BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Hakikatnya komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana yang
dinyatakan itu adalah pikiran, perasaaan seseorang kepada orang lain, degan
menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.
Namun pengertian komunikasi secara etimologis, menurut Wilbur Schramm berasal
dari bahasa latin “communicatio” (pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut
ambil bagian, pergaulan, ersatuan, peran serta kerjasama). Asal kata “communis”
berarti “common” (bersifat umum), sama atau bersama-sama). Sedangkan kata
kerjanya “ communicare” yang berarti berdialog, berunding atau bermusyawarah. Jadi
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.1
2.1.2 Komponen komunikasi
Komponen komunikasi dalam sebuah proses komunikasi adalah komponen
atau unsur yang dapat membuat komunikasi berlangsung, dalam sebuah formula
Lasswell yang menyajikan 5 komponen komunikasi yakni
-
Unsur Sumber (who,siapa)
-
Unsur pesan (says what, mengatakan apa)
-
Saluran komunikasi ( in whitch channel, pada saluran yang mana)
-
Unsur penerima ( to whom, kepada siapa)
-
Unsur pengaruh ( with what effect, dengan pengaruh apa)
2.2 Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan verbal yang
di ucapkan, menggunakan bahasa dan simbol. Sedangkan Komunikasi nonverbal
1
Rosmawaty H.P, S,sos, M.T, Mengenal Ilmu Komunikasi( metacommunication Ubiquitous) Jakarta ;
Widya Padjadjaran ;2010: 14
adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal
biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata
terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
`2.2.1 Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat, mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara
fungsional,
bahasa
diartikan
sebagai
alat
yang
dimiliki
bersama
untuk
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang
terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa.
Komunikasi verbal merupakan komunikasi dengan menggunakan kata-kata
atau dalam kata lain bahasa, bahasa ini bila digunakan dengan baik dapat
mempengaruhi orang di sekitarnya hanya dengan kata-kata saja. Komunikasi verbal
yang menggunkan bahasa dalam penerapan di realitas membuat manusia menciptakan
bagaimana memberi label atau simbolisasi pada dunia.
2.2.2 Fungsi Bahasa
Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstuktur sehingga
menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Setiap orang mempunyai nama
untuk identifikasi sosial dan menamakan objek-objek yang berlainan termasuk
menamain perasaan tertentu yang mereka alami2
Menurut Larry L Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu :
2
Fungsi penamaan
Riswandi, Ilmu Komunikasi; Yogyakarta; Graha Ilmu ;2009: 59
Penamaan atau penjulukan pada usaha mengindentifikasi objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi
-
Fungsi Interaksi
Fungsi Interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat
menghubungkan atara orangdengan orang lain, atau antara kelompok orang
dengan kelompok orang lainnya.
-
Fungsi transmisi Informasi
Melalui bahasa, Informasi dapat disampaikan kepada orang lain melalui
bahasa, karena kita menerima informasi setiap hari dari orang lain baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.2.3 Keterbatasan Bahasa
Bahasa yang merupakan komunikasi verbal yang digunakan manusia
memiliki porsi 35 % dari keseluruhan komunikasi manusia, Oleh sebab itu bahasa
mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya, yakni :
 Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang,
benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia
untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka
realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial,
tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
3
Kata-kata sifat dalam bahasa
cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintarbodoh,.
 Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan
persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar
belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai
3
Ibid 63-68
makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat;
kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat
kepada mahasiswanya yang nyontek.
 Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat
berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda,
tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir
sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya
yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang
adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan
Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang
artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama.
Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki
pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa
lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi
bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang
sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai
sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada
isomorfisme total.
 Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian),
penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan
kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat
seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi?
Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi,
jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud
bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila
yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari
nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan
tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca,
berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.4
2.3 Komunikasi non verbal
Komunikasi dengan menggunakan isyarat atau istilah yang bukan dengan
kata-kata merupakan komunikasi non verbal.. Istilah nonverbal biasanya digunakan
untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
2.3.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal
Perilaku nonverbal dapat diterima sebagai suatu aket siap pakai dari
lingkungan sosial kita, khususnya orang tua. Kita tidak pernah mempersoalkan
mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat
begitu untuk mengatakan hal lain.
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat
nonverbal menjadi tiga bagian yakni

Bahasa tanda (sign language)
acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis; bahasa isyarat
tuna rungu.

Bahasa tindakan ( action language)
Semua gerakan tubuh yang tidak digunkana secara eksklusif untuk
memberikan signal misalnya berjalan

4
ibid :68
Bahasa objek (object language)
Pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non verbal bersifat publik
seperti ukuran ruangan, bendera, gambar.5
2.3.1.1 Bahasa Tubuh
Dalam suatu istilah dapat dibilang suatu telaah kinesika (kinesics) yakni suatu
istilah yang diciptakan seorang perintis studi bhasa non verbal Ray L Birdwhistell.
Dalam setiap anggota tubuh seperti wajahn tangan,kepala, kaki dan bahkan secara
keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
2.3.1.1.1 Isyarat Tangan
Sebagian
besar
orang
menggunkan
tangan
mereka
dengan
leluasa,sebagian lagi moderat dan sebagian lagi hemat. Penggunaan isyarat
tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya , Contohnya di
beberapa negara telunjuk digunakan untuk menunjukkan sesuatu , hal itu tidak
sopan di Indonesia .Lain halnya seperti orang Amerika yang biasa menunjuk
dengan telunjuk tanpa bermaksud kasar pada orang yang dihadapinya, begitu
juga dengan suku di Afrika yang menunjuk dengan mencibirkan bibir bawah
mengganggap cara menunjuk Amerika sebagai kasar.6
2.3.1.1.2 Gerakan Kepala
Di beberapa negara anggukan kepala malah berarti ”tidak”, seperti di
Bulgaria sementara isyarat untuk ”ya” di negara itu adalah menggelengkan
kepala. Kaum wanita lebih terbatas lagi dalam mengubah postur tubuh
mereka. Umumnya wanita lebih cenderung menjaga lengannya lebih dekat
dengan tubuh mereka, kurang cenderung mencondongkan tubuh mereka ke
depan atau bersandar kebelakang. Meskipun bersilang kakai dianggap wanita
sebagai perilaku yang anggun oleh kalangan wanita.
2.3.1.1.3 Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
5
Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya hal 352
6
ibid 362
Di banyak hal seperti saling memandang dengan orang lain baik
dengan pria atau wanita pati tidak akan kuat memandangnya terus menerus.
Hal yang kana terjadi mungkin akan tersenyum, tertawa, atau melengos. Hal
ini karena ontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi :
Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain apakah kita
akan melakukan sesuatu dengan orang tersebut atau menghindarinya.
Contohnya ketika di dalam lift bila ingin mengatakan kepada teman kita
cenderung tidak suka berbicara melainkan menggunkan mata dengan tidak
melihat mereka yang ada di lift tersebut.
Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan
anda terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang
yang emereka sukai meskipun menurut penelitian , perilaku ini kurang ajeg di
kalangan wanita.7
2.3.1.2 Sentuhan
Studi tentang sentuh menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan seperti
foto adalah perilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata.
macam bentuk sentuhan seperti tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, cubitan, senggolan hingga bentuk sentuhan sekilas. Menurut orang
muda seseorang dapat merasa seperti terkena strum ketika disentuh lawaan jenisnya
yang disenanginya . ”And when I touch you I feel happy inside,” sebuah kata dari
John lennon dan Paul McCartney. Itu sebabnya Islam punya aturan ketat mengenai
sentuh–menyentuh diantara lelaki dan perempuan untuk menghindari konsekuensinya
yang menjurus pada perbuatan negatif.
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan yang merupakan suatu
rentang dari yang sengan impersonal hingga yang sangat pesonal Diantaranya:

Fungsional-profesional, disini sentuhan bersifat ”dingin” dan berorientasi–
bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
7
Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya hal 373

Sosial-sopan, perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat
tangan.

Cinta-keintiman, kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua
dengan lembut ; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, dua orang
yang bermain kaki di bawah meja ; orang eskimo yang saling
menggosokkan hidung.

Rangsangan seksual, kategori ini berkaitan erat dengan kategori
sebelumnya hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual
tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.8
2.3.1.3 Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalics), yakni pesan nonverbal yang merunjuk
pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan
berbicara , nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas
vokal(kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, siulan, suitan, tawa, erangan,
tangis,
gerutuan,
gumaman,
desahan.
Setiap
karakteristik
suara
ini
mengkomunikasikan emosi dan suatu pikiran. Misalnya suara yang ter engah-engah
menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan
ketegangan , kemarahan atau ketakutan.
2.3.1.4 Penampilan Fisik
Setiap orang punya pesepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu
busana serta ornamen atau aksesoris yang dikenakan seperti kaca mata, sepatu, tas,
jam tangan , kalung dsb. Para pelaku Lesbian biasanya menggunakan penampilan
fisik yang berbeda dengan hakikatnya sebagai perempuan.
2.3.1.5 Bau-bauan(parfum)
8
ibid hal 380
Bau-bauan terutama yang menyenangkan telah beradab-abad digunakan oleh
manusia, juga untuk menyampaikan pesan . Mereka yang ahli dalam wewangian
dapat membedakan bau parfum lelaki dengan bau parfum perempuan, bau parfum
yang digunakan seeorang dapat menyampaikan pesan bahwa mereka dari kelas
tertentu menengah atau kelas atas serta wewangian dapat mengirim pesan sebagai
godaan serta ekspresi femininitas atau maskulinitas seseorang.9
2.3.1.6 Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang , baik di
dalam rumah maupun dengan orang lain. Edward T Hall adalah seorang antropolog
yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai studi menelaah persepsi
manusia atas ruang (pribadi sosial) , cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh
ruang terhadap komunikasi. beberapa pakar lainnya memperluas konsep prosemika
ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh
terhadap proses komunikasi , termasuk iklim (temperatur) pencahayaan dan
kepadatan penduduk.
2.3.1.7 Warna
Individu sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional,
cita rasa, afiliasi politik atau bahkan mungkin keyakinan agama kita. Dalam setiap
budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai
atau tidak. Hingga pada derajat tertentu tampaknya ada hubungan antara warna yang
digunkan dengan kondisi fisiologis dan psikologis manusia.10
2.3.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis, peristiwa dan perilaku nonverbal
ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal.
9
ibid 403
ibid hal 356
10
Dilihat dari fungsinya perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi
menurut Paul Ekman antara lain :
-
Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan
dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, ”Saya tidak sungguhsungguh”.
-
Ilustrator, Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
-
Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka, memalingkan
muka menandakan ketidak sediaan berkomunikasi.
-
Penyesuai, Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan, itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
mengurangi kecemasan.
-
Affect Display, Pembesaran manik mata menunjukkan peningkatan emosi.
Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang”.11
2.4 Komunikasi Antarpribadi
Mengacu kepada rumusan masalah dalam penelitian, dimana semua
permasalahan berawal dari konsep pribadi. Itu artinya Komunikasi Antarpribadi
sebagai landasan dasar bagi seseorang untuk melakukan interaksi atau berhubungan
dengan komunitas atau lawan bicaranya. Berikut peneliti akan memaparkan mengenai
komunikasi Antarpribadi itu sendiri.
2.4.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Secara umum komunikasi Antarpribadi dapat diartikan sebagai proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. 12 Komunikasi
Antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
secara tatap muka seperti yang dinyatakan bahwa ”Interpersonal communication
involving two or more people in a face ti face setting”13.
11
Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya hal 349
12 Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perfektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya
Padjajaran.
13 Wayne Pace dalam Canggara (2007:32)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpribadi
merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung atau tatap
muka dan bersifat pribadi yang dilakukan oleh minimal dua orang. komunikasi
Antarpribadi mampu menjalin keakraban antara komunikator dengan komunikannya.
Hal ini disebabkan karena sifatnya yang langsung, sehingga dapat menciptakan
keterbukaan dan saling merasakan ketergantungan yang akhirnya dapat terjadi
hubungan yang lebih dekat. Serta membentuk kerjasama dalam melakukan sesuatu.
2.4.2. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi
Antarpribadi
memiliki
karakteristik
tersendiri.
Adapun
karakteristik komunikasi Antarpribadi. diantaranya adalah :
-
Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri(self) berbagai persepsi
komunikasi yang menyangkut pengamatan atau pemahaman berangkat dari
dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman
kita .
-
Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, dalam pengertiannya mengacu
kepada
tindakan
pihak-pihak
yang
berkomunikasi
secara
serempak
menyampaikan dan menerima pesan.
-
Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi, dimaksudkan bahwa komunikasi tidak hanya berkenaaan dengan
isi pesan yang dipertukartkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi
kita dan bagaimana hubungan antara partner tersebut.
-
Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik anatar pihakpihak yang berkomunikasi.
-
Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu
dengan yang lainna (interdependen) dalam proses komunikasi.
-
Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika salah
mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat
meminta maaf atas ucapan tersebut, tetapi tidak dapat menghapus yang pernah
kita ucapkan.14
14
Sasa Djuarsa Sendjaja dkk; Teori Komunikasi;Universitas Terbuka, Jakarta 2008; Hal2.1-2.2
2.4.3. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
Komunikasi diadik dan komunikasi triadik15. Pendapat lain yang menjelaskan tentang
jenis-jenis komunikasi Antarpribadi diuraikan oleh Wayne Pace dalam canggara lebih
spesifik mengkomunikasi Antarpribadikan bahwa komunikasi Antarpribadi menurut
jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1. Komunikasi Diadik
Proses yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka.
komunikasi Antarpribadi menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk
yakni
percakomunikasi
Antarpribadian,
dialog
dan
wawancara.
Percakomunikasi Antarpribadian berlangsung dalam situasi yang lebih
intim, lebih dalam, dan lebih personal sedangkan wawancara dilakukan
dalam bentuk yang lebih serius, yakni ada yang lebih dominan pada posisi
bertanya dan menjawab.
2. Komunikasi Kelompok kecil
Komunikasi Antarpribadi dalam kelompok kecil adalah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Kedua jenis
komunikasi Antarpribadi ini dapat berulang dimanapun. Dimana pada saat
terjadinya interaksi komunikasi antar komunikator dan komunikan.
2.4.4. Hambatan-hambatan Komunikasi Antarpribadi
Dalam
berkomunikasipun
terdapat
kendala
yang
dihadapi
untuk
menyampaikan pesan dari komunikan kepada komunikator. Berikut terdapat tiga
hambatan yang terjadi dalam komunikasi Antarpribadi antara lain yaitu:
- Hambatan Mekanik, timbul akibat adanya gangguan pada saluran
komunikasi, seperti terganggu saluran magnetik oleh getaran-getaran
15
Effendy, Uchjana Onong. 2003. Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
lain. Sehingga, mengakibatkan pesan yang disampaikan melalui
saluran tersebut tidak jelas sampai kepada komunikan.
-Hambatan Sistematik, sering terjadi pada tahap-tahap proses
komunikasi Karena berkisar pada masalah apa yang di komunikasikan
dan disampaikan pada tahapan-tahapan komunikasi. Suatu pesan akan
berarti lain pada seseorang dalam situasi dan konteks yang berbeda, hal
ini juga disebabkan karena adanya gangguan terhadap pengertian
pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga timbul salah
pengertian.
-Hambatan Manusiawi, sebagai masalah yang paling semu dalam
semua proses komunikasi karena berasal dari manusia itu sendiri. Hal
ini terjadi karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan dan ketidakcakapan, kemampuan atau ketidak mampuan
panca indera.
2.4.5. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Terdapat beberapa macam
efektifitas komunikasi Antarpribadi16. antara lain:
1.
Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang
hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan
Antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh
dalam
menumbuhkan
komunikasi
antarpribadi
yang
efektif.
Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa
lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini
tersebut.
2.
Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Komunikasi
antarpribadi
dapat
berlangsung
kondusif
apabila
komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada
16
Devito 1997: 259-263
komunikan (penerima pesan). Apabila empati tersebut tumbuh dalam
proses komunikasi antarpribadi, maka suasana hubungan komunikasi
akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan
penerimaan.
3.
Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk
mendukung komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi
antarpribadi
diperlukan
sikap
memberi
dukungan
dari
pihak
komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi.
Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi
antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi,
lebih-lebih dari komunikator.
4.
Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan dan
sikap positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk
interaksi yang efektif.
5.
Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2.4.6. Hubungan Komunikasi Antarpribadi
Dalam interaksi komunikasi Antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk
menjelaskan hubungan Antarpribadi. Hubungan Antarpribadi berlangsung melalui
beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima
tahap yang menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan.
Kelima tahap ini adalah:
1.
Kontak (Contact) pada tahap pertama kita membuat kontak, ada
beberapa macam persepsi alat indera. Anda melihat, mendengar, dan
membaui seseorang. Tahap awal ini menentukan seseorang untuk
memutuskan tetap melanjutkan ketahap berikutnya atau menghentikan
langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya.
2.
Keterlibatan (Invorment)
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan
lebih jauh. Ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal
orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Bila ini termasuk kepada
hubungan yang romantis anda akan melakukan kencan pada tahap ini.
3.
Keakraban (Intimacy)
Pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda
lebih jauh pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer.
Dimana orang lain menjadi sahabat baik atau kekasih anda
4.
Perusakan
Dua tahap berikutnya penurunan hubungan, ketika ikatan
diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan anda mulai
merasa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan
sebelumnya. Hubungan semakin menjauh. Makin sedikit waktu
senggang yang dilalui bersama dan apabila anda berdua bertemu,
hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang. Apabila
tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir
pemutusan.
5.
Pemutusan
(Solution/Disolution)Tahap
pemutusan
adalah
tahap
pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa
berupa dampak positif maupun dampak negatif. Begitu juga dalam
pengungkapan
diri
kaum
homoseksual
itu
sendiri
terhadap
komunitasnya. Dimana dalam tahap-tahap pemutusan bisa dalam
bentuk pemutusan hubungan dengan pasangan mereka untuk
mengakhiri hubungan asmara maupun dalam bentuk pemutusan
hubungan untuk kembali dalam keadaan penuh romantisme dengan
melakukan perbaikan dalam hubungan mereka.17
2.5 Lesbian
“Homoseksualitas di kalangan wanita disebut cinta lesbis atau lesbianisme.
Seperti yang Kartini Kartono dalam buku Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual ungkapkan bahwa lesbian atau lesbianisme berasal dari kata Lesbos yaitu
17
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia
pulau di tengah Lautan Egeis yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita.”
“Konon siapa saja yang lahir di pulau itu nama belakangnya akan di ikuti kata
Lesbia, namun tidak semua orang yang memakai nama tersebut adalah lesbian.
Mereka meneruskan kebiasaan tersebut untuk menghormati leluhur sebelumnya dan
agar kebiasaan itu tidak hilang oleh waktu karena semakin zaman terus berkembang
orang-orang pun lebih mengenal istilah lesbian sebagai lesbian. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya “wanita homoseks.” 18
Hingga pertengahan abad ke 20 semua para ahli berpendapat bahwa manusia
tidak sepenuhnya heteroseksual ataupun homoseksual. Istilah “homoseksual “ untuk
merujuk pada jenis seksual tertentu secara mutlak, sebagai contoh banyak individu
yang tertarik pada jenis kelamin tanpa pernah dikategorikan sebagai minoritas
seksual- seseorang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbian , gay, atau
biseksual. Survei nasional mengungkapkan bahwa 2,3 hingga 2,7 persen individu –
individu AS berdidentifikasi sebagai laki-laki gay dan 1,1 hingga 1,3 persen
beridentifikasi sebagai lesbian19
Seorang perempuan yang tergolong beridentifikasi menjadi seorang lesbian
memiliki respons fisiologis yang serupa selama mengalami gairah seksual dan
agaknya dibangkitkan oleh stimulasi taktil yang sejenis. Para peneliti tidak
menemukan perbedaan antara individu-individu heteroseksual dan minoritas seksual
dalam berbagai sikap , perilaku, dan penyesuaian diri. Dalam menjalani
kehidupannnya lesbian ataupun gay diketahui secara diam-diam untuk menahan daya
tariknya kepada sesama jenis, dan di usia pertengahan dan akhirnya remaja mulai
mengenali bahwa mereka seorang gay atau lesbian.
Identitas atau keterbukaan pada gay atau lesbian memantapkan identitas
sebagai seorang gay atau lesbian sering kali disebut sebagai proses membuka diri.
Sebuah studi penelitian empirias menyimpulkan untuk para remaja yang
mengungkapkan identitas gay atau lesbian mereka:
18
http://kamusbesarbahasaindonesia.com./1995/edisikedua.html
19
John w . Santrock Remaja “jakarta 2007 ; penerbit Erlangga

Orang tua jarang menjadi orang pertama yang diberitahu oleh remaja
mengenai ketertarikan mereka pada sesama jenis kelamin.

ibu biasanya sudah diberitahu sebelum ayah. Hal ini mungkin
disebabkan remaja memiliki relasi yang jauh dengan ayah.

Sekitar 50 hingga 60 persen remaja lesbian , gay, atau biseksual
berterus terang setidaknya kepada saudara kandung , namun saudara
kandung jarang menjadi orang pertama yang diberitahu.

orang pertama yang biasanya diberitahu mengenai identitas minoritas
seksual mereka adalah salah seorang kawan.
2.6 Lesbian di Kota Jakarta
Sama halnya dengan kota lain Jakarta yang memiliki jumlah penduduk terpadat
dari kota-kota besar di Indonesia juga memiliki berbagai kebiasaan serta pola hidup
yang beraneka ragam. Lesbian tidak sulit lagi untuk di temukan di kota Jakarta karena
kemodernan dari pola hidup serta pandangan masyarakat lesbian seakan bukan hal
baru yang ada. Hampir di setiap tempat hiburan, perbelanjaan, café, diskotiq dan
tempat nongkrong-nongkrong lainnya pasangan lesbian sudah dapat ditemukan .
Mereka berkomunitas serta berkumpul layaknya pasangan-pasangan normal lainnya.
Pada saatnya ketika mereka ingin melakukan pesta mereka bisa melakukan hal itu di
tempat khusus bagi mereka sendiri. Seperti halnya daerah blok M di Jakarta selatan
Taman Mahakam, Plaza Blok M, serta tempat karokean M Point biasa di adakan pesta
untuk para lesbian yang akan mengadakan pesta hiburan. Setiap malam jumat yang di
katakan Ladies night untuk mereka yang akan masuk ke tempat disco, untuk hari
rabu di pusat perbelanjaan Citos (Cilandak Town Square) para komunitas ini
berkumpul. untuk jadwal acara mereka sampaikan melalui jejaring sosial twitter,
facebook, serta Blackberry Messenger . Mereka mengadakan pesta dengan sebutan
sebutan yang awam di dengar untuk merahasiakan acara mereka tersebut agar
masyarakat tidak mengetahui bahwa mereka mengadakan pesta tersebut.
2.7
Teori Feminis
Teori Feminis adalah sebutan yang diberikan pada perpektif kelompok teori
yang menggali makna dari konsep-konsep gender. Teoritis feminis mengamati bahwa
banyak aspek kehidupan yang sebenarnya terlepas dari aspek biologis (jenis kelamin)
dipahami dalam kualitas gender, termasuk bahasa, karya, peran keluarga, pendidikan,
sosialisasi. Teori feminis kebanyakan menekankan pada penindasan dalam hubungan
gender.
Teori Feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang
luas untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial
telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan, Teori ini dituukan untuk
menentang asumsi-asumsi gender yang berlaku luas dalam masyarakat untuk
mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di
dunia.
Dengan demikian dapat di asumsikan bahwa teori feminis sebagai radika;
menyentuh akar dari pengalaman manusia dan menyuarakan perubahan dalam budaya
sosial dan struktur linguistic yang menentukan hubungan antara perempuan dan lakilaki.
Kritik feminis menjadi semakin popular dalam studi komunikasi, yang dimana
kritik ini mempelajari :

Gejala
dimana
(mendominankan
mempengaruhi
bahasa
yang
kedudukan
hubungan
bias
laki-laki
laki-laki
antara
akan
laki-laki
dan
perempuan.

Gejala dimana dominasi laki-laki telah membatasi
komunikasi bagi perempuan.

Gejala
dimana
perempuan
memiliki
pola-pola
percakapan dan bahasa laki-laki yang akomodatif dan
menentang kekuatan bentuk-bentuk komunikasi yang
feminism, dan gejala jenis lainnya.20
2.8 Komunikasi Kelompok(Komunitas)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok
ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam
20
Sasa Djuarsa Sendjaja dkk; Teori Komunikasi;Universitas Terbuka, Jakarta 2008; Hal9.1-9.25
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
2.8.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 21 mengatakan bahwa kelompok
primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
1.
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan
dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok
sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
3.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4.
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
5.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
21
Jalaludin Rakhmat, 1994

Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif
dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri
sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam
sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan
status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya
norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan
untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus
saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya
cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan
pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan
orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya
kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya
sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan
klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.
Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c.
kelompok penyadar.
Kelompok
tugas
bertujuan
memecahkan
masalah,
misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan
adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya.
Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial
politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi
meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.
2.8.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi

Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang
sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah
rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar
kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz
(1965)
menjelaskan
bahwa
kehadiran
orang
lain-dianggap-
menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi
pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan
kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya
respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila
respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila
respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar;
karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas
kerja individu.

Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.
Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
2.8.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:
a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggotaanggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi
(performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).
Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya
kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak
informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat
memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan
kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu22:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
22
Jalaludin Rahmat 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok
bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas
kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif.
Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,
tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok
berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan,
atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota
berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota
makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat
memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh
orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila
mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran
kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan
konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan
kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya
membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila
tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan
berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih
besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater menunjukkan bahwa
makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggotaanggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghamburhamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah
sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan
dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat
dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari menyarankam bahwa kohesi
diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara
interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan
fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat
untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota
kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota
kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan
terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih
sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat
dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas.
Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada
norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah
faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi
gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit. Mereka
mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez
faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang
seluruhnya
ditentukan
oleh
pemimpin.
Kepemimpinan
demokratis
menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok
untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan
laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil
keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang
minimal. 23
2.9 Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih
dari yang sehausnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat
antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.24
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti ”kesamaan : ,
kemudian dapat diturunkan dari ”communis” yang berari ”sama,publik, dibagi oleh
semua atau banyak”. 25 Komunitas dalam sebuah kelompok sosial dari beberapa
organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat
yang sama. Dalam komunitas manusia, individu- individu didalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi
yang serupa.
2.10 Fenomenologi
Teori Komunikasi yang masuk dalam tradisi fenomenologi berpandangan
bahwa manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga
mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung
dengan lingkungan.tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada
persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia. Pendukung teori ini
berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan
memiliki otoritas lebih besar daripada hipotesa penelitian sekalipun. 26
Fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti kemunculan suatu
objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang individu. Fenomenologi
menggunakan pengalaman langsung sebagai cara untuk memahami dunia.
Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai data utama dalam
23
Riswandi”Teori Komunikasi” ;GRAHA ILMU ;JAKARTA 2008 Hal 119-127
Hermaway Kertajaya,” Karakteristik entrepreneur”. PT Gramedia. Pusaka utama.Jakarta :2008, hal
20
25
ibid hal 21
26
Morissan “ Teori Komunikasi (Individu Hingga Massa)“KENCANA PRENADA GROUP
JAKARTA 2013 HAL-38
24
memahami realitas, Apa yang diketahui seseorang adalah apa yang dialaminya.
Stanley Deetz mengemukakan tiga prisip dasar fenomenologi27 :

Pengetahuan
adalah kesadaran. Pengetahuan
tidak disimpulkan dari
pengalaman namun ditemukan secara langsung dari pengalaman sadar.

Makna dari sesuayu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup seseorang.
dengan kata lain Bagaimana Anda memandang suatu objek bergantung pada
makna objek itu bagi anda.

Bahasa adalah “kendaraan makna”(vehicle meaning) . Kita mendapatkan
pengalaman melalui bahasa yang kita gunakan untuk mendefinsikan dan
menjelaskan dunia kita.
Karena interpretasi yang ada akan terus berubah, bolak-balik , sepanjang
hidup antara pengalaman dengan makna yang diberikan kepada setiap pengalaman
baru. Tradisi fenomenologi terbagi menjadi tiga bagian yakni :
1. Fenomenologi Klasik
Edmund Husserl tokoh pendiri fenomenologi modern adalah pemikir
fenomenologi klasik. Menurutnya orang harus berdisiplin dalam menerima
pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan
yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya melalui perhatian sadar
kebenaran dapat diketahui .
2. Fenomenologi Persepsi
Menurut fenomenologi persepsi pengalaman adalah subjektif, tidak
objektif sebagaimana pandangan husserls. tokoh penting dalam tradisi ini
Maurice Merleau –Ponty yang pandangannya dianggapmewakili gagasan
mengenai fenomenologi persepsi yang diniliai sebagai penolakan terhadap
pandangan objektif namun sempit dari Husserl. menurut Ponty , manusia
ialah makhluk yang memiliki kesatuan fisik dan mental yang menciptakan
makna terhadap dunianya. Kita mengetahui sesuatu hanya pada hubungan
pribadi dengan sesuatu itu, Sebagai manusia kita dipengaruhi oleh dunia
luar atau lingkugan kita, namun sebaliknaya kita juga memengaruhi dunia
27
Ibid hal 39
disekitar kita melalui bagaimana kita mengalami dunia. Dengan demikian
suatu objek atau peristiwa itu ada dalam suatu proses yang timbal balik(
give and take) yaitu hubungan dialogis dimana suatu objek atau peristiwa
memengaruhi objek atau peristiwa lainnya.
3. Fenomenologi hermenetik
Tradisi ini mirip dengan fenomenologi persepsi namun dikembangkan
secara lebih luas dengan menerapkannya secara lebih komprehensip dalam
komunikasi. Tokoh di bidang ini adalah Martin Heidegger menurutnya hal
yang paling penting adalah “ pengalaman alami” (natural experience) yang
terjadi begitu saja ketika orang hidup di dunia. Bagi Heidegger, relaitas
terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis yang hatihati tetapi melalui pengalaman alami yang terbentuk melalui penggunaan
bahasa dalam kehidupan setiap hari. Komunikasi adalah kendaraan yang
digunakan untuk menunjukkan makna dari pengalaman yang diterima atau
dirasakan. Pemikiran adalah hasil dari bicara( speech) karena makna itu
sendiri tercipta dari kata-kata. Dengan demikian pandangan ini yang
berupaya menghubungkan pengalaman dengan bahsa dan interaksi sosial
menjadi relevan dengan disiplin ilmu komunikasi.
Download