DIA Patut Dipuji Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:03 Di antara para tokoh Alkitab, Daud merupakan seorang tokoh legendaris yang mengajar kepada kita tentang puji-pujian dan penyembahan melebihi tokoh-tokoh lain. Ia berbicara dengan penuh kuasa tentang cara mengungkapkan kasih kepada Allah. Ia berbicara tentang bagaimana memuji Allah yang Hidup. Ia berbicara tentang bagaimana berkomunikasi dengan Allah yang penuh Kasih dan Adil. Ia juga berbicara tentang Allah Yang mengampuni dan sekaligus Allah Yang menghakimi. Rasanya Daud begitu dekat sekali dengan Allah yang di sembahnya. Ada orang mengatakan bahwa Mazmur 150 yang kita baca ini ibarat sebuah kelompok orkestra yang dipersiapkan untuk menaikkan pujian-pujian, di sini semua alat musiknya sudah sudah ada; Sangkakala, Gambus, Kecapi, Rebana, Seruling, Ceracap, bahkan Tari-tarian. Timbul pertanyaan dalam hal ini, mengapa harus dengan bunyi-bunyian musik seperti ini untuk memuji Tuhan? Mengapa harus memakai alat-alat musik yang sedemikian banyak? Jawaban yang paling sederhana ialah "Sebab segala perbuatan-Nya yang sangat besar, maka kita patut memuji Dia". Karya Allah sangat Besar. Kuasa-Nya Besar, Kasih-Nya Besar. Itulah sebabnya Pujilah Dia. Sekarang muncul lagi pertanyaan, apa sebenarnya pujian itu? Setiap kamus akan menjelaskan kepada kita bahwa "pujian" adalah pengakuan akan segala kebaikan, mengaku sesuatu itu lebih hebat dan dahsyat. Di dalam kekristenan pujian itu tentunya lebih dari sekadar kata "puji", tatkala kita "memuji" Tuhan, itu berarti kita yang sebagai manusia harus dengan penuh kerendahan datang kehadirat-Nya yang Maha Tinggi, karena Dia Segalanya. Jikalau dalam suatu pertemuan dan di situ ada seseorang bernyanyi, berpidato, berkhotbah, memimpin koor (paduan suara), atau memainkan piano dengan baik. Kemudian kita mendekati dia sambil berkata "saya memuji anda, saya memuji anda". Ini bukan pujian, sebab orang yang engkau puji tidak mengetahui mengapa engkau memuji dia. Tetapi pujian itu akan lebih tepat apabila disertai syarat yakni saya memuji engkau karena ,............ jadi kita harus sebutkan alasannya. Memuji karena apa? Lalu yang seharusnya kita ucapkan adalah demikian, "ketika anda mulai menyanyi; hati saya sungguh tersentuh dan terharu, itulah sebab saya memuji engkau, ternyata nada suara anda dan nyanyian yang anda nyanyikan itu sangat bagus". Contoh lain, misalnya kita melihat seorang ibu yang sedang berjalan bersama anaknya yang mungil dan cantik. Lalu kita berkata "Oh nyonya, saya memuji anda, saya memuji anda". Maka barang-kali ibu itu akan berkata "Kamu sudah gila ya?" atau mungkin ibu itu akan mengatakan "Saya sudah bersuami, Tahu !!." Tentu akan terjadi salah paham. Seharusnya kita berkata demikian "Manis sekali anak ini, lucu ya? Saya senang", inilah pujian kita. Hari ini ada berapa banyak pujian kita kepada Allah yang mempergunakan kata "Memuji", tetapi sesungguhnya tidak pernah mengungkapkan suatu alasan yang benar untuk memuji. Kata-kata itu hanya bagai kotak kosong demikian kata seorang penulis buku Kristen. Bila ada seseorang mengatakan "Puji Tuhan", maka barangkali kita harus membalsnya dengan mengatakan: "Tunggu sebentar, mengapa anda memuji 1/5 DIA Patut Dipuji Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:03 Tuhan?" Lalu dia akan menjawab, ya .. saya memuji Tuhan sebab, hm..hm, Lalu kita dengar lagi yang lain mengatakan "Haleluyah", kita bertanya lagi "Mengapa anda mengatakan Haleluyah?" Harus ada alasannya, itu baru tepat. Daud mengatakan Haleluyah karena dia tahu dan sadar mengapa ia harus berkata begitu. Daud melihat sendiri betapa Allah yang dia sembah itu penuh dengan keperkasaan. Yesaya 45:23 mencatat "Semua akan bertekuk lutut dihadapan-Nya, itulah sebabnya kita harus memuji Dia." Sedangkan di dalam Filipi 2:11 "Segala lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan." Ada orang bertanya, Tuhan, bagaimanakah caranya saya menyampaikan pujian yang baik kepada Engkau? Tatkala kita membaca Mazmur Daud ini, saya kembali disadarkan bahwa setiap pujian hendaknya ada "karena sesuatu" yakni alasannya. Kita harus tahu mengapa kita memuji Tuhan, kalau tidak demikian kita menipu diri kita sendiri; sering kali kita mengira bahwa kita sedang memuji Tuhan, padahal kita sedang mengucapkan beberapa kata kosong yang sesungguhnya tidak berarti. Seandainya saya pergi berbelanja di pasar-swalayan, lalu orang bertanya - apa yang hendak kamu beli. Lalu saya katakan tidak beli apa-apa, hanya melihat-lihat saja. Cuci mata toh!!, itu berarti tidak beli apa-apa. Sering kita berbuat demikian, kita berpikir bahwa kita sudah memuji Tuhan, padahal hanya sekadar omong kosong, sekadar cuci mata. Tidak jarang anak-anak Tuhan juga terjebak pada hal-hal yang kontras, yang bertolak belakang. Satu pihak di gereja kita memuji Tuhan. Oh, puji Tuhan, oh Haleluyah, Oh Amin. Glori Bagi Allah. Tetapi selesai kebaktian di luar sana menggerutu, "Kerusuhan lagi, Unjuk rasa lagi, Santet lagi, penjarahan lagi, Hujan lagi hari ini, sial benar hari ini. Atau panas sekali hari ini, celaka. Bahan Bakar Minyak naik lagi, harga Susu naik lagi, Sembako melonjak lagi, dollar apalagi, gawat". Sebenarnya siapakah yang menciptakan hari ini? Bukankah Tuhan yang baru tadi kita puji itu? Sungguh riskan bukan! Rasul Paulus mengatakan dalam 1 Timotius 2:1 "Pertama-tama aku menasihatkan; naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang". Bukankah sering kali pemimpin doa di gereja kita mengeluh, apa pokok doa hari ini? Sering pokok doanya yang itu saja, sudah bosan jemaat yang ikut berdoa. Yang memimpin juga membosankan, yang dipimpin apalagi. Mari, hari ini kita mulai dari pokok doa yang paling sederhana, misalnya ucapan syukur atas adanya telepon, air, listrik, dokter, sopir, keamanan dan sebagainya. Saya pikir Allah "akan merasa bosan" bila setiap kita datang kepada-Nya membawa keluhan terus-menerus, sama seperti orang yang hendak meminta-minta. Lalu sewaktu mobil kita mogok, ban gembos, jalanan macet, telepon mandeg; kita mengeluh. Tetapi kita lupa tatkala berbulan-bulan telepon di rumah kita itu berfungsi dengan baik, mobil kita lancar dan kita ternyata tidak pernah memuji-Nya. 2/5 DIA Patut Dipuji Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:03 Perhatikanlah Mazmur 8:4-5 "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" Mazmur 98:7-9a "Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama dihadapan Tuhan" Karya-karya Allah yang besar terlihat jelas di dalam Mazmur ini. Kesulitannya adalah bahwa kadang-kadang kita tidak menyadarinya. Kita senantiasa terbuai dengan keakuan kita. Jadi, keluhan, penderitaan, sakit-penyakit, dan kesulitan keuangan yang selalu kita tonjolkan. Ya, semua pengaduan kita sampaikan kepada Tuhan, karena kita sedang mengalami berbagai penderitaan. Kalau kita perhatikan kisah nabi Ayub, ia seorang yang saleh dan jujur, tetapi Tuhan ijinkan dia menderita. Tatkala Ayub mengalami semua ini, ia bukannya mengeluh kepada Tuhan, namun ada satu kalimat yang cukup menggugah kita semua, Ayub mengatakan "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan". Oh, sungguh luar biasa iman Ayub ini. Dalam Buku Puji-Pujian Kristen terbitan Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, ada sebuah nyanyian yang dikarang oleh Horatio G. Spafford yang diberi judul "Nyamanlah Jiwaku". Teksnya kira-kira begini; "Bila damai mengiring jalan hidupku Rasa aman dihatiku Dan kesusahan menimpah ku telah Kau ajar mengingat firmanMu Nyamanlah, nyamanlah Nyamanlah, nyamanlah jiwaku" H.G.Spafford (1828-1888), dilahirkan dan dibesarkan di Amerika Serikat. Spafford dengan istrinya dikaruniai empat orang anak perempuan. Keluarga ini sangat aktif melayani di gereja, baik sebagai guru Sekolah Minggu maupun sebagai pembimbing kaum muda. Pada tahun 1870-an, keluarga ini mengalami berbagai musibah, rumah mereka terbakar, usahanya bangkrut dan kesehatan istrinya sangat menurun. Dokter memberi nasehat agar istrinya beristirahat. Bapak Spafford merencanakan suatu perjalanan wisata bagi seluruh keluarganya dalam liburan ini. Ia membeli tiket kapal api Ville Du Havre. Menjelang berangkat, mendadak timbul persoalan dalam perusahaannya, sehingga Spafford terpaksa harus menunda pemberangkatannya; sementara istri dan anak-anaknya berangkat terlebih dahulu. Mula-mula kapal api Ville Du Havre berlayar dengan lancar. Tepatnya tanggal 22 Nopember 1878 tengah malam, sebuah kapal layar Inggris menabrak kapal api ini. Hanya 12 menit setelah kecelakaan ini kapal api inipun tenggelam. Dari 226 jiwa dalam kapal hanya 87 jiwa yang selamat. Ke empat anak perempuannya hilang tenggelam, mati. Istrinya saja yang selamat.`Telegrampun tiba di rumah Spafford, bunyinya singkat "Saved......alone" (Selamat, seorang 3/5 DIA Patut Dipuji Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:03 diri). Bayangkan perasaan Spafford waktu itu, duka-citanya sangat mendalam dan ia merasa sangat bersalah. Jalan pikirannya; "Seandainya ia menyertai mereka, mungkin ia dapat menyelamatkan mereka..." Namun di dalam dukanya, ayah yang malang ini tetap yakin akan iman anak-anaknya, serhingga ia merasa damai sejahtera. Horatio G. Spafford dengan segera berangkat menemui istrinya. Ia memandang samudera raya yang diperkirakan telah menjadi kubur ke empat putrinya. Lalu ia mengarang sebuah lagu yang berjudul; "Nyamanlah Jiwaku". Demikianlah lagu rohani ini lahir dari pergumulan seorang anak Tuhan yang sedang mengalami pergumulan. Seorang pernulis yang bernama Charles Spurgeon mengatakan " Tuhan tidak akan mengambil emas ditanganmu dan diganti dengan perak, tetapi Ia akan mengambil perak ditanganmu dan menggantikannya dengan emas". Apa artinya? Tuhan senantiasa akan memberikan yang lebih baik buat kita, walupun permulaannya secara manusiawi kurang baik. Memang benar, mungkin anda mempunyai suara yang merdu. Lalu kita begitu gampang menyuarakan sebuah lagu pujian, tetapi bila tidak disertai sikap memuji Tuhan, semua itu akan sia-sia belaka. Bukankah Allah telah memerintahkan supaya kita menerima keselamatan yang dari padanya secara cuma-cuma dan hanya dengan anugerahNya?. Sebab manusia sudah berdosa, semuanya tidak ada yang layak, tidak satupun orang yang layak dihadapan-Nya. Namun karena kerelaan-Nya mati di atas kayu salib, maka kita semua memperoleh keselamatan itu dan sekaligus kelayakan menghadap tahta hadirat-Nya. Oleh sebab itu maka tidak ada alasan apapun bagi kita untuk tidak memuji Dia. Seorang teman pernah datang kepada penulis, dia bilang tolong "berdoalah untukku, nanti jika penyakitku sembuh maka aku akan membayar perpuluhan untuk Tuhan dan meberikan persembahan yang banyak" Lalu saya katakan, tunggu dulu anda jangan memperhitungkan untung-rugi pada Tuhan. Itu sama saja dengan anda mau katakan, jika penyakitku sembuh maka "Puji Tuhan", tetapi jika penyakitku tidak sembuh, selamat jalan Tuhan." Atau Sayonara Tuhan. Tuhan tidak bisa dilibatkan dalam KKN istilah yang cukup terkenal saat ini, Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Kalau diberkati baru mau menyembah Tuhan, kalau tidak diberkati maka tidak menyembahNya. Itu namanya menyembah berhala. Saudara tentu mengingat cerita Daniel, di situ ada teman-temannya Sadrak, Mesack dan Abednego. Mereka dituduh dengan kesalahan tidak mau menyembah kepada raja. Hukumannya dibakar hidup-hidup dalam tungku perapian yang menyala-nyala. Mereka hanya bisa bebas bila tidak menyembah Tuhan atau menolak Tuhan. Dalam kitaab Daniel 3:17-18 demikian tekad mereka "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari tanganmu raja, tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." 4/5 DIA Patut Dipuji Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:03 Saudara, jikalau kita mau seperti Daud yang mengatakan Allah itu sungguh perkasa, maka kita pasti yakin bahwa Allah tidak akan menutup telinga-Nya untuk mendengarkan pujian kita. Marilah, pada hari ini juga kita bersyukur karena diri kita yang Tuhan ciptakan itu, untuk keluarga yang Tuhan berikan pada kita , untuk Tuhan Yesus yang hadir ke dunia menyelamatkan kita. Untuk segala sesuatu di dalam segala aspek kehidupan kita. Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. Haleluyah. 7 Juli 2003 Saumiman Saud 5/5