihat’. Kalimat (42) diucapkan oleh
salah seorang kaum Quraisy (PT) kepada temannya (MT) ketika mencari
Nabi Muhammad dan Abu Bakar yang dapat melarikan diri dari kepungan
kaum Quraisy. Kalimat perintah yang diucapkan oleh PT kepada MT
tersebut bukanlah bermaksud untuk perintah, namun bermakna iltima>s
‘menawarkan’. PT dan MT adalah sesama teman, sehingga kedudukan
diantara PT dan MT adalah sama (sederajat).
Makna iltima>s ini terlihat pada konteks yakni PT menawarkan
kepada MT untuk memeriksa ke dalam gua. Tawaran tersebut disepakati
oleh MT. Hal tersebut terbukti dengan adanya salah seorang dari mereka
yang mau memeriksa ke dalam gua. Namun ia tidak jadi memeriksanya
karena ia melihat dua burung merpati yang liar di mulut gua. Ia
beranggapan bahwa Muhammad dan Abu Bakar tidak mungkin berada di
dalam gua. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa tawaran dari PT
mendapat respon dari salah seorang temannya:
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
‫ محامتان وحشيتان ! (مسرحية‬.. ! ‫ (ينظر إىل فم الغار مثّ ميضى) عجبا‬: ‫رجل من قريش‬
)41: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ
/Rajulun min Quraisy
: (Yanzhuru ila> fammil-gha>ri tsumma
yamdha)
‘Ajaban!
..
Chama>mata>ni
wachsyaita>ni!
Seorang laki-laki dari Quraisy: (Melihat mulut gua kemudian berlalu)
“Ajaib! Ada dua burung merpati yang liar!”
(Drama Muchammad, hlm: 98)
d. Makna iltima>s dengan menggunakan mashdar (nomina deverba)
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna
iltima>s
‘menawarkan’, dalam bentuk mashdar dapat dilihat pada contoh data
berikut:
)04: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ صربا حىت ننظر ما يكون من أمر عمر (مسرحية‬: ‫) فاطمة‬43(
/Fa>thimah
: Shabran chatta nanzhura ma> yaku>nu min amri ‘Umar/
Fatimah
: “Sabarlah, sampai kita melihat apa tindakannya Umar.”
(Drama Muchammad, hlm: 79)
Data (43) yang diucapkan oleh Fatimah (PT) kepada Khabab (MT)
adalah kalimat yang mengandung amr ‘perintah’. Konteks kalimat ini
adalah ketika Khabab sedang membacakan ayat Al-Quran kepada Sa’d
dan Fatimah. Tiba-tiba, terdengar suara Umar (kakak Fatimah). Kemudian
Khabab bersembunyi di dalam kamar, takut akan disiksa Umar. Ketika itu
Umar belum masuk Islam. Ia mendatangi rumah adiknya, Fatimah setelah
mendengar kabar bahwa adik dan adik iparnya telah masuk Islam.
Data (43) tersebut berkonstruksi kalimat perintah dengan
menggunakan bentuk mashdar ‘nomina deverba’ yakni pada lafadz
‫صربا‬
/shabran/ ‘sabar’. PT meminta MT agar bersabar dan tetap bersembunyi di
commit to user
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kamar. MT ingin keluar dari rumah PT karena takut jika ia akan
disiksa oleh kakak PT.
Kalimat perintah (43) tersebut tidak digunakan PT untuk
memerintahkan kepada MT, melainkan bermaksud iltima>s ‘menawarkan’.
Kalimat perintah dapat bermakna iltima>s apabila kedudukan antara
penutur dan mitra tutur adalah sama (sederajat). Adapun kedudukan PT
dan MT dalam kalimat (43) adalah sederajat. PT dan MT adalah sesama
teman atau sesama pengikut Nabi Muhammad. Sehingga data (43)
memiliki makna iltima>s ‘menawarkan’.
e. Makna iltima>s dengan menggunakan istifha>m (kalimat interogatif)
Kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna
iltima>s
‘menawarkan’, yang direalisasikan dalam bentuk istifha>m (kalimat
interogatif) dapat dilihat pada contoh data berikut:
)10: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ أكلّمكم ؟ (مسرحية‬، ‫ أفال جتلسون‬: ‫حممد‬
ّ )44(
/Muchammadun
: Afala> tajlisu>na, ukallimukum?/
Muhammad
: “Tidakkah kalian duduk, aku ingin berbicara
kepada kalian?” (Drama Muchammad, hlm: 79)
Data (44) merupakan kalimat yang berkonstruksi interogatif
(istifha>m).
Namun
jika
melihat
konteksnya,
data
(44)
tersebut
mengandung amr ‘perintah’. Muhammad (PT) mengucapkan kalimat (44)
tersebut sebenarnya ingin mengajak kabilah Khazraj (MT) untuk duduk
bersama dengan PT. PT ingin menyeru kepada MT agar mereka
menyembah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya. PT adalah
seorang rasul (utusan) Allah yang mendapat tugas untuk mendakwahkan
commit to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agama Islam, sedangkan MT adalah salah satu kabilah di Makkah yang
beragama Yahudi.
Kalimat (44) yang diucapkan oleh PT bukanlah bermaksud
memerintahkan MT, namun bermaksud iltima>s ‘mengajak’, hal ini terlihat
pada konteks kalimat bahwa PT mengajak MT untuk duduk bersama.
Ajakan PT tersebut mendapatkan respon dari MT yakni sebagai berikut:
)10: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ (جيلسون إليه ) (مسرحية‬... ‫ بلى‬: ‫القوم‬
/Al-Qaumu
: Bala... (Yajlisu>na ilaihi)/
Kaum
:“Ya.” (Mereka duduk bersama Muhammad) (Drama
Muchammad, hlm: 87)
Dari segi kedudukannya, PT memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada MT, karena PT adalah seorang rasul (utusan) Allah. Namun
sebelumnya MT tidak mengetahui bahwa PT yang mengajak mereka
duduk adalah seorang rasul, sehingga kedudukan PT dan MT adalah
sederajat karena sama-sama tidak mengenal sebelumnya. Sehingga data
(44) bermakna iltima>s ‘mengajak’ karena dituturkan diantara dua orang
atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama.
B.5 Makna Ta’ji>z (Melemahkan)
Kalimat perintah dengan makna ta’ji>z ‘melemahkan’ dapat terjadi apabila
hal yang diperintahkan tersebut adalah sesuatu yang mustahil dapat dilakukan
oleh pihak yang diperintahkan (Ghani, 2011: 334). Pada drama Muchammad
babak pertama ditemukan satu buah kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dengan
makna
ta’ji>z
‘melemahkan’.
Kalimat
tersebut
commit to user
direalisasikan
dengan
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan verba imperatif (fi’l al-amri). Berikut ini contoh data kala>m al-amri
yang bermakna ta’ji>z ‘melemahkan’:
)56: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ أسقط السماء علينا كسفا (مسرحية‬: ‫) أبو جهل‬45(
/Abu> Jahl
: Asqithi’s-sama>a ‘alaina> kasafan/
Abu Jahal
: “Jatuhkan langit itu kepada kami sehingga langit itu menutupi
kami.” (Drama Muchammad, hlm: 52)
Data (45) merupakan kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif
(fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif pada data (45) ditunjukkan pada lafadz
‫أسقط‬
/asqith/ ‘jatuhkan’. Para pemuka Quraisy diantaranya Abu Jahal, Abu
Sufyan, Umayyah, dan kaum Quraisy lainnya sepakat akan menemui Muhammad.
Mereka akan memberikan harta, kemuliaan, atau kekuasaan kepada Muhammad,
jika Muhammad mau berhenti mendakwahkan agama yang dibawanya (agama
Islam). Namun Muhammad menolaknya. Hal tersebut membuat kaum Quraisy
menjadi marah dan ingin menantangnya.
Abu Jahal sebagai penutur (PT) memerintahkan Muhammad sebagai mitra
tutur (MT) untuk menjatuhkan langit. Namun sebenarnya PT mengucapkan
kalimat (45) tersebut bukan bermaksud untuk memerintahkan MT, melainkan
bermaksud ta’ji>z ‘melemahkan’ MT.
MT adalah seorang rasul ‘utusan’ dan hanya manusia biasa. MT tidak
mungkin dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh PT. Menjatuhkan langit
adalah pekerjaan di luar kemampuan manusia karena hanya Sang Kholiq-lah yang
dapat melakukannya. Sehingga PT mengucapkan kalimat (45) tersebut untuk
melemahkan MT. PT marah karena MT tidak mau menerima tawaran dari
kaumnya dan bersikukuh untuk mendakwahkan agama Islam.
commit to user
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.6 Makna Tachdi>d (Mengancam)
Menurut As-Suyuti sebagaimana yang dikutip oleh Luqman (2006: 46)
menyatakan bahwa kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ mengandung makna tachdi>d
‘mengancam’ jika diucapkan penutur dengan tujuan untuk menunjukkan
kemurkaannya kepada mitra tuturnya dengan memberikan ancaman atau menakutnakuti mitra tuturnya. Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan 4
kalimat perintah yang mengandung makna tachdi>d ‘mengancam’ dalam bentuk
verba imperatif (fi’l al-amri). Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang
bermakna tachdi>d ‘mengancam’:
‫علي‬
ّ ‫ ف ّرد ذلك‬، ‫ (يف صيحة شديدة) ما يعنيين من أمره ؟ أنا على دينه أقول ما يقول‬: ‫) محزة‬46(
)96: ‫ ص‬، ‫حممد‬
ّ ‫إن استطعت ! (مسرحية‬
/Chamzah
: (Fi> shi>chatin syadi>datin) Ma> ya’ni>ni> min amrihi? Ana> ‘ala di>nihi>
aqu>lu ma> yaqu>lu, farudda dzalika ‘alayya in istatha’ta!/
Hamzah
: (Dengan teriakan keras) “Apa urusanku dengannya? Aku berada
pada agamanya. Aku berkata apa yang ia katakan, maka cegahlah
hal itu kepadaku jika kamu dapat!” (Drama Muchammad, hlm: 42)
Data (46) diucapkan oleh Hamzah (PT) kepada Abu Jahal (MT). Hamzah
adalah paman Muhammad, sedangkan Abu Jahal adalah salah seorang pemuka
Quraisy yang membenci Muhammad. Data (46) merupakan kalimat perintah yang
dimarkahi oleh verba imperatif yaitu
‫رد‬
ّ
/rudda/ ‘cegahlah’. Kalimat (46) yang
diucapkan oleh PT tersebut bukanlah bermakna amr ‘perintah’, namun bermakna
tachdi>d ‘mengancam’. Hal ini dapat diketahui melalui konteks kalimat.
Konteks kalimat tersebut adalah PT merasa tidak terima bahwa
keponakannya dicela dan disakiti oleh para pemuka Quraisy. Kemudian PT
mendatangi para pemuka Quraisy. MT berusaha membela diri dengan mengatakan
/Ma> ya’ni>ka min amrihi?/ ‘apa urusanmu dengannya (Muhammad)?’. Para
commit to user
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemuka Quraisy tidak mengetahui bahwa PT telah masuk Islam (menjadi
pengikut Muhammad). Perkataan MT tersebut membuat marah PT. PT
mengancam MT dengan mengajaknya berkelahi. MT dapat mencegah PT untuk
masuk Islam, jika MT dapat mengalahkan PT. Berikut kutipan yang menunjukkan
terjdinya perkelahian antara PT dan MT:
)96: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ ويضرب هبا ابا جهل فيشجه شجة منكرة (مسرحية‬، ‫مثّ يرفع قوسه‬
/Tsumma yarfa’u qausahu>, wa yadhribu biha> Aba> Jahl fayasyujjuhu> syujjatan
munkiratan/
‘Kemudian dia (Hamzah) mengangkat panahnya dan memukulkannya kepada
Abu Jahal, dia (Hamzah) benar-benar melukainya (Abu Jahal).’ (Drama
Muchammad, hlm: 42)
‫ فاصنع ما‬، ‫علي‬
ّ ‫ ولكنّك قد أمجعت خذالّن ومظاهرة القوم‬، ‫ واهلل ما أنصفوّن‬: ‫) ابو طالب‬47(
)59: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫بدالك ! (مسرحية‬
/Abu> Tha>lib
: Wa’l-La>hi ma> anshafu>ni>, wa lakinnaka qad ajma’ta khidzla>ni> wa
mazha>hiratal-qaumi ‘alayya, fashna’ ma> bada> laka!/
Abu Thalib
: “Demi Allah mereka (kaum Quraisy) tidak berlaku adil bagiku,
tetapi kamu yang telah mengumpulkan kehinaanku dan
mengumpulkan kaum untuk menprotesku, maka berbuatlah apa
yang tampak bagimu!” (Drama Muchammad, hlm: 34)
Data (47) yang diucapkan oleh Abu Thalib (PT) kepada Abu Jahal (MT)
merupakan kala>m al-amri ‘kalimat perintah’. Data (47) berkonstruksi kalimat
perintah dengan pemarkah verba imperatif (fi’l al-amri) yakni
‫اصنع‬
/ishna’/
‘berbuatlah’. PT mengucapkan kalimat (47) bukanlah bermaksud memerintahkan
kepada MT, melainkan bermaksud tachdi>d ‘mengancam’. Hal ini terlihat pada
konteks kalimat.
Konteks kalimat tersebut adalah PT didatangi oleh MT dan kaum Quraisy
lainnya guna PT menyerahkan keponakannya untuk dibunuh. PT berusaha
membela diri dan tidak akan menyerahkan
keponakannya kepada kaum Quraisy.
commit to user
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PT menganggap bahwa MT-lah yang menjadi kambing hitam dalam kejadian
tersebut karena telah mengumpulkan kehinaan tentang Muhammad kepada kaum
Quraisy, serta mengumpulkan para kaum Quraisy untuk mendatangi PT. Sehingga
kalimat (47) merupakan ancaman dari PT kepada MT. PT mengancam bahwa ia
tidak takut terhadap apa yang akan dilakukan oleh MT. MT merasa terancam,
kemudian ia marah dan mengajak para kaum Quraisy untuk meninggalkan Abu
Thalib. Adapun kutipannya sebagai berikut:
)59: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫هلموا ! (مسرحية‬
ّ ! ‫هلموا بنا‬
ّ )‫ (يف غضب‬: ‫أبو جهل‬
/Abu Jahl
: (Fi> ghadhabin) Halummu> bina>! Halummu>/
Abu Jahal
: (Marah) “Mari kita pergi! Mari!” (Drama Muchammad, hlm: 34)
B.7 Makna Iba>chah (Membolehkan)
Pada drama Muchammad babak pertama ditemukan dua kala>m al-amri
‘kalimat perintah’ dengan makna iba>chah ‘membolehkan’. Kedua kalimat
perintah tersebut direalisasikan dengan bentuk verba imperatif (fi’l al-amri).
Berikut ini contoh data kala>m al-amri yang bermakna iba>chah ‘membolehkan’:
‫ فو اهلل ال أسلمك‬، ‫ اذهب يا ابن أخي فقل ما أحببت‬، ‫ كال‬: )‫ (يف عزم و قوة‬: ‫) أبو طالب‬48(
)55: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫لشيئ أبدا (مسرحية‬
/Abu Tha>lib
: (Fi> ‘azmin wa quwwatin) Kala>, idzhab ya> ibna akhi> faqul ma>
achbabta!/
Abu Thalib
: (Dengan tekad dan kuat) “Tidak, pergilah wahai anak saudaraku,
katakan apa yang kamu inginkan, demi Allah aku tidak akan
masuk Islam.” (Drama Muchammad, hlm: 35)
Data (48) merupakan kalimat perintah dengan pemarkah verba imperatif
(fi’l al-amri). Penggunaan verba imperatif tersebut ditunjukkan pada lafadz
/idzhab/ ‘pergilah’ dan
‫اذهب‬
‫ قل‬/qul/ ‘katakan’. Kalimat perintah tersebut diucapkan
oleh Abu Thalib sebagai penuturcommit
(PT) kepada
to user Muhammad sebagai mitra tutur
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(MT). Kalimat yang diucapkan oleh PT bukanlah mengandung makna amr
‘perintah’, melainkan bermakna iba>chah ‘membolehkan’. Hal ini terlihat pada
konteks kalimat.
PT mengucapkan kalimat (48) bukanlah bermaksud untuk memerintahkan
MT untuk pergi dan berkata apa yang diinginkan oleh MT, tetapi PT bermaksud
untuk mengizinkan atau membolehkan MT mendakwahkan agamanya. PT telah
mengetahui bahwa MT adalah seorang rasul yang mengemban tugas untuk
mengajak umat manusia beribadah kepada Allah. Ketika itu PT merasa khawatir
terhadap MT karena kaumnya sendiri menolak agama yang dibawa oleh MT. PT
berusaha membujuk MT agar tidak melanjutkan misi dakwahnya tersebut. Namun
PT menolak. Akhirnya PT berubah pikiran dan membolehkan MT untuk
mendakwahkan agama Islam. Sehingga kalimat (48) yang diucapkan oleh PT
terhadap MT mengandung makna iba>chah ‘membolehkan’.
)54: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ افعل ! (مسرحية‬: ‫) أبو جهل‬49(
/Abu> Jahl
: If’al!/
Abu Jahal
: “Lakukan!” (Drama Muchammad, hlm: 39)
Data (49) merupakan kalimat perintah yang diucapkan oleh Abu Jahal
sebagai penutur (PT) kepada Umayyah sebagai mitra tutur (MT). Kalimat perintah
tersebut ditandai oleh penggunaan verba imperatif (fi’l al-amri) yakni lafadz
‫افعل‬
/if’al/ ‘lakukan’. Kalimat perintah yang diucapkan oleh PT kepada MT tersebut
sebenarnya bukan bermaksud amr ‘perintah’, hal ini terlih at pada konteks bahwa
tindakan yang ingin dilakukan oleh MT adalah keinginannya sendiri, bukan
karena tuntutan dari PT. Tindakan MT tersebut adalah ingin mencela Muhammad.
Keinginan MT kemudian disetujui atau diperbolehkan oleh PT. Berikut kutipan
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang menunjukkan bahwa MT ingin mencela Muhammad, sebelum PT
memberikan respon kepada MT:
)54: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫ (ينهض) انظروا‬: ‫أميّة‬
ّ ‫حىت أغمزه ببعض القول (مسرحية‬
/Umayyah
: (Yanhadhu) Unzhuru> chatta aghmazahu> biba’dhil-qauli/
Umayyah
: (Bangkit) “Lihatlah sampai aku mencelanya dengan beberapa
perkataan!” (Drama Muchammad, hlm: 39)
Tindakan yang diinginkan oleh MT tersebut mendapat respon oleh PT
dengan mengatakan kalimat (49). Sehingga kalimat (49) tersebut memiliki makna
iba>chah ‘membolehkan’. Akhirnya MT melakukan keinginannya tersebut dengan
menghalangi jalannya Muhammad dan mencelanya, berikut kutipannya:
)54: ‫ص‬
، ‫حممد‬
ّ ‫حممد) (مسرحية‬
ّ ‫ ويعرتض‬، ‫ وقد ّأرمت‬، ‫ (يلتقط من األرض عظما باليا‬: ‫أميّة‬
/Umayyah
: (Yaltaqithu minal-ardhi ‘uzhman ba>liyan, wa qad arramat, wa
ya’taridhu Muchammadan)/
Umayyah
: (Memungut sebuah tulang yang lusuh di tanah, dan meremuknya,
kemudian ia menghalangi Muhammad) (Drama Muchammad, hlm:
39)
Kala>m al-amri
‘kalimat perintah’ dalam drama Muchammad
babak
pertama karya Taufik Al-Hakim tidak hanya bermakna perintah (makna haqi>qi>)
saja, melainkan ditemukan makna-makna lain (makna ghairu haqi>q>i). Secara
keseluruhan, kala>m al-amri ‘kalimat perintah’ dalam karya ini berjumlah 215
kalimat. Makna-makna kala>m al-amri
‘kalimat perintah’ dalam karya ini
ditemukan tujuh makna antara lain makna perintah (makna haqi>q>i) sebanyak 44
kalimat , do’a (permohonan) sebanyak 43 kalimat, iltima>s (ajakan/menawarkan)
sebanyak 118 kalimat, irsya>d (bimbingan/nasihat) sebanyak 3 kalimat, ta’ji>z
(melemahkan) sebanyak 1 kalimat, tachdi>d (mengancam) sebanyak 4 kalimat, dan
iba>chah (membolehkan) sebanyakcommit
2 kalimat.
to user
Download