Hujan Bukan Faktor Utama

advertisement
EDISI 01/2013
MEDIA KOMUNIKASI & DOKUMENTASI
BMKG, Radar Terpercaya
Pendeteksi Datangnya Bencana
(Dongeng) Masa Depan
Iklim dan Cuaca Kita
Apa Kabar MG Band?
Remunerasi, Tingkatkan
Kedisiplinan Pegawai BMKG
Hujan Bukan Faktor Utama
BANJIR
www.bmkg.go.id
Dari Redaksi
Pembaca yang berbahagia,
DITERBITK AN OLEH
Bagian Hubungan Masyarakat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG)
Jl. Angkasa I, No.2 Kemayoran
Jakarta Pusat 10720
Telp. 021 4246321, Fax. 021 4246703
P.O. Box 3540 JKT
PELINDUNG
Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M.Sc.
PENGARAH
Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng.
Darwahyuniati, SH., MH.
PENANGGUNG JAWAB
Drs. Eko Suryanto
PEMIMPIN REDAKSI
Ir. Yanuar Firdausi, MM.
Akhmad Taufan Maulana, S.Ikom.
REDAKTUR PELAKSANA
Taufiq Kurniawan H., S.Sos.
Dwi Rini Endra Sari
REDAKSI
Rozar Putratama, S.Sos.
Judith Maris Siregar, S.Ikom.
Arief Akhir Wijaya
Ajat Sudrajat
FOTOGRAFER
Rachmat Hidayat
Bima Endaryono, S.Sos.
ARTISTIK & TATA LETAK
Arif Haryanto
SIRKULASI
Sarmili, S.Sos.
Yunus
Sapto Sukoco, SE.
Sri Harningsih
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua informasi tentang kegiatan
yang dilakukan BMKG, aktivitas pegawai BMKG, dan kebijakan
pemerintah sangat penting untuk disosialisasikan kepada seluruh
insan pegawai baik di lingkungan pusat, maupun daerah sehingga
kita dapat mengetahui perkembangan dan pencapaian keberhasilan
BMKG. Dengan adanya informasi tersebut diharapakan dapat
menjadi tolok ukur bagi arah perkembangan dan sasaran BMKG.
Menyadari akan pentingnya kebutuhan informasi tersebut, maka
BMKG perlu menerbitkan suatu media dalam bentuk majalah guna
mengemas dan menyajikan informasi yang nantinya akan disebarkan
ke seluruh lapisan BMKG. Maka lahirlah Majalah InfoBMKG ini. Salah
satu tujuan dari lahirnya media ini adalah sebagai sarana pemersatu
seluruh elemen BMKG melalui isi dan karakter dalam setiap edisi
InfoBMKG.
Harapan kami dengan diterbitkannya InfoBMKG ini adalah dapat
memberikan pencerahan dalam meningkatkan pemahaman dan
pengertian insan BMKG akan berbagai kebijakan, kegiatan, dan
perkembangan yang terjadi. Selai itu, InfoBMKG dapat dijadikan
sebagai media hiburan bagi pembaca sehingga InfoBMKG dapat
dinikmati oleh semua kalangan. Tak lupa, dalam upaya mendukung
kesinambungan penerbitan media ini, kami sangat mengharapkan
kerjasama dan koordinasi semua jajaran BMKG.
Dalam mendukung kelengkapan informasi media ini, kami
mengambil langkah proaktif untuk mewawancarai para pejabat
pembuat kebijakan. Kami pun memberikan kesempatan kepada para
pembaca yang ingin mengirimkan buah pkirannya berupa artikel,
foto, dan lainnya yang relevan dengan tujuan penerbitan media ini.
Dalam penyusunan Majalah InfoBMKG ini, kami menyadari masih
terdapat kekurangan. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang
tak retak”, bahwa dalam setiap upaya yang dilakukan tentu masih
membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan masukan, saran, dan kritik demi penyempurnaan
media ini ke depannya. Selamat Membaca.
Salam,
Redaksi
Daftar Isi
4
18
BERITA UTAMA
OPINI
Jakarta harus menangis karena dilanda banjir. Beberapa
sungai meluap dan banyak rumah warga yang terendam
banjir. Curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi pada
Januari hingga pertengahan Maret bukanlah merupakan
faktor utama penyebab banjir. Terdapat beberapa faktor lain
yang jadi penyebab banjir.
Sebagai warga BMKG, istilah pemanasan global dan
perubahan iklim bukanlah sesuatu yang asing. BMKG sudah
sepantasnya menjadi lembaga terdepan yang memiliki
perhatian dan pemahaman lebih baik dan lebih maju
terhadap masalah dunia yang paling populer itu.
HUJAN BUKAN FAKTOR UTAMA BANJIR
(DONGENG) MASA DEPAN IKLIM DAN
CUACA KITA
3
24
31
WISATA
KILAS BALIK
Yogyakarta merupakan sebuah kota yang tak lepas dari
pusat perhatian wisatawan. Suasana budaya, wisata dan
keramahan pun hadir menyambut kedatangan mereka.
Awal tahun 2000 hingga 2003, boleh dibilang adalah
masa keemasan MG Band. Pada periode tersebut MG
Band yang awalnya hanya sebuah band internal kantor,
bermetamorfosis menjadi public band.
Profil | BMKG, Radar Terpercaya Pendeteksi Bencana
........................................................................................................ 06
Antar Kita | Remunerasi, Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai
........................................................................................................ 26
Snapshot
........................................................................................................ 09
Ragam | Mapiptek Rambah Dunia Cuaca dan Gempa
........................................................................................................ 28
Kaleidoskop
........................................................................................................ 10
Opini | Wisata Banjir Jakarta
........................................................................................................ 30
Kliping Pilihan
........................................................................................................ 20
Resensi
........................................................................................................ 32
MENJELAJAHI KEKAYAAN BUDAYA
YOGYAKARTA
APA KABAR MG BAND?
| EDISI 01/2013
Berita Utama
4
HUJAN BUKAN FAKTOR UTAMA
BANJIR
17 Januari 2013, Jakarta harus menangis karena dilanda banjir. Beberapa sungai meluap dan banyak rumah warga yang terendam banjir. Bahkan, kejadian ini telah memakan korban jiwa akibat
terjangan aliran sungai yang deras. Curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi pada Januari hingga
pertengahan Maret bukanlah merupakan faktor utama penyebab banjir. Terdapat beberapa faktor
lain yang jadi penyebab banjir.
H
ujan yang mengguyur beberapa
kota di Pulau Jawa, khususnya
di Jabodetabek telah membuat
was-was warga Jakarta. Dibandingkan
data tahun 2007, tahun ini curah hujan
sebenrnya lebih rendah. Hal ini terlihat
dari data BMKG yang mencatat curah
hujan saat kejadian 2 Februari 2007
adalah 340 mm/hari di daerah Pondok
Betung dan pada tanggal 2 Februari
| EDISI 01/2013
2007 di wilayah Pasar Minggu curah
hujann mencapai 325 mm/hari.
Sedangkan saat kejadian banjir tanggal
17 Januari 2013 lalu, curah hujan
tertinggi terjadi di wilayah Kemayoran,
yaitu 193 mm/hari. Di Tanjung Priok
tercatat 118 mm/hari, dan CitekoCisarua (98 mm/hari), serta Depok
(60mm/hari), seperti yang diutarakan
Deputi Bidang Meteorologi, Soperiyo, S.
Si, Dipl. AIT sehari setelah banjir besar
Jakarta itu Jumat (18/1).
BMKG memperkirakan bahwa pada
Januari 2013 terjadi curah hujan
menengah di seluruh wilayah DKI
Jakarta, yaitu 200 mm/bulan, Pada
Februari 2013 pun demikian.
Pergerakan udara dari Asia ke
Australia akan memberi efek
terjadinya musim hujan di Indonesia
dan sebaliknya pergerakkan udara
dari Australia ke Asia memberi efek
musim kemarau” Saat ini yang terjadi
adalah adanya pergerakan udara dari
Asia ke Australia,” ujar Kepala Pusat
Meteorologi Publik Mulyono Rahadi
Prabowo , M. Sc.
Faktor Manusia
Ketika musim penghujan datang, beritaberita terkait banjir dan kerugiannya
menghiasi headline media massa
cetak, elektronik, dan online. Banyak
dampak yang ditimbulkan dari banjir,
seperti terhambatnya interaksi sosial,
terhentinya roda perekonomian.
Bahkan, yang lebih mengiris hati, jika
banjir dapat memakan korban jiwa.
Tingkah laku manusia merupakan
salah satu faktor yang andil dalam
bencana banjir. Kita sering melihat
sikap masyarakat yang tidak sadar
terhadap lingkungan. Setidaknya
Walhi mencatat bahwa pada tahun
2000, Jakarta menghasilkan 25.700
m3 sampah per hari. Volume sampah
selama tahun 2000 itu artinya
mencapai 170 kali besar Candi
Borobudur (volume Candi Borobudur
adalah 55.000 m3).
Keegoisan tingkah laku manusia
dalam menebangi hutan secara
serampangan dan melupakan upaya
penanaman kembali juga merupakan
salah faktor yang menimbulkan banjir.
Jadi sebenarnya penyebab kerusakan
di bumi adalah ulah manusia dan yang
akan merasakan dampaknya adalah
manusia juga.
“
Pada tahun 2000, Jakarta
menghasilkan 25.700 m3 sampah
per hari atau mencapai 170 kali
besar Candi Borobudur.
“
Lebih lanjut Soepriyo menambahkan
bahwa faktor yang menyebabkan banjir
di Jakarta selain curah hujan adalah
penyimpangan rencana tata ruang dan
wilayah (RTRW), tersumbatnya saluran
air sungai oleh tumpukan sampah,
sistem drainase yang tidak memenuhi
persyaratan, alih fungsi kawasan
penampungan air (setu, waduk,
rawa, dan lainnya), serta bersamaan
terjadinya rob (pasang surut air laut).
Sebagai makhluk sosial, tentunya
manusia dapat mengupayakan sesuatu
yang lebih besar lagi bagi kehidupan
yang lebih baik. Manusia pun mampu
untuk merencanakan sebuah sistem
pengendalian banjir yang lebih terpadu
dan memperhatikan keharmonisan
hubungan antara manusia dengan
alam. Kita pun dapat berupaya untuk
menghasilkan generasi yang ramah
terhadap alam.
Tak sedikit masyarakat yang menuding
bahwa hujan merupakan penyebab
terjadinya banjir. Hujan yang
seharusnya menjadi berkah bagi umat
manusia, justru menjadi kekhawatiran
warga masyarakat sebagai sumber
kejadian bencana banjir. Sadarkah kita
akan sikap keegoisan dan keserakahan
kita yang justru menyebabkan banjir
dengan merubah lahan hijau menjadi
pusat bisnis? Sudahkah kita memulai
dengan hal terkecil yang membuat alam
ini ramah terhadap kita?
(rn)
O O
| EDISI 01/2013
5
Profil
6
| EDISI 01/2013
BMKG
Radar Terpercaya
Pendeteksi Datangnya Bencana
Lalu, siapakah sumber informasi bagi
stasiun televisi, radio, atau aplikasi
ponsel tadi?Tentu saja tak lain adalah
BMKG. Ya, BMKG bekerja layaknya radar
yang senantiasa mendeteksi bencana
yang diperkirakan akan muncul.
Karena secara geologis, Indonesia
berada pada batas pertemuan tiga
lempeng tektonik utama dunia
(Lempeng Eurasia, Lempeng IndoAustralia, dan Lempeng Pasifik), yang
menyebabkan beberapa wilayah
negeri ini rawan aktivitas gempa dan
vulkanisme yang aktif. Bahkan, ada pula
kemungkinan sampai terjadi tsunami
jika pusat gempa ada di laut.
iklim seperti temperatur dan curah
hujan, sangat bergantung kepada
keseimbangan energi antara bumi
dan atmosfer. Secara rata-rata jumlah
radiasi matahari yang diserap bumi
“
Untuk memantau, menganalisis,
hingga menyajikannya menjadi
sebuah informasi mengenai
perubahan cuaca dan iklim
tersebut adalah tugas BMKG.
“
J
ika berbicara mengenai bencana
seperti gempa bumi atau cuaca
buruk, pasti asosiasi kita langsung
tertuju kepada BMKG atau Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Informasi terjadinya gempa atau cuaca
buruk ini biasanya akan muncul pada
running text (teks berjalan) di televisi
atau berita dari radio. Bagi mereka
yang menggunakan ponsel cerdas
(smartphone), informasi penting ini
bisa didapat salah satunya lewat
aplikasi bernama Gempaloka, yang
memberikan notifikasi berupa getaran
dan ikon merah saat baru saja terjadi
gempa.
akan sama dengan jumlah radiasi
yang dilepaskan ke atmosfer, sehingga
radiasi yang dilepas ini menyebabkan
atmosfer bumi kita menghangat.
Radiasi matahari dan atmosfer
merupakan determinan utama dari
sistem iklim bumi.
Untuk memantau, menganalisis,
hingga menyajikannya menjadi sebuah
informasi mengenai perubahan cuaca
dan iklim tersebut adalah tugas BMKG.
BMKG dengan peralatan yang telah
dimodernisasi dan didukung oleh
sumber daya manusia yang terlatih,
menyajikan data-data prakiraan yang
akurat tentang cuaca dan kondisi
lainnya.
Cuaca (hujan, panas, angin kencang,
dan sebagainya) adalah sesuatu hal
yang bisa diperkirakan tapi tidak
bisa dicegah kedatangannya. Maka
yang terpenting adalah bagaimana
mengantisipasi kondisi cuaca iklim dan
iklim yang diperkirakan muncul tadi
agar tidak berdampak menjadi bencana
yang merugikan manusia. Apalagi, pada
masa-masa rawan bencana alam yang
erat kaitannya dengan cuaca dan iklim,
BMKG tak pelak menjadi salah satu
rujukan dan referensi penting sebagai
penyampai informasi yang akurat dan
dapat dipercaya.
(tk/rh/yn)
O O
BMKG memiliki fungsi melakukan
pengamatan, pengolahan, serta
analisis aktivitas alam, cuaca, dan
iklim. Cuaca didefinisikan sebagai
keadaan rata-rata udara pada batas
waktu tertentu dan tempat tertentu.
Sedangkan iklim berasal dari bahasa
Yunani ”klima”, diartikan sebagai
kecenderungan (inclination). Iklim
merupakan keadaan rata-rata cuaca
pada suatu daerah yang luas dalam
jangka waktu yang cukup lama. Jadi
menjelaskan sistem iklim bumi ke
depan, apalagi memprediksikannya
bukanlah pekerjaan yang gampang,
karena banyak faktor dan variabel yang
mempengaruhinya.
Sebagaimana diketahui, unsur
| EDISI 01/2013
7
Profil
Sejarah Panjang BMKG
“
Tahun 1866, kegiatan
pengamatan perorangan oleh
Pemerintah Hindia Belanda mulai
diresmikan menjadi instansi
pemerintah.
“
8
P
engamatan di bidang
meteorologi dan geofisika di
tanah air sebenarnya sudah
dimulai sejak tahun 1841, diawali
dengan pengamatan yang dilakukan
secara perorangan oleh dr. Onnen,
seorang kepala rumah sakit di Bogor.
Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin
diperlukannya data hasil pengamatan
cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan
pengamatan perorangan tersebut
oleh Pemerintah Hindia Belanda saat
itu mulai diresmikan menjadi instansi
pemerintah dengan nama Magnetisch
en Meteorologisch Observatorium
(Observatorium Magnetik dan
Meteorologi), dan dipimpin oleh dr.
Bergsma.
Pada masa pendudukan Jepang
di tahun 1942 sampai 1945,
nama Observatorium Magnetik
dan Meteorologi tersebut diganti
menjadi Kisho Kauso Kusho.Setelah
kemerdekaan Indonesia tahun
1945, instansi tersebut dipecah
menjadi dua, yaitu Biro Meteorologi
yang berada di lingkungan Markas
Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia
di Yogyakarta, yang khusus untuk
| EDISI 01/2013
melayani kepentingan Angkatan
Udara, serta Jawatan Meteorologi
dan Geofisika yang berada di Jakarta
dibawah Kementerian Pekerjaan
Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diambil
alih oleh Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu,
ada juga Jawatan Meteorologi dan
Geofisika yang dipertahankan oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang
berkedudukan di Jalan Gondangdia,
Jakarta.
Setelah penyerahan kedaulatan
negara Republik Indonesia dari
Belanda tahun 1949, Meteorologisch
en Geofisiche Dienst diubah
menjadi Jawatan Meteorologi dan
Geofisika dibawah Departemen
Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Tahun 1950, Indonesia secara
resmi masuk sebagai anggota
Organisasi Meteorologi Dunia (World
Meteorological Organization/WMO)
dan Kepala Jawatan Meteorologi
dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with
WMO.
Pada tahun 1955, Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diubah
namanya menjadi Lembaga
Meteorologi dan Geofisika dibawah
Departemen Perhubungan.
Lima tahun kemudian, namanya
dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan Udara.
Tahun 1970, diubah lagi menjadi
Direktorat Meteorologi dan Geofisika.
Pada 1972, Direktorat Meteorologi
dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan
Geofisika, suatu instansi setingkat
eselon II di bawah Departemen
Perhubungan. Tahun 1980, statusnya
dinaikkan menjadi suatu instansi
setingkat eselon I dengan nama
Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG), dengan kedudukan tetap
berada dibawah Departemen
Perhubungan.
Melalui Keputusan Presiden RI
Nomor 46 dan 48 tahun 2002,
struktur organisasi BMG diubah
menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND). Terakhir, lewat
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun
2008, BMG berganti nama menjadi
Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika(BMKG) dengan status
tetap sebagai Lembaga Pemerintah
Non Departemen. Kemudian status
itu diperkuat dengan lahirnya
Undang-Undang RI Nomor 31
tentang Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika pada tahun 2009.
O O
(tk/rh/yn)
Snapshot
hg
Bukan hanya pegawai Dinas Kebersihan
yang mempunyai helm
berwarna kuning.
Di BMKG kami juga punya
rombongan pegawai yang dalam
pekerjaannya dibekali helm berwarna kuning.
Otoritas perlengkapan
helm kuning ini ada di operasional
Pusat Gempa Nasional BMKG, Jakarta.
hg
| EDISI 01/2013
9
Kaleidoskop
11 Juli 2012
Kunjungan Kanselir Jerman ke BMKG
Kunjungan Angela itu dilakukan juga dalam rangka memperingati
33 tahun kerja sama antara Indonesia dan Jerman di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada kunjungan tersebut, Kanselir
Jerman diterima oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan,
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, serta Kepala
BMKG Sri Woro B Harijono.
10
“Bagi Pemerintah Jerman, bukan saja bantuan saat bencana terjadi
yang harus dilakukan, melainkan juga pendampingan dalam
proses alih teknologi sistem peringatan dini bencana kepada
Pemerintah Indonesia,” ujar Kanselir Jerman Dr. Angela Merkel saat
melakukan kunjungan ke BMKG pada 11 Juli 2012. Angela dalam
kesempatan tersebut juga dan melihat cara kerja secara langsung
Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning System – InaTEWS).
| EDISI 01/2013
Menteri Perhubungan mengapresiasi pemerintah dan rakyat
Jerman yang telah memberikan bantuan dalam pembangunan
InaTEWS. InaTEWS sangat bermanfaat bagi penduduk yang rawan
tsunami dan hidup di daerah pantai – terutama di negara-negara
yang berada di sekitar Samudera India. Kehandalan operasi sistem
tersebut telah mendorong IOTWS (Indian Ocean Tsunami Warning
System) menetapkan InaTEWS sebagai Regional Tsunami Service
Provider (RTSP) bersama-sama dengan Australia dan India. Lebih
lanjut, Menteri Perhubungan menyebutkan bahwa Jerman juga
telah membantu peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihanpelatihan untuk menjaga kelangsungan InaTEWS baik dari sisi
pemeliharaan maupun operasinya.
Sementara Kepala BMKG mengemukakan bahwa kerjasama
dengan Pemerintah Jerman juga dilakukan dalam hal
pengembangan sistem basis data perubahan iklim melalui
Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). []
14 Januari 2013
Diklat Training Needs Analysis Tahun 2013
Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Training Needs Analysis
bertempat di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, 14 hingga 26
Januari 2013. Turut hadir Kapusdiklat BMKG, pejabat eselon III-IV
di lingkungan BMKG, tamu undangan dari Lembaga Administrasi
Negara, dan diikuti 20 orang peserta pegawai dari Pusat
Pendidikan dan Pelatihan BMKG.
Ketua Penyelenggara Diklat Ir. Sindhu Nugroho, M.Si mengatakan,
untuk meningkatan kualitas SDM di lingkungan BMKG dan
memberikan kontribusi kepada masyarakat pengguna layanan
informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika, salah satu
upaya yang dilakukan adalah melalui diklat serta peningkatan
kualitas widyaiswara. Diharapkan peserta dapat memahami
kebijakan perencanaan diklat aparatur, memahami dasar-dasar
organisasi, memahami diklat bersistem, memahami konsep dasar
analisis kebutuhan diklat, memahami analisis kinerja aparatur, dan
memahami pendekatan analisis kebutuhan diklat.
Dalam sambutan Kepala Badan Meteorologi Klimatalogi dan
Geofisika yang diwakili oleh Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar
Gunawan, M.Sc berharap Diklat Training Needs Analysis ini dapat
menambah dan meningkatkan pemahaman tentang proses
pengumpulan informasi tentang skill, knowledge, dan feeling
aparatur, mengumpulkan informasi tentang job content dan job
context sebagai analisis permasalahan, analisis pradiklat, analisis
kebutuhan atau analisis pendahuluan, mampu memberikan
data dalam keperluan perencanaan, serta mengidentifikasi dan
mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang
harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan
dengan kinerja aktual individu khususnya dalam lingkungan
BMKG.
Sasaran diklat ini adalah tersedianya analis kebutuhan diklat yang
cerdas, tanggap, dan terampil dalam mendukung kinerja yang
dilandasi semangat profesionalisme dan kompetensi. []
16 Januari 2013
Januari sampai Maret Peluang Curah Hujan Tinggi
Kepala Pusat Meteorologi Publik Drs.Mulyono Rahadi Prabowo
dan Kepala Pusat Meteorologi Maritim dan Penerbangan Drs.
Syamsul Huda, M. Si., Rabu (16/1). Menurut Soepriyo, pada saat
ini kondisi cuaca secara umum dipengaruhi oleh adanya daerah
pertemuan angin yang memanjang mulai dari Sumatera bagian
selatan, Jawa, hingga Nusa Tenggara, menyebabkan intensitas
curah hujan menjadi berkurang dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Demikian juga dengan kondisi tinggi gelombang
laut cenderung menurun.
“Badai siklon tropis Narelle yang terjadi di Samudera Hindia
sebelah Barat Australia telah menghilang sejak tanggal 15 Januari
2013,“ terang Deputi Bidang Meteorologi Soepriyo, Dipl AIT, S. Si
saat acara jumpa pers di Ruang Rapat Utama BMKG didampingi
Prospek cuaca Jabodetabek untuk satu hingga dua hari ke depan
cenderung mengalami peningkatan curah hujan sekitar akhir
pekan mendatang, khususnya di wilayah Depok dan Bogor.
“Diperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Januari-Maret
2013. Peluang terjadinya curah hujan dengan intensitas tertinggi
terjadi pada rentang waktu antara pertengahan Januari hingga
pertengahan Februari 2013,” jelas Soepriyo. Pada 17 Januari
2013 diprediksi prakiraan angin mengalami konvergensi, yaitu
terjadi pertemuan angin sehingga terjadi pembentukan awan di
Sumatera bagian selatan, Jawa, dan Papua. []
| EDISI 01/2013
11
18 Januari 2013
Aktivitas Monsoon Asia Masih Akan Berlangsung
Pada tanggal 18 Januari 2013, dilaksanakan jumpa pers terkait
updating dan prospek cuaca saat ini dan mendatang di Ruang
Crisis Centre BMKG. Pada kesempatan itu, Deputi Bidang
Meteorologi Soepriyo, , Dipl AIT, S.Si mengatakan, curah hujan
pada saat kejadian banjir tanggal 17 Januari 2013 tertinggi
berada di Kemayoran sebesar 193 mm. Sedangkan Kota Depok
pada 17 Januari memiliki curah hujan 60 mm, dan Citeko,
Bogor memiliki curah hujan 98 mm.
Sementara Kepala Pusat Meteorologi Publik Mulyono Rahadi
Prabowo , M. Sc, mengatakan bahwa aktivitas Monson Asia
diprediksi masih akan berlangsung, yang ditandai dengan
meluasnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu, sebagian besar Jawa, Bali, dan
Nusa Tenggara. Selain peningkatan curah hujan sebagai
dampak dari aktivitas monsoon Asia adalah meningkatnya
kecepatan angin dan tinggi gelombang di Laut Cina Selatan,
Selatan Karimata, Laut Flores, Laut Timor, Laut Sawu, dan Laut
Banda.
12
“Pergerakan udara dari Asia ke Australia akan memberi
efek terjadinya musim hujan di Indonesia, dan sebaliknya
pergerakan udara dari Australia ke Asia memberi efek musim
kemarau. Saat ini yang terjadi adalah pergerakan udara dari
Asia ke Australia,” imbuh Prabowo kepada media massa.
Dalam kesempatan itu Prabowo juga menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan hujan ringan adalah hujan yang tercurah 1020 mm per hari, hujan sedang memiliki curah hujan 20-50 mm
per hari, hujan lebat 50 sampai 100 mm per hari, dan hujan
sangat lebat lebih dari 100 mm per hari. “Tiga hari ke depan
curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya cukup tinggi,”
kata Prabowo. []
28 Januari 2013
Decision Support System & Regional Tsunami
Service Provider Operator Training
and Consulting for Tsunami Early Warning System (PROTECS)
ini diikuti oleh tujuh orang peserta yang sebagian besar
merupakan petugas operasional di Bidang Informasi Dini
Gempa Bumi dan Tsunami.
Pelatihan tersebut memang secara khusus di peruntukkan
untuk para petugas operasional yang mengoperasikan sistem
(Decision Support System) DSS dan Regional Tsunami Service
Provider (RTSP), sehingga dapat memberikan informasi atau
warning secara cepat dan akurat.
Pada tanggal 28 Januari hingga 1 Februari 2013 diadakan
kegiatan yang bertaraf internasional di lingkungan Deputi
Geofisika, bertempat di Gedung Operasional baru lantai 3.
Pelatihan yang di prakarsai oleh Project for Training, Education
| EDISI 01/2013
Pengajar pelatihan tersebut didatangkan langsung dari
Jerman, yaitu Thorsten Schoeckel dan Martin Moehlbauer.
Fadli Yusuf sebagai koordinator training mengatakan
bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan proyek
peningkatan kapasitas SDM bagi petugas operasional di
lingkungan Deputi Geofisika. []
01 Februari 2013
Tim JAMSTEC Lakukan Maintenance Tahunan
di Stasiun Geofisika Jayapura
Tim Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology
(JAMSTEC) dari Jepang melaksanakan kunjungan ke Stasiun
Geofisika Kelas I Angkasapura Jayapura dalam rangka melakukan
maintenance peralatan seismic STS1 Very-very Broadband
Seismometer. Tim yang dipimpin oleh Ishihara dan beranggotakan
Immamura dan Takaho Kita selaku engineering geology ini
melaksanakan kegiatannya sejak 1 Februari hingga 5 Februari
2013. Kepala Stasiun Petrus Demon Sili, M.Si, menyampaikan rasa
terima kasihnya kepada Tim JAMSTEC atas kepedulian mereka
untuk melakukan maintenance secara berkala setiap tahun. []
7 Februari 2013
Fenomena Banjir Jakarta
13
“TMC merupakan suatu usaha campur tangan manusia dalam
pengendalian sumber daya air di atmosfer untuk menambah
curah hujan dan mengurangi intensitas curah hujan dengan
memanfaatkan parameter cuaca guna meminimalkan bencana
alam yang disebabkan cuaca dan iklim,” tutur Heru.
Pada sesi pertama yang dimoderatori oleh Kabid Litbang
Meteorologi Drs. Suratno, M.Si. ini diakhiri paparan dari Perekayasa
Madya BMKG Achmad Sasmito. Dia mengatakan banjir yang cukup
besar di wilayah Jakarta terjadi pada 1918, 1932, dan 2007.
Seminar Ilmiah Bulanan BMKG kembali di gelar oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan, Kamis (7/2). Tema yang diangkat
adalah seputar fenomena banjir di Jakarta. Acara ini dibuka oleh
Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan
Komunikasi, Drs. Sunarjo, M. Si, dihadiri para pejabat eselon II,
II, III, IV serta para peneliti dan perekayasa BMKG dan beberapa
instansi terkait seperti LIPI, PU, dan Badan SAR.
“Pada 17 Januari 2013 di wilayah Jakarta terjadi sebaran hujan
yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, yaitu di atas 100
mm per hari dan 50-100 mm per hari,” ujar Forecaster BMKG Agie
Wandala Putra. Menurunya, banjir 17 Januari merupakan akibat
hujan yang jatuh pada hari tersebut dan akumulasi hujan sejak
awal bulan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo menjelaskan tentang
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mitigasi bencana banjir.
“Jakarta memiliki tipografi yang merupakan faktor yang
menyebabkan banjir, antara lain bahwa 75% merupakan daerah
resapan, 40% wilayah berada di bawah permukaan air, dilintasi 13
anak sungai, dan merupakan daerah pertemuan angin dan wind
sear,” terang Sasmita.
Sementara pada sesi kedua yang dimoderatori Kepala Bidang
Litbang Klimatologi dan KU Dr. Dodo Gunawan diawali paparan
dari Prof. Dr. Edi Prasetyo Utomo, APU (LIPI). Menurut Edi, adanya
penerapan teknologi simpanan dan limbuhan buatan untuk
air tanah (SIMBAT) dapat meningkatkan potensi air tanah dan
memperbaiki kualitas air tanah.
Sedangkan Erwin Eka Ayaputra (BMKG) memaparkan tentang
tinjauan klimatologi banjir Jakarta. Dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu 2007, 2002, 1996, dan 1989, kejadian banjir
pada Januari 2013 bukan merupakan kejadian hujan yang
tertinggi tetapi tetap dikategorikan ekstrim. Terakhir, Pustlitbang
Sumber Daya Air Kementerian PU Dr. Agung Bagiawan, M. Eng
memaparkan tentang Konsep Penanggulangan Banjir di Jakarta. []
| EDISI 01/2013
11 Februari 2013
Pembahasan Prakiraan Musim Kemarau 2013
Rapat Pembahasan Prakiraan Musim Kemarau 2013 Kedeputian
Bidang Klimatologi BMKG diselenggarakan di Hotel Swissbell
Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini dihadiri 62 peserta yang terdiri
dari Kepala Balai Besar Wilayah I-V serta para Kepala Stasiun
Meteorologi dan Klimatologi BMKG.
14
Acara dibuka oleh Deputi Bidang Klimatologi Dr. Widada Sulistya,
DEA, didampingi kepala Pusat Iklim, Agroklimat dan Iklim Maritim
Dra. Nurhayati, M.Sc, Kepala Pusat Iklim dan Kualitas Udara Dr.
Edvin Aldrian. Widada berharap agar dalam rapat pembahasan
ini antara Kepala Balai dan Kepala Stasiun bisa membahas apa
yang sudah menjadi agenda rapat dengan baik, dan nantinya hasil
pembahasan merupakan kesepakatan bersama yang disetujui
dan nantinya bisa di delegasikan kepada para stafnya.
Lebih lanjut Widada juga mengatakan bahwa dalam Kedeputian
Klimatologi diharapkan kerjasama yang baik antara Kepala Balai
dan para Kepala Stasiun, sehingga tercipta komunikasi yang lancar
dan tercipta suasana dan semangat kerja yang kondusif. []
11 Februari 2013
Workshop Pengadaaan Barang/Jasa
BMKG sebagai lembaga pemerintah dalam melakukan proses
pengadaan barang/jasa tunduk dan taat kepada Perpes No.
70 Tahun 2012. Dengan 183 satuan kerja yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia dan masing-masing satuan kerja
telah melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah,
maka dibutuhkan sumber daya manusia yang mengerti dan
memahami kegiatan pengadaan barang/jasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, BMKG menyelenggarakan
workshop Peningkatan Pemahaman dan Sertifikasi Ahli
Pengadaan Barang/Jasa Perpres No. 70 Tahun 2012 di Hotel
Mercure Ancol Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini diikuti 60
peserta dari Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Kantor Pusat .
Workshop ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan SDM
dalam melaksanakan pengadaan barang jasa pemerintah.
Sasarannya adalah ingin mencapai pelaksanakan pengadaan
barang/jasa pemerintah di lingkungan BMKG yang sesuai
dengan Perpres No. 70 Tahun 2012.
Dalam sambutannya, Sekretaris Utama BMKG Dr. Andi Eka
Sakya, M.Eng yang diwakili Kepala Biro Umum Pesoth Daniel,
S.Si mengharapkan, prestasi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
yang telah diraih oleh BMKG selama 4 tahun berturut-turut,
bahkan dua tahun terakhir meraih predikat “WTP Murni”,
| EDISI 01/2013
merupakan keberhasilan bersama yang harus dipertahankan.
Sehingga dalam penyusunan laporan keuangan dan aset
yang dimiliki BMKG hendaknya sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Umum BMKG
Daniel Pesoth, S.Si, didampingi Kepala Bagian Perlengkapan
Hj. Endang Suprapti, S.Si, Ketua Unit Layanan Pengadaan
Wahyu Adjie, SH. DESS, serta Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Anggaran dan Perbendaharaan Kementerian
Keuangan Drs. Agus Hermanto, MM. []
11 Februari 2013
Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana Pertama
Angkatan XXVII Tahun 2013
Agar dapat memenuhi kompetensi seorang perencana yang
andal, maka pegawai perencana di BMKG perlu menduduki
jabatan fungsional perencana sehingga akan meningkatkan
kinerja individu dan organisasi.
Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Fungsional
Penjenjangan Pertama Angkatan XXVII di Gedung LPEM
Universitas Indonesia Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini dihadiri
oleh Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar Gunawan M.Sc, Kepala Biro
Perencanaan BMKG Drs. Untung Merdijanto M.Si, Wakil Kepala
LPEM FEUI Bidang Penelitian dan Pelatihan Thia Jasmina, SE., M.Sc,
Kapusbinddiklatren BAPPENAS yang diwakili oleh Drs. Hari Nasiri
Mochtar M.Com, dan Pejabat Eselon III-IV di lingkungan BMKG
serta diikuti 20 orang peserta dari biro perencanaan, pusdiklat,
inspektorat, dan staf di kedeputian BMKG.
Tujuan diklat fungsional perencana penjenjangan pertama
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan fungsional
perencana, menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persaturan dan kesatuan bangsa,
memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat,
dan menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
Dalam sambutan Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar Gunawan M.Sc
mengharap kepada para peserta diklat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga setelah lulus
mengikuti diklat fungsional penjenjangan perencana ini dapat
diangkat atau diusulkan sebagai Pejabat Fungsional Perencana.
Acara dibuka oleh Kapusbindiklatren yang diwakili oleh Kepala
Bidang Pembinaan dan Pengembangan JFP-Bappenas Drs. Hari
Nasiri Mochtar M.Com. Hari berharap kepada para peserta agar
bersungguh-sungguh dalam mengikuti diklat yang nantinya akan
diuji kompetensi untuk menghasilkan perencana yang berkualitas
serta diangkat ke dalam jabatan fungsional perencana. []
12 Februari 2013
Diklat Teknis Substantif Spesialis Pengelolaan
Kekayaan Negara 2013
Dalam sambutannya Kepala Pusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan,
M,Sc menjelaskan bahwa tujuan diadakannya kegiatan diklat ini
adalah peserta mampu mengelola barang milik negara untuk
mengatasi persoalan dalam pengelolaan aset negara di unit
kerjanya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG bekerjasama dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Kekayaan Negara dan Pertimbangan
Keuangan menyelenggarakan kegiatan Diklat Teknis Substantif
Spesialis Pengelolaan Kekayaan Negara di Pusast Pengembangan
SDM Aparatur Kementerian Perhubungan, Selasa (12/2). Kegiatan
ini diikuti sebanyak 30 peserta yang berasal dari pegawai Unit
Pelaksana Teknis dan Kantor Pusat BMKG.
Lebih lanjut Hendar Gunawan mengungkapkan bahwa dari tujuan
yang ada diharapkan bisa mencapai sasaran yakni terwujudnya
PNS yang mampu bertugas mengolah, mengelola, dan
memproses penetapan status, pemanfaatan, pemindahtanganan
dan penghapusanbarang untuk keperluan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada satuan kerja Kementerian Negara/
Lembaga.
Kegiatan ini berlangsung selama 11 hari dan dibuka oleh
Kapusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan, M,Sc dengan di dampingi
Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga BMKG Puspita, S.Si
serta Kepala Pusat Pengembangan SDM Aparatur Perhubungan. []
| EDISI 01/2013
15
12 Februari 2013
Diklat Teknis Substantif Spesialis Bendahara
Pengeluaran 2013
Tujuan diselenggarakan diklat ini seperti disampaikan Kepala
Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Penjaminan Mutu
Pusdiklat Girwanto, SE. MT adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan pegawai
BMKG dalam pengelolaan keuangan negara, serta memberikan
wawasan dan pengetahuan baru tentang pengelolaan keuangan
negara dan permasalahannya. Selain itu sasaran dari diklat ini
adalah untuk menyiapkan SDM yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan teknis dalam menerima, menyimpan, membayar,
dan mempertanggungjawabkan uang persediaan untuk
keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/lembaga.
Kegiatan Diklat Teknis Substantif Spesialis Bendahara Pengeluaran
Tahun 2013 diadakan di Hotel Sulanjana, Cipayung, Bogor, Selasa
(12/2). Peserta diklat ini sebanyak 30 orang, yang berasal dari Balai
Besar Wilayah I-V, Stasiun MKG dari seluruh wilayah Indonesia,
Inspektorat dan AMG.
16
Dalam kaitannya dengan tujuan dan sasaran yang disampaikan
Girwanto, Kepala Pusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan, M.Sc
menyampaikan bahwa dengan adanya kebutuhan BMKG dalam
remunerasi dan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
maka diklat DTSS ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan
bagi para karyawan untuk bisa bekerja dengan baik untuk
mempertahankan predikat WTP BMKG. []
18 Februari 2013
Diklat Teknis Analisis Seismogram dan
Diklat Teknis Tsunami Tahun 2013
Sistem peringatan dini tsunami yang didukung oleh berbagai
instrumen berupa jaringan komunikasi, peralatan, dan power
system, meliputi sistem pemantauan, pengolahan, dan analisa
tentunya saling terintegrasi dengan baik, tak lepas peran pegawai
BMKG dalam rantai proses InaTEWS. Untuk itu diperlukan SDM
yang mempunyai kompetensi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Teknis Analisis
Seismogram dan Diklat Teknis Tsunami di Hotel Ria Diani Bogor
Senin (18/2) yang dihadiri oleh Kepala Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Dr. Ir. Sri Woro B.Harijono, M.Sc,
Deputi Bidang Geofisika Dr. PJ Prih Harjadi, pejabat Eselon IIIV di lingkungan BMKG serta diikuti 60 peserta pegawai dari
BBMKG Wilayah I-V, Stasiun Geofisika, Stasiun Meteorologi, Pusat
Meteorologi Publik, Puslitbang, Pusat Gempa Bumi dan Tsunami
serta Akademi Meteorologi Geofisika.
Kapusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan M.Sc mengatakan bahwa
tujuan diklat adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, dan sikap pegawai dalam mendukung operasional
InaTEWS, meningkatkan kualitas pemahaman di bidang gempa
bumi dan tsunami, dan menciptakan kesamaan visi dan persepsi
pegawai BMKG khususnya terhadap operasional InaTEWS.
Sehingga diharapkan dapat terwujud pegawai BMKG yang
memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan operasional
InaTEWS.
| EDISI 01/2013
Acara dibuka oleh Kepala BMKG Dr. Ir. Sri Woro B.Harijono MSc.
Sri Woro berharap kepada peserta diklat agar berupaya untuk
proaktif memberi masukan perbaikan atas mekanisme prosedur
pelaporan terjadinya kerusakan, kelalaian dan kegagalan sistem
sesuai dengan tanggung jawabnya. Sri Woro menambahkan
bahwa pelatihan ini bekerjasama antara BMKG dengan PROTECTS
GFZ Jerman dengan tujuan alih pengetahuan dari para ahli
seismologi Jerman kepada para karyawan/karyawati BMKG yang
terlibat dalam operasional dan pemeliharaan atas stasiun seismik
InaTEWS yang ada di Indonesia. []
19 Februari 2013
Rapat Perencanaan Nasional Tahun 2014
Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Dr. Ir. Sri
Woro B. Harijono, M, Sc. Sri Woro mengatakan bahwa melalui
Rapernas ini harus menghasilkan suatu perencanaan lebih
mantap dan terukur, yang merujuk kepada Renstra BMKG
2010-2014.
“Untuk mencapai semua itu kita harus menyadari akan
pentingnya penerapan fungsi manajemen secara baik dan
lengkap dalam suatu kegiatan organisasi sekecil apapun.
Fungsi manajemen itu dimulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan
(monitoring). Implementasinya harus ada pada setiap lini
organisasi dari tingkat pusat hingga unit terkecil di daerah,”
ujar Sri Woro.
Biro Perencanaan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan
Geofisika menyelenggarakan kegiatan Rapat Perencanaan
Nasional (Rapernas) Tahun 2014 yang bertempat di Hotel
Mercure, Jakarta, Selasa (19-20/02).
Rapernas ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan
sistem perencanaan BMKG yang rutin setiap tahun
dilaksananka. Sebelumnya Rapernas ini dilaksanakan, terlebih
dahulu diawali dengan Rapat Evaluasi Kegiatan pada bulan
Januari dan nantinya akan berlanjut pada kegiatan Rapat
Kerja Teknis yang akan diselenggarakan pada masing-masing
Balai Besar Wilayah I-V. Puncaknya adalan pelaksanaan Rapat
Koordinasi Nasional yang akan diselenggarakan pada 23
hingga 25 April 2013.
Rapat yang bersifat nasional ini dihadiri 105 peserta yang
terdiri dari Pejabat Eselon I-III kantor pusat, para Kepala
Balai Wilayah I-V, Koordinator Propinsi, Direktur AMKG, serta
narasumber dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Badan
Pemeriksa Keuangan RI.
Penyelenggaraan Rapernas selama dua hari ini menghasilkan
dua point kesepakatan yakni pelaksanaan kegiatan tahun
2013 yang mencakup proses monitoring kegiatan prioritas
nasional yang dipantau UKP 4, serta perencanaan tahun 2014
yang mencakup beberapa kebijakan teknis kedeputian dan
kesekretariatan. []
Kepala Biro Perencanaan Drs. Untung Merdijanto, M. Si dalam
sambutannya menyampaikan tujuan dilaksanakannya kegiatan
ini adalah bahwa dengan adanya Rapernas dapat tercipta
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi program antara pusat
dengan daerah dalam rangka penyusunan Rencana Kerja
Anggaran tahun 2014.
Selain itu juga melakukan monitoring dan pelaksanaan
kegiatan tahun 2013 dan mengidentifikasi permasalahan
untuk menentukan langkah-langkah dalam rangka kinerja
lembaga melalui implementasi reformasi birokrasi.
Kunjungi:
www.bmkg.go.id
website resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
| EDISI 01/2013
17
Wacana
(DONGENG) MASA DEPAN IKLIM
DAN CUACA KITA
Oleh: Siswanto S.Si (Staf Bidang Informasi Meteorologi-BMKG Jakarta)
Sebagai warga BMKG, tentu saja istilah pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah sesuatu yang asing lagi.
BMKG, sebagai institusi yang memiliki concern, responsibility, dan otoritas dalam hal cuaca dan iklim, sudah sepantasnya menjadi lembaga terdepan yang memiliki perhatian dan pemahaman lebih baik dan lebih maju terhadap
masalah dunia yang paling populer itu. Semenjak digelar COP 13 UNFCCC di Denpasar di penghujung 2007 lalu,
warganya pun sepatutnya menjadi insan ilmiah yang tanggap dan terus meng–update wawasan ke-MKG-annya.
Sehingga eksistensinya sebagai lembaga maupun personal dalam kancah keilmuan dipandang dan diperhitungkan
khalayak.
salju, uap air dan awan).
Faktor kedua adalah gaya-gaya yang
berpengaruh selain faktor utama
tersebut misalnya pemanasan global
yang disebabkan emisi gas rumah
kaca, pergeseran lempeng tektonik,
dan radiasi matahari, termasuk pula
aktifitas vulkanik dan perubahan orbit
bumi. Faktor ketiga adalah aktifitas
manusia misalnya penggunaan dan
pembakaran bahan bakar fosil, aerosol,
industri semen dan perubahan tata
guna lahan.
18
T
ulisan ini tidak bermaksud
menggurui namun lebih
bertujuan menyegarkan kembali
pemahaman kita terhadap hal-hal yang
erat kaitannya dengan hidup ke-BMKGan kita, misalnya global warming dan
climate change yang sedang naik daun
itu.
Sistem Iklim Bumi Kita: Faktor Kunci
Iklim berasal dari bahasa Yunani
“klima”, diartikan sebagai
kecenderungan (inclination). Orang
sering bilang sebagai rata-rata dari
cuaca pada kurun waktu tertentu. WMO
(World Meteorological Organization)
mendefinisikan Iklim sebagai total
seluruh elemen atmosfer seperti
penyinaran matahari (lama dan
| EDISI 01/2013
intensitasnya), kelembaban, awan,
hujan, dan angin (arah dan kecepatan)
dalam jangka waktu 30 tahun. Idiom
baru dalam climate sciences: “Climate
is what you expect, weather is what you
get”.
Thus, menjelaskan sistim iklim bumi
ke depan, apalagi memprediksikannya
bukanlah pekerjaan yang gampang. Ada
banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut umumnya
dikategorikan ke dalam tiga grup.
Pertama, faktor utama meliputi semua
unsur pembawa secara langsung dan
tidak langsung sistim iklim itu sendiri,
misalnya dinamika glacier, lautan, dan
pola-pola alami iklim permukaan bumi
(siklus air, sirkulasi atmosfer, es dan
Sebagaimana kita tahu, unsur
iklim seperti temperatur dan curah
hujan, sangat bergantung kepada
keseimbangan energi antara bumi dan
atmosfer. Secara rata-ratanya, jumlah
radiasi matahari yang diserap bumi
akan sama dengan jumlah radiasi
yang dilepaskan ke atmosfer, sehingga
radiasi yang dilepas ini menyebabkan
atmosfer bumi kita menghangat.
Radiasi matahari dan atmosfer
merupakan determinan utama dari
sistim iklim kita.
Menurut IPCC, energi radiasi matahari
yang diterima atmosfer terluar bumi
mencapai 1.370 watt per meter persegi
per detik. 30 persennya diradiasikan
kembali ke angkasa luar karena
pemantulan dari samudera awan dan
partikel ‘aerosol’ di atmosfer. Eksistensi
udara, salju, dan bukit pasir turut
mengembalikan sepertiga dari energi
radiasi matahari tersebut. Sementara
jumlah energi yang diterus-serapkan ke
Untuk menjaga keseimbangan,
permukaan bumi memantulbalikkan panas tersebut dalam
bentuk gelombang radiasi. Sehingga
seluruh benda dipermukaan bumi
pada dasarnya mengeluarkan
emisi gelombang panjang secara
berkesinambungan. Pancaran radiasi
balik gelombang panjang ini di
refleksikan kembali oleh partikelpartikel atmosferik berupa gas-gas
alami yang lazim disebut gas rumah
kaca (GRK). GRK terdiri dari karbon
dioksida CO2, dinitro oksida N2O,
metana CH4, sulfur hexaflorida SF6,
dan perfluorokarbon PFCs. Keberadaan
gas-gas alami inilah yang menjadikan
permukaan bumi hangat dan cocok bagi
kehidupan. Dari sinilah kemudian para
ilmuwan, dengan memperhitungkan
semua komponen, membangun modelmodel yang unik dari sistim iklim bumi
kita dengan berbagai area spesifiknya.
Bumi Memanas dan Iklim Pun
Berubah
Keseimbangan alam sistem iklim sangat
dipengaruhi oleh proses-proses yang
berlangsung di alam dan aktifitas
manusia. Salah satunya, sebagai bentuk
proses alam, adalah aerosol di atmosfer.
Efek dari aerosol sangat nyata misalnya
pada saat terjadi erupsi gunung berapi
yang menyemburkan debu-debu
(volcanic ash), batu serta gas ke ruang
atmosfer.
Normalnya, hujanlah yang akan
menghapus debu-debu dan partikel
kecil lainnya di atmosfer, meski
sebagian besar aerosol mengapung
jauh di atas awan. Partikel aerosol
bisa bertahan selama 2 – 3 tahun
di atmosfer yang kemudian secara
bertahap jatuh kembali ke permukaan
bumi dengan mekanisme hujan. Para
ahli menyatakan, erupsi gunung berapi
mampu menurunkan suhu permukaan
bumi rata-rata 0.5oC perbulannya.
Aktifitas manusia, misalnya
pembakaran energi fosil dan sampah,
bisa menciptakan polusi aerosol di
atmosfer, bahkan lebih besar daripada
proses alami di atas. Hasilnya adalah
gas rumah kaca menjadi lebih tebal, dan
terjadilah apa yang kemudian disebut
sebagai pemanasan global.
Alasan ilmiah paling utama dari
peningkatan konsentrasi GRK adalah
meningkatnya jumlah CO2 di atmosfer
kita akibat pembakaran bahan bakar
fosil dan industri semen sebagai
aktifitas manusia selain natural
gas di alam. Masih menurut IPCC,
hampir 400.000 tahun kandungan
CO di atmosfer cenderung stabil, lalu
semenjak Revolusi Industri 1850-an,
jumlahnya meningkat dari 280 ppm
hingga 380 ppm sekarang ini. Jika hal
ini terus berlangsung, diprediksikan
pada abad ke 21, jumlah gas karbon
akan mencapai 560 ppm, bumi kita
akan mati lemas oleh cekikan gas
CO2 dan menghadiahi bumi dengan
temperatur yang tinggi hingga 800.000
tahun!
“
Diprediksi pada abad ke21, jumlah gas karbon akan
mencapai 560 ppm. Bumi akan
mati lemas oleh cekikan gas CO2
dan menghadiahi bumi dengan
temperatur yang tinggi hingga
800.000 tahun!
“
permukaan bumi mencapai 240 watt
permeter persegi.
Kenaikan CO2 diikuti pula kenaikan gas
metana yang akan turut meningkatkan
pemanasan global 1.4 – 5.6oC pada
tahun 1990 hingga 2100. Jadi pada 50
tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan
IPCC, telah terjadi kenaikan 2 kali
lipat dibandingkan 100 tahun yang
lalu. Meski kenaikan temperatur pada
kurun masa sekarang masih terlihat
remeh, lapisan laut es abadi di arctic
telah menyusut dengan laju 2.7%
perdekade dan hal ini menyebabkan
es di pegunungan Greenland meleleh
lebih cepat semenjak 1992–2005.
Masih ditambah lagi oleh deforestasi
dan perubahan tata guna lahan, dua
faktor yang signifikan pada perubahan
iklim. Pembabatan hutan yang menggila
menyebabkan hilangnya hutan yang
mampu menyerap gas karbon dan
merefleksikan
sinar matahari,
tata guna lahan yang berubah lebih
buruk akan mengurangi kapasitas
tanah pada fungsi absorbsi air.
Perubahan iklim akibat pemanasan
global akan membuat manusia di
belahan bumi selatan tertikam sinar
ultraviolet lebih banyak dan dosis yang
lebih tinggi. Kisaran temperatur dari
pusat kutub menuju ekuator adalah
-40oC sampai +40oC. Daerah dengan
temperatur yang tinggi memiliki
limpahan uap air dan kelembaban
yang lebih tinggi. Pada daerah +40oC,
kandungan uap airnya 470 kali
lipat daripada daerah dengan -40oC.
Sedangkan kelembaban dan panas yang
tinggi akan memicu banyak persoalan
bagi kehidupan manusia, meningkatkan
sirkulasi laut dan atmosfir yang akan
merubah secara cepat pola-pola
iklim, serta meluasnya daerah tropis
(muncul daerah tropis baru) dan akibat
peningkatan sirkulasi menandai akan
kuatnya pola frekuensi dan intensitas
cuaca ekstrim yang bakal terjadi
(gelombang panas, hujan lebat, storm,
dan lainnya).
Jika keseimbangan alam terganggu
maka efeknya pun begitu nyata. Climate
is what you affect, weather is what
affects you.
O O
| EDISI 01/2013
19
Kliping Pilihan
Jurnal Nasional, 14 Januari 2013
Cuaca Buruk, Tiga Pesawat
Batalkan Pendaratan
Akibat cuaca buruk, tiga pesawat milik tiga maskapai
penerbangan nasional batal mendarat di Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang. Cuaca buruk dipicu
oleh hujan deras disertai angin kencang terjadi pada
Selasa(15/1) pagi.
General manager Bandara Internasional Ahmad yani
Semarang Priyo Jatmiko menyatakan, ketiga pesawat itu
milik maskapai penerbangan Wings Air, Lion Air, dan
Kalstar. “Untuk jadwal kedatangan maskapai lainnya dan
semua jadwal keberangkatan di Bandara Ahmad Yani
tidak terganggu,” kata Priyo kepada wartawan, kemarin.
20
Dijelaskan Priyo, maskapai Wings Air dengan rute
Surabaya-Semarang kembali ke Bandara Juanda Surabaya
pada pukul 09.35 WIB, Lion Air rute Jakarta-Semarang
kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, pukul 09.40 WIB,
dan Kalstar rute Pangkalan Bun-Semarang terpaksa
mendarat di Juanda Surabaya pukul 10.10 WIB.
Menurut dia, cuaca buruk di bandara setempat
berpangaruh pada saat sebuah pesawat hendak
melakukan pendaratan. “Apabila hendak mendarat di
suatu bandara tapi cuaca buruk maka pilot tidak mau
ambil risiko dan akan mencari bandara terdekat untuk
mendarat atau kembali ke bandara saat berangkat (return
to base),” ujarnya.
Saat ini, lanjut Priyo, pihaknya telah menyiapkan 29
pompa air untuk mengantisipasi adanya genangan
air di landasan pacu Bandara Ahmad Yani yang dapat
mengganggu jadwal penerbangan. “Mudah-mudahan
cuaca di Kota Semarang kembali cerah sehingga tidak
mengganggu jadwal kedatangan sejumlah maskapai
penerbangan,” katanya berharap.
Sementara itu, hujan yang terjadi sejak pagi hingga siang
hari ini mengakibatkan beberapa ruas jalan protokol
seperti Jalan Pahlawan, kawasan Simpang Lima, serta
Jalan Gajah Mada tergenang air dan membuat arus lalu
lintas tersendat.
O O
Media Indonesia, 26 Januari 2013
Peluang Banjir Besar di Jakarta
pada 27 Januari Kecil
Warga DKI Jakarta diimbau tidak resah dengan adanya
prediksi akan terjadinya banjiir besar lagi di Ibu Kota pada
27 Januari.
Hal itu disampaikan pakar hidrologi Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho
dalam rilisnya kemarin. Menurutnya secara ilmiah tidak
ada faktor yang bisa menimbulkan banjir besar seperti
pada 2007.
Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) memprakirakan hujan lebat disertai angin
kencang dan petir akan terjadi di Jakarta besok, terutama
di utara dan barat. Pada saat yang bersamaan terjadi
pasang air laut maksimal. Karena itu, air dari luapan
| EDISI 01/2013
sungai dan hujan tidak bisa mengalir ke laut sehingga
akan menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta.
Sutopo menjelaskan, memang pada 27 Januari air laut
akan pasang 1 meter dari normal, mulai pukul 05.00 WIB
hingga mencapai puncak pukul 08.00-10.00. “Namun,
banjir besar akan terjadi jika Jakarta diguyur hujan
berintensitas tinggi dan lama,”katanya.
Padahal, lanjutnya, berdasarkan kajiannya pada hari-hari
ini tidak akan ada hujan lebat dalam waktu lama. Dia
memprediksi hujan yang akan turun berintensitas rendah
hingga sedang dan dalam waktu tidak lama.
“Jika terjadi banjir, itu hanya pengaruh dari rob atau
genangan. Namun, masyarakat harus tetap waspada dan
siap siaga,” ujar Sutopo yang juga Kepala Humas dan
Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).
Untuk mengatisipasi ancaman banjir itu, Gubernur
DKI Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (24/1) lalu
memerintahkan jajarannya unuk mempersiapkan segala
sesuatunya.
Terkait dengan perintah itu, Pemerintah Kota Jakarta
Timur mengaku siap menghadapi banjir lagi. “Kami sudah
siapkan segala aspek,” tukas Husein Murrad, kemarin.
Husein menjelaskan beberapa hal yang dipersiapkan
diantaranya logsitik, alat evakuasi, lokasi pengungsian,
dan penyedia air bersih. Sejak darurat banjir, lanjutnya
ada piket siaga banjir 24 jam di Kantor Wali Kota Jakarta
Timur.
Hal yang sama juga disampaikan jajaran Kelurahan Kebon
Baru Jakarta Selatan. “Kami terus sosialisasi ke warga agar
waspada, “kata Lurah Kebon Baru, Bambang Sunada.
Sebagai bagian antisipasi, tanggul Kanal Banjir
Barat (KBB) di Jalan Latuharhary Jakarta Pusat yang
sebelumnya jebol telah diperkuat, Menurut rencana
tanggul ini akan dibeton pada Februari .
O O
Koran Tempo, 27 Januari 2013
Jakarta Tak Akan Tenggelam
JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) memprediksi curah hujan ekstrem tidak akan
terjadi dijakarta, Bogor,Depok, Tanggerang, dan Bekasi
hari ini, Prediksi ini membantah berbagai spekulasi
sebelumnya bahwa hari ini Jakarta kembali dihajar banjir
besar akibat hujan lebat.
Kepala Sub-Bidang Informasi Meteorologi, BMKG, Hary
tirto, menyebutkan tidak ada faktor dominan penyebab
peningkatan curah hujan secara ekstrem, yakni lebih
dari 150 milimeter per hari.”Tapi peluang hujan dengan
intensitas ringan hingga sedang (20-50 milimeter per
sehari) masih terjadi secara sporadis pada siang dan
sore,”kata dia kemarin.
Curah hujan ekstrem tak akan terjadi karena aktivitas
sabuk awan akibat angin Monsun Asia Lemah. Hal ini,
Kata Hary, membuat sistem tekanan rendah di australia
bagian utara dan barat laut dapat bertahan untuk jangka
waktu tujuh hari ke depan.Bahkan,dengan keadaan ini,
Hary memprediksi tidak ada potensi curah hujan ekstrem
sampai satu pekan ke depan.
Kemarin siang pukul 14:00, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi serta Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menguji coba teknologi
modifikasi cuaca di Jakarta dan sekitarnya. Dengan cara
ini, curah hujan dikurangi sehingga resiko banjir besar
Jakarta seperti pekan lalu tak terjadi.
Satu pesawat Hercules yang mengangkut 5 Ton garam
semai diterbangkan dari Bandar Udara Halim Perdana
Kusuma ke arah barat daya. Pesawat ini menyebarkan
garam di udara untuk mempercepat proses awan menjadi
(junping process) sehingga tidak masuk Jakarta. Pada
ketinggian 10-12 ribu meter, pesawat akan menembus
awan pekat dan menaburkan garam di sana.
Menurut Kepala Bidang Pengajian dan Penerapan
Teknologi Pembuatan Hujan BBPT Tri Handoko Seto,
dengan memodifikasi ini, awan yang tumbuh dari barat
daya menuju Jakarta harus segera dijadikan hujan pada
pukul 11 siang.”Teknologi modifikasi cuaca ini bisa
mengurangi curah hujan 15-30 persen di wilayah Jakarta
dan sekitarnya,” kata dia kemarin. Menurut Tri Handoko,
selain pencegahan banjir lewat udara, cara di darat
juga di tempuh. Metode ini dilakukan jika awan sudah
masuk daerah aliran sungai (DAS) di Jakarta. Awan akan
“diganggu” proses pertumbuhannya dan disingkirkan
dari DAS yang hilirnya ke Jakarta. Metode ini dilakukan
dengan peralatan darat,yakni menara yang disebut
ground-based generator .”Fungsinya, membangkitkan
partikel halus pencipta efek agar awan sulit berkembang.”
Ujarnya. Sebanyak 25 menara disimpan di lereng gunung
Gede,Sukabumi. Sisanya disebar di wilayah Jabodetabek.
Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB)
Syamsul Ma’arif mengatakan. Modifikasi cuaca ini
akan dilakukan hingga 25 maret mendatang. BNPB
menganggarkan Rp 13 milliar untuk merekayasa cuaca
guna mencegah Jakarta tenggelam.
O O
| EDISI 01/2013
21
Kompas, 30 Januari 2013
Prospek Hujan 2013 Jabodetabek
Banjir besar Jakarta, Januari 2013, telah melampaui
rekor berdasarkan sejarah banjir besar sebelumnya yang
menimbulkan bencana di ibu kota negara ini. Betapa besar
curah hujan saat itu, ketinggian paras muka air di kawasan
Bendungan Manggarai melampaui 1.000 sentimeter.
Banjir besar pada tahun 1996 terjadi pada 9 Februari.
Pusat curah hujan di Pasar Minggu saat itu 350 milimeter.
Kawasan Jabodetabek lainnya 100-200 milimeter.
Keesokan harinya, curah hujan terpusat di Citeko/Puncak
sebesar 150 milimeter. Itulah dampak banjir besar yang
pertama, yang hampir menenggelamkan permukaan
Jakarta, tetapi tak sampai ke bilangan Thamrin-Sudirman.
22
Tahun 2002, banjir besar terjadi lagi. Curah hujan 50-150
milimeter terjadi hampir tiap hari dari tanggal 1 sampai
dengan 20 Februari. Banjir di Jakarta meluas, tetapi
volume air dan debitnya tidak sampai membuat paras
muka air di Bendungan Manggarai mendekati 1.000 cm.
Pada banjir saat itu tercatat curah hujan cukup besar dan
menyeluruh, lebih dari 1.000 milimeter dan merambah
Bekasi, Depok, dan Tangerang.
Banjir tahun 2007 terjadi sekitar awal Februari dengan
curah hujan di kawasan Jabodetabek 100-200 milimeter.
Kejadian banjir itu lebih sempit dibandingkan dengan
tahun 1996 dan 2002.
Banjir atau genangan air yang terjadi sekitar awal
Februari 2012 juga lebih sempit dibandingkan banjir
1996 dan 2002. Waktu itu didesas-desuskan banjir terjadi
dalam siklus lima tahunan. Gugurlah desas-desus itu
dengan terjadinya banjir besar pada 1996, 2002, 2007,
dan 2013.
Curah hujan yang terjadi di awal 2013 (Januari) mungkin
berguna bagi kita melakukan evaluasi menyeluruh untuk,
misalnya, menetapkan tanggap darurat banjir di Jakarta.
Analisis berikut ini dilakukan berdasarkan data hasil
pengamatan curah hujan pada 15-20 Januari 2013 yang
dilakukan stasiun penakart hujan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Bandara SoekarnoHatta, Cengkareng; Kantor BMKG; Pelabuhan Tanjung
Priok; dan Citeko-Cisarua (Bogor) berdasarkan
pengamatan pada pukul 19.00. Data tersebut tersua di
www.ogimet.org.
Curah hujan lebat terjadi secara merata mulai 15
Januari di kawasan Jabodetabek dengan kawasan
Puncak menyumbang curah hujan yang cukup tinggi (63
milimeter) dan berlanjut pada 16 Januari (63 milimeter).
| EDISI 01/2013
Pada hari kedua itu, menurut kriteria BMKG, kawasan
Jakarta tergolong sedang.
Pada hari ketiga, seluruh kawasan Jakarta diguyur
hujan sangat lebat 130 milimeter (Cengkareng), 238
milimeter (Kantor BMKG), 181 milimeter (Pelabuhan
Tanjung Priok), dan ini berlanjut hingga hari keempat
107 milimeter (Cengkareng), 37 milimeter (BMKG), 31
milimeter (Pelabuhan Tanjung Priok). Di Puncak, pada
hari ketiga tercatat 37 milimeter dan pada hari keempat
98 milimeter. Pada hari kelima dan keenam berangsurangsur curah hujan berkurang.
Maju Periode
Jadi, periode kritis kejadian hujan lebat hingga
sangat lebat terjadi mulai 15 hingga 18 Januari 2013.
Dibandingkan dengan kejadian curah hujan lebat (tinggi)
yang berdampak pada banjir (genangan) untuk kawasan
Jabodetabek tahun-tahun sebelumnya, kejadian pada
tahun 2013 menunjukkan “maju periode”.
Berdasarkan catatan dan pengalaman penulis sebagai
prakirawan cuaca sejak 1991 di kawasan Jabodetabek,
curah hujan tinggi/lebat yang berdampak pada lingkungan
berupa banjir umumnya terjadi dan berlangsung sekitar
Februari (1996, 2002, 2007, dan 2012). Mengapa terjadi
pergeseran di tahun 2013?
Pergeseran curah hujan ini sempat diperbincangkan para
ahli cuaca dunia dari India, China, Jepang, Korea Selatan,
Australia, Amerika Serikat, dan penulis sendiri dalam
mailing list monsoon. Dari pandangan sementara dalam
milis tersebut dapat diketengahkan bahwa para ahli
meteorologi/cuaca bingung. Mereka mengatakan, curah
hujan yang tinggi pada pertengahan Januari 2013 tersebut
akibat dorongan udara dari daratan Asia (seruakan
dingin) yang mengerucut akibat topografi Jabodetabek
yang berpegunungan.
Lain lagi anggapan para ahli cuaca dari Universitas Miami,
Amerika Serikat. Berdasarkan model gambar angin yang
rinci, curah hujan yang tinggi pada pertengahan Januari
2013 itu akibat dari penjalaran seruakan dingin atau
dorongan udara dari Laut China Selatan hingga mencapai
bagian barat wilayah Jawa Barat.
Dalam istilah teknis dapat disebut bahwa dua jenis
(massa) udara bertemu, udara yang dingin dari belahan
bumi utara (Laut China Selatan) dan udara dari belahan
bumi selatan, tepatnya dari Samudra India di barat daya
Jawa Barat. Kondisi ini dalam meteorologi disebut sebagai
daerah konvergensi antar-tropis (DKAT).
Penulis, berdasarkan pengalaman sebagai prakirawan
cuaca di Indonesia sejak 1977, berpendapat hingga kini
pandangan tentang giatnya DKAT dapat diterima. Dari
berbagai pengalaman dan berdasarkan teori sirkulasi
umum udara global, kawasan tropis merupakan tempat
pertemuan dua massa udara dari peredaran udara
Hadley. DKAT umumnya berada di wilayah Indonesia
selatan khatulistiwa dalam kurun Januari-Februari.
DKAT umumnya memicu hujan lebat yang diikuti dengan
hadirnya puncak curah hujan di suatu kawasan.
Dri tinjaun curah hujan dasarian kawasan Jabodetabek
(1960-1990), variasi kejadian puncak hujan umumnya
berkisar mulai dasarian II Januari sampai dengan dasarian
III Januari untuk setiap tahun (dasarian I tanggal 1-10,
dasarian II 11-20, dan dasarian III 21-akhir bulan).
Awal hingga tengah Februari
Curah hujan lebat hingga sangat lebat pada pertengahan
Januari 2013 itu telah membingungkan kalangan ahli
cuaca dunia. Namun, bila kita kaji jumlah curah hujan
terhitung dari Februari 2012 di Jakarta berdasarkan
observasi yang tersua di www.cpc.ncep.noaa.gov, hingga
pertengahan Januari 2013 secara kuantitas dan kualitas
curah hujan di kawasan Jakarta masih defisit. Nilainya
kian mendekati normal. Atmosfer berupaya agar kuantitas
hujan tahunan di kawasan Jakarta 2.000 milimeter
tercapai.
Di akhir Desember 2012, defisit curah hujan masih
berkisar 300 milimeter yang telah diupayakan oleh
atmosfer dengan giatnya DKAT lebih awal. Kini kita
tunggu kondisi defisit akan diupayakan terjadi pada sisa
puncaknya curah hujan hingga akhir Februari 2013.
Berdasarkan pengalaman, hujan akan turun bersamaan
dengan periode pasang maksimum, entah saat bulan
purnama entah saat bulan mati. Hujan tinggi pada
pertengahan Januari 2013 terjadi saat pasang maksimum
Bulan mati. Mulai Senin, 21 Januari hingga Senin, 28
Januari merupakan pasang naik bulan purnama. Bila
terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi dalam
kurun waktu itu, hal tersebut akan menambah kuota
curah hujan yang masih defisit. Bila tidak, curah hujan
yang cukup tinggi kemungkinan terjadi saat periode
pasang maksimum bulan mati di sekitar awal hingga
pertengahan Februari 2013. Kita dapat mempersiapkan
kondisi alam yang masih utang curah hujan di akhir
Januari atau awal Februari 2013.
O O
PAULUS AGUS WINARSO | Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Akademi Meteorologi dan Geofisika
SAVE
OUR
EARTH
| EDISI 01/2013
23
Wisata
Menjelajahi Kekayaan Budaya
Yogyakarta
24
Yogyakarta merupakan sebuah kota yang tak lepas dari pusat perhatian wisatawan domestik maupun
mancanegara. Suasana budaya, wisata dan keramahan pun hadir menyambut kedatangan mereka.
Ketika mereka menginjakkan kaki di kota ini, terlihat kepolosan, keramahan, dan keluguan warga
Yogyakarta. Itulah yang menyebabkan sebutan “istimewa”tidak hanya untuk kota Yogyakarta, tetapi
juga penduduknya.
B
anyak tempat wisata yang
dapat dijadikan alternatif
wisatawan ketika berada di
Yogyakarta. Wisata alam dan budaya
adalah andalan kota yang pernah jadi
ibukota RI ini selain wisata belanja,
wisata kreasi, dan wisata kuliner.
Berikut beberapa obyek wisata
budaya yang wajib Anda kunjungi:
Candi Prambanan nan indah
Candi Prambanan adalah salah
satu yang wajib didatangi ketika
menginjakkan kaki di Yogyakarta,
meski obyek wisata ini secara
| EDISI 01/2013
administratif masuk ke Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah. Candi ini
terletak 17 kilometer dari pusat kota
Yogyakarta.
Candi ini mengingatkan kita akan
legenda Roro Jonggrang. Candi
ini memiliki tiga candi utama di
halaman utama, yaitu Candi Wisnu,
Brahma, dan Siwa. Ketiga candi yang
menghadap ke timur tersebut adalah
lambang Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Setiap candi utama memiliki
satu candi pendamping yang
menghadap ke barat, yaitu Nandini
untuk Siwa, Angsa untuk Brahma,
dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu,
masih terdapat dua candi apit, empat
candi kelir, dan empat candi sudut.
Sementara, halaman kedua memiliki
224 candi.
Prambanan memiliki relief candi yang
memuat kisah Ramayana. Menurut
para ahli, relief itu mirip dengan
cerita Ramayana yang diturunkan
lewat tradisi lisan. Relief lain yang
menarik adalah pohon Kalpataru
yang dalam agama Hindu dianggap
sebagai pohon kehidupan, kelestarian
dan keserasian lingkungan. Di
Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa.
Keberadaan pohon ini membuat para
ahli menganggap bahwa masyarakat
abad ke-9 memiliki kearifan dalam
mengelola lingkungannya.
Candi Plaosan, candi kembar yang
unik
Candi Plaosan dapat dijadikan
objek wisata alternatif. Lokasinya
tidak jauh dari Candi Prambanan.
Hanya berjarak 1 km ke arah utara,
wisatawan dapat menemui candi ini.
Candi ini terletak di Dusun Bugisan,
Kecamatan Prambanan. Arsitektur
candi ini merupakan perpaduan
Hindu dan Budha. Selain itu, seluruh
kompleks Candi Plaosan memiliki 116
stupa perwara dan 50 candi perwa.
Komplek Plaosan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu Candi Plaosan
Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua
candi itu memiliki teras berbentuk
segi empat yang dikelilingi oleh
dinding, tempat semedi berbentuk
gardu di bagian barat, serta stupa
di sisi lainnya. Penampakan Candi
Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa
jika dilihat dari jauh sehingga sampai
sekarang Candi Plaosan juga sering
disebut candi kembar.
Keraton, Istana Raja Yogya
Tak lengkap liburan di Yogyakarta jika
tak mengunjungi istana raja Yogya.
Wisatawan dapat mencium aroma
budaya Kerajaan Ngayogyakarta
Hadiningrat ketika memasuki di
sini. Wisatawan akan
dapat menjumpai
benda-benda
peninggalan Sri Sultan
Hamengkubuwono
I sampai Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Selain itu, terkadang
wisatawan dapat
berkesempatan
menikmati dan
menyaksikan
pertunjukan tari
gambyong.
Wisatawan juga
dapat melihat
keindahan
bentuk arsitektur
bangunan
keraton yang
merupakan hasil
karya dari Sultan
Hamengkubuwono
I. Keahliannya
dalam bidang
arsitektur dihargai
oleh ilmuan
kebangsaan
Belanda, Dr.
Pigeund dan Dr.
Adam.
Taman Sari, Istana Pemandian
Salah satu objek wisata budaya
yang selalu menjadi pusat perhatian
wisatawan adalah istana pemandian
putri raja tempo dulu. Konon,
tempat ini merupakan hasil arsitek
kebangsaan Portugis dan Bupati
Madiun yang membangun istana
di umbul yang terletak 500 meter
selatan keraton. Istana ini dikelilingi
segaran (danau buatan) dengan
wewangian bunga-bunga yang
sengaja ditanam sehingga dikenal
dengan nama Taman Sari.
Dari atas Gapura Panggung ini
Sultan Hamengku Buwono I biasa
menyaksikan tari-tarian. Bangunan-
25
bangunan di sampingnya merupakan
tempat para penabuh dan di tengahtengah biasa didirikan panggung tempat
para penari menunjukkan kepiawaian
dan keluwesan mereka.
(rn)
O O
| EDISI 01/2013
Antar Kita
Remunerasi
Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai BMKG
terhadap beberapa faktor, yaitu:
26
Hiruk-pikuk terlihat di Lingkungan
BMKG Pusat pada Rabu pagi, 2 Januari
2013, sebelum pukul 7.30 WIB. Para
pejabat dan pegawai bersemangat
untuk memulai aktivitas. Mereka telah
berjejer dan baris di depan mesin
absen elektronik. Hari itu merupakan
awal penerapan kebijakan pemerintah
terkait ketentuan kerja pegawai.
“Sekarang sebelum pukul 07.30
pegawai sudah datang, biasanya tidak
seperti ini,”cetus salah seorang pegawai.
“Berarti sekarang harus dari rumah jam
5.30 untuk mengejar kereta,” lanjutnya.
Mereka menunjukkan sikap tanggung
jawab terhadap kebijakan pemerintah
terkait ketentuan jam kerja pegawai
yang sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 53 Tahun 2010 dengan
jumlah jam kerja pegawai sebanyak
37, 5 jam dalam seminggu dan 150 jam
dalam sebulan.
Peraturan ini berdasarkan Keputusan
Presiden No. 68 Tahun 1995 tentang
| EDISI 01/2013
Hari Kerja di Lingkungan Lembaga
Pemerintah dan dalam rangka
pengimplementasian reformasi
birokrasi di Lingkungan BMKG serta
pelaksanaan pemberian tunjungan
kinerja.
Selain Keppres No. 68 tahun 1995,
terdapat Peraturan Menpan No. 63
Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan
Sistem Tunjangan Kinerja PNS yang
melatarbelakangi adanya tunjangan
kinerja, seperti yang diutarakan
Kepala Sub Bagian Administrasi dan
Kesejahteraan SDM BMKG, Achmad
Supandi, S.Kom. “Progres reformasi
birokrasi di BMKG meliputi job grading,
evaluasi jabatan, dan tunjangan
kinerja juga merupakan faktor yang
mendukung sistem ini,” ujarnya.
Terpilihnya BMKG sebagai salah
satu lembaga yang dipercaya oleh
pemerintah untuk mendapatkan
tunjangan kinerja sebagai salah satu
wujud dari reformasi birokrasi tak
lepas dari penilaian pemerintah
1. Quick Win yang telah dilakukan
pada tahun 2011, hal ini meliputi:
• Peningkatan kualitas informasi
dan jasa BMKG-an
• Peningkatan kemudahan akses
masyarakat untuk informasi
dan jasa BMKG-an didasarkan
pada sarana sosiaisasi kepada
masyarakat.
• Pemberian layanan informasi
peringatan dini langsung kepada
masyarakat.
• Pembangunan fasilitas
pelayanan informasi publik MKG
satu pintu.
• Peningkatan profesionalisme
SDM BMKG.
2. Road Map dan Dokumen
Pendukung
Menurut Supandi, pada tanggal 13
September 2012 telah dilakukan
verifikasi lapangan oleh Komite
Pengawas Reformasi Birokrasi
Nasional. Dokumen reformasi yang
diusulkan oleh BMKG sebesar 70%.
Dari verifikasi lapangan tersebut, BMKG
memperoleh nilai 51% dan mendapat
nilai akhir sebesar 47%.
”Nilai presentase ini cukup baik
dan BMKG dapat memperoleh
tunjangan kinerja antara 40-45%
dari benchmarking tunjangan kinerja
Kementerian Keuangan yang nantinya
akan diberikan setelah disahkannya
Peraturan Presiden mengenai
tunjangan kinerja BMKG secara kolektif
dari 23 kementeriam atau lembaga
lainnya, tergantung kemampuan negara
dan sumbangsih dari APBN BMKG,”
ujar Supandi.
Selanjutnya, 18 September 2012
dilakukan serah terima berita acara job
grading. Sementara penilaian kesiapan
reformasi birokrasi dan tunjangan kerja
untuk mengetahui apakah BMKG layak
atau tidak dilakukan pada 16 Oktober
2012.
Menurut peraturan Menpan No. 63
tahun 2011 bahwa bagi pegawai yang
datang telat akan dikenakan potongan
3% dari jadwal yang ditentukan (SeninKamis, pukul 07.30-16.00 dan Jumat
(07.30-16.30). Lebih rinci, Supandi
mengutarakan besarnya potongan
tunjangan remunerasi yang dihitung
secara akumulasi:
1. Untuk setiap kali terlambat
datang dan pulang 1 (satu) menit
sampai dengan 30 (tiga puluh)
menit, dikenakan pengurangan
pembayaran tunjangan kinerja
sebesar 0,5% (nol koma lima per
seratus) dari jumlah tunjangan
“
Dengan adanya tunjangan
remunerasi dapat mengurangi
kesenjangan dan kecemburuan
sosial diantara pegawai.
“
kinerja;
2. Untuk setiap kali terlambat datang
dan pulang cepat 31 (tiga puluh
satu) menit sampai dengan 60
(enam puluh) menit, dikenakan
pengurangan pembayaran
tunjangan kinerja sebesar 1% (satu
per seratus) dari jumlah tunjangan
kinerja;
3. Untuk setiap kali terlambat datang
dan pulang cepat 61 (enam puluh
satu) menit sampai dengan 90
(sembilan puluh) menit, dikenakan
pengurangan pembayaran
tunjangan kinerja sebesar 1,25%
(satu koma dua puluh lima per
seratus) dari jumlah tunjangan
kinerja;
4. Untuk setiap kali terlambat datang
lebih dan pulang dari 91 (sembilan
puluh satu) menit, dikenakan
pengurangan pembayaran
tunjangan kinerja sebesar 1,5%
(satu koma lima per seratus) dari
jumlah tunjangan kinerja;
5. Untuk setiap 1 (satu) hari tidak
masuk kerja tanpa keterangan
apapun dikenakan pengurangan
pembayaran tunjangan kinerja
sebesar 3% (tiga per seratus) dari
jumlah tunjangan kinerja.
Tunjungan kinerja ini diharapkan dapat
meningkatkan kedisiplinan pegawai
dalam mentaati ketentuan jam kerja
pegawai. Peningkatan kedisplinan SDM
ini hanya merupakan salah satu proses
reformasi birokrasi dari sembilan
arah perubahan. Bagi pegawai yang
telat dan tidak hadir akan mengalami
pemotongan tunjangan.
“Dengan adanya tunjangan remunerasi
dapat mengurangi kesenjangan dan
kecemburuan sosial diantara pegawai,”
kata salah seorang pegawai.
Achmad Supandi mengharapkan
dengan adanya reformasi birokrasi
dapat menjadikan BMKG sebagai
lembaga pemerintahan di Indonesia
yang berstandar world class. Ia juga
mengajak agar seluruh pegawai untuk
dapat meningkatkan kemampuan dan
prestasi terhadap layanan informasi
MKG.
Remunerasi pemerintahan adalah
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kebijakan reformasi
birokrasi. Dilatarbelakangi oleh
kesadaran sekaligus komitmen
pemerintah untuk mewujudkan clean
and good governance.
Namun pada tataran pelaksanaannya,
perubahan dan pembaharuan
yang dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan tata pemerintahan yang
bersih dan berwibawa tersebut tidak
mungkin akan dapat dilaksanakan
dengan baik dan efektif tanpa
kesejahteraan yang layak dari pegawai
yang mengawakinya.
Perubahan dan pembaharuan tersebut
dilaksanakan untuk menghapus kesan
pemerintahan yang selama ini dinilai
buruk, yang antara lain ditandai oleh
indikator:
• Buruknya kualitas pelayanan
publik (lambat, tidak ada kepastian
aturan/hukum, berbelit-belit,
arogan, dan minta dilayani).
• Sarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme)
• Rendahnya kualitas disiplin dan
etos kerja aparatur negara
• Kualitas manajemen pemerintah
yang tidak produktif, tidak efektif,
dan tidak efisien.
• Kualitas pelayanan publik
yang tidak akuntabel dan tidak
transparan.
(rn)
O O
| EDISI 01/2013
27
Ragam
Mapiptek Merambah
Dunia Cuaca dan Gempa
Matahari mulai bersinar terik. Di
halaman Kantor BMKG terlihat
rombongan Masyarakat Penulis
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Mapiptek) menuju ke sebuah
ruangan yang luas dan nyaman.
Mereka dengan antusias memasuki
ruangan dan menempati bangku yang
disediakan.
28
Mereka datang ke BMKG untuk
melakukan kegiatan “Press and
Student Gathering 2013” yang
melibatkan peserta pelajar dan
mahasiswa. Kegiatan ini berlangsung
dari 31 Januari hingga 2 Februari.
Mapiptek melibatkan beberapa
institusi dan kementerian dalam
memberikan pemahaman dan
pengetahuan guna meningkatkan
pengalaman bagi generasi muda
| EDISI 01/2013
untuk menjadi duta lingkungan,
seperti Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian
Lingkungan Hidup, dan BNPB.
Acara dibuka oleh Kepala Bagian
Hubungan Masyarakat BMKG Drs. Eko
Suryanto di Ruang Auditorium BMKG.
Sebelum mereka melihat bagaimana
proses pengamatan cuaca dan gempa
bumi di lokasi, mereka berkumpul
guna mendengarkan penjelasan
terkait meteorologi, klimatologi, dan
geofisika dari beberapa narasumber,
yaitu Kepala Pusat Meteorologi Publik
Mulyono Rahadi Prabowo, Kepala
Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas
Udara Dr. Edvin Aldrian, B. Eng, M.
Sc., dan Kepala Bidang Informasi
Dini Gempa Bumi dan Tsunami Dr.
Wandono.
Pada kesempatan itu, Deputi
Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Bencana BNPB Ir. Sugeng Tri Utomo
memaparkan tentang kesiapsiagaan
bencana. Ia menjelaskan bagaimana
kiat menghadapi bencana dan
penanggulanganya.
Usai mendengarkan beberapa
penjelasan, rombongan keluar
dari ruangan tuk menuju ke lokasi
pengamatan.
Setiba di lokasi, mata mereka tak
lepas dari berbagai bentuk atau
benda yang ada. Mereka dengan
wajah ketidaktahuan dan penasaran
memberikan pertanyaan yang
menggelitik. Saat mereka menuju
ke Simulator Gempa Bumi, muncul
pertanyaan: ”Kok bangunan itu
bergerak? Kok bisa ya?”
museum!” Mereka terheran-heran
melihat beberapa jenis alat pencatat
gempa bumi (seismograf) dari tahun
1908 hingga sekarang.
Ruangan yang juga menjadi pusat
perhatian adalah Ruang Operasional
Meteorologi. Di sana mereka
terkagum memandangi monitor
pencitraan satelit cuaca. “Oh itu yang
sering muncul di TV itu ya?”tutur
salah seorang pengunjung.
***
Kegaduhan dan keramaian terdengar
saat mereka mencoba alat simulasi
itu. Tawa lepas terlihat di wajah
mereka. Seakan-akan mereka
menemukan dunianya.
gempa bumi. Terdengar cetus
seorang peserta, “Wah kita diajak ke
Merekapun berjalan menuju ke pintu
keluar, sambil mengucapkan terima
kasih dengan nada riang. Kami sangat
senang dan puas melihat tawa dan
senyum di wajah mereka. (rn)
O O
29
Langkah mereka tak henti di lokasi
tersebut. Mereka tak menghiraukan
teriknya matahari, mereka menuju
ke Taman Alat, Stasiun Meteorologi
745 Jakarta. Di sana, mereka
dengan kamera nya memotret alatalat pengamatan cuaca sembari
memegang alat yang dilihatnya.
Wajah mereka sangat takjub melihat
alat yang belum mereka lihat
sebelumnya. Celoteh pun keluar
dari mulut mereka,”Itu apa? sangkar
burung ya?” saat menunjuk sangkar
termometer. Mereka dengan polosnya
mendengarkan berbagai penjelasan
tentang alat-alat pengamatan cuaca
secara manual yang ada di lokasi
tersebut.
“Bu, itu apa kok bisa terbakar
kertasnya?”tanya mereka, saat
menunjuk kertas bias pada alat
Camble Stock (alat mengukur lamanya
penyinaran matahari).
Kemudian setibanya di Stasiun
Geofisika Jakarta, stasiun pengamatan
| EDISI 01/2013
Opini
WISATA BANJIR JAKARTA
Oleh: Arief Akhir Wijaya
30
S
ebagai bangsa Indonesia, kita
wajib menghormati nenek
moyang yang mencintai dunia
bahari. Seperti kita ketahui, Indonesia
terdiri dari ribuan pulau yang indah
dan eksotik. Kita patut bersyukur
bahwa wilayah Indonesia juga
mempunyai harta kekayaan yang
melimpah dari laut, baik itu migas
ataupun produk dari laut.
Kita juga tidak dapat mengingkari
bahwa sebagian besar kota yang
mempunyai pelabuhan laut, cenderung
lebih maju dibandingkan kota tanpa
pelabuhan laut. Atas dasar kecintaan
kita pada dunia bahari, banjir pun
dianggap biasa oleh sebagian orang.
Hal tersebut tentu saja sangat tidak
dibenarkan karena melanggar etika
kesetiakawanan sosial. Mengingat
banjir yang merupakan kategori
bencana dapat menyesengsarakan
para korbannya.
Ibukota RI, Jakarta, tak luput dari
bencana banjir. Bahkan Jakarta
sebagai pusat barometer kehidupan
di Indonesia tergolong parah terkena
bencana banjir. Beberapa sekolah,
gedung perkantoran, ataupun sentra
bisnis di Jakarta lumpuh total. Dari
kejadian ini, seharusnya kita sudah
dapat mengira-ngira kerugian yang
ditimbulkan bencana banjir.
| EDISI 01/2013
Pemerintah dalam hal ini khususnya
Pemprov DKI Jakarta hendaknya sudah
dapat mengantisipasi datangnya banjir
tahun ini karena Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
jauh hari sudah memprakirakan cuaca
ekstrem yang akan melanda wilayah
Indonesia.
Belum hilang dari ingatan kita
bencana banjir yang pernah terjadi
di awal tahun 2002 dan 2007 di
Jakarta. Seharusnya peristiwa
seperti ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya sebuah informasi
dari BMKG, sehingga kedepannya
masyarakat dapat mempersiapkan diri
menghadapi bencana banjir.
Tanpa kita sadari, ternyata dalam
lubuk hati dan pikiran masyarakat
yang tinggal di daerah perkotaan,
khususnya Jakarta, sebenarnya mereka
telah sadar dan paham bahwa ada
bahaya banjir yang sewaktu-waktu
dapat mengancam. Hal ini terbukti
ketika banyaknya pengusaha properti
yang memperdagangkan produknya
dengan memakai label “Bebas Banjir.”
Alangkah tidak nyamannya kita
dalam hal memilih tempat tinggal
atau membuka tempat usaha dengan
dikontrol oleh pihak pengembang.
Salah satu kerugiannya adalah
kita kehilangan kesempatan untuk
menentukan sendiri lokasi yang
nyaman untuk kita tempati, atau
tempat berdagang yang kita anggap
sangat strategis.
Siapapun yang tinggal di Indonesia
seharusnya wajib mendapatkan
penghidupan yang layak, termasuk
terhindar dari bencana banjir. Baik
yang bermukim di perkotaan maupun
pedesaan. Untuk memenuhi keinginan
tersebut, perlu kerjasama yang erat
antara pemerintah dan masyarakat.
Tanpa peran serta masyarakat dan
usaha yang dilakukan oleh pemerintah,
maka hal tersebut akan sia-sia.
Bencana banjir yang melanda
Jakarta bukan tidak mungkin dapat
terdengar di seluruh dunia melalui
media massa. Kemungkinan besar
hal ini mengakibatkan kerugian
bangsa Indonesia, sebab wisatawan
atau pelaku bisnis yang ingin
berkunjung ke Indonesia khususnya
Jakarta, berpeluang membatalkan
perjalanannya.
Terakhir, semoga bencana banjir
tahun 2013 ini dapat dinamakan
sebagai “Obyek Wisata Banjir Kota
Jakarta”, karena dapat menarik
perhatian bangsa-bangsa di dunia
untuk berkunjung ke Indonesia dan
tidak menutup kemungkinan akan
memberikan manfaat.
O O
Kilas Balik
APA KABAR MG BAND?
Kwitang, depan patung Tugu Tani
awal tahun 1985. Suwandi, Sri Puji
Rahayu, Urip, Lukman, Bambang,
dan Zaenal berkumpul di suatu
ruangan pada sebuah kantor
yang pada kala itu sering disebut
‘kantor angin’. Mereka mencoba
mengharmonisasikan antara nada
dan lirik lagu yang lagi tren pada
masa itu.
Kala itu peralatan musik yang
dipergunakan masih sederhana
dan berstatus milik pribadi. Namun
ditengah keterbatasannya mereka
tetap asyik menyalurkan jiwa seni
musik yang nampaknya sudah
melekat di benak sanubari. Seminggu
sekali tiap hari jumat mereka rutin
berkumpul untuk saling mengasah
keterampilan dari bakat musik yang
telah dimiliki. Setelah itu nama MG
Band dengan sendirinya telah mereka
lahirkan.
Pertengahan tahun 1989, melalui
Sekretaris Badan yang waktu
itu di jabat oleh Bapak Soetarjo,
memberikan sumbangan sebuah
organ, dengan harapan dapat
menambah semangat dan merupakan
dukungan institusional demi
kemajuan MG Band.
Periode tahun 1990 hingga 1999,
peralatan musik yang dimiliki MG
Band semakin lengkap. Pada periode
tersebut juga banyak bermunculan
peminat dan bakat-bakat baru dalam
bermusik, hingga MG Band menjadi
semakin semarak dan kaya warna
musik. Diantaranya Robert Owen,
Farid, dan Rika.
Awal tahun 2000 hingga 2003, boleh
dibilang adalah masa keemasan MG
Band. Pada periode tersebut MG Band
yang awalnya hanya sebuah band
internal kantor, bermetamorphosis
menjadi public band. Diawali dengan
tampilnya MG Band di berbagai event
di luar kantor, baik acara formal
maupun informal.
Masing-masing personil MG Band
kala itu memiliki kemampuan dan
bakat yang cukup bagus dalam
bermusik. Mereka adalah Suwandi
pada bass, Deden pada keyboard,
David Royhan pada drum, Yudi
Riamon pada gitar, Novi Nelwan dan
Joyce pada vokal.
Bahkan prestasi yang membanggakan
yaitu dikontraknya MG Band sebagai
pengisi acara live musik setiap rabu
malam di salah satu café di bilangan
Gatot Subroto. Namun akhir tahun
2003, MG Band vakum karena
ditinggal beberapa personilnya yang
memilih untuk berkarir di bidang
yang lain.
Diawali dari perubahan struktur
organisasi di BMKG yang semakin
berkembang, sehingga di iringi
penerimaan pegawai yang cukup
banyak. Hasilnya, MG Band
kedatangan beberapa personil
yang mempunyai kemampuan dan
bakat bermusik yang lebih variatif
dan modern. Diantaranya Haryo
Seno, Andi Supandi, Addip, Tika dan
Reza. Kehadiran mereka menambah
gairah MG Band untuk terus aktif
berpartisipasi mengisi acara internal
BMKG.
Kini, MG Band memiliki ruang studio
yang layak dan representative, serta
didukung peralatan musik yang
semakin modern, tepatnya di lantai 2
gedung utama BMKG. Koordinator MG
Band Haryo Seno, mengungkapkan
harapannya supaya insan BMKG yang
memiliki bakat bermusik untuk dapat
bergabung demi kemajuan MG Band
yang kita cintai.
Januari 2013, penulis
mendokumentasikan dengan gambar
dan suasana latihan MG Band yang
penuh dengan kebersamaan. (aw)
O O
| EDISI 01/2013
31
Resensi
Kekayaan Mineral di Balik Bencana Alam
Posisi, letak, dan keadaan tektonik
Indonesia yang berada dibatas tiga
lempeng tektonik utama memberikan
dampak positif dan dampak negatif.
Segi positif yaitu berupa tanah yang
subur di sekitar daerah gunung api,
terdapatnya mineral bahan tambang
serta cekungan minyak dan gas
bumi, serta panas bumi. Negatifnya,
banyaknya bencana alam, seperti
gempa bumi, tsunami, dan gunung
meletus. Buku ini mengajak kita
untuk memanfaatkan segi positif
sebaik mungkin dan menekan segi
negatifnya.
32
Judul: Tektonik dan Mineral di Indonesia
Penulis: Gunawan Ibrahim, Subardjo,
dan Purnama Sendjadja
Penerbit: Pusat Penelitian dan
Pengembangan
BMKG
Tahun Terbit: 2010
ISBN: 978-979-1241-27-4
Secara umum Pulau Sumatera
mempunyai tiga sistem tektonik
yaitu (1) subduksi miring, (2) Sesar
Sumatera, dan (3) Sesar Mentawai. Dampak positisf dari
keadaan tektonik ini adalah terbentuknya topografi yang
beragam, zona cekungan yang prospek terhadap migas,
terdapat berbagai mineral bahan tambang, serta aktivitas
vulkanik yang menyebabkan kesuburan tanah dan panas
bumi.
Sedangkan dampak negatifnya adalah permukaan sebagian
besar berbentuk perbukitan atau lereng sehingga rentan
terhadap bahaya longsor, terutama di musim penghujan
dimana Sumatera mempunyai curah hujan tinggi. Begitu
juga gempa bumi dan tsunami menjadi ancaman Sumatera,
seperti mega-tsunami Aceh 2004.
Keadaan tektonik pulau Jawa berbeda dengan di Sumatera.
Zona konvergen di Jawa berupa penunjaman lempeng IndoAustralia dengan arah tegak lurus dari utara ke selatan
terdapat lempeng Eurasia. Kondisi ini menyebabkan Pulau
Jawa banyak ditemui mineral bahan tambang dan panas
bumi. Khusus dibagian utara terdapat cekungan yang
prospek terhadap migas. Sama halnya dengan di Sumatera,
Jawa merupakan daerah seismik aktif dan banyak gunung
api serta tempat-tempat yang rawan longsor.
Kalimantan merupakan satu-satunya pulau besar di
Indonesia yang relatif aman terhadap bahaya gempa bumi,
karena berada cukup jauh dari batas lempeng tektonik.
Hanya daerah Kalimantan Timur saja yang memiliki potensi
terjadinya bencana gempa baik oleh proses tektonik
maupun vulkanik. Di daerah inilah banyak ditemukan
minyak dan gas bumi. Sedangkan Kalimantan secara umum
mempunyai banyak cebakan mineral.
| EDISI 01/2013
Sulawesi terbentuk dari gabungan
tiga segmen yang berbeda sehingga
keadaan tektoniknya sangat heterogen membentuk pola tektonik
yang unit. Akibatnya, di sini ditemui
banyak sesar yang besar dan aktif.
Dampak langsung dari keadaan
ini adalah banyak gempa yang
merusak di Sulawesi. Namun kondisi
tektonik inilah yang menyebabkan
terbentuknya
mineralisasi,
dan
khususnya di Pulau Buton di ujung
tenggara Sulawesi, terdapat banyak
aspal alam.
Zona tumbukan Maluku merupakan
daerah pertemuan tiga lempeng
mikro, yaitu lempeng Halmahera,
lempeng
Laut
Maluku,
dan
lempengan Sangihe. Kondisi ini mengakibatkan lempeng
Laut Maluku menujam ke dua arah dan terbentuk central
ridge. Akibatnya laut Maluku merupakan daerah yang
mempunyai aktifitas kegempaan tinggi. Berbeda dengan
Busur Banda yang menghujam dari arah selatan, timur,
dan utara sehingga terjadi pola sendok terpotong yang
cekungan bertambah dalam pada pusat lingkaran.
Kondisi Busur Banda mengakibatkan daerah sismik aktif,
seperti gempa tahun 1965 dengan magnitudo 7,5 yang
menimbulkan tsunami di Seram.
Sedang di Papua terdapat zona tektonik aktif akibat
pertemuan lempeng Australia ke utara dan lempeng Pasifik
ke barat, berdampak pada terdapatnya sumber daya alam,
mineral, emas epitermal, dan tembaga. Kompresi dan
lipatan menjadi tempat terkumpulnya materi karbonat
dan mineral lainnya. Kemudian terdapat jalur ofiolit
sepanjang Papua, pengumpulan mineral seperti endapan
batu gamping sepanjang pegunungan tengah Papua Nugini,
dan logam mulia seperti emas dan tembaga di daerah
Tembagapura. Sedangkan hidrokarbon ditemui sekitar
Kepala Burung. Namun sebaliknya, Papua rawan gempa
tektonik yang merusak dan menimbulkan tsunami.
Buku ini terasa mudah dicerna pembaca dari kalangan awam
akan ilmu kebumian. Tampaknya penulis membuatnya
demikian agar banyak masyarakat yang mengerti dampak
positif dan negatif kondisi geologi Indonesia, sehingga
semakin banyak masyrakat yang menyadari akan kekayaan
mineral yang dimiliki, serta mampu memanfatkannya
untuk kesejahteraan, dan juga mampu meminimalisir
dampak bencana alam. (tk)
O O
Info Pustaka
Judul:
Natural Disasters
Pengarang:
Andi Eka Sakya
Penerbit:
NAM S & T Centre
Tahun Terbit:
2011
Jumlah Halaman:
xiv + 229 hal.
Judul Buku:
Gempa Bumi
Pengarang:
Sunarjo, M.Taufik Gunawan,
Sugeng Pribadi
Penerbit:
BMKG
Tahun:
2010
Jumlah Halaman:
v + 228 hal.
Judul:
F isika dan Struktur
Interior Bumi
Pengarang:
Prof. DR. Sri Widiyantoro
Penerbit:
Badan Meterologi & Geofisika
Tahun Terbit:
2007
Jumlah Halaman:
vi + 187 hal.
Judul Buku:
Introduction to Geophysical
Fluid Dynamics
Pengarang:
Benoit Cushman Roisin dan
Jean Merie Beckers
Penerbit:
AP (ELSEVIER)
Tahun Terbit:
2011
Jumlah Halaman:
vxi + 828 hal
Judul Buku:
Coding and Decoding:
Seismic Data
Pengarang:
Luc Ikelle
Penerbit:
ELSEVIER
Tahun Terbit:
2010
Jumlah Halaman:
viii + 604 hal.
Judul Buku:
Tsunamiites
Pengarang:
T. Shiki, Y. Tsuji, T. Yamazaki,
dan K. Minoura
Penerbit:
ELSEVIER
Tahun:
2008
Jumlah Halaman:
x + 411 hal
| EDISI 01/2013
33
Ragam
34
UNIKNYA FOTO LEVITASI
Terinspirasi dari karya karya fotografi Natsumi Hayashi di blognya http://yowayowacamera.com,
kami Tim Bengkel Fotografi Humas BMKG tertarik untuk mencoba mempraktekannya dan berbagi
pengalaman kepada Anda.
L
evitasi atau foto melayang ini
dapat dilakukan dengan kamera
profesional (DSLR) ataupun
kamera non-profesional (kamera
saku, kamera ponsel, dan lainnya).
Hanya perlu trik yang disesuiakan
(lihat boks Tips).
Sebelum kita mulai, siapkan
kamera, lalu pilih model dan tempat
pengambilan gambar. Alangkah
baiknya Anda juga mempersiapkan
kamera dan teman sebagai model
untuk mencobanya. Kami memilih
Ruang Koleksi Perpustakaan
BMKG yang nyaman dan memiliki
pencahayaan yang cukup. Ingat!
Fotografi adalah seni menggambar
| EDISI 01/2013
dengan cahaya. Jadi kita harus
pahami cahaya untuk mendapatkan
foto yang bagus.
Kemudian kami menggunakan tiga
kamera profesional (DSLR) Canon
EOS 5 D, Canon EOS 30D, dan Nikon
D3000. Maksudnya sama sekali bukan
untuk membandingkan kemampuan
kamera, karena foto levitasi dapat
dilakukan dengan bermacam kamera.
Hanya kami ingin mendapatkan foto
yang lebih tajam.
Siapkan model. Kebetulan di Bagian
Humas BMKG ada siswa/mahasiswa
PKL yang bersedia menjadi model
dan backup fotografer. Kami
pilih model yang memiliki tubuh
ramping supaya dapat melakukan
gerakan yang baik. Perhatikan juga
bahwa untuk menghasilkan levitasi
yang baik, model harus meloncat
berulangkali. Jadi cukup melelahkan.
Untuk itu pilihlah model yang
memiliki fisik yang baik. Untuk
menghidari gerakan rambut kepala
saat melompat, model menggunakan
penutup kepala. Bila Anda ingin
rambut model kelihatan, kami
sarankan gunakan gel pada rambut.
Selanjutnya perhatikan juga pakaian
model yang mudah bergerak saat
meloncat, dasi misalnya. Bila model
mengunakan dasi sebaiknya gunakan
peniti untuk mengikatnya agar tidak
terlihat bergerak. Buatlah model terlihat seperti
melayang, bukan meloncat.
Siapkan kamera dengan shutter speed tinggi untuk
menangkap model melayang agar lebih fokus.
Kemudian manfaatkan Burst Mode (Continuous
Shooting). Kami menggunakan Shutter Speed 250
dengan diafragma 3,5. Untuk pencahayaan cukup
dengan mebuka tirai jendela perpustakaan dan
menyalakan lampu ruangan, tanpa menggunakan
blitz.
Kemudian fotografer memilih posisi low angle
(ambil dari sudut bawah) agar model terlihat
tinggi melayang. Merunduk, jongkok, dan tiduran
adalah posisi yang baik untuk foto lavitasi. Kami
melakukannya juga dari beberapa sisi model untuk
mendapatkan efek melayang yang sangat kuat.
Semua telah siap. Satu.. dua.. tiga! Model
melompat, dan saat itulah jepretan
kamera dimulai. Model tampak rileks,
melayang sambil membaca buku dengan
posisi bersila. Kami dapatkan foto
melayang seolah-olah model duduk
bersila tanpa menempel di lantai,
melawan gravitasi. Ekspresi model rileks,
layaknya seorang yang sedang membaca
buku. Kemudian model pendukung
memperhatikan gerakan melayang dari
sudut berbeda.
35
Jepreet…Jepreet… Jadilah foto seorang
pembaca buku dengan posisi melayang.
Menarik bukan? Sampai ketemu lagi dan
salam fotografi. (tk/rz/rh)
O O
Tips Membuat Foto Levitasi Tanpa Editing
•
•
•
•
•
•
•
Fotografi levitasi berbeda dengan jump shot. Levitasi harus memperlihatkan model yang seakan melayang alami tanpa
terlalu banyak ekspresi wajah.
Foto levitasi tanpa editing dapat dilakukan dengan kamera professional (DSLR) maupun kamera biasa (kamera ponsel,
kamera saku)
Foto levitasi dengan kamera DSLR, bisa memanfaatkan Burst Mode (Continuous Shooting). Dengan sekali menekan tombol
shutter, langsung menghasilkan beberapa jepretan sekaligus. Foto-foto hasil jepretan dengan Burst Mode dari kamera
DSLR dapat dipilih mana yang paling pas mendapatkan momen “melayang”
Foto levitasi dapat dilakukan dengan kamera non-profesional, namun lebih tricky karena mengandalkan ketepatan
menekan tombol rana saat model melompat.
Pastikan cahaya cukup, agar bayangan terbentuk sehingga efek model sedang melayang lebih terlihat.
Gunakan shutter speed tinggi untuk menangkap model yang melayang dengan lebih fokus (freeze motion). Cahaya yang
cukup sangat berperan untuk mendapatkan shutter speed tinggi.
Gunakan low angle, agar model terlihat tinggi melayang.
| EDISI 01/2013
Opini
MEDIA BANGUN
PENDIDIKAN KEBENCANAAN
Oleh: Dwi Rini Endra Sari
36
Indonesia merupakan salah satu negara di Benua Asia yang rentan terhadap bencana. Tak jarang bencana yang terjadi
sering memakan jumlah korban jiwa serta menghancurkan harta benda. Bencana alam dapat datang sewaktu-waktu dan
tidak memandang lokasi yang ditujunya. Kita sebagai manusia tak kuasa menolak datangnya bencana, tapi kita dapat
meminimalisir jumlah korban dan harta benda. Kesiapsiagaan terhadap kebencanaan dapat diperoleh dari pendidikan
sadar bencana melalui media massa. Lantas, apakah media massa saat ini telah memberikan edukasi kebencanaan?
B
encana alam telah menjadi
“tamu akrab” yang sering
datang ke wilayah Indonesia,
seperti banjir, tanah longsor, gempa
bumi, puting beliung, dan angin
kencang. Kita menjadi perihatin
ketika melihat siaran media massa
tentang dampak yang ditimbulkan
dari bencana alam. Banyak saudara
kita yang telah menjadi korban
amukan bencana alam.
Bencana merupakan peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu
kestabilan kehidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam
dan/atau faktor non-alam sehingga
| EDISI 01/2013
mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Suatu bencana tidak dapat dicegah
tetapi jumlah korban dapat
diminimalisir. Maka, kita perlu
membekali diri dengan sebuah
kesiapan dan kesadaran terhadap
kebencanaan. Sikap ini dapat kita
pelajari dari negara Jepang yang
notabene negara rawan terjadi
bencana gempa bumi dan tsunami.
Masyarakat Jepang telah “bersahabat”
dengan bencana, mereka tak memiliki
ketakutan tuk menghadapi bencana
gempa bumi dan tsunami. Justru,
Mereka telah menyiapkan diri tuk
menghadapi bencana alam.
Sikap keluwesan mereka dalam
menghadapi bencana dapat
mengurangi jumlah korban jiwa.
Hal ini dapat dilihat dari kejadian
gempa bumi dan tsunami waktu
itu. Meskipun gempa yang terjadi
berkekuatan besar, tetapi tidak
memakan jumlah korban yang besar.
Sebuah pertanyaan yang harus
dijawab saat ini, mengapa kita perlu
belajar dari negara Jepang? Saat
ini, masyarakat Indonesia masih
kurang mendapatkan pendidikan
tentang kebencanaan. Masyarakat
Indonesia masih mengandalkan
peran pemerintah dalam mengatasi
bencana. Akibatnya, masih banyak
jumlah korban akibat bencana alam
dan masalah baru bermunculan
karena ketidaksiapan kita
menghadapinya.
Media Massa Mengedukasi
Kebencanaan
Media massa tak hanya menyebarkan
informasi saat bencana terjadi,
tetapi media diharapkan dapat
memberikan informasi sebelum
bencana terjadi, tentang bagaimana
cara menyelematkan diri dari
bencana alam dan informasi tentang
karakteristik kebencanaan. Selain
itu, media juga harus mampu
memberikan informasi tentang
langkah-langkah yang ditempuh
setelah bencana terjadi.
Komunikasi menjadi kunci
pelaksanaan pendidikan kebencanaan
yang menggunakan bermacammacam media baik berupa audio
(siaran radio), visual (poster, leaflet,
booklet, buku saku, berita surat kabar
ataupun audiovisual (siaran televisi).
Implementasi
program
pendidikan
kebencanaan
dilakukan
kepada seluruh
lapisan adat.
Selain itu, perlu
adanya jalinan
dukungan dan
kesepahaman
untuk peduli
pada pendidikan
kebencanaan dari
berbagai pihak
dan para pemangku
kepentingan. Peningkatan
dan pembangunan
kemampuan dalam
menghadapi bencana perlu
dilakukan.
Keberhasilan dari proses
pembelajaran tentang
kebencanaan akan membentuk
sikap sadar bencana dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
• Masyarakat tanggap dalam
mengambil sikap secara mandiri
dan
spontan.
•
•
•
•
Mayarakat
memiliki keterampilan
dalam berfikir dan dapat hidup di
daerah atau wilayah yang rawan
bencana.
Terbentuknya sistem kemitraan
dan kelompok kerja dalam
melakukan penanggulangan
bencana.
Masyarakat dapat melakukan
pemecahan masalah
kebencanaan di daerahnya
(problem solving).
Masyarakat mampu melakukan
pengambilan keputusan secara
tepat untuk mengatasi bencana
di daerahnya.
Media massa harus lebih cerdas
dalam memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama informasi yang
mengandung pendidikan mitigasi
bencana agar terbentuk masyarakat
yang mandiri dan mawas diri
terhadap bencana.
O O
| EDISI 01/2013
37
Antar Kita
Media Massa
Lidah Informasi
I
ndonesia merupakan salah satu
negara yang rentan terhadap
bencana alam. Kita tak dapat
menduga secara pasti kapan dan
dimana datangnya bencana alam,
kita hanya dapat memprakirakan
dan memprediksinya. Inilah yang
mendorong manusia agar bersikap
waspada dan mengatisipasi timbulnya
korban jiwa dan kerugian harta benda.
38
Pemahaman dan pengetahuan akan
perilaku alam dan apa saja yang
dilakukan sebelum, saat, dan sesudah
bencana dapat diperoleh dari berbagai
informasi. Saat ini, masyarakat lebih
cenderung dan sering mengandalkan
media massa cetak, elektronik, dan
online sebagai wacana informasi.
Peristiwa dan kejadian alam
mendorong berbagai Instansi
pemerintah dan kementerian
yang memiliki lingkup kerja pada
kebencanaan lebih mencanangkan dan
memikirkan strategi serta langkahlangkah yang akan diambi secara cepat,
tepat, dan akurat.
BMKG merupakan salah satu lembaga
non kementerian yang bertugas
memberikan pelayanan dan penyajian
data informasi meteorologi, klimatologi,
kualitas, dan geofisika yang akurat,
tepat guna, cepat, lengap dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
Dari tahun ke tahun, BMKG terus
mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan publik akan
kebutuhan informasi. Salah
satu langkah yang diambil untuk
mempercepat penyebaran data dan
informasi cuaca, gempa bumi dan
tsunami kepada masyarakat adalah
| EDISI 01/2013
menggandeng media massa sebagai
mata rantai penyebaran informasi
kepada masyarakat.
Media massa memiliki kebutuhan akan
informasi yang akurat dan cepat untuk
diinformasikan kepada masyarakat.
Tentunya, Media massa terus menggali
informasi yang memiliki nilai berita
cukup tinggi kepada masyarakat, salah
satunya, informasi akan kebencanaan.
Mengelola Hubungan Media,
Meluaskan Informasi MKG kepada
Masyarakat
Menjaga hubungan baik dengan media
massa suatu keharusan bagi suatu
lembaga, kementerian, dan instansi
pemerintah, maupun swasta apabila
ingin membumikan dan mempercepat
penyebaran informasi. Inilah,
yang nantinya akan menciptakan
publikasi yang positif sehingga dapat
menciptakan persepsi publik yang baik
dan pada akhirnya akan menciptakan
citra positif.
Media massa merupakan suatu
lembaga yang memiliki kebebasan dan
otoritas yang tidak dapat dikontrol
oleh lembaga negara, kontrol tersebut
datang dari hati nurani para pekerja
media massa selain itu, juga dari publik
ataupun konsumennya.
Media massa yang merupakan suatu
media sebagai “lidah” informasi kepada
masyarakat tak dapat dipisahkan dari
suat instansi atau kelembagaan, oleh
karena itu perlu adanya hubungan yang
harmonis. Pendekatan yang harmonis
dengan media massa tak hanya diukur
dengan suatu materi, tetapi dari rasa
kemanusiaan.
Pengakuan martabat media massa
merupakan salah satu contoh dari
menjalin kekerabatan yang poistif
dan harmonis. Kekerabatan yang
terjalin dengan baik menjadikan
suatu hubungan terhindar dari salah
pengertian dan rasa curiga.
Saat bencana alam terjadi, seperti
banjir, angin kencang, cuaca ekstrim,
gempa bumi dan tsunami, kantor BMKG
penuh didatangi beberapa puluhan
media massa cetak dan elektronik,
mereka mencari informasi terkait
kejadian bencana alam.
Tak heran jika di Kantor BMKG Pusat
bersileweran para pekerja media
massa, kondisi ini tampak saat kejadian
banjir 17 Januari 2013 ketika ibu kota
dilanda banjir dan diguyur hujan. BMKG
pun terus mengupdate informasi yang
nantinya akan disebarluaskan kepada
masyarakat.
“Wah, sudah berapa media massa yang
datang ke kantor BMKG Pusat,?”celoteh
salah satu reporter media massa.
“Pastinya sudah banyak yah, bu?”
lanjutnya.
“BMKG telah cepat dalam memberikan
informasi yang akurat terkait kejadian
bencana alam,”tutur DW Global TV.
DW mengutarakan nara sumber BMKG
selalu bersedia ketika diminta untuk
wawancara.
Sadarkah kita akan pentingnya
media massa dalam menyebarkan
informasi?Media massa sebagai
penyambung informasi kepada
masyarakat yang memiliki jangkauan
yang luas. Keberadaan media massa
tak dapat diabaikan dan tak dapat
dihindari, media massa merupakan
mata rantai informasi.
(rn)
O O
“Everyone thinks of changing
the world, but no one thinks of
changing himself.”
Leo Tolstoy
“Cermati Cuaca untuk Perlindungan
Jiwa dan Harta “
Segenap pimpinan dan staf BMKG mengucapkan:
Selamat Hari Meteorologi Dunia Ke-63
23 Maret 2013
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA (BMKG)
SAVE OUR EARTH
Informasi Meteorologi:
Telp.: +62-21-6546315
email: [email protected]
Informasi Klimatologi:
email : [email protected]
Informasi Geofisika:
Telp.: +62-21-6546316
email: [email protected]
Hubungan Masyarakat:
Email: [email protected]
Download