101316-arif soleh-fsh - Institutional Repository UIN Syarif

advertisement
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI: STUDI KOMPARATIF
PEMIKIRAN MUBYARTO DAN UMER CHAPRA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh:
ARIF SOLEH
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI: STUDI KOMPARATIF
PEMIKIRAN MUBYARTO DAN UMER CHAPRA
ABSTRAKSI
Penelitian skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan
data dan cara analisa kualitatif, mendeskripsikan dan menganalisa objek penelitian
yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan pemikiran
Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan ekonomi untuk dicari
bentuk komparasinya dan relevansi dari pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap
perekonomian Indonesia. Data yang digunakan
adalah data kualitatif yang
diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber
sekunder. Data primer yang digunakan buku Umar Chapra yang berjudul Islam dan
Pembangunan Ekonomi. Buku Mubyarto Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila.
Sedangkan sumber data sekunder adalah berbagai tulisan yang berkaitan dengan
penulisan ini, baik langsung maupun tidak langsung, seperti buku, Masa Depan
Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Islam dan Tantangan Ekonomi”, Ekonomi
Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan.
Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode Artificial
Neuron Network (ANN) dengan penilaian menggunakan keserasian contents,
context, conducts, dan contours. Untuk melakukanhal tersebut penulis melakukan
verifikasi variabel terlebih dahulu hal ini sangat diperlukan agar diperoleh data
yang relevan, untuk dijadikan indikator dalam artificial neuron network. Dari
penelitian ini diperoleh hasil bahwa adanya persamaan dan perbedaan pemikiran
kedua cendekiawan dalam urgensi, relevansi, implementasi baik dimensi
keindonesiaan maupun keislaman, perbedaan ini dijelaskan dalam bentuk nilai hasil
ANN dan himpunan dengan mengunakan diagram venn.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, atas segala rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesikan. Dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah.
Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabatnya.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi tingginya dan terima
kasih yang setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah memberi
bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan
finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Mu’min Rauf, M.A, selaku sekretaris Program Studi Muamalat yang telah
membantu penulis memberikan masukan dan arahan dalam hal administrasi.
3. Bapak Dr. Ir. Murasa Sarkaniputra sebagai pembimbing atas segala asanya
memberikan banyak bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Fahmi Ahmadi, Msi yang telah banyak membantu penulis dalam
berdikusi, belajar dan meminjamkan buku, semoga Allah membalasnya dan gelar
doktor nya cumlaude cepat selesai.
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Syari’ah dan Perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ayahanda Alm. Etom Irfa dan Ibunda Djunah, kupersembahkan skripsi ini
untukmu yang selalu memberikan kasih sayangnya tiada henti. Kakakku Hery,
Fitri dan adikku Winda yang telah mendukungku selama kuliah berlangsung.
Keponakanku yang cerdas Faqih dan Fathan terima kasih atas hiburannya. Siti
Mariam atas segala perhatiannya dan masakannya, semoga Allah merestui kita.
8. Kawan-kawan, Kanda, Yunda dan para kader BEM-J Perbankan Syariah, LEMI,
COINS, KOMFAKSY, HMI Cabang Ciputat yang telah banyak mewarnai hidup
saya selama di Ciputat. Maju terus kawan-kawanku.
9. Iwan Fals yang setia menemani penulis pagi, siang dan malam dengan lagulagunya, kosan dan seisinya yang telah banyak membantu termasuk kawanku
Hariri, Hasby, Probo dan Para penghuni kosan Nenek.
10. Teman-teman satu jurusan Perbankan Syariah, khususnya angkatan 2007
terutama sahabat-sahabatku Trisakti (Arif “Joni”, RM Dwima, Hafiz “Ateng”)
dan Sisy semoga menjadi cerita klasik untuk masa depan dan teman-teman KKS
2007 yang membawa kenangan tersendiri.
11. Bu Ely Taryuni beserta keluarga atas kepercayaannya mengajar Kevin dan Felix
dari awal kuliah sampai sekarang, Bu Niken Ayu beserta keluarga Faiz dan
Rizky atas kepercayaannya, terima kasih sudah membatu saya untuk mandiri.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penyelesaian skripsi ini, baik yang telah penulis sbut diatas maupun yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan Allah SWT membalasnya dengan
pahala yang berlipat ganda. Amin.
Ciputat, 21 Rabiul Awal 1432 H
24 Februari 2011 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………………...…i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..…iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah...................................................12
C. Perumusan Masalah..............................................................................14
D. Tujuan, Keluaran dan Manfaat Penelitian……………………………15
E. Kajian Pustaka………………………………………………...………16
F. Review Studi Terdahulu………………………………………………18
G. Metode Penelitian………………………………………………….…21
BAB II
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO
DAN UMER CHAPRA
A. Pemikiran Mubyarto …………………………………..………...……30
1. Biografi ……………………………………………………..……..31
2. Pembangunan Ekonomi ………………………………………..….32
3. Moral dan Keadilan …………………………………………..……36
4. Peran Negara ………………………………………………..……..39
B. Pemikiran Umer Chapra ……………………………………………...44
1. Biografi ………………………………………………….………...44
2. Pembangunan Ekonomi …………………………………………..47
3. Moral dan Keadilan ……………………………………………....52
4. Peran Negara ………………………………………………………56
BAB III ANALISA ARTIFICIAL NEURON NETWORK (ANN)
DAN
HIMPUNAN
KONSEP
PEMBANGUNAN
EKONOMI
MUBYARTO DAN UMAR CHAPRA
A. Pemikiran Mubyarto
1. Urgensi Keindonesiaan ……………………………………60
2. Relevansi Keindonesiaan ………………………………….64
3. Implementasi Keindonesiaan ……………………………..68
4. Urgensi Keislaman …………………………………………73
5. Relevansi Keislaman ………………………………………77
6. Implementasi Keislaman ………………………………….81
B. Pemikiran Umer Chapra
1. Urgensi Keindonesiaan ………………………………….…..84
2. Relevansi Keindonesiaan ……………………………………88
3. Implementasi Keindonesiaan ……………………………….91
4. Urgensi Keislaman ………………………………………….96
5. Relevansi Keislaman ………………………………………..98
6. Implementasi Keislaman …………………………………103
C. Himpunan ……………………………………………………….…107
1. Urgensi Keindonesiaan ……………………………………….107
2. Urgensi Keislaman …………………………………………….108
3. Relevansi Keindonesiaan …………………………………......109
4. Relevansi Keislaman …………………………………………..110
5. Implementasi Keindonesiaan …………………………………111
6. Implementasi Keislaman ……………………………………...113
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………115
B. Saran ………………………………………………………………..116
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….117
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Mubyarto globalisasi mempunyai dua pengertian. Pertama, sebagai
deskripsi/definisi yaitu proses menyatunya pasar dunia menjadi satu pasar tunggal
(borderless market), dan kedua, sebagai “obat kuat” (prescription) menjadikan
ekonomi lebih efisien dan lebih sehat menuju kemajuan masyarakat dunia. Dengan
dua pengertian ini jelas bahwa menurut para pendukung globalisasi “tidak ada
pilihan” bagi setiap negara untuk mengikutinya jika tidak mau ditinggalkan atau
terisolasi dari perekonomian dunia yang mengalami kemajuan sangat pesat.1
Benarkah tak ada hak sama sekali bagi setiap negara untuk “berbeda”
dengan menerapkan sistem ekonomi yang sesuai sistem nilai dan budaya negaranegara bersangkutan? Para pendiri republik kita berpaham kebersamaan dan asas
kekeluargaan (ukuwah), menolak pengutamaan kepentingan pribadi (self-interest
dengan liberlismenya) yang penuh firqoh.2 Pasar bebas dengan berbagai versinya
memang
1
merupakan
sumber
bagi
terwujudnya
ketimpangan-ketimpangan
Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global, artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
2
Sri Edi Swasono, Menegakkan Ideologi Pancasila: Daulat-Rakyat Versus Daulat Pasar,
(Yoyakarta: PUSTEP-UGM, 2005), hal. 116.
struktural. Mohammad Hatta menggambarkan sistem ekonomi subordinasi dalam
konteks kolonialisme, imperialisme, dan eksploitasi.3
Individualisme dalam wujud self-interest telah mendapat tentangan, baik
secara moral maupun teoretikal di dalam perkembangan ilmu ekonomi baru.
Paham fundamentalisme pasar mendapat banyak kecaman pula, tidak saja dari segi
moralitas tapi juga dari segi teknis dan teoretikal. Pasar mengemban berbagai
ketidakmampuan untuk mendukung kepentingan ekonomi masyarakat, cita-cita
pemerataan dan keadilan. Mekanisme pasar banyak membuktikan kegagalankegagalannya (market failures) terutama dalam menjaga kepentingan mereka yang
lemah daya belinya, sehingga pasar-bebas dengan persaingan-bebas yang
mengiringinya telah memojokkan pihak yang lemah (the under class)
menumbuhkan disempowerment dan impoverishment). Globalisasi yang berseiringan dengan pasar-bebas dan persaingan-bebas adalah kemasan baru dari
kegiatan homo economicus multinasional, dengan insting dasarnya yang predatori
dan hegemonik, dan mengemban paham homo homini lupus dalam wajah
indahnya yang canggih.4
Ekonomi terbuka harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan prioritas
nasional. Tidak bisa kita mengorbankan rakyat demi pasar bebas dan demi
3
Sri Edi Swasono, Menegakkan Ideologi Pancasila: Daulat-Rakyat Versus Daulat Pasar, hal
23.
4
Sri Edi Swasono, Kemandirian Ekonomi: Menghapus Sistem Ekonomi Subordinasi
Membangun
Ekonomi
Rakyat,
artikel
di
akses
pada
17
Desember
2010,
http://www.bappenas.go.id/node/48/2288/kemandirian-ekonomi-menghapus-sistem-ekonomisubordinasi-membangun-ekonomi-rakyat---oleh-sri-edi-swasono.
efisiensi ekonomi pasar terbuka. Biaya dan pengorbanan yang terlalu tinggi bagi
Indonesia, beyond economic matters, yang harus kita bayar untuk ikut
berkewajiban mewujudkan ekonomi dunia yang efisien (pasar-bebas dan
globalisasi) sudah sepantasnya kita tinjau kembali.5
Dalam
konteks
perekonomian suatu negara berkembang, salah satu
wacana yang menonjol adalah mengenai pembangunan ekonomi. Meskipun ada
juga wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barangbarang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain
sebagainya. Pembangunan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian
suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuranukuran yang lain.6
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur
lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak, pendidikan semakin tinggi dan
teknologi semakin meningkat, sedangkan ekonomi Pembangunan adalah suatu
bidang studi dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang masalah-masalah
5
Sri Edi Swasono, Menegakkan Ideologi Pancasila, hal. 26.
Josef Krisharianto, Kajian Antara Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional
dan Foreign Direct Investment, Parallel Session IIID : Trade III (Growth & FDI), 13 Desember 2007, Jam
09.00-11.30, Wisma Makara, Kampus UI – Depok, hal. 1.
6
ekonomi di negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan
untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.7
Mubyarto seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan ekonomi
Pancasila, memiliki gagasan dalam pembangunan, yaitu tentang pentingnya peran
kelembagaan
dalam
pembangunan.
Selama
aspek
kelembagaan
belum
diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk merumuskan dan melaksanakan
aktivitas pembangunan yang mendukung terwujudnya pemerataan sosial,
pengurangan kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup lainnya.8
Aspek kelembagaan ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam memanfaatkan
kesempatan ekonomi yang ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan
senantiasa memberikan perhatian terhadap tiga hal penting, yaitu etika, hukum,
dan ilmu ekonomi.9
Etika menekankan pada persepsi kolektif tentang sesuatu yang dianggap
baik dan adil, untuk masa kini maupun mendatang. Hukum menekankan pada
penerapan kekuatan kolektif untuk melaksanakan ethical consensus yang telah
disepakati. Sementara itu, ilmu ekonomi menekankan pada perhitungan untung
rugi yang didasarkan pada etika dan landasan hukum suatu negara.
7
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Kencana: Jakarta 2006), hal.3.
Bagus Santoso dan Nadia Kusuma Dewi, “Mubyarto & Daniel W. Bromley, 2002, A
Development Alternative For Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia”.,
artikel di akses pada 15 Oktober 2010, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm
9
Ibid, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm
8
Berkaitan dengan hal ini, Mubyarto berpendapat Ekonomi Pancasila sebagai
fondasi moral kebijakan pembangunan Indonesia. Ironisnya, Pancasila sebagai
prinsip etika ditolak oleh ekonom neoklasik serta dianggap tidak relevan dan tidak
konsisten dengan ilmu ekonomi barat yang “value-free”. Seolah-olah Ekonomi
Pancasila tidak dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ekonomi
modern. Akibatnya, konsep ilmu ekonomi impor yang cenderung menekankan
pada liberalisme, individualisme, dan memandang uang sebagai segala-galanya,
lebih dikenal luas dan dianggap cocok untuk diterapkan pada perekonomian
Indonesia.10
Ekonomi Pancasila sebagai landasan strategi pembangunan Indonesia.
Pancasila mengandung tekad bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia melalui ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
kemanusiaan sebagai dasar-dasar etika (ethical foundation) serta nasionalisme dan
demokrasi sebagai pedoman/metode kerja idealnya (guiding ideals).11 Aspekaspek penting yang terdapat dalam Ekonomi Pancasila antara lain adalah
partisipasi dan demokrasi ekonomi, pembangunan daerah (bukan pembangunan di
daerah), nasionalisme ekonomi, dan pendekatan multidisipliner terhadap
pembangunan.12
10
Ibid, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 37.
12
Ibid, hal,. 31.
11
Gagasan Ekonomi Pancasila saat ini masih berada dalam tataran etika,
moral, ide, dan ideologi. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha lebih lanjut yang
memungkinkan Ekonomi Pancasila menjadi practicable dan menjadi landasan
moral pengambilan kebijakan. Pembangunan tidak hanya berfokus pada
terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga pada terwujudnya
kualitas hidup yang lebih baik, pemerataan, dan keadilan sosial. Pembangunan
harus menempatkan kepentingan rakyat banyak pada urutan pertama.13
Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial
adalah berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian
di bidang budaya. Hal ini sesuai dengan semangat UUD 1945 pasal 33 ayat 1,2,
dan 3 dan komitmen menjalankan pasal 27 ayat 2 dan 29 ayat 2. 14
Srategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
strategi melaksanakan demokrasi ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh semua
untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan ketimbang kemakmuran orang
seorang, maka kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan
program pembangunan harus memberi manfaat pada mereka yang paling miskin
13
Bagus Santoso dan Nadia Kusuma Dewi, “Mubyarto & Daniel W. Bromley, 2002, A
Development Alternative For Indonesia,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia”.,
artikel di akses pada 15 Oktober 2010, http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm
14
Mubyarto, “Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi” artikel di akses pada 15 Oktober
2010 dari http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm
dan paling kurang sejahtera. Inilah pembangunan generasi mendatang sekaligus
memberikan jaminan sosial bagi mereka yang paling miskin dan tertinggal. 15
Semua negara muslim masuk dalam kategori negara-negara berkembang
meskipun diantaranya negara-negara kaya sementara sebagian yang lain miskin.
Mayoritas negeri-negeri ini, terutama yang miskin, seperti halnya negara-negara
berkembang lainnya, dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat sulit.
Salah satu problemnya adalah ketidakseimbangan ekonomi makro yang
dicerminkan dalam dalam angka penganguran, inflasi yang tinggi, defisit neraca
pembayaran yang sangat besar, depresi nilai tukar mata uang yang berkelanjutan,
dan beban hutang yang berat.16
Dalam pandangan Islam, konsep pembangunan ekonomi merupakan konsep
pembangunan 'insan seutuhnya' menuju puncak kehidupan yang seindah-indahnya
(fi ahsani taqwiin). Pembangunan yang berlandaskan proses tazkiyatun nafs
(penyucian jiwa) guna menciptakan keharmonisan kehidupan (internal harmony)
melalui proses transformasi sosial yang menyatukan nilai-nilai moral ekonomi dan
tingkat pareto optimum yang Islami.17
Bukan
sebaliknya,
proses
pembangunan
yang
dilandasi
nilai-nilai
sekulerisme yang meruntuhkan nilai-niai kemanusiaan dan meluncurkan babak
15
Ibid., http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 1.
17
Sigit Pramono, “Keuangan Syariah Dan Konsensus Baru Pembangunan Ekonomi”, artikel
di akses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.pk-sejahtera.org/id/artikel/kolom/keuangan-syariahdan-konsensus-baru-pembangunan-ekonomi.htm
16
kehancuran peradaban manusia (the decay of civilization). Umer Chapra
berargumen bahwa penyebab utama krisis keuangan global yang terjadi saat ini
tidak lain adalah hilangnya market discipline dalam sistem keuangan kita.18
Kondisi inilah yang mendorong, terjadinya excessive lending, aksi spekulasi di
pasar modal dan kenaikan nilai aset yang tidak terkendali.
Mayoritas para ekonom muslim sepakat mengenai dasar pilar atau
fondasi filosofis sistem ekonomi Islam: Tauhid, Khilafah, Ibadah, dan Takaful19,
Khurshid Ahmad menambahkan: Rububiyyah dan Tazkiyah20serta Mas-u-liyyah
(accountability).
Murasa Sarkaniputra dalam buku Ruqyah Syar’iyyah 21 menyebutkan bahwa
ekonomika
Islam
merupakan
ilmu
yang
mempelajari
tata
kehidupan
kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencapai ridha Allah.
Dimana menurutnya dalam pengertian ekonomi Islam di atas mencakup tiga
domain, yakni domain tata kehidupan, pemenuhan kebutuhan, dan ridha Allah.
Semua ini diilhami oleh nilai-nilai Islam yang bersumberkan al-Qur’an, asSunnah, Ijma’ dan Qiyas.
18
Ibid., http://www.pk-sejahtera.org/id/artikel/kolom/keuangan-syariah-dan-konsensus-barupembangunan-ekonomi.htm
19
Mohamed Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected
Comparative Analysis, (Kuala Lumpur : Ikraq, 1995), h. 2
20
Khurshid Ahmad, "Economic Development in an Islamic Framework", dalam Khurshid
Ahmad (ed.), "Studies in Islamic Economics", (Leicester : The Islamic Foundation, 1980), h. 178-179.
21
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon:
Al-Ishlah Press, 2009), hal. 114
Umar Chapra menyatakan bahwa sasaran yang dikehendaki Islam secara
mendasar bukanlah materi, melainkan didasarkan atas konsep-konsep Islam
tentang kebahagiaan (al-falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thoyibah) yang
sangat menekankan aspek persaudaraan, keadilan sosial ekonomi, dan pemenuhan
kebutuhan spiritual umat manusia.22
Tujuan ini (al-falah) dijelaskan oleh Rawwaz Qal’aji dalam karyanya
Mabahits Fi al-Iqtishad al-Islami23 melalui tujuan ekonomi negara, mewujudkan
kebahagiaan bagi manusia dan meminimalisir kesenjangan ekonomi ditengahtengah masyarakat.
Oleh karena itu nilai keseimbangan merupakan ruh dalam ekonomi Islam,
yang dengannya Allah menjadikan ciri khas bagi umat Islam (QS. al-Baqarah:
143). Nilai keseimbangan ditegakkan Islam di antara dunia dan akhirat, antara
individu dan masyarakat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim. 24
Nilai ini ditunjukkan dengan keseimbangan pada diri manusia dalam
mempergunakan hartanya melalui kesederhanaan dan penghematan dalam
pemanfaatan kepemilikan harta kekayaan dan tidak melampaui batas. (QS.alBaqarah: 67 dan ar-Rahman: 9), dan seimbang disaat memenuhi kebutuhan akhirat
dan seimbang pula ketika memenuhi kebutuhan dunia.
22
Umar Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press), 2006. hal 7
23
M. Rawwaz Qal’aji, Mabahits fi al-Iqrishad al-Islami, (Beirut: Dar An-Nafaes), 2000, cet
ke-4, hal. 35
24
Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Rabbani
Press), 2004, cet ke 4, hal. 29-31
Menurut Umar Chapra,25 ”Ekonomi
Islam sebagai suatu
cabang
pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui
suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan
maqashid (tujuan-tujuan syariah), tanpa mengekang kebebasan individu,
menciptakan
ketidakseimbangan
berkepanjangan,
atau
makroekonomi dan
melemahkan
ekologi
yang
solidaritas keluarga dan sosial serta
jaringan moral masyarakat”.
Nilai-nilai moral memiliki nilai penting dalam masyarakat manusia untuk
mencegah
tindakan-tindakan
yang
menunbuhkembangkan kesejahteraan.
salah
dan
ketidakadilan
serta
Menurut Chapra disamping variabel-
variabel ekonomi, perlu juga memasukkan factor-faktor moral psikologis, social,
dan sejarah yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.26
Meskipun masyarakat sekuler terus meremehkan perlunya pembangunan
moral, kini mereka mengakui komitmen pembangunan dengan keadilan.
Pembangunan materi dengan keadilan adalah tidak mungkin tanpa adanya
pembangunan moral. Pembangunan dengan keadilan menghendaki adanya
pengunaan sumber daya- sumber daya yang adil dan efisiensi dan keduanya, tidak
25
M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan
Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam (Bandung, Gema Insani, 2001),
hal. 108.
26
M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan
Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, h.x
mungkin dapat didefinisikan atau diaktualisasikan tanpa adanya nilai-nilai spiritual
dalam dunia perekonomian.27
Efisiensi dan pemerataan telah didefinisikan dalam banyak cara. Dari sudut
syari’ah, definisi yang paling memadai adalah yang membantu merealisasikan visi
Islam tentang pembangunan. Karena itu efisiensi optimum dapat dikatakan telah
dicapai dalam alokasi sumber-sumber daya manakala kuantitas barang dan jasa
yang dapat memenuhi kebutuhan telah dapat diproduksi dengan tingkat stabilitas
ekonomi yang masuk akal dan dengan suatu laju pertumbuhan yang
berkesinambungan.28
Rasulullah saw dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh ummat manusia (Q.S: Ali-Imran ayat 107). Beberapa perwujudan sifat ini
dinyatakan secara jelas dalam Al-Qur’an. Misalnya, perlunya kehidupan sejahtera
(hayat thayyibah) dan kesejahteraan (falah), sikap ramah dan keras, generasi yang
makmur, mendidik dalam suasana penuh cinta, jaminan dari keamanan, bahaya
korupsi, ketakutan, kelaparan, dan tekanan mental. Karena itulah semua lembaga
organisasi, termasuk negara, haruslah mencerminkan sifat rahmat dan harus
melahirkan kesejahteraan bagi semua manusia. Fungsi kesejahteraan dari negara
secara khusus ditegaskan oleh Rasulullah saw. Ketika beliau menyatakan, “Setiap
27
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1997), h. 61.
28
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 9.
penguasa yang bertanggung jawab terhadap ummat Islam, namun tidak berjuang
untuk kesejahteraan mereka, maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka” 29
Indonesia sebagai negara yang merdeka, tentunya harus mempunyai
konsepsi pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa dan agamanya sesuai
dengan semangat pasal 29 dan 33 UUD 1945. Dari latar belakang permasalahan
yang
telah
diuraikan
diatas,
maka
penulis
memilih
judul
“Konsep
Pembangunan Ekonomi, Studi Komparatif Pemikiran Mubyarto dan
Umar Chapra ”
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari latar belakang di atas, pembangunan ekonomi diartikan sebagai
serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan
ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin
banyak, pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Tujuannya
adalah untuk: menelaah faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan
khususnya di negara-negara sedang berkembang, mengemukakan cara pendekatan
yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, sehingga
29
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
hal. 26
dapat mempercepat jalannya pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara
tersebut.30
Mubyarto sebagai ekonom Pancasila, berpendapat bahwa pembangunan
nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan
seluruh rakyat Indonesia.31 Sebagai bangsa yang besar, Indonesia mempunyai sistem
ekonomi yang sesuai dengan budaya Indonesia sendiri yaitu sistem koperasi yang
berasaskan kekeluargaan.32
Sistem ekonomi Pancasila tidak menjerumus pada etatisme dan liberalisme,
akan tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan individualitas
dan otoaktivitas setiap rakyatnya dan ada mekanisme yang dapat mengendalikan dan
mengatasi praktek oligopoly dan monopoli. Kuncinya ialah keseimbangan, keserasian
dan keselarasan, antara individualitas dan sosialitas, antara oktoaktivitas dan
solidaritas sosial.33
Umer Chapra yang merupakan pemikir mainstream dalam ekonomi Islam
mempunyai pandangan bahwa pembangunan di negara-negara muslim harus melihat
pandangan hidup Islam dan tujuan-tujuan yang seirama dengan pandangan tadi serta
jenis pembangunan yang berkaitan dengan itu.34 Pembangunan materi harus sejalan
30
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Kencana: Jakarta 2006), hal.3.
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal.3
32
Ibid, h. 39
33
Ibid, hal,. 53.
34
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 5.
31
dengan pembangunan moral dengan melaksanakan efisien dan pemerataan, yakni
merealisasikan visi Islam tentang pembangunan.35
Mubyarto dan Umar Chapra sebagai seorang ekonom yang mempunyai latar
belakang yang berbeda, mempunyai konsep ekonomi pembangunan yang bercorak
pada pemikirannya masing-masing, oleh karena itu penulis akan mengkomparatifkan
dan menganalisa pemikiran meraka dalam hal nilai-nilai moral, keadilan, kebijakan
dan peran negara dalam pembangunan ekonomi. Dari masalah di atas, maka penulis
membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Komparasi pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan
ekonomi dengan menggunakan pasal 27 (2), 29 (2) dan pasal 33 UUD 1945
(sebelum amandemen).
2. Relevansi dari pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap perekonomian
Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis akan merumuskan
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1.
Bagaimana pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep pembangunan
ekonomi?
35
Ibid, h., 9
2.
Bagaimana relevansi pemikiran Mubyarto dan Chapra terhadap perekonomian
Indonesia ?
D. Tujuan, Keluaran dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tersusunnya format pemikiran ekonomi menurut Mubyarto dan Umar Chapra.
b. Terumuskannya dimensi-dimensi implementasi pemikiran Mubyarto dan
Chapra pada perekonomian Indonesia.
2. Keluaran
a. Peta pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konteks keindonesiaan dan
keislaman.
b. Kemungkinan perumusan kebijakan yang dapat diterima rakyat Indonesia.
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, pemikiran Mubyarto dan Umar Chapra dalam konsep ekonomi
pembangunan dan relevansinya terhadap perekonomian Indonesia.
b. Bagi akademik, memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam
khazanah ekonomi Islam khususnya serta memperkaya literatur perpustakaan
mengenai pemikiran kedua cendekiawan tersebut, khususnya.
c. Masyarakat umum, dapat tambahan wawasan mengenai pemikiran kedua
cendekiawan tersebut, khususnya.
E. Kajian Pustaka
Penulis melakukan studi penelitian terdahulu pada beberapa studi yang telah
dilakukan sekitar pembangunan ekonomi, Mubyarto dengan konsep pembangunan
ekonomi dengan latar belakang ekonomi pancasila dan Umer Chapra dengan konsep
pembangunan ekonomi dengan latar belakang ekonomi Islam.
Diantaranya tulisan dalam bentuk buku yang berjudul Ekonomi Pancasila36:
gagasan dan kemungkinan karya Profesor Mubyarto, sebagaimana judulnya, tulisan
ini mencoba menawarkan alternatif strategi pembangunan Indonesia. Resep yang
mereka tawarkan diharapkan dapat membawa perubahan ke depan yang lebih baik
bagi bangsa Indonesia, mengingat bangsa Indonesia telah gagal menerapkan sistem
ekonomi yang sesuai untuk membangun Indonesia. Observasi langsung cenderung
mengkonfirmasi bahwa pembangunan ekonomi Indonesia selama ini masih banyak
berpedoman pada konsep-konsep ekonomi barat yang belum tentu sesuai dengan
kondisi kultural, etika, sosial, dan politik yang ada di Indonesia.
Buku berjudul Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila37 karya Mubyarto, karya
ini menjelaskan sistem ekonomi Pancasila yang merupakan amanat undang-undang
dasar 1945 yang berfondasikan pada nilai-nilai moral demi terwuudnya keadilan
36
37
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, (Jakarta: LP3ES, 1987 )
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988).
social. Dalam Sistem Ekonomi Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada
(kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud kemerataan sosial dalam
kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis
yang melibatkan semua orang dalam proses produksi dan hasilnya juga dinikmati oleh
semua warga masyarakat.
Karya Umer Chapra yang berjudul, Islam and Economic Development38,
terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam dan Pembangunan Ekonom hadir mewarnai
kajian ekonomi pembangunan. Karya ini menelusuri dan menganalisa ekonomi
pembangunan
yang bersifat sekularistik dengan beberapa kagagalannya yang
disebabkan menegasikan nilai-nilai moral dan agama untuk menciptakan keadilan.
Buku ini juga memuat startegi dan kebijakan yang harus dilakukan negara muslim
dalam pembangunan ekonomi.
Buku Umer Chapra yang berjudul The Future Of Economics An Islamic
Perspective,39 terjemah, Ikhwan Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah
Tinjauan Islam. Buku ini menjelaskan tentang pentingnya kita menelaah ulang ilmu
ekonomi yang selama ini diajarkan oleh kaum kapitalis dan sosialis dinegara-negara
dunia ketiga, tanpa memperhatikan konteks agama dan kultur masyarakat tersebut.
Kemudian memberikan fomulasi maqoshidu syari’ah dalam ekonomi yang menunjung
tinggi nilai moral dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.
38
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000).
39
Chapra, M. Umer, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan
Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam (Bandung: Gema Insani, 2001).
F. Review Studi Terdahulu
Penulis
Dina Rahma Umami
(Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan politik, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2009).
Judul
Pemikiran Ekonomi Mubyarto Dalam Prespektif Ekonomi
Islam
Pembahasan
Pada skripsi ini penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengetahui konsep filsafat, nilai-nilai dasar dan nilai
instrumental dari sistem ekonomi Islam, konsep filsafat, nilainilai dasar dan nilai instrumental dari pemikiran ekonomi
Mubyarto dan pandangan system ekonomi Islam terhadap
pemikiran ekonomi dari Mubyarto
Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, pemikiran ekonomi Mubyarto
tidak bertentangan dengan sistem ekonomi Islam, sebab:
a. Pemikiran ekonomi Mubyarto berjiwa religius dan
mengedepankan unsur moral yang menginginkan adanya
keseimbangan dan keselarasan hubungan vertikal dan
horisontal.
b. Bersifat karakyatan yang memberikan perhatian besar pada
penderitaan rakyat kecil yang merupakan korban dari
kesenjangan ekonomi
c. Bersifat humanis dimana ia tidak menginginkan terjadinya
ekspolitasi, penindasan dan dominasi sesama manusia.
e. Penulis kategorikan pemikiran Mubyarto sebagai pemikiran
yang berhaluan soislis religius.
Penulis
Ahmad Charis
(Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2010).
Judul
Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Mubyarto Perspektif Ekonomi
Islam
Pembahasan
Pada Skripsi ini membahas tentang beberapa pokok masalah:
1. Bagaimana konsep pemikiran Mubyarto tentang ekonomi
kerakyatan?
2. Bagaimana perspektif ekonomi Islam dalam melihat
pemikiran Mubyarto tentang ekonomi kerakyatan?
Pendekatan yang penulis gunakan untuk mengkaji dan
menganalisa pokok masalah yang telah ditentukan diatas
pendekatan normatif. Pendekatan ini didasarkan pada hukum
syara’ yaitu Alqur’an dan Hadis Nabi serta usul al-fiqh.
Hasil penelitian
Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa ekonomi kerakyatan
sebenarnya merupakan tambalan dari sistem ekonomi
kapitalisme yang telah menciptakan struktur perekonomian
yang timpang dalam masyarakat dimana rakyat kecil tidak
mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah karena lebih
bertumpu pada ekonomi pasar. Akibatnya, perekonomian
didominasi oleh segelintir orang sementara sebagian besar
rakyat lainnya hidup dalam kondisi yang tidak layak.
Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan untuk menopang kondisi
perekonomian mereka dalam berbagai kebijakan pemerintah
baik dalam bentuk fiskal maupun moneter. Namun secara
umum instrumen pokok ekonomi kapitalisme tetap diakui
seperti eksistensi perbankan ribawi, kebijakan moneter yang
menggunakan instrumen suku bunga, perdagangan efek di pasar
modal, dan pajak sebagai instrumen fiskal sekaligus sebagai
sumber pendapatan utama negara, dan eksistensi badan usaha
yang berbentuk perseroan terbatas (PT).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep ekonomi
kerakyatan sejatinya merupakan konsep ekonomi yang batil
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
G. Metode Penelitian
1. Jenis
Penelitian Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research)
dengan data dan cara analisa kualitatif,40 dengan mendeskripsikan dan menganalisa
objek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan
dengan topik. Untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil
kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.
2. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang
diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer dan sumber
40
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999)
sekunder. Dalam penulisan ini sumber data primer yang digunakan buku Umar
Chapra yang berjudul Islam dan Pembangunan Ekonomi.41 Buku Mubyarto Sistem
dan Moral Ekonomi Pancasila.42
Sedangkan sumber data sekunder adalah berbagai tulisan yang berkaitan
dengan penulisan ini, baik langsung maupun tidak langsung, seperti buku, Masa
Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam,43 Islam
dan
Tantangan
Ekonomi”,44 Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan45.
3. Teknik Pengambilan Data
Didalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
menggunakan teknik studi pustaka, yang dalam hal ini adalah buku, jurnal dan
artikel.
4. Verifikasi Variabel
Verifikasi variabel atau proses pengumpulan dan klasifikasi variabel
(indikator) sangat diperlukan agar diperoleh data yang relevan, untuk dijadikan
indikator dalam artificial neuron network. Dalam kerangka berpikir ilmiah,
verifikasi variabel termasuk berpikir empiris yang dilakukan setelah berpikir secara
rasional. Proses verifikasi variabel diperoleh dengan menggunakan content
41
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000).
42
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988)
43
M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan
Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam (Gema Insani Press dan Tazkia
Institute, 2001).
44
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam
dan Tantangan Ekonomi, (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000)
45
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, (Jakarta: LP3ES, 1987 )
analysis, yaitu mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks46. Konten
menjelaskan, arti, ide, tema, atau apapun pesan yang dapat dikomunikasikan.
Content analysis bersifat noncreative sebab proses untuk menempatkan
perkataan, pesan, atau lambang pada satu teks untuk mengomunikasikan ke satu
pembaca atau penerima terjadi tanpa pengaruh dari peneliti yang meneliti konten
ini. Dengan demikian peneliti mengungkapkan isi pada satu sumber komunikasi
dan membandingkannya dengan ilmu pengetahuan tentang teknik kuantitatif.47
Dibawah ini adalah variable yang telah diverifikasi untuk dijadikan acuan
dalam menganalisa pemikiran pembangunan ekonomi Mubyarto dan Umer Chapra
dengan menggunakan artificial neuron network dan himpunan sebagaimana akan
dijelaskan selanjutnya.
Urgensi
1. Pancasila dan UUD 1045
2. Demokrasi Ekonomi
Relevansi
KEINDONESIAAN
1. Pasal 27 ayat 2
2. pasal 29 ayat 2
3. pasal 33 ayat 1
4. Pasal 33 ayat 2
5. Pasal 33 ayat 3
Implementasi
46
Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach,
(USA: Pearson Education, 2003), hal.310.
47
Ibid, h,.310
1. Pemerataan pendapatan
2. Pengentasan kemiskinan
3. Soko guru sebagai perekonomian Indonesia
4. Negara menguasai cabang-cabang produksi
5. Penguasaan bumi, air, dan kekayaan alam untuk
kemakmuran rakyat
6. Menciptakan lapangan kerja
7. Pelestarian lingkungan hidup
Urgensi
1. Konsep fundmental tauhid, khilafah dan keislaman
2.Keseimbangan dunia dan akhirat.
3. Pembangunan moral.
Relevansi
1. Al-Maidah ayat 120, Al-Baqarah ayat 279
2. Al-Baqarah ayat 11
KEISLAMAN
3. Al-Baqarah ayat 201
4. Al-Humazah ayat 1-3
Implementasi
1. Pelaksanaan zakat
2. Pelarangan riba
3. Mengurangi konsentarsi kepemilikan
4. Model kerja sama musyarakah dan mudharabah
5. Pengembangan industry mikro dan kecil
5. Teknik Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode
Artificial Neuron Network (ANN) dengan penilaian menggunakan keserasian
contents, context, conducts, dan contours. 48 Maka digunakanlah metode content
analysis yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks. Content
menjelaskan arti, lambang, gambar, ide, tema atau apapun peasan yang dapat
dikomunikasikan. Dalam content analysis peneliti menggunakan objektif dan
sistematik menghitung dan merekam prosedur untuk menghasilkan suatu
kuantitatif dari content simbolis pada suatu teks.49
6. Metode Penulisan
Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.50
7. Teori alat analisa
a. ANN (artificial neuron network)
Dalam menganalisa dan mengkomparasikan konsep ekonomi kedua
pemikir, penulis menggunakan metode ANN (artificial neuron network) dengan
penilaian dan bobot menggunakan keserasian contents, context, conducts, dan
48
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon:
Al-Ishlah Press, 2009), hal. 8
49
Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach,
(USA: Pearson Education, 2003), hal.310.
50
Djawahir Hejazziey dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN Press, 2007), cet. Ke1.
contours51. Untuk melaksanakan langkah tersebut digunakanlah metode content
analisis yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi suatu teks.52
Dalam penyusunan indikator dan penilaian pemikiran Mubyarto dan
Umer Chapra terukur menurut UUD 1945 pasal 27 (2), 29 (2) dan pasal 33
sebelum amandemen, serta pemikiran tokoh-tokoh ekonomi yakni, Khursid
Ahmad53, Masudul Alam Choudhory54, Monzer Kahf Monzer Kahf55, Murasa
Sarkaniputra56, Sri Edi Swasono57, A.M Saefuddin58, Hidayat Nataatmaja59,
Amin Azis60, dan Euis Amalia61.
Penulis membuat rentang skala nilai Y Transformasi, untuk mengukur
urgensi, relevansi, dan implementasi pemikiran Mubyarto dan Umer Chapra
tersebut. Nilai YT 0.73 merupakan terendah, sebab jika sebuah instrument
51
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Cirebon:
Al-Ishlah Press, 2009), hal. 8
52
Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach,
(USA: Pearson Education, 2003), hal.310.
53
Khursid Ahmad. Pembangunan Ekonomi Dalam Ekonomi Islam: Etika Ekonomi Politik
Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam.(Surabaya: Risalah Gusti, 1997) hal. 6
54
Mausudul Alam Choudhury, Contribution to Islamic Economic Theory,(New York: St
Martin’s Press, 1986).
55
Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical Study of The Functioning of The Islamic
Economy, (Leicester UK: IIE, IIU Islamabad and The Islamic Foundation,1995), hal. 15. Lihat juga
Fahim Khan “Consumer Behaviour in Islamic Perspective”, dalam Ausaf Ahmad dan Kazim Raja
Awan, Lectures on Islamic Economics (Jeddah: IRTI-IDB, 1992), hal. 169.
56
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Jakarta: AlIshlah Press & STEI, 2009). Dan Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi
Islam, (Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2004).
57
Sri Edi Swasono, Koperasi Sebagai Sistem Ekonomi Indonesia: Pemikiran ke Arah
Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1990), hal. 160.
58
Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Media Dakwah,
1984), hal 9.
59
Hidajat Nataatmadja, Pemikiran ke Arah Ekonomi Humanistik Suatu Pengantar Menuju
Citra Ekonomi Agamawi, (Yogyakarta: PLP2M, 1984). hal. 108
60
Amin Azis, The Power of Al-Fatihah, (Jakarta: Embun Publishing, 2007), hal, 373
61
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 367.
mempunyai nilai 1 untuk semua indikator (rata-rata 1 intrument 5 indikator)
maka nilai YT 0.73. Nilai yang paling baik adalah yang mendekati angka 1.
Nilai YT
Peringkat
0.73-0.8
Sangat Rendah
0.8-8.5
Rendah
0.85-0.9
Sedang
0.9-0.95
Tinggi
0.95-1
Sangat Tinggi
b. Himpunan
Pada bab III penulis menganalisa secara komperatif indikatorindikator dari instrument urgensi, relevansi, implementasi yang bersifat
keindonesiaan dan keislaman dengan mengunakan metode himpunan.
Pengertian tentang himpunan (set) dan peranannya dalam matematika
sebenarnya telah lama dikemukakan dalam karya ilmiah Georg Cantor. Dewasa
ini pengertian tentang himpunan semakin mempengaruhi bentuk dan bahasa
matematika modern. Himpunan (set) merupakan merupakan kumpulan dari
objek, benda atau simbol yang dapat dibeda-bedakan dan yang diberi batasan
serta rumusan secara tegas dan eksplisit.62
Definisi himpunan ialah kumpulan objek yang dirumuskan secara
tegas dan yang dapat dibeda-bedakan. Keseluruhan obyek yang membentuk
62
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II, (Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 33.
himpunan yang besar dan tetap dinamakan himpunan universal (universal set)
atau disingkat menjadi himpunan saja. Himpunan yang dipilih dan dibentuk dari
himpunan universal diatas dinamakan sub-himpunan (sub-set).63
Dalam pembahasan bab ini himpunan universal berisi sub-indikator
dari indikator-indikator sebagaimana telah dibahas dalam bab 4. Misal,
himpunan kesesuaian ideology dan konstitusi = {pancasila sebagai dasar
negara, pandangan ideologis yang bersifat mendasar, menciptakan daulat
rakyat, eksistensi ideologi Pancasila, kemandirian ekonomi}.
Irisan (intersection) dari A dan B ialah himpunan yang terdiri dari
unsur-unsur yang tergolong baik dalam A maupun B. Irisan sedemikian itu
dinyatakan sebagai A ∩ B atau diperinci sebagai, A ∩ B = {x : x Є A dan x Є
B}. Pada hakikatnya, cara kerja dasar himpunan serta sub-himpunannya dapat
digambarkan ke dalam diagram Venn. Diagram sedemikian dimaksudkan guna
memberi gambaran secara sistematis tentang hubungan antar sub-himpunan
dalam suatu himpunan universal.64
Diagram Venn yang menggambarkan irisan antara sub-himpunan A
dan sub-himpunan B, contoh:
B
A
A ∩ B
63
64
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II, hal. 35.
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II, hal. 37.
Pada diagram venn yang menggambarkan komperatif pemikiran
Mubyarto dan Umer Chapra, sub-himpunan sebelah kiri adalah pemikiran
Mubyarto dan sub himpunan sebelah kanan adalah pemikiran Umer Chapra hal
ini menggambarkan perbedaan pemikiran mereka, irisan (intersection) adalah
persamaan kedua pemikir. Himpunan universal digambarkan oleh kotak yang
berbentuk persegi panjang.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini menjadi
beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I.
Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, kajian pustaka dan kerangka teori, review studi
terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II.
Konsep pembangunan ekonomi Mubyarto dan Umar Chapra, diuraikan
tentang pemikiran ekonomi Mubyarto dan Umer Chapra dalam hal
pembangunan ekonomi yang berkaitan moral dan keadilan, kebijakan dan
peran negara.
BAB III.
Analisa ANN dan analisa komperatif dengan menggunakan metode
himpunan konsep pembangunan ekonomi Mubyarto dan Umar Chapra.
Dalam bab ini akan diuraikan pemikiran kedua cendekiawan dengan
menggunakan metode ANN dan himpunan.
BAB IV.
Merupakan tahap akhir penulisan skripsi, berisi kesimpulan dari
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan
memberikan saran-saran yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
BAB II
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMER CHAPRA
B. Pemikiran Mubyarto
1. Biografi
Prof. Dr. Mubyarto dilahirkan di Sleman Yogyakarta, pada tanggal 3
September 1938 dan meninggal di Yogyakarta, pada tanggal 24 Mei 2005 pada
umur 66 tahun adalah pakar ekonomi kerakyatan Indonesia yang mengajar di
Universitas Gadjah Mada dan dikenal sebagai penggagas konsep Ekonomi
Pancasila.65
Mubyarto lahir di Sleman, Yogyakarta. Masa kecilnya hingga sarjana muda
dihabiskan di Yogyakarta. Selepas dari UGM, Mubyarto melanjutkan pendidikan
dan memperoleh gelar Master of Arts dari Vanderbilt University, Tennessee di
tahun 1962 dan gelar Doctor of Philosophy dari Iowa State University, Iowa di
tahun 1965, keduanya di Amerika Serikat. Gelar Doktor diraihnya dalam usia 27
tahun dengan mempertahankan disertasi berjudul Elastisitas Surplus Beras yang
Dapat Dipasarkan di Jawa-Madura.66
Profesi utamanya adalah dosen di Fakultas Ekonomi UGM (1959-2003).
Salah satu jabatan penting di dalam kariernya bersama UGM adalah pada saat
menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan
65
66
http://id.wikipedia.org/wiki/Mubyarto, Artikel Di Akses Pada Tanggal 11 Januari 2011.
Ibid
(P3PK) UGM tahun 1983-1994. Selama dipimpin oleh Mubyarto, P3PK secara
intensif melakukan berbagai penelitian di bidang perdesaan dengan bekerjasama
dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Kemudian pada periode tahun
1987-1999, ia menjadi anggota MPR. Sejak tahun 2002, dia adalah Kepala Pusat
Studi Ekonomi Pancasila (Pustep) UGM sampai kemudian meninggal pada tahun
2005. Pustep didirikan oleh UGM dibawah pimpinan Rektor Sofyan Effendi,
untuk mendalami dan mengembangkan konsep Ekonomi Pancasila yang telah
ramai menjadi bahan diskusi utama ekonomi Indonesia sejak tahun 1980.
Sebagai birokrat, Mubyarto pernah menjabat sebagai Penasehat Menteri
Perdagangan pada tahun 1968-1971, Asisten Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas 1993-1998, dan Staf Ahli Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri pada tahun yang sama.
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) adalah salah satu program pemerintah
yang diluncurkan Mubyarto pada tahun 1993 pada saat menjabat sebagai Asisten
Menteri
Pembangunan
Perencanaan
Nasional/Kepala
Bappenas,
yaitu
menghibahkan dana pemerintah kepada kelompok masyarakat miskin untuk
dikelola langsung oleh masyarakat secara musyawarah dengan menggunakan
konsep dana bergulir. Program IDT ini adalah hasil pemikiran Mubyarto bersama
dengan koleganya, misalnya yang tergabung di dalam Yayasan Agro Ekonomika
(YAE) seperti sosiolog pedesaan IPB Sayogyo dan Direktur LSM Bina Swadaya
Bambang Ismawan. Program IDT sebagai program pengentasan kemiskinan telah
berhenti, namun konsep hibah dana bergulir yang dikembangkan oleh Mubyarto
dkk sampai sekarang masih digunakan dalam bentuk program-program lain di
berbagai sektor pembangunan di Indonesia.67
Karya Mubyarto telah banyak mengisi khazanah keilmuan di Indonesia. Hasil
karyanya meliputi bidang ekonomi, pertanian, kemiskinan dan lain-lain. Hasil
karyanya yang telah dipublikasikan antara lain:
Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES (1972), Politik Pertanian dan
Pengembangan Pedesaaan, Sinar Harapan (1980), Ekonomi Pancasila: Gagasan
dan Kemungkinan, LP3ES (1981), Sistem dan Moral Ekonomi Ekonomi
Indonesia, LP3ES (1987), Ekonomi dan Keadilan Sosial, Aditya Media (1995),
Kisah-Kisah IDT (Penyunting), Aditya Media (1997), Ekonomi Pancasila:
Lintasan Pemikiran Mubyarto, Aditya Media (1997), Membangun Sistem
Ekonomi, BPFE (2000), Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi, BPFE (2001), A Development Alternative for Indonesia,
Gajah Mada University Press (2002).
2. Pembangunan Ekonomi
Sistem ekonomi suatu negara hendaknya disesuaikan dengan ideologi dan
konstitusi negara tersebut. Dalam konteks Indonesia, maka sistem ekonomi
Indonesia perlu mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Inilah yang mendasari
penggunaan konsep Sistem Ekonomi Pancasila (SEP).68 Pemikiran Mubyarto
dalam membangun sistem ekonomi nasional dan mengembangkan ilmu
67
http://id.wikipedia.org/wiki/Mubyarto, Artikel Di Akses Pada Tanggal 11 Januari 2011.
Edi Suandi Hamid, Jejak Pemikiran Mubyarto, Artikel diakses pada 20 desember 2010,
http://mubyarto.org/_artikel.php?parameter=312&id=47
68
pendidikan ekonomi alternatif
berpijak pada sistem nilai, sosial-budaya, dan
kehidupan ekonomi riil (real-life economy) masyarakat Indonesia.69
Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan manusia
yang utuh dan pembangunan seluruh rakyat biasanya diartikan bahwa bidangbidang kebutuhan manusia yang hendak dibangun itu harus seimbang materiil dan
spiritual. Dan pembangunan seluruh rakyat diartikan pembangunan yang merata,
atau pembangunan yang adil. Masyarakat yang ingin mewujudkan hal tersebut
ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, di mana setiap sila
Pancasila harus mewarnai atau menjiwai hasil-hasilnya.70
Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam ekonomi, sila pertama Pancasila
(Ketuhanan) dan kedua (Kemanusiaan) sebagai "dasar SEP", sila ketiga
(Nasionalisme) dan keempat (Kerakyatan) sebagai "cara penerapannya", dan sila
kelima (Keadilan Sosial) sebagai "tujuannya". Sistem ekonomi berdasar pada
amanat dan semangat Pasal 33 UUD 1945 yang menempatkan Koperasi sebagai
sokoguru perekonomian dan negara sebagai penguasa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya, serta cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.71
69
Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
70
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 4
71
Edi Suandi Hamid, Jejak Pemikiran Mubyarto, Artikel diakses pada 20 desember 2010,
http://mubyarto.org/_artikel.php?parameter=312&id=47
Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, azas kerakyatan dan persatuan lebih
menegaskan tentang relevansi organisasi koperasi, sebagai organisasi ekonomi
yang demokratis dan berwatak sosial. Anggota tidak tinggal diam dan kemudian
mendapat bagian keuntungan. Baik dalam koperasi produksi maupun simpan
pinjam dan konsumsi, selalu didorong simpanan atau tabungan wajib secara rutin,
agar peran serta anggota bersifat aktif dan dinamis mengembangkan organisasi. 72
Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional. Hal ini merupakan
pengejawantahan demokrasi ekonomi, yang berarti, koperasi sebagai organisasi
ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjadi pelaku utama dalam
kehidupan ekonomi masyarakat yang tumbuh dan berakar kuat dalam ekonomi
rakyat.73
Prioritas kebijakan ekonomi ialah penciptaan perekonomian nasional yang
tangguh, yang berarti bahwa nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi.
Hal ini sangat berbeda dengan ekonomi kapitalistik, yang bersifat internasional,
sejauh-jauhnya mencari pasar, jika perlu di luar batas-batas negara. Maka ada
multi national cooperation (MNC) di mana batas nagara tidak menjadi soal.
Sedangkan sistem ekonomi Pancasila memberikan prioritas yang tinngi pada
ekonomi nasional.74
Sistem perekonomian Pancasila, harus tegas dan jelas adanya keseimbangan
antara perencanaan sentral (nasional) dengan tekanan pada desentralisasi di dalam
72
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988). hal. 75
Ibid, h,. 62
74
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, (Jakarta:LP3ES,1987), hal. 42
73
pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ada perimbagan yang jelas antara
perencanaan pada tingkat nasional dengn desentralisasi dari rencana-rencana pusat
tersebut, di daerah-daerah.75
Kesimpulan kita, pendekatan terhadap masalah “pengurangan kemiskinan dan
pengelolaan lingkungan” atau sebaliknya terhadap “pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan dan strategi penanggulangan kemiskinan” selama ini kiranya salah
dan tidak adil, karena melihat kemiskinan sebagai fakta tanpa mempelajari
sumber-sumber dan sebab-sebab kemiskinan itu. Akan lebih baik dan lebih adil
jika para peneliti memberi perhatian lebih besar pada sistem ekonomi yang bersifat
“serakah” dalam eksploitasi SDA, yaitu sistem ekonomi kapitalis liberal yang
berkembang di Barat, dan merajalela sejak jaman penjajahan sampai era
globalisasi masa kini. Sistem ekonomi yang tepat bagi Indonesia adalah sistem
ekonomi pasar yang populis dan mengacu pada ideologi Pancasila dengan lima
cirinya sebagai berikut76:
a.
Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi,
sosial, dan moral;
b.
Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan
sosial
yaitu
tidak
membiarkan
terjadinya
dan
berkembangnya
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;
75
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 42
76
Mubyarto, Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang miskin Atau Orang Kaya?,
Artikel
Diakses
pada
tanggal
14
Januari
2011,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_22/artikel_3.htm
c.
Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas
adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh,
dan mandiri;
d.
Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi
dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan
masyarakat;
e.
Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan
nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas,
dan bertanggung jawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3. Moral dan Keadilan
Dalam UUD 1945 bab kesejahteraan sosial, dapat kita simpulkan bahwa
kesejahteraan sosial menyangkut pemenuhan kebutuhan materiil yang harus diatur
dalam organisasi dan sistem ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan. Di sini
tampaklah kaitan antara keadilan sosial dan kesejahteran sosial. Keadilan sosial
adalah suatu keadaan dimana seluruh rakyat merasa aman dan tentram karena
aturan-aturan main dalam hubungan-hubungan ekonomi yang berdasarkan prinsipprinsip etik dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah
sarana materiil yang harus dipenuhi untuk mencapai rasa aman dan tentram yang
disebut keadilan sosial. Dua hal ini menyangkut pasal 33 dan 34 dalam UUD 1945.
77
Dengan demikian, maka dalam pengejaran efisiensi ada batasannya, batasnya
berupa moral, bukan batas teknis. Batas moral bisa diadakan apabila kita mau dan
ikhlas. Inilah keadilan ekonomi yang definisinya adalah sebagai berikut: Keadilan
ekonomi adalah aturan main tentang hubungan-hubungan ekonomi yang
didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip mana pada gilirannya
bersumber pada hukum-hukum alam, petunjuk tuhan, dan sifat sosial manusia.78
Perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan
moral. Dalam masyarakat Pancasila roda ekonomi digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, yaitu harga melalui sistem pasar dengan sekaligus ada “pengontrolan”
sosial atau pengawasan oleh masyarakat dan pedoman moral oleh seluruh bangsa
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.79
Hubungan antara manusia dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik.
Manusia memerlukan pembangunan ekonomi agar kebutuhan materinya lebih
terpenuhi. Tetapi sebaliknya dalam pembangunan ekonomi, peranan manusia
sangat menentukan. Ia berperan ganda yaitu sebagai pengarah (subjek) yang
menentukan sifat atau warna pembangunan ekonomi, sekaligus sebagai objek
77
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. hal. 228
Ibid, hal,. 114
79
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan. hal. 39
78
produksi, yang bersama-sama faktor produksi non-manusia (tanah, modal, dan
produksi), menghasilkan barang-barang yang diproduksi tersebut.80
Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang berideologi Pancasila,
pastilah bernafaskan agama. Pancasila mencamtumkan Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai sila pertamanya. Sedangkan pasal 29 UUD 1945 dengan tegas menyatakan
bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.81
Merujuk sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Sistem Ekonomi Pancasila
menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas keadilan ekonomi
dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi Islam. Tujuan sistem ekonomi
Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang diwujudkan melalui dasar-dasar kemanusiaan dengan cara-cara
yang nasionalistik dan demokratis. ”Kecelakaanlah bagi setiap … yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung” (Q.S. Al-Humazah: 2).
Pengembangan sistem ekonomi yang berdasar asas kekeluargaan yang
diajarkan dalam pasal 33 ayat 1, erat kaitannya dengan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, dalam upaya senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, kita percaya bahwa
bangsa Indonesia adalah satu keluarga besar yang anggota-anggotanya tidak akan
bersaingan saling mematikan satu sama lain, tetapi saling bekerja sama, sebagai
mana termaktub dalam Q.S An-Nisa: 1.82
80
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.42
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal. 52
82
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.75
81
Orang miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai kelompok yang malas dan
yang tidak suka menabung atau berinvestasi. Ajaran Islam yang paling nyata
menjunjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan keadilan sosial, ”jangan
sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja diantara
kamu” (Q.S. Al-Hasyr: 7).83 Ajaran agama Islam dalam perilaku ekonomi manusia
dan bisnis Indonesia makin mendesak penerapannya bukan saja karena mayoritas
bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi karena makin jelas ajaran moral ini
sangat sering tidak dipatuhi. Dengan perkataan lain penyimpangan demi
penyimpangan dalam Islam jelas merupakan sumber berbagai permasalahan
ekonomi nasional.84
4. Peran Negara
Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang
banyak. Penguasaan oleh negara terhadap cabang-cabang produksi tertentu
bukanlah demi ”penguasaan” itu sendiri, melainkan karena penguasaan itu
dipandang menjamin perlindungan kepentingan orang banyak. 85 Mengenai
pemikiran
swastanisasi
memang
pada
dasarnya
cukup
rasional
untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan. Tetapi mengingat penggarisan pasal 33 ayat 2
UUD 1945, pelaksanaan ide swastanisasi harus amat selektif, karena aneka rupa
83
Mubyarto, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1_maret _2002/artikel_1
84
Ibid
85
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 52
cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus tetap dikuasai
oleh negara demi kemakmuran rakyat banyak.86
Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat. Hal ini
demi kemakmuran rakyat secara maksimal dan menghindari eksploitasi alam yang
berlebihan.87 Dalam kenyataannya, jaminan perlindungan kepentingan orang
banyak, dan peningkatan kemakmuran rakyat secara makmur itulah, yang masih
sering dipertanyakan pemenuhannya. Ini dapat ditunjukkan oleh pelayanan yang
tidak efisien dari aneka rupa usaha negara disatu pihak, dan kurang adilnya
distribusi pendapatan dan kekayaan nasional di pihak lain. Dengan demikian
berarti bahwa penguasaan bumi, air dan kekayaan alam nasional, memang telah
meningkatkan kemakmuran rata-rata bangsa Indonesia, tetapi belum merata pada
seluruh rakyatnya. 88
Negara sebagai regulator perekonomian harus menentang monopoli hal ini
selaras dengan Q.S. Al Hasyr ayat 7. Mekanisme pasar yang digagas oleh
Mubyarto adalah pasar yang anti free-fight liberalism yang telah melahirkan
monopoli yang merugikan masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang
menekankan pada asas kekeluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling
merugikan. Praktek- praktek kehidupan ekonomi saat ini semakin menjauhi ciriciri sistem ekonomi Pancasila dan sistem ekonomi yang diperintahkan oleh UUD
1945, yang melarang system ekonomi kapitalis liberal yang berciri “gontokan
86
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 104
Ibid, h,. 52
88
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 158
87
bebas” (freefight), atau sistem yang etastistik (serba negara), atau system yang
membiarkan pemusatan kekuatan ekonomi yang memungkinkan bentuk monopoli
(swasta) yang merugikan masyarakat.89
Pemerintah harus menciptakan lapangan kerja, dalam usahanya untuk
mewujudkan penghidupan yang layak bagi rakyatnya. Dalam pasal 27 ayat 2 UUD
1945, memang hanya mencantumkan hak warga negara, yaitu hak warga negara
untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Perluasan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja harus merupakan
“kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor”. Ini berarti
pemerintah “merumuskan” kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok tetapi tidak berarti
harus melaksanakannya sendiri.90 Pemerintah menciptakan iklim yang sehat yang
diperlukan untuk kelancaran usaha antara lain dengan jalan mengusahakan
ketentraman dan keamanan usaha menyederhanakan prosedur perizinan dan
sebagainya.
Untuk mewujudkan hal yang telah disebutkan diatas, maka teori ekonomi
harus bersifat nasionalistis. Rasa nasionalisme tersebut harus menjiwai semua
pelaku ekonomi, karena nasionalisme berkaitan erat dengan ketahanan nasional,
yaitu kemampuan dan ketangguhan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan
hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.91
89
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan,hal. 68
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 235
91
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal.49
90
Peranan negara yang besar dalam perekonomian, mungkin dianggap orang
sebagai hal yang wajar, atau bahkan dianggap memang sudah seharusnya, karena
UUD 1945 pasal 33 ayat 2 dan 3, serta pasal 27 ayat 2 secara meyakinkan
mengamanatkan hal tersebut untuk dilaksanakan oleh pemerintah republik
Indonesia.
Dalam pada itu Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada
etika (Ketuhanan Yang Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan cara-cara
nasionalistik dan kerakyatan (demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti gotongroyong, sehingga sistem ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/ tolongmenolong. Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem
ekonominya berkembang ke arah yang timpang dan tidak adil, maka aturan
mainnya harus dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga mampu membawa
perekonomian ke arah keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.
Profit-Sharing dan Employee Participation. Prinsip profit-sharing atau bagibagi keuntungan dan resiko yang jelas merupakan ajaran sistem ekonomi Syariah
dan sistem ekonomi Pancasila sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara
maju (welfare state) yang merasa bahwa penerapan prinsip profit-sharing dan
employee participation lebih menjamin ketentraman dan ketenangan usaha dan
tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha.92
92
Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14
Januari 2011, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_3.htm
Meskipun pengertian economic democracy jelas lebih luas dari industrial
democracy namun keduanya bisa diterapkan sebagai asas atau “style” manajemen
satu perusahaan yang jika dilaksanakan dengan disiplin tinggi akan menghasilkan
kepuasan semua pihak (stakeholders) yang terlibat dalam perusahaan. Itulah
demokrasi industrial yang tidak lagi menganggap modal dan pemilik modal
sebagai yang paling penting dalam perusahaan, tetapi dianggap sederajat
kedudukannya dengan buruh/tenaga kerja, yang berarti memberikan koreksi atau
reformasi pada kekurangan sistem kapitalisme lebih-lebih yang bersifat
neoliberal.93
Prinsip employee participation yaitu partisipasi buruh/karyawan dalam
pengambilan keputusan perusahaan sangat erat kaitannya dengan asas profitsharing. Adanya partisipasi buruh/karyawan dalam decision-making perusahaan
berarti buruh/karyawan ikut bertanggung jawab atas diraihnya keuntungan atau
terjadinya kerugian.
Banyak perusahaan di negara kapitalis yang menganut bentuk negara
kesejahteraan (welfare state) telah menerapkan prinsip profit-sharing dan
employee participation ini, dan yang paling jelas diantaranya adalah bangun
perusahaan koperasi, baik koperasi produksi maupun koperasi konsumsi, terutama
di negara-negara Skandinavia.
93
Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14
Januari 2011, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_3.htm
Mengapa profit-sharing dan share-ownership? Berdasarkan penelitian 303
perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan aturan pembagian laba dan
pemilikan saham oleh buruh/karyawan ada 5 yaitu94:
a. Komitmen moral (moral commitment);
b. Penahanan staf (staff retention);
c. Keterlibatan buruh/karyawan (employee involvement);
d. Perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations
performance);
e. Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection
against takeover).
B. Pemikiran Umer Chapra
1. Biografi
M. Umer Chapra dilahirkan pada tanggal 1 Februari 1933, di Bombay India
adalah salah satu ekonom kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman
modern ini di timur dan barat. Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Chapra
dilahirkan dalam keluarga yang taat beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok
yang mempunyai karakter yang baik. Keluarganya termasuk orang yang
berkecukupan sehingga memungkinkan ia mendapatkan pendidikan yang baik. 95
94
Mubyarto, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada tanggal 14
Januari 2011, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_3.htm
95
http://id.wikipedia.org/wiki/M._Umer_Chapra, Artikel Di Akses pada tanggal 11 Januari
2011
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun.
Kemudian ia pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai
meraih gelar Ph.D dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia
mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun
1962, dan mempunyai empat anak, Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.
Dalam karier akademiknya Dr. M. Umer Chapra mengawalinya ketika
mendapatkan medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan prestasi
yang diraihnya sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa.
Setelah meraih gelar S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956,
dengan gelar B.Com / B.BA (Bachelor of Business Administration) dan M.Com /
M.BA (Master of Business Administration), karier akademisnya berada pada
tingkat tertinggi ketika meraih gelar doktoralnya di Minnesota, Minneapolis.
Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji bahwa Chapra adalah seorang yang
baik hati, mempunyai karakter yang baik dan kecemerlangan akademis. Menurut
Profesor ini, Chapra adalah orang yang terbaik yang pernah dikenalnya, bukan
hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas.
Dr. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang
berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia
menduduki posisi di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama
hampir 35 tahun sebagai penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembagalembaga ekonomi Arab Saudi ini membuatnya di beri kewarganegaraan Arab
Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh
Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama 45 tahun beliau menduduki
profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan ekonomi diantaranya
2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di Arab Saudi.
Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk kegiatan
yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF,
IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lain-lain.96
Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide
cemerlangnya banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena
pengabdiannya ini beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development
Bank dan meraih penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh
pada tahun 1989.
Beliau adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam.
Telah banyak buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan
samapai saat ini telah terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi
buku. Buku dan karya ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa
termasuk juga bahasa Indonesia.
Hasil karya M. Umer Chapra yang telah dipublikasikan antara lain: Toward a
Just Monetary System (1985), Islam and Economic Challenge (1992), Islam and
96
2011
http://id.wikipedia.org/wiki/M._Umer_Chapra, Artikel Di Akses pada tanggal 11 Januari
the Economic Development (1994), The Future of Economics; an Islamic
Perspective (2000)
2. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi dalam Islam harus selaras dengan tujuan-tujuan
syari’ah, yakni komitmen Islam yang mendalam terhadap persaudaraan dan
keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan (falah) bagi semua umat manusia
sebagai suatu tujuan pokok Islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab
kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang
seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena
itu, memaksimumkan output total semata-mata tidak menjadi tujuan dari sebuah
masyarakat muslim. Memaksimumkan output, harus dibarengi dengan menjamin
usaha-usaha yang ditujukan kepada kesehatan rohani yang terletak pada batin
manusia, keadilan, serta permainan yang fair pada semua peringkat interaksi
manusia. Hanya pembangunan semacam inilah yang akan selaras dengan tujuantujuan syari’ah (maqasid asy-syari’ah).97
Pengaktifan zakat dan sistem warisan Islam adalah tindakan-tindakan untuk
mereduksi kesenjangan pendapatan dan kekayaan akan lebih berhasil jika
diperkuat dengan pengaktifan sistem Islam tentang zakat dan warisan. Islam
memerintahkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan tertentu untuk
membayar zakat sebagai proposi tertentu dari nilai bersih kekayaan atau hasil
97
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 7.
pertanian yang dibagikan kepada fakir miskin. Sistem swasembada sosial ini,
disamping berbagai upaya pembiayaan sendiri yang lain, dibentuk dimasyarakat
modern untuk menyediakan perlindungan jaminan sosial bagi penganggur,
kecelakaan, tunjangan hari tua, dan kesehatan.
Zakat yang arti literalnya adalah penyucian (thaharah), pertumbuhan (nama’),
keberkatan, (barokah), pujian (madh), secara teknik pada hakikatnya adalah
kewajiban finansial seorang muslim untuk membayar sebagian kekayaan bersihnya
atau hasil-hasil pertanian, jika kekayaan tersebut melebihi batas nisbah suatu kadar
tertetu sebagai dari kewajiban keagamaan yang harus ditunaikan. Ia merupakan
salah satu rukun Islam dan merefleksikan tekad untuk menyucikan masyarakat dari
penyakit kemiskinan, harta benda orang-orang kaya, dan pelanggaran terhadap
aaran-ajaran Islam yang terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
pokok bagi setiap orang.98
Program bantu diri sosial yang diwakili zakat tidak seperti kewajiban sipil
membayar pajak. Ia merupakan kewajiban agama yang secara mutlak mengikat
dan diwajibkan oleh pencipta itu sendiri dan harus dibayarkan dari kekayaan yang
telah Allah berikan karena keutamaan-Nya sebagai amanah yang harus dinikmati
bersama-sama dengan mereka yang kurang beruntung.99
Pembagian harta warisan menurut syariat Islam, juga membantu mengurangi
kemencengan distribusi kekayaan. Jika perlu, pemberlakuan undang-undang
98
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi, (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), hal. 271.
99
Ibid, h,. 271
warisan dapat ditegakkan dalam suatu cara yang tidak menyebabkan peningkatan
konsumsi yang tidak penting, tetapi meningkatkan investasi dan pengembangan
kepemilikan sarana-sarana produksi.100
Tak seorangpun dapat menjauhkan pewaris syar’i, kecuali bila ia murtad atau
bersalah membunuh yang diwarisi. Disamping itu tak seorangpun dapat menerima
warisan lebih dari sepertiga kekayaan. Sepertiga kekayaan ini harus diperuntukkan
bagi tujuan-tujuan kebajikan atau untuk orang-orang yang tidak memiliki saham
warisan. Kedua orang tua yang masuh hidup mendapatkan saham yang ditentukan.
Hal ini tidak saja menjamin kesejahteraan mereka, melainkan juga memungkinkan
terciptanya ditribusi saham orang tua kepada saudara dan saudari setelah kematian
orang tua sehingga menimbulkan kekayaan yang lebih merata.101
Pengembangan industri kecil dan mikro dipedesaan dan perkotaan akan
memilki banyak keuntungan, disamping mengurangi konsentrasi kekayaan dan
kekuasaan. Keadaan akan lebih kondusif karena kepemilikan disini cenderung
menambah rasa kebebasan, juga mendorong pemilik bisnis untuk melakukan
inovasi dan bekerja lebih keras meraih keberhasilan bisnisnya. Juga akan
menciptakan suatu iklim yang lebih besar dan memperluas kesempatan kerja
dengan laju yang lebih cepat.102
100
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 109
101
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 275
102
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 107.
Bagaimana manggalakkan pengembangan industri kecil mikro di seluruh
negeri? Pertama, harus ada suatu perubahan gaya hidup yang jauh dari simbolsimbol status yang diimpor dan menggantikannya dengan gaya sederhana dengan
memanfaatkan produk-produk dalam negeri yang memenuhi keperluan pokok dan
yang memanfaatkan tenaga kerja lebih banyak. Kedua, harus ada perubahan dalam
siakp resmi dan kebijakan terhadap industri kecil mikro sedemikian rupa sehingga
mereka tidak dipinggirkan, tetapi harus digalakkan dan dibantu untuk
merealisasikan sepenuhnya potensi mereka yang kaya. Ketiga, mereka harus
diberdayakan, dengan memberikan bantuan yang diperlukan seperti input yang
baik, teknologi tepat guna dan pemasaran efektif. Keempat, diberdayakan untuk
meningkatkan keterampilan dengan memberikan fasilitas pelatihan.103
Melaksanakan
konsep
ekonomi
yang
bersifat
kekeluargaan
seperti
muyarakah, mudharabah dengan mendorong gerakan finansial Islam seperti
pendirian bank-bank Islam yang anti riba. Konsep persaudaraan (brotherhood)
yang kehadirannya di muka bumi secara keseluruhan hanyalah untuk mengabdi
kepada Allah, bahwa antara manusia itu terjalin persamaan dan persaudaraan
dalam kegiatan ekonomi saling membantu dan bekerja-sama dalam ekonomi.
Memang yang bisa memahami asas kekeluargaan adalah mereka yang bisa
memahami cita-cita perjuangan dalam konteks budaya Indonesia, yang mampu
merasakan sesamanya sebagai “saudara”, “sederek”, “sedulur”, “sawargi”,
103
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 317.
“kisanak”, “sanak”, “sameton” dan seterusnya, sebagaimana Islam menanggap
sesama ummat (bahkan manusia) sebagai “saudara”, dalam konteks rahmatan lil
alamin. M. Umer Chapra bahkan menegaskan bahwa memperkukuh brotherhood
merupakan
salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi,. Brotherhood
menjadi sinergi kekuatan ekonomi utnuk saling bekerjasama, tolong-menolong dan
bergotong-royong.
“Kebersamaan”
adalah
suatu
“mutuality”
dan
“asas
kekeluargaan” adalah “brotherhood” atau “broederschap” (bukan kinship atau
kekerabatan), bahasa agamanya adalah ukhuwah, yang mengemban semangat
kekolektivan dan solidaritas sosial. perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan” (ayat 1 Pasal 33).104
Produksi yang didasarkan pada kebutuhan dengan melaksanakan langkahlangkah untuk menjamin bahwa peningkatan investasi ini tidak diarahkan kepada
produksi barang-barang mewah dan jasa saja, tetapi lebih kepada produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan ekspor,
barang-barang modal dan bahan-bahan baku yang diperlukan untuk tujuan ini.
Strategi yang efektif adalah dengan mengubah prefensi individual,
menghapuskan segala hambatan, dan memberikan insentif dan fasilitas bagi
komitmen jangka panjang terhadap dana-dana. Segala hak-hak istimewa dan
subsidi, baik eksplisit maupun implicit yang memberikan keuntungan produksi dan
impor barang-barang mewah harus ditarik. Penekanan fiskal pemerintah,
104
Sri Edi Swasono, Sistem Ekonomi Indonesia artikel di akses pada 17 Desember 2010,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_2_April _2002/artikel_1
kebijakan-kebijakan moneter dan komersial harus diarahkan kepada upaya
pemenuhan kebutuhan, ekspor dan formasi modal. 105
3. Moral dan Keadilan
Pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga konsep fundamental
tauhid, khilafah, dan keadilan. Tauhid adalah konsep yang paling penting dari
ketiganya, sebab konsep kedua lainnya merupakan turunan logika. Tauhid
mengandung implikasi bahwa alam semesta secara sadar dibentuk dan diciptakan
oleh Tuhan Yang Esa, karena tidak mungkin jagat raya ini muncul secara
kebetulan (Ali-Imran:191, Shad: 29 dan Al-Mu’minun: 15). Segala sesuatu yang
Dia ciptakan mempunyai satu tujuan. Tujuan inilah yang memberikan makna dari
arti bagi eksistensi alam semesta di mana manusia merupakan salah satu di
dalamnya. Konsep tauhid bukanlah sekadar pengakuan realitas, tetapi juga suatu
respons aktif terhadapnya.106
Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi (Q.S Al-Baqarah: 30 dan AlAn’am: 165) dan semua sumber daya sumber daya yang ada di tangannya adalah
suatu amanah (Q.S Al-Hadid: 7). Sebagai khalifah Allah, manusia bertanggung
jawab kepada-Nya, dan mereka akan diberi pahala atau disiksa di hari akhirat
kelak berdasarkan apakah kehidupan mereka akan diberi pahala atau disiksa di hari
akhirat kelak berdasarkan apakah kehidupan mereka di dunia ini, sesuai atau
bertentangan dengan petunjuk yang telah diberikan Allah. Setiap orang dan bukan
105
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 135
106
Ibid, h,. 6
seseorang tertentu, adalah seorang khalifah, dan khalifah pada dasarnya
mengandung makna persatuan fundamental dan persaudaraan umat manusia.
Konsep persaudaraan ini akan tetap menjadi konsep yang kosong dari subtansi
apabila tidak dibarengi dengan konsep keadilan. Oleh karena itu pula, menegakkan
keadilan dinyatakan oleh Al-Qur’an sebagai salah satu tujuan utama yang akan
dicapai oleh para rasul Allah (Q.S Al-Hadid: 25).
Pembangunan dengan keadilan menghendaki adanya penggunaan sumber
daya-sumber daya yang adil dan efisien dan keduanya, tidak mungkin
didefinisikan atau diaktualisasikan tanpa adanya injeksi dimensi moral ke dalam
dunia perekonomian. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam rahmatan lil alamin,
menuju kehidupan sejahtera. (Q.S. Ali-Imran: 107)107
Efisien dan pemerataan telah didefinisikan dalam banyak cara. Dari sudut
syariah, definisi yang paling memadai adalah yang membantu merealisasikan visi
Islam tentang pembangunan. Efisiensi optimum dapat dikatakan telah dicapai
dalam alokasi sumber-sumber daya manakala kuantitas barang dan jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan telah dapat diproduksi dengan tingkat stabilitas ekonomi
yang masuk akal dan dengan suatu lau pertumbuhan yang berkesinambungan.108
Pemerataan optimum dikatakan telah tercapai dalam distribusi sumbersumber daya manakala kebutuhan individu telah berhasil dipenuhi secara memadai
dan telah terwujud pembagian pendapatan dan kekayaan merata tanpa
107
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi, h. 9
108
Ibid, h,. 10
mengakibatkan efek samping yang buruk pada motivasi untuk bekerja menabung,
investasi, dan berusaha.109
Manusia merupakan elemen hidup dan pokok dari setiap program
pembangunan. Mereka adalah tujuan sekaligus sasaran pembangunan, dan apabila
mereka tidak dipersiapkan secara tepat untuk dapat memberikan kontribusi positif
terhadap pembangunan, dan kepentingan dirinya tidak dilindungi dalam batasbatas kesejahteraan sosial, tidak mungkin akan berhasil mengaktualisasikan
tujuan-tujuan pokok Islam dalam pembangunan.110
Problem
pertama
yang
dihadapi
setiap
masyarakat
dalam
mengaktualisasikan sasaran-sasaran egaliteriannya adalah bagaimana menyaring
klaim-klaim yang tidak terbatas terhadap sumber-sumber daya dalam suatu cara
tertentu di mana hanya klaim-klaim yang lolos tes efisiensi dan pemerataan saja
yang boleh diakui. Mekanisme harga memang dapat bertindak sebagai filter,
namun tidak beroperasi dalam pola yang merata, Islam melengkapinya dengan satu
filter lagi yang akan menjamin pemerataan yaitu moral.
Saringan moral ini akan menyebrang langsung jantung permasalahan
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas yaitu kesadaran individu yang paling
dalam, dengan mengubah skala prefensi mereka supaya mengikuti prioritas-
109
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi, h 10
110
Ibid, h,. 85
prioritas sosial dan membuat klaim-klaim mereka terhadap sumber-sumber daya
suatu fungsi bagi kesejahteraan manusia.111
Masalah yang dihadapi oleh setiap masyarakat adalah bagaimana
memotivasi individu untuk melayani kepentingan sosial seiring dengan filter moral
meskipun ketika berbuat demikian merugikan kepentingannya sendiri. Ini
disebabkan oleh semua individu selalu ingin melayani kepentingannya sendiri, dan
bila mereka tidak berbuat demikian, perilaku mereka tidak kondusif bagi realisasi
efisiensi yang optimal dalam penggunaan sumber-sumber daya.112
Restrukturisasi sosioekonomi, dilakukan dengan memperkuat nilai-nilai
moral dengan melakukan restrukturisasi sosioekonomi dalam suatu cara yang
memungkinkan individu memenuhi kepentingan diri mereka hanya dalam batasbatas kesejahteraan sosial dan stabilitas ekonomi. Restrukturisasi bertujuan,
mentransformasi faktor manusia dalam pembangunan untuk menjadikannya
mampu berperan aktif dan konstruktif dalam alokasi sumber daya yang efisien dan
merata.113
Mengurangi
konsentrasi
kepemilikan
masyarakat
agar
tercipta
pembangunan yang merata. Hambatan yang paling serius bagi pembangunan yang
berkeadilan adalah konsentrasi kepemilikan sarana-sarana produksi di negaranegara muslim, seperti halnya juga diseluruh perekonomian yang merugikan pasar.
111
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 80
112
Ibid, h,. 81
113
Ibid, h,. 83
Perluasan kepemilikan dan desentarlisasi
pembuatan keputusan tampak lebih
seirama dengan martabat dan kebebasan yang dihubungkan dengan status khalifah,
yang dikarunai oleh Allah kepada manusia. Perluasan ini harus mampu dilakukan,
baik pada tingkat-tingkat wilayah-wilayah pedesaan maupun perkotaan dan baik di
sektor pertanian maupun industri.114
4. Peran Negara
Melaksanakan restrukturisasi sistem keuangan sebagai bentuk memperbaiki
perekonomian secara komprehensif. Sistem keuangan yang berbasis bunga di
negara-negara muslim yang diambil dari Negara-negara kapitalis, juga merupakan
salah satu sumber pokok dan adanya konsentrasi kekayaan dan kekuasaan. Karena
itu, negara-negara muslim merasa kesulitan untuk melakukan reduksi dalam
kesenjangan dan pengembangan industri mikro dan kecil, kecuali keseluruhan
sistem keuangan tersebut ditata kembali sesuai dengan ajaran Islam.115
Pembiayaan adalah senjata ekonomi, sosial dan politik yang perkasa dalam
dunia modern. Ia berperan sangat penting, bukan hanya dalam alokasi dan
distribusi sumber-sumber daya langka, tetapi juga dalam stabilitas dan
pertumbuhan sebuah perekonomian. Ia juga menentukan basis kekuasaan, status
sosial, dan kondisi ekonomi individu dalam perekonomian. Karena itu, tak akan
ada reformasi sosioekonomi yang berarti kecuali jika sistem keuangan juga
direstrukturisasi sesuai
114
dengan
sasaran-sasaran sosioekonomi masyarakat.
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 97
115
Ibid, hal 110 dan 140
Restrukturisasi harus komprehensif sehingga memungkinkan lembaga-lembaga
keuangan
memberikan
kontribusi
maksimal
bagi
penghapusan
ketidak
seimbangan, dan mengarah kepada distribusi sumber-sumber daya keuangan yang
merata dan efisien.116
Restrukturisasi ekonomi dilaksanakan melalui realokasi sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk pembangunan yang merata tidak akan berjalan, tanpa
adanya suatu penataan kembali perekonomian yang meliputi semua aspek
ekonomi, termasuk konsumsi swasta, keuangan pemerintah, formasi kapital dan
produksi.117 Upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah preferensi konsumen
melalui memperkenalkan filter moral, membedakan antara kebutuhan dan
kemewahan, kriteria untuk mengklasifikasi kedalam dua kategori tersebut adalah
norma-norma Islam dalam konsumsi dengan ketersediaan sumber-sumber daya
dan dampaknya pada persaudaraan dan persamaan sosial.118
Pemerintah harus berperan secara positif dan berorientasi pada sasaran di
dalam ekonomi. Peran ini hanya bersifat komplementer yang dimainkan oleh
pemerintah lewat internalisasi nilai-nilai Islam dalam masyarakat, penciptaan iklim
sosioekonomi yang sehat, dan pengembangan institusi yang tepat, dan bukannya
116
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 325
117
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h.112
118
Ibid, h,. 113
melalui kontrol-kontrol yang berlebihan, pelanggaran yang tidak perlu terhadap
kebebasan individu serta peniadaan hak-hak untuk memiliki properti.119
Reformasi pertanahan dan pembangunan pedesaan dilakukan untuk
peningkatan kondisi sosial ekonomi penduduk pedesaan atau memperkuat akar
institusi demokrasi di negara-negara muslim sebab reformasi pertanahan
merupakan jantung dari kebijakan ekonomi. Reformasi pertanahan ini berkisar
pada luasnya kepemilikan tanah dan syarat-syarat penyewaan. Bilamana dua hal
ini tidak diselesaikan secara harmonis dengan tuntutan–tuntutan keadilan
sosialekonomi, maka adalah sukar untuk dapat melakukan terobosan dalam
merealisasikan tujuan-tujuan syari’ah.120
Untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
pemerintah
harus
melaksanakan restrukturisasi iklim invetasi dengan penerapan norma-norma Islam
pada konsumsi dapat membantu meningkatkan tabungan. Namun, tabungan tidak
selalu dengan mudah dapat disulap menjadi formasi kapital, kalaupun bisa
meningkatkan formasi kapital bukanlah puncak dari prestasi. Apa yang diperlukan
adalah formasi kapital yang dapat mengarah pada penurunan kebutuhan dasar,
ekspansi ekspor, dan peningkatan yang cepat peluang-peluang wirausaha dan
lapangan kerja. Karena itu, tidak cukup hanya dengan mengurangi konsumsi,
tetapi juga memperbaiki iklim investasi yang cocok dengan melaksanakan.
119
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 83
120
Ibid, h,. 98
1. Menghapuskan hambatan; 2. Ketidakpastian politik; 3.Tarif dan subtitusi impor;
4. Kontrol terhadap nilai tukar dan depresiasi mata uang; 5. Kontrol birokrasi.
Pemerintah di negara-negara muslim, seperti halnya di negara berkembang
lainnya, kurang teliti terhadap sektor swasta, karena klaim-klaim mereka yang
berlebihan terhadap sumber-sumber daya. Hampir-hampir mereka kehilangan
kontrol dalam mengelola keuangan pemerintah. Akibatnya, meskipun sudah
memberlakukan laju pajak langsung maupun tidak langsung yang tinggi, namun
mereka tetap berlindung kepada defisit anggaran yang tidak sehat. Defisit
anggaran ini kemudian dibiayai dengan melakukan ekspansi moneter dan pinjaman
domestik serta luar negeri yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tingkat inflasi
secara relatif lebih tinggi dan beban cicilan utang tetap akan membelit untuk
jangka waktu yang panjang.121
121
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi, h. 115
BAB III
ANALISA ARTIFICIAL NEURON NETWORK (ANN) DAN HIMPUNAN
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI MUBYARTO DAN UMAR CHAPRA
A. Pemikiran Mubyarto
1. Urgensi Keindonesiaan
Penulis melihat, konsep nasionalisme yang ditawarkan Mubyarto,
merupakan hasil refleksi dan observasi kritis Mubyarto terhadap sistem
ekonomi ekonomi yang telah mapan berjalan beserta akibat-akibat yang
dihasilkannya. Karena pada kenyataannya, baik Amerika maupun Inggris
menerapkan semangat nasionalisme. Hal ini merupakan kehati-hatian
Mubyarto dari pengaruh gelombang liberalisasi dan globalisasi. Apabila teori
barat diterapkan apa adanya, maka akibatnya bagi Indonesia sebagaimana
yang dinyatakan Mubyarto adalah “ketergantungan kita atas negara-negara
yang sudah maju semakin lama semakin besar, dan di dalam negeri kelompok
ekonomi kuat dan sektor modern akan berkembang jauh lebih cepat dari
kelompok ekonomi lemah, dengan demikian kesenjangan ekonomi kayamiskin bertambah besar.”122
Sistem ekonomi suatu negara hendaknya disesuaikan dengan ideologi dan
konstitusi negara tersebut. Dalam konteks Indonesia, maka sistem ekonomi
Indonesia perlu mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Inilah yang
122
105.
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan (Jakarta: LP3ES, 1987), h.
mendasari penggunaan konsep Sistem Ekonomi Pancasila.123 Prioritas
kebijakan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional yang kuat dan
tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan
ekonomi yang diambil.124
Pemikiran Mubyarto dalam membangun sistem ekonomi nasional dan
mengembangkan ilmu serta pendidikan ekonomi alternatif yang berpijak pada
sistem nilai, sosial-budaya, dan kehidupan ekonomi riil (real-life economy)
masyarakat Indonesia.125 Teori ekonomi harus bersifat nasionalistis, dan rasa
nasionalisme tersebut harus menjiwai semua pelaku ekonomi, karena
nasionalisme berkaitan erat dengan ketahanan nasional, yaitu kemampuan dan
ketangguhan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan bangsa dan negara.126
Mubyarto berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak bersifat universal, yaitu
tidak berlaku bagi segala macam masyarakat yang berbeda-beda sistem
nilainya.127 Selanjutnya ia menganjurkan para pelaku ekonomi Indonesia, juga
termasuk pembuat kebijakan didalamnya harus memiliki rasa nasionalisme
dan ia lebih memilih integrasi pada ekonomi nasional daripada ekonomi
internasional. Di sini Mubyarto berbicara dalam konteks Indonesia yang
123
Edi Suandi Hamid, Jejak Pemikiran Mubyarto, Artikel diakses pada 20 desember 2010,
http://mubyarto.org/_artikel.php?parameter=312&id=47
124
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1988), hal. 62.
125
Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
126
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal.49
127
Ibid, h,. 134
belum memiliki ketahanan nasional dan belum siap untuk mengintegrasikan
diri ke ekonomi internasional.128
Nasionalisme dalam Kamus Besar Indonesia129 didefinisikan sebagai
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.
Mubyarto menolak pandapat bahwa ilmu ekonomi tidak mengenal
nasionalisme, ia bersifat kosmopolitan. Baginya teori ekonomi harus bersifat
nasionalistis dan rasa nasionalime tersebut harus menjiwai semua pelaku
ekonomi, karena nasionalime berkaitan erat dengan ketahanan nasional, yaitu
kemampuan dan ketangguhan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan
hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.130
Dalam ekonomi Pancasila, terdapat batasan moral bukan hanya batasan
teknis dalam hal subjek dan objek pelaku ekonomi. Batas moral bisa diadakan
apabila kita mau dan ikhlas. Inilah keadilan ekonomi yang definisinya adalah
sebagai berikut: Keadilan ekonomi adalah aturan main tentang hubunganhubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip
128
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 49.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 610.
130
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 49.
129
mana pada gilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, petunjuk tuhan,
dan sifat sosial manusia.131
Keadilan sosial adalah suatu keadaan dimana seluruh rakyat merasa aman
dan tentram karena aturan-aturan main dalam hubungan-hubungan ekonomi
yang berdasarkan prinsip-prinsip etik dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah sarana materiil yang harus dipenuhi
untuk mencapai rasa aman dan tentram yang disebut keadilan sosial. Dua hal
ini menyangkut pasal 33 dan 34 dalam UUD 1945. 132
Sistem kapitalisme yang telah melahirkan neoliberalisme sama sekali
tidak mampu membantu bangsa Indonesia mengatasi masalah-masalah
ekonomi, sosial dan moral. Karena ajaran-ajarannya tidak realistik dan relevan
dengan kehidupan nyata bangsa Indonesia (real economic life). Bahkan, ilmu
ekonomi tersebut adalah ilmu ekonomi yang keliru, tidak bermoral, dan tidak
mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan pada bangsa Indonesia. 133
Selanjutnya, ia menegaskan kembali kepada ekonom Indonesia untuk
tidak menerapkan begitu saja teori-teori ekonomi konvensional di Indonesia,
karena adanya perbedaan sistem, nilai dan budaya Indonesia dengan sistem,
nilai dan budaya Amerika.
131
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. hal. 114
Ibid, hal,. 228
133
Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
132
Urgensi Keindonesiaan Mubyarto
Skor
Indikator
(x)
Kesesuaian Ideologi dan konstitusi
5
Kebijakan ekonomi nasional yang kuat dan
tangguh
5
Adanya batasan moral dalam prilaku ekonomi
4
Keadilan sosial dan kesejahteraan sosial
4
Teori ekonomi harus bersifat nasionalistis
4
Bobot
(w)
0.2
x.w
1
0.2
0.2
0.2
0.2
Y
YT
1
0.8
0.8
0.8
4.4
0.987
Dari penilaian dengan konsep ANN dan uraian diatas dapat kita
simpulkan bahwa urgensi pemikiran Mubyarto terhadap keindonesiaan sangat
baik, hal ini dapat dilihat pada nilai YT 0.987 (sangat tinggi). Dengan
demikian urgensi pemikiran Mubyarto mengenai konsep pembangunan
ekonomi yang berorientasi keindonesiaan sangat signifikan.
2. Relevansi Keindonesiaan
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 memang hanya mencantumkan hak warga
negara, yaitu hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan pengihdupan
yang layak bagi kemanusiaan. Perluasan kesempatan kerja dan perlindungan
tenaga kerja harus merupakan“kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh
di semua sektor”. Ini berarti pemerintah “merumuskan” kebijaksanaankebijaksanaan pokok tetapi tidak berarti harus melaksanakannya sendiri. 134
134
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 235
Mubyarto berpandangan bahwa ajaran agama Islam dalam perilaku
ekonomi manusia dan bisnis Indonesia makin mendesak penerapannya bukan
saja karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi karena makin
jelas ajaran moral ini sangat sering tidak dipatuhi. Dengan perkataan lain
penyimpangan demi penyimpangan dalam Islam jelas merupakan sumber
berbagai permasalahan ekonomi nasional.135
Ia menolak asumsi dasar manusia yang menyatakan bahwa kebutuhan
manusia tidak terbatas, sedangkan alat pemenuhan kebutuhan (rizki) terbatas.
Baginya ajaran ini telah mengajarkan keserakahan pada manusia, dan
bertentangan dengan ajaran agama, tidak saja agama Islam tapi juga semua
agama yang ada dan dikenal didunia.136 Selanjutnya ia mengutip Q.S. AlFushilat ayat 10 yang berbunyi:
               
“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya, dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa.”
Berbeda dengan Marxisme yang mengingkari eksistensi Tuhan,
Mubyarto mengakui adanya kekuasan dan kewenangan Tuhan dan manusia
merupakan titah Tuhan dengan tiada perbedaan dan memiliki kesamaan hak
135
Mubyarto, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1_maret _2002/artikel_1
136
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan (Jakarta: LP3ES, 1987), h. 59.
dan kewajiban. Keduanya memiliki hubungan, dimana manusia sebagai
individu secara vertikal memiliki hubungan dengan dengan Tuhannya,
sedangkan secara horizontal memiliki hubungan kebersamaan dengan sesama
manusia.137
Bagi Mubyarto,138 manusia bukan hanya sebagai homo economicus,
sebagaimana dalam pandangan Kapitalisme. Manusia juga merupakan homo
methafisicus atau homo mistycus, dimana manusia mencari keseimbangan
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, kebutuhan materi dan rohani.
Mubyarto menolak konsep free fight liberalism dan menekankan
kerjasama dalam usaha memenuhi kebutuhan.dalam hal ini Mubyarto
menunjuk kerjasama sebagaimana dalam koperasi sebagai soko guru
perekonomian, yang didalamnya merupakan perkumpulan orang yang
bekerjasama dalam mewuudkan pemerataan dan keadilan.
Fungsi koperasi sebagaimana disebutkan dalam UU. No 12/1967 pasal
4 merupakan alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan
rakyat, alat pendemokrasian ekonomi nasional, sebagai salah satu urat nadi
perekonomian bangsa Indonesia, dan merupakan alat Pembina insani
masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta
bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.
137
Sariono Mangunpranoto, Dasar Filsafat Ekonomi Pancasila, dalam ekonomi Ekonomi
Pancasila, Mubyarto dab Budiono (ed), (Yogyakarta: BPFE UGM, 1980), h. 18.
138
Abdul Madjid dan Sri Edi Swasono (ed), Wawasan Ekonomi Pancasila, (Jakarta: UI Press,
1981), h. 91.
Cita-cita sosial ekonomi Mubyarto adalah mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata materil dan spiritual bedasarkan Pancasila didalam
wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu
dan berkedaulatan rakyat, dalam suasana peri-kehidupan bangsa yang aman,
tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.139 Sedangkan suasana yang dicitacitakan adalah suasana aman dan tentram yang menyangkut masalah perasaan
manusia, sedangkan suasana tertib dan dinamis menyangkut hidup bersama
dan kehidupan makro. Rasa aman dan tentram menyangkut kesejahteraan,
yaitu kesejahteraan materiil maupun spiritual manusia, yang meliputi kualitas
kehidupan fisik, keadaan mata pencaharian, individualitas dan kebebasan
memilih, pengembangan diri, dan pengembangan kehidupan sosial politik. 140
Relevansi Keindonesiaan Mubyarto
Skor
Bobot
Indikator
(x)
(w)
Pekerjaan dan penghidupan yang layak
4
0.2
Realisasi ajaran Islam dalam perilaku
ekonomi
2
0.2
Perekonomian berdasar atas asas
kekeluargaan
5
0.2
Peran negara dalam menciptakan
kemakmuran rakyat
5
0.2
Kesejahteraan sosial
4
0.2
Y
YT
139
140
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, h. 241.
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, h. 242.
x.w
0.8
0.4
1
1
0.8
4
0.982
Berdasarkan konsep perhitungan ANN dan uraian di atas, relevansi
pemikiran Mubyarto terhadap keindonesiaan cukup baik, hal ini dapat dilihat
pada nilai YT 0.982 (sangat tinggi). Dengan demikian kesesuaian pemikiran
Mubyarto mengenai konsep pembangunan ekonomi terhadap keindonesiaan
sangat sesuai.
3. Implementasi Keindonesiaan
Orientasi strategi pembangunan yang diajukan Mubyarto adalah
pemerataan pendapatan. Karena menurutnya, pemerataan akan lebih berhasil
dalam menaikkan daya beli golongan terbesar masyarakat, yaitu para petani,
pengrajin, nalayan dan golongan ekonomi lemah pada umumnya, yang dalam
jangka panjang menjadi tulang punggung kestabilan perekonomian nasional
dan perwujudan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.141
Dalam kehidupan ekonomi, Pancasila merupakan aturan main atas
hubungan-hubungan
ekonomi
antar
pelaku-pelaku
ekonomi
untuk
mewujudkan keadilan sosial.142 Sila pertama dan kedua merupakan dasar
ideologi, sila ketiga dan keempat merupakan metode kerja untuk mencapai
sila kelima sabagai tujuan perjuangan bangsa, yaitu mewujudkan keadilan
141
Mubyarto, “Pengkajian Ulang Strategi Pembangunan Nasional, “Prisma, No.1, thn.
XVII, Januari 1988, h.12.
142
Mubyarto, Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi
Ekonomi di Indonesia, Makalah Kuliah Umum Ekonomi Pancasila di Universitas Negeri Semarang, 9
Januari 2003.
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.143 Akhirnya Pancasila sebagai aturan
main berekonomi menurunkan ciri-ciri sebagai berikut144:
a.
Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan
moral.
b.
Adanya kehendak kuat dari masyarakat kearah keadaan kemerataan sosial
(egaliterianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.
c.
Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional
yang tangguh, berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
d.
Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk
yang paling konkrit dari usaha bersama.
e.
Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi
untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial.
Landasan konsep peran negara yang dimaksud Mubyarto dapat kita
lihat pada UUD 1945 pasal 33 (ayat 2 dan 3) yang berbunyi: “Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak di kuasai oleh negara, dan dipergunakan”. Dan “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
143
144
Mubyarto, Ekonomi Terjajah, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005), h. 33.
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 53.
Penguasaan
oleh
negara
nampaknya
cukup
kuat
dasar
dan
kontitusinya, namun dalam ketentuan UUD 1945 tersebut, terdapat
pembatasan-pembatasan sebagai berikut: (1) penguasaan oleh negara
dilakukan karena cabang-cabang produksi tersebut menguasai hajat hidup
orang banyak dan (2) penguasaan bumi, air dan kekayaan alam tersebut adalah
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.145 Makna penguasaan oleh
negara disini bukanlah demi penguasaan itu sendiri, melainkan karena
penguasaan itu dipandang menjamin perlindungan kepentiongan orang
banyak, dan demi kemakmuran secara nasional.146
Menurutnya, pelaksanaan privatisasi atau swastanisasi harus dilakukan
secara selektif, mengingat amanah pasal 33 UUD 1945 yang mengisyaratkan
bahwa aneka rupa cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak, harus tetap dikuasai negara demi kemakmuran
rakyat banyak.147 Mubyarto memberikan pendapat yang lebih tegas, untuk
menghentikan praktek privatisasi BUMN sebagaimana tercantum dalam lima
program aksi reformasi kebijakan.148
Negara juga berperan dalam mengatur hubungan antara sektor swasta,
sektor pemerintah dan koperasi, dimana negara memiliki kewajiban untuk
mengatur agar sektor swasta oligopolistik tidak menjadi telalu kuat sehingga
145
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, h. 50.
, Ibid, h,. 51.
147
, Ibid, h,. 104.
148
Mubyarto, Teori Ekonomi dan Kemiskinan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2004), h. 18.
146
mematikan yang lemah, dan wajib menciptakan iklim yang mnedorong
kerjasama antar kelompok ekonomi lemah sehingga mereka bersatu dalam
koperasi.149
Dengan demikian, negara sebagai salah satu instrument atau alat dalam
memnggapai cita-cita sosial ekonomi tersebut, memiliki peran yang
cenderung dominan tanpa harus mengekang kreativitas pelaku ekonomi dan
tanpa mengatur segala-galanya atau tidak menjurus ke atatisme. Hal ini
merupakan pengejawantahan demokrasi ekonomi, yang berarti, koperasi
sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjadi
pelaku utama dalam kehidupan ekonomi masyarakat yang tumbuh dan berakar
kuat dalam ekonomi rakyat.150
Dalam menyikapi masalah kerusakan lingkungan, maka kita harus adil
dalam menyikapinya yakni mengakui bahwa kerusakan lingkungan khususnya
hutan, disebabkan para pemodal yang haus keuntungan. Akumulasi
keuntungan dan kekayaan yang tidak mengenal batas harus dianggap sebagai
penyebab utama kerusakan/pengrusakan hutan, bukan karena orang-orang
miskin banyak yang merusak hutan. Maka untuk menjamin terjadinya
pembangunan yang berkelanjutan kita harus menghentikan keserakahan.151
149
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 185-186.
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal. 62
151
Mubyarto, Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang Miskin Atau Orang Kaya?, Makalah
untuk lokakarya terbatas (Expert Workshop), Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, 6 Oktober 2004.
150
Implementasi Keindonesiaan Mubyarto
Skor
Indikator
(x)
Pemerataan pendapatan
5
Pengentasan Kemiskinan
5
Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional
5
Negara menguasai cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak
5
Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk
kemakmuran rakyat
5
Menciptakan lapangan kerja
4
Pelestarian Lingkungan Hidup
4
Bobot
(w)
0.2
0.1
0.1
x.w
0.8
0.5
0.5
0.2
1
0.2
0.1
0,1
Y
YT
1
4.2
4,0
4
0.982
Berdasarkan penjelasan diatas implementasi pemikiran Mubyarto
terhadap keindonesiaan cukup baik, hal ini dapat dilihat pada nilai YT 0.982
(sangat tinggi). Dengan demikian implementasi pemikiran Mubyarto
mengenai konsep pembangunan ekonomi terhadap
keindonesiaan sangat
baik. Hal yang tidak terdapat dalam pemikiran Mubyarto salah satunya
mengenai, perombakan politik anggaran. Menurut Murasa Sarkaniputra
perlunya merombak dengan segera APBN dengan pola saat ini, dan
digantikan dengan APBN yang people-centered strategi.152
152
Murasa Sarkaniputra, Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi, (Jakarta: AlIshlah Press, 2009), hal. 344.
4. Urgensi Keislaman
Merujuk sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Sistem Ekonomi
Pancasila menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas
keadilan ekonomi dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi Islam.
Tujuan Sistem Ekonomi Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diwujudkan melalui dasardasar kemanusiaan dengan cara-cara yang nasionalistik dan demokratis.
”Kecelakaanlah bagi setiap … yang mengumpulkan harta dan menghitunghitung” (Al-Humazah: 2)
Orang miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai kelompok yang malas
dan yang tidak suka menabung atau berinvestasi. Ajaran Islam yang paling
nyata menjunjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan keadilan
sosial, ”jangan sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya
saja diantara kamu” (Al-Hasyr: 7).153
Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia yang berideologi Pancasila,
pastilah bernafaskan agama. Pancasila mencamtumkan ketuhanan yang maha
esa sebagai sila pertamanya. Sedangkan pasal 29 UUD 1945 dengan tegas
menyatakan bahwa negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.154
153
Mubyarto, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1_maret _2002/artikel_1
154
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, hal. 52
Dari sisi humaniora, titik sentral Pancasila adalah kemanusiaan.
Manusia atas dasar kemanusiaan adalah anti penindasan dan anti eksploitasi.
Dan dari sisi teologi, titik sentral Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Disini, tidak satu kekuasaan dan kewenangan manusia satu atas manusia
lainnya, yang ada kekuasaan dan kewenangan Tuhan.155
Pertumbuhan pendapatan nasional per kapita sebenarnya merupakan
indikator paling buruk dari kemajuan serta pembangunan ekonomi dan sosial
yang menyeluruh.
Moral Pembangunan yang mendasari paradigma pembangunan yang
berkeadilan sosial mencakup156:
1.
peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat baik laki-laki maupun
perempuan dengan otonomi daerah yang penuh dan bertanggung jawab;
2.
penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan
sistem dan kebijakan ekonomi;
3.
pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan
multikultural.
4.
pencegahan kecenderungan disintegrasi sosial;
5.
penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan masyarakat;
155
Mubyarto dan Boediono (ed.), Ekonomi Pancasila, h. 18.
Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi, Artikel diakses pada tanggal 22
Januari 2011, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm
156
6.
pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan
sosial di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Srategi
pembangunan
yang
memberdayakan
ekonomi
rakyat
merupakan strategi melaksanakan demokrasi ekonomi yaitu produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua dan di bawah pimpinan dan penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan
ketimbang kemakmuran orang seorang. Maka kemiskinan tidak dapat
ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan program pembangunan harus
memberi manfaat pada mereka yang paling miskin dan paling kurang
sejahtera.
Nilai keadilan tidak berdiri sendiri tapi berkaitan erat dengan keadilan
hukum, politik, sosial dan ekonomi. Semua aspek diatas sama-sama penting,
namun terdapat kaitan erat antara keadilan sosial dan keadilan ekonomi.
Menurutnya keadilan ekonomi menyangkut akses atau kesempatan pada
pemenuhan kebtuhan materi bagi suatu bangsa yang meliputi masalah
pembagian rezeki, yaitu pendapatan atau kekayaan di antara anggota
masyarakat, sedangkan keadilan sosial menyangkut keadilan distribusi atau
pembagian hasil yang adil dari pendapatan nasional, yang dalam agama
berarti pembagian yang adil dari rezeki yang telah dilimpahkan kepada
manusia.157
157
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, h. 35.
Perwujudan keadilan sosial tergantung pada pelaksanaan keadilan
ekonomi. Menurutnya “Keadilan ekonomi adalah aturan main, sedangkan
keadilan sosial adalah akibatnya, yaitu perasaan aman dan tentram dalam
masyarakat karena aturan main ditaati oleh seluruh anggota masyarakat tanpa
terkecuali”.158
Urgensi Keislaman Mubyarto
Skor
Indikator
(x)
Tiga konsep fundamental tauhid, khilafah, dan
keadilan
2
Keseimbangan dunia dan Akhirat
2
Pemisahan kepemilikan Perorangan dan
negara
5
Pembangunan moral
3
Memberikan kenyamanan kepada faktor
manusia
3
Bobot
(w)
x.w
0.2
0.2
0.4
0.4
0.2
0.2
1
0.6
0.2
Y
YT
0.6
2.9
0.947
Urgensi pemikiran Mubyarto terhadap keislaman mempunyai nilai YT
sebesar 0.947 (tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa urgensi pemikiran
Mubyarto terhadap keislaman kurang signifikan. Hal ini disebabkan karena
Mubyarto tidak berbicara dunia dan akhirat dalam pemikirannya dan tiga
keterkaitan konsep fundamental dalam ekonomi Islam tauhid, khilafah dan
keadilan tidak dibahas secara eksplisit.
158
Ibid, h,. 115.
5. Relevansi Keislaman
Jika Pancasila kita terima sebagai ideologi bangsa, maka kita tidak
perlu merasa ragu-ragu mengacu pada Pancasila lengkap dengan lima silanya
dalam menyusun sistem ekonomi yang dimaksud.159 Sistem Ekonomi
Pancasila mencakup kesepakatan ”aturan main etik” sebagai berikut:
1.
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa: Perilaku setiap warga Negara digerakkan
oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral;
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab: Ada tekad seluruh bangsa untuk
mewujudkan kemerataan nasional;
3.
Persatuan Indonesia: Nasionalisme ekonomi;
4.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan /perwakilan: Demokrasi Ekonomi; dan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Desentralisasi dan
Otonomi Daerah.
Mekanisme pasar yang digagas oleh Mubyarto adalah pasar yang anti
free-fight liberalism yang telah melahirkan monopoli yang merugikan
masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang menekankan pada asas
kekluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling merugikan.
Perhatian Mubyarto pada ketidakadilan sejalan dengan ekonomi Islam.
Keduanya menjadikan ketidakadilan yang menindas sebagian besar masyrakat
159
Mubyarto, Ekonomi Rakyat Indonesia, Makalah disampaikan pada pertemuan 1 Seminar
Pendalaman Ekonomi Rakyat, YAE-Bina Swadaya, di Finanscial club, Jakarta, 22 Januri 2002
sebagai problem yang menjadi sorotan utama. Hal ini dapat kita analisa dari
kritik Mubyarto terhadap kebijakan pemerintah atas kenaikan harga BBM
sebagai akibat dari pengurangan subsidi BBM pada APBN. Padahal, volume
subsidi BBM dari PDB pada tahun 2001 sebesar 4,7% untuk tahun 2002
menurun menjadi 1,9% dan 0,7 untuk tahun 2003 dan 2004. Dan bila
dibandingkan dengan subsidi pada sektor perbankan yang mencapai Rp. 60
trilyun pertahun, jumlahnya jauh lebih kecil.160
Subsidi itu merupakan program penyelamatan pemerintah terhadap
bank negara dan bank swasta pasca krisis. Dalam operasionalnya, subsidi
tersebut tidak disalurkan ke ekonomi rakyat, melainkan diamankan dan
diakumulasikan melalui Sertifikat Bank Indonesia. Pasca krisis, dan
mengingat ketimpangan structural antara si kaya dan si miskin, antar sector
ekonomi, bahkan antar daerah di Indonesia, mestinya bank tidak hanya
berperan secara konvensional saja, melainkan harus mampu menjadi agen
pemerataan pembangunan (agent of
equitable development), dan alat
redistribusi pendapatan / kekayaan (agent of income / wealth redistribution).
Kedua peran ini belum dijalankan oleh dunia perbankan di Indonesia. 161
160
Mubyarto, Menggugat ketimpangan dan Ketidakadilan Ekonomi Nasional: Mengurai
Benang Kusut Subsidi BBM dan Defisit APBN, (Yogyakarta: PUSTEP UGM dan Aditya Media, 2005),
h. 37-39.
161
Mubyarto, Menggugat Ketimpangan dan Ketidakadilan Ekonomi Nasional: Mengurai
Benang Kusut Subsidi BBM dan Defisit APBN, (Yogyakarta: PUSTEP UGM dan Aditya Media, 2005),
h. 40.
Secara umum, telah diketahui bahwa terdapat dua mekanisme pasar
yang berlaku, yaitu ekonomi komando dan ekonomi pasar bebas. Mekanisme
pasar yang dimaksud Mubyarto dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia
adalah pasar yang tidak liberal dan tidak kapitalistik. Sistem pasar liberal atau
kapitalistik tidak sesuai dengan kondisi mayrakat Indonesia karena dasar
filsafatnya yang materialistic tidak sesuai dengan falsafah Pancasila.162
Pengembangan sistem ekonomi yang berdasar (azas) kekeluargaan ini
erat kaitannya dengan sila ketuhanan yang maha esa, dalam upaya senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan, kita percaya bahwa bangsa Indonesia adalah
satu keluarga besaryang anggota-anggotanya tidak akan bersaingan saling
mematikan satu sama lain, tetapib saling bekerja sama.163 Hal ini sesuai
dengan pasal 33 ayat 1 yang sejalan dengan qur’an (An-Nisa: 1) dan (AlHujurat:10).
Mekanisme yang dianjurkan mubyarto adalah sistem pasar asli
Indonesia dengan perencanaan sentral yang sistematis dan terencana, yang
dilaksanakan dalam batas-batas tugasnya untuk mengandalikan pasar agar
berjalan dengan semestinya, yaitu tidak menyimpang dari asas-asas
kekeluargaan dan sila-sila Pancasila.164
162
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 194.
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi PancasilA, hal.75
164
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, h. 197.
163
Relevansi Keislaman Mubyarto
Skor Bobot
Indikator
(x)
(w)
Pelaksanaan prinsip tauhid dan ukuwah
2
0.2
Pembangunan yang selaras dengan tujuan-tujuan
syari’ah
2
0.2
Efisiensi dan pemerataan
4
0.2
Perbaikan kualitas hidup
4
0.2
Perluasan Produksi yang bermanfaat
4
0.2
Y
YT
x.w
0.4
0.4
0.8
0.8
0.8
3.4
0.967
Relevansi pemikiran Mubyarto terhadap keislaman mempunyai nilai
YT sebesar 0.967 (sangat tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa relevansi
pemikiran Mubyarto terhadap keislaman adalah sangat baik. Mubyarto
mempunyai pemikiran yang mengarah pada efisiensi dan pemerataan untuk
perbaikan kualitas hidup melalui perluasan produksi yang bermanfaat, akan
tetapi pembangunan yang didasari dengan tujuan-tujuan syari’ah dan prinsip
tauhid tidak dibahas dalam pemikirannya.
6. Implementasi Keislaman
Menurut Mubyarto kekeliruan pemerintah sekarang ini, menganggap
pengusaha (entrepreneur) yang bermodal sebagai “kunci” kemajuan ekonomi
suatu bangsa, yang tanpa cacat, dan harus “dipuja-puja”. Itulah yang
kebetulan termuat juga dalam buku-buku pelajaran ekonomi di sekolahsekolah lanjutan kita. Misalnya dengan sangat mencolok disebutkan bahwa
pengusaha berperan dalam165:
a. menambah produksi nasional
b. menciptakan kesempatan kerja
c. membantu pemerintah mengurangi pengangguran
d. membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan
e. menambah sumber devisa bagi pemerintah
f. menambah sumber pendapatan negara dengan membayar pajak
g. membantu pemerintah memakmurkan bangsa
Salah satu sebab kegagalan negara dalam mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia adalah akibat pengingkaran terhadap amanat
konstitusi pasal 33 yang menempatkan negara yang tidak cukup lagi memiliki
kuasa atas pengelolaan (produksi dan distribusi) kekayaan alam yang
melimpah di Indonesia. Di samping juga akibat pemerintahan SBY yang
165
Mubyarto dan Daniel W. Bromley, A Development Alternative for Indonesia, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2002). Hal. 71.
(tetap) dijerat kepentingan para pengusaha, yang menjadikan Indonesia seolah
sebagai "Negara Dagang".
Disamping itu perlunya mengurangi konsentrasi kepemilikan melalui
penerapan mekanisme pasar yang digagas oleh Mubyarto yaitu, pasar yang
anti free-fight liberalism yang telah melahirkan monopoli yang merugikan
masyarakat. Pasar Indonesia adalah pasar yang menekankan pada asas
kekeluargaan, yaitu asas kerjasama yang tidak saling merugikan.166
Perlunya azas kerakyatan dan persatuan agar menegaskan tentang
relevansi organisasi koperasi, sebagai organisasi ekonomi yang demokratis
dan berwatak sosial. Anggota tidak tinggal diam dan kemudian mendapat
bagian keuntungan. Baik dalam koperasi produksi maupun simpan pinjam dan
konsumsi, selalu didorong simpanan atau tabungan wajib secara rutin, agar
peran serta anggota bersifat aktif dan dinamis mengembangkan organisasi.167
Dalam hal jaminan sosial Mubyarto berpendapat, bahwa jaminan dan
wujud nyata sistem ekonomi Pancasila dapat diselenggarakan melalui
program-program sosial yang agresif dan serius yang semuanya dibiayai
negara dari pajak-pajak dalam APBN dan APBD. Jika penyelenggaraan
166
167
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.48.
Ibid. h,. 75.
program-program sosisal ini dipatuhi dan dilaksankan dengan baik, maka
akan mengoreksi secara otomatis atas sistem ekonomi nasional.168
Manusia memerlukan
pembangunan
ekonomi
agar
kebutuhan
materinya lebih terpenuhi. Tetapi sebaliknya dalam pembangunan ekonomi,
peranan manusia sangat menentukan. Ia berperan ganda yaitu sebagai
pengarah (subjek) yang menentukan sifat atau warna pembangunan ekonomi,
sekaligus sebagai objek produksi, yang bersama-sama faktor produksi nonmanusia (tanah, modal, dan produksi), menghasilkan barang-barang yang
diproduksi tersebut.169
Implementasi Keislaman Mubyarto
Skor
Indikator
(x)
Pengaktifan zakat dan sistem warisan Islam
1
Mengurangi konsentrasi kepemilikan
4
Restrukturisasi sistem keuangan (Pelarangan
riba)
1
Pengembangan industri mikro dan kecil
4
Kerjasama
Ekonomi
(Musyarakah
dan
Mudaharabah)
1
Jaminan Sosial
2
Bobot
(w)
0.1
0.1
x.w
0.1
0.4
0.2
0.2
0.2
0.8
0.2
0.1
0.2
0.2
1.9
0.869
Y
YT
Implementasi pemikiran Mubyarto terhadap keislaman mempunyai
nilai YT sebesar 0.869 (sedang), nilai ini mempunyai arti bahwa implementasi
168
Mubyarto, “Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi
Ekonomi di Indonesia”, Makalah Kuliah Umum Ekonomi Pancasila di Universitas Negeri Semarang, 9
Januari 2003.
169
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila, hal.42
pemikiran Mubyarto terhadap keislaman adalah sedang atau rata-rata. Dalam
implementasi keislaman, Mubyarto lebih menekankan pada kerjasama
ekonomi dengan prinsip kekeluargaan dan pengembangan industri kecil dan
mikro. Mengenai instrument zakat, bagi hasil (anti riba) dan tidak adanya
pernyataan halal dan haram sama sekali tidak tersentuh, hal ini yang paling
membedakan antara Mubyarto dan Umer Chapra.
C. Pemikiran Umer Chapra
1. Urgensi Keindonesiaan
Dalam membangun kebijakan, pemerintah harus berperan aktif
sebagai regulator yang memberikan ekspresi praktis kepada tujuan dan nilanilai Islam. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah lingkungan yang
bermuatan moral sekalipun, masih dimungkinkan adanya individu yang tidak
menyadari kebutuhan urgen orang lain, atau persoalan kelangkaan dan
prioritas sosial terhadap penggunaan sumber-sumber daya.170
Karena itu, peran negara dalam ekonomi selalu penting dalam
pemikiran politik muslim sejak dulu sampai sekarang, yang telah dibahas
dalam sejumlah subjek, termasuk diantaranya adalah al-ahkam as-sulthaniyah
(regulasi
pemerintah),
maqashid
asy-syariah,
as-siyasah
asy-syariah
(kebijakan pemerintah), dan al-hisbah.171
170
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi, (Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 226.
171
Ibid, h,. 227.
Pilar terpenting dalam Islam adalah, bahwa manusia diciptakan oleh
Allah swt. dan mereka wajib menyembah kepada-Nya (Q.S. Ar-Ra’ad: 36)
dan salah satu misi Rasulullah SAW adalah membebaskan ummat manusia
dari belenggu dan perbudakan (Q.S.Al-A’raf: 157). Hal ini berarti bahwa
esensi dari ajaran Islam adalah melepaskan manusia dari semua ikatan untuk
semata-mata mengabdi kepada kedaulatan Allah dalam semua segi kehidupan.
Dan manusia itu sendiri harus tunduk pada hukum moral yang tertera dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah.172
Islam tidak sejalan dengan Kapitalisme yang merupakan sebuah sistem
yang memberikan nilai tertinggi pada kebebasan tak terbatas untuk
memungkinkan individu mengejar kepentingannya sendiri dan untuk
memaksimalkan kekayaan dan memuaskan keinginannya.173
Islam juga tidak sejalan dengan paham ekonomi sosialis yang
menganggap
pemilikan
pribadi
dan
sistim upah
sebagai
sumber
kejahatan dan menekankan bahwa keadilan tidak dapat diberikan kepada si
miskin tanpa mensosialisasikan pemilikan
tingkatan. Mereka merasa
pribadi
dalam
demokrasi sekalipun tidak dapat
berbagai
dijalankan
secara efektif selama masih ada ketidakmerataan dan kepentingan-
172
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “.Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1997), hal. 58.
173
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 37.
kepentingan istimewa. 174
Di dalam Islam, hal kepemilikan pribadi dijelaskan, Rasulullah
Muhammad SAW telah menyatakan kesucian hak milik pribadi, tetapi
kesucian ini berada dalam posisi manusia sebagai khalifah Allah. Dalam
ajaran Islam untuk menciptakan suatu keseimbangan antara sumber-sumber
daya yang langka dan pemakaian-pemakaian atasnya dengan suatu cara yang
dapat mewujudkan baik efiseinsi maupun keadilan, adalah dengan memusatkan
perhatian keapda manusia itu sendiri dan bukannya pada pasar atau negara.
Manusia merupakan unsur yang hidup dan yang sangat diperlukan sebagai
dasar dari sebuah sistim ekonomi.175
Dalam hal adalah keadilan, Islam berpandangan bahwa tanpa
disertai keadilan sosial ekonomi, persaudaraan, yang merupakan satu bagian
integral dari konsep tauhid dan khilafah, akan tetap menjadi sebuah konsep
yang berlubang yang tidak memiliki substansi. Keadilan adalah sebuah
ramuan sangat penting dari maqashid, sulit untuk dapat memahami sebuah
masyarakat Muslim yang ideal tanpa adanya keadilan di situ. Islam benarbenar tegas dalam tujuannya untuk membasmi semua jejak kezaliman dan
masyarakat manusia. Penegakan
174
Ibid, h,. 76.
Ibid, h,. 216.
175
keadilan
dan
pembasmian
semua
bentuk ketidakadilan telah ditekankan oleh Al Qurán sebagai misi utama
dari semua Nabi yang diutus Tuhan.176
Urgensi Keindonesiaan Umer Chapra
Skor Bobot
Indikator
(x)
(w)
Kesesuaian Ideologi dan konstitusi
1
0.2
Kebijakan ekonomi nasional yang kuat dan tangguh
2
0.2
Adanya batasan moral dalam prilaku ekonomi
4
0.2
Keadilan sosial dan kesejahteraan sosial
2
0.2
Teori ekonomi harus bersifat nasionalistis
2
0.2
Y
YT
x.w
0.2
0.4
0.8
0.4
0.4
2.2
0.9
Pemikiran Umer Chapra sama sekali tidak menyentuh aspek ideologi,
konstitusi dan juga teori ekonomi yang bersifat nasionalistis, Ia lebih
menekankan pada hal teknis pelaksanaan dalam rangka mencapai negara
kesejahteraan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, batasan moral dan
kesejahteraan hanya bersifat kualitatif tanpa ada tolok ukur yang bersifat
kuantitatif. Nilai YT urgensi pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan
0.900 (tinggi). Dengan demikian urgensi pemikiran Umer Chapra mengenai
konsep pembangunan ekonomi yang berorientasi keindonesiaan cukup
signifikan.
176
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 229.
2. Relevansi Keindonesiaan
Efisiensi dan pemerataan tidak dapat direalisasikan hanya dengan
sebuah mekanisme filter yang benar. Diperlukan motivasi untuk mendorong
individu. Apa yang dilakukan oleh Islam untuk menciptakan keseimbangan
demikian adalah dengan menyediakan suatu dimensi spiritual dan berjangka
panjang kepada self interest. Individu harus memenuhi kepentingan dirinya
sendiri di dunia yang sifatnya pendek dan singkat, dan juga akhiratnya yang
bersifat abadi. Suatu keseimbangan (mizan) menurut istilah Al-Qur’an (ArRahman: 7-9), mutlak diperlukan untuk menjamin kepentingan sosial dan
pembangunan potensi manusia yang berkelanjutan.177
Efisiensi dan pemerataan adalah yang sesuai dengan sasaran-sasaran
materiil yang secara universal telah diterima. Suatu perekonomian dapat
dikatan telah mencapai efisiensi optimum apabila telah mampu mengunakan
keseluruhan sumber daya alam dan manusia yang tersedia dengan sedemikian
rupa sehingga arus barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan hajat itu dapat
diproduksi dalam jumlah yang cukup maksimal oleh perekonomian yang
cukup stabil dan dengan laju pertumbuhan yang berkesinambungan. 178
Ajaran Islam tentang persaudaraan dan persamaan di masyarakat dan
di depan hukum tidak akan berarti kalau tidak disertai dengan keadilan
177
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 322.
178
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 3.
ekonomi. Sehingga setiap orang akan mendapatkan haknya sesuai dengan
kontribusinya kepada masyarakat. Juga tidak ada eksploitasi manusia oleh
manusia. Masalah ini juga ditekankan dalam berbagai tulisan tentang Islam.
Al-Qur’an mendorong ummat Islam agar,”tidak menghalang-halangi keadilan
bagi sesama,” (Q.S. Asy-Syua’raa: 83)
Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari
sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang
membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi
(maqashid syariah) yang berbeda dalam sistem-sistem sekuler yang
menguasai dunia hari ini. Yang dikehendaki Islam secara mendasar bukan
materiil. Mereka didasarkan pada konsep-konsep sendiri tentang kebahagiaan
manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat
menekankan aspek persaudaraan (ukuwah), keadilan sosioekonomi.179
Keamanan sosial dan pembagian pendapatan serta kekayaan yang
merata sumber daya pada hakikatnya adalah anugerah dari Allah, maka sama
sekali tidak beralasan kalau kekayaan itu hanya terpusat pada segelintir orang
saja (Q.S. Hasyr: 7). Beberapa fungsi utama ekonomi Negara Sejahtera Islami
adalah sebagai berikut:180
179
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 7.
180
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “. Etika ekonomi politik elemen strategis pembangunan masyarkat Islam, hal.
35.
1.
Memberantas kemiskinan dan menciptakan kondisi lapangan kerja dan
tingkat pertumbuhan yang tinggi.
2.
Meningkatkan stabilitas nilai riil uang.
3.
Menjaga hokum dan ketertiban
4.
Menegakkan keadilan sosial dan ekonomi.
5.
Mengatur keamanan masyarakat serta membagi pemerataan pendapatan
dan kekayaan.
6.
Menyelaraskan hubungan internasional dan pertahanan nasional.
Relevansi Keindonesiaan Umer Chapra
Skor
Indikator
(x)
Pekerjaan dan penghidupan yang layak
3
Realisasi ajaran Islam dalam perilaku ekonomi
4
Perekonomian berdasar atas asas kekeluargaan
2
Peran negara dalam menciptakan kemakmuran
rakyat
3
Kesejahteraan sosial
2
B
Bobot
(w)
0.2
0.2
0.2
x.w
0.6
0.8
0.4
0.2
0.2
Y
YT
0.6
0.4
2.8
0.942
Berdasarkan konsep perhitungan ANN dan uraian di atas, relevansi
pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan cukup baik, hal ini dapat
dilihat pada nilai YT 0.942 (tinggi). Dengan demikian kesesuaian pemikiran
Umer
Chapra
mengenai
keindonesiaan cukup baik.
konsep
pembangunan
ekonomi
terhadap
3. Implementasi Keindonesiaan
Di mayoritas negara-negara mulim, upah materiil menjadi semakin
tidak adil sehingga mayoritas orang tidak dapat memperoleh upah yang cukup
bagi kerja keras, kreativitas, dan kontribusinya pada output. Karena itu,
mereka menjadi apatis. Sementara inisiatif, dorongan kerja, dan efisiensinya
sangat dirugikan. Ada dua faktor yang bertanggung jawab atas keadan ini:
pertama bias dan kurangnya realism dalam kebijakan-kebijakan resmi, kedua:
konsentrasi kekayaan dan kekuasaan ditangan segelintir orang, baik
dipedesaan maupun diperkotaan.181
Adanya bias dan kurangnya realism kebijakan-kebijakan resmi telah
menyebabkan distorsi harga-harga pokok yang secara disadari mengakibatkan
penurunan pendapatan pendapatan petani penyewa, pengusaha kecil dan
mikro dan buruh. Juga mengurangi permintaan mereka terhadap kebutuhan
dan menciptakan misalokasi sumber-sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
pokok. Sementara, konsentrasi kekayaan dan kekuasaan juga terjadi, sebagian
karena kebijakan-kebijakan resmi dan sebagian lainnya karena sistem
ekonomi eksploitatif yang telah berlangsung berabad-abad lamanya, yang
membatasi persaingan, menimbulkan kolusi yang merajalela, dan telah
181
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 252.
menciptakan suatu iklim kondusif yang melahirkan petaka bagi masyarakat
lemah.182
Sumber daya ekonomi itu merupakan amanat Allah swt, adalah
kewajiban moral para pemegang amanat itu untuk merealisasikan amanat tadi
sesuai dengan kesejahteraan semua makhluk Allah swt. Ini berarti: Pertama,
memberantas kemiskinan dan memenuhi semua kebutuhan pokok manusia.
Kedua, mengguanakan sumber daya insani dan alam secara penuh dan efisien
untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang optimal serta
memperbaiki standart hidup masyarakat. Ketiga, menghindarkan kondisi tidak
efisien atau permintaan yang berlebihan yang mengarah pada pengangguran
atau inflasi. Kata optimal di sini sebagai ganti kata maksimal atau tinggi untuk
menjaga adanya margin yang selaras dengan tujuan peningkatan spiritual dan
kesejahteraan sosial. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi bukanlah
suatu fenomena yang terpisah, melainkan harus dilihat dampaknya pada
moralitas masyarakat muslim, tujuan keadilan sosial dan ekonomi, serta
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.183
Untuk menyelaraskan semua itu, maka adalah menjadi tanggung
jawab negara untuk tidak meninggalkan fungsi utama pengelolaan sumber
daya, terutama sumber daya yang langka, atau menentukan permintaan
182
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 256.
183
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “. Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
hal. 35.
agregat yang disebabkan oleh operasi pasar gelap. Sebaliknya, negara Islam
harus berupaya keras memainkan peranan positif tadi melalui perencanaan
yang rasional, membangun infrastruktur fisik dan sosial yang diperlukan. 184
Al-qur’an mendorong ummat Islam agar menghimpun kekuatan
apapun yang dimilikinya (Al-Mumtahanah: 60). Makna kekuatan di sini tidak
hanya terbatas pada kekuatan militer saja, melainkan juga kekuatan ekonomi
yang notabene menjadi akar kekuatan militer. Untuk kekuatan ekonomi
tersebut, maka yang perlu ditingkatkan adalah infrastruktur.185
Gerakan nasionalisasi industri-industri utama juga telah kehilangan
momentumnya. Ini disebabkan bukan saja karena kemunduran umum kinerja
industri-industri yang dinasionalisasi, tetapi juga karena besarnya subsidi
yang yang diserap industri-industri ini untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, dan kadang-kadang karena keterbatasan-keterbatasan politik yang
menahannya untuk mematok harga berdasarkan interaksi pasar.186
Sebagian besar negara umumnya terdapat intervensi pemerintah cukup
mendalam dalam bentuk BUMN, subsidi, regulasi, dan tindakan-tindakan
yeng mempengaruhi pasar modal, tabungan domestik, perdagangan, dan
hamper semua aspek ekonomi. Disamping itu, pemerintah uga memberikan
arahan-arahan langsung kepada bisnis swasta dengan target yang sudah
184
Ibid, hal,. 35.
Ibid, hal,. 37.
186
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 117.
185
ditentukan melalui kontrol terhadap lisensi industry, utang luar negeri,
persetujuan teknologi, dan penggunaan insentif selektif serta ancamanancaman.187
Tidak ada keraguan bahwa regulasi perusahaan-perusahaan swasta
penting bagi terjaminnya kompetisi, terpeliharanya tatanan dan standar, dan
perlindungan hak-hak orang lain. Tetapi, regulasi menurut kriteria yang
disepakati atau nilai-nilai kolektif. Bila kriteria-kriteria dan nilai-nilai itu tidak
tersedia atau secara universal tidak diakui, maka dalam masayrakat pluralis
yang setiap orang mengedepankan kepentingan dirinya sendiri, negara
menjadi sebuah papan netral bagi semua kelompok yang berkepentingan, dan
segala aktivitasnya hanya akan menjadi sasaran tawar-menawar dan
perlombaan politik.188
Efisiensi perlu dalam berbagai konteks sementara sumber-sumber
daya
tidak
boleh
disia-siakan
atau
disalahgunakan
karena
adanya
pertanggungjawaban kepada Tuhan. Menurut salah satu nasihat Abu Yusuf
kepada Harun Ar-Rasyid yang didasarkan pada Hadits pertanggungjawaban
ini berlaku bagi semua sumber daya, termasuk usia manusia, ilmu, kekayaan,
dan semua kemampuan fisiknya. Pertanggungjawaban ini menuntut bahwa
sumber-sumber daya dipergunakan untuk membantu memaksimalkan
kesejahteraan manusia. Pertanggungawaban ini berlaku bagi sumber-sumber
187
Ibid, h,. 176.
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 115.
188
daya, tidak pandang apakah itu SDM atau SDA, langka atau melimpah,
mengandung biaya atau gratis.189
Implementasi Keindonesiaan Umer Chapra
Skor
Indikator
(x)
Pemerataan pendapatan
2
Pengentasan Kemiskinan
3
Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional
1
Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai
hajat hidup orang banyak
1
Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk
kemakmuran rakyat
1
Menciptakan lapangan kerja
2
Pelestarian Lingkungan Hidup
3
Berdasarkan
konsep
perhitungan
ANN
dan
uraian
di
Bobot
(w)
0.2
0.1
0.1
x.w
0.4
0.3
0.1
0.2
0.2
0.2
0.1
0,1
Y
YT
0.2
0.2
0.3
1.7
0.845
atas,
implementasi pemikiran Umer Chapra terhadap keindonesiaan bernilai
rendah, hal ini dapat dilihat pada nilai YT 0.845 (rendah). Dengan demikian
implementasi pemikiran Umer Chapra mengenai konsep pembangunan
ekonomi terhadap keindonesiaan kurang dapat diterima.
189
M. Umer Chapra, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah, Ikhwan
Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press dan
Tazkia Institute, 2001), hal. 60.
4. Urgensi Keislaman
Islam didasarkan pada tiga prinsip pokok yaitu : tauhid, khilafah
dan adalah keadilan, yang jelas pula merupakan sumber utama dari
maqasyid dan strategi ekonomi Islam. Batu fondasi kepercayaan Islam adalah
tauhid. Bahwa alam teralih dirancang dengan sadar dan diciptakan oleh wujud
tertinggi, Yang Esa dan tidak ada yang menyamai-Nya, bukan terjadi secara
kebetulan. Dia terlibat secara aktif dalam hukum-hukum Alam. Segala sesuatu
yang diciptakannya mempunyai tujuan. Tujuan inilah yang menjadikan
wujudnya Alam ini dimana manusia adalah bagian darinya, berarti penting.
Dan manusia adalah khalifah Tuhan di bumi, dan telah diberkahi dengan
semua kelengkapannya. Konsep khalifah ini memiliki sejumlah implikasi, atau
akibat yang wajar, yaitu: persaudaraan universal, sumber-sumber daya adalah
amanat, gaya hidup sederhana dan kebebasan manusia.190
Pandangan hidup Islam yang berorientasi pada tujuan itu tidak dapat
dibayangkan tegak tanpa terbentuknya suatu komunitas yang diatur dengan
prinsip ajaran Islam.191 Tugas Rasulullah saw. dilukiskan dalam Al-Qur’an
sebagai pembawa rahmat bagi seluruh ummat manusia (Al-Baqrah: 107).
Fungsi kesejahteraan dari negara Islam secara khusus ditegaskan oleh
Rasulullah saw. ketika beliau menyatakan, “setiap penguasa yang
190
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 225-228.
191
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “. Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
hal,. 23
bertanggung jawab terhadap ummat Islam, namun tidak berjuang untuk
kesejahteraan mereka, maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka.”192
Oleh karena itu, konsep kesejahteraan dalam Islam dapatlah dikatakan
tidak semata-mata “ukhrawi” atau “duniawi” . Dengan demikian Islam sangat
menjunjung tinggi aspek spiritual dan material kehidupan manusia, sebagai
sumber kekuatan bersama serta menjadikannya sebagai tonggak kesejahteraan
dan kebahagiaan ummat manusia.193
Pembangunan dengan keadilan menghendaki adanya penggunaan
sumber daya-sumber daya yang adil dan efisien dan keduanya, tidak mungkin
didefinisikan atau diaktualisasikan tanpa adanya injeksi dimensi moral ke
dalam dunia perekonomian. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam rahmatan lil
alamin, menuju kehidupan sejahtera. (Q.S. Ali-Imran: 107)194
Manusia merupakan elemen hidup dan pokok dari setiap program
pembangunan. Mereka adalah tujuan sekaligus sasaran pembangunan, dan
apabila mereka tidak dipersiapkan secara tepat untuk dapat memberikan
kontribusi positif terhadap pembangunan, dan kepentingan dirinya tidak
dilindungi dalam batas-batas kesejahteraan sosial, tidak mungkin akan
192
Ibid, hal,. 26
Ibid,.hal. 28
194
M. Khurshid Ahmad, “Pembangunan Ekonomi Dalam Prespektif Islam”, dalam Ainur R.
Sophiaan (ed), “. Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam, hal. 35., h.
9
193
berhasil
mengaktualisasikan
tujuan-tujuan
pokok
Islam
dalam
Bobot
(w)
x.w
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
Y
YT
1
1
0.8
1
1
4.8
0.992
pembangunan.195
Urgensi Keislaman Umer Chapra
Skor
Indikator
(x)
Tiga konsep fundamental tauhid, khilafah, dan
keadilan
5
Keseimbangan dunia dan Akhirat
5
Pemisahan kepemilikan Perorangan dan negara
4
Pembangunan moral
5
Memberikan kenyamanan kepada faktor manusia
5
Urgensi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman mempunyai nilai
YT sebesar 0.992 (sangat tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa urgensi
pemikiran Umer Chapra
terhadap keislaman sangat signifikan. Hal ini
disebabkan karena pemikiran Umer Chapra menekankan sekali pada prinsipprinsip keislaman, khususnya pada nilai yang bersifat fundamental tauhid,
khilafah, dan keadilan.
5. Relevansi Keislaman
Tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta secara sadar
dibentuk dan diciptakan oleh Tuhan Yang Esa, karena tidak mungkin jagad
raya ini muncul secara kebetulan (Ali-Imran:191, Shad: 29,
dan Al-
Mu’minun: 15). Segala sesuatu yang Dia ciptakan mempunyai tujuan, konsep
195
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 85
tauhid bukanlah sekadar pengakuan realitas, tetapi juga suatu respons aktif
terhadapnya.196
Al-Ghazali mendefinisikan tujuan syariat
sebagai meningkatnya
kesejahteraan masyarakat yang akan mendukung keyakinan, kehidupan,
pemikiran, kemakmuran, dan harta benda mereka dan menyimpulkan semua
usaha manusia yang dapat mendukung terpenuhinya lima layanan masyarakat
tersebut. Ibnu Qayyim menegaskan, dasar dari syariat adalah kebajikan
(wisdom)dan kesejahteraan masyrakat di dunia dan akhirat. Kesejahteraan
demikian ada dalam keadilan yang lengkap, dengan penuh kasih saying,
kesejahteraan dan kebajikan. Sebaliknya segala sesuatu yang mengubah
keadilan menjadi suatu ketidakadilan, kasih sayang menjadi kekerasan, dan
kesejahteraan menjadi kesengsaraan dan dari kebajikan menjadi suatu
ketololan, sama sekali tidak terkait dengan syariat.197
Singkatnya, barangkali perlu disampaikan bahwa kesejahteraan
individu dalam masyarakat Islam dapat terealisasi bila ada iklim yang cocok
bagi:198
1.
Pelaksanaan nilai-nilai spiritual Islam secara keseluruhan untuk individu
maupun masyarakat.
196
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institute, 2000), h. 6
197
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “. Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
hal,. 29
198
Ibid, hal,. 29-30
2.
Pemenuhan kebutuhan pokok material manusia dengan cukup.
Allah SWT telah menganugerahkan sumber daya alam kepada
manusia untuk kesejahteraannya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah: 29 dan Luqman: 20.
Dua prinsip utama tersebut diambil dari ayat-ayat tadi. Pertama,
sumber daya yang diberikan “kepadamu” adalah dari Allah swt, yang berarti
dialamatkan kepada seluruh ummat manusia, bukan sekelompok elit atau
kelas istimewa tertentu. Kedua, hal itu berarti untuk kesejahteraan manusia
secara umum. Setidak-tidaknya untuk membasmi kemiskinan dan memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat. 199
Efisiensi optimum dapat dikatakan telah dicapai dalam alokasi
sumber-sumber daya manakala kuantitas barang dan jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan telah dapat diproduksi dengan tingkat stabilitas ekonomi
yang
masuk
akal
dan
dengan
suatu
laju
pertumbuhan
yang
berkesinambungan.200
Pemerataan optimum dikatakan telah tercapai dalam distribusi sumbersumber daya manakala kebutuhan individu telah berhasil dipenuhi secara
memadai dan telah terwujud pembagian pendapatan dan kekayaan merata
tanpa mengakibatkan efek samping yang buruk pada motivasi untuk bekerja
199
M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi”, dalam
Ainur R. Sophiaan (ed), “. Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam,
.hal. 31-32.
200
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin basri : Islam
dan Pembangunan Ekonomi, h 10
menabung, investasi, dan berusaha.201 Memaksimumkan output, harus
dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang ditujukan kepada kesehatan
rohani yang terletak pada batin manusia, keadilan, serta permainan yang fair
pada semua peringkat interaksi manusia.202
Produksi yang didasarkan pada kebutuhan dengan melaksanakan
langkah-langkah untuk menjamin bahwa peningkatan investasi ini tidak
diarahkan kepada produksi barang-barang mewah dan jasa saja, tetapi lebih
kepada produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan ekspor, barang-barang modal dan bahan-bahan
baku yang diperlukan untuk tujuan ini.
Strategi yang efektif adalah dengan mengubah prefensi individual,
menghapuskan segala hambatan, dan memberikan insentif dan fasilitas bagi
komitmen jangka panjang terhadap dana-dana. Segala hak-hak istimewa dan
subsidi, baik eksplisit maupun implicit yang memberikan keuntungan
produksi dan impor barang-barang mewah harus ditarik. Penekanan fiskal
pemerintah, kebijakan-kebijakan moneter dan komersial harus diarahkan
kepada upaya pemenuhan kebutuhan, ekspor dan formasi modal.203
Oleh karena itu, pertumbuhan tidak cukup hanya dengan mengurangi
konsumsi, tetapi juga memperbaiki iklim investasi yang cocok dengan
201
Ibid,. h 10
Ibid,. h. 8
203
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 135
202
melaksanakan. 1. Menghapuskan hambatan; 2. Ketidakpastian politik; 3.Tarif
dan subtitusi impor; 4. Kontrol terhadap nilai tukar dan depresiasi mata uang;
5. Kontrol birokrasi.204
Relevansi Keislaman Umer Chapra
Skor
Indikator
(x)
Pelaksanaan prinsip tauhid dan ukuwah
5
Pembangunan yang selaras dengan tujuan-tujuan
syari’ah
5
Efisiensi dan pemerataan
4
Perbaikan kualitas hidup
5
Perluasan Produksi yang bermanfaat
4
Bobot
(w)
0.2
x.w
1
0.2
0.2
0.2
0.2
Y
YT
1
0.8
1
0.8
4.6
0.99
Relevansi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman mempunyai
nilai YT sebesar 0.99 (sangat tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa
relevansi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman adalah sangat sesuai.
Umer Chapra mempunyai pemikiran yang jelas mengenai pentingnya
pembangunan yang didasari dengan tujuan-tujuan syari’ah dan prinsip tauhid,
serta pelaksanaan efisiensi dan pemerataan dalam ekonomi untuk perbaikan
kualitas hidup melalui perluasan produksi yang bermanfaat. Akan tetapi Umer
Chapra tidak mempunyai ukuran yang jelas secara kuantitatif mengenai
efisiensi dan pemerataan ini.
204
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 303.
6. Implementasi Keislaman
Tindakan-tindakan untuk mereduksi kesenjangan pendapatan dan
kekayaan akan lebih berhasil jika diperkuat dengan pengaktifan sistem Islam
tentang zakat dan warisan. Islam memerintahkan setiap muslim yang
mempunyai kelebihan tertentu untuk membayar zakat sebagai proposi tertentu
dari nilai bersih kekayaan atau hasil pertanian yang dibagikan kepada fakir
miskin.205
Hambatan yang paling serius bagi pembangunan yang berkeadilan
adalah konsentrasi kepemilikan sarana-sarana produksi di negara-negara
muslim, seperti halnya juga diseluruh perekonomian yang merugikan pasar.
Perluasan kepemilikan dan desentralisasi pembuatan keputusan tampak lebih
seirama dengan martabat dan kebebasan yang dihubungkan dengan status
khalifah, yang dikarunai oleh Allah kepada manusia. Perluasan ini harus
mampu dilakukan, baik pada tingkat-tingkat wilayah-wilayah pedesaan
maupun perkotaan dan baik di sektor pertanian maupun industri.206
Restrukturisasi sosio ekonomi dan finansial dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu memperhatikan lingkungan sosial yang kondusif bagi
205
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi, h. 271.
206
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 97.
pelaksanaan aturan keamanan dengan tidak membolehkan kepemilikan
materiil dan konsumsi pamer menjadi sumber prestise.207
Melaksanakan restrukturisasi sistem keuangan sebagai bentuk
memperbaiki perekonomian secara komprehensif. Sistem keuangan yang
berbasis bunga dinegara-negara muslim yang diambil dari negara-negara
kapitalis, juga merupakan salah satu sumber pokok dan adanya konsentrasi
kekayaan dan kekuasaan. Karena itu, Negara-negara muslim merasa kesulitan
untuk melakukan reduksi dalam kesenjangan dan pengembangan industry
mikro dan kecil, kecuali keseluruhan sistem keuangan tersebut ditata kembali
sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan melaksanakan sistem bagi hasil yang
anti riba.208
Pembiayaan adalah senjata ekonomi, sosial dan politik yang perkasa
dalam dunia modern. Ia berperan sangat penting, bukan hanya dalam alokasi
dan distribusi sumber-sumber daya langka, tetapi juga dalam stabilitas dan
pertumbuhan sebuah perekonomian. Restrukturisasi harus komprehensif
sehingga memungkinkan lembaga-lembaga keuangan memberikan kontribusi
maksimal bagi penghapusan ketidak seimbangan, dan mengarah kepada
distribusi sumber-sumber daya keuangan yang merata dan efisien.209
207
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 225.
208
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi,h. 110 dikutip dari: Towards a Just Monetary System (Leicester,
U.K:The Islamic Foundation.1985), hal 110 dan 140
209
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Tantangan Ekonomi,h. 325
Pengembangan industri kecil dan mikro dipedesaan dan perkotaan
akan memiliki banyak keuntungan, disamping mengurangi konsentrasi
kekayaan dan kekuasaan. Keadaan akan lebih kondusif karena kepemilikan
disini cenderung menambah rasa kebebasan, juga mendorong pemilik bisnis
untuk melakukan inovasi dan bekerja lebih keras meraih keberhasilan
bisnisnya. Juga akan menciptakan suatu iklim yang lebih besar dan
memperluas kesempatan kerja dengan laju yang lebih cepat.210
Melaksanakan konsep ekonomi yang bersifat kekeluargaan seperti
muyarakah, mudharabah dengan mendorong gerakan finansial Islam seperti
pendirian bank-bank Islam yang anti riba. Konsep persaudaraan (brotherhood)
yang kehadirannya di muka bumi secara keseluruhan hanyalah untuk
mengabdi kepada Allah, bahwa antara manusia itu terjalin persamaan dan
persaudaraan dalam kegiatan ekonomi saling membantu dan bekerja-sama
dalam ekonomi.
Ekonomi Islam juga memiliki komitmen terhadap persaudaraan
dengan keadilan sosial dan ekonomi, pembagian pendapatan yang merata,
serta kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial dan jaminan
sosial.
210
M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri :
Islam dan Pembangunan Ekonomi, h. 107
Impelementasi Keislaman Umer Chapra
Skor Bobot
Indikator
(x)
(w)
x.w
I
Pengaktifan zakat dan sistem warisan Islam
4
0.1
0.4
m
Mengurangi konsentrasi kepemilikan
4
0.1
0.4
Restrukturisasi sistem keuangan (Pelarangan
priba)
4
0.2
0.8
Pengembangan industri mikro dan kecil
3
0.2
0.6
lKerjasama Ekonomi (Musyarakah dan
Mudaharabah)
5
0.2
1
e
Jaminan Sosial
4
0.1
0.4
Y
3.6
YT
0.973
Implementasi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman mempunyai
I
nilai YT sebesar 0.973 (sangat tinggi), nilai ini mempunyai arti bahwa
implementasi pemikiran Umer Chapra terhadap keislaman adalah sangat
dapat dilaksanakan. Dalam implementasi keislaman, Umer Chapra
menjelaskan secara detail mengenai instrument zakat dan bagi hasil (anti
riba) yang sangat membedakan dengan sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya, dengan
menekankan pada kerjasama ekonomi yang
mempunyai prinsip kekeluargaan dan pengembangan industri kecil dan
mikro.
C. Himpunan
1. Urgensi Keindonesiaan:
a. Pancasila dan UUD 1945.
b. Demokrasi Ekonomi.
UM £={a,b}
UC £={b}
Umar Chapra
Mubyarto
• a
• b
Dalam urgensi keindonesiaan Mubyarto memiliki dua variabel
indikator yaitu Pancasila dan UUD 1945, dan Demokrasi ekonomi, Mubyarto
mempunyai pemikiran yang komprehensif dan konsisten dalam menciptakan
daulat rakyat dan konsistensi ideologi Pancasila untuk mencapai kemandirian
ekonomi. Sedangkan Umer Chapra memiliki satu variabel indikator yakni
demokrasi ekonomi, hal ini berkaitan dengan pemikirannya mengenai
kesamaan akses warga negara dalam meraih kesejahteraan dan kemandirian
ekonomi yang harus dimiliki warga negara.
2. Urgensi Keislaman:
a. Konsep fundmental tauhid, khilafah dan keislaman.
b. Keseimbangan dunia dan akhirat.
c. Pembangunan moral.
UM £={a,b,c}
UC £={c}
Mubyarto
• a
• b
Umar Chapra
• c
Dalam urgensi keislaman Mubyarto memiliki satu variabel indikator
yaitu pembangunan moral, Mubyarto mempunyai pemikiran tentang
pentingnya mengadopsi nilai-nilai kultural dalam menjalankan pembangunan
ekonomi agar tidak terjadi pendzoliman antar sesama manusia, dengan
demikian sistem nilai mewarnai tingkah laku ekonomi. Sedangkan Umer
Chapra memiliki tiga variabel indikator yakni konsep fundmental tauhid,
khilafah dan keislaman, keseimbangan dunia dan akhirat, dan pembangunan
moral hal ini berkaitan dengan pemikirannya mengenai tauhid sebagai dasar
filosofis pembangunan ekonomi dengan manusia sebagai khalifah di muka
bumi yang harus mengedepankan keadilan dalam prilaku ekonomi. Ekonomi
Islam mengandung nilai-nilai yang memiliki relevansi terhadap hak dan
kewajibannya sebagai manusia.
3. Relevansi Keindonesiaan:
a. Pasal 27 ayat 2.
b. Pasal 29 ayat 2
c. Pasal 33 ayat 1.
d. Pasal 33 ayat 2.
e. Pasal 33 ayat 3.
RM £={a,b,c,d,e}
Mubyarto
• a
• b
• c
• d
• e
Umar Chapra
RC £={a,b,c}
Dalam relevansi keindonesiaan Mubyarto memiliki lima variabel
indikator yaitu pasal 27 (2), pasal 29 (2), pasal 33 (1), (2), (3). Mubyarto
mempunyai pemikiran mengenai pembangunan ekonomi yang bermuara
pada kesejahteraan sosial dengan pemerintah sebagai pengendali kehidupan
ekonomi di suatu negara oleh karena itu negara mempunyai peran dalam
mekanisme pasar unutuk membatasi pelaku ekonomi dari persaingan bebas
demi terciptanya kemakmuran rakyat yang dilandasi semangat berketuhanan.
Sedangkan Umer Chapra memiliki dua variabel indikator yakni pasal 27 (2),
pasal 29 (2), dan pasal 33 (1) hal ini berkaitan dengan pemikirannya
mengenai manusia sebagai fokus dalam pembangunan ekonomi untuk
mencapai kesejahteraan maka kebersamaan menjadi dasar partisipasi dengan
mengedepankan moralitas ukuwah berlandaskan pada tujuan-tujuan syari’ah.
4. Relevansi Keislaman:
a. Al-Maidah ayat 120, Al-Baqarah ayat 279.
b. Al-Baqarah ayat 11
c. Al-Baqarah ayat 201
d. Al-Humazah ayat 1-3
RM £={b}
RC £={a,b,c,d}
Mubyarto
• b
Umar Chapra
•a
•c
•d
Dalam relevansi keislaman Mubyarto memiliki satu variabel indikator
yaitu Al-Baqarah ayat 11. Mubyarto mempunyai pemikiran mengenai
pembangunan moral yaitu dengan prilaku yang tidak mendzolimi baik
sesama manusia maupun dengan lingkungan. Sedangkan Umer Chapra
memiliki lima variabel indikator yakni Al-Baqarah ayat 11, 201, 279, AlMaidah ayat 120, Al-Humazah ayat 1-3. Hal ini berkaitan dengan
pemikirannya mengenai agama yang menjadi titik sentral dalam pembinaan
sumber daya manusiawi yang berakar pada kerangka nilai yang ada dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga menghasilkan tiga instrument dalam
menjalankan perekonomian yaitu redistribusi melalui zakat, sistem keuangan
yang anti riba dengan mengharamkan bunga bank, dan mudharabah sebagai
penggerak roda perekonomian.
5. Implementasi Keindonesiaan:
a. Pemerataan pendapatan.
b. Pengentasan kemiskinan.
c. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional.
d. Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak.
e. Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat.
f. Menciptakan lapangan kerja.
g. Pelestarian Lingkungan Hidup.
IM £={a, b, c, d, e, f, g }
IC £={a, b, f, g }
Umar Chapra
Mubyarto
• c
• d
• e
•
•
•
•
a
b
f
g
Dalam implementasi keindonesiaan Mubyarto memiliki tujuh variabel
indikator yaitu pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan, koperasi
sebagai sokoguru perekonomian nasional, negara menguasai cabang-cabang
produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, penguasaan bumi, air dan
kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat, menciptakan lapangan kerja,
pelestarian lingkungan hidup. Mubyarto mempunyai pemikiran mengenai
keselarasan Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 33 UUD 1945 dengan menjadikan
lapangan kerja sebagai target sentral di dalam pembangunan.
Konsep pembangunan berkesinambungan antara pertumbuhan dan
pemerataan untuk mencegah terjadinya ketidakadilan dan penyimpangan
dalam perekonomian. Melaksanakan konsep koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia dan peran negara dalam menjaga kekayaan alam dan
penegakan hukum demi terciptanya kedaulatan ekonomi yang berpihak pada
rakyat Indonesia.
Sedangkan Umer Chapra memiliki empat variabel indikator yakni
pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan, menciptakan lapangan
kerja, pelestarian lingkungan hidup. Hal ini berkaitan dengan pemikirannya
mengenai pemberdayaan masyarakat melalui dioptimalkannya peran industri
kecil menengah agar perekonomian rakyat bergerak sehingga lapangan kerja
terbuka dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keadilan distributif untuk
pemerataan pendapatan ditegakan melalui pelaksanaan zakat yang produktif
sehingga melindungi rakyat miskin dari keterpurukan. Pelestarian lingkungan
hidup dengan penegakkan hukum, sebab menurutnya efisiensi dalam
perekonomian harus memperhatikan lingkungan alam.
6. Implementasi Keislaman:
a. Pelaksanaan zakat.
b. Pelarangan riba.
c. Mengurangi konsentrasi kepemilikan.
d. Pelarangan riba.
e. Model kerja sama musyarakah dan mudharabah.
f. Pengembangan industry mikro dan kecil.
IM £= {c, e, f }
IC £= {a, b, c, d, e, f }
Umar Chapra
Mubyarto
•a
• c
• e
• f
•b
•d
Dalam implementasi keislaman Mubyarto memiliki tiga variabel
indikator yaitu mengurangi konsentrasi kepemilikan, model kerja sama
musyarakah dan mudharabah, pengembangan industri mikro dan kecil.
Mubyarto
mempunyai
pemikiran
mengenai
diakuinya
kepemilikan
perseorangan sebagai upaya mencegah sifat etatisme pada negara oleh karena
itu diperlukan peran negara dalam mengatur regulasi yang jelas mengenai
nilai-nilai
dasar
sistem
yang
membangun
kerangka
sosial
dengan
mengutamakan kemakmuran rakyat dan terjaminnya harga yang adil.
Mengembangkan industri mikro dan kecil sangat diperlukan sebgai pengaman
bertambahnya angkatan kerja.
Sedangkan Umer Chapra memiliki enam variabel indikator yakni
pelaksanaan zakat, pelarangan riba, mengurangi konsentrasi kepemilikan,
pelarangan
riba,
model
kerja
sama
musyarakah
dan
mudharabah,
pengembangan industri mikro dan kecil. Hal ini berkaitan dengan
pemikirannya membangun sistem zakat yang mampu mengangkat derajat
masyarakat, baginya kekayaan tidak boleh terbiarkan bertumpuk pada orang
seorang agar tercipta pemerataan pendapatan dan melindungi kepentingan
ekonomi golongan ekonomi lemah. Filsafat Islam berasaskan konsep
persaudaraan dengan demikian menjujung tinggi kerjasama dan menolak
eksploitasi terhadap manusia, oleh karena itu perlunya membangun sistem
perbankan yang bebas bunga dan penerapan sistem mudharabah atau
musyarakah untuk mengerakkan sektor riil.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bersadasarkan uraian dan analisa yang telah dilakukan pada bab-bab
terdahulu, penulis dapat dapat menarik beberapa kesimpulan sabagai jawaban dari
perumusan masalah yang telah ditentukan. Kesimpulan tersebut penulis uraikan
sebagai berikut:
Penulis menemukan kelebihan dan kelemahan terhadap pemikiran kedua
cendekiawan ini, antara lain:
Kelebihan:
a.
Pemikiran kedua cendekiawan yang mencakup uraian menurut urgensi,
relevansi, dan implementasi dapat disebut sebagai hal yang patut ditumbuh
kembangkan, ketika Indonesia harus berbenah diri dalam membangun
ekonominya. Yakni melepaskan diri dari ketergantungan pihak asing
(neoliberal).
b.
Kedua Cendekiawan tersebut dapat dikatakan telah berhasil memetakan
dimensi-dimensi moral dan keadilan, ketika Indonesia membutuhkan
reformasi dalam menyusun strategi pembangunan ekonominya.
c.
Mubyarto dan Umer Chapra dapat menggugah generasi muda berfikir
kritis, ketika Indonesia sedang membangun ekonomi Islam.
Kelemahan:
a.
Mubyarto dan Umer Chapra tidak menjelaskan bagaimana mengukur nilainilai normatif kedalam kegiatan sehari-hari.
b.
Kedua pemikir tidak menggunakan kebijakan yang bersifat kuantitatif
seperti yang dibutuhkan para akademisi yang berkecimpung di disiplin
ilmu ekonomi Islam.
c.
Mubyarto tidak menyatakan bahwa bunga bank adalah haram hukumnya
sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Baqarah: 279, sedangkan Umer
Chapra menyatakan bunga bank haram akan tetapi tidak menerangkan
secara kuantitatif hal tersebut.
B. Saran
Berkenaan dalam segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini,
penulis ingin menyampaikan beberapa catatan dan saran-saran yang dianggap
perlu:
1. Perlu dikaji lebih mendalam lagi tentang pemikiran Mubyarto dan Umer
Chapra,
khususnya
mengenai
pembangunan
ekonomi
yang
kiranya
pemikirannya tersebut masih relevan pada saat ini dan unutk perkembangan
perekonomian yang sesuai dengan UUD 1945 dan syariat Islam.
2. Bagi para pembaca skripsi ini, hendaknya melakukan pembacaan secara kritis
sehingga penulis berharap pembaca dapat memberikan masukan, saran dan
keritik yang akan sanagt berharga bagi penulis.
3. Kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam hal
ini merupakan pelaksana pendidikan pada tingkat perguruan tinggi, untuk turut
serta dalam menggali wawasan dan kajian-kajian pemikiran ekonomi yang
bersifat keislaman dan keindonesiaan.
4. Diharapkan kepada Presiden dan Pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini
merupakan pembuat kebijakan-kebijakan perekonomian untuk mengoreksi
kembali kebijakan-kebijakan yang bersifat neoliberal dan menindas. Hendaknya
kita meruqyah sistem perekonomian kita sekarang ini, untuk lebih mengarah
pada kesejahteraan masyarakat bukan kesejahteraan perseorangan, berorientasi
pada pemerataan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi saja, sebagai upaya
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang sesuai dengan UUD 1945 dan
syari’at Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Khurshid, "Economic Development in an Islamic Framework", dalam
Khurshid Ahmad (ed.), "Studies in Islamic Economics", Leicester : The
Islamic Foundation, 1980.
Ahmad, Khursid, Pembangunan Ekonomi Dalam Ekonomi Islam: Etika Ekonomi
Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat Islam. Surabaya: Risalah
Gusti, 1997.
Amalia, Euis, Keadilan Distributof dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Azis, Amin, The Power of Al-Fatihah, Jakarta: Embun Publishing, 2007.
Budi S, Aries, Buku Paket Perekonomian Indonesia, Jakarta: Universitas Gunadarma,
1996.
Chapra, M. Umer, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri
: Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia
Institute, 2000.
______________, Islam and The Economic Challange, terjemah Ikhwan Abidin
Basri : Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press, 2006.
______________, The Future Of Economics An Islamic Perspective, terjemah,
Ikhwan Abidin Basri : Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam
Bandung, Gema Insani, 2001.
______________, Negara Sejahtera Islami Dan Perannya Di Bidang Ekonomi,
dalam Ainur R. Sophiaan (ed), Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis
Pembangunan Masyarkat Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1997.
Choudhury, Mausudul Alam, Contribution to Islamic Economic Theory, New York:
St Martin’s Press, 1986.
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik Jilid II, Jakarta: LP3ES, 1984.
Haneef, Mohamed Aslam, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected
Comparative Analysis, Kuala Lumpur : Ikraq, 1995.
Hejazziey, Djawahir, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: UIN Press, 2007,
Cet. Ke-1.
Kadariah, Perencanaan Pembangunan Regional, diambil dari Prisma, Thn. 1, No 2,
Februari 1972. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia Dalam
Setengah Abad Terakhir, Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Kahf, Monzer, The Islamic Economy: Analytical Study of The Functioning of The
Islamic Economy, Leicester UK: IIE, IIU Islamabad and The Islamic
Foundation,1995.
Khan, Fahim, Consumer Behaviour in Islamic Perspective, dalam Ausaf Ahmad dan
Kazim Raja Awan, Lectures on Islamic Economics. Jeddah: IRTI-IDB, 1992.
Madjid, Abdul, dan Sri Edi Swasono (ed), Wawasan Ekonomi Pancasila, Jakarta: UI
Press, 1981.
Mangunpranoto, Sariono. Dasar Filsafat Ekonomi Pancasila, dalam ekonomi
Ekonomi Pancasila, Mubyarto dan Budiono (ed), Yogyakarta: BPFE UGM,
1980.
Moloeng, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1999.
Mubyarto, Pemberantasan Kemiskinan dan Pembangunan Sosial, Yogyakarta:
Aditya Media, 2004.
________, Ekonomi Terjajah, Yogyakarta: Aditya Media, 2005.
________, Teori Ekonomi dan Kemiskinan, Yogyakarta: Aditya Media, 2004
________, Menggugat ketimpangan dan Ketidakadilan Ekonomi Nasional: Mengurai
Benang Kusut Subsidi BBM dan Defisit APBN. Yogyakarta: PUSTEP UGM
dan Aditya Media, 2005.
________, Menggugat Ketimpangan dan Ketidakadilan Ekonomi Nasional:
Mengurai Benang Kusut Subsidi BBM dan Defisit APBN, Yogyakarta:
PUSTEP UGM dan Aditya Media, 2005.
________, dan Daniel W. Bromley, A Development Alternative for Indonesia,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002
________, Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. Jakarta: LP3ES, 1988.
________, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, Jakarta: LP3ES, 1987
Nataatmadja, Hidajat, Pemikiran ke Arah Ekonomi Humanistik Suatu Pengantar
menuju Citra Ekonomi Agamawi, Yogyakarta: PLP2M, 1984.
Neuman, Lawrence, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approach, USA: Pearson Education, 2003.
Qal’aji, M. Rawwaz. Mabahits fi al-Iqrishad al-Islami, Beirut: Dar An-Nafaes, 2000,
Cet ke-4.
Qardawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam. Jakarta:
Rabbani Press, 2004, Cet ke 4.
Raharjo, Dawam. Ekonomi Islam, Ekonomi Pancasila dan Pembangunan Ekonomi
Indonesia: Etika Ekonomi Politik Elemen Strategis Pembangunan Masyarkat
Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 1997.
Sadono Sukirno. Ekonomi pembangunan, Jakarta: Kencana, 2006.
Saefuddin,Ahmad M. Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Media
Dakwah, 1984.
Sarkaniputra, Murasa. Ruqyah Syar’iyyah: Teori, Model, dan Sistem Ekonomi,
Cirebon: Al-Ishlah Press, 2009.
_________________, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jakarta: Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2004.
Swasono, Sri Edi, Menegakkan Ideologi Pancasila: Daulat-Rakyat Versus Daulat
Pasar, Yoyakarta: PUSTEP-UGM, 2005.
______________, Koperasi Sebagai Sistem Ekonomi Indonesia: Pemikiran ke Arah
Demokrasi Ekonomi, Jakarta: LP3ES, 1990.
______________, Mohammad Hatta: Demokrasi Kita, Bebas Aktif, Ekonomi Masa
Depan Jakarta: UI-Press, 1992.
______________, Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan, Jakarta: UNJ Press, 2006
Indonesia dan Doktrin Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Perkumpulan
Prakarsa, 2006.
________________,
______________, Keparipurnaan Ekonomi Pancasila, Depok, FEUI, 29 November
2006.
______________, Mohammad Hatta: Demokrasi Kita, Bebas Aktif, Ekonomi Masa
Depan. Jakarta: UI-Press, 1992.
Tjokroamidjojo, Bintoro, dan Mustopadidjaja A.R. Teori & Strategi Pembangunan
Nasional, Jakarta: Haji Masagung, 1988.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 610.
Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi, Jilid 1 edisi 9 Jakarta: Erlangga, 2006.
Makalah
Mubyarto, Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi
Ekonomi di Indonesia, Makalah Kuliah Umum Ekonomi Pancasila di
Universitas Negeri Semarang, 9 Januari 2003.
________, Capres/Cawapres dan Ekonomi Rakyat, Makalah Seminar Publik
Peningkatan Kualitas dan Partisipasi Politik Rakyat Dalam Pemilu,
Yogyakarta, 1 Juli 2004.
________, Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang Miskin Atau Orang Kaya?,
Makalah untuk lokakarya terbatas (Expert Workshop), Pusat Studi
Lingkungan Hidup UGM, 6 Oktober 2004.
________, Ekonomi Rakyat Indonesia, Makalah disampaikan pada pertemuan 1
Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, YAE-Bina Swadaya, di Finanscial
club, Jakarta, 22 Januri 2002
________, Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi
Ekonomi di Indonesia, Makalah Kuliah Umum Ekonomi Pancasila di
Universitas Negeri Semarang, 9 Januari 2003.
________, Pengkajian Ulang Strategi Pembangunan Nasional, Prisma, No.1, thn.
XVII, Januari 1988.
Situs Internet
Assefaf, Ridho, Teori-teori Pembangunan, Artikel diakses pada 15 November 2010,
http://ridhoassegaf.blogspot.com/2008/12/teori-teori-pembangunan-michaelp.html
Bagus Santoso dan Nadia Kusuma Dewi, “Mubyarto & Daniel W. Bromley, 2002, A
Development Alternative For Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia”., artikel di akses pada 15 Oktober 2010,
http://www.ekonomirakyat.org/resensi_buk/resensi_6.htm
Baxter, Bannock, Graham, R. E. dan Evan Davis. 2004. “A Dictionary of Economics.
(Inggris: Penguin Books Ltd, 2004), Artikel diakses pada 10 November 2010,
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi.
Hamid, Edi Suandi. Jejak Pemikiran Mubyarto, Artikel diakses pada 20 desember
2010, http://mubyarto.org/_artikel.php?parameter=312&id=47
Hasan, Amiril. Enam Strategi Pembangunan Pemerintahan SBY, Artikel Diakses
Pada
Tanggal
22
Desember
2010,
http://news.okezone.com/read/2009/08/19/1/249296/1/enam-strategipembangunan-pemerintah-sby
Krisharianto, Josef, Kajian Antara Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan
Internasional dan Foreign Direct Investment, Parallel Session IIID : Trade III
(Growth & FDI), 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30, Wisma Makara,
Kampus UI – Depok.
Mubyarto, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
________, Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia artikel di akses pada 17
Desember
2010,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_1_maret
_2002/artikel_1
________, Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Globalisasi, Artikel diakses pada tanggal
22 Januari 2011, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_7/artikel_1.htm
________, Dengan Ekonomi Pancasila Menyiasati Global artikel di akses pada 17
Desember 2010, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_21/artikel_1
________, Siapa Lebih Merusak Lingkungan: Orang miskin Atau Orang Kaya?,
Artikel
Diakses
pada
tanggal
14
Januari
2011,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_22/artikel_3.htm
________, Demokrasi Ekonomi Dan Demokrasi Industrial, Artikel Diakses pada
tanggal
14
Januari
2011,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_17/artikel_3.htm
Pramono, Sigit. “Keuangan Syariah Dan Konsensus Baru Pembangunan Ekonomi”,
artikel di akses pada 15 Oktober 2010 dari http://www.pksejahtera.org/id/artikel/kolom/keuangan-syariah-dan-konsensus-barupembangunan-ekonomi.htm
Prayitno, Edi. Manajemen Pembangunan Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 22
Desember
2010,
http://tulisan2.blog.dada.net/post/689002/Manajemen+Pembangunan
Supratikno, Hendrawan. Menanti Demokrasi Ekonomi, Artikel diakses pada tanggal
24 desember 2010 dari http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/edef-kontenview.asp?id=20090812105656
Swasono,Sri Edi, Kemandirian Ekonomi: Menghapus Sistem Ekonomi Subordinasi
Membangun Ekonomi Rakyat, artikel di akses pada 17 Desember 2010,
http://www.bappenas.go.id/node/48/2288/kemandirian-ekonomi-menghapussistem-ekonomi-subordinasi-membangun-ekonomi-rakyat---oleh-sri-ediswasono.
_____________, Masalah UU Seribu Kali Lebih Penting Daripada Anggodo,
Artikel diakses pada tanggal 24 desember 2010 dari http://www.untagsby.ac.id/index.php?mod=berita&id=363
_____________, ASEAN-China Free Trade Agreement: learn To Fight - Not Learn
To Surrender, Artikel di akses pada tanggl 29 Desember 2010,
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_2.htm
_____________, Satu Abad Bung Hatta: Kedaulatan Rakyat Dasar Martabat
Bangsa, Artikel diakses pada tanggal 24 desember
2010 dari
http://www.bappenas.go.id/node/48/2317/satu-abad-bung-hatta-kedaulatanrakyat-dasar-martabat-bangsa---oleh-sri-edi-swasono-/
_____________, Tafsir Ulang Sistem Ekonomi Indonesia, Artikel diakses pada
tanggal 24 Desember 2010 dari http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg04765.html
_____________, Sistem Ekonomi Indonesia, Artikel diakses pada tanggal 24
desember 2010 dari http://www.ekonomirakyat.org/edisi_2/artikel_9.htm
_____________, Pasal 33 UUD 1945 Harus Dipertahankan Jangan Dirubah Boleh
Ditambah Ayat, Artikel diakses pada tanggal 24 desember
2010
http://www.bappenas.go.id/node/48/2332/pasal-33-uud-1945-harusdipertahankan-jangan-di-rubah-boleh-ditambah-ayat---oleh-sri-edi-swasono-/,
hal 6
_____________,
Menegakkan
Ekonomi
Pancasila,
http://www.mailarchive.com/[email protected]/msg04765.html
______________, Pemerintah Agar Suarakan Kedaulatan Ekonomi Keobama,
Artikel
diakses
pada
tanggal
24
desember
2010
dari
http://www.antaranews.com/berita/1289281265/pemerintah-agar-suarakankedaulatan-ekonomi-ke-obama
______________., Sistem Ekonomi Nasional, Artikel diakses pada tanggal 24
desember 2010 dari http://www.ekonomirakyat.org/edisi_2/artikel_9.htm
______________, Kembali Ke Persoalan, Artikel diakses pada tanggal 31 Desember
1020, http://dongants.wordpress.com/2010/08/12/kembali-ke-persoalan-dasar/
Download