Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik

advertisement
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
R
ng
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH
AGUNG
gu
memeriksa dan mengadili perkara permohonan Hak Uji Materiil terhadap
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 269/Menkes/Per/III/2008, tentang Rekam
A
Medis Terhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Pasal 47 Tentang
YOHAN
CHANDRA,
ub
lik
putusan sebagai berikut dalam perkara antara :
laki-laki,
61
Tahun,
kewarganegaraan
Indonesia, beralamat di Jalan Undaan Wetan V, No. 4, Surabaya;
am
ah
Praktek Kedokteran pada tingkat pertama dan terakhir telah mengambil
Selanjutnya disebut Pemohon;
Melawan
ep
ah
k
MENTERI KESEHATAN, berkedudukan di Jalan HR. Rasuna Said
In
do
ne
si
kuasa kepada :
R
Blok X5, Kav. No. 4-9, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan
1. BUDI SAMPURNA;
A
gu
ng
2. NETTY T. PAKPAHAN, SH.,MH;
3. BONAR SIANTURI, SH., MH ;
4. RAHMAT, SH;
5. HISAR MARUDUT, SH.,MH
6. NOVICA MUTIARA, SH;
lik
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, beralamat di Jalan.
HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. No. 4-9, Jakarta, berdasarkan Surat
Selanjutnya disebut Termohon;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
ub
Kuasa Khusus No. HK/MENKES/866/IV/2011 tanggal 28 April 2011;
ep
ka
m
ah
kesemuanya Pegawai Negeri Sipil pada Biro Hukum dan Organisasi
TENTANG DUDUK PERKARA
R
Menimbang, bahwa Pemohon didalam surat permohonanya tertanggal
es
06 April 2011 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung RI pada tanggal
on
Hal. 1 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
13 April 2011 dan didaftar dibawah Register No. 21 P/HUM/2011 telah
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
PUTUSAN
Nomor : 21 P/HUM/ 2011
Halaman 1
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
mengajukan permohonan Hak Uji Materiil dengan alasan-alasan pada
R
pokoknya atas dalil sebagai berikut :
ng
1. Bahwa tahun 2006 setelah menjalani Operasi, Pemohon atas Hak-
haknya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun
2004, pasal 47 tentang Praktek Kedokteran, meminta Isi Rekaman
gu
Medis, namun ditolak oleh pihak rumah sakit WILLIAM BOOTH
A
Surabaya dengan alasan yang bisa diberikan hanyalah dalam bentuk :
Resume Medis, merujuk Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/
Per/III/2008, tersebut;
ub
lik
ah
2. Bahwa Pemohon berkeberatan atas hak-haknya yang sudah cukup jelas
diatur dipasal 47 itu dipelesetkan sedemikian rupa oleh Peraturan
am
Menteri Kesehatan sehingga sangat merugikan Pemohon terhadap
kinerja Dokter yang melakukan Kejahatan sehingga tidak bisa dituntut
secara pidana di Republik ini;
ah
k
ep
3. Bahwa Pemohon terpaksa mengajukan Surat Pengaduannya kepada Ibu
Menteri Kesehatan di Jakarta agar setidak-tidaknya Pemohon bisa
In
do
ne
si
R
diberikan Surat Rekomendasi untuk bisa mendapatkan Isi Rekaman
Medis yang sangat dibutuhkan itu, namun selama ini Surat Pengaduan
A
gu
ng
tersebut tidak di tanggapi sebagai mana mestinya termasuk Kebutuhan
mendapat Informasi tentang “batasan sampai berapa tahun terhadap
document berupa Isi Rekaman Medis, dan lain berhak dimusnahkan oleh
pihak Rumah Sakit, belum terjawab juga;
4. Bahwa Pemohon sudah mengajukan beberapa alasan didalam suratnya
kepada Yth. Ibu Menteri/Termohon antara lain:
lik
ah
4.1. Bahwa Resume Medis yang diterima isinya sangat mendasar dan sarat
dengan nuansa kerja sama saling melindungi diantara Direktur Rumah
ub
apalagi Resume dimaksud adalah merupakan Kesimpulan semata yang
dipastikan di Rekayasa oleh Direktur Rumah Sakit tersebut;
ep
4.2. Bahwa dipihak Kepolisian mengalami Kesulitan melakukan Penyidikan
dari Laporan Masyarakat korban Malpraktek karena minimnya bukti
pendukung/tidak
didapatnya
R
ah
ka
m
Sakit adalah seorang Dokter juga dengan Dokter yang bermasalah,
Isi
Rekaman
Medis
yang
sangat
es
M
dibutuhkan untuk mengungkapkan kejahatan malpraktek, sehingga
on
In
d
A
gu
ng
tidak dapat ditindak lanjuti;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Profesional tanpa adanya Intervensi/Kesimpulan yang didapat dari
ng
Rumah Sakit tersebut;
4.4. Bahwa dengan didapatnya Isi Rekaman Medis/document satu-satunya
itu dipastikan akan membongkar kasus pidana yang merugikan setiap
gu
korban Malpraktek bahkan tidak menutup kemungkinan terhadap pihak
Rumah Sakit tersebut juga akan terlibat dalam kasus ini;
A
4.5. Bahwa
apabila
setiap
pasien
korban
Malpraktek
tidak
bisa
mendapatkan Isi Rekaman Medis maka terlindungi sudah selamanya
ub
lik
ah
bagi setiap Dokter yang melakukan kejahatan dari jeratan hukum
karena adanya diterbitkan peraturan Menteri Kesehatan No. 269/
am
Menkes/Per/III/2008,
tentang
menyesatkan dan meresahkan;
Rekaman
Medis,
yang
sangat
4.6. Bahwa apa artinya document Isi Rekaman Medis harus disimpan oleh
ah
k
ep
pihak rumah sakit dan tidak boleh diserahkan kepada pasien yang
membutuhkan akan tetapi pada kurun waktu yang ditentukan dari pihak
In
do
ne
si
R
Rumah Sakit ber-HAK memusnahkan document tersebut, ini berarti
bahwa Peraturan Menteri Kesehatan ini bertujuan untuk melindungi
A
gu
ng
setiap keberadaan Rumah Sakit dan Dokternya dari jerat Hukum;
Oleh sebab itu sangat penting bagi Pemohon menanyakan/menginfor-
masikan kepada pihak Termohon, sampai berapa tahun lamanya dipihak
Rumah Sakit ber-HAK memusnahkan document tersebut namun sampai hari
ini dari pihak Termohon tidak juga mau/bersedia memberikan informasinya,
hal
ini
menyangkut
adanya
Pelanggaran
terhadap
KETERBUKAAN
lik
ah
INFORMASI PUBLIK harusnya ada sanksi dari Ketua Mahkamah Agung
menindaknya;
ub
Termohon di Jakarta telah mendapatkan penjelasan dari Staf-nya bahwa
kejadian seperti Pemohon ini sudah banyak diterima keluhan dan
Pengaduannya
menyebabkan
banyak
korban
ep
ka
m
5. Bahwa Pemohon sudah 2 (dua) kali dari Surabaya mendatangi kantor
Malpraktek
mengalami
kesulitan dalam pengaduannya di Kepolisian setempat dikarenakan tidak
R
diberikan Isi Rekaman Medis yang dibutuhkan oleh Termohon;
es
Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas Pemohon mohon kepada
on
Hal. 3 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk memutuskan sebagai berikut :
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
4.3. Bahwa dipihak Penyidik harusnya Bebas menyimpulkan sendiri secara
Halaman 3
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
Terhadap Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
R
Rekam Medis, Pasal 12 Huruf c dan Huruf d, yang menyatakan :
ng
c). Isi Rekaman Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Resume Rekaman Medis, dan
d). Ringkasan Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
gu
seterusnya;
dinyatakan DICABUT
A
atau : bila Yth. Bapak Ketua Mahkamah Agung berpendapat lain, mohon
ub
lik
MAHA ESA;
Menimbang, bahwa permohonan keberatan Hak Uji Materiil tersebut telah
disampaikan kepada Termohon dan telah diajukan jawaban tertanggal 2 Mei
2011, dengan dalil-dalil pada pokoknya sebagai berikut :
Sebelum Termohon menjawab Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil
terhadap Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MENKES/PER/111/2008
ep
ah
k
am
ah
memberi Putusan yang Adil dan Bijaksana berdasarkan KETUHANAN YANG
tentang Rekam Medis terhadap Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun
In
do
ne
si
R
2004 Tentang Praktik Kedokteran, terlebih dahulu Termohon menyatakan
menolak seluruh dalil/alasan permohonan Pemohon, kecuali yang secara tegas
A
gu
ng
diakui kebenarannya oleh Termohon di dalam JAWABAN ini;
Sebelum Termohon menanggapi pokok permohonan Pemohon,
Termohon terlebih dahulu akan mengemukakan hal-hal di luar pokok
permohonan Pemohon sebagai berikut :
A. DALAM EKSEPSI
Permohonan Yang Diajukan Termohon Telah Daluwarsa/Lewat Waktu.
lik
ah
1. Bahwa Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1
Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil menyebutkan "Permohonan
sejak
ditetapkan
ub
hari
peraturan
bersangkutan";
perundang-undangan
yang
ep
2. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269 / MENKES / PER /
III /2008 tentang Rekam Medis ditetapkan pada tanggal 12 Maret 2008
ah
ka
m
keberatan diajukan dalam tenggang waktu 180 (seratus delapan puluh)
R
sedangkan permohonan a quo baru diajukan oleh Pemohon pada
es
M
tanggal 6 April 2011, dan diterima oleh Termohon pada tanggal 18
on
In
d
A
gu
ng
April 2011;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
3. Bahwa jelas Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil baru diajukan
R
oleh Pemohon setelah lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
ng
Peraturan Menteri Kesehatan a quo ditetapkan, sehingga tenggang
waktu yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung RI untuk mengajukan
Permohonan Hak Uji Materiil telah terlampaui;
gu
4. Bahwa mengenai daluwarsa ini juga telah diatur secara tegas dalam
A
Pasal 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, "Daluwarsa adalah
suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu
perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat
ub
lik
ah
yang ditentukan oleh Undang-undang" dan dalam Pasal 1951 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi "Pada setiap tingkat
am
pemeriksaan perkara, dapat diajukan adanya lewat waktu, bahkan pada
tingkat banding pun";
ep
Untuk itu cukup beralasan bagi Majelis Hakim Agung untuk tidak
telah daluwarsa;
R
B. DALAM POKOK PERMOHONAN
In
do
ne
si
ah
k
menerima permohonan a quo karena permohonan yang diajukan
Adapun Jawaban/Tanggapan Termohon mengenai Pokok Permohonan
A
gu
ng
adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan
dari
Perspektif
Filosofis
dan
Sosiologis
terhadap
keberadaan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/
III/2008 Tentang Rekam Medis, yaitu sebagai berikut :
a. Bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
lik
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana
1945;
ub
dimaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar Negara RI
b. Bahwa kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia harus diwujudkan dalam
pemberian
berbagai
upaya
kesehatan
ep
bentuk
kepada
seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
R
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat;
es
c. Bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari
M
on
Hal. 5 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Halaman 5
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang
mutunya
melalui
ng
ditingkatkan
R
tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus
berkelanjutan,
sertifikasi,
pendidikan
registrasi,
dan
lisensi,
pelatihan.
serta
yang
pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran
gu
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
A
d. Bahwa pembangunan bidang kesehatan pada prinsipnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
ub
lik
ah
salah satu unsur kesejahteraan. Dokter dan dokter gigi sebagai salah
satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat
am
mempunyai peran sangat penting karena terkait langsung dalam
pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan;
ep
e. Bahwa berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan
ah
k
dokter gigi, maraknya tuntutan hukum yang diajukan masyarakat dewasa
ini seringkali diidentikkan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang
In
do
ne
si
R
dilakukan dokter dan dokter gigi. Sebaliknya apabila tindakan medis
yang dilakukan dapat berhasil, dianggap berlebihan, padahal dokter dan
A
gu
ng
dokter gigi dengan perangkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimilikinya hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan
penerapan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi tidak selalu identik
dengan kegagalan dalam tindakan;
f. Bahwa berbagai upaya hukum yang dilakukan dalam memberikan
perlindungan
kepada
masyarakat
sebagai
penerima
lik
ah
pelayanan, dokter dan dokter gigi sebagai pemberi pelayanan telah
banyak dilakukan, akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
perkembangan
hukum.
ub
m
kedokteran yang berkembang sangat cepat tidak seimbang dengan
Perangkat
hukum
yang
mengatur
ka
penyelenggaraan praktik kedokteran dan kedokteran gigi dirasakan
ep
belum memadai, selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan
kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi masih sangat kurang;
R
g. Bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan
es
hukum, untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan
M
on
In
d
A
gu
ng
hukum serta menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
menyeluruh
Halaman 6
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
penyelenggaraan praktik kedokteran agar dapat berjalan sesuai dengan
R
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu diatur
ng
praktik kedokteran dalam suatu undang-undang. Untuk itu, perlu
dibentuk Undang-Undang Tentang Praktik Kedokteran;
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
gu
Tentang Rekam Medis Merupakan Amanah atau Pelaksanaan dari
A
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran terdapat beberapa ketentuan yang berhubungan dengan
ub
lik
ah
penyelenggaraan rekam medis, yaitu tentang standar pelayanan,
persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis, rahasia kedokteran,
am
kendali mutu dan kendali biaya;
Dibawah ini adalah ketentuan tersebut :
a. Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa dokter dan dokter gigi dalam
ah
k
ep
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan
kedokteran dan kedokteran gigi;
In
do
ne
si
R
b. Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran dan
kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan
A
gu
ng
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan;
c. Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis;
d. Pasal 46 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
lik
e. Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
memberikan
langsung
kepada
pasien.
Apabila
dalam
ka
pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik,
ep
kewajiban membubuhi tandatangan dapat diganti dengan menggunakan
nomor identitas pribadi (personal identification number);
R
f. Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana
es
dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh
M
on
Hal. 7 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan;
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
pelayanan
ub
petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang
m
ah
menerima pelayanan kesehatan;
Halaman 7
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
g. Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan
R
sebagaimana dimaksud pads ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis,
ng
dengan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan audit medis adalah
upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
gu
dilaksanakan oleh profesi medis;
h. Pasal 79 menyatakan bahwa dapat dipidana dengan pidana kurungan
A
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja
(1);
ub
lik
ah
tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
am
Memang masih banyak ketentuan hukum lain di dalam UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 di bidang pelayanan rekam medik
yang juga penting, namun uraian diatas sangat berkaitan dengan
ah
k
ep
kelengkapan rekam medis;
Namun, perlu Termohon sampaikan bahwa untuk pelaksanaan
In
do
ne
si
R
amanah Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, telah diatur penyelenggaraan rekam medis dengan
A
gu
ng
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Rekam Medis. Di bawah ini uraian ketentuan tersebut :
a. Pasal 1 angka 1 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
Pasal 1 angka 3 sarana pelayanan kesehatan adalah tempat
upaya
pelayanan
kesehatan
yang
dapat
lik
penyelenggaraan
digunakan untuk praktek kedokteran atau kedokteran gigi;
c.
Pasal 1 angka 5 pasien adalah setiap orang yang melakukan
ub
m
ah
b.
konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan
ka
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
ah
d.
ep
langsung kepada dokter atau dokter gigi;
Pasal 2 ayat (1) rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap
Pasal 3 ayat (2) isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan
es
M
e.
R
dan jelas atau secara elektronik;
on
In
d
A
gu
ng
perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat :
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
1. identitas pasien;
R
2. tanggal dan waktu;
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ng
3. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
4. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
gu
5. diagnosa;
6. rencana penatalaksanaan;
A
7. pengobatan dan/atau tindakan;
8. persetujuan tindakan bila diperlukan;
ub
lik
ah
9. catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
10. ringkasan pulang;
am
11. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
12. pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
ep
ah
k
13. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ondotogram klinik;
f.
Pasal 4 ayat (1) ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal
In
do
ne
si
R
3 ayat (2) harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan
perawatan pasien;
Pasal 4 ayat (2) isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada
A
gu
ng
g.
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :
1. identitas pasien;
2. diagnosa masuk dan indikasi pasien dirawat;
3. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan tindak lanjut; dan
lik
pelayanan kesehatan;
Pasal 8 ayat (1) rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit
ub
h.
m
ah
4. nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima)
terhitung
dari
dipulangkan;
terakhir
pasien
berobat
atau
Pasal 8 ayat (2) setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
R
ah
i.
tanggal
ep
ka
tahun
dilampaui,
rekam
medis
dapat
es
M
dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
on
Hal. 9 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
medik;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
putusan.mahkamahagung.go.id
Pasal 8 ayat (3) ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik
In
do
ne
si
a
j.
R
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka
ng
waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya
ringkasan tersebut;
k.
Pasal 10 ayat (1) informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat
gu
penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien
harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga
A
kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan;
Pasal 10 ayat (2) informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat
ub
lik
ah
I.
penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat
am
dibuka dalam hal:
1. Untuk kepentingan kesehatan pasien;
2. Memenuhi
permintaan
aparat
penegak
hukum
dalam
rangka
ah
k
ep
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
3. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
In
do
ne
si
undangan; dan
R
4. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
A
gu
ng
5. Untuk kepentingan peneliti, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien.
m. Pasal 10 ayat (3) permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan
sarana pelayanan kesehatan;
n. Pasal 12 ayat (1) berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan;
lik
ah
o. Pasal 12 ayat (2) isi rekam medis merupakan milik pasien;
ub
dalam bentuk ringkasan rekam medis;
q. Pasal 12 ayat (4) ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang
diberikan kuasa atau atas persetujuan tertulis atau keluarga pasien yang
ep
ka
m
p. Pasal 12 ayat (3) isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak untuk itu;
R
r. Pasal 14 mengatur bahwa pimpinan sarana pelayanan kesehatan
es
bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan
on
In
d
A
gu
ng
oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis;
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 10
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
Terhadap uraian angka 2 tersebut di atas, bahwa ditetapkannya
R
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 jelas
ng
merupakan amanah dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran, sehingga Termohon dalam hal ini
telah melaksanakan
apa yang diamanahkan oleh Undang-Undang
gu
Nomor 29 Tahun 2004;
A
Oleh
karena
itu, sebagaimana
dikemukakan
Pemohon
bahwa
diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/
III/2008 bertujuan untuk melindungi dokter, dokter gigi dan sarana
ub
lik
ah
pelayanan kesehatan dalam melakukan kejahatan malpraktek, harus
ditolak dan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 oleh Termohon bertujuan
am
untuk memperjelas maksud dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004, sehingga baik pasien, dokter, dokter gigi maupun sarana
pelayanan kesehatan dapat terlindungi kepentingan hukumnya dengan
ah
k
ep
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/ Per/
III/2008 tersebut terkait dengan pelayanan kesehatan;
In
do
ne
si
R
3. Isi Pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/
Per/III/2008 tidak bertentangan dengan Pasal 47 Undang-Undang
A
gu
ng
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
•
Rekam Medis digunakan di dalamnya terdapat segala catatan
tentang tindakan, pelayanan, terapi, waktu terapi, tanda tangan
dokter yang merawat , tanda tangan pasien yang bersangkutan,
dan lain-lain. Dengan kata lain Rekam Medis dapat memberikan
lik
fasilitas pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga kesehatan yang
berwenang. Berkas rekam medis juga menyediakan data untuk
membantu melindungi kepentingan hukum pasien, dokter dan
ub
m
ah
gambaran tentang standar mutu pelayanan yang diberikan oleh
penyedia fasilitas pelayanan kesehatan;
ka
Berdasarkan uraian tersebut diatas, jelas dan tegas bahwa isi pasal
ep
12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/ Per/III/2008
ah
Tentang Rekam Medis tidak bertentangan dengan Pasal 47 Undang-
R
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
es
M
Di dalam pelaksanaan penerapan Peraturan Menteri Kesehatan RI
on
Hal. 11 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
No. 269/Menkes/Per/III/2008 memang ada penafsiran tentang
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
maksud yang terkandung di dalam Pasal 12 ayat (3) yang
R
menyatakan bahwa isi rekam medis dalam bentuk ringkasan yang
ng
dimaksud di dalam Pasal 12 ayat (3) telah diuraikan dengan jelas
sebagaimana dimaksud didalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008;
gu
- Berdasarkan
ketentuan
yang
ada
dalam
Peraturan
Menteri
A
Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 maupun dalam UndangUndang Nomor 29 Tentang Praktik Kedokteran sebagai acuan
khususnya dalam hal Rekam Medis, maka sebenarnya tidak di
ub
lik
ah
temukan inkonsistensi maupun pertentangan antara Peraturan
menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 dengan Undang-
am
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Kewajiban untuk membuat rekam medis, mendokumentasikan dan
memberikan salinan rekam medis kepada pasien dan atau keluarga
ah
k
ep
telah secara tegas dan jelas diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2)
serta Pasal 12 Peraturan menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/
In
do
ne
si
R
Per/III/2008. Ini merupakan amanat dari Pasal 47 ayat (3) UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
A
gu
ng
“Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri”;
- Bahwa dalil Pemohon dalam permohonannya halaman 1 yang
menyatakan, “...sudah cukup jelas diatur dalam Pasal 47 itu
dipelesetkan sedemikian rupa oleh Permenkes...” adalah tidak
beralasan secara hukum sehingga sangat merugikan Termohon
lik
dapat dituntut secara pidana sesuai hukum yang berlaku di
Indonesia. Telah tegas dalam Pasal 12 huruf d Peraturan Menteri
ub
m
ah
terhadap kinerja dokter yang melakukan awal praktek sehingga tidak
Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/111/2008 bahwa "Ringkasan
ka
Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,
ep
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau
ah
atas persetujuan pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk
R
itu", maka interpretasi ataupun penafsiran gramatikal maupun
es
M
penafsiran yuridis adalah bahwa pasien berhak untuk mendapat
on
In
d
A
gu
ng
rekam medis dengan cara : diberi, mencatat, atau mengcopy
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 12
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
Ringkasan Rekam Medis. Kata "Ringkasan" ini tentu saja tidak perlu
R
diartikan secara negatif sebagai pembatasan dan pengurangan
hak pasien, namun sebaliknya bilamana pasien
ng
(mereduksi)
menghendaki, maka pasien dijamin penuh untuk mengakses
"seluruh" isi dokumen rekam medis pasien sejak masuk hingga
gu
meninggalkan rumah sakit;
A
Terhadap terminologi "Ringkasan/Resume" tersebut pun
lebih ditekankan kepada keperluan "penyederhanaan"
bahasa isi dokumen rekam medis, yang biasanya
ub
lik
ah
menggunakan bahasa kedokteran yang kemungkinan
akan sulit dipahami oleh pasien awam, ke dalam
am
bahasa
yang
maupun
lebih
mudah
keluarga,
dalam
sebagai
hal
oleh
pasien
second
pasien
hendak
opinion
atau
ep
menggunakannya
dipahami
ah
k
keperluan lainnya;
Dalam hal tertentu pun rekam medis boleh dibuka
A
gu
ng
269/Menkes/Per/111/2008
a
guna
quo
In
do
ne
si
R
sesuai Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
keperluan
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat
bukti
dalam
pendidikan
proses
dan
penegakan
penelitian,
hukum,
keperluan
dasar biaya pembayar
kesehatan dan data statistik kesehatan. Bahkan saat ini
dapat digunakan untuk keperluan asuransi;
lik
dengan apa yang disebut dengan "Ringkasan Pulang"
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/111/2008;
ub
m
ah
Tentu saja Ringkasan Rekam Medis ini harus dibedakan
Atas dasar aturan hukum ini maka Termohon menolak
Kesehatan
RI
ep
ka
dalil Pemohon yang menyatakan Peraturan Menteri
No.
269/Menkes/
Per/III/2008
justru
R
ah
memelesetkan UU Praktik Kedokteran;
es
Bahwa atas dalil permintaan Pemohon agar Pasal 12 ayat (3) dan
ng
M
ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/
on
Hal. 13 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
III/2008 dicabut justru merupakan permintaan yang kontraproduktif
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 13
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
dan justru akan mengeliminir hak pasien sendiri untuk mendapatkan
R
rekam medis, karena berarti akan menghilangkan seluruh Pasal 12
ng
karena tidak mungkin untuk menghilangkan sebagian saja dari Pasal
12 karena akan menghilangkan substansi isi pasal dan karena isi
merupakan suatu rangkaian utuh dengan ayat (1) dan ayat (2) Pasal
gu
12 tersebut;
A
Terhadap dalil "batasan sampai berapa tahun terhadap dokumen
berupa isi rekam medis, dan lain berhak dimusnahkan oleh pihak
rumah sakit" vide Permohonan PEMOHON halaman 1 angka 3 maka
ub
lik
ah
hal ini pun telah diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Permenkes.
Terhadap dalil Pemohon dalam halaman 2 angka 4) - 6, "apa artinya
am
dokumen isi rekaman medis harus disimpan oleh pihak rumah sakit
dan tidak boleh diserahkan kepada pasien ini berarti bahwa
Permenkes, ini bertujuan untuk melindungi tiap keberadaan rumah
ah
k
ep
sakit dan dokternya dari jerat hukum", adalah sangat tendensius dan
subjektif. Hal ini kiranya masih dapat dimaklumi karena terbatasnya
In
do
ne
si
R
pengetahuan Pemohon terhadap pentingnya dokumen rekam medis
untuk tetap disimpan di rumah sakit yang berkompeten dan
A
gu
ng
diperlakukan sebagai dokumen rahasia. Bahwa kiranya perlu
disampaikan disini alasan hukum terhadap aturan ini adalah demi
perlindungan
terhadap
kemungkinan
hilang,
perubahan
data/
pemalsuan data riwayat penanganan pasien yang tentu saja akan
berakibat fatal bagi penanganan pasien itu sendiri di masa
lik
- Selanjutnya, dalil Pemohon pada halaman 2 angka 4).-2 sampai
dengan angka 4).-3 menyatakan sebagai berikut :
Angka 4) – 2:
ub
m
ah
mendatang jika hal tersebut tidak dilindungi secara hukum;
"di pihak Kepolisian mengalami kesulitan melakukan penyidikan
ka
dari Laporan Masyarakat korban malpraktek karena minimnya
ah
dibutuhkan
untuk
ep
bukti pendukung/tidak didapatnya isi rekam medis yang sangat
mengungkapkan
kejahatan
malpraktek,
es
on
In
d
A
gu
ng
M
Angka 4) – 3:
R
sehingga tidak dapat ditindaklanjuti;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
Dipihak Penyidik harusnya Bebas menyimpulkan sendiri secara
R
Profesional tanpa adanya Intervensi/kesimpulan yang didapat dari
ng
rumah sakit tersebut;
Bahwa dari dalil permohonan tersebut jelas dapat disimpulkan
menurut Pemohon, karena isi rekam medis tidak dapat diminta
gu
dari pihak rumah sakit mengakibatkan pihak penyidik tidak dapat
mengungkap terjadinya kejahatan malpraktek;
A
Bahwa dalil tersebut keliru karena untuk kepentingan penyidikan
sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/
ub
lik
ah
Menkes/Per/III/2008 yang diajukan Hak Uji Materiil tersebut.
Pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes a quo menyatakan:
am
"pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti
dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
ah
k
kedokteran gigi".
ep
kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika
Dalam Pasal ini jelas bahwa untuk kepentingan penegakan
In
do
ne
si
R
hukum (termasuk keperluan penyidikan oleh POLRI), pihak
penyidik boleh meminta rekam medis kepada pihak rumah sakit.
A
gu
ng
Dengan demikian Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/
Menkes/Per/III/2008 ini tidak membatasi hanya pada ringkasan
rekam medisnya, melainkan juga boleh meminta isi rekam medis
bahkan dokumen rekam medis sekalipun;
Oleh karena tidak dapat terungkapnya dugaan kejahatan
malpraktek sebagaimana dituduhkan oleh Pemohon bukan
lik
ah
karena adanya Pasal 12 Permenkes a quo, tetapi itu sudah
merupakan tugas dan wewenang pihak yang berwajib;
"Penyidik
berwenang
ub
m
Dalam Pasal 42 ayat (1) KUHAP disebutkan :
memerintahkan
kepada
orang
yang
ka
menguasai benda yang dapat disita, menyerahkan benda
ep
tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan...";
ah
Sedangkan dalam Pasal 39 ayat (1) huruf b KUHAP disebutkan
R
bahwa yang dapat dikenakan penyitaan adalah benda lain yang
es
M
mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
on
Hal. 15 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
In
d
A
gu
ng
dilakukan, dengan memperhatikan Pasal 43 KUHAP. Lebih lanjut
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 15
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang
R
Kepolisian RI disebutkan:
ng
"Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian RI
berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
gu
Dalil Pemohon yang menyatakan "adanya Pelanggaran terhadap
A
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK harusnya ada sanksi dari
Ketua Mahkamah Agung menindaknya." Dapat ditanggapi sebagai
berikut:
ub
lik
ah
Permasalahan utama yang diuji adalah apakah benar telah terjadi
inkonsistensi antara Permenkes dan aturan yang lebih tinggi dalam
am
hal ini UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran seperti
di dalilkan Pemohon dalam Permohonannya. Sementara terhadap
Keterbukaan Informasi Publik harus diabaikan karena jelas-jelas
ah
k
ep
tidak ada relevansinya dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, rekam medis tidak termasuk
bahwa
untuk
mendukung
dalil-dalil
A
gu
ng
Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat sebagai berikut :
In
do
ne
si
Menimbang,
R
informasi yang diatur dalam ruang lingkup ketentuan tersebut;
permohonannya
1. Fotocopy Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/
MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis Menteri Kesehatan
Republik Indonesia;
2. Surat Sekretaris Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
tanggal
08
Desember
2010
tentang
lik
Permohonan Rekam Medis di RS William Booth Surabaya;
3. Surat Sekretaris Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
ub
HK.05.01/I.4/609/2011 tanggal 20 Januari 2011 tentang Permohonan
Surat persetujuan tindakan kedokteran dan isi rekam medis;
4. Surat Pengaduan dan Permohonan dari Pemohon yang ditujukan
ep
kepada Menteri Kesehatan tanggal 15 Januari 2011;
5. Surat permohonan untuk mendapatkan Surat Rekomendasi dari
2011;
on
In
d
A
gu
ng
es
R
Pemohon yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tanggal 27 Januari
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
ah
HK.05.01/I.4/6051/2010
Halaman 16
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
6. Surat Pengaduan dan Permohonan terhadap R.S. Williambooth Sby dari
R
Pemohon yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tanggal 09 Maret
ng
2011;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
gu
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah
A
sebagaimana yang di diuraikan diatas ;
Menimbang, bahwa yang menjadi obyek permohonan keberatan
Pasal 47 Tentang Praktik Kedokteran;
ub
lik
2008, tentang Rekam MedisTerhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan substansi permohonan
keberatan yang diajukan, maka terlebih dahulu perlu dipertimbangkan apakah
permohonan keberatan yang diajukan memenuhi persyaratan formal, yaitu
adanya kepentingan dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk
ep
ah
k
am
ah
Pemohon adalah Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 269/Menkes/Per/III/
mengajukan permohonan ;
In
do
ne
si
R
Menimbang, bahwa untuk mengetahui apakah Pemohon mempunyai
kepentingan dan kedudukan hukum (legal standing) maka dapat dinilai dari
A
gu
ng
hubungan hukum antara Pemohon dengan obyek permohonannya ;
Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya menyatakan
bahwa tahun 2006 setelah menjalani Operasi, Pemohon telah meminta Isi
Rekaman Medis, namun ditolak oleh pihak rumah sakit WILLIAM BOOTH
Surabaya dengan alasan yang bisa diberikan hanyalah dalam bentuk Resume
Medis, merujuk Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008, dan
lik
ah
sudah mengajukan surat pengaduan kepada Menteri Kesehatan di Jakarta agar
setidak-tidaknya Pemohon bisa diberikan Surat Rekomendasi untuk bisa
ub
Pengaduan tersebut tidak di tanggapi sebagai mana mestinya termasuk
Kebutuhan mendapat Informasi tentang
“batasan sampai berapa tahun
Menimbang,
bahwa
ep
terhadap dokumen berupa Isi Rekaman Medis atas dirinya.
berdasarkan
pertimbangan
diatas,
Pemohon
R
mempunyai kepentingan sedemikian rupa terhadap obyek permohonan
on
In
d
ng
gu
A
Hal. 17 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
es
keberatan Hak Uji Materiil. Oleh karena itu secara yuridis Pemohon mempunyai
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
mendapatkan Isi Rekaman Medis atas dirinya, namun selama ini Surat
Halaman 17
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
kualitas atau legal standing untuk mengajukan keberatan Hak Uji Materiil in
R
casu (Vide Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2011);
ng
Menimbang, bahwa karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil
terhadap obyek Hak Uji Materiil (bukti P-1) diajukan oleh pemohon yang
mempunyai kualitas (Legal Standing), maka permohonan a quo secara formil
gu
dan prosedural dapat diterima ;
Menimbang,
bahwa
selanjutnya
Mahkamah
Agung
akan
A
mempertimbangkan substansi materi permohonan keberatan Hak Uji Materiil
ub
lik
Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya pada pokoknya
menyatakan :
bahwa Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis telah bertentangan dengan Pasal 47 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran.
bahwa pada Pasal 47 Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun
ep
ah
k
am
ah
dari Pemohon;
2004 sudah cukup jelas diatur bahwa isi Rekam Medik adalah milik pasien akan
In
do
ne
si
R
tetapi dipelesetkan sedemikian rupa oleh Peraturan Menteri Kesehatan
sehingga sangat merugikan Pemohon terhadap kinerja Dokter yang melakukan
A
gu
ng
Kejahatan sehingga tidak bisa dituntut secara pidana di Republik ini;
bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/ Per/
III/2008 yang dapat diberikan kepada pasien hanyalah ringkasan rekam medis/
resume. Pada resume medis yang diterima isinya sangat mendasar dan sarat
dengan nuansa kerja sama saling melindungi diantara Direktur Rumah Sakit
adalah seorang Dokter juga dengan Dokter yang bermasalah, apalagi resume
lik
ah
dimaksud adalah merupakan kesimpulan semata yang dipastikan di Rekayasa
ub
Menimbang, bahwa setelah mempelajari permohonan keberatan Hak Uji
Materiil dari Pemohon dan jawaban dari Termohon, Mahkamah Agung
berpendapat bahwa Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/
ep
2008 tentang Rekam Medis, tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 47
Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik
R
Kedokteran. Karena Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/
In
d
on
ng
gu
A
es
2008 tersebut merupakan “Penjelasan” lebih lanjut dari ketentuan Pasal 47
M
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
ka
m
oleh Direktur Rumah Sakit tersebut;
Halaman 18
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
In
do
ne
si
a
Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
ng
Menimbang,
R
Kedokteran, dan Menteri kesehatan berwenang membuatnya ;
di
atas,
permohonan Hak Uji Materiil yang diajukan oleh para Pemohon
CHANDRA, tersebut harus ditolak ;
maka
: YOHAN
gu
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil
para Pemohon ditolak, maka para Pemohon dihukum membayar biaya perkara
Memperhatikan Undang-undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang
ub
lik
No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009,
Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01 Tahun 2011 serta peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan ;
MENGADILI
:
ep
ah
k
am
ah
A
ini ;
Menolak permohonan keberatan Hak Uji Materiil dari Pemohon : YOHAN
R
CHANDRA tersebut;
In
do
ne
si
Menghukum Pemohon Keberatan Hak Uji Materiil untuk membayar biaya
A
gu
ng
perkara sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011 oleh Prof. Dr. H. Ahmad
Sukardja, SH., MA. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Supandi, SH., M.Hum. dan Dr. H. Imam
Soebechi, SH., MH,
Hakim-hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta
lik
ah
Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Khairuddin Nasution, SH.
ub
Hakim-Hakim Anggota :
Ketua :
Ttd./Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH. MA.
ep
Ttd./Dr. H. Supandi, SH, M.Hum.
Ttd./ Dr. H. Imam Soebechi, SH. MH.
on
Hal. 19 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011
es
Panitera Pengganti :
In
d
A
gu
ng
M
R
ah
ka
m
Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 19
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
ng
R
In
do
ne
si
a
Ttd./Khairuddin Nasution, SH
Biaya-biaya :
6.000,-
2. Redaksi……………… Rp.
5.000,-
gu
1. Meterai………………. Rp.
3. Administrasi perkara.. Rp. 989.000,-
A
Jumlah…… Rp.1.000.000,===========
ub
lik
ah
Untuk Salinan
ah
k
ep
am
MAHKAMAH AGUNG - RI
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
es
on
In
d
A
gu
ng
M
R
ah
ep
ka
ub
m
lik
ah
A
gu
ng
In
do
ne
si
R
ASHADI, SH.
NIP : 220 000 754
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
Download