ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id R ng DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG gu memeriksa dan mengadili perkara permohonan Hak Uji Materiil terhadap Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 269/Menkes/Per/III/2008, tentang Rekam A Medis Terhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Pasal 47 Tentang YOHAN CHANDRA, ub lik putusan sebagai berikut dalam perkara antara : laki-laki, 61 Tahun, kewarganegaraan Indonesia, beralamat di Jalan Undaan Wetan V, No. 4, Surabaya; am ah Praktek Kedokteran pada tingkat pertama dan terakhir telah mengambil Selanjutnya disebut Pemohon; Melawan ep ah k MENTERI KESEHATAN, berkedudukan di Jalan HR. Rasuna Said In do ne si kuasa kepada : R Blok X5, Kav. No. 4-9, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan 1. BUDI SAMPURNA; A gu ng 2. NETTY T. PAKPAHAN, SH.,MH; 3. BONAR SIANTURI, SH., MH ; 4. RAHMAT, SH; 5. HISAR MARUDUT, SH.,MH 6. NOVICA MUTIARA, SH; lik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, beralamat di Jalan. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. No. 4-9, Jakarta, berdasarkan Surat Selanjutnya disebut Termohon; Mahkamah Agung tersebut; Membaca surat-surat yang bersangkutan; ub Kuasa Khusus No. HK/MENKES/866/IV/2011 tanggal 28 April 2011; ep ka m ah kesemuanya Pegawai Negeri Sipil pada Biro Hukum dan Organisasi TENTANG DUDUK PERKARA R Menimbang, bahwa Pemohon didalam surat permohonanya tertanggal es 06 April 2011 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung RI pada tanggal on Hal. 1 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng 13 April 2011 dan didaftar dibawah Register No. 21 P/HUM/2011 telah ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a PUTUSAN Nomor : 21 P/HUM/ 2011 Halaman 1 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a mengajukan permohonan Hak Uji Materiil dengan alasan-alasan pada R pokoknya atas dalil sebagai berikut : ng 1. Bahwa tahun 2006 setelah menjalani Operasi, Pemohon atas Hak- haknya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, pasal 47 tentang Praktek Kedokteran, meminta Isi Rekaman gu Medis, namun ditolak oleh pihak rumah sakit WILLIAM BOOTH A Surabaya dengan alasan yang bisa diberikan hanyalah dalam bentuk : Resume Medis, merujuk Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/ Per/III/2008, tersebut; ub lik ah 2. Bahwa Pemohon berkeberatan atas hak-haknya yang sudah cukup jelas diatur dipasal 47 itu dipelesetkan sedemikian rupa oleh Peraturan am Menteri Kesehatan sehingga sangat merugikan Pemohon terhadap kinerja Dokter yang melakukan Kejahatan sehingga tidak bisa dituntut secara pidana di Republik ini; ah k ep 3. Bahwa Pemohon terpaksa mengajukan Surat Pengaduannya kepada Ibu Menteri Kesehatan di Jakarta agar setidak-tidaknya Pemohon bisa In do ne si R diberikan Surat Rekomendasi untuk bisa mendapatkan Isi Rekaman Medis yang sangat dibutuhkan itu, namun selama ini Surat Pengaduan A gu ng tersebut tidak di tanggapi sebagai mana mestinya termasuk Kebutuhan mendapat Informasi tentang “batasan sampai berapa tahun terhadap document berupa Isi Rekaman Medis, dan lain berhak dimusnahkan oleh pihak Rumah Sakit, belum terjawab juga; 4. Bahwa Pemohon sudah mengajukan beberapa alasan didalam suratnya kepada Yth. Ibu Menteri/Termohon antara lain: lik ah 4.1. Bahwa Resume Medis yang diterima isinya sangat mendasar dan sarat dengan nuansa kerja sama saling melindungi diantara Direktur Rumah ub apalagi Resume dimaksud adalah merupakan Kesimpulan semata yang dipastikan di Rekayasa oleh Direktur Rumah Sakit tersebut; ep 4.2. Bahwa dipihak Kepolisian mengalami Kesulitan melakukan Penyidikan dari Laporan Masyarakat korban Malpraktek karena minimnya bukti pendukung/tidak didapatnya R ah ka m Sakit adalah seorang Dokter juga dengan Dokter yang bermasalah, Isi Rekaman Medis yang sangat es M dibutuhkan untuk mengungkapkan kejahatan malpraktek, sehingga on In d A gu ng tidak dapat ditindak lanjuti; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id R Profesional tanpa adanya Intervensi/Kesimpulan yang didapat dari ng Rumah Sakit tersebut; 4.4. Bahwa dengan didapatnya Isi Rekaman Medis/document satu-satunya itu dipastikan akan membongkar kasus pidana yang merugikan setiap gu korban Malpraktek bahkan tidak menutup kemungkinan terhadap pihak Rumah Sakit tersebut juga akan terlibat dalam kasus ini; A 4.5. Bahwa apabila setiap pasien korban Malpraktek tidak bisa mendapatkan Isi Rekaman Medis maka terlindungi sudah selamanya ub lik ah bagi setiap Dokter yang melakukan kejahatan dari jeratan hukum karena adanya diterbitkan peraturan Menteri Kesehatan No. 269/ am Menkes/Per/III/2008, tentang menyesatkan dan meresahkan; Rekaman Medis, yang sangat 4.6. Bahwa apa artinya document Isi Rekaman Medis harus disimpan oleh ah k ep pihak rumah sakit dan tidak boleh diserahkan kepada pasien yang membutuhkan akan tetapi pada kurun waktu yang ditentukan dari pihak In do ne si R Rumah Sakit ber-HAK memusnahkan document tersebut, ini berarti bahwa Peraturan Menteri Kesehatan ini bertujuan untuk melindungi A gu ng setiap keberadaan Rumah Sakit dan Dokternya dari jerat Hukum; Oleh sebab itu sangat penting bagi Pemohon menanyakan/menginfor- masikan kepada pihak Termohon, sampai berapa tahun lamanya dipihak Rumah Sakit ber-HAK memusnahkan document tersebut namun sampai hari ini dari pihak Termohon tidak juga mau/bersedia memberikan informasinya, hal ini menyangkut adanya Pelanggaran terhadap KETERBUKAAN lik ah INFORMASI PUBLIK harusnya ada sanksi dari Ketua Mahkamah Agung menindaknya; ub Termohon di Jakarta telah mendapatkan penjelasan dari Staf-nya bahwa kejadian seperti Pemohon ini sudah banyak diterima keluhan dan Pengaduannya menyebabkan banyak korban ep ka m 5. Bahwa Pemohon sudah 2 (dua) kali dari Surabaya mendatangi kantor Malpraktek mengalami kesulitan dalam pengaduannya di Kepolisian setempat dikarenakan tidak R diberikan Isi Rekaman Medis yang dibutuhkan oleh Termohon; es Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas Pemohon mohon kepada on Hal. 3 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk memutuskan sebagai berikut : ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a 4.3. Bahwa dipihak Penyidik harusnya Bebas menyimpulkan sendiri secara Halaman 3 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a Terhadap Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang R Rekam Medis, Pasal 12 Huruf c dan Huruf d, yang menyatakan : ng c). Isi Rekaman Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk Resume Rekaman Medis, dan d). Ringkasan Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan gu seterusnya; dinyatakan DICABUT A atau : bila Yth. Bapak Ketua Mahkamah Agung berpendapat lain, mohon ub lik MAHA ESA; Menimbang, bahwa permohonan keberatan Hak Uji Materiil tersebut telah disampaikan kepada Termohon dan telah diajukan jawaban tertanggal 2 Mei 2011, dengan dalil-dalil pada pokoknya sebagai berikut : Sebelum Termohon menjawab Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil terhadap Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MENKES/PER/111/2008 ep ah k am ah memberi Putusan yang Adil dan Bijaksana berdasarkan KETUHANAN YANG tentang Rekam Medis terhadap Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun In do ne si R 2004 Tentang Praktik Kedokteran, terlebih dahulu Termohon menyatakan menolak seluruh dalil/alasan permohonan Pemohon, kecuali yang secara tegas A gu ng diakui kebenarannya oleh Termohon di dalam JAWABAN ini; Sebelum Termohon menanggapi pokok permohonan Pemohon, Termohon terlebih dahulu akan mengemukakan hal-hal di luar pokok permohonan Pemohon sebagai berikut : A. DALAM EKSEPSI Permohonan Yang Diajukan Termohon Telah Daluwarsa/Lewat Waktu. lik ah 1. Bahwa Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil menyebutkan "Permohonan sejak ditetapkan ub hari peraturan bersangkutan"; perundang-undangan yang ep 2. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269 / MENKES / PER / III /2008 tentang Rekam Medis ditetapkan pada tanggal 12 Maret 2008 ah ka m keberatan diajukan dalam tenggang waktu 180 (seratus delapan puluh) R sedangkan permohonan a quo baru diajukan oleh Pemohon pada es M tanggal 6 April 2011, dan diterima oleh Termohon pada tanggal 18 on In d A gu ng April 2011; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a 3. Bahwa jelas Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil baru diajukan R oleh Pemohon setelah lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari sejak ng Peraturan Menteri Kesehatan a quo ditetapkan, sehingga tenggang waktu yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung RI untuk mengajukan Permohonan Hak Uji Materiil telah terlampaui; gu 4. Bahwa mengenai daluwarsa ini juga telah diatur secara tegas dalam A Pasal 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, "Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat ub lik ah yang ditentukan oleh Undang-undang" dan dalam Pasal 1951 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi "Pada setiap tingkat am pemeriksaan perkara, dapat diajukan adanya lewat waktu, bahkan pada tingkat banding pun"; ep Untuk itu cukup beralasan bagi Majelis Hakim Agung untuk tidak telah daluwarsa; R B. DALAM POKOK PERMOHONAN In do ne si ah k menerima permohonan a quo karena permohonan yang diajukan Adapun Jawaban/Tanggapan Termohon mengenai Pokok Permohonan A gu ng adalah sebagai berikut : 1. Penjelasan dari Perspektif Filosofis dan Sosiologis terhadap keberadaan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/ III/2008 Tentang Rekam Medis, yaitu sebagai berikut : a. Bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap lik sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana 1945; ub dimaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar Negara RI b. Bahwa kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia harus diwujudkan dalam pemberian berbagai upaya kesehatan ep bentuk kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang R berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat; es c. Bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari M on Hal. 5 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Halaman 5 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang mutunya melalui ng ditingkatkan R tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus berkelanjutan, sertifikasi, pendidikan registrasi, dan lisensi, pelatihan. serta yang pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran gu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; A d. Bahwa pembangunan bidang kesehatan pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai ub lik ah salah satu unsur kesejahteraan. Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat am mempunyai peran sangat penting karena terkait langsung dalam pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan; ep e. Bahwa berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan ah k dokter gigi, maraknya tuntutan hukum yang diajukan masyarakat dewasa ini seringkali diidentikkan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang In do ne si R dilakukan dokter dan dokter gigi. Sebaliknya apabila tindakan medis yang dilakukan dapat berhasil, dianggap berlebihan, padahal dokter dan A gu ng dokter gigi dengan perangkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan penerapan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi tidak selalu identik dengan kegagalan dalam tindakan; f. Bahwa berbagai upaya hukum yang dilakukan dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat sebagai penerima lik ah pelayanan, dokter dan dokter gigi sebagai pemberi pelayanan telah banyak dilakukan, akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perkembangan hukum. ub m kedokteran yang berkembang sangat cepat tidak seimbang dengan Perangkat hukum yang mengatur ka penyelenggaraan praktik kedokteran dan kedokteran gigi dirasakan ep belum memadai, selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi masih sangat kurang; R g. Bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan es hukum, untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan M on In d A gu ng hukum serta menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah menyeluruh Halaman 6 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a penyelenggaraan praktik kedokteran agar dapat berjalan sesuai dengan R perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu diatur ng praktik kedokteran dalam suatu undang-undang. Untuk itu, perlu dibentuk Undang-Undang Tentang Praktik Kedokteran; 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 gu Tentang Rekam Medis Merupakan Amanah atau Pelaksanaan dari A Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran terdapat beberapa ketentuan yang berhubungan dengan ub lik ah penyelenggaraan rekam medis, yaitu tentang standar pelayanan, persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis, rahasia kedokteran, am kendali mutu dan kendali biaya; Dibawah ini adalah ketentuan tersebut : a. Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa dokter dan dokter gigi dalam ah k ep menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi; In do ne si R b. Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan A gu ng persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan; c. Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis; d. Pasal 46 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai lik e. Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan memberikan langsung kepada pasien. Apabila dalam ka pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, ep kewajiban membubuhi tandatangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification number); R f. Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa rekam medis sebagaimana es dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh M on Hal. 7 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan; h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah pelayanan ub petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang m ah menerima pelayanan kesehatan; Halaman 7 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a g. Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan R sebagaimana dimaksud pads ayat (1) dapat diselenggarakan audit medis, ng dengan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang gu dilaksanakan oleh profesi medis; h. Pasal 79 menyatakan bahwa dapat dipidana dengan pidana kurungan A paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja (1); ub lik ah tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat am Memang masih banyak ketentuan hukum lain di dalam UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 di bidang pelayanan rekam medik yang juga penting, namun uraian diatas sangat berkaitan dengan ah k ep kelengkapan rekam medis; Namun, perlu Termohon sampaikan bahwa untuk pelaksanaan In do ne si R amanah Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, telah diatur penyelenggaraan rekam medis dengan A gu ng Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis. Di bawah ini uraian ketentuan tersebut : a. Pasal 1 angka 1 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien; Pasal 1 angka 3 sarana pelayanan kesehatan adalah tempat upaya pelayanan kesehatan yang dapat lik penyelenggaraan digunakan untuk praktek kedokteran atau kedokteran gigi; c. Pasal 1 angka 5 pasien adalah setiap orang yang melakukan ub m ah b. konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan ka kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak ah d. ep langsung kepada dokter atau dokter gigi; Pasal 2 ayat (1) rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap Pasal 3 ayat (2) isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan es M e. R dan jelas atau secara elektronik; on In d A gu ng perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat : ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia 1. identitas pasien; R 2. tanggal dan waktu; In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id ng 3. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; 4. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; gu 5. diagnosa; 6. rencana penatalaksanaan; A 7. pengobatan dan/atau tindakan; 8. persetujuan tindakan bila diperlukan; ub lik ah 9. catatan observasi klinis dan hasil pengobatan; 10. ringkasan pulang; am 11. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; 12. pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan ep ah k 13. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ondotogram klinik; f. Pasal 4 ayat (1) ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal In do ne si R 3 ayat (2) harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien; Pasal 4 ayat (2) isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada A gu ng g. ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : 1. identitas pasien; 2. diagnosa masuk dan indikasi pasien dirawat; 3. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan tindak lanjut; dan lik pelayanan kesehatan; Pasal 8 ayat (1) rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit ub h. m ah 4. nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) terhitung dari dipulangkan; terakhir pasien berobat atau Pasal 8 ayat (2) setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) R ah i. tanggal ep ka tahun dilampaui, rekam medis dapat es M dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan on Hal. 9 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng medik; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9 putusan.mahkamahagung.go.id Pasal 8 ayat (3) ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik In do ne si a j. R sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka ng waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut; k. Pasal 10 ayat (1) informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat gu penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga A kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan; Pasal 10 ayat (2) informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat ub lik ah I. penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat am dibuka dalam hal: 1. Untuk kepentingan kesehatan pasien; 2. Memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka ah k ep penegakan hukum atas perintah pengadilan; 3. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri; In do ne si undangan; dan R 4. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang- A gu ng 5. Untuk kepentingan peneliti, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien. m. Pasal 10 ayat (3) permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan; n. Pasal 12 ayat (1) berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan; lik ah o. Pasal 12 ayat (2) isi rekam medis merupakan milik pasien; ub dalam bentuk ringkasan rekam medis; q. Pasal 12 ayat (4) ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberikan kuasa atau atas persetujuan tertulis atau keluarga pasien yang ep ka m p. Pasal 12 ayat (3) isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhak untuk itu; R r. Pasal 14 mengatur bahwa pimpinan sarana pelayanan kesehatan es bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan on In d A gu ng oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis; ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Halaman 10 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a Terhadap uraian angka 2 tersebut di atas, bahwa ditetapkannya R Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 jelas ng merupakan amanah dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, sehingga Termohon dalam hal ini telah melaksanakan apa yang diamanahkan oleh Undang-Undang gu Nomor 29 Tahun 2004; A Oleh karena itu, sebagaimana dikemukakan Pemohon bahwa diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/ III/2008 bertujuan untuk melindungi dokter, dokter gigi dan sarana ub lik ah pelayanan kesehatan dalam melakukan kejahatan malpraktek, harus ditolak dan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 oleh Termohon bertujuan am untuk memperjelas maksud dari Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, sehingga baik pasien, dokter, dokter gigi maupun sarana pelayanan kesehatan dapat terlindungi kepentingan hukumnya dengan ah k ep ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/ Per/ III/2008 tersebut terkait dengan pelayanan kesehatan; In do ne si R 3. Isi Pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/ Per/III/2008 tidak bertentangan dengan Pasal 47 Undang-Undang A gu ng Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; • Rekam Medis digunakan di dalamnya terdapat segala catatan tentang tindakan, pelayanan, terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang merawat , tanda tangan pasien yang bersangkutan, dan lain-lain. Dengan kata lain Rekam Medis dapat memberikan lik fasilitas pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga kesehatan yang berwenang. Berkas rekam medis juga menyediakan data untuk membantu melindungi kepentingan hukum pasien, dokter dan ub m ah gambaran tentang standar mutu pelayanan yang diberikan oleh penyedia fasilitas pelayanan kesehatan; ka Berdasarkan uraian tersebut diatas, jelas dan tegas bahwa isi pasal ep 12 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/ Per/III/2008 ah Tentang Rekam Medis tidak bertentangan dengan Pasal 47 Undang- R Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran; es M Di dalam pelaksanaan penerapan Peraturan Menteri Kesehatan RI on Hal. 11 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng No. 269/Menkes/Per/III/2008 memang ada penafsiran tentang ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a maksud yang terkandung di dalam Pasal 12 ayat (3) yang R menyatakan bahwa isi rekam medis dalam bentuk ringkasan yang ng dimaksud di dalam Pasal 12 ayat (3) telah diuraikan dengan jelas sebagaimana dimaksud didalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008; gu - Berdasarkan ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri A Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 maupun dalam UndangUndang Nomor 29 Tentang Praktik Kedokteran sebagai acuan khususnya dalam hal Rekam Medis, maka sebenarnya tidak di ub lik ah temukan inkonsistensi maupun pertentangan antara Peraturan menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 dengan Undang- am Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Kewajiban untuk membuat rekam medis, mendokumentasikan dan memberikan salinan rekam medis kepada pasien dan atau keluarga ah k ep telah secara tegas dan jelas diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) serta Pasal 12 Peraturan menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/ In do ne si R Per/III/2008. Ini merupakan amanat dari Pasal 47 ayat (3) UndangUndang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran A gu ng “Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri”; - Bahwa dalil Pemohon dalam permohonannya halaman 1 yang menyatakan, “...sudah cukup jelas diatur dalam Pasal 47 itu dipelesetkan sedemikian rupa oleh Permenkes...” adalah tidak beralasan secara hukum sehingga sangat merugikan Termohon lik dapat dituntut secara pidana sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Telah tegas dalam Pasal 12 huruf d Peraturan Menteri ub m ah terhadap kinerja dokter yang melakukan awal praktek sehingga tidak Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/111/2008 bahwa "Ringkasan ka Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, ep dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau ah atas persetujuan pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk R itu", maka interpretasi ataupun penafsiran gramatikal maupun es M penafsiran yuridis adalah bahwa pasien berhak untuk mendapat on In d A gu ng rekam medis dengan cara : diberi, mencatat, atau mengcopy ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a Ringkasan Rekam Medis. Kata "Ringkasan" ini tentu saja tidak perlu R diartikan secara negatif sebagai pembatasan dan pengurangan hak pasien, namun sebaliknya bilamana pasien ng (mereduksi) menghendaki, maka pasien dijamin penuh untuk mengakses "seluruh" isi dokumen rekam medis pasien sejak masuk hingga gu meninggalkan rumah sakit; A Terhadap terminologi "Ringkasan/Resume" tersebut pun lebih ditekankan kepada keperluan "penyederhanaan" bahasa isi dokumen rekam medis, yang biasanya ub lik ah menggunakan bahasa kedokteran yang kemungkinan akan sulit dipahami oleh pasien awam, ke dalam am bahasa yang maupun lebih mudah keluarga, dalam sebagai hal oleh pasien second pasien hendak opinion atau ep menggunakannya dipahami ah k keperluan lainnya; Dalam hal tertentu pun rekam medis boleh dibuka A gu ng 269/Menkes/Per/111/2008 a guna quo In do ne si R sesuai Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. keperluan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti dalam pendidikan proses dan penegakan penelitian, hukum, keperluan dasar biaya pembayar kesehatan dan data statistik kesehatan. Bahkan saat ini dapat digunakan untuk keperluan asuransi; lik dengan apa yang disebut dengan "Ringkasan Pulang" sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/111/2008; ub m ah Tentu saja Ringkasan Rekam Medis ini harus dibedakan Atas dasar aturan hukum ini maka Termohon menolak Kesehatan RI ep ka dalil Pemohon yang menyatakan Peraturan Menteri No. 269/Menkes/ Per/III/2008 justru R ah memelesetkan UU Praktik Kedokteran; es Bahwa atas dalil permintaan Pemohon agar Pasal 12 ayat (3) dan ng M ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/ on Hal. 13 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu III/2008 dicabut justru merupakan permintaan yang kontraproduktif ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a dan justru akan mengeliminir hak pasien sendiri untuk mendapatkan R rekam medis, karena berarti akan menghilangkan seluruh Pasal 12 ng karena tidak mungkin untuk menghilangkan sebagian saja dari Pasal 12 karena akan menghilangkan substansi isi pasal dan karena isi merupakan suatu rangkaian utuh dengan ayat (1) dan ayat (2) Pasal gu 12 tersebut; A Terhadap dalil "batasan sampai berapa tahun terhadap dokumen berupa isi rekam medis, dan lain berhak dimusnahkan oleh pihak rumah sakit" vide Permohonan PEMOHON halaman 1 angka 3 maka ub lik ah hal ini pun telah diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Permenkes. Terhadap dalil Pemohon dalam halaman 2 angka 4) - 6, "apa artinya am dokumen isi rekaman medis harus disimpan oleh pihak rumah sakit dan tidak boleh diserahkan kepada pasien ini berarti bahwa Permenkes, ini bertujuan untuk melindungi tiap keberadaan rumah ah k ep sakit dan dokternya dari jerat hukum", adalah sangat tendensius dan subjektif. Hal ini kiranya masih dapat dimaklumi karena terbatasnya In do ne si R pengetahuan Pemohon terhadap pentingnya dokumen rekam medis untuk tetap disimpan di rumah sakit yang berkompeten dan A gu ng diperlakukan sebagai dokumen rahasia. Bahwa kiranya perlu disampaikan disini alasan hukum terhadap aturan ini adalah demi perlindungan terhadap kemungkinan hilang, perubahan data/ pemalsuan data riwayat penanganan pasien yang tentu saja akan berakibat fatal bagi penanganan pasien itu sendiri di masa lik - Selanjutnya, dalil Pemohon pada halaman 2 angka 4).-2 sampai dengan angka 4).-3 menyatakan sebagai berikut : Angka 4) – 2: ub m ah mendatang jika hal tersebut tidak dilindungi secara hukum; "di pihak Kepolisian mengalami kesulitan melakukan penyidikan ka dari Laporan Masyarakat korban malpraktek karena minimnya ah dibutuhkan untuk ep bukti pendukung/tidak didapatnya isi rekam medis yang sangat mengungkapkan kejahatan malpraktek, es on In d A gu ng M Angka 4) – 3: R sehingga tidak dapat ditindaklanjuti; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a Dipihak Penyidik harusnya Bebas menyimpulkan sendiri secara R Profesional tanpa adanya Intervensi/kesimpulan yang didapat dari ng rumah sakit tersebut; Bahwa dari dalil permohonan tersebut jelas dapat disimpulkan menurut Pemohon, karena isi rekam medis tidak dapat diminta gu dari pihak rumah sakit mengakibatkan pihak penyidik tidak dapat mengungkap terjadinya kejahatan malpraktek; A Bahwa dalil tersebut keliru karena untuk kepentingan penyidikan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ ub lik ah Menkes/Per/III/2008 yang diajukan Hak Uji Materiil tersebut. Pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes a quo menyatakan: am "pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan ah k kedokteran gigi". ep kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika Dalam Pasal ini jelas bahwa untuk kepentingan penegakan In do ne si R hukum (termasuk keperluan penyidikan oleh POLRI), pihak penyidik boleh meminta rekam medis kepada pihak rumah sakit. A gu ng Dengan demikian Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/Per/III/2008 ini tidak membatasi hanya pada ringkasan rekam medisnya, melainkan juga boleh meminta isi rekam medis bahkan dokumen rekam medis sekalipun; Oleh karena tidak dapat terungkapnya dugaan kejahatan malpraktek sebagaimana dituduhkan oleh Pemohon bukan lik ah karena adanya Pasal 12 Permenkes a quo, tetapi itu sudah merupakan tugas dan wewenang pihak yang berwajib; "Penyidik berwenang ub m Dalam Pasal 42 ayat (1) KUHAP disebutkan : memerintahkan kepada orang yang ka menguasai benda yang dapat disita, menyerahkan benda ep tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan..."; ah Sedangkan dalam Pasal 39 ayat (1) huruf b KUHAP disebutkan R bahwa yang dapat dikenakan penyitaan adalah benda lain yang es M mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang on Hal. 15 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 In d A gu ng dilakukan, dengan memperhatikan Pasal 43 KUHAP. Lebih lanjut ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang R Kepolisian RI disebutkan: ng "Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian RI berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; gu Dalil Pemohon yang menyatakan "adanya Pelanggaran terhadap A KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK harusnya ada sanksi dari Ketua Mahkamah Agung menindaknya." Dapat ditanggapi sebagai berikut: ub lik ah Permasalahan utama yang diuji adalah apakah benar telah terjadi inkonsistensi antara Permenkes dan aturan yang lebih tinggi dalam am hal ini UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran seperti di dalilkan Pemohon dalam Permohonannya. Sementara terhadap Keterbukaan Informasi Publik harus diabaikan karena jelas-jelas ah k ep tidak ada relevansinya dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, rekam medis tidak termasuk bahwa untuk mendukung dalil-dalil A gu ng Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat sebagai berikut : In do ne si Menimbang, R informasi yang diatur dalam ruang lingkup ketentuan tersebut; permohonannya 1. Fotocopy Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/ MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2. Surat Sekretaris Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor tanggal 08 Desember 2010 tentang lik Permohonan Rekam Medis di RS William Booth Surabaya; 3. Surat Sekretaris Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor ub HK.05.01/I.4/609/2011 tanggal 20 Januari 2011 tentang Permohonan Surat persetujuan tindakan kedokteran dan isi rekam medis; 4. Surat Pengaduan dan Permohonan dari Pemohon yang ditujukan ep kepada Menteri Kesehatan tanggal 15 Januari 2011; 5. Surat permohonan untuk mendapatkan Surat Rekomendasi dari 2011; on In d A gu ng es R Pemohon yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tanggal 27 Januari M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m ah HK.05.01/I.4/6051/2010 Halaman 16 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a 6. Surat Pengaduan dan Permohonan terhadap R.S. Williambooth Sby dari R Pemohon yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tanggal 09 Maret ng 2011; TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM gu Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah A sebagaimana yang di diuraikan diatas ; Menimbang, bahwa yang menjadi obyek permohonan keberatan Pasal 47 Tentang Praktik Kedokteran; ub lik 2008, tentang Rekam MedisTerhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan substansi permohonan keberatan yang diajukan, maka terlebih dahulu perlu dipertimbangkan apakah permohonan keberatan yang diajukan memenuhi persyaratan formal, yaitu adanya kepentingan dan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk ep ah k am ah Pemohon adalah Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 269/Menkes/Per/III/ mengajukan permohonan ; In do ne si R Menimbang, bahwa untuk mengetahui apakah Pemohon mempunyai kepentingan dan kedudukan hukum (legal standing) maka dapat dinilai dari A gu ng hubungan hukum antara Pemohon dengan obyek permohonannya ; Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya menyatakan bahwa tahun 2006 setelah menjalani Operasi, Pemohon telah meminta Isi Rekaman Medis, namun ditolak oleh pihak rumah sakit WILLIAM BOOTH Surabaya dengan alasan yang bisa diberikan hanyalah dalam bentuk Resume Medis, merujuk Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008, dan lik ah sudah mengajukan surat pengaduan kepada Menteri Kesehatan di Jakarta agar setidak-tidaknya Pemohon bisa diberikan Surat Rekomendasi untuk bisa ub Pengaduan tersebut tidak di tanggapi sebagai mana mestinya termasuk Kebutuhan mendapat Informasi tentang “batasan sampai berapa tahun Menimbang, bahwa ep terhadap dokumen berupa Isi Rekaman Medis atas dirinya. berdasarkan pertimbangan diatas, Pemohon R mempunyai kepentingan sedemikian rupa terhadap obyek permohonan on In d ng gu A Hal. 17 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 es keberatan Hak Uji Materiil. Oleh karena itu secara yuridis Pemohon mempunyai M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m mendapatkan Isi Rekaman Medis atas dirinya, namun selama ini Surat Halaman 17 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a kualitas atau legal standing untuk mengajukan keberatan Hak Uji Materiil in R casu (Vide Pasal 1 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2011); ng Menimbang, bahwa karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil terhadap obyek Hak Uji Materiil (bukti P-1) diajukan oleh pemohon yang mempunyai kualitas (Legal Standing), maka permohonan a quo secara formil gu dan prosedural dapat diterima ; Menimbang, bahwa selanjutnya Mahkamah Agung akan A mempertimbangkan substansi materi permohonan keberatan Hak Uji Materiil ub lik Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya pada pokoknya menyatakan : bahwa Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis telah bertentangan dengan Pasal 47 Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran. bahwa pada Pasal 47 Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun ep ah k am ah dari Pemohon; 2004 sudah cukup jelas diatur bahwa isi Rekam Medik adalah milik pasien akan In do ne si R tetapi dipelesetkan sedemikian rupa oleh Peraturan Menteri Kesehatan sehingga sangat merugikan Pemohon terhadap kinerja Dokter yang melakukan A gu ng Kejahatan sehingga tidak bisa dituntut secara pidana di Republik ini; bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/ Per/ III/2008 yang dapat diberikan kepada pasien hanyalah ringkasan rekam medis/ resume. Pada resume medis yang diterima isinya sangat mendasar dan sarat dengan nuansa kerja sama saling melindungi diantara Direktur Rumah Sakit adalah seorang Dokter juga dengan Dokter yang bermasalah, apalagi resume lik ah dimaksud adalah merupakan kesimpulan semata yang dipastikan di Rekayasa ub Menimbang, bahwa setelah mempelajari permohonan keberatan Hak Uji Materiil dari Pemohon dan jawaban dari Termohon, Mahkamah Agung berpendapat bahwa Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/ ep 2008 tentang Rekam Medis, tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik R Kedokteran. Karena Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/ In d on ng gu A es 2008 tersebut merupakan “Penjelasan” lebih lanjut dari ketentuan Pasal 47 M h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) ik ah ka m oleh Direktur Rumah Sakit tersebut; Halaman 18 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id In do ne si a Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik bahwa berdasarkan pertimbangan ng Menimbang, R Kedokteran, dan Menteri kesehatan berwenang membuatnya ; di atas, permohonan Hak Uji Materiil yang diajukan oleh para Pemohon CHANDRA, tersebut harus ditolak ; maka : YOHAN gu Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan Hak Uji Materiil para Pemohon ditolak, maka para Pemohon dihukum membayar biaya perkara Memperhatikan Undang-undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang ub lik No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01 Tahun 2011 serta peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan ; MENGADILI : ep ah k am ah A ini ; Menolak permohonan keberatan Hak Uji Materiil dari Pemohon : YOHAN R CHANDRA tersebut; In do ne si Menghukum Pemohon Keberatan Hak Uji Materiil untuk membayar biaya A gu ng perkara sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011 oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH., MA. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Supandi, SH., M.Hum. dan Dr. H. Imam Soebechi, SH., MH, Hakim-hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta lik ah Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Khairuddin Nasution, SH. ub Hakim-Hakim Anggota : Ketua : Ttd./Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH. MA. ep Ttd./Dr. H. Supandi, SH, M.Hum. Ttd./ Dr. H. Imam Soebechi, SH. MH. on Hal. 19 dari 18 hal. Put. No. 21 P/HUM/2011 es Panitera Pengganti : In d A gu ng M R ah ka m Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id ng R In do ne si a Ttd./Khairuddin Nasution, SH Biaya-biaya : 6.000,- 2. Redaksi……………… Rp. 5.000,- gu 1. Meterai………………. Rp. 3. Administrasi perkara.. Rp. 989.000,- A Jumlah…… Rp.1.000.000,=========== ub lik ah Untuk Salinan ah k ep am MAHKAMAH AGUNG - RI a.n. Panitera Panitera Muda Tata Usaha Negara, es on In d A gu ng M R ah ep ka ub m lik ah A gu ng In do ne si R ASHADI, SH. NIP : 220 000 754 ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20