YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) Tinjauan Kriminologi Terhadap Prilaku Menyimpang di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pelanggaran Kelengkapan Berkenderaan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau). ---------------------------------------------------------------------------------Dwiky Herdianto Surya Kriminologi, Universitas Islam Riau [email protected] (Naskah diterima: 20 Mei 2016, Disetujui: 14 Juni 2016) Abstract The researchers conducted a study entitled “Deviant Behavior Against Criminology Overview Among Teens(Violation Case Study Completed on the drive is Vocational School District Integrated Agricultural Riau Province)”. This study formulates the problem or background factors of deviant behavior committed by young people (students) Vocational High School of Agriculture Riau province from the perspective of Criminology?. And the goal of this research is the students County Vocational School District Integrated Agricultural Riau using vehicles to transport them daily. The aim of this study was to describe the influence of personal factors, family factors and environmental conditions in accordance with the theory Lemerst regarding deviant behavior among young people (students) at the Vocational School District Integrated Agricultural Riau Province in 2016. This research method is quantitative by analyzing data obtained descriptive analysis of 75 adolescent respondents (students) that transport using vehicles. Keywords: Deviant Behavior, Adolescent, Vocational School District Integrated Agricultural Riau Province Abstrak Peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Tinjauan Kriminologi Terhadap Prilaku Menyimpang di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pelanggaran Kelengkapan Berkenderaan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau). Penelitian ini merumuskan masalah mengenai faktor apakah yang melatar belakangi perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja (pelajar) di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Provinsi Riau ditinjau dari sudut pandang Kriminologi?. Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa (pelajar) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau yang menggunakan kenderaan bermotor sebagai alat transportasi mereka sehari-hari. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh faktor pribadi, faktor keluarga, dan faktor lingkungan sesuai dengan teori Lemerst mengenai prilaku menyimpang di kalangan remaja (pelajar) pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau tahun 2016. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menganalisa data yang diperoleh secara deskriftif analisis terhadap 75 responden remaja (pelajar) yang menggunakan transportasi kenderaan. Kata kunci: Prilaku Menyimpang, Remaja, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau. 30 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) fisik, maka akibatnya anak akan mengalami 1. Pendahuluan alam sebuah tulisannya, E.B. Surbakti gangguan kejiwaan berat. (Ismed Yusuf; (2009:21) yang menyatakan bahwa dalam Yohanes Sutoyo, 2003:69). Keluarga orang tua perlu mempersiapkan mental, me- pada hakekatnya merupakan wadah pem- latih emosi dan menegakkan disiplin para bentukan watak dari masing-masing ang- remaja sejak dini agar mereka kelak mampu gotanya, terutama pada anak-anakyang masih mengemban tugas dan tanggung jawab dengan berada dalam bimbingan dan tanggung jawab baik agar kenakalan-kenakalan yang dilaku- orang kan oleh remaja dapat terus ditekan sehingga (Khairuddin, 1997:3). tuanya; dalam hal ini remaja tidak meningkat menjadi kejahatan. Perkem- Remaja adalah sekelompok manusia bangan para remaja tidak bisa dipisahkan dari yang telah melewati masa kanak-kanaknya sistem dan pola asuh yang mereka terima. tetapi belum dapat dikatakan dewasa. Salah Jika mereka memperoleh pola asuh yang baik, satu cara mengenali remaja adalah usia maka mereka akan menjadi remaja yang baik. mereka. Dalam kenyataannya, belum terdapat Begitu pula sebaliknya, jika mereka kesepakatan baku terhadap usia remaja, mem-peroleh pola asuh yang buruk, maka namun sesuai dengan pertumbuhan maupun mereka akan menjadi remaja yang buruk pula. perkembangan fisik dan mentalnya, mereka Untuk itu diperlukan perhatian yang benar dapat dikenali berdasarkan pengelompokan dari para pengambil kebijakan, baik itu usianya. Dengan demikian, terlihat bahwa institusi keluarga (orang tua), masyarakat kelompok remaja adalah mereka yang berusia sekitar (lingkungan) dan institusi pendidikan 12-20 tahun (Santrock, 1995, dalam Rista (sekolah). Keluarga (orang tua) harus berhati- Maidigustia, 2012: 3). hati dalam memilih dan menerapkan sistem pola asuh kepada anak-anak remaja mereka. Keluarga merupakan kesatuan terkecil di dalam masyarakat, menempati kedudukan Orang tua sebagai orang yang ber- yang utama dan fundamental dalam diri tanggung jawab dalam awal proses sosialisasi remaja yang dapat menimbulkan sesuatu yang anak, pendidikan baik bagi seluruh anggotanya, dimana suasana dengan penuh tanggung jawab. Tanggung- keluarga dapat menimbulkan rasa aman dan jawab orang tua itu sungguh berat, dan kelau menyenangkan sehingga akan menumbuhkan mereka salah memperlakukan anak secara keperibadian yang sesuai dengan norma dan hendaknya melakukan aturan yang berlaku di masyarakat. 31 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) Lebih jauh, kalau kita perhatikan kehidupan keluarga atau kualitas rumah lebih fokus kepada tangga maka kehidupan dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku yang tampak (covert behavior) dan perilaku yang tidak tampak (overt behavior). Perilaku keluarga yang harmonis memainkan peranan kemudiannya memberikan yang paling besar dalam membentuk keperi- individu tersebut. Identitas itu berbeda-beda di badian remaja, misalnya pada rumah tangga antara satu individu dengan individu lainnya yang berantakan (broken home) tersebab sesuai kematian ayah atau ibu, perceraian orang tua, mengadakan hubungan (Abdulsyani, 1999: hidup terpisah dari keluarga asal, poligami, 2007). Hubungan individu dengan masyarakat poliandri, perselingkuhan atau ayah atau ibu dimulai atau timbul dari pengaruh keluarga mempunyai simpanan, peroalan rumah tangga dan dari kondisi sosial keluarga yang ke- lainnya seperti konflik keluarga, ekonomi dan mudian membawa kesadaran bahwa dirinya lain sebagainya dapat menyebabkan terjadinya berbeda dengan lingkungan sosialnya. Ma- sumber utama terjadinya kenakalan di ka- syarakat juga mempunyai kewajiban dan langan remaja (Kartini Kartono, 2006: 59). tanggung jawab terhadap perlindungan anak dengan siapa identitas individu pada tersebut Hal yang juga sering terjadi terhadap dan remaja, dimana pola gerak dan tingkah kenakalan remaja yang disebabkan oleh kon- laku masyarakat akan memberikan sumbangan disi lingkungan sekelilingnya. Perilaku ma- terhadap perilaku para remaja, apakah melalui nusia sebagai individu timbul dan berkembang interaksi sosial dengan berbagai kegiatan atas dasar ciri-ciri sosial dan hubungan- sosial kemasyarakat yang ada dalam ling- hubungannya. Perilaku merupakan semua kungan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang penyelenggaraan perlindungan anak. Hal ini dapat diamati secara langsung maupun tidak jelas memberikan dampak baik langsung mau- dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo, pun tidak langsung terhadap perkem-bangan 2001:24) tersebut, perilaku para remaja dan dengan demikian Machfoedz, 2005:35) menyatakan bahwa peri- lingkungan juga mempunyai peran yang besar laku juga merupakan aksi dari individu dalam proses perkembangan dan pertumbuhan terhadap reaksi dari hubungan dengan ling- seorang anak dalam membentuk perilaku atau kungannya. Dengan kata lain, perilaku baru keperibadiannya. terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan (1999:2) menyatakan bahwa lingkungan sa- untuk menimbulkan reaksi. Perilaku dapat ngat erat kaitannya dengan perkembangan Senada dengan hal Lebih jauh Abdulsyani 32 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) mental seorang anak dalam masyarakat. Per- Lebih lanjut, pemerintah menge- kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi luarkan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun serta perkembangan dan kemajuan budaya 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional se- memberikan andil yang cukup besar dalam bagai pengganti Undang-Undang Nomor: 2 perkembangan perilaku manusia terutama Tahun 1989 dimana salah satu isu penting remaja dalam kehidupannya bermasyarakat dalam undang-undang tersebut adalah peng- yang Perkembangan libatan masyarakat dalam pengembangan perilaku remaja yang demikian apabila di- sektor pendidikan sebagaimana yang dite- tinjau dari segi kriminologi menempatkan para gaskan pasal 9 bahwa masyarakat berhak remaja dalam kategori yang berperilaku sesuai untuk berperan serta dalam perencanaan, dengan norma yang diterima dalam masya- pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pro- rakat dan para remaja yang berperilaku yang gram pendidikan. Pasal ini merupakan kelan- tidak sesuai dengan norma yang berlaku jutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1 ditengah-tengah masyarakat. Reaksi terhadap bahwa pendidikan di Indonesia diseleng- perilaku yang sudah sesuai dengan norma garakan secara demokratis dan berkeadilan. yang berlaku ditengah-tengah masyarakat, Demokratisasi pendidikan merupakan impli- tentunya tidak menjadi masalah, tetapi ter- kasi dari dan sejalan dengan kebijakan men- hadap perilaku yang tidak sesuai dengan dorong pengelolaan sektor pendidikan pada norma yang berlaku ditengah-tengah masya- daerah, di mana implementasinya di-tingkat rakat, akan menimbulkan persoalan yang pada sekolah, baik rencana pengembangan sarana gilirannya seringkali bermuara kepada per- dan alat ketengaan, kurikulum serta berbagai soalan hukum. Perilaku yang dtidak sesuai program pembinaan siswa, semua diserahkan dengan norma tersebut biasanya akan menye- pada sekolah untuk merancangnya serta babkan terganggunya ketertiban dan keten- mendiskusikannya dengan mitra horizon- teraman hidup bermasyarakat. Perilaku seperti talnya dari komite sekolah (Rosyada, 2004: itu biasanya didalam masyarakat disebut se- 265). semakin kompleks. bagai pelanggaran atau lebih ekstrim lagi Pergaulan remaja pada saat ini sudah disebut sebagai sebuah kejahatan. Kejahatan sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. meruapakan gejala-gejala sosial yang akan Berbagai berita di berbagai media massa baik selalu dihadapi masyarakat seiring dengan elektronik maupun media cetak hampir setiap perkembangan masyarakat itu sendiri. harinya menampilkan dekadensi moral dari 33 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) kaum remaja. Hal-hal negatif dari perilaku Perilaku menyimpang adalah tingkah remaja menimbulkan penyimpangan, di mana laku yang menyimpang dari tendensi sentral menurut Edwin H. Sutherland (1960:12) atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat perilaku menyimpang bersumber pada per- kebanyakan/populasi (Kartini Kartono, 2005: gaulan-pergaulan Juvenile 11). Perilaku menyimpang dapat terjadi di delinquency merupakan perilaku jahat atau mana saja, baik di dalam keluarga, di kantor- nakal pada anak-anak muda yang merupakan kantor swasta dan pemerintah, di sekolah- gejala sakit (patologis) dimana secara sosial sekolah pada kaum remaja disebabkan oleh salah satu Ukuran perilaku menyimpang bukan pada bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka ukuran baik buruk atau benar salah menurut mengembangkan bentuk tingkah laku yang pengertian umum, melainkan berdasarkan menyimpang (Johanes Sutoyo dalam Ranti ukuran longgar tidaknya norma dan nilai Hirawati, 2009:25). sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai yang berbeda. dan di lingkungan masyarakat. Persoalan normal atau tidaknya perilaku sosial masyarakat yang satu seringkali berbeda kenakalan atau perilaku menyimpang seperti dengan norma dan nilai sosial masyarakat tersebut di atas, telah dijelaskan oleh Emiel lainnya. Durkheim dikutip oleh Soerjono Soekanto (1985:73) dalam bukunya Rules Kalau kita mendalami perilaku menyim- of pang dan ditinjau dari aspek kriminologi Sociological Method di mana beliau menga- sering kita jumpai bahwa perilaku menyim- takan bahwa perilaku menyimpang atau jahat pang dikalangan remaja merupakan tindakan- kalau dalam batas-batas tertentu dianggap tindakan yang menyimpang dari batasannya sebagai fakta sosial yang normal. Dalam yang telah ditentukan oleh norma-norma batas-batas tertentu kenakalan adalah normal kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu karena tidak mungkin menghapusnya secara kebudayaan (Kartini Kartono, 2005:93). Per- tuntas. Oleh karena itu, perilaku dikatakan soalan seperti ini menjadi ruang lingkup normal adalah sejauh perilaku tersebut tidak kriminologi mengingat kriminologi merupa- menimbulkan keresahan dalam masyarakat, di kan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki mana perilaku tersebut terjadi dalam batas- gejala kejahatan dalam lingkup yang seluas- batas tertentu dan mengarah pada sesuatu luasnya. Kriminologi memperhitungkan keja- perbuatan yang tidak disengaja. hatan dan tingkah laku yang menyimpang menurut kacamata masyarakat itu sendiri dan 34 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) bukannya dari kacamata orang-orang dalam masyarakat tersebut. Menurut 2. Perumusan Masalah Mustofa Penulis merumuskan permasalah dari (2005:7) di dalam masyarakat, sesuatu per- penelitian ini adalah: Faktor-faktor apakah buatan itu dianggap sebagai suatu kejahatan yang melatar-belakangi perilaku menyimpang apabila perbuatan tersebut mempunyai dam- di kalangan remaja (khususnya siswa Sekolah pak yang merugikan masyarakat bersang- Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Ter- kutan. Manakala menurut Bonger (dalam padu Provinsi Riau) berupa pelanggaran ke- Kartini Kartono, 2005:14) kriminologi itu lengkapan berkendara ditinjau dari sudut pan- adalah ilmu pengetahuan mengenai kejahatan dang kriminologi? seluas-luasnya yang menyelidiki sebab-sebab 3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian dari gejala kejahatan. Untuk hal tersebut, aturan hukum di Indonesia memberikan batasan tentang apa yang termasuk tindak pidana, pelanggaran atau yang bukan merupakan tindak pidana atau pelanggaran. Berbagai pengertian yang berbeda-beda dari banyak pakar hukum di Indonesia tentang pengertian tindak pidana itu sendiri. Akan tetapi walaupun berbeda-beda tetapi memiliki maksud dan arti yang hampir sama yaitu perbuatan yang dapat dihukum (Moeljatno, 1985 dalam Delti Wahyuni, 2007: 12). Menurut mereka, perbuatan melanggar hukum disebut juga perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Kemudian pelanggaran adalah perbuatan yang sifatnya melawan hukum, namun baru diketahui setelah ada Undang-Undang yang menentukan demikian. Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab nyimpang terjadinya di perilaku kalangan me- remaja (pelajar) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau dalam hal pelanggaran kelengkapan berkendara. 2). Merumuskan langkah-langkah serta memberikan masukan dan rekomentasi dalam upaya meminimalisir pelanggaran kelengkapan berkendara. 4. Tinjauan Pustaka Kalau kita mempelajari secara lebih mendalam tentang kriminologi, maka kita akan menemukan bahwa kriminologi pada dasarnya merupakan ilmu pengetahuan yang 35 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) mempelajari tentang sebab musabab kejahatan di tengah masyarakat, yang pada gilirannya sebagai gejala fisik maupun psikis serta menimbulkan perilaku yang dinilai masya- menentukan upaya-upaya atau reaksi-reaksi rakat sebagai suatu kelainan dan akhirnya terhadap sebuah kejahatan. Kemudian, dalam disebut sebagai kenakalan. perkembangannya, 5. Pengertian Remaja kriminologi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri Remaja mengandung makna tidak kecil serta mempunyai bagian-bagian lain yang dan tidak besar (dewasa) masa remaja adalah tidak sedikit jumlahnya sebagai ilmu bagian. masa yang menunjukkan masa peralihan dari Oleh karena itu, kriminologi dengan ilmu- masa kanak-kanak menuju ke masa dimana ilmu bagiannya itu sangat berguna bagi pakar seseorang menjadi dewasa. Pada masa remaja ilmu pakar ini terjadi berbagai perkembangan baik secara hukum, pakar ekonomi, pakar sosial dan fisik maupun non fisik seperti perkembangan lainnya, di mana mereka dapat melihat psikologis, perkembangan sosial, perkem- kejahatan dari sudut pelanggaran dibidang bangan moral dan perkembangan fisik. Masa norma hukum (Bambang Poernomo dalam remaja juga disebut sebagai periode perubahan Delti Wahyuni, 2007, 12). terutama dalam sikap dan perilaku dengan pengetahuan lainnya seperti Kejahatan, menjadi topik utama dari perubahan fisik (Hurlock, 2004, 31). penelitian kriminologi, diartikan sebagai pola Menurut Kartini Kartono (2000, 25) tingkah laku yang merugikan masyarakat, baik masa remaja merupakan periode yang dialami secara fisik maupun secara materi, baik yang oleh seorang anak laki-laki yang berumur 13 diluruskan dalam hukum maupun tidak. sampai 20 tahun atau 2 tahun lebih awal pada Selain topik utama, kejahatan, kriminologi anak perempuan. Manakala menurut Sarwono juga kepada (2002, 23) masa remaja (adolesence) itu masalah penyimpangan atau perilaku menyim- berkisar antara umur 12 sampai 25 tahun). pang atau pola tingkah laku yang tidak Manakala Makmun (2003, 12) melihat remaja mengikuti atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dari sisi karakteristik perilaku dan peribada yang berlaku dalam sesebuah masyarakat pada masa remaja dan (Mustofa, 2005, 6). Kenakalan juga menjadi dua kelompok yaitu remaja awal (11 sampai topik yang hangat dalam kajian kriminologi 13 tahun dan 14 sampai 15 tahun) dan remaja dimana mereka menderita cacat mental yang akhir (14 sampai 16 tahun dan 18 sampai 20 mengarahkan perhatiannya membaginya dalam disebabkan oleh pengaruh sosial yang terjadi 36 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) tahun). Agar berbeda dari pendapat Makmun, 2004, 478), bahwa masa remaja merupakan menurut Monks (2001, 262) masa remaja masa topan dan badai, dimana pada masa secara global berlangsung antara umur 12 tersebut timbul gejolak dalam diri akibat sampai 21 tahun, dengan pembagian 3 fase pertentangan yaitu fase remaja awal yaitu antara 12 sampai yang makin modern. 15 tahun, kemudian masa remaja pertengahan 6. Tahap Perkembangan Remaja nilai-nilai akibat kebudayaan antara 15 sampai 18 tahun dan masa remaja Waktu yang tidak terlalu panjang dalam akhir antara 18 sampai 21 tahun. Sejalan siklus kehidupan remaja, sebagaimana telah dengan Monks, Gunarsa (2001, 75) menyam- disebutkan pada bagian terdahulu, menurut paikan tiga masa peralihan dalam kehidupan Monks (2001, 262) dapat dibagi menjadi tiga remaja, yaitu perkembangan dalam masa tahapan, yaitu : remaja awal (12 sampai 15 tahun) perkem- a. Masa remaja awal, yaitu individu yang bangan masa remaja pertengahan (15 sampai berumur 12–15 tahun, dengan ciri khas 18 tahun) dan perkembangan masa remaja sebagai berikut : akhir (18 sampai 21 tahun). Kemudian Badan 1. Lebih dekat dengan teman sebayanya. Dunia World Health Organization (WHO), 2. Ingin bebas. salah satu badan dunia dibawah naungan Per- 3. Lebih banyak memperhatikan keadaan serikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memberikan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak. batasan remaja yaitu mereka yang berumur 10 b. Masa remaja tengah yaitu individu yang sampai 20 tahun yang didasarkan atas ke- berumur 15–18 tahun, dengan ciri khas sehatan remaja yang mana kehamilan pada sebagai berikut : usia tersebut memang mempunyai resiko yang 1. mencari identitas diri. lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia- 2. Timbul keinginan untuk kencan. usia diatasnya (Sarwono, 2002, 9) 3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam. 4. Mengembangkan kemampuan berfikir Pada periode ini, individu mempunyai karakteristik-karakteristik seksual dan sifatsifat kedewasaan. Kareakteristis tersebut abstrak. 5. Berkhayal tentang aktivitas seks. mencakup perubahan-perubahan psikologis c. Masa remaja akhir, yaitu individu yang yang penting dan khas berkaitan dengan berumur 18–21 tahun, dengan ciri khas konsep diri remaja. sebagai berikut : Lebih jauh dijelaskan oleh Hall (sebagaimana dikutip oleh Mussen, 37 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) 1. pengungkapan identitas diri. b. Ciri-ciri Seks Sekunder, dengan ciri-ciri 2. Lebih selektif dalam mencari teman pada remaja adalah sebagai berikut : sebaya. 1. Remaja laki-laki, dengan tanda-tanda : 3. Mempunyai citra jasmani dirinya. a. Bahu melebar, pinggul menyempit. 4. Dapat mewujudkan rasa cinta. b. Pertumbuhan rambut disekitar alat 5. Mampu berfikir abstrak. kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki. 7. Perkembangan Fisik Remaja c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal. Umumnya, pada masa remaja, pertum- d. Produksi keringat menjadi lebih buhan fisik berlangsung sangat pesat dimana banyak. dalam perkembangan seksualitasnya ditandai dengan dua ciri khusus yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder (Sarwono, 2. Remaja Perempuan, dengan tandatanda : 2003, 11). Kedua ciri-ciri tersebut memiliki a. Pinggul melebar, bulat dan mem- perbedaan diantara satu dengan lainnya. Hal besar puting susu membesar dan ini dapat dilihat dari uraian berikut ini : menonjol, a. Ciri-Ciri Seks Primer yang dilansir oleh kelenjar susu, payudara menjadi Departemen Kesehatan, disebutkan ciri-ciri 2. berkembangnya lebih besar dan lebih bulat. b. Bertambah besar, kelenjar lemak tersebut antara lain : 1. serta Remaja Laki-laki sudah bisa mela- dan kelenjar keringat menjadi lebih kukan fungsi reproduksi apabila telah aktif. mengalami mimpi basah. Mimpi basah c. Otot semakin besar dan semakin ini biasanya terjadi pada remaja laki- kuat, terutama pada pertengahan laki yang berumur antara 10 sampai dan menjelang akhir masa puber, dengan 15 tahun. sehingga memberikan bentuk pada Remaja Perempuan apabila sudah mengalami menstruasi, yaitu keadaan di mana keluarnya cairan darah dari alat kelaminnya berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah. bahu, lengan dan tungkai. d. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. 8. Perilaku Menyimpang Sebagai sebuah topik kajian kriminologi, perilaku menyimpang dapat menyebabkan ter- 38 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) ancamnya kehidupan sosial yang disebabkan Penyimpangan ini merupakan penyim- tidak berfungsinya tatanan sistem sosial se- pangan terus-menerus yang dilakukan oleh se- bagaimana mestinya yang disebabkan karena seorang dan tidak berhenti walaupun sanksi ada individu yang tidak dapat menjalan telah diberikan kepada. Secara umum, pe- tugasnya dalam sistem masyarakat tersebut. lakunya dikenal sebagai seseorang yang Pelaku penyimpangan adalah mereka yang berperilaku menyimpang. Sebagai contah diberi lebel dengan sukses, tingkah laku adalah seorang mahasiswa yang mencontek menyimpang ini merupakan tingkah laku yang temannya secara terus menerus dalam pe- di cap sedemikian oleh masyarakat. Pem- laksanaan ujian. berian cap menyimpang kepada seseorang Perilaku menyimpang juga mempelajari seringkali mengubah perlakuan masyarakat perilaku dan mereka yang dianggap sebagai terhadap jaringan pelanggar aturan sedangkan kriminologi me- hubungannya. Hal ini mendesak orang yang rupakan studi tentang orang-orang yang semula penyimpangan melanggar aturan-aturan yang resmi yang primer untuk pada gilirannya melakukan biasa kita kenal sebagai hukum. Perilaku penyimpangan sekunder dan pada akhirnya menyimpang ini dapat menyebabkan teran- seluruh gaya hidupnya akan diwarnai oleh camnya kehidupan sosial dimana tatan sistem penyimpangan semata (Lemert, 1951 dalam yang sudah ada dapat tidak berjalan sebagai- www.perilaku menyimpang .blogspot.com) mana mestinya karena adanya individu yang orang hanya tersebut melakukan dalam Lebih jauh, perilaku menyimpang dapat dibagi dalam beberapa jenis penyimpangan, di mana penyimpangan tersebut sebagai berikut : 1. Penyimpangan Sosial. yang sistem masyarakat. Menurut Lemert (dalam Mustofa, 2007: 87), dalam menjelaskan penyim-pangan, suatu Penyimpangan Sosial merupakan penyimpangan tidak dapat menjalankan tugasnya dalam bersifat peristiwa pelanggaran dan reaksi yang diberi- sementara kan kepada remaja tidaklah cukup dengan me- (temporer) yang terjadi terhadap seseorang, ngatakan bahwa orang tersebut adalah pe- misalnya pelanggaran terhadap rambu-rambu nyimpang. Seseorang untuk menjadi pe- lalu lintas, melaksanakan kegiatan memimum nyimpang harus melalui serangkaian tindakan, minuman keras dalam suatu acara pesta dan sejumlah reaksi dan sejumlah kontra-reaksi perhelatan. sebelum mereka dikatakan penyimpang atau 2. Penyimpangan Sosial Sekunder. penjahat. 39 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) Lebih lanjut Lemert (dalam Mustofa, masyarakat, maka sosialisasi dimasukkan 2007: 87), mengatakan pada tindakan pertama sebagai usaha memasukkan nilai-nilai ke- atau serangkaian tindakan awal, dapat terjadi budayaan terhadap individu sehingga individu pengingkaran atau penolakan untuk meng- tersebut menjadi bagian dari masyarakat anggap bahwa tindakan yang dilakukan (Abdulsyani, 1992: 2). tersebut adalah wajar-wajar saja dimana penyebab tindakan-tindakan Sementara norma sosial adalah serang- menyimpang kaian peraturan umum, baik tertulis maupun tersebut masuk dalam kategori primer meng- tidak tertulis. Mengenai tingkah laku atau ingat kurangnya sosialisasi, dan perbedaan perbuatan manusia yang menurut penelitian nilai-nilai sosialisasi penyimpangan. anggota sekelompok masyarakat sebagai se- Kenakalan remaja dalam studi mengenai masalah-masalah sosial dapat dikategorikan suatu yang pantas atau tidak pantas (Abdulsyani, 1992:2). ke dalam perilaku menyimpang. Dalam per- Sementara itu, Singgih D. Gunarso 2009: sfektif perilaku menyimpang, masalah sosial 3) terjadi karena adanya penyimpangan perilaku kenakalan remaja digolongkan dalam dua dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari kelompok yang berkaitan dengan norma- nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku norma hukum yaitu : menyimpang dapat dianggap sebagai sumber 1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial masalah disebabkan ianya dapat membahaya- serta tidak di atur dalam undang-undang se- kan tegaknya sistem sosial. hingga tidak dapat di kategorikan sebagai Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna mengatakan bahwa dari segi hukum, pelanggaran hukum. 2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum adanya jalur baku yang harus ditempuh. dengan penyelesaian sesuai dengan Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut undang-undang dan hukum berlaku dama dapat diartikan sebagai penyimpangan yang dengan perbuatan melanggar hukum bila telah dilakukan (Kartini Kartono, 2005:13) dilakukan oleh orang dewasa. Sosialisasi adalah proses belajar yang di Kenakalan yang dilakukan oleh remaja lakukan oleh seseorang (individu) untuk ber- memang bermacam-macam, sebagai contoh buat atau bertingkah laku berdasarkan patokan adalah kenakan yang menjurus pada pelang- yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. garan, termasuklah didalamnya Pelanggaran Jika sosialisasi di pandang dari sudut pandang Kelengkapan Berkendera, di mana para 40 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) remaja melakukan berbagai penyimpangan perbuatan yang sifatnya melawan hukum, dalam peraturan berkendara mulai dari per- namun baru dapat diketahui setelah Undang- syaratan umum bagi undang semua pengendara kenderaan bermotor baik roda dua maupun yang menentukan demikian (Moeljatno dalam Delti Wahyuni, 2007:14). lebih sampai kepada pelanggaran terhadap Pelanggaran Kelengkapan Berkendara standar umum kenderaan yang laik jalan yang merupakan suatu pelanggaran aturan lalu ditetapkan pemerintah misalnya mengganti lintas yang dapat menggangu ketertiban dan knalpot standar dengan knalpot yang menge- keamanan berlalu lintas serta dapat mengan- luarkan bunyi bising, mengganti warna lampu cam keselamatan penguna jalan lainnya. Se- utama dari kemerahan menjadi biru, hijau dan lain itu, Pelanggaran Kelengkapan Berkendera sebagainya. Juga tidak menggunakan helm juga dapat mengancam keselamatan para re- standar, menggunakan kenderaan melebihi ka- maja yang melakukan pelanggaran keleng- pasitas orang dan persyaratan teknis lainnya. kapan berkendera itu sendiri. Pelanggaran Kelengkapan Berkendera 9. Metode Penelitian merupakan suatu pelanggaran aturan lalu Penelitian ini dilakukan menggunakan lintas yang dapat mengganggu ketertiban dan tipe diskriptif analisis, di mana penulis men- keamanan berlalu-lintas serta dapat mengan- coba menggambarkan keadaan yang se- cam keselamatan pengguna jalan lain. Untuk benarnya terjadi dilapangan tentang apa yang itu hukum memberi batasan apa yang ter- terdapat pada saat penelitian dilaksanakan de- masuk tindak pidana atau pelanggaran atau ngan cara mengumpulkan data dan meng- yang bukan tindak pelanggaran . klasifikasikannya sehingga diperoleh perumu- Pengertian tindak pidana telah banyak di- san analisa terhadap masalah yang dihadapi kemukakan oleh para ahli dan sarjana, akan dengan uraian penjelasan. Hal ini disesuaikan tetapi berbeda-beda, dengan pendapat Nazir (1988: 63) yang walaupun memiliki maksud dan arti yang menyatakan bahwa metode diskriptif meru- sama yaitu perbuatan yang dapat di hukum. pakan metode dalam sebuah penelitian suatu Menurut Moeljatno dalam Delti Wahyuni, kelompok atau objek pada suatu kondisi 2007;13), perbuatan melanggar hukum disebut dalam suatu sistem pemikiran ataupun suatu juga perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang kelas peristiwa sekarang. pengertian tersebut dilarang oleh suatu aturan bagi siapa yang melanggar aturan tersebut. Pelanggaran yaitu 41 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) Oleh karena itu, dalam penelitian ini, a. Wawancara. informasi yang dikumpulkan berasal dari res- Pengumpulan data melalui metode wa- ponden yang dibatasi, terutama dalam pene- wancara litian ini menggunakan sampel atas populasi langsung kepada para pegawai Sekolah untuk mewakili populasi keseluruhan sebagai Menengah Kejuruan Negeri Pertanian data yang utama. Terpadu Negeri Provinsi Riau dan Polisi 9.1 Lokasi Penelitian Sektor Bukit Raya Pekanbaru dengan cara ini penulis lakukan secara Penelitian ini dilakukan di kalangan melakukan tanya jawab.Hasil tanya jawab remaja yang bersekolah di Sekolah Menengah tersebut selanjutnya diolah dan dijadikan Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi bahan analisis dalam penelitian ini. Riau, yang beralamat di Jalan Kaharuddin b. Angket atau Kuestioner. Nasution Km. 10 Marpoyan Damai, Pekan- Penulis telah menyiapkan angket atau baru 28284 Telepon: 0761-67417 Faxcimile: kuestiner dengan menyusun daftar per- 0761-72947dan Email : [email protected] tanyaan yang nantinya akan dijawab oleh serta Website: http//www.smkptn.com. responden yang meliputi seputar masalah 9.2 Jenis dan Sumber Data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis melakukan kegiatan penarikan sampel dengan dua cara yaitu pertama, penarikan secara sensus untuk para pegawai yang bekerja di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu c. Observasi. Penulis melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. 9.4 Teknik Analisa Data Provinsi Riau dan cara kedua yaitu dengan Teknik Analisa Data yang penulis menggunakan random sampling kepada para gunakan dalam penelitian ini adalah dengan pelajar yang bersekolah di Sekolah Menengah menggunakan Metode Kuantitatif yang meng- Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi analisa data yang diperoleh dari la-pangan dan Riau. diuraikan dengan menggunakan Analisis Dis- 9.3 Teknik Pengumpulan Data kriptif. Analisis diskriptif ini dilakukan setelah Dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melalui tiga cara : semua data terkumpul, lalu data ter-sebut dikelompokkan dan ditabulasi menurut jenis data serta ditambah dengan keterangan-kete- 42 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) rangan yang sifatnya mendukung dalam men- ini seringkali timbul gejolak di dalam diri jelaskan hasil penelitian untuk selanjutnya di- remaja yang mengakibatkan mereka mela- analisis secara diskriptif dengan memberikan kukan skor dengan skala Likert dengan dengan ka- Berbagai perilaku yang dijalankan oleh para tegori yaitu : remaja cenderung berlawanan atau bertolak 1. Jika jawaban responden A, penyimpangan dalam berperilaku. maka dika- belakang dengan aturan yang berlaku yang tegorikan Sangat Berpengaruh dengan sering kita kenal dengan perilaku menyim- nilai 3. pang. 2. Jika jawaban responden B, maka dika- Perilaku menyimpang di kalangan tegorikan Cukup Berpengeruh dengan remaja menjadi sesuatu yang sangat penting nilai 2. dalam kehidupan mereka, dimana pada masa 3. Jika jawaban responden C, maka dikate tersebut terjadi peralihan perilaku dari kanak- gorikan Tidak Berpengaruh dengan nilai kanak ke masa dewasa dengan berbagai kon- 1. sekwensi baik dan buruk. Pada kondisi 10. Simpulan tersebut sangat rawan terjadi penyimpangan Pada awal Januari 2010 telah diber- atau pelanggaran-pelanggaran terhadap nilai lakukan Undang-Undang Nomor: 22 Tahun dan moral yang dapat mengakibatkan tindak 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pidana. Untuk itu, anak-anak di usia ini perlu Raya, yang mengakibatkan berubahnya para- mendapatkan perhatian yang lebih serius dari digma pengguna jalan dari sembarangan, men- semua orang dalam pembinaan mental mereka jadi harus mematuhi atau mengikuti aturan menuju kepada kedewasaan. yang sesuai dengan persyaratan yang telah di Kalau kita hubungkan dengan Undang- tetapkan dalam Undang-undang tersebut. Hal Undang No: 22/2009 tersebut yang di ini harus dilakukan karena adanya sanksi dalamnya mengatur tentang beberapa per- berupa denda yang besar dan bahkan tindak syaratan bagi pengendara kenderaan (terutama pidana. roda 2) yaitu mengenai kelengkapan ber- Di sisi yang lain, masa remaja adalah kendara yang harus dipenuhi sebagaimana masa pancaroba yang paling susah untuk kenderaan tersebut keluar dari pabrikan, diprediksi atau diatur, baik oleh diri peribadi, misalnya: Harus punya dan dibawa saat keluarga atau lingkungan. Pada masa remaja mengendarai kenderaan roda 2 yaitu SIM, STNK, Plat Nomor Polisi harus terpasang dan 43 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) masih berlaku, Memakai Helm standar SNI, dengan penilaian berdasarkan 3 Indikator lampu menyala siang dan malam, tidak me- Utama yaitu (1). Faktor Peribadi; (2). Faktor lebihi jumlah yang dibenarkan, tidak melebihi Keluarga dan (3). Faktor Lingkungan dengan batas kecepatan dan lain sebagainya sampai menggunakan masing-masing 3 sub indikator be-berapa persyaratan teknis seperti kaca pendukung, bahwa ketiga-tiga faktor tersebut spion harus lengkap, klakson, lampu shein, memberikan dampak yang Sangat Ber- spedometer, kedalaman alur ban, knalpot sam- pengaruh terhadap terjadinya Perilaku Me- pai kepada tutup pentilpun, sering diper- nyimpang di Kalangan Remaja Pelanggaran masalahkan oleh petugas keamanan (dalam Kelengkapan Berkendara di kalangan remaja hal ini: Polisi lalu lintas) untuk dijadikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Per- alasan memberikan tilang kepada pengendara, tanian Terpadu Provinsi Riau dengan bobot sudah tentu perilaku menyimpang ini akan nilai sebesar 1.819 dan prosentase share menjadi kendala, bukan saja oleh para remaja perolehan sebesar 67,37 persen dimana jum- secara peribadi, tetapi juga keluarga dan ma- lah tersebut berdasarkan kontribusi dari indi- syarakat atau lingkungan serta para penegak kator yang dianalisis antara lain sebagai hukum itu sendiri dan pihak sekolah. Inilah berikut : yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan 1. Faktor Peribadi dengan bobot nilai 627, Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau. Secara umum dari hasil penelitian awal prosentase share perolehan 69,67 persen dengan kategori Sangat Berpengaruh. dilapangan yang penulis lakukan, ditemui be- 2. Faktor Keluarga; dengan bobot nilai 625, berapa perilaku menyimpang yang dilak- prosentase share perolehan 68,44 persen sanakan oleh para remaja (pelajar) Sekolah dengan kategori Sangat Berpengaruh. Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau. Dari rekapitulasi data tentang Perilaku Menyimpang Pelanggaran 3. Faktor Lingkungan; dengan bobot nilai 567, prosentase share perolehan 63,00 persen dengan kategori Sangat Berpengaruh. Kelengkapan Berkendara, setelah dilakukan Dari apa yang telah dipaparkan diatas penelitian ditemui kondisi tersebut memang dapat dikatakan bahwa semua faktor penyebab benar terjadi. perilaku menyimpang berdasar teori Lemert Berdasarkan penelitian lapangan memberikan Pengaruh yang sangat bersar dengan menggunakan Teori Perilaku Me- (Sangat Berpengaruh) terhadap terjadinya nyimpang yang dikemukakan oleh Lemert perilaku menyimpang di kalangan remaja 44 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) yaitu pelanggaran kelengkapan berkendara di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Herdi Salioso, Kurtur Sosial Cina Dalam Persaingan Bisnis, Penerbit Yayasan Akrab, Pekanbaru, 2011. Terpadu Provinsi Riau. Daftar Pustaka Abdulsyani, 1999, Sosiologi Sekematika, Teori dan Terapan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Basri, Hasan, 2000, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogjakarta. Bungin, Burhan, 2005, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Dariyo, Agus, 2004, Perkembangan Remaja, Penerbit PT. Ghalia Indonesia, Bogor. Dermawan, Mohammad Kemal, 1994, Mashab dan Penggolongan Teori dalam Kriminologi, Penerbit PT. Citra Aditya, Bandung. ____________, 1994, Strategi Pencegahan Kejahatan, Penerbit PT. Citra Aditya, Bandung. ____________, 2000, Materi Pokok Teori Kriminologi, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta. Furhmann, J.W, 2000 (terj. Shinto B.A dan S. Saragih), Adolesence; Perkembangan Remaja, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih G, 2001, Psikologi Praktis; Anak, Remaja dan Keluarga, Penerbit PT. Gunung Mulia, Jakarta. Hirawati, Ranti, 2009, Peranan Keluarga Dalam Kenakalan Remaja (Studi Kasus SMA Negeri 6 Pekanbaru, Kecamatan Tenayan Raya), Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Khairuddin, HSS, 1997, Sosiologi Keluarga, Penerbit Liberty, Yogjakarta. Makmun, A, 2003, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Prenada Media, Jakarta. Mussen, P.H, dkk, 2004, Perkembangan dan Keperibadian Anak, Penerbit Arcan, Jakarta. Mustofa, Muhammad, 2005, Metode Penelitian Kriminologi, Penerbit FISIP Universitas Indonesia Press, Jakarta. ____________, 2005, Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas Perilaku Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, Penerbit FISIP Universitas Indonesia, Jakarta. Riduan, 2004, Methode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung. Rosyada, Dede, 2004, Paradigma Pendidikan Demokratis, Penerbit Kencana, Bandung. Rumini, S dan Sundari, 2004, Perkembangan Anak dan Remaja, Penerbit Rineka Cipta, Bandung. Sandjaja, B dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, Penerbit Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. 45 YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46) Santrock, John. W, 2003, Psikologi Perkembangan, Penerbit Gajahmada University Press, Yogjakarta. Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, tanpa tahun. Suryanto, Bagong dkk, 2008, Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Sutoyo, Johanes, 1933, Anak dan Kejahatan, Penerbit Kerjasama Jurusan Kriminologi FISIP UI dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Jakarta. Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sule, Erni Tisnawati, Pengantar Manajemen, Penerbit Prenada Media, Jakarta, 2005. Anonim, Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Anonim, Undang-Undang Otonomi Daerah 1999, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1999. ---------------, Undang-Undang No. 32/2004, Penerbit Dahara Press, Jakarta, 2006. __________, Profil Kota Pekanbaru, Pemerintah Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 2007. __________, Pekanbaru Dalam Angka 2014, Pemerintah Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 2014. __________, Informasi eksekutif 2014, Pemerintah Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 2014. __________, Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2014, Pemerintah Kota Pekanbaru, Pekanbaru, 2014. Surbakti, E.B, 2008, Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja, Penerbit Elex Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Wahyudi, Tabloid Berita Lancang Kuning, Sejarah Singkat Kota Pekanbaru; Bersebab letaknya yang Strategis, Penerbit Yayasan Lancang Kuning Pekanbari, 2009. Wahyuni, Delti, 2007, Tinjauan terhadap Peranan Polisi Lalu Lintas dalam Menanggulangi Terjadinya Praktek Balap Motor Liar di Wilayah Hukum Polres Indragiri Hulu, Skripsi Universitas Islam Riau, Pekanbaru. 46