latar belakang bangkitnya kristologi abu-abu kaum pluralis

advertisement
Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
TEOLOGI ABU-ABU (Pluralisme Iman)
Oleh: Pdt. Stevri Indra Lumintang, M.Th.
Prakata: Prof. Joseph Tong, Ph.D.
Prakata: Evendy Tobing, M.Div.
Diterbitkan oleh: Departemen Literatur YPPII,
Malang.
Cetakan pertama, 2002.
BAB VI
LATAR BELAKANG BANGKITNYA
KRISTOLOGI ABU-ABU KAUM PLURALIS
Persoalan teologi kristen adalah berakar pada persoalan kristologi.
Oleh karena itu, untuk menilai posisi teologi seseorang (Injili,
Oikumenikal, Liberal, gabungan dari ketiganya ), harus mempelajari selain
sistem hermeneutikanya juga kristologinya. Banyak kali kita kaum injili
ditipu, dikelabui dengan pernyataan-pernyataan yang kedengarannya injili,
padahal liberal dan atau pluralis tulen. Hati-hati ! Persoalan Kristologi
adalah persoalan seluruh teologi Kristen. Pusat persoalan teologi modern
Page 1 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
juga berakar pada persoalan kristologi yang dipelopori oleh para teolog
liberal, dengan kritik Alkitab, yang menggunakan metode-metode ilmiah
untuk menyelidiki Yesus dalam Alkitab. Penyelidikan ini menghasilkan
rumusan baru atau kristologi baru yang bertolak belakang dengan rumusan
tradisional/orthodoks(Injili). Hasil penelitian ini, ternyata ditumbuhkembangkan oleh kaum pluralis dengan cara memasukkan jiwa pluralisme
dalam Kristologi. Bahkan tanpa malu-malu mengadakan penelitian dari
sumber-sumber di luar Alkitab, yaitu penelitian berdasarkan konteks
sejarah yang terikat dengan segala bentuk latar belakang agama, budaya,
sosial-politik, dan ekonomi.
Persoalan teologi dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa besar yang
sangat berpengaruh dalam sejarah dunia, yaitu renaissance (kelahiran
baru), rasionalisme dan enlightmen (pencerahan). Karena ketiga gerakan
inilah yang melatarbelakangi lahir dan berkembangnya teologi liberal yang
bermula dari persoalan kritik Alkitabnya, dan yang mempertajam
persoalan teologi kristen.
Bangkitnya Persoalan Teologi
Renaissance di Eropa (puncaknya pada abad ke 15-16) adalah zaman
bangkitnya gelombang pemikiran yang dikenal dengan humanisme.
Gelombang ini telah melepaskan manusia dari kekuasaan pemerintahan
negara dan gereja Roma katolik. Kemudian gelombang ini dilanjutkan
pada abad 17 yang dikenal sebagai zaman rasionalisme, dan semakin
mantap dengan adanya zaman pencerahan (Enlightenment) pada abad ke18. Implikasi dari masa pencerahan adalah lahirnya isme-isme seperti
Historicism,
Criticism,
Rationalism,
Tolerationism,
Optimism,
1
Kantianism. Isme-isme ini memberikan dampak yang besar dalam
perkembangan teologia (teologi kontemporer). Di bawah ini dikemukakan
tiga peristiwa besar yang menjadi latar belakang persoalan teologia.
Page 2 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
1. Renaissance
Sampai menjelang renaissance abad XIV, Gereja tetap menjadi pusat
dunia. Segala sesuatu berada di bawah dominasi dan kontrol gereja.
Demikian dengan ilmu pengetahuan pun berada di bawah kekuasaan
gereja. Hal ini nampak dalam peristiwa Galileo Galilei (1564-1642).2
Namun pada abad XIV, terjadilah kesadaran yang baru bagi gelombang
pemikiran dan budaya. Kesadaran baru ini disebut Renaissance (kelahiran
kembali), yaitu kelahiran kembali kebudayaan Eropa dari kegelapan abadabad sebelumnya. Renaissance dimulai di Italia pada abad XIV dan sampai
abad XV dan XVI, meluas ke Eropa yaitu Prancis, Jerman, Nederland,
Spanyol dan Inggris. Zaman ini memaklumkan bahwa manusia sendiri
adalah kaidah atau ukuran dari segala sesuatu yang ada.3 Dan gerakan ini
mempengaruhi bidang kesenian, politik, ilmu pengetahuan dan
kesusastraan. Secara khusus di bidang ilmu pengetahuan dan
kesusasteraan, gerakan ini dinamai " humanisme " (kemanusiaan), dengan
semboyannya : " kembalilah kepada sumber ".4 Perhatian humanisme
adalah hanya manusia dan bukan lagi Tuhan. Namun Berkhof memberi
komentar dengan menyatakan:
Akan tetapi bukanlah maksud renaissance untuk melawan
gereja. Memang banyak orang yang menurut aliran baru ini
kurang menghargai Injil, tetapi merek? sama sekah tidak
bermaksud mau keluar dari gereja. Agak kurang disadarinya
betapa dalamnya jurang perbedaan antara cita-cita baru ini
dengan semangat Gereja Kristus.5
Namun penekanannya adalah tetap bahwa manusia sebagai pusat
hidup dan kaidah bagi dirinya. Di sisi lain, Douglas melihat dua aspek
yang berguna dari renaissance bagi kekristenan, yaitu : " 1). Studi
mengenai tulisan-tulisan Yunani klasik yang memimpin kepada studi
Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani (lebih dari pada bahasa Latin) dan
kemudian Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. 2). Mendatangkan
reformasi gereja dan masyarakat. Hal ini memberikan banyak pengaruh
pada banyak orang yang berbalik dari humanisme kepada pembaharuan
Page 3 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
gereja."6 Secara positif, bahwa melalui renaissance, telah dimulainya
kebebasan dalam berteologia, dan kebebasan dalam berilmu pengetahuan,
serta kebebasan dalam gereja. Inilah wujud dari gelombang pemikiran dan
kebudayaan manusia.
Sekalipun mungkin tidak ada kaitannya secara langsung, namun
renaissance telah memberi dampak bagi lahirnya Reformasi.7 Berkaitan
dengan itu, Linder mencatat 3 dampak renaissance yaitu :
Pertama, pikiran, nilai dan praktek Renaissance merembes ke
dalam kekuasaan gereja Roma. Melalui sembilan puluh lima
tesis yang dipakukan oleh Martin Luther pada tahun 1517.
Pemimpin gereja Katolik dalam sejarah yang panjang hanya
memberi perhatian kepada dunia politik dari pada kesalehan,
menjadi sensitif kepada kebutuhan rohani dari orang-orang
yang setia.
Kedua, orang kristen humanis mempertajam kritik mengenai
penyimpangan jabatan gereja, dan kritik mereka untuk
pembaharuan gereja, ditambah dengan kerusuhan yang
berkembang dalam kehidupan orang kristen Barat.
Ketiga, setelah tahun 1517 banyak anak muda yang menganut
humanis berbalik menjadi penganut protestan, seperti Ulrich
Zwingli (1531), Philip Melanchthon (1560). John Calvin
(1564), dan Theodore Beza (1605).8
Di sisi lain, gereja bukan lagi sebagai otoritas tertinggi di dunia,
melainkan Alkitab yang adalah Firman Allah. Hal ini, sama dengan thesis
ke 62 dari 95 tesisnya Luther yang ditempelkan Luther di pintu gerbang
gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517 yang berbunyi: "perbendaharaan
gereja yang benar adalah kitab suci yang adalah kemuliaan dan anugerah
Allah ".9 Renaissance telah memberi baik dampak positif bagi kekristenan
yaitu pembaharuan gereja, dan dampak negatif bagi umat manusia pada
umumnya, dimana manusia telah menjadi ukuran atau kaidah segala
sesuatu.
Page 4 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
2. Rasionalisme
Salah satu buah yang dihasilkan oleh Renaissance, yaitu
berkembangnya rasionalisme pada abad XVII. Rasionalisme berarti : "
Suatu sistem berpikir atau suatu metode berpikir yang mengusulkan bahwa
akal manusia adalah cukup untuk semua maksud." 10 Dengan kata lain,
rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa segala sesuatu dapat
dimengerti melalui akal budi. Akal budi menjadi ukuran segala sesuatu.
Dan abad 16 yang dikenal dengan abad reformasi ke abad 17 yang dikenal
dengan abad rasionalisme, telah terjadi perubahan perhatian yang besar,
yaitu Perhatian manusia beralih dari Allah kepada manusia.11
Rene Descartes (1596-1650) adalah Bapak Rasionalisme. Allen dan
Brown menyatakan bahwa filsafat modern adalah dimulai oleh Rene
Descartes.12 Dia bertentangan dengan filsafat Empirisisme,13 Karena dia
ragu-ragu tentang pengetahuan melalui Pancaindera. Karena itu ia mencari
dasar pengetahuan yang tidak dapat diragukan, sehingga ia merumuskan
motonya yang berbunyi : " Kalau saya ragu-ragu, saya berpikir dan kalau
saya berpikir, pasti saya ada (Cogito, Ergo sum).14 Konsep Descartes
tentang Tuhan adalah bersifat pantheistic, namun konsep ini nampak
dalam pemikiran teologianya Paul Tillich dan John A.T. Robinson yang
didasarkan pada kritik Alkitab. Ahli filsafat Rasionalisme lainya, yaitu
Baruch De Spinoza (1632-1677) dan G. W. Leibniz (1646-1716).16
Spinoza mengidentikkan Allah dengan alam. Tong menulis bahwa: "ia
menegaskan bahwa hubungan antara Allah dan alam adalah dapat saling
bergantian.17
Maksudnya ialah antara Allah dan alam memiliki kesetaraan kebenaraan.
Sehingga alam pun bisa dilihat sebagai Allah. Dalam perkembangan
selanjutnya ia juga berpendapat bahwa: " Semua kebenaran dapat
diketahui secara matematika ". Itu berarti pengeratuhuan tentang Allah pun
adalah dapat dimengerti melalui perhitungan matematis. Akibatnya
Spinoza menjadi seorang pengkritik Alkitab. Dia berkata bahwa : Alkitab
bukanlah Firman Allah, hanya di dalam Alkitab ada Firman Allah. Jadi
tidak seluruh Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab hanya berwewenang di
Page 5 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
dalam hal-hal kepercayaan, karena itu kepercayaan dan pemikiran harus
dipisahkan". Pandangan ini mempengaruhi teologia. Linnemann
berkomentar mengenai hal ini bahwa:
Pandangan ini mempunyai dua akibat : Yang pertama ,
sebagian besar dari Alkitab khususnya Perjanjian Lama, tidak
diterima sebagai Firman Allah... Yang kedua: Justru itu adalah
latar belakang baik ajaran Karl Barth mengenai Firman Allah
maupun hermeneutik Bultmann dengan interpretasi secara
existential dan demitologisasi.18
Karena itu, Spinoza adalah dikenal sebagai pemula kritik terhadap Alkitab
secara sistematis dan berdasarkan metode historis-kritis dalam bidang
Perjanjian Lama. Pandangannya mempengaruhi Paul Tillich dan John.
T.A. Robinson.19 Begitu juga dengan Leibniz, yang jelas menambah
deretan pikiran baru ke arah atheisme atau agnosticisme.
3. Pencerahan (Enlightenment)
Gelombang pemikiran dan kebudayaan yang ditandai oleh
rasionalisme, empirisisme menguasai manusia pada abad XVII. Pada abad
XVIII di bawah pengaruh para filsuf,20 gelombang itu mencapai
puncaknya pada abad XVIII, yang dikenal dengan istilah zaman
pencerahan (Enlightenment). Tahun 1784 Immanuel Kant dalam suatu
artikel mendefinisikan enlightenment disertai dengan mottonya, sebagai
berikut:
Pembebasan manusia dari pengawasan yang diadakannya
sendiri. Pengawasan adalah ketidakmampuan manusia untuk
menggunakan pengertiannya tanpa arahan dari yang lain.
Pengawasan tersebut terjadi ketika bukan karena kurang akal
tetapi kurang dalam pemecahan untuk menggunakan akal tanpa
Page 6 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
petunjuk dari yang lain. " Milikilah kemampuan untuk
menggunakan akalmu sendiri! - Itulah motto zaman
pencerahan.21
Jadi, zarnan ini semakin menonjolkan kemampuan dan kemandirian akal
budi. Akal budi menempati otoritas tertinggi bagi manusia. Kemampuan
manusia ini diekspresikan dalam pelbagai bidang kehidupan, yaitu: politik,
ilmu pengetahuan, studi sejarah dan sikap terhadap agama. Memang
banyak filsuf yang berpengaruh pada zaman enlightenment ini. Dari sekian
banyak filsuf, ada beberapa filsuf yang mempengaruhi dunia teologia pada
khususnya dan kekristenan pada urnumnya. Brown menulis bahwa :
"Rousseau, Voltaire, Lessing dan Kant. Keempatnya menolak Kekristenan
tradisional. Keempatnya menekankan mengenai Deistik ".22 Mereka
menyingkirkan Allah dari dunia (keimanenan), dan menekankan
ketransendenan Allah. Dan dari keempat tokoh ini yang paling
berpengaruh dalam dunia teologia, yaitu Immanuel Kant.
Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang ahli filsafat
agnostisisme.23 Dalam beberapa pemikirannya, ia mewakili puncak
rasionalisme dan empirisisme pada abad XVIII. Ia berusaha menyesuaikan
empirisisme dan rationalisme dalam tulisannya:
Isi pengetahuan adalah dari pancaindera, tetapi bentuknya
terjadi melalui kecerdasan. Akhirnya pengetahuan dibuat
dengan kategori apriori dalam akal (misalnya: ruangan, waktu).
Apa yang masuk akal telah dibentuk oleh kategori akal. Jadi
akal tidak pernah mengetahui sesuatu di luar akal. Manusia
hanya mengetahui sesuatu seperti di dalam dirinya sendiri (the
thing to me), tetapi ia tidak dapat mengetahui sesuatu seperti ia
dalam dirinya sendiri (the this in itself}. Maka semua yang ada
hanya dapat diketahui secara subyektif, bukan obyektif.24
Karena itu Kant membedakan dua dunia, yaitu dunia yang kita alami yaitu
dunia noumenon (the pure intelligible, the non-sensual reality) dan dunia
yang kita ketahui , yaitu dunia fenomenon (the material and sensual
reality). Tong menambahkan pandangan Kant ini bahwa : "Ada tiga ide
Page 7 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
yang teratur dalam dunia nomenal, yakni diri sendiri, dunia dan Allah.
Mereka bukanlah hasil intuisi, melainkan hasil dari akal yang murni. Akal
yang murni membentuk konsep diri, konsep tentang dunia dan konsep
tentang Allah."25 Dengan demikian, kalau kita memikirkan Allah, hasil
pikiran itu tidak boleh diterima sebagai pengetahuan yang real, maka Allah
tidak dapat dialami dan diketahui secara obyektif dan real.26 Pandangan
Kant mengenai akal yang suci dan dunia nomena - fenomena
mempengaruhi pikiran pluralismenya John Hick seperti yang dikemukakan
oleh Pinnock.27 Pengertian Kant mengenai ide kedewasaan dunia dari
definisinya mempengarulii Dietrich Bonhoeffer yang berkata: " manusia
modern tidak memerlukan Allah sebagai tongkat ketiak". 28 Kant
mempengaruhi teologi John A.T. Robinson dalam bukunya Honest to
God.29 Friedrich Daniel Ernst Schliermacher (1768-1834) yang
dipengaruhi oleh aliran pietis dari orang tuanya, setelah membaca karya
Imrnanuel Kant, menyebabkan ia bereaksi terhadap faham kesucian, dan ia
menggabungkan pengalaman agama yang tertekan (pietis) dengan
pernikiran liberalis pada jamannya.30
Jadi pandangan-pandangan yang sumbang tentang Tuhan dan agama
telah dimulai oieh pares filsuf sejak abad XV yang dikenal dengan zaman
renaissance, dan berkembang pada zaman rasionalisme abad XVII, serta
memuncak pada zaman enlightenment abad XVIII dan zaman romatisisme
abad XIX. Filsafat yang berhasil berperan dalam perjalanan sejarah yaitu
filsafat rasionalisme. Dan filsafat ini telah berhasil rnempengaruhi
pandangan-pandangan teolog-teolog kristen pada zaman itu dan
berdampak pada warna teologia masa kini, serta kehidupan kristen masa
kini pula.
4. Liberalisme dan Kritik Alkitab
Asal mula Liberalisme ialah berasal dari pengaruh filsafat-filsafat
yang lahir dari berkembang sejak zaman renaissance sampai pencerahan.
Dan rasionalisme adalah filsafat yang paling berhasil masuk dan
Page 8 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
mempengaruhi dunia teologia kristen. Sejak zaman rasionalisme abad
XVII dan zaman pencerahan abad XVIII dan XIX, baik filsuf maupun
teolog sudah terangsang untuk meneliti Alkitab khususnya studi atas
sumber-sumber Alkitab. Studi ini dikenal kemudian sebagai Kritik historis,
yang dipelopori dan dikembangkan oleh teolog liberal.
Liberalisme adalah satu bentuk teologia yang tumbuh subur di gerejagereja Barat dari pertengahan abad XIX dan sampai permulaan abad XX.
Kata kunci Liberalisme ialah: Kebebasan dan Perkembangan kebebasan
dari dogma yang lama dan kebebasan untuk meneliti ideide yang baru,
berkembang dalam kolaborasi dengan semua disiplin ilmu yang diyakini
baru.31 Teolog liberal berusaha membebaskan manusia kristen dari
pemikiran yang berbau imani dan tradisi dan mencoba mengikuti pola
manusia modern yang dianggap telah lahir baru dan mampu menggunakan
rasionya dalam penelitian Alkitab. Para teolog liberal mula-mula ialah :
Friedrich Schleiermacher(17681834), Albrecht Ritschl (1822-1889) dan
Adolf Von Harnack (185'..1921).32
Sebenarnya, kritik historis terhadap Alkitab bermula dari usaha para
penafsir untuk mengerti kondisi sejarah penulisan kitab-kitab. Namun
pengaruh filsafat mengendalikan penelitian tersebut sehingga mereka
berusaha mengerti sejarah dari sudut sekuler yang mengabaikan unsur
religius dan supranatural. Kenyataan ini adalah sama dengan isu yang
ketiga dari problem dunia modern yang dikemukakan oleh Brown.33 Dari
kritik historis ini, lahirlah teori sumber atas kitab Pentateuch oleh
Jean Astruc (1684-1766) dengan teori dua. sumbernya;34 dan J.G.
Eichhorn (1752-1827) mengemukakan teori dua sumber J (Jehowah) dan E
(Elohim).35 Tahun 1853, Hupfield mengemukakan bahwa Pentateuch
berasal dari empat sumber (Priestly, Elohistis, Jahwehistis,
Deuteronomistis).36 Teori sumber ini mencapai kejayaannya melalui K.H.
Graf dan Julius Wellhausen dengan karyanya yang berjudul Hipotesa
GrafWellhausen.37 Tokoh-tokoh kritik historis lainnya seperti Lessing,
Hase, Gabler, Bauer, Schliermacher, Lachman, Meyer, Baur Wilhelm
Wrede. 38
Dalam penelitian selanjutnya, maka Kritik Historis berkembang pesat
sehingga menjadi beberapa bentuk kritik, yaitu Kritik Bentuk (Form
Page 9 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Criticism) yang mencoba meneliti bentuk-bentuk tradisi oral sebelum
menjadi tulisan; Kritik Tradisi (Tradition Criticism) yang menyelidiki
bagaimana tradisi lama berkembang ke dalam situasi baru pada saat
penulisan; 39 Kritik Redaksi (Redaction Criticism) yang menyelidiki
bagaimana tradisi yang berkembang itu diolah oleh para redaktur dalam
bentuk tulisan; 40 Kritik Teks (Textual Criticism) yang menyelidiki
bermacam-macam teks yang digunakan sebagai sumber penerjemahan
Alkitab;41 dan Kritik Kanon (Canon Criticism) yang menyediliki
bagaimana proses terkumpulnya kitab-kitab dan ukuran pengumpulan,
menjadi Alkitab perjanjian Lama dan Baru.42 Kritik-kritik Alkitab ini
dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu kritik historis, bentuk dan tradisi adalah
tergolong Kritik lebih tinggi (Higher Criticism), sedangkan Kritik teks,
kritik kanon tergolong Kritik lebih rendah (Lower Criticism).43 Kitab
Perjanjian Baru pun tidak diabaikan oleh para ahli historis kritis untuk
dikritik dengan mengunakan metode kritik historis yang sama. Masalah
yang paling banyak disoroti ialah keempat Injil, Kehidupan Yesus,
Tulisan-tulisan Paulus. Banyak ahli dengan mengunakan kritik sumber
menganggap bahwa sulit untuk memadukan cerita kehidupan Yesus dari
keempat Injil itu. Misalnya David F. Strauss dalam bukunya " Life of
Jesus "(1835),44 Adolf Harnack (1851-1930) dalam bukunya " What is
Christianity ? ", ia melihat Yesus hanya sebagai manusia biasa yang
bermoral tinggi, dan dalam bukunya "In his sayings of Jesus "
merekonstruksi teks dari sumber Q,45 Albrecht Ritschel (1822-1.889)
memandang Yesus hanya dalam aspek manfaatnya bagi manusia dan etika
moral, juga menekankan natur kemanusiaan Yesus, sambil membuang
natur keilahiannya yang supernatural, 46 dan memuncak pada tulisan "The
Quest of the Historical Jesus" karya Albert Schweitzer. 47
Masih banyak teolog lain yang juga memberikan kontribusi mereka
mengenai Yesus dan Injil. Namun pada umumnya melihat Yesus hanya
sebagai manusia saja. Seperti G.E. Lessing, K.F. Bahrt, K.H. Venturini,
H.E.G. Paulus, K.H. Hasse, Bruno Baur, Wilhelm Wrede, F.C. Baur, B.F.
Westcott, C.H. Weisse, C.G. Wilke, H.J. Holtzman dan B.H. Streerer. 48
Sedangkan tokoh-tokoh kritik Alkitab yang terkenal pada abad XX, ialah
Karl Barth dan Rudolf Bultmann yang terkenal dengan kritik bentuknya.49
Page 10 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Kemudian murid Bultmann yaitu Erns Kasemann,50 dan para tokoh
penyelidik Yesus sejarah baik new quest maupun third quest, yang
memuncak dengan diadakannya "Jesus Seminar" di Amerika Serikat tahun
1985 yang dipelopori oleh Robert W. Funk dan John Dominic Crossan.51
Sejauh inilah nampak bahwa perkembangan teologia adalah banyak
dipengaruhi oleh perkembangan zaman, mulai zaman renaissance,
kemudian zaman rasionalisme dan zaman pencerahan sampai teologia
akhir abad XX ini.
B. Persoalan Kristologi
Akar persoalan kristologi sebenarnya telah dimulai sejak gereja mulamula.52 Bahkan menurut Macquarrie bahwa persoalan Kristologi sudah ada
sejak masa Yesus.53 Persoalan studi Kristologi terus berkembang sampai
pada zaman Thomas Aquinas dan Reformasi, bahkan sampai pada zaman
setelah reformasi. Persoalan Kristologi kembali hangat dipersoalkan pada
zaman setelah Reformasi yaitu zaman rasionalisme abad XVII dan
pencerahan
abad
XVIII,
serta
romantisisme abad XIX. Pada waktu itu, teologia telah dipengaruhi oleh
filsafat rasionalisme dan sekularisme Barat. Rasionalisme merangsang
para teolog untuk mengsekularisasikan unsur-unsur sakral dalam teologia
dan kekristenan sehingga mereka membuang segala hal yang berbau
supernatural dalam teologia tradisional,54 dan mengadakan penyelidikan
yang dalam mengenai sumber-sumber Alkitab. Secara khusus, para teolog
mengadakan
penelitian
yang
berkenaan
dengan
studi tentang pribadi dan karya Kristus (Kristologi). Dan dalam studi
kristologi, para teolog menemukan setumpuk persoalan kristologi.
Erickson mengemukakan tiga isu kontemporer yang berkenaan dengan
metodologi Kristologi yaitu : " (1). Hubungan antara iman dan sejarah; (2).
Hubungan antara studi tentang pribadi Kristus dan studi tentang karya
Kristus; dan (3). Ide mengenai inkarnasi."55 Pada bagian ini, penulis hanya
menyajikan isu pertama, yaitu mengenai persoalan relasi antara Yesus
yang diimani dan Yesus sejarah dan kedua yaitu studi mengenai relasi
Page 11 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
pribadi dan karya Yesus; ditambah dengan persoalan mengenai finalitas
Yesus. Namun sebelum membahas ketiga isu di atas, maka pembahasan ini
diawali dengan isu pendekatan studi kristologi, yaitu persoalan relasi
peristiwa Yesus dan penulisan.
1. Persoalan Relasi Peristiwa Yesus dan Penulisan
Studi Kritik Alkitab atau Kritik Historis memuncak pada abad XIX
yang mengoncangkan otoritas Alkitab. Kritik ini juga berkenaan dengan
studi mengenai keabsahan Yesus sejarah yang dikritik oleh para ahli
historis kritik. Dan studi ini terus berlangsung sampai akhir abad XX ini.
Dengan metode pendekatan kritik historis, para historis kritis
mempertanyakan mengenai relasi peristiwa dan pemberitaan Yesus dengan
penulisan kitab-kitab, khususnya kitab-kitab Injil. Dan ternyata, bahwa
melalui studi mengenai relasi peristiwa Yesus dan penulisan Injil,
muncullah pendekatan kristologi liberal yang radikal, yang bertentangan
dengan pendekatan konservatif (kristologi klasik).
a. Pendekatan Konservatif
Pandangan konservatif mengenai peristiwa Yesus dan penulisan ialah
menggangap bahwa tidak ada perubahan apa-apa mengenai kehidupan
Yesus yang diceritakan dalam Alkitab dan apa yang terjadi sesungguhnya
pada waktu terjadi. Dengan kata lain, tidak ada penambahan atau
pengurangan yang berarti. Karena para penulis Injil selain saksi mata juga
penulisan Injil adalah proses inspirasi dimana para penulis dipakai
seutuhnya dan dikontrol seutuhnya oleh Roh Kudus.56 Searah dengan
pandangan konservatif ini, Leon Morris berkomentar bahwa: " Saya lebih
suka
membicarakan
kitab
Injil
satu
demi
satu.
Ini
memungkinkan kita untuk melihat tidak hanya apa yang dikatakan dan
dikerjakan oleh Yesus, tetapi juga bagaimana masing-masing penginjil
memahami ucapan-ucapan dan tindakan-tindakanNya itu. "57 Guthrie
Page 12 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
melihat bahwa pandangan konservatif ini merupakan faktor penentu dalam
penyusunan suatu kerangka teologia. Karena itu, ia berkata bahwa :
Jika ajaran tersebut sebagai laporan Injil adalah suatu laporan yang benar
mengenai apa yang Yesus pikirkan dan ajarkan, maka tingangan yang
dapat diperkirakan mengenai pengajaran sebagai suatu kontribusi yang
besar terhadap suatu pengertian teologi Perjanjian Baru. Tetapi jika
otentisitas perkataan Yesus tetap dalam perdebatan, maka pengajaran
Yesus tidak akan menjadi suatu pertimbangan yang dominan dalam teologi
Perjanjian Baru.58
Sekalipun demikian, pandangan konservatif tidak dapat memungkiri
fakta adanya pergumulan berkenaan dengan waktu penulisan Injil-Injil
yang berbeda, dan isi dari Injil-Injil yang jelas tidak seratus persen adalah
sama. Terhadap fakta ini, pandangan konservatif berpendapat bahwa
masing-masing penulis melihat perbuatan Yesus dan mendengar perkataan
-Yesus dari sudut pandang masing-masing dan yang jelas obyeknya adalah
sama, yaitu Yesus dan tidak boleh mengabaikan banyaknya persamaan isi
dari ketiga Injil. 59
b. Pendekatan Liberal yang Radikal.
Bertalian dengan perdebaan-perbedaan isi diantara Injil Matius,
Markus dan Lukas, maka tidak sedikit teolog mempertanyakan perbedaan
itu. Diantara sekian banyaknya teolog yang mempertanyakan perbedaan
antar Injil-Injil, terdapat teolog historis kritis dengan pandangan liberalnya
yang secara radikal menyerang kewibawaan Injil dan keabsahan historitas
Yesus.
Pandangan liberal mengenai hubungan antara perkataan
dan perbuatan Yesus secara historis dan penulisan Injil, ialah bahwa
tidak ada kesinambungan antara peristiwa Yesus (perkataan dan
perbuatan-Nya) dengan waktu penulisan. Kesimpalan ini berangkat dari
Page 13 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
hasil-hasil penyelidikan dengan teori dokumentaris (Formgeschichte). 60
Teori dokumentaris ini, akan membawa orang kristen untuk percaya
pada tahap lisan dari tradisi, dari pada Firman Yesus sendiri.
Teori dokumentaris lain, yaitu Kritik Redaksi (Redaction Criticism). 61
Teori ini berakibat besar dalam kekristenan. Stephen S. Smalley
mengemukakan tiga implikasi dari Kritik Redaksi yaitu : Perdebatan
Yesus sejarah, otoritas Injil-Injil, maksud para penulis Inji1.62 Jadi Kritik
Redaksi ini membuktikan bahwa tidak ada kesinambungan antara
peristiwa Yesus (perkataan dan perbuatanNya) dengan waktu penulisan.
Jadi akibatnya, yaitu Kitab-kitab Injil tidak berwibawa lagi, dan yang
paling menyedihkan ialah Tuhan Yesus bukan lagi Tuhan yang hadir
dan berkarya di bumi, bukan Tuhan Yesus yang historis tapi manusia
biasa. Leon Moris menyebut usaha dari metode kritik redaksi ini adalah
Dan
Tenney
spekulasi.63
mengomentari bahwa penulis Injil iebih baik disebut pengumpul
atau penerjemah, dari pada penulis. Barth dan Bultmann menolak
pencarian Yesus yang historis oleh kelompok liberal. Dan sebagai
gantinya, Barth mengemukakan teologia dogmatis yang berusaha
melepaskan diri dari penyelidikan kritis terhadap sejarah; Bultmann
menggantikan pencarian tersebut dengan sikap skeptis terhadap historitas
Yesus dan menekankan kerygma,64 yang pada dasarnya menolak
kesinambungan Peristiwa Yesus dan Pemberitaan Injil.
Penyelidikan mengenai ketidaksinambungan antara peristiwa
Yesus dan penulisan Injil-Injil, sangat merasuk para teolog historis kritis
dan teolog pluralisme hingga saat ini. Beberapa diantaranya, yaitu Marcus
J. Borg, profesor Ilmu agama dan Kebudayaan di Oregon State
University, terkenal dengan tulisanya " Meeting Jesus again for the First
Time"; 65 Roy A. Eckardt, profesor pada studi Ibrani Oxford Inggris; 66
John Drane, profesor di Universitas Stirling Skotlandia; 67 R.T. France
Profesor PB dan ketua Wycliffe Hall. 68.
2. Persoalan Relasi Yesus Kepercayaan dan Yesus Sejarah.
Page 14 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Persoalan mengenai relasi peristiwa Yesus dan waktu penulisan InjilInjil mendatangkan pertanyaan baru lagi, yaitu Dapatkah suatu pengertian
yang pantas mengenai Kristus didasarka atas data sejarah atau haruskah itu
disikapi dengan iman? Kelompo liberal mencoba menjawab pertanyaan ini
melalui penelitian Yesus sejarah (The Quest of The Historical Jesus).69
Penelitian Yesus Sejarah ini diupayakan melalui metode penelitian Kritik
bentuk dari kritik redaksi, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
Dan ternyata penelitian Yesus sejarah ini ditentang oleh teolog-teolog Neo
Orthodoks.70 Namun penelitian mengenai Yesus sejarah belumlah
berhenti, buktinya lahirlah penyelidikan yang baru atau The New Quest
dan The Jesus Seminar serta bersamaan dengan itu bangkit juga
penyelidikan ketiga mengenai Yesus sejarah (The Third Quest of
The Historical Jesus).
a. Penyelidikan Yesus Sejarah (The Quest of The Historical Jesus)
Kaum liberal telah memprakarsai penyelidikan mengenai
Yesus sejarah dengan mengunggulkan metode kritik Alkitab. Menurut
Erickson bahwa orientasi penelitian ini ialah :
Untuk menemukan seperti apakah Yesus yang sesungguhnya dan apakah
Ia memang datang, dikenal sebagai ' penyelidikan Yesus sejarah.' Yang
mendasari penyelidikan ini adalah pengharapan bahwa Yesus yang
sesungguhnya akan terbukti berbeda dengan Kristus yang narnpak dalam
Kitab Suci, dan yang dalam beberapa pengertian sebagai hasil dari proses
teologi Paulus dan penulis yang lain. "71
Berkenaan dengan itu, ada empat tokoh yang memulai
penelitian mengenai Yesus sejarah ini , yaitu David Strauss (1807-1874)
dengan bukunya "A New Life of Jesus", dan Ernest Renan. Keduanya
memandang Yesus sebagai manusia biasa yang baik, sebagai seorang guru
yang memiliki kebenaran-kebenaran rohani, karenanya mereka menolak
Ke-Allahan Yesus;72 Adolf Von Harnack (1851-1930) dengan bukunya
yang terkenal "What is Christianity ?' berpendapat bahwa: "Injil-Injil
tidak memberikan kepada kita arti mengenai susunan biografi Yesus,
karena mereka menceritakan kepada kita sangat sedikit mengenai
Page 15 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
awal kehidupan Yesus."73 Dan Albert Schweitzer (1875-1965), dengan
bukunya yang berjudul "Quest of The Historical Jesus, membangun
asurnsinya dengan menyatakan bahwa: "Injil-Injil adalah tidak dapat
dipercaya dan bahwa Yesus sejarah adalah seorang yang biasa, sebagai
dongeng yang telah mengalami perkembangan." 74 Jadi para penyelidik
Yesus sejarah melihat Yesus hanya sebagai manusia biasa saja yang rohani
dan bermoral serta memiliki kebenaran-kebenaran rohani. Penekanan
mereka, yaitu humanitas, pengalaman agamawi dan metode penelitian
ilmiah. Karena itu mereka dilawan oleh Barth, Bultmann, dan Brunner
(NeoOrthodoks) yang anti teologi liberal, sekalipun pada hakekatnya,
konsep mereka pun adalah liberal.
b. Penyelidikan Baru Yesus sejarah (The New Quest of The Historical
Jesus)
Argumentasi Barth, Bultmann yang menekankan transendensi dan
kekuasaan Allah serta kebutuhan manusia akan penebusan,
telah menggagalkan kelompok liberal yang membuang unsurunsur supernatural dalam kekristenan. Keraguan Bultmann terhadap
Jesus sejarah menimbulkan reaksi dari pengikut-pengikutnya yang
terdekat. Sehingga pada tahun 1952, penyelidikan mengenai Yesus sejarah
kembali menjadi pokok pembicaraan yang hangat, setelah seorang
murid Bultmann yaitu Ernst Kasemann membuat suatu ceramah
tentang penelitian PB yang mengetengahkan kembali Yesus yang Historis,
yaitu apa yang terjadi pada Yesus yang dibuat oleh kepercayaan orangorang Kristen mula-mula. Jadi Yesus yang historis itu adalah Yesus
yang diberitakan (kerygma).75 Begitu juga dengan seorang ahli
berkebangsaan Amerika yakni James M.Robinson menciptakan slogan "
Suatu penyelidikan yang baru bagi Yesus sejarah" (A New Quest for
the Historical Jesus-1959).76 Tokoh lain dari penyelidikan baru Yesus
Sejarah ialah G. Bornkamm dengan bukunya " Jesus von Nazareth (1956).
Guthrie menulis mengenai sikap dan pandangan Bornkamm, bahwa :
Ia mempelihatkan kecondongan terhadap kepedulian Yesus pada orang
dan bahkan dengan sikapNya terhadap mereka. Kemudian
Page 16 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
is memperlihatkan suatu tujuan yang berarti dari posisi Bultmann, dimana
secara tentatif is meletakan pandanganpandangannya. Paling tidak
Bornkamm sedang merasakan adanya beberapa kontinuitas antara Kristus
kepercayaan dan Kristus sejarah. 77
Karena itu, yang paling penting bagi Bornkamm ialah
kerygma (berita) bukan pada peristiwa-peristiwa dimana Yesus
berpartisipasi dalam sejarah yang merupakan fokus kekristenan. Selama
beberapa waktu, penyelidikan yang baru ini tidak membawa hasil. Karena
itu muncullah penyelidikan mengenai Yesus sejarah yang berbeda
metode, dimana penyelidikan Yesus sejarah adalah berdasarkan ucapanucapan Yesus.
c. Penyelidikan Ucapan-Ucapan Yesus: Jesus Seminar
Penyelidikan
Yesus
Sejarah
berkembang
dengan
penyelidikan mengenai ucapan-ucapan Yesus yang asli. Penyelidikan ini
dipelopori oleh sejumlah teolog liberal yang mengadakan pertemuan setiap
tahun untuk
mengkaji
keotentikan
kitab-kitab
Injil
melalui
penyelidikan mengenai perbuatan dan perkataan Yesus. Dalam pertemuanpertemuan tersebut, masing-masing teolog liberal yang termasuk
anggotanya menyajikan tulisan-tulisan singkat (paper) mengenai
penyelidikan keabsahan Injil melalui historisitas perkataan Yesus secara
langsung. Presentasi paper-paper tersebut kemudian dilanjutkan dengan
diskusi. Itu berarti, semua peserta seminar tersebut berasumsi bahwa InjilInjil adalah tidak otentik, kecuali setelah dibuktikan. Hasil penyelidikan
ini dibukukan dalam sebuah buku yang berjudul The Search for
the Authentic Words of Jesus, The Five Gosples, What Did Liesus Really
Say ? (1993).78 Kesimpulan dari Jesus Seminar ialah bahwa Yesus tidak
pernah menuntut dirinya sebagai Mesias dan tidak bernubuat tentang akhir
zaman, Ucapan Yesus pada malam perjamuan malam adalah rekaan para
murid, Doa Bapa kami disusun oleh pengikut-Nya.79 Jesus seminar
menjadi populer di Amerika Serikat dengan mengadakan pertemuanpertemuan sejak tahun 1985 yang dipimpin oleh tiga orang perintis,
Page 17 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Penekanannya yaitu reformasi iman kristen berlandaskan sejarah. Pada
dasarnya ia membedakan Yesus kepercayaan, yaitu Yesus Sebelum Paskah
(Pra-Paskah) dan Yesus sejarah, yaitu Yesus post Paskah. Dan Borg
lebih memilih Yesus post Paskah sebagai tradisi kristen dan pengalaman,
dari pada Yesus Pra-Paskah. Tokoh lain dari Penyelidikan yang ketiga,
ialah A. Roy Eckardt, yang terkenal dengan bukunya "Reclaiming the
Jesus of History: Christology Today," menekankan mengenai Yudaisme
Yesus, dimana, ia memberikan lima gambaran mengenai Yudaisme Yesus
sebagai data penjelasan historis mengenai Yesus sejarah. 85
Pada intinya, semua penyelidikan yang ketiga mengenai Yesus
sejarah adalah didasarkan pada lima isu yang diuraikan oleh Wright, yaitu
:
Pertama, Apa hubungan Yesus dengan dunia di zaman-Nya?
Secara khusus, apa yang Ia katakan dan lakukan dalam
hubunganya dengan pengharapan orang Yahudi mengenai apa yang segera
akan terwujud? Kedua, apakah sasaran Yesus yang sebenarnya? Apa
yang Ia inginkan orang lakukan jika mereka tidak berespon kepada-Nya
dengan tepat? Ketiga, mengapa Yesus harus mati? Secara khusus, apakah
Ia sendiri dipanggil untuk berhadapan dengan suatu kematian yang kejam
sebagai satu bagian dari pengabdian-Nya? Keempat, kapan gereja mulamula didirikan? Apa yang sesungguhnya terjadi pada peristiwa
paskah? Kelima, mengapa Injil ada sebagaimana ia ada? Apa genre dari
Injil-Injil itu? Apa yang Injil-Injil itu katakan kepada kita, bukan
hanya mengenai penulisnya, tetapi juga mengenai Yesus? 86
Pada dasarnya isu penyelidikan mengenai Yesus sejarah ialah tidak
mempercayai Kitab Injil-Injil Kanonik sebagai sumber pemahaman
tentang Yesus, sebaliknya buku-buku Yesus sejarah memberikan
gambaran Yesus dan catatan mengenai asal mula kekristenan tanpa
mengacu pada sumber kitab-kitab; misi Yesus hanya digambarkan sebagai
pejuang sosial, dan mengabaikan aspek utama yaitu rohani; membuang
semua unsur-unsur supernatural, menghilangkan mitos dari kekristenan,
dan membuang pandangan kristen tradisional; memandang Yesus sebagai
manusia biasa yang baik dan bermoral tinggi dan yang patut diteladani
Page 19 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
oleh orang kristen.87 Inilah fakta yang sudah dan sedang merusak
kekristenan dewasa ini.
3. Persoalan Relasi Studi Pribadi Kristus dan Karya Kristus (Ontologis Vs
Fungsional)
Pada bagian ini, intinya membahas pertanyaan kedua dari Erickson,
yaitu: "Haruskah kita menentukan terlebih dahulu pengertian kita
mengenai hakekat Yesus dan kemudian menerapkannya di dalam
penyelidikan kita mengenai pekerjaan-Nya? atau haruskah kita mendekati
subyek mengenai hakekatnya melalui suatu studi tentang karya-Nya ?88
Pertanyaan ini pada dasarnya mempertanyakan kecenderungan untuk
memisahkan antara kristologi yang ontologis-dan fungsional. Kristologi
yang ontologis ialah kristologi yang menekankan pada pemahamant
tentang siapakah Yesus, sedangkan kristologi fungsional adalah kristologi
yang menekankan pada apa yang dikerjakan Kristus bagi manusia.89
Akar perdebatan kristologi pada gereja purba.ialah persoalan dua
natur Yesus, yaitu natur insani dan ilahi. Persoalan ini belum juga
berhenti sekalipun telah ada rumusan Chalcedon.90 Begitu juga dengan
persoalan antara pribadi dan karya Kristus yang sejak zaman gereja purba
pun sampai saat ini belumlah berakhir. Teologi Scholastik memisahkan
dengan tegas doktrin pribadi. Kristus dari doktrin jabatan dan karya
Kristus.91 Akibatnya, Kristologi tidak lagi relevan untuk orang Kristen.
Reaksi terhadap Scholastik, menyebabkan Philipp Melanchthon dan
Luther membangun Kristologi fungsional yang menekankan pada karya
Kristus yang menyelamatkan. 92 Pemikiran Luther juga nampak secara
eksplisit dalam Kristologi F. Schleiermacher dan teologia Bultmann
yang menekankan pengalaman keagamaan sebagai inti agama.93 Dan yang
paling eksplisit, kristologi fungsional nampak dalam teologia Paul Tillich
yang menegaskan bahwa " Kristologi adalah suatu fungsi soteriologi.
Persoalan soteriologi menciptakan pertanyaan kristologi dan memberikan
arah bagi jawaban kristologis."94. Begitu juga dengan John A.T. Robinson,
seorang teolog Inggris pengagum Bonhoeffer, Bultmann dan Tillich.
Dengan dipengaruhi oleh Tillich, Robinson membangun Kristologi
Page 20 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
fungsionalnya yang menekankan kasih Kristus bagi manusia.95 Jadi pada
umumnya penganut teologi sekularisasi, menekankan sisi fungsional
Yesus sama dengan kaum pluralis dan para pelopor dan penganut teologi
pembahasan.
Dan ternyata persoalan relasi ontologis dan fungsional terus berlanjut
hingga kini. Dan yang paling berantusias dengan kristologi fungsional
ialah kaum pluralisme, yang menekankan karya Yesus bagi manusia,
bukan dalam arti penebusan tapi dalam arti pembaharuan sosial. Salah satu
tokoh pluralis yang menganut pandangan Kristologi fungsional, ialah
Choan-Seng Song.96
Pada hakekatnya, seorang teolog bahkan orang kristen
pada umumnya, tidak patut memisahkan Pribadi dan Karya
Kristus (ontologis dan fungsional) dalam berkristologi. Karena Kristologi
dan soteriologi adalah koheren. Tidaklah mungkin membicarakan apa
yang Kristus kerjakan dalam kehidupan - manusia, tanpa
menghubungan karya Kristus dengan pribadi Kristus sebagai
presuposisinya, dan sebaliknya. Disisi lain, berkenaan dengan pribadi
Kristus, masih banyak orang tidak begitu tertarik untuk membahasnya
karena bagi mereka, pembahasan mengenai isu yang berkenaan dengan
pribadi Kristus adalah tidak relevan, karena menurut mereka bahwa hal
itu adalah tidak ada manfaatnya bagi manusia. Hal ini tentu adalah
suatu kekeliruan yang fatal. Pokoknya memandang hanya satu sisi
dari pribadi dan karya Kristus adalah bertentangan dengan
hakekat atonemen Kristus.
4. Persoalan Titik Berangkat Kristologi: Kristologi dari Atas & Kristologi
dari Bawah.
Konsekwensi dari penyelidikan Yesus sejarah (the Quest of
the historical Jesus), maka muncullah dua Titik Berangkat
dalam berkristologi atau dua metode pendekatan. Kedua metode itu ialah
Page 21 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Kristologi dari Atas (The Christology from above) dan Kristologi
dari bawah (The Christology from above).
a. Metode Kristologi dari Atas (The Christology From Above)
Kristologi Dari Atas, adalah dikenal sebagai strategi dasar dan
orientasi dari Kristologi gereja abad permulaan." 97 Kristologia gereja
mula-mula ialah Kristologi orthodoks, Kristologi Chalcedon, dimana tidak
ada pemisahan antara iman dan sejarah, antara Alkitab dan sejarah, adalah
Kristologi sebelum era penyelidikan Yesus sejarah. Metode ini, mulai
dengan Anak Allah yang ilahi, kemudian bertanya bagaimana dan dengan
cara bagaimana Ia menjadi manusia. Sejak abad XX, metode ini telah
dipakai oleh Karl Barth, Rudolf Bultmann dan Emil Brunner, sebagai
reaksi terhadap Metode Kristologi from below dari teolog liberal dengan
"the quest of the historical Jesus". Sekalipun mereka berusaha untuk
membela teologi orthodoks dari pandangan liberal, namun akhirnya
mereka juga berbeda dengan teologia orthodoks, menjadi orthodoks baru.
98
Ada tiga kunci untuk mengerti Kristologi dari atas, menurut Erickson,
yang diperolehnya dari tulisan Emil Brunner, yaitu :
1. Dasar pengertian tentang Kristus bukanlah Yesus sejarah, melainkan
kerygma, proklamasi gereja berkenaan dengan Kristus.
2. Dalam penyusunan suatu Kristologi, ada suatu referensi bagi tulisantulisan Paulus dan Injil keempat. Yang terlebih dahulu
berisi penafsiran teologis yang lebih eskplisit„ sedangkan Injil-Injil
secara mendasar adalah laporan yang memuat fakta tentang
perbuatan dan pengajaran Yesus.
3. Iman kepada Kristus bukanlah didasarkan pada bukti rasional
atau legitimasi.
Iman
tersebut
tidak
dibuktikan
secara
ilmu pengetahuan. Isi iman diletakkan di luar wilayah akal budi
manusia dan penelitian historis dan tidak dapat dibuktikan secara
konklusif. Sedangkan penelitian historis berusaha menyingkirkan
hambatan-hambatan kepercayaan yang berbeda, itu tidak dapat
membangun kepercayaan mereka. 99
Page 22 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
c. Kristologi dari Bawah (The Christology From Below).
"Kristologi dari atas" mendapat tanggapan dan diejek sebagai metode
fideistik (berdasarkan iman) dan spekulatif (tidak sesuai dengan pikiran
modern). Salah satu tokoh yang terkenal menolak "Kristologi dari atas"
ialah Wolfhart Pannenberg dengan bukunya " Jesus God and Man ". Ada
tiga alasan, ia tidak memakai Kristologi dari atas, yaitu:
1.Tugas Kristologi adalah untuk menyajikan laporan rasional mengenai
kepercayaan kepada ke-Allahan Yesus, hal itu itu diperdebatkan pada
masa kini. Kristologi dari atas adalah tidak dapat diterima karena ia
mengusulkan mengenai ke-Allahan Yesus. 2. Kristologi dari atas
cenderung mengabaikan arti sejarah Yesus dari Nazaret yang berbeda. 3.
Dengan tegas mengatakan, Kristologi dari atas mungkin hanya dari
posisi Allah sendiri, dan bukan untuk kita.100
Dengan dasar ini, ia mencetuskan metode Kristologi dari
bawah (Christology from below) yang memulai dengan manusia Yesus
dari Nazaret kemudian bertanya bagaimana caranya Ia menjadi
Allah. Pannenberg memulai dari Yesus yang historis untuk kemudian
tiba pada keAllahan-Nya. Kebangkitan-Nya menunjukkan kesatuan
Yesus dengan Bapa.101 Karena itu, Pannenberg berkata: "segala
sesuatu bergantung pada hubungan antara klaim Yesus dengan
konfirmasi oleh Allah itu sendiri."102 Konfirmasi ini ditemukan dalam
kebangkitan Yesus. Dengan kata lain, ke-Allahan Yesus tidak berasal dari
diriNya sendiri, atau tidak menghakekat dalam diri-Nya sendiri,
melainkan diteguhkan oleh Allah Bapa melalui peristiwa ajaib,
diantaranya ialah kebangkitan. Itupun berarti, kebangkitan Yesus bukanlah
disebabkan dari diri-Nya sendiri, tapi dari Allah Bapa saja. Hal ini
tentu bertentangan dengan natur keilahian Yesus yang ada sejak
kekekalan (Yoh. 1:1-3). Selain Bapa (Kis. 2:24, 32, I Kor.6:14, Efs.1:20,
Ro. 6:4), Yesus sendiri turut berperan dalam karya kebangkitanNya (I Kor.
15:20-28, 45-49). Secara eksplisit, Yoh. 10:18, 11:25 menyatakan bahwa
kebangkitan Yesus adalah karena kekuatan-Nya sendiri.
Page 23 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Walaupun antara metode Kristologi dari Atas dan Metode Kristologi
ini terus bertentangan, namun ada beberapa ahli yang berusaha
menggabungkan atau mensintesiskan kedua metode ini, seperti C.H.
Marshal, C.F.D. Moule dan M.F. Erickson.103 Dan ternyata, yang benar
ialah perpaduan dua pendekatan tersebut.
5. Persoalan Finalitas Yesus di antara Agama-Agama Dunia.
Tiap-tiap agama memiliki klaim keabsolutan dan kefinalitasan
agamanya masing-masing, demikian juga dengan agama Kristen.
Kefinalitasan Agama Kristen adalah didasarkan pada finalitas agama
Kristen. Karena itu, orang Kristen mengklaim bahwa Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan penyelamat satu-satunya, bersifat mutlak, unik,
normatif ekslusif.
Namun ternyata dikalangan Kristen sendiri muncul persoalan
mengenai Finalitas Yesus, khususnya persoalan ini lahir dari para pemikir
Kristen yang dipengaruhi oleh fakta adanya pluralisme agama dan tuntutan
kerukunan hidup beragama. Hal ini akan dibahas secara khusus pada
pembahasan mengenai soteriologi Abu-Abu, yaitu setelah pembahasan ini.
Fakta yang tidak dapat dihindari oleh agama Kristen ialah mengenai
keberadaan dan perjuangan agama lain. Pluralitas keagamaan merupakan
tantangan yang semakin mendesak kelompok Kristen ekslusif khususnya.
Sehingga kelompok Kristen terpilah menjadi dua kelompok, yaitu
Kelompok yang semakin tertutup, dan kelompok ekslusif yang mengarah
ke inklusif. Namun di sisi yang lain, Pluralisme keagamaan semakin
menegaskan keterbukaan kelompok kristen Pluralisme Inklusif. Semua
kelompok ini memiliki pendekatannya masing-masing terhadap Pluralisme
keagamaan, paling tidak, ada tiga pendekatan, yaitu Teosentris,
Kristosentris, dan dialogis.
Pendekatan Theosentris
Page 24 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Pendekatan
Theosentris
terhadap
agama-agama
lain,
terutama mem.fokuskan perhatian kepada Allah dari pada Kristus, dan
pernyataan-pernyataan
Yesus
yang
bersifat
theosentris.
Coward menunjukkan dasar hermeneutika.para teolog panganut
pendekatan theosentris ini, yaitu : " menunjuk pada nas-nas dalam Alkitab
Ibrani dimana perjanjian Allah dengan Abraham dan Nuh dipahami
sebagai berlaku untuk seluruh urriat matiusia dan dimana Allah
memilih beberapa.bangsa, bukan hanya Israel ". 104 Pendekatan semacam
ini, memang akan membuka jalan untuk terjadinya dialog.dengan agamaagama lain. Namun hal ini menurut Coward merupakan hambatan
bagi agama Budha yang tidak mengenal istilah Allah.105
Adapun teolog-teolog dan aliran teologia yang memiliki pendekatan
teosentris ini, diantaranya, yaitu Teologia Orthodoks Timur, Paul Tillick,
John Hick dan Wilfres Cantwell Smith.106 Teologi Orthodoks Timur ini
menekankan Roh Kudus yang hadir dimana-mana sebagai kesinambungan
kebenaran Allah yang diwahyukan kepada semua bangsa, baik sebelum
maupun sesudah penjelmaan Logos dalam Yesus Kristus.107 Hick
mempertanyakan kemungkinan untuk menemukan kesamaan antara gereja,
Sinagoge, Mesjid dan kuil. Ia mengemukakan tiga kemungkinan, namun
hanya menerima kemungkinan yang ketiga, yaitu hanya satu Allah yang
disembah oleh semua agama. Hal ini didasarkan pada persamaan
fenomena semua agama.108 Revolusi Kopernikus merupakan istilah yang
dipakai oleh Hick untuk menjelaskan transformasi radikal dari posisi
Kristosentris kepada Teosentris. 109 Pandangan Hick ini dilawan oleh N.T.
Wright, I.H. Marshall, R.N. Longenecker, J.D.G. Dunn dan Richard B.
Hayes.110 Dan menurut Ndoen bahwa : " Apa yang dianggap theosentris
ternyata lebih tepat disebut sebagai anthoposentris, realitasentris, dan
sinkritis". 111
Pendekatan Kristosentris
Pendekatan Kristosentris ini terdiri dari dua model pendekatan, yang
pertama yaitu model pendekatan Kristologi eksklusif dan yang kedua ialah
model pendekatan Kristologi Pluralisme. Pendekatan Kristologi eksklusif
Page 25 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
ini dianut oleh para teolog Injili dan didasarkan pada otoritas Alkitab dan
formula Kalsedon serta pernyataan Petrus bahwa semua orang akan
bertekuk lutut dan mengakui bahwa dialah Tuhan (Kisah. 10:36). Selain
ini pendekatan kristosentris eksklusif ini didasarkan pada rumusan
Lausanne tahun 1774,112 dan Lima Belas Pengukuhan yang dirangkum dari
konperensi International bagi penginjil di Amsterdam- Belanda, Juli
1983.113 Sekalipun para teolog evangelis sangat menekankan finalitas
Yesus, namun bukan berarti mereka memandang rendah dan tidak mau
berdialog dengan agama lain. Memang teolog Injili tidak berminat untuk
mempelajari agama lain, kecuali untuk kepentingan studi perbandingan.
Hal ini didasarkan pada kewaspadaan mereka terhadap bahaya sinkritisme
dan inklusivisme. Kecuali teolog Injili yaitu Francis Schaeffer yang
lebih terbuka dan menuntut agama kristen untuk membiasakan
dengan dunia agama lain.114 Pendekatan Kristosentrisnya Schae
dapat ditemukan melalui pendapatnya yang melihat Kristus baik
sebagai Tuhan atas seluruh dunia, maupun Tuhan atas orang beriman.
Melalui Alkitab, Kristus memberi kita kebenaran yang seksama dan
otoritatif mengenai Allah. 115 Jadi kaum injili adalah menekankan
keunikan wahyu khusus, yaitu Yesus Kristus. Pendekatan ini adalah
pendekatan yang sangat ketat tertutup dalam sikapnya terhadap agama
lain. Karena itu, Coward mengusulkan untuk mengurangi ketertutupan dan
lebih bersedia mempelaj bentuk-berituk gagasan dari agama-agama lain.
116
Model pendekatan Kristologi Pluralisme didefinisikan oleh
Coward sebagai "pendekatan terhadap agama-agama, lain berdasarkan
Kristologi yang menganggap bahwa Yesus Kristus adalah penjelmaan
Allah yang unik. Yesus Kristus adalah wahyu yang universal untuk
seluruh umat manusia".117 Ada pun tokoh yang menganut pendekatan ini,
ialah Karl Rahner, seorang teolog Katolik. Teori Kristosentrisnya Rahner
nampak dalam penjelasannya sebagai berikut : " Allah menghendaki
semua orang diselamatkan (1 Tim.2:4), dan iman dalam Yesus Kristus
perlu untuk
keselamatan.
Ini
berarti
bahwa
semua
orang
mendapat kesempatan untuk percaya". Lebih jauh Coward mengutip
tulisan Rahner dalam "Christianity and Other Religions," menyatakan
bahwa:
Page 26 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Jikalau, di satu pihak, kita memahami keselamatan sebagai suatu yang
khas Kristen... dan jikalau, dilain pihak, Allah benar-benar dan sungguhsungguh bermaksud untuk menyelamatkan semua orang, maka kedua
aspek ini tidak dapat didamaikan dengan cara lain kecuali dengan
menyatakan bahwa setiap manusia sesungguhnya memang terbuka
terhadap pengaruh rahmat ilahi yang adiduniawi. 118
Rahner mencoba untuk mendamaikan antara rahmat Allah
dan keeksklusifan Kristus yang bekerja di semua agama. Bahwa
keselamatan orang Kristen adalah melalui Kristus, namun ada juga
keselamatan melalui agama lain, yaitu pengalaman dari orang kristen yang
anonim (seorang penganut agama lain).119 Menurut Rahner bahwa:
Kemungkinan keselamatan universal secara ontologis berdasarkan
tindakan kreatif Allah dan secara historis dihadirkan dalam peristiwa
Yesus". 120
Jadi, pada dasarnya pendekatan Teosentris dan Kristosentris
yang pluralis adalah pendekatan yang mengabaikan kebenaran Firman
Tuhan dalam Yohanes 3:16, 36 dan berusaha untuk diterima
dalam sosialisasinya dengan agama-agama lain, namun rela membuang
keunikan dan kefinalitas Yesus, kebenaran-kebenaran iman Kristen yang
hakiki.
Pendekatan Dialogis
Dalam upaya menjawab tuntutan hidup bersama dengan agamaagama lain, selain pendekatan Kristosentris dan Theosentris, ada
teolog lain yang menekankan pendekatan yang dialogis. Pendekatan
dialogis ini dipelopori oleh tiga teolog Asia, yaitu Stanley Samartha,
Raimundo Panikkar dan Choan-Song Song. Mereka menempuh
pendekatan ini karena diwarnai oleh latar-belakang pribadi yang hidup
sebagai kelompok minoritas. Mereka mendefinisikan pendekatan mereka
yang dialogis ialah " membiarkan pembahasan teologia kita dipengaruhi
Page 27 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
teologi agama lain, sehingga kita terpaksa menjadi makin jujur dan lebih
memperdalam kehidupan rohani kita.121 Song dan Panikkar setuju bahwa
dialog adalah " Perjumpaan yang sejati dengan orang lain kepercayaan dan
ideologi lain dan menemukan bahwa ada jalan lain untuk mengenal
kebenaran dari pada yang kita telah pelajari."122 Olaf Schunnann
mengatakan bahwa kalau berbicara, mengobrol, memberi dan meminta
keterangan, diskusi, semuanya ini belum dialog.123 Dialog ialah usaha
positif untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai
kebenaran melalui saling pengertian akan keyakinan antar agama. Bagi
mereka dialog bukanlah alat untuk pemberitaan Injil. Karena itu
Song mengusulkan adanya pertobatan dialogis, yaitu: "berbalik dari
memakai dialog sebagai alat untuk mengubah iman kepercayaan lain dan
melangkah masuk ke dalam kehidupan mitra-mitra dialog".124 Samartha
berpendapat bahwa: " Seorang Kristen harus mendekati dialog atas dasar
Teosentris dan bukan dasar Kristosentris. Hal ini membebaskan orang
Kristen dari anggapan diri sebagai pemilik wahyu dan kebenaran satusatunya".125 Ia mempermasalahkan sikap terbukanya orang kristen yarig
bersifat netral. Dengan dasar konsep inkarnasi, ia mendorong supaya orang
Kristen untuk berani berdialog.126 Karena itu, ia mengartikan, bahwa
dialog ialah. " Upaya untuk memahami dan menyatakan partikularitas kita
bukan hanya dalam kaitan dengan warisan kita sendiri tetapi juga dalam
hubungan dengan warisan rohani tetangga-tetangga"127 Tidak jauh berbeda
dengan yang lain, Panikkar membuat tesis mengenai dialog, bahwa :
melalui dialog pengalaman-pengalaman partikular mengenai kebenaranKristus bagi orang Kristen, Veda bagi orang Hindu dapat diperluas dan
diperdalam sehingga menyingkap pengalaman-pengalaman partikular
mengenai kebenaran. Melalui dialog akan terjadi perluasan dan
pendalaman setiap pendalaman partikular mengenai kebenaran ilahi.128
Pada dasarnya Panikkar menolak beberapa pandangan
yang mengemukakan penggunaan istilah Allah sebagai istilah yang netral
dari agama-agama, karena menurut dia, realitas ilahi mempunyai
banyak nama dan masing-masing nama merupakan aspek baru.129
Page 28 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Konsep dari pendekatan dialogis ini adalah pendekatan yang sangat
kompromistis yang merusak sendi-sendi Kekristenan yang utama. Karena
pendekatan ini akan memaksa orang Kristen untuk menyembunyikan
finalitas Yesus dan kemutlakan kebenaran Alkitab, serta memaksa orang
Kristen untuk mengakui adanya kebenaran di luar Yesus, yaitu kebenaran
yang diperoleh melalui mempelajari kebenaran agama lain.
1
Bandingkan, Stanley, Gundry, Tensions in Contemporery Theology,
(Michigan: Baker Book House, 1983), p. 15-18
2
Sampai pada abad 14, dunia ilmu pengetahuan berada di bawah
kekuasaan gereja Katolik. Dan salah satu konsep gereja pada waktu itu,
ialah bumi sebagai pusat planit-planit termasuk matahari. Namun
Nicolause Copernicus (1473-1543), Astronom Polandia mencetuskan ide
baru dalam bukunya " De Revolutionibus Orbium Coelestium ", bahwa
tatasurya matahari berada di pusat dan dikelilingi planit-planit termasuk
bumi. Hal ini bertentangan dengan pikiran gereja Katolik. Jadi karya atau
penemuan ini adalah beresiko bagi pencetusnya. Dan Galileo sebagai ahli
ilmu bintang, dan alam, menemukan dan membuktikan teori Kopernikus
bahwa bumi mengelilingi matahari. Namun oleh inkwisisi gereja Roma
Katolik pada waktu itu, ia dipaksa untuk mengakui sebaliknya, yaitu
matahari mengelilingi bumi. A.G. Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum,
(Yokyakarta : Penerbit Kanisius, 1990), h. 348.
3
H. Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1993),
h.
99,
256
.
4
Semboyan ini lahir karena usaha orang untuk mempelajari kebudayaan
kuno seperti peradaban Romawi yang mendahului peradaban kristen; Para
sastrawan seperti Petrarch Giovanni Boccacio(1304-1374) dalam syairnya
mengatakan
bahwa
:
"
sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa apapun di atasnya, kaidah
dan pusat hidupnya adalah dirinya sendiri". Demikian dengan sastrawan
Page 29 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
yang lain seperti: Lorenzo Valla dan Giovani Pico della Mirandola, Ibid. h.
100.
5
Ibid.
6
J.D. Douglas, The Concise Dictionary of the Christian Tradition, (Grand
Rapids: Zondervan Publishing House, 1989), p. 322
7
Reformasi dan renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan
setujuan. Tetapi pandangan itu salah. Karena renaissance berarti kelahiran
dari manusia moderen yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi
dan karunia rohaninya sendiri. Pada hal reformasi berarti bahwa kuasa
Firman Tuhan diakui dan dihormati pula. Kedua-duanya
telah membuang rantai yang dengannya gereja mengikat jiwa manusia dan
masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebab-sebabnya berbeda
jauh. Ibid. h. 101.
8
Robert D. Linder, " Renaissance ", The International Dictionary of The
Christian Church. Edited by J.D. Douglas (Grand Rapids : Zondervan
Publishing
House,
1979),
p.
836
9
Carl S. Meyer, " Martin Luther " Edited by J.D. Dauglas, The New
International Dictionary... p. 610; Morris L. Venden, 95 Theses on
Righteousness by Faith, (Oshawa, Canada: Pacific Press Publishing
Association, 1987), p.205.
10
J. D. Douglas, The Concise Dictionary... p. 317
11
Band. Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen, (Jakarta : Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1994), h. 64.
12
Dioheness Allen, Philosophy For Understanding Theology, (Atlanta:
John Knox Press, 1985), p.171. Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen,
... h. 68
13
Filsuf Empirisisme ialah Francis Bacon (1561-1624) yang menulis
bahwa : " Segala kebenaran hanya diperoleh secara induktif, yaitu melalui
pengalaman dan pikiran yang didasarkan atas pengalaman, melalui
kesimpulan dari hal-hal yang khusus kepada hal yang umum. Eta
Linnemann, Theologi Kontemporer, (Batu :I3, 1989), h. 19.
14
Diogeness Allen, Philosophy For Understanding Theology... p. 176 , " I
thinh, therefore I am ". G. R. Habermas, " Rationalisme " Evangelical
Dictionary of Theology, Edited by Walter A. Elwell, (Grand Rapids :
Baker Book House, 1987), p. 911.
16
Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen 1, ... h. 71, 74.
Page 30 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
17
Joseph Tong, Foundation of Philosophical Theology, (Pacet : ICTS,
1998), p.44.
18
Eta Linnemann, Teologi Kontempoerer,... h. 24.
19
Dalam "Honest to God", John Robinson menggemakan kembah pujian
Tillich yang penuh keprihatinan mengenai ide Spinoza yang berada bukan
di atas dan melampaui segala sesuatu melainkan di dalam segala sesuatu
sebagai " dasar kreatif dari segala obyek alam ". Colin Brown, Filsafat dan
Iman Kristen,... h. 74. Bandingkan, Tempat tinggal Allah secara literal
atau secara fisik " di atas sana " kita telah menerima, sebagai bagian dari
kelengkapan mental kita, suatu Allah yang secara rohani atau metafiska "
di luar salah". John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadephia : The
Westminster Press, 1963), p. 11.
20
Zaman pencerahan adalah zaman Rousseau dan Voltaire, juga zaman Sir
Isaac Newton dan Edward Gibbon, zaman David Hume, dan Thomas
Paine, zaman Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson, zaman Gotthold
Ephraim Lessing, dan Immanuel Kant., Colin Brown, History & Faith, A
Personal Exploration, (Leicester : Inter--Varsity Press, 1987), p. 13.
Rousseau, Voltaire, lessing dan Kant membuka pintu ke abad pencerahan.
Keernpatnya menolak kekristenan tradisional dan menekankan
kemarnpuan dan otoritas akal manusia.
21
Colin Brown, History and Faith... p.13 Band. Wayne Detzler
" Enlightenment ", Edited by J. D. Douglas, The New
International Dictionary... p. 343. Walter A. Elwell, Evangelical ... p. 355.
22
Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen,... h. 110. Deisme ialah percaya
kepada keberadaan dari suatu yang tertinggi yang dianggap sebagai
sumber tertinggi dari dunia, namun tidak berintervensi dalam proses alam
dan sejarah melalui cara pemeliharaan yang khusus, penyataan dan
tindakan penebusan. Alan Richardson (Ed.), The Westminster Dictionary
of Christian Theology, (Philadelphia : The Westminster Press, 1983),
p.148, Louis Berkhof, Teologia Sistematika 1, Doktrin Allah, (Jakarta :
Lembaga
Reformed
Injili
Indonesia,
1993),
h.
17.
23
Agnosticisme dalam kenyataannya, merupakan salah satu konsekwensi
dari argumen Kant mengenai pengatahuan manusia yang terbatas oleh
karegori waktu dan tempat. Allah adalah melampaui waktu dan tempat,
karena itu tidak bisa dikenal oleh manusia. Ini merupakan lebih dari suatu
agnostisisme tentang Allah dari pada pertanyaan mengenai apakah Allah
Page 31 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
ada atau tidak. P. Helm, "Agnosticism", New Dictionary of Theology,
Edited by Sinclair B. Ferguson, (Leicester : InterVarsity Press, 1988), p.
12. - Pandangan Agnotisisme ialah : (1). Kita harus menghentikan
penghakiman mengenai semua isu mengenai yang tertinggi, seperti Allah,
kehendak bebas dan kekekalan; (2). Mengambarkan suatu sikap sekuler
mengenai kehidupan, bahwa Allah adalah tidak relevan dengan manusia
moderen; (3). Karena secara emosional seorang ditandai anti-kristen dan
sikap anti jabatan rohani; (4). Sebagai suatu sinonim untuk atheisme.,
R.E.D. Clark, " Agnoticism ", The New International
Dictionary of the Christian Church, Edited by J.D. Douglas, (Grand Rapids
: Zondervan Publishing House, 1974), p. 19. - Agnostisisme dalam filsafat
Kant berarti " Keadaan yang sesungguhnya (das Ding an Sich) tidak dapat
diketahui, Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 31.- Kant lahir dan
meninggal di Konigsberg di Prusia Timur. Dia adalah anak seorang
pembuat pelana dari bangsa Skotlandia dan mendapatkan pendidikan
pietis. Dia mengajar di Universitas di kota kelahirannya. Dia menikmati
kebersamaan namun tidak pernah menikah. Pola kehidupannya teratur
secara ketat., Colin Brown, Filsafat dan lman Kristen, ... h. 124.
24
Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 31.
25
Joseph Tong, Foundation of Philosophical Theology,... p. 55
26
Band. Eta hinnemann, Teologi Kontemporer,... h. 32.
27
Metaphora inkarnasi Allah adalah siiatu buku yang berkuasa dan harus
dibaca dalam dua tingkat. Pada tingkat pertama, seseorang harus
mempertimbangkan pluralisme yang unitas dari Hick dan Agnotisme dari
Kant. Clark H. Pinnock, " Metaphor of God Incarnate ", Calvin
Theological Journal, Vol. 29 Number 2 November 1994, (Grand Rapids :
Calvin Theological Seminary, 1994), p. 578-580.
28
Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 35, Colin Brown, Filsafat
dan Iman Krist, ... h.124.
29
Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen, ... h. 140.
30
Herlianto, Yesus Sejarah, ... h. 21
31
J.D. Douglas, The Concise Dictionary of the Christian Tradition, ... p.
228 Bandingkan, Liberalisme adalah pangkal penyesuaian yang mendasar
dari teologi kristen dengan dunia modern. Kaum liberal bersedia
melepaskan banyak unsur-unsur tradisional ortodoksi kristen dalam usaha
mereka mencari makna bagi zaman kini, Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah
Page 32 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Pemikiran Kristiani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), h. 196.
Beberapa pokok pikiran yang menjiwai liberalisme:
• Suatu maksud dari pengangkatan substansi iman yang disusun untuk
pandangan naturalistik dan antroposentris, meninggalkan dogma
tradisional sekalipun.
• Suatu pandangan yang skeptis mengenai supernaturalisme kristen
yang historis sifatnya; suatu ketidak-relaan untuk memperlakukan
apapun seperti membenarkan sesuatu karena alasan Alkitab atau
gereja yang menegaskannya.
• Suatu pandangan mengenai Alkitab sebagai tulisan pikiran religius
manusia yang dapat salah dan pengalaman yang lebih dari penyataan
mengenai kebenaran dan dunia, keraguan mengenai fakta-fakta
historis dari apa yang penulis kitab laporkan.
• Suatu imanensi bahwa ide tentang Allah secara filosofis, sosiologis,
moral dan asketis; Suatu kristologi non--inkarnatif yang
menempatkan Yesus sebagai seorang model dan pelopor agama,
seorarig yang dipenuhi oleh Allah, lebih dari pada seorang
penyelamat ilahi dan dunia yang optimistis dan berkembang.
• Suatu pandangan yang optimistik mengenai kuasa kebudayaan
manusia yang merasakan Allah melalui refleksi mengenai
pengalaman tersebut dan kemudian menyusun suatu teologi natural
yang benar.
• Suatu penyangkalan bahwa kejatuhan dalarn dosa merupakan suatu
kegagalan yang mendatangkan rasa bersalah, polusi dan pentingnya
kehidupan rohani atas semua umat..., J.I.Packer, "Liberalism", New
Dictionary Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, (Leicester :
Inter-Varsity Press, 1988), p.384-385.
32
J.D. Douglas, The Concise... ; Tony Lane, Runtut Pijar, ... h. 196-202.
33
Isu Pertama ialah mengenai mujizat, mujizat menyajikan kepada kita
dengan suatu kasus yang khusus. Kepada orang modern mendalami
budaya manusia dan teknologi dunia Barat, maka cerita-cerita mengenai
mujizat adalah sangat berjasa untuk dipertimbangkan. Isu kedua adalah
pandangan paradoksnya Kierkegaard, yang harus bertanya: "bagaimana
kita memikirkan mengenai kehadiran Allah dalam ruang dan waktu ?
Bagaimana kita dapat mengenal kehadiran Allah ? Isu ketiga, kita akan
melihat pada topik mengenai "History : Sacred and Secular." Dunia
Page 33 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
sekuler modern menghendaki untuk memberikan segala sesuatu kepada
suatu penafsiran sekuler., Colin Brown, History And faith, A personal
Exploration , (Leicester Inter-Varsity Press, 1987), p.15.
34
Kitab Pentateuch tidak hanya bersumber dari wahyu Allah melalui
Musa, melainkan juga melalui sumber-sumber tradisi turun-temurun.
35
Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian lama,
(Malang: Gandum, 1984), h. 41.
36
Ibid, h. 42.
37
Pentateuch disusun dari empat sumber yang disebut sumber J
(Jahwist dikarang tahun 900 B.C.), sumber E (Elohist dikarang tahun 750
B.C.), Sumber D (Deuteronomist yang dikarang tahun 620 B.C.), Sumber
P (Priestist yang dikarang tahun 500 B. C. Jadi Pentateuch adalah
hasil pengumpulan bahan-bahan yang dilakukan oleh beberapa orang
redaktur. Hal ini bertentangan dengan pandangan tradisi orang-orang
Yahudi maupun tradisi Gereja yang setuju bahwa kitab Pentateuch ditulis
oleh Musa., Ibid. 41-43.
38
Ibid.
39
F.F. Bruce, " Biblical Criticism ", Edited by Sinclair B. Ferguson, New
Dictionary of Theology, (Leicester: Inter-varsity Press, 1994), p. 95.
40
Ibid.
41
Ibid. p. 93
42
Ibid. p.96
43
Alan Richardson, A Dictionary of Christian Theology, (Philadelphia :
The Westminster Press, 1969), p.81-82.
44
Cerita Injil merefleksikan mitos dari para salelh yakni pengikut Yesus
yang dinantikan dalam pengharapan Perjanjian Lama. Pendekatan mistis
ini telah dikemukakan oleh pendahulunya yakni Strauss, namun Strausslah
yang pertama kali menerapkannya secara konsisten untuk setiap bagian
teks Perjanjian Baru. H. Harris, "Strauss, David Friedrich", New
Dictionary of Theology, ... p.663.
45
Ia rnerekonstruksi teks Q (sumber non Markus bagi Matius dan Lukas)
dan berpendapat bahwa itu merupakan sebuah dokumen kuno yang paling
tinggi nilainya dan merefleksikan pada tempatnya ingatan seorang
pendengar(rasul) serta menyajikan suatu gambaran mengenai Yesus yang
dapat dipercaya. F. F. Bruce, " Harnack, Adolf ", New Dictionary of
Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, ...p.286-287.
Page 34 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
46
Bagi Ritschl, titik tolak bagi teologia bukanlah pernikiran mengenai
Allah sebagaimana adanya Dia di dalam diriNya, melainkan tindakanNya
demi kita, ketika Ia memberi kita pengampunan dosa melalui Yesus
Kristus.,Tony Lane, Runtut Pijar... 201. Ia menjelaskan implikasiimplikasi etis dan menerangkan relevansinya bagi kehidupan dan
kesaksian gereja. Ia menolak semua bentuk teologi natural dan metafisik,
berargumentasi bahwa teologi harus berkosentrasi pada realita moral dan
etis. ... Ia juga menolak pandangan tradisional mengenai dosa asal,
inkarnasi, penyataan, kebangkitan, gereja dan kerajaan Allah, dan
menciptakan sebuah kiasmus yang tidak dapat menjembatani antara Yesus
sejarah dan Yesus kepercayaan. R.V. Pierard, " Ritschl, Albrecht ",
Evangelical Dictionary of Theology, Edited by Walter A. Elwell, (Grand
Rapids : Baker Book House, 1987}, p.954.
47
R.V. Pierard, " Schweitzer, Albert ", Evangelical Dictionary of
Theology, Edited by Walter A. Elwell,.. .p. 986.
48
Sinclair B. ferguson, New Dictionary of Theology... p. 305-306.
49
Barth dan Bultmann dua-duanya menolak pencarian Yesus yang historis
oleh kelompok liberal. Sebagai pengganti pencarian tersebut Barth
mengemukakan teologi dogmatis. Ia berusaha melepaskan teologia
tersebut dari penyelidikan kritis terhadap sejarah. Bultmann menggantikan
pencarian tersebut dengan sikap skeptis ekstrem tentang historitas
tidaknya Yesus. Bahwa : " Menutup kemungkinan merekonstruksi
gambaran historis dari yesus. Hanya pengetahuan minimal atas Yesus yang
mungkin, dan itu jelas tidak cukup untuk menulis suatu riwayat Yesus.
Pengetahuan mengenai Yesus yang historis tidak perlu. Injil tidak
memerlukan dasar sejarah yang lebih kuat dari pada fakta bahwa Yesus
hidup dan mati. Perhatian terhadap Yesus yang historis sebenarnya tidak
sah. Menurut Bultmann bahwa Paulus tidak lagi tertarik kepada Yesus
yang historis. Pembenaran hanya oleh iman bukan sejarah (sebenarnya
prinsip Reformed: pembenaran hanya oleh Yesus Kristus yang historis
yang diterima melalui iman).
50
Yang dipersoalkan oleh Kasemann ialah apakah iman kepada Yesus
berpegang kepada Tokoh Yesus sendiri dan pemberitaan-Nya atau apakah
iman itu berpangkal pada kepercayaan jemaat pertama dan pemberitaannya
(kerygma)? Yesus dan kebangkitan-Nya menampakkan diskontinuitas.
Kita hanya dapat menjumpai Yesus di dalam kerygma, tidak menuju ke
Page 35 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
sejarah, jadi hanya di dalam iman., Lihat The quest for the Historical
Jesus, Walter A. Elwell, Evangelical... p. 584.
51
N.T. Wright, Who Was Jesus?, (Grand Rapids: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1994), p. 10.
52
Munculnya perdebatan Kristologi dalam sejarah gereja adalah berakar
pada paham Ebionit Alogi dan Monarkhian yang menyangkal keilahian
Yesus, berhadapan dengan golongan Doketisme, Gnotisisme dan
Modalisme yang secara tegas menolak kemanusiaan Kristus. Hal ini terjadi
karena Injil telah keluar melampaui batas Palestina dan bertemu dengan
dunia Hellenisme, khususnya setelah Injil masuk ke Eropa melalui
pelayanan Paulus. Kemudian muncul golongan-golongan yang berselisih
paham, yaitu Nestorian, Cyrillian, Golongan Euthianisme, Monophysites,
monothelites, dll. Louis Berkhof, Reformed Dogmatics, (Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmand P. Co, 1973), p. 105-117.
53
Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya mengenai siapakah diri-Nya
(Mark 8:27). Ini menunjukkan bahwa pada masa itu pun sudah ada keraguraguan mengenai siapakah Yesus itu, ada yang mengiranya sebagai
Yohanes pembaptis, Elia, atau salah seorang diantara para nabi.,John
Macquarrie, Jesus Christ in Modern Thought, (London, SCM Press, 1992),
p.3.
54
Band. John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadelphia : The
Westminster Press, 1963), p. 12-13; Paul, Tillich, The Shaking of the
Foundations, (New York : Charles Scribner's Sons, 1948), p.1-11, Marcus
J. Borg, Kali pertama jumpa Yesus kembali,1997), h. 49-50.
55
Pertanyaan-pertanyaan yang berbeda : (1). Dapatkah suatu pengertian
yang umum tentang Kristus didasarkan pada data historis semata ? atau
haruskah itu diterima oleh iman? (2). Haruskah -kita terlebih dahulu
menentukan pengertian kita tentang hakekat Kristus dan kemudian
menerapkannya kepada penelitian kita mengenai karyaNya, atau haruskah
kita mengadakan pendekatan kepada subyek mengenai hakekatNya
melalui suatu studi tentang karyaNya ? (3). Apakah ide inkarnasi Allah
sudah menjadi sifat mitologis dan kemudian tidak dapat dipertahankan ?
Millard J. Erickson, Christian Theology, (Grand Rapids : Baker Book
House, 1985), p.662.
56
1). Injil adalah diinspirasikan oleh Roh Kudus dan disusun suatu laporan
yang berotoritas baik untuk bukti historis juga untuk doktrin kristen.
Page 36 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Namun inspirasi ini, bukan hanya semata-mata tuntutan Roh Kudus atas
penulis, tetapi juga pikiran manusia yang aktif, bukan dalam keadaan tanpa
sadar. ... Kita tidak mengerti dengan baik mengenai cara Allah memakai
Matius, Markus dan Lukas dalam hal menghasilkan tulisan sinoptis. 2).
Matius mengenal Yesus secara pribadi dan dapat memberikan kesaksian
sebagai saksi mata, menulis karyanya sebelum tahun 70 A.D. 3). Markus,
seorang yang membantu Petrus dan seorang yang kenal dengan banyak
saksi mata yang lain, menulis Injilnya sebelum 70 A.D. 4). Lukas, seorang
teman Paulus dan bertemu dengan banyak saksi mata tentang Kristus dan
diperkenankan untuk meneliti dokumen-dokumen tertulis bagi laporan
atau tulisannya, menulis setelah Matius dan Markus, kira-kira tahun 60
A.D. Richard L. Niswonger, New Testament History, (Grand Rapids
Zondervan Publishing House, 1988), p.108-109.
57
Istilah penginjil sama dengan penulis Injil.- Setiap penginjil mempunyai
perspektif teologisnya sendiri, tetapi janganlah kita berpikir, bahwa
teologia dari masing-masing penulis itulah yang paling penting dalam Injil
yang mencantumkan nama mereka. Setiap penginjil menulis tentang
Yesus. Apa yang dikatakan dan yang dilakukan oleh Yesuslah yang
merupakan pokok pembicaraan setiap kitab Injil dan maksud penulisan
kitab-kitab Injil itu adalah untuk berusaha menunjukkan perkataan serta
perbuatan Yesus itu.... Namun yang terpenting adalah Yesus bukan si
penginjil. Leon Morris, Teologia Perjanjian Baru, (Malang : Gandum Mas,
1996), p. 123.
58
Donald Guthrie, New Testament Teology, (Leicester : Inter-Varsity
Press, 1981), p. 70.
59
Kaum injili mengakui bahwa : masing-masing Injil adalah suatu karya
sastra yang bersifat khas, dengan nada dan roh tersendiri; masing-masing
menekankan suatu segi tertentu dari pribadi Kristus, dan ketiga sinoptis itu
semuanya bersama-sama dengan Injil Yohanes menyajikan kepada kita
lukisan Kristus yang kita kenal.
60
Formgeschichte menyaakan bahwa Sumber ini disusun dari cerita-cerita
pendek mengenai Yesus serta beberapa petikan ajaran-Nya
yang disebarluaskan oleh para pengikut-Nya secara terpisah. Menurut teori
ini unsur-unsur biografis Yesus dihimpun, dimasukkan dalam
suatu kerangka ciptaan sang penulis, dan dirangkai menjadi suatu kisah
yang menjadi sumber Injil atau Injil itu sendiri. Ibid. h. 176. Band.
Page 37 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Form criticism concerns itself with what happened in the forty years
interval before Gospels were written. Petrick Hendry, New Directions In
New Testament Study, (Philadelphia: The Westminster Press, 1973), p.
138
61
Kritik redaksi memberi perhatian terhadap apa yang terjadi
dalam pemikiran para penulis Injil... Kritik redaksi melihat kepada apa
yang dilakukan oleh para penulis berkenaan dengan materi yang
tersedia mengenai Dia dan menemukan bahwa masing-masing Injil
menyajikan suatu penafsiran yang menyeluruh mengenai signifikansi dari
Yesusu. Petrick Hendry, New Directions In... p. 138. Para penulis Injil
memeriksa dan menyusun, menurut caranya masing-masing, bahan-bahan
mengenai kehidupan Kristus yang mereka terima dari mulut ke mulut.
Merrill Tenney, Survei Perjanji-in Baru.... h. 177.
62
I. Howard Marshall (Ed.) New Testament Interpretation, Essays On
Principles and Methods, (Grand Rapids : Wm.B.Eerdmans Publishing Co.
1985), p. 188-191.
63
Leon Moris, Teologi Perjanjian Baru, ...h. 125.
64
Adapun yang dimaksud dengan Kerygma oleh Bultmann ialah berita PB
itu dengan pemberitaan kini menjadi suatu sapaan, suatu teguran pribadi
Allah kepada saya, serta memanggil saya untuk mengambil keputusan...
Iman hanya bersangkut paut dengan kerygma. Iman hanya mengenal
historisitas, bukan historis. Akibat ajaran Bultmann ini ialah
dualisme Yesus yang historis dan Yesus yang kerygmatis. Jadi,
hubungan Yesus yang hidup di dunia dengan Kristus yang diberitakan
dihapuskan. Maka Injil bukan lagi berita sukacita., Harun Hadiwijono,
Theologia Reformasi Abad ke 20,... h.71.
65
Yesus pra paskah dan Yesus Pasca-Paskah. Saya lebih suka
berbicara tentang Yesus pasca-Paskah dari pada Kristus kepercayaan.
Yesus pasca-Paskah sebagai Yesus dari tradisi Kristen dan
pengalaman.,Markus J. Borg, Kali pertama Jumpa Yesus Kembali,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), h. 20-22.
66
Ketidaksinambungan-ketidaksinambungan antara Yesus Sejarah
dan Injil Markus kelihatan jelas.A. Roy Eckardt, Menggali -Ulang Yesus
Sejarah, Kristologi Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h.
248-278.
Page 38 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
67
Para penulis kitab Injil tidak hanya menulis tradisi tapi
merupakan penafsir fakta-fakta yang disampaikan kepada mereka.,John
Drane, Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta :
BPK Gunung Mulia, 1996), h. 229-239.
68
Kitab-kitab Injil tidak memberikan keterangan kepada kita tentang
apa yang diajarkan Yesus, melainkan tentang apa yang diimani orang
Kristen mula-mula mengenai Dia.,R.T. France, Yesus Sang Radikal, Potret
Manusia yang Disalibkan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), h.180187.
69
Millard J.Erickson, Christian Theology, ...p.663; Band. Howard
Clark Kee, Jesus In History, An Approach to the Study of the Gospels,
(New
York: Harcourt,
B.
and
World,
1970),
p.26.
70
Tiga tokoh Neo-Orthodoks yang menentang The Quest of The
Historical Jesus, yaitu Emil Brunner (1889-1966), Karl Barth (1886-1968),
dan Rudolf Bultmann (1884-1976). Ketiganya menekankan mengenai
Transendensi, kemahakuasaan Allah dan kebutuhan manusia akan
penebusan serta sentralitas Yesus Kristus. Brunner menolak the first Quest
dan menafsirkan Yesus sebagai pahlawan agama, genius dan moralist.
Sebelum Yesus telah ada penyataan Allah, karena itu manusia dapat
mengenal Allah melalui alam (theologia naturalis) Harun Hadiwijono,
Theologia Reformatoris,... h. 37. Penyataan Allah terjadi dalam kehidupan,
kematian dan kebangkitan Yesus, hanya menjadi lengkap apabila
seseorang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Kitab Suci sendiri
bukanlah penyataan. Sinclair B. Ferguson, New Dictionary of Theology, ...
p. 110. Karl Barth Menekankan penyataan Allah yang satu-satunya, yaitu
Kristus. Firman yang tertulis dan yang. diberitakan bukan penyataan, tapi
kata-kata manusia, Jadi Injil-Injil bukan penyataan Allah. Barth
tidak menekankan historitas Yesus sekalipun ia menentang first
Quest.Tony Lane, Runtut Pijar,...h. 215-219. Bultmann berpandangan :
Tidaklah penting untuk membuka misteri Yesus dalam sejarah. Yang
penting dan bermakna bagi kita ialah pengalaman pertemuan dengan
Yesus disini dan sekarang. Fakta sejarah bukanlah bukti untuk dasar iman
Kristen, yang penting ialah kerygma yang disampaikan oleh gereja mulamula.Sinclair F. Ferguson, New Dictionary of Theology,... p.115-116.
71
Millard J. Erickson, Christian Theology, ... p. 663
Page 39 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
72
Strauss dan Renan berpandangan bahwa: Yesus digambarkan
secara mendasar sebagai seorang yang baik, seorang guru kebenaran
rohani yang agung, namun bukan karya mujizat... Ibid; Band. Sinclair
F. Ferguson, New Dictionary, ... p. 663 Lihat Albert Schweitzer, The
Quest of the Historical Jesus,(New York: The Micmillan Company, 1968).
p. 78.
73
Penulis-penulis sejarah menyaring cerita-cerita Injil dan mengeluarkan
dari cerita itu hal-hal (seperti yang adikodrati) yang mereka anggap kurang
menyenangkan. Ibid., Sinclair F. Ferguson, New Dictionary... p. 286
74
Penyelidikan tersebut memimpin kepada pemeriksaan kritis
yang terperinci mengenai Injil-Injil, seperti pada waktu pertama kali
mereka belajar dokumen-dokumen kuno apapun yang lain dan
ditempatkan dalam setting historis mereka. Sinclair F. Ferguson, New
Dictionary... p. 305. Albert Schweitzer, T he Quest of T he Historical
Jesus,
(New
York:
The
Macmillan
Company,
1906).
75
Pada hari paskah para murid mengenal kembali Yesus, bukan
sebagai salah seorang tokoh sorgawi, atau sebagai sebuah dalil ajaran
dogmatis, melainkan sebagai seorang yang telah dikenal mereka sebelum
paskah. Oleh karena itu, maka Kristus yang dipercaya dan diberitakan
sejak Paskah itu memiliki kesinambungan dengan Yesus yang historis.
Jadi iman tiada artinya, jikalau tanpa Yesus yang historis itu... Tahun
1953, Kasemann membuat suatu uraian tentang " Persoalan tentang Yesus
yang historis". Yesus yang Historis adalah pangkal serta pusat
pemikirannya. Namun ternyata historisitas Yesus adalah berdasarkan
kerygma gereja mula-mula. Jadi pada dasarnya sama dengan Bultmann.
Bandingkan, Harun Hadiwijono, Theologia Reformatoris... h. 72.
76
Penyelidikan yang baru tidak mengijinkan kemungkinan
memperoleh pengetahuan yang lengkap tentang Yesus, terpisah dari
pengertian bibliografis dan psikologis, namun mencari untuk mengisi isi
kerygma dengan beberapa pengetahuan tentang Yesus yang terpisah
dengan hal itu. Lihat, Donald Guthrie, New Testament Introduction,
(Leicester : Inter-Varsity Press, 1970), p. 202. Band. Sinclair F. Ferguson,
New Dictionary... p. 305. Band. Albert Schweitzer, The Quest of the... p.xi
77
Donald Guthrie, New Testament Introduction,... p. 203.
Page 40 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
78
Ada
pun
bentuk
penyelidikan
Jesus
Seminar
ialah
Pertama: Mengumpulkan ucapan-ucapan yang dianggap dari Yesus,
kemudian dibagi dalam lima ketegori, yaitu perumpamaan, aforisme,
percakapan, dan cerita-cerita mengandung ucapan Yesus. Ucapan yang
pendek dianggap lebih asli. Kedua: Dilakukan pemungutan suara oleh
yang hadir-menentukan keaslian ucapan itu. Ada empat pilihan : 1). Asli
diberi warna merah (nilai 3/ 75 %), 2). Mungkin asli diberi warna Muda
(nilai 2/50%), 3). Mungkin tidak asli diberi warna abu-abu (nilai 1/25%).
4).Tidak asli diberi warna hitam (nilai 0). Hasilnya ialah 82 persen ucapan
yang dikatakan Yesus dalam Injil adalah tidak benar-benar diucapkan oleh
Yesus. N.T. Wright, Who Was Jesus? (Grand Rapids: William B.
Eerdmans P.C., 1994), p. 17-18.
79
Ibid.
80
Ibid, p. 10.
81
Ibid.
82
Ibid. p.13; Lihat, Geza Vermes, Jesus and the World of
Judaism, (Philadelphia: Fortress Press, 1983), p. 1-10, 14 Geza Vermes,
Jesus The Jew, (Fontana: William Collins Sons & Co., 1973), p. 19.
83
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah,. Kristologi Masa Kini,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h. 401
84
Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, Yesus Sejarah dan
Hakikat Iman Kristen Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 2021
85
Pertama :Yudaisme Yesus, sebagai tokoh kerohanian dan pahlawan
kebudayaan. Kedua : Yudaisme Yesus, sebagai Penganjur pemulihan
Israel yang ditolak. Ketiga: Yudaisme Yesus, sebagai Pejuang Israel.
Keempat: Yudaisme Yesus, sebagai pembebas orang susah dan sengsara.
Kelima: Yudaisme Yesus, sebagai penyelamat kaum perempuan. A. Roy
Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah,... h.39-220
86
N.T. Wright, Who Was Jesus...p. 17-18.
87
N.T. Wright, Who Was Jesus...p. 17-18.
88
Millard
J.
Erickson,
Christian
Teology...
p.
662.
89
Band. Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993), h. 206
90
Keputusan Konsili Chalcedon : " Kita bersaa dengan Bapa-Bapa suci,
semua dengan satu persetujuan, mengajar manusia untuk mengaku satuPage 41 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
satunya dan Anak yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sehakekat
dengan Bapa dan juga sehakekat dengan manusia; Allah sejati tapi juga
manusia sejati; berjiwa dan bertubuh, bersifat konsubstansial dengan Bapa
sesuai dengan keilahian-Nya dan bersifat konsubstansial dengan manusia
sesuai dengan kemanusiaan-Nya; dalam segala sesuatu sama seperti kita,
tanpa dosa; dilahirkan sebelum segala zaman dari Bapa sesuai dengan
keilahian, dan dalam hari-hari kemudian, untuk kita dan untuk
keselamatan kita, dilahirkan dari perawan Maria, bunda Allah sesuai
dengan kemanusiaanNya; satu Kristus yang sama, Anak, Tuhan, Allah
yang tunggal dikenal di dalam dua natur tidak bercampur (asuggutos),
tidak dapat berubah (atreptos), tidak dapat dibagi (adiaretos), tidak dapat
dipisahkan (achoristos)..., Louis Berkhof, Reformed Dogmatics, Grand
Rapids: Wm.B. Eerdmans P.Co, 1973), p. 111-112.
91
Teologi skolastik memisahkan doktrin pribadi Kristus (KeAllahan, kemanusiaan, dan kesatuan keduanya) dari jabatan dan karya
Kristus. Millard J. Erickson, Christian ? heology, ... p. 675.
92
Philipp Melanchthon: " Mengenal Kristus adalah untuk
mengenal manfaat-manfaatnya.
Luther
memang
menekankan
tindakan penyelamatan Kristus untuk kita." Ibid.
93
Berdasarkan teori, bagaimanapun, Pribadi Kristus dan Karya Kristus
adalah tidak bisa dipisahkan). Namun dalam kenyataannya, ia menekankan
pengalaman orang kristen yaitu apa yang Kristus lakukan untuk kita. Ia
tidak menjadikan Alkitab sebagai tolok ukur, dan tidak mengakui
kebutuhan karya Kristus yang menyelamatkan manusia dari dosa. Karena
keberdosaan manusia tidak serius membutuhkan atonomen. Yesus hanya
berarti sebagai teladan dan guru bagi kita. Ibid.
94
Ibid. p. 676. Band. Paul Tillich, Systematic Theology, Vol. 2
(Chicago: University of Chicago, 1957), p. 150
95
John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadelphia: The Westminster
Press, 1963), p.49-50.
96
Teologi
terlibat
dengan
persoalan-persoalan
konkret
yang mempengaruhi kehidupan ...Teologia harus bergumul dengan
dunia, bukan dengan sorga. C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami,
Teologi Cerita dari Perspektif Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),
h. 50.
97
Millard J. Erickson, Christian Theology,... p.665.
Page 42 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
98
Setelah perang dunia pertama timbul reaksi terhadap Liberalisme,
mengarah kepada orthodoksi. Reaksi banyak persamaannya dengan
Evangelikalisme, tetapi ini bukan sekedar kembali pada orthodoksi lama,
melainkan merupakan orthodoksi Baru., Tony Lane, Runtut Pijar, ... h.
215.
99
Millard J. Erickson, Christian Teology, ... p. 666.
100
Lihat, Wolfhart Pannenberg, Jesus - God and Man, (Philadelphia:
Westminster Press, 1968), p. 34-35.
101
Tony Lane, Runtut Pijar,... h. 242.
102
Wolfhard Pannenberg, Jesus-God and Man, ... p. 66
103
I. Howard Marshall, I Believe In The Historical Jesus, (Grand Rapids:
William B. Eerdmans Publishing Co. 1977), pDan C.F.D. Moule, The
Origin of Christology, (London: Cambridge University Press, 1984), p.
142-158. Milliard J. Erickson, Christian Theology, ... p. 676
104
Ibid, h. 52. Goldinaay membuktikan keesaan Allah dalarn
perjanjian Lama sebagai dasar untuk melihat adanya satu Allah saja di
seluruh dunia. John E. Goldingay, " Keesaan Allah dalam Perjanjian
Lama", Satu Allah Satu Tuhan; (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), h.3247.
105
ibid h.53
106
Paul F. Knitter, No Other Name ? A Critical Survey of
Christian Attitudes Toward the World Religions, (New York : Orbis
Books, 1989), p. 145-157.
107
Gereja Orthodoks Timur terdapat di Yunani, Rusia dan Ukraina.
Mereka lebih terbuka dengan pluralisme agama dari pada Gereja dan
teologia Orthodoks Barat. Harold Coward, Pluralisme...h. 54
108
Kemungkinan pertama, ialah secara ontologis terdapat banyak allah,
namun hal ini menimbulkan konflik; kemungkinan kedua satu agama yang
menyembah Allah dan lainnya menyembah berhala. Hal ini pun ditolak
oleh Hick. Kemungkinan ketiga, ialah ia mengusulkan hanya ada satu
Allah yang disembah, pencipta dan Tuhan untuk semua, Ia melampaui
segala usaha manusia untuk memahaminya dalam pikiran; sehingga
berbakti kepada-Nya berbagai agama. David Ndoen, Mengenal Selintas
Soteriologi Pluralisme, ... h. 61. John Hick, Paul F, Knitter, The Myth of
Christian Uniqueness, (London: SCM Press, 1988), p. 66
109
Hick proposes his " Copernican revolution in theology" It parallels
Page 43 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
Copernicus' model of the universe: It involves an equally
radical transformation in our conception pf the universe of faith and the
place of our own religion within it ... (It demands) a paradigm shift from
a Christianitycentered or Jesus Centered to God-centered model of
the universe of faiths. Jadi, Hick menolak posisi inklusif yang
Kristosentris, Universalisme dari kaum liberal dan pluralisme yang
inklusif pun masih belum terlepas dari belenggu finalitas Yesus. Karena
itu dengan transformasi radikal akan membebaskan semua belenggu
finalitas Yesus. Paul F. Knitter, No Other Name ?, ... p.147.
110
Clark H. Pinnock, " The Metaphor of God Incarnate: Christology in a
Pluralist Age by John Hick", Calvin Theological Journal, Vol. 29, (Grand
Rapids: Calvin Theological Seminary, 1994), p. 580.
111
David Ndoen, Mengenal Selintas Soteriologi Pluralisme, ... h. 63.
112
Band. Harold Coward, Pluralisme... h. 69.
113
Pengakuan I : Pengakuan Yesus Kristus itu Allah, Tuhan dan
Juru selamat yang dinyatakan oleh Alkitab. Pengukuhan II: Mengenai
amanat Agung. Pengukuhan IV. Orang yang tidak beriman kepada Kristus
berada di bahah hukuman Allah dan akan masuk neraka, Pengukuhan V:
Kabar baik keselamatan dari Allah melalui iman dalam Tuhan Yesus,
karena kematianNya di kayu salib, yang menebus dosa-dosa kita. DIL,
Billy Graham, Beritakan Injil Standar Alkitabiah Bagi Penginjil,
(Yogyakarta : Yayasan Andi, 1992).
114
Harold Coward, Pluralisme... h. 71.
115
Ibid. h. 72.
116
Ibid, h. 73.
117
Ibid. h. 68.
118
Harold Coward, Pluralisme... h. 73.
119
"Ajaran Rahner mengenai agama kristen yang anonim dituduh sebagai
elitis dan relativistis. Namun menurut Rahner sendiri bahwa " Orang
Kristen anonim tidak dikutuk sebagai suatu bentuk agama kristen yang
tidak sempurna. Orang Kristen anonim ada pada taraf adidtiniawi, radikal,
dan manusiawi yang sama seperti orang yang nyata nyata Kristen. Ibid, h.
74-75.
120
Ibid.
121
Ibid, h. 75.
Page 44 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis
Stevri Indra Lumintang
122
C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, Teologi Cerita dari
Perspektif Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993), h.154;
Raimundo Panikkar, Dialog Intra Religius, (Yokyakarta: Kanisius, 1994),
h.96,101.
123
Dialog tidak dapat lebih tepat diartikan dari pada istilah " persekutuan"
lebih baik dilukiskan, dialami dan diperkembangkan sebagai cara hidup.
Olaf Schumann, Dialog Antar Umat Beragama, Dimanakah Kita Berada
Kini ?, (Jakarta : LPS-DGI, 1980), h. 15. Reuel L. Howe, The Miracle of
Dialogoe, (New York: The Seabury Press, 1963), p. 56-66.
124
C.S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami,... h. 186. Band. " Dialog
harus bergerak dari dasar sikap religius saya ke dasar sikap religius yang
sama dalamnya dari patrner saya. Raymundo Panikkar, Dialog Intra
Religius, ... h. 92.
125
Harold Coward, Pluralisme... h. 76. Samartha warns against a
"Christonionism" that has infected Christian doctrine and so absolutizes
Jesus that it turns him into " akind of cult figure over against other religius
figures." ... Samartha advocates a theocentric approoach, Paul F. Knitter,
No Other Name ?, ... p. 158.
126
Sebagaimana Allah mengambil resiko dengan menjadi manusia,
demikian pun orang-orang Kristen tidak boleh takut hidup di tengahtengah pluralisme agama. Yang dibutuhkan bukanlah sebuah teologi
mengenai dialog melainkan keberanian untuk berdialog. Ibid, h. 77
127
Ibid.
128
Ibid, h. 79.
129
Ibid, h. 80. Paul. F. Knitter, No Other Name ?, ... p.153.
Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan:
Dikutip dari
http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pluralisme05.html
Page 45 
Download