Jurnal Persona Jurnal Persona Volume 1 Nomor 01

advertisement
Jurnal Persona
15
POLA ASUH ORANGTUA DEMOKRATIS, EFIKASI-DIRI
DAN KREATIVITAS REMAJA
Kasiati
Guru SMAN VII Kediri
M. As’ad Djalali
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya
Diah Sofiah
Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya
Abstract, Research for studies both simultaneous or partial correlation of democratic parenting and
self-efficacy to creativity. Subject are 123 mid adolescence (60 boys and 63 girls), ages from 16 to 18
years old. Data taken from scales of C.O.R.E for creativity, P.A.O.D for democatic parenting and ED-G
for self-efficacy. Result of simultaneous test is R = 0,384, F = 10,349, p = 0,000 (p < 0,05). Democratic
parenting and self-efficacy simultaneously and significant would have predicting creativity. R2 = 0,147
refer that 14,7% varians proportion on creativity would have explained from democratic parenting and
self-effiacy, other for 85,3% could explained from other factors that not analyzed. Constant of 146,671 is
score of creativity if no democratic parenting and self-efficacy. Result of partial test of democratic
parenting t = 0,420, p = 0,675 (p > 0,05). Democratic parenting partially wasn’t correlated with
creativity. Result of partial test of self-efficacy t = 4,534, p = 0,000 (p < 0,05). Self-efficacy partially was
significantly positive correlated with creativity. The findings are discussed in terms of their implications
for mid adolescent context.
Key words: creativity, democratic parenting, self-efficacy
Intisari, Penelitian mengkaji hubungan simultan dan parsial pola asuh orangtua demokratis dan efikasidiri dengan kreativitas. Subjek penelitian 123 remaja tengah (60 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan),
usia 16 sampai dengan 18 tahun, sekolah SMA Negeri 7 Kediri kelas XII. Data kreativitas diperoleh dari
skala C.O.R.E. Data pola asuh orangtua demokratis diperoleh dari skala P.A.O.D. Data efikasi-diri
diperoleh dari skala ED-G. Hasil uji simultan R = 0,384, F = 10,349, p = 0,000 (p < 0,01). Variabel pola
asuh orangtua demokratis dan efikasi-diri secara simultan dan sangat signifikan memprediksi kreativitas.
2
R = 0,147 menunjukkan 14,7% proporsi variasi kreativitas dapat dijelaskan melalui pola asuh orangtua
demokratis dan efikasi-diri, sisanya sebesar 85,3% dijelaskan faktor lain yang tidak dianalisis. Konstanta
146,671 adalah skor kreativitas jika tidak ada pola asuh orangtua demokratis dan efikasi-diri. Hasil uji
parsial pola asuh orangtua demokratis t = 0,420, p = 0,675 (p > 0,05). Variabel pola asuh orangtua
demokratis secara tersendiri tidak berhubungan dengan kreativitas. Hasil uji parsial efikasi-diri t = 4,534,
p = 0,000 (p < 0,01). Variabel efikasi-diri secara tersendiri berhubungan positif dan sangat signifikan
dengan kreativitas.
Kata kunci: kreativitas, pola asuh demokratis, efikasi-diri
Orang bersikap tidak berdaya, berdiam
diri, protes, menggantungkan harapan datangnya
inspirasi cerdas dari orang pintar dan para
pemimpin. Masalah yang dihadapi seharusnya
mendorong banyak ide, gagasan, dan solusi kreatif
(Rachman & Savitri, 2011). Kesejahteraan dan
kejayaan masyarakat dan negara tergantung pada
sumbangan kreatif berupa ide-ide, penemuan dan
teknologi baru dari masyarakatnya (Heller dalam
Suharnan, 2000).
Kreativitas
tidak
datang
dengan
sendirinya, namun perlu dikembangkan sejak dini
(Icai , 2011). Potensi kreatif remaja akan aktual
dalam bentuk perilaku, karena adanya rasa aman
dan bebas (Hurlock dalam Munandar, 1999).
Kebutuhan rasa aman yang diperlukan dalam
Jurnal Persona
Volume 1 Nomor 01. Juni 2012
16
tumbuh kembang kreativitas remaja akan
terpenuhi dalam lingkungan keluarga berpola asuh
demokratis (Mappiare, 1982). Dibanding keluarga
biasa, dalam keluarga remaja kreatif tidak banyak
aturan yang diberlakukan (Dacey dalam
Munandar, 1999).
Efikasi-diri
tinggi
diteorisasikan
memfasilitasi proses perubahan perilaku melalui
pembentukan niat dan menterjemahkan niat pada
perilaku (Bandura dalam Scoltz dkk, 2007).
Efikasi-diri
didokumentasikan
berpengaruh
terhadap pendidikan, pelatihan, pengambilan
keputusan, dan kreativitas (Arnold & O'Connor,
2006). Individu menghadapi faktor penghambat
dengan alternatif berpikir kreatif untuk
mewujudkan niat yang telah direncanakan.
Penghalang tidak dapat diatasi dengan hanya
sekali berfikir kreatif, individu membutuhkan
efikasi-diri agar tetap merasa kompeten dan
efektif menghadapi berbagai situasi yang penuh
dengan tekanan (Schwarzer dkk, 1997). Bila
alternatif-alternatif
yang
ditempuh
tidak
menyelesaikan masalah, efikasi-diri mendorong
individu bergerak ke arah terobosan pemikiran
kreatif yang tidak umum dan tidak lazim dalam
menghadapi penyelesaian masalah (Guilford
dalam Munandar, 1999).
Kreativitas
Kreativitas
adalah
kemampuan
menghasilkan sejumlah besar gagasan, berubah
dari satu pendekatan ke pendekatan lainnya, dari
satu cara berpikir ke cara lainnya dan
menyediakan gagasan atau penyelesaian masalah
yang tidak jelas dan tidak umum. Proses berpikir
kreatif melibatkan Curiousity (mempertanyakan,
eksperimentasi, eksplorasi, ekspedisi); Opennes to
experiences (mencari informasi dan pengalaman,
berfantasi, pengalaman positif dan negatif,
menghargai karya seni-budaya, dan menerima
pendapat orang lain); Risk tolerance (kesediaan
mengambil resiko material, fisik, psikis dan sosial,
dan; Energy (penggunaan energi fisik dan mental)
(Suharnan, 2002).
Pola asuh orangtua demokratis
Pola asuh orangtua demokratis adalah
penerapan demokrasi dalam pelatihan anak.
Orangtua meminta remaja berpartisipasi dalam
membuat keputusan tentang keluarga dan
nasibnya sendiri; memberi penjelasan mengapa
Jurnal Persona
harus melakukan sesuatu atau mengapa tidak
diizinkan melakukan sesuatu; mendorong remaja
berpartisipasi dalam menciptakan peraturan
keluarga dan konsekuensinya bagi dirinya sendiri;
mendorong perilaku yang baik dengan penguatan
positif (Champney; Lorr & Jenkins; Baldwin
dalam Skinner dkk., 2005).
Efikasi-diri
Efikasi-diri menunjuk pada keyakinan
individu tentang kepasitasnya untuk menggunakan
kontrol peristiwa yang mempengaruhi hidupnya.
Efikasi-diri umumnya difahami sebagai perilaku
khusus dalam konteks lingkungan khusus. Efikasidiri umum menunjuk pada stabilitas dan
keyakinan global dalam kemampuan menghadapi
tekanan secara efisien (Bandura; Maddux;
Jerusalem & Schwarzer dalam Mikkelsen &
Einarsen, 2002). Efikasi-diri umum (Generalized
Self-efficacy atau Global Self-efficacy) merupakan
serangkaian keyakinan yang relatif bertahan lama
bahwa individu dapat mengatasi masalah secara
efektif dalam berbagai situasi (Oliver & Paull,
1995).
Pola asuh orangtua demokratis, efikasi diri dan
kreativitas
Rasa aman terbentuk melalui tiga proses
yang saling berhubungan, yaitu: Menerima remaja
sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya; Mengusahakan suasana yang
didalamnya tidak ada evaluasi eksternal, dan;
Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut
menghayati). Potensi kreatif membutuhkan rasa
aman. Pola asuh demokratis akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik
dengan teman, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan
koperatif terhadap orang lain (Baumrind dalam
Rusdijana, 2004).
Efikasi-diri
memungkinkan
individu
memilih latar yang menantang, menjelajah
lingkungan atau menciptakan lingkungan baru.
Rasa kompeten dapat dianggap sebagai
penguasaan pengalaman, pengalaman vikarius,
persuai verbal, atau umpan balik fisiologis
(Schwarzer dkk, 1997).
Efikasi-diri penting dalam tiga fase operasi
regulasi-diri, yaitu pemikiran ke depan (sebuah
latar tahap mengambil tindakan), kinerja (proses
Jurnal Persona
17
yang mempengaruhi perhatian dan tindakan), dan
refleksi diri (upaya untuk menanggapi) (Elias &
MacDonald, 2007). Dinamika psikologis efikasidiri dalam berbagai latar akan mendorong individu
untuk berfikir kreatif, memupuk rasa ingin tahu,
membuka diri terhadap pengalaman, toleran
terhadap resiko, dan menggunakan energi yang
dimiliki. Efikasi-diri berkaitan dengan diri dan
komponen penting sistem diri. Diri kreatif akan
menghasilkan gagasan-gagasan orisinil, baru,
berguna, efektif, dan otentik.
berpendapat skor 2, tidak setuju skor 1 dan
sangat tidak setuju skor 0.
Efikasi-diri diukur skala Efikasi-Diri
Global (ED-G) dari Jerusalem dan Schwarzer
(dalam Schwarzer dkk., 1997) versi Bahasa
Inggris yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia.
Skala terdiri dari 4-poin, sama sekali tidak benar
skor 0, agak benar skor 1, hampir benar skor 2 dan
sepenuhnya benar skor 3. Bobot faktor 10-aitem
skala efikasi-diri versi bahasa Inggris adalah 0,40
sampai dengan 0,73.
Hipotesis
1. Pola asuh orangtua demokratis dan efikasi-diri
secara simultan berhubungan positif dengan
kreativitas.
2. Pola asuh orangtua demokratis berhubungan
positif dengan kreativitas.
3. Efikasi-diri berhubungan positif dengan
kreativitas.
Hasil
Hasil uji simultan R = 0,384, F = 10,349,
p = 0,000 (p < 0,01). Variabel pola asuh orangtua
demokratis dan efikasi-diri secara simultan dan
sangat signifikan berhubungan dengan kreativitas.
R2 = 0,147 menunjukkan 14,7% proporsi variasi
kreativitas dapat dijelaskan melalui pola asuh
orangtua demokratis dan efikasi-diri, sisanya
sebesar 85,3% dijelaskan faktor lain yang tidak
dianalisis. Hipotesis pola asuh orangtua
demokratis dan efikasi-diri secara simultan
berhubungan positif dengan kreativitas, diterima.
Hasil uji parsial pola asuh orangtua
demokratis r parsial = 0,038, p = 0,675 (p > 0,05).
Variabel pola asuh orangtua demokratis secara
tersendiri tidak berhubungan dengan kreativitas.
Hipotesis pola asuh orangtua demokratis
berhubungan positif dengan kreativitas, ditolak.
Hasil uji parsial efikasi-diri r parsial =
0,382, p = 0,000 (p < 0,01). Variabel efikasi-diri
secara tersendiri berhubungan positif dan sangat
signifikan dengan kreativitas. Hipotesis efikasidiri berhubungan positif dengan kreativitas,
diterima.
Subjek
Subjek penelitian adalah 123 remaja
tengah (62 laki-laki dan 61 perempuan) usia 16
sampai dengan 18 tahun.
Alat ukur
Skala C.O.R.E (Curiosity, Opennes to
Experiences, Risk Tolerance dan Energy) dari
Suharnan (2002) digunakan untuk mengukur
kreativitas. Corrected-Item-Total-Correlation 80
aitem Skala C.O.R.E adalah 0,73 sampai dengan
0,86, reliabilitas Alpha = 0,93. Skala terdiri dari 5poin, sangat setuju skor 4, setuju skor 3, kurang
setuju skor 2, tidak setuju skor 1 dan sangat tidak
setuju skor 0.
Pola asuh orangtua demokratis diukur
dengan skala P.A.O.D. Skala terdiri dari 44 aitem
yang mengurai aspek-aspek dari Champney; Lorr
dan Jenkins; Baldwin (dalam Skinner dkk., 2005),
yaitu: Memberi pilihan; Memberi penjelasan;
Pelibatan membuat aturan berikut akibatnya, dan;
Memperkuat perilaku yang baik. Corrected-ItemTotal-Correlation 0,253 s/d 0,778, reliabilitas
Alpha = 0,749. Contoh aitem favourabel,
“Orangtua menjelaskan cara yang benar ketika
saya melakukan kesalahan.” Skala terdiri dari 5poin, sangat setuju skor 4, setuju skor 3, tidak
Pembahasan
Pola asuh orangtua demokratis dan efikasidiri secara simultan berlaku sebagai prediktor
kreativitas. Variasi tinggi rendahnya kreativitas
dapat dijelaskan melalui tinggi rendahnya
penerapan pola asuh demokratis dan tinggi
rendahnya efikasi-diri.
Hasil uji simultan dikoreksi dengan hasil
uji parsial yang menunjukkan pola asuh orangtua
demokratis tidak berhubungan dengan kreativitas.
Efikasi-diri berhubungan positif dan sangat
signifikan dengan kreativitas. Hubungan pola asuh
Jurnal Persona
Volume 1 Nomor 01. Juni 2012
18
orangtua demokratis dengan kreativitas dalam
uji simultan dimungkinkan adanya faktor efikasidiri. Hubungan parsial memberikan informasi
tidak adanya hubungan pola asuh orangtua
demokratis dengan kreativitas terjadi setelah
mengontrol efikasi-diri. Hubungan efikasi-diri
dengan kreativitas tetap terjadi dengan atau tanpa
mengontrol pola asuh orangtua demokratis.
Kreativitas merupakan faktor internal yang
tidak perlu stimulasi eksternal. Ketidakpastian
akan menimbulkan rasa ingin tahu yang
merrangsang sistem syaraf pusat. Rasa ingin tahu
akan mengarahkan individu untuk berusaha
mengurangi ketidakpastian. Teori curiosity (rasa
ingin tahu) menyatakan ketika individu
mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak
layak, atau kompleks akan menimbulkan
rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat
(http://azifahituzahirah.blogspot.com/2011/06/teo
ri-curiosity-berlyne-teori-rasa.html).
Rasa ingin tahu, keterbukaan pada
pengalaman, toleransi terhadap resiko dan energi
sebagai aspek-aspek kreativitas berfikir tidak
membutuhkan perlakuan dalam bentuk pola asuh
orangtua
demokratis.
Torrance
(1970)
menunjukkan hasil eksperimen perilaku kreatif di
dalam kelas dan di tempat lain bukan semata-mata
fungsi karakteristik individu, tetapi tergantung
juga pada dorongan, penguatan, dan nilai perilaku
seperti di lingkungan sekolah. Studi lebih lanjut
mengarah pada satu prinsip yang digunakan untuk
menciptakan suatu lingkungan, dimana nilai tinggi
ditempatkan pada kreativitas individu dalam
proses pembelajaran. Tetapi penelitian-penelitian
lain menunjukkan temuan-temuan yang tidak kuat
dan tidak selalu stabil.
Pola asuh otoriter, otoritatif dan
demokratis semuanya tidak berhubungan dengan
kreativitas remaja Pola asuh orangtua otoritatif
dan demokratis secara empiris tidak mendorong
kreativitas remaja, pola asuh otoriter tidak
menghambat kreativitas remaja (Hidayati, 2011).
Pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif tidak
berhubungan dengan kreativitas. Tidak adanya
hubungan pola asuh demokratis dengan kreativitas
kemungkinan karena orangtua pada kenyataannya
tidak dapat menggunakan salah satu pola asuh
saja. Tetapi dilihat dari rerata empirik, kreativitas
remaja dengan pola asuh permisif lebih tinggi
dibandingkan dengan pola asuh demokratis dan
otoriter (Kustiyah, 2006).
Jurnal Persona
Tidak adanya hubungan pola asuh dengan
kreativitas juga tidak konsisten. Pola asuh
orangtua permisif berdasarkan hasil observasi
diteorisasikan
lebih
berhubungan
dengan
kreativitas. Anak-anak yang telah dibesarkan
dalam gaya pengasuhan permisif sering kreatif
dan sukses akademis, dan dapat bergaul, tetapi
mengalami masalah dalam lingkaran sosial karena
tidak selalu mengerti atau dapat merespon dengan
baik terhadap arus utama perilaku orang lain. Pola
asuh permisif memungkinkan anak-anak untuk
memiliki
caranya
sendiri
(http://www.parentingstyles.co.uk/whatpermissive-parenting.html).
Tidak adanya hubungan pola asuh dengan
kreativitas
kemungkinan
karena
faktor
kepribadian orangtua, bukan masalah pola asuh
orangtua. Orangtua dari anak-anak kreatif
dilaporkan lebih banyak terlibat dalam minat dan
hobi dibanding orang tua anak-anak yang tidak
kreatif. Ibu anak-anak perempuan yang kreatif
kurang dogmatis dibanding ibu dari anak-anak
perempuan yang tidak kreatif. Kepribadian ayah
lebih terkait dengan kreativitas anak laki-laki.
Ayah anak laki-laki yang kreatif secara
keseluruhan melukis sebuah gambar yang kurang
menguntungkan bagi dirinya sendiri daripada ayah
anak-anak yang tidak kreatif, dan menyatakan
sifat-sifat seperti kemerdekaan, tanpa sosialisasi,
kemurungan, dan lain-lain (Dewing & Taft, 1973).
Hubungan searah antara efikasi-diri global
dengan kreativitas berfikir dimungkinkan karena
keduanya merupakan variabel internal. Berfikir
kreatif tidak didorong oleh faktor eksternal (pola
asuh demokratis, otoritatif, permisif ) ataupun
dibatasi pola asuh otoriter. Berfikir kreatif akan
didorong oleh adanya efikasi-diri. Analisis
hubungan efikasi-diri dengan kreativitas berfikir
sesuai dengan teori efikasi-diri yang terbingkai
dalam perspektif ideologi khusus, yaitu ideologi
diri individu, bebas dari sejarah dan hambatan
sosial, perjuangan dengan keyakinan bahwa
individu dapat menjadi pemenang melebihi orang
lain atau pencapaian orang lain. Hidup individu
diarahkan oleh keyakinan efikasi pribadinya.
Efikasi-diri mengacu pada keyakinan dalam
kapasitas individu untuk mengorganisasi dan
mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan (Franzblau &
Moore, 2001).
Jurnal Persona
Daftar pustaka
Arnold, J.A. & O'Connor, K.M. (2006). How
Negotiator Self-Efficacy Drives Decisions
to Pursue Mediation. Journal of Applied
Social Psychology, 36, 11, 2649–2669.
Dewing, K., & Taft, R. (1973). Some
characteristics of the parents of creative
twelve-year-olds. Journal of Personality,
41, 1, 71–85.
Elias, S.M., & MacDonald, S. (2007). Using Past
Performance, Proxy Efficacy, and
Academic Self-Efficacy to Predict College
Performance. Journal of Applied Social
Psychology, 37, 11, 2518–2531.
Franzblau, S.H., & Moore, M. (2001). Socializing
efficacy: a reconstruction of self-efficacy
theory within the context of inequality.
Journal of Community & Applied Social
Psychology, 11, 2, 83–96.
Hidayati, S. (2011). Kreativitas Remaja Ditinjau
dari Pola Asuh Dan Tingkat Pendidikan
Orang Tua Pada SMU Se-Kota Palangka
Raya. Tesis. Palangkaraya: STAIN-PLK.
http://stainpalangkaraya.ac.id/digilib/gdl.
php?mod=browse&op=read&id=stainplk--srihidayat-32. Unduh 30/11/2011.
http://www.parentingstyles.co.uk/whatpermissive-parenting.html.
What
is
Permissive Parenting? Unduh 12 Juni
2011.
Icai.
(2010).
Krisis
Kreativitas.
http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/19
/krisis-kreativitas/. Unduh 25 Agustus
2011.
Kustiyah (2010). Pengaruh pola asuh orang tua
terhadap
kreativitas
anak. Naskah Publikasi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma.
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya:
Usaha Nasional.
Mikkelsen, E.G., & Einarsen, S. (2002).
Relationships between exposure to
bullying at work and psychological and
psychosomatic health complaints: The role
of state negative affectivity and
generalized self–efficacy. Scandinavian
Journal of Psychology. 43, 5, 397–405.
19
Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan
Keberbakatan, Strategi
Mewujudkan
Bakat Kreatif. Jakarta: Gramedia.
Oliver, J. M., & Paull. J.C. (1995). Self-esteem
and self-efficacy; perceived parenting and
family climate; and depression in
university students. Journal of Clinical
Psychology, 51, 4, 467–481.
Rachman. L., & Savitri, S. (2011). Krisis
Kreativitas.
http://www.eileenrachman.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=125
&Itemid=9. Unduh 25 Agustus 2011.
Rusdijana. (2004). Rasa Percaya Diri Anak
Adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya.
http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/
?m=200604. Unduh 12 Juni 2011.
Scholz, U., Sniehotta, F.F., Schüz, B., & Oeberst,
A. (2007). Dynamics in Self-Regulation:
Plan Execution Self-Efficacy and Mastery
of Action Plans. Journal of Applied Social
Psychology, 37, 11, 2706–2725.
Schwarzer, R., Bäßler, J., Kwiatek, P., Schröder,
K., & Zhang, J.X. (1997). The Assessment
of Optimistic Self-beliefs: Comparison of
the German, Spanish, and Chinese
Versions of the General Self-efficacy
Scale. Applied Psychology, 46, 1, 69–88.
Skinner, E., Johnson, S., & Snyder, T. (2005). Six
Dimensions of Parenting: A Motivational
Model. Parenting: Science and Practice,
5, 2, 175–235.
Suharnan. (2000). Psikologi Kognitif. Surabaya:
Srikandi.
Suharnan. (2002). Skala C.O.R.E sebagai
alternatif mengukur kreativitas: suatu
pendekatan
kepribadian.
Anima
Indonesian Psychological Journal, 18, 1,
36-56.
Teori Curiosity Berlyne: teori rasa ingin tahu.
http://azifahituzahirah.blogspot.com/2011/
06/teori-curiosity-berlyne-teori-rasa.html.
Unduh 30/11/2011
Torrance, E. P. (1970). Rewarding Creative
Behavior. Experiments in Classroom
Creativity. Englewood Cliffs, N. J.:
Prentice-Hall, Inc. Psychology in the
Schools, 7, 1, 1970, 102–103.
Jurnal Persona
Volume 1 Nomor 01. Juni 2012
Download