beberapa adat istiadat dalam masyarakat suku hutan

advertisement
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
Tinjauan Kriminologi Terhadap Prilaku Menyimpang di Kalangan
Remaja (Studi Kasus Pelanggaran Kelengkapan Berkenderaan di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi
Riau).
---------------------------------------------------------------------------------Dwiky Herdianto Surya
Kriminologi, Universitas Islam Riau
[email protected]
(Naskah diterima: 20 Mei 2016, Disetujui: 14 Juni 2016)
Abstract
The researchers conducted a study entitled “Deviant Behavior Against Criminology Overview
Among Teens(Violation Case Study Completed on the drive is Vocational School District
Integrated Agricultural Riau Province)”. This study formulates the problem or background
factors of deviant behavior committed by young people (students) Vocational High School of
Agriculture Riau province from the perspective of Criminology?. And the goal of this research is
the students County Vocational School District Integrated Agricultural Riau using vehicles to
transport them daily. The aim of this study was to describe the influence of personal factors,
family factors and environmental conditions in accordance with the theory Lemerst regarding
deviant behavior among young people (students) at the Vocational School District Integrated
Agricultural Riau Province in 2016. This research method is quantitative by analyzing data
obtained descriptive analysis of 75 adolescent respondents (students) that transport using
vehicles.
Keywords: Deviant Behavior, Adolescent, Vocational School District Integrated
Agricultural Riau Province
Abstrak
Peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Tinjauan Kriminologi Terhadap Prilaku
Menyimpang di Kalangan Remaja (Studi Kasus Pelanggaran Kelengkapan Berkenderaan di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau). Penelitian ini
merumuskan masalah mengenai faktor apakah yang melatar belakangi perilaku menyimpang
yang dilakukan para remaja (pelajar) di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Provinsi Riau
ditinjau dari sudut pandang Kriminologi?. Dan yang menjadi objek penelitian ini adalah siswa
(pelajar) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau yang
menggunakan kenderaan bermotor sebagai alat transportasi mereka sehari-hari. Tujuan penelitian
ini untuk mendeskripsikan pengaruh faktor pribadi, faktor keluarga, dan faktor lingkungan sesuai
dengan teori Lemerst mengenai prilaku menyimpang di kalangan remaja (pelajar) pada Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau tahun 2016. Metode penelitian ini
adalah kuantitatif dengan menganalisa data yang diperoleh secara deskriftif analisis terhadap 75
responden remaja (pelajar) yang menggunakan transportasi kenderaan.
Kata kunci: Prilaku Menyimpang, Remaja, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
Pertanian Terpadu Provinsi Riau.
30
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
fisik, maka akibatnya anak akan mengalami
1. Pendahuluan
alam sebuah tulisannya, E.B. Surbakti
gangguan kejiwaan berat. (Ismed Yusuf;
(2009:21) yang menyatakan bahwa
dalam Yohanes Sutoyo, 2003:69). Keluarga
orang tua perlu mempersiapkan mental, me-
pada hakekatnya merupakan wadah pem-
latih emosi dan menegakkan disiplin para
bentukan watak dari masing-masing ang-
remaja sejak dini agar mereka kelak mampu
gotanya, terutama pada anak-anakyang masih
mengemban tugas dan tanggung jawab dengan
berada dalam bimbingan dan tanggung jawab
baik agar kenakalan-kenakalan yang dilaku-
orang
kan oleh remaja dapat terus ditekan sehingga
(Khairuddin, 1997:3).
tuanya;
dalam
hal
ini
remaja
tidak meningkat menjadi kejahatan. Perkem-
Remaja adalah sekelompok manusia
bangan para remaja tidak bisa dipisahkan dari
yang telah melewati masa kanak-kanaknya
sistem dan pola asuh yang mereka terima.
tetapi belum dapat dikatakan dewasa. Salah
Jika mereka memperoleh pola asuh yang baik,
satu cara mengenali remaja adalah usia
maka mereka akan menjadi remaja yang baik.
mereka. Dalam kenyataannya, belum terdapat
Begitu pula sebaliknya, jika mereka
kesepakatan baku terhadap usia remaja,
mem-peroleh pola asuh yang buruk, maka
namun sesuai dengan pertumbuhan maupun
mereka akan menjadi remaja yang buruk pula.
perkembangan fisik dan mentalnya, mereka
Untuk itu diperlukan perhatian yang benar
dapat dikenali berdasarkan pengelompokan
dari para pengambil kebijakan, baik itu
usianya. Dengan demikian, terlihat bahwa
institusi keluarga (orang tua), masyarakat
kelompok remaja adalah mereka yang berusia
sekitar (lingkungan) dan institusi pendidikan
12-20 tahun (Santrock, 1995, dalam Rista
(sekolah). Keluarga (orang tua) harus berhati-
Maidigustia, 2012: 3).
hati dalam memilih dan menerapkan sistem
pola asuh kepada anak-anak remaja mereka.
Keluarga merupakan kesatuan terkecil
di dalam masyarakat, menempati kedudukan
Orang tua sebagai orang yang ber-
yang utama dan fundamental dalam diri
tanggung jawab dalam awal proses sosialisasi
remaja yang dapat menimbulkan sesuatu yang
anak,
pendidikan
baik bagi seluruh anggotanya, dimana suasana
dengan penuh tanggung jawab. Tanggung-
keluarga dapat menimbulkan rasa aman dan
jawab orang tua itu sungguh berat, dan kelau
menyenangkan sehingga akan menumbuhkan
mereka salah memperlakukan anak secara
keperibadian yang sesuai dengan norma dan
hendaknya
melakukan
aturan yang berlaku di masyarakat.
31
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
Lebih jauh, kalau kita perhatikan kehidupan keluarga atau
kualitas
rumah
lebih fokus kepada
tangga
maka
kehidupan
dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku yang
tampak (covert behavior) dan perilaku yang
tidak tampak (overt
behavior). Perilaku
keluarga yang harmonis memainkan peranan
kemudiannya
memberikan
yang paling besar dalam membentuk keperi-
individu tersebut. Identitas itu berbeda-beda di
badian remaja, misalnya pada rumah tangga
antara satu individu dengan individu lainnya
yang berantakan (broken home) tersebab
sesuai
kematian ayah atau ibu, perceraian orang tua,
mengadakan hubungan (Abdulsyani, 1999:
hidup terpisah dari keluarga asal, poligami,
2007). Hubungan individu dengan masyarakat
poliandri, perselingkuhan atau ayah atau ibu
dimulai atau timbul dari pengaruh keluarga
mempunyai simpanan, peroalan rumah tangga
dan dari kondisi sosial keluarga yang ke-
lainnya seperti konflik keluarga, ekonomi dan
mudian membawa kesadaran bahwa dirinya
lain sebagainya dapat menyebabkan terjadinya
berbeda dengan lingkungan sosialnya. Ma-
sumber utama terjadinya kenakalan di ka-
syarakat juga mempunyai kewajiban dan
langan remaja (Kartini Kartono, 2006: 59).
tanggung jawab terhadap perlindungan anak
dengan
siapa
identitas
individu
pada
tersebut
Hal yang juga sering terjadi terhadap
dan remaja, dimana pola gerak dan tingkah
kenakalan remaja yang disebabkan oleh kon-
laku masyarakat akan memberikan sumbangan
disi lingkungan sekelilingnya. Perilaku ma-
terhadap perilaku para remaja, apakah melalui
nusia sebagai individu timbul dan berkembang
interaksi sosial dengan berbagai kegiatan
atas dasar ciri-ciri sosial dan hubungan-
sosial kemasyarakat yang ada dalam ling-
hubungannya. Perilaku merupakan semua
kungan masyarakat yang berkaitan dengan
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
penyelenggaraan perlindungan anak. Hal ini
dapat diamati secara langsung maupun tidak
jelas memberikan dampak baik langsung mau-
dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo,
pun tidak langsung terhadap perkem-bangan
2001:24)
tersebut,
perilaku para remaja dan dengan demikian
Machfoedz, 2005:35) menyatakan bahwa peri-
lingkungan juga mempunyai peran yang besar
laku juga merupakan aksi dari individu
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
terhadap reaksi dari hubungan dengan ling-
seorang anak dalam membentuk perilaku atau
kungannya. Dengan kata lain, perilaku baru
keperibadiannya.
terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
(1999:2) menyatakan bahwa lingkungan sa-
untuk menimbulkan reaksi. Perilaku dapat
ngat erat kaitannya dengan perkembangan
Senada
dengan
hal
Lebih
jauh
Abdulsyani
32
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
mental seorang anak dalam masyarakat. Per-
Lebih
lanjut,
pemerintah
menge-
kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
luarkan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun
serta perkembangan dan kemajuan budaya
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional se-
memberikan andil yang cukup besar dalam
bagai pengganti Undang-Undang Nomor: 2
perkembangan perilaku manusia terutama
Tahun 1989 dimana salah satu isu penting
remaja dalam kehidupannya bermasyarakat
dalam undang-undang tersebut adalah peng-
yang
Perkembangan
libatan masyarakat dalam pengembangan
perilaku remaja yang demikian apabila di-
sektor pendidikan sebagaimana yang dite-
tinjau dari segi kriminologi menempatkan para
gaskan pasal 9 bahwa masyarakat berhak
remaja dalam kategori yang berperilaku sesuai
untuk berperan serta dalam perencanaan,
dengan norma yang diterima dalam masya-
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pro-
rakat dan para remaja yang berperilaku yang
gram pendidikan. Pasal ini merupakan kelan-
tidak sesuai dengan norma yang berlaku
jutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1
ditengah-tengah masyarakat. Reaksi terhadap
bahwa pendidikan di Indonesia diseleng-
perilaku yang sudah sesuai dengan norma
garakan secara demokratis dan berkeadilan.
yang berlaku ditengah-tengah masyarakat,
Demokratisasi pendidikan merupakan impli-
tentunya tidak menjadi masalah, tetapi ter-
kasi dari dan sejalan dengan kebijakan men-
hadap perilaku yang tidak sesuai dengan
dorong pengelolaan sektor pendidikan pada
norma yang berlaku ditengah-tengah masya-
daerah, di mana implementasinya di-tingkat
rakat, akan menimbulkan persoalan yang pada
sekolah, baik rencana pengembangan sarana
gilirannya seringkali bermuara kepada per-
dan alat ketengaan, kurikulum serta berbagai
soalan hukum. Perilaku yang dtidak sesuai
program pembinaan siswa, semua diserahkan
dengan norma tersebut biasanya akan menye-
pada sekolah untuk merancangnya serta
babkan terganggunya ketertiban dan keten-
mendiskusikannya dengan mitra horizon-
teraman hidup bermasyarakat. Perilaku seperti
talnya dari komite sekolah (Rosyada, 2004:
itu biasanya didalam masyarakat disebut se-
265).
semakin
kompleks.
bagai pelanggaran atau lebih ekstrim lagi
Pergaulan remaja pada saat ini sudah
disebut sebagai sebuah kejahatan. Kejahatan
sampai pada taraf yang mengkhawatirkan.
meruapakan gejala-gejala sosial yang akan
Berbagai berita di berbagai media massa baik
selalu dihadapi masyarakat seiring dengan
elektronik maupun media cetak hampir setiap
perkembangan masyarakat itu sendiri.
harinya menampilkan dekadensi moral dari
33
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
kaum remaja. Hal-hal negatif dari perilaku
Perilaku menyimpang adalah tingkah
remaja menimbulkan penyimpangan, di mana
laku yang menyimpang dari tendensi sentral
menurut Edwin H. Sutherland (1960:12)
atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
perilaku menyimpang bersumber pada per-
kebanyakan/populasi (Kartini Kartono, 2005:
gaulan-pergaulan
Juvenile
11). Perilaku menyimpang dapat terjadi di
delinquency merupakan perilaku jahat atau
mana saja, baik di dalam keluarga, di kantor-
nakal pada anak-anak muda yang merupakan
kantor swasta dan pemerintah, di sekolah-
gejala sakit (patologis) dimana secara sosial
sekolah
pada kaum remaja disebabkan oleh salah satu
Ukuran perilaku menyimpang bukan pada
bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
ukuran baik buruk atau benar salah menurut
mengembangkan bentuk tingkah laku yang
pengertian umum, melainkan berdasarkan
menyimpang (Johanes Sutoyo dalam Ranti
ukuran longgar tidaknya norma dan nilai
Hirawati, 2009:25).
sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai
yang
berbeda.
dan
di
lingkungan
masyarakat.
Persoalan normal atau tidaknya perilaku
sosial masyarakat yang satu seringkali berbeda
kenakalan atau perilaku menyimpang seperti
dengan norma dan nilai sosial masyarakat
tersebut di atas, telah dijelaskan oleh Emiel
lainnya.
Durkheim dikutip oleh Soerjono Soekanto
(1985:73)
dalam
bukunya
Rules
Kalau kita mendalami perilaku menyim-
of
pang dan ditinjau dari aspek kriminologi
Sociological Method di mana beliau menga-
sering kita jumpai bahwa perilaku menyim-
takan bahwa perilaku menyimpang atau jahat
pang dikalangan remaja merupakan tindakan-
kalau dalam batas-batas tertentu dianggap
tindakan yang menyimpang dari batasannya
sebagai fakta sosial yang normal. Dalam
yang telah ditentukan oleh norma-norma
batas-batas tertentu kenakalan adalah normal
kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu
karena tidak mungkin menghapusnya secara
kebudayaan (Kartini Kartono, 2005:93). Per-
tuntas. Oleh karena itu, perilaku dikatakan
soalan seperti ini menjadi ruang lingkup
normal adalah sejauh perilaku tersebut tidak
kriminologi mengingat kriminologi merupa-
menimbulkan keresahan dalam masyarakat, di
kan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki
mana perilaku tersebut terjadi dalam batas-
gejala kejahatan dalam lingkup yang seluas-
batas tertentu dan mengarah pada sesuatu
luasnya. Kriminologi memperhitungkan keja-
perbuatan yang tidak disengaja.
hatan dan tingkah laku yang menyimpang
menurut kacamata masyarakat itu sendiri dan
34
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
bukannya dari kacamata orang-orang dalam
masyarakat
tersebut.
Menurut
2. Perumusan Masalah
Mustofa
Penulis merumuskan permasalah dari
(2005:7) di dalam masyarakat, sesuatu per-
penelitian ini adalah: Faktor-faktor apakah
buatan itu dianggap sebagai suatu kejahatan
yang melatar-belakangi perilaku menyimpang
apabila perbuatan tersebut mempunyai dam-
di kalangan remaja (khususnya siswa Sekolah
pak yang merugikan masyarakat bersang-
Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Ter-
kutan. Manakala menurut Bonger (dalam
padu Provinsi Riau) berupa pelanggaran ke-
Kartini Kartono, 2005:14) kriminologi itu
lengkapan berkendara ditinjau dari sudut pan-
adalah ilmu pengetahuan mengenai kejahatan
dang kriminologi?
seluas-luasnya yang menyelidiki sebab-sebab
3. Tujuan Dan Kegunaan
Penelitian
dari gejala kejahatan.
Untuk hal tersebut, aturan hukum di
Indonesia memberikan batasan tentang apa
yang termasuk tindak pidana, pelanggaran
atau yang bukan merupakan tindak pidana
atau pelanggaran. Berbagai pengertian yang
berbeda-beda dari banyak pakar hukum di
Indonesia tentang pengertian tindak pidana itu
sendiri. Akan tetapi walaupun berbeda-beda
tetapi memiliki maksud dan arti yang hampir
sama yaitu perbuatan yang dapat dihukum
(Moeljatno, 1985 dalam Delti Wahyuni, 2007:
12). Menurut mereka, perbuatan melanggar
hukum disebut juga perbuatan pidana, yaitu
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut. Kemudian pelanggaran adalah perbuatan yang
sifatnya melawan hukum, namun baru diketahui setelah ada Undang-Undang yang
menentukan demikian.
Berdasarkan masalah penelitian yang
telah dirumuskan di atas, maka tujuan utama
penelitian ini adalah :
1). Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
nyimpang
terjadinya
di
perilaku
kalangan
me-
remaja
(pelajar) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau dalam hal pelanggaran kelengkapan berkendara.
2). Merumuskan langkah-langkah serta
memberikan masukan dan rekomentasi dalam upaya meminimalisir pelanggaran kelengkapan berkendara.
4. Tinjauan Pustaka
Kalau kita
mempelajari secara lebih
mendalam tentang kriminologi, maka kita
akan menemukan bahwa kriminologi pada
dasarnya merupakan ilmu pengetahuan yang
35
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
mempelajari tentang sebab musabab kejahatan
di tengah masyarakat, yang pada gilirannya
sebagai gejala fisik maupun psikis serta
menimbulkan perilaku yang dinilai masya-
menentukan upaya-upaya atau reaksi-reaksi
rakat sebagai suatu kelainan dan akhirnya
terhadap sebuah kejahatan. Kemudian, dalam
disebut sebagai kenakalan.
perkembangannya,
5. Pengertian Remaja
kriminologi
dipandang
sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
Remaja mengandung makna tidak kecil
serta mempunyai bagian-bagian lain yang
dan tidak besar (dewasa) masa remaja adalah
tidak sedikit jumlahnya sebagai ilmu bagian.
masa yang menunjukkan masa peralihan dari
Oleh karena itu, kriminologi dengan ilmu-
masa kanak-kanak menuju ke masa dimana
ilmu bagiannya itu sangat berguna bagi pakar
seseorang menjadi dewasa. Pada masa remaja
ilmu
pakar
ini terjadi berbagai perkembangan baik secara
hukum, pakar ekonomi, pakar sosial dan
fisik maupun non fisik seperti perkembangan
lainnya, di mana mereka dapat melihat
psikologis, perkembangan sosial, perkem-
kejahatan dari sudut pelanggaran dibidang
bangan moral dan perkembangan fisik. Masa
norma hukum (Bambang Poernomo dalam
remaja juga disebut sebagai periode perubahan
Delti Wahyuni, 2007, 12).
terutama dalam sikap dan perilaku dengan
pengetahuan
lainnya
seperti
Kejahatan, menjadi topik utama dari
perubahan fisik (Hurlock, 2004, 31).
penelitian kriminologi, diartikan sebagai pola
Menurut Kartini Kartono (2000, 25)
tingkah laku yang merugikan masyarakat, baik
masa remaja merupakan periode yang dialami
secara fisik maupun secara materi, baik yang
oleh seorang anak laki-laki yang berumur 13
diluruskan dalam hukum maupun tidak.
sampai 20 tahun atau 2 tahun lebih awal pada
Selain topik utama, kejahatan, kriminologi
anak perempuan. Manakala menurut Sarwono
juga
kepada
(2002, 23) masa remaja (adolesence) itu
masalah penyimpangan atau perilaku menyim-
berkisar antara umur 12 sampai 25 tahun).
pang atau pola tingkah laku yang tidak
Manakala Makmun (2003, 12) melihat remaja
mengikuti atau tidak sesuai dengan nilai-nilai
dari sisi karakteristik perilaku dan peribada
yang berlaku dalam sesebuah masyarakat
pada masa remaja dan
(Mustofa, 2005, 6). Kenakalan juga menjadi
dua kelompok yaitu remaja awal (11 sampai
topik yang hangat dalam kajian kriminologi
13 tahun dan 14 sampai 15 tahun) dan remaja
dimana mereka menderita cacat mental yang
akhir (14 sampai 16 tahun dan 18 sampai 20
mengarahkan
perhatiannya
membaginya dalam
disebabkan oleh pengaruh sosial yang terjadi
36
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
tahun). Agar berbeda dari pendapat Makmun,
2004, 478), bahwa masa remaja merupakan
menurut Monks (2001, 262) masa remaja
masa topan dan badai, dimana pada masa
secara global berlangsung antara umur 12
tersebut timbul gejolak dalam diri akibat
sampai 21 tahun, dengan pembagian 3 fase
pertentangan
yaitu fase remaja awal yaitu antara 12 sampai
yang makin modern.
15 tahun, kemudian masa remaja pertengahan
6. Tahap Perkembangan Remaja
nilai-nilai akibat kebudayaan
antara 15 sampai 18 tahun dan masa remaja
Waktu yang tidak terlalu panjang dalam
akhir antara 18 sampai 21 tahun. Sejalan
siklus kehidupan remaja, sebagaimana telah
dengan Monks, Gunarsa (2001, 75) menyam-
disebutkan pada bagian terdahulu, menurut
paikan tiga masa peralihan dalam kehidupan
Monks (2001, 262) dapat dibagi menjadi tiga
remaja, yaitu perkembangan dalam masa
tahapan, yaitu :
remaja awal (12 sampai 15 tahun) perkem-
a. Masa remaja awal, yaitu individu yang
bangan masa remaja pertengahan (15 sampai
berumur 12–15 tahun, dengan ciri khas
18 tahun) dan perkembangan masa remaja
sebagai berikut :
akhir (18 sampai 21 tahun). Kemudian Badan
1.
Lebih dekat dengan teman sebayanya.
Dunia World Health Organization (WHO),
2.
Ingin bebas.
salah satu badan dunia dibawah naungan Per-
3.
Lebih banyak memperhatikan keadaan
serikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memberikan
tubuhnya dan mulai berfikir abstrak.
batasan remaja yaitu mereka yang berumur 10
b. Masa remaja tengah yaitu individu yang
sampai 20 tahun yang didasarkan atas ke-
berumur 15–18 tahun, dengan ciri khas
sehatan remaja yang mana kehamilan pada
sebagai berikut :
usia tersebut memang mempunyai resiko yang
1.
mencari identitas diri.
lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-
2.
Timbul keinginan untuk kencan.
usia diatasnya (Sarwono, 2002, 9)
3.
Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
4.
Mengembangkan kemampuan berfikir
Pada periode ini, individu mempunyai
karakteristik-karakteristik seksual dan sifatsifat kedewasaan.
Kareakteristis tersebut
abstrak.
5.
Berkhayal tentang aktivitas seks.
mencakup perubahan-perubahan psikologis
c. Masa remaja akhir, yaitu individu yang
yang penting dan khas berkaitan dengan
berumur 18–21 tahun, dengan ciri khas
konsep diri remaja.
sebagai berikut :
Lebih jauh dijelaskan
oleh Hall (sebagaimana dikutip oleh Mussen,
37
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
1.
pengungkapan identitas diri.
b. Ciri-ciri Seks Sekunder, dengan ciri-ciri
2.
Lebih selektif dalam mencari teman
pada remaja adalah sebagai berikut :
sebaya.
1.
Remaja laki-laki, dengan tanda-tanda :
3.
Mempunyai citra jasmani dirinya.
a. Bahu melebar, pinggul menyempit.
4.
Dapat mewujudkan rasa cinta.
b. Pertumbuhan rambut disekitar alat
5.
Mampu berfikir abstrak.
kelamin, ketiak, dada, tangan dan
kaki.
7. Perkembangan Fisik Remaja
c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal.
Umumnya, pada masa remaja, pertum-
d. Produksi keringat menjadi lebih
buhan fisik berlangsung sangat pesat dimana
banyak.
dalam perkembangan seksualitasnya ditandai
dengan dua ciri khusus yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder (Sarwono,
2.
Remaja Perempuan, dengan tandatanda :
2003, 11). Kedua ciri-ciri tersebut memiliki
a. Pinggul melebar, bulat dan mem-
perbedaan diantara satu dengan lainnya. Hal
besar puting susu membesar dan
ini dapat dilihat dari uraian berikut ini :
menonjol,
a. Ciri-Ciri Seks Primer yang dilansir oleh
kelenjar susu, payudara menjadi
Departemen Kesehatan, disebutkan ciri-ciri
2.
berkembangnya
lebih besar dan lebih bulat.
b. Bertambah besar, kelenjar lemak
tersebut antara lain :
1.
serta
Remaja Laki-laki sudah bisa mela-
dan kelenjar keringat menjadi lebih
kukan fungsi reproduksi apabila telah
aktif.
mengalami mimpi basah. Mimpi basah
c. Otot semakin besar dan semakin
ini biasanya terjadi pada remaja laki-
kuat, terutama pada pertengahan
laki yang berumur antara 10 sampai
dan menjelang akhir masa puber,
dengan 15 tahun.
sehingga memberikan bentuk pada
Remaja
Perempuan
apabila
sudah
mengalami menstruasi, yaitu keadaan
di mana keluarnya cairan darah dari
alat kelaminnya berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
bahu, lengan dan tungkai.
d. Suara menjadi lebih penuh dan
semakin merdu.
8. Perilaku Menyimpang
Sebagai sebuah topik kajian kriminologi,
perilaku menyimpang dapat menyebabkan ter-
38
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
ancamnya kehidupan sosial yang disebabkan
Penyimpangan ini merupakan penyim-
tidak berfungsinya tatanan sistem sosial se-
pangan terus-menerus yang dilakukan oleh se-
bagaimana mestinya yang disebabkan karena
seorang dan tidak berhenti walaupun sanksi
ada individu yang tidak dapat menjalan
telah diberikan kepada. Secara umum, pe-
tugasnya dalam sistem masyarakat tersebut.
lakunya dikenal sebagai seseorang yang
Pelaku penyimpangan adalah mereka yang
berperilaku menyimpang. Sebagai contah
diberi lebel dengan sukses, tingkah laku
adalah seorang mahasiswa yang mencontek
menyimpang ini merupakan tingkah laku yang
temannya secara terus menerus dalam pe-
di cap sedemikian oleh masyarakat. Pem-
laksanaan ujian.
berian cap menyimpang kepada seseorang
Perilaku menyimpang juga mempelajari
seringkali mengubah perlakuan masyarakat
perilaku dan mereka yang dianggap sebagai
terhadap
jaringan
pelanggar aturan sedangkan kriminologi me-
hubungannya. Hal ini mendesak orang yang
rupakan studi tentang orang-orang yang
semula
penyimpangan
melanggar aturan-aturan yang resmi yang
primer untuk pada gilirannya melakukan
biasa kita kenal sebagai hukum. Perilaku
penyimpangan sekunder dan pada akhirnya
menyimpang ini dapat menyebabkan teran-
seluruh gaya hidupnya akan diwarnai oleh
camnya kehidupan sosial dimana tatan sistem
penyimpangan semata (Lemert, 1951 dalam
yang sudah ada dapat tidak berjalan sebagai-
www.perilaku menyimpang .blogspot.com)
mana mestinya karena adanya individu yang
orang
hanya
tersebut
melakukan
dalam
Lebih jauh, perilaku menyimpang dapat
dibagi dalam beberapa jenis penyimpangan, di
mana penyimpangan tersebut sebagai berikut :
1. Penyimpangan Sosial.
yang
sistem masyarakat.
Menurut Lemert (dalam Mustofa, 2007:
87), dalam menjelaskan penyim-pangan, suatu
Penyimpangan Sosial merupakan penyimpangan
tidak dapat menjalankan tugasnya dalam
bersifat
peristiwa pelanggaran dan reaksi yang diberi-
sementara
kan kepada remaja tidaklah cukup dengan me-
(temporer) yang terjadi terhadap seseorang,
ngatakan bahwa orang tersebut adalah pe-
misalnya pelanggaran terhadap rambu-rambu
nyimpang. Seseorang untuk menjadi pe-
lalu lintas, melaksanakan kegiatan memimum
nyimpang harus melalui serangkaian tindakan,
minuman keras dalam suatu acara pesta dan
sejumlah reaksi dan sejumlah kontra-reaksi
perhelatan.
sebelum mereka dikatakan penyimpang atau
2. Penyimpangan Sosial Sekunder.
penjahat.
39
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
Lebih lanjut Lemert (dalam Mustofa,
masyarakat, maka sosialisasi dimasukkan
2007: 87), mengatakan pada tindakan pertama
sebagai usaha memasukkan nilai-nilai ke-
atau serangkaian tindakan awal, dapat terjadi
budayaan terhadap individu sehingga individu
pengingkaran atau penolakan untuk meng-
tersebut menjadi bagian dari masyarakat
anggap bahwa tindakan yang dilakukan
(Abdulsyani, 1992: 2).
tersebut adalah wajar-wajar saja dimana
penyebab
tindakan-tindakan
Sementara norma sosial adalah serang-
menyimpang
kaian peraturan umum, baik tertulis maupun
tersebut masuk dalam kategori primer meng-
tidak tertulis. Mengenai tingkah laku atau
ingat kurangnya sosialisasi, dan perbedaan
perbuatan manusia yang menurut penelitian
nilai-nilai sosialisasi penyimpangan.
anggota sekelompok masyarakat sebagai se-
Kenakalan remaja dalam studi mengenai
masalah-masalah sosial dapat dikategorikan
suatu
yang
pantas
atau
tidak
pantas
(Abdulsyani, 1992:2).
ke dalam perilaku menyimpang. Dalam per-
Sementara itu, Singgih D. Gunarso 2009:
sfektif perilaku menyimpang, masalah sosial
3)
terjadi karena adanya penyimpangan perilaku
kenakalan remaja digolongkan dalam dua
dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari
kelompok yang berkaitan dengan norma-
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku
norma hukum yaitu :
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial
masalah disebabkan ianya dapat membahaya-
serta tidak di atur dalam undang-undang se-
kan tegaknya sistem sosial.
hingga tidak dapat di kategorikan sebagai
Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
mengatakan bahwa dari segi hukum,
pelanggaran hukum.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum
adanya jalur baku yang harus ditempuh.
dengan
penyelesaian
sesuai
dengan
Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut
undang-undang dan hukum berlaku dama
dapat diartikan sebagai penyimpangan yang
dengan perbuatan melanggar hukum bila
telah dilakukan (Kartini Kartono, 2005:13)
dilakukan oleh orang dewasa.
Sosialisasi adalah proses belajar yang di
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja
lakukan oleh seseorang (individu) untuk ber-
memang bermacam-macam, sebagai contoh
buat atau bertingkah laku berdasarkan patokan
adalah kenakan yang menjurus pada pelang-
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat.
garan, termasuklah didalamnya Pelanggaran
Jika sosialisasi di pandang dari sudut pandang
Kelengkapan Berkendera, di
mana para
40
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
remaja melakukan berbagai penyimpangan
perbuatan yang sifatnya melawan hukum,
dalam peraturan berkendara mulai dari per-
namun baru dapat diketahui setelah Undang-
syaratan umum bagi
undang
semua pengendara
kenderaan bermotor baik roda dua maupun
yang
menentukan
demikian
(Moeljatno dalam Delti Wahyuni, 2007:14).
lebih sampai kepada pelanggaran terhadap
Pelanggaran Kelengkapan Berkendara
standar umum kenderaan yang laik jalan yang
merupakan suatu pelanggaran aturan lalu
ditetapkan pemerintah misalnya mengganti
lintas yang dapat menggangu ketertiban dan
knalpot standar dengan knalpot yang menge-
keamanan berlalu lintas serta dapat mengan-
luarkan bunyi bising, mengganti warna lampu
cam keselamatan penguna jalan lainnya. Se-
utama dari kemerahan menjadi biru, hijau dan
lain itu, Pelanggaran Kelengkapan Berkendera
sebagainya. Juga tidak menggunakan helm
juga dapat mengancam keselamatan para re-
standar, menggunakan kenderaan melebihi ka-
maja yang melakukan pelanggaran keleng-
pasitas orang dan persyaratan teknis lainnya.
kapan berkendera itu sendiri.
Pelanggaran Kelengkapan Berkendera
9. Metode Penelitian
merupakan suatu pelanggaran aturan lalu
Penelitian ini dilakukan menggunakan
lintas yang dapat mengganggu ketertiban dan
tipe diskriptif analisis, di mana penulis men-
keamanan berlalu-lintas serta dapat mengan-
coba menggambarkan keadaan yang se-
cam keselamatan pengguna jalan lain. Untuk
benarnya terjadi dilapangan tentang apa yang
itu hukum memberi batasan apa yang ter-
terdapat pada saat penelitian dilaksanakan de-
masuk tindak pidana atau pelanggaran atau
ngan cara mengumpulkan data dan meng-
yang bukan tindak pelanggaran .
klasifikasikannya sehingga diperoleh perumu-
Pengertian tindak pidana telah banyak di-
san analisa terhadap masalah yang dihadapi
kemukakan oleh para ahli dan sarjana, akan
dengan uraian penjelasan. Hal ini disesuaikan
tetapi
berbeda-beda,
dengan pendapat Nazir (1988: 63) yang
walaupun memiliki maksud dan arti yang
menyatakan bahwa metode diskriptif meru-
sama yaitu perbuatan yang dapat di hukum.
pakan metode dalam sebuah penelitian suatu
Menurut Moeljatno dalam Delti Wahyuni,
kelompok atau objek pada suatu kondisi
2007;13), perbuatan melanggar hukum disebut
dalam suatu sistem pemikiran ataupun suatu
juga perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang
kelas peristiwa sekarang.
pengertian
tersebut
dilarang oleh suatu aturan bagi siapa yang
melanggar aturan tersebut. Pelanggaran yaitu
41
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
a.
Wawancara.
informasi yang dikumpulkan berasal dari res-
Pengumpulan data melalui metode wa-
ponden yang dibatasi, terutama dalam pene-
wancara
litian ini menggunakan sampel atas populasi
langsung kepada para pegawai Sekolah
untuk mewakili populasi keseluruhan sebagai
Menengah Kejuruan Negeri Pertanian
data yang utama.
Terpadu Negeri Provinsi Riau dan Polisi
9.1 Lokasi Penelitian
Sektor Bukit Raya Pekanbaru dengan cara
ini
penulis
lakukan
secara
Penelitian ini dilakukan di kalangan
melakukan tanya jawab.Hasil tanya jawab
remaja yang bersekolah di Sekolah Menengah
tersebut selanjutnya diolah dan dijadikan
Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi
bahan analisis dalam penelitian ini.
Riau, yang beralamat di Jalan Kaharuddin
b.
Angket atau Kuestioner.
Nasution Km. 10 Marpoyan Damai, Pekan-
Penulis telah menyiapkan angket atau
baru 28284 Telepon: 0761-67417 Faxcimile:
kuestiner dengan menyusun daftar per-
0761-72947dan Email : [email protected]
tanyaan yang nantinya akan dijawab oleh
serta Website: http//www.smkptn.com.
responden yang meliputi seputar masalah
9.2 Jenis dan Sumber Data
yang berhubungan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan
kegiatan penarikan sampel dengan dua cara
yaitu pertama, penarikan secara sensus untuk
para pegawai yang bekerja di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu
c.
Observasi.
Penulis melakukan observasi langsung ke
lapangan untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
9.4 Teknik Analisa Data
Provinsi Riau dan cara kedua yaitu dengan
Teknik Analisa Data yang penulis
menggunakan random sampling kepada para
gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pelajar yang bersekolah di Sekolah Menengah
menggunakan Metode Kuantitatif yang meng-
Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi
analisa data yang diperoleh dari la-pangan dan
Riau.
diuraikan dengan menggunakan Analisis Dis-
9.3 Teknik Pengumpulan Data
kriptif. Analisis diskriptif ini dilakukan setelah
Dalam pengumpulan data penelitian ini,
penulis menggunakan teknik pengumpulan
data dengan melalui tiga cara :
semua data terkumpul, lalu data ter-sebut
dikelompokkan dan ditabulasi menurut jenis
data serta ditambah dengan keterangan-kete-
42
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
rangan yang sifatnya mendukung dalam men-
ini seringkali timbul gejolak di dalam diri
jelaskan hasil penelitian untuk selanjutnya di-
remaja yang mengakibatkan mereka mela-
analisis secara diskriptif dengan memberikan
kukan
skor dengan skala Likert dengan dengan ka-
Berbagai perilaku yang dijalankan oleh para
tegori yaitu :
remaja cenderung berlawanan atau bertolak
1. Jika jawaban responden A,
penyimpangan
dalam
berperilaku.
maka dika-
belakang dengan aturan yang berlaku yang
tegorikan Sangat Berpengaruh dengan
sering kita kenal dengan perilaku menyim-
nilai 3.
pang.
2. Jika jawaban responden B, maka dika-
Perilaku
menyimpang
di
kalangan
tegorikan Cukup Berpengeruh dengan
remaja menjadi sesuatu yang sangat penting
nilai 2.
dalam kehidupan mereka, dimana pada masa
3. Jika jawaban responden C, maka dikate
tersebut terjadi peralihan perilaku dari kanak-
gorikan Tidak Berpengaruh dengan nilai
kanak ke masa dewasa dengan berbagai kon-
1.
sekwensi baik dan buruk. Pada kondisi
10. Simpulan
tersebut sangat rawan terjadi penyimpangan
Pada awal Januari 2010 telah diber-
atau pelanggaran-pelanggaran terhadap nilai
lakukan Undang-Undang Nomor: 22 Tahun
dan moral yang dapat mengakibatkan tindak
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pidana. Untuk itu, anak-anak di usia ini perlu
Raya, yang mengakibatkan berubahnya para-
mendapatkan perhatian yang lebih serius dari
digma pengguna jalan dari sembarangan, men-
semua orang dalam pembinaan mental mereka
jadi harus mematuhi atau mengikuti aturan
menuju kepada kedewasaan.
yang sesuai dengan persyaratan yang telah di
Kalau kita hubungkan dengan Undang-
tetapkan dalam Undang-undang tersebut. Hal
Undang No: 22/2009 tersebut
yang di
ini harus dilakukan karena adanya sanksi
dalamnya mengatur tentang beberapa per-
berupa denda yang besar dan bahkan tindak
syaratan bagi pengendara kenderaan (terutama
pidana.
roda 2) yaitu mengenai kelengkapan ber-
Di sisi yang lain, masa remaja adalah
kendara yang harus dipenuhi sebagaimana
masa pancaroba yang paling susah untuk
kenderaan tersebut keluar dari pabrikan,
diprediksi atau diatur, baik oleh diri peribadi,
misalnya: Harus punya dan dibawa saat
keluarga atau lingkungan. Pada masa remaja
mengendarai kenderaan roda 2 yaitu SIM,
STNK, Plat Nomor Polisi harus terpasang dan
43
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
masih berlaku, Memakai Helm standar SNI,
dengan penilaian berdasarkan 3 Indikator
lampu menyala siang dan malam, tidak me-
Utama yaitu (1). Faktor Peribadi; (2). Faktor
lebihi jumlah yang dibenarkan, tidak melebihi
Keluarga dan (3). Faktor Lingkungan dengan
batas kecepatan dan lain sebagainya sampai
menggunakan masing-masing 3 sub indikator
be-berapa persyaratan teknis seperti kaca
pendukung, bahwa ketiga-tiga faktor tersebut
spion harus lengkap, klakson, lampu shein,
memberikan dampak yang Sangat Ber-
spedometer, kedalaman alur ban, knalpot sam-
pengaruh terhadap terjadinya Perilaku Me-
pai kepada tutup pentilpun, sering diper-
nyimpang di Kalangan Remaja Pelanggaran
masalahkan oleh petugas keamanan (dalam
Kelengkapan Berkendara di kalangan remaja
hal ini: Polisi lalu lintas) untuk dijadikan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Per-
alasan memberikan tilang kepada pengendara,
tanian Terpadu Provinsi Riau dengan bobot
sudah tentu perilaku menyimpang ini akan
nilai sebesar 1.819 dan prosentase share
menjadi kendala, bukan saja oleh para remaja
perolehan sebesar 67,37 persen dimana jum-
secara peribadi, tetapi juga keluarga dan ma-
lah tersebut berdasarkan kontribusi dari indi-
syarakat atau lingkungan serta para penegak
kator yang dianalisis antara lain sebagai
hukum itu sendiri dan pihak sekolah. Inilah
berikut :
yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan
1. Faktor Peribadi dengan bobot nilai 627,
Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau.
Secara umum dari hasil penelitian awal
prosentase share perolehan 69,67 persen
dengan kategori Sangat Berpengaruh.
dilapangan yang penulis lakukan, ditemui be-
2. Faktor Keluarga; dengan bobot nilai 625,
berapa perilaku menyimpang yang dilak-
prosentase share perolehan 68,44 persen
sanakan oleh para remaja (pelajar) Sekolah
dengan kategori Sangat Berpengaruh.
Menengah Kejuruan Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau. Dari
rekapitulasi data
tentang Perilaku Menyimpang Pelanggaran
3. Faktor Lingkungan; dengan bobot nilai 567,
prosentase share perolehan 63,00 persen
dengan kategori Sangat Berpengaruh.
Kelengkapan Berkendara, setelah dilakukan
Dari apa yang telah dipaparkan diatas
penelitian ditemui kondisi tersebut memang
dapat dikatakan bahwa semua faktor penyebab
benar terjadi.
perilaku menyimpang berdasar teori Lemert
Berdasarkan
penelitian
lapangan
memberikan Pengaruh yang sangat bersar
dengan menggunakan Teori Perilaku Me-
(Sangat Berpengaruh) terhadap terjadinya
nyimpang yang dikemukakan oleh Lemert
perilaku menyimpang di kalangan remaja
44
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
yaitu pelanggaran kelengkapan berkendara di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian
Herdi Salioso, Kurtur Sosial Cina Dalam
Persaingan Bisnis, Penerbit Yayasan
Akrab, Pekanbaru, 2011.
Terpadu Provinsi Riau.
Daftar Pustaka
Abdulsyani, 1999, Sosiologi Sekematika,
Teori dan Terapan, Penerbit PT.
Bumi Aksara, Jakarta.
Basri, Hasan, 2000, Remaja Berkualitas
Problematika Remaja dan Solusinya,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogjakarta.
Bungin, Burhan, 2005, Metodelogi Penelitian
Kuantitatif, Penerbit Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Dariyo, Agus, 2004, Perkembangan Remaja,
Penerbit PT. Ghalia Indonesia, Bogor.
Dermawan, Mohammad
Kemal, 1994,
Mashab dan Penggolongan Teori
dalam Kriminologi, Penerbit PT. Citra
Aditya, Bandung.
____________, 1994, Strategi Pencegahan
Kejahatan, Penerbit PT. Citra Aditya,
Bandung.
____________, 2000, Materi Pokok Teori
Kriminologi, Penerbit Universitas
Terbuka, Jakarta.
Furhmann, J.W, 2000 (terj. Shinto B.A dan S.
Saragih), Adolesence; Perkembangan
Remaja, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih G, 2001,
Psikologi Praktis; Anak, Remaja dan
Keluarga, Penerbit PT. Gunung Mulia,
Jakarta.
Hirawati, Ranti, 2009, Peranan Keluarga
Dalam Kenakalan Remaja (Studi
Kasus SMA Negeri 6 Pekanbaru,
Kecamatan
Tenayan
Raya),
Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
Khairuddin, HSS, 1997, Sosiologi Keluarga,
Penerbit Liberty, Yogjakarta.
Makmun, A, 2003, Statistik Konsep Dasar
dan Aplikasinya, Penerbit Prenada
Media, Jakarta.
Mussen, P.H, dkk, 2004, Perkembangan dan
Keperibadian Anak, Penerbit Arcan,
Jakarta.
Mustofa,
Muhammad,
2005,
Metode
Penelitian Kriminologi, Penerbit FISIP
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
____________, 2005, Kajian Sosiologi
Terhadap
Kriminalitas
Perilaku
Menyimpang
dan
Pelanggaran
Hukum, Penerbit FISIP Universitas
Indonesia, Jakarta.
Riduan, 2004, Methode dan Teknik Menyusun
Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Rosyada, Dede, 2004, Paradigma Pendidikan
Demokratis,
Penerbit
Kencana,
Bandung.
Rumini, S dan Sundari, 2004, Perkembangan
Anak dan Remaja, Penerbit Rineka
Cipta, Bandung.
Sandjaja, B dan Albertus Heriyanto, Panduan
Penelitian, Penerbit Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta.
45
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 1 Nomor 1 Edisi Agustus 2016 (30-46)
Santrock, John. W, 2003, Psikologi
Perkembangan, Penerbit Gajahmada
University Press, Yogjakarta.
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan
Manajemen,
Penerbit
Ghalia
Indonesia, Jakarta, tanpa tahun.
Suryanto, Bagong dkk, 2008, Metode
Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif
Pendekatan,
Penerbit
Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Sutoyo, Johanes, 1933, Anak dan Kejahatan,
Penerbit
Kerjasama
Jurusan
Kriminologi FISIP UI dan Yayasan
Kesejahteraan
Anak
Indonesia,
Jakarta.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian
Administrasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Sule, Erni Tisnawati, Pengantar Manajemen,
Penerbit Prenada Media, Jakarta, 2005.
Anonim, Undang-Undang Nomor : 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya.
Anonim, Undang-Undang Otonomi Daerah
1999, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,
1999.
---------------, Undang-Undang No. 32/2004,
Penerbit Dahara Press, Jakarta, 2006.
__________, Profil Kota Pekanbaru,
Pemerintah Kota Pekanbaru,
Pekanbaru, 2007.
__________, Pekanbaru Dalam Angka 2014,
Pemerintah Kota Pekanbaru,
Pekanbaru, 2014.
__________, Informasi eksekutif 2014,
Pemerintah Kota Pekanbaru,
Pekanbaru, 2014.
__________, Penduduk Kota Pekanbaru
Tahun 2014, Pemerintah Kota
Pekanbaru, Pekanbaru, 2014.
Surbakti, E.B, 2008, Kenakalan Orang Tua
Penyebab Kenakalan Remaja, Penerbit
Elex
Komputindo
Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Wahyudi, Tabloid Berita Lancang Kuning,
Sejarah Singkat Kota Pekanbaru;
Bersebab letaknya yang Strategis,
Penerbit Yayasan Lancang Kuning
Pekanbari, 2009.
Wahyuni, Delti, 2007, Tinjauan terhadap
Peranan Polisi Lalu Lintas dalam
Menanggulangi Terjadinya Praktek
Balap Motor Liar di Wilayah Hukum
Polres Indragiri Hulu, Skripsi
Universitas Islam Riau, Pekanbaru.
46
Download