ANNISA ARIFIANI-FEB

advertisement
ANALISIS KURS VALAS DENGAN PENDEKATAN
BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US $ DAN Rp/YEN
SKRIPSI
• ••
II I
Oleh:
Annisa Arifiani
NIM: 104081002491
Dllt'.rin~.
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
ANALISIS KURS VALAS DENGAN PENDEKATAN
BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US S DAN Rp/YEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Golar Sarjana Ekonomi
Oleh
Annisa Arifiani
NIM: 104081002491
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pt:mbimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE, MM
NIP. 031 106 5804
Indoyama Nasarudiu,SE,MAB
NIP. 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ii
ANALISIS KURS V ALAS DENGAN PENDEKATAN
BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US $DAN Rp/YEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan IImu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Annisa Arifiani
NIM: 104081002491
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pernbimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE, MM
NIP. 031 106 5804
Indoyama Nasarudin,
NIP. 150 317 593
Penguji Ahli
/·~
Herni Ali H.T, SE, MM
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDiAYATULLAH
JAKARTA
, MAB
Hari ini Rabu Tanggal Tiga September Dua Ribu Delap.an telab dilakukan Ujian
Komprehensif Yang Kedua, atas nama Annisa Arifiani NIM: 104081002491
dengan
judul
skripsi
"ANALISIS
KURS
VALAS
DENGAN
PENDEKATAN BOX-JENKINS : STUDI ErvIPIRIS Rp/US $DAN
RpNEN". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salab satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 September 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Ro
Ketu a
Titi Dewi Waminda, SE, M.Si
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
CURICULLUM Vll'A,E
--
Personal Data
Nama
: Annisa Arifiani
Tempat Tanggal Lahir
: Kota Kinabalu, 13 Juli 1986
Agama
: Islam
E-mail
: [email protected]
Alamat
: Jl. Sedap malam Blok F4 No.70A Cinere Depok
Cita-cita
: Pengusaha sukses yang dapat memperkerjakan
orang banyak
Ho bi
: Foto di tempat2 yang view-nya bagus, dengerin
musik, shopping, make-up, baca novel, komik dan
majalah
Formal Education
1. SD SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo)
1991-1995
2. SD YAPENKA Jakarta
1995-1998
3. SMPN 68 Jakarta
1998-2001
4. SMAN 46 Jakarta
2001-2004
5. UIN SyarifHidayatullah Jakmia
2004-2009
(Jurusan Manajemen Keuangan)
Non Formal Education
1. MYOB LM-Patra Bintaro
2007
2. Pelatihan Perbankan UIN Syarif Hidayatullah
2007
3. Comercial Make-up Puspita Martha
2006
ABSTRACT
This research attempts to analyze the Rp/US $ and Rp/Yen exchange rates
over the period of 2000-2007, To examine three exchange rate models: Franke/Bilson, Dornbusch-Frankel, Hooper-Morton. Those three models that mentioned
had variables can be effecting fluctuation of exchange rate. Those variables are
broad money, gross domestic product, interest depository, inflation, current
account. From the three models of exchange rate it will forknown model to
predictive of exchange rate. Data are collected from Bank of Indonesia,
International Financial Statistic (IFS) publication by International Monetary
Fund (IMF) over the period 2000-2007.
By using the Box-Jenkins approach, the results Frankel-Bilson model and
interst rate parity are to applied fluctuation of exchange rate Rp/US $. The three
models exchange rate cannot to applied to analyze Rp/Yen fluctuation. However
purchasing power parity be valid in Rp/Yen fluctuation.
Key word : exchange rate, Box-Jenkins, purchasing power parity, interest rate
parity
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis kurs valas Rupiah terhadap
Dollar AS dan Rupiah terhadap Yen Jepang selama peri.ode 2000-2007, dengan
menguji tiga model kurs valas yaitu model Frankel-Bilson, Dornbusch-Frankel,
Hooper-Morton. Ketiga model tersebut mempunyai variabel-variabel yang dapat
mempengmCihi gejolak kurs valas. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah
jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto (PDB)., suku bunga deposito,
inflasi, dan neraca transaksi berjalan. Dari ketiga mod.el kurs valas tersebut akan
diketahui model yang memiliki daya prediksi paling efisien dalam gejolak kurs
valas. Data diperoleh melalui Bank Indonesia, International Financial Statistic
(IFS) yang dipublikasikan International Monetary Fund (IMF) selan1a periode
2000-2007.
Dengan menggunakan pendekatan Box-Jenkins, diperoleh hasil bahwa
model Frankel-Bilson dan doktrin paritas suku bunga layak untuk menjelaskan
fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Ketiga model kurs valas tidak
bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang.
Akan tetapi doktrin paritas daya beli berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap
Yen Jepang.
Kata kunci : valas, Box-Jeukins, paritas daya beli, paritas snku bunga
KATA PENGANTAR
Segala puji hauya milik Allah SWT yaug telah memberikau limpahan
rahmat dau nikmat kepada kita semua, Amiin. Sholawat serta salam tercurahkau
kepada suri tauladau kita Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluargauya, sahabat dau pengikutnya.
Alhamdulillahi Robbil'alamin dengau pe1iolongm1 Allah SWT akhimya
penulis dapat menyelesaikau skripsi ini ym1g berjudul "Analisis Kurs Valas
dengan Pendekatan Box-Jenkins: Studi Empiris Rp/US $ clan Rp/Yen" dau
penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempuma namun inilah hasil
kerja maksimal yang dapat penulis berikau. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yaug sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yaug telah
membm1tu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
Penulis persembahkau kepada:
1. Papa clan Mmna tercinta, atas doa ymlg tak pemah henti dm1 motivasi
untuk selalu membuat lebih baik. Semoga auakmu ini segera membalas
jasa-jasa yang telah Papa dm1 Mama berikan. Thanks for everything you
gave to me, I love u so much Mom aud Dad!! u''r the best parents!! And
thanks to my big sisters yang cerewet: mba Fmly & Indah
2. !bu Dr. Hj. Pudji Astu1.y, SE, MM, selaku dosen Pembimbing I yaug telah
melumlgkml waktu untuk memberikau bimbingan, arahan dan saran yang
penuh perhatiml dm1 kesabarml dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku dosen Pembimbing II
terima kasih atas kesabarml dalam memberikan bimbingml serta dorongau
agar Penulis tetap semangat dalam menyelesaikml penyusunan Skripsi ini.
Maaf ya pak, sering nelfon untuk j auj iau bimbingan ... ©
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilnm Sosial serta Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembmltu
Dekml Akademik Fakultas Ekonomi clan Ilmu Sosial yang telah
5.
Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis serta
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan di
FEIS UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staff dan karyawan fakultas ekonomi dan ilmu sosial, terima kasih
telah melayani masalah-masalah akademik dengan baik.
7. Bapak Widyo, mba Leli, Ibu Tita, dan Bapak Jhoni dari Bank Indonesia
yang telah membantu memberikan data-data untnk kcperluan skripsi ini.
8. My big family : Soeparto's fan1ily & Mustakim's family yang telah
memberi motivasi agar menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku a.k.a my true soulmate : Asti & Tanjung yang selalu
memotivasi terus menerus tanpa henti! ! I love u girls!! (kapan nih nginep
di rumah lagi trus ngobrol dari pagi ampe ketemu pagi lagi??hehe)
10. Yang terkasih Oni Arditiya Putra yang suka mengantar jemput tanpa
diminta, selalu mendengarkan keluh kesahku, tempat curhat pualing
muantab, yang selalu memberi semangat dan motivasi .. thank u so much!!!
u'r the kindest person that I ever met!!
11. My girls in Manajemen C: Diyah (my favourite Guru!! Gw yakin bgt klo
lw pasti bakal jadi dosen! !makasih bgt diyah yg udh ngajarin gw selama
ini!!salam bwt nyokap n ulung!!), Umi yang centils, Nia yang cantik, Tya
yang lucu, Vivi yang pintar, Iik ym1g baik, Isna yang gokil, Elrn yang
lugu, Pani yang sunda bgt, Leni yang semakin menjauh . .i luv u all
(ketemuan yukss! !kangen! !)
12. Teman-teman Manajemen C: Rahman, Oka, Artha, Arief, Miftah, Sodikin,
Robby, Opang, Sugih, Adu!, Dennis, Imam, Cahyo, Redy, dan tementemen manajemen C lainnya.
13. Seluruh teman-teman di kelas Keuangan A dan B serta kelas Perbankan
dan Pemasaran angkatan 2004.
14. Teman-temankuw: Jay, Ayu, Sari, Resty, Heni, Diah, Detty, Demis, Adit,
Ilham, Evi, Alif, Abah, Vici, Ria, Lena.
1
"
'T' 0 ~ 0 "-'PmM rl~n
oran!!-orang vang tidak bisa clisebutkm1 namanya satu
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, Penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Dengan segala kerendahan hati Penulis menerima saran maupun kritik
yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi
1ru
dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak. Amin ...
Jakarta, Februari 2009
Annisa Arifiani
DAFTARISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISi ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masai ah .......................................................... 1
B.
Pembatasan Masalah ................................................................ 5
C.
Perumusan Masalah ................................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
BAB II
TINJAUAN PUST AKA ................................................................ 9
A.
Pengertian Kurs Valas ............................................................. 9
I. Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS dan Yen ..................... 12
2. Jumlah Uang Beredar....................................................... 13
3. Produk Domestik Bruto ................................................... 15
4. Suku Bunga Deposito ...................................................... 15
5. Inflasi ............................................................................... 16
6. Neraca Transaksi Be1jalan ............................................... 18
B.
Jenis Transaksi Valas ............................................................. 19
C.
Teori Kurs atau Nilai Tukar. .................................................. 21
,.,,.,
F.
Penelitian Terdahulu .............................................................. 29
G.
Kerangka Berfildr .................................................................. 31
H. Perumusan Hipotesis .............................................................. 33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35
A.
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 3 5
B.
Metode Penentuan Sampel. .................................................... 36
C.
Metode Pengumpulan Data .................................................... 36
I. Data Sekunder .................................................................. 36
2. Metode Kepustakaan ........................................................ 36
3. Internet Research ............................................................. 3 7
D. Metode Analisis .................................................................... 37
1. Metode Box-Jenkins ........................................................ 3 7
2. Uji Stasioneritas ............................................................... 40
E. Operasional Variabel ............................................................. 41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN ....................................................... 44
A.
Sejarah Singkat Dollar AS dan Yen ..................................... 44
B.
Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................... 47
1. Uji Stasioneritas ............................................................... 47
2. Pengujian Box-Jenkins .................................................... 50
3. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................ 62
C.
BAB V
Interpretasi ............................................................................ 66
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................... 68
A.
Kesimpulan ............................................................................ 68
B.
Implikasi ................................................................................ 69
C.
Keterbatasan dan Saran Penelitian ......................................... 70
DAFT AR PUST AKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN ..................................................................•....................•................. 73
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
4.1
Uji Akar Unit pada Tingkat Level untuk
Halaman
Indonesia terhadap AS ................................................................... 48
4.2
Uji Akar Unit pada Tingkat Pertama untuk
Indonesia terhadap AS ................................................................... 49
4.3
Uji Akar Unit pada Tingkat Level untuk
Indonesia terhadap Jepang ............................................................. 50
4.4
Basil Regresi Model Kurs Valas
Rupiah terhadap Dollar AS ........................................................... 51
4.5
Basil Regresi Model Kurs Valas
Rupiah terhadap Yen ..................................................................... 57
4.6
Basil Regresi Model Kurs V alas
Rupiah terhadap Yen ..................................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berfikir .......................................................................... 32
DAFT AR LAMPIRAN
Nornor
Keterangan
Halarnan
I
Data triwulanan Indonesia dengan Amerika Serikat.. ................... 73
2
Data triwulanan Indonesia dengan Jepang ..................................... 74
3
Uji Akar Unit Pada Tingkat Level ................................................ 75
4
Uji Akar Unit Pada Tingkat Pe1iama (First Difference) ............... 81
5
Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Dollar AS ........................ 84
6
Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Yen ................................. 87
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri era globalisasi yang menonjol saat ini adalah adanya
arus uang dan arus modal dalam bentuk valuta asing antarn berbagai pusat
keuangan di berbagai Negara yang besar dan cepat seakan-akan mengalir
tanpa mengenal kewarganegaraan pemiliknya ataupun batas kewilayahan.
Aliran valuta asing yang dalan1 jumlah besar tersebut bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan
perdagangan,
investasi
ataupun
untuk tujuan
berspekulasi dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai kondisi
berbeda. Kondisi inilah yang menyebabkan perbedaan nilai tukar valuta asing
dimasing-masing Negara.
Kompleksitas pembayaran dalam perdagar1gan intemasional semakin
bertambal1 tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang
berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjad:i akibat semakin besamya
volume dan keanekaragaman barang clan jasa yang akan diperclagangkan di
Negara lain. Oleh karena itu untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi
harus didahului upaya untuk menentukan kurs valnta asing pacla tingkat yang
menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting
bagi Negara yang terlibat c\alam perdagangan internasional karena kurs valuta
asing berpengaruh besar terhac\ap biaya dan manfaat dalam perc\agangan
Posisi penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional
mengakibatkan berbagai konsep yru1g berkaitan dengan kurs valuta asing
mengalami perkembangan dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kurs valuta asing. Konsep-konsep yang berkaitan dengan
penentnan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli
ekonomi terutama sejak kelalliran kurs mengambang pada tahun 1973. Sejak
saat itn kurs valuta asing dibiarkan berfluktnasi sesuai dengan fluktuasi
variabel-vrufabel yang mempengaruhinya.
Valuta asing atau mata uang asing adalall jenis-jenis mata uang yang
digunakan di Negara lain. Untuk membiayai impor dan beberapa transaksi
dengan luar negeri lainnya diperlukan mata uang asing. Oleh karena itn mata
uang dalan1 negeri hams ditnkru·kan dengan mata uru1g asing. Nilai valuta
asing adalall suatn nilai yang menunjukkan jllilllall mata uang dalam negeri
yang diperlukan untuk mendapat satn unit mata ua11g asing. Nilai berbagai
mata uang asing berbeda dalam suatn waktn tertentu dan akan mengalami
peruballan dari waktu ke waktu.
Keinginan penduduk suatn Negara tmtnk memperoleh suatu jenis mata
uang asing dapat dianggap sebagai permintaan terhadap valuta asing oleh
penduduk
Negara
itn.
Keinginan
1m
bukanlall
bertujuan
untuk
menyimprumya melainkan untuk memperoleh produk-produk I pembelian
bru·ang dan jasa dari luar negeri. Oleh karena itu pennintaan terhadap valuta
asing mempunyai sifat yang bersamaru1 dengan perrnintaan terhadap bru·ang-
besar untuk mempero!eh barang dari Negara tersebut menyebabkan naiknya
pennintaan terhadap mata uang Negara tersebut dan sebaliknya jika hasrat
untuk memiliki barang dari Negara tersebut berkurang maka dengan
sendirinya pennintaan terhadap mata uang Negara itupun akan berkurang
pula.
Banyak sedikitnya barang yang diinginkan oleh penduduk suatu
Negara terhadap Negara lain disebabkan oleh berbagai faktor antara lain oleh
tingkat harga barang di Negara lain tersebut jika dinilai dengan mata uang
dalam negeri pada Negara pembeli. Apabila harga-harga barang lebih mahal
maka pennintaan berkurang atau sebaliknya, permintaan akan lebih banyak
apabila harga-harga mereka lebih mnrah. Harus diingat bahwa makin murah
nilai mata uang asing tersebut maka makin murah pula harga-harga barang
asing tesebut kalau dinyatakan dalam mata uang dalam negeri. Harga barang
yang mnrah ini akan meningkatkan pennintaan terhadap barang luar negeri
(impor), sehingga dapat disimpulkan bahwa makin murah mata uang a.sing
makin banyak pula uang asing yang akan diminta dan sebalilmya.
Kenaikan harga valuta asing (artinya kenaikan nilai tukar) disebut
depresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal,
oleh karenanya nilai relatif dari mata uang dalam negeri menurun. Jatuhnya
haTga mata uang asing merupakan apresiasi mata uang dalam negeri. Mata
uang asing menjadi lebih mnrah, karenanya nilai :relatif mata uang dalam
negeri naik (Edalmen, 1999:25).
Pentingnya kurs valuta asing atau biasa disebut dengan kurs valas
karena sebagai Negara yang tengah melakukan pembangunan ekonomi, maka
kurs valas akan berhubungan langsung dengan sektor-sektor perdagangan
luar negeri, investasi, baltlcan berkaitan langsung dengan beban utang luar
negeri yang merupakan sumber dana pembangunan. Oleh karena itu,
kestabilan clan kete1jangkauan kurs mutlak diperlukan. Semenjak terjadinya
krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997, nilai kurs meningkat dan
berfluktuasi secara tajam di Indonesia. Selama periode krisis ekonomi, dapat
dilihat bahwa nilai kurs sangat mempengaruhi kondisi perekonomian
domestik.
Terpuruknya mata nang domestik (Rupiah) terhadap mata uang asing
yang menjadi awal dari krisis ekonomi, pacla dasarnya berasal dari
permintaan
akan uang
luar
negeri
yang begitu tinggi,
sedangkan
penawarannya terbatas. Hal ini membuat nilai valuta asing keras seperti
Dollar AS dan Yen Jepang membubung tinggi. Pembicaraan mengenai
penentuan kurs valuta asing sekarang ini semakin banyak diperdebatkan. Jika
dilihat dari sudnt pandang pendekatan moneter, para ekonom pacla un1urnnya
melihat kurs valuta asing clipengarnhi oleh variabel fundamental ekonomi,
antara lain jumlah uang beredar, tingkat output Iii! clan tingkat suku bunga
(Mac Donald daan Taylor, 2002:4). Sementara itu Tucker et.al (2001:16)
menambahkan variabel inflasi dalam model tersebut. Selain itu ada pula
ekonom yang mempe1iimbangkan asa pasar (market sentiment) sebagai
moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori
kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs
valuta asing terjadi karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu
terjadinya perbedaan antara pe1mintaan uang dengan penawaran uang
Gumlah uang beredar).
Proses percepatan pemulihan ekonomi untuk mencapai kondisi
perekonomian seperti sebelum pertengahan tahun 1997 tidak lepas dari usaha
untuk menciptakan sistem kurs valas yang mendukung kestabilan dan
keterjangkauan kurs. Bahkan sampai saat ini pelaku-pelaku ekonomi masih
dibayangi terjadinya krisis ekonomi lanjutan yang merupakan ekses buruk
dari fluktuasi kurs valas. Hal ini membawa dan1pak buruk bagi percepatan
proses pemulihan ekonomi.
Berdasarkan semua latar belakang di atas, maka dengan ini penulis
ingin mempelajari, menganalisa, dan mencoba untuk menuangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul "Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan BoxJeukins: Studi Empiris Rp/US$ clan Rp/Yen".
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahanian
yang sesuai dengan tujuan yang akan ditetapkan. Agar masalah yang diteliti
tidak terlalu meluas, maka perlu diberi batasan masalah. Alat analisis yang
akan digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar
Rp/US$ dan Rp/Yen dengan menggunakan alat analisis pendekatan BoxJenkins. Tempat penelitian dilakukan di Bank Indonesia. Banyak faktor yang
mempengaruhi kurs valas, dalam penelitian ini pembahasan hanya dibatasi
pada lima faktor fundamental yaitu jumlah uang beredar, tingkat pendapatan
nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, dan neraca transaksi
berjalan. Faktor-faktor tersebut alcan dimasukkan ke dalam model analisis
fundamental didasarkan pada pertimbangan secara teoritis faktor-faktor
tersebut berpengaruh terhadap kurs valas. Periode penelitian dilakukan mulai
tahun 2000 sampai tahun 2007. Pemilihan data mulai tahun 2000 sampai
tahun 2007 bermaksud menyesuaikan dengan kondisi Indonesia pada saat itu.
Dari tahun 2000 samapai tahun 2007 terjadi beberapa kali pergantian
presiden dimana setiap pemimpin mempunyai kebijakan yang berbeda.
C. Perumusan Masalah
Penelitian ini bersifat pengujian teori tentang faktor fundamental yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kurs valas Rp/US$
dan Rp/Yen yang datanya terdapat di Bank Indonesia selama periode tahun
2000 sampai dengan 2007. Dengan ruang lingkup yang dibatasi pada faktor
fundamental seperti jumlal1 uang beredar, tingkat pendapatan nasional,
tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, dan neraca transaksi berjalan.
Maka berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dibuat suatu
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh beberapa variabel ekonomi seperti jumlah
uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bw1ga deposito,
tingkat inflasi, neraca transaksi berjalan dalam mempengaruhi kurs valas
Rp/US $ dan Rp/Yen?
2.
Seberapa besar pengaruh jwnlah uang beredar, tingkat pendapatan
nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, neraca transaksi
berjalan yang dapat menjelaskan kurs valas Rp/US $ dan Rp/Yen?
3.
Model terbaik manakah yang memiliki daya prediksi paling efisien dalam
mengantisipasi gejolak kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai signifikansi pengaruh
variabel ekonomi fundamental seperti jwnlah uang beredar, tingkat
pendapatan nasional, tingkat suku bw1ga deposito, tingkat inflasi, neraca
transaksi berjalan dalam mempengaruhi kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen.
2.
Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai besamya pengaruh jumlah
uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga deposito,
tingkat inflasi, neraca transaksi be1jalan yang dapat menjelaskan kurs
valas Rp/US $ dan Rp/Yen.
3.
Untuk mengetalmi model terbaik yang memiliki daya prediksi paling
efisien dalam mengantisipasi gejolak kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen.
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi:
1. Bagi Pemerintah
Merupakan sebagai bahan pe1iimbangan dalam menetapkan keputusan di
bidang moneter, khususnya berkaitan dengan kebijakan yang dapat
mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap Dolla.r AS (kurs) dan Yen di
Indonesia.
2. Bagi Investor
Menjadi bahan acuan yang diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai fungsi dan tujuan model prediksi kurs dalam meminimalkan
resiko kerugian fluktuasi valas, sehingga dapat digunakan sebagai
masukan dalam pembuatan suatu keputusan.
3. Bagi Akademisi
Menambah khasanah literatur dalam ilmu pengetahuan keuangan dan
pasar modal di Indonesia dan sebagai dasar acuan memberikan masukan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kurs Valuta Asing
Valuta asing yang disingkat "valas" secara bebas dapat diartikan
sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah di Negara lain. Perdagangan barang dan j asa, aliran modal dan dana
antar Negara akan menimbulkan pertukaran mata uang antar Negara yang
pada akhirnya akan timbul permintaan atau penawaran terhadap suatu mata
uang tertentu.
Menurut Hamdy Hady (2006) nilai tukar atau kurs adalah suatu rasio
atau perbandingan antara mata uang domestik (dalam Negara) dengan mata
uang asing. Nilai tukar atau kurs mempunyai fungsi cukup penting dalam
perekonomian suatu Negara karena nilai tukar mernpakan salah satu faktor
yang mendukung kelancaran perdagangan internasional yang dilakukan oleh
berbagai Negara. Nilai tukar harga suatu mata uang jika dipertukarkan
dengan mata uang lain akan dapat diartikan sebagai pembanding nilai tukar
mata uang.
Kurs (nilai tukar) adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Nilai tukar merupakan salah satu harga yang terpenting dalam
perekonomian terbuka, mengingat pengaruhnya yang sedemikian besar bagi
transaksi neraca berjalan maupun variabel-variabel makro lainnya (Krugman,
ditentukan oleh mekanisne pasar dinamakan kurs pertukaran yang berubah
bebas atau kurs pertukaran mengambang. (Sadono Sukimo, 2004:362).
Sadono sukimo (2004:397), kurs valas atau mata uang asmg
menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu Negara yang dinyatakan
dalam nilai mata uang Negara lain. Kurs valas juga dapat didefinisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyalmya rupiah yang
dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Adapun penentuan
kurs dalam pasar bebas adalah berdasarkan pe1mintaan dan penawaran mata
uai1g asing itu sendiri.
Kurs adala11 harga dari satu mata uang yang diukur dalam mata uang
asmg lainnya. Hal ini ditentukan dalam bursa valuta asing timbul dari
kebutuhilll untuk membayar barai1g dan jasa se1ia asset yang berasal dari luar
negeri (Dominick Salvatore, 2001). Foreign exchange (valuta asing) adalah
mata uang negara lain atau foreign currency dari suatu perekonomian,
misalnya valuta asing bagi perekonomian Indonesia adalah mata uang lain
selain rupial1. (Pratama Raharja, 2008:367).
Shapiro (2000:277) menjelaskilll bahwa resiko pertukaran ditinjau
sebagai kemungkinan bal1wa fluktuasi mata uang dapat mengubah jumla11
yai1g dihai·apkan atau perubahan mus kas perusahaan di masa yang akan
datai1g. Fluktuasi perubalmn nilai tukai· akan menimbulkan resiko dimana
semakin tinggi fluktuasinya maka resikonya akill1 semakin besar dan
sebaliknya semakin rendah fluktuasinya maka resikonya akai1 semaldn kecil.
V alas sebagi mata uang asmg dan alat pembayaran lainnya yang
diguuakan uutuk melakukan atau pembiayaan transaksi ekonomi dan
keuangan intemasional atau luar negeri yang bias:mya mempuuyai catatan
kurs resmi pada Bank sentral atau Bank Indonesia. Keada:m fluktuasi rupiah
khususnya terhadap dollar Amerika yang cenderung berubah-ubah, ini akan
memberikan pengaruh pada harga saham lembaga keuangan yang ada di
Bursa Efek Jakarta. Karena pada spekulan maupuu investor akan
menginvestasikan dananya dalam bentuk mata uang asing.
Nilai tukar valuta asing adalah harga mata uang salah satu Negara
dalam satuan mata uang atau komoditas (biasanya emas atau perak) Negara
lain. Bila pemerintah suatu Negara misalnya Argentina, mengatur nilai
dimana peso dipertukarkan untuk mata uang lain,. sistem atau rezim itu
diklasifikasikan sebagai fixed atau managed exchange rate rezime. Nilai
tukar dimana mata uang itu dipatok, sering disebut sebagai par value. Bila
pemerintah tidak melakukan campur tangan terhadap valuasi mata uangnya
dengan cara apa pun, mata uang digolongkan sebagai mengambang atau
jleksibel. (David K. Eiteman, et. al. 2003).
Keinginan penduduk Negara lain tmtuk membeli barang dalam negeri
merupakan penawaran valuta asing. Keinginan itu rnenuujukkan banyaknya
mata uang asing yang akan digunakan untuk membdi barang-barang dalam
negeri dan ditawarkan kepada penduduk dalam negeri. Di sini dapat dilihat
bahwa makin mahal harga barang-barang dalam negeri lebih murah maka
Jika k:urs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar
malca kurs tersebut akan selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.
Perubahan yang cenderung terns menerus tersebut akan terjadi disebabkan
oleh perubahan yang selalu terjadi terhadap permintaan dan penawaran dari
valuta asing itu sendiri.
Oleh karena sifatnya yang selalu mengalami perubahan itu tersebut
kurs pertukaran melalui mekanisme pasar dinamakan kurs perhlkaran bebas
(flexible exchange rate) atau kurs pe1tukaran mengambang (floating
exchange rate).
1. Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS dan Yen
Indonesia termasuk dalam perekonomian te:rbuka kecil yang tidak
terlepas dari pengaruh Negara lain dalam perekonomian global khususnya
perekonomian Negara yang besar dan kuat sepe1ti Amerika Serikat dan
Jepang, dimana kedua Negara tersebut tergolong ke dalam Negara industri
maju yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
perekonomian yang kuat mantap serta didukung oleh teknologi dan
sumber daya manusia yang produktif. Oleh karena itu jika te1jadi gejolak
dalam perekonomian Negara yang besar dan lrnat, Negara dengan
perekonomian terbuka kecil seperti Indonesia akan terpengaruh yang akan
ditransmisikan ke dalam perekonomian domestik baik secara langsung
maupun tidak langsung. Amerika dan Jepang merupakan mitra dagang
utama Indonesia sehingga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap kedua
Negara tersebut sangatlah penting. Besar kecilnya pergerakan nilai tukar
tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu Negara.
Kurs rupiah terhadap dollar AS telah menjadi bahan pembicaraan yang
seru akhir-akhir ini. Banyak orang tercengang dengan perubahan yang
begitu drastis pada rupiah dalam kurun waktu yang begitu cepat.
Berdasarkan data kurs tengah Reuters dan kurs CNN, rupiah telah
menembus Rp 6.588 per dollar AS dan telah mampu bertahan pada kisaran
Rp 6.500 per dollar AS sampai dengan Rp 7.000 per dollar AS selama
hamper satu bulan yang dimulai sejak tanggal 21 Juni 1999 sampai dengan
tanggal 16 Juli 1999. (Korn pas, 1999).
2. Jumlah Uang Beredar
Dahlan Siamat (2001:58), menyatakan bahwa perkembangan uang
beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan
luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik dan sektor laim1ya.
Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem
moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang mempengaruhi.
Menurut Boediono (2000:54) pengertian uang beredar terbagi meqjadi
dua yaitu uang dalam arti sempit dan uang dalam arti luas. Pengertian uang
dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia
untuk digunakan oleh masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai (yang
dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung dikuasakan
seluruh nilai saldo rekening Koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada
bank-bar1k umum. Saldo ini merupakan bagian dari uang beredar karena
sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya (masyaralrnt) untuk
kebutuhannya (transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi). Uang dalan1 arti luas
bukan hanya didasarkan atas anggapan ballwa sebenarnya bukan hanya
uang tunai dan saldo giro (eek) yang biasa digunakan dalam masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya. Uang milik masyarakat yang disimpan
dalam bentuk deposito berjangka atau tabungan juga mempunyai ciri yang
mendekati uang tunai.
Menurut
hasil
penelitian
Insukindra
(2000:7),
uang
beredar
diklasifikasikan ke dalam tiga konsep uang. Di Indonesia dikenal tiga
konsep uang yaitu :
a. Uang Primer (MO), merupakan kewajiban otoritas moneter yang
terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia, kas
Negara, rekening giro Bank Pencipta Uang Gira! (BPUG) dan sektor
swasta di Bank Indomesia.
b. Uang dalam arti sempit (Ml), kewajiban moneter sistem moneter
kepada sektor swasta domestik dan terdiri atas uang kartal yang
dipegang masyarakat atau uang yang ada di luar Bank Indonesia dan
kas Negara ditan1bah uang giral.
c. Uang dalam arti luas (M2) adalah kewajiban moneter sistem moneter
terhadap sektor swasta domestik yang terdiri atas uang Ml ditambah
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalarn satu tahun
tertentu (Sadono Sukirno, 2001:33). Atau dapatjuga diartikan nilai barang
dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor
produksi milik warga negara tersebut dan Negara asing.
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
merupakan semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu
Negara tiap tahun dan diukur menurut harga pasar. Gross Domestic
Product (GDP) diperoleh dari penjumlahan konsumsi rumah tangga,
investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto (ekspor
dikurangi impor) dalam suatu periode. Sedangkan ukuran yang digunakan
adalah Gross Domestic Product (GDP) dalam bentuk prosentase.
dimana:
CDP,
=
Pendapatan Domestik Bruto Peri ode kini
SD P,_ 1
=
Pendapatan Domestik Bruto Peri ode Sebelumnya
g
=
Tingkat Kenaikan GDP yang dinyatakan dalam persen
4. Suku Bunga Deposito
Menurut teori tingkat bunga Keynes bahwa tingkat bunga ditentukan
oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang).
menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada tiga macam
kebutuban, yaitu kebutuhan transaksi, be1jaga-jaga, dan spekulasi.
Boediono (2000) menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh
suatu persilangan antara kurva pennintaan investasi dan kurva tabungan,
dari proses tawar menawar antara penabung dan investor inilah dihasilkan
tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan, jika tingkat bunga naik
masyarakat akan cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya dalam
bentuk tabw1gan, nanrnn j ilea tingkat suku bunga turun, masayarakat
cenderung lebih banyak melakukan investasi.
Dalan1 kegiatan perbankan, suku bunga dibebankan menjadi dua,
yaitu:
a. Suku bunga atas pinjaman
b. Suku bunga atas pemberian kredit
Besar suku bunga pinjaman maupun suku bunga laedit yang diberikan
oleh bank disesuaikan oleh kondisi ekonomi dan hukwn ekonomi yang
berlaku.
5. Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang
dalan1 perekonomian suatu Negara secara keseluruhan (Sasana, 2004:226).
Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang .digunakan untuk menggambarkan
peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem
perekonomian. (Tandelin, 2000:481 ).
Menurut Sadono sukimo (2003: 15) inflasi didefinisikan sebagai suatu
proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Tingkat inflasi (presentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke
periode lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lainnya.
Inflasi adalah kecendernngan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terns menerns. Menurut Ainun Nairn (2001:1) inflasi mernpakan
kecenderungan harga-harga barang dan jasa tennasuk faktor-faktor
produksi, diukur dengan kesatuan mata uang yang semakin menaik secara
umum dan terns menerns.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terns menerns (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga mernpakan
proses menurnnnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukl<an inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikl<an harga berlangsung secara
terns menerns dan saling mempengarnhi. Istilah inflasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga. Sedimgkan laju inflasi adalah
persentase kenaikan tingkat harga selama periode tertentu dan ukuran laju
inflasi adalah laju perubahan indeks harga konsumen. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah
CPI dan GDP Deflator.
Tingkat inflasi dapat diukur dengan menggunakan laju inflasi yang
terlihat Indeks Harga Konsumen (IHK), adapun cara menghitung IHK
adalah sebagai berikut :
6. Neraca Transaksi Berjalan
Neraca pembayaran adalah data keuangan yang menunjukkan nilai
transaksi perdagangan dan aliran dana dilakukan diantara suatu Negara
dengan Negara lain dalarn suatu tahun tertentu. Suatu neraca pembaya:ran
dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama yaitu neraca berjalan dan
neraca modal. Neraca be1jalan mencatat transaksi-transaksi berikut :
a. Ekspor dan impor barang tampak
b. Ekspor dan impor jasa (barang tak tan1pak)
c. Pembayaran pindahan neto ke luar negeri
Neraca modal memiliki dua golongan transaksi, yaitu aliran modal
sampingan dan aliran modal keuangan swasta. (Sadono sukirno,
2001:147).
Balance of payment atau neraca pembayaran yang memberi gambaran
ringkas tentang transaksi ha.rang dan jasa yang diproduksi selama periode
satu tahun atau kurang. Dapat juga dikatakan neraca lancar adalah bagian
dari balance of payment yang memberi gan1baran ringkas tentang
pembayaran-pembaya:ran jangka pendek. Neraca lancar dapat dibedakan
menjadi tiga bagian pokok yaitu neraca perdagangan (balance of trade),
neracajasa, dan neraca pembalasjasa. (Pratama Raharja, 2008:237).
Neraca transaksi berjalan adalah seluruh nilai ekspor dan impor barang
dan jasa penduduk suatu negara beserta berbagai nilai transfer unilateral
yang terjadi antar penduduk negara tersebut dengan pihak luar dicatat
dalam suatu neraca yang dinamakan neraca 1ransaksi berjalan. Impor
merupakan jumlah masukan basil perdagangan dari luar negeri ke dalam
negeri dalam waktu tertentu. Apabila impor suatu Negara lebih banyak
dari pada mengekspor, maka Negara tersebut mengalami defisit transaksi
berjalan yang altematifnya harus ditutup dengan jalan melakukan
pinjaman luar negeri jika pendapatan ekspomya telah habis dipakai.
Altematif lainnya adalah dengan cara mengeluarkan cadangan devisa
Negara yang mengalami defisit.
Dengan demikian berknrangnya cadangan intemasional suatu Negara
yang mengalan1i defisit transaksi berjalan akan mengakibatkan mata uang
Negara tersebut mengalami depresiasi.
B. Jenis Transaksi Valas
Kurs jual beli adalah nilai tukar antara dua mata uang dimana bank
bersedia membeli atau menjual mata uang tersebut. Kurs ini senantiasa
mengalami perubahan, turun-naik mengikuti mekanisme pasar. Transaksi
valas yang dilalcukan atas dasar sebagai berikut :
1. Transaksi Spot
Transaksi spot adalah jual beli mata uang dengan penyeral1an dan
pembayaran antar bank yang akan diselesaikan pada dua hari kerja
berikutnya. Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan
atau ditutup pada tanggal 7 November 1998, penyerahan dan penyelesaian
kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 9 november 1998. Apabila pada
tanggal 9 November 1998 tersebut kebetulan hali libur atau sabtu maka
penyelesaiannya adalah hari kerja berikutnya. Tanggal penyelesaian
transaksi seperti ini disebut tanggal valuta atau value date.
2. Transalcsi Forward
Transaksi forward atau 3uga disebut transaksi berjangka pada
prinsipnya adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah
mata uang te1tentu lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan
datang. Kurs ditetapkan pada waldu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran
dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo.
3. Transaksi Swap
Transaksi swap dalam pasar antar Bank adalah pembelian dan
peajualan secara bersarna sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal
valuta (penyerahan) yang berbeda. Jenis transalcsi swap yang umum adalah
"spot terhadap forward". Dealer membeli suatu mata um1g dengan
transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sarna
kepada bank lain dengan kontrak forward. (Dahlm1 Siamat, 2004:204).
C. Teori Kurs atau Nilai Tukar
1. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intersedt Rate Pari~V)
Teori Interest Rate Pariry (IRP) adalah salah. satu teori yang paling
dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana
hubungan bursa valas atau forex market dengan pasar uang internasionaI
(international money market) atau dengan kata lain teori ini menganalisis
hubungan antara perubahan kurs valas dengan perubahan tingkat bunga.
Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada
pasar uang internasional akan cenderung sama dengan forward rate atau
discount.
Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan atau
diperkirakan berapa perubahan kurs forward atau forward rate (FR atau
SI) dibandingkan dengan spot rate (SR atau SO) bila terdapat perbadaan
tingkat bunga, misalnya antara home country dan foreign country.
Menurut IRP, besarnya perubahan FR terhadap SR akan ditentnkan oleh
besarnya forward rate premium atau discount yang timbul sebagai akibat
dari perbedaan tingkat bunga antara home country dan foreign country.
Dengan demikian, seorang pemilik dananya akan dapat menentukan dalam
mata uang atau valas apa dananya akan dapal: diinvestasikan. Caranya
adalah dengan membandingkan besarnya tingkat bunga antara dua Negara
(home country dan foreign count1y) dengan perbedaan antara FR dru1 SR
yang ditentukan olehforward rate premium atau discount.
2. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory ofPurchasing Power Parity)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun
1817 dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916.
Teori ini mendasarkan logika mata uang dalam standar ke1ias tidak
mempunyai nilai intrinsik atau tidak didukung Clan dikaitkan nilainya
dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan standar sehingga nilai
tersebut di dalam negeri ditentukan.
Penjelasan teori ini didasarkan pada Law of One Price (LOP) yaitu
hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua Negara
yang berbeda akan san1a pula bila dinilai dalam LOP, yaitu hukum yang
menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua Negara yang berbeda
akan sama pula bila dinilai dalam currency atau mata uang yang sama.
D. Model-Model Nilai Tukar
Terdapat tiga teori atau model mengenai nilai tukar valuta asing yaitu
sebagai berikut :
1. Model Frenkel-Bilson
Model harga fleksibel menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
suku bunga dengan kurs valas (teori suku bunga riil terhadap kurs). Teori
ini dikenal dengan teori Chicago karena memuat asumsi harga fleksibel.
Asumsi ini menimbulkan konsekuensi bahwa suku bunga nominal harns
mencenninkan pernbahan tingkat inflasi yang diharapkan. Dasar teori
stok uang dua Negara yang ingin dipegang. Karena itu, harga relatif mata
uang kedua Negara harus dinyatakan dalam bentuk penawaran dan
permintaan.
Kenaikan pendapatan nominal domestik relatif terhadap luar negeri
akan menimbulkan apresiasi kurs valas. Dimana harga-harga dalam negeri
akan turun relatif terhadap harga luar negeri. Pengarnh tingkat pendapatan
dalan1 keadaan pasar kurs harga fleksibel menekankan pada fungsi
permintaim uang. Kenaikan pendapatan suatu Negara akan meningkatkan
permintaan uang. Jika doktrin paritas daya beli berliaku dan jun1lal1 uang
beredar
konstan,
maka
kurs
akan
mengalami
apresiasi
untuk
menyeimbangkan permintaan uang riil terhadap penawaran uangnya.
Kenaikan tingkat bunga relatif dalam negeri terhadap luar negeri akan
menyebabkan depresiasi mata uang (kenaikan kurs valas atau kenaikan
nilai kurs luar negeri), sehingga akan ada hubunga:n positif antara selisih
tingkat suku bunga dengan nilai kurs valas. Kurs valas diprediksi akan
melemah nilainya akibat adanya inflasi dan kenaikan suku bunga. Naiknya
suku bunga domestik berarti akan terjadi kenaikan tingkat harga dalam
negeri. (Hadi Kardoyo dan Mudrajad Kuncoro, 2002:9).
2. Model Dornbusch-Frankel
Pendekatan
dalam
model
Dornbusch-Frankel
sering
disebut
pendekatan Keynesian. Teori Keynesian menyatakan ballwa terdapat
hubungan negatif antara kurs valas dan suku bunga nominal. Perubahan
money policy) oleh pemerintah. Saat penawaran uang lebih banyak
daripada pennintaan, maka otoritas moneter akan melakukan kebijakan
uang ketat dengan menaikkan suku bunga Kenaikan suku bunga akan
meningkatkan ams kapital (capital inflow) yang akan berdampak positif
pada apresiasi kurs domestik.
3. Model Hooper-Morton
Tahun 1982, model Dornbusch dan Frankel ini diperluas oleh HooperMorton dengan melibatkan variabel neraca transaksi berjalan (Current
Account). Pemakaian variabel CA ini didasarkan pendapat Morton bahwa
terdapat pernbahan kurs dalam jangka panjang yang berhubungan dengan
neraca transaksi berjalan. Hooper-Morton menganggap koefisien nilai CA
tidak mungkin no!. Neraca transaksi berjalan suatu Negara yang
mengalami defisit terns menerns akan memperlemah kurs domestik karena
defisit transaksi neraca be1jalan membutuhkan valas untuk menutupnya.
E. Sistem Kurs di Indonesia
1. Sistem kurs tetap
Indonesia menganut sistem kurs tetap ini dari Agustus 1971 sampai
dengan November 1978. Pada sistem kurs tetap nilai tukai· suatu mata
uang suatu Negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing
tertentu. (Simorangkir dan Suseno, 2005). Pemerintah dapat melakukan
campur tangan di dalam menentukan kurs valuta asing. Biasanya campur
tangan tersebut adalah dengan menentukan suatu kurs pertukaran tertentu,
pemerintah unruk periode yang lama. Karena keadaan yang tidak berubahubah tersebut, kurs pertukaran yang ditetapkan ol•eh pemerintah tersebut
dinamakan kurs tetap (fixed exchange rate). Kurs ini sering pula disebut
kurs resmi. Penan1aan ini adalah untuk menghindari persamaan dengan
kurs di pasar gelap yaitu pasar valuta asing yang tidak termasuk dalam
pasar valuta asing yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurs yang ditetapkan
pasar ini dinamakan kurs pasar gelap.
Kurs pasar gelap tidak selalu ada dalam setiap perekonomian yang
menggunakan kurs tetap. Keadaan ini baru akan te~jadi jika Negara-negara
itu menghadapi masalah kekurangan valuta asing. Dalarn suatu Negara
dimana impor melebihi ekspor dar1 arus ke luar modal melebihi modal
masuk, pasar gelap dalam jual beli valuta asing aka11 selalu muncul. Dalam
perekonomian yang menghadapi masalah kekurangan mata uang asing,
pemerinta11
terpaksa
membuat
pembatasan-pembatasar1
ini
akan
menyebabkan sebagian pennintaan ini akan pergi ke pasar gelap untuk
mendapatkannya. Dari keadaan ini tidak sukar untuk memal1ami bahwa
kurs di pasar gelap biasanya lebih tinggi dari pada yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Langkah pemerintah untuk menerapkan kms tetap biasanya ikut
memperhatikan
perkembangan
mekanisme
pasar.
Namun
sermg
ditemukan bahwa nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah tidak sama
dengan nilai tukar melalui mekanisme pasar. Ini berarii bahwa kurs yang
rendah (under valued) nilainya dari pada k:urs mata uang yang terjadi jika
ditetapkan oleh mekanisme pasar. (Edalmen, 200 I :17)
2. Sistem kurs mengambang terkendali
Sistem kurs ini diberlakukan di Indonesia sejak November 1978
sampai 13 Agustus 1997. Menurut simorangkir dan Suseno (2005), suatu
Negara menerapkan sistem kurs mengambang terkendali apabila bank
sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing tetapi tidak ada
komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau
pada suatu batasan target (target zone). Tujuan dari intervensi tersebut
adalah untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau
setidaknya mengurangi tingkat volatilitas pad.a tingkat moderat, serta
mencegah pergerakan nilai yang terlalu besar.
3. Sistem k:urs mengambang bebas
Menurut Simorangkir dan Suseno (2005), mekanisme penerapan nilai
mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme
pasar. Besarnya nilai tukar ini juga dipengaruhi oleh perilaku penjual dan
pembeli khususnya para spekulan. Dengan demikian, pada sistem ini nilai
mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari pern1intaan dan
penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan
perilalrn spekulan. Pemberlakuan sistem kurs ini diterapkan di Indonesia
mulai tanggal 14 Agustus 1997. Beberapa faktor penting yang mempunyai
pengaruh yang pesat terhadap perubahan pada kurs bebas adalal1 :
Perubahan
perilaku
konsmnsi
cenderung
mempengaruhi
pennintaan terhadap suatu komoditi. Apabila masyarakat sekarang
cenderung menyukai produk luar negeri maka dengan sendirinya
pem1intaan terhadap valuta asing akan makin meningkat dan ini
cenderung menaikkan nilai tukar asing dan menurilllkan nilai mata
uang domestik.
b. Perubahan harga-harga barang ekspor
Jika harga barang-barang ekspor berubah maka ha! ini akan
mempengaruhi permintaan terhadap barang··barang ekspor tersebut
di luar negeri. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi
penawaran terhadap kurs valuta asing. K.enaikan harga ekspor
misalnya, akan menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap
barang tersebut dan pada gilirannya akan menurilllkan penawaran
mata uang asing tersebut di dalam negeri. Kekurangan penawaran
ini akan menjatuhkan nilai dari mata uang Negara pengekspor tadi.
Kejadian sebaliknya terjadi jika harga barang ekspor mengalami
penmunan.
c. Perubahan tingkat kenaikan harga-harga (inflasi)
Keadaan ini akan dapat menurilllka.n nilai mata uang negara
bersru1gkuta.n. Di satn pihak kenaikan hru·ga ini cenderung
mendorong impor yang makin besar dru·i Negara lain. Oleh
karenanya permintaan terhadap valuta asing makin bertambah. Di
----~----·-
PERPUSTi\'<J\f,N UTAMA
UIN SYAHir· IA"i•'A1.;·(T1
---
• •• ,,Y
.
I
~ -=-.~~_J
dan mereka cenderung mengurangi pennintaan terhadap produk
domestik yang dengan sendirinya menurunkan penawaran mata
uang asmg.
d. Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat pen gem balian investasi
Perubahan dalam tingkat suku bunga dan tingkat pengambilan
investasi akan berpengaruh terhadap arus modal yang masuk dan
keluar
dari
suatu Negara.
Perubahan tingkat bunga dan
meningkatnya pengembalian modal investasi akan menyebabkan
makin banyaknya arus modal asing masuk ke dalam negeri.
Penawaran valuta asing yang meningkat ini akan menaikkan nilai
mata uang Negara yang menerima modal tersebut.
e. Perkembangan ekonomi
Pengaruh perkembangan ekonomi terhadap kurs valuta asing
tergantung kepada corak dan perkembangan ekonomi Negara
tersebut. Apabila pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh
peningkatan dalam ekspor, maka penawaran valuta asing akan
terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini maka perkembangan
ekonomi cenderung menaikkan nilai mata uang dalam negeri. Akan
tetapi jika perkembangan ekonomi berada di luar sektor ekspor
maka ha! itu akan memrrw1kan nilai mata uang dalam negeri. Ini
disebabkan karena kecenderungan pert1JJTibuhan akan dapat
meningkatkan impor, dan kenaikan impor ini akan menaikkan
F. Penclitian Tcrdahulu
Hadi Kardoyo dan Mudrajad Kuncoro (2002) meneliti tentang kurs
rupiah terhadap dollar AS dan kurs rupiah terhadap yen dengan analisis
regresi dengan pendekatan Box-Jenkins selama periode 1983.2-2000.3
dengan hasilnya bahwa cocok dan layaknya model kms valas Frenkel-Bilson
yang melibatkan variabel fundamental ekonomi jumlah uang beredar (JUB),
tingkat pendapatan nasional, dan tingkat suku bunga, serta signifikannya
variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi
kurs Rp/US $, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas suku bunga
(interest rate parity) berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs valas
Rp/US$ ha! ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli
juga berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs Rp!US$. Model kurs valas
Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton tidak
bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rp/Yen. Variabel tingkat
inflasi Indonesia terhadap inflasi Jepang bertanda positif dan signifikan. Ini
berarti doktrin paritas daya beli (purchasing power parity) juga berlaku
dalam mempengaruhi fluktuasi kurs Rp!Yen.
Nurina Sitaresmi dan Noer Azam Achsani. meneliti mekanisme
transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tulcar yang dipengaruhi oleh
shock yang berasal dari fluktuasi Yen Jepang dan Dollar Amerika terhadap
nilai tukar Rupiah yang dapat ditransmisikan baik secara langsung maupun
tidak langsung pada perekonomian dalam negeri dengan menggunakan
dengan model koreksi kesalahan atau VECM (Vector Error Corection
Model). Hasil dari simulasi IRF dan FEVD memmjukkan bahwa dengan
adanya guncangan kurs Dollar dan Yen membuat variabel makroekonomi
domestik berfluktuasi tinggi dalan1 jangka panjang fluktuasi tersebut akan
semakin berkurang dan menghilang. Pengaruh guncangan kurs Dollar
memberikan
fluktuasi
yang
relatif
lebih
kuat
terhadap
variabel
makroekonomi Indonesia dibandingkan pengaruh k:urs Yen Jepang. Baik
dalam jalur lintas kurs langsung maupun tidak: langs1mg, fluktuasi k:urs riil
rnpial1
berpengaruh
terhadap
perubahan harga barang-barang yang
diperdagangkan secara internasional (ekspor dan impor).
Sri Isnowati (2002) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengarnhi
nilai tukar rnpiah terhadap dollar Amerika dengan menggunakan analisis
Error Correction Model (ECM) atau model korelasi k:esalahan. Variabelvariabel independennya adalah jumlah uang beredar, tingkat pendapatan riil,
suku bunga, dan tingkat harga relatif. Hasilnya menunjukkan bahwa
spesifikasi model koreksi kesalahan yang dipakai sudah benar. Variabel
perbedaan jumlah uang beredar adalal1 berpengarnh terhadap nilai tukar
dalam jangka pendek sedm1gkan dalam jm1gka panjang variabel ini tidak
mampu menerangkan perilaku nilai tukar. Variabel perbedam1 tingkat
pendapatm1 riil menunjukk:an bahwa variabel ini hanya man1pu menerangkan
pernbahm1 nilai tukar dalam jangka panjang. dalam jangka panjang uji tanda
sesuai dengan hipotesis yang diajuk:an dalam penelitian ini dan signifikan
perubahan nilai tukar baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Variabel perbadaaan tingkat suku bunga. berpengarnh positif
terhadap nilai tukar atau terjadinya apresiasi rupiah.
G. Kerangka Berfikir
Fluktuasi valuta asing dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktorfaktor yang berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi antara lain adalah
seperti jumlah uang beredar, produk domestik bruto, suku bunga deposito,
inflasi, neraca transalcsi berjalan. Kelima falctor tersebut seara teoritis sangat
berkaitan dengan kurs, untuk itu hipotesa mengenai pengaruh kelima faktor
tersebut terhadap !curs perlu dilakukan sehingga mempunyai dasar yang kuat
dalam pengambilan keputusan.
Info1masi mengenai nilai !curs sangatlah penting, karena mengingat
pengaruh-pengaruhnya yang sedemikian besar bagi variabel-variabel makro
ekonomi. Misalnya, bila mata uang suatu Negara mengalami depresiasi,
ekspomya bagi pihak Juar negeri menjadi semakin murah, sedangkan impor
bagi penduduk Negara itu menjadi semakin mahal. Apresiasi menimbulkan
dampak yang sebaliknya.
Berdasarkan acuan tersebut, peneliti akan menganalisis fluktuasi kurs
valas di Indonesia dengan penggunaaan Box-Jenkins untuk menentukan valas
secara akurat dan tepat. Karena model ini mampu menghasilkan peran1alan
jangka pendek.
Analisis Kurs Valas Rupiah
terhadap Dollar AS dan Yen
J
~
Variabel Independen :
Variabel Dependen :
..
•
Kurs Spot Rp/US $
" l'roduk Domestik Brnto
•
Kurs Spot Rp/Yen
" ''Suku Bunga Deposito
fumlah Uang Beredar
" I nflasi
"
Uji Stasioneritas :
Uji Akar Unit
I
Pendekatan Box-Jenkins
Interprestasi Hasil
Gambar2.1
Kerangka Berfikir
1\Jeraca T ransaksi
1
'Be1jalan
H. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh kurs Rp/US $ dan Rp/Yen secara parsial
a. lio: bi= 0
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan
antara jumlah uang beredar dengan kurs
Rp/US $ dan Rp/Yen.
Terdapat
pengamh
secara
signifikan
antara jurnlah uang beredar dengan kurs
Rp/US $ dan Rp/Yen.
b. Ho: b2 =O
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan
antara suku bm1ga deposito dengan kurs
Rp/US $ dan Rp/Y en.
Terdapat
pengaruh
secara
signifikan
antara suku blli1ga deposito dengan kurs
Rp/US $ dan Rp/Yen.
c. Ho: b3 = 0
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan
antara PDB dengan kurs Rp/US $ dan
Rp/Yen.
Terdapat
pengarnh
secara
signifikan
antara PDB dengan kurs Rp/US $ dan
Rp/Yen.
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan
antara inflasi dengan kurs Rp/US $ dan
Rp/Yen.
Terdapat
pengaruh
secara
signifikan
antara inflasi dengan kurs Rp/US $ dan
Rp/Yen.
e. Ho: bs =O
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan
antara neraca transaksi be1jalan dengan
kurs Rp/US $ dan Rp/Yen.
Ha: bs ,tO
Terdapat
pengarnh
secara
signifikan
antara neraca transaksi berjalan dengan
kurs Rp/US $ dan Rp/Yen.
2. Pengarnh kurs Rp/US $ dan Rp/Yen secara simultart
Ho : bi,b2, b3, b4, b5 = 0
tidak terdapat pengaruh signifikan antara
variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel pengaruh kurs Rp/US $
dan Rp/Yen Jepang yang terdiri dari sebagai berikut : selisih jurnlah uang
beredar antara Indonesia dengan AS, selisih jumla11 uang beredar antara
Indonesia dengan Jepang, selisih Produk Domestik Bruto (GDP) antara
Indonesia dengan AS, selisih Produk Domestik Bruto (GDP) antara Indonesia
dengan Jepang, selisih suku bunga deposito antara Indonesia dengan AS,
selisih suku bunga deposito antara Indonesia dengan jepang, selisih inflasi
antara Indonesia dengan AS, selisih inflasi antara Indonesia dengan Jepang,
selisih neraca transaksi berjalan (CA) antara Indonesia dengan AS, selisih
neraca transaksi (CA) berjalan antara Indonesia dengan Jepang.
Variabel-variabel tersebut merupakan variabel bebas (independen)
selama delapan tahun berturut-turut mulai tahun 2000 sampai dengan tahun
2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulanan yang
diambil dari surnber data antara lain Bank Indonesia, International Financial
Statistic (IFS) yang dipublikasikan International A1onetmy Fund (IMF).
Perhitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan
alat bantu software statistik dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai,
yaitu Eviews 4.1.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalani penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh aktivitas
dan kondisi nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dan Yen Jepang di pasar
valuta asing mulai tahun 2000 sanipai dengan 2007 yang merupakan suatu
wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan dan bank dapat
melakukan tnmsaksi keuangan intemasional dengan jalan melakukan
pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply)
atas valas. Untuk variabel dependen dibatasi pada kurs spot Rp/US $ dan kurs
spot Rp/Yen. Sedangkan untuk variabel independen dibatasi pada jumlah
uang beredar, Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga deposito, inflasi,
dan neraca transaksi berjalan.
C. Mctode Pcngumpulan Data
Data yang digunakan bersun1ber dari data sekunder, lalu teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini
dilakukan serangkaian kegiatan berikut :
1. Data Sekunder
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time
series) dengan skala triwulanan yang diambil dari sumber data antara lain
Bank
Indonesia,
International
Financial
Statistic
dipublikasikan International Monetary Fund (IMF).
2. Metode Kepustakaan
(IFS)
yang
Penelitian ini juga diperoleh melalui studi kepusta:kaan. Sumber-sumber
yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan
membahas pern1asalahan penelitian ini. Seperti buku, jumal, koran, dan
lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian yang diteliti.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan selama beberapa waktu atau kadaluarsa (out of date) karena
ilmu dan teori selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan teknologi yang berkembang selama ini yaitu internet,
sehingga data yang diperoleh semakin real-time (up to date) dengan saat
ini. Seperti ww.bi.go.id
D. Metodc Analisis
1. Metode Box-Jenkins
Alasan yang mendasari untuk menggunakan metocle tersebut adalah :
I. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang
bersifat time series yaitu jumlah uang bere:dar, produk domestik
bruto, suku bunga cleposito, inflasi, neraca transaksi berjalan.
2. Akan dipakai suatu program simulasi (disebut ARIMA) untuk
membangkitkan data deret berkala, menurut beberapa model ARIMA
yang dikehendaki.
3. Data yang disimulasikan dari model ARJMA. yang khusus akan
dianalisis untuk melihat sejauh mana sifat-sifot empiris suatu deret
berkala berkaitan dengan sifat-sifat teoritis yang telah diketahui.
Menurut Naclu·owi Djalal dan Hardius Usman (2006:375), pemodelan
dan peramalan menggunakan ARJMA sering dihubungkan dengan dua nama,
yaitu G.E.P Box dan G.M Jenkins. Hal itu diakibatkan jasa kedua statistisi
tersebut dalam memperkenalkan metodologi untuk. idlentifikasi, penaksiran,
pengujian, dan peramalan model, sehingga mudah dipahami. Model ARIMA
umumnya dituliskan dengan notasi ARIMA (p,d,q). P adalah derajat proses
AR, d adalal1 orde pembedaan, dan q adalah derajat proses MA. Adanya nilai
pembedaan (d) pada Model ARIMA disebabkan aspek-aspek AR dan MA
hanya dapat diterapkan pada data time series yang stasioner. Metode Box
Jenkins menggunakan pendekatan iterative, deng•m empat tahapan dalam
menentukan model yang cocok. Tahap-tahap dalarn metode Box-Jeukins
(ARIMA) adalah sebagai berikut:
a. Tahap Identifikasi
Dalam identifikasi ini ditentukan nilai p, d,. dan q. dalam tallap
identifikasi, digunal<an fungsi estimasi fungsi autokorelasi dan fungsi
autokorelasi parsial (ACF dan PACF). Tabel berikut memperlihatkan
karakteristik
ACF
dan
PACF
yang
mengindentifikasi proses pembentukan data.
I) Fungsi Otokorelasi Parsial
bisa
digunakan
untuk
ACF merupakan mengukur korelasi antar pengamatan dengan lag ke-k.
sedangkan PACF merupakan pengukuran korelasi antar pengamatan
dengan lag ke-k dan dengan mengontrol korelasi antar dua pengamatan
dengan lag kurang dari k atau dengan kata lain, PACF adalah korelasi
antara y, dan
Yt-k
setelah menghilangkan efek
Yt
yang terletak di antara
kedua pengamatan tersebut. Fungsi otokorelasi parsial ini hanya
diharapkan dapat membantu dalam menentukan orde dari proses AR.
b) Identifikasi Orde dan Model
Setelah mengetahui PACF, sekarang menggunakan ACF dan PACF
yang didapat untuk menentukan model ARIMA. Caranya adalah
dengan mencocokkan pola ACF dan PACF berdasarkan data yang kita
gunakan untuk membuat fungsi tersebut, dengan pola model standar
seperti AR(l), MA(2), ARMA(l,l), ARMA(2,2) dan seterusnya. Bila
pola yang sedang dianalisis cocok clengan salah satu pola model
standar maka model stanclar tersebut clijadikan model pilihan. Tetapi,
model terpilih masih perlu dilakukan tes diagnostik untuk mengetahui
apakah model terpilih memang akurat atau cocok clengan data yang
climiliki.
b. Tal1ap Estimasi Model ARlMA
Setelah p dan q ditentukan, tahapan berikutnya aclalah mengestimasi
parameter AR clan MA yang ada pacla model. Estimasi ini bisa
menggunakan teknik kuadrat terkecil sederhana maupun clengan metode
c. Tahap Tes Diagnostik
Setelah model ARIMA ditentukan, dan parameternya telah diestimasi,
maka kemudian harus melihat apakah model yang terpilih cocok dengan
data atau tidak. Siapa tahu ada model ARIMA lain yang lebih cocok atau
sama cocoknya dengan model yang terpilih. Safah satu tes yang dapat
dilakukan adalah dengan mengamati apakah residual clari model
terestimasi merupakan white noise atau tidak.
Jika residual berupa white noise, berarti model terpilih cocok dengan
data. Sebaliknya bila residual tidak berupa white noise, berruti model
terpilih bukan merupakan model yru1g cocok. Akibatnya, kita harus
melakukan pilihan ulang dari awal lagi. Oleh sebab itulal1, metodologi
Box-Jenkins disebutjuga proses iterasi.
cl.
Tahap peramalan
Peramalan baru dibuat setelah modelnya lolos tes diagnostik.
Peran1alan ini sesungguhnya merupakan penjabaran clari persamaan
berdasarkan koefisien-koefisien yang didapat, sehingga kita dapat
menentukan kondisi di masa yang akan datang. Masalah ini akan lebih
mudah dibicarakan berdasarkan contoh kasus.
2. Uji Stasioneritas
Sebelum melalmkan rumlisis terlebih dahulu apakah runtut waktu
(time series) yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji
formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macrun pengujian
(Nachrowi, 2006:346). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit
(unit root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller.
Jika suatu variabel data mengandm1g unit root maka data tersebut
tidak stasioner. Metode yang digunakan untuk unit root test adalah
Augmented Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahuii apakah ada unit root
pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky Fuller
(ADF) !-Statistic harus Jebih kecil dibandingkan dengan test critical values
atau nilai kritis (Wing Wahyu Winarno, 2007:79). Jika salah satu variabel
ada yang tidak stasioner maka data tersebut harus di-diferrence (beda)
tingkat pe1iama (first difference). Kalaupun belum juga stationer maka
data tersebut di-diferrence (beda) tingkat kedua (second difference).
E. Opcrasional Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang
rupiah terhadap US dollar dan Yen Jepang. Nilai tukar adalah selisih antarn
nilai tukar pada periode t dan nilai tukar pada periode sebelU111 t. sedangkan
variabel-variabel independennya antara lain :
1. Selisih jmnlah uang yang beredar di Indonesia dengan jU111lah uang
yang beredar di Amerika Serikat dan Jepang. Jumlah uang beredar di
Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang dihitung dari jumlah uang
kartal dan uang giral karena bersifat likuid dan digunakan sebagai alat
pembayaran sehari-hari. Jun1lah uang beredar dalam arti sempit adalah
2. Selisih inflasi di Indonesia dengan inflasi di Amerika Serikat dan
inflasi di Jepang. Tingkat inflasi di Indonesia, diukur dari Indeks Harga
Konsumen yang merupakan gabungan 43 kota di Indonesia per bulan,
sedangkan inflasi di Amerika Serikat dan Jepang diukur dari Consumer
Price Index (Indeks Harga Konsumen) di Amerika Serikat dan Jepang
perbulan. Inflasi adalah selisih antara Indeks Harga Konsumen (IHK)
pada periode t dan periode sebelum t dibagi dengan IHK pada periode
sebelum t.
3. Selisih suku bunga Indonesia dengan suku bunga di Amerika Serikat
dan Jepang. Tingkat suku bunga deposito dihitung dari perubahan
tingkat suku bunga deposito bank Indonesia dengan jangka waktu per
bulan. Sedangkan tingkat suku bunga Amerika Serikat dan Jepang
dihitung dari perubahan suku bunga deposito internasional.
4. Selisih GDP riil Indonesia dengan GDP riil Amerika Serikat dan
Jepa11g. GDP di Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang ketigru1ya
diukur dari persentase riil GDP yru1g merupakan selisih GDP riil
periode t dan GDP riil periode sebelum t dibagi dengan GDP riil
periode sebelum t dikali I 00. GDP adalah nilai dari sernua barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara tiap talmn dan diukur rnenurut
harga pasar.
5. Selisih neraca transaksi berjalan Indonesia, Arnerika Serikat, dan
Jepang. lrnpor adala11 jurnlah rnasukan hasil perdagangan dari luar ke
keluaran hasil perdagangan dari dalam ke luar negeri dalam waktu
te1ientu. Impor dan ekspor di Indonesia, Amerika Serikat, dan J epang
ketiganya dihitung berdasarkan pada impor dan ekspor barang yang
ada pada transaksi neraca pembayaran internasional ketiga Negara
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Dollar AS dan Yen Jepang
1. Dollar AS
US Dollar menjadi mata uang dunia sejak akhir Perang Dunia II
hingga saat ini. Hal ini dapat dimengerti mengingat pada saat itu
perekonomian di Negara Eropa hancur akibat perang. Walaupun Amerika
ikut serta dalam peperangan tersebut (baik di Eropa berhadapan dengan
Nazi Jerman maupun di Pasifik dengan Jepang). Dengan digelarnya
konferensi intemasional mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di
Bretton Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tal1un 1944 yang
menandai
dimulainya
Fixed
Exchance
Rate
System
semakin
mengukuhkan peran mata uang US Dollar sebagai mata uang utama
dunia. (www.bi.go.id).
Pada akhir talmn 1960-an dan awal tallun 1970-an Fixed Exchance
Rate System sebagai implikasinya US Dollar tidak di-back up sejumlah
emas tertentu !agi. Tetapi karena besarnya perekonomian Amerika Serikat
membuat mata uang tersebut tetap menjadi mata uang dunia hingga saat
ini. Perjalanan waktu juga menunjukkan mata uang US Dollar sebagai
mata uang yang cukup stabil walapun dalam keadaan krisis sekalipun.
The Federal Reserve (Bank Sentral Arnerika Serikat) atau yang
Serikat. The Federal reserve didirikan pada tahun 1913 melalui the
federal reserve act (tmdang-undang Bank Sentral Amerika Serikat). The
federal reserve menganut sistem desentralisasi dimana ada sebuah dewan
yang bemama the federal reserve board yang berkedudukan di
washington dan 12 federal reserve bank di berbagai negara bagian (state)
yang membawahi suatu wilayah tertentu yang telah ditetapkan. Federal
reserve bank dipimpin Gubemur Bank Sentral.
Pada tahun 1923 didirikan sebuah komite bemama The Open
Investment Committe (disingkat OMIC) yang bertugas mengkoordinasi
operasional dari 12 federal reserve bank. OMIC beranggotakan para
gubernur Bank Sentral dari the federal reserve bank di New York,
Philadhelpia, Cleveland, Chicago dan Boston. Pada tahun 1930 OMIC
diganti dengan The Open Market Policy Conference (OMPC).
OMPC beranggotakan dewan gubemur dari 12 federal reserve
bank. Pada tahun 1935 berlaku undang-undang perbankan barn mengubah
susunan the federal reserve system menjadi bentuknya sekarang. Pada saat
itu pula OMPC bernbah nama menjadi The Federal Open Market
Committe (FOMC). Nama tersebut dipakai sampai sekarang. Semua
anggota dewan gubernur dipilih oleh presiden dengan mendapat
persetujuan kongres Amerika.
Hal ini
membuat federal reserve
mempunyai sistem yang independen. (www.bi.go.id).
2. Yen Jepang
Yen Jepang merupakan salah satu mata uang kuat di dunia dan
salah satu mata uang yang paling banyak diperdagangkan di pasar valuta
asing dunia. Jepang merupakan salah satu negara industri terkemuka di
Asia dan mempunyai posisi yang sa.ngat kuat dalam perdagangan
interuasional. Namun karena Jepang sangat tergantung dengan bahan
mentah yang harus diimpor dari luar maka fluktuasi mata uang Yen sangat
dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan mentah clan minyak bumi di Pasar
Intemasional. Belakangan fluktuasi Yen berkaitar1 erat dengan fluktuasi
indeks Nikkei, indeks pasar modal Jepang dan pasar real estate di negara
itu. (www.bi.go.id).
Dalam sejarahnya, perekonomian Jepang mengalami masa suram
pada saat embargo minyak awal tahun 70-an. Namun pada saat
pengambilalihan Kuwait oleh irak yang menyababkan perang teluk tahun
1992 tidak mempengaruhi harga minyak sehingga pada peristiwa tersebut
perekonomian Jepang tidak terlalu terpengaruh. Mata uang Yen tercatat
mencapai nilai tertinggi pada April 1995 yang mencapai rate 1 Dollar
sama dengan 80 Yen. Hal ini dapat tercapai karena kebijakan ekonomi
Amerika Serikat yang berusaha untulc meningkatkan daya saing ekspor
produk Amerika Serikat dibandingka produk yang sama buatan Jepang.
Bank of Japan (Bank Sentral Jepang) mempunyai kewenangan
yang mirip dengan the Fed (Bank Sentral Amerika Serikat). Hanya saja
Jepang terlebih dahulu. Walaupun begitu ketergantungan tersebut tidak
menimbulkan
kecenderungan
pemerintah
Jepang
(melalui
mentri
keuangan) untuk memanfaatkan bank sentral melakukan kebijakan yang
tidalc populer misalnya mencetalc uang untulc membiayai anggaran belanja
pemerintah
yang
pada
akhimya
akan
menimbulkan
inflasi.
(www.bi.go.id).
B.
Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Pengujian alcar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan
dalam analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi kesahihan
analisis ARIMA. Ini berarti bahwa data yang dipergunakan hams bersifat
stasioner atau dengan kata lain perilalrn data yang stasioner memiliki
varians yang tidak terlal u besar clan mempw1yai kecenderungan untuk
mendekati nilai rata-ratanya (Suhendra, 2003).
Jika suatu variabel data mengandung unit root maka data tersebut
tidak stasioner. Metode yang digw1alcan untuk unit root test adalah
Augmented Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahui apakah ada unit root
pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky Fuller
(ADF) t-Statistic hams lebih kecil dibandingkan dengan test critical values
atau nilai kritis (Wing Wahyu Winamo, 2007:79).
Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap selurul1
variabel yang berkaitan antara Indonesia dengan AS dalam model
(ADF) test, yang perhitungannya menggunakan komputer program Eviews
4.1. Berdasarkan hasil pengujian stasioneritas tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model pada tingkat level
(data asli), ada beberapa variabel yang sudah stasioner kecuali variabel
PDB dan inflasi. Kedua variabel tersebut tidak stasioner karena nilai ADF
hitung pada variabel-variabel tersebut kurang dm·i nilai kritis ADF tabel,
maka pada tingkat level (data asli) variabel-variabel tersebut memiliki
persoalan akar unit.
Tabel 4.1 Uji Akar Unit pada Tingkat Level
Untuk Indonesia terhadap AS
Variabel ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5%
Kurs
-6.764278
-2.960411
-3.662349
-2.971853
UB
-2.541352
-2.971853
PDB
-2.960411
-3.318432
Bunga
Inflasi
-2.400244
-2.960411
-2.963972
CA
-6.743974
Swnber : Hasil data diolah
Keterangan
Stasioner
Stasioner
Tidak Stasioner
Stasioner
Tidak Stasioner
Stasioner
Mengingat tidak semua variabel data asli nilainya stasioner, maka
data tersebut di-diferrence (beda) tingkat pertmna. Dimana pada tabel 4.2
pengujian dalam bentuk difference (beda) tingkat pertama, semua variabel
penentu kurs seperti PDB dan inflasi sudah mencapai stasioner. Hal ini
km·ena nilai ADF hitung yang lebih kecil dari nilai ADF tabel pada derajat
kepercayaan 5%. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa seluruh
variabel-variabel yang berkaitan antara Indonesia dengm1 AS dalam
penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, sehingga dapat
r111-::in1ntk-!-ln rlP:nv::tn nP.nPniian
ARIMA.
Tabel 4.2 Uji Akar Unit pada Tingkat Pertarna
Untulc Indonesia terhada AS
Variabel ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5% Keterangan
Kurs
-6.367676
-2.971853
Stasioner
-13.04862
-2.971853
UB
Stasioner
PDB
-15.23999
-2.971853
Stasioner
B1mga
-7.874202
-2.976263
Stasioner
Inflasi
-7.773614
-2.963972
Stasioner
CA
-6.589883
-2.971853
Stasioner
Sumber : Hasil data diolah
Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh
variabel yang berkaitan antara Indonesia dengan Jepang dalarn model
penelitian yang peneliti ajukan, didasarkan pada Augmented Dicky Fuller
(ADF) test, yang perhitungannya menggunakan komputer program Eviews
4.1. Berdasarkau basil pengujian stasioneritas tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model pada tingkat level
(data asli) sudal1 mencapai stasioner. Hal ini karena nilai ADF hitung yang
lebih kecil dari nilai ADF tabel pada derajat kepercayaan 5%. Dengan
demikian, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang berkaitan antara
Indonesia dengan Jepang dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat
yang sarna, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian ARIMA.
Variabel
Km·s
UB
PDB
Bunga
Inflasi
CA
Tabel 4.3 Uji Akar Unit pada Tingkat Level
Untuk Indonesia terhadap Jepang
ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5%
-4.896481
-2.963972
-3.286653
-2.976263
-5.115395
-2.963972
-4.443454
-2.960411
-3.760056
-2.960411
-2.967767
-5.174950
Keterangan
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Sumber : Hasil data diolal1
2. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)
Model ARIMA mernpakan model yang menggunakan series-nya
sendiri untuk melakukan peramalan. Model ARIMA ini sangat cocok
untuk forecasting jangka pendek. Ada beberapa tahapan dalam pemodelan
yaitu yang pertama adalah identifikasi model (stasioneritas data). Yang
kedua adalah estimasi AR dan MA dalam model. Selanjutnya melakukan
tes diagnostik untuk mengetahui model yang terpilih cocok dengan data
atau tidak. Dan yang terakhir melakukan peramalan untuk menentukan
kondisi di masa yang akan datang.
Pengujian ARIMA yang dilakukan terhadap model-model kurs
valas dengan masing-masing variabel yang mempengaruhi kurs valas, lalu
dibandingkan dengan setiap model kurs valas satu sama yang lain.
Dengan melihat kesignifikan variabel independen yang mempengarnhi
variabel dependen. Dalam hal ini setiap model mempunyai variabel yang
berbeda dengan variabel yang terdapat di model yang lain.
a. Rupiah terhadap Dollar AS
Tabel 4.4 Hasil Regresi Model Kurs Valas
Rupiah terhadap Dollar AS
Model3
Variabel ·•· . ·. Mc5del1 ·.··Model2
0.125302
c
0.12594
0.190449
[2.999531] [2.96577] [4.574105]
UB
0.305969 [-0.295183] 0.50844
[3.031869] [-2.859232] [2.669649]
PDB
0.76656
0.745793 0.587773
[2.943239] [2.792276] [1.741707]
Bung a
0.035031
0.039187 0.059545
[3.339262] [3.164736] [2.449743]
lnflasi
0.003934 -0.017184
[0.736054] [-1.414739]
CA
0.10867
[1.637309]
AR(1)
-0.195571 -0.206996 -0.243898
[0.994612] [-1.029664] [-1.493435]
Adjusted-R square 0.529304
0.522045 0.618677
F-stat
7.747087
6.461233 7.953352
Sumber : Hasil data diolah
Keterangan : Angka dalam kurung ~ t-statistik
Dari hasil regresi ketiga model kurs valas pada tabel 4.4
menunjukkan bahwa model 1 atau model kurs valas Frenkel-Bilson
dengan variabel jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB)
dan tingakat suku bunga deposito signifikan dalarn menjelaskan
fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Hal ini terlihat
jelas dari variabel jumlal1 uang beredar, tingkat pendapatan nasional
(PDB) dan tingakat suku bunga deposito yang hasil t hitung lebih besar
dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%.
Pada Model
I (Model Frenkel-Bilson) hasil penghitungan
sebesar 0,125302 dengan t hitung sebesar 2,999531. Koefisien jumlah
uang beredar adalah sebesar 0,305969 dengan nilai t hitung sebesar
3,031869. Nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh dari alpha 5%
dan df
=
31. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya
secara parsia! terdapat pengaruh y<mg signifikan anlara jumlah uang
beredar dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien produk domeslik brulo adalah scbesar 0,745793 dengan
nilai l hitung sebesar 2,943239. Nilai t hilung lebih besar t tabel maka Ho
ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan anlara
produk domeslik brulo dengan kurs rupiah lerhadap dollar AS.
Koefisien suku bunga deposito ada!ah sebesar 0,035031 dengan
nilai t hitung sebesar 2,943239. Nilai t hitung lebih besar l label maka Ho
dilolak artinya secara parsial lerdapal pengaruh yang signifikan anlara
produk domestik bruto dengan kurs rupiah lerhadap dollar AS. Maka
persamaan dari Model I (Model Freukel-Bilson) adalah :
Kurs Rp/US
$
=
0,125302
+ 0,305969UB + 0,76656PDB +
0,03503 IBUNGA + e;
Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) menunjukkan varibel jumlah
beredar, tingkat pendapalan nasional, dan tingkat suku bw1ga deposilo
signifikan karena nilai l hitung lebih besar dari t label dengan derajat
kepercayaan 5%, lelapi pada variabel lingkat inflasi lidak signifikan
karena nilai t hitung lebih kecil dibanding t tabel. Maka model 2 (Model
kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Dari hasil penghitw1gan
koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah
sebesar 0, 12594 dengan t hitung sebesar 2,96577. Koefisien jumlah uang
beredar adalal1 sebesar -0,295183 dengan nilai t hitung sebesar ··2,859232.
nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial
terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan
kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,745793 dengan
nilai t hitung sebesar. 2, 792276. Nilai t hi tung lebih besar t tabel maka Ho
ditolal' artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara
produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar 0,039187 dengan
nilai t hitung sebesar 3,164736. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho
ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara
suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien inflasi adalah sebesar 0,003934 dengan nilai t hitung
sebesar 0,736054. Nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima
artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
inflasi dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Maka persamaan dari
Model 2 (Model Frenkel-Bilson) adalah :
Kurs Rp/US
$
=
0,12594 -
0,295183UB + 0,745793PDB +
0,039187BUNGA+ 0,003934/NF+ e;
Pada Model 3 (Model Hooper-Morton) menunjukkan varibel
jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga deposito signifikan karena
nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%,
tetapi pada variabel tingkat pendapatan nasional. (PDB), tingkat inflasi,
dan neraca transaksi berjalan (CA) tidak signifikan karena nilai t hitung
lebih kecil dibanding t tabel. Maka Model 3 (Model Hooper-Morton)
tidak layak untuk menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah
terhadap Dollar AS. Dari hasil penghitungan koefisiensi regresi
memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0, 190449
dengan t hitung sebesar 4,574105. Koefisien jumlah uang beredar adalah
sebesar 0,50844 dengan nilai t hitung sebesar 2,669649. Nilai t hitung
lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah
terhadap dollar AS.
Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,587773 dengan
nilai t hitung sebesar 1,741707. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho
diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara produk domestik bruto dengan kurs rnpiah terhadap dollar AS.
Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar 0,059545 dengan
nilai t hitung sebesar 2,449743. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho
ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara
suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien inflasi adalah sebesar -0,017184 dengan nilai t hitung
sebesar -1,414739. Nilai -t hitung lebih kecil dari -t tabel maka Ho
diterima artinya secara parsial tidak terdapat pe:ngaruh yang signifikan
antara inflasi dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Koefisien neraca transaksi berjalan adalah sebesar 0, 10867 dengan
nilai t hitung sebesar 1,637309. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho
diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara neraca transaksi berjalan dengan kurs rupiah terhadap dollar AS.
Maka persamaan dari Model 3 (Mode Hooper-Morton) adalah :
Kurs Rp/US
$
=
0,190449 + 0,50844UB + 0,587773PDB +
0,059545BUNGA - 0,017184JNF+ 0,10867CA + e;
Model
kurs
valas Frankel-Bilson (Model
1) sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel 4.4 layak diterapkan dalam menganalisis
fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS pada periode tahun 2000
sampai tahun 2007, sebagaimana ditunjukkan dengan signifikannya
variabel-variabel fundamental ekonomi dalam model seperti jumlah uang
beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan tingkat suku btmga
deposito. Nilai konstanta dengan tanda positif menunjukkan terdapatnya
kecenderungan Rupiah akan menguat terhadap Dollar AS. Variabel
pendapatan nasional (PDB) ternyata menyumbang proporsi yang lebih
besar (0,76>0,30) dalam menapresiasi nilai kurs Rupiah terhadap Dollar
AS dibanding variabel jumlah uang beredar. Jadi bila terdapat kenaikan
pendapatan nasional dan jumlah uang beredar di Arnerika, akan
rnenyebabkan apresiasi nilai kurs tukar Rupiah terhadap Dollar.
Variabel
tingkat
suku
bunga
deposito
signifikan
dalam
mengapresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS. Jadi kenaikan tingkat
suku bunga deposito dalam negeri terhadap suku bunga deposito di
Arnerika Serikat akan menyebabkan penguatan atau apresiasi Rupiah
terhadap Dollar AS. Ini artinya instrumen tingkat suku bunga deposito
yang
dimiliki
Bank
Sentral
Indonesia
dapat
digunakan
untuk
mempengaruhi fluktuasi nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Untuk
memperkuat nilai Rupiah terhadap Dollar AS, Bank Indonesia akan
menaikkan tingkat suku bunga, dengan tujuan untuk mengabsorsi jumlah
uang beredar, menekan angka inflasi, serta mengurangi kegiatan
spekulasi dari fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS, sehingga
fluktuasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS dapat dikurangi.
Faktor fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS masa lampau,
sebagaimana ditunjukkan variabel AR(l) ak:an memberikan dampak
psikologis yang tidak terlalu besar dalam mengapresiasi nilai Rupiah
terhadap Dollar AS. Hal ini ditimjukkan nilai koefisien variabel AR(!)
yang bertanda negatifsebesar-0,19.
b. Rupiah terhadap Yen
Tabel 4.5 Basil Regresi Model Kurs Valas
Rupiah terhadap Yen Jepang
~ ~.~(i •..•, .\/
'i'Nfoo.e1·.·1 > •&M:6deF2i e···•M:00.e1:i0~!
c
0.269906 0.271353 lI 0.307141
[12.59609] [14.61333] [9.637055]
-0.05097
0.013533
-0.09502
UB
[-0.66537] [2.243938] [-1.162179]
PDB
0.032149 0.002531
-0.012418
[0.971202] [0.075928] [-0.389841]
Bllllga
-0.060995 -0.096826 -0.058737
[-1.007078] [-1.890951] [-1.007226]
Inflasi
0.021389
0.020332
[2.591944] [l.235015]
CA
-0.084124
[-1.537132]
AR(l)
0.375004
0.476741
-0.335811
[2.109371] [2.529263] [-1.703891]
Adjusted-R square 0.564937
0.636326
0.552999
F-stat
2.842489 4.147654
4.015319
G
Sumber : Hasil data d1olah
Keterangan : Angka dalam kurung = t-statistik
Pada Model
1 (Model
Frenkel-Bilson) hasil penghitungan
koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah
sebesar 0,269906 dengan t hitung sebesar 12,59609. Koefisien jumlah
uang beredar adalah sebesar -0,05097 dengart nilai t hitung sebesar 0,66537. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya
secara parsial tidak terdapat pengarnh yang signifikan antara jumlah uang
beredar dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,032149 dengan
nilai t hitung sebesar 0,971202. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho
diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,060995 dengan
nilai t hitung sebesar -1,007078. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka
Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara suku bunga deposito dengan !curs rupiah terhadap yen. Maka
persamaan dari Model 1 (Model Freukel-Bilson) adalah :
Kurs
Rp/Yen
=
0,269906
0,05097UB
+
0,032 l 49PDB-
0,060995BUNGA + e;
Pada Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) hasil penghitungan
koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah
sebesar 0,271353 dengan t hitung sebesar 14,61333. Koefisien jumlah
uang beredar adalah sebesar 0,013533 dengan nilai t hitung sebesar
2,243938. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara
parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar
dengan kurs rupial1 terhadap yen.
Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,002531 dengan
nilai t hitung sebesar 0,075928. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho
diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,096826 dengan
nilai t hitung sebesar -1,890951. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka
Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien inflasi adalah sebesar 0,021389 dengan nilai t hitung
sebesar 2,591944. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak
artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi
dengan kurs rupiah terhadap yen. Maka persamaan dari Model 2 (Model
Dornbusch-Frankel) adalah:
Kurs
Rp/Yen
=
0,271353
+
O,Ol3533UB+
0,002531PDB
0,096826BUNGA + 0,021389JNF + e;
Pada Model 3 (Model Hooper-Morton) hasil penghitungan
koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah
sebesar 0,307141 dengan t hitung sebesar 9,637055. Koefisien jumlal1
uang beredar adalah sebesar -0,09502 dengar1 nilai t hitung sebesar 1,162179. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya
secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang
beredar dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar -0,012418 dengan
nilai t hitung sebesar -0,389841. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka
Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,058737 dengan
nilai t hitung sebesar -1,007226. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka
Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien inflasi adalah sebesar 0,020332 dengan nilai t hitung
sebesar 1,235015. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima
artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
inflasi dengan kurs rupiah terhadap yen.
Koefisien neraca transaksi berjalan adalab. sebesar -0,084124
dengan nilai t hitung sebesar -1,537132. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel
maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara neraca transaksi be1jalan dengan kurs rupiah terhadap
yen. Maka persamaan dari Model 3 (Model Hooper-Morton) adalah :
Kurs
Rp/Yen
=
0,307141
-
0,09502UB
-
0,012418PDB
0,058737BUNGA + 0,020332 INF - 0,084124CA + e;
Hasil regresi ketiga model kurs valas pada tabel 4.5 temyata
memberikan hasil yang kurang memuaskan. Hanya variabel jumlah uang
beredar dan tingkat inflasi dalam Model 2 (Model Dornbusch-Frankel)
yang signifikan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah
terhadap Yen Jepang. Hal ini terlihat jelas dari variabel jumlah uang
beredar, tingkat inflasi yang hasil t hitung lebih besar dari t tabel dengan
derajat kepercayaan 5%. Sedangkan untuk variabel tingkat pendapatan
nasional (PDB) clan tingkat bunga deposito tidak signifikan dalam
menjelaskan fenomena flrnktuasi kurs valas Rupiah terhadap Yen Jepang
karena hasil t hitung dari kedua variabel tersebut Jebih kecil dari t tabel
dengan derajat kepercayaan 5%.
Dengan demikian fluktuasi ketiga model kurs valas tidak layak
untuk diterapkan dalam kasus fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang
pada periode tahun 2000 sampai tahun 2007, dengan banyaknya variabelvariabel fundamental ekonomi dalam model tidak signifikan dalam
menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang.
Hanya variabel jumlah uang beredar dan tingkat inflasi dalam Model 2
(Model
Dornbusch-Frankel)
yang
diterapkan
dalam
menjelaskan
fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Yen Jepang. Dengan
mengacu pada hasil regresi pada tabel 4.5 dimana variabel jumlah uru1g
beredar dan tingkat inflasi saja yang signifikan dalan1 menjelaskan
fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepru1g, selanjutnya model
kurs
valas
yang
melibatkan variabel
tersebut dianalisis
pendekatru1 ARJMA dan hasil regresi pada tabel 4 . 6.
Tabel 4.6 Hasil Regresi Model Ku:rs Valas
R upia
"hterhd
a ap Yen J epang
<
< Y~ri~l?d . •· ' __ ,-::_-; - -,- ).'-'.'/
~_,;_,.,.;_
c
0.283043
[16.30765]
UB
-0.153451
-[-2.142399]
Inflasi
0.020308
·[2.365749]
AR(!)
0.231194
[1.111147]
Adjusted R-square
0.322815
·F-,tnt
4.575253
"
-
dengru1
Tabel 4.6 menunjukkan pengaruh variabel jurnlah uang beredar
memiliki koefisien sebesar negatif dalam mempengaruhi kurs Rupiah
terhadap Yen Jepang sebesar -0,153451 ini artinyajika terjadi penurunan
jumlah uang beredar di dalam negeri terhadap jumlah uang beredar di
Jepang, justru akan memperlemab/mendepresiasi Rupiah terhadap Yen.
Tingkat inflasi Indonesia terhadap Jepang berpengaruh dalam
mendepresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang. Hal ini berarti
kenaikan tingkat inflasi di Indonesia terhadap tingkat inflasi Jepang akan
menyebabkan apresiasi nilai Rupiah terhadap Yen Jepang. Fluktuasi kurs
Rupiah terhadap Yen Jepang di masa lalu sebagaimana ditunjukkan
variabel AR(l) memberikan dampak psikologis yang cukup berarti (0,23)
dalam mendepresiasi Rupiah terhadap Yen Jepang. Kecenderungan terus
melemahnya nilai Rupiah terhadap Yen Jepang pada urnumnya Jebih
banyak disebabkan pengaruh dari utang luar negeri Indonesia terhadap
Jepang yang dari tahun ke tahun semakin besar. Maka persamaan dari
Model tersebut adalah :
Kurs Rp/Yen = 0.283043 - 0.153451 UB + 0.020308/NF + e;
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian
persyaratan
analisis
yang
telah
dilaksanakan
sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel yimg terlibat
didalamnya memenuhi kualifikasi persyaratan, penelitian dilanjutkan
dengan melakukan pengujian signifikansi model, untuk melihat pengaruh
variabel independen terhadap dependen secara parsial dan simultan.
a. Uji t Statistik (Uji Test ofsignificant)
Untuk memperoleh keyakinan
tentang kebaikkan dari model
regresi dalam memprediksi, maka diperlukan adanya pengujian
terhadap signifikansi dari masing-masing koefisien dari model. Untuk
menguji koefisien dari masing-masing model, uji yang digunakan
adalah
uji
t.
Aturan
penerimaan
dan
penolakkan
hipotesis
menggunakan uji t, dimana Ho diterima jika t hitung lebih kecil
daripada t tabel dan Ho ditolak jika t hi tung lebih besar daripada t tabel
atau Ho diterima jika -t hitung lebih kecil daripada -t tabel dan Ho
ditolak jika -t hitung lebih besar daripada -t table (Santosa dan Ashari,
2005:146). Untuk variabel-variabel yang mempengaruhi kurs Rupiah
terhadap Dollar AS dengan Model 1:
1) Variabel Jun1lah Uang Beredar
Dari hasil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitw1g sebesar
3,031869 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh
dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hi tung lebih besar dari t
table maka Ho ditolak berarti variabel jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiail terhadap Dollar AS.
2) V ariabel Produk Domestik Bruto (PDB)
Dari hasil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitung sebesar
dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hitung lebih besar dari t
table malca Ho ditolalc bermii variabel PDB berpengaruh signifikan
terhadap kurs Rupiah terhadap Dollar AS.
3) Variabel Suku Bunga Deposito
Dari basil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitung sebesar
3,339262 sedangkan nilai t label untuk uji in'i adalah 2,04 diperoleh
dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai 1: hitung lebih besar dari t
table malca Ho ditolalc beraJ.ii variabel suku btmga deposito
berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Dollar AS.
Untuk variabel-variabel yang mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang:
I) Variabel Jumlah Uang Beredar
Dari basil regresi diketahui bahwa besamya nilai t hihmg sebesar
-2,142399 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adala11 -2,04
diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai -t hitung lebih
besar dari -t tabel malca Ho ditolalc bermii variabel suku bunga
deposito berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap
Yen Jepang.
2) Variabel Inflasi
Dari hasil regresi diketahui bahwa besm·nya nilai t hitung sebesar
2,365749 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh
dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hitung lebih besar dari t
tabel maka Ho ditolak berruii variabel suku bunga deposito
berpeugamh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Yen Jepang.
b. Uji F Statistik
Uji F (pengujian simultan) dilakukan untuk mengetahui
hubungan variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Aturan keputusan dalam uj i F ini adalah menerima Ho jika F
hitung lebih kecil dari F tabel dan menolak Ho j ika F hitung lebih besar
dari F tabel (Santosa dan Ashari,2005:143). Untuk Rupiah terhadap
Dollar AS (Model 1) dengru1 memperlihatkan nilai F hitung sebesar
7,747087 sedangkan nilai f tabel untuk uji ini adalah 2,53 diperoleh
dari alpha 5% dan df = 31. Dengan kondisi dirnana nilai f hitung lebih
besar dari f tabel maka kesimpulru1 yang dapat diambil adalah menolak
Ho yang berarti koefisien korelasi signifikan secara statistik. Untuk
Rupiah terhadap Yen Jepang dengan memperlihatkru1 nilai F hitung
sebesar 4,575253 sedangkan nilai f table untuk uji ini adalah 2,53
diperoleh dari alpha 5% dan elf= 31. Dengan kondisi dimana nilai f
hitung Jebih besar dari f tabel maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah menolak Ho yang berarti koefisien korelasi signifikan secara
statistik.
c. Uji koefisien detenninasi (Adjusted R=)
Untuk menentukan seberapa besru· variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisiensi
menjelaskan kebaikkan nilai regresi dalam memprediksi variabel
dependen. Semakin tinggi nilai koefisien cleterminasi akan semakin
baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku
variabel clependen (Santosa clan Ashari,2005:144). Untuk Rupiah
terhadap Dollar AS (Model 1) koefisien determinasi menunjukkan
bahwa variabel independen mempengaruhi variabel depenclen sebesar
0,529304 atau sebesar 52,9304% variabel kurs dijelaskan oleh jumlah
uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan suku bunga
deposito sedangkan sisanya yaitu 47,0696% d.ijelaskan oleh variabel
lain cliluar model. Untuk Rupiah terhadap Yen Jepang koefisien
detenninasi menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruh.i
variabel clependen sebesar 0,322815 atau sebesar 32,2815% variabel
kurs dijelaskan oleh jumlah uang beredar dan tingkat inflasi sedangkan
sisanya yaitu 67,7185% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
C. Interpretasi
Berclasarkan pada hasil pembahasan yang telah dilakukan di atas,
dengan cocok clan layaknya model kurs valas Frenkel-Bilson yang melibatkan
variabel fundamental ekonomi seperti jumlah uang beredar, tingkat
penclapatan nasional (PDB), dan tingkat suku bunga, serta signifikannya
variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi
kurs Rupiah terhadap Dollar AS, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas
valas Rupiah terhadap Dollar AS. Ketiga model kurs valas yaitu model kurs
valas Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton
tidak bisa diterapkan untnk menganalisis flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang. Model kurs Rnpiah terhadap Yen Jepang dengan melibatkan variabel
jumlah uang beredar dan tingkat inflasi justru mampu dan signifikan dalam
menjelaskan fenomena flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Basil
penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Hadi dan
Mudrajad (2002). Variabel jumlah uang beredar clan tingkat inflasi yang
signifikan dalam menjelaskan fenomena flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli
berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sri Isnowati (2002) yang menemnkan bahwa variabel jumlah uang beredar
adalah berpengarnh terhadap nilai tukar dalam jarigka pendek, variabel
tingkat pendapatan riil menunjukkan bahwa mampu menerangkan perubahan
nilai tukar dalam jangka panjang, dan variabel perbaclaaan tingkat suku bunga
berpengaruh positif terhadap nilai tnkar atau terjadinya apresiasi rupiah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Nurina Sitaresmi clan Noer
Azam Achsani yang mengatakan bahwa pengaruh guncangan kurs Dollar
memberikan
fluktuasi
yang
relatif
lebih
!mat
terhadap
variabel
makroekonomi Indonesia dibandingkan pengaruh kur:> Yen Jepang. flnktuasi
kurs riil rupiah berpengaruh terhadap perubahan harga barang-barang yang
BABV
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Secara keselurnhan hasil penelitian ini dapat memberikan buktibukti yang empiris yaitu:
1. Dengan cocok dan layalmya model kurs valas Frenkel-Bilson yang
melibatkan variabel fundamental ekonomi seperti jurnlah uang
beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan tingkat suku bunga,
serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut
dalam menjelaskan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS,
menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas suku bunga (interest rate
parity) berlaku dalam mempengarnhi fluktuasi kurs valas Rupiah
terhadap Dollar AS.
2. Ketiga model kurs valas yaitu model kurs valas Frenkel-Bilson,
Dornbusch-Frankel, maupun model
Hooper-Morton tidak bisa
diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang.
3. Model kurs Rupiah terhadap Yen Jepang dengan melibatkan variabel
jurnlah uang beredar dan tingkat inflasi justrn mampu dan signifikan
dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hadii dan Mudrajad (2002).
dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen
Jepang. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya
beli berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang.
B. Implikasi
Mengacu pada hasil kesimpulan penelitan diharapkan dapat
memberikan implikasi pada hal-hal berikut:
1. Implikasi teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi ulang terhadap
penelitian terdahulu mengenai analisis kurs valas Rupiah terhadap
Dollar AS dan Rupiah terhadap Yen Jepang.
2. Implikasi terhadap investor, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan juga informasi bagi ca1on investor yang akan
menanamkan modalnya dalam bentuk mata uang asing dengan tetap
mempertimbangkan asumsi dan keterbatasan-keterbatasan penelitian.
3. Implikasi terhadap pemerintah, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan bagi pemerintah agar pemerintah perlu menciptaka.n
kebijakan-kebijakan ekonomi yang mampu mengeliminir gejolak
perekonomian yang tidak dapat diredam secara otomatis seperti
percepatan penyehatan sistem perbankan clan penyelesaian utang luar
negeri.
4. Implikasi terhadap akademisi, penelitian nu menambah literatur
mengenai fluktuasi kurs va1as.
C. Keterbatasan dan Saran Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu
menjadi bahan revisi penelitian selanjutnya antara lain:
I. Pengujian belum bisa dilakukan dengan periode waktu yang panjang,
hanya
menggunakan periode
2000-2007,
sementara penelitian
sebelumnya menggunakan periode pengamatan yang lebih lama.
2. Pengujian yang dilakukan belum menggunakan model kurs kasus
Indonesia, sementara penelitian sebelumnya menggunakan model kurs
kasus Indonesia.
Ada beberapa ha! yang perlu mempertimbangkan pada penelitian
yang akan datang, antara lain:
I. Pengujian dilakukan dengan periode waktu yang lebih panjang, karena
penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan periode pengamatan
yang lebih lama.
2. Penelitian sebaiknya menggunakan mata uang utama dunia selain Yen
Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. "Seri Sinopsis : Ekonomi Makro ". Edisi dua, BPFE, Yogyakarta, 2000.
Djalal, Nachrowi. "Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika Untuk Ana/is
Ekonomi Dan Keuangan". Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Domonick, Salvatore. "Teori dan Soal-Soal Ekonomi Intemasional". Edisi ketiga,
Erlanggan, Jakarta, 2001.
Edalmen."Penerapan Kurs Tetap Dan Kurs Bebas Dalam Menentukan
Keseimbangan Nilai Tukar Mata Uang". Jumal Ekonomi
Universitas Tarumanenegara, Jakarta, 2001.
Edalmen."Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah: Faktor Penyebab, Dampak Dan Upaya
Pengendaliannya". Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanenegara,
Jakarta, 2000.
Eiteman, David K. "Manajemen Keuangan Multinasional Ji/id Sa tu". Edisi
kesembilan, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit PT Indeks
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003.
Hadi Hamdy. "Manajemen Keuangan Internasiona"l. Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2005.
Hamid, Abdul. "Buku Panduan Penulisan Skripsi", Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islan1 Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Insukindro. "Pendakatan Tradisional Mengenai Analisis Vang Beredar Studi
Kasus di Indonesia". Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Universitas Gajall Mada, Yogyakarta, 2000.
Isnowati, Sri. "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar Amerika: Pendekatan Moneter 1987.2-1999.1". Jurnal
Bisnis dan Ekonomi STIE Stikubank, Semarang, 2002.
Kardoyo, Hadi dan Mudjarat Kuncoro. "Analisis Kurs Valas Dengan Pendekatan
Box-Jenkins: Studi Empiris Rp/US$ dan Rp/Ten". Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol 7 No 1, 2002.
Krngman, R Paul and Maurice Obstfield. "Ekonomi Internasional dan Teori
Kebijakan ". Jilid kedua : Moneter Edisi kedua Terjemahan, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Madura, Jeff. "Manajemen Keuangan Jnternasional". Edisi Keempat Terjemahan,
Erlangga, Jakarta, 2000.
Na'im, Ainun. "Akuntansi Jnjlasi ". Cetakan kelima, BPFE,. Y ogyakarta, 2001.
Santosa, Purbayu Budi. "Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS'',
ANDI, Yogyakarta, 2005.
Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan ''. Edisi Keempat, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Soenarjo,
Linda. "Kurs Yang Ideal''. Jumal
Tannnanenegara, Jakarta, 2000.
Ekonomi
Universitas
Suhendra, Indra. "Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor .Resiko, dan Ekspektasi
Nllai Tukar Terhadap Nilai Tukar Rupiah (Ferhadap Dollar)
Pasca Penerapan Sistem Kurs Mengambang Bebas Pada Tanggal
14 Agustus 1997 ". Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Volume 6 no.l, 2003.
Sukirno, S. "Mikro Ekonomi Teori Pengantar".
Jakarta, 2003.
3rd
ed, PT Raja Grafindo Persada,
Raharja, Pratama dan Mandala Manurung. "Pengantar !!mu Ekonomi (Mikro
Ekonomi dan Makro Ekonomi) ''. Edisi ketiga, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Winarno, wing. "Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews ''. Unit
Penerbit Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2007.
Lampiran 1
Data triwnlanan Indonesia dengan Amerika Serikat
· Rn/\JS $
2000 Mar
2000 Jun
2000 Seo
2000 Des
2001 Mar
2001 Jun
2001 Seo
2001 Des
2002 Mar
2002 Jun
2002 Sen
2002 Des
2003 Mar
2003 Jun
2003 Seo
2003 Des
2004 Mar
2004 Jun
2004 Sen
2004 Des
2005 Mar
2005 Jun
2005 Sen
2005 Des
2006 Mar
2006 Jun
2006 Sen
2006 Des
2007 Mar
2007 Jun
2007 Sen
2007 Des
7595
8775
8800
9725
10450
11490
9740
10450
9850
8723
9010
8960
8905
8280
8400
8435
8566
9405
9460
9275
9470
9768
10310
9845
9075
9264
9230
9000
9137
9050
9152
9398
\JB (juta)
204204600
218276690
213695000
260764040
264367200
229977740
292158925
306136500
327922620
382100440
377808090
396143520
384772920
426972870
431131016
472120920
437265714
413507255
438295590
469417360
441921500
475562010
505120500
578427390
618732000
657003800
691710565
784215040
761974826
835196384
881054457
982813483
Bunga ..• ·• Inflasi
PDB (juta)
209978664
220615146.3
237583817.5
239598830.8
255285050
259750434
286187458
285498330
299430339
316624582
320313889
314200816
352721915
353931737
366710457
362166983
447795622
464747176
492609102
494982785
525947308
560500533
593600958
641002088
671912330
697228220
753287644
759410348
803777064
845327625
912770468
915945627
(%) ..
i
6.7
5.4
6.45
6.74
9.74
11.06
l3.0l
l5.41
l5.07
13.35
12.35
11.63
10.14
8.36
7.59
7.21
6.28
6.00
5.61
5.04
4.53
4.82
5.51
8.53
8.01
6.98
6.77
4.18
2.79
2.51
2.41
2.81
I
!%)
3.95
3.77
4.31
4.59
6.21
5.12
4.33
4.20
3.57
3.66
4.25
4.19
4.17
4.88
4.03
3.26
3.41
3.53
3.77
3.10
5.71
4.92
4.36
14.91
12.34
11.23
12.45
3.60
3.72
3.07
4.15
2.49
.
CA (juta)
18220800
13228580
21859500
24680240
968797170
1089152486
947217825
900335700
853195648
974456690
1112689110
1067297080
1043399168
1041158115
1136875901
1025183115
980799447
1407919205
1458970260
1574042880
1416846440
1665231324
1778101740
1954560360
1550917375
1786188800
1994322790
1581201240
1533854021
1654106432
1611017651
1546022929
Lampiran 2
Data triwulanan Indonesia dengan Jepang
2000Mar
2000Jun
2000Seo
2000Des
2001Mar
2001Jun
2001Seo
2001Des
2002Mar
2002Jun
2002Seo
2002Des
2003Mar
2003Jun
2003Sep
2003Des
2004Mar
2004Jun
2004Sep
2004Des
2005Mar
2005Jun
2005Sep
2005Des
2006Mar
2006Jun
2006Sep
2006Des
2007Mar
2007Jun
2007Sep
2007Des
Rp/Yen
73.77
82.471
81.17
83.44
83.12
91.56
81.63
79.23
74.25
73.l
74.19
75.3367
75.3726
69.1441
75.3498
78.692
82.1679
86.4748
83.25
90.3908
88.389
88.0714
90.869
83.6236
77.0701
80.9719
78.0655
75.6132
77.4081
73.3599
79.4031
84.1686
. UB (juta)
191331000
159460000
175920000
244788000
267692000
242656000
300237000
363903000
390294000
392136000
396796000
413320000
404086000
453643000
430696000
450568000
409645000
408006000
449427000
442191000
437643000
494945000
541050000
642653000
684321000
719675000
770541000
874865000
854873000
954070000
972606000
1067688000
PDB (juta)
264101420
273855095
292093335
297570220
313899180
326480168
341178193
19528950
54688320
63869060
65495900
54714160
102536700
119702700
105303810
85332420
155937420
160295620
205499340
176285100
216510640
256985510
279106410
361028530
414113500
426738940
492548640
508495780
542585000
607674500
647234550
634935890
Bunga
Inflasi
(%)
(%)
12.69133
11.94133
13.00367
13.212
14.88133
15.12733
16.30567
17.43733
16.863
15 .153
14.06
13.082
11.356
9.486333
8.613
8.274667
7.282
7.189333
7.232667
7.155
7.149
7.847667
8.947667
12.41133
12.24267
11.54333
11.34533
8.685333
7.305
6.78467
7.050667
7.217
4.2
4.3
4.3
3.6
3.3
3.2
3.4
0.4
2.7
1.8
2.4
2.7
7.27
7.38
6.53
5.56
5.21
6.83
6.27
6.2
9.01
7.92
9.36
17.11
15.44
14.53
13.95
6'
.J
6.62
5.97
7.15
5.89
CA (juta)
-296234880
-297188745
-294461700
-199485104
-233776620
-180375438
-181766842.5
-207752490
-281537306.5
-216333780
-222266193.5
-184448604
-240808483.2
-230815129.5
-285475298.5
-274709664
-398432742. I
-360271197
-362789214
-342559485
-397814898
-346468684.5
-430260714
-370778865
-383293067.5
-292670400
-367378377
-348257556
-492798810.9
-397008470.4
-502944239
-433943340.3
Lampiran 3
Uji Akar Unit Pada Tingkat Level
1. Kurs Spot Rp/US $
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-6.764278
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
*MacKinnon ( 1996) one-sided p-values.
2. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
!-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.662349
0.0107
Test critical values:
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.62512"1
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
\-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-2.541352
0.1170
Test critical values:
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.625121
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Suku Bonga Deposito antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-3. 318430
0. 0226
1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
'MacKinnon (1996) one-sided p-values.
5. Inflasi antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-2.400244
0.1499
Test critical values:
1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
6. Neraca Transaksi berjalan antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-6.743974
0.0000
1% level
-3.670170
5% level
-2.963972
10% level
-2.62100-1
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
7. Ku rs Spot RpfYen
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
!-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-4.896481
0.0004
Test critical values:
1% level
-3.670170
5% level
-2.963972
10% level
-2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
8. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & Jepang
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
!-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3. 286653
0. 0257
Test critical values:
1% level
-3.699871
5% level
-2.976263
10% level
-2.627420
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
9. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Iudouesia & Jej)ang
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-5. 115395
0. 0002
Test critical values:
1% level
-3.670170
5% level
-2.963972
10% level
-2.621007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
10. Suku Buuga Dcposito autara Indonesia & Jepang
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-4.443454
0.0014
1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
11. Inflasi antara Indonesia & Jepang
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
!-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.760056
0.0079
Test critical values:
1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
12. Ncraca Transaksi Berjalan antara Indonesia & Jepang
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-5. 174950
0. 0002
1% level
-3.679322
5% level
-2.967767
10% level
-2.622989
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 4
Uji Akar Unit Pada Tingkat Pertama (First Difference)
1. Kurs Spot Rp/US $
Exogenous: Constant
lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
I-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-6.367676
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.625121
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
!-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-13.04862
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.625121
'MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-15.23999
0.0000
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.625121
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Suku Bunga Deposito antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
!-Statistic
Prob.*
-7.874202
0.0000
1% level
-3.699871
5% level
-2.976263
10% level
-2.627420
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
5. Inflasi antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-7.773614
0.0000
Test critical values:
1% level
-3.670170
5% level
-2.963972
10% level
-2.621007
*MacKinnon ( 1996) one-sided p-values.
6. Neraca Transaksi Berjalan antara Indonesia & AS
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
t-Statistic
Prob.*
-6.589883
0.0000
1% level
-3.689194
5% level
-2.971853
10% level
-2.625121
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 5
Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Dollar AS
1. Model Frenkel-Bilson
Dependent Variable: RUTEDO
Method: Least Squares
Date: 02/13109 Time: 14:36
Sample(adjusted): 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 39 iterations
Backcast: 1999:4 2000:1
Variable
Coefficient
Std. Error
I-Statistic
Prob.
c
0.125302
0.041774
2.999531
0.0060
UB
0.305969
0.100918
3.031869
0.0056
PDB
0.766560
0.260448
2.943239
0.0069
BUN GA
0.035031
0.010491
3.339262
0.0026
AR(1)
-0.195571
0.196630
-0.994612
0.0295
MA(2)
-0.967887
0.025704
-37.65499
0.0000
R-squared
0.607754
Mean dependent var
0.250531
Adjusted R-squared
0.529304
S.D.dependentvar
0.010638
S. E. of regression
0.007299
Akaike info criterion
··6.830238
Sum squared resid
0.001332
Schwarz criterion
··6.552692
Log likelihood
111.8687
F-statistic
7.747087
Durbin-Watson stat
1.780413
Prob(F-statistic)
0.000162
Inverted AR Roots
-.20
Inverted MA Roots
.98
-.98
2. Model Dornbusch-Frankel
Dependent Variable: RUTEDO
Method: Least Squares
Date: 02/13/09 Time: 14:41
Sample(adjusted): 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 40 iterations
Backcast: 1999:4 2000: 1
Variable
Coefficient
Std. Error
!-Statistic
Prob.
c
0.125940
0.042464
2.965770
0.0067
UB
-0.295183
0.103239
-2.859232
0.0086
PDB
0.745793
0.267091
2.792276
0.0101
BU NGA
0.039187
0.012382
3.164736
0.0042
INFLASI
0.003934
0.005345
0.736054
0.0088
AR(1)
-0.206996
0.201032
-1.029664
0.0134
MA(2)
-0.968542
0.025753
-37.60930
0.0000
R-squared
0.617636
Mean dependent var
0.250531
Adjusted R-squared
0.522045
S.D. dependent var
Cl.010638
S.E. of regression
0.007355
Akaike info criterion
-6.791239
Sum squared resid
0.001298
Schwarz criterion
-!l.467 436
Log likelihood
112.2642
F-statistic
13.461233
Durbin-Watson stat
1.904580
Prob(F-statistic)
0.000373
Inverted AR Roots
-.21
Inverted MA Roots
.98
-.98
3. Model Hooper-Morton
Dependent Variable: RUTEDO
Method: Least Squares
Date: 02/13/09 Time: 14:45
Sample(adjusted): 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 25 iterations
Backcast: 1999:2 2000: 1
Variable
Coefficient
Std. Error
I-Statistic
Prob.
c
0.190449
0.041636
4.574105
0.0001
UB
0.508440
0.190452
2.669649
0.0137
PDB
0.587773
0.337469
1.741707
0.0249
BUN GA
0.059545
0.024307
2.449743
0.0223
INFLASI
-0.017184
0.012147
-1.414739
0.0405
CA
0.108670
0.066371
1.637309
0.0152
AR(1)
-0.243898
0.163314
-1.493435
0.0489
MA(4)
0.990013
0.020650
47.94252
0.0000
R-squared
0.707652
Mean dependent var
0.250531
Adjusted R-squared
0.618677
S. D. dependent var
0.010638
S.E. of regression
0.006569
Akaike info criterion
-6.995153
Sum squared resid
0.000993
Schwarz criterion
-6.625092
Log likelihood
116.4249
F-statistic
7.953352
Durbin-Watson stat
2.460092
Prob(F-statistic)
0.000063
.71+.71i
-.71 -.71i
Inverted AR Roots
-.24
Inverted MA Roots
.71+.71i
-.71 -.71i
Lampiran 6
Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Yen
l. Model Frenkel-Bilson
Dependent Variable: RUTEYEN
Method: Least Squares
Date: 02/13/09 Time: 14:59
Sample(adjusted): 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 17 iterations
Sackcast: 2000: 1
Variable
Coefficient
Std. Error
!-Statistic
Prob.
c
0.269906
0.021428
12.59609
0.0000
us
-0.050970
0.076604
-0.665370
0.0119
PDS
0.032149
0.033102
0.97120:2
0.0408
SUNGA
-0.060995
0.060566
-1.007078
0.0235
AR(1)
0.375004
0.177780
2.109371
0.0451
MA(1)
-0.956426
0.022543
-42.42691
0.0000
R-squared
0.362447
Mean dependent var
0.250648
Adjusted R-squared
0.564937
S.D.dependentvar
0.009692
S. E. of regression
0.008477
Akaike info criterion
-6.530821
Sum squared resid
0.001797
Schwarz criterion
··6.253275
Log likelihood
107.2277
F-statistic
2.842489
Durbin-Watson stat
1.981507
Prob(F-statistic)
0.036355
Inverted AR Roots
.38
Rnntc:::
96
lnu.o.r+.o.rl !\/IA
2. Model Dornbusch-Frankel
Dependent Variable: RUTEYEN
Method: Least Squares
Date: 02/13/09 Time: 15: 11
Sample(adjusted): 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 17 iterations
Back cast: 1999:4 2000: 1
Variable
Coefficient
Std. Error
I-Statistic
Prob.
c
0.271353
0.018569
'14.61333
0.0000
UB
0.013533
0.055477
2.2439:~8
0.0094
PDB
0.002531
0.033335
0.075928
0.0401
BU NGA
-0.096826
0.051205
-1.890951
0.0308
INFLASI
0.021389
0.008252
2.591944
0.0160
AR(1)
-0.476741
0.188490
-2.529263
0.0184
MA(2)
-0.919882
0.045804
-20.08297
0.0000
R-squared
0.509061
Mean dependent var
0.250648
Adjusted R-squared
0.636326
S.D.dependentvar
0.009692
S.E. of regression
0.007593
Akaike info criterion
-6.727622
Sum squared resid
0.001384
Schwarz criterion
-6.403819
Log likelihood
111.2781
F-statistic
4.147654
Durbin-Watson stat
1.927415
Prob(F-statistic)
0.005356
Inverted AR Roots
-.48
Inverted MA Roots
.96
-.96
4. Variabel jumlah uang beredar dan inflasi
Method: Least Squares
Date: 02/18/09 Time: 16:31
Sample(adjusted}: 2000:2 2007:4
Included observations: 31 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 27 iterations
Backcast: 2000:1
Variable
Coefficient
Std. Error
!-Statistic
Prob.
c
0.283043
0.017356
16.30765
0.0000
UB
-0.153451
0.071626
-2.142399
0.0417
INFLASI
0.020308
0.008584
2.365749
0.0257
AR(1)
0.231194
0.208068
1.111147
0.2767
MA(1)
-0.939047
0.045728
-20.53555
0.0000
R-squared
0.413106
Mean dependent var
0.250648
Adjusted R-squared
0.322815
S.D.dependentvar
0.009692
S.E. of regression
0.007976
Akaike info criterion
.. 6.678130
Sum squared resid
0.001654
Schwarz criterion
..6.446842
Log likelihood
108.5110
F-statistic
4.575253
Durbin-Watson stat
1.809425
Prob(F-statistic)
0.006244
Inverted AR Roots
.23
Inverted MA Roots
.94
Download