Ringkasan Khotbah - 23 Desember 2012

advertisement
Ringkasan Khotbah - 23 Desember 2012
Damai Sejahtera dan Pedang
Luk. 2:14, 19:38, Yes 9:6, Mat. 10:34-39
Pdt. Andi Halim, M.Th.
Saat kita merayakan Natal, konsep Natal seperti apakah yang kita bawa? Saat hari Natal,
umumnya orang Kristen membuat hiasan yang sangat indah. Suasana Natal dibuat indah dan
semarak. Tetapi jika kita merenungkan kembali dalam firman Tuhan, bagaimanakah suasana
Natal pada zaman Tuhan Yesus?
Pertama, Tuhan Yesus dikatakan sebagai Raja damai. Tetapi saat Maria akan melahirkan tidak
ada suasana damai sejahtera, tidak ada tempat yang layak baginya. Yesus lahir di tempat yang
tidak indah, tidak nyaman dan tidak berbau wangi. Keadaan ini sangat kontras dengan
perayaan Natal saat ini. Zaman sekarang orang bisa menghabiskan banyak uang demi
perayaan Natal yang meriah dan menyenangkan. Padahal Natal yang sesungguhnya tidak
seperti Natal yang kita rayakan saat ini. Natal tidak seharusnya dirayakan dengan
kegemerlapan dan kemewahan.
Kenapa Allah yang Maha Kudus mau lahir di tempat yang sangat tidak layak di hadapan
manusia? Apa yang manusia anggap layak dan bagus tidak dipilih oleh Allah sebagai tempat
kelahiran Yesus. Manusia seringkali mengelompokkan hal-hal menjadi pantas dan tidak pantas
berdasarkan tradisi. Tetapi nilai kepantasan yang dipegang oleh manusia didobrak oleh Tuhan
dalam kelahiran Yesus. Suasana inilah yang disebut damai sejahtera.
Kedua, saat orang majus mencari Yesus – yang merupakan raja orang Yahudi – melalui
petunjuk bintang. Orang majus menemui Yesus kurang lebih 2 tahun setelah Ia dilahirkan
bukan ketika Yesus baru lahir. Mereka menanyakan kelahiran raja orang Yahudi kepada
Herodes. Herodes marah karena merasa kedudukannya terancam dan membunuh semua bayi
berumur di bawah 2 tahun. Jika Natal adalah damai sejahtera, kenapa ada pembunuhan bayi?
Kenapa Natal yang seharusnya membawa suasana indah malah ada pembantaian
mengerikan? Dalam Mat. 2:16-18, pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh Herodes
bukan suatu kebetulan namun merupakan suatu nubuatan yang sudah disampaikan oleh Nabi
Yeremia. Kenapa Natal harus diikuti dengan pembantaian anak-anak? Natal merupakan damai
sejahtera dan pedang. Kelahiran Tuhan Yesus seharusnya membawa damai sejahtera tetapi
kebencian Herodes telah menyebabkan pedangnya terhunus untuk membunuh raja orang
Yahudi.
Ketiga, apakah definisi damai sejahtera? Damai sejahtera seringkali didefinisikan sebagai
suatu keadaan di mana tidak ada perselisihan, tidak ada musuh, termasuk bagi orang Kristen.
Namun apakah benar orang Kristen tidak punya musuh? Apakah Tuhan Yesus tidak punya
musuh?
1/3
Ringkasan Khotbah - 23 Desember 2012
Tuhan Yesus selalu memberitakan kebenaran tetapi dalam pemberitaan-Nya, tidak semua
orang bisa menerima Dia. Banyak orang membenci dan ingin membunuh-Nya. Lalu apakah
damai berarti kita berteman dengan semua orang, tidak punya musuh dan bisa merangkul
semua orang? Kedatangan Tuhan Yesus mendatangkan banyak pertentangan karena Tuhan
Yesus tidak hanya menunjukkan kasih-Nya tetapi juga menyatakan kebenaran. Pada saat
kebenaran diberitakan, orang yang tidak suka kebenaran akan memusuhi kita. Yesus
merupakan Orang yang sempurna tetapi karena Ia memberitakan kebenaran banyak yang
membenci-Nya. Inilah damai sejahtera.
Dalam Yoh. 14:27, dikatakan bahwa Yesus meninggalkan damai sejahtera bagai
murid-muridNya, yang tidak sama dengan apa yang diberikan dunia. Dalam Yoh. 16:33,
dikatakan bahwa damai sejahtera diikuti dengan penganiayaan. Damai tidak berarti semua
berjalan dengan baik dan mulus tanpa masalah. Damai sejahtera berarti memiliki masalah
besar. Saat hari Pentakosta, para rasul berkhotbah dan 3000 orang bertobat. Namun selain
3000 orang bertobat ada juga orang-orang yang melecehkan dan mencemooh para rasul.
Dengan begitu banyaknya penderitaan dan masalah besar yang dihadapi manusia, apa
maksud damai sejahtera yang diberikan oleh Yesus ke dalam dunia?
Damai sejahtera berarti kita sudah diperdamaikan dengan Allah. Kita yang tadinya musuh Allah
sudah diperdamaikan dengan Dia. Inilah damai sejahtera yang sejati. Kita yang putus
hubungan dengan Allah boleh berhubungan lagi dengan Allah yang benar. Kita yang tadinya
hidup untuk diri sendiri kini boleh hidup untuk Allah. Kita dimampukan mengenal Allah yang
benar. Orang Kristen harus mengenal dan kembali pada damai sejahtera yang sejati ini.
Banyak orang tidak mengerti dan tidak mau mencari kebenaran Firman dengan
sungguh-sungguh, sebaliknya saat ada ‘kesembuhan ilahi’ mereka mencarinya dengan begitu
bersungguh-sungguh. Banyak orang Kristen hanya mencari kenyamanan dan kepuasan bagi
dirinya sendiri.
Damai sejahtera yang sejati adalah memulihkan hubungan kita dengan Allah. Hal ini tidak dapat
diganggu oleh hal apapun. Rumus yang sesat adalah saat Tuhan beserta kita maka semua
masalah akan hilang. Rumus yang benar dari Alkitab adalah semua masalah boleh terjadi tetapi
Tuhan tetap menyertai kita di tengah masalah apapun yang terjadi. Orang Kristen bisa sukses
atau gagal, sehat atau sakit, hidup tanpa masalah atau hidup dengan masalah, tetapi hal yang
terpenting dan menjadi jaminan yang paling menguatkan dalam kehidupan kita adalah Tuhan
beserta dengan kita, mendampingi kita.
Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa semua malapetaka boleh terjadi tetapi tidak pernah
akan memisahkan kita dengan Yesus Kristus. Inilah arti sejati dari damai sejahtera. Damai
sejahtera dan pedang berjalan bersamaan.
Yesus pernah berfirman bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai tetapi memisahkan
2/3
Ringkasan Khotbah - 23 Desember 2012
seseorang dari keluarga, teman dan orang yang dikasihinya. Karena saat seseorang sudah
mengikuti kebenaran ia tidak bisa bersatu dengan kegelapan. Pedang memisahkan kebenaran
dengan kegelapan. Kedatangan Kristus bukan berarti bersatunya semua orang dan menerima
keyakinan tiap-tiap orang. Orang yang mengikuti kebenaran adalah orang yang siap
menanggung resiko. Hal ini bukan berarti kita mencari musuh.
Jika ada orang yang memusuhi kita maka pertama-tama kita harus mengoreksi diri, apakah ada
yang salah dengan diri kita dan minta ampun. Tetapi jika mereka memusuhi kita karena kita
memberitakan kebenaran dan kita diminta untuk berkompromi dengan kebenaran demi
persahabatan, hal ini tidak benar. Saat Tuhan Yesus memberitakan kebenaran banyak orang
sakit hati.
Banyak gereja zaman sekarang tidak mau lagi memberitakan kebenaran, mereka hanya
mementingkan kasih dan kegiatan gotong royong. Mereka tidak lagi membicarakan ajaran
dalam pertemuan antar gereja. Ajaran dianggap membuat orang Kristen terpecah belah
sehingga mereka mengusir kebenaran dari dalam gereja.
Damai sejahtera membawa pedang, memisahkan orang dengan orangtuanya, temannya dan
orang yang dikasihinya. Tetapi di lain pihak, orang-orang yang benar-benar mencari kebenaran
akan saling mengasihi di dalam kebenaran.
Spirit Oikumene, dimana kita diajak untuk meninggalkan ajaran dan merangkul semua gereja,
hal yang dipentingkan bukan lagi kebenaran. Kebenaran dikorbankan demi persahabatan.
Gereja yang mengorbankan kebenaran demi persahabatan dengan gereja lain sudah bukan
gereja lagi, tetapi organisasi sosial. Dalam 1Kor. 11:18-19, Rasul Paulus mengatakan bahwa
harus ada perpecahan dalam gereja di Korintus untuk mengetahui siapakah yang tahan uji.
Terakhir, kedatangan Tuhan Yesus membawa pedang untuk memisahkan antara gandum dan
ilalang, domba dan kambing. Hal ini akan terjadi di akhir zaman. Kedatangan Kristus kedua kali
akan membawa damai sejahtera bagi mereka yang diselamatkan sekaligus memisahkan
mereka yang benar dan yang tidak benar.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD).
3/3
Download