Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang TEOLOGI ABU-ABU (Pluralisme Iman) Oleh: Pdt. Stevri Indra Lumintang, M.Th. Prakata: Prof. Joseph Tong, Ph.D. Prakata: Evendy Tobing, M.Div. Diterbitkan oleh: Departemen Literatur YPPII, Malang. Cetakan pertama, 2002. BAB VI LATAR BELAKANG BANGKITNYA KRISTOLOGI ABU-ABU KAUM PLURALIS Persoalan teologi kristen adalah berakar pada persoalan kristologi. Oleh karena itu, untuk menilai posisi teologi seseorang (Injili, Oikumenikal, Liberal, gabungan dari ketiganya ), harus mempelajari selain sistem hermeneutikanya juga kristologinya. Banyak kali kita kaum injili ditipu, dikelabui dengan pernyataan-pernyataan yang kedengarannya injili, padahal liberal dan atau pluralis tulen. Hati-hati ! Persoalan Kristologi adalah persoalan seluruh teologi Kristen. Pusat persoalan teologi modern Page 1 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang juga berakar pada persoalan kristologi yang dipelopori oleh para teolog liberal, dengan kritik Alkitab, yang menggunakan metode-metode ilmiah untuk menyelidiki Yesus dalam Alkitab. Penyelidikan ini menghasilkan rumusan baru atau kristologi baru yang bertolak belakang dengan rumusan tradisional/orthodoks(Injili). Hasil penelitian ini, ternyata ditumbuhkembangkan oleh kaum pluralis dengan cara memasukkan jiwa pluralisme dalam Kristologi. Bahkan tanpa malu-malu mengadakan penelitian dari sumber-sumber di luar Alkitab, yaitu penelitian berdasarkan konteks sejarah yang terikat dengan segala bentuk latar belakang agama, budaya, sosial-politik, dan ekonomi. Persoalan teologi dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa besar yang sangat berpengaruh dalam sejarah dunia, yaitu renaissance (kelahiran baru), rasionalisme dan enlightmen (pencerahan). Karena ketiga gerakan inilah yang melatarbelakangi lahir dan berkembangnya teologi liberal yang bermula dari persoalan kritik Alkitabnya, dan yang mempertajam persoalan teologi kristen. Bangkitnya Persoalan Teologi Renaissance di Eropa (puncaknya pada abad ke 15-16) adalah zaman bangkitnya gelombang pemikiran yang dikenal dengan humanisme. Gelombang ini telah melepaskan manusia dari kekuasaan pemerintahan negara dan gereja Roma katolik. Kemudian gelombang ini dilanjutkan pada abad 17 yang dikenal sebagai zaman rasionalisme, dan semakin mantap dengan adanya zaman pencerahan (Enlightenment) pada abad ke18. Implikasi dari masa pencerahan adalah lahirnya isme-isme seperti Historicism, Criticism, Rationalism, Tolerationism, Optimism, 1 Kantianism. Isme-isme ini memberikan dampak yang besar dalam perkembangan teologia (teologi kontemporer). Di bawah ini dikemukakan tiga peristiwa besar yang menjadi latar belakang persoalan teologia. Page 2 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 1. Renaissance Sampai menjelang renaissance abad XIV, Gereja tetap menjadi pusat dunia. Segala sesuatu berada di bawah dominasi dan kontrol gereja. Demikian dengan ilmu pengetahuan pun berada di bawah kekuasaan gereja. Hal ini nampak dalam peristiwa Galileo Galilei (1564-1642).2 Namun pada abad XIV, terjadilah kesadaran yang baru bagi gelombang pemikiran dan budaya. Kesadaran baru ini disebut Renaissance (kelahiran kembali), yaitu kelahiran kembali kebudayaan Eropa dari kegelapan abadabad sebelumnya. Renaissance dimulai di Italia pada abad XIV dan sampai abad XV dan XVI, meluas ke Eropa yaitu Prancis, Jerman, Nederland, Spanyol dan Inggris. Zaman ini memaklumkan bahwa manusia sendiri adalah kaidah atau ukuran dari segala sesuatu yang ada.3 Dan gerakan ini mempengaruhi bidang kesenian, politik, ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Secara khusus di bidang ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, gerakan ini dinamai " humanisme " (kemanusiaan), dengan semboyannya : " kembalilah kepada sumber ".4 Perhatian humanisme adalah hanya manusia dan bukan lagi Tuhan. Namun Berkhof memberi komentar dengan menyatakan: Akan tetapi bukanlah maksud renaissance untuk melawan gereja. Memang banyak orang yang menurut aliran baru ini kurang menghargai Injil, tetapi merek? sama sekah tidak bermaksud mau keluar dari gereja. Agak kurang disadarinya betapa dalamnya jurang perbedaan antara cita-cita baru ini dengan semangat Gereja Kristus.5 Namun penekanannya adalah tetap bahwa manusia sebagai pusat hidup dan kaidah bagi dirinya. Di sisi lain, Douglas melihat dua aspek yang berguna dari renaissance bagi kekristenan, yaitu : " 1). Studi mengenai tulisan-tulisan Yunani klasik yang memimpin kepada studi Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani (lebih dari pada bahasa Latin) dan kemudian Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. 2). Mendatangkan reformasi gereja dan masyarakat. Hal ini memberikan banyak pengaruh pada banyak orang yang berbalik dari humanisme kepada pembaharuan Page 3 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang gereja."6 Secara positif, bahwa melalui renaissance, telah dimulainya kebebasan dalam berteologia, dan kebebasan dalam berilmu pengetahuan, serta kebebasan dalam gereja. Inilah wujud dari gelombang pemikiran dan kebudayaan manusia. Sekalipun mungkin tidak ada kaitannya secara langsung, namun renaissance telah memberi dampak bagi lahirnya Reformasi.7 Berkaitan dengan itu, Linder mencatat 3 dampak renaissance yaitu : Pertama, pikiran, nilai dan praktek Renaissance merembes ke dalam kekuasaan gereja Roma. Melalui sembilan puluh lima tesis yang dipakukan oleh Martin Luther pada tahun 1517. Pemimpin gereja Katolik dalam sejarah yang panjang hanya memberi perhatian kepada dunia politik dari pada kesalehan, menjadi sensitif kepada kebutuhan rohani dari orang-orang yang setia. Kedua, orang kristen humanis mempertajam kritik mengenai penyimpangan jabatan gereja, dan kritik mereka untuk pembaharuan gereja, ditambah dengan kerusuhan yang berkembang dalam kehidupan orang kristen Barat. Ketiga, setelah tahun 1517 banyak anak muda yang menganut humanis berbalik menjadi penganut protestan, seperti Ulrich Zwingli (1531), Philip Melanchthon (1560). John Calvin (1564), dan Theodore Beza (1605).8 Di sisi lain, gereja bukan lagi sebagai otoritas tertinggi di dunia, melainkan Alkitab yang adalah Firman Allah. Hal ini, sama dengan thesis ke 62 dari 95 tesisnya Luther yang ditempelkan Luther di pintu gerbang gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517 yang berbunyi: "perbendaharaan gereja yang benar adalah kitab suci yang adalah kemuliaan dan anugerah Allah ".9 Renaissance telah memberi baik dampak positif bagi kekristenan yaitu pembaharuan gereja, dan dampak negatif bagi umat manusia pada umumnya, dimana manusia telah menjadi ukuran atau kaidah segala sesuatu. Page 4 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 2. Rasionalisme Salah satu buah yang dihasilkan oleh Renaissance, yaitu berkembangnya rasionalisme pada abad XVII. Rasionalisme berarti : " Suatu sistem berpikir atau suatu metode berpikir yang mengusulkan bahwa akal manusia adalah cukup untuk semua maksud." 10 Dengan kata lain, rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa segala sesuatu dapat dimengerti melalui akal budi. Akal budi menjadi ukuran segala sesuatu. Dan abad 16 yang dikenal dengan abad reformasi ke abad 17 yang dikenal dengan abad rasionalisme, telah terjadi perubahan perhatian yang besar, yaitu Perhatian manusia beralih dari Allah kepada manusia.11 Rene Descartes (1596-1650) adalah Bapak Rasionalisme. Allen dan Brown menyatakan bahwa filsafat modern adalah dimulai oleh Rene Descartes.12 Dia bertentangan dengan filsafat Empirisisme,13 Karena dia ragu-ragu tentang pengetahuan melalui Pancaindera. Karena itu ia mencari dasar pengetahuan yang tidak dapat diragukan, sehingga ia merumuskan motonya yang berbunyi : " Kalau saya ragu-ragu, saya berpikir dan kalau saya berpikir, pasti saya ada (Cogito, Ergo sum).14 Konsep Descartes tentang Tuhan adalah bersifat pantheistic, namun konsep ini nampak dalam pemikiran teologianya Paul Tillich dan John A.T. Robinson yang didasarkan pada kritik Alkitab. Ahli filsafat Rasionalisme lainya, yaitu Baruch De Spinoza (1632-1677) dan G. W. Leibniz (1646-1716).16 Spinoza mengidentikkan Allah dengan alam. Tong menulis bahwa: "ia menegaskan bahwa hubungan antara Allah dan alam adalah dapat saling bergantian.17 Maksudnya ialah antara Allah dan alam memiliki kesetaraan kebenaraan. Sehingga alam pun bisa dilihat sebagai Allah. Dalam perkembangan selanjutnya ia juga berpendapat bahwa: " Semua kebenaran dapat diketahui secara matematika ". Itu berarti pengeratuhuan tentang Allah pun adalah dapat dimengerti melalui perhitungan matematis. Akibatnya Spinoza menjadi seorang pengkritik Alkitab. Dia berkata bahwa : Alkitab bukanlah Firman Allah, hanya di dalam Alkitab ada Firman Allah. Jadi tidak seluruh Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab hanya berwewenang di Page 5 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang dalam hal-hal kepercayaan, karena itu kepercayaan dan pemikiran harus dipisahkan". Pandangan ini mempengaruhi teologia. Linnemann berkomentar mengenai hal ini bahwa: Pandangan ini mempunyai dua akibat : Yang pertama , sebagian besar dari Alkitab khususnya Perjanjian Lama, tidak diterima sebagai Firman Allah... Yang kedua: Justru itu adalah latar belakang baik ajaran Karl Barth mengenai Firman Allah maupun hermeneutik Bultmann dengan interpretasi secara existential dan demitologisasi.18 Karena itu, Spinoza adalah dikenal sebagai pemula kritik terhadap Alkitab secara sistematis dan berdasarkan metode historis-kritis dalam bidang Perjanjian Lama. Pandangannya mempengaruhi Paul Tillich dan John. T.A. Robinson.19 Begitu juga dengan Leibniz, yang jelas menambah deretan pikiran baru ke arah atheisme atau agnosticisme. 3. Pencerahan (Enlightenment) Gelombang pemikiran dan kebudayaan yang ditandai oleh rasionalisme, empirisisme menguasai manusia pada abad XVII. Pada abad XVIII di bawah pengaruh para filsuf,20 gelombang itu mencapai puncaknya pada abad XVIII, yang dikenal dengan istilah zaman pencerahan (Enlightenment). Tahun 1784 Immanuel Kant dalam suatu artikel mendefinisikan enlightenment disertai dengan mottonya, sebagai berikut: Pembebasan manusia dari pengawasan yang diadakannya sendiri. Pengawasan adalah ketidakmampuan manusia untuk menggunakan pengertiannya tanpa arahan dari yang lain. Pengawasan tersebut terjadi ketika bukan karena kurang akal tetapi kurang dalam pemecahan untuk menggunakan akal tanpa Page 6 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang petunjuk dari yang lain. " Milikilah kemampuan untuk menggunakan akalmu sendiri! - Itulah motto zaman pencerahan.21 Jadi, zarnan ini semakin menonjolkan kemampuan dan kemandirian akal budi. Akal budi menempati otoritas tertinggi bagi manusia. Kemampuan manusia ini diekspresikan dalam pelbagai bidang kehidupan, yaitu: politik, ilmu pengetahuan, studi sejarah dan sikap terhadap agama. Memang banyak filsuf yang berpengaruh pada zaman enlightenment ini. Dari sekian banyak filsuf, ada beberapa filsuf yang mempengaruhi dunia teologia pada khususnya dan kekristenan pada urnumnya. Brown menulis bahwa : "Rousseau, Voltaire, Lessing dan Kant. Keempatnya menolak Kekristenan tradisional. Keempatnya menekankan mengenai Deistik ".22 Mereka menyingkirkan Allah dari dunia (keimanenan), dan menekankan ketransendenan Allah. Dan dari keempat tokoh ini yang paling berpengaruh dalam dunia teologia, yaitu Immanuel Kant. Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang ahli filsafat agnostisisme.23 Dalam beberapa pemikirannya, ia mewakili puncak rasionalisme dan empirisisme pada abad XVIII. Ia berusaha menyesuaikan empirisisme dan rationalisme dalam tulisannya: Isi pengetahuan adalah dari pancaindera, tetapi bentuknya terjadi melalui kecerdasan. Akhirnya pengetahuan dibuat dengan kategori apriori dalam akal (misalnya: ruangan, waktu). Apa yang masuk akal telah dibentuk oleh kategori akal. Jadi akal tidak pernah mengetahui sesuatu di luar akal. Manusia hanya mengetahui sesuatu seperti di dalam dirinya sendiri (the thing to me), tetapi ia tidak dapat mengetahui sesuatu seperti ia dalam dirinya sendiri (the this in itself}. Maka semua yang ada hanya dapat diketahui secara subyektif, bukan obyektif.24 Karena itu Kant membedakan dua dunia, yaitu dunia yang kita alami yaitu dunia noumenon (the pure intelligible, the non-sensual reality) dan dunia yang kita ketahui , yaitu dunia fenomenon (the material and sensual reality). Tong menambahkan pandangan Kant ini bahwa : "Ada tiga ide Page 7 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang yang teratur dalam dunia nomenal, yakni diri sendiri, dunia dan Allah. Mereka bukanlah hasil intuisi, melainkan hasil dari akal yang murni. Akal yang murni membentuk konsep diri, konsep tentang dunia dan konsep tentang Allah."25 Dengan demikian, kalau kita memikirkan Allah, hasil pikiran itu tidak boleh diterima sebagai pengetahuan yang real, maka Allah tidak dapat dialami dan diketahui secara obyektif dan real.26 Pandangan Kant mengenai akal yang suci dan dunia nomena - fenomena mempengaruhi pikiran pluralismenya John Hick seperti yang dikemukakan oleh Pinnock.27 Pengertian Kant mengenai ide kedewasaan dunia dari definisinya mempengarulii Dietrich Bonhoeffer yang berkata: " manusia modern tidak memerlukan Allah sebagai tongkat ketiak". 28 Kant mempengaruhi teologi John A.T. Robinson dalam bukunya Honest to God.29 Friedrich Daniel Ernst Schliermacher (1768-1834) yang dipengaruhi oleh aliran pietis dari orang tuanya, setelah membaca karya Imrnanuel Kant, menyebabkan ia bereaksi terhadap faham kesucian, dan ia menggabungkan pengalaman agama yang tertekan (pietis) dengan pernikiran liberalis pada jamannya.30 Jadi pandangan-pandangan yang sumbang tentang Tuhan dan agama telah dimulai oieh pares filsuf sejak abad XV yang dikenal dengan zaman renaissance, dan berkembang pada zaman rasionalisme abad XVII, serta memuncak pada zaman enlightenment abad XVIII dan zaman romatisisme abad XIX. Filsafat yang berhasil berperan dalam perjalanan sejarah yaitu filsafat rasionalisme. Dan filsafat ini telah berhasil rnempengaruhi pandangan-pandangan teolog-teolog kristen pada zaman itu dan berdampak pada warna teologia masa kini, serta kehidupan kristen masa kini pula. 4. Liberalisme dan Kritik Alkitab Asal mula Liberalisme ialah berasal dari pengaruh filsafat-filsafat yang lahir dari berkembang sejak zaman renaissance sampai pencerahan. Dan rasionalisme adalah filsafat yang paling berhasil masuk dan Page 8 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang mempengaruhi dunia teologia kristen. Sejak zaman rasionalisme abad XVII dan zaman pencerahan abad XVIII dan XIX, baik filsuf maupun teolog sudah terangsang untuk meneliti Alkitab khususnya studi atas sumber-sumber Alkitab. Studi ini dikenal kemudian sebagai Kritik historis, yang dipelopori dan dikembangkan oleh teolog liberal. Liberalisme adalah satu bentuk teologia yang tumbuh subur di gerejagereja Barat dari pertengahan abad XIX dan sampai permulaan abad XX. Kata kunci Liberalisme ialah: Kebebasan dan Perkembangan kebebasan dari dogma yang lama dan kebebasan untuk meneliti ideide yang baru, berkembang dalam kolaborasi dengan semua disiplin ilmu yang diyakini baru.31 Teolog liberal berusaha membebaskan manusia kristen dari pemikiran yang berbau imani dan tradisi dan mencoba mengikuti pola manusia modern yang dianggap telah lahir baru dan mampu menggunakan rasionya dalam penelitian Alkitab. Para teolog liberal mula-mula ialah : Friedrich Schleiermacher(17681834), Albrecht Ritschl (1822-1889) dan Adolf Von Harnack (185'..1921).32 Sebenarnya, kritik historis terhadap Alkitab bermula dari usaha para penafsir untuk mengerti kondisi sejarah penulisan kitab-kitab. Namun pengaruh filsafat mengendalikan penelitian tersebut sehingga mereka berusaha mengerti sejarah dari sudut sekuler yang mengabaikan unsur religius dan supranatural. Kenyataan ini adalah sama dengan isu yang ketiga dari problem dunia modern yang dikemukakan oleh Brown.33 Dari kritik historis ini, lahirlah teori sumber atas kitab Pentateuch oleh Jean Astruc (1684-1766) dengan teori dua. sumbernya;34 dan J.G. Eichhorn (1752-1827) mengemukakan teori dua sumber J (Jehowah) dan E (Elohim).35 Tahun 1853, Hupfield mengemukakan bahwa Pentateuch berasal dari empat sumber (Priestly, Elohistis, Jahwehistis, Deuteronomistis).36 Teori sumber ini mencapai kejayaannya melalui K.H. Graf dan Julius Wellhausen dengan karyanya yang berjudul Hipotesa GrafWellhausen.37 Tokoh-tokoh kritik historis lainnya seperti Lessing, Hase, Gabler, Bauer, Schliermacher, Lachman, Meyer, Baur Wilhelm Wrede. 38 Dalam penelitian selanjutnya, maka Kritik Historis berkembang pesat sehingga menjadi beberapa bentuk kritik, yaitu Kritik Bentuk (Form Page 9 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Criticism) yang mencoba meneliti bentuk-bentuk tradisi oral sebelum menjadi tulisan; Kritik Tradisi (Tradition Criticism) yang menyelidiki bagaimana tradisi lama berkembang ke dalam situasi baru pada saat penulisan; 39 Kritik Redaksi (Redaction Criticism) yang menyelidiki bagaimana tradisi yang berkembang itu diolah oleh para redaktur dalam bentuk tulisan; 40 Kritik Teks (Textual Criticism) yang menyelidiki bermacam-macam teks yang digunakan sebagai sumber penerjemahan Alkitab;41 dan Kritik Kanon (Canon Criticism) yang menyediliki bagaimana proses terkumpulnya kitab-kitab dan ukuran pengumpulan, menjadi Alkitab perjanjian Lama dan Baru.42 Kritik-kritik Alkitab ini dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu kritik historis, bentuk dan tradisi adalah tergolong Kritik lebih tinggi (Higher Criticism), sedangkan Kritik teks, kritik kanon tergolong Kritik lebih rendah (Lower Criticism).43 Kitab Perjanjian Baru pun tidak diabaikan oleh para ahli historis kritis untuk dikritik dengan mengunakan metode kritik historis yang sama. Masalah yang paling banyak disoroti ialah keempat Injil, Kehidupan Yesus, Tulisan-tulisan Paulus. Banyak ahli dengan mengunakan kritik sumber menganggap bahwa sulit untuk memadukan cerita kehidupan Yesus dari keempat Injil itu. Misalnya David F. Strauss dalam bukunya " Life of Jesus "(1835),44 Adolf Harnack (1851-1930) dalam bukunya " What is Christianity ? ", ia melihat Yesus hanya sebagai manusia biasa yang bermoral tinggi, dan dalam bukunya "In his sayings of Jesus " merekonstruksi teks dari sumber Q,45 Albrecht Ritschel (1822-1.889) memandang Yesus hanya dalam aspek manfaatnya bagi manusia dan etika moral, juga menekankan natur kemanusiaan Yesus, sambil membuang natur keilahiannya yang supernatural, 46 dan memuncak pada tulisan "The Quest of the Historical Jesus" karya Albert Schweitzer. 47 Masih banyak teolog lain yang juga memberikan kontribusi mereka mengenai Yesus dan Injil. Namun pada umumnya melihat Yesus hanya sebagai manusia saja. Seperti G.E. Lessing, K.F. Bahrt, K.H. Venturini, H.E.G. Paulus, K.H. Hasse, Bruno Baur, Wilhelm Wrede, F.C. Baur, B.F. Westcott, C.H. Weisse, C.G. Wilke, H.J. Holtzman dan B.H. Streerer. 48 Sedangkan tokoh-tokoh kritik Alkitab yang terkenal pada abad XX, ialah Karl Barth dan Rudolf Bultmann yang terkenal dengan kritik bentuknya.49 Page 10 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Kemudian murid Bultmann yaitu Erns Kasemann,50 dan para tokoh penyelidik Yesus sejarah baik new quest maupun third quest, yang memuncak dengan diadakannya "Jesus Seminar" di Amerika Serikat tahun 1985 yang dipelopori oleh Robert W. Funk dan John Dominic Crossan.51 Sejauh inilah nampak bahwa perkembangan teologia adalah banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman, mulai zaman renaissance, kemudian zaman rasionalisme dan zaman pencerahan sampai teologia akhir abad XX ini. B. Persoalan Kristologi Akar persoalan kristologi sebenarnya telah dimulai sejak gereja mulamula.52 Bahkan menurut Macquarrie bahwa persoalan Kristologi sudah ada sejak masa Yesus.53 Persoalan studi Kristologi terus berkembang sampai pada zaman Thomas Aquinas dan Reformasi, bahkan sampai pada zaman setelah reformasi. Persoalan Kristologi kembali hangat dipersoalkan pada zaman setelah Reformasi yaitu zaman rasionalisme abad XVII dan pencerahan abad XVIII, serta romantisisme abad XIX. Pada waktu itu, teologia telah dipengaruhi oleh filsafat rasionalisme dan sekularisme Barat. Rasionalisme merangsang para teolog untuk mengsekularisasikan unsur-unsur sakral dalam teologia dan kekristenan sehingga mereka membuang segala hal yang berbau supernatural dalam teologia tradisional,54 dan mengadakan penyelidikan yang dalam mengenai sumber-sumber Alkitab. Secara khusus, para teolog mengadakan penelitian yang berkenaan dengan studi tentang pribadi dan karya Kristus (Kristologi). Dan dalam studi kristologi, para teolog menemukan setumpuk persoalan kristologi. Erickson mengemukakan tiga isu kontemporer yang berkenaan dengan metodologi Kristologi yaitu : " (1). Hubungan antara iman dan sejarah; (2). Hubungan antara studi tentang pribadi Kristus dan studi tentang karya Kristus; dan (3). Ide mengenai inkarnasi."55 Pada bagian ini, penulis hanya menyajikan isu pertama, yaitu mengenai persoalan relasi antara Yesus yang diimani dan Yesus sejarah dan kedua yaitu studi mengenai relasi Page 11 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang pribadi dan karya Yesus; ditambah dengan persoalan mengenai finalitas Yesus. Namun sebelum membahas ketiga isu di atas, maka pembahasan ini diawali dengan isu pendekatan studi kristologi, yaitu persoalan relasi peristiwa Yesus dan penulisan. 1. Persoalan Relasi Peristiwa Yesus dan Penulisan Studi Kritik Alkitab atau Kritik Historis memuncak pada abad XIX yang mengoncangkan otoritas Alkitab. Kritik ini juga berkenaan dengan studi mengenai keabsahan Yesus sejarah yang dikritik oleh para ahli historis kritik. Dan studi ini terus berlangsung sampai akhir abad XX ini. Dengan metode pendekatan kritik historis, para historis kritis mempertanyakan mengenai relasi peristiwa dan pemberitaan Yesus dengan penulisan kitab-kitab, khususnya kitab-kitab Injil. Dan ternyata, bahwa melalui studi mengenai relasi peristiwa Yesus dan penulisan Injil, muncullah pendekatan kristologi liberal yang radikal, yang bertentangan dengan pendekatan konservatif (kristologi klasik). a. Pendekatan Konservatif Pandangan konservatif mengenai peristiwa Yesus dan penulisan ialah menggangap bahwa tidak ada perubahan apa-apa mengenai kehidupan Yesus yang diceritakan dalam Alkitab dan apa yang terjadi sesungguhnya pada waktu terjadi. Dengan kata lain, tidak ada penambahan atau pengurangan yang berarti. Karena para penulis Injil selain saksi mata juga penulisan Injil adalah proses inspirasi dimana para penulis dipakai seutuhnya dan dikontrol seutuhnya oleh Roh Kudus.56 Searah dengan pandangan konservatif ini, Leon Morris berkomentar bahwa: " Saya lebih suka membicarakan kitab Injil satu demi satu. Ini memungkinkan kita untuk melihat tidak hanya apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh Yesus, tetapi juga bagaimana masing-masing penginjil memahami ucapan-ucapan dan tindakan-tindakanNya itu. "57 Guthrie Page 12 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang melihat bahwa pandangan konservatif ini merupakan faktor penentu dalam penyusunan suatu kerangka teologia. Karena itu, ia berkata bahwa : Jika ajaran tersebut sebagai laporan Injil adalah suatu laporan yang benar mengenai apa yang Yesus pikirkan dan ajarkan, maka tingangan yang dapat diperkirakan mengenai pengajaran sebagai suatu kontribusi yang besar terhadap suatu pengertian teologi Perjanjian Baru. Tetapi jika otentisitas perkataan Yesus tetap dalam perdebatan, maka pengajaran Yesus tidak akan menjadi suatu pertimbangan yang dominan dalam teologi Perjanjian Baru.58 Sekalipun demikian, pandangan konservatif tidak dapat memungkiri fakta adanya pergumulan berkenaan dengan waktu penulisan Injil-Injil yang berbeda, dan isi dari Injil-Injil yang jelas tidak seratus persen adalah sama. Terhadap fakta ini, pandangan konservatif berpendapat bahwa masing-masing penulis melihat perbuatan Yesus dan mendengar perkataan -Yesus dari sudut pandang masing-masing dan yang jelas obyeknya adalah sama, yaitu Yesus dan tidak boleh mengabaikan banyaknya persamaan isi dari ketiga Injil. 59 b. Pendekatan Liberal yang Radikal. Bertalian dengan perdebaan-perbedaan isi diantara Injil Matius, Markus dan Lukas, maka tidak sedikit teolog mempertanyakan perbedaan itu. Diantara sekian banyaknya teolog yang mempertanyakan perbedaan antar Injil-Injil, terdapat teolog historis kritis dengan pandangan liberalnya yang secara radikal menyerang kewibawaan Injil dan keabsahan historitas Yesus. Pandangan liberal mengenai hubungan antara perkataan dan perbuatan Yesus secara historis dan penulisan Injil, ialah bahwa tidak ada kesinambungan antara peristiwa Yesus (perkataan dan perbuatan-Nya) dengan waktu penulisan. Kesimpalan ini berangkat dari Page 13 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang hasil-hasil penyelidikan dengan teori dokumentaris (Formgeschichte). 60 Teori dokumentaris ini, akan membawa orang kristen untuk percaya pada tahap lisan dari tradisi, dari pada Firman Yesus sendiri. Teori dokumentaris lain, yaitu Kritik Redaksi (Redaction Criticism). 61 Teori ini berakibat besar dalam kekristenan. Stephen S. Smalley mengemukakan tiga implikasi dari Kritik Redaksi yaitu : Perdebatan Yesus sejarah, otoritas Injil-Injil, maksud para penulis Inji1.62 Jadi Kritik Redaksi ini membuktikan bahwa tidak ada kesinambungan antara peristiwa Yesus (perkataan dan perbuatanNya) dengan waktu penulisan. Jadi akibatnya, yaitu Kitab-kitab Injil tidak berwibawa lagi, dan yang paling menyedihkan ialah Tuhan Yesus bukan lagi Tuhan yang hadir dan berkarya di bumi, bukan Tuhan Yesus yang historis tapi manusia biasa. Leon Moris menyebut usaha dari metode kritik redaksi ini adalah Dan Tenney spekulasi.63 mengomentari bahwa penulis Injil iebih baik disebut pengumpul atau penerjemah, dari pada penulis. Barth dan Bultmann menolak pencarian Yesus yang historis oleh kelompok liberal. Dan sebagai gantinya, Barth mengemukakan teologia dogmatis yang berusaha melepaskan diri dari penyelidikan kritis terhadap sejarah; Bultmann menggantikan pencarian tersebut dengan sikap skeptis terhadap historitas Yesus dan menekankan kerygma,64 yang pada dasarnya menolak kesinambungan Peristiwa Yesus dan Pemberitaan Injil. Penyelidikan mengenai ketidaksinambungan antara peristiwa Yesus dan penulisan Injil-Injil, sangat merasuk para teolog historis kritis dan teolog pluralisme hingga saat ini. Beberapa diantaranya, yaitu Marcus J. Borg, profesor Ilmu agama dan Kebudayaan di Oregon State University, terkenal dengan tulisanya " Meeting Jesus again for the First Time"; 65 Roy A. Eckardt, profesor pada studi Ibrani Oxford Inggris; 66 John Drane, profesor di Universitas Stirling Skotlandia; 67 R.T. France Profesor PB dan ketua Wycliffe Hall. 68. 2. Persoalan Relasi Yesus Kepercayaan dan Yesus Sejarah. Page 14 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Persoalan mengenai relasi peristiwa Yesus dan waktu penulisan InjilInjil mendatangkan pertanyaan baru lagi, yaitu Dapatkah suatu pengertian yang pantas mengenai Kristus didasarka atas data sejarah atau haruskah itu disikapi dengan iman? Kelompo liberal mencoba menjawab pertanyaan ini melalui penelitian Yesus sejarah (The Quest of The Historical Jesus).69 Penelitian Yesus Sejarah ini diupayakan melalui metode penelitian Kritik bentuk dari kritik redaksi, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Dan ternyata penelitian Yesus sejarah ini ditentang oleh teolog-teolog Neo Orthodoks.70 Namun penelitian mengenai Yesus sejarah belumlah berhenti, buktinya lahirlah penyelidikan yang baru atau The New Quest dan The Jesus Seminar serta bersamaan dengan itu bangkit juga penyelidikan ketiga mengenai Yesus sejarah (The Third Quest of The Historical Jesus). a. Penyelidikan Yesus Sejarah (The Quest of The Historical Jesus) Kaum liberal telah memprakarsai penyelidikan mengenai Yesus sejarah dengan mengunggulkan metode kritik Alkitab. Menurut Erickson bahwa orientasi penelitian ini ialah : Untuk menemukan seperti apakah Yesus yang sesungguhnya dan apakah Ia memang datang, dikenal sebagai ' penyelidikan Yesus sejarah.' Yang mendasari penyelidikan ini adalah pengharapan bahwa Yesus yang sesungguhnya akan terbukti berbeda dengan Kristus yang narnpak dalam Kitab Suci, dan yang dalam beberapa pengertian sebagai hasil dari proses teologi Paulus dan penulis yang lain. "71 Berkenaan dengan itu, ada empat tokoh yang memulai penelitian mengenai Yesus sejarah ini , yaitu David Strauss (1807-1874) dengan bukunya "A New Life of Jesus", dan Ernest Renan. Keduanya memandang Yesus sebagai manusia biasa yang baik, sebagai seorang guru yang memiliki kebenaran-kebenaran rohani, karenanya mereka menolak Ke-Allahan Yesus;72 Adolf Von Harnack (1851-1930) dengan bukunya yang terkenal "What is Christianity ?' berpendapat bahwa: "Injil-Injil tidak memberikan kepada kita arti mengenai susunan biografi Yesus, karena mereka menceritakan kepada kita sangat sedikit mengenai Page 15 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang awal kehidupan Yesus."73 Dan Albert Schweitzer (1875-1965), dengan bukunya yang berjudul "Quest of The Historical Jesus, membangun asurnsinya dengan menyatakan bahwa: "Injil-Injil adalah tidak dapat dipercaya dan bahwa Yesus sejarah adalah seorang yang biasa, sebagai dongeng yang telah mengalami perkembangan." 74 Jadi para penyelidik Yesus sejarah melihat Yesus hanya sebagai manusia biasa saja yang rohani dan bermoral serta memiliki kebenaran-kebenaran rohani. Penekanan mereka, yaitu humanitas, pengalaman agamawi dan metode penelitian ilmiah. Karena itu mereka dilawan oleh Barth, Bultmann, dan Brunner (NeoOrthodoks) yang anti teologi liberal, sekalipun pada hakekatnya, konsep mereka pun adalah liberal. b. Penyelidikan Baru Yesus sejarah (The New Quest of The Historical Jesus) Argumentasi Barth, Bultmann yang menekankan transendensi dan kekuasaan Allah serta kebutuhan manusia akan penebusan, telah menggagalkan kelompok liberal yang membuang unsurunsur supernatural dalam kekristenan. Keraguan Bultmann terhadap Jesus sejarah menimbulkan reaksi dari pengikut-pengikutnya yang terdekat. Sehingga pada tahun 1952, penyelidikan mengenai Yesus sejarah kembali menjadi pokok pembicaraan yang hangat, setelah seorang murid Bultmann yaitu Ernst Kasemann membuat suatu ceramah tentang penelitian PB yang mengetengahkan kembali Yesus yang Historis, yaitu apa yang terjadi pada Yesus yang dibuat oleh kepercayaan orangorang Kristen mula-mula. Jadi Yesus yang historis itu adalah Yesus yang diberitakan (kerygma).75 Begitu juga dengan seorang ahli berkebangsaan Amerika yakni James M.Robinson menciptakan slogan " Suatu penyelidikan yang baru bagi Yesus sejarah" (A New Quest for the Historical Jesus-1959).76 Tokoh lain dari penyelidikan baru Yesus Sejarah ialah G. Bornkamm dengan bukunya " Jesus von Nazareth (1956). Guthrie menulis mengenai sikap dan pandangan Bornkamm, bahwa : Ia mempelihatkan kecondongan terhadap kepedulian Yesus pada orang dan bahkan dengan sikapNya terhadap mereka. Kemudian Page 16 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang is memperlihatkan suatu tujuan yang berarti dari posisi Bultmann, dimana secara tentatif is meletakan pandanganpandangannya. Paling tidak Bornkamm sedang merasakan adanya beberapa kontinuitas antara Kristus kepercayaan dan Kristus sejarah. 77 Karena itu, yang paling penting bagi Bornkamm ialah kerygma (berita) bukan pada peristiwa-peristiwa dimana Yesus berpartisipasi dalam sejarah yang merupakan fokus kekristenan. Selama beberapa waktu, penyelidikan yang baru ini tidak membawa hasil. Karena itu muncullah penyelidikan mengenai Yesus sejarah yang berbeda metode, dimana penyelidikan Yesus sejarah adalah berdasarkan ucapanucapan Yesus. c. Penyelidikan Ucapan-Ucapan Yesus: Jesus Seminar Penyelidikan Yesus Sejarah berkembang dengan penyelidikan mengenai ucapan-ucapan Yesus yang asli. Penyelidikan ini dipelopori oleh sejumlah teolog liberal yang mengadakan pertemuan setiap tahun untuk mengkaji keotentikan kitab-kitab Injil melalui penyelidikan mengenai perbuatan dan perkataan Yesus. Dalam pertemuanpertemuan tersebut, masing-masing teolog liberal yang termasuk anggotanya menyajikan tulisan-tulisan singkat (paper) mengenai penyelidikan keabsahan Injil melalui historisitas perkataan Yesus secara langsung. Presentasi paper-paper tersebut kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Itu berarti, semua peserta seminar tersebut berasumsi bahwa InjilInjil adalah tidak otentik, kecuali setelah dibuktikan. Hasil penyelidikan ini dibukukan dalam sebuah buku yang berjudul The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gosples, What Did Liesus Really Say ? (1993).78 Kesimpulan dari Jesus Seminar ialah bahwa Yesus tidak pernah menuntut dirinya sebagai Mesias dan tidak bernubuat tentang akhir zaman, Ucapan Yesus pada malam perjamuan malam adalah rekaan para murid, Doa Bapa kami disusun oleh pengikut-Nya.79 Jesus seminar menjadi populer di Amerika Serikat dengan mengadakan pertemuanpertemuan sejak tahun 1985 yang dipimpin oleh tiga orang perintis, Page 17 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Penekanannya yaitu reformasi iman kristen berlandaskan sejarah. Pada dasarnya ia membedakan Yesus kepercayaan, yaitu Yesus Sebelum Paskah (Pra-Paskah) dan Yesus sejarah, yaitu Yesus post Paskah. Dan Borg lebih memilih Yesus post Paskah sebagai tradisi kristen dan pengalaman, dari pada Yesus Pra-Paskah. Tokoh lain dari Penyelidikan yang ketiga, ialah A. Roy Eckardt, yang terkenal dengan bukunya "Reclaiming the Jesus of History: Christology Today," menekankan mengenai Yudaisme Yesus, dimana, ia memberikan lima gambaran mengenai Yudaisme Yesus sebagai data penjelasan historis mengenai Yesus sejarah. 85 Pada intinya, semua penyelidikan yang ketiga mengenai Yesus sejarah adalah didasarkan pada lima isu yang diuraikan oleh Wright, yaitu : Pertama, Apa hubungan Yesus dengan dunia di zaman-Nya? Secara khusus, apa yang Ia katakan dan lakukan dalam hubunganya dengan pengharapan orang Yahudi mengenai apa yang segera akan terwujud? Kedua, apakah sasaran Yesus yang sebenarnya? Apa yang Ia inginkan orang lakukan jika mereka tidak berespon kepada-Nya dengan tepat? Ketiga, mengapa Yesus harus mati? Secara khusus, apakah Ia sendiri dipanggil untuk berhadapan dengan suatu kematian yang kejam sebagai satu bagian dari pengabdian-Nya? Keempat, kapan gereja mulamula didirikan? Apa yang sesungguhnya terjadi pada peristiwa paskah? Kelima, mengapa Injil ada sebagaimana ia ada? Apa genre dari Injil-Injil itu? Apa yang Injil-Injil itu katakan kepada kita, bukan hanya mengenai penulisnya, tetapi juga mengenai Yesus? 86 Pada dasarnya isu penyelidikan mengenai Yesus sejarah ialah tidak mempercayai Kitab Injil-Injil Kanonik sebagai sumber pemahaman tentang Yesus, sebaliknya buku-buku Yesus sejarah memberikan gambaran Yesus dan catatan mengenai asal mula kekristenan tanpa mengacu pada sumber kitab-kitab; misi Yesus hanya digambarkan sebagai pejuang sosial, dan mengabaikan aspek utama yaitu rohani; membuang semua unsur-unsur supernatural, menghilangkan mitos dari kekristenan, dan membuang pandangan kristen tradisional; memandang Yesus sebagai manusia biasa yang baik dan bermoral tinggi dan yang patut diteladani Page 19 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang oleh orang kristen.87 Inilah fakta yang sudah dan sedang merusak kekristenan dewasa ini. 3. Persoalan Relasi Studi Pribadi Kristus dan Karya Kristus (Ontologis Vs Fungsional) Pada bagian ini, intinya membahas pertanyaan kedua dari Erickson, yaitu: "Haruskah kita menentukan terlebih dahulu pengertian kita mengenai hakekat Yesus dan kemudian menerapkannya di dalam penyelidikan kita mengenai pekerjaan-Nya? atau haruskah kita mendekati subyek mengenai hakekatnya melalui suatu studi tentang karya-Nya ?88 Pertanyaan ini pada dasarnya mempertanyakan kecenderungan untuk memisahkan antara kristologi yang ontologis-dan fungsional. Kristologi yang ontologis ialah kristologi yang menekankan pada pemahamant tentang siapakah Yesus, sedangkan kristologi fungsional adalah kristologi yang menekankan pada apa yang dikerjakan Kristus bagi manusia.89 Akar perdebatan kristologi pada gereja purba.ialah persoalan dua natur Yesus, yaitu natur insani dan ilahi. Persoalan ini belum juga berhenti sekalipun telah ada rumusan Chalcedon.90 Begitu juga dengan persoalan antara pribadi dan karya Kristus yang sejak zaman gereja purba pun sampai saat ini belumlah berakhir. Teologi Scholastik memisahkan dengan tegas doktrin pribadi. Kristus dari doktrin jabatan dan karya Kristus.91 Akibatnya, Kristologi tidak lagi relevan untuk orang Kristen. Reaksi terhadap Scholastik, menyebabkan Philipp Melanchthon dan Luther membangun Kristologi fungsional yang menekankan pada karya Kristus yang menyelamatkan. 92 Pemikiran Luther juga nampak secara eksplisit dalam Kristologi F. Schleiermacher dan teologia Bultmann yang menekankan pengalaman keagamaan sebagai inti agama.93 Dan yang paling eksplisit, kristologi fungsional nampak dalam teologia Paul Tillich yang menegaskan bahwa " Kristologi adalah suatu fungsi soteriologi. Persoalan soteriologi menciptakan pertanyaan kristologi dan memberikan arah bagi jawaban kristologis."94. Begitu juga dengan John A.T. Robinson, seorang teolog Inggris pengagum Bonhoeffer, Bultmann dan Tillich. Dengan dipengaruhi oleh Tillich, Robinson membangun Kristologi Page 20 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang fungsionalnya yang menekankan kasih Kristus bagi manusia.95 Jadi pada umumnya penganut teologi sekularisasi, menekankan sisi fungsional Yesus sama dengan kaum pluralis dan para pelopor dan penganut teologi pembahasan. Dan ternyata persoalan relasi ontologis dan fungsional terus berlanjut hingga kini. Dan yang paling berantusias dengan kristologi fungsional ialah kaum pluralisme, yang menekankan karya Yesus bagi manusia, bukan dalam arti penebusan tapi dalam arti pembaharuan sosial. Salah satu tokoh pluralis yang menganut pandangan Kristologi fungsional, ialah Choan-Seng Song.96 Pada hakekatnya, seorang teolog bahkan orang kristen pada umumnya, tidak patut memisahkan Pribadi dan Karya Kristus (ontologis dan fungsional) dalam berkristologi. Karena Kristologi dan soteriologi adalah koheren. Tidaklah mungkin membicarakan apa yang Kristus kerjakan dalam kehidupan - manusia, tanpa menghubungan karya Kristus dengan pribadi Kristus sebagai presuposisinya, dan sebaliknya. Disisi lain, berkenaan dengan pribadi Kristus, masih banyak orang tidak begitu tertarik untuk membahasnya karena bagi mereka, pembahasan mengenai isu yang berkenaan dengan pribadi Kristus adalah tidak relevan, karena menurut mereka bahwa hal itu adalah tidak ada manfaatnya bagi manusia. Hal ini tentu adalah suatu kekeliruan yang fatal. Pokoknya memandang hanya satu sisi dari pribadi dan karya Kristus adalah bertentangan dengan hakekat atonemen Kristus. 4. Persoalan Titik Berangkat Kristologi: Kristologi dari Atas & Kristologi dari Bawah. Konsekwensi dari penyelidikan Yesus sejarah (the Quest of the historical Jesus), maka muncullah dua Titik Berangkat dalam berkristologi atau dua metode pendekatan. Kedua metode itu ialah Page 21 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Kristologi dari Atas (The Christology from above) dan Kristologi dari bawah (The Christology from above). a. Metode Kristologi dari Atas (The Christology From Above) Kristologi Dari Atas, adalah dikenal sebagai strategi dasar dan orientasi dari Kristologi gereja abad permulaan." 97 Kristologia gereja mula-mula ialah Kristologi orthodoks, Kristologi Chalcedon, dimana tidak ada pemisahan antara iman dan sejarah, antara Alkitab dan sejarah, adalah Kristologi sebelum era penyelidikan Yesus sejarah. Metode ini, mulai dengan Anak Allah yang ilahi, kemudian bertanya bagaimana dan dengan cara bagaimana Ia menjadi manusia. Sejak abad XX, metode ini telah dipakai oleh Karl Barth, Rudolf Bultmann dan Emil Brunner, sebagai reaksi terhadap Metode Kristologi from below dari teolog liberal dengan "the quest of the historical Jesus". Sekalipun mereka berusaha untuk membela teologi orthodoks dari pandangan liberal, namun akhirnya mereka juga berbeda dengan teologia orthodoks, menjadi orthodoks baru. 98 Ada tiga kunci untuk mengerti Kristologi dari atas, menurut Erickson, yang diperolehnya dari tulisan Emil Brunner, yaitu : 1. Dasar pengertian tentang Kristus bukanlah Yesus sejarah, melainkan kerygma, proklamasi gereja berkenaan dengan Kristus. 2. Dalam penyusunan suatu Kristologi, ada suatu referensi bagi tulisantulisan Paulus dan Injil keempat. Yang terlebih dahulu berisi penafsiran teologis yang lebih eskplisit„ sedangkan Injil-Injil secara mendasar adalah laporan yang memuat fakta tentang perbuatan dan pengajaran Yesus. 3. Iman kepada Kristus bukanlah didasarkan pada bukti rasional atau legitimasi. Iman tersebut tidak dibuktikan secara ilmu pengetahuan. Isi iman diletakkan di luar wilayah akal budi manusia dan penelitian historis dan tidak dapat dibuktikan secara konklusif. Sedangkan penelitian historis berusaha menyingkirkan hambatan-hambatan kepercayaan yang berbeda, itu tidak dapat membangun kepercayaan mereka. 99 Page 22 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang c. Kristologi dari Bawah (The Christology From Below). "Kristologi dari atas" mendapat tanggapan dan diejek sebagai metode fideistik (berdasarkan iman) dan spekulatif (tidak sesuai dengan pikiran modern). Salah satu tokoh yang terkenal menolak "Kristologi dari atas" ialah Wolfhart Pannenberg dengan bukunya " Jesus God and Man ". Ada tiga alasan, ia tidak memakai Kristologi dari atas, yaitu: 1.Tugas Kristologi adalah untuk menyajikan laporan rasional mengenai kepercayaan kepada ke-Allahan Yesus, hal itu itu diperdebatkan pada masa kini. Kristologi dari atas adalah tidak dapat diterima karena ia mengusulkan mengenai ke-Allahan Yesus. 2. Kristologi dari atas cenderung mengabaikan arti sejarah Yesus dari Nazaret yang berbeda. 3. Dengan tegas mengatakan, Kristologi dari atas mungkin hanya dari posisi Allah sendiri, dan bukan untuk kita.100 Dengan dasar ini, ia mencetuskan metode Kristologi dari bawah (Christology from below) yang memulai dengan manusia Yesus dari Nazaret kemudian bertanya bagaimana caranya Ia menjadi Allah. Pannenberg memulai dari Yesus yang historis untuk kemudian tiba pada keAllahan-Nya. Kebangkitan-Nya menunjukkan kesatuan Yesus dengan Bapa.101 Karena itu, Pannenberg berkata: "segala sesuatu bergantung pada hubungan antara klaim Yesus dengan konfirmasi oleh Allah itu sendiri."102 Konfirmasi ini ditemukan dalam kebangkitan Yesus. Dengan kata lain, ke-Allahan Yesus tidak berasal dari diriNya sendiri, atau tidak menghakekat dalam diri-Nya sendiri, melainkan diteguhkan oleh Allah Bapa melalui peristiwa ajaib, diantaranya ialah kebangkitan. Itupun berarti, kebangkitan Yesus bukanlah disebabkan dari diri-Nya sendiri, tapi dari Allah Bapa saja. Hal ini tentu bertentangan dengan natur keilahian Yesus yang ada sejak kekekalan (Yoh. 1:1-3). Selain Bapa (Kis. 2:24, 32, I Kor.6:14, Efs.1:20, Ro. 6:4), Yesus sendiri turut berperan dalam karya kebangkitanNya (I Kor. 15:20-28, 45-49). Secara eksplisit, Yoh. 10:18, 11:25 menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah karena kekuatan-Nya sendiri. Page 23 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Walaupun antara metode Kristologi dari Atas dan Metode Kristologi ini terus bertentangan, namun ada beberapa ahli yang berusaha menggabungkan atau mensintesiskan kedua metode ini, seperti C.H. Marshal, C.F.D. Moule dan M.F. Erickson.103 Dan ternyata, yang benar ialah perpaduan dua pendekatan tersebut. 5. Persoalan Finalitas Yesus di antara Agama-Agama Dunia. Tiap-tiap agama memiliki klaim keabsolutan dan kefinalitasan agamanya masing-masing, demikian juga dengan agama Kristen. Kefinalitasan Agama Kristen adalah didasarkan pada finalitas agama Kristen. Karena itu, orang Kristen mengklaim bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat satu-satunya, bersifat mutlak, unik, normatif ekslusif. Namun ternyata dikalangan Kristen sendiri muncul persoalan mengenai Finalitas Yesus, khususnya persoalan ini lahir dari para pemikir Kristen yang dipengaruhi oleh fakta adanya pluralisme agama dan tuntutan kerukunan hidup beragama. Hal ini akan dibahas secara khusus pada pembahasan mengenai soteriologi Abu-Abu, yaitu setelah pembahasan ini. Fakta yang tidak dapat dihindari oleh agama Kristen ialah mengenai keberadaan dan perjuangan agama lain. Pluralitas keagamaan merupakan tantangan yang semakin mendesak kelompok Kristen ekslusif khususnya. Sehingga kelompok Kristen terpilah menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok yang semakin tertutup, dan kelompok ekslusif yang mengarah ke inklusif. Namun di sisi yang lain, Pluralisme keagamaan semakin menegaskan keterbukaan kelompok kristen Pluralisme Inklusif. Semua kelompok ini memiliki pendekatannya masing-masing terhadap Pluralisme keagamaan, paling tidak, ada tiga pendekatan, yaitu Teosentris, Kristosentris, dan dialogis. Pendekatan Theosentris Page 24 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Pendekatan Theosentris terhadap agama-agama lain, terutama mem.fokuskan perhatian kepada Allah dari pada Kristus, dan pernyataan-pernyataan Yesus yang bersifat theosentris. Coward menunjukkan dasar hermeneutika.para teolog panganut pendekatan theosentris ini, yaitu : " menunjuk pada nas-nas dalam Alkitab Ibrani dimana perjanjian Allah dengan Abraham dan Nuh dipahami sebagai berlaku untuk seluruh urriat matiusia dan dimana Allah memilih beberapa.bangsa, bukan hanya Israel ". 104 Pendekatan semacam ini, memang akan membuka jalan untuk terjadinya dialog.dengan agamaagama lain. Namun hal ini menurut Coward merupakan hambatan bagi agama Budha yang tidak mengenal istilah Allah.105 Adapun teolog-teolog dan aliran teologia yang memiliki pendekatan teosentris ini, diantaranya, yaitu Teologia Orthodoks Timur, Paul Tillick, John Hick dan Wilfres Cantwell Smith.106 Teologi Orthodoks Timur ini menekankan Roh Kudus yang hadir dimana-mana sebagai kesinambungan kebenaran Allah yang diwahyukan kepada semua bangsa, baik sebelum maupun sesudah penjelmaan Logos dalam Yesus Kristus.107 Hick mempertanyakan kemungkinan untuk menemukan kesamaan antara gereja, Sinagoge, Mesjid dan kuil. Ia mengemukakan tiga kemungkinan, namun hanya menerima kemungkinan yang ketiga, yaitu hanya satu Allah yang disembah oleh semua agama. Hal ini didasarkan pada persamaan fenomena semua agama.108 Revolusi Kopernikus merupakan istilah yang dipakai oleh Hick untuk menjelaskan transformasi radikal dari posisi Kristosentris kepada Teosentris. 109 Pandangan Hick ini dilawan oleh N.T. Wright, I.H. Marshall, R.N. Longenecker, J.D.G. Dunn dan Richard B. Hayes.110 Dan menurut Ndoen bahwa : " Apa yang dianggap theosentris ternyata lebih tepat disebut sebagai anthoposentris, realitasentris, dan sinkritis". 111 Pendekatan Kristosentris Pendekatan Kristosentris ini terdiri dari dua model pendekatan, yang pertama yaitu model pendekatan Kristologi eksklusif dan yang kedua ialah model pendekatan Kristologi Pluralisme. Pendekatan Kristologi eksklusif Page 25 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang ini dianut oleh para teolog Injili dan didasarkan pada otoritas Alkitab dan formula Kalsedon serta pernyataan Petrus bahwa semua orang akan bertekuk lutut dan mengakui bahwa dialah Tuhan (Kisah. 10:36). Selain ini pendekatan kristosentris eksklusif ini didasarkan pada rumusan Lausanne tahun 1774,112 dan Lima Belas Pengukuhan yang dirangkum dari konperensi International bagi penginjil di Amsterdam- Belanda, Juli 1983.113 Sekalipun para teolog evangelis sangat menekankan finalitas Yesus, namun bukan berarti mereka memandang rendah dan tidak mau berdialog dengan agama lain. Memang teolog Injili tidak berminat untuk mempelajari agama lain, kecuali untuk kepentingan studi perbandingan. Hal ini didasarkan pada kewaspadaan mereka terhadap bahaya sinkritisme dan inklusivisme. Kecuali teolog Injili yaitu Francis Schaeffer yang lebih terbuka dan menuntut agama kristen untuk membiasakan dengan dunia agama lain.114 Pendekatan Kristosentrisnya Schae dapat ditemukan melalui pendapatnya yang melihat Kristus baik sebagai Tuhan atas seluruh dunia, maupun Tuhan atas orang beriman. Melalui Alkitab, Kristus memberi kita kebenaran yang seksama dan otoritatif mengenai Allah. 115 Jadi kaum injili adalah menekankan keunikan wahyu khusus, yaitu Yesus Kristus. Pendekatan ini adalah pendekatan yang sangat ketat tertutup dalam sikapnya terhadap agama lain. Karena itu, Coward mengusulkan untuk mengurangi ketertutupan dan lebih bersedia mempelaj bentuk-berituk gagasan dari agama-agama lain. 116 Model pendekatan Kristologi Pluralisme didefinisikan oleh Coward sebagai "pendekatan terhadap agama-agama, lain berdasarkan Kristologi yang menganggap bahwa Yesus Kristus adalah penjelmaan Allah yang unik. Yesus Kristus adalah wahyu yang universal untuk seluruh umat manusia".117 Ada pun tokoh yang menganut pendekatan ini, ialah Karl Rahner, seorang teolog Katolik. Teori Kristosentrisnya Rahner nampak dalam penjelasannya sebagai berikut : " Allah menghendaki semua orang diselamatkan (1 Tim.2:4), dan iman dalam Yesus Kristus perlu untuk keselamatan. Ini berarti bahwa semua orang mendapat kesempatan untuk percaya". Lebih jauh Coward mengutip tulisan Rahner dalam "Christianity and Other Religions," menyatakan bahwa: Page 26 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Jikalau, di satu pihak, kita memahami keselamatan sebagai suatu yang khas Kristen... dan jikalau, dilain pihak, Allah benar-benar dan sungguhsungguh bermaksud untuk menyelamatkan semua orang, maka kedua aspek ini tidak dapat didamaikan dengan cara lain kecuali dengan menyatakan bahwa setiap manusia sesungguhnya memang terbuka terhadap pengaruh rahmat ilahi yang adiduniawi. 118 Rahner mencoba untuk mendamaikan antara rahmat Allah dan keeksklusifan Kristus yang bekerja di semua agama. Bahwa keselamatan orang Kristen adalah melalui Kristus, namun ada juga keselamatan melalui agama lain, yaitu pengalaman dari orang kristen yang anonim (seorang penganut agama lain).119 Menurut Rahner bahwa: Kemungkinan keselamatan universal secara ontologis berdasarkan tindakan kreatif Allah dan secara historis dihadirkan dalam peristiwa Yesus". 120 Jadi, pada dasarnya pendekatan Teosentris dan Kristosentris yang pluralis adalah pendekatan yang mengabaikan kebenaran Firman Tuhan dalam Yohanes 3:16, 36 dan berusaha untuk diterima dalam sosialisasinya dengan agama-agama lain, namun rela membuang keunikan dan kefinalitas Yesus, kebenaran-kebenaran iman Kristen yang hakiki. Pendekatan Dialogis Dalam upaya menjawab tuntutan hidup bersama dengan agamaagama lain, selain pendekatan Kristosentris dan Theosentris, ada teolog lain yang menekankan pendekatan yang dialogis. Pendekatan dialogis ini dipelopori oleh tiga teolog Asia, yaitu Stanley Samartha, Raimundo Panikkar dan Choan-Song Song. Mereka menempuh pendekatan ini karena diwarnai oleh latar-belakang pribadi yang hidup sebagai kelompok minoritas. Mereka mendefinisikan pendekatan mereka yang dialogis ialah " membiarkan pembahasan teologia kita dipengaruhi Page 27 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang teologi agama lain, sehingga kita terpaksa menjadi makin jujur dan lebih memperdalam kehidupan rohani kita.121 Song dan Panikkar setuju bahwa dialog adalah " Perjumpaan yang sejati dengan orang lain kepercayaan dan ideologi lain dan menemukan bahwa ada jalan lain untuk mengenal kebenaran dari pada yang kita telah pelajari."122 Olaf Schunnann mengatakan bahwa kalau berbicara, mengobrol, memberi dan meminta keterangan, diskusi, semuanya ini belum dialog.123 Dialog ialah usaha positif untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam mengenai kebenaran melalui saling pengertian akan keyakinan antar agama. Bagi mereka dialog bukanlah alat untuk pemberitaan Injil. Karena itu Song mengusulkan adanya pertobatan dialogis, yaitu: "berbalik dari memakai dialog sebagai alat untuk mengubah iman kepercayaan lain dan melangkah masuk ke dalam kehidupan mitra-mitra dialog".124 Samartha berpendapat bahwa: " Seorang Kristen harus mendekati dialog atas dasar Teosentris dan bukan dasar Kristosentris. Hal ini membebaskan orang Kristen dari anggapan diri sebagai pemilik wahyu dan kebenaran satusatunya".125 Ia mempermasalahkan sikap terbukanya orang kristen yarig bersifat netral. Dengan dasar konsep inkarnasi, ia mendorong supaya orang Kristen untuk berani berdialog.126 Karena itu, ia mengartikan, bahwa dialog ialah. " Upaya untuk memahami dan menyatakan partikularitas kita bukan hanya dalam kaitan dengan warisan kita sendiri tetapi juga dalam hubungan dengan warisan rohani tetangga-tetangga"127 Tidak jauh berbeda dengan yang lain, Panikkar membuat tesis mengenai dialog, bahwa : melalui dialog pengalaman-pengalaman partikular mengenai kebenaranKristus bagi orang Kristen, Veda bagi orang Hindu dapat diperluas dan diperdalam sehingga menyingkap pengalaman-pengalaman partikular mengenai kebenaran. Melalui dialog akan terjadi perluasan dan pendalaman setiap pendalaman partikular mengenai kebenaran ilahi.128 Pada dasarnya Panikkar menolak beberapa pandangan yang mengemukakan penggunaan istilah Allah sebagai istilah yang netral dari agama-agama, karena menurut dia, realitas ilahi mempunyai banyak nama dan masing-masing nama merupakan aspek baru.129 Page 28 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Konsep dari pendekatan dialogis ini adalah pendekatan yang sangat kompromistis yang merusak sendi-sendi Kekristenan yang utama. Karena pendekatan ini akan memaksa orang Kristen untuk menyembunyikan finalitas Yesus dan kemutlakan kebenaran Alkitab, serta memaksa orang Kristen untuk mengakui adanya kebenaran di luar Yesus, yaitu kebenaran yang diperoleh melalui mempelajari kebenaran agama lain. 1 Bandingkan, Stanley, Gundry, Tensions in Contemporery Theology, (Michigan: Baker Book House, 1983), p. 15-18 2 Sampai pada abad 14, dunia ilmu pengetahuan berada di bawah kekuasaan gereja Katolik. Dan salah satu konsep gereja pada waktu itu, ialah bumi sebagai pusat planit-planit termasuk matahari. Namun Nicolause Copernicus (1473-1543), Astronom Polandia mencetuskan ide baru dalam bukunya " De Revolutionibus Orbium Coelestium ", bahwa tatasurya matahari berada di pusat dan dikelilingi planit-planit termasuk bumi. Hal ini bertentangan dengan pikiran gereja Katolik. Jadi karya atau penemuan ini adalah beresiko bagi pencetusnya. Dan Galileo sebagai ahli ilmu bintang, dan alam, menemukan dan membuktikan teori Kopernikus bahwa bumi mengelilingi matahari. Namun oleh inkwisisi gereja Roma Katolik pada waktu itu, ia dipaksa untuk mengakui sebaliknya, yaitu matahari mengelilingi bumi. A.G. Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yokyakarta : Penerbit Kanisius, 1990), h. 348. 3 H. Berkhof, I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993), h. 99, 256 . 4 Semboyan ini lahir karena usaha orang untuk mempelajari kebudayaan kuno seperti peradaban Romawi yang mendahului peradaban kristen; Para sastrawan seperti Petrarch Giovanni Boccacio(1304-1374) dalam syairnya mengatakan bahwa : " sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa apapun di atasnya, kaidah dan pusat hidupnya adalah dirinya sendiri". Demikian dengan sastrawan Page 29 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang yang lain seperti: Lorenzo Valla dan Giovani Pico della Mirandola, Ibid. h. 100. 5 Ibid. 6 J.D. Douglas, The Concise Dictionary of the Christian Tradition, (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1989), p. 322 7 Reformasi dan renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan setujuan. Tetapi pandangan itu salah. Karena renaissance berarti kelahiran dari manusia moderen yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan karunia rohaninya sendiri. Pada hal reformasi berarti bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan dihormati pula. Kedua-duanya telah membuang rantai yang dengannya gereja mengikat jiwa manusia dan masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebab-sebabnya berbeda jauh. Ibid. h. 101. 8 Robert D. Linder, " Renaissance ", The International Dictionary of The Christian Church. Edited by J.D. Douglas (Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1979), p. 836 9 Carl S. Meyer, " Martin Luther " Edited by J.D. Dauglas, The New International Dictionary... p. 610; Morris L. Venden, 95 Theses on Righteousness by Faith, (Oshawa, Canada: Pacific Press Publishing Association, 1987), p.205. 10 J. D. Douglas, The Concise Dictionary... p. 317 11 Band. Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen, (Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994), h. 64. 12 Dioheness Allen, Philosophy For Understanding Theology, (Atlanta: John Knox Press, 1985), p.171. Colin Brown, Filsafat Dan Iman Kristen, ... h. 68 13 Filsuf Empirisisme ialah Francis Bacon (1561-1624) yang menulis bahwa : " Segala kebenaran hanya diperoleh secara induktif, yaitu melalui pengalaman dan pikiran yang didasarkan atas pengalaman, melalui kesimpulan dari hal-hal yang khusus kepada hal yang umum. Eta Linnemann, Theologi Kontemporer, (Batu :I3, 1989), h. 19. 14 Diogeness Allen, Philosophy For Understanding Theology... p. 176 , " I thinh, therefore I am ". G. R. Habermas, " Rationalisme " Evangelical Dictionary of Theology, Edited by Walter A. Elwell, (Grand Rapids : Baker Book House, 1987), p. 911. 16 Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen 1, ... h. 71, 74. Page 30 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 17 Joseph Tong, Foundation of Philosophical Theology, (Pacet : ICTS, 1998), p.44. 18 Eta Linnemann, Teologi Kontempoerer,... h. 24. 19 Dalam "Honest to God", John Robinson menggemakan kembah pujian Tillich yang penuh keprihatinan mengenai ide Spinoza yang berada bukan di atas dan melampaui segala sesuatu melainkan di dalam segala sesuatu sebagai " dasar kreatif dari segala obyek alam ". Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen,... h. 74. Bandingkan, Tempat tinggal Allah secara literal atau secara fisik " di atas sana " kita telah menerima, sebagai bagian dari kelengkapan mental kita, suatu Allah yang secara rohani atau metafiska " di luar salah". John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadephia : The Westminster Press, 1963), p. 11. 20 Zaman pencerahan adalah zaman Rousseau dan Voltaire, juga zaman Sir Isaac Newton dan Edward Gibbon, zaman David Hume, dan Thomas Paine, zaman Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson, zaman Gotthold Ephraim Lessing, dan Immanuel Kant., Colin Brown, History & Faith, A Personal Exploration, (Leicester : Inter--Varsity Press, 1987), p. 13. Rousseau, Voltaire, lessing dan Kant membuka pintu ke abad pencerahan. Keernpatnya menolak kekristenan tradisional dan menekankan kemarnpuan dan otoritas akal manusia. 21 Colin Brown, History and Faith... p.13 Band. Wayne Detzler " Enlightenment ", Edited by J. D. Douglas, The New International Dictionary... p. 343. Walter A. Elwell, Evangelical ... p. 355. 22 Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen,... h. 110. Deisme ialah percaya kepada keberadaan dari suatu yang tertinggi yang dianggap sebagai sumber tertinggi dari dunia, namun tidak berintervensi dalam proses alam dan sejarah melalui cara pemeliharaan yang khusus, penyataan dan tindakan penebusan. Alan Richardson (Ed.), The Westminster Dictionary of Christian Theology, (Philadelphia : The Westminster Press, 1983), p.148, Louis Berkhof, Teologia Sistematika 1, Doktrin Allah, (Jakarta : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993), h. 17. 23 Agnosticisme dalam kenyataannya, merupakan salah satu konsekwensi dari argumen Kant mengenai pengatahuan manusia yang terbatas oleh karegori waktu dan tempat. Allah adalah melampaui waktu dan tempat, karena itu tidak bisa dikenal oleh manusia. Ini merupakan lebih dari suatu agnostisisme tentang Allah dari pada pertanyaan mengenai apakah Allah Page 31 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang ada atau tidak. P. Helm, "Agnosticism", New Dictionary of Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, (Leicester : InterVarsity Press, 1988), p. 12. - Pandangan Agnotisisme ialah : (1). Kita harus menghentikan penghakiman mengenai semua isu mengenai yang tertinggi, seperti Allah, kehendak bebas dan kekekalan; (2). Mengambarkan suatu sikap sekuler mengenai kehidupan, bahwa Allah adalah tidak relevan dengan manusia moderen; (3). Karena secara emosional seorang ditandai anti-kristen dan sikap anti jabatan rohani; (4). Sebagai suatu sinonim untuk atheisme., R.E.D. Clark, " Agnoticism ", The New International Dictionary of the Christian Church, Edited by J.D. Douglas, (Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1974), p. 19. - Agnostisisme dalam filsafat Kant berarti " Keadaan yang sesungguhnya (das Ding an Sich) tidak dapat diketahui, Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 31.- Kant lahir dan meninggal di Konigsberg di Prusia Timur. Dia adalah anak seorang pembuat pelana dari bangsa Skotlandia dan mendapatkan pendidikan pietis. Dia mengajar di Universitas di kota kelahirannya. Dia menikmati kebersamaan namun tidak pernah menikah. Pola kehidupannya teratur secara ketat., Colin Brown, Filsafat dan lman Kristen, ... h. 124. 24 Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 31. 25 Joseph Tong, Foundation of Philosophical Theology,... p. 55 26 Band. Eta hinnemann, Teologi Kontemporer,... h. 32. 27 Metaphora inkarnasi Allah adalah siiatu buku yang berkuasa dan harus dibaca dalam dua tingkat. Pada tingkat pertama, seseorang harus mempertimbangkan pluralisme yang unitas dari Hick dan Agnotisme dari Kant. Clark H. Pinnock, " Metaphor of God Incarnate ", Calvin Theological Journal, Vol. 29 Number 2 November 1994, (Grand Rapids : Calvin Theological Seminary, 1994), p. 578-580. 28 Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, ... h. 35, Colin Brown, Filsafat dan Iman Krist, ... h.124. 29 Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen, ... h. 140. 30 Herlianto, Yesus Sejarah, ... h. 21 31 J.D. Douglas, The Concise Dictionary of the Christian Tradition, ... p. 228 Bandingkan, Liberalisme adalah pangkal penyesuaian yang mendasar dari teologi kristen dengan dunia modern. Kaum liberal bersedia melepaskan banyak unsur-unsur tradisional ortodoksi kristen dalam usaha mereka mencari makna bagi zaman kini, Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah Page 32 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Pemikiran Kristiani, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), h. 196. Beberapa pokok pikiran yang menjiwai liberalisme: • Suatu maksud dari pengangkatan substansi iman yang disusun untuk pandangan naturalistik dan antroposentris, meninggalkan dogma tradisional sekalipun. • Suatu pandangan yang skeptis mengenai supernaturalisme kristen yang historis sifatnya; suatu ketidak-relaan untuk memperlakukan apapun seperti membenarkan sesuatu karena alasan Alkitab atau gereja yang menegaskannya. • Suatu pandangan mengenai Alkitab sebagai tulisan pikiran religius manusia yang dapat salah dan pengalaman yang lebih dari penyataan mengenai kebenaran dan dunia, keraguan mengenai fakta-fakta historis dari apa yang penulis kitab laporkan. • Suatu imanensi bahwa ide tentang Allah secara filosofis, sosiologis, moral dan asketis; Suatu kristologi non--inkarnatif yang menempatkan Yesus sebagai seorang model dan pelopor agama, seorarig yang dipenuhi oleh Allah, lebih dari pada seorang penyelamat ilahi dan dunia yang optimistis dan berkembang. • Suatu pandangan yang optimistik mengenai kuasa kebudayaan manusia yang merasakan Allah melalui refleksi mengenai pengalaman tersebut dan kemudian menyusun suatu teologi natural yang benar. • Suatu penyangkalan bahwa kejatuhan dalarn dosa merupakan suatu kegagalan yang mendatangkan rasa bersalah, polusi dan pentingnya kehidupan rohani atas semua umat..., J.I.Packer, "Liberalism", New Dictionary Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, (Leicester : Inter-Varsity Press, 1988), p.384-385. 32 J.D. Douglas, The Concise... ; Tony Lane, Runtut Pijar, ... h. 196-202. 33 Isu Pertama ialah mengenai mujizat, mujizat menyajikan kepada kita dengan suatu kasus yang khusus. Kepada orang modern mendalami budaya manusia dan teknologi dunia Barat, maka cerita-cerita mengenai mujizat adalah sangat berjasa untuk dipertimbangkan. Isu kedua adalah pandangan paradoksnya Kierkegaard, yang harus bertanya: "bagaimana kita memikirkan mengenai kehadiran Allah dalam ruang dan waktu ? Bagaimana kita dapat mengenal kehadiran Allah ? Isu ketiga, kita akan melihat pada topik mengenai "History : Sacred and Secular." Dunia Page 33 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang sekuler modern menghendaki untuk memberikan segala sesuatu kepada suatu penafsiran sekuler., Colin Brown, History And faith, A personal Exploration , (Leicester Inter-Varsity Press, 1987), p.15. 34 Kitab Pentateuch tidak hanya bersumber dari wahyu Allah melalui Musa, melainkan juga melalui sumber-sumber tradisi turun-temurun. 35 Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian lama, (Malang: Gandum, 1984), h. 41. 36 Ibid, h. 42. 37 Pentateuch disusun dari empat sumber yang disebut sumber J (Jahwist dikarang tahun 900 B.C.), sumber E (Elohist dikarang tahun 750 B.C.), Sumber D (Deuteronomist yang dikarang tahun 620 B.C.), Sumber P (Priestist yang dikarang tahun 500 B. C. Jadi Pentateuch adalah hasil pengumpulan bahan-bahan yang dilakukan oleh beberapa orang redaktur. Hal ini bertentangan dengan pandangan tradisi orang-orang Yahudi maupun tradisi Gereja yang setuju bahwa kitab Pentateuch ditulis oleh Musa., Ibid. 41-43. 38 Ibid. 39 F.F. Bruce, " Biblical Criticism ", Edited by Sinclair B. Ferguson, New Dictionary of Theology, (Leicester: Inter-varsity Press, 1994), p. 95. 40 Ibid. 41 Ibid. p. 93 42 Ibid. p.96 43 Alan Richardson, A Dictionary of Christian Theology, (Philadelphia : The Westminster Press, 1969), p.81-82. 44 Cerita Injil merefleksikan mitos dari para salelh yakni pengikut Yesus yang dinantikan dalam pengharapan Perjanjian Lama. Pendekatan mistis ini telah dikemukakan oleh pendahulunya yakni Strauss, namun Strausslah yang pertama kali menerapkannya secara konsisten untuk setiap bagian teks Perjanjian Baru. H. Harris, "Strauss, David Friedrich", New Dictionary of Theology, ... p.663. 45 Ia rnerekonstruksi teks Q (sumber non Markus bagi Matius dan Lukas) dan berpendapat bahwa itu merupakan sebuah dokumen kuno yang paling tinggi nilainya dan merefleksikan pada tempatnya ingatan seorang pendengar(rasul) serta menyajikan suatu gambaran mengenai Yesus yang dapat dipercaya. F. F. Bruce, " Harnack, Adolf ", New Dictionary of Theology, Edited by Sinclair B. Ferguson, ...p.286-287. Page 34 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 46 Bagi Ritschl, titik tolak bagi teologia bukanlah pernikiran mengenai Allah sebagaimana adanya Dia di dalam diriNya, melainkan tindakanNya demi kita, ketika Ia memberi kita pengampunan dosa melalui Yesus Kristus.,Tony Lane, Runtut Pijar... 201. Ia menjelaskan implikasiimplikasi etis dan menerangkan relevansinya bagi kehidupan dan kesaksian gereja. Ia menolak semua bentuk teologi natural dan metafisik, berargumentasi bahwa teologi harus berkosentrasi pada realita moral dan etis. ... Ia juga menolak pandangan tradisional mengenai dosa asal, inkarnasi, penyataan, kebangkitan, gereja dan kerajaan Allah, dan menciptakan sebuah kiasmus yang tidak dapat menjembatani antara Yesus sejarah dan Yesus kepercayaan. R.V. Pierard, " Ritschl, Albrecht ", Evangelical Dictionary of Theology, Edited by Walter A. Elwell, (Grand Rapids : Baker Book House, 1987}, p.954. 47 R.V. Pierard, " Schweitzer, Albert ", Evangelical Dictionary of Theology, Edited by Walter A. Elwell,.. .p. 986. 48 Sinclair B. ferguson, New Dictionary of Theology... p. 305-306. 49 Barth dan Bultmann dua-duanya menolak pencarian Yesus yang historis oleh kelompok liberal. Sebagai pengganti pencarian tersebut Barth mengemukakan teologi dogmatis. Ia berusaha melepaskan teologia tersebut dari penyelidikan kritis terhadap sejarah. Bultmann menggantikan pencarian tersebut dengan sikap skeptis ekstrem tentang historitas tidaknya Yesus. Bahwa : " Menutup kemungkinan merekonstruksi gambaran historis dari yesus. Hanya pengetahuan minimal atas Yesus yang mungkin, dan itu jelas tidak cukup untuk menulis suatu riwayat Yesus. Pengetahuan mengenai Yesus yang historis tidak perlu. Injil tidak memerlukan dasar sejarah yang lebih kuat dari pada fakta bahwa Yesus hidup dan mati. Perhatian terhadap Yesus yang historis sebenarnya tidak sah. Menurut Bultmann bahwa Paulus tidak lagi tertarik kepada Yesus yang historis. Pembenaran hanya oleh iman bukan sejarah (sebenarnya prinsip Reformed: pembenaran hanya oleh Yesus Kristus yang historis yang diterima melalui iman). 50 Yang dipersoalkan oleh Kasemann ialah apakah iman kepada Yesus berpegang kepada Tokoh Yesus sendiri dan pemberitaan-Nya atau apakah iman itu berpangkal pada kepercayaan jemaat pertama dan pemberitaannya (kerygma)? Yesus dan kebangkitan-Nya menampakkan diskontinuitas. Kita hanya dapat menjumpai Yesus di dalam kerygma, tidak menuju ke Page 35 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang sejarah, jadi hanya di dalam iman., Lihat The quest for the Historical Jesus, Walter A. Elwell, Evangelical... p. 584. 51 N.T. Wright, Who Was Jesus?, (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1994), p. 10. 52 Munculnya perdebatan Kristologi dalam sejarah gereja adalah berakar pada paham Ebionit Alogi dan Monarkhian yang menyangkal keilahian Yesus, berhadapan dengan golongan Doketisme, Gnotisisme dan Modalisme yang secara tegas menolak kemanusiaan Kristus. Hal ini terjadi karena Injil telah keluar melampaui batas Palestina dan bertemu dengan dunia Hellenisme, khususnya setelah Injil masuk ke Eropa melalui pelayanan Paulus. Kemudian muncul golongan-golongan yang berselisih paham, yaitu Nestorian, Cyrillian, Golongan Euthianisme, Monophysites, monothelites, dll. Louis Berkhof, Reformed Dogmatics, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmand P. Co, 1973), p. 105-117. 53 Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya mengenai siapakah diri-Nya (Mark 8:27). Ini menunjukkan bahwa pada masa itu pun sudah ada keraguraguan mengenai siapakah Yesus itu, ada yang mengiranya sebagai Yohanes pembaptis, Elia, atau salah seorang diantara para nabi.,John Macquarrie, Jesus Christ in Modern Thought, (London, SCM Press, 1992), p.3. 54 Band. John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadelphia : The Westminster Press, 1963), p. 12-13; Paul, Tillich, The Shaking of the Foundations, (New York : Charles Scribner's Sons, 1948), p.1-11, Marcus J. Borg, Kali pertama jumpa Yesus kembali,1997), h. 49-50. 55 Pertanyaan-pertanyaan yang berbeda : (1). Dapatkah suatu pengertian yang umum tentang Kristus didasarkan pada data historis semata ? atau haruskah itu diterima oleh iman? (2). Haruskah -kita terlebih dahulu menentukan pengertian kita tentang hakekat Kristus dan kemudian menerapkannya kepada penelitian kita mengenai karyaNya, atau haruskah kita mengadakan pendekatan kepada subyek mengenai hakekatNya melalui suatu studi tentang karyaNya ? (3). Apakah ide inkarnasi Allah sudah menjadi sifat mitologis dan kemudian tidak dapat dipertahankan ? Millard J. Erickson, Christian Theology, (Grand Rapids : Baker Book House, 1985), p.662. 56 1). Injil adalah diinspirasikan oleh Roh Kudus dan disusun suatu laporan yang berotoritas baik untuk bukti historis juga untuk doktrin kristen. Page 36 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Namun inspirasi ini, bukan hanya semata-mata tuntutan Roh Kudus atas penulis, tetapi juga pikiran manusia yang aktif, bukan dalam keadaan tanpa sadar. ... Kita tidak mengerti dengan baik mengenai cara Allah memakai Matius, Markus dan Lukas dalam hal menghasilkan tulisan sinoptis. 2). Matius mengenal Yesus secara pribadi dan dapat memberikan kesaksian sebagai saksi mata, menulis karyanya sebelum tahun 70 A.D. 3). Markus, seorang yang membantu Petrus dan seorang yang kenal dengan banyak saksi mata yang lain, menulis Injilnya sebelum 70 A.D. 4). Lukas, seorang teman Paulus dan bertemu dengan banyak saksi mata tentang Kristus dan diperkenankan untuk meneliti dokumen-dokumen tertulis bagi laporan atau tulisannya, menulis setelah Matius dan Markus, kira-kira tahun 60 A.D. Richard L. Niswonger, New Testament History, (Grand Rapids Zondervan Publishing House, 1988), p.108-109. 57 Istilah penginjil sama dengan penulis Injil.- Setiap penginjil mempunyai perspektif teologisnya sendiri, tetapi janganlah kita berpikir, bahwa teologia dari masing-masing penulis itulah yang paling penting dalam Injil yang mencantumkan nama mereka. Setiap penginjil menulis tentang Yesus. Apa yang dikatakan dan yang dilakukan oleh Yesuslah yang merupakan pokok pembicaraan setiap kitab Injil dan maksud penulisan kitab-kitab Injil itu adalah untuk berusaha menunjukkan perkataan serta perbuatan Yesus itu.... Namun yang terpenting adalah Yesus bukan si penginjil. Leon Morris, Teologia Perjanjian Baru, (Malang : Gandum Mas, 1996), p. 123. 58 Donald Guthrie, New Testament Teology, (Leicester : Inter-Varsity Press, 1981), p. 70. 59 Kaum injili mengakui bahwa : masing-masing Injil adalah suatu karya sastra yang bersifat khas, dengan nada dan roh tersendiri; masing-masing menekankan suatu segi tertentu dari pribadi Kristus, dan ketiga sinoptis itu semuanya bersama-sama dengan Injil Yohanes menyajikan kepada kita lukisan Kristus yang kita kenal. 60 Formgeschichte menyaakan bahwa Sumber ini disusun dari cerita-cerita pendek mengenai Yesus serta beberapa petikan ajaran-Nya yang disebarluaskan oleh para pengikut-Nya secara terpisah. Menurut teori ini unsur-unsur biografis Yesus dihimpun, dimasukkan dalam suatu kerangka ciptaan sang penulis, dan dirangkai menjadi suatu kisah yang menjadi sumber Injil atau Injil itu sendiri. Ibid. h. 176. Band. Page 37 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Form criticism concerns itself with what happened in the forty years interval before Gospels were written. Petrick Hendry, New Directions In New Testament Study, (Philadelphia: The Westminster Press, 1973), p. 138 61 Kritik redaksi memberi perhatian terhadap apa yang terjadi dalam pemikiran para penulis Injil... Kritik redaksi melihat kepada apa yang dilakukan oleh para penulis berkenaan dengan materi yang tersedia mengenai Dia dan menemukan bahwa masing-masing Injil menyajikan suatu penafsiran yang menyeluruh mengenai signifikansi dari Yesusu. Petrick Hendry, New Directions In... p. 138. Para penulis Injil memeriksa dan menyusun, menurut caranya masing-masing, bahan-bahan mengenai kehidupan Kristus yang mereka terima dari mulut ke mulut. Merrill Tenney, Survei Perjanji-in Baru.... h. 177. 62 I. Howard Marshall (Ed.) New Testament Interpretation, Essays On Principles and Methods, (Grand Rapids : Wm.B.Eerdmans Publishing Co. 1985), p. 188-191. 63 Leon Moris, Teologi Perjanjian Baru, ...h. 125. 64 Adapun yang dimaksud dengan Kerygma oleh Bultmann ialah berita PB itu dengan pemberitaan kini menjadi suatu sapaan, suatu teguran pribadi Allah kepada saya, serta memanggil saya untuk mengambil keputusan... Iman hanya bersangkut paut dengan kerygma. Iman hanya mengenal historisitas, bukan historis. Akibat ajaran Bultmann ini ialah dualisme Yesus yang historis dan Yesus yang kerygmatis. Jadi, hubungan Yesus yang hidup di dunia dengan Kristus yang diberitakan dihapuskan. Maka Injil bukan lagi berita sukacita., Harun Hadiwijono, Theologia Reformasi Abad ke 20,... h.71. 65 Yesus pra paskah dan Yesus Pasca-Paskah. Saya lebih suka berbicara tentang Yesus pasca-Paskah dari pada Kristus kepercayaan. Yesus pasca-Paskah sebagai Yesus dari tradisi Kristen dan pengalaman.,Markus J. Borg, Kali pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), h. 20-22. 66 Ketidaksinambungan-ketidaksinambungan antara Yesus Sejarah dan Injil Markus kelihatan jelas.A. Roy Eckardt, Menggali -Ulang Yesus Sejarah, Kristologi Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h. 248-278. Page 38 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 67 Para penulis kitab Injil tidak hanya menulis tradisi tapi merupakan penafsir fakta-fakta yang disampaikan kepada mereka.,John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Pengantar Historis-Teologis, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996), h. 229-239. 68 Kitab-kitab Injil tidak memberikan keterangan kepada kita tentang apa yang diajarkan Yesus, melainkan tentang apa yang diimani orang Kristen mula-mula mengenai Dia.,R.T. France, Yesus Sang Radikal, Potret Manusia yang Disalibkan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), h.180187. 69 Millard J.Erickson, Christian Theology, ...p.663; Band. Howard Clark Kee, Jesus In History, An Approach to the Study of the Gospels, (New York: Harcourt, B. and World, 1970), p.26. 70 Tiga tokoh Neo-Orthodoks yang menentang The Quest of The Historical Jesus, yaitu Emil Brunner (1889-1966), Karl Barth (1886-1968), dan Rudolf Bultmann (1884-1976). Ketiganya menekankan mengenai Transendensi, kemahakuasaan Allah dan kebutuhan manusia akan penebusan serta sentralitas Yesus Kristus. Brunner menolak the first Quest dan menafsirkan Yesus sebagai pahlawan agama, genius dan moralist. Sebelum Yesus telah ada penyataan Allah, karena itu manusia dapat mengenal Allah melalui alam (theologia naturalis) Harun Hadiwijono, Theologia Reformatoris,... h. 37. Penyataan Allah terjadi dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, hanya menjadi lengkap apabila seseorang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Kitab Suci sendiri bukanlah penyataan. Sinclair B. Ferguson, New Dictionary of Theology, ... p. 110. Karl Barth Menekankan penyataan Allah yang satu-satunya, yaitu Kristus. Firman yang tertulis dan yang. diberitakan bukan penyataan, tapi kata-kata manusia, Jadi Injil-Injil bukan penyataan Allah. Barth tidak menekankan historitas Yesus sekalipun ia menentang first Quest.Tony Lane, Runtut Pijar,...h. 215-219. Bultmann berpandangan : Tidaklah penting untuk membuka misteri Yesus dalam sejarah. Yang penting dan bermakna bagi kita ialah pengalaman pertemuan dengan Yesus disini dan sekarang. Fakta sejarah bukanlah bukti untuk dasar iman Kristen, yang penting ialah kerygma yang disampaikan oleh gereja mulamula.Sinclair F. Ferguson, New Dictionary of Theology,... p.115-116. 71 Millard J. Erickson, Christian Theology, ... p. 663 Page 39 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 72 Strauss dan Renan berpandangan bahwa: Yesus digambarkan secara mendasar sebagai seorang yang baik, seorang guru kebenaran rohani yang agung, namun bukan karya mujizat... Ibid; Band. Sinclair F. Ferguson, New Dictionary, ... p. 663 Lihat Albert Schweitzer, The Quest of the Historical Jesus,(New York: The Micmillan Company, 1968). p. 78. 73 Penulis-penulis sejarah menyaring cerita-cerita Injil dan mengeluarkan dari cerita itu hal-hal (seperti yang adikodrati) yang mereka anggap kurang menyenangkan. Ibid., Sinclair F. Ferguson, New Dictionary... p. 286 74 Penyelidikan tersebut memimpin kepada pemeriksaan kritis yang terperinci mengenai Injil-Injil, seperti pada waktu pertama kali mereka belajar dokumen-dokumen kuno apapun yang lain dan ditempatkan dalam setting historis mereka. Sinclair F. Ferguson, New Dictionary... p. 305. Albert Schweitzer, T he Quest of T he Historical Jesus, (New York: The Macmillan Company, 1906). 75 Pada hari paskah para murid mengenal kembali Yesus, bukan sebagai salah seorang tokoh sorgawi, atau sebagai sebuah dalil ajaran dogmatis, melainkan sebagai seorang yang telah dikenal mereka sebelum paskah. Oleh karena itu, maka Kristus yang dipercaya dan diberitakan sejak Paskah itu memiliki kesinambungan dengan Yesus yang historis. Jadi iman tiada artinya, jikalau tanpa Yesus yang historis itu... Tahun 1953, Kasemann membuat suatu uraian tentang " Persoalan tentang Yesus yang historis". Yesus yang Historis adalah pangkal serta pusat pemikirannya. Namun ternyata historisitas Yesus adalah berdasarkan kerygma gereja mula-mula. Jadi pada dasarnya sama dengan Bultmann. Bandingkan, Harun Hadiwijono, Theologia Reformatoris... h. 72. 76 Penyelidikan yang baru tidak mengijinkan kemungkinan memperoleh pengetahuan yang lengkap tentang Yesus, terpisah dari pengertian bibliografis dan psikologis, namun mencari untuk mengisi isi kerygma dengan beberapa pengetahuan tentang Yesus yang terpisah dengan hal itu. Lihat, Donald Guthrie, New Testament Introduction, (Leicester : Inter-Varsity Press, 1970), p. 202. Band. Sinclair F. Ferguson, New Dictionary... p. 305. Band. Albert Schweitzer, The Quest of the... p.xi 77 Donald Guthrie, New Testament Introduction,... p. 203. Page 40 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 78 Ada pun bentuk penyelidikan Jesus Seminar ialah Pertama: Mengumpulkan ucapan-ucapan yang dianggap dari Yesus, kemudian dibagi dalam lima ketegori, yaitu perumpamaan, aforisme, percakapan, dan cerita-cerita mengandung ucapan Yesus. Ucapan yang pendek dianggap lebih asli. Kedua: Dilakukan pemungutan suara oleh yang hadir-menentukan keaslian ucapan itu. Ada empat pilihan : 1). Asli diberi warna merah (nilai 3/ 75 %), 2). Mungkin asli diberi warna Muda (nilai 2/50%), 3). Mungkin tidak asli diberi warna abu-abu (nilai 1/25%). 4).Tidak asli diberi warna hitam (nilai 0). Hasilnya ialah 82 persen ucapan yang dikatakan Yesus dalam Injil adalah tidak benar-benar diucapkan oleh Yesus. N.T. Wright, Who Was Jesus? (Grand Rapids: William B. Eerdmans P.C., 1994), p. 17-18. 79 Ibid. 80 Ibid, p. 10. 81 Ibid. 82 Ibid. p.13; Lihat, Geza Vermes, Jesus and the World of Judaism, (Philadelphia: Fortress Press, 1983), p. 1-10, 14 Geza Vermes, Jesus The Jew, (Fontana: William Collins Sons & Co., 1973), p. 19. 83 A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah,. Kristologi Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), h. 401 84 Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, Yesus Sejarah dan Hakikat Iman Kristen Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 2021 85 Pertama :Yudaisme Yesus, sebagai tokoh kerohanian dan pahlawan kebudayaan. Kedua : Yudaisme Yesus, sebagai Penganjur pemulihan Israel yang ditolak. Ketiga: Yudaisme Yesus, sebagai Pejuang Israel. Keempat: Yudaisme Yesus, sebagai pembebas orang susah dan sengsara. Kelima: Yudaisme Yesus, sebagai penyelamat kaum perempuan. A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah,... h.39-220 86 N.T. Wright, Who Was Jesus...p. 17-18. 87 N.T. Wright, Who Was Jesus...p. 17-18. 88 Millard J. Erickson, Christian Teology... p. 662. 89 Band. Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), h. 206 90 Keputusan Konsili Chalcedon : " Kita bersaa dengan Bapa-Bapa suci, semua dengan satu persetujuan, mengajar manusia untuk mengaku satuPage 41 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang satunya dan Anak yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sehakekat dengan Bapa dan juga sehakekat dengan manusia; Allah sejati tapi juga manusia sejati; berjiwa dan bertubuh, bersifat konsubstansial dengan Bapa sesuai dengan keilahian-Nya dan bersifat konsubstansial dengan manusia sesuai dengan kemanusiaan-Nya; dalam segala sesuatu sama seperti kita, tanpa dosa; dilahirkan sebelum segala zaman dari Bapa sesuai dengan keilahian, dan dalam hari-hari kemudian, untuk kita dan untuk keselamatan kita, dilahirkan dari perawan Maria, bunda Allah sesuai dengan kemanusiaanNya; satu Kristus yang sama, Anak, Tuhan, Allah yang tunggal dikenal di dalam dua natur tidak bercampur (asuggutos), tidak dapat berubah (atreptos), tidak dapat dibagi (adiaretos), tidak dapat dipisahkan (achoristos)..., Louis Berkhof, Reformed Dogmatics, Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans P.Co, 1973), p. 111-112. 91 Teologi skolastik memisahkan doktrin pribadi Kristus (KeAllahan, kemanusiaan, dan kesatuan keduanya) dari jabatan dan karya Kristus. Millard J. Erickson, Christian ? heology, ... p. 675. 92 Philipp Melanchthon: " Mengenal Kristus adalah untuk mengenal manfaat-manfaatnya. Luther memang menekankan tindakan penyelamatan Kristus untuk kita." Ibid. 93 Berdasarkan teori, bagaimanapun, Pribadi Kristus dan Karya Kristus adalah tidak bisa dipisahkan). Namun dalam kenyataannya, ia menekankan pengalaman orang kristen yaitu apa yang Kristus lakukan untuk kita. Ia tidak menjadikan Alkitab sebagai tolok ukur, dan tidak mengakui kebutuhan karya Kristus yang menyelamatkan manusia dari dosa. Karena keberdosaan manusia tidak serius membutuhkan atonomen. Yesus hanya berarti sebagai teladan dan guru bagi kita. Ibid. 94 Ibid. p. 676. Band. Paul Tillich, Systematic Theology, Vol. 2 (Chicago: University of Chicago, 1957), p. 150 95 John A.T. Robinson, Honest to God, (Philadelphia: The Westminster Press, 1963), p.49-50. 96 Teologi terlibat dengan persoalan-persoalan konkret yang mempengaruhi kehidupan ...Teologia harus bergumul dengan dunia, bukan dengan sorga. C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, Teologi Cerita dari Perspektif Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), h. 50. 97 Millard J. Erickson, Christian Theology,... p.665. Page 42 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 98 Setelah perang dunia pertama timbul reaksi terhadap Liberalisme, mengarah kepada orthodoksi. Reaksi banyak persamaannya dengan Evangelikalisme, tetapi ini bukan sekedar kembali pada orthodoksi lama, melainkan merupakan orthodoksi Baru., Tony Lane, Runtut Pijar, ... h. 215. 99 Millard J. Erickson, Christian Teology, ... p. 666. 100 Lihat, Wolfhart Pannenberg, Jesus - God and Man, (Philadelphia: Westminster Press, 1968), p. 34-35. 101 Tony Lane, Runtut Pijar,... h. 242. 102 Wolfhard Pannenberg, Jesus-God and Man, ... p. 66 103 I. Howard Marshall, I Believe In The Historical Jesus, (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Co. 1977), pDan C.F.D. Moule, The Origin of Christology, (London: Cambridge University Press, 1984), p. 142-158. Milliard J. Erickson, Christian Theology, ... p. 676 104 Ibid, h. 52. Goldinaay membuktikan keesaan Allah dalarn perjanjian Lama sebagai dasar untuk melihat adanya satu Allah saja di seluruh dunia. John E. Goldingay, " Keesaan Allah dalam Perjanjian Lama", Satu Allah Satu Tuhan; (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), h.3247. 105 ibid h.53 106 Paul F. Knitter, No Other Name ? A Critical Survey of Christian Attitudes Toward the World Religions, (New York : Orbis Books, 1989), p. 145-157. 107 Gereja Orthodoks Timur terdapat di Yunani, Rusia dan Ukraina. Mereka lebih terbuka dengan pluralisme agama dari pada Gereja dan teologia Orthodoks Barat. Harold Coward, Pluralisme...h. 54 108 Kemungkinan pertama, ialah secara ontologis terdapat banyak allah, namun hal ini menimbulkan konflik; kemungkinan kedua satu agama yang menyembah Allah dan lainnya menyembah berhala. Hal ini pun ditolak oleh Hick. Kemungkinan ketiga, ialah ia mengusulkan hanya ada satu Allah yang disembah, pencipta dan Tuhan untuk semua, Ia melampaui segala usaha manusia untuk memahaminya dalam pikiran; sehingga berbakti kepada-Nya berbagai agama. David Ndoen, Mengenal Selintas Soteriologi Pluralisme, ... h. 61. John Hick, Paul F, Knitter, The Myth of Christian Uniqueness, (London: SCM Press, 1988), p. 66 109 Hick proposes his " Copernican revolution in theology" It parallels Page 43 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang Copernicus' model of the universe: It involves an equally radical transformation in our conception pf the universe of faith and the place of our own religion within it ... (It demands) a paradigm shift from a Christianitycentered or Jesus Centered to God-centered model of the universe of faiths. Jadi, Hick menolak posisi inklusif yang Kristosentris, Universalisme dari kaum liberal dan pluralisme yang inklusif pun masih belum terlepas dari belenggu finalitas Yesus. Karena itu dengan transformasi radikal akan membebaskan semua belenggu finalitas Yesus. Paul F. Knitter, No Other Name ?, ... p.147. 110 Clark H. Pinnock, " The Metaphor of God Incarnate: Christology in a Pluralist Age by John Hick", Calvin Theological Journal, Vol. 29, (Grand Rapids: Calvin Theological Seminary, 1994), p. 580. 111 David Ndoen, Mengenal Selintas Soteriologi Pluralisme, ... h. 63. 112 Band. Harold Coward, Pluralisme... h. 69. 113 Pengakuan I : Pengakuan Yesus Kristus itu Allah, Tuhan dan Juru selamat yang dinyatakan oleh Alkitab. Pengukuhan II: Mengenai amanat Agung. Pengukuhan IV. Orang yang tidak beriman kepada Kristus berada di bahah hukuman Allah dan akan masuk neraka, Pengukuhan V: Kabar baik keselamatan dari Allah melalui iman dalam Tuhan Yesus, karena kematianNya di kayu salib, yang menebus dosa-dosa kita. DIL, Billy Graham, Beritakan Injil Standar Alkitabiah Bagi Penginjil, (Yogyakarta : Yayasan Andi, 1992). 114 Harold Coward, Pluralisme... h. 71. 115 Ibid. h. 72. 116 Ibid, h. 73. 117 Ibid. h. 68. 118 Harold Coward, Pluralisme... h. 73. 119 "Ajaran Rahner mengenai agama kristen yang anonim dituduh sebagai elitis dan relativistis. Namun menurut Rahner sendiri bahwa " Orang Kristen anonim tidak dikutuk sebagai suatu bentuk agama kristen yang tidak sempurna. Orang Kristen anonim ada pada taraf adidtiniawi, radikal, dan manusiawi yang sama seperti orang yang nyata nyata Kristen. Ibid, h. 74-75. 120 Ibid. 121 Ibid, h. 75. Page 44 Pluralisme: Latar Belakang Bangkitnya Kristologi Abu-abu Kaum Pluralis Stevri Indra Lumintang 122 C. S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, Teologi Cerita dari Perspektif Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993), h.154; Raimundo Panikkar, Dialog Intra Religius, (Yokyakarta: Kanisius, 1994), h.96,101. 123 Dialog tidak dapat lebih tepat diartikan dari pada istilah " persekutuan" lebih baik dilukiskan, dialami dan diperkembangkan sebagai cara hidup. Olaf Schumann, Dialog Antar Umat Beragama, Dimanakah Kita Berada Kini ?, (Jakarta : LPS-DGI, 1980), h. 15. Reuel L. Howe, The Miracle of Dialogoe, (New York: The Seabury Press, 1963), p. 56-66. 124 C.S. Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami,... h. 186. Band. " Dialog harus bergerak dari dasar sikap religius saya ke dasar sikap religius yang sama dalamnya dari patrner saya. Raymundo Panikkar, Dialog Intra Religius, ... h. 92. 125 Harold Coward, Pluralisme... h. 76. Samartha warns against a "Christonionism" that has infected Christian doctrine and so absolutizes Jesus that it turns him into " akind of cult figure over against other religius figures." ... Samartha advocates a theocentric approoach, Paul F. Knitter, No Other Name ?, ... p. 158. 126 Sebagaimana Allah mengambil resiko dengan menjadi manusia, demikian pun orang-orang Kristen tidak boleh takut hidup di tengahtengah pluralisme agama. Yang dibutuhkan bukanlah sebuah teologi mengenai dialog melainkan keberanian untuk berdialog. Ibid, h. 77 127 Ibid. 128 Ibid, h. 79. 129 Ibid, h. 80. Paul. F. Knitter, No Other Name ?, ... p.153. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pluralisme05.html Page 45