KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN

advertisement
JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 7, NO.1, APRIL 2012: 490 – 500
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
Lis Binti Muawanah1
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Herlan Pratikto2
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Abstract
Emotionol maturity, self-concept, and juvenile delinquency examined on 120
middle adolescents. Researcher developed three research instrament of
measurement, namely the scale of juvenile delinquency, the scale of emotional
maturity, and the self-concept scale. Data analyzed with the multiple regression.
Varians proportion of juvenile delinquency can be explained through the
emotional maturity and self-concept. Emotional moturity and self-concept
simultaneously predict delinquency in undirectional and linear relationships;
Emotional maturity is a psychological capacity that has the potential to allow a
decline in juvenile delinquency; Self-concept is a psychological capacity that no
potential to allow the reducticn or increase in juvenile delinquency. Juvenile
delinquency data not normally distributed and relativety high. Prediction
research, findings apply only to groups of adolescents with high delinquency,
rates. The findings are discussed in terms of their implications for middle
adolescent in context.
Key words: maturity of emotion, self-concept, juvenile delinquency
1
Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: [email protected]
2
Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: [email protected]
490
MUAWANAH & PRATIKTO
Kondisi remaja di Indonesia saat ini
konstrukk psikologi positif yang berkembang
dapat digambarkan menikah usia remaja, seks
dengan baik akan menurunkan potensi remaja
pranikah dan kehamilan tidak dinginkan,
terlibat kenakalan. Misalnya, perkelahian
aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja,
remaja secara psikologis disebabkan konflik
17.000/tahun, l4l7/bulan, 17/hari perempuan
batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang
meninggal karena komplikasi kehamilan dan
labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain,
persalinan,
dan perasaan rendah diri (Tambunan, 2001).
HIV/AIDS:
1283
kasus,
diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena
Kemampuan mengatur
emosi yang
gunung es) (70% remaja), minuman kelas dan
rendah dan perilaku menjalin interaksi dengan
narkoba (Kusumaredi, 2011).
orang lain menyebabkan gangguan perilaku,
Kasus kenakalan remaja yang terdata
di Badan Pemasyarakatan Anak (Bapas) kelas
memilih tindakan agresif sebagai stategi
keluar dari masalah (coping) (Yanti, 2005).
II Kediri selalu terjadi peningkatan setiap
tahun. Selama 2008 total ada 345 perkara,
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku
2009 ada 312 perkara, dan 2010 ada 309
(http://koranmontera.com/
remaja melanggar status, membahayakan diri
newsAiputan.php?subaction:showfull&id:130
sendiri, menimbulkan korban materi pada
3 827055 &archive=& start_from=&ucat=1&.
orang iain, dan perilaku menimbulkan korban
Unduh 26/10/2011 Pukul 21.00).
fisik pada orang lain. Perilaku melanggar
perkara
Remaja menjadi nakal karena belum
status merupakan perilaku dimana remaja
mampu melakukan kontrol emosi secara lebih
suka melawan orang tua, membolos sekolah,
tepat dan mengekspresikan emosi dengan
pergi dari rumah tanpa pamit. Perilaku
cara-cara yang diterima masyarakat (Lugo
membahayakan
dalam
yang
mengendarai kendaraan bermotor dengan
melakukan
kecepatan tinggi, menggunakan narkotika,
diharapkan
menggunakan senjata, keluyuran malam, dan
Haryono,
memiliki
konsep
1996).
diri
Remaja
akan
perbuatan
positif
yang
masyarakat.
Konsep
diri
diri sendiri, antara
lain
akan
pelacuran. Perilaku menimbulkan korban
melanggar
materi, yaitu perilaku yang mengakibatkan
peraturan dan norma-norma masyarakat, dan
keraguan pada orang lain, misalnya: mencuri
akhirnya terlibat dalam kenakalan remaja.
dan
(Coopersmith dalam Partosuwido, 1992).
menimbulkan korban fisik pada orang lain
membuat
remaja
negatif
cerderung
Dinamika perubahan psikologis yang
mencopet,
adalah
merampas.
perkelahian,
menempeleng,
tidak terkontrol akan memungkinkan remaja
menampar,
terlibat
mendorong sampai jatuh, menyepak, dan
kenakalan
yang
lebih
beresiko.
melempar
Perilaku
benda
keras,
Kematangan emosi dan konsep diri sebagai
JURNAL PSIKOLOGI
491
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
memukul
dengan
benda
(Jensen
dalam
Sarwono, 2001).
psikis
adalah
gambaran
remaja
tentang
kemampuan dan ketidakmampuannya, harga
dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Kematangan emosi
Konsep diri sosial adalah gambaran remaja
Kematangan
adalah
tentang hubungannya dengan orang lain,
kemampuan remaja dalam mengekspresikan
dengan teman sebaya, dengan keluarga, dan
emosi
dengan
lain-lain. Konsep diri emosional adalah
pengendalian diri, memiliki kemandirian,
gambaran remaja tentang emosi diri, seperti
memiliki konsekuensi diri, serta memiliki
kemampuan menahan emosi, pemarah, sedih,
penerimaan diri yang tinggi. Pengendalian
atau riang-gembira, pendendam, pemaaf, dan
diri
lain-lain. Konsep diri aspirasi
secara
adalah
emosi
tepat
dan
kemampuan
mempertahankan
remaja
adalah
gambaran remaja tentang pendapat dan
memahami emosi diri untuk diarahkan kepada
gagasan, kreativitas, dan cita-cita. Konsep diri
tindakan-tindakan
prestasi adalah gambaran remaja tentang
keadaan
emosi,
dalam
serta
adalah
dorongan
wajar
positif.
dimana
Kemandirian
remaja
tidak
kemajuan dan keberhasilan yang akan diraih,
menggantungkan dirinya kepada orang lain.
baik
Rasa konsekuen adalah rasa tanggung jawab
kesuksesan hidup (Hurlock, 1996).
dalam
masalah
belajar
maupun
remaja dengan kesadaran untuk menjalankan
keputusan, serta berani bertanggung jawab
Kematangan
terhadap semua akibat dan keputusan yang
kenakalan remaja
telah
diambil.
Penerimaan
diri
emosi,
konsep
diri
dan
adalah
Kematangan diri secara emosional
kemampuan remaja untuk dapat menerima
(maturing emotional self) menunjuk pada
keadaan diri sendiri, baik kelemahan maupun
emosi yang menyangkut semua wilayah
kelebihan, menerima diri secara fisik maupun
perilaku afektif dengan melibatkan aspek
psikis dengan baik (Albin, 1996)
biologis, kognitif, dan sosial. Kematangan
emosi merupakan proses dimana pribadi
Konsep diri
individu secara tetus menerus berusaha
Konsep diri adalah penilaian remaja
mencapai suatu tingkatan emosi yang sehat,
tentang diri sendiri yang bersifat fisik, psikis,
baik secara intrafisik maupun interpersonal.
sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi.
Individu yang secara emosional telah matang
Konsep diri fisik adalah gambaran remaja
dapat menentukan dengan tepat kapan dan
tentang penampilannya, dengan seksnya, arti
sejauhmana dirinya perlu terlibat dalam suatu
penting tubuhnya dalam hubungannya dengan
masalah sosial serta dapat turut memberikan
perilakunya, dan gengsi yang diberikan
jalan keluar atau pemecahan yang diperlukan
tubuhnya di mata orang-lain. Konsep diri
(Gorlow; Lugo dalam Haryono, 1996).
492
JURNAL PSIKOLOGI
MUAWANAH & PRATIKTO
Keberadaan emosi di satu sisi dapat
dengan
konsep
diri
negatif
akan
sulit
menjadikan orang pasif dan tidak berdaya,
mengangap suatu keberhasilan diperoleh dari
tidak mampu mempertanggungjawabkan apa
diri sendiri, tetapi karena bantuan orang lain,
yang dilakukan. Emosi di sisi lain dapat
kebetulan, dan nasib semata dan biasanya
menjadi
membuat
mengalami kecemasan yang tinggi (Beane &
seseorang sanggup melakukan apa saja secara
Lipka dalam Maria, 2007). Remaja dengan
tepat
sebelumnya.
konsep diri positif berciri spontan, kreatif dan
emosinya.
orisinil, menghargai diri sendiri dan orang
Kontrol emosi bukan berarti eliminasi atau
lain, bebas dan dapat mengantisipasi hal
penekanan
belajar
negatit serta memandang diri secara utuh,
mengekspresikan emosi dengan cara-cara
disukai, diinginkan dan diterima oleh orang
yang lebih dapat diterima atau disetujui oleh
lain. (Combs Snygg dalam Shiffer dkk, 1997).
kelompok sosia dan pada saat yang sama tetap
Para teoris kontrol sosial menyatakan
dapat memberikan kepuasan yang maksimum
bahwa yang menampakkan perilaku antisosial
dan
gangguan
adalah remaja yang memiliki konsep diri
remaja
rendah. Perspektif kontrol sosial menyatakan
sebagian disebabkan oleh pencapaian emosi
konsep diri mempengaruhi kontrol diri.
yang kurang matang. Remaja menjadi nakal
Individu dengan kontrol diri rendah memiliki
karena belum mampu melakukan kontrol
kekuatan
secara lebih tepat dan mengekspresikan emosi
menunda kepuasan (kurang sabar), kurang
dengan
toleran pada frustrasi dan lebih impulsif.
sumber
tanpa
Seseorang
energi
yang
terpikirkan
perlu
emosi
mengontrol
moral,
tetapi
mengurangi
ketidakseimbangan.
cara-cara
Kenakalan
yang
diterima
oleh
masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996).
Konsep diri terbentuk dan berkembang
ego
rendah,
ketika derajad kontrol sosial tidak cukup kuat
menolak
lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan
dipuaskan (Hay, 2000).
perilaku diri. Pengembangan konsep diri
terhadap
perilaku
yang
mampu
Perilaku sosial yang tidak tepat akan nampak
berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari
berpengaruh
kurang
godaan
yang
ingin
langsung
Perilaku nakal remaja dapat diatasi
dengan mempertinggi konsep diri. Perspektif
(sel-enhancement)
ditampilkan, sehingga bagaimana orang lain
teori
memperlakukan dan apa yang dikatakan
menyatakan individu memiliki kecenderungan
orang lain tentang individu akan dijadikan
untuk menambah positif konsep dirinya.
acuan untuk menilai diri sendiri (Shavelson &
Individu berusaha mencapai kepuasan pribadi
Roger, 1982). Remaja dengan konsep diri
dan perasaan efektif dengan cara mencari
positif akan
aktivitas dan umpan balik yang dapat
mampu mengatasi
dirinya,
memperhatikan dunia luar dan mempunyai
peningkatan
diri
manpertinggi konsep dirinya.
kemampuan untuk berinteraksi sosial. Remaja
JURNAL PSIKOLOGI
493
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
Hipotesis
aitem, “Saya membolos sekolah dengan
1. Kematangan emosi
dan konsep
diri
alasan sakit.”
Kematangan emosi diukur dengan 28
berhubungan dengan kenakalan remaja.
2. Hubungan kematangan emosi dengan
kenakalan remaja secara parsial adalah
aitem yang mengurai aspek-aspek dari Albin
(1996),
yaitu:
Pengendalian
diri;
Kemandirian; Rasa konsekuen; Penerimaan
berlawanan arah.
3. Hubungan konsep diri dengan kenakalan
remaja secara parsial adalah berlawanan
diri.
Item-item
skala
disusun
secara
favourabel dan unfavourabel. Skor skala
adalah 5-poin kontinum sangat setuju sampai
arah.
sangat tidak setuju. Aitem-aitem memenuhi
indeks
Metode
daya
diskriminasi
aitem
dengan
Corrected-Item-Total-Correlation 0,260 s/d
Subjek
0,693, reliabilitas Alpha = 0,740 (N = 93).
Subjek
penelitian
adalah
remaja
Contoh
aitem,
"Dalam
mengemban
tengah usia 16-17 tahun, 53 laki-laki dan 67
kepercayaan saya menjalankannya dengan
perempuan yang tinggal di Kota Kediri Jawa
sungguh-sungguh."
Aspek-aspek konsep diri dari Hurlock
Timur.
(1996) diurai menjadi 36 aitem untuk
Alat ukur
mengukur konsep diri fisik, psikis, sosial,
Kenakalan remaja diukur dengan skala
kenakalan remaja. Aitem-aitem favourabelunfavourabel
Jensen
Perilaku
mengurai
(dalam
Sarwono,
melanggar
membahayakan
aspek-aspek
diri
2001),
dari
yaitu:
status;
Perilaku
sendiri;
Perilaku
menimbulkan korban materi pada orang lain,
dan; Perilaku menimbulkan korban fisik pada
orang lain. Skor skala adalah 5-poin kontinum
emosional, aspirasi dan konsep diri prestasi.
Aitem-aitem favourobel dan unfavourabel
diskala 5-poin kontinum sangat setuju sampai
sangat tidak setuju dan memenuhi indeks
daya diskriminasi aitem dengan correctedItem-Total-Correlation
0,261 s/d 0,633,
reliabilitas Alpha = 0,737 (N = 93). Contoh
aitem, “Banyak teman membuat saya dapat
mengenal berbagai karakter orang.”
sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Uji
Hasil
diskriminasi aitem (N = 93) 32 aitem
memenuhi indeks daya diskriminasi aitem,
Corrected-Item-Total-Correlation
0,772 reliabilitas Alpha
0,310 s/d
= 0,747. Contoh
1. Koefisien
determinasi
menunjukkan
13,2%
R2
=
0,132,
proporsi
variasi
kenakalan remaja dapat dijelaskan melalui
kematangan emosi dan kondisi diri.
494
JURNAL PSIKOLOGI
MUAWANAH & PRATIKTO
Sisanya (100% - 13,2%) = 86,8%
Konsep
dijelaskan faktor lain yang tidak dianalisis
psikologis yang tidak berpotensi untuk
dalam penelitian. F = 8,908 dan p = 0,000
memungkinkan terjadinya penurunan atau
(p < 0,05) menunjukkan dengan signifikan
peningkatan
variabel kematangan emosi dan konsep
kenakalan remaja 134,225 – (0,080) =
diri
memprediksi
134,145 adalah skor penurunan yang tidak
kenakalan remaja dalam hubungan searah
signifikan (tidak bermakna). Hipotesis
dan linier. Hipotesis yang menyatakan
yang menyatakan hubungan konsep diri
kematangan
dengan kenakalan remaja secara parsial
secara
simultan
emosi
dan
konsep
diri
berhubungan dengan kenakalan remaja,
diri
merupakan
kenakalan
kapasitas
remaja.
Skor
adalah berlawanan arah, ditolak.
diterima.
2. Koefisien korelasi parsial kematangan
emosi
=
-0,313
menunjukkan
dan
p
hubungan
=
0,001
kematangan
emosi (setelah skor konsep diri dikontrol
secara statistik) dengan kenakalan remaja
adalah
berlawanan
arah
dan
linier.
Prediksi tersebut signifikan (p < 0,5).
Kematangan emosi merupakan kapasitas
psikologis
yang
memungkinkan
berpotensi
terjadinya
untuk
penurunan
kenakalan remaja. Skor kenakalan remaja
134,225 – (0,313) = 133,912 adalah skor
penurunan yang signifikan (bermakna).
Hipotesis yang menyatakan hubungan
kematangan emosi dengan kenakalan
remaja secara parsial adalah berlawanan
arah, diterima.
0,080 dan p = 0,530 menunjukkan
kematangan
Proporsi
variasi
tinggi
rendahnya
kenakalan remaja dapat dijelaskan melalui
kematangan emosi dan konsep diri. Variabel
kematangan emosi dan konsep diri merupakan
variabel psikologis yang bersifat positif dan
menghasilkan kemungkinan keluaran variabel
negatif, yaitu kenakalan remaja. Hubungan
tersebut
termasuk
kematangan
kemungkinan
kenakalan
unik.
emosi
dan
besar
remaja.
Komposisi
konsep
diri
membangkitkan
Hasil
uji
asumsi
menunjukkan kematangan emosi dan konsep
diri berhubungan ko-linier. Sifat hubungan
kedua variabel tidak terpisahkan, kematangan
emosi ada di dalam konsep diri, dan konsep
diri ada di dalam kematangan emosi. Remaja
3. Koefisien korelasi parsial konsep diri = hubungan
Diskusi
konsep
emosi
diri
(setelah
dikontrol
skor
secara
yang matang emosinya adalah remaja yang
konsep dirinya berkembang baik. Remaja
kosep dirinya berkembang dengan baik adalah
remaja yang matang secara emosional.
statistik) dengan kenakalan remaja adalah
berlawanan arah dan linier. Prediksi
Kematangan emosi yang tcrdiri dari
aspek
pengendalian
diri,
kemandirian,
tersebut tidak signifikan (p > 0,05).
JURNAL PSIKOLOGI
495
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
perasaan konsekuen, dan penerimaan diri
Kematangan emosi ko-linier dengan
(Albin, 1996) adalah ko-linier dengan aspek-
konsep
aspek konsep diri dari Hurlock (1996), yaitu
kenakalan remaja sulit ditemukan penjelasan
konsep diri fisik, psikis, sosial, emosional,
teoritis maupun praktis. Dinamika psikologis
aspirasi, dan prestasi. Informasi perbandingan
dapat diidentifikasi pada hubungan parsial.
rerata teoritik dan empirik menunjukkan
Hubungan
kematangat emosi, konsep diri, dan kenakalan
kenakalan remaja adalah berlawanan arah,
remaja
linier, dan signifikan. Semakin matang emosi,
yang
menjadi
subjek
penelitian
diri
dan
berhubungan
kematangan
emosi
dengan
dengan
tergolong tinggi. Informasi hasil uji asumsi
semakin
normalitas
berperilaku nakal. Hipotesis frustasi-agresi
sebaran
menunjukan
data
kecil
kemungkinan
remaja
kenakalan remaja tidak sesuai dengan ciri-ciri
menjelaskan
kurve normal. Remaja yang terpilih sebagai
menimbulkan agresi. Frustasi adalah situasi
subjek penelitian kebetulan sebagian besar
individu terhambat atau gagal dalam usaha
kenakalannya tergolong tinggi.
mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Perkembangan emosi yang sangat
keadaan
frustrasi
akan
Pengalaman perilaku tindak agresi dan taraf
matang dan konsep diri yang berkembangan
halangan
sangat baik berhubungan dengan kenakalan
diharapkan akan menimbulkan perilaku agresi
remaja, hanya berlaku pada sampel remaja
(Wringhtan & Deaux dalam Sears dkk.,
dengan tingkat kenakalan tinggi. Prediksi
2004). Kenakalan remaja yang terdiri dari
peningkatan komposisi kematangan emosi
aspek-aspek
dan konsep diri akan diikuti peningkatan
perilaku membahayakan diri sendiri, perilaku
kenakalan remaja,hanya berlaku pada remaja
menimbulkan korban materi dan korban fisik
dengan
tinggi.
pada orang lain merupakan manifestasi
diri
frustrasi berbentuk agresi. Remaja yang
variabel
emosinya matang akan mampu mengatasi
merupakan variabel interval dan bersifat
frustrasi yang mendorong apresi, dan mampu
positif. Aspek kematangan emosi yang secara
mengendalikan impuls-impuls emosi yang
teoritis ada di dalam konsep diri adalah aspek
mendorong perilaku nakal.
tingkat
Kematangan
kemungkinan
kenakalan
emosi
karena
dan
yang
konsep
kedua
yang
berlebihan
perilaku
yang
melanggar
tidak
status,
pengendalian diri, yaitu pada aspek konsep
Remaja dengan emosi matang mampu
diri emosional. Gambaran remaja tentang
mempertahankan dorongan emosi, memahami
emosi diri, seperti kemampuan menahan
emosi diri untuk diarahkan kepada tindakan-
emosi, pemarah, sedih, atau riang-gembira,
tindakan positif. Tidak menggantungkan diri
pendendam,
dan pemaaf secara teoritis
kepada orang lain, sadar dan bertanggung
merupakan aspek pengendalian diri di dalam
jawab menjalankan keputusan, menerima
kematangan emosi.
kelemahan maupun kelebihan dan menerima
496
JURNAL PSIKOLOGI
MUAWANAH & PRATIKTO
diri secara fisik maupun psikis dengan baik.
tubuhnya
Remaja yang matang emosinya kemungkinan
perilakunya, dan gengsi yang diberikan
besar tidak suka melawan orangtua, tidak
tubuhnya di mata orang lain.
dalam
hubungannya
dengan
membolos sekolah, dan tidak suka pergi dari
Konsep diri psikis yang tidak realistis
rumah tanpa pamit, mengendarai motor tidak
membuat remaja menggambarkan diri sangat
dengan
menghindari
tingg terhadap kemampuan dan tidak bersedia
narkotika, tidak menggunakan senjata, tidak
kemampuannya dinilai rendah, dan harga
keluyuran malam, dan menghindati pelacuran.
dirinya membubung tinggi dan menganggu
Remaja dengan emosi matang perilakunya
hubungannya dengan orang lain.
kecepatan
tinggi,
tidak merugikan orang lain, tidak mencuri,
Konsep diri sosial yang tidak realitis
mencopet, ataupun merampas. Remaja yang
membuat remaja mengambarkan diri terlalu
matang emosinya menghindari perilaku yang
baik dalam hubungannya dengan orang lain,
dapat menimbulkan korban fisik pada orang
dengan teman sebaya, dan dengan keluarga.
lain
seperti
menampar,
berkelahi,
melempar
menempeleng.
benda
keras,
Konsep diri aspirasi yang tidak realitis
membuat
remaja
menggambarkan
diri
mendorong sampai jatuh, menyepak, atau
memiliki pendapat dan gagasan yang paling
memukul dengan benda.
benar dibanding orang lain, lebih kreatif, dan
Konsep diri tidak berhubungan dengan
bercita-cita yang sulit diraih.
kenakalan remaja setelah kematangan emosi
dikendalikan.
antara
membuat remaja menggambarkan diri terlalu
kematangan emosi dan konsep diri yang
diri sebagai individu yang maju dan akan
searah dan signifikan dengan kenakalan
berhasil. Gambaran diri yang tidak realitis
remaja kemungkinan karena adanya konsep
akan
diri.
merusak
Konsep
Hubungan
diri
simultan
Konsep diri prestasi yang tidak realitis
merupakan
variabel
intemal yang positif. Konsep diri secara
parsial tidak berhubungan dengan kenakalan
mengganggu
kematangan
mempertinggi
keseimbangan
emosi
kemungkinan
dan
dan
akan
terjadinya
kenakalan remaja.
Analisis
kemungkinan
hubungan
remaja. Temuan penelitian dapat dijelaskan
positif konsep diri yang tidak realistis dengan
melalui dinamika internal dalam keseluruhan
kenakalan remaja sesuai dengan respon
aspek konsep diri, kecuali konsep
diri
konsep diri dalam kontinum respon adaptif
emosional. Konsep diri yang tidak realitistis
sampai respon maladaptif dari Stuart dan
akan menjadi sumber masalah. Konsep diri
Sundeen
(1998)
sebagai
berikut.
fisik yang tidak realitis membuat remaja
menggambarkan dirinya sangat tinggi dalam
penampilannya, dengan seksnya, arti penting
JURNAL PSIKOLOGI
497
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
Respon adaptif
Respon maladaptif
Aktualisasi diri
Konsep diri
positif
Harga diri
rendah
Kerancuan
identitas
Depersonalisasi
Gejala yang muncul akibat gangguan
terlalu tinggi atau terlalu rendah dari keadaan
konsep diri adalah mengkritik diri sendiri atau
yang sesungguhnya. Akibatnya konsep diri
orang
yang terbentuk dapat negatif atau terlalu
lain,
destruktif
penurunan
pada
orang
produktivitas,
lain,
gangguan
positif.
Konsekuensi
selanjutnya
adalah
hubungan dengan orang lain, perasaan diri
muncul rasa mampu yang tidak realistis,
penting yang berlebihan, perasaan tidak
sehingga standar atau patokan keberhasilan
mampu,
(prestasi) menjadi tidak realistis pula (White
perasaan
bersalah,
mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan,
perasaan negatif mengenai tubuh sendiri,
dalam Purwanti, 1996).
Fitts
(dalam
Purwanti,
1996)
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan
menyatakan jika individu ingin mendapatkan
hidup pesimis, keluhan fisik, pandangan
persepsi yang tepat tentang dirinya, ada empat
hidup yang bertentangan, penolakan terhadap
aspek konsep diri yang harus terintegrasi
kemampuan personal, destruktif terhadap diri
dalam dirinya, yaitu: 1). Aspek konsep diri
sendiri, pengurangan diri atau penarikan diri
kritik, jika ingin memiliki rasa mampu yang
secara sosial, penyalahgunaan zat perangsang
realistis, individu harus terbuka terhadap
(adiktif), dan menarik diri dari realitas.
kelemahan diri, harus bersedia menerima
Rasa diri penting yang berlebihan dan
umpan balik dari orang lain sebagai suatu
menarik diri dari realitas merupakan tipikal
kritik yang membangun, bukan sebagai kritik
konsep diri yang tidak realistis. Pemahaman
yang bertujuan untuk menjatuhkan; 2) Aspek
tentang potensi diri akan menimbulkan rasa
harga diri adalah komponen penting dan
mampu.
Individu
akan
selalu
berupaya
domain dalam konsep diri individu. Harga
standar
atau
patokan
diri berperan sebagai penilai bagian-bagian
keberhasilan pada kesempatan yang akan
diri yang menghasilkan rasa suka, tidak suka,
datang dan terdorong untuk berprestasi dan
puas, tidak puas, dan lain-lain. Keterbukaan
meningkatkan prestasi di masa yang akan
diri dan keyakinan diri dibutuhkan untuk
datang. Rasa mampu yang dihasilkan oleh
menghasilkan
konsep diri bisa saja salah. Hal ini bisa terjadi
membuat
karena kesalahan atau ketidaksesuaian dalam
Perkembangan
mempersepsi segala kelebihan dan kelemahan
menumbuhkan perasaan berhasil dan perasaan
dari keadaan yang sesungguhnya dimiliki.
mampu
Individu menilai potensi diri yang dimiliki
internal untuk mengarahkan perilaku; 3)
meningkatkan
498
penilaian
pemahaman
yang
yang tepat
diri
pemahaman
berperan
dan
berkembang.
diri
sebagai
akan
kendali
JURNAL PSIKOLOGI
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
Aspek
integrasi
kemampuan
diri,
individu
menunjuk
dalam
pada
membuat
kemungkinan karena keterlibatan konsep diri
yang tinggi.
kesesuaian antara penilaian dan kenyataan
Konsep diri
secara
parsial
tidak
yang ada. Individu akan memiliki integrasi
berhubungan
diri
Konsep diri remaja yang membumbung tinggi
yang
baik
jika
dapat
memenuhi
dengan
kenakalan
remaja.
kesesuaian penilaian dan kenyataan, karena
kemungkinan
mencoba realistis dalam membuat penilaian
kematangan emosi. Konsep diri yang tinggi
diri;
diri,
dan tidak terkontrol akan menjadi tidak
keyakinan
rasional. Kemantangan emosi yang tidak
individu dalam menilai diri sendiri. Individu
mampu berperan mengendalikan konsep diri
yang tidak yakin akan dirinya, siapa, dan
yang berkembang secara tidak rasional akan
bagaimana keadaannya, akan mempunyai
membelokkan arah hubungan kematangan
gambaran diri yang tidak tepat. Penilaian
emosi dengan kenakalan remaja.
4)
Aspek
menggambarkan
keyakinan
sejauhmana
yang tepat dan sesuai dengan kenyataan
akan
berkonflik
Kematangan emosi
secara
dengan
parsial
membutuhkan keyakinan diri yang kuat.
berhubugnan linier, berlawanan arah, dan
Keyakinan yang kuat bahwa penilaian sudah
signifikan.
Kematangan
dilengkapi
menjauhkan
remaja
dengan
keterbukaan
akan
emosi
dari
akan
kemungkinan
kelemahan diri, agar gambaran diri (konsep
berperilaku nakal. Semakin matang emosi,
diri) yang terbentuk menjadi tepat (realsitis).
semakin
Penelitian menyimpulkan kematangan
emosi
dan
konsep
diri
adalah
suatu
komposisi. Kematangan emosi ada di dalam
kecil
kemungkinan
remaja
berperilaku nakal. Semakin tidak matang
emosi,
semakin
besar
potensi
remaja
berperilaku nakal.
konsep diri dan konsep diri ada di dalam
kematangan emosi. Aspek pengendalian diri
Kepustakaan
di dalam konsruk-kematangan emosi identik
dengan aspek konsep diri emosional di dalam
konstruk konsep diri.
Komposisi kematangan emosi tinggi
dan konsep diri tinggi merupakan variabel
psikologi positif yang memprediksi keluaran
perilaku negatif, yaitu kenakalan remaja yang
tinggi. Hubungan simultan yang searah dan
signifikan antara kematangan emosi dan
konsep
diri
dengan
JURNAL PSIKOLOGI
kenakalan
remaja
Albin, R S. (1996). Emosi Bagaimana
Mengenal,
Menerima
dan
Mengarahkannya.
Yogyakarta:
Kanisius.
Haryono. (1996). Kematangan Emosi,
Pemikiran Moral, dan Kenakalan
Remaja.
Semarang:
FIP-IKIP
Semarang.
Hay, I. (2000). Gender-Self-concept Profiles
of Adolescents Suspended from High
School. Journal of Child Psychology
and Psychiatry, 41, 3, 345-352.
499
KEMATANGAN EMOSI, KONSEP DIRI DAN KENAKALAN REMAJA
Hurlock,
E.B.
(1996).
Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Kusumaredi,
L.A. (2011).
Fenomena
Kenakalan Remaja di Indonesia.
http://ntb.
bkkn.go.id/rubrik/691/.
Unduh 18 Agustus 2011, Pukul 19.30.
Maria,
U.
(2007).
Peran
Persepsi
Keharmonisan Keluarga dan Konsep
Diri
terhadap
Kecenderungan
Kenakalan Remaja. Tesis. Yogyakarta:
Sekolah
Pascasarjana
Universitas
Gadjah Mada.
Partosuwido, S.R. (1992). Penyesuaian Diri
Mahasiswa Dalam Kaitannya dengan
Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status
Laporan
Penelitian.
Perguruan
Yogyakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Purwanti, M. (1996). Menumbuhkan dan
Meningkatkan
Motif
Berprestasi
Remaja, Upaya Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda. Jurnal
Atma nan Jaya, April, 71-84.
Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Remaja.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sears, D., Freedman, J., Peplau, L. 1994.
Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.
Shavelson, B.J. & Roger, B (1982). SelfConcept: The Interplay of Theory
Methods, Journal of Educational
Psychology, 72, 1, 3-17.
Shiffer, N. Layhch-Sanner, J., & Nadelman, L
(1997). Relationship Between SelfConcept ad Classroom Behavior in Two
Informal
Elementary
Classroom.
Journal of Educational Psychology, 72,
1, 349-359.
Tambunan, R. (2001). Perkelahian Pelajar.
www.e-psikologi.com. Unduh tanggal
17 Agustus 2011, Pukul 20.20.
Yanti, D. (2005). Keterampilan Sosial pada
Anak
Menengah
Akhir
yang
Mengalami Gangguan Perilaku. e-USU
Repository. Medan: Program Studi
Psikologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Stuart, G.W. and Sundeen, S.J. (1998). Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
500
JURNAL PSIKOLOGI
Download