BAB II BELAJAR, PRESTASI BELAJAR, SISWA-SANTRI DAN NON SANTRI A. BELAJAR Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak ragam masyarakat, dari yang sederhana sampai yang modern dan kompleks. Ia dapat menyesuaikan hidupnya dalam gua, akan tetapi juga dapat hidup dalam ruang angkasa. Jadi dalam hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Diantaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan, menjadi besar misalnya yang ditentukan oleh pembawaannya, jadi genetis. Pertumbuhan ini tak seberapa dapat dipengaruhi. Akan tetapi ia dapat berubah berkat belajar sebagai akibat pengaruh lingkungannya terhadap mana ia senantiasa berinteraksi. Lingkungan ini dapat diatur dan dengan demikian proses belajar menjadi tanggung jawab masyarakat tempat anak itu hidup. Situasi-situasi yang dialami anak dalam perkembangannya dangat mempengaruhi hidupnya. Apakah ia akan menjadi tukang becak, artis, sarjana, atau astronot bergantung pada kondisi situasi dimana ia mengembangkan bakatnya. Belajar merupakan gejala yang wajar. Setiap manusia akan belajar. Namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah 25 26 untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuannya, atau mengubah kelakuannya.22 1. Pengertian Belajar Pengertian belajar menurut Abu Ahmadi, belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.23 Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar yaitu suatu perubahan dalam tingkah laku, suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.24 Menurut S. Nasution, belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.25 Sedangkan menurut Jamil Suprihatiningrum, Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. 22 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 131. 23 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 127. 24 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 85. 25 S. Nasution, Didaktis Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 34. 27 Apabila kita bicara tentang belajar, maka kita bercerita tentang cara mengubah tungkah laku seseorang atau individu melalui berbagai pengalaman yang ditempuhnya.26 Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai, dan sikap. Pengertian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan pada perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri murid. Perubahan itu bersifat positif yang berarti berorientasi ke arah yang lebih baik. Dalam pengertian proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase yaitu fase informasi lalu fase transformasi dan terakhir fase evaluasi. Dimana setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi. Ada informasi yang menambah pengetahuan yang sudah dimiliki, ada informasi yang memperhalus dan memperdalamnya, ada juga informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan proses pembelajaran merupakan serangkaian 26 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: ArRuz Media, 2013), hlm. 15. 28 kegiatan yang dilakukan antara guru dan anak didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah.27 Pengertia proses belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas atau kegiatan belajar yang dilakukan siswa baik di rumah maupun di sekolah. Seperti mempersiapkan pelajaran dirumah ataupun dalam pelaksanaan di sekolah. 2. Macam-Macam Teori Belajar Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan adalah, bahwa segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap teori memiliki dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas asosiasi, ada juga atas insight misalnya, dan prinsip yang satu tak dapat dipadukan dengan yang lain. Tiap teori memberi penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai dengan segala macam bentuk belajar. Dalam mempelajari arti kata asing digunakan misalnya teori asosiasi dan bukan problem solving. Sebaliknya untuk memecahkan suatu masalah teori asosiasi tidak ada faedahnya.28 Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu teori belajar Behaviorisme, teori belajar Kognitivisme, dan teori belajar Konstruktivisme. 27 28 Made Pidarto, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 271. S. Nasution, Op. Cit. hlm.131. 29 a. Teori belajar Behaviorisme Behaviorisme yaitu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniyah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, minat, bakat, dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih reflek-reflek sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori behavioristik dengan model stiulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Reson atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penghargaan (reward) dan akan menghilang jika diberi hukuman. Tokoh-tokoh teori ini diantaranya Edward Lee Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, Burrhus Frederick Skinner, Albert Bandura dan masih banyak beberapa tokoh yang juga mengembangkan teori behavioristik ini. b. Teori belajar Kognitivisme Teori belajar kognitif muncul sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pengajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan dan kemudian menekankan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. 30 Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. c. Teori belajar Konstruktivisme Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pencetus teori ini adalah Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat 31 secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama semua konsep.29 3. Tahapan-Tahapan dalam Belajar Menurut Bruner dalam buku S. Nasution, di dalam belajar dapat dibedakan tiga fase atau tahap, yaitu informasi, transformasi, evaluasi. a. Informasi Informasi diperoleh dalam tiap pelajaran, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang tela h diketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap. b. Transformasi Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. c. Evaluasi Tahap evaluasi yaitu untuk menilai manakah pengetahuan yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Ketiga fase atau episode ini selalu terdapat dalam proses belajar. Yang menjadi masalah adalah berapa banyak informasi diperlukan agar 29 http://visiuniversal.blogspot.com/2014/03/pengertian-belajar-dan-macammacam.html?m=1 diakses 08/03/2015 32 dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.30 Sebuah informasi harus dilakukan analisis, diubah atau ditransformasi ke dalam suatu bentuk yang lebih abstrak atau konseptual supaya bisa dipakai untuk hal yang lebih luas. Untuk itu bantuan guru sangat dibutuhkan. Kemudian semua itu dinilai sampai sejauh mana pengetahuan yang didapat dan tranformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala lain. B. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Zainal Arifin, prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.31 Menurut Tohirin, prestasi belajar yaitu apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.32 Pencapaian prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi anak didik yang melaksanakan proses belajar di dalam kelas, oleh karenanya prestasi yang dimaksud merupakan hasil dari proses kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan diharapkan baik individu pendidik, maupun lingkungannya. Prestasi tersebut dapat dilihat melalui tes berupa 30 S. Nasution, Op. Cit. hlm. 9. Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, hlm. 2. 32 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 151. 31 33 angka-angka yang terlihat dalam raport maupun perubahan-perubahan positif dari peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang diperoleh anak didik dari proses atau kegiatan belajar yang dialami anak didik. Proses belajar yang dipandang sebagai kemampuan yang terjadi setelah anak didik belajar dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dibuktikan melalui hasil belajar dan dinyatakan dalam nilai atau skor. Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Tujuan dari kegiatan belajar tersebut adalah untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Dan sebagai seorang peserta didik belajar merupakan kewajiban utama, tujuannya adalah mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Sebab keberhasilan seorang siswa dilihat dari sebaik mana prestasi yang diperoleh. Misalnya saja pada saat kenaikan kelas seorang siswa akan merasa puas dan bangga saat mendapat peringkat pertama di kelasnya. 2. Macam-macam dan Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yaitu ranah cipta, rasa dan karsa yang berubah sebagai akibat-akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator 34 (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Adapun mengenai jenis dan indikator prestasi belajar terdapat pada tabel 1 yaitu sebagai berikut:33 TABEL 1 MACAM-MACAM DAN INDIKATOR PRESTASI BELAJAR Jenis/ranah cipta A. Ranah Indikator Cara evaluasi cipta (kognitif) 1. Dapat menunjukkan 1. Tes lisan 1. Pengamatan 2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis 3. Dapat menggabungkan 3. Observasi 1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan 2. Ingatan 2. Dapat menunjukkan 2. Tes tertulis kembali 3. Pemahaman 3. Observasi 1. Dapat menjelaskan 2. Dapat 1. Tes lisan mendefinisikan 2. Tes tertulis dengan lisan sendiri 4. Aplikasi/penerapan 1. Dapat memberikan 1. Tes lisan contoh 2. Dapat 2. Pemberian tugas menggunakan 3. Observasi secara tepat 5. Analisis 33 1. Dapat menguraikan 1. Tes lisan Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm. 192-195. 35 (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) 2. Dapat 2. Pemberian tugas mengklasifikasikan/ memilah-milah 6. Sintesis (membuat 1. Dapat menghubungkan 1. Tes tertulis paduan baru dan 2. Dapat menyimpulkan 2. Pemberian tugas utuh) 3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum) B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. Tes tertulis menerima 2. Menunjukkan 2. Tes skala sikap sikap 3. Observasi menolak 2. Sambutan 1. Kesediaan 1. Tes skala sikap berpartisipasi/ teribat 2. Pemberian tugas 3. Observasi 3. Apresiasi menghargai) (sikap 1. Menganggap penting 1. Tes skala sikap dan bermanfaat 2. Menganggap indah dan 2. Pemberian yang tugas ekspresif harmonis (yang menyatakan 3. Mengagumi sikap) dan tugas proyektif (yang 36 menyatakan perkataan yang ramalan 4. Internalisasi (pendalaman) 1. Mengakui dan mayakini 1. Tes skala sikap 2. Mengingkari 2. Pemberian tugas yang ekspresif dan tugas proyektif 5. Karakteristik 1. Melambangkan (penghayatan) atau 1. Pemberian meniadakan 2. Menjelmakan pribadi dan ekspresif dalam proyektif perilaku 2. Observasi sehari-hari C. Ranah Karsa (Psikomotorik) 1. Keterampilan bergerak 1. Kecakapan dan bertindak 1. Observasi mengkoordinasikan 2. Tes tindakan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya 2. Kecakapan 1. Kefasihan ekspresi 2. Kecakapan verbal dan non verbal mimik jasmani dan 1. Tes lisan membuat 2. Observasi gerakan 3. Tes tindakan tugas dan 37 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. a. Faktor Internal Faktor internal terdiri dari: 1) Faktor Jasmaniyah (fisiologi) baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi: (i) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. (ii) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari: 1) Faktor sosial, meliputi: a) Lingkungan keluarga 38 b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak faktor eksternal yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam: 1) Faktor-Faktor Stimulus Belajar Maksud stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar. a) Panjangnya Bahan Pelajaran Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu itu 39 semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu. b) Kesulitan Bahan Pelajaran Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran maka semakin cepat orang dalam mempelajarinya. c) Berartinya Bahan Pelajaran Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang. Bahan yang berati adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berati memungkinkan individu untuk brlajar, karena individunya dapat mengenal. Bahan yang tanpa arti sukar dikenal, akibatnya tak ada pengertian individu terhadap bahan itu. d) Berat Ringannya Tugas Mengenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka 40 tidak sama. Boleh jadi, berat ringannya suatu tugas berhubungan dengan usia individu. Ini berarti, bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi individu yang bersangkutan. Dapat dibuktikan, bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok (jera) untuk belajar. e) Suasana Lingkungan Eksternal Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain: cuaca (suhu udara, mendung, hujan, kelembaban); waktu (pagi, siang, sore, petang, malam); kondisi tempat (kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan); dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya. 2) Faktor-Faktor Metode Belajar Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini. a) Kegiatan berlatih atau praktek b) Overlearning dan Drill 41 c) Resitasi Selama Belajar d) Pengenalam tentang Hasil Belajar e) Belajar dengan Keseluruhan dan dengan Bagian-bagian f) Penggunaan Modalitas Indra g) Bimbingan dalam Belajar h) Kondidi-Kondisi Intensif 3) Faktor-Faktor Individual Selain faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktorfaktor individual dua itu menyangkut hal-hal berikut. 1) Kematangan 2) Faktor Usia Kronologis 3) Faktor Perbedaan Jenis Kelamin 4) Pengalaman Sebelumnya 5) Kapasitas Mental 6) Kondisi Kesehatan Jasmani 7) Kondisi Kesehatan Rohani 8) Motivasi.34 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seorang siswa, tetapi nampaknya kondisi lingkungan dan metode belajar terlihat sangat berpengaruh terhadap siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari lingkungan belajar seorang siswa-santri dan 34 Opcit, Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, hlm. 147 42 siswa-non santri yang dapat menentukan prestasi belajar. Siswa-santri hidup di dalam lingkungan yang penuh pengawasan dan peraturan dari pengurus pondok ataupun asatidz, sementara siswa-non santri tergantung dari pengawasan orang tua masing-masing. C. SISWA-SANTRI DAN NON SANTRI 1. Pengertian Siswa-Santri Siswa-santri terdiri dari dua kata yaitu siswa dan santri. Siswa adalah murid (sekolah). Sedangkan santri adalah orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agama dari kiai-ulama (guru, teladan, uswah) selama berada di asrama atau pondok pesantren. Dalam kamus besar bahasa Indonesia santri artinya orang yang mendalami agama Islam.35 Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kiai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Walaupun demikian, menurut pesantren, terdapat dua kelompok santri: a. Santri mukim Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu 35 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit, hlm. 997. 43 kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar (masyhur) akan terdapat putera-putera kiai dari pesantren-pesantren lain yang belajar di pesantren tersebut. b. Santri kalong Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka berangkat ngaji pulang-pergi dari rumahnya. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren, akan semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim. Di masa lalu, pergi dan menetap ke sebuah pesantren yang jauh dan masyhur merupakan suatu keistimewaan bagi seorang santri yang penuh cita-cita. Ia harus memiliki keberanian yang cukup, penuh ambisi, dapat menekan perasaan rindu kepada keluarga maupun teman-teman di kampungnya, sebab setelah selesai pelajaran nya di pesantren ia diharapkan menjadi seorang alim yang dapat mengajar kitab-kitab dan memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan. Ia juga diharapkan dapat memberikan nasehat-nasehat mengenai persoalan-persoalan 44 kehidupan individual dan masyarakat yang berhubungan erat dengan agama.36 Santri di era global sekarang ini tidak hanya mempelajari ilmu agama di pondok pesantren saja, tetapi juga dituntut memahami ilmu umum. Maka dari itu kebanyakan santri sekarang disamping mendalami ilmu agama di pondok pesantren tetapi juga mendalami ilmu umum di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Jadi selain tercatat sebagai santri pondok pesantren ia juga tercatat sebagai siswa di suatu sekolah. Mereka inilah yang disebut sebagai siswa-santri. Seperti halnya yang terjadi di pondok Syafi’i Akrom, banyak santri nya yang juga bersokolah di SMK Syafi’i Akrom yang masih satu yayasan. Jadi siswa-santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta didik yang belajar di SMK Syafi’i Akrom Pekalongan, sekaligus menjadi santri mukim di pondok pesantren Syafi’i Akrom Pekalongan. 2. Siswa-Non Santri Siswa-non santri yaitu siswa yang tidak menjadi santri mukim di pondok pesantren, artinya siswa-non santri dalam keseharian hanya disebut siswa seperti pada umumnya. Siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas, objek didik ini disebut siswa. Di 36 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 51. 45 lembaga pendidikan tingkat tinggi, yakni di Universitas , Akademi, Institut, objek didik ini disebut mahasiswa. Semua anak yang sudah mendaftarkan diri kemudian diterima di suatu sekolah, secara otomatis menjadi tanggung jawab sekolah. Mereka perlu diurus, dididik dan diperlakukan sebagaimana diharapkan oleh orang tua atau wali murid yang mengirimkannya ke sekolah. Di sekolah siswa berperan sebagai anggota masyarakat sekolah dan memiliki hak dan kewajiban. Hak siswa antara lain: a. Menerima pelajaran b. Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah c. Menggunakan fasilitas yang ada d. Memperoleh bimbingan dan sebagainya. Sedangkan kewajiban siswa adalah: a. Hadir pada waktunya b. Mengikuti pelajaran dengan tertib c. Mengikuti ulangan (ujian), atau kegiatan-kegiatan lain yang diadakan oleh sekolah d. Mentaati tata tertib dan peraturan sekolah dan sebagainya.37 Berdasarkan pengertian diatas, siswa-non santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta didik yang belajar di SMK 37 Suharsismi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 10. 46 Syafi’i Akrom Pekalongan tetapi tidak menjadi santri mukim di pondok pesantren. 3. Aktifitas Santri di Pondok Pesantren Santri berasal dari bahasa jawa, dari kata ”cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.38 Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren diantara nya karena alasan berikut: a. Ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren tersebut. b. Ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajara, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantrenpesantren yang terkenal. c. Ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kesibukkan sehari-hari di rumah keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dengan rumahnya ia tidak dengan mudah pulang-balik meskipun terkadang menginginkannya.39 Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di pesantren Syafi’i Akrom Pekalongan pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu: 38 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Majid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 62. 39 Zamakhsyari Dhofier, Op. Cit. Hlm. 52. 47 a. Kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman dan istirahat. b. Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji , hafalan nadzom dan mengerjakan PR atau belajar sendiri. c. Kegiatan sholat. d. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya khitobah (latihan pidato), rebana dan lain-lain. Aktifitas para santri di pondok pesantren bisa dikatakan monoton dikarenakan ada peraturan-peraturan pondok dan jadwal sehari-hari yang sangat ketat untuk wajib diikuti. Misalnya saja, santri bangun setiap pagi sebelum subuh, kemudian mandi, solat subuh, mengaji, berangkat sekolah, pulang sekolah istirahat sebentar, solat ashar, kemudian mengaji lagi ataupun melakukan diskusi antar santri, dan waktu malam hari dihabiskan untuk belajar ataupun menghafal nazhom yang sangat banyak jumlahnya. Budaya santri tersebut sangat bertolak belakang dengan kehidupan sehari-hari siswa-non santri. Di dalam pondok pesantren, kegiatan hiburan bagi santri sangat terbatas. Mereka hanya sekedar membaca majalah dan buku yang dibawa dari rumah, mendengarkan musik dan radio, ataupun mengobrol dengan temannya dan menikmati fasilitas komputer dan internet pada saat jam pelajaran komputer di sekolah. 48 Hal ini tentu berbeda dengan siswa-non santri yang tinggal di luar pondok pesantren yang bisa menikmati kehidupan yang lebih bebas di mana ada televisi, mainan komputer, internet, bioskop, taman hiburan, tempat rekreasi, super market dan kesempatan untuk bermain yang banyak.