20 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Fiqih Fiqh ialah ilmu

advertisement
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fiqih
Fiqh ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang
diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqh artinya faham atau tahu.
Menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqh (fuqaha). Fiqh itu ialah ilmu
yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalildalilnya yang terperinci. Menurut Hasan Ahmad Al-Khatib: Fiqhul Islami
ialah sekumpulan hukum syara’, yang sudah dibukukan dalam berbagai
madzhab, baik dari madzhab yang empat atau dari madzhab lainnya, dan yang
dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat thabi’in, dari fuqaha yang tujuh di
Makkah, di Madinah, di Syam, di Mesir, di Iraq, di Bashrah dan sebagainya.
Fuqaha yang tujuh itu ialah Sa’id Musayyab, Abu Bakar bin Abdurrahman,
’Urwah bin Zubair, Sulaiman Yasar, Al-Qasim bin Muhammad, Charijah bin
Zaid, dan Ubaidillah Abdillah.1
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan
ulama Islam, fiqh itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan atau
membahas atau memuat hukum-hukum Islam yang bersumber pada AlQur’an, Sunnah dalil-dalil Syar’i yang lain; setelah diformulasikan oleh para
ulama dengan mempergunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian
berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Sunnah yang
berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam: Hukum Fiqh Lengkap (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2005), hlm. 11.
20
21
berbentuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap muallaf (Muallaf artinya
orang yang sudah dibebani atau diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran
syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk
Islam).2
Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari hukum wajib,
sunah, mubah, makruh dan haram; disamping itu ada pula dalam bentuk yang
lain seperti sah, batal, benar, salah, berpahala, berdosa dan sebagainya.3
Disamping hukum itu ditunjukan pula alat dan cara (melaksanakan
suatu perbuatan dalam dalam menempuh garis lintas hidup yang tak dapat
dipastikan oleh manusia liku dan panjangnya. Sebagai mahluk sosial dan
budaya manusia hidup memerlukan hubungan, baik hubungan dengan
dririnya sendiri ataupun dengan sesuatu di luar dirinya.4 Ilmu fiqh
membicarakan hubungan itu yang meliputi kedudukannya, hukumnya,
caranya, alatnya dan sebagainya. Hubungan-hubungan itu ialah:
a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah;
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya;
d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia;
e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan dia;
f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
lainnya;
g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta;
2
3
4
Abdul Rokhim, Fiqih Kelas IV MI (Semarang: Wahana Dinamika Karya, 2004), hlm. 26.
Sulaiman Rasjid, op. cit., hlm. 1.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 2.
22
h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya;
i. Hubungan manusia dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan; dan
j. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti syetan, iblis, surga, neraka,
alam barzakh, yaumil hisab dan sebagainya.
Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fiqh melalui topik-topik
bab permasalahan yang mencakup hampir seluruh kegiatan hidup
perseorangan, dan masyarakat, baik masyarakat kecil seperti sepasang suamiisteri (keluarga), maupun masyarakat besar seperti negara dan hubungan
internasional, sesuai dengan macam-macam hubungan tadi.5 Meskipun ada
perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan pembahasaan dalam
membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak berbeda dalam
menjadikan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber hukum.Walaupun
dalam pengelompokkan materi pembicaraan mereka berbeda, namun mereka
sama-sama mengambil dari sumber yang sama.
B. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.6 Sedangkan
secara terminologi definisi belajar banyak dikemukakan oleh para ahli antara
lain:
1) Menurut Oemar Hamalik belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
5
Ibid., hlm. 5.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hlm. 17.
6
23
strengthening of behavior through experiencing). Menurut pandangan ini
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan.7
2) Slameto menyebutkan “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri”.8
3) Muhibbin Syah menyebutkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaki dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.9
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
belajar, yaitu suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang ditampakkan
dalam peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, tingkah laku, pemahaman,
keterampilan
(dengan
serangkaian
kegiatan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya) dan bisa dikatakan bahwa belajar
adalah mencari ilmu untuk memperoleh pengetahuan sehingga derajat
7
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-5 (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.
8
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
27.
hlm. 2.
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosdaskarya, 2000), hlm. 93.
24
kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Al-Mujadalah ayat
11 yang berbunyi:
‫ْن اَف ْن اَف ِع ُهّٰللا‬
‫ْن اَف ْنا‬
‫ا َفاُّي َف َّ ِع ْنا َف َف ْن ِع َف اِع ْن َف َف ْن تَف َف َّ ْن اِعى ْن َف ِع ِع اَف ْنا َف ْن اَف ْن َف ِع ُهّٰللا َف ْن َف ِع َف اِع ْن َف ْنا‬
﴾ ١١: ‫د ة‬
﴿ ‫ْن ِع ْن َفد َفرجتٍؕ َف ُهّٰللا ِع َف تَف ْن َف ْن َف َف ِع ْن ٌر‬
‫َّ ِع ْنا َف َف ْن ِع ْن ْن َف َّ ِع ْنا َف ْن ت‬
Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadalah:
ayat 11)10
C. Unsur-unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai
unsur yang saling kait-mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan
peserta pelatihan.
Rangsangan (stimulus), peristiwa yang merangsang penginderaan
pembelajar disebut situasi stimulus.
Memori. Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas
belajar sebelumnya.
Respon yaitu tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di
dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus
tersebut.11
Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi
antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Semarang: CV. Asy-Syifa, 2001).
hlm. 489.
11
Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar (Semarang: UPT MKK UNNES, 2005), hlm. 4.
25
waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan
perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah
melakukan aktivitas belajar.12
Sedangkan taksonomi Bloom merumuskan beberapa tujuan-tujuan
belajar yang akan dicapai antara lain:
1. Ranah kognitif
a) Mengenal (recognition), mengungkap atau mengingat kembali (recall)
b) Pemahaman (comprehension atau menginterpretasikan)
c) Aplikasi (menerapkan konsep untuk memecahkan masalah)
d) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh)
f) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode)
2. Ranah afektif
a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b) Merespon aktif (berpartisipasi)
c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
d) Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai)
e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
3. Ranah psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor, sensory-motor
atau perceptual-motor”. Jadi ranah ini berhubungan erat dengan kerja otot
sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.13
D. Model Pembelajaran Active Learning
Pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar
Ayu Aryani (2007) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran.14
12
Ibid.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999), hal. 22.
14
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
2008), hlm. 28.
13
26
Dalam dunia pendidikan dewasa ini muncul keyakinan bahwa untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien diperlukan metode
yang mampu mengaktifkan perserta didik. Berangkat dari keyakinan tersebut,
munculah istilah cara belajar peserta didik aktif (CBSA).
Maksudnya, dalam proses pembelajaran guru perlu menggunakan
metode yang mampu mengaktifkan perserta didik. Dalam CBSA anak
berusaha untuk mencari mencerna sendiri, menanggapi, mengajukan pendapat
serta memecahkan masalah baik secara pribadi maupun bersama atau
berkelompok.15
Menurut Oemar Hamalik guru merupakan faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsipprinsip belajar disamping menguasai materi yang diajarkan, dengan kata lain
guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaikbaiknya.16 Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan
penentuan metode yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.17
Dalam hal ini setidaknya ada 3 faktor penyebab rendahnya partisipasi
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, yaitu:
a. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada
orang lain
b. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri
15
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 93.
16
Oemar Hamalik, op. cit., hlm. 33.
17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke-3 (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 77.
27
c. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
yang lain.18
Selain faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran diatas, dalam bukunya Abin Syamsuddin Makmun
dijelaskan bahwa salah satu penyebab bahwa hasil belajar itu tidak ada
kemajuan (mapan) untuk beberapa waktu tertentu itu adalah karena terjadinya
kejenuhan dalam belajar sehingga mengakibatkan daya ingatan tidak mampu
mengakomodasikan informasi atau pengalaman baru.19
Berangkat dari beberapa penyebab diatas maka di butuhkan suatu
strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik. Dan metode
belajar aktif merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Karena belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari
penuangan informasi ke dalam otak peserta didik. Belajar memerlukan
keterlibatan mental dan kerja peserta didik sendiri, karena belajar hanya
mungkin terjadi apabila peserta didik aktif mengalami sendiri. Dan dalam hal
ini guru sekedar menjadi pembimbing dan pengarah. Hal ini sesuai dengan
teori kognitif yang menyatakan bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.20
18
Karya Tulis Guru dalam Keberhasilan Pembelajaran, Gambar (Perangko) sebagai Media
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (SDN Sumberagung Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan Jawa Timur, 2003), hlm. 67.
19
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-5 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 169.
20
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Tekhnik, Prosedur), Cet. Ke-1 (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 294.
28
Menurut Oemar Hamalik terdapat beberapa klasifikasi kegiatan
belajar yang dapat atau seharusnya dilakukan oleh siswa, antara lain:
a. Kegiatan penyelidikan (membaca, berwawancara, mendengarkan radio,
menonton film dan alat-alat lainnya)
b. Kegiatan penyajian (laporan, panel and round table discussion, membuat
grafik dan chart)
c. Kegiatan-latihan-mekanis: digunakan bila kelompok menemui kesulitan
sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-latihan
d. Kegiatan apresiasi (mendengarkan music, membaca, menyaksikan
gambar)
e. Kegiatan observasi dan mendengarkan (membentuk alat-alat dari murid
sebagai alat bantu belajar)
f. Kegiatan ekspresi kreatif (pekerjaan tangan, menggambar, menulis,
bercerita, bermain, membuat sajak, bernyanyi dan bermain musik)
g. Bekerja dalam kelompok (latihan dalam tata kerja demokratis, pembagian
kerja antara kelompok dalam melaksanakan rencana)
h. Percobaan (belajar mencobakan cara-cara mengerjakan sesuatu)
i. Kegiatan mengorganisasi dan menilai (diskriminasi, menyeleksi,
mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka sendiri)21
Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal,
bukan sekedar pengulangan atau hafalan tetapi juga keterlibatan mental.
Ketika kegiatan belajar fiqih peserta didik bersifat aktif, peserta didik akan
mengupayakan sesuatu, peserta didik menginginkan jawaban atas sebuah
pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah atau
mencari cara untuk mengerjakan tugas.
Lebih 2400 tahun lalu, Konfusius menyatakan 3 pernyataan sederhana
yang mengungkapkan pentingnya belajar aktif yaitu :
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya paham22
21
Oemar Hamalik, op. cit., hlm. 20.
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta:
Pustaka Insani Madani, 2007), hlm. 1.
22
29
Pernyataan ini dimodifikasi oleh Mel Silberman dan diperluas menjadi
paham belajar aktif (Active Learning Credo):
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain
Yang saya mulai pahami
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan saya dapatkan Pengetahuan
dan keterampilan
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai23
Belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat
sesuatu. Tetapi akan lebih baik lagi jika peserta didik dapat melakukan
sesuatu terhadap informasi itu, dan dengan demikian peserta didik bisa
mendapatkan umpan balik tentang seberapa bagus pemahamannya. Pendapat
ini diperkuat oleh Jhon Holt yang menyatakan bahwa proses belajar akan
meningkat jika peserta didik diminta untuk melakukan hal berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
Memberikan contohnya
Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi
Melihat kaitannya antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
Menggunakannya dengan beragam cara
Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
Menyebutkan lawan atau kebalikannya24
Pembelajaran konvensional sering juga disebut metode ceramah, yaitu
merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan
lisan secara langsung terhadap siswa dan pembelajaran dimulai dari penyajian
informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal, latihan soal-soal sampai pada
akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa
23
24
Ibid., hlm. 2.
Ibid., hlm. 26.
30
Berikut ini adalah perbandingan pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran aktif:25
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Aktif
Berpusat pada guru
Berpusat pada peserta didik
Penekanan pada menerima pengetahuan
Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan
Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua indera Memberdayakan semua indera dan
dan potensi anak didik
potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan
Menggunakan banyak media
Tidak
perlu
disesuaikan
pengetahuan yang sudah ada.
dengan Disesuaikan
dengan
pengetahuan
yang sudah ada
E. Tipe Lecture Bingo
Lecture bingo (pengajaran ala permainan bingo) ini adalah
pembelajaran berbentuk permainan dengan sebuah kartu berbentuk persegi
terdiri dari 25 sel dalam matrik 5 kali 5 dan berisikan jawaban-jawaban dari
kartu soal yang disediakan. Titik tekan dalam permainan ini adalah
membentuk garis mendatar, tegak, atau diagonal. Kemenangan dalam
permainan diperoleh dari terbentuknya garis mendatar, tegak, maupun
diagonal.26
25
Ahmad Sugandi dan Haryanto, Teori Pembelajaran (Semarang: UPT MKK UNNES,
2004), hlm. 6.
26
Melvin L. Silberman, op. cit., hlm. 256.
31
Penerapan active learning tipe lecture bingo :
1. Menciptakan suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dan
menekankan poin-poin kunci dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
yang jelas serta memberikan motivasi.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari lima siswa.
3. Guru memberi pengarahan atau penjelasan tentang permainan yang akan
diberikan.
4. Guru memberikan kartu bingo dan kartu soal pada masing-masing
kelompok.
5. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal dan memilih jawaban pada
kartu bingo dengan cara menyilang salah satu sel yang berisi jawaban.
6. Guru memantau pekerjaan siswa dengan memberikan motivasi dan
penguatan agar siswa lebih aktif.
7. Apabila siswa mencapai lima jawaban dengan benar dalam satu baris
(horizontal, vertical, atau diagonal) peserta diminta meneriakkan
“BINGO”.
8. Guru menjelaskan atau menyempurnakan pelajaran yang disampaikan dan
meminta siswa melanjutkan permainan sampai semua sel pada kartu
bingo terisi.
9. Setelah semua selesai guru dapat memberikan ulangan kepada siswa
secara mandiri.
F. Kajian Materi Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah rukun Islam yang ketiga yang harus ditunaikan oleh
seorang Muslim yang sudah memenuhi syarat. Islam ditegakkan atas lima
dasar yang harus dijalankan setiap muslim. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: ”Islam dibangun atas lima dasar, yaitu: 1) Dua kalimat syahadat,
bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, 2) Mendirikan shalat (lima waktu), 3)
32
Membayar zakat, 4) Berpuasa pada bulan Ramadhan, 5) Pergi haji jika
mampu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)27
Zakat dari segi bahasa berarti “bersih”, “suci”, “subur”, “berkat”
dan “berkembang”. Pengertian “bersih” dan “suci” dalam istilah zakat
ialah membersihkan harta dan membersihkan diri orang kaya daripada
bersifat kedekut dan bakhil. Dalam arti yang lain ialah membersihkan diri
daripada sifat dengki dan dendam terhadap orang kaya. Zakat dari segi
syarak pula ialah mengeluarkan sebahagian harta tertentu diberikan kepada
asnaf-asnaf yang berhak menerimanya setelah memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan oleh syarak.28
Zakat (Bahasa Arab: ‫ ;ةاكز‬transliterasi: Zakah) adalah jumlah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat
merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam.29
2. Sejarah Zakat
Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada
awalnya, Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah
(pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari,
umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib
27
Tim Bina Karya Guru, Bina Fikih untuk Madrasah Ibtidaiyah kelas IV (Jakarta:
Erlangga, 2008), hal. 22.
28
Sulaiman Rasjid, op. cit., hlm. 192.
29
Ibid.
33
hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah
zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya
untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini,
zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa
pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai
jumlah zakat tersebut.
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan
didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu
adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka,
orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah mengatur
dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus
dibayarkan.
3. Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat
adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syaratsyarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji,
dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah.
Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat
manusia dimana pun.30
30
Ibid.
34
4. Jenis zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
a) Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,1 liter (2,5 kilogram)
makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.31
b) Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya
sendiri-sendiri.32
5. Hak Zakat
Yang berhak menerima zakat ada delapan pihak yang berhak menerima
zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60 yakni:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
31
Fakir : Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Miskin : Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil : Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu'allaf : Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
Hamba sahaya : Budak yang ingin memerdekakan dirinya
Gharimin : Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan
tidak sanggup untuk memenuhinya.
Fisabilillah : Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah,
perang, dan sebagainya)
Ibnus Sabil : Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.33
Abdul Rokhim, op. cit., hlm. 45.
Ibid., hlm. 52.
33
Ibid., hlm. 47.
32
35
Adapun yang tidak berhak menerima
Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari
tuannya.
c) Keturunan Rasulullah (ahlul bait).
d) Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak
dan istri.34
a)
b)
6. Faedah Zakat
a) Faedah agama (Diniyyah)
1) Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun
Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat.
2) Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya
yang memuat beberapa macam ketaatan.
3) Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba
dan menyuburkan sedekah" (QS: Al-Baqarah: 276). Dalam sebuah
hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam"
juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan
ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
4) Zakat merupakan sarana penghapus dosa.35
b) Faedah akhlak (Khuluqiyah)
1) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada
kepada pribadi pembayar zakat.
2) Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih)
dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
3) Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat
baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan
menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya.
4) Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
5) Menjadi Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.36
34
Ibid., hlm. 65.
Sulaiman Rasjid, op. cit., hlm. 205.
36
Ibid., hlm. 206.
35
36
c) Faedah kesosialan (Ijtimaiyyah)
1) Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat
hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas
sebagian besar negara di dunia.
2) Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan
mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok
penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
3) Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa
dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat
bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi
menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat
bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang
demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan
kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara
si kaya dan si miskin.
4) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas
berkahnya akan melimpah.
5) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau
uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan
meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.37
7. Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
a) Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan
mereka yang miskin.
b) Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan
da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat
Allah SWT.
c) Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
d) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
e) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
f) Untuk pengembangan potensi ummat
g) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
h) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.38
37
38
Ibid.., hlm. 207.
Tim Bina Karya Guru, op. cit., hlm. 4.
37
G. Kerangka Berfikir
Model pembelajaran Active Learning tipe Lecture Bingo peneliti rasa
sangat sesuai jika digunakan dalam menyampaikan materi pokok zakat,
karena melihat kelebihan-kelebihan model pembelajaran aktif yang terdapat
dalam metode pembelajaran Lecture Bingo yakni dapat melatih kemampuan
bekerja sama, karena membagi peserta didik menjadi berkelompok sehingga
dengan peserta didik berkelompok hampir tidak mungkin bahwa salah satu
peserta didik akan diabaikan dan sulit juga bagi peserta didik untuk tidak
aktif, melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain, peningkatan
daya ingat terhadap materi yang dipelajari, melatih rasa peduli dan kerelaan
untuk berbagi, meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain,
meningkatkan motivasi dan suasana belajar serta kecepatan dan hasil belajar
dapat lebih meningkat.
Materi zakat memungkinkan peserta didik untuk dapat melaksanakan
proses pembelajaran yang aktif. Peserta didik dapat mengungkapkan
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari sehingga
peserta didik dapat menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan zakat.
Melalui penerapan model pembelajaran active learning tipe Lecture Bingo
pada materi pokok zakat ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam proses
pembelajaran fiqih untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dalam
siklus I maupun dalam siklus II sehingga tujuan pembelajaran fiqih dapat
tercapai secara maksimal.
38
H. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini ingin dibuktikan hipotesis: Dengan penerapan
model pembelajaran active learning tipe lecture bingo, maka perubahan
tingkah laku (menyangkut kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik)
para siswa yang menyertai kecakapan berpikir kritis pada pokok bahasan
zakat di kelas IV MI Yosorejo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran 2012/2013 akan meningkat.
Download