PERAN PARIWISATA DALAM NERACA PEMBAYARAN INDONESIA OLEH : LISNA MARIANA ABSTRACT Tourism holds an important role in the balance of payments, namely as tool for creating foreign exchange earnings. In the framework of national growth, which is intended for increasing the welfare of the people, the expansion in tourism will be made continuously and ever increased, by developing the existence tourism resources to become a dependable economic factor for the increasing of foreign currency’s earnings, especially to decrease the Indonesian Balance of Payments deficit. In developing the tourism the foreign culture influence will be minimized so that Indonesia personality will be protected and also maintain the everlasting and excellent quality of living environment of Indonesia. PENDAHULUAN Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta budaya bangsa, seperti yang telah diamanatkan dalam Garisgaris Besar Haluan Negara (1998) bahwa pengembangan pariwisata, kecuali untuk menghasilkan devisa dan menambah kesempatan penanaman modal, juga menambah volume penyerapan tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena kepariwisataan sebagai upaya Lisna Mariana, Staf Pengajar STMT Trisakti J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 ekonomi, bukan saja padat modal, tetapi juga padat karya. Dengan demikian, sektor pariwisata mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan ini terkait dengan peningkatan pariwisata sebagai andalan yang mampu menggalakkan sektor lain yang terkait (BPS, 1998). Keberhasilan pengembangan kepariwisataan termaksud, berarti akan meningkatkan perannya dalam Neraca Jasa, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya. Dalam kedudukannya tersebut, secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai peran yang sangat besar dalam Neraca Pembayaran Indonesia, dimana sampai saat ini, selalu terdapat defisit dalam Neraca Perdagangan, dimana nilai ekspor lebih rendah daripada nilai impor. KESEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN Neraca Pembayaran atau Balance of Payments adalah the record of the transactions of the residents of a country with the rest of the world. There are two main accounts in the balance of payments : the current account Lisna Mariana, 68-80 69 and the capital account (Dornbusch & Fischer, 1994). The current account records trade in goods and services, as well as tranfer payments. The capital account records purchases and sales of assets, such as stocks, bonds, and land. (Dornbusch & Fischer, 1994). Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia adalah defisit dalam neraca pembayaran. Masalah tersebut bersumber dari perbedaan dalam sifat-sifat ekspor dan impor. Sebagai akibat dari sifat ekspor dan impor yang berbeda, perekonomian tidak selalu dapat secara serentak mengatasi masalah neraca pembayarannya. Impor dan ekspor biasanya merupakan komponen yang sangat penting dalam neraca pembayaran. Impor yang melebihi ekspor, cenderung menimbulkan defisit dalam neraca pembayaran. Ahli-ahli ekonomi Klasik memandang perdagangan luar negeri sebagai suatu “penggerak pertumbuhan ekonomi” atau engine of growth. Keyakinan mereka ini didasarkan pada peran yang dapat diberikan oleh kegiatan perdagangan luar ISSN 1411-1527 70 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 negeri dalam mempercepat proses pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik, perdagangan luar negeri mempunyai potensi untuk memberikan tiga sumbangan penting dalam pembangunan ekonomi. Peranannya dapat diuraikan sebagai berikut : manajemen yang tidak efisien, tetapi karena kekurangan permintaan di dalam negeri. Dalam keadaan demikian, perdagangan luar negeri memungkinkan mereka memperluas pasar untuk hasil-hasil kegiatannya. 1. Meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Pandangan ini bersumber dari keyakinan kaum Klasik mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan spesialisasi. Negara-negara yang melakukan spesialisasi dan perdagangan luar negeri akan (a) dapat meningkatkan efisiensi kegiatan produksinya, dan (b) dapat menikmati lebih banyak barang daripada sebelum adanya perdagangan luar negeri. 3. Meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi. Dengan melakukan perdagangan luar negeri, sesuatu negara akan menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara lain. Ini memungkinkan negara tersebut (a) mempelajari teknik produksi yang lebih baik, (b) mengimpor barangbarang modal yang baru, yang lebih tinggi produktivitasnya, dan (c) mempelajari pandangan-pandangan baru yang akan memperbaiki cara kerja dan cara memimpin perusahaan yang sedang dijalankan. 2. Memperluas pasar produksi dalam negeri. Dalam setiap perekonomian, selalu timbul keadaan di mana beberapa perusahaan atau industri mempunyai kapasitas produksi yang tidak sepenuhnya digunakan. Penggunaan alat-alat modal yang tidak mencapai maksimum, tidaklah karena Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang, pandangan yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Klasik tersebut mendapat berbagai kritik. Kritik yang paling dikenal menyatakan bahwa syarat perdagangan negaranegara berkembang cenderung untuk menjadi semakin ISSN 1411-1527 Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 memburuk dalam jangka panjang. Ini mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh dari perdagangan luar negeri, dan keadaan ini selanjutnya memperlambat pertumbuhan ekonomi. Yang lebih penting lagi, dalam jangka pendek, harga-harga ekspor negara-negara berkembang mengalami keadaan naik turun yang sangat besar. Perubahanperubahan seperti itu sangat mengganggu kestabilan neraca pembayaran, kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan, dan kestabilan harga-harga. Dalam analisis Makro Ekonomi dianggap bahwa sesuatu perekonomian berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi, dan kalau mungkin, mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, tanpa inflasi. Dalam perekonomian terbuka, tujuan itu berarti bahwa usaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi tersebut, harus diikuti oleh keadaan neraca pembayaran yang seimbang. Neraca pembayaran yang mengalami defisit, dapat mempengaruhi kestabilan harga-harga; dan menimbulkan pelarian modal serta mengurangi investasi, yang pada Lisna Mariana, 68-80 71 akhirnya akan menimbulkan kemunduran dalam tingkat kegiatan ekonomi negara. Dengan demikian, di sektor luar negeri kebijakan pemerintah haruslah ditekankan kepada menciptakan keseimbangan dalam neraca pembayaran yang pada waktu yang sama akan mewujudkan pula tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi. Berdasarkan kepada sifatnya dalam mempengaruhi pembelanjaan agregat, langkahlangkah yang dapat dilaksanakan pemerintah, dapat dibedakan dalam dua golongan. 1. Kebijakan menekan pengeluaran (expenditure dampening policy). 2. Kebijakan memindahkan pengeluaran (expenditure switching policy). Yang dimaksud dengan kebijakan menekan pengeluaran adalah langkah-langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan defisit, dengan melakukan tindakan-tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat. Dengan tindakan itu, pemerintah berharap impor dapat diturunkan tanpa mengurangi ekspor. Perubahan seperti itu diharapkan akan memperbaiki ISSN 1411-1527 72 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 neraca pembayaran. Kebijakan menekan pembelanjaan didasarkan pada keyakinan, bahwa ekspor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional, sedangkan impor mempunyai perkaitan yang positif dengan pendapatan nasional, yaitu makin tinggi pendapatan nasional, maka makin tinggi impor. Dengan demikian kebijakan mengurangi pengeluaran agregat, yang pada mulanya akan menurunkan tingkat pendapatan nasional, pada akhirnya akan mengurangi impor. Sebaliknya ekspor tidak akan mengalami perubahan. Kebijakan menekan pengeluaran sangat sesuai dijalankan pada waktu perekonomian menghadapi masalah inflasi dan tingkat kegiatan ekonomi yang terlalu tinggi. Dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, kebijakan tersebut akan memperburuk masalah yang dihadapi. Apabila perbelanjaan agregat dikurangi, tingkat kegiatan ekonomi akan semakin menurun, dan masalah pengangguran semakin memburuk. Ini merupakan pengorbanan yang terlalu besar untuk menyeimbangkan neraca pembayaran. ISSN 1411-1527 Kebijakan menekan pengeluaran dapat dilaksanakan dengan mengambil salah satu atau gabungan langkah-langkah yang dinyatakan di bawah ini : a) Menaikkan pajak penghasilan. Pajak penghasilan yang bertambah tinggi, akan mengurangi pendapatan disposebel, dan pengurangan tersebut selanjutnya akan menurunkan konsumsi ke atas barang-barang buatan dalam negeri dan barang impor. b) Menaikkan tingkat bunga. Tingkat bunga yang bertambah tinggi menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan keuntungan yang memuaskan lagi. Ini akan membatalkan niat para pengusaha untuk menanam modal di sektor tersebut. Investasi akan berkurang, dan ini selanjutnya akan mengurangi pengeluaran agregat. c) Mengurangi pengeluaran pemerintah. Tindakan pemerintah ini tidak hanya penting untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran, tetapi juga inflasi yang sedang dihadapi. Pengurangan Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 dalam pajak penghasilan dan kenaikan dalam tingkat bunga tidak akan mencapai tujuannya, apabila hargaharga terus meningkat. Untuk mengekang kenaikan harga-harga, pengurangan dalam perbelanjaan pemerintah adalah sangat penting peranannya. Pada waktu yang sama, tujuan untuk menyeimbangkan neraca pembayaran akan lebih mudah mencapainya. Upaya untuk meningkatkan ekspor, dapat ditempuh kebijakan-kebijakan sebagai berikut : Menciptakan perangsangperangsang ekspor. Tindakan ini dapat dilaksanakan dengan cara melaksanakan langkah-langkah yang menyebabkan kegiatan ekspor lebih menguntungkan daripada masa sebelumnya. Menciptakan kestabilan atas upah dan harga merupakan salah satu usaha penting untuk mencapai tujuan ini. Kesuksesan kegiatan ekspor tergantung pada kemampuan barang-barang dalam negeri untuk bersaing di pasaran luar negeri. Salah satu faktor yang menentukan daya saing tersebut adalah ongkos produksi yang rendah dan Lisna Mariana, 68-80 73 harga penjualan yang stabil. Keadaan ini dapat diciptakan apabila terdapat kestabilan harga-harga dan upah. Melakukan devaluasi. Maksud dari tindakan ini adalah untuk menaikkan daya persaingan barang dalam negeri. Devaluasi menyebabkan harga ekspor bertambah murah dan impor bertambah mahal. Oleh sebab itu, devaluasi akan menambah ekspor dan mengurangi impor. Disamping upaya meningkatkan ekspor, dapat pula dilakukan dengan mengadakan penghambat impor. Yang diartikan dengan penghambat impor atau import barriers adalah langkah-langkah pemerintah dalam perpajakan atau peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri. Penghambat impor biasanya dibedakan dalam dua jenis: penghambat tarif dan penghambat bukan tarif. Penghambat tarif adalah usaha mengurangi impor dengan mengenakan/memungut pajak atas barang-barang yang diimpor. Sedangkan penghambat bukan tarif adalah peraturan-peraturan yang mengurangi kebebasan ISSN 1411-1527 74 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 memasukkan barang dari luar negeri. Tarif dan quota adalah dua jenis penghambat impor yang dapat dan lazim digunakan untuk mengurangi pemasukan barang-barang yang berasal dari luar negeri. Tarif adalah pajak atas barang-barang yang diimpor. Sedangkan quota adalah pembatasan atas jumlah barang yang boleh diimpor. Tarif merupakan jenis penghambat impor yang paling banyak digunakan, dan ini disebabkan karena tarif bukan saja merupakan alat yang lebih baik untuk memberi perlindungan (proteksi) kepada industri di dalam negeri, tetapi juga karena ia dapat digunakan sebagai alat untuk menambah pendapatan pemerintah dari perpajakan. Di banyak negara berkembang, pajak impor merupakan salah satu sumber terpenting dari pendapatan pemerintah. Pada umumnya, tarif yang digunakan sesuatu negara adalah bersifat ad volarem, yaitu pajak impor yang nilainya ditentukan dalam persentasi dari nilai barang yang diimpor. Dengan mudah dapat dilihat, bahwa tarif akan menaikkan harga barang impor. Akibat ini berbeda dengan akibat yang ditimbulkan oleh quota. Apabila ISSN 1411-1527 barang impor yang dihambat pemasukannya dengan menggunakan quota, permintaannya tidak berlebihlebihan, quota impor tidak akan menaikkan harga barang tersebut. Quota biasanya digunakan di negara-negara yang mempunyai valuta asing yang terbatas. Oleh sebab itu, negara tersebut harus menggunakannya secara berhemat. Tujuan ini antara lain dapat dicapai dengan menentukan quota untuk mengimpor barang-barang tertentu. Di negara-negara maju, quota adakalanya digunakan sebagai tindakan tambahan, apabila tarif tidak berhasil membatasi impor barang-barang tertentu. Apabila sesuatu barang impor mempunyai mutu yang jauh lebih baik daripada yang dihasilkan di dalam negeri, tarif yang tinggi belum tentu mampu membatasi pengimporannya. Pembatasan impor dengan menggunakan quota akan mengatasi masalah tersebut. (Sadono Sukirno, 1995). NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Perkembangan neraca pembayaran Indonesia sangat dipengaruhi oleh besarnya neraca perdagangan, yang perubahannya dapat dilihat dari Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 peranan ekspor dan impor. Ekspor non migas semakin berperan dalam perekonomian Indonesia menggantikan posisi ekspor minyak dan gas, yang secara mengesankan sangat menguntungkan perekonomian nasional. Perkembangan ini mendorong keberhasilan perekonomian Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, dan memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan neraca pembayaran Indonesia. Sampai menjelang Pelita VII, ekspor Indonesia menunjukkan perkembangan yang tinggi, namun dibarengi pula dengan pengeluaran jasa-jasa yang lebih tinggi, sehingga mengakibatkan neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit. Perkembangan neraca perdagangan dan neraca jasajasa neto secara langsung mempengaruhi neraca transaksi berjalan. Untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, diimbangi dengan pinjaman luar negeri. Dimana pinjaman luar negeri terus diupayakan sesuai dengan prioritas pembangunan guna menjaga perekonomian Indonesia dan perdagangan luar negeri. Lisna Mariana, 68-80 75 Ekspor Pemerintah terus berupaya meningkatkan devisa negara terutama melalui ekspor, untuk itu berbagai kebijakan deregulasi telah banyak dilaksanakan. Pokok kebijakan di bidang ekspor, diarahkan untuk terus dapat meningkatkan devisa dengan cara memperluas hasil ekspor, baik dengan meningkatkan keragaman komoditi ekspor, maupum memperluas negara tujuan ekspor, dan yang lebih penting, meningkatkan standar mutu produk dalam negeri, sehingga dapat bersaing di pasar dunia. Dari serangkaian kebijakan yang telah dikeluarkan telah mampu mendorong peningkatan ekspor Indonesia. Pada tahun 1994/1995 total ekspor Indonesia telah mencapai US $ 42.161 juta dan pada tahun 1995/1996 meningkat menjadi US $ 47.754 juta atau naik sebesar 13,27 persen. Begitu pula pada tahun 1996/1997 meningkat hanya 8,97 persen atau sebesar US $ 52.038 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi total ekspor Indonesia pada tahun 1997/1998 diperkirakan mencapai US $ 54.695 juta atau naik 4,93 persen. Dalam tahun ISSN 1411-1527 76 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 sangat berarti terhadap nilai anggaran 1998/1999 diperkiraekspor. Selama dua periode kan ekspor secara keseluruhan GAMBAR total 1. EKSPOR DAN IMPOR US INDONESIA, 1994/1995-1998/1999 yaitu tahun 1995/1996 dan akan meningkat sebesar $ (JUTA DOLAR AS) 1996/1997 besarnya peranan 59.484 juta atau naik 8,93 esektor non migas bagi ekspor persen, meliputi ekspor migas Indonesia masing-masing diperkirakan menurun menjadi sebesar 75,50 persen dan 77,80 US1994/95 $ 10.232 juta atau turun persen. Pada tahun anggaran sebesar 7,14 persen dan non 1998/1999 ekspor non migas migas diperkirakan meningkat 1995/96 diperkirakan kembali meningkat menjadi US $ 49.252 juta atau mencapai US $ 49.252 juta. naik sebesar 13,00 persen. Dengan diberlakukannya Walaupun total ekspor 1996/97 perdagangan bebas antar negara Indonesia setiap tahun di kawasan ASEAN (AFTA) tahun meningkat, namun tidak 2003, maka ekspor non migas 1997/98 halnya dengan ekspor demikian Indonesia ke kawasan tersebut migas, yang cenderung akan meningkat. Oleh karena menurun, mulai tahun 1998/99 itu untuk tahun anggaran 1996/1997. Hal ini disebabkan 1998/1999 ekspor non migas oleh berkurangnya ekspor diperkirakan meningkat minyak bumi yang disebabkan 40000 44000 48000 52000 56000 60000 mencapai Us $ 49.252 juta atau oleh melemahnya harga minyak naik sebesar 13,00 persen. di pasar dunia, dan terbatasnya Ekspor (f.o.b) produksi dalam negeri, sehingga mempengaruhi nilai ekspor migas secara keseluruhan. Sebaliknya, nilai ekspor non migas setiap tahunnya terus meningkat. Perkembangan ekspor non migas di Indonesia dari tahun ke tahun makin berperan dalam perekonomian, menggantikan posisi ekspor migas dan menjadi andalan dalam pemasukan devisa negara. Impor (f.o.b) Ditinjau dari besarnya kontribusi antar sektor,maka peranan sektor non migas ISSN 1411-1527 Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 Impor Perkembangan impor Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kekuatan permintaan dalam negeri atas barangbarang konsumsi dan impor atas bahan baku/penolong, dan barang-barnag modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri dalam negeri. Impor ini digunakan untuk proses industri dalam negeri dan industri barang-barang ekspor. Kebijakan di bidang impor, diarahkan untuk mendukung dan mendorong pertumbuhan industri di dalam negeri, dan industri yang berorientasi ekspor. Kebijakan ini selalu disesuaikan dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah di bidang impor selama lima tahun terakhir, telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan impor Indonesia. Perkembangan impor Indonesia menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan perkembangan ekspornya. Meskipun termasuk negara penghasil minyak, Indonesia masih melakukan impor minyak, walaupun nilai impor migas cukup kecil, bila dibandingkan dengan impor non migas. Tingginya nilai impor non Lisna Mariana, 68-80 77 migas berkaitan erat dengan pesatnya pertumbuhan investasi dan kegiatan industri dalam negeri yang berorientasi ekspor, sehingga mendorong meningkatnya impor bahan baku/penolong dan barang modal. Pada tahun 1998/1999 diperkirakan pertumbuhan nilai impor agak melambat dari tahun sebelumnya. Perkiraan nilai impor non migas diupayakan agar dapat dipertahankan pada pertumbuhan yang relatif kecil dengan melalui kebijakan pemerintah dalam pengendalian impor bahan migas. PERAN PARIWISATA Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa neraca pembayaran sangat ditentukan oleh posisi perdagangan ekspor dan impor, serta pengeluaran jasa-jasa. Seperti telah diuraikan pula, bahwa nilai ekspor ternyata selalu cenderung berada di bawah nilai impor. Demikian pula halnya dengan jasa-jasa neto Indonesia, setiap tahun masih mengalami defisit, yang berarti bahwa sisi pengeluaran jasa-jasa masih lebih besar daripada sisi penerimaannya. Guna mengimbangi pengeluaran jasa-jasa tersebut, diupayakan meningkatkan penerimaan ISSN 1411-1527 78 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 devisa melalui berbagai sektor jasa, di antaranya sektor pariwisata, yang terus didorong pertumbuhannya. Berkaitan dengan itu, langkah-langkah untuk mengembangkan sektor pariwisata dan industri-industri jasa pendukungnya terus dilakukan. Mengingat potensinya yang sangat besar dalam menghasilkan devisa dan penyediaan lapangan kerja, maka dikembangkan sarana dan prasarana pariwisata di dalam negeri, yang sasarannya adalah meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan ekspor jasa non migas melalui program-program kepariwisataan, seperti halnya melakukan promosi di luar negeri, dan berpartisipasi dalam acara kepariwisataan internasional. Penerimaan devisa untuk jasa diharapkan meningkat pesat dari sektor pariwisata dan penerimaan devisa dari transfer pendapatan tenaga kerja di luar negeri. Walaupun pemasukan devisa dari sektor pariwisata dan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri terus meningkat, namun pengeluaran jasa-jasa masih menunjukkan defisit. Hal tersebut karena pengeluaran devisa jasa-jasa masih sangat besar. ISSN 1411-1527 Dengan demikian makin jelas peranan dari pariwisata dalam neraca pembayaran Indonesia. Dan oleh karena itu, berbagai upaya dan langkah-langkah konkrit dilaksanakan untuk meningkatkan sektor pariwisata. Sebagai hasilnya, antara lain tampak adanya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia pada tahun 1997 sebanyak 5.185.243 orang atau meningkat 2,99% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5.034.472 orang. Puncak kedatangan terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebanyak 486.334 orang atau 9,38% dari jumlah kedatangan pada tahun 1997. Sedangkan jumlah kedatangan yang terkecil terjadi pada bulan Januari, yang hanya mencapai 376.848 orang atau 7,27% dari jumlah kedatangan pada tahun 1997. Sedangkan untuk tahun 1998, jumlah wisman yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk-utama mencapai 3,76 juta orang atau turun sebesar 15,07 persen dibanding jumlah wisman tahun 1997 sebesar 4,43 juta. Untuk seluruh pintu masuk (tercatat 71 pintu masuk) jumlah wisman tahun 1998 mencapai 4,61 juta orang atau lebih rendah 11,16 persen Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 dibandingkan tahun 1997 sebesar 5,185 juta orang. (BPS, 1999.b.). Berdasarkan kebangsaan wisman paling banyak adalah berkebangsaan Singapura, yaitu sebanyak 26,12% dari seluruh wisman, diikuti oleh bangsa Jepang dan Malaysia, masingmasing sebesar 12,75% dan 10,53%. Dengan diberikannya fasilitas bebas visa untuk beberapa negara, maka wisman yang berkunjung ke Indonesia lebih banyak menggunakan fasilitas tersebut. Dari 5.185.243 orang wisman yang berkunjung ke Indonesia, 87,2%-nya atau 4.521.583 orang, tidak menggunakan visa, yang terdiri dari 2.149.966 orang pada Semester I, dan 2.371.617 orang pada Semester II. Jenis dokumen yang digunakan untuk memasuki wilayah Indonesia yang paling banyak adalah dengan Bebas Visa Kunjungan Singkat, yaitu 4.448.508 orang. Sedangkan yang menggunakan Visa saat kunjungan sebanyak 71.180 orang. Jenis visa yang paling banyak diberikan kepada wisman adalah visa kunjungan usaha. Dari 663.660 wisman Lisna Mariana, 68-80 79 yang datang ke Indonesia dengan visa 45,47%-nya menggunakan visa kunjungan usaha. Sedangkan yang menggunakan visa transit sebanyak 30,78% dari total wisman. Moda angkutan yang digunakan oleh wisman untuk mengunjungi Indonesia masih didominasi oleh angkutan udara, yaitu sebanyak 60,52%nya dari total. Sedangkan bila dilihat menurut kebangsaan, Jepang adalah yang paling banyak menggunakan moda angkutan ini, diikuti dengan wisman yang berkebangsaan Singapura dan Malaysia, masing-masing 18,66%, 8,84% dan 7,66%. Wisatawan mancanegara yang datang dengan menggunakan angkutan air sebanyak 53,22%-nya berkebangsaan Singapura. Khusus untuk bulan Juni 1999, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang tercatat melalui 13 pintu masuk mencapai 308.348 orang, atau naik 2,61 persen dibanding jumlah wisman bulan Mei 1999 sebesar 300.511 orang. Kegiatan kampanye Pemilu yang dilanjutkan dengan pelaksanaan Pemilu tanggal 7 Juni 1999, ternyata tidak berpengaruh pada jumlah wisman yang datang ke ISSN 1411-1527 80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 Indonesia. Pemilu yang ternyata dapat berlangsung tertib, lancar dan aman, telah menambah keyakinan dan rasa aman wisman untuk datang ke Indonesia. Secara kumulatif, jumlah wisman untuk Semester I, Januari-Juni 1999 mencapai 1.858,4 ribu orang yang berarti naik sebesar 10,07 persen dibanding jumlah wisman untuk periode yang sama tahun 1998 sebesar 1.688,4 ribu orang. Bila dilihat menurut masingmasing pintu masuk, persentase kenaikan jumlah wisman terbesar selama Semester I 1999 terjadi di Mataram 60,73 persen, diikuti oleh Ngurah Rai-Bali 32,28 persen, dan Batam-Riau 17,00 persen. Naik-turunnya jumlah wisman yang datang ke Indonesia sangat terkait dengan perkembangan sosial, politik dan keamanan di dalam negeri dalam arti suhu politik dan gejolak sosial yang meningkat dapat menjadi kontra produktif bagi jumlah wisman yang berkunjung. PENUTUP Dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat, pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan ISSN 1411-1527 mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Kebijakan tersebut memberikan peran yang sangat besar, utamanya dalam mendukung upaya mengeliminasi defisit neraca pembayaran Indonesia. Untuk itu, kebijakan makro dalam kepariwisataan harus sekaligus dapat memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah, serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Dalam pembangunan kepariwisataan, tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa, dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektorsektor pembangunan lainnya, serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah, dan besar agar saling menunjang. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan kontribusi sektor pariwisata dalam neraca pembayaran Indonesia, semakin besar. Lisna Mariana, 68-80 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 81 TABEL 1. PERKEMBANGAN JUMLAH WISMAN MENURUT PINTU MASUK JANUARI - JUNI 1999 Tahun/Bulan SoekarnoNgurah Rai Hatta 1999/ Januari Pebruari Maret April Mei Juni Jan-Jun 1999 Jan-Jun 1998 Jan-Des 1998 Batam 59.247 108.626 96.232 61.245 105.673 98.131 70.612 121.514 112.141 64.368 110.188 97.710 50.370 112.241 104.391 54.344 124.841 97.583 360.186 683.083 606.188 440.770 516.393 518.111 883.016 1.246.289 1.173.392 Sumber : Badan Pusat Statistik, 1999.b. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Statistik Wisatawan International di Indonesia 1997, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1998. 10 Pintu Masuk Lainnya Jumlah 32.706 296.811 41.145 306.194 36.451 340.718 33.548 305.814 33.509 300.511 31.580 308.348 208.939 1.858.396 213.535 1.688.809 461.973 3.764.670 Republik Indonesia, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, Jakarta, 1998. ________________, Laporan Perekonomian Indonesia 1998, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1999.a. ________________, Perkembangan Ekspor, Impor dan Pariwisata, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1999.b. Dornbusch, Rudiger, and Stanley Fischer, Macro Economics, Sixth Edition, McGraw-Hill, Inc., New York, 1994. Lisna Mariana, 68-80 ISSN 1411-1527 82 J. Ilm. Pariwisata, Vol. 4, No. 1. Agustus 1999 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995. ***ksm*** ISSN 1411-1527 Lisna Mariana, 68-80