ANALISIS KURS VALAS DENGAN PENDEKATAN BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US $ DAN Rp/YEN SKRIPSI • •• II I Oleh: Annisa Arifiani NIM: 104081002491 Dllt'.rin~. FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M ANALISIS KURS VALAS DENGAN PENDEKATAN BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US S DAN Rp/YEN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Golar Sarjana Ekonomi Oleh Annisa Arifiani NIM: 104081002491 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pt:mbimbing II Dr. Hj. Pudji Astuty, SE, MM NIP. 031 106 5804 Indoyama Nasarudiu,SE,MAB NIP. 150 317 593 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M ii ANALISIS KURS V ALAS DENGAN PENDEKATAN BOX-JENKINS : STUDI EMPIRIS Rp/US $DAN Rp/YEN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan IImu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Annisa Arifiani NIM: 104081002491 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pernbimbing II Dr. Hj. Pudji Astuty, SE, MM NIP. 031 106 5804 Indoyama Nasarudin, NIP. 150 317 593 Penguji Ahli /·~ Herni Ali H.T, SE, MM JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDiAYATULLAH JAKARTA , MAB Hari ini Rabu Tanggal Tiga September Dua Ribu Delap.an telab dilakukan Ujian Komprehensif Yang Kedua, atas nama Annisa Arifiani NIM: 104081002491 dengan judul skripsi "ANALISIS KURS VALAS DENGAN PENDEKATAN BOX-JENKINS : STUDI ErvIPIRIS Rp/US $DAN RpNEN". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salab satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. Jakarta, 3 September 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif Prof. Dr. Ahmad Ro Ketu a Titi Dewi Waminda, SE, M.Si Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli CURICULLUM Vll'A,E -- Personal Data Nama : Annisa Arifiani Tempat Tanggal Lahir : Kota Kinabalu, 13 Juli 1986 Agama : Islam E-mail : [email protected] Alamat : Jl. Sedap malam Blok F4 No.70A Cinere Depok Cita-cita : Pengusaha sukses yang dapat memperkerjakan orang banyak Ho bi : Foto di tempat2 yang view-nya bagus, dengerin musik, shopping, make-up, baca novel, komik dan majalah Formal Education 1. SD SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo) 1991-1995 2. SD YAPENKA Jakarta 1995-1998 3. SMPN 68 Jakarta 1998-2001 4. SMAN 46 Jakarta 2001-2004 5. UIN SyarifHidayatullah Jakmia 2004-2009 (Jurusan Manajemen Keuangan) Non Formal Education 1. MYOB LM-Patra Bintaro 2007 2. Pelatihan Perbankan UIN Syarif Hidayatullah 2007 3. Comercial Make-up Puspita Martha 2006 ABSTRACT This research attempts to analyze the Rp/US $ and Rp/Yen exchange rates over the period of 2000-2007, To examine three exchange rate models: Franke/Bilson, Dornbusch-Frankel, Hooper-Morton. Those three models that mentioned had variables can be effecting fluctuation of exchange rate. Those variables are broad money, gross domestic product, interest depository, inflation, current account. From the three models of exchange rate it will forknown model to predictive of exchange rate. Data are collected from Bank of Indonesia, International Financial Statistic (IFS) publication by International Monetary Fund (IMF) over the period 2000-2007. By using the Box-Jenkins approach, the results Frankel-Bilson model and interst rate parity are to applied fluctuation of exchange rate Rp/US $. The three models exchange rate cannot to applied to analyze Rp/Yen fluctuation. However purchasing power parity be valid in Rp/Yen fluctuation. Key word : exchange rate, Box-Jenkins, purchasing power parity, interest rate parity ABSTRAK Penelitian ini mencoba untuk menganalisis kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS dan Rupiah terhadap Yen Jepang selama peri.ode 2000-2007, dengan menguji tiga model kurs valas yaitu model Frankel-Bilson, Dornbusch-Frankel, Hooper-Morton. Ketiga model tersebut mempunyai variabel-variabel yang dapat mempengmCihi gejolak kurs valas. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto (PDB)., suku bunga deposito, inflasi, dan neraca transaksi berjalan. Dari ketiga mod.el kurs valas tersebut akan diketahui model yang memiliki daya prediksi paling efisien dalam gejolak kurs valas. Data diperoleh melalui Bank Indonesia, International Financial Statistic (IFS) yang dipublikasikan International Monetary Fund (IMF) selan1a periode 2000-2007. Dengan menggunakan pendekatan Box-Jenkins, diperoleh hasil bahwa model Frankel-Bilson dan doktrin paritas suku bunga layak untuk menjelaskan fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Ketiga model kurs valas tidak bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Akan tetapi doktrin paritas daya beli berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Kata kunci : valas, Box-Jeukins, paritas daya beli, paritas snku bunga KATA PENGANTAR Segala puji hauya milik Allah SWT yaug telah memberikau limpahan rahmat dau nikmat kepada kita semua, Amiin. Sholawat serta salam tercurahkau kepada suri tauladau kita Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluargauya, sahabat dau pengikutnya. Alhamdulillahi Robbil'alamin dengau pe1iolongm1 Allah SWT akhimya penulis dapat menyelesaikau skripsi ini ym1g berjudul "Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-Jenkins: Studi Empiris Rp/US $ clan Rp/Yen" dau penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempuma namun inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikau. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yaug sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yaug telah membm1tu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga Penulis persembahkau kepada: 1. Papa clan Mmna tercinta, atas doa ymlg tak pemah henti dm1 motivasi untuk selalu membuat lebih baik. Semoga auakmu ini segera membalas jasa-jasa yang telah Papa dm1 Mama berikan. Thanks for everything you gave to me, I love u so much Mom aud Dad!! u''r the best parents!! And thanks to my big sisters yang cerewet: mba Fmly & Indah 2. !bu Dr. Hj. Pudji Astu1.y, SE, MM, selaku dosen Pembimbing I yaug telah melumlgkml waktu untuk memberikau bimbingan, arahan dan saran yang penuh perhatiml dm1 kesabarml dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku dosen Pembimbing II terima kasih atas kesabarml dalam memberikan bimbingml serta dorongau agar Penulis tetap semangat dalam menyelesaikml penyusunan Skripsi ini. Maaf ya pak, sering nelfon untuk j auj iau bimbingan ... © 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilnm Sosial serta Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembmltu Dekml Akademik Fakultas Ekonomi clan Ilmu Sosial yang telah 5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan di FEIS UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 6. Seluruh staff dan karyawan fakultas ekonomi dan ilmu sosial, terima kasih telah melayani masalah-masalah akademik dengan baik. 7. Bapak Widyo, mba Leli, Ibu Tita, dan Bapak Jhoni dari Bank Indonesia yang telah membantu memberikan data-data untnk kcperluan skripsi ini. 8. My big family : Soeparto's fan1ily & Mustakim's family yang telah memberi motivasi agar menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabatku a.k.a my true soulmate : Asti & Tanjung yang selalu memotivasi terus menerus tanpa henti! ! I love u girls!! (kapan nih nginep di rumah lagi trus ngobrol dari pagi ampe ketemu pagi lagi??hehe) 10. Yang terkasih Oni Arditiya Putra yang suka mengantar jemput tanpa diminta, selalu mendengarkan keluh kesahku, tempat curhat pualing muantab, yang selalu memberi semangat dan motivasi .. thank u so much!!! u'r the kindest person that I ever met!! 11. My girls in Manajemen C: Diyah (my favourite Guru!! Gw yakin bgt klo lw pasti bakal jadi dosen! !makasih bgt diyah yg udh ngajarin gw selama ini!!salam bwt nyokap n ulung!!), Umi yang centils, Nia yang cantik, Tya yang lucu, Vivi yang pintar, Iik ym1g baik, Isna yang gokil, Elrn yang lugu, Pani yang sunda bgt, Leni yang semakin menjauh . .i luv u all (ketemuan yukss! !kangen! !) 12. Teman-teman Manajemen C: Rahman, Oka, Artha, Arief, Miftah, Sodikin, Robby, Opang, Sugih, Adu!, Dennis, Imam, Cahyo, Redy, dan tementemen manajemen C lainnya. 13. Seluruh teman-teman di kelas Keuangan A dan B serta kelas Perbankan dan Pemasaran angkatan 2004. 14. Teman-temankuw: Jay, Ayu, Sari, Resty, Heni, Diah, Detty, Demis, Adit, Ilham, Evi, Alif, Abah, Vici, Ria, Lena. 1 " 'T' 0 ~ 0 "-'PmM rl~n oran!!-orang vang tidak bisa clisebutkm1 namanya satu Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Dengan segala kerendahan hati Penulis menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi 1ru dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin ... Jakarta, Februari 2009 Annisa Arifiani DAFTARISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISi ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masai ah .......................................................... 1 B. Pembatasan Masalah ................................................................ 5 C. Perumusan Masalah ................................................................. 6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7 BAB II TINJAUAN PUST AKA ................................................................ 9 A. Pengertian Kurs Valas ............................................................. 9 I. Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS dan Yen ..................... 12 2. Jumlah Uang Beredar....................................................... 13 3. Produk Domestik Bruto ................................................... 15 4. Suku Bunga Deposito ...................................................... 15 5. Inflasi ............................................................................... 16 6. Neraca Transaksi Be1jalan ............................................... 18 B. Jenis Transaksi Valas ............................................................. 19 C. Teori Kurs atau Nilai Tukar. .................................................. 21 ,.,,., F. Penelitian Terdahulu .............................................................. 29 G. Kerangka Berfildr .................................................................. 31 H. Perumusan Hipotesis .............................................................. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35 A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 3 5 B. Metode Penentuan Sampel. .................................................... 36 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 36 I. Data Sekunder .................................................................. 36 2. Metode Kepustakaan ........................................................ 36 3. Internet Research ............................................................. 3 7 D. Metode Analisis .................................................................... 37 1. Metode Box-Jenkins ........................................................ 3 7 2. Uji Stasioneritas ............................................................... 40 E. Operasional Variabel ............................................................. 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ....................................................... 44 A. Sejarah Singkat Dollar AS dan Yen ..................................... 44 B. Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................... 47 1. Uji Stasioneritas ............................................................... 47 2. Pengujian Box-Jenkins .................................................... 50 3. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................ 62 C. BAB V Interpretasi ............................................................................ 66 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................... 68 A. Kesimpulan ............................................................................ 68 B. Implikasi ................................................................................ 69 C. Keterbatasan dan Saran Penelitian ......................................... 70 DAFT AR PUST AKA ........................................................................................... 71 LAMPIRAN ..................................................................•....................•................. 73 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan 4.1 Uji Akar Unit pada Tingkat Level untuk Halaman Indonesia terhadap AS ................................................................... 48 4.2 Uji Akar Unit pada Tingkat Pertama untuk Indonesia terhadap AS ................................................................... 49 4.3 Uji Akar Unit pada Tingkat Level untuk Indonesia terhadap Jepang ............................................................. 50 4.4 Basil Regresi Model Kurs Valas Rupiah terhadap Dollar AS ........................................................... 51 4.5 Basil Regresi Model Kurs Valas Rupiah terhadap Yen ..................................................................... 57 4.6 Basil Regresi Model Kurs V alas Rupiah terhadap Yen ..................................................................... 61 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berfikir .......................................................................... 32 DAFT AR LAMPIRAN Nornor Keterangan Halarnan I Data triwulanan Indonesia dengan Amerika Serikat.. ................... 73 2 Data triwulanan Indonesia dengan Jepang ..................................... 74 3 Uji Akar Unit Pada Tingkat Level ................................................ 75 4 Uji Akar Unit Pada Tingkat Pe1iama (First Difference) ............... 81 5 Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Dollar AS ........................ 84 6 Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Yen ................................. 87 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri era globalisasi yang menonjol saat ini adalah adanya arus uang dan arus modal dalam bentuk valuta asing antarn berbagai pusat keuangan di berbagai Negara yang besar dan cepat seakan-akan mengalir tanpa mengenal kewarganegaraan pemiliknya ataupun batas kewilayahan. Aliran valuta asing yang dalan1 jumlah besar tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perdagangan, investasi ataupun untuk tujuan berspekulasi dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai kondisi berbeda. Kondisi inilah yang menyebabkan perbedaan nilai tukar valuta asing dimasing-masing Negara. Kompleksitas pembayaran dalam perdagar1gan intemasional semakin bertambal1 tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjad:i akibat semakin besamya volume dan keanekaragaman barang clan jasa yang akan diperclagangkan di Negara lain. Oleh karena itu untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valnta asing pacla tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi Negara yang terlibat c\alam perdagangan internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhac\ap biaya dan manfaat dalam perc\agangan Posisi penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional mengakibatkan berbagai konsep yru1g berkaitan dengan kurs valuta asing mengalami perkembangan dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing. Konsep-konsep yang berkaitan dengan penentnan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli ekonomi terutama sejak kelalliran kurs mengambang pada tahun 1973. Sejak saat itn kurs valuta asing dibiarkan berfluktnasi sesuai dengan fluktuasi variabel-vrufabel yang mempengaruhinya. Valuta asing atau mata uang asing adalall jenis-jenis mata uang yang digunakan di Negara lain. Untuk membiayai impor dan beberapa transaksi dengan luar negeri lainnya diperlukan mata uang asing. Oleh karena itn mata uang dalan1 negeri hams ditnkru·kan dengan mata uru1g asing. Nilai valuta asing adalall suatn nilai yang menunjukkan jllilllall mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satn unit mata ua11g asing. Nilai berbagai mata uang asing berbeda dalam suatn waktn tertentu dan akan mengalami peruballan dari waktu ke waktu. Keinginan penduduk suatn Negara tmtnk memperoleh suatu jenis mata uang asing dapat dianggap sebagai permintaan terhadap valuta asing oleh penduduk Negara itn. Keinginan 1m bukanlall bertujuan untuk menyimprumya melainkan untuk memperoleh produk-produk I pembelian bru·ang dan jasa dari luar negeri. Oleh karena itu pennintaan terhadap valuta asing mempunyai sifat yang bersamaru1 dengan perrnintaan terhadap bru·ang- besar untuk mempero!eh barang dari Negara tersebut menyebabkan naiknya pennintaan terhadap mata uang Negara tersebut dan sebaliknya jika hasrat untuk memiliki barang dari Negara tersebut berkurang maka dengan sendirinya pennintaan terhadap mata uang Negara itupun akan berkurang pula. Banyak sedikitnya barang yang diinginkan oleh penduduk suatu Negara terhadap Negara lain disebabkan oleh berbagai faktor antara lain oleh tingkat harga barang di Negara lain tersebut jika dinilai dengan mata uang dalam negeri pada Negara pembeli. Apabila harga-harga barang lebih mahal maka pennintaan berkurang atau sebaliknya, permintaan akan lebih banyak apabila harga-harga mereka lebih mnrah. Harus diingat bahwa makin murah nilai mata uang asing tersebut maka makin murah pula harga-harga barang asing tesebut kalau dinyatakan dalam mata uang dalam negeri. Harga barang yang mnrah ini akan meningkatkan pennintaan terhadap barang luar negeri (impor), sehingga dapat disimpulkan bahwa makin murah mata uang a.sing makin banyak pula uang asing yang akan diminta dan sebalilmya. Kenaikan harga valuta asing (artinya kenaikan nilai tukar) disebut depresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, oleh karenanya nilai relatif dari mata uang dalam negeri menurun. Jatuhnya haTga mata uang asing merupakan apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mnrah, karenanya nilai :relatif mata uang dalam negeri naik (Edalmen, 1999:25). Pentingnya kurs valuta asing atau biasa disebut dengan kurs valas karena sebagai Negara yang tengah melakukan pembangunan ekonomi, maka kurs valas akan berhubungan langsung dengan sektor-sektor perdagangan luar negeri, investasi, baltlcan berkaitan langsung dengan beban utang luar negeri yang merupakan sumber dana pembangunan. Oleh karena itu, kestabilan clan kete1jangkauan kurs mutlak diperlukan. Semenjak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997, nilai kurs meningkat dan berfluktuasi secara tajam di Indonesia. Selama periode krisis ekonomi, dapat dilihat bahwa nilai kurs sangat mempengaruhi kondisi perekonomian domestik. Terpuruknya mata nang domestik (Rupiah) terhadap mata uang asing yang menjadi awal dari krisis ekonomi, pacla dasarnya berasal dari permintaan akan uang luar negeri yang begitu tinggi, sedangkan penawarannya terbatas. Hal ini membuat nilai valuta asing keras seperti Dollar AS dan Yen Jepang membubung tinggi. Pembicaraan mengenai penentuan kurs valuta asing sekarang ini semakin banyak diperdebatkan. Jika dilihat dari sudnt pandang pendekatan moneter, para ekonom pacla un1urnnya melihat kurs valuta asing clipengarnhi oleh variabel fundamental ekonomi, antara lain jumlah uang beredar, tingkat output Iii! clan tingkat suku bunga (Mac Donald daan Taylor, 2002:4). Sementara itu Tucker et.al (2001:16) menambahkan variabel inflasi dalam model tersebut. Selain itu ada pula ekonom yang mempe1iimbangkan asa pasar (market sentiment) sebagai moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara pe1mintaan uang dengan penawaran uang Gumlah uang beredar). Proses percepatan pemulihan ekonomi untuk mencapai kondisi perekonomian seperti sebelum pertengahan tahun 1997 tidak lepas dari usaha untuk menciptakan sistem kurs valas yang mendukung kestabilan dan keterjangkauan kurs. Bahkan sampai saat ini pelaku-pelaku ekonomi masih dibayangi terjadinya krisis ekonomi lanjutan yang merupakan ekses buruk dari fluktuasi kurs valas. Hal ini membawa dan1pak buruk bagi percepatan proses pemulihan ekonomi. Berdasarkan semua latar belakang di atas, maka dengan ini penulis ingin mempelajari, menganalisa, dan mencoba untuk menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul "Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan BoxJeukins: Studi Empiris Rp/US$ clan Rp/Yen". B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahanian yang sesuai dengan tujuan yang akan ditetapkan. Agar masalah yang diteliti tidak terlalu meluas, maka perlu diberi batasan masalah. Alat analisis yang akan digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar Rp/US$ dan Rp/Yen dengan menggunakan alat analisis pendekatan BoxJenkins. Tempat penelitian dilakukan di Bank Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi kurs valas, dalam penelitian ini pembahasan hanya dibatasi pada lima faktor fundamental yaitu jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, dan neraca transaksi berjalan. Faktor-faktor tersebut alcan dimasukkan ke dalam model analisis fundamental didasarkan pada pertimbangan secara teoritis faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap kurs valas. Periode penelitian dilakukan mulai tahun 2000 sampai tahun 2007. Pemilihan data mulai tahun 2000 sampai tahun 2007 bermaksud menyesuaikan dengan kondisi Indonesia pada saat itu. Dari tahun 2000 samapai tahun 2007 terjadi beberapa kali pergantian presiden dimana setiap pemimpin mempunyai kebijakan yang berbeda. C. Perumusan Masalah Penelitian ini bersifat pengujian teori tentang faktor fundamental yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen yang datanya terdapat di Bank Indonesia selama periode tahun 2000 sampai dengan 2007. Dengan ruang lingkup yang dibatasi pada faktor fundamental seperti jumlal1 uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, dan neraca transaksi berjalan. Maka berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dibuat suatu perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh beberapa variabel ekonomi seperti jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bw1ga deposito, tingkat inflasi, neraca transaksi berjalan dalam mempengaruhi kurs valas Rp/US $ dan Rp/Yen? 2. Seberapa besar pengaruh jwnlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, neraca transaksi berjalan yang dapat menjelaskan kurs valas Rp/US $ dan Rp/Yen? 3. Model terbaik manakah yang memiliki daya prediksi paling efisien dalam mengantisipasi gejolak kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai signifikansi pengaruh variabel ekonomi fundamental seperti jwnlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bw1ga deposito, tingkat inflasi, neraca transaksi berjalan dalam mempengaruhi kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai besamya pengaruh jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga deposito, tingkat inflasi, neraca transaksi be1jalan yang dapat menjelaskan kurs valas Rp/US $ dan Rp/Yen. 3. Untuk mengetalmi model terbaik yang memiliki daya prediksi paling efisien dalam mengantisipasi gejolak kurs valas Rp/US$ dan Rp/Yen. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Pemerintah Merupakan sebagai bahan pe1iimbangan dalam menetapkan keputusan di bidang moneter, khususnya berkaitan dengan kebijakan yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap Dolla.r AS (kurs) dan Yen di Indonesia. 2. Bagi Investor Menjadi bahan acuan yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai fungsi dan tujuan model prediksi kurs dalam meminimalkan resiko kerugian fluktuasi valas, sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam pembuatan suatu keputusan. 3. Bagi Akademisi Menambah khasanah literatur dalam ilmu pengetahuan keuangan dan pasar modal di Indonesia dan sebagai dasar acuan memberikan masukan sebagai bahan penelitian lebih lanjut di masa mendatang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kurs Valuta Asing Valuta asing yang disingkat "valas" secara bebas dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Negara lain. Perdagangan barang dan j asa, aliran modal dan dana antar Negara akan menimbulkan pertukaran mata uang antar Negara yang pada akhirnya akan timbul permintaan atau penawaran terhadap suatu mata uang tertentu. Menurut Hamdy Hady (2006) nilai tukar atau kurs adalah suatu rasio atau perbandingan antara mata uang domestik (dalam Negara) dengan mata uang asing. Nilai tukar atau kurs mempunyai fungsi cukup penting dalam perekonomian suatu Negara karena nilai tukar mernpakan salah satu faktor yang mendukung kelancaran perdagangan internasional yang dilakukan oleh berbagai Negara. Nilai tukar harga suatu mata uang jika dipertukarkan dengan mata uang lain akan dapat diartikan sebagai pembanding nilai tukar mata uang. Kurs (nilai tukar) adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka, mengingat pengaruhnya yang sedemikian besar bagi transaksi neraca berjalan maupun variabel-variabel makro lainnya (Krugman, ditentukan oleh mekanisne pasar dinamakan kurs pertukaran yang berubah bebas atau kurs pertukaran mengambang. (Sadono Sukimo, 2004:362). Sadono sukimo (2004:397), kurs valas atau mata uang asmg menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu Negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang Negara lain. Kurs valas juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyalmya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Adapun penentuan kurs dalam pasar bebas adalah berdasarkan pe1mintaan dan penawaran mata uai1g asing itu sendiri. Kurs adala11 harga dari satu mata uang yang diukur dalam mata uang asmg lainnya. Hal ini ditentukan dalam bursa valuta asing timbul dari kebutuhilll untuk membayar barai1g dan jasa se1ia asset yang berasal dari luar negeri (Dominick Salvatore, 2001). Foreign exchange (valuta asing) adalah mata uang negara lain atau foreign currency dari suatu perekonomian, misalnya valuta asing bagi perekonomian Indonesia adalah mata uang lain selain rupial1. (Pratama Raharja, 2008:367). Shapiro (2000:277) menjelaskilll bahwa resiko pertukaran ditinjau sebagai kemungkinan bal1wa fluktuasi mata uang dapat mengubah jumla11 yai1g dihai·apkan atau perubahan mus kas perusahaan di masa yang akan datai1g. Fluktuasi perubalmn nilai tukai· akan menimbulkan resiko dimana semakin tinggi fluktuasinya maka resikonya akill1 semakin besar dan sebaliknya semakin rendah fluktuasinya maka resikonya akai1 semaldn kecil. V alas sebagi mata uang asmg dan alat pembayaran lainnya yang diguuakan uutuk melakukan atau pembiayaan transaksi ekonomi dan keuangan intemasional atau luar negeri yang bias:mya mempuuyai catatan kurs resmi pada Bank sentral atau Bank Indonesia. Keada:m fluktuasi rupiah khususnya terhadap dollar Amerika yang cenderung berubah-ubah, ini akan memberikan pengaruh pada harga saham lembaga keuangan yang ada di Bursa Efek Jakarta. Karena pada spekulan maupuu investor akan menginvestasikan dananya dalam bentuk mata uang asing. Nilai tukar valuta asing adalah harga mata uang salah satu Negara dalam satuan mata uang atau komoditas (biasanya emas atau perak) Negara lain. Bila pemerintah suatu Negara misalnya Argentina, mengatur nilai dimana peso dipertukarkan untuk mata uang lain,. sistem atau rezim itu diklasifikasikan sebagai fixed atau managed exchange rate rezime. Nilai tukar dimana mata uang itu dipatok, sering disebut sebagai par value. Bila pemerintah tidak melakukan campur tangan terhadap valuasi mata uangnya dengan cara apa pun, mata uang digolongkan sebagai mengambang atau jleksibel. (David K. Eiteman, et. al. 2003). Keinginan penduduk Negara lain tmtuk membeli barang dalam negeri merupakan penawaran valuta asing. Keinginan itu rnenuujukkan banyaknya mata uang asing yang akan digunakan untuk membdi barang-barang dalam negeri dan ditawarkan kepada penduduk dalam negeri. Di sini dapat dilihat bahwa makin mahal harga barang-barang dalam negeri lebih murah maka Jika k:urs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar malca kurs tersebut akan selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Perubahan yang cenderung terns menerus tersebut akan terjadi disebabkan oleh perubahan yang selalu terjadi terhadap permintaan dan penawaran dari valuta asing itu sendiri. Oleh karena sifatnya yang selalu mengalami perubahan itu tersebut kurs pertukaran melalui mekanisme pasar dinamakan kurs perhlkaran bebas (flexible exchange rate) atau kurs pe1tukaran mengambang (floating exchange rate). 1. Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS dan Yen Indonesia termasuk dalam perekonomian te:rbuka kecil yang tidak terlepas dari pengaruh Negara lain dalam perekonomian global khususnya perekonomian Negara yang besar dan kuat sepe1ti Amerika Serikat dan Jepang, dimana kedua Negara tersebut tergolong ke dalam Negara industri maju yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, perekonomian yang kuat mantap serta didukung oleh teknologi dan sumber daya manusia yang produktif. Oleh karena itu jika te1jadi gejolak dalam perekonomian Negara yang besar dan lrnat, Negara dengan perekonomian terbuka kecil seperti Indonesia akan terpengaruh yang akan ditransmisikan ke dalam perekonomian domestik baik secara langsung maupun tidak langsung. Amerika dan Jepang merupakan mitra dagang utama Indonesia sehingga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap kedua Negara tersebut sangatlah penting. Besar kecilnya pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu Negara. Kurs rupiah terhadap dollar AS telah menjadi bahan pembicaraan yang seru akhir-akhir ini. Banyak orang tercengang dengan perubahan yang begitu drastis pada rupiah dalam kurun waktu yang begitu cepat. Berdasarkan data kurs tengah Reuters dan kurs CNN, rupiah telah menembus Rp 6.588 per dollar AS dan telah mampu bertahan pada kisaran Rp 6.500 per dollar AS sampai dengan Rp 7.000 per dollar AS selama hamper satu bulan yang dimulai sejak tanggal 21 Juni 1999 sampai dengan tanggal 16 Juli 1999. (Korn pas, 1999). 2. Jumlah Uang Beredar Dahlan Siamat (2001:58), menyatakan bahwa perkembangan uang beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik dan sektor laim1ya. Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang mempengaruhi. Menurut Boediono (2000:54) pengertian uang beredar terbagi meqjadi dua yaitu uang dalam arti sempit dan uang dalam arti luas. Pengertian uang dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai (yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung dikuasakan seluruh nilai saldo rekening Koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bar1k umum. Saldo ini merupakan bagian dari uang beredar karena sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya (masyaralrnt) untuk kebutuhannya (transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi). Uang dalan1 arti luas bukan hanya didasarkan atas anggapan ballwa sebenarnya bukan hanya uang tunai dan saldo giro (eek) yang biasa digunakan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Uang milik masyarakat yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka atau tabungan juga mempunyai ciri yang mendekati uang tunai. Menurut hasil penelitian Insukindra (2000:7), uang beredar diklasifikasikan ke dalam tiga konsep uang. Di Indonesia dikenal tiga konsep uang yaitu : a. Uang Primer (MO), merupakan kewajiban otoritas moneter yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia, kas Negara, rekening giro Bank Pencipta Uang Gira! (BPUG) dan sektor swasta di Bank Indomesia. b. Uang dalam arti sempit (Ml), kewajiban moneter sistem moneter kepada sektor swasta domestik dan terdiri atas uang kartal yang dipegang masyarakat atau uang yang ada di luar Bank Indonesia dan kas Negara ditan1bah uang giral. c. Uang dalam arti luas (M2) adalah kewajiban moneter sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri atas uang Ml ditambah 3. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalarn satu tahun tertentu (Sadono Sukirno, 2001:33). Atau dapatjuga diartikan nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan Negara asing. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu Negara tiap tahun dan diukur menurut harga pasar. Gross Domestic Product (GDP) diperoleh dari penjumlahan konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor) dalam suatu periode. Sedangkan ukuran yang digunakan adalah Gross Domestic Product (GDP) dalam bentuk prosentase. dimana: CDP, = Pendapatan Domestik Bruto Peri ode kini SD P,_ 1 = Pendapatan Domestik Bruto Peri ode Sebelumnya g = Tingkat Kenaikan GDP yang dinyatakan dalam persen 4. Suku Bunga Deposito Menurut teori tingkat bunga Keynes bahwa tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada tiga macam kebutuban, yaitu kebutuhan transaksi, be1jaga-jaga, dan spekulasi. Boediono (2000) menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh suatu persilangan antara kurva pennintaan investasi dan kurva tabungan, dari proses tawar menawar antara penabung dan investor inilah dihasilkan tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan, jika tingkat bunga naik masyarakat akan cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya dalam bentuk tabw1gan, nanrnn j ilea tingkat suku bunga turun, masayarakat cenderung lebih banyak melakukan investasi. Dalan1 kegiatan perbankan, suku bunga dibebankan menjadi dua, yaitu: a. Suku bunga atas pinjaman b. Suku bunga atas pemberian kredit Besar suku bunga pinjaman maupun suku bunga laedit yang diberikan oleh bank disesuaikan oleh kondisi ekonomi dan hukwn ekonomi yang berlaku. 5. Inflasi Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang dalan1 perekonomian suatu Negara secara keseluruhan (Sasana, 2004:226). Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang .digunakan untuk menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. (Tandelin, 2000:481 ). Menurut Sadono sukimo (2003: 15) inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (presentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lainnya. Inflasi adalah kecendernngan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terns menerns. Menurut Ainun Nairn (2001:1) inflasi mernpakan kecenderungan harga-harga barang dan jasa tennasuk faktor-faktor produksi, diukur dengan kesatuan mata uang yang semakin menaik secara umum dan terns menerns. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terns menerns (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga mernpakan proses menurnnnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukl<an inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikl<an harga berlangsung secara terns menerns dan saling mempengarnhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Sedimgkan laju inflasi adalah persentase kenaikan tingkat harga selama periode tertentu dan ukuran laju inflasi adalah laju perubahan indeks harga konsumen. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Tingkat inflasi dapat diukur dengan menggunakan laju inflasi yang terlihat Indeks Harga Konsumen (IHK), adapun cara menghitung IHK adalah sebagai berikut : 6. Neraca Transaksi Berjalan Neraca pembayaran adalah data keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran dana dilakukan diantara suatu Negara dengan Negara lain dalarn suatu tahun tertentu. Suatu neraca pembaya:ran dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama yaitu neraca berjalan dan neraca modal. Neraca be1jalan mencatat transaksi-transaksi berikut : a. Ekspor dan impor barang tampak b. Ekspor dan impor jasa (barang tak tan1pak) c. Pembayaran pindahan neto ke luar negeri Neraca modal memiliki dua golongan transaksi, yaitu aliran modal sampingan dan aliran modal keuangan swasta. (Sadono sukirno, 2001:147). Balance of payment atau neraca pembayaran yang memberi gambaran ringkas tentang transaksi ha.rang dan jasa yang diproduksi selama periode satu tahun atau kurang. Dapat juga dikatakan neraca lancar adalah bagian dari balance of payment yang memberi gan1baran ringkas tentang pembayaran-pembaya:ran jangka pendek. Neraca lancar dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok yaitu neraca perdagangan (balance of trade), neracajasa, dan neraca pembalasjasa. (Pratama Raharja, 2008:237). Neraca transaksi berjalan adalah seluruh nilai ekspor dan impor barang dan jasa penduduk suatu negara beserta berbagai nilai transfer unilateral yang terjadi antar penduduk negara tersebut dengan pihak luar dicatat dalam suatu neraca yang dinamakan neraca 1ransaksi berjalan. Impor merupakan jumlah masukan basil perdagangan dari luar negeri ke dalam negeri dalam waktu tertentu. Apabila impor suatu Negara lebih banyak dari pada mengekspor, maka Negara tersebut mengalami defisit transaksi berjalan yang altematifnya harus ditutup dengan jalan melakukan pinjaman luar negeri jika pendapatan ekspomya telah habis dipakai. Altematif lainnya adalah dengan cara mengeluarkan cadangan devisa Negara yang mengalami defisit. Dengan demikian berknrangnya cadangan intemasional suatu Negara yang mengalan1i defisit transaksi berjalan akan mengakibatkan mata uang Negara tersebut mengalami depresiasi. B. Jenis Transaksi Valas Kurs jual beli adalah nilai tukar antara dua mata uang dimana bank bersedia membeli atau menjual mata uang tersebut. Kurs ini senantiasa mengalami perubahan, turun-naik mengikuti mekanisme pasar. Transaksi valas yang dilalcukan atas dasar sebagai berikut : 1. Transaksi Spot Transaksi spot adalah jual beli mata uang dengan penyeral1an dan pembayaran antar bank yang akan diselesaikan pada dua hari kerja berikutnya. Misalnya kontrak jual beli suatu mata uang spot dilakukan atau ditutup pada tanggal 7 November 1998, penyerahan dan penyelesaian kontrak tersebut dilakukan pada tanggal 9 november 1998. Apabila pada tanggal 9 November 1998 tersebut kebetulan hali libur atau sabtu maka penyelesaiannya adalah hari kerja berikutnya. Tanggal penyelesaian transaksi seperti ini disebut tanggal valuta atau value date. 2. Transalcsi Forward Transaksi forward atau 3uga disebut transaksi berjangka pada prinsipnya adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang te1tentu lainnya dengan penyerahan pada waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waldu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo. 3. Transaksi Swap Transaksi swap dalam pasar antar Bank adalah pembelian dan peajualan secara bersarna sejumlah tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Jenis transalcsi swap yang umum adalah "spot terhadap forward". Dealer membeli suatu mata um1g dengan transaksi spot dan secara simultan menjual kembali jumlah yang sarna kepada bank lain dengan kontrak forward. (Dahlm1 Siamat, 2004:204). C. Teori Kurs atau Nilai Tukar 1. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intersedt Rate Pari~V) Teori Interest Rate Pariry (IRP) adalah salah. satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa valas atau forex market dengan pasar uang internasionaI (international money market) atau dengan kata lain teori ini menganalisis hubungan antara perubahan kurs valas dengan perubahan tingkat bunga. Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada pasar uang internasional akan cenderung sama dengan forward rate atau discount. Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan atau diperkirakan berapa perubahan kurs forward atau forward rate (FR atau SI) dibandingkan dengan spot rate (SR atau SO) bila terdapat perbadaan tingkat bunga, misalnya antara home country dan foreign country. Menurut IRP, besarnya perubahan FR terhadap SR akan ditentnkan oleh besarnya forward rate premium atau discount yang timbul sebagai akibat dari perbedaan tingkat bunga antara home country dan foreign country. Dengan demikian, seorang pemilik dananya akan dapat menentukan dalam mata uang atau valas apa dananya akan dapal: diinvestasikan. Caranya adalah dengan membandingkan besarnya tingkat bunga antara dua Negara (home country dan foreign count1y) dengan perbedaan antara FR dru1 SR yang ditentukan olehforward rate premium atau discount. 2. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory ofPurchasing Power Parity) Teori ini pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817 dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916. Teori ini mendasarkan logika mata uang dalam standar ke1ias tidak mempunyai nilai intrinsik atau tidak didukung Clan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan standar sehingga nilai tersebut di dalam negeri ditentukan. Penjelasan teori ini didasarkan pada Law of One Price (LOP) yaitu hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua Negara yang berbeda akan san1a pula bila dinilai dalam LOP, yaitu hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sejenis di dua Negara yang berbeda akan sama pula bila dinilai dalam currency atau mata uang yang sama. D. Model-Model Nilai Tukar Terdapat tiga teori atau model mengenai nilai tukar valuta asing yaitu sebagai berikut : 1. Model Frenkel-Bilson Model harga fleksibel menyatakan bahwa terdapat hubungan antara suku bunga dengan kurs valas (teori suku bunga riil terhadap kurs). Teori ini dikenal dengan teori Chicago karena memuat asumsi harga fleksibel. Asumsi ini menimbulkan konsekuensi bahwa suku bunga nominal harns mencenninkan pernbahan tingkat inflasi yang diharapkan. Dasar teori stok uang dua Negara yang ingin dipegang. Karena itu, harga relatif mata uang kedua Negara harus dinyatakan dalam bentuk penawaran dan permintaan. Kenaikan pendapatan nominal domestik relatif terhadap luar negeri akan menimbulkan apresiasi kurs valas. Dimana harga-harga dalam negeri akan turun relatif terhadap harga luar negeri. Pengarnh tingkat pendapatan dalan1 keadaan pasar kurs harga fleksibel menekankan pada fungsi permintaim uang. Kenaikan pendapatan suatu Negara akan meningkatkan permintaan uang. Jika doktrin paritas daya beli berliaku dan jun1lal1 uang beredar konstan, maka kurs akan mengalami apresiasi untuk menyeimbangkan permintaan uang riil terhadap penawaran uangnya. Kenaikan tingkat bunga relatif dalam negeri terhadap luar negeri akan menyebabkan depresiasi mata uang (kenaikan kurs valas atau kenaikan nilai kurs luar negeri), sehingga akan ada hubunga:n positif antara selisih tingkat suku bunga dengan nilai kurs valas. Kurs valas diprediksi akan melemah nilainya akibat adanya inflasi dan kenaikan suku bunga. Naiknya suku bunga domestik berarti akan terjadi kenaikan tingkat harga dalam negeri. (Hadi Kardoyo dan Mudrajad Kuncoro, 2002:9). 2. Model Dornbusch-Frankel Pendekatan dalam model Dornbusch-Frankel sering disebut pendekatan Keynesian. Teori Keynesian menyatakan ballwa terdapat hubungan negatif antara kurs valas dan suku bunga nominal. Perubahan money policy) oleh pemerintah. Saat penawaran uang lebih banyak daripada pennintaan, maka otoritas moneter akan melakukan kebijakan uang ketat dengan menaikkan suku bunga Kenaikan suku bunga akan meningkatkan ams kapital (capital inflow) yang akan berdampak positif pada apresiasi kurs domestik. 3. Model Hooper-Morton Tahun 1982, model Dornbusch dan Frankel ini diperluas oleh HooperMorton dengan melibatkan variabel neraca transaksi berjalan (Current Account). Pemakaian variabel CA ini didasarkan pendapat Morton bahwa terdapat pernbahan kurs dalam jangka panjang yang berhubungan dengan neraca transaksi berjalan. Hooper-Morton menganggap koefisien nilai CA tidak mungkin no!. Neraca transaksi berjalan suatu Negara yang mengalami defisit terns menerns akan memperlemah kurs domestik karena defisit transaksi neraca be1jalan membutuhkan valas untuk menutupnya. E. Sistem Kurs di Indonesia 1. Sistem kurs tetap Indonesia menganut sistem kurs tetap ini dari Agustus 1971 sampai dengan November 1978. Pada sistem kurs tetap nilai tukai· suatu mata uang suatu Negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu. (Simorangkir dan Suseno, 2005). Pemerintah dapat melakukan campur tangan di dalam menentukan kurs valuta asing. Biasanya campur tangan tersebut adalah dengan menentukan suatu kurs pertukaran tertentu, pemerintah unruk periode yang lama. Karena keadaan yang tidak berubahubah tersebut, kurs pertukaran yang ditetapkan ol•eh pemerintah tersebut dinamakan kurs tetap (fixed exchange rate). Kurs ini sering pula disebut kurs resmi. Penan1aan ini adalah untuk menghindari persamaan dengan kurs di pasar gelap yaitu pasar valuta asing yang tidak termasuk dalam pasar valuta asing yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurs yang ditetapkan pasar ini dinamakan kurs pasar gelap. Kurs pasar gelap tidak selalu ada dalam setiap perekonomian yang menggunakan kurs tetap. Keadaan ini baru akan te~jadi jika Negara-negara itu menghadapi masalah kekurangan valuta asing. Dalarn suatu Negara dimana impor melebihi ekspor dar1 arus ke luar modal melebihi modal masuk, pasar gelap dalam jual beli valuta asing aka11 selalu muncul. Dalam perekonomian yang menghadapi masalah kekurangan mata uang asing, pemerinta11 terpaksa membuat pembatasan-pembatasar1 ini akan menyebabkan sebagian pennintaan ini akan pergi ke pasar gelap untuk mendapatkannya. Dari keadaan ini tidak sukar untuk memal1ami bahwa kurs di pasar gelap biasanya lebih tinggi dari pada yang ditetapkan oleh pemerintah. Langkah pemerintah untuk menerapkan kms tetap biasanya ikut memperhatikan perkembangan mekanisme pasar. Namun sermg ditemukan bahwa nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah tidak sama dengan nilai tukar melalui mekanisme pasar. Ini berarii bahwa kurs yang rendah (under valued) nilainya dari pada k:urs mata uang yang terjadi jika ditetapkan oleh mekanisme pasar. (Edalmen, 200 I :17) 2. Sistem kurs mengambang terkendali Sistem kurs ini diberlakukan di Indonesia sejak November 1978 sampai 13 Agustus 1997. Menurut simorangkir dan Suseno (2005), suatu Negara menerapkan sistem kurs mengambang terkendali apabila bank sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing tetapi tidak ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau pada suatu batasan target (target zone). Tujuan dari intervensi tersebut adalah untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau setidaknya mengurangi tingkat volatilitas pad.a tingkat moderat, serta mencegah pergerakan nilai yang terlalu besar. 3. Sistem k:urs mengambang bebas Menurut Simorangkir dan Suseno (2005), mekanisme penerapan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Besarnya nilai tukar ini juga dipengaruhi oleh perilaku penjual dan pembeli khususnya para spekulan. Dengan demikian, pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari pern1intaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan perilalrn spekulan. Pemberlakuan sistem kurs ini diterapkan di Indonesia mulai tanggal 14 Agustus 1997. Beberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh yang pesat terhadap perubahan pada kurs bebas adalal1 : Perubahan perilaku konsmnsi cenderung mempengaruhi pennintaan terhadap suatu komoditi. Apabila masyarakat sekarang cenderung menyukai produk luar negeri maka dengan sendirinya pem1intaan terhadap valuta asing akan makin meningkat dan ini cenderung menaikkan nilai tukar asing dan menurilllkan nilai mata uang domestik. b. Perubahan harga-harga barang ekspor Jika harga barang-barang ekspor berubah maka ha! ini akan mempengaruhi permintaan terhadap barang··barang ekspor tersebut di luar negeri. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi penawaran terhadap kurs valuta asing. K.enaikan harga ekspor misalnya, akan menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap barang tersebut dan pada gilirannya akan menurilllkan penawaran mata uang asing tersebut di dalam negeri. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai dari mata uang Negara pengekspor tadi. Kejadian sebaliknya terjadi jika harga barang ekspor mengalami penmunan. c. Perubahan tingkat kenaikan harga-harga (inflasi) Keadaan ini akan dapat menurilllka.n nilai mata uang negara bersru1gkuta.n. Di satn pihak kenaikan hru·ga ini cenderung mendorong impor yang makin besar dru·i Negara lain. Oleh karenanya permintaan terhadap valuta asing makin bertambah. Di ----~----·- PERPUSTi\'<J\f,N UTAMA UIN SYAHir· IA"i•'A1.;·(T1 --- • •• ,,Y . I ~ -=-.~~_J dan mereka cenderung mengurangi pennintaan terhadap produk domestik yang dengan sendirinya menurunkan penawaran mata uang asmg. d. Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat pen gem balian investasi Perubahan dalam tingkat suku bunga dan tingkat pengambilan investasi akan berpengaruh terhadap arus modal yang masuk dan keluar dari suatu Negara. Perubahan tingkat bunga dan meningkatnya pengembalian modal investasi akan menyebabkan makin banyaknya arus modal asing masuk ke dalam negeri. Penawaran valuta asing yang meningkat ini akan menaikkan nilai mata uang Negara yang menerima modal tersebut. e. Perkembangan ekonomi Pengaruh perkembangan ekonomi terhadap kurs valuta asing tergantung kepada corak dan perkembangan ekonomi Negara tersebut. Apabila pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh peningkatan dalam ekspor, maka penawaran valuta asing akan terus bertambah. Dalam keadaan seperti ini maka perkembangan ekonomi cenderung menaikkan nilai mata uang dalam negeri. Akan tetapi jika perkembangan ekonomi berada di luar sektor ekspor maka ha! itu akan memrrw1kan nilai mata uang dalam negeri. Ini disebabkan karena kecenderungan pert1JJTibuhan akan dapat meningkatkan impor, dan kenaikan impor ini akan menaikkan F. Penclitian Tcrdahulu Hadi Kardoyo dan Mudrajad Kuncoro (2002) meneliti tentang kurs rupiah terhadap dollar AS dan kurs rupiah terhadap yen dengan analisis regresi dengan pendekatan Box-Jenkins selama periode 1983.2-2000.3 dengan hasilnya bahwa cocok dan layaknya model kms valas Frenkel-Bilson yang melibatkan variabel fundamental ekonomi jumlah uang beredar (JUB), tingkat pendapatan nasional, dan tingkat suku bunga, serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi kurs Rp/US $, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas suku bunga (interest rate parity) berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs valas Rp/US$ ha! ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli juga berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs Rp!US$. Model kurs valas Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton tidak bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rp/Yen. Variabel tingkat inflasi Indonesia terhadap inflasi Jepang bertanda positif dan signifikan. Ini berarti doktrin paritas daya beli (purchasing power parity) juga berlaku dalam mempengaruhi fluktuasi kurs Rp!Yen. Nurina Sitaresmi dan Noer Azam Achsani. meneliti mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tulcar yang dipengaruhi oleh shock yang berasal dari fluktuasi Yen Jepang dan Dollar Amerika terhadap nilai tukar Rupiah yang dapat ditransmisikan baik secara langsung maupun tidak langsung pada perekonomian dalam negeri dengan menggunakan dengan model koreksi kesalahan atau VECM (Vector Error Corection Model). Hasil dari simulasi IRF dan FEVD memmjukkan bahwa dengan adanya guncangan kurs Dollar dan Yen membuat variabel makroekonomi domestik berfluktuasi tinggi dalan1 jangka panjang fluktuasi tersebut akan semakin berkurang dan menghilang. Pengaruh guncangan kurs Dollar memberikan fluktuasi yang relatif lebih kuat terhadap variabel makroekonomi Indonesia dibandingkan pengaruh k:urs Yen Jepang. Baik dalam jalur lintas kurs langsung maupun tidak: langs1mg, fluktuasi k:urs riil rnpial1 berpengaruh terhadap perubahan harga barang-barang yang diperdagangkan secara internasional (ekspor dan impor). Sri Isnowati (2002) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengarnhi nilai tukar rnpiah terhadap dollar Amerika dengan menggunakan analisis Error Correction Model (ECM) atau model korelasi k:esalahan. Variabelvariabel independennya adalah jumlah uang beredar, tingkat pendapatan riil, suku bunga, dan tingkat harga relatif. Hasilnya menunjukkan bahwa spesifikasi model koreksi kesalahan yang dipakai sudah benar. Variabel perbedaan jumlah uang beredar adalal1 berpengarnh terhadap nilai tukar dalam jangka pendek sedm1gkan dalam jm1gka panjang variabel ini tidak mampu menerangkan perilaku nilai tukar. Variabel perbedam1 tingkat pendapatm1 riil menunjukk:an bahwa variabel ini hanya man1pu menerangkan pernbahm1 nilai tukar dalam jangka panjang. dalam jangka panjang uji tanda sesuai dengan hipotesis yang diajuk:an dalam penelitian ini dan signifikan perubahan nilai tukar baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Variabel perbadaaan tingkat suku bunga. berpengarnh positif terhadap nilai tukar atau terjadinya apresiasi rupiah. G. Kerangka Berfikir Fluktuasi valuta asing dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktorfaktor yang berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi antara lain adalah seperti jumlah uang beredar, produk domestik bruto, suku bunga deposito, inflasi, neraca transalcsi berjalan. Kelima falctor tersebut seara teoritis sangat berkaitan dengan kurs, untuk itu hipotesa mengenai pengaruh kelima faktor tersebut terhadap !curs perlu dilakukan sehingga mempunyai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan. Info1masi mengenai nilai !curs sangatlah penting, karena mengingat pengaruh-pengaruhnya yang sedemikian besar bagi variabel-variabel makro ekonomi. Misalnya, bila mata uang suatu Negara mengalami depresiasi, ekspomya bagi pihak Juar negeri menjadi semakin murah, sedangkan impor bagi penduduk Negara itu menjadi semakin mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya. Berdasarkan acuan tersebut, peneliti akan menganalisis fluktuasi kurs valas di Indonesia dengan penggunaaan Box-Jenkins untuk menentukan valas secara akurat dan tepat. Karena model ini mampu menghasilkan peran1alan jangka pendek. Analisis Kurs Valas Rupiah terhadap Dollar AS dan Yen J ~ Variabel Independen : Variabel Dependen : .. • Kurs Spot Rp/US $ " l'roduk Domestik Brnto • Kurs Spot Rp/Yen " ''Suku Bunga Deposito fumlah Uang Beredar " I nflasi " Uji Stasioneritas : Uji Akar Unit I Pendekatan Box-Jenkins Interprestasi Hasil Gambar2.1 Kerangka Berfikir 1\Jeraca T ransaksi 1 'Be1jalan H. Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh kurs Rp/US $ dan Rp/Yen secara parsial a. lio: bi= 0 Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. Terdapat pengamh secara signifikan antara jurnlah uang beredar dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. b. Ho: b2 =O Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara suku bm1ga deposito dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Y en. Terdapat pengaruh secara signifikan antara suku blli1ga deposito dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. c. Ho: b3 = 0 Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara PDB dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. Terdapat pengarnh secara signifikan antara PDB dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara inflasi dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. Terdapat pengaruh secara signifikan antara inflasi dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. e. Ho: bs =O Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara neraca transaksi be1jalan dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. Ha: bs ,tO Terdapat pengarnh secara signifikan antara neraca transaksi berjalan dengan kurs Rp/US $ dan Rp/Yen. 2. Pengarnh kurs Rp/US $ dan Rp/Yen secara simultart Ho : bi,b2, b3, b4, b5 = 0 tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel pengaruh kurs Rp/US $ dan Rp/Yen Jepang yang terdiri dari sebagai berikut : selisih jurnlah uang beredar antara Indonesia dengan AS, selisih jumla11 uang beredar antara Indonesia dengan Jepang, selisih Produk Domestik Bruto (GDP) antara Indonesia dengan AS, selisih Produk Domestik Bruto (GDP) antara Indonesia dengan Jepang, selisih suku bunga deposito antara Indonesia dengan AS, selisih suku bunga deposito antara Indonesia dengan jepang, selisih inflasi antara Indonesia dengan AS, selisih inflasi antara Indonesia dengan Jepang, selisih neraca transaksi berjalan (CA) antara Indonesia dengan AS, selisih neraca transaksi (CA) berjalan antara Indonesia dengan Jepang. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel bebas (independen) selama delapan tahun berturut-turut mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulanan yang diambil dari surnber data antara lain Bank Indonesia, International Financial Statistic (IFS) yang dipublikasikan International A1onetmy Fund (IMF). Perhitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software statistik dan ekonometrik dalam komputer yang sesuai, yaitu Eviews 4.1. B. Metode Penentuan Sampel Dalani penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh aktivitas dan kondisi nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dan Yen Jepang di pasar valuta asing mulai tahun 2000 sanipai dengan 2007 yang merupakan suatu wadah atau sistem dimana perusahaan, perorangan dan bank dapat melakukan tnmsaksi keuangan intemasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valas. Untuk variabel dependen dibatasi pada kurs spot Rp/US $ dan kurs spot Rp/Yen. Sedangkan untuk variabel independen dibatasi pada jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga deposito, inflasi, dan neraca transaksi berjalan. C. Mctode Pcngumpulan Data Data yang digunakan bersun1ber dari data sekunder, lalu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan berikut : 1. Data Sekunder Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala triwulanan yang diambil dari sumber data antara lain Bank Indonesia, International Financial Statistic dipublikasikan International Monetary Fund (IMF). 2. Metode Kepustakaan (IFS) yang Penelitian ini juga diperoleh melalui studi kepusta:kaan. Sumber-sumber yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan membahas pern1asalahan penelitian ini. Seperti buku, jumal, koran, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian yang diteliti. 3. Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan selama beberapa waktu atau kadaluarsa (out of date) karena ilmu dan teori selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang berkembang selama ini yaitu internet, sehingga data yang diperoleh semakin real-time (up to date) dengan saat ini. Seperti ww.bi.go.id D. Metodc Analisis 1. Metode Box-Jenkins Alasan yang mendasari untuk menggunakan metocle tersebut adalah : I. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan yang bersifat time series yaitu jumlah uang bere:dar, produk domestik bruto, suku bunga cleposito, inflasi, neraca transaksi berjalan. 2. Akan dipakai suatu program simulasi (disebut ARIMA) untuk membangkitkan data deret berkala, menurut beberapa model ARIMA yang dikehendaki. 3. Data yang disimulasikan dari model ARJMA. yang khusus akan dianalisis untuk melihat sejauh mana sifat-sifot empiris suatu deret berkala berkaitan dengan sifat-sifat teoritis yang telah diketahui. Menurut Naclu·owi Djalal dan Hardius Usman (2006:375), pemodelan dan peramalan menggunakan ARJMA sering dihubungkan dengan dua nama, yaitu G.E.P Box dan G.M Jenkins. Hal itu diakibatkan jasa kedua statistisi tersebut dalam memperkenalkan metodologi untuk. idlentifikasi, penaksiran, pengujian, dan peramalan model, sehingga mudah dipahami. Model ARIMA umumnya dituliskan dengan notasi ARIMA (p,d,q). P adalah derajat proses AR, d adalal1 orde pembedaan, dan q adalah derajat proses MA. Adanya nilai pembedaan (d) pada Model ARIMA disebabkan aspek-aspek AR dan MA hanya dapat diterapkan pada data time series yang stasioner. Metode Box Jenkins menggunakan pendekatan iterative, deng•m empat tahapan dalam menentukan model yang cocok. Tahap-tahap dalarn metode Box-Jeukins (ARIMA) adalah sebagai berikut: a. Tahap Identifikasi Dalam identifikasi ini ditentukan nilai p, d,. dan q. dalam tallap identifikasi, digunal<an fungsi estimasi fungsi autokorelasi dan fungsi autokorelasi parsial (ACF dan PACF). Tabel berikut memperlihatkan karakteristik ACF dan PACF yang mengindentifikasi proses pembentukan data. I) Fungsi Otokorelasi Parsial bisa digunakan untuk ACF merupakan mengukur korelasi antar pengamatan dengan lag ke-k. sedangkan PACF merupakan pengukuran korelasi antar pengamatan dengan lag ke-k dan dengan mengontrol korelasi antar dua pengamatan dengan lag kurang dari k atau dengan kata lain, PACF adalah korelasi antara y, dan Yt-k setelah menghilangkan efek Yt yang terletak di antara kedua pengamatan tersebut. Fungsi otokorelasi parsial ini hanya diharapkan dapat membantu dalam menentukan orde dari proses AR. b) Identifikasi Orde dan Model Setelah mengetahui PACF, sekarang menggunakan ACF dan PACF yang didapat untuk menentukan model ARIMA. Caranya adalah dengan mencocokkan pola ACF dan PACF berdasarkan data yang kita gunakan untuk membuat fungsi tersebut, dengan pola model standar seperti AR(l), MA(2), ARMA(l,l), ARMA(2,2) dan seterusnya. Bila pola yang sedang dianalisis cocok clengan salah satu pola model standar maka model stanclar tersebut clijadikan model pilihan. Tetapi, model terpilih masih perlu dilakukan tes diagnostik untuk mengetahui apakah model terpilih memang akurat atau cocok clengan data yang climiliki. b. Tal1ap Estimasi Model ARlMA Setelah p dan q ditentukan, tahapan berikutnya aclalah mengestimasi parameter AR clan MA yang ada pacla model. Estimasi ini bisa menggunakan teknik kuadrat terkecil sederhana maupun clengan metode c. Tahap Tes Diagnostik Setelah model ARIMA ditentukan, dan parameternya telah diestimasi, maka kemudian harus melihat apakah model yang terpilih cocok dengan data atau tidak. Siapa tahu ada model ARIMA lain yang lebih cocok atau sama cocoknya dengan model yang terpilih. Safah satu tes yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati apakah residual clari model terestimasi merupakan white noise atau tidak. Jika residual berupa white noise, berarti model terpilih cocok dengan data. Sebaliknya bila residual tidak berupa white noise, berruti model terpilih bukan merupakan model yru1g cocok. Akibatnya, kita harus melakukan pilihan ulang dari awal lagi. Oleh sebab itulal1, metodologi Box-Jenkins disebutjuga proses iterasi. cl. Tahap peramalan Peramalan baru dibuat setelah modelnya lolos tes diagnostik. Peran1alan ini sesungguhnya merupakan penjabaran clari persamaan berdasarkan koefisien-koefisien yang didapat, sehingga kita dapat menentukan kondisi di masa yang akan datang. Masalah ini akan lebih mudah dibicarakan berdasarkan contoh kasus. 2. Uji Stasioneritas Sebelum melalmkan rumlisis terlebih dahulu apakah runtut waktu (time series) yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macrun pengujian (Nachrowi, 2006:346). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data mengandm1g unit root maka data tersebut tidak stasioner. Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahuii apakah ada unit root pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky Fuller (ADF) !-Statistic harus Jebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis (Wing Wahyu Winarno, 2007:79). Jika salah satu variabel ada yang tidak stasioner maka data tersebut harus di-diferrence (beda) tingkat pe1iama (first difference). Kalaupun belum juga stationer maka data tersebut di-diferrence (beda) tingkat kedua (second difference). E. Opcrasional Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang rupiah terhadap US dollar dan Yen Jepang. Nilai tukar adalah selisih antarn nilai tukar pada periode t dan nilai tukar pada periode sebelU111 t. sedangkan variabel-variabel independennya antara lain : 1. Selisih jmnlah uang yang beredar di Indonesia dengan jU111lah uang yang beredar di Amerika Serikat dan Jepang. Jumlah uang beredar di Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang dihitung dari jumlah uang kartal dan uang giral karena bersifat likuid dan digunakan sebagai alat pembayaran sehari-hari. Jun1lah uang beredar dalam arti sempit adalah 2. Selisih inflasi di Indonesia dengan inflasi di Amerika Serikat dan inflasi di Jepang. Tingkat inflasi di Indonesia, diukur dari Indeks Harga Konsumen yang merupakan gabungan 43 kota di Indonesia per bulan, sedangkan inflasi di Amerika Serikat dan Jepang diukur dari Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen) di Amerika Serikat dan Jepang perbulan. Inflasi adalah selisih antara Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode t dan periode sebelum t dibagi dengan IHK pada periode sebelum t. 3. Selisih suku bunga Indonesia dengan suku bunga di Amerika Serikat dan Jepang. Tingkat suku bunga deposito dihitung dari perubahan tingkat suku bunga deposito bank Indonesia dengan jangka waktu per bulan. Sedangkan tingkat suku bunga Amerika Serikat dan Jepang dihitung dari perubahan suku bunga deposito internasional. 4. Selisih GDP riil Indonesia dengan GDP riil Amerika Serikat dan Jepa11g. GDP di Indonesia, Amerika Serikat, dan Jepang ketigru1ya diukur dari persentase riil GDP yru1g merupakan selisih GDP riil periode t dan GDP riil periode sebelum t dibagi dengan GDP riil periode sebelum t dikali I 00. GDP adalah nilai dari sernua barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara tiap talmn dan diukur rnenurut harga pasar. 5. Selisih neraca transaksi berjalan Indonesia, Arnerika Serikat, dan Jepang. lrnpor adala11 jurnlah rnasukan hasil perdagangan dari luar ke keluaran hasil perdagangan dari dalam ke luar negeri dalam waktu te1ientu. Impor dan ekspor di Indonesia, Amerika Serikat, dan J epang ketiganya dihitung berdasarkan pada impor dan ekspor barang yang ada pada transaksi neraca pembayaran internasional ketiga Negara tersebut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Dollar AS dan Yen Jepang 1. Dollar AS US Dollar menjadi mata uang dunia sejak akhir Perang Dunia II hingga saat ini. Hal ini dapat dimengerti mengingat pada saat itu perekonomian di Negara Eropa hancur akibat perang. Walaupun Amerika ikut serta dalam peperangan tersebut (baik di Eropa berhadapan dengan Nazi Jerman maupun di Pasifik dengan Jepang). Dengan digelarnya konferensi intemasional mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di Bretton Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tal1un 1944 yang menandai dimulainya Fixed Exchance Rate System semakin mengukuhkan peran mata uang US Dollar sebagai mata uang utama dunia. (www.bi.go.id). Pada akhir talmn 1960-an dan awal tallun 1970-an Fixed Exchance Rate System sebagai implikasinya US Dollar tidak di-back up sejumlah emas tertentu !agi. Tetapi karena besarnya perekonomian Amerika Serikat membuat mata uang tersebut tetap menjadi mata uang dunia hingga saat ini. Perjalanan waktu juga menunjukkan mata uang US Dollar sebagai mata uang yang cukup stabil walapun dalam keadaan krisis sekalipun. The Federal Reserve (Bank Sentral Arnerika Serikat) atau yang Serikat. The Federal reserve didirikan pada tahun 1913 melalui the federal reserve act (tmdang-undang Bank Sentral Amerika Serikat). The federal reserve menganut sistem desentralisasi dimana ada sebuah dewan yang bemama the federal reserve board yang berkedudukan di washington dan 12 federal reserve bank di berbagai negara bagian (state) yang membawahi suatu wilayah tertentu yang telah ditetapkan. Federal reserve bank dipimpin Gubemur Bank Sentral. Pada tahun 1923 didirikan sebuah komite bemama The Open Investment Committe (disingkat OMIC) yang bertugas mengkoordinasi operasional dari 12 federal reserve bank. OMIC beranggotakan para gubernur Bank Sentral dari the federal reserve bank di New York, Philadhelpia, Cleveland, Chicago dan Boston. Pada tahun 1930 OMIC diganti dengan The Open Market Policy Conference (OMPC). OMPC beranggotakan dewan gubemur dari 12 federal reserve bank. Pada tahun 1935 berlaku undang-undang perbankan barn mengubah susunan the federal reserve system menjadi bentuknya sekarang. Pada saat itu pula OMPC bernbah nama menjadi The Federal Open Market Committe (FOMC). Nama tersebut dipakai sampai sekarang. Semua anggota dewan gubernur dipilih oleh presiden dengan mendapat persetujuan kongres Amerika. Hal ini membuat federal reserve mempunyai sistem yang independen. (www.bi.go.id). 2. Yen Jepang Yen Jepang merupakan salah satu mata uang kuat di dunia dan salah satu mata uang yang paling banyak diperdagangkan di pasar valuta asing dunia. Jepang merupakan salah satu negara industri terkemuka di Asia dan mempunyai posisi yang sa.ngat kuat dalam perdagangan interuasional. Namun karena Jepang sangat tergantung dengan bahan mentah yang harus diimpor dari luar maka fluktuasi mata uang Yen sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan mentah clan minyak bumi di Pasar Intemasional. Belakangan fluktuasi Yen berkaitar1 erat dengan fluktuasi indeks Nikkei, indeks pasar modal Jepang dan pasar real estate di negara itu. (www.bi.go.id). Dalam sejarahnya, perekonomian Jepang mengalami masa suram pada saat embargo minyak awal tahun 70-an. Namun pada saat pengambilalihan Kuwait oleh irak yang menyababkan perang teluk tahun 1992 tidak mempengaruhi harga minyak sehingga pada peristiwa tersebut perekonomian Jepang tidak terlalu terpengaruh. Mata uang Yen tercatat mencapai nilai tertinggi pada April 1995 yang mencapai rate 1 Dollar sama dengan 80 Yen. Hal ini dapat tercapai karena kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang berusaha untulc meningkatkan daya saing ekspor produk Amerika Serikat dibandingka produk yang sama buatan Jepang. Bank of Japan (Bank Sentral Jepang) mempunyai kewenangan yang mirip dengan the Fed (Bank Sentral Amerika Serikat). Hanya saja Jepang terlebih dahulu. Walaupun begitu ketergantungan tersebut tidak menimbulkan kecenderungan pemerintah Jepang (melalui mentri keuangan) untuk memanfaatkan bank sentral melakukan kebijakan yang tidalc populer misalnya mencetalc uang untulc membiayai anggaran belanja pemerintah yang pada akhimya akan menimbulkan inflasi. (www.bi.go.id). B. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Uji Stasioneritas Pengujian alcar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi kesahihan analisis ARIMA. Ini berarti bahwa data yang dipergunakan hams bersifat stasioner atau dengan kata lain perilalrn data yang stasioner memiliki varians yang tidak terlal u besar clan mempw1yai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya (Suhendra, 2003). Jika suatu variabel data mengandung unit root maka data tersebut tidak stasioner. Metode yang digw1alcan untuk unit root test adalah Augmented Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky Fuller (ADF) t-Statistic hams lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis (Wing Wahyu Winamo, 2007:79). Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap selurul1 variabel yang berkaitan antara Indonesia dengan AS dalam model (ADF) test, yang perhitungannya menggunakan komputer program Eviews 4.1. Berdasarkan hasil pengujian stasioneritas tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model pada tingkat level (data asli), ada beberapa variabel yang sudah stasioner kecuali variabel PDB dan inflasi. Kedua variabel tersebut tidak stasioner karena nilai ADF hitung pada variabel-variabel tersebut kurang dm·i nilai kritis ADF tabel, maka pada tingkat level (data asli) variabel-variabel tersebut memiliki persoalan akar unit. Tabel 4.1 Uji Akar Unit pada Tingkat Level Untuk Indonesia terhadap AS Variabel ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5% Kurs -6.764278 -2.960411 -3.662349 -2.971853 UB -2.541352 -2.971853 PDB -2.960411 -3.318432 Bunga Inflasi -2.400244 -2.960411 -2.963972 CA -6.743974 Swnber : Hasil data diolah Keterangan Stasioner Stasioner Tidak Stasioner Stasioner Tidak Stasioner Stasioner Mengingat tidak semua variabel data asli nilainya stasioner, maka data tersebut di-diferrence (beda) tingkat pertmna. Dimana pada tabel 4.2 pengujian dalam bentuk difference (beda) tingkat pertama, semua variabel penentu kurs seperti PDB dan inflasi sudah mencapai stasioner. Hal ini km·ena nilai ADF hitung yang lebih kecil dari nilai ADF tabel pada derajat kepercayaan 5%. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel-variabel yang berkaitan antara Indonesia dengm1 AS dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, sehingga dapat r111-::in1ntk-!-ln rlP:nv::tn nP.nPniian ARIMA. Tabel 4.2 Uji Akar Unit pada Tingkat Pertarna Untulc Indonesia terhada AS Variabel ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5% Keterangan Kurs -6.367676 -2.971853 Stasioner -13.04862 -2.971853 UB Stasioner PDB -15.23999 -2.971853 Stasioner B1mga -7.874202 -2.976263 Stasioner Inflasi -7.773614 -2.963972 Stasioner CA -6.589883 -2.971853 Stasioner Sumber : Hasil data diolah Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel yang berkaitan antara Indonesia dengan Jepang dalarn model penelitian yang peneliti ajukan, didasarkan pada Augmented Dicky Fuller (ADF) test, yang perhitungannya menggunakan komputer program Eviews 4.1. Berdasarkau basil pengujian stasioneritas tabel 4.3 dapat diketahui bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model pada tingkat level (data asli) sudal1 mencapai stasioner. Hal ini karena nilai ADF hitung yang lebih kecil dari nilai ADF tabel pada derajat kepercayaan 5%. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang berkaitan antara Indonesia dengan Jepang dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sarna, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian ARIMA. Variabel Km·s UB PDB Bunga Inflasi CA Tabel 4.3 Uji Akar Unit pada Tingkat Level Untuk Indonesia terhadap Jepang ADF (Hitung) ADF (Tabel) test critical values 5% -4.896481 -2.963972 -3.286653 -2.976263 -5.115395 -2.963972 -4.443454 -2.960411 -3.760056 -2.960411 -2.967767 -5.174950 Keterangan Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Sumber : Hasil data diolal1 2. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA) Model ARIMA mernpakan model yang menggunakan series-nya sendiri untuk melakukan peramalan. Model ARIMA ini sangat cocok untuk forecasting jangka pendek. Ada beberapa tahapan dalam pemodelan yaitu yang pertama adalah identifikasi model (stasioneritas data). Yang kedua adalah estimasi AR dan MA dalam model. Selanjutnya melakukan tes diagnostik untuk mengetahui model yang terpilih cocok dengan data atau tidak. Dan yang terakhir melakukan peramalan untuk menentukan kondisi di masa yang akan datang. Pengujian ARIMA yang dilakukan terhadap model-model kurs valas dengan masing-masing variabel yang mempengaruhi kurs valas, lalu dibandingkan dengan setiap model kurs valas satu sama yang lain. Dengan melihat kesignifikan variabel independen yang mempengarnhi variabel dependen. Dalam hal ini setiap model mempunyai variabel yang berbeda dengan variabel yang terdapat di model yang lain. a. Rupiah terhadap Dollar AS Tabel 4.4 Hasil Regresi Model Kurs Valas Rupiah terhadap Dollar AS Model3 Variabel ·•· . ·. Mc5del1 ·.··Model2 0.125302 c 0.12594 0.190449 [2.999531] [2.96577] [4.574105] UB 0.305969 [-0.295183] 0.50844 [3.031869] [-2.859232] [2.669649] PDB 0.76656 0.745793 0.587773 [2.943239] [2.792276] [1.741707] Bung a 0.035031 0.039187 0.059545 [3.339262] [3.164736] [2.449743] lnflasi 0.003934 -0.017184 [0.736054] [-1.414739] CA 0.10867 [1.637309] AR(1) -0.195571 -0.206996 -0.243898 [0.994612] [-1.029664] [-1.493435] Adjusted-R square 0.529304 0.522045 0.618677 F-stat 7.747087 6.461233 7.953352 Sumber : Hasil data diolah Keterangan : Angka dalam kurung ~ t-statistik Dari hasil regresi ketiga model kurs valas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa model 1 atau model kurs valas Frenkel-Bilson dengan variabel jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB) dan tingakat suku bunga deposito signifikan dalarn menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Hal ini terlihat jelas dari variabel jumlal1 uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB) dan tingakat suku bunga deposito yang hasil t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%. Pada Model I (Model Frenkel-Bilson) hasil penghitungan sebesar 0,125302 dengan t hitung sebesar 2,999531. Koefisien jumlah uang beredar adalah sebesar 0,305969 dengan nilai t hitung sebesar 3,031869. Nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsia! terdapat pengaruh y<mg signifikan anlara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien produk domeslik brulo adalah scbesar 0,745793 dengan nilai l hitung sebesar 2,943239. Nilai t hilung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan anlara produk domeslik brulo dengan kurs rupiah lerhadap dollar AS. Koefisien suku bunga deposito ada!ah sebesar 0,035031 dengan nilai t hitung sebesar 2,943239. Nilai t hitung lebih besar l label maka Ho dilolak artinya secara parsial lerdapal pengaruh yang signifikan anlara produk domestik bruto dengan kurs rupiah lerhadap dollar AS. Maka persamaan dari Model I (Model Freukel-Bilson) adalah : Kurs Rp/US $ = 0,125302 + 0,305969UB + 0,76656PDB + 0,03503 IBUNGA + e; Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) menunjukkan varibel jumlah beredar, tingkat pendapalan nasional, dan tingkat suku bw1ga deposilo signifikan karena nilai l hitung lebih besar dari t label dengan derajat kepercayaan 5%, lelapi pada variabel lingkat inflasi lidak signifikan karena nilai t hitung lebih kecil dibanding t tabel. Maka model 2 (Model kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Dari hasil penghitw1gan koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0, 12594 dengan t hitung sebesar 2,96577. Koefisien jumlah uang beredar adalal1 sebesar -0,295183 dengan nilai t hitung sebesar ··2,859232. nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,745793 dengan nilai t hitung sebesar. 2, 792276. Nilai t hi tung lebih besar t tabel maka Ho ditolal' artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar 0,039187 dengan nilai t hitung sebesar 3,164736. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien inflasi adalah sebesar 0,003934 dengan nilai t hitung sebesar 0,736054. Nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Maka persamaan dari Model 2 (Model Frenkel-Bilson) adalah : Kurs Rp/US $ = 0,12594 - 0,295183UB + 0,745793PDB + 0,039187BUNGA+ 0,003934/NF+ e; Pada Model 3 (Model Hooper-Morton) menunjukkan varibel jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga deposito signifikan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%, tetapi pada variabel tingkat pendapatan nasional. (PDB), tingkat inflasi, dan neraca transaksi berjalan (CA) tidak signifikan karena nilai t hitung lebih kecil dibanding t tabel. Maka Model 3 (Model Hooper-Morton) tidak layak untuk menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. Dari hasil penghitungan koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0, 190449 dengan t hitung sebesar 4,574105. Koefisien jumlah uang beredar adalah sebesar 0,50844 dengan nilai t hitung sebesar 2,669649. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,587773 dengan nilai t hitung sebesar 1,741707. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produk domestik bruto dengan kurs rnpiah terhadap dollar AS. Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar 0,059545 dengan nilai t hitung sebesar 2,449743. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien inflasi adalah sebesar -0,017184 dengan nilai t hitung sebesar -1,414739. Nilai -t hitung lebih kecil dari -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pe:ngaruh yang signifikan antara inflasi dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Koefisien neraca transaksi berjalan adalah sebesar 0, 10867 dengan nilai t hitung sebesar 1,637309. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara neraca transaksi berjalan dengan kurs rupiah terhadap dollar AS. Maka persamaan dari Model 3 (Mode Hooper-Morton) adalah : Kurs Rp/US $ = 0,190449 + 0,50844UB + 0,587773PDB + 0,059545BUNGA - 0,017184JNF+ 0,10867CA + e; Model kurs valas Frankel-Bilson (Model 1) sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 4.4 layak diterapkan dalam menganalisis fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS pada periode tahun 2000 sampai tahun 2007, sebagaimana ditunjukkan dengan signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi dalam model seperti jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan tingkat suku btmga deposito. Nilai konstanta dengan tanda positif menunjukkan terdapatnya kecenderungan Rupiah akan menguat terhadap Dollar AS. Variabel pendapatan nasional (PDB) ternyata menyumbang proporsi yang lebih besar (0,76>0,30) dalam menapresiasi nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS dibanding variabel jumlah uang beredar. Jadi bila terdapat kenaikan pendapatan nasional dan jumlah uang beredar di Arnerika, akan rnenyebabkan apresiasi nilai kurs tukar Rupiah terhadap Dollar. Variabel tingkat suku bunga deposito signifikan dalam mengapresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS. Jadi kenaikan tingkat suku bunga deposito dalam negeri terhadap suku bunga deposito di Arnerika Serikat akan menyebabkan penguatan atau apresiasi Rupiah terhadap Dollar AS. Ini artinya instrumen tingkat suku bunga deposito yang dimiliki Bank Sentral Indonesia dapat digunakan untuk mempengaruhi fluktuasi nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Untuk memperkuat nilai Rupiah terhadap Dollar AS, Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga, dengan tujuan untuk mengabsorsi jumlah uang beredar, menekan angka inflasi, serta mengurangi kegiatan spekulasi dari fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS, sehingga fluktuasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS dapat dikurangi. Faktor fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS masa lampau, sebagaimana ditunjukkan variabel AR(l) ak:an memberikan dampak psikologis yang tidak terlalu besar dalam mengapresiasi nilai Rupiah terhadap Dollar AS. Hal ini ditimjukkan nilai koefisien variabel AR(!) yang bertanda negatifsebesar-0,19. b. Rupiah terhadap Yen Tabel 4.5 Basil Regresi Model Kurs Valas Rupiah terhadap Yen Jepang ~ ~.~(i •..•, .\/ 'i'Nfoo.e1·.·1 > •&M:6deF2i e···•M:00.e1:i0~! c 0.269906 0.271353 lI 0.307141 [12.59609] [14.61333] [9.637055] -0.05097 0.013533 -0.09502 UB [-0.66537] [2.243938] [-1.162179] PDB 0.032149 0.002531 -0.012418 [0.971202] [0.075928] [-0.389841] Bllllga -0.060995 -0.096826 -0.058737 [-1.007078] [-1.890951] [-1.007226] Inflasi 0.021389 0.020332 [2.591944] [l.235015] CA -0.084124 [-1.537132] AR(l) 0.375004 0.476741 -0.335811 [2.109371] [2.529263] [-1.703891] Adjusted-R square 0.564937 0.636326 0.552999 F-stat 2.842489 4.147654 4.015319 G Sumber : Hasil data d1olah Keterangan : Angka dalam kurung = t-statistik Pada Model 1 (Model Frenkel-Bilson) hasil penghitungan koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0,269906 dengan t hitung sebesar 12,59609. Koefisien jumlah uang beredar adalah sebesar -0,05097 dengart nilai t hitung sebesar 0,66537. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengarnh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,032149 dengan nilai t hitung sebesar 0,971202. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,060995 dengan nilai t hitung sebesar -1,007078. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga deposito dengan !curs rupiah terhadap yen. Maka persamaan dari Model 1 (Model Freukel-Bilson) adalah : Kurs Rp/Yen = 0,269906 0,05097UB + 0,032 l 49PDB- 0,060995BUNGA + e; Pada Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) hasil penghitungan koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0,271353 dengan t hitung sebesar 14,61333. Koefisien jumlah uang beredar adalah sebesar 0,013533 dengan nilai t hitung sebesar 2,243938. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupial1 terhadap yen. Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar 0,002531 dengan nilai t hitung sebesar 0,075928. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,096826 dengan nilai t hitung sebesar -1,890951. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien inflasi adalah sebesar 0,021389 dengan nilai t hitung sebesar 2,591944. Nilai t hitung lebih besar t tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan kurs rupiah terhadap yen. Maka persamaan dari Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) adalah: Kurs Rp/Yen = 0,271353 + O,Ol3533UB+ 0,002531PDB 0,096826BUNGA + 0,021389JNF + e; Pada Model 3 (Model Hooper-Morton) hasil penghitungan koefisiensi regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 0,307141 dengan t hitung sebesar 9,637055. Koefisien jumlal1 uang beredar adalah sebesar -0,09502 dengar1 nilai t hitung sebesar 1,162179. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien produk domestik bruto adalah sebesar -0,012418 dengan nilai t hitung sebesar -0,389841. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produk domestik bruto dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien suku bunga deposito adalah sebesar -0,058737 dengan nilai t hitung sebesar -1,007226. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga deposito dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien inflasi adalah sebesar 0,020332 dengan nilai t hitung sebesar 1,235015. Nilai t hitung lebih kecil t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan kurs rupiah terhadap yen. Koefisien neraca transaksi berjalan adalab. sebesar -0,084124 dengan nilai t hitung sebesar -1,537132. Nilai -t hitung lebih kecil -t tabel maka Ho diterima artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara neraca transaksi be1jalan dengan kurs rupiah terhadap yen. Maka persamaan dari Model 3 (Model Hooper-Morton) adalah : Kurs Rp/Yen = 0,307141 - 0,09502UB - 0,012418PDB 0,058737BUNGA + 0,020332 INF - 0,084124CA + e; Hasil regresi ketiga model kurs valas pada tabel 4.5 temyata memberikan hasil yang kurang memuaskan. Hanya variabel jumlah uang beredar dan tingkat inflasi dalam Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) yang signifikan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Yen Jepang. Hal ini terlihat jelas dari variabel jumlah uang beredar, tingkat inflasi yang hasil t hitung lebih besar dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%. Sedangkan untuk variabel tingkat pendapatan nasional (PDB) clan tingkat bunga deposito tidak signifikan dalam menjelaskan fenomena flrnktuasi kurs valas Rupiah terhadap Yen Jepang karena hasil t hitung dari kedua variabel tersebut Jebih kecil dari t tabel dengan derajat kepercayaan 5%. Dengan demikian fluktuasi ketiga model kurs valas tidak layak untuk diterapkan dalam kasus fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang pada periode tahun 2000 sampai tahun 2007, dengan banyaknya variabelvariabel fundamental ekonomi dalam model tidak signifikan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Hanya variabel jumlah uang beredar dan tingkat inflasi dalam Model 2 (Model Dornbusch-Frankel) yang diterapkan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Yen Jepang. Dengan mengacu pada hasil regresi pada tabel 4.5 dimana variabel jumlah uru1g beredar dan tingkat inflasi saja yang signifikan dalan1 menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepru1g, selanjutnya model kurs valas yang melibatkan variabel tersebut dianalisis pendekatru1 ARJMA dan hasil regresi pada tabel 4 . 6. Tabel 4.6 Hasil Regresi Model Ku:rs Valas R upia "hterhd a ap Yen J epang < < Y~ri~l?d . •· ' __ ,-::_-; - -,- ).'-'.'/ ~_,;_,.,.;_ c 0.283043 [16.30765] UB -0.153451 -[-2.142399] Inflasi 0.020308 ·[2.365749] AR(!) 0.231194 [1.111147] Adjusted R-square 0.322815 ·F-,tnt 4.575253 " - dengru1 Tabel 4.6 menunjukkan pengaruh variabel jurnlah uang beredar memiliki koefisien sebesar negatif dalam mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang sebesar -0,153451 ini artinyajika terjadi penurunan jumlah uang beredar di dalam negeri terhadap jumlah uang beredar di Jepang, justru akan memperlemab/mendepresiasi Rupiah terhadap Yen. Tingkat inflasi Indonesia terhadap Jepang berpengaruh dalam mendepresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang. Hal ini berarti kenaikan tingkat inflasi di Indonesia terhadap tingkat inflasi Jepang akan menyebabkan apresiasi nilai Rupiah terhadap Yen Jepang. Fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang di masa lalu sebagaimana ditunjukkan variabel AR(l) memberikan dampak psikologis yang cukup berarti (0,23) dalam mendepresiasi Rupiah terhadap Yen Jepang. Kecenderungan terus melemahnya nilai Rupiah terhadap Yen Jepang pada urnumnya Jebih banyak disebabkan pengaruh dari utang luar negeri Indonesia terhadap Jepang yang dari tahun ke tahun semakin besar. Maka persamaan dari Model tersebut adalah : Kurs Rp/Yen = 0.283043 - 0.153451 UB + 0.020308/NF + e; 3. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian persyaratan analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel yimg terlibat didalamnya memenuhi kualifikasi persyaratan, penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengujian signifikansi model, untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen secara parsial dan simultan. a. Uji t Statistik (Uji Test ofsignificant) Untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikkan dari model regresi dalam memprediksi, maka diperlukan adanya pengujian terhadap signifikansi dari masing-masing koefisien dari model. Untuk menguji koefisien dari masing-masing model, uji yang digunakan adalah uji t. Aturan penerimaan dan penolakkan hipotesis menggunakan uji t, dimana Ho diterima jika t hitung lebih kecil daripada t tabel dan Ho ditolak jika t hi tung lebih besar daripada t tabel atau Ho diterima jika -t hitung lebih kecil daripada -t tabel dan Ho ditolak jika -t hitung lebih besar daripada -t table (Santosa dan Ashari, 2005:146). Untuk variabel-variabel yang mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Dollar AS dengan Model 1: 1) Variabel Jun1lah Uang Beredar Dari hasil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitw1g sebesar 3,031869 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hi tung lebih besar dari t table maka Ho ditolak berarti variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiail terhadap Dollar AS. 2) V ariabel Produk Domestik Bruto (PDB) Dari hasil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitung sebesar dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hitung lebih besar dari t table malca Ho ditolalc bermii variabel PDB berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Dollar AS. 3) Variabel Suku Bunga Deposito Dari basil regresi diketahui bahwa besarnya nilai t hitung sebesar 3,339262 sedangkan nilai t label untuk uji in'i adalah 2,04 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai 1: hitung lebih besar dari t table malca Ho ditolalc beraJ.ii variabel suku btmga deposito berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Untuk variabel-variabel yang mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang: I) Variabel Jumlah Uang Beredar Dari basil regresi diketahui bahwa besamya nilai t hihmg sebesar -2,142399 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adala11 -2,04 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai -t hitung lebih besar dari -t tabel malca Ho ditolalc bermii variabel suku bunga deposito berpengaruh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. 2) Variabel Inflasi Dari hasil regresi diketahui bahwa besm·nya nilai t hitung sebesar 2,365749 sedangkan nilai t tabel untuk uji ini adalah 2,04 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak berruii variabel suku bunga deposito berpeugamh signifikan terhadap kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. b. Uji F Statistik Uji F (pengujian simultan) dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Aturan keputusan dalam uj i F ini adalah menerima Ho jika F hitung lebih kecil dari F tabel dan menolak Ho j ika F hitung lebih besar dari F tabel (Santosa dan Ashari,2005:143). Untuk Rupiah terhadap Dollar AS (Model 1) dengru1 memperlihatkan nilai F hitung sebesar 7,747087 sedangkan nilai f tabel untuk uji ini adalah 2,53 diperoleh dari alpha 5% dan df = 31. Dengan kondisi dirnana nilai f hitung lebih besar dari f tabel maka kesimpulru1 yang dapat diambil adalah menolak Ho yang berarti koefisien korelasi signifikan secara statistik. Untuk Rupiah terhadap Yen Jepang dengan memperlihatkru1 nilai F hitung sebesar 4,575253 sedangkan nilai f table untuk uji ini adalah 2,53 diperoleh dari alpha 5% dan elf= 31. Dengan kondisi dimana nilai f hitung Jebih besar dari f tabel maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menolak Ho yang berarti koefisien korelasi signifikan secara statistik. c. Uji koefisien detenninasi (Adjusted R=) Untuk menentukan seberapa besru· variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisiensi menjelaskan kebaikkan nilai regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien cleterminasi akan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel clependen (Santosa clan Ashari,2005:144). Untuk Rupiah terhadap Dollar AS (Model 1) koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel depenclen sebesar 0,529304 atau sebesar 52,9304% variabel kurs dijelaskan oleh jumlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan suku bunga deposito sedangkan sisanya yaitu 47,0696% d.ijelaskan oleh variabel lain cliluar model. Untuk Rupiah terhadap Yen Jepang koefisien detenninasi menunjukkan bahwa variabel independen mempengaruh.i variabel clependen sebesar 0,322815 atau sebesar 32,2815% variabel kurs dijelaskan oleh jumlah uang beredar dan tingkat inflasi sedangkan sisanya yaitu 67,7185% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. C. Interpretasi Berclasarkan pada hasil pembahasan yang telah dilakukan di atas, dengan cocok clan layaknya model kurs valas Frenkel-Bilson yang melibatkan variabel fundamental ekonomi seperti jumlah uang beredar, tingkat penclapatan nasional (PDB), dan tingkat suku bunga, serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas valas Rupiah terhadap Dollar AS. Ketiga model kurs valas yaitu model kurs valas Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton tidak bisa diterapkan untnk menganalisis flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Model kurs Rnpiah terhadap Yen Jepang dengan melibatkan variabel jumlah uang beredar dan tingkat inflasi justru mampu dan signifikan dalam menjelaskan fenomena flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Basil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Hadi dan Mudrajad (2002). Variabel jumlah uang beredar clan tingkat inflasi yang signifikan dalam menjelaskan fenomena flnktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Isnowati (2002) yang menemnkan bahwa variabel jumlah uang beredar adalah berpengarnh terhadap nilai tukar dalam jarigka pendek, variabel tingkat pendapatan riil menunjukkan bahwa mampu menerangkan perubahan nilai tukar dalam jangka panjang, dan variabel perbaclaaan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap nilai tnkar atau terjadinya apresiasi rupiah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Nurina Sitaresmi clan Noer Azam Achsani yang mengatakan bahwa pengaruh guncangan kurs Dollar memberikan fluktuasi yang relatif lebih !mat terhadap variabel makroekonomi Indonesia dibandingkan pengaruh kur:> Yen Jepang. flnktuasi kurs riil rupiah berpengaruh terhadap perubahan harga barang-barang yang BABV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Secara keselurnhan hasil penelitian ini dapat memberikan buktibukti yang empiris yaitu: 1. Dengan cocok dan layalmya model kurs valas Frenkel-Bilson yang melibatkan variabel fundamental ekonomi seperti jurnlah uang beredar, tingkat pendapatan nasional (PDB), dan tingkat suku bunga, serta signifikannya variabel-variabel fundamental ekonomi tersebut dalam menjelaskan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS, menghasilkan temuan bahwa doktrin paritas suku bunga (interest rate parity) berlaku dalam mempengarnhi fluktuasi kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS. 2. Ketiga model kurs valas yaitu model kurs valas Frenkel-Bilson, Dornbusch-Frankel, maupun model Hooper-Morton tidak bisa diterapkan untuk menganalisis fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. 3. Model kurs Rupiah terhadap Yen Jepang dengan melibatkan variabel jurnlah uang beredar dan tingkat inflasi justrn mampu dan signifikan dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hadii dan Mudrajad (2002). dalam menjelaskan fenomena fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa doktrin paritas daya beli berlaku dalam fluktuasi kurs Rupiah terhadap Yen Jepang. B. Implikasi Mengacu pada hasil kesimpulan penelitan diharapkan dapat memberikan implikasi pada hal-hal berikut: 1. Implikasi teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi ulang terhadap penelitian terdahulu mengenai analisis kurs valas Rupiah terhadap Dollar AS dan Rupiah terhadap Yen Jepang. 2. Implikasi terhadap investor, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan juga informasi bagi ca1on investor yang akan menanamkan modalnya dalam bentuk mata uang asing dengan tetap mempertimbangkan asumsi dan keterbatasan-keterbatasan penelitian. 3. Implikasi terhadap pemerintah, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah agar pemerintah perlu menciptaka.n kebijakan-kebijakan ekonomi yang mampu mengeliminir gejolak perekonomian yang tidak dapat diredam secara otomatis seperti percepatan penyehatan sistem perbankan clan penyelesaian utang luar negeri. 4. Implikasi terhadap akademisi, penelitian nu menambah literatur mengenai fluktuasi kurs va1as. C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu menjadi bahan revisi penelitian selanjutnya antara lain: I. Pengujian belum bisa dilakukan dengan periode waktu yang panjang, hanya menggunakan periode 2000-2007, sementara penelitian sebelumnya menggunakan periode pengamatan yang lebih lama. 2. Pengujian yang dilakukan belum menggunakan model kurs kasus Indonesia, sementara penelitian sebelumnya menggunakan model kurs kasus Indonesia. Ada beberapa ha! yang perlu mempertimbangkan pada penelitian yang akan datang, antara lain: I. Pengujian dilakukan dengan periode waktu yang lebih panjang, karena penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan periode pengamatan yang lebih lama. 2. Penelitian sebaiknya menggunakan mata uang utama dunia selain Yen Jepang. DAFTAR PUSTAKA Boediono. "Seri Sinopsis : Ekonomi Makro ". Edisi dua, BPFE, Yogyakarta, 2000. Djalal, Nachrowi. "Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika Untuk Ana/is Ekonomi Dan Keuangan". Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Domonick, Salvatore. "Teori dan Soal-Soal Ekonomi Intemasional". Edisi ketiga, Erlanggan, Jakarta, 2001. Edalmen."Penerapan Kurs Tetap Dan Kurs Bebas Dalam Menentukan Keseimbangan Nilai Tukar Mata Uang". Jumal Ekonomi Universitas Tarumanenegara, Jakarta, 2001. Edalmen."Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah: Faktor Penyebab, Dampak Dan Upaya Pengendaliannya". Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanenegara, Jakarta, 2000. Eiteman, David K. "Manajemen Keuangan Multinasional Ji/id Sa tu". Edisi kesembilan, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003. Hadi Hamdy. "Manajemen Keuangan Internasiona"l. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2005. Hamid, Abdul. "Buku Panduan Penulisan Skripsi", Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islan1 Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Insukindro. "Pendakatan Tradisional Mengenai Analisis Vang Beredar Studi Kasus di Indonesia". Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Universitas Gajall Mada, Yogyakarta, 2000. Isnowati, Sri. "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika: Pendekatan Moneter 1987.2-1999.1". Jurnal Bisnis dan Ekonomi STIE Stikubank, Semarang, 2002. Kardoyo, Hadi dan Mudjarat Kuncoro. "Analisis Kurs Valas Dengan Pendekatan Box-Jenkins: Studi Empiris Rp/US$ dan Rp/Ten". Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 7 No 1, 2002. Krngman, R Paul and Maurice Obstfield. "Ekonomi Internasional dan Teori Kebijakan ". Jilid kedua : Moneter Edisi kedua Terjemahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Madura, Jeff. "Manajemen Keuangan Jnternasional". Edisi Keempat Terjemahan, Erlangga, Jakarta, 2000. Na'im, Ainun. "Akuntansi Jnjlasi ". Cetakan kelima, BPFE,. Y ogyakarta, 2001. Santosa, Purbayu Budi. "Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS'', ANDI, Yogyakarta, 2005. Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan ''. Edisi Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Soenarjo, Linda. "Kurs Yang Ideal''. Jumal Tannnanenegara, Jakarta, 2000. Ekonomi Universitas Suhendra, Indra. "Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor .Resiko, dan Ekspektasi Nllai Tukar Terhadap Nilai Tukar Rupiah (Ferhadap Dollar) Pasca Penerapan Sistem Kurs Mengambang Bebas Pada Tanggal 14 Agustus 1997 ". Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 6 no.l, 2003. Sukirno, S. "Mikro Ekonomi Teori Pengantar". Jakarta, 2003. 3rd ed, PT Raja Grafindo Persada, Raharja, Pratama dan Mandala Manurung. "Pengantar !!mu Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi) ''. Edisi ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Winarno, wing. "Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews ''. Unit Penerbit Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2007. Lampiran 1 Data triwnlanan Indonesia dengan Amerika Serikat · Rn/\JS $ 2000 Mar 2000 Jun 2000 Seo 2000 Des 2001 Mar 2001 Jun 2001 Seo 2001 Des 2002 Mar 2002 Jun 2002 Sen 2002 Des 2003 Mar 2003 Jun 2003 Seo 2003 Des 2004 Mar 2004 Jun 2004 Sen 2004 Des 2005 Mar 2005 Jun 2005 Sen 2005 Des 2006 Mar 2006 Jun 2006 Sen 2006 Des 2007 Mar 2007 Jun 2007 Sen 2007 Des 7595 8775 8800 9725 10450 11490 9740 10450 9850 8723 9010 8960 8905 8280 8400 8435 8566 9405 9460 9275 9470 9768 10310 9845 9075 9264 9230 9000 9137 9050 9152 9398 \JB (juta) 204204600 218276690 213695000 260764040 264367200 229977740 292158925 306136500 327922620 382100440 377808090 396143520 384772920 426972870 431131016 472120920 437265714 413507255 438295590 469417360 441921500 475562010 505120500 578427390 618732000 657003800 691710565 784215040 761974826 835196384 881054457 982813483 Bunga ..• ·• Inflasi PDB (juta) 209978664 220615146.3 237583817.5 239598830.8 255285050 259750434 286187458 285498330 299430339 316624582 320313889 314200816 352721915 353931737 366710457 362166983 447795622 464747176 492609102 494982785 525947308 560500533 593600958 641002088 671912330 697228220 753287644 759410348 803777064 845327625 912770468 915945627 (%) .. i 6.7 5.4 6.45 6.74 9.74 11.06 l3.0l l5.41 l5.07 13.35 12.35 11.63 10.14 8.36 7.59 7.21 6.28 6.00 5.61 5.04 4.53 4.82 5.51 8.53 8.01 6.98 6.77 4.18 2.79 2.51 2.41 2.81 I !%) 3.95 3.77 4.31 4.59 6.21 5.12 4.33 4.20 3.57 3.66 4.25 4.19 4.17 4.88 4.03 3.26 3.41 3.53 3.77 3.10 5.71 4.92 4.36 14.91 12.34 11.23 12.45 3.60 3.72 3.07 4.15 2.49 . CA (juta) 18220800 13228580 21859500 24680240 968797170 1089152486 947217825 900335700 853195648 974456690 1112689110 1067297080 1043399168 1041158115 1136875901 1025183115 980799447 1407919205 1458970260 1574042880 1416846440 1665231324 1778101740 1954560360 1550917375 1786188800 1994322790 1581201240 1533854021 1654106432 1611017651 1546022929 Lampiran 2 Data triwulanan Indonesia dengan Jepang 2000Mar 2000Jun 2000Seo 2000Des 2001Mar 2001Jun 2001Seo 2001Des 2002Mar 2002Jun 2002Seo 2002Des 2003Mar 2003Jun 2003Sep 2003Des 2004Mar 2004Jun 2004Sep 2004Des 2005Mar 2005Jun 2005Sep 2005Des 2006Mar 2006Jun 2006Sep 2006Des 2007Mar 2007Jun 2007Sep 2007Des Rp/Yen 73.77 82.471 81.17 83.44 83.12 91.56 81.63 79.23 74.25 73.l 74.19 75.3367 75.3726 69.1441 75.3498 78.692 82.1679 86.4748 83.25 90.3908 88.389 88.0714 90.869 83.6236 77.0701 80.9719 78.0655 75.6132 77.4081 73.3599 79.4031 84.1686 . UB (juta) 191331000 159460000 175920000 244788000 267692000 242656000 300237000 363903000 390294000 392136000 396796000 413320000 404086000 453643000 430696000 450568000 409645000 408006000 449427000 442191000 437643000 494945000 541050000 642653000 684321000 719675000 770541000 874865000 854873000 954070000 972606000 1067688000 PDB (juta) 264101420 273855095 292093335 297570220 313899180 326480168 341178193 19528950 54688320 63869060 65495900 54714160 102536700 119702700 105303810 85332420 155937420 160295620 205499340 176285100 216510640 256985510 279106410 361028530 414113500 426738940 492548640 508495780 542585000 607674500 647234550 634935890 Bunga Inflasi (%) (%) 12.69133 11.94133 13.00367 13.212 14.88133 15.12733 16.30567 17.43733 16.863 15 .153 14.06 13.082 11.356 9.486333 8.613 8.274667 7.282 7.189333 7.232667 7.155 7.149 7.847667 8.947667 12.41133 12.24267 11.54333 11.34533 8.685333 7.305 6.78467 7.050667 7.217 4.2 4.3 4.3 3.6 3.3 3.2 3.4 0.4 2.7 1.8 2.4 2.7 7.27 7.38 6.53 5.56 5.21 6.83 6.27 6.2 9.01 7.92 9.36 17.11 15.44 14.53 13.95 6' .J 6.62 5.97 7.15 5.89 CA (juta) -296234880 -297188745 -294461700 -199485104 -233776620 -180375438 -181766842.5 -207752490 -281537306.5 -216333780 -222266193.5 -184448604 -240808483.2 -230815129.5 -285475298.5 -274709664 -398432742. I -360271197 -362789214 -342559485 -397814898 -346468684.5 -430260714 -370778865 -383293067.5 -292670400 -367378377 -348257556 -492798810.9 -397008470.4 -502944239 -433943340.3 Lampiran 3 Uji Akar Unit Pada Tingkat Level 1. Kurs Spot Rp/US $ Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.764278 0.0000 Test critical values: 1% level -3.661661 5% level -2.960411 10% level -2.619160 *MacKinnon ( 1996) one-sided p-values. 2. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) !-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.662349 0.0107 Test critical values: 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.62512"1 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 3. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) \-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.541352 0.1170 Test critical values: 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.625121 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 4. Suku Bonga Deposito antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -3. 318430 0. 0226 1% level -3.661661 5% level -2.960411 10% level -2.619160 'MacKinnon (1996) one-sided p-values. 5. Inflasi antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.400244 0.1499 Test critical values: 1% level -3.661661 5% level -2.960411 10% level -2.619160 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 6. Neraca Transaksi berjalan antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -6.743974 0.0000 1% level -3.670170 5% level -2.963972 10% level -2.62100-1 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 7. Ku rs Spot RpfYen Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) !-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.896481 0.0004 Test critical values: 1% level -3.670170 5% level -2.963972 10% level -2.621007 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 8. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & Jepang Exogenous: Constant Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) !-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3. 286653 0. 0257 Test critical values: 1% level -3.699871 5% level -2.976263 10% level -2.627420 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 9. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Iudouesia & Jej)ang Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5. 115395 0. 0002 Test critical values: 1% level -3.670170 5% level -2.963972 10% level -2.621007 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 10. Suku Buuga Dcposito autara Indonesia & Jepang Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -4.443454 0.0014 1% level -3.661661 5% level -2.960411 10% level -2.619160 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 11. Inflasi antara Indonesia & Jepang Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) !-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.760056 0.0079 Test critical values: 1% level -3.661661 5% level -2.960411 10% level -2.619160 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 12. Ncraca Transaksi Berjalan antara Indonesia & Jepang Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -5. 174950 0. 0002 1% level -3.679322 5% level -2.967767 10% level -2.622989 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Lampiran 4 Uji Akar Unit Pada Tingkat Pertama (First Difference) 1. Kurs Spot Rp/US $ Exogenous: Constant lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) I-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.367676 0.0000 Test critical values: 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.625121 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 2. Jumlah Uang Beredar antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) !-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -13.04862 0.0000 Test critical values: 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.625121 'MacKinnon (1996) one-sided p-values. 3. Produk Domestik Bruto (PDB) autara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -15.23999 0.0000 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.625121 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 4. Suku Bunga Deposito antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: !-Statistic Prob.* -7.874202 0.0000 1% level -3.699871 5% level -2.976263 10% level -2.627420 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 5. Inflasi antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.773614 0.0000 Test critical values: 1% level -3.670170 5% level -2.963972 10% level -2.621007 *MacKinnon ( 1996) one-sided p-values. 6. Neraca Transaksi Berjalan antara Indonesia & AS Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: t-Statistic Prob.* -6.589883 0.0000 1% level -3.689194 5% level -2.971853 10% level -2.625121 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Lampiran 5 Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Dollar AS 1. Model Frenkel-Bilson Dependent Variable: RUTEDO Method: Least Squares Date: 02/13109 Time: 14:36 Sample(adjusted): 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 39 iterations Backcast: 1999:4 2000:1 Variable Coefficient Std. Error I-Statistic Prob. c 0.125302 0.041774 2.999531 0.0060 UB 0.305969 0.100918 3.031869 0.0056 PDB 0.766560 0.260448 2.943239 0.0069 BUN GA 0.035031 0.010491 3.339262 0.0026 AR(1) -0.195571 0.196630 -0.994612 0.0295 MA(2) -0.967887 0.025704 -37.65499 0.0000 R-squared 0.607754 Mean dependent var 0.250531 Adjusted R-squared 0.529304 S.D.dependentvar 0.010638 S. E. of regression 0.007299 Akaike info criterion ··6.830238 Sum squared resid 0.001332 Schwarz criterion ··6.552692 Log likelihood 111.8687 F-statistic 7.747087 Durbin-Watson stat 1.780413 Prob(F-statistic) 0.000162 Inverted AR Roots -.20 Inverted MA Roots .98 -.98 2. Model Dornbusch-Frankel Dependent Variable: RUTEDO Method: Least Squares Date: 02/13/09 Time: 14:41 Sample(adjusted): 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 40 iterations Backcast: 1999:4 2000: 1 Variable Coefficient Std. Error !-Statistic Prob. c 0.125940 0.042464 2.965770 0.0067 UB -0.295183 0.103239 -2.859232 0.0086 PDB 0.745793 0.267091 2.792276 0.0101 BU NGA 0.039187 0.012382 3.164736 0.0042 INFLASI 0.003934 0.005345 0.736054 0.0088 AR(1) -0.206996 0.201032 -1.029664 0.0134 MA(2) -0.968542 0.025753 -37.60930 0.0000 R-squared 0.617636 Mean dependent var 0.250531 Adjusted R-squared 0.522045 S.D. dependent var Cl.010638 S.E. of regression 0.007355 Akaike info criterion -6.791239 Sum squared resid 0.001298 Schwarz criterion -!l.467 436 Log likelihood 112.2642 F-statistic 13.461233 Durbin-Watson stat 1.904580 Prob(F-statistic) 0.000373 Inverted AR Roots -.21 Inverted MA Roots .98 -.98 3. Model Hooper-Morton Dependent Variable: RUTEDO Method: Least Squares Date: 02/13/09 Time: 14:45 Sample(adjusted): 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 25 iterations Backcast: 1999:2 2000: 1 Variable Coefficient Std. Error I-Statistic Prob. c 0.190449 0.041636 4.574105 0.0001 UB 0.508440 0.190452 2.669649 0.0137 PDB 0.587773 0.337469 1.741707 0.0249 BUN GA 0.059545 0.024307 2.449743 0.0223 INFLASI -0.017184 0.012147 -1.414739 0.0405 CA 0.108670 0.066371 1.637309 0.0152 AR(1) -0.243898 0.163314 -1.493435 0.0489 MA(4) 0.990013 0.020650 47.94252 0.0000 R-squared 0.707652 Mean dependent var 0.250531 Adjusted R-squared 0.618677 S. D. dependent var 0.010638 S.E. of regression 0.006569 Akaike info criterion -6.995153 Sum squared resid 0.000993 Schwarz criterion -6.625092 Log likelihood 116.4249 F-statistic 7.953352 Durbin-Watson stat 2.460092 Prob(F-statistic) 0.000063 .71+.71i -.71 -.71i Inverted AR Roots -.24 Inverted MA Roots .71+.71i -.71 -.71i Lampiran 6 Hasil regresi ARIMA Rupiah terhadap Yen l. Model Frenkel-Bilson Dependent Variable: RUTEYEN Method: Least Squares Date: 02/13/09 Time: 14:59 Sample(adjusted): 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 17 iterations Sackcast: 2000: 1 Variable Coefficient Std. Error !-Statistic Prob. c 0.269906 0.021428 12.59609 0.0000 us -0.050970 0.076604 -0.665370 0.0119 PDS 0.032149 0.033102 0.97120:2 0.0408 SUNGA -0.060995 0.060566 -1.007078 0.0235 AR(1) 0.375004 0.177780 2.109371 0.0451 MA(1) -0.956426 0.022543 -42.42691 0.0000 R-squared 0.362447 Mean dependent var 0.250648 Adjusted R-squared 0.564937 S.D.dependentvar 0.009692 S. E. of regression 0.008477 Akaike info criterion -6.530821 Sum squared resid 0.001797 Schwarz criterion ··6.253275 Log likelihood 107.2277 F-statistic 2.842489 Durbin-Watson stat 1.981507 Prob(F-statistic) 0.036355 Inverted AR Roots .38 Rnntc::: 96 lnu.o.r+.o.rl !\/IA 2. Model Dornbusch-Frankel Dependent Variable: RUTEYEN Method: Least Squares Date: 02/13/09 Time: 15: 11 Sample(adjusted): 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 17 iterations Back cast: 1999:4 2000: 1 Variable Coefficient Std. Error I-Statistic Prob. c 0.271353 0.018569 '14.61333 0.0000 UB 0.013533 0.055477 2.2439:~8 0.0094 PDB 0.002531 0.033335 0.075928 0.0401 BU NGA -0.096826 0.051205 -1.890951 0.0308 INFLASI 0.021389 0.008252 2.591944 0.0160 AR(1) -0.476741 0.188490 -2.529263 0.0184 MA(2) -0.919882 0.045804 -20.08297 0.0000 R-squared 0.509061 Mean dependent var 0.250648 Adjusted R-squared 0.636326 S.D.dependentvar 0.009692 S.E. of regression 0.007593 Akaike info criterion -6.727622 Sum squared resid 0.001384 Schwarz criterion -6.403819 Log likelihood 111.2781 F-statistic 4.147654 Durbin-Watson stat 1.927415 Prob(F-statistic) 0.005356 Inverted AR Roots -.48 Inverted MA Roots .96 -.96 4. Variabel jumlah uang beredar dan inflasi Method: Least Squares Date: 02/18/09 Time: 16:31 Sample(adjusted}: 2000:2 2007:4 Included observations: 31 after adjusting endpoints Convergence achieved after 27 iterations Backcast: 2000:1 Variable Coefficient Std. Error !-Statistic Prob. c 0.283043 0.017356 16.30765 0.0000 UB -0.153451 0.071626 -2.142399 0.0417 INFLASI 0.020308 0.008584 2.365749 0.0257 AR(1) 0.231194 0.208068 1.111147 0.2767 MA(1) -0.939047 0.045728 -20.53555 0.0000 R-squared 0.413106 Mean dependent var 0.250648 Adjusted R-squared 0.322815 S.D.dependentvar 0.009692 S.E. of regression 0.007976 Akaike info criterion .. 6.678130 Sum squared resid 0.001654 Schwarz criterion ..6.446842 Log likelihood 108.5110 F-statistic 4.575253 Durbin-Watson stat 1.809425 Prob(F-statistic) 0.006244 Inverted AR Roots .23 Inverted MA Roots .94