sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ISSN 0216-1877 Oseana, Volume XXII, Nomor I, 1997 : 31 - 39 MENGENAL LEBIH DEKAT TRIGER KEMBANG (Balistoides conspicillum BLOCH & SCHNEIDER), SUKU BALISTIDAE By Yahmantoro dan Herri Sugiarto 1) ABSTRACT Balistoides conspicillum or known as "clown triggerfish" is one of the most expensive ornamental fish species in the ornamental fish market. Except fishermen and fish hobbiest, this species is least known by many people. The authors, therefore, would like to present information on habitat and distribution of this species around Indonesian waters. This article also described its shape, colour, food habit and behavior. undulatus (triger liris), Melichthys vidua (triger kaca), Odonus niger (triger biru atau triger gigi merah), dan Balistoides conspicillum ("triger kembang" atau "triger jagung"). Sebetulnya masih banyak jenis-jenis triger lain yang kurang populer di dalam masyarakat nelayan, sehingga tidak disinggung di dalam tulisan kali ini. Diantara jenis-jenis tersebut, penulis sengaja memilih "triger kembang" atau triger jagung" sebagai pokok bahasan, karena jenis ini memiliki keunikan tersendiri dari segi bentuk tubuh, warna, tingkah laku maupun pola hidupnya. Sudah banyak penelitian mengenai ikan-ikan karang yang dilakukan oleh para peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan penelitian yang khusus mempelajari mengenai jenis PENDAHULUAN Triggerfish yang lazim disebut ikan triger atau ikan pakol termasuk ke dalam jenis ikan laut dari suku Balistidae. Ikan ini hidup di perairan dangkal, terutama ikan-ikan muda (juvenile) banyak dijumpai di rataan terumbu karang perairan tropis. Individuindividu yang berukuran besar memilih habitat yang lebih dalam yaitu ke luar tubir karang dan mencapai kedalaman lebih dari 30 meter. Di Indonesia, ada beberapa jenis ikan triger yang dikenal oleh masyarakat nelayan atau pecinta ikan hias. Jenis-jenis yang sudah banyak dikenal oleh para pecinta ikan hias tersebut antara lain adalah Balistapus 31 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Balistoides conspicillum atau "triger kembang" belum banyak dilakukan di Indonesia. Sehingga untuk melakukan studi pustaka, bahan-bahan yang dapat diperoleh masih sangat terbatas. Dengan keterbatasan tersebut, penulis mencoba mengulas serba-serbi ikan "triger kembang" dan diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca atau penggemar ikan hias. dengan permukaan yang ditumbuhi oleh duriduri sehingga terasa kasar bila diraba dengan tangan. Sisik-sisik yang terdapat di bagian belakang insang berukuran lebih besar, dan tumbuh menjadi lempengan-lempengan keras seperti tulang. Hidungnya sedikit memanjang ke depan terletak pada satu garis lurus apabila ditarik garis dari ujung moncong sampai pada bagian dorsal (sirip punggung) pertama. Terdapat celah yang agak dalam terletak pada bagian kepala di depan lingkar mata (pupil). Pada bagian sisi kanan dan sisi kiri pangkal ekornya (peduncle), tumbuh sederetan duri-duri yang kokoh dan sedikit melengkung mengarah ke bagian kepala (antrospint). Deretan duri tersebut membentuk baris horizontal dengan susunan dua setengah penggal deretan di tiap-tiap sisinya (Gambar 1). Ikan ini disebut dengan "Trigger" sebab duri dorsal pertama (I) atau duri sirip punggung pertamanya sedikit melengkung, dan dapat digerakkan naik turun atau membuka menutup seperti gerakan picu sebuah senapan. MORFOLOGI DAN SISTEMATIKA Dalam masyarakat ilmiah ikan ini dikenal dengan sebutan Balistoides conspicillum. Sedangkan masyarakat Inggris lebih mengenal dengan nama "Clown triggerfish". Tubuhnya berbentuk bulat panjang sedikit gepeng (elongate - oval - compressed). Gurat sisi (garis lateral) dari ikan ini tidak tampak jelas. Seluruh tubuhnya bersisik. Semakin ke belakang sisik-sisiknya semakin kecil 32 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Warna dasar tubuhnya kecoklatan, dikombinasi warna hitam dan kuning di bagian atas. Bulatan-bulatan berwarna putih kekuning-kuningan mendominasi bagian bawah tubuh sampai ke bagian perutnya. Sedangkan di bagian bawah sirip punggung bagian depan berwarna pucat bercampur bintik-bintik kecil warna gelap memberikan tanda tersendiri dari jenis "triger jagung" atau "triger kembang". Sebuah lingkaran berwarna kuning melingkan moncongnya dan diikuti di belakangnya oleh lingkaran serupa dengan ukuran sedikit lebih sempit. Sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sedangkan pangkal ekornya gepeng. Secara sistematik dalam dunia binatang kedudukan ikan ini adalah sebagai berikut. keras dan 25 - 27 duri lemah. Pangkal duri-duri sirip punggung pertama ikan ini seperti mempunyai engsel, sehingga dapat membuka dan menutup secara mudah. Pada pangkalnya terdapat lekukan yang merupakan tempat apabila duri-durinya melipat. Duri paling depan dari sirip punggung berukuran paling panjang, yaitu lebih kurang 1,5 kali panjang hidung diukur dari ujung moncong sampai batas lingkar mata (pupil) bagian depan. Siripsirip dadanya tumbuh dengan baik dikedua sisi tubuhnya tepat di belakang lubang insang (operculum). Tiap-tiap sirip dada terdiri atas 1 duri lemah yang tidak beruas dan tidak bercabang serta 13 duri lemah yang beruas dan bercabang. Sirip-sirip ini dihubungkan oleh selaput tipis sehingga terbentuk satu rangkaian yang menyerupai kipas. Sirip duburnya tumpul, terdiri atas 1 duri lemah yang tidak bercabang dan tidak beruas serta 20 duri halus yang bercabang dan beruas-ruas. Sedangkan sirip perutnya hanya terdiri satu buah duri dengan selaput tipis yang langsung melekat pada bagian perutnya. Di sekeliling pangkal duri ini terdapat bulu-bulu halus sampai agak kasar. Lubangnya insangnya (gill opening) berbentuk celah meiintang terletak di belakang mata dan di depan sirip dada. Sirip ekor tumpul berturut-turut berwarna gelap, terang, gelap, dan diakhiri warna putih bening di tepi bagian ujungnya. Seluruh sirip-sirip ikan ini mudah digerakkan, berwarna putih bening kecuali pada bagian sirip punggung pertama dan sebagian besar sirip ekornya berwarna agak gelap (Gambar 2). Bibirnya tipis, mudah membuka dan menutup. Dengan berenang atau menyelam bersamanya kita bisa melihat dengan jelas gigi-giginya yang berwarna putih. Giginya tajam seperti pahat-pahat kecil, membentuk deretan yang rapih di kedua rahangnya Sirip punggungnya (sirip dorsal) terbagi menjadi dua bagian, yaitu sirip punggung bagian pertama di depan dan sirip punggung bagian ke dua di belakangnya. Tiap-tiap bagian sirip ini memiliki duri dengan bentuk dan jumlah tertentu dengan cara penulisan tertentu pula. Dalam deskripsi taksonomi sirip-sirip ini diberi notasi D. IH;2, 23 - 25 yang maknanya, sirip punggung bagian depan semuanya berupa duri keras berjumlah 3 buah, sedangkan sirip punggung belakang terdiri atas 2 duri lemah yang tidak beruas dan tidak bercabang serta 23 - 25 duri lemah yang beruas dan bercabang. Semua duri dan kedua bagian sirip punggung ikan ini dihubungkan oleh selaput tipis (membran), sehingga membentuk satu rangkaian yang beranggotakan masing-masing 3 buah duri 33 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 2. "Triger kembang" Balistoides conspicillum dengan kombinasi warna yang memberikan ciri-ciri khusus. Enggano (Bengkulu), dan perairan Ujung Kulon (Pulau Panaitan dan Pulau Peucang). Perairan Indonesia bagian tengah diwakili oleh perairan Pulau Bali, perairan Pulau Moyo dan Pulau Rinca (Nusa Tenggara), perairan Taka Bonerate dan Pangkep (Pulau Kapoposang dan Barang Lompo) di Sulawesi Selatan, Kepulau Tukang Besi atau Pulaupulau Wakatobi (Sulawesi Tenggara), kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah), perairan Pulau-pulau Tiga dan perairan Bunaken (Sulawesi Utara). Sedangkan perairan Indonesia bagian timur diwakili oleh perairan Lucipara laut Banda, perairan Pulau Wetar di Maluku Tenggara, dan perairan Teluk Cendrawasih di Irian Jaya. Dan hasil pengamatan ikan-ikan karang SEBARAN "Triger kembang" banyak dijumpai di perairan dangkal daerah tropis mulai dan pantai timur Afrika sampai di perairan Samoa dan Fiji (WEBER & DE BEAUFORT 1962; MUNRO 1967). Di Indonesia ikan ini banyak ditemukan di rataan terumbu karang, terutama di daerah yang kondisi karangnya masih sangat baik atau relatif baik (MASUDA et al. 1990). Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh para peneliti Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI mencatat keberadaan ikan ini ditempat-tempat sebagai berikut : Perairan Indonesia bagian barat diwakili oleh perairan Pulau We (D.I. Aceh), perairan Pulau Nias (Sumatera Utara), perairan Pulau Siberut (Sumatera Barat), perairan Pulau 34 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id menunjukkan bahwa di perairan Kawasan Timur Indonesia ikan "triger kembang' lebih sering dijumpai dari pada di perairan Barat Indonesia. Di perairan Banggai, perairan Lucipara di Laut Banda, perairan Pulau Wetar di Maluku Tenggara dan di Teluk Cendrawasih misalnya jenis Balistoides conspicillum dapat dijumpai hampir di semua lokasi penyelaman (Gambar 3). Mulai dari kedalaman 3 meter (individu berukuran kecil) sampai daerah tubir pada kedalaman lebih dari 30 meter (individu berukuran besar) banyak dijumpai ikan triger jenis tersebut di atas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena kondisi terumbu karangnya masih sangat baik, air jernih dan aktivitas penangkapan ikan bias relatif rendah. Ikan-ikan triger dan jenis-jenis lain penghuni terumbu karang sangat menyukai perairan yang alami, jernih, dan bebas dari pengaruh aktivitas manusia (RANDAL et al. 1990). Di daerah-daerah yang disebut belakangan ini, ikan triger kembang terlihat berenang-renang di antara koloni karang-karang hidup. Ikan-ikan tersebut nampak lebih jinak seperti hewan penghuni akuarium (Gambar 4). Hal ini disebabkan karena di kawasan tersebut jarang sekali diusik dan diganggu oleh manusia. Sedangkan di perairan Kepulauan Seribu dan Karimunjawa, ikan "triger kembang" sudah sulit dijumpai. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh karena aktivitas penangkapan ikan hias di kedua perairan ini sangat tinggi. Disamping aktivitas penangkapan yang terus meningkat, pertumbuhan terumbu karang dan kondisi air di Kepulauan Seribu dan Karimunjawa tidak sebaik kondisi yang ada di perairan Indonesia Bagian Timur. Gambar 3. Lokasi ditemukannya ikan "Triger kembang" (*) di perairan Indonesia. 35 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 4. Ikan "Triger Kembang" ukuran kecil dapat hidup bersama dengan jenis ikan lain dalam akuarium MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN ikan-ikan kecil. Demikian juga di akuarium, ikan jenis ini biasa diberi pakan segar berupa rebon atau ikan-ikan kecil, dan sulit menerima pakan berupa pelet seperti pakan yang biasa diberikan pada jenis-jenis ikan hias lainnya. Semakin lama "triger kembang" dipelihara dan hidup di dalam akuarium maka semakin jinak, namun semakin galak dan rakus sehingga ikan ini tidak sungkan-sungkan memangsa hewan lain sesama penghuni akuarium (informasi dari pengelola akuarium). Oleh karenanya hanya spesimen (individu) kecil saja yang bisa dipelihara bersama dengan jenis-jenis lain dalam satu akuarium (Gambar 5). Kemudian untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh sifat-sifat kanibalisme dari ikan ini, pedagang ikan hias biasanya memisahkan individu besar dari jenis-jenis ikan lainnya. Ikan triger termasuk hewan pemakan daging (karnivora), Nelayan pancing dengan umpan udang atau daging ikan, sering mendapatkan ikan-ikan triger. Jenis-jenis yang mudah tertangkap dengan pancing antara lain "triger liris" (Balistapus undulatus), "triger biru" (Odonus nigef) dan "triger kaca" (Mylichthys vidua). Sedangkan untuk "triger kembang" atau jenis Balistoides conspicillum yang juga disebut "clown triggerfish" sangat jarang tertangkap dengan pancing. Hal tersebut disebabkan karena populasi "triger kembang" kelihatannya tidak sebanyak jenis-jenis yang lain dari suku Balistidae. Di alam. "tiger kembang" mencari mangsa di rataan terumbu karang berupa 36 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 5. Diantara karang-karang pada rataan terumbu, ikan "Triger kembang" masih banyak ditemukan di perairan Pulau Wetar (Maluku Tenggara). sifat kanibalisme ikan "triger kembang" mudah diatasi dengan cara memisahkan jenis yang satu ini dengan jenis-jenis lainnya. Dunia pariwisata terutama wisata bahari dan maraknya pasaran ikan hias akhirakhir ini membawa pengaruh bertambah banyaknya jenis-jenis ikan yang dijual belikan. Ikan-ikan yang memiliki warna dan penampilan menarik seperti ikan "triger kembang" sangat disukai oleh penggemarnya. Nilai jualnya menjadi tinggi bahkan konon kabarnya paling tinggi diantara ikan-ikan hias laut lainnya. Para pedagang ikan hias menetapkan harga satu ekor ikan Balistoides conspicillum ukuran panjang minimal 25 cm mencapai Rp. 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) dari nelayan penangkap (Tabel 1) Sedangkan harga eksport penulis tidak berhasil mendapatkan nilai yang pasti. PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN Pada mulanya ikan triger jenis Balistoides conspicillum atau "triger kembang" tidak dikelompokan ke dalam kelompok ikan hias laut sebagaimana kelompok ikan kepekepe dan ikan hias lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan pengenalan akan keanekaragaman jenis ikan hias laut belum sebanyak sekarang ini. Selain alasan tersebut, penyebab lainnya adalah karena ikan ini termasuk ikan yang sering menyerang dan memangsa sebangsanya terutama yang berukuran lebih kecil. Kebiasaan demikian ini tentunya dapat mengakibatkan kerugian para pecinta apalagi para pengusaha ikan hias. Namun sekarang anggapan ini sirna sejalan dengan kemajuan pengetahuan dalam bidang akuarium. Sifat- 37 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Tabel 1. Daftar harga ikan hias laut dari nelayan penangkap (Sumber diperoleh dari PT. Intinental Pri Jakarta Tahun 1995) triggerfish" dan dijadikan pengisi akuarium. Ikan ini tergolong bandel, tahan terhadap perubahan-perubahan kondisi air di dalam akuarium yang tidak terialu ekstrim. Olah gerak ikan ini sangat lucu nampak malu-malu sedikit kocak seperti badut yang sedang beraksi. Sifat-sifat ini mempengaruhi para pecinta ikan hias untuk memiliki "Clown 38 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Nelayan ikan hias laut umumnya menangkap ikan "triger kembang" untuk memenuhi pesanan pecinta dan pedagang ikan hias. Alat tangkap yang biasa digunakan adalah jaring ikan-ikan karang dan bubu dengan diameter mata alat tangkap yang telah disesuaikan dengan ukuran ikan. Permintaan pedagang semakin banyak sehingga aktivitas penangkapan yang dilakukan nelayan terus bergerak naik. Sasaran perdagangan "Clown triggerfish" selain konsumen lokal adalah negara-negara yang relatif lebih maju tingkat perekonomiannya. Negara-negara tujuan seperti Amerika, Hongkong, Jepang dan Taiwan adalah negara-negara pelanggan utama ikan "trigger kembang" (Informasi dan PT. Intinental Pri.). Perusahaan yang bergerak dalam perdagangan ikan hias ini sudah cukup berpengalaman dalam pengepakan (mengemas) dan pengiriman jenis-jenis biota laut ke manca negara. Negara tujuan Amerika Serikat misalnya, dalam tiap dua pekan mendapat kiriman 10 sampai 20 ekor ikan Balistoides conspicillum. Apabila informasi tersebut benar berarti dalam satu bulan 20 sampai 40 ekor (240 sampai 480 ekor setahun) ikan triger yang satu ini memasuki pasaran Amerika. Cukup tinggi nilai rupiah yang dihasilkan dari salah satu jenis kekayaan alam laut kita sebagai sumber devisa di sektor perikanan. Temuan sementara terutama di perairan Pulau-pulau Seribu dan Karimunjawa, "triger kembang" sudah sulit dijumpai diduga berkaitan erat dengan tingginya permintaan pasar. Kejadian ini menjadi menarik dan perlu mendapatkan perhatian. Dari segi penghasilan khususnya pelaku bisnis ikan hias dan nelayan ikan hias dapat menikmati jasa "triger kembang". Namun dari sisi lain sumber alam laut jenis apa saja pada saatnya akan mengalami penurunan, atau mungkin kepunahan apabila teijadi kasus tangkap lebih. Kondisi seperti ini barangkali patut dicatat dan diperhatikan serta diwaspadai terutama oleh para pemerhati lingkungan khususnya lingkungan laut dan pemerintah untuk lebih bijak dalam mengelola ikan ini. Pada akhimya sudah tiba saatnya pemikiran-pemikiran kearah pembudidayaan jenis ikan hias ini. Semoga informasi yang nngkas ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. DAFTAR PUSTAKA MASUDA H; K. AMAOKA; C. AROGA; T. UYENO and T. YOSHINDO 1990. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai Univ. Press : 437 pp. MUNRO LS.R. 1967. The fishes of New Guinea. Dept. of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea : 651 pp. RANDAL J.E.; G.R. ALLEN and R.C. STEENE 1990. Fishes of the Great Barrier Reef and Coral Sea. Crawford House Press, Bathurst : 507 pp. WEBER, M. and L.F. DE BEAUFORT 1962. The fishes of the Indo - Australian Archipelago. E. J. Brill, Leiden XI : 481 pp. 39 Oseana, Volume XXII no. 1, 1997