BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Molar Dua Mandibula
Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu
mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada
molar satu. Mahkota molar dua mandibula memiliki empat cusp yang besar, dua
buccal cusp dan dua lingual cusp, ukurannya kurang lebih sama. Tidak ada fifth cusp,
tetapi disto buccal cuspnya lebih besar dari disto buccal cusp molar satu.1
2.1.1 Proses Pembentukan Akar Molar Dua Mandibula
Sama seperti pembentukan crown, poliferasi sel berlanjut pada daerah servikal
atau dasar dari organ enamel dimana sel epitel enamel dalam dan luar bergabung
membentuk akar gigi. Ketika pembentukan mahkota lengkap, sel pada daerah enamel
ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan sel yang disebut epitel akar atau lapisan
hertwigs. Pada akar, sel membentuk odontoblas dari papila dental, berdiferensisasi
dan membentuk dentin. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah akar
semuanya tergantung dari sel-sel di dalam akar. Akar semakin mengecil ke bagian
apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat mensyarafi dan mensuplai darah
ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan dengan memanjangnya akar, gigi
mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan ruangan untuk proses pemanjangan
akar.1
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran gigi, yaitu:
1. Genetik
Ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.10 Menurut Rakosi dkk
(1993), jaringan-jaringan utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena
Universitas Sumatera Utara
pengaruh genetik antaranya termasuk gigi geligi yang meliputi ukuran, bentuk,
jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi dan posisi benih gigi.11
Ukuran gigi ditentukan oleh genetik, namun jenis dan rasio kandungan genetik
yang mengawali mungkin berbeda antar gigi, individu dan populasi. Lingkungan juga
berperan dalam keragaman genetik untuk memberi variasi dalam ukuran gigi.12
2. Lingkungan
Menurut Dempsey dan Townsend (2001) ukuran gigi dikontrol oleh faktor
genetik dan lingkungan. Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama
berlangsungnya evolusi manusia yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior.
Bailit menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang
sedang berlangsung dan ukuran gigi terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor
lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya.13
Penelitian mengenai pengukuran mahkota gigi antara laki-laki dan perempuan
telah banyak dilakukan dan dijumpai beberapa variasi. Walaupun, morfologi struktur
gigi antara laki-laki dan perempuan itu sama, tetapi gigi-gigi tersebut tidak mepunyai
ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor-faktor lain seperti aktivitas pengunyahan, nutrisi, aktivitas metabolisme dan
lain-lain.14
3. Jenis Kelamin
Dalam populasi manusia, mahkota gigi laki-laki adalah lebih besar dibanding
perempuan. Ini akibat dari periode proses amelogenesis yang panjang pada gigi
desidui dan permanen laki-laki.15 Penelitian Stroud et al (1994) menunjukkan setiap
gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih besar dibandingkan
dengan perempuan akibat penebalan lapisan dentin.13
4. Suku dan Ras
Menurut Ho dan Freer (1994) gigi geligi tidak hanya bervariasi pada jenis
kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan variasi pada kelompok ras yang
berbeda (Ho,Freer.1994;c.f. Hussien KW.2008).12
Lavelle melakukan penelitian yang lebih terperinci dengan membandingkan
dari 3 kelompok populasi yaitu populasi Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya menyatakan bahwa suku bangsa Negroid mempunyai ukuran gigi
terbesar, kemudian suku bangsa Mongoloid dan yang terkecil adalah suku bangsa
Kaukasoid.(Lavelle.1972;c.f.Budiman JA.1997).16
2.2 Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal adalah teknik intraoral yang menunjukkan gigi dan
jaringan di sekitar apeks.17 Hasil film dari radiografi periapikal menunjukkan seluruh
mahkota, akar gigi dan sekitar tulang alveolar.8
Indikasi klinis dalam menggunakan radiografi periapikal, antara lain:
1. Mendeteksi infeksi/peradangan apikal.
2. Penilaian status periodontal.
3. Melihat keadaan setelah trauma pada gigi dan tulang alveolar.
4. Penilaian terhadap pembentukan dan posisi gigi yang tidak erupsi.
5. Penilaian morfologi akar.
6. Sebagai pedoman selama perawatan endodontik.
7. Penilaian pra operasi dan pasca operasi pada bagian apikal.
8. Evaluasi terhadap adanya kista, lesi dan lainnya dalam tulang alveolar
Ada dua teknik pengambilan radiografi periapikal yang sering digunakan yaitu:
teknik paralel dan teknik bisekting.17
2.2.1 Teknik Paralel
Teknik paralel yang juga disebut right angle technique atau long cone
technique.9 Teknik ini merupakan teknik yang paling akurat didalam radiografi
intraoral.18 Hal ini disebabkan karena pada teknik ini pelaksanaan dan standarisasi
mudah dilakukan serta kualitas gambar yang dihasilkan baik dengan distorsi yang
kecil.9
Teori umum dari teknik paralel adalah dengan menjepitkan film dengan film
holder. Film diletakkan didalam mulut dengan posisi sejajar dengan aksis panjang
gigi yang akan diamati. Kemudian tabung sinar x diletakkan dari luar rongga mulut,
besar sudutnya terhadap gigi dan film harus sesuai dengan aturan berdasarkan region
Universitas Sumatera Utara
yang akan diamati, baik secara vertikal maupun horizontal. Dengan teknik ini, hampir
semua kriteria posisi ideal terpenuhi, tetapi anatomi palatum dan bentuk lengkung
rahang menyebabkan gigi dan film tidak dapat sejajar dan berkontak. Maka film
dapat dikompensasikan dengan meletakkan film kurang lebih dalam jarak 2 mm dari
gigi untuk mencegah terjadinya pembesaran gambar yang dihasilkan. Bila dilakukan
dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi,
akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi.17
Keuntungan menggunakan teknik paralel yaitu tanpa adanya distorsi, gambar
yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan
digunakan, dan mempunyai validitas yang tinggi. Kerugiannya adalah sulit
meletakkan film holder, terutama anak–anak dan pasien yang mempunyai mulut yang
kecil. Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi
kenyamanan.9
Gambar 1.Teknik Paralel17
2.2.2 Teknik Bisekting
Teknik ini dilakukan dengan menempatkan film sedekat mungkin dengan gigi
yang diperiksa tanpa membengkokkan film. Sentral sinar x harus diarahkan tegak
Universitas Sumatera Utara
lurus terhadap garis imajiner yang membagi dua sama besar sudut yang dibentuk oleh
sumbu panjang gigi dan bidang film. Dengan menggunakan prinsip geometri ini,
panjang gigi sebenarnya didalam mulut akan sama dengan panjang gigi pada film.16
Keuntungan menggunakan teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Dan
kerugiannya yaitu gambaran dari teknik bisekting kurang akurat dan cenderung
membentuk distorsi sehingga banyak angulasi yang harus diperhatikan. Namun,
teknik ini menjadi teknik alternatif saat penempatan paralel tidak dapat dicapai.9,17
Pada angulasi vertikal gigi maksila untuk insisivus sentral, insisivus lateral dan
kaninus sudut penyinarannya adalah +40o hingga +45o . Untuk premolar satu,
premolar dua, dan molar satu sudut penyinarannya +30o hingga +35o . Untuk molar
dua dan molar tiga sudut penyinarannya +20o hingga +25o . Sedangkan angulasi
vertikal gigi mandibula untuk insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus sudut
penyinarannya adalah -15o hingga -20o. Untuk premolar satu, premolar dua, dan
molar satu sudut penyinarannya -10o. Untuk molar dua dan molar tiga sudut
penyinarannya -5o hingga 0o ataupun hingga +5o.9
Pada angulasi horizontal untuk gigi maksila dan mandibula, insisivus sentral
dan insisivus lateral sudut penyinarannya adalah 0o, kaninus sudut penyinarannya 45o
hingga 65o . Untuk premolar satu, premolar dua, dan molar satu sudut penyinarannya
70o hingga 80o . Untuk molar dua dan molar tiga sudut penyinarannya adalah 80o
hingga 90o.9
Gambar 3.Teknik Bisekting 1
Universitas Sumatera Utara
2.3 Suku Batak
Ras Melayu terdiri atas ras Deutero Melayu dan ras Proto Melayu. Yang
termasuk Deutro Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir,
Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Malayu. Yang termasuk Proto Melayu adalah
Batak, Gayo, Sasak, dan Toraja. Suku Batak yang mewakili Proto Melayu memiliki
perbedaan dengan suku Jawa yang mewakili Deutro Melayu.
Mundiyah (1982) dalam disertasinya di Unpad Bandung telah berhasil
menemukan bahwa lebar mesio-distal gigi suku Batak dan suku Melayu berbeda-beda
ukurannya secara bermakna. Selain ukuran gigi, bagian lainnya dari fasial telah
berhasil dibuktikan oleh Buditalism (2004) bahwa ada perbedaan di antara bagianbagian tersebut, antara kelompok masyarakat Batak (mewakili Proto-Melayu) dan
masyarakat Jawa (mewakili Deutro Melayu). Buditalism menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara tinggi wajah total orang Batak dan orang Jawa,
bahwa tinggi wajah orang Batak lebih tinggi dari pada wajah orang Jawa dengan kata
lain Proto Melayu mempunyai indeks cephalic yang lebih kecil dibandingkan
kelompok Deutro-Melayu, karena menurut Enlow (1982) bentuk kepala dolikosefalik
membentuk wajah yang sempit.19
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Teori
Molar Dua Mandibula
Proses Pembentukan Akar Gigi
Radiografi Periapikal
Faktor yang mempengaruhi
ukuran gigi
- Genetik
- Lingkungan
- Jenis Kelamin
- Suku dan Ras
Suku Batak
Teknik Paralel
- Keuntungan
- Kerugian
Teknik Bisecting
- Keuntungan
- Kerugian
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep
Mahasiswa di Fakultas
Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera
Utara bersuku batak
usia 18-22 tahun
Radiografi Periapikal
(Teknik Bisekting)
Panjang akar gigi
molar dua mandibula.
Universitas Sumatera Utara
Download