BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termaksud di dalamnya buku-buku, film, computer, dan kurikulum. Model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.” Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkunganya, dan sistem pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil (Trianto, 2009) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran bagi peserta didik untuk membantu peserta didik sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu upaya yang terencana, agar dapat terjadi interaksi diri berbagai komponen untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. B. Model Pembelajaran Langsung 1. Pengertian model pembelajaran langsung Pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher centered. Menurut Arends (1997), Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang di rancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selahkah demi selangkah. Memang pembelajaran langsung berpusat pada guru, sehingga pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan peserta didik, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasii (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bawa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar peserta didik mencapai hasil belajar dengan baik. Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian. b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. 2. Teori-Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Langsung a. Teori Belajar Konstruktivisme Peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik tetapi, peserta didik harus mampu menemukan atau menerapkan ide-ide. b. Teori Belajar Kognitivistik Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog kognitif sangat berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan yang baru (Eveline dan Hartini, 2015: 30-31). c. Teori Pembelajaran Sosial Dalam teori pembelajaran sosial digunakan penjelasan-penjelasan penguatan internal dan eksternal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan ialah: 1) Atensi atau perhatian Kiat yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian adalah sebagai berikut: a) Untuk memperoleh perhatian peserta didik guru dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti menepukkan tangan atau menggunakan benda aneh yang dapat menarik perhatian peserta didik. b) Untuk memastikan agar pengamatan tidak terlampau kompleks supaya dapat diamati dengan akurat, guru dapat membagi ketrampilan kompleks. 2) Retensi Retensi dari suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan observasi itu dengan pengalamanpengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan terlibat dalam pengulangan kognitif atas kegiatan itu. Untuk memahami hal tersebut, guru dapat melakukan hal-hal berikut ini a) Untuk memastikan ketrampilan baru dengan pengetahuan awal peserta didik, guru dapat meminta peserta didik membandingkan ketrampilan baru yang didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui dan dapat dilakukannya. Misalnya, guru dapat mengatakan bahwa mempersiapkan mikroskop di laboratorium dapat mengingatkannya pada penyusunan kembali bagian-bagian mixer (pengaduk) yang baru dibersihkan. b) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat menyediakan perode pelatiahan yang memungkinkan peserta didik mengulang ketrampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental. 3) Produksi Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih ketrampilan-ketrampilan baru merupakan hal yang sangat penting. Meskipun demikian, Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan jenis umpan balik yang diberikan guru merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan pelatihan. Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan sesegera mungkin, positif dan korektif. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru yang menggunakan model pembelajaran langsung ialah melalui “Pemodelan Korektif” yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut: a) Memastikan sikap positif terhadap ketrampilan baru, guru seyogyanya memberi pujian segera pada aspek-aspek ketrampilan yang dilakukan peserta didik dengan benar, lalu mengidentifikasi sub ketrampilan yang masih sulit dilakukan oleh peserta didik. b) Memperbaiki sub ketrampilan yang salah, pertama kali guru perlu memodelkan kinerja yang benar, kemudian meminta peserta didik mengulanginya sampai benar-benar menguasainya. 4) Motivasi Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan suatu model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi perilaku itu. Penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran. Didalam kelas, tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerapkali terdiri atas pujian atau angka yang baik. 3. Tujuan pembelajaran langsung Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dalam banyak hal, penguasaan terhadap pengetahuan dasar prosedural dan deklaratif terdiri atas penguasaan kegiatan khusus dan kegiatan berurutan. Selain model pembelajaran langsung efektif untuk digunakan agar peserta didik menguasai suatu pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana, model ini juga efektif untuk mengembangkan ketrampilan belajar peserta didik yang mnecakup menggaris bawahi, membuat catatan dan membuat rangkuman. 4. Fase-fase model pembelajaran langsung Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, latihan atau praktik dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase penting yang dapat dilihat pada Tabel berikut: Fase Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung Peran Guru Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang 1. Menyampaikan pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan tujuandan menyiapkan peserta didik untuk belajar peserta didik Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, 2. Mendemonstrasikan atau menyajikan informasi tahap demi tahap. ketrampilan/ pengetahuan. 3. Membimbing pelatihan Gurumerencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Mengecek apakah peserta didik telah berhasil 4. Mengecekpemahaman melakukan tugas dengan baik, memberi umpan dan memberi umpan balik balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan 5. Memberikan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada kesempatan untuk penerapan kepada situasi lebih kompleks dan pelatihan lanjutan dan kehidupan sehari-hari. penerapan Sumber: Kardi dan Nur (2000: 8) 5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung a. Kelebihan model pembelajaran langsung adalah: 1) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik. 2) Model ini menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu peserta didik yang belajar dengan cara – cara ini. 3) Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberi tantangan untuk mempertimbangkan antara kesenjangan teori (hal yang seharusnya) dengan observasi (kenyataan yang terjadi). 4) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil. 5) Peserta didik dapat mengetahui tujuan – tujuan pembelajaran dengan jelas. 6) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. 7) Umpan balik bagi peserta didik berorientasi akademik. 8) Model pembelajaran langsung dapat mencari cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual terstruktur. b. Kelemahan model pembelajaran langsung adalah: 1) Karena guru memainkan peranan penting dalam pembelajaran ini, maka kesuksesan model pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, antusias dan terstruktur akan sangat berpengaruh terhadap interaksi peserta didik. 2) Model ini sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Gaya komunikasi guru adalah kompetensi mutlak sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal. 3) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau astrak, model ini mungkin tidak dapat memberikan kesempatan yang cukup untuk memproses dan informasi yang disampaikan. 4) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran direct instruction akan membuat peserta didik percaya bahwa guru akan memberitahu peserta didik semua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran peserta didik itu sendiri. 5) Demonstrasi sangat bergantung pada ketrampilan pengamatan peserta didik. Sayangnya, banyaklah peserta didik bukan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru. C. Pengelolaan Pembelajaran Langsung Pelaksanaan pembelajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya perencanaan, kegiatan pembelajaran dan pada waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model – model pembelajaran yang lain. Langkah – langkah atau tindakan – tindakan merupakan ciri khusus pembelajaran langsung. Ciri – ciri pelaksanaan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: 1. Tugas – tugas Perencanaan Pembelajaran langsung dapat diterapkan dibidang studi apapun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Dengan demikian, langkah – langkah dalam merumuskan tujuan pembelajaran untuk model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: a. Merumuskan tujuan Untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada pembelajaran langsung dapat digunakan model Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik ditulis dalam format yang dikenal dengan sebagai tujuan perilaku (Kardi Nur 2000: 18). b. Memilih Isi Prinsip-prinsip yang dapat membantu dalam memilih isi untuk pelajaran tertentu, yaitu prinsip ekonomi dan prinsip power. Untuk mencapai kedua prinsip tersebut tidak bergantung pada cara penampilan guru dalam mengajar, tetapi lebih ditentukan oleh perencanaan yang baik. c. Melakukan Analisis Tugas Analisis tugas adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi, hakekat yang setepatnya dari suatu ketrampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah informasi dan ketrampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, ketrampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap (Kardi dan Nur, 2000: 23). d. Merencanakan Waktu dan Ruang Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: 1) Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan peserta didik. 2) Memotivasi peserta didik agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. 2. Langkah – langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Langsung a. Memberitahukan Tujuan dan Menyiapkan Peserta Didik Tujuan langkah awal ini adalah untuk menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu. b. Menyampaikan Tujuan Penyampaian tujuan kepada pesertab didik dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, seta alokasi waktu yang disediakan. c. Menyiapkan Siswa Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik pada pokok pembicaraan. Guru harus memiliki strategi dalam menghadapai karakter dan daya pikir peserta didik yang berbeda. d. Presentasi dan demonstrasi Presentasi dan demonstrasi berpengaruh terhadap tempo kemampuan belajar dalam penguasaan materi. e. Berlatih Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu yang benar diperlukan latihan yang intensif, dan memastikan aspek – aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang didemonstrasikan. D. Kemampuan Guru dalam Mengelola Model Pembelajaran Langsung Pada proses pembelajaran peran pendidik bisa lebih aktif. Pendidik memberikan pengetahuan yang dibuthkan peserta didik dengan mengemukakan pendapat, bertanya, menjelaskan, dan memberikan contoh yang akan dipelajari peserta didik. Selanjutnya, pendidikmemberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan berpartisipasi secara nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari pendidik dengan bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih, atau mencoba. Ketika pesrta didik aktif peran guru mulai berubahmenjadi lebih pasif, misalnya dengan cara mengawasi atau membimbing peserta didik dan memberikan feedback. Sebaliknya dari guru, pada awal pelajaran siswa cenderung pasif. Mereka mendengarkan dan mengamati penjelasan guru. Selanjutnya, peserta didik menjadi lebih aktif dengan menerapkan pengetahuan yang mereka terimadi awal pembelajaran tadi, misalnya dengan melakukan praktek, latihan, atau percobaan. Seluruh proses belajar seharusnya memungkinkan peserta didik aktif hingga berhasil. Peran pendidik dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan aktivitas peserta didik dengan menjalankan tugas utama, berikut ini: 1. Merencanakan Pembelajaran Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran, sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantar peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini meliputi: a. Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran. b. Materi pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik mencapai tujuan. Materi pembelajaran merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik selama mengikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran atau kegiatan sekitar masalah kehidupan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan. c. Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan oleh pendidik agar peserta didik mencapai tujuan yang secara efektif dan efisien. Kegiatan, strategi, atau metode dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun dengan mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. d. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat evaluasi untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak. Evaluasi bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai. Hal ini sangat penting sebagai umpan balik untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu evaluasi harus dilakukan secara teruus menerus. Peserta didik bertanggung jawab langsung dengan upaya mewujudkan apa yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran karena pendidik yang menyusun perencanaan pembelajaran pada tingkatan pembelajaran dan langsung melaksanakan perencanaan pembelajaran tersebut dikelas. Selain itu, pendidik pun langsung menhadapi masalah-masalah yang muncul sehubungan dengan pelaksanaan perencanaan pembelajaran dikelas, kemudian mencari dan melaksanakan upaya memecahkan segala permasalahan yang dihadapin itu. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran banyak bergantung kepada kemampuan pendidik mengembangkannya, karena tugas pendidik berkaitan dengan melaksananakan pembelajaran mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pembelajaran dari suatu mata pelajaran tertentu yang akan dilaksanakan pembelajarannya, berpegang pada prinsip-prinsip psikologi, baik tentang perkembangan individu maupun proses belajar sehingga tercapai keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan. Perencanaan pembelajaran dirumuskan lalu dilaksanakan oleh pendidik. 2. Melaksanakan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidik sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar denga situasi yang dihadapi. Situasi pembelajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor-faktoe sebagai berikut: a. Faktor Pendidik Setiap pendidik memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Dianne Lapp, dkk (1975: 1) menamakan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki pendidik dengan istilah “Gaya mengajar atau Teaching stile”. Gaya mengajar ini mencermingkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidik yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan. b. Faktor Siswa Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing peserta didik itu meliputi kecakapan potensial yang memungkingkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. c. Faktor Kurikulum Secara sederhana arti kurikulum dalam kajian ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pola interaksi belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Materi pembelajaran sebagai isi kurikulum mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. d. Faktor Lingkungan Novak dan Gowin (1984: 6) mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “milleiu”, yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau disekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Lingungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar. Sehubungan denga keempat faktor yang telah disebutkan diatas, pendidik memegang peranan penting dalam menciptakan situasi, sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuab yang diharapkan. Berbagai macam perubahan yang terjadi, yang disebabkan keempat faktor tersebut sepatutnya dapat terbaca oleh pendidik, sehingga dia dapat menyesuaikan pola interaksinya dengan peserta didik sesuai dengan situasi yang dihadapi itu. 3. Mengevaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Fungsi evaluasi untuk: a. Mengetahui apakah siswa dapat mencapai yujuan yang telah ditetapkan. b. Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat menyebabkan peserta didik belajar. c. Mengetahui apakah prosedur pembelajaran berlangsung dengan baik. d. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu. Atas dasar faktor yang paling penting dalam evaluasi itu bukan pada pemberiang angka, melainkan sebagai dasar feedback (umpan balik). Umpan balik itu sendiri sangat penting dalam rangka revisi. Sebab proses pembelajaran itu kontinyu, karena perlu selalu melakukan penyempurnaan dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan. Jika evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem pembelajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksananakan proses pembelajaran, harus dievaluasi (formatif). Sebalinya jika evaluasi hanya dilaksanakan diakhir suatu program (sumatif) umpan balik tidak hanya berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi. Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap sistem pembelajaran hendaknya dilaksanakan setiap kali selesai proses pembelajaran untuk suatu topik tertentu (Sumiati dan Asra, 2007: 3-7). Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Rusman, 2010: 70) dengan ruang lingkup kerja guru mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1. Kemampuan profesional, mencakup: a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu. b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. c. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran. 2. Kemampuan sosial merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. 3. Kemampuan personal (pribadi), mencakup: a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. b. Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai etik yang dianut oleh seorang guru. Pelaksanaan program belajar mengajar didalam satu jam pertemuan memerlukan pengetahuan dan sikap tertentu disamping ketrampilan teknis. Juga aspek-aspek kepribadian lainnya seperti nilai-nilai dan temperamen berpengaruh didalam pelaksanaan suatu kompetensi. Berdasarkan penjelasan di atas, serta berbagai kompetensi guru yang dikemukakan sebelumnya, maka kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh setiap guru yang akan dijadikan tolok ukur kualitas kinerja guru adalah: 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru untuk mengolaborasi kemampuan siswa, merencanakan program pembelajaran, dan mengevaluasi program pembelajaran dengan kriteria sebagai berikut: a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. h. Melakukan penilaian dan evluasi proses dan hasil belajar; memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran i. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Kompetensi Kepribadian Merupakan perilaku guru dalam kehidupannya. Guru dituntut memiliki perilaku mulia, sebab guru merupakan teladan bagi siswanya, atau bahkan masyarakat disekitarnya. Kriteria kompetensi kepribadian meliputi: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional bangsa. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilakan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial berkaitan dengan perilaku guru berinteraksi secara efektif dan efisien dalam lingkungan sosial (siswa, teman sejawat, atasan, orang tua siswa, dan bahkan warga msayarakat dimana guru tinggal). Kriteria kompetensi sosial meliputi: a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4. Kompetensi Professional Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan materi secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendididkan sesuai dengan program yang ditempuhnya. Kriteria kompetensi professional meliputi: a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Kegiatan pembelajaran dikelas adalah inti dari penyelenggaraan pendidikan yang meliputi: 1. Perencanaan proses pembelajaran a. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2009: 2014). b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan (Trianto, 2009: 2014). Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi: 1) Identitas mata pelajaran Satuan pendidikan,mata pelajaran,kelas/semester,alokasi waktu. 2) Standar Kompetensi Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu pelajaran (BSNP, 2007: 3). 3) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusun indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran (BSNP, 2007: 3). 4) Indikator Pencapaian Kompetensi Merupakan perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan (BSNP,2007: 3). 5) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6) Materi Ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi 7) Alokasi Waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar 8) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. 9) Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran meliputi: a) Pendahuluan. Merupakan kegiatan awal dalam suatu pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran . b) Inti. Adalah proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. c) Penutup. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian, dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut. 10) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian. 11) Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi c. Lembar Kerja Peserta Didik LKS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang terdiri dari Judul, SK, KD, Indkator, dan pertanyaan yang harus dikerjakan. d. Bahan Ajar Peserta Didik Bahan ajar peserta didik merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar, guru lebih mudah melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang disajikan. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi: a. Kegiatan pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dicapai. 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. 4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. b. Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik meliputi: 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Melibatkan peserta didik mencari dan menghimpun informasi. b) Menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi. c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peseta didik dengan guru berinteraksi sehingga peserta didik aktif, lingkungan dan sumber belajar lainnya; d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 2. Elaborasi Dalarn kegiatan elaborasi, guru: a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif; e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; f) Menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; h) Menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi guru harus memperhatikan hal-hal berikut: 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. 4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. 5) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku dan benar. 6) Membantu menyelesaikan masalah. 7) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi. 8) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. 9) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a) Bersama-sama dengan peserta membuat simpulan pelajaran; b) Melakukan penilaian dan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedali, program pengayaan, dan memberikan tugas balik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Evaluasi proses pembelajaran Dilakukanuntuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a) Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses b) Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. Evaluasi proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi penting yaitu: a. Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan atau keterampilan yang telah diberikan oleh guru. b. Sebagai alat untuk mengetahui kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. c. Sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian dalam kegiatan belajar. d. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik. e. Sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari peserta didik. Alat yang digunakan dalam mengevaluasi peserta didik untuk mengetahui pengetahuan, kelemahan dan ketercapaian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, perkembangan peserta didik dalam pembelajaran, serta sebagai sarana umpan balik bagi guru yang bersumber dari peserta didik adalah sebagai berikut. : a) Kisi-kisi tes hasil belajar Kisi-kisi tes hasil belajar merupakan sinkronisasi antara indikator dan butir soal dan mengukur ketuntasan belajar peserta didik. b) Tes hasil belajar Tes Hasil Belajar merupakan salah satu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik setelah berlangsung serangkaian proses pembelajaran berupa soal-soal yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik setelah mempelajari suatu materi pokok tertentu. Rentang skor 1,00 – 1,99 2,00 – 2,99 Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Terhadap Kemampuan Pendidik Dalam mengelola Pembelajaran Kriteria Keterangan Tidak baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran (perencanaan, pelaksanaandan evaluasi) tidak sesuai dengan perangkat yang disiapkan. Kurang baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran (perencanaan, pelaksanaandan evaluasi) kurang sesuai dengan perangkat yang disiapkan. 3,00 – 3,49 Cukup baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran (perencanaan, pelaksanaandan evaluasi) sebagian besar sesuai dengan perangkat yang disiapkan. 3,50 – 4,00 Baik Jika guru dalam mengelolah pembelajaran (perencanaan, pelaksanaandan evaluasi) sesuai dengan perangkat yang disiapkan. Sumber: (Arikunto, 2010: 34) E. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 1. Belajar Belajar merupakan salah satu proses yang mengarah pada satu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik. Secara psikologis belajar merupakan perubahan yang diperlihatkan oleh individu dalam bentuk tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya melalui suatu proses yang mengarah pada suatu tujuan yaitu suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan,sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kemampuan, pemahamam, kecakapan dan aspek-aspek lain yang dimiliki oleh individu. Mouly mengatakan, Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Selain itu belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan perubahan yang terjadi didalam diri manusia karna adanya pengalaman dan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya baik perubahan yang bersifat (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Kesamaan umum, yang mendasari konsep-konsep belajar di atas adalah sebagai berikut: a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu yang baru pada diri seseorang, entah itu berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan ataupun kecakapan. b) Belajar merupakan hasil dari suatu pengalaman, yakni berinteraksi dengan sumber belajar: lingkungan, buku (bacaan) dan orang. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaannya saja, tetapi hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. F. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar dan Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar merupakan tes hasil belajar produk, tes hasil belajar afektif, dan tes hasil belajar psikomotor. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan kedalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja peserta didik (Trianto, 2009: 235-236). Ketuntasan Indikator Hasil Belajar adalah Proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomtor. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator 65%. Ketuntasan hasil belajar adalah proporsi yang merupakan perbandingan skor tes hasil belajar (THB) yang diperoleh setiap peserta didik dibagi dengan skor maksimum tes hasil belajar. Setiap peserta didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar peserta didik ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85 % peserta didik yang telah tuntas belajarnya (Dekdikbud, 1996: 48). Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri: 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai hasil tinggi, baik secara individu maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan pada tujuan pembelajaran khusus telah dicapai oleh peserta didik baik secara individu maupun kelompok. 3. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi tahap berikutnya. Ketiga ciri keberhasilan belajar di atas, bukanlah semata-mata keberhasilan dari segi kognitif saja, tetapi juga dari segi afektif dan psikomotor (Sobry dan Pupuh, 2007: 113). Dalam pencapaian hasil belajar, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara proporsional. Penjelasan tentang ranah kemampuan yang dimaksud di atas diuraikan sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori : a. Remembering (mengingat, C1) Kompetensi mengingat ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengenali kembali suatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol lain. b. Understanding (memahami, C2) Kompetensi ini ditandai oleh kemampuan peserta didik untuk mengerti akan suatu konsep, rumus ataupun fakta-fakta untuk kemudian menafsirkan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri. c. Applying (menerapkan, C3) Menerapkan merupakan kemampuan melakukan atau mengembangkan sesuatu sebagai wujud dari pemahaman konsep tertentu. d. Analyzing (menganalisis, C4) Menganalisis merupakan kemampuan memisahkan suatu fakta atau konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. e. Evaluating (menilai, C5) Menilai adalah kemampuan di dalam menunjukan kelebihan dan kelemahan sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. f. Creating (mencipta, C6) Mencipta merupakan kompetensi kognitif paling tinggi, sebagai perpaduan sekaligus pemuncak dari kompetensi-kompetensi lainnya. Mencipta merupakan kompetensi ideal yang seharusnya dimiliki oleh seorang peserta didik setelah mempelajari kompetensi tertentu. 2. Ranah Afektif Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks, yakni: a. Receiving/attending (penerimaan, A1) Penerimaan berarti kemauan untuk menunjukan pengertian dan penghargaan terhadap materi, ide, karya ataupun keberadaan seseorang. b. Responding (penanggapan, A2) Penanggapan merupakan kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. c. Valuing (penilaian, A3) Penilaian merupakan kemampuan untuk meninjau baik tidaknya suatu hal, keadaan, peristiwa ataupun perbuatan. d. Organizing (pengorganisasian, A4) Pengorganisasian merupakan kemampuan membentuk sistem nilai dengan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan yang ada. e. Characterization (karakterisasi, A5) Karakterisasi merupakan kemampuan untuk menghayati atau mengamalkan suatu sistem nilai. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, ketrampilan motorik kemampuan fisik. Ketrampilan tersebut dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaannya. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkatan yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, adaptasi dan kreativitas (Kosasih, 2014: 17-27). a. Persepsi (P1) Persepsi merupakan kemampuan menggunakan saraf sensori di dalam menginterpretasikan atau memperkirakan sesuatu. b. Kesiapan (P2) Kesiapan merupakan kemampuan mengkondisikan diri, baik mental, fisik dan emosi, untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran. c. Gerakan terbimbing (P3) Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak sesuai dengan contoh yang diberikan. d. Gerakan terbiasa (P4) Kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak yang cukup sesuai dengan contoh yang diberikan. e. Gerakan kompleks (P5) Gerakan kompleks merupakan kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan suatu kegiatan. f. Adaptasi (P6) Adaptasi merupakan kemampuan mengembangkan keahlian dan memodifikanya sesuai dengan kebutuhan. g. Kreativitas (P7) Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi atau situasi tertentu. G. Respon Peserta Didik Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada uamumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan. Hal ini berarti bahwa keinginan mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkh laku atau melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat (dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong peserta didik untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Peserta didik akan melakukan suatu proses belajar betapa pun beratnya jika ia mempunyai motivasi tinggi. Tanpa motivasi belajar peserta didik tidak dapat belajar. Oleh karena itu, bagi seorang peserta didik motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya rangsangan, baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Respon merupakan perilaku yang lahir berupa sambutan atau sikap terbuka dari hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Dalam suatu proses pembelajaran dalam kelas dikatakan berlangsung secara optimal apabila antara guru dan peserta didik saling berinteraksi terhadap satu dengan yang lainnya. Interaksi ini tidak hanya terjadi antara guru dengan peserta didik, namun antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Aspek-aspek yang dinilai pada respon peserta didik meliputi: 1. Kegiatan pendahuluan yakni memberi motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik. 2. Kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) yakni memberi penjelasan materi yang dipelajari, memperkenalkan alat dan bahan, mengorganisir peserta didik dalam kelompok, membimbing peserta didik dalam melakukan percobaan dan membuat kesimpulan. 3. Kegiatan penutup yakni membantu peserta didik untuk membuat rangkuman, memberi kuis kepada peserta didik, dan memberi tugas rumah. 4. Pengelolaan waktu yakni memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu. 5. Suasana kelas yakni peserta didik antusias dalam kegiatan pembelajaran. H. Materi Pokok Listrik Statis 1. Pengertian Listrik Statis Konsep dasar listrik statis seperti potongan kertas kecil dapat berinteraksi dengan penggaris yang telah di gosok-gosok kemudian didekatkan dengan potongan kertas. Potongan kertas kecil akan terangkat ke penggaris yang baru saja digosokgosok karena terdapat muatan listrik. Muatan listrik itulah yang menyebabkan sobekan kertas kecil dapat tertarik ke penggaris. Seperti gambar 2.1 berikut! Gambar 2.1 Sobekan kertas kecil tertarik oleh penggaris yang bermuatan listrik. Listrik statis adalah kumpulan muatan listrik dalam jumlah tertentu yang tetap (statis), ketidakseimbangan muatan listrik di dalam atau permukaan benda. Listrik statis merupakan bentuk listrik yang dihasilkan bila beberapa benda digosokkan satu sama lain. Muatan listrik muncul karena adanya perpindahan elektron dari satu benda ke benda lain. Terdapat dua muatan listrik yaitu muatan positif dan muatan negatif, dikatakan bermuatan positif apabila proton lebih banyak dari pada jumlah elektron, dan begitupun sebaliknya. Sedangkan benda yang tidak memiliki muatan disebut netral. Benda yang mempunyai muatan yang sejenis akan saling tolak-menolak ketika didekatkan satu sama lain, sebaliknya benda yang mempunyai muatan yang berbeda akan saling tarik-menarik. Peristiwa tolak menolak atau tarik menarik benda disebut interaksi elektrostatik atau interaksi muatan-muatan listrik diam (tidak mengalir). Muatan positif disebut proton, muatan negatif disebut elektron dan muatan netral disebut neutron. Gambar 2.2 jenis-jenis muatan atom a. Atom tidak bermuatan (netral), apabila jumlah proton sama dengan jumlah elektron. b. Atom bermuatan positif, apabila jumlah proton lebih banyak dari pada jumlah elektron. c. Atom bermuatan negative, apabila jumlah elektron lebih banyak dari pada jumlah proton. Untuk memberi muatan listrik suatu benda dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara gosokkan, sentuhan, dan induksi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah benda netraldapat bermuatan listrik statis denganjalan digosokkan. Sedangkan ketika batang plastik digosok dengan kain wol, elektron-elektron dari kain wol berpindah ke batang plastik, sehingga batang plastik kelebihan elektron. Dengan demikian, batang plastik menjadi bermuatan negatif. Sebaliknya, ketika batang kaca digosok dengan kain sutera, maka electron-elektron dari batang kaca berpindah ke kain sutera, sehingga batang kaca kekurangan elektron. Dengan demikian, batang kaca menjadi bermuatan positif. Sebagai contoh lihat pada tabel muatan bahan-bahan berikut! Tabel 2.3 muatan bahan-bahan Bahan-bahan Kaca Sutera Kain Hasil Proses Kaca (+), Sutera (−) Elektron dari kaca berpindah ke kain sutera Elektron dari kain Mistar plastik - Mistar plastik (−), wool berpindah ke Kain wool Kain wool (+) mistar plastic Elektron dari rambut Sisir - Rambut Sisir (−), Rambut manusia berpindah Manusia Manusia (+) ke sisir Penggaris/mistar Penggaris (−), Elektron dari rambut plastik - Rambut Rambut Manusia manusia berpindah manusia (+) ke penggaris Balon Wool Kain Balon (−), Wool (+) Kain Elektron dari kain wool berpindah ke balon Ebonit Wool Kain Ebonit (−), Wool (+) Kain Elektron dari kain wool berpindah ke ebonite Kesimpulan dari tabel diatas (TERBATAS UNTUK BAHAN-BAHAN TERSEBUT saja) Bahan yang digosok , (yang sebelah kiri) semuanya menjadi negatif , kecuali kaca. Elektron dari kaca berpindah ke kain sutera bisa juga dibahasakan, kain sutera mendapatkan tambahan elektron dari kaca, elektron dari kain wool berpindah ke mistar plastik bisa juga di katakan, mistar plastik mendapatkan tambahan elektron dari kain wool dan seterusnya. 2. Hukum Coulomb Jika dua benda bermuatan listrik berdekatan akan terjadi gaya listrik. Gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua muatan listrik di sebut gaya Coulomb. Besarnya gaya coulomb bergantung pada: a. Besar masing-masing muatan (Q1 dan Q2) b. Kuadrat jarak antara dua muatan (r2) Hukum Coulomb berbunyi : Gaya antara dua muatan listrik sebanding dengan besar masing-masing muatan, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara ke dua muatan itu. Gambar 2.4 gaya anatara dua buah muatan Secara matematik Hukum Coulomb dirumuskan: F=k ………………………………. (II) Keterangan : F : gaya tarik-menarik atau tolak menolak (N) k : konstanta 9 x 109 Nm2C-2 Q Q : besar muatan pertama dan besar muatan kedua (C) r : jarak antara dua benda bermuatan (m) 3. Medan Listrik Medan adalah suatu besaran yang mempunyai harga pada tiap titik dalam ruang. Atau secara matematis, medan merupakan sesuatu yang merupakan fungsi kontinu dari posisi dalam ruang. Medan listrik adalah daerah atau ruang di sekitar muatan listrik yang masih dipengaruhi Gaya Coulomb (gaya listrik). Medan listrik merupakan efek yang timbul oleh muatan listrik dalam suatu benda. Gambar 2.3 medan listrik Medan listrik digambarkan dengan garis gaya listrik yang arahnya keluar (menjauhi) untuk muatan positif dan masuk (mendekati) untuk muatan negatif. Persamaan matematis dari medan listrik adalah: E=k atau E = ……………….. (I) Keterangan : E : kuat medan listrik (N/C) k : konstanta = 9 x 109 Nm2C-2 q : muatan listrik (C) Q : muatan sumber (C) F : gaya coulomb (N) r : jarak (m) 4. Elektroskop Fungsi dari elektroskop adalah: 1. Untuk mendeteksi adanya muatan listrik pada sebuah benda. Jika kepala elektroskop netral maka daun-daunnya dalam keadaan tertutup, tetapi bila di disentuhkan dengan benda bermuatan listrik maka daunnya akan terbuka/mekar. Makin banyak muatan listrik yang di sentuhkan, makin besar pula daun-daunnya elektroskop terbuka. 2. Untuk menguji jenis muatan listrik pada benda. Elekroskop yang telah bermuatan listrik dapat digunakan untuk mengetahui jenis muatan benda. - Jika daun elekroskop lebih kuncup, berarti muatan listrik kepala elekroskop dan benda yang didekatkan sejenis. - Jika daun elekroskop lebih mekar, berarti muatan listrik kepala elektroskop dan benda yang didekatkan tidak sejenis. Misalkan, kita memiliki elektroskop yang bermuatan positif - Jika benda bermuatan positif kita dekatkan maka daun elekroskop lebih kuncup. - Jika benda bermuatan negative kita dekatkan maka daun elektroskop lebih mekar. Ilustrasi saat sebuah elektroskop masih netral, intinya adalah jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif, baik di kepala (atas) maupun di daun kaki. Sebuah benda bermuatan negatif kemudian didekatkan ke elektroskop. Gambar 2.5 elekroskop netral Muatan negatif dari benda akan tolak menolak dengan muatan negatif dari kepala elektroskop, sehingga muatan negatif di kepala elektroskop kemudian menjauh ke bawah/kaki. Gambar 2.6 kondisi elektroskop kuncup Akibatnya, daun kaki yang tadinya netral, seimbang jumlah plus minusnya, sekarang menjadi lebih banyak muatan negatifnya, akhirnya kaki elektroskop akan terbuka akibat gaya tolak menolak muatan negatif di kaki kiri dan kanan elektroskop. Gambar 2.7 kondisi elektroskop mekar 5. Potensial Listrik 1. Potensial listrik Potensial listrik adalah energy potensial listrik per satuan muatan listrik V= ……………………….. (III) Dengan : V : potensial listrik (V) W : energi potansial listrik (J) Q : muatan uji (C) a. Potensial listrik oleh muatan titik Sebuah titik yang terletak di dalam medan listrik akan memiliki potensial listrik. Potensial listrik yang dimiliki titik tersebut besarnya adalah: V=k atau V = E .r ……………….(IV) Dimana Q = muatan sumber Potensial listrik merupakan besaran scalar, apabila terdapat beberapa muatan titik, maka potensial litrik pada sebuah titik merupakan jumlah aljabar potensialnya terhadap muatan-muatan. Besarnya potensial di P : Vp = k …………………………..(V) b. Potensial Listrik Oleh Bola Konduktor Bermuatan Potensial di dalam bola konduktor di tiap titik adalah sama , bidang yang mempunyai potensial listrik yang sama disebut bidang eqipotensial. - Untuk r V=k - - R (didalam bola) …………………….. (VI) Untuk r R (dipermukaan bola) V=k …………………….(VII) Untuk r V=k R (diluar bola) …………………….(VIII) c. Potensial Listrik Pada Dua Keping Sejajar V = E .d ……………………………(IX) Dengan d : jarak antara dua keeping (m) Gambar 2.8 dua keping sejajar d. Bidang Ekipotensial Bidang ekipotensial adalah bidang dimana setiap titik pada bidang itu mempunyai potensial yang sama. Sebuah muatan titik akan mempunyai bidang ekipotensial berupa sebuah kulit bola. Bidang ini selalu tegak lurus pada garis gaya listrik. Tiap muatan listrik yang di gerakkan pada bidang itu tidak memerlukan usaha. Gambar 2.9 dua buah muatan e. Energi Potensial Listrik Muatan Q akan memberikan potensial listrik terhadap q sebesar V, akibat potensial listrik tersebut, maka q akan memberikan energy sebesar: Ep = q. V ………………………(X) Dengan : Ep : energi potensial listrik (joule) q’ = muatan uji I. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Selestina B. Antonio menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung adalah baik untuk materi pokok pengukuran pada peserta didik kelas VII SMPK Adisucipto Penfui Kupang. Secara terperinci dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut: a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran fisika materi pokok pengukuran pada peserta didik kelas VII SMPK Adisucipto Penfui Kupang melalui penerapan model pengajaran langsung yang meliputi Tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dalam kategori baik dengan skor rata-rata secara berturut-turut adalah: 4,00; 3,91; dan 3,88. b. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) kognitif dan afektif yang dicapai peserta didik pada Materi pokok Pengukuran, yang menerapkan Model Pembelajaran Langsung adalah tuntas dengan rata-rata berturut-turut adalah 0,80 dan 0,85. c. Hasil Belajar Fisika peserta didik kelas XI SMA Swasta Beringin Kupang pada materi pokok Usaha dan Energi yang menerapkan Model Pembelajaran Langsung pada peserta didik adalah tuntas dengan proporsi ketuntasan adalah tuntas, proporsi rata-rata 0,84 dan 85% peserta didik mencapai SKM yang ditetapkan oleh Depdikbud maupun SKM Sekolah. Semua peserta didik, juga mencapai ketuntasan belajarnya pada aspek afektif dengan proporsi 0,86. d. Respon peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran Langsung adalah positif, karena rata-rata dari setiap aspek penilaian lebih dari 80% dengan nilai pada kegiatan inti rata-rata presentase peserta didik mencapai 92% kegiatan penutup rata-rata presentase peserta didik mencapai 90% , pengelolaan kelas 85% dan suasana kelas 89% artinya peserta didik memberikan respon sangat baik terhadap pelaksanaan pembelajaran. Secara keseluruhan respon peserta didik positif karena persentase setiap aspek ≥80%. J. Kerangka Berpikir Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA fisika di SMP, peserta didik diminta untuk dapat memahami pengetahuan-pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu). Guru selalu menghendaki agar peserta didik memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, agar mereka dapat melakukan sesuatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil. Akan tetapi, apa yang diminta pada peserta didik dalam pembelajaran fisika belum terpenuhi sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. Hal-hal yang menghambat terpenuhinya hasil belajar peserta didik yang baik pada pembelajaran fisika seperti penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan konsep fisika yang diajarkan, sehingga hanya dapat membantu peserta didik dalam memiliki penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja. Berikut ini disajikan memberikan gambaran dalam penelitian ini: bagan untuk memudahkan atau Kondisi Pembelajaran Kemampuan guru dalam mengelola model pembelajaran langsung Tahap perencanaa nnnnn Ketuntasan indikator hasil belajar Tahap pelaksanaan Ketuntasan hasil belajar peserta didik Respon peserta didik Tahap evaluasi Penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) Model pembelajaran langsung yang optimal Gambar 2.5 Skema Kerangka berpikir Dari bagan di atas terlihat bahwa dalam proses pembelajaran terdapat empat kondisi yang dilihat yakni kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, ketuntasan indikator hasil belajar, ketuntasan hasil belajar peserta didik dan respon peserta didik. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi tiga tahap yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan baik jika skor yang diperoleh berkisar dari 3,50-4,00. Sedangkan indikator hasil belajar dan hasil belajar dikatakan tuntas jika proporsinya mencapai 65 %. Untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran maka sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, dimana menekankan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.