BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah pikiran, perasaaan seseorang kepada orang lain, degan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Namun pengertian komunikasi secara etimologis, menurut Wilbur Schramm berasal dari bahasa latin “communicatio” (pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, ersatuan, peran serta kerjasama). Asal kata “communis” berarti “common” (bersifat umum), sama atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya “ communicare” yang berarti berdialog, berunding atau bermusyawarah. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.1 2.1.2 Komponen komunikasi Komponen komunikasi dalam sebuah proses komunikasi adalah komponen atau unsur yang dapat membuat komunikasi berlangsung, dalam sebuah formula Lasswell yang menyajikan 5 komponen komunikasi yakni - Unsur Sumber (who,siapa) - Unsur pesan (says what, mengatakan apa) - Saluran komunikasi ( in whitch channel, pada saluran yang mana) - Unsur penerima ( to whom, kepada siapa) - Unsur pengaruh ( with what effect, dengan pengaruh apa) 2.2 Komunikasi Verbal dan Nonverbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan verbal yang di ucapkan, menggunakan bahasa dan simbol. Sedangkan Komunikasi nonverbal 1 Rosmawaty H.P, S,sos, M.T, Mengenal Ilmu Komunikasi( metacommunication Ubiquitous) Jakarta ; Widya Padjadjaran ;2010: 14 adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. `2.2.1 Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Jalaluddin Rakhmat, mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Komunikasi verbal merupakan komunikasi dengan menggunakan kata-kata atau dalam kata lain bahasa, bahasa ini bila digunakan dengan baik dapat mempengaruhi orang di sekitarnya hanya dengan kata-kata saja. Komunikasi verbal yang menggunkan bahasa dalam penerapan di realitas membuat manusia menciptakan bagaimana memberi label atau simbolisasi pada dunia. 2.2.2 Fungsi Bahasa Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstuktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial dan menamakan objek-objek yang berlainan termasuk menamain perasaan tertentu yang mereka alami2 Menurut Larry L Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu : 2 Fungsi penamaan Riswandi, Ilmu Komunikasi; Yogyakarta; Graha Ilmu ;2009: 59 Penamaan atau penjulukan pada usaha mengindentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi - Fungsi Interaksi Fungsi Interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat menghubungkan atara orangdengan orang lain, atau antara kelompok orang dengan kelompok orang lainnya. - Fungsi transmisi Informasi Melalui bahasa, Informasi dapat disampaikan kepada orang lain melalui bahasa, karena kita menerima informasi setiap hari dari orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.2.3 Keterbatasan Bahasa Bahasa yang merupakan komunikasi verbal yang digunakan manusia memiliki porsi 35 % dari keseluruhan komunikasi manusia, Oleh sebab itu bahasa mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya, yakni : Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. 3 Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintarbodoh,. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai 3 Ibid 63-68 makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.4 2.3 Komunikasi non verbal Komunikasi dengan menggunakan isyarat atau istilah yang bukan dengan kata-kata merupakan komunikasi non verbal.. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. 2.3.1 Klasifikasi Pesan Nonverbal Perilaku nonverbal dapat diterima sebagai suatu aket siap pakai dari lingkungan sosial kita, khususnya orang tua. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian yakni Bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu. Bahasa tindakan ( action language) Semua gerakan tubuh yang tidak digunkana secara eksklusif untuk memberikan signal misalnya berjalan 4 ibid :68 Bahasa objek (object language) Pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan, bendera, gambar.5 2.3.1.1 Bahasa Tubuh Dalam suatu istilah dapat dibilang suatu telaah kinesika (kinesics) yakni suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bhasa non verbal Ray L Birdwhistell. Dalam setiap anggota tubuh seperti wajahn tangan,kepala, kaki dan bahkan secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. 2.3.1.1.1 Isyarat Tangan Sebagian besar orang menggunkan tangan mereka dengan leluasa,sebagian lagi moderat dan sebagian lagi hemat. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya , Contohnya di beberapa negara telunjuk digunakan untuk menunjukkan sesuatu , hal itu tidak sopan di Indonesia .Lain halnya seperti orang Amerika yang biasa menunjuk dengan telunjuk tanpa bermaksud kasar pada orang yang dihadapinya, begitu juga dengan suku di Afrika yang menunjuk dengan mencibirkan bibir bawah mengganggap cara menunjuk Amerika sebagai kasar.6 2.3.1.1.2 Gerakan Kepala Di beberapa negara anggukan kepala malah berarti ”tidak”, seperti di Bulgaria sementara isyarat untuk ”ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Kaum wanita lebih terbatas lagi dalam mengubah postur tubuh mereka. Umumnya wanita lebih cenderung menjaga lengannya lebih dekat dengan tubuh mereka, kurang cenderung mencondongkan tubuh mereka ke depan atau bersandar kebelakang. Meskipun bersilang kakai dianggap wanita sebagai perilaku yang anggun oleh kalangan wanita. 2.3.1.1.3 Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata 5 Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal 352 6 ibid 362 Di banyak hal seperti saling memandang dengan orang lain baik dengan pria atau wanita pati tidak akan kuat memandangnya terus menerus. Hal yang kana terjadi mungkin akan tersenyum, tertawa, atau melengos. Hal ini karena ontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi : Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain apakah kita akan melakukan sesuatu dengan orang tersebut atau menghindarinya. Contohnya ketika di dalam lift bila ingin mengatakan kepada teman kita cenderung tidak suka berbicara melainkan menggunkan mata dengan tidak melihat mereka yang ada di lift tersebut. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang yang emereka sukai meskipun menurut penelitian , perilaku ini kurang ajeg di kalangan wanita.7 2.3.1.2 Sentuhan Studi tentang sentuh menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan seperti foto adalah perilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata. macam bentuk sentuhan seperti tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, cubitan, senggolan hingga bentuk sentuhan sekilas. Menurut orang muda seseorang dapat merasa seperti terkena strum ketika disentuh lawaan jenisnya yang disenanginya . ”And when I touch you I feel happy inside,” sebuah kata dari John lennon dan Paul McCartney. Itu sebabnya Islam punya aturan ketat mengenai sentuh–menyentuh diantara lelaki dan perempuan untuk menghindari konsekuensinya yang menjurus pada perbuatan negatif. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan yang merupakan suatu rentang dari yang sengan impersonal hingga yang sangat pesonal Diantaranya: Fungsional-profesional, disini sentuhan bersifat ”dingin” dan berorientasi– bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian. 7 Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal 373 Sosial-sopan, perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan. Cinta-keintiman, kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut ; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, dua orang yang bermain kaki di bawah meja ; orang eskimo yang saling menggosokkan hidung. Rangsangan seksual, kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.8 2.3.1.3 Parabahasa Parabahasa atau vokalika (vocalics), yakni pesan nonverbal yang merunjuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara , nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal(kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, siulan, suitan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan suatu pikiran. Misalnya suara yang ter engah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan , kemarahan atau ketakutan. 2.3.1.4 Penampilan Fisik Setiap orang punya pesepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busana serta ornamen atau aksesoris yang dikenakan seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan , kalung dsb. Para pelaku Lesbian biasanya menggunakan penampilan fisik yang berbeda dengan hakikatnya sebagai perempuan. 2.3.1.5 Bau-bauan(parfum) 8 ibid hal 380 Bau-bauan terutama yang menyenangkan telah beradab-abad digunakan oleh manusia, juga untuk menyampaikan pesan . Mereka yang ahli dalam wewangian dapat membedakan bau parfum lelaki dengan bau parfum perempuan, bau parfum yang digunakan seeorang dapat menyampaikan pesan bahwa mereka dari kelas tertentu menengah atau kelas atas serta wewangian dapat mengirim pesan sebagai godaan serta ekspresi femininitas atau maskulinitas seseorang.9 2.3.1.6 Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang , baik di dalam rumah maupun dengan orang lain. Edward T Hall adalah seorang antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai studi menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi sosial) , cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi. beberapa pakar lainnya memperluas konsep prosemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi , termasuk iklim (temperatur) pencahayaan dan kepadatan penduduk. 2.3.1.7 Warna Individu sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik atau bahkan mungkin keyakinan agama kita. Dalam setiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai atau tidak. Hingga pada derajat tertentu tampaknya ada hubungan antara warna yang digunkan dengan kondisi fisiologis dan psikologis manusia.10 2.3.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis, peristiwa dan perilaku nonverbal ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. 9 ibid 403 ibid hal 356 10 Dilihat dari fungsinya perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi menurut Paul Ekman antara lain : - Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, ”Saya tidak sungguhsungguh”. - Ilustrator, Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. - Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka, memalingkan muka menandakan ketidak sediaan berkomunikasi. - Penyesuai, Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan, itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh mengurangi kecemasan. - Affect Display, Pembesaran manik mata menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang”.11 2.4 Komunikasi Antarpribadi Mengacu kepada rumusan masalah dalam penelitian, dimana semua permasalahan berawal dari konsep pribadi. Itu artinya Komunikasi Antarpribadi sebagai landasan dasar bagi seseorang untuk melakukan interaksi atau berhubungan dengan komunitas atau lawan bicaranya. Berikut peneliti akan memaparkan mengenai komunikasi Antarpribadi itu sendiri. 2.4.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi Secara umum komunikasi Antarpribadi dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. 12 Komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka seperti yang dinyatakan bahwa ”Interpersonal communication involving two or more people in a face ti face setting”13. 11 Prof. Dr.Deddy Mulyana M.A,Ph.D 2007.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal 349 12 Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perfektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran. 13 Wayne Pace dalam Canggara (2007:32) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpribadi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung atau tatap muka dan bersifat pribadi yang dilakukan oleh minimal dua orang. komunikasi Antarpribadi mampu menjalin keakraban antara komunikator dengan komunikannya. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang langsung, sehingga dapat menciptakan keterbukaan dan saling merasakan ketergantungan yang akhirnya dapat terjadi hubungan yang lebih dekat. Serta membentuk kerjasama dalam melakukan sesuatu. 2.4.2. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Antarpribadi memiliki karakteristik tersendiri. Adapun karakteristik komunikasi Antarpribadi. diantaranya adalah : - Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri(self) berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan atau pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita . - Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, dalam pengertiannya mengacu kepada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. - Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi, dimaksudkan bahwa komunikasi tidak hanya berkenaaan dengan isi pesan yang dipertukartkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan antara partner tersebut. - Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik anatar pihakpihak yang berkomunikasi. - Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainna (interdependen) dalam proses komunikasi. - Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta maaf atas ucapan tersebut, tetapi tidak dapat menghapus yang pernah kita ucapkan.14 14 Sasa Djuarsa Sendjaja dkk; Teori Komunikasi;Universitas Terbuka, Jakarta 2008; Hal2.1-2.2 2.4.3. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Antarpribadi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Komunikasi diadik dan komunikasi triadik15. Pendapat lain yang menjelaskan tentang jenis-jenis komunikasi Antarpribadi diuraikan oleh Wayne Pace dalam canggara lebih spesifik mengkomunikasi Antarpribadikan bahwa komunikasi Antarpribadi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam: 1. Komunikasi Diadik Proses yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. komunikasi Antarpribadi menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakomunikasi Antarpribadian, dialog dan wawancara. Percakomunikasi Antarpribadian berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal sedangkan wawancara dilakukan dalam bentuk yang lebih serius, yakni ada yang lebih dominan pada posisi bertanya dan menjawab. 2. Komunikasi Kelompok kecil Komunikasi Antarpribadi dalam kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Kedua jenis komunikasi Antarpribadi ini dapat berulang dimanapun. Dimana pada saat terjadinya interaksi komunikasi antar komunikator dan komunikan. 2.4.4. Hambatan-hambatan Komunikasi Antarpribadi Dalam berkomunikasipun terdapat kendala yang dihadapi untuk menyampaikan pesan dari komunikan kepada komunikator. Berikut terdapat tiga hambatan yang terjadi dalam komunikasi Antarpribadi antara lain yaitu: - Hambatan Mekanik, timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi, seperti terganggu saluran magnetik oleh getaran-getaran 15 Effendy, Uchjana Onong. 2003. Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. lain. Sehingga, mengakibatkan pesan yang disampaikan melalui saluran tersebut tidak jelas sampai kepada komunikan. -Hambatan Sistematik, sering terjadi pada tahap-tahap proses komunikasi Karena berkisar pada masalah apa yang di komunikasikan dan disampaikan pada tahapan-tahapan komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam situasi dan konteks yang berbeda, hal ini juga disebabkan karena adanya gangguan terhadap pengertian pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga timbul salah pengertian. -Hambatan Manusiawi, sebagai masalah yang paling semu dalam semua proses komunikasi karena berasal dari manusia itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan dan ketidakcakapan, kemampuan atau ketidak mampuan panca indera. 2.4.5. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Terdapat beberapa macam efektifitas komunikasi Antarpribadi16. antara lain: 1. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan Antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. 2. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada 16 Devito 1997: 259-263 komunikan (penerima pesan). Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan. 3. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih-lebih dari komunikator. 4. Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan dan sikap positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. 2.4.6. Hubungan Komunikasi Antarpribadi Dalam interaksi komunikasi Antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk menjelaskan hubungan Antarpribadi. Hubungan Antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan. Kelima tahap ini adalah: 1. Kontak (Contact) pada tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam persepsi alat indera. Anda melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal ini menentukan seseorang untuk memutuskan tetap melanjutkan ketahap berikutnya atau menghentikan langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya. 2. Keterlibatan (Invorment) Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh. Ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Bila ini termasuk kepada hubungan yang romantis anda akan melakukan kencan pada tahap ini. 3. Keakraban (Intimacy) Pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda lebih jauh pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer. Dimana orang lain menjadi sahabat baik atau kekasih anda 4. Perusakan Dua tahap berikutnya penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan anda mulai merasa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Hubungan semakin menjauh. Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama dan apabila anda berdua bertemu, hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang. Apabila tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir pemutusan. 5. Pemutusan (Solution/Disolution)Tahap pemutusan adalah tahap pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif. Begitu juga dalam pengungkapan diri kaum homoseksual itu sendiri terhadap komunitasnya. Dimana dalam tahap-tahap pemutusan bisa dalam bentuk pemutusan hubungan dengan pasangan mereka untuk mengakhiri hubungan asmara maupun dalam bentuk pemutusan hubungan untuk kembali dalam keadaan penuh romantisme dengan melakukan perbaikan dalam hubungan mereka.17 2.5 Lesbian “Homoseksualitas di kalangan wanita disebut cinta lesbis atau lesbianisme. Seperti yang Kartini Kartono dalam buku Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual ungkapkan bahwa lesbian atau lesbianisme berasal dari kata Lesbos yaitu 17 DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia pulau di tengah Lautan Egeis yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita.” “Konon siapa saja yang lahir di pulau itu nama belakangnya akan di ikuti kata Lesbia, namun tidak semua orang yang memakai nama tersebut adalah lesbian. Mereka meneruskan kebiasaan tersebut untuk menghormati leluhur sebelumnya dan agar kebiasaan itu tidak hilang oleh waktu karena semakin zaman terus berkembang orang-orang pun lebih mengenal istilah lesbian sebagai lesbian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya “wanita homoseks.” 18 Hingga pertengahan abad ke 20 semua para ahli berpendapat bahwa manusia tidak sepenuhnya heteroseksual ataupun homoseksual. Istilah “homoseksual “ untuk merujuk pada jenis seksual tertentu secara mutlak, sebagai contoh banyak individu yang tertarik pada jenis kelamin tanpa pernah dikategorikan sebagai minoritas seksual- seseorang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai lesbian , gay, atau biseksual. Survei nasional mengungkapkan bahwa 2,3 hingga 2,7 persen individu – individu AS berdidentifikasi sebagai laki-laki gay dan 1,1 hingga 1,3 persen beridentifikasi sebagai lesbian19 Seorang perempuan yang tergolong beridentifikasi menjadi seorang lesbian memiliki respons fisiologis yang serupa selama mengalami gairah seksual dan agaknya dibangkitkan oleh stimulasi taktil yang sejenis. Para peneliti tidak menemukan perbedaan antara individu-individu heteroseksual dan minoritas seksual dalam berbagai sikap , perilaku, dan penyesuaian diri. Dalam menjalani kehidupannnya lesbian ataupun gay diketahui secara diam-diam untuk menahan daya tariknya kepada sesama jenis, dan di usia pertengahan dan akhirnya remaja mulai mengenali bahwa mereka seorang gay atau lesbian. Identitas atau keterbukaan pada gay atau lesbian memantapkan identitas sebagai seorang gay atau lesbian sering kali disebut sebagai proses membuka diri. Sebuah studi penelitian empirias menyimpulkan untuk para remaja yang mengungkapkan identitas gay atau lesbian mereka: 18 http://kamusbesarbahasaindonesia.com./1995/edisikedua.html 19 John w . Santrock Remaja “jakarta 2007 ; penerbit Erlangga Orang tua jarang menjadi orang pertama yang diberitahu oleh remaja mengenai ketertarikan mereka pada sesama jenis kelamin. ibu biasanya sudah diberitahu sebelum ayah. Hal ini mungkin disebabkan remaja memiliki relasi yang jauh dengan ayah. Sekitar 50 hingga 60 persen remaja lesbian , gay, atau biseksual berterus terang setidaknya kepada saudara kandung , namun saudara kandung jarang menjadi orang pertama yang diberitahu. orang pertama yang biasanya diberitahu mengenai identitas minoritas seksual mereka adalah salah seorang kawan. 2.6 Lesbian di Kota Jakarta Sama halnya dengan kota lain Jakarta yang memiliki jumlah penduduk terpadat dari kota-kota besar di Indonesia juga memiliki berbagai kebiasaan serta pola hidup yang beraneka ragam. Lesbian tidak sulit lagi untuk di temukan di kota Jakarta karena kemodernan dari pola hidup serta pandangan masyarakat lesbian seakan bukan hal baru yang ada. Hampir di setiap tempat hiburan, perbelanjaan, café, diskotiq dan tempat nongkrong-nongkrong lainnya pasangan lesbian sudah dapat ditemukan . Mereka berkomunitas serta berkumpul layaknya pasangan-pasangan normal lainnya. Pada saatnya ketika mereka ingin melakukan pesta mereka bisa melakukan hal itu di tempat khusus bagi mereka sendiri. Seperti halnya daerah blok M di Jakarta selatan Taman Mahakam, Plaza Blok M, serta tempat karokean M Point biasa di adakan pesta untuk para lesbian yang akan mengadakan pesta hiburan. Setiap malam jumat yang di katakan Ladies night untuk mereka yang akan masuk ke tempat disco, untuk hari rabu di pusat perbelanjaan Citos (Cilandak Town Square) para komunitas ini berkumpul. untuk jadwal acara mereka sampaikan melalui jejaring sosial twitter, facebook, serta Blackberry Messenger . Mereka mengadakan pesta dengan sebutan sebutan yang awam di dengar untuk merahasiakan acara mereka tersebut agar masyarakat tidak mengetahui bahwa mereka mengadakan pesta tersebut. 2.7 Teori Feminis Teori Feminis adalah sebutan yang diberikan pada perpektif kelompok teori yang menggali makna dari konsep-konsep gender. Teoritis feminis mengamati bahwa banyak aspek kehidupan yang sebenarnya terlepas dari aspek biologis (jenis kelamin) dipahami dalam kualitas gender, termasuk bahasa, karya, peran keluarga, pendidikan, sosialisasi. Teori feminis kebanyakan menekankan pada penindasan dalam hubungan gender. Teori Feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan, Teori ini dituukan untuk menentang asumsi-asumsi gender yang berlaku luas dalam masyarakat untuk mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia. Dengan demikian dapat di asumsikan bahwa teori feminis sebagai radika; menyentuh akar dari pengalaman manusia dan menyuarakan perubahan dalam budaya sosial dan struktur linguistic yang menentukan hubungan antara perempuan dan lakilaki. Kritik feminis menjadi semakin popular dalam studi komunikasi, yang dimana kritik ini mempelajari : Gejala dimana (mendominankan mempengaruhi bahasa yang kedudukan hubungan bias laki-laki laki-laki antara akan laki-laki dan perempuan. Gejala dimana dominasi laki-laki telah membatasi komunikasi bagi perempuan. Gejala dimana perempuan memiliki pola-pola percakapan dan bahasa laki-laki yang akomodatif dan menentang kekuatan bentuk-bentuk komunikasi yang feminism, dan gejala jenis lainnya.20 2.8 Komunikasi Kelompok(Komunitas) Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam 20 Sasa Djuarsa Sendjaja dkk; Teori Komunikasi;Universitas Terbuka, Jakarta 2008; Hal9.1-9.25 komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. 2.8.1 Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. Kelompok primer dan sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 21 mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. 21 Jalaludin Rakhmat, 1994 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. 2.8.2 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi Konformitas. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap- menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. 2.8.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggotaanggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Jalaluddin Rakhmat meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu22: 1. Faktor situasional karakteristik kelompok: 22 Jalaludin Rahmat 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya a. Ukuran kelompok. Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar. Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggotaanggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghamburhamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok b. Jaringan komunikasi. Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. c. Kohesi kelompok. Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian. d. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit. Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal. 23 2.9 Komunitas Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang sehausnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.24 Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti ”kesamaan : , kemudian dapat diturunkan dari ”communis” yang berari ”sama,publik, dibagi oleh semua atau banyak”. 25 Komunitas dalam sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu- individu didalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi yang serupa. 2.10 Fenomenologi Teori Komunikasi yang masuk dalam tradisi fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungan.tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia. Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada hipotesa penelitian sekalipun. 26 Fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti kemunculan suatu objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang individu. Fenomenologi menggunakan pengalaman langsung sebagai cara untuk memahami dunia. Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai data utama dalam 23 Riswandi”Teori Komunikasi” ;GRAHA ILMU ;JAKARTA 2008 Hal 119-127 Hermaway Kertajaya,” Karakteristik entrepreneur”. PT Gramedia. Pusaka utama.Jakarta :2008, hal 20 25 ibid hal 21 26 Morissan “ Teori Komunikasi (Individu Hingga Massa)“KENCANA PRENADA GROUP JAKARTA 2013 HAL-38 24 memahami realitas, Apa yang diketahui seseorang adalah apa yang dialaminya. Stanley Deetz mengemukakan tiga prisip dasar fenomenologi27 : Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara langsung dari pengalaman sadar. Makna dari sesuayu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup seseorang. dengan kata lain Bagaimana Anda memandang suatu objek bergantung pada makna objek itu bagi anda. Bahasa adalah “kendaraan makna”(vehicle meaning) . Kita mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang kita gunakan untuk mendefinsikan dan menjelaskan dunia kita. Karena interpretasi yang ada akan terus berubah, bolak-balik , sepanjang hidup antara pengalaman dengan makna yang diberikan kepada setiap pengalaman baru. Tradisi fenomenologi terbagi menjadi tiga bagian yakni : 1. Fenomenologi Klasik Edmund Husserl tokoh pendiri fenomenologi modern adalah pemikir fenomenologi klasik. Menurutnya orang harus berdisiplin dalam menerima pengalaman itu. Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan yang tepat untuk menemukan realitas. Hanya melalui perhatian sadar kebenaran dapat diketahui . 2. Fenomenologi Persepsi Menurut fenomenologi persepsi pengalaman adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan husserls. tokoh penting dalam tradisi ini Maurice Merleau –Ponty yang pandangannya dianggapmewakili gagasan mengenai fenomenologi persepsi yang diniliai sebagai penolakan terhadap pandangan objektif namun sempit dari Husserl. menurut Ponty , manusia ialah makhluk yang memiliki kesatuan fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Kita mengetahui sesuatu hanya pada hubungan pribadi dengan sesuatu itu, Sebagai manusia kita dipengaruhi oleh dunia luar atau lingkugan kita, namun sebaliknaya kita juga memengaruhi dunia 27 Ibid hal 39 disekitar kita melalui bagaimana kita mengalami dunia. Dengan demikian suatu objek atau peristiwa itu ada dalam suatu proses yang timbal balik( give and take) yaitu hubungan dialogis dimana suatu objek atau peristiwa memengaruhi objek atau peristiwa lainnya. 3. Fenomenologi hermenetik Tradisi ini mirip dengan fenomenologi persepsi namun dikembangkan secara lebih luas dengan menerapkannya secara lebih komprehensip dalam komunikasi. Tokoh di bidang ini adalah Martin Heidegger menurutnya hal yang paling penting adalah “ pengalaman alami” (natural experience) yang terjadi begitu saja ketika orang hidup di dunia. Bagi Heidegger, relaitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis yang hatihati tetapi melalui pengalaman alami yang terbentuk melalui penggunaan bahasa dalam kehidupan setiap hari. Komunikasi adalah kendaraan yang digunakan untuk menunjukkan makna dari pengalaman yang diterima atau dirasakan. Pemikiran adalah hasil dari bicara( speech) karena makna itu sendiri tercipta dari kata-kata. Dengan demikian pandangan ini yang berupaya menghubungkan pengalaman dengan bahsa dan interaksi sosial menjadi relevan dengan disiplin ilmu komunikasi.