assalamu`alaikum wr

advertisement
•
•
•
•
Arum Kartika W.
Herdina Sukma P.
Irma Mingka
Riska Pratama
(09330125)
(09330134)
(09330147)
(09330117)
Ruang Lingkup
TIPE-TIPE VEGETASI BAGIAN II
Hutan
Pantai
Biota
air
tawar
Mangrove
Estuaria
Hutan
payau
Terumbu
karang
Hutan Pantai
Definisi
Karena hempasan gelombang dan hembusan
angin maka pasir dari pantai membentuk
gundukan ke arah darat. Setelah gundukan
pasir itu biasanya terdapat hutan yang
dinamakan hutan pantai.
 Vegetasi
ekosistem hutan pantai dibedakan menjadi 2, yaitu
1. Formasi Pres-Caprae
tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea prescaprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex
littoreus (rumput angin), Canavalia maritime,
Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum
asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).
2.Formasi Baringtonia
Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun),
tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum
(nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus
(waru laut), Terminalia catapa (ketapang).
 Peranan
fungsi ekologi:
-Sistem perakaran yang khas pada hutan bakau (akar
tunjang, pneumatofor dan akar lutut) dapat
menghambat arus air dan ombak.
-Hutan pantai juga sebagai tempat berlindung, berpijak
dan pembesaran bagi jenis-jenis ikan dan udang serta
berbagai jenis binatang darat seperti berbagai jenis
unggas, primata, reptil dan kelalawar.
fungsi ekonomis:
-Hutan pantai mempunyai arti penting karena sumber
daya alamnya banyak dimanfaatkan seperti bahan baku
kertas, bahan penyamak kulit dan kayu olahan.
-Kawaan hutan pantai berpasir biasanya dijadikan
kawasan pariwisata pantai karena keindahan alamnya.
Mangrove
• Deskripsi mangrove
merupakan individu jenis tumbuhan maupun
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah
pasang surut.
Di Eropa, ahli ekologi menggunakan istilah
mangrove untuk menerangkan individu jenis
dan mangal untuk komunitasnya. Hal ini juga
dijelaskan oleh Macnae (1968) yang
menyatakan bahwa kata mangrove seharusnya
digunakan untuk individu pohon sedangkan
mangal merupakan komunitas dari beberapa
jenis tumbuhan.
• Ciri-ciri
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove,
terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
 memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
 memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora)
misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang
pada bakau Rhizophora sp., serta akar yang mencuat
vertikal seperti pensil pada Sonneratia sp. dan pada
api-api Avicennia sp.;
 memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau
dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada
Rhizophora;
 memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
• Habitat
tempat hidup hutan mangrove merupakan
habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri
khusus, diantaranya adalah :
• tanahnya tergenang air laut secara
berkala, baik setiap hari atau hanya
tergenang pada saat pasang pertama;
• tempat tersebut menerima pasokan air
tawar yang cukup dari darat;
• daerahnya terlindung dari gelombang besar
dan arus pasang surut yang kuat;
• airnya berkadar garam (bersalinitas) payau
hingga asin.
• Vegetasi
Wilayah mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan
khas mangrove, terutama jenis-jenis Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan
Acrostichum (Soerianegara,1993). Selain itu juga
ditemukan jenis-jenis Lumnitzera, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa.
( i ) Vegetasi Inti
Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah zona
intertidal yang mampu bertahan terhadap pengaruh
salinitas (garam), yang disebut tumbuhan halophyta.
Lima jenis mangrove paling utama adalah Rhizophora
mangle. L., R. harrisonii leechman (Rhizoporaceae),
Pelliciera rhizophorae triana dan Planchon
(pelliceriaceae), Avicennia germinans L
(Avicenniaceae) dan Laguncularia racemosa L. gaertn.
(Combretaceae).
( ii ) Vegetasi marginal
Jenis ini biasanya dihubungkan dengan mangrove yang
berada di darat, di rawa musiman, pantai dan/atau habitat
mangrove marginal. Meskipun demikian vegetasi ini tetap
tergolong mangrove. Jenis Conocarpus erecta
(combretaceae) tidak ditemukan di dalam vegetasi
mangrove biasa. Mora oleifera (triana), Duke (leguminosae)
jumlahnya berlimpah-limpah di selatan pantai pasifik,
terutama di semenanjung de osa, dimana mangrove ini
berkembang dalam rawa musiman salin (25 promil). Jenis
yang lain adalah Annona glabra L. (Annonaceae),
Pterocarpus officinalis jacq. (Leguminosae), Hibiscus
tiliaceus L. dan Pavonia spicata killip (Malvaceae). Jenis
pakis-pakisan seperti Acrostichum aureum L.
(Polipodiaceae) adalah yang sangat luas penyebarannya di
dalam zone air payau dan merupakan suatu ancaman
terhadap semaian bibit untuk regenerasi.
(iii) Vegetasi fakultatif marginal
Carapa guianensis (Meliaceae) tumbuh berkembang di
daerah dengan kadar garam sekitar 10 promil. Jenis lain
adalah Elaeis oleifera dan Raphia taedigera. Di daerah
zone inter-terrestrial dimana pengaruh iklim khatulistiwa
semakin terasa banyak ditumbuhi oleh Melaleuca
leucadendron rawa ( bagian selatan Vietnam). Jenis ini
banyak digunakan untuk pembangunan oleh manusia.
• klasifikasi hutan mangrove berdasarkan geomorfologi
ditunjukkan sebagai berikut :
1. Overwash mangrove forest
Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di
pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang,
menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat
yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7
m.
2. Fringe mangrove forest
Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air,
digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari
rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum
adalah sekitar 10 m.
• 3. Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi
letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan
teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga
jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa),
hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah
(Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya.
Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.
4. Basin mangrove forest
Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil
terletak di bagian dalam rawa Karena tekanan
runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya
cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah
terdapat dimana ada pasang surut yang membilas
tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove
putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat
mencapai tinggi 15 m.
5. Hammock forest
Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka
ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang
melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari
5 m.
6. Scrub or dwarf forest
Jenis komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang
rendah. Semua dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi
1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.
•
•
•
•
•
Faktor-faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
mangrove di suatu lokasi adalah :
A. Fisiografi pantai
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies
dan lebar hutan mangrove.
B. Pasang
Pasang yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan
zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan
ekosistem mangrove.
C. Gelombang dan Arus
Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi
ekosistem mangrove.
Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap
distribusi spesie.
Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap
sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di
muara sungai.
Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme
akuatik melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove
ke laut.
D. Iklim
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat
dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui cahaya,
curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan
struktur fisik mangrove.
Intensitas, kualitas, lama pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan
mangrove
Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan sinar
matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya.
2. Curah hujan
• Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan
mangrove.
• Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air,
•
•
•
•
•
•
•
•
3. Suhu
Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi).
4. Angin
Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus.
Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu
terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove.
E. Salinitas
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar
antara 10-30 ppt.
Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan
zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan.
F. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena
bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan
oksigen untuk kehidupannya.
G. Substrat
Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan mangrove.
H. Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara
inorganik dan organik.
• Ekofisiologi Mangrove
Ekosistem mangrove memiliki lingkungan yang sangat
kompleks sehingga diperlukan beberapa adaptasi baik
morfologi, fisiologi, maupun reproduksi terhadap kondisi
tersebut. Beberapa adaptasi yang dilakukan terutama untuk
beberapa aspek sebagai berikut :
Bertahan dengan konsentrasi garam tinggi
Pemeliharaan Air Desalinasi
Spesialisasi Akar
Reproduktif
Respon Terhadap Cahaya
• Peranan Mangrove
 Fungsi Biologi
 Fungsi Fisik
 Fungsi Ekonomi
BIOTA AIR TAWAR
 Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Air tenang (lentik) misalnya: danau, rawa.
• Air mengalir (lotik) misalnya: sungai, air terjun.
 Ciri-ciri ekosistem air tawar:
• Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari
kadar garam protoplasma organisme akuatik.
• Variasi suhu sangat rendah.
• Penetrasi cahaya matahari kurang.
• Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
 Flora ekosistem air tawar:
• Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar,
tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah
(jamur, ganggang biru, ganggang hijau).
•
•
•
•
KOMUNITAS LENTIK
Sifat Komunitas di Zona Litoral
1.Produsen
Produsen di zona litoral terdiri ari 2 tipe : yang berakar atau
tanaman bentik, kebanyakan anggota division
Spermathophyta (tanaman berbiji) dan fitoplankton, atau
tanaman hijau yang mengapung, kebanyakan ganggang.
Tipe-tipe utama ganggang adalah :
Diatome (Bacillariaceae), dengan cangkang silica yang
menyerupai yang menyerupai kotak dengan pigmen kuning
atau coklat di dalam kromatofora yang menutupi korofil.
Ganggan hijau (chlorophyta), termasuk sel tunggal sperti
desmid, bentuk benang yang terapung atau terikat, dan
berbagai bentuk koloni yang terapung.
Ganggang hijau-biru (Cyanophyta), merupakan ganggang sel
tunggal yang sederhana atau membentuk koloni dengan
klorofil yang tersebar tertutup oleh pigmen biru-hijau.
2. Konsumen
Zona litoral merupakan daerah yang dihuni oleh lebih
banyak jenis binatang dibandingkan dengan zona yang
lain. Kelima kebiasaan hidup terwakili dengan baik,
dan semua Phyla yang mempunyai wakil dalam air
tawar kebanyakan ada disini.
• Sifat Komunitas di Zona Limnetik
Zona limnetik adalah air yang terbuka
sampai ke kedalaman yang masih dapat
ditembus oleh cahaya.
Air ini terdiri dari produser-produser
planktonik, khususnya diatom dan spesies
alga hijau dan alga hijau-biru. Fitoplankton
produsen dari daerah perairan terbka terdiri
dari 3 kelompok ganggang yang telah
dipaparkan di atas dan flagellate hijau
yang serupa dengan ganggang terutama
Dinoflagellata, Euglenidae dan Volvocidae.
• Sifat Komunitas di Zona Profundal
Zona profundal terjadi di air terbuka di bawah
zona limnetik. Zona ini mungkin relatif kecil
dalam kolam, meskipun zona ini kemungkinan
merupakan volume air yang besar di danaudanau yang sangat dalam.
Komunitas utama terdiri dari bakteri dan jamur,
yang terutama banyak di pertemuan antara air
dan lumpur dimana bahan organic tertimbun.
Komunitas biotik di aliran sungai amat berbeda dengan yang
ada di kolam, bahkan bila identifikasi tanaman rendah
dilakukan sampai marga.
(1) arus adalah faktor yang paling mengendalikan dan
merupakan faktor pembatas di aliran air;
(2) pertukaran tanah-air relatif lebih ekstensif pada aliran air,
yang menghasilkan ekosistem yang lebih “terbuka” dan suatu
metabolisme komunitas tipe “heterotrofik”. Aliran air
mempunyai produsen sendiri, seperti ganggang hijau yang
melekat (Cladophora yang mempunyai serabut panjang),
diatome yang bertutup keras yang menutupi berbagai
permukaan, lumut air dari marga Fontilanis dan beberapa
marga yang lainnya yang menutupi batu bahkan pada aliran
air yang paling deras;
(3) tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air, dan
stratifikasi termal maupun kimiawi tidak ada atau dapat
diabaikan.
 Definisi
Ekosistem hutan payau adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah
pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi
oleh pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah
berlumpur, berpasir, atau lumpur berpasir.
 Vegetasi
Vegetasi yang terdapat dalam ekosistem hutan payau didominasi oleh
tetumbuhan yang mempunyai akar napas atau pneumatofora (Ewusie,
1990). Di samping itu, spesies tumbuhan yang hidup dalam ekosistem
hutan payau adalah spesies tumbuhan yang memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada
kondisi lingkungan yang demikian, sehingga spesies tetumbuhannya
disebut tumbuhan halophytes obligat .
• Tetumbuhan yang ada atau dijumpai pada ekosistem hutan
payau terdiri atas 12 genus tumbuhan berbunga antara
lain genus Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera,
Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aigiceras,
Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus.
• Ekosistem hutan payau di Indonesia memiliki
keanekaragaman spesies tumbuhan yang tinggi dengan
jumlah spesies tercatat sebanyak lebih kurang 202 spesies
yang terdiri atas 89 spesies pohon, 5 spesies palem, 19
spesies liana, 44 spesies epifit, dan satu spesies sikas.
Spesies-spesies pohon utama di daerah payau pada
umumnya membentuk tegakan murni dan merupakan ciri
khas komunitas tumbuhannya. Spesies-spesies pohon
utama itu di antara lain Avicenniasp., Sonneratia sp.,
Rhizophora sp., dan Bruguiera sp. dan lain-lain.
•
•
•
•
Jalur-jalur atau zonasi vegetasi hutan payau masingmasing disebutkan secara berurutan dari yang paling
dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut:
Jalur pedada yang terbentuk oleh spesies tumbuhan
Avicennia sp. dan Sonneratia sp.
Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan
Rhizophora sp. dan kadang-kadang juga dijumpai
Bruguiera sp., Ceriops sp., dan Xylocarpus sp.
Jalur tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan
Bruguiera sp., dan kadang-kadang juga dijumpai
Xylocarpus sp., Kandelia sp., dan Aegicera sp.
Jalur transisi antara hutan payau dengan hutan
dataran rendah yang umumnya adalah hutan nipah
dengan spesies Nypa fruticans.
 Peranan
Ekosistem hutan payau tersebut memiliki fungsi yang sangat
kompleks, antara lain sebagai peredam gelombang laut dan
angin badai, pelindung pantai dari proses abrasi dan erosi,
penahan lumpur dan penjerat sedimen, penghasil detritus,
sebagai tempat berlindung dan mencari makan, serta tempat
berpijah berbagai spesies biota perairan payau, sebagai
tempat rekreasi, dan penghasil kayu. Di samping itu,
ekosistem hutan payau juga sebagai tempat atau habitat
berbagai satwa liar, terutama spesies burung atau aves dan
mamalia.
• Definisi dan Macamnya
Estuaria (aestus, air pasang), menurut definisi
yang dimodifikasikan dari Prichard (1967) adalah
suatu badan air pantai setengah tertutup yang
berhubungan langsung dengan laut terbuka jadi
sangat berpengaruh oleh gerakan pasang surut,
dimana air laut bercampur (dan biasanya bila
diukur, lebih cair) dengan air tawar dari buangan
air daratan.
•
•
•
•
Dari sudut geomorfologi, Pritchard (1967)
menganggap sesuai membagi empat subdivisi
estuaria sebagai berikut:
Lembah sungai yang tergenang, adalah yang
paling luas berkembang di sepanjang garis pantai
dengan daratan pantai yang relatif rendah dan
lebar.
Estuaria jenis fyord adalah pantai yang dalam,
berbentuk U melesak ke bawah karena pengaruh
glasial, dan biasanya dengan bentuk yang dangkal
pada mulutnya, yang terbentuk oleh timbunan
glasial.
Estuaria bentukan tanggul (bar-built) adalah
cekungan yang dangkal, seringkali sebagian
tergenang pada saat air surut, tertutup oleh
serangakaian tanggul lepas pantai (off-shore
bars) atau pulau-pulau penghalang (barrier
island).
Estuaria bentukan proses tektonik adalah pantai
yang menurun yang terbentuk oleh adanya
kelainan geologi atau penurunan setempat, sering
 Dari sudut hidrografi, estuaria dapat digolongkan menjadi
3 kategori luas.
• Estuaria stratifikasi tinggi atau “saltwedge”.
• Estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang.
• Estuaria yang tercampur sempurna atau homogen vertikal.
 Estuaria sebagai kelas habitat, penggolongannya sebagai
ekosistem produktif alami:
1. Estuaria adalah suatu perangkap nutrient (nutrient trap),
sebagian bersifat fisik (terutama pada jenis-jenis yang
berstratifikasi) dan sebagian lagi bersifat biologi.
2. Estuaria mendapat keuntungan dari keragaman jenis
produsen “yang terprogram” untuk berfotosintesis
sepanjang tahun. Estuaria seringkali memiliki semua tiga
jenis produsen yang menguasai dunia, yaitu makrofit
(ganggang, rumput laut, dan rumput di paya-paya), mikrofit
bentik, fitoplanton.
3. Peranan pentingnya gerakan pasang surut dalam
menimbulkan suatu ekosistem dengan permukaan air .
 Peranan Estuaria
• Peranan Estuaria dikenal sebagai daerah/ wilayah perairan yang subur dan mempunyai
produktifitas yang tinggi sebagai pendukung fito-zoo plankton
• Odum (1971): perairan estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan
produktifitasnya tinggi dan subur sehingga merupakan daerah asuhan (Nurcery Ground)
berbagai jenis organisme
— Mc Connughey (1974): sekitar 90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup di air
tawar atau air laut bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat perawatan telur,
mengasuh larva dan tempat mencari makan.
— Hurabarat dan Evans (1985): ada 4 faktor yang menyebabkan daerah estuaria mengalami
nilai produktifitas yang tinggi:
• Terjadinya penambahan bahan –bahan organik secara terus-menerus yang berasal dari
aliran sungai.
• Perairan estuaria umumnya dangkal sehingga cukup menerima sinar matahari untuk
mendukung kehidupan organisme.
• Perairan estuaria merupakan daerah yang relatif kecil menerima aksi gelombang sehingga
detritus dapat menumpuk di dalamnya.
• Aksi pasang surut selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada di dalamnya.
•
•
•
•
•
Definisi Terumbu Karang
Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang
terumbu, dan terumbu karang.
Terumbu (Reef)
Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang
terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan
air.
Karang (Coral)
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo
Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang
tunggal umumnya disebut polip.
Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga
sebagai karang hermatipik (hermatypic coral).
Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota
laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu
dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di
dasar lainnya serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.
Terumbu karang tersebar secara luas di perairan
dangkal dari laut yang hangat, seperti yang
diungkap oleh Johannes (1970). Karang dibagi
menjadi tiga tipe (1) “barrier reef” yang
mengelilingi benua, (2) “fringing reef” yang
mengelilingi pulau, (3) atol, bukit karang yang
berbentuk tapal kuda dan pulau dengan danau di
tengahnya.
Terumbu dibangun sampai ke permukaan air
dengan jalan penumpukan biologi kalsium
karbonat. Pulau-pulau dapat terbentuk pada
terumbu akibat menurunnya permukaan laut (atau
naiknya penyangga gunung berapi), atau sebagai
hasil hempasan ombak dan ulah angin yang
menumpuk bongkahan pecahan terumbu dan
pasir karang di atas permukaan laut sehingga
tumbuh-tumbuhan darat dapat mulai
pertumbuhannya.
• Meskipun karang adalah binatang (phylum Coelenterata),
terumbu karang bukanlah komunitas heterotrofik, melainkan
suatu ekosistem lengkap dengan struktur trofik yang
mencakup biomasa tumbuh-tumbuhan hijau yang banyak. Lagi
pula meskipun batu karang (Anthozoa dari ordo Sceleratina,
tetapi termasuk juga beberapa jenis dari kelompok
Coelenterata lainnya) adalah kontributor utama pada dasar
kapur, ganggang merah mungkin sangat pentingnya, terutama
pada bagian terumbu karang yang mengarah ke laut, karena
lebih tahan terhadap hempasan gelombang. Ganggang ini tidak
hanya membantu pada struktur terumbu, tetapi juga dalam hal
prodeksi primer. Jadi, apa yang dimaksud terumbu karang,
sebenarnya adalah terumbu ganggang.
• Satu macam ganggang, yang biasa disebut zooxanthellae,
hidup di jaringan polip karang, sedangkan jenis lainnya hidup di
sekitar dan di bawah kerangka yang dari binatang. Masih jenis
ganggang yang lain, ada yang lunak dan ada yang keras,
terdapat di mana-mana di atas dasar kapur. Pada siang hari
ganggang yang sebenarnya lembaran terusan menyerap cahaya
matahari tropika dan memproduksi makanan dalam kecepatan
tinggi.
Tipe-tipe Terumbu Karang
• Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus
berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulaupulau besar.
• Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif
jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas
dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman
hingga 75 meter.
• Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang
mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang
tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan
dengan daratan.
Download