JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 UJI AKTIVITAS ANTI RADANG EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN Silvya Poela, Aang Hanafiah Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Abstrak Pinang (Areca catechu L.) secara umum digunakan sebagai obat inflamasi, diare, cacingan, batuk berdahak dan lainnya. Biji pinang (Areca catechu L.) memiliki kandungan flavonoid, khususnya senyawa proantosianidin yang mempunyai efek anti-inflamasi. Telah dilakukan penelitian untuk menguji efek anti-inflamasi ekstrak biji pinang pada hewan percobaan. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi terhadap 500 gram simplisia biji pinang menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak diberikan secara oral dengan variasi dosis 80, 120 dan 160 mg/200 g BB kepada tikus putih jantan jenis Wistar; sebagai kontrol positif digunakan natrium diklofenak dengan dosis 1,3 mg/200 g BB. Uji inflamasi didahului dengan pembentukan edema buatan pada telapak kaki tikus dengan penyuntikan karagenan 1% sebagai zat penginduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen inhibisi radang terus meningkat sampai pada jam ke 5. Dosis optimal ditunjukkan pada kadar ekstrak biji pinang sebesar 160 mg/200 g BB dengan persen inhibisi radang terbesar 64,19% pada jam pertama; tetapi, persen inhibisi ini tidak lebih baik dari yang ditunjukkan Na-diklofenak. Namun demikian baik dosis 120 mg/200 g BB maupun 160 mg/200 g BB menunjukkan waktu penghambatan radang yang lebih cepat dibandingkan dengan Na- diklofenak sebagai pembanding. Kata kunci: Ekstrak biji pinang (Areca catechu L.), Anti-inflamasi Abstract Areca nut (Areca catechu L.) is generally used as a remedy inflammation, diarrhea, intestinal worms, cough with phlegm and others. Betel nut (Areca catechu L.) contains flavonoids, in particular proanthocyanidin compounds that have anti-inflammatory effects. Extraction is done by maceration method for betel nut 500 grams of crude drugs using 70% ethanol. Research has been conducted to examine the effects of anti-inflammatory of areca nut extract in experimental animals. Extract administered orally with various doses of 80, 120 and 160 mg/200 g BW to white male Wistar rats, used as positive control at a dose diclofenac sodium 1.3 mg/200 g BW. Inflammatory test was preceded by the formation of edema in the feet artificial injection of mice with carrageenan 1% as the inducer substances. The results showed the percent inhibition of inflammation increasing until to 5 hours. Optimal dose is shown in betel nut extract concentration of 160 mg/200 g BW with the percent inhibition of inflammation largest 64.19% at the first hours; but, the percent inhibition was no better than indicated Na-diclofenac. However, both doses of 120 mg/200 g and 160 mg/200 g BB showed inflammation inhibition time is faster than Na-diclofenac as a comparison. Keywords: Betel nut extract (Areca catechu L.), Anti-inflammatory 8 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan PENDAHULUAN Pinang merupakan (Areca salah satu catechu L.) tanaman obat kelompok obat dikonsumsi yang untuk paling banyak mendapatkan efek tradisional yang sudah dikenal masyarakat. analgetika, antipiretika dan anti-inflamasi. Pinang banyak Obat-obat AINS “seperti aspirin” bekerja digunakan untuk penyembuhan inflamasi, menghambat sintesis prostaglandin. Obat- diare, cacingan, perut kembung akibat obat ini juga dikenal sebagai penghambat gangguan pencernaan, batuk berdahak, dan prostaglandin, mempunyai efek analgesik lain-lain (Dalimartha, 2009). dan antipiretik yang berbeda-beda, tetapi (Areca catechu L.) Bagian dari tanaman pinang (Areca terutama dipakai sebagai agen anti- catechu L.) yang dimanfaatkan adalah inflamasi untuk meredakan inflamasi dan bijinya nyeri (Kee, 1996). Mekanisme kerja AINS karena flavonoid, mempunyai alkaloid, kandungan seperti arekolin, yang berdasarkan atas penghambatan arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine biosintesis prostaglandin, mulai dilaporkan dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin pada tahun 1971 oleh Vane dkk. yang terhidrolisis, flavon, senyawa fenolik, asam memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis galat, getah, lignin, minyak menguap dan rendah aspirin dan indometasin dapat tidak menguap, serta garam (Sri Sugati, menghambat 1991). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa prostaglandin. Penelitian lanjutan telah biji membuktikan buah pinang proantosianidin, terkondensasi yaitu yang mengandung suatu tanin termasuk dalam satunya mempunyai efek anti- bahwa enzimatik prostaglandin dibentuk ketika sel mengalami kerusakan (Wilmana, 1995). golongan flavonoid. Proantosianidin ini salah produksi Penggunaan obat-obatan sintetis dilaporkan banyak menimbulkan inflamasi (Fine, 2000). Proantosianidin samping yang kerjanya menghambat jalur metabolisme sehingga masyarakat asam memilih pengobatan dengan menggunakan arakidonat, prostglandin, pelepasan pembentukan histamin tidak efek menyenangkan, cenderung lebih atau bahan alam karena efek samping yang aktivitas radical scavenging suatu molekul. ditimbulkan sangat kecil. Salah satu bahan Proantosianidin mempunyai aktivitas kerja alam yang berfungsi sebagai obat adalah yang sama dengan obat-obat AINS yang biji pinang (Areca catechu L.) yang digunakan dalam pengobatan inflamasi. memiliki kandungan kimia proantosianidin Obat-obatan yang dipakai untuk yang termasuk dalam golongan flavonoid menekan inflamasi dapat dibagi menjadi 2 yang golongan yaitu anti-inflamasi steroid dan Tanaman pinang (Areca catechu L.) juga anti-inflamasi sangat mudah diperoleh dengan harga yang nonsteroid. Obat anti- mempunyai efek anti-inflamasi. 9 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 murah karena sudah dibudidayakan dan serta alat-alat yang digunakan pada proses tersebar di seluruh wilayah Indonesia. skrining dan karakterisasi. Inflamasi adalah proses meningkatnya permeabilitas kapiler dan Bahan migrasi leukosit ke jaringan radang. Proses Bahan yang digunakan untuk inflamasi merupakan suatu mekanisme proses penelitian ini adalah biji pinang perlindungan dimana tubuh berusaha untuk (Areca catechu L.) yang diperoleh dari menetralisir dan membasmi agen-agen yang Perkebunan Manoko Lembang, Jawa Barat berbahaya pada tempat cedera dan untuk dan mempersiapkan keadaan untuk perbaikan Herbarium jaringan. Gejala utama inflamasi yaitu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam kemerahan (rubor), panas (kalor), rasa sakit Universitas Padjadjaran Jatinangor, etanol (dolor), bengkak (tumor), dan gangguan 70%, aquadest, karagen (Sigma), Na- fungsi jaringan (function laesa) (Wilmana, diklofenak 1995). akibat kloroform, HCl, larutan gelatin, amil gangguan aliran darah karena kerusakan alkohol, eter, larutan vanili, H2SO4 p, KOH. jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah gangguan pereaksi Gejala tersebut keluarnya timbul plasma darah (eksudasi) ke dalam ruangan ekstrasel dideterminasi Jurusan (Novell), Mayer, di Laboratorium Biologi PGA, Fakultas ammonia, Dragendorff, dan Lieberman-Burchard akibat meningkatnya tekanan pembuluh darah dan perangsangan reseptor nyeri. Hewan Uji Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan Hewan percobaan yang digunakan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, adalah tikus putih jantan galur Wistar prostaglandin, kinin) (Mutschler, 1991). dengan bobot 180-250 g. Sebelum Dari latar belakang tersebut peneliti digunakan, tikus diadaptasikan terlebih tertarik untuk membuktikan aktivitas anti- dahulu selama ± 7 hari dan diberi makan inflamasi ekstrak etanol biji pinang (Areca dan minum secara terkontrol setiap hari. catechu Sebelum L.) pada hewan percobaan dilakukan pengujian, tikus menggunakan tikus putih jantan galur dipuasakan terlebih dahulu 18 jam dan tetap Wistar. diberi minum. METODOLOGI Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Alat Simplisia Alat yang digunakan antara lain alat maserasi, rotary evaporator, pletismometer, Skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) untuk memeriksa 10 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 adanya senyawa metabolit sekunder secara pembanding diberikan obat Na diklofenak, umum meliputi senyawa golongan alkaloid, kelompok uji I, kelompok uji II, dan flavonoid, tannin, fenol, kuinon, steroid, kelompok uji III. Kelompok uji diberikan triterpenod, dan ekstrak biji pinang dengan dosis masing- seskuiterpen. Karakterisasi simplisia yang masing 80 mg/200 g BB, 120 mg/200 g BB, dilakukan antara lain penetapan kadar abu, dan 160 mg/200 g BB. saponin, monoterpen penetapan kadar air, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol. Pada pengujian semua kelompok tikus disuntik secara subplantar pada kaki belakang dengan karagenan 1% (0,05 ml), inflamasi yang terbentuk diukur dengan Ekstraksi Pembuatan ekstrak biji pinang menggunakan pletisnometer. Pemberian (Areca catechu L.) dilakukan dengan suspense PGA 2%, Na diklofenak dan prosedur sebagai berikut : sejumlah biji ekstrak etanol biji pinang dilakukan secara pinang dan oral setelah 30 menit pemberian karagenan. dalam Volume telapak kaki tikus diukur maserator, kemudian ditambahkan pelarut selama 5 jam dengan selang waktu 1 jam, etanol 70% sampai biji pinang tersebut setelah penyuntikkan karagenan, kemudian terendam sempurna. Ekstrak cair ditampung dilakukan perhitungan persen radang dan setiap dengan persen inhibisi radang, dengan rumus: Selama % radang = yang dihaluskan telah dikeringkan dimasukkan hari selama ke 6 penambahan pelarut perendaman, dilakukan hari baru. beberapa kali pengocokan atau pengadukan terhadap ekstrak yang direndam. Kemudian ekstrak cair diuapkan dengan menggunakan alat rotary evaporator sehingga keterangan: Vt = volume rata-rata kaki tikus stelah diinduksi karagenan Vo = volume kaki tikus sebelum diinduksi karagenan diperoleh % inhibisi radang = (% radang kontrol-% ekstrak kental. radang uji)/(% radang kontrol) x 100% Data perhitungan yang diperoleh dianalisis Uji Aktivitas Anti-inflamasi Uji aktivitas anti-inflamasi ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) secara satistik dengan metoda analisis ANAVA. dilakukan dengan metode pembentukan edema buatan. menjadi 5 Tikus dikelompokkan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, yang terdiri atas kelompok kontrol yang diberikan suspensi PGA 2%, kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak biji pinang menunjukkan 11 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 adanya kandungan metabolit jam dan dosisnya (Tabel 2); begitu juga tannin, dengan persentase inhibisi radang (Tabel monoterpen dan seskuiterpen, fenol dan 3). Rata-rata inhibisi radang menunjukkan kuinon. bahwa penghambatan udem mengalami sekunder alkaloid, senyawa flavonoid, peningkatan hingga jam ke 5. Dosis 160 mg/200 g BB menunjukkan inhibisi Hasil Ekstraksi Pada proses dengan radang paling besar dibandingkan dengan metode maserasi diperoleh ekstrak pekat dosis 120 mg/200 g BB dan 80 mg/200 g biji pinang (Areca catechu L) sebanyak BB. Tetapi, kelompok yang diberi obat Na- 319,37 diklofenak gram ekstraksi nilai rendemen metode maserasi udem yang jauh lebih baik dari dosis 160 dikarenakan maserasi merupakan metode mg/ 200 g BB. Namun demikian, baik dosis yang sederhana, mudah dilakukan dan baik 120 mg/200 g BB maupun dosis 160 untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan mg/200 panas mengurangi penghambatan radang yang lebih cepat terkandung dibndingkan dengan Na-diklofenak sebagai 63,874%. dengan Pemilihan sehingga kerusakan senyawa dapat yang didalamnya g BB penghambatan menunjukkan waktu pembanding. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan penelitian sifat farmakokinetik antara proantosianidin dengan Na-diklofenak. Dari Hasil Uji Aktifitas Anti-inflamasi Hasil menunjukkan menunjukkan data persentasi tersebut dapat disimpulkan bahwa semua dosis memberi efek anti- bahwa ekstrak etanol biji pinang (Areca inflamasi. Persentase radang dihitung sesuai catechu L.) memiliki efek anti-inflamasi data volume udem yang terbentuk pada tiap walaupun tidak sebaik obat Na-diklofenak. Tabel 1. Rata-rata Persen Radang Kelompok Kontrol Pembanding Dosis 1 (80 mg/200 g BB) Dosis 2 (120 mg/ 200 g BB) Dosis 3 (160 mg/ 200 g BB) Vo 0 0 0 0 0 t1 51.72 11.11 21.43 19.23 18.52 Rata-rata % radang t2 t3 t4 51.72 58.62 65.52 11.11 11.11 3.70 25 25 21.43 15.38 15.38 11.54 18.52 11.11 7.41 t5 72.41 3.70 7.14 3.84 3.70 Tabel 2. Rata-rata Persen Inhibisi Radang Kelompok Kontrol Pembanding Dosis 1 (80 mg/200 g BB) Dosis 2 (120 mg/ 200 g BB) Dosis 3 (160 mg/ 200 g BB) Vo 0 0 0 0 0 Rata-rata % inhibisi radang t1 t2 t3 t4 0 0 0 0 78.52 78.52 78.52 94.35 58.57 51.66 57.35 67.29 62.82 70.26 73.76 82.39 64.19 64.19 81.05 89.10 t5 0 94.35 90.14 94.70 94.89 12 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 Pengujian aktivitas anti-inflamasi didahului Sedangkan untuk kontrol positif dan dengan pembentukan udema buatan pada kelompok dosis tidak telapak kaki belakang tikus putih jantan perbedaan secara bermakna satu dengan dengan menggunakan 0.05 mL suspensi lainnya pada taraf uji 0,05. menunjukkan karagenan 1% sebagai penginduksi udem. Metode ini dipilih karena merupakan SIMPULAN metode yang umum digunakan, sederhana, Hasil uji aktivitas anti-inflamasi mudah, cepat, dan udem yang ditimbulkan menunjukkan bahwa ketiga kelompok dosis dapat diukur secara kuantitatif, serta dapat uji ekstrak etanol biji pinang (Areca dievaluasi secara statistik. Karagenan juga catechu tidak menyebabkan kerusakan jaringan inflamasi. Dosis optimal antara dosis varian permanen. Na-diklofenak di penelitian ini yaitu pada dosis 160 mg/ sebagai pembanding didasarkan bahwa 200 g BB yang memiliki daya hambat selain obat ini umum digunakan dalam radang sebesar 64,19 % pada jam pertama. penelitian anti-inflamasi, juga memiliki Namun belum setara dengan daya hambat daya antiradang paling kuat dengan efek radang Na-diklofenak yaitu 78,52 % pada samping yang lebih kecil dibandingkan obat jam pertama. Namun demikian, baik pada lainnya (indometasin, piroksikam). Obat ini dosis 120 mg/200 g BB maupun 160 bekerja menghambat enzim siklooksigenase mg/200 pada asam arakidonat sehingga menekan penghambatan radang yang lebih cepat produksi prostaglandin. dibandingkan Penggunaan L.) g memberikan BB efek menunjukkan dengan anti- waktu Na-diklofenak sebagai pembanding. Hal ini dimungkinkan karena Analisis data Hasil dari analisis secara statistik menggunakan analisis variansi (ANAVA) antara perbedaan sifat proantosianidin farmakokinetik dengan Na- 2009. Atlas diklofenak. menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tiap perlakuan karena nilai p<0.05. DAFTAR PUSTAKA Kemudian Dalimartha, dilanjutkan dengan uji Setiawan. menggunakan metode LSD. Uji LSD Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. bertujuan untuk menentukan kelompok Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, mana yang memberikan nilai yang berbeda Anggota Ikapi. Jakarta. secara bermakna dengan kelompok lainnya. Dari hasil LSD menunjukkan bahwa Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta. kelompok kontrol negatif berbeda secara Departemen Kesehatan Republik Indonesia. bermakna dengan kontrol positif dan 1985. Cara Pembuatan Simplisia. kelompok dosis pada taraf uji 0,05. Jakarta: Direktorat Jenderal 13 JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.III, No 2, Juli 2014 Pengawasan Obat dan Makanan. dan Del Negro, P. 1986. “The role 14-22. Departemen Kesehatan RI. 2000. of flavonoids in the activity of Parameter Standard Umum Ekstrak antiinflammatory Tumbuhan Chamolia recutita”. Plant flavonoid Direktorat Obat. Jendral Jakarta: Pengawasan Obat dan Makanan. 1-17 and R. H. M. J. Lemmens. 1999. Plant Resources of South-East Asia. Prosea Foundation. p180-182 G.H. 1999. Zat Antiradang Nonsteroid, Prinsip-prinsip Kimia Medisinal, Yogyakarta jilid II, Edisi kedua. : in Biology and Medicine: Biochemical, Pharmaceutical and De Padua, L. S. D., N. Banyapraphatsara, Hamor, Loggia, R.D., Tubaro A., Dri P., Zilli C., Gajah Mada Structure-Activity Relationship. Alan R.Liss, Inc. pp. 481-484 Sugati, S dan Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Indonesia, Tanaman Jilid I. Obat Balitbang Kesehatan. DepKes RI. Jakarta. Suryati, S dan B Santosio. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia University Press. 1096-1097 dan Pengujian Klinik. Yayasan Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar Pengembangan Obat dan Bahan Dan Klinik, Vol. 2, Edisi ke-4. EGC: Jakarta. 449-471 Alam : Jakarta. Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat, Edisi Katzung, Bertram G. 1996. Farmakologi Kelima, (Widianto, Mathilda B., Dasar Dan Klinik. EGC: Jakarta. penterjemah). Bandung: Penerbit 573 ITB. Kee, Joyce.L dan Hayes. Evelyn.R. 1996. Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2002. Obat- Farmakologi Pendekatan Proses obat Keperawatan. Dr. Peter Anugrah Penggunaan (Alih Bahasa). EGC. Jakarta. sampignya, Kementerian Penting : dan edisi Khasiat, Efek-efek kelima. PT Kesehatan Republik Elexmedia Komputindo Kelompok Indonesia. 2010. Suplemen Gramedia, Jakarta : 308 Farmakope Herbal Indonesia. Turner, R. A., 1972. Screening Methods in Kementerian Kesehatan Republik Pharmacology. Academic Press, Indonesia: Jakarta New York Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum Pirai. Dalam: Ganiswara, S. dan Sistemik Edisi 2. EGC. Jakarta G.(ed.). Farmakologi dan Terapi. : 232-249. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Gaya Wilmana, P. F. 1995. Analgesik Antipiretik Baru. Antiinflamasi Nonsteroid dan obat 14