BAB II BELAJAR, PRESTASI BELAJAR, SISWA

advertisement
BAB II
BELAJAR, PRESTASI BELAJAR, SISWA-SANTRI DAN NON SANTRI
A. BELAJAR
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan
dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak ragam masyarakat, dari
yang sederhana sampai yang modern dan kompleks. Ia dapat menyesuaikan
hidupnya dalam gua, akan tetapi juga dapat hidup dalam ruang angkasa. Jadi
dalam hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai
perubahan. Diantaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan, menjadi
besar misalnya yang ditentukan oleh pembawaannya, jadi genetis.
Pertumbuhan ini tak seberapa dapat dipengaruhi. Akan tetapi ia dapat berubah
berkat belajar sebagai akibat pengaruh lingkungannya terhadap mana ia
senantiasa berinteraksi. Lingkungan ini dapat diatur dan dengan demikian
proses belajar menjadi tanggung jawab masyarakat tempat anak itu hidup.
Situasi-situasi yang dialami anak dalam perkembangannya dangat
mempengaruhi hidupnya. Apakah ia akan menjadi tukang becak, artis,
sarjana, atau astronot bergantung pada kondisi situasi dimana ia
mengembangkan bakatnya. Belajar merupakan gejala yang wajar. Setiap
manusia akan belajar. Namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah
25
26
untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau
mempertinggi kemampuannya, atau mengubah kelakuannya.22
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Abu Ahmadi, belajar merupakan proses
dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil
belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah
kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu
proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif
dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.23
Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar yaitu suatu perubahan dalam
tingkah laku, suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.24
Menurut S. Nasution, belajar sebagai perubahan kelakuan berkat
pengalaman dan latihan.25
Sedangkan menurut Jamil Suprihatiningrum, Belajar pada dasarnya
adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.
22
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), hlm. 131.
23
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hlm. 127.
24
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
hlm. 85.
25
S. Nasution, Didaktis Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 34.
27
Apabila kita bicara tentang belajar, maka kita bercerita tentang cara
mengubah tungkah laku seseorang atau individu melalui berbagai
pengalaman yang ditempuhnya.26
Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu,
baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati
secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan
dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan serta nilai-nilai, dan sikap.
Pengertian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan pada perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang
terjadi dalam diri murid. Perubahan itu bersifat positif yang berarti
berorientasi ke arah yang lebih baik. Dalam pengertian proses belajar
dapat dibedakan atas tiga fase yaitu fase informasi lalu fase transformasi
dan terakhir fase evaluasi. Dimana setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi. Ada informasi yang menambah pengetahuan yang sudah
dimiliki, ada informasi yang memperhalus dan memperdalamnya, ada juga
informasi
yang bertentangan dengan apa
yang sudah diketahui
sebelumnya. Sedangkan proses pembelajaran merupakan serangkaian
26
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: ArRuz Media, 2013), hlm. 15.
28
kegiatan yang dilakukan antara guru dan anak didik, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.27
Pengertia proses belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
aktivitas atau kegiatan belajar yang dilakukan siswa baik di rumah maupun
di sekolah. Seperti mempersiapkan pelajaran dirumah ataupun dalam
pelaksanaan di sekolah.
2. Macam-Macam Teori Belajar
Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung,
timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan adalah, bahwa
segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap
teori memiliki dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas
asosiasi, ada juga atas insight misalnya, dan prinsip yang satu tak dapat
dipadukan dengan yang lain. Tiap teori memberi penjelasan tentang aspek
belajar tertentu dan tidak sesuai dengan segala macam bentuk belajar.
Dalam mempelajari arti kata asing digunakan misalnya teori asosiasi dan
bukan problem solving. Sebaliknya untuk memecahkan suatu masalah
teori asosiasi tidak ada faedahnya.28
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah
teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Di bawah ini
akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu teori belajar
Behaviorisme,
teori
belajar
Kognitivisme,
dan
teori
belajar
Konstruktivisme.
27
28
Made Pidarto, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 271.
S. Nasution, Op. Cit. hlm.131.
29
a. Teori belajar Behaviorisme
Behaviorisme yaitu aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniyah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, minat, bakat, dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih reflek-reflek sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori behavioristik
dengan model stiulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Reson atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penghargaan (reward) dan
akan menghilang jika diberi hukuman. Tokoh-tokoh teori ini
diantaranya Edward Lee Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, Burrhus
Frederick Skinner, Albert Bandura dan masih banyak beberapa tokoh
yang juga mengembangkan teori behavioristik ini.
b. Teori belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif muncul sebagai protes terhadap teori
perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan
pengajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan dan kemudian
menekankan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.
30
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel,
Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner
bekerja pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep sebagai
suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
c. Teori belajar Konstruktivisme
Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pencetus teori
ini adalah Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Kontruktivisme merupakan
landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi
pengetahuan
itu
dan
memberi
makna
melalui
pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir
untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat
31
secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama semua
konsep.29
3. Tahapan-Tahapan dalam Belajar
Menurut Bruner dalam buku S. Nasution, di dalam belajar dapat
dibedakan tiga fase atau tahap, yaitu informasi, transformasi, evaluasi.
a. Informasi
Informasi diperoleh dalam tiap pelajaran, ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa
yang tela h diketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi
yang lenyap.
b. Transformasi
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
c. Evaluasi
Tahap evaluasi yaitu untuk menilai manakah pengetahuan yang
diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
Ketiga fase atau episode ini selalu terdapat dalam proses belajar.
Yang menjadi masalah adalah berapa banyak informasi diperlukan agar
29
http://visiuniversal.blogspot.com/2014/03/pengertian-belajar-dan-macammacam.html?m=1 diakses 08/03/2015
32
dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara
lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar,
minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan
sendiri.30
Sebuah
informasi
harus
dilakukan
analisis,
diubah
atau
ditransformasi ke dalam suatu bentuk yang lebih abstrak atau konseptual
supaya bisa dipakai untuk hal yang lebih luas. Untuk itu bantuan guru
sangat dibutuhkan. Kemudian semua itu dinilai sampai sejauh mana
pengetahuan yang didapat dan tranformasi itu bisa dimanfaatkan untuk
memahami gejala lain.
B. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Zainal Arifin, prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.31
Menurut Tohirin, prestasi belajar yaitu apa yang telah dicapai oleh
siswa setelah melakukan kegiatan belajar.32
Pencapaian prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi anak
didik yang melaksanakan proses belajar di dalam kelas, oleh karenanya
prestasi yang dimaksud merupakan hasil dari proses kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dan diharapkan baik individu pendidik,
maupun lingkungannya. Prestasi tersebut dapat dilihat melalui tes berupa
30
S. Nasution, Op. Cit. hlm. 9.
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, hlm. 2.
32
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 151.
31
33
angka-angka yang terlihat dalam raport maupun perubahan-perubahan
positif dari peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar
tersebut.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang diperoleh anak
didik dari proses atau kegiatan belajar yang dialami anak didik. Proses
belajar yang dipandang sebagai kemampuan yang terjadi setelah anak didik
belajar dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dibuktikan
melalui hasil belajar dan dinyatakan dalam nilai atau skor.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Tujuan dari kegiatan belajar tersebut adalah untuk perubahan ke arah yang
lebih baik. Dan sebagai seorang peserta didik belajar merupakan kewajiban
utama, tujuannya adalah mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan.
Sebab keberhasilan seorang siswa dilihat dari sebaik mana prestasi yang
diperoleh. Misalnya saja pada saat kenaikan kelas seorang siswa akan
merasa puas dan bangga saat mendapat peringkat pertama di kelasnya.
2. Macam-macam dan Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologi yaitu ranah cipta, rasa dan karsa yang berubah sebagai
akibat-akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator
34
(petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang
hendak diungkapkan atau diukur.
Adapun mengenai jenis dan indikator prestasi belajar terdapat pada
tabel 1 yaitu sebagai berikut:33
TABEL 1
MACAM-MACAM DAN INDIKATOR PRESTASI BELAJAR
Jenis/ranah cipta
A. Ranah
Indikator
Cara evaluasi
cipta
(kognitif)
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
1. Pengamatan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menggabungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
2. Ingatan
2. Dapat
menunjukkan 2. Tes tertulis
kembali
3. Pemahaman
3. Observasi
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat
1. Tes lisan
mendefinisikan 2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Aplikasi/penerapan
1. Dapat
memberikan 1. Tes lisan
contoh
2. Dapat
2. Pemberian tugas
menggunakan 3. Observasi
secara tepat
5. Analisis
33
1. Dapat menguraikan
1. Tes lisan
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm. 192-195.
35
(pemeriksaan dan
pemilihan
secara
teliti)
2. Dapat
2. Pemberian tugas
mengklasifikasikan/
memilah-milah
6. Sintesis (membuat
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
paduan baru dan
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian tugas
utuh)
3. Dapat
menggeneralisasikan
(membuat
prinsip
umum)
B. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan
sikap 1. Tes tertulis
menerima
2. Menunjukkan
2. Tes skala sikap
sikap 3. Observasi
menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan
1. Tes skala sikap
berpartisipasi/ teribat
2. Pemberian tugas
3. Observasi
3. Apresiasi
menghargai)
(sikap
1. Menganggap
penting 1. Tes skala sikap
dan bermanfaat
2. Menganggap indah dan
2. Pemberian
yang
tugas
ekspresif
harmonis
(yang menyatakan
3. Mengagumi
sikap) dan tugas
proyektif
(yang
36
menyatakan
perkataan
yang
ramalan
4. Internalisasi
(pendalaman)
1. Mengakui dan mayakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian
tugas
yang ekspresif dan
tugas proyektif
5. Karakteristik
1. Melambangkan
(penghayatan)
atau 1. Pemberian
meniadakan
2. Menjelmakan
pribadi
dan
ekspresif
dalam
proyektif
perilaku 2. Observasi
sehari-hari
C. Ranah
Karsa
(Psikomotorik)
1. Keterampilan
bergerak
1. Kecakapan
dan
bertindak
1. Observasi
mengkoordinasikan
2. Tes tindakan
gerak mata, tangan, kaki
dan
anggota
tubuh
lainnya
2. Kecakapan
1. Kefasihan
ekspresi
2. Kecakapan
verbal
dan non verbal
mimik
jasmani
dan
1. Tes lisan
membuat 2. Observasi
gerakan 3. Tes tindakan
tugas
dan
37
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi
belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)
maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
a. Faktor Internal
Faktor internal terdiri dari:
1) Faktor Jasmaniyah (fisiologi) baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri atas:
a) Faktor intelektif yang meliputi:
(i) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(ii) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari:
1) Faktor sosial, meliputi:
a) Lingkungan keluarga
38
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi
tiga macam:
1) Faktor-Faktor Stimulus Belajar
Maksud stimulus belajar disini yaitu segala hal diluar individu itu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini
mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang
harus diterima dipelajari oleh pelajar. Berikut ini dikemukakan beberapa
hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar.
a) Panjangnya Bahan Pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah
bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang
pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya.
Bahan yang terlalu panjang atau banyak dapat menyebabkan
kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu itu
39
semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih
berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam
menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.
b) Kesulitan Bahan Pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan
bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit
sesuatu bahan pelajaran, makin lambatlah orang mempelajarinya.
Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran maka semakin cepat
orang dalam mempelajarinya.
c) Berartinya Bahan Pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari
belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa
penguasaan
bahasa,
pengetahuan
dan
prinsip-prinsip.
Modal
pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di
waktu sekarang. Bahan yang berati adalah bahan yang dapat dikenali.
Bahan yang berati memungkinkan individu untuk brlajar, karena
individunya dapat mengenal. Bahan yang tanpa arti sukar dikenal,
akibatnya tak ada pengertian individu terhadap bahan itu.
d) Berat Ringannya Tugas
Mengenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat
hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama,
kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini
disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka
40
tidak sama. Boleh jadi, berat ringannya suatu tugas berhubungan
dengan usia individu. Ini berarti, bahwa kematangan individu ikut
menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi individu yang
bersangkutan. Dapat dibuktikan, bahwa tugas-tugas yang terlalu
ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan
tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok
(jera) untuk belajar.
e) Suasana Lingkungan Eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara
lain: cuaca (suhu udara, mendung, hujan, kelembaban); waktu (pagi,
siang, sore, petang, malam); kondisi tempat (kebersihan, letak
sekolah, pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan); dan
sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi
individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar
adalah interaksi dengan lingkungannya.
2) Faktor-Faktor Metode Belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi
metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain,
metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi
proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut
ini.
a) Kegiatan berlatih atau praktek
b) Overlearning dan Drill
41
c) Resitasi Selama Belajar
d) Pengenalam tentang Hasil Belajar
e) Belajar dengan Keseluruhan dan dengan Bagian-bagian
f) Penggunaan Modalitas Indra
g) Bimbingan dalam Belajar
h) Kondidi-Kondisi Intensif
3) Faktor-Faktor Individual
Selain faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktorfaktor individual dua itu menyangkut hal-hal berikut.
1) Kematangan
2) Faktor Usia Kronologis
3) Faktor Perbedaan Jenis Kelamin
4) Pengalaman Sebelumnya
5) Kapasitas Mental
6) Kondisi Kesehatan Jasmani
7) Kondisi Kesehatan Rohani
8) Motivasi.34
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar
seorang siswa, tetapi nampaknya kondisi lingkungan dan metode belajar
terlihat sangat berpengaruh terhadap siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dari lingkungan belajar seorang siswa-santri dan
34
Opcit, Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, hlm. 147
42
siswa-non santri yang dapat menentukan prestasi belajar. Siswa-santri hidup
di dalam lingkungan yang penuh pengawasan dan peraturan dari pengurus
pondok ataupun asatidz, sementara siswa-non santri tergantung dari
pengawasan orang tua masing-masing.
C. SISWA-SANTRI DAN NON SANTRI
1. Pengertian Siswa-Santri
Siswa-santri terdiri dari dua kata yaitu siswa dan santri. Siswa
adalah murid (sekolah). Sedangkan santri adalah orang yang sedang dan
pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali
informasi ilmu-ilmu agama dari kiai-ulama (guru, teladan, uswah) selama
berada di asrama atau pondok pesantren. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia santri artinya orang yang mendalami agama Islam.35 Menurut
pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang
alim hanya bisa disebut kiai bilamana memiliki pesantren dan santri yang
tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam
klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu
lembaga pesantren. Walaupun demikian, menurut pesantren, terdapat dua
kelompok santri:
a. Santri mukim
Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang
paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu
35
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit, hlm. 997.
43
kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab mengurusi
kepentingan
pesantren
sehari-hari,
mereka
juga
memikul
tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar
dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar (masyhur) akan
terdapat putera-putera kiai dari pesantren-pesantren lain yang belajar di
pesantren tersebut.
b. Santri kalong
Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka berangkat ngaji
pulang-pergi dari rumahnya. Biasanya perbedaan antara pesantren besar
dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin
besar sebuah pesantren, akan semakin besar jumlah santri mukimnya.
Dengan kata lain, pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri
kalong dari pada santri mukim.
Di masa lalu, pergi dan menetap ke sebuah pesantren yang jauh dan
masyhur merupakan suatu keistimewaan bagi seorang santri yang penuh
cita-cita. Ia harus memiliki keberanian yang cukup, penuh ambisi, dapat
menekan perasaan rindu kepada keluarga maupun teman-teman di
kampungnya, sebab setelah selesai pelajaran nya di pesantren ia
diharapkan menjadi seorang alim yang dapat mengajar kitab-kitab dan
memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan. Ia juga diharapkan
dapat
memberikan
nasehat-nasehat
mengenai
persoalan-persoalan
44
kehidupan individual dan masyarakat yang berhubungan erat dengan
agama.36
Santri di era global sekarang ini tidak hanya mempelajari ilmu
agama di pondok pesantren saja, tetapi juga dituntut memahami ilmu
umum. Maka dari itu kebanyakan santri sekarang disamping mendalami
ilmu agama di pondok pesantren tetapi juga mendalami ilmu umum di
sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Jadi selain tercatat
sebagai santri pondok pesantren ia juga tercatat sebagai siswa di suatu
sekolah. Mereka inilah yang disebut sebagai siswa-santri.
Seperti halnya yang terjadi di pondok Syafi’i Akrom, banyak santri
nya yang juga bersokolah di SMK Syafi’i Akrom yang masih satu
yayasan. Jadi siswa-santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
siswa atau peserta didik yang belajar di SMK Syafi’i Akrom Pekalongan,
sekaligus menjadi santri mukim di pondok pesantren Syafi’i Akrom
Pekalongan.
2. Siswa-Non Santri
Siswa-non santri yaitu siswa yang tidak menjadi santri mukim di
pondok pesantren, artinya siswa-non santri dalam keseharian hanya
disebut siswa seperti pada umumnya. Siswa adalah siapa saja yang
terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga Pendidikan. Di lembaga
pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama,
maupun Sekolah Menengah Atas, objek didik ini disebut siswa. Di
36
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 51.
45
lembaga pendidikan tingkat tinggi, yakni di Universitas , Akademi,
Institut, objek didik ini disebut mahasiswa.
Semua anak yang sudah mendaftarkan diri kemudian diterima di
suatu sekolah, secara otomatis menjadi tanggung jawab sekolah. Mereka
perlu diurus, dididik dan diperlakukan sebagaimana diharapkan oleh orang
tua atau wali murid yang mengirimkannya ke sekolah. Di sekolah siswa
berperan sebagai anggota masyarakat sekolah dan memiliki hak dan
kewajiban.
Hak siswa antara lain:
a. Menerima pelajaran
b. Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah
c. Menggunakan fasilitas yang ada
d. Memperoleh bimbingan dan sebagainya.
Sedangkan kewajiban siswa adalah:
a. Hadir pada waktunya
b. Mengikuti pelajaran dengan tertib
c. Mengikuti ulangan (ujian), atau kegiatan-kegiatan lain yang diadakan
oleh sekolah
d. Mentaati tata tertib dan peraturan sekolah dan sebagainya.37
Berdasarkan pengertian diatas, siswa-non santri yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta didik yang belajar di SMK
37
Suharsismi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 10.
46
Syafi’i Akrom Pekalongan tetapi tidak menjadi santri mukim di pondok
pesantren.
3. Aktifitas Santri di Pondok Pesantren
Santri berasal dari bahasa jawa, dari kata ”cantrik”, berarti
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi
menetap.38 Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren diantara
nya karena alasan berikut:
a. Ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih
mendalam di bawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren tersebut.
b. Ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang
pengajara, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantrenpesantren yang terkenal.
c. Ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh
kesibukkan sehari-hari di rumah keluarganya. Di samping itu, dengan
tinggal di sebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dengan rumahnya
ia
tidak
dengan
mudah
pulang-balik
meskipun
terkadang
menginginkannya.39
Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di
pesantren Syafi’i Akrom Pekalongan pada umumnya bisa dikelompokkan
ke dalam empat bagian, yaitu:
38
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Majid terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 62.
39
Zamakhsyari Dhofier, Op. Cit. Hlm. 52.
47
a. Kegiatan
pribadi,
misalnya
mandi,
mencuci
pakaian,
membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman
dan istirahat.
b. Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji , hafalan
nadzom dan mengerjakan PR atau belajar sendiri.
c. Kegiatan sholat.
d. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya khitobah (latihan pidato),
rebana dan lain-lain.
Aktifitas para santri di pondok pesantren bisa dikatakan
monoton dikarenakan ada peraturan-peraturan pondok dan jadwal
sehari-hari yang sangat ketat untuk wajib diikuti. Misalnya saja, santri
bangun setiap pagi sebelum subuh, kemudian mandi, solat subuh,
mengaji, berangkat sekolah, pulang sekolah istirahat sebentar, solat
ashar, kemudian mengaji lagi ataupun melakukan diskusi antar santri,
dan waktu malam hari dihabiskan untuk belajar ataupun menghafal
nazhom yang sangat banyak jumlahnya.
Budaya santri tersebut sangat bertolak belakang dengan
kehidupan sehari-hari siswa-non santri. Di dalam pondok pesantren,
kegiatan hiburan bagi santri sangat terbatas. Mereka hanya sekedar
membaca majalah dan buku yang dibawa dari rumah, mendengarkan
musik dan radio, ataupun mengobrol dengan temannya dan menikmati
fasilitas komputer dan internet pada saat jam pelajaran komputer di
sekolah.
48
Hal ini tentu berbeda dengan siswa-non santri yang tinggal di
luar pondok pesantren yang bisa menikmati kehidupan yang lebih bebas
di mana ada televisi, mainan komputer, internet, bioskop, taman
hiburan, tempat rekreasi, super market dan kesempatan untuk bermain
yang banyak.
Download