ISBN : 978-602-73060-1-1 PENETAPAN CEMARAN LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM KANGKUNG (Ipomoea aquatica) METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Mimin Kusmiyati1* , Try Ayu Lestari1, Yayat Sudaryat1, Ardi Rustamsyah1 1. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Bandung, Jl Prof Eyckman No. 24 44161 *Coressponding author : [email protected] ABSTRAK Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak penggemarnya. Kangkung air (ipomoea aquatic) merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Biasanya dengan panjang 30-50 cm merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa atau terapung di atas air. Kualitas dari kangkung sendiri tidak lepas dari berbagai pengaruh kondisi lingkungan saat penanaman. Kondisi lingkungan inilah yang nantinya akan menjadikan kangkung tersebut layak atau tidak untuk dapat dikonsumsi masyarakat. Cemaran logam timbal (Pb) mungkin terjadi karena cemaran dari air yang tercemar oleh logam yang terdapat pada air di lahan penanaman. Kangkung yang dijadikan bahan penelitian berasal dari kangkung yang ditanam berdekatan dengan pabrik tekstil yang diairi dengan air sisa pembuangan limbah tekstil tersebut. Penetapan kadar cemaran logam timbal ini menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom dengan preparasi menggunakan destruksi basah dengan penambahan 6 ml HNO3 65% dan 2 ml H2O2 30% dilanjutkan dengan menggunakan microwave digestion hingga didapat larutan jernih. Dari hasil penelitian didapat data sebesar Kadar cemaran logam Timbal (Pb) dalam kangkung air sebesar 0,0122 mg / kg pada sampel 1, 0,0198 mg / kg pada sampel 2 dan 0,0343 mg / kg pada sampel 3. Kadar cemaran logam Timbal (Pb) dalam kangkung sampel no 1 no 2 dan 3 memenuhi Standar Nasional Indonesia 2009 memenuhi syarat karena tidak melebihi batas maksimum yang tertera dalam Standar Nasional Indonesia tahun 2009. Kata kunci : kangkung, Timbal, Spektrofotometri Serapan Atom ABSTRACT Kale is one type of vegetable that many fans. Kale (Ipomoea aquatic) is a plant that grows quickly and provides results within 4-6 weeks from seed. Usually with a length of 30-50 cm propagating in the mud and places-places like the wet edge time, swamp-marsh or floating on the water. The quality of kale itself is not free from the influence of various environmental conditions during planting. Environmental conditions is what will make the kale is feasible or not to be consumed by the public. Metal contamination of lead (Pb) may occur due to contamination of water contaminated by metals contained in the water in the cultivation area. Kale are used as research material derived from kale planted adjacent to the textile mill irrigated with sewage water the rest of the textiles. Determination of lead metal contamination levels using atomic absorption spectrophotometry technique with preparation using wet digestion with the addition of 6 ml of 65% HNO 3 and 2 ml 30% hydrogen perokside using microwave digestion followed by up to obtain a clear solution. From the results of the study concluded that there Metals Lead (Pb) in every swamp the number of levels of each of 0,0122 mg / kg in sample 1, 0,0198 mg / kg in samples 2 and 0,0343 mg / kg on the sample 3.Kadar metal contamination Lead (Pb) in kale samples No. 1, 2 and 3 Indonesian National Standard 2009. Keywords : kale, lead, Atomic Absorption Spektrofotometer. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 136 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak penggemarnya. Kangkung yang dikenal di masyarakat ada dua jenis yaitu kangkung darat (Ipomoea reptans) dan kangkung air (Ipomoea aquatica). (Gendrowati, 2014) Kangkung air (Ipomoea aquatica) merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Biasanya dengan panjang 30-50 cm merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa atau terapung di atas air. (Kariman, 2014) Kualitas dari kangkung sendiri tidak lepas dari berbagai pengaruh kondisi lingkungan saat penanaman. Kondisi lingkungan inilah yang nantinya akan menjadikan kangkung tersebut layak atau tidak untuk dapat dikonsumsi masyarakat. Cemaran logam timbal (Pb) mungkin terjadi karena cemaran dari gas emisi kendaraan bermotor di lahan penanaman atau bisa terjadi pada saat pendistribusian, air yang tercemar oleh logam yang terdapat pada air di lahan penanaman dan cara penyimpanan.(Lestari, dkk 2010 ). Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan. (Agustina, 2010) Menurut Standar Nasional Indonesia 2009 tertulis batas maksimum untuk buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang dan terasuk kacang kedelai) rumput laut, biji-bijian buah dan sayur serta hasil olahannya adalah 0,5 mg/kg. Untuk mengetahui cemaran yang terkandung dalam kangkung tersebut maka peneliti memutuskan untuk menentukan kadar Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI kandungan logam timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom . Metode ini dipilih karena instrument tersebut mempunyai kelebihan antara lain tidak memerlukan pengompleks, mempunyai ketelitian tinggi daan hampir semua logam dapat dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom (Darmono, 1995). Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis untuk penetapan kadar logam timbal dengan menggunakan Spektrofotometri serapan atom dengan destruksi basah. Prinsip dari Spektrofotometri Serapan Atom adalah terjadinya penyerapan energi oleh atom sehingga atom mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dalam metode ini analisa didasarkan pada pengukuran intensitas sinar yang diserap oleh atom sehingga terjadi ekstasi. Untuk dapat terjadinya proses absrbansi atom diperlukan sumber radiasi monokromatik dan alat menguapkan sampel sehingga diperoleh atom dalam keadaan dasar dari unsr yang diinginkan. Preparasi Sampel dan Pembacaan Sampel. Sampel diambil dari populasinya dan di keringkan di suhu ruang dalam keadaan layu. Lalu sampel di potong kecil dan di timbang sebanyak 0,5 gram. Kemudian ditambahkan dengan 6 ml HNO3 65 % dan 2 ml H2O2 30 %. Kemudian di destruksi dengan menggunakan microwave digestion system, hingga diperoleh larutan sampel dan dimasukan ke dalam labu ukur 25ml. kemudian dibaca di spektrofotometer serapan atom. Pembuatan Larutan Standar Pb dengan Seri Konsentrasi Pembuatan larutan Induk Pb dilakukan dengan cara mengabil 1 ml larutan baku Pb(NO3)2 konsentrasi 1000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml. kemudian ditambahkan aquabidestilata sampai tanda batas sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 10 ppm yang disiapkan untuk pembuatan seri konsentrasi. Pembuatan seri konsentrasi dilakukan degan larutan baku Pb(NO3)2 10 ppm diambil 0,5, 137 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 0,75, 1, 1,25, 1,5 dan 1,75 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Diencerkan dengan akuabidestilata sampai batas maka didapat larutan baku Pb(NO3)2 untuk kurva baku 0,2, 0,3, 0,4, 0,5, 0,6 dan 0,7 ppm. Kemudian dibaca di spektrofotometer serapan atom. Preparasi Sampel Adisi Seri konsentrasi yang dipakai 3 titik yaitu 0,4, 0,5 dan 0,6 ppm di tambahkan dengan sampel dan di tanda bataskan di labu ukur 10 ml. lalu dibaca di spektrofotometer serapan atom. Validasi Metode Uji linieritas Uji linieritas ini dilakukan dengan cara larutan Pb 1 : 2 : 3 : 4 dan 5 ppm diarsipkan pada alat sektrofotometri serapan atom dan hasil serapan yang diperoleh dibuat persamaan garis. Kurva baku digunakan untuk menghitung nilai regresi, koefisien kolerasi, intersep dan slope (kemiringan). Sehingga didapat persamaan garis (regresi) yang ditulis berdasarkan persamaan y = bx + a y = Regresi a = Itersep b = Slope x = serapan Apabila hasil makin mendekati angka 1 maka regresi yang dimiliki oleh kurva baku tersebut semakin baik Uji Presisi Presisis merupakan ukuran yang menunjukan derajat kesesuaian hasil. Uji presisi dilakukan dengan cara mengukur serapan dari tiga titik konsentrasi. Sampel yang telah didestruksi ditambahkan dengan standar Pb. Sebanyak 1 ml sampel ditambahkan dengan larutan baku 0,4, 0,5 dan 0,5 ppm. Di add dengan HNO3 0,1 N dan dibaca sebanyak 7 kali. Dengan cara perhitungan SD = �∑(𝑥𝑥 − 𝑥𝑥)2 / n-1 𝑆𝑆𝑆𝑆 RSD = 𝑥𝑥 CV = RSD x 100 % SD = Standar Deviasi Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI X = kadar Pb pada wortel + Pb 2ppm x = Rata-rata kadar Pb pada 6 kali pengujian RSD = Relative Standard Deviasion CV = koefisien variasi Apabila nilai CV perhitungan lebih kecil dari nilai CV Hortwiz (0,66 x 21-0,5logC) maka presisi dinyatakan baik. Uji Akurasi Akurasi merupakan ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil. Uji presisi dilakukan dengan cara mengukur serapan dari tiga titik konsentrasi. Sampel yang telah didestruksi ditambahkan dengan standar Pb. Sebanyak 1 ml sampel ditambahkan dengan larutan baku 0,4, 0,5 dan 0,5 ppm. Di add dengan HNO3 0.1 N dan dibaca sebanyak 7 kali. Dengan cara perhitungan :%recovery = (CfCa) / S x 100 Cf = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran (sampe+ standar) Ca = konsentrasi sampel sebenarnya S = konsentrasi analit yang ditambahkan Uji Batas Deteksi (LoD) dan Batas Kuantitasi (LoQ) Uji batas deteksi (LOD) (3x pengukuran blanko) dan batas kuantitasi (LOQ)(10x pengukuran blanko) Batas deteksi kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi larutan standar. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai slope (b) pada persamaan garis linier y = bx + a, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x). Hasil dan Pembahasan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kangkung air (ipomea aquatic) yang berasal dari lahan kangkung di sekitaran pabrik tekstil di daerah Kiaracondong. Sampel ini dipilih karena hasil survey menunjukan lahan dari kangkung tersebut diairi dari anak sungai yang digunakan untuk membuang limbah dari pabrik tekstil. Terlihat dari kondisi anak sungai tersebut yang sering berubah warna. Selain itu kangkung 138 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 di lahan ini dijual belikan dalam kondisi segar untuk di konsumsi oleh warga sekitar juga untuk memasok beberapa pasar di sekitarnya. Penetapan kadar logam timbal (Pb) dilakukan dengan alat Spektrofotometer serapan atom. Pemilihan metode ini dilakukan karena Spektrofotometer serapan atom merupakan metode yang popular digunakan untuk pemeriksaan kadar logam, karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya murah, sensitivitas tinggi dan waktu analisis yang cepat dan mudah. Larutan standar timbal (Pb) yang digunakan berasal dari larutan standar Timbal Nitrat 1000 ppm yang dilakukan pengenceran menjadi 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 dan 0,7 ppm yang dilarutkan dalan HNO3 0,1 N. Hasil pengukuran dengan menggunakan Spektrofotometer serapan atom menunjukan linieritas dari larutan standar Timbal dengan nilai Dengan nilar r sebesar 0,9873 yang menunjukan bahwa kurva kalibrasi tersebut memiliki keakuratan sebesar 98,72 %. Selain uji linieritas, dilakukan juga uji perolehan kembali untuk menentukan presisi dan akurasi. Uji ini dilakukan di tiga titik konsentrasi yaitu 0,4 ppm 0,5 ppm dan 0,6 ppm karena sampel yang akan kita uji berada di dalam matriks yang tidak diketahui jumlahnya yaitu di dalam kangkung. Didapatkan hasil akurasi untuk 0,4 ppm sebesar 90,96 %, 0,5 ppm sebesar 94,17 % dan untuk 0,6 ppm sebesar 108,29 % dengan presisi untuk 0,4 ppm sebesar 7,31 %, 0,5 ppm sebesar 11,07 % dan 0,6 ppm sebesar 0,814 %. Dilakukan juga uji LoD dan LoQ untuk menentukan batas kuantisasi dan batas deteksi dalam penelitian ini didapat data 0,0001714 ppm untuk batas deteksi dan batas kuantitasi sebesar 0,0001715ppm dimana batas deteksi adalah kemampuan paling maksimum untuk alat tersebut membaca sampel namun hasilnya tidak dapat di pertanggungjawabkan karena hanya sekelumit. Sedangkan apabila berada di batas kuantisasi data yang terbaca bias dipertanggungjawabkan hasilnya. Preparasi sampel dilakukan dengan menimbang 0,5 gram sampel yang telah di potong kecil dan dilakukan dengan cara destruksi basah dengan menambahkan 6 ml HNO3 65 % dan 2 ml H2O2 30 % dengan menggunakan microwave digestion. Penggunaan microwave digestion ini dipilih karena tidak memakan waktu yang cukup Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI panjang dan telah banyak digunakan oleh penelitian sebelumnya juga memberikan hasil yang jernih dan mengurangi adanya elemen yang hilang karena dilakukan dalam suhu tinggi dengan bejana tertutup. Didapatkan larutan jernih dari sampel di masukan ke dalam labu ukur 25 ml dan di tanda bataskan dengan menggunakan larutan HNO3 0,1 N. kemudian di saring dengan menggunakan syringe dan membrane filter berukuran 0,45 µ dan dimasukan ke dalam vial. hal ini dilakukan karena spektrofotometer serapan atom yang digunakan membutuhkan sampel yang bebas dari partikel besar yang dapat merusak alat. Larutan sampel tersebut dibaca dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan panjang geloombang 283,3 nm. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kadar cemaran logam timbal (Pb) yang terdapat di dalam kangkung air sebanyak 0,0122 ppm pada sampel 1 ; 0,0198 ppm pada sampel 2 dan 0,03427 mg/kg pada sampel 3. Jika dibandingkan dengan batas maksimum yang tertera dalam SNI 7387:2009 sebesar 0,5 mg/kg maka dinyatakan ketiga sampel memenuhi syarat karena kadar hasil menunjukan kadar di bawah batas maksimum terdapatnya cemaran logam timbal. Sampel no 3 menunjukan hasil yang paling tinggi bisa jadi disebabkan oleh letak sampel tiga yang paling jauh dari sumber air sedangkan aliran air cukup deras sehingga cemaran Pb terbanyak terdapat di lahan yang paling jauh Kesimpulan Kangkung Air yang berasal dari lahan penanaman di dekat Pabrik gourment Kiaracondong menunjukan positif mengandung cemaran logam timbal (Pb) sebesar 0,0122 ppm pada sampel 1 ; 0,01980 ppm pada sampel 2 dan 0,0343 pada sampel 3 dan dinyatakan memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia 2009 memenuhi syarat karena tidak melebihi batas maksimum yang tertera dalam Standar Nasional Indonesia tahun 2009. 139 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 UCAPAN TERIMAKASIH Kepala Laboratorium Kimia Terpadu Poltekkes Bandung atas tempat dan alat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Agustina, T. 2010. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya pada Kesehatan. [skripsi]. Semarang. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Akbar, R. 2014, Aneka Tanaman Apotek Hidup di Sekitar Kita. Diterbitkan oleh : Onebooks. Al-anshori, jamaludin. 2005. “Spektrofotometer Serapan Atom”. Universitas Padjajaran. anorganik dengan Spektrofotometri Serapan Atom [journal]. Purwokerto: Fakultas Farmasi,Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Liong, Alfian Noor, Paulina Taba, Asamati Abdullah “Studi Fitoakumulasi Pbdalam Kangkung Darat ( ipomoea reptants Poir) . Universitas Hassanudin. Kohar Indrajati, Poppy Hartatie Hardjo, Melyana Jonatan, dan Onie Agustanti. 2004. “Studi Kandungan Logam Pb dalam Batang dan Daun kangkung ( ipomoea reptans ) yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat”. Universitas Surabaya. Anonymos,2008.”Atomic Absorption Spectrophotometer Methods Manual”. Thermo scientifice. Mulyani Sri, I.G.A Lani Triani, Arief Sujana E.N “Identifikasi Cemaran Logam Pb dan Cd pada Kangkung yang Ditanam di Daerah Kota Denpasar”. Fakultas teknologi Pertanian – Unud. Anonumous. “ Analitycal Methods for Atomic Absorption Spectrofotometer” Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cet 4. Jakarta : rineka cipta. Candra, DD. “ Determinasi Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Makanan Kaleng Menggunakan Destruksi Basah dan destruksi Kering”. Fakultas kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang. Panitia teknis 67-02. 2009” Batas Maksimum Cemaran Logam pada Makanan”. Agustus Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Gendrowati, F. 2014. TOGA tanaman obat keluarga. Yogyakarta: Padi.. Gandjar, dan Rohman, 2007.Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Harmita. 2004.” PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI DAN CARA PERHITUNGANNYA”. Dalam majalah ilmu kefarmasian. Vol. I. N0.3 halaman 117128. SNI, Badan Standarisasi Nasional. “direktur jendral pengawasan obat dan makanan tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan.” 2009. Supriyanto C, Samin, Zainul Kamal.“ Analisis Cemaran Logam berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala serapan Atom”. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta. Widianingrum, 2004. Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya’. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jalaluddin, N dan Ambbeng. “Analisis Logam Berat (Pb, Cd dan Cr) pada Kerang Laut” Staf Jurusan Biologi FMIPA Unhas. Kariman, 2014, Bebas Penyakit dengan Tanaman Ajaib, bogor : Open Book. Lestari, AP. 2010. Identifikasi Cemaran Timbal pada Wortel (Dautus carota L.) organik dan Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 140 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia