perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user JURNAL

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JURNAL
PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN
BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA – MYANMAR
(Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya – Myanmar di
Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015)
Oleh:
LIA AYU MERDEKA WATI
D0209048
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM
MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA MYANMAR
(Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya –
Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan
Mei 2015)
Lia Ayu Merdeka Wati
Dwi Tiyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Lia Ayu Merdeka Wati, D0209048, The Framing Of Kompas and
Republika in Presenting The News About The Conflict of Rohingya Moslems Myanmar (Framing Analysis towards the News of Rohingya Moslems –
Myanmar Conflict in Kompas Daily Newspaper and Republika May 2015
Edition).
The fact that has been revealed in any media does not mean it is the
actual fact. Because in order to be a series of news, an event that already has
its own news value cannot be presented just the way it is. There are many
different perspectives from many different media too. The two media that the
author want to analyze are the national media which have their own
characteristics. Those media are Kompas and Republika. In public, Kompas is
more neutral than Republika since Republika tends to use Islamic ideology.
The research is done by analyzing the news about Rohingya Moslems in
Myanmar on May 2015 using the framing analysis model of Zhongdang Pan
and Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki divided the
framing devices into four parts. Based on the news in Republika media, it can
be inferred that the presentment news about Rohingya Moslems, it does its
framing by criticizing Myanmar’s government who does not want to be
responsible for many Rohingya Moslems who fled from the country.
Meanwhile, the news about Rohingya Moslems – Myanmar in Kompas
discusses more about the humanity issues and also the movement from ASEAN
in solving the problem Rohingya Moslems in Myanmar.
Keywords: Framing, Analysis Framing Zhongdang Pan with Gerald M.
Kosicki, the Conflict of Rohingya - Myanmar, Kompas, Republika,
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendahuluan
Media massa merupakan alat bantu komunikasi massa yang paling
utama, dalam hal ini bisa juga kita sebut jurnalistik. Menurut Bittner,
komunikasi massa dipahami sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
media kepada sejumlah orang yang tersebar ditempat yang tidak ditentukan.
Jadi, media massa merupakan suatu alat transmisi informasi, seperti surat
kabar, majalah, buku, film, televisi, dan radio (Asep Saeful Muhtadi, 1999:73).
Menurut Prof. Pawito dalam bukunya “Penelitian Komunikasi
Kualitatif” Lebih dari sekedar alat – alat teknologis, media massa sebenarnya
adalah suatu pranata sosial (social institution). Ray Eldon dkk (1998)
menyebutkan bahwa media massa merupakan social institutions created to
perform the tasks that society requires of them (pranata sosial yang tercipta
untuk menjalankan tugas yang oleh masyarakat dipercayakan kepadanya
(p.12).
Rohingya adalah minoritas Muslim di Myanmar, Negara yang
mayoritas penduduknya penganut budha. Jumlah mereka sekitar 1,3
juta orang, kebanyakan tinggal di Negara bagian Rakhine di bagian
barat Myanmar. Mereka sudah menetap di sana selama tiga generasi.
Tapi pemerintah Myanmar menihilkan mereka. Rohingya dipersekusi
dan didiskriminasi secara sistematis. Di dalam Negeri tidak ada yang
perduli dengan nasib mereka, termasuk pemenang nobel dan pemimpin
oposisi Aung San Suukyi-sekalipun kini Myanmar sedang mereformasi
diri (Tempo, 108:2015).
Media massa Indonesia, memberikan porsi yang cukup besar dalam
memberitakan konflik Rohingya - Myanmar, tak terkecuali dua surat kabar
harian nasional yaitu Kompas dan Republika. Kedua media cetak ini,
memberikan pandangan yang cukup berbeda mengenai konflik Rohingya –
Myanmar. Harian Kompas yang di kenal dengan Visi Humanismenya dan pada
mulanya diterbitkan oleh partai Katolik dan sejumlah Jurnalis Katolik yang
kemudian berubah menjadi koran independent, mengupas konflik Rohingya Myanmar, sebagai persoalan Ekonomi, Politik, Budaya, Hukum, dan Sosial.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kompas dianggap sebagai surat kabar yang netral dalam menyikapi
konflik Rohingya-Myanmar, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kompas
menyajikan berita yang bebas sebagai saluran untuk semua pihak. Peran
kompas dalam pemberitaan konflik ini adalah sebagai media yang memberikan
pandangan konflik Rohingya-Myanmar sebagai konflik menyingkirkan salah
satu kelompok minoritas yang dianggap bukan bagian dari Negara tersebut
dalam hal ini Myanmar.
Sedangkan Republika didirikan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia), dalam memberitakan peristiwa konflik Mulsim Rohingya Myanmar, secara terbuka menjelaskan bahwa dirinya merupakan surat kabar
yang berbasis keislaman, dengan adanya perbedaan ideologi inilah yang
kemudian memunculkan asumsi bahwasannya berita yang disampaikan oleh
kedua surat kabar tersebut syarat akan motif dan kepentingan ideologi tertentu.
Melihat fenomena tersebut, maka penulis tertarik mengadakan pengkajian dan
penelitian mengenai pembingkaian pemberitaan tentang konflik RohingyaMyanmar dengan menggunakan perbandingan harian surat kabar Kompas dan
Republika
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimanakah pembingkaian pemberitaan tentang konflik Rohingya –
Myanmar antara Harian Surat Kabar Republika dan Harian Surat Kabar
Kompas periode Mei 2015?
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui
pembingkaian berita konflik Rohingya – Myanmar antara Harian Surat Kabar
Kompas dan Harian Surat Kabar Republika Periode Mei 2016.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tinjauan Pustaka
1. Unsur-unsur Berita dalam Media Massa (Surat Kabar)
Salah satu jenis tulisan yang dimuat di koran adalah karya yang
bersifat jurnalistik yang umumnya berupa tulisan penyampaian berita.
Menurut Nurudin (2007) sesuatu yang mempunyai nilai berita yang dimuat
di media massa mengandung beberapa unsur, yaitu (1) signifience (penting)
bagi orang banyak, (2) magnitude (besar) menyangkut angka-angka bagi
orang banyak, (3) timeliness (waktu), hal yang baru terjadi, (4) proximity
(dekat) artinya hal yang dekat dengan pembaca, (5) prominence (tenar), dan
(6) human interest (manusiawi).
Berita didefinisikan sesuai dengan sudut pandang masing-masing
orang. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada definisi
berita secara universal. Penyajian berita untuk memperkuat peristiwa
apa yang sedang dipantau dan bagaimana menyajikannya, reporter
pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup
pekerjaannya (Helena, 2007).
Berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang berpengaruh pada
para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi
berita tersebut mengandung unsur-unsur yang:
a.
Baru dan penting.
b.
Bermakna dan berpengaruh.
c.
Menyangkut hidup orang banyak.
d.
Relevan dan menarik.
Berita adalah sesuatu yang aktual, yang dipilih oleh wartawan untuk
dimuat dalam surat kabar, berita dipandang sebagai “komoditi”, sebagai
“barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu barang
dagangan harus menarik (Kusumaningkrat, 2006:57).
Berita adalah laporan fakta atau ide yang bermasa, yang dipilih oleh
staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang menarik perhatian
pembaca dari segi human interest seperti humor, emosi, dan
ketegangan (Assegaff, dalam Ismawati, 2007:60).
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Pasal 5 Kode Etik Wartawan Indonesia memuat tentang
unsur layak berita, yang isi lengkapnya yaitu
Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil,
mengutakan kecernatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan
fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini watawan
agar disajikan dengan menggunakan jelas penulisnya (Wiryanto,
2000:86).
Ketentuan dari kode etik jurnalistik tersebut dapat dipahami bahwa
berita pertama-tama harus cermat dan tepat atau akurat. Selain itu, berita
juga harus lengkap, adil, dan berimbang. Kemudian berita pun tidak harus
mencampurkan antara fakta dan opini wartawan sendiri (objektif), serta
syarat berita harus ringkas dan jelas.
Media memiliki otoritas untuk memproduksi produk cetak mereka,
dibalik kebebasan pengelolaan isu tersebut, media sebenarnya memiliki
peran pada wilayah apa yang disebut sebagai media framing, diluar wilayah
mereka, yakni ketika berita telah dibaca oleh masyarakat, yang terjadi
kemudian ialah, berita tersebut tidak serta merta ditangkap oleh individu
dalam masyarakat, namun terjadi pula proses internalisasi oleh individuindividu di dalam masyarakat tersebut, dengan berbagai pengalaman dan
perangkat pengetahuan yang dipegang oleh masyarakat. Media pun
selanjutnya menerima reaksi (sikap) masyarakat untuk kemudian menjadi
pertimbangan dalam menentukan news framing. Media frames merupakan
jalan cerita yang dibangun oleh media dalam memandang sebuah peristiwa,
yang mengemukakan apa yang menjadi kontroversi dan inti dari isu yang
disajikan pada headline.
2. Konstruksi Realitas dalam Media
Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas.
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah
menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media merupakan
realitas yang dikonstruksikan. Pembuatan berita di media massa sebenarnya
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita
(Alex Sobur, 2002:88).
Isi media pada hakikatnya merupakan hasil konstruksi realitas dengan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan, bahasa bukan saja sebagai
alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan reliefs seperti
apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya,
media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi
makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya
(Alex Sobur, 2002:88). Media massa dilihat sebagai media diskusi antara
pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda. Mereka
berusaha menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim
interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai obyek wacana (Agus
Sudibyo, 2001:220-221).
Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan benda, atau
apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Sebagai
contoh mahasiswa yang baru saja pulang dari sekolah dan melewati
sekelompok anak sekolah yang sedang tawuran kemudian menceritakan
keadaan
dirinya
atau
pengalamanya
pada
dasarnya
ia
sedang
mengkonstruksikan dirinya sendiri. Begitu juga dengan jurnalis pada
dasarnya pekerjaan mereka adalah menceritakan hasil reportase nya kepada
khalayak. Oleh karena itu mereka selalu terlibat dalam usaha – usaha
mengkonstruksikan realitas, yakni menyusun fakta yang dikumpulkan ke
dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (news), karangan khas
(feature), ataupun gabungan keduanya (news feature).
Kegiatan jurnalistik memang memakai bahasa sebagai alat utama
untuk membuat berita. Tapi di dalam media bahasa tidak hanya digunakan
untuk sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau
opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan
realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Framing dalam Media Surat Kabar
Framing pada bagian ini merupakan kerangka teori yang berguna
untuk mengarahkan serta menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahapan
analisis hasil penelitian, peneliti juga menggunakan framing sebagai teknik
analisis data. Sedangkan pada bagian ini, framing digunakan untuk
menjelaskan adanya proses seleksi dan pembentukan berita yang
merupakanframingsebagian dari konstruksi realitas dalam media massa.
Pembangunan konstruksi realitas pada masing-masing media berbeda,
meskipun realitas faktanya sama. Pengkonstruksian fakta tergantung pada
kebijakan redaksional yang dilandasi politik media. Salah satu cara yang
dipakai atau digunakan untuk menangkap cara masing-masing media
membangun sebuah realitas adalah dengan framing.
Robert N.Entman, seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi
analisis framing untuk studi isi media, mendefinisikan framing sebagai
seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu
lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal seperti
menyajikan secara khusus definisi terhadap msasalah, interpretasi sebab
akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu
digambarkan (Eryanto, 2001:13)
Proses pembentukan berita merupakan proses yang rumit dan banyak
faktor yang berpotensi mempengaruhi. Oleh sebab itu, niscaya akan terjadi
pertarungan dalam memaknai realitas dan presentasi media. Apa yang
disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang
beragam. Pamela J.Shoemaker dan Stephen D.Reese, meringkas berbagai
faktor
yang
mempengaruhi
pengambilan
keputusan
dalam
ruang
pemberitaan.
Pertama, faktor individual. Level individual melihat bagaimana
pengaruh aspek-aspek personel dari pengelola media mempengaruhi
pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang
individu seperti jenis kelamin, umur atau agama sedikit banyak akan
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Aspek personel tersebut
secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman pengelola media.
Kedua, level rutinitas media. Berhubungan dengan mekanisme dan
proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran
tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri- ciri berita yang baik atau
kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung
tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelolaan media yang berada
di dalamnya.
Ketiga, level organisasi. Berhubungan dengan struktur organisasi
yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan pengelolaan media dan
wartawan bukanlah orang tunggal yang berada dalam organisasi tersebut.
Masing- masing organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan.
Keempat, level eksta media. Faktor ini berhubungan dengan faktor
lingkungan di luar media, antara lain sumber berita, sumber berita, sumber
penghasilan media, pemerintah, lingkungan bisnis dan lain sebagainya.
Kelima, level idiologi. Idiologi disini diartikan sebagai kerangka
berfikir dan kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Elemen ini bersifat
abstrak, ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam
menaksirkan realitas.
4. Analisis Framing
Pemberitaan yang ada dimedia beragam bentuknya, ada politik,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kriminal, dan lain sebagainya. Dalam
media massa tidak semua berita ditulis dihalaman depan, atau dijadikan
headline. Begitu pula dalam pemilihan foto yang dipakai, ada yang ukuran
kecil, sedang, dan besar. Apa semua hal tersebut berjalan apa adanya, atau
apakah tempat tersebut memang sudah disiapkan untuk berita-berita
tertentu. Untuk menjawab hal tersebut, salah satu metode yang dapat dipakai
adalah analisis framing.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis framing mengalami tiga pengembangan yang sering
digunakan yaitu Robert N. Entman, William A. Gamson, dan Zhongdang
Pan beserta Gerald M. Kosicki. Dari ketiga tokoh tersebut mempunyai ciri
khas tersendiri dalam menganalisis framing. Untuk menganalisis framing
harus disesuaikan antara ketiga tokoh tersebut dengan berita yang akan
dianalisis. Namun yang sering dipakai adalah pengembangan Pan dan
Kosicki karena paling banyak mengandung unsur-unsur framing.
Pengertian framing sendiri menurut Pan dan Kosicki ialah setiap berita
mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide.
Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang
berbeda dalam suatu teks berita (seperti kutipan sumber, latar
informasi, pemakaian kata, atau kalimat tertentu) ke dalam teks berita
secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana
seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda
yang dimunculkan dalam teks (Eryanto, 2008:293).
Framing
membingkai
secara
sebuah
sederhana
peristiwa.
dijelaskan
Analisis
sebagai
framing
sesuatu
yang
digunakan
untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang dugunakan
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Dari pengertian yang
disampaikan Pan Kosicki tersebut dapat dipahami bahwa analisis framing
merupakan metode yang dipakai untuk membingkai suatu berita yang mana
setiap media memaknai berbeda setiap peristiwa yang akan di framing.
Proses pembentukan framing sendiri untuk melihat bagaimana suatu
realitas dibentuk oleh media. Proses pembentukan realitas tersebut untuk
lebih mudah diingat oleh khalayak akan suatu peristiwa. Dengan begitu
khalayak akan lebih mudah mengingat aspek-aspek yang disajikan lebih
oleh media. Sehingga aspek yang diabaikan akan menjadi terlupakan.
Dengan begitu pemberitaan yang ada dikoran harian semuanya sudah disetting sesuai dengan pandangan masing-masing media. Penggunaan
analisis framing bisa menjawab mengapa isu tersebut bisa lebih ditonjolkan,
mengapa isu yang satunya justru hilang dari pemberitaan. Kenapa kasus ini
lebih digambarkan positif, tetapi yang satunya digambarkan negatif. Untuk
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melihat hal tersebut, analisis framing lebih cocok dalam meneliti isi teks
pada suatu berita (Eryanto, 2008:292).
Tahap paling awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan
mempersepsikan peristiwa fakta yang akan diliput.Wartawan menentukan
batasan-batasan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak. Berita
adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir Tahap paling
awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan mempersepsikan
peristiwa fakta yang akan diliput.Wartawan menentukan batasan-batasan
mana yang dianggap berita dan mana yang tidak. Berita adalah hasil akhir
dari proses kompleks dengan menyortir (Eryanto, 2001:102).
Setiap hari ada jutaan fakta atau peristiwa di dunia ini dan semuanya
berpotensi menjadi berita. Namun Peristiwa-peristiwa itu tidak lantas
menjadi berita. Karenanya, peristiwa yang ditentukan sebagai berita, bukan
peristiwa itu sendiri. Setiap peristiwa tidak lantas dapat disebut sebagai
berita, tetapi ia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut
memenuhi kriteria nilai berita. Nilai-nilai berita menentukan bukan hanya
peristiwa apa saja yang akan diberitakan, melainkan juga bagaimana
peristiwa didefinisikan. Ketika seorang wartawan mengatakan sebagai
berita, peristiwa diseleksi menurut aturan - aturan tertentu. Hanya peristiwa
yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut
berita. Ini merupakan prosedur pertama dari bagaimana dikonstruksi.Tidak
semua aspek dari peristiwa juga dilaporkan, ia juga harus dinilai terlebih
dahulu, bagian mana dari peristiwa yang mempunyai nilai berita tinggi,
bagian itulah yang terus menerus dilaporkan (Eryanto, 2001:104).
Nilai berita yang dimaksud tersebut antara lain significant (penting),
yakni kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang
banyak atau kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan
orang pembaca. Magnitude (besaran) yaitu kejadian yang menyangkut
angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang
berakibat yang bisa diketemukan. Promixity (dekat) yakni kejadian yang
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dekat dengan pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun
emosional. Prominance (ketenaran) yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal
atau sangat dikenal oleh pembaca. Human interest (manusiawi) adalah
kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang
menyangkut bagi orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar
dalam situasi biasa (Mursito, 1999:38-39).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode
analisis data dimana datanya tidak berwujud angka melainkan menunjukkan
suatu mutu dan kualitas, prestasi, tingkat dari semua variabel penelitian
yang bisa dihitung atau diukur secara langsung. Data ini digunakan untuk
menjelaskan atau melaporkan data dengan apa adanya kemudian membagi
interprestasi terhadap data tersebut (Rachmat, 2004:67).
Sedangkan penelitian ini bersifat Deskriptif analisis yang bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan media tentang berita yang
bertema tentang Konflik Muslim Rohingya – Myanmar di harian surat kabar
Kompas dan harian surat kabar Republika dan dianalisis dengan menggunakan
teknik framing.
Metode Analisis Data
Penelitian ini akan menggunakan metode analisis framing. Menurut
Pan dan Kosicki bahwa analisis framing merupakan salah satu metode untuk
menganalisis pemberitaan media yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
melihat bagaimana media membingkai isu-isu tertentu dalam pemberitaan
media (Eryanto, 2008:288).
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis
dan konsep sosiologis. Konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan
informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari
suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi
pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas. Sedangkan
konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan,
mengorganisasikan,
dan
menafsirkan
pengalaman
sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya dalam Zhondhang
Pan dan Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan. Konsepsi
psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan
konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi
seseorang (Eryanto, 2008: 288).
Perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar,
yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita),
struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita),
struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas
peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan kalimat yang
memberntuk teks secara keseluruhan) (Eryanto, 2008:288).
Tabel 1
Struktur Perangkat Framing
Struktur
Perangkat Framing
Unit yang Diamati
1. Skema Berita
Headline,
lead,
latar
Sintaksis
Cara
wartawan
informasi, kutipan sumber,
menyusun fakta
pernyataan, penutup
2. Kelengkapan Berita
5W + 1H
Skrip
Cara
wartawan
mengisahkan
fakta
Detail
Paragraf,
proposisi,
Tematik
Cara
wartawan Maksud
kalimat, hubungan antar
menulis fakta
Nominalisasi
kalimat
Koherensi
Bentuk kalimat
Kata ganti
Leksikon
Kata, idiom, gambar foto,
Retoris
Cara
wartawan Grafis
grafik
menekankan fakta Metafora
Pengandaian
Sumber: Nugroho, Eriyanto, Stardiasis, ISAI. 2008, Jakarta, hal 30-31
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zhongdan Pan dan Gerarld M. Kosicki membagi perangkat framing
menjadi empat struktur besar. Pertama struktur sintaksis, dilakukan dengan
melihat bagan berita, mulai dari headline, lead, informasi-informasi yang
digunakan maupun narasumber yang dikutip. Kedua struktur skrip, yaitu
melihat bagaimana cara wartawan menyampaikan berita yang dikemas. Ketiga
struktur tematik, untuk melihat bagaimana pandangan seorang wartawan
terhadap sebuah kasus. Hal ini dapat dilihat dari kalimat, preposisi dan
hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Terakhir
adalah struktur retoris, di mana dapat dilihat bagaimana wartawan memberi
tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam sebuah berita. Misalnya dalam
menggunakan pilihan kata, idiom gambar atau penunjang lain yang
memberikan penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2001: 17).
Sajian Data
Berita yang dipilih oleh penulis untuk analisis berita adalah
pemberitaan surat kabar Kompas dan Republika periode bulan Mei 2015.
Alasannya, karena kedua surat kabar tersebut pada bulan Mei 2015 memuat
banyak berita Konflik Muslim Rohingya. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pembingkaian berita Konflik Muslim Rohingya di surat
kabar harian Kompas dan Republika edisi bulan Juni 2015.
Dalam penyajian berita, setiap surat kabar pasti memiliki perbedaan,
karena setiap surat kabar dalam tidak pernah sama dalam memandang satu
berita. Harian Kompas yang di kenal dengan Visi Humanismenya dan pada
mulanya diterbitkan oleh partai Katolik dan sejumlah Jurnalis Katolik yang
kemudian berubah menjadi koran independent, mengupas konflik Muslim
Rohingya, sebagai persoalan Ekonomi, Politik, Budaya, Hukum, dan Sosial.
Sedangkan,
Republika
yang
didirikan
atas
inisiatif
Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan secara terbuka mendefinisikan
dirinya sebagai koran Islam yang mencoba menghadirkan pemberitaan dalam
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perspekif Islam, lebih memilih untuk menempatkan diri di posisi kaum
Muslim dengan memaknai konflik Muslim Rohingya tersebut sebagai
persoalan Politik, Ekonomi, Hukum dan Sosial.
Berikut ini disajikan tabel yang berisi berita-berita Konflik Rohingya
yang disajikan dalam Surat Kabar Harian Kompas di Periode Mei 2015.
Tabel 2
Berita-Berita Konflik Muslim Rohingya di Surat Kabar Kompas yang
Dianalisis
SURAT KABAR HARIAN KOMPAS
No
Tema
Judul
Hari dan Tanggal
Hal
1
2
3
Pengungsi
Rohingya
Kepedulian
Myanmar
Sikap
Indonesia
Tak Ada Bekas Siksaan
Myanmar Dinilai
Peduli
Warga Rohingya
Ditampung
4 Mei 2015
10
Tak 18 Mei 2015
8
20 Mei 2015
8
Sumber : Kompas, Mei 2015
Selanjutnya, surat kabar harian Republika yang dianalisis dengan tema
yang sama tetapi berbeda berita terkait dengan Konflik Muslim Rohingya –
Myanmar di periode Mei 2015, disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Berita-berita Konflik Muslim Rohingya – Myanmar di Surat Kabar
Republika yang Dianalisis
SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA
No
Tema
Judul
Hari dan
Hal
Tanggal
1
Pengungsi
Bisnis
Menggiurkan 15 Mei 2015
22
Rohingya
Perdagangan
Imigran
Rohingya
2
Sikap Myanmar Myanmar Dituntut Akui
30 Mei 2016
9
Rohingya
3
Sikap Indonesia Presiden : Utamakan
19 Mei 2015
1
Pendekatan Kemanusiaan
Pengungsi Rohingya
Sumber : Republika Mei 2015
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Data
Berdasarkan coding yang sudah dilakukan oleh peneliti maka
kesimpulan framing yang terjadi pada harian surat kabar kompas dan
Republika disajikan dalam table sepeti berikut:
Tabel 4
Hasil Coding dalam Framing Harian Surat Kabar Kompas dan Republika
Indicator
Perbedaan
Persamaan
Kompas
Republika
Kompas
Republika
Penggunaan Lugas,
Retoris
Bahasa
langsung ke
inti
Pemilihan
Sederhana
Panjang
dan
Judul
Mengkritisi
Tujuan
Isi
Membahas
Membahas
Penyajian
Krisis
Krisis
Berita
Kemanusiaan Kemanusia
Rohingya
an
Media massa pada dasarnya sangat sulit bersikap netral karena mereka
dihantui oleh berbagai kepentingan. Belum lagi aspek ideologi. Berbagai
kepentingan, baik bisnis maupun politik sangat berpengaruh pada bagaimana
membingkai peristiwa tertentu.
Berdasatkan hasil coding pada table di atas bisa dilihat bahwa Kompas
dengan cara penyampaian beritanya lugas dan jelas, sedangkan Republika cara
penyampaian yang lebih panjang dan terkesan mengkritisi. Dari pemberitaan
dapat diperoleh kesimpulan bahwa kedua media memiliki pembingkaian yang
sama dalam pembingkaian menurut isi berita, yaitu sama – sama membahasa
krisis kemanusiaan dan tidak mencampurkan isu agama. Perbedaan yang
terdapat di dalam pembingkaian kedua media tersebut hanya pada gaya bahasa
dan pemilihan judul yang memang menjadi ciri khas dari masing –masing
media.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang analisis pembingkaian berita Konflik
Muslim Rohingya – Myanmar Periode Mei 2015 dengan menggunakan analisis
framing dapat diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1. Kompas
Kompas merupakan salah satu surat kabar yang berskala nasional
dengan ideologi nasionalis yang menyajikan berita secara sederhana dan
logis.
Dari pemberitaan mengenai Musim Rohingya – Myanmar periode
Mei 2015 dapat diperoleh kesimpulan bahwa harian Kompas memiliki cara
pembingkaian berita yang sama dengan harian Republika yaitu melalui
pemilihan sumber berita, kutipan opini atau pernyataan dari narasumber
berita dan pemilihan gambar. Sedangkan untuk gaya bahasa, dan alur
pemberitaan kedua media tersebut mempunyai gaya tersendiri. Untuk hal ini
Kompas pemakaian bahasanya lebih sederhana dan mudah dipahami oleh
pembaca.
Dalam hal pemilihan judul berdasarkan pemberitan Rohingya Myanmar kompas tidak terlihat agresif dan cukup sederhana dalam
menggunakan kata - kata untuk judul. Sedangkan untuk isi berita Kompas
lebih banyak membahas mengenai Isu Kemanusiaan dan tindakan ASEAN
dalam penyelesaian masalah Rohingya – Myanmar.
2. Republika
Republika merupakan surat kabar berskala nasional dengan ideologi
Islam yang melakukan penyajian berita secara kritis dan logis.
Jika
Kompas
menggunakan
gaya
bahasa
sederhana,
dalam
pemberitaan Rohingya – Myanmar ini Republika menggunakan gaya bahasa
yang agak sulit dipahami. Contohnya saja ketika Kompas memilih judul
“Tidak ada Bekas Siksaan” Republika memilih judul yang lebih panjang
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Bisnis Menggiurkan Perdagangan Imigran Rohingya” untuk penggambaran
penemuan jasad imigran Rohingya.
Berdasarkan isi berita pada media Republika dapat diperoleh
kesimpulan bahwa dalam penyajian berita terkait Muslim Rohingya,
Republika melakukan pembingkaian dengan mengkritisi sikap Myanmar
yang tidak mau bertanggung jawab dengan banyaknya Muslim Rohingya
yang melarikan diri dari Negara tersebut. Selain itu Republika lebih
memberikan porsi besar dalam pemberitaan Muslim Rohingya – Myanmar
hal tersebut terlihat dari peletakan beberapa berita Muslim Rohingya menjadi
headline di bulan Mei 2015.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan di atas, penulis memberikan
saran sebagai berikut:
a. Sebuah media biasanya berkiblat pada aliran atau ideologi tertentu
dalam penulisannya. Untuk itu para jurnalis dari Media Kompas dan
Republika
hendaknya
bersikap
netral
dalam
pemberitaan,
penyampaian berita kepada khalayak atau pembacanya.
b. Media sebagai salah satu alat fungsi kontrol sosial, harus bijaksana
dan tidak memihak dalam penyajian berita. .
c. Pemberitaan terhadap isu yang menghangat, sebaiknya dibuat
berimbang,
baik dalam penyajian
maupun
narasumber
dari
pihakpihak yang bermasalah.
d. Gaya penulisan wartawan harus lebih lugas, menyajikan secara fakta
riil dan tidak memprovokasi para pembacanya.
e.
Hilangkan kesan bahwa badnews is goodnews. (Berita yang buruk
ditampilkan seolah-olah menjadi berita yang baik, hanya untuk
kepentingan menaikkan oplah penjualan medianya).
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka
Alinea Pertama dari teks berita, “ 582 Imigran Myanmar & Bangladesh
Terdampar “Surat Kabar Kompas, edisi Selasa, 12 Mei 2015.
Alinea Pertama dari teks berita, “ Asal - Usul Rohingya “Surat Kabar Tempo,
edisi Senin, 8 Juni 2015.
Asep Saeful Muhtadi. 1999. Jurnalistik pendekatan teori dan praktik. Logos.
Wancana Ilmu. Jakarta.
Eriyanto. 2001. Kekuasaan Otoriter dari Gerakan penindasan menuju politik
Hegemoni, Yogyakarta,, dikutip oleh Kasiyanto. 2005. analisis wacana
dan teoritis penafsiran teks dalam Burhan Bugin, analisis data penelitian
kualitatif pemahaman filosofis dan metodologis kearah penguasaan
model aplikasi, Jakarta.
Eriyanto. 2008. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.
Kusumaningrat, Hikmah dan Purnama. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mursito, Penulisan Jurnalistik:Konsep Teknik dan Teknik Penulisan Berita,
Surakarta, 1999.
Olii, Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta : PT. Indeks.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Rahmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi, Cetakan Keduapuluh Satu,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sobur, Alex. 2002 Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Framing, Bandung : Rosdakarya
Sobur, Alex. 2001. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Sudibyo, Agus. 2001 Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta :
LKiS.
Wiryanto Asul. 2000. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Grasindo
commit to user
18
Download