1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan industri nasional. Industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi 34,35 persen atas pertumbuhan industri nasional non-migas berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tahun 2010. Pertumbuhan tersebut diiringi dengan volume peningkatan penjualan pada tahun 2007 yang mencapai Rp 383 triliun, volume tersebut meningkat sampai dengan 58 persen pada tahun 2010 yaitu mencapai Rp 605 triliun (GAPMMI, 2011). Industri roti atau bakery merupakan salah satu jenis industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Industri roti di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Industri roti rumahan (home industry), biasanya produk roti yang dikeluarkan tanpa merek dagang dengan area distribusi mencapai 20 km, (2) industri roti masal (industrial), industri ini tidak terlalu banyak dengan area distribusi 100-150 km, dan (3) Industri Boutique Bakery, ditandai dengan adanya toko sendiri dan oven biasanya ada di toko serta menjual jenis kue juga (Halomoan, 2007) Roti tidak lagi hanya menjadi bahan makanan tambahan, tetapi sudah dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Berdasarkan data Kemenperin (2010) industri roti dan sejenisnya telah mampu menghasilkan output total sebesar Rp 7,69 triliun dengan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 2,29 triliun dari 718 perusahaan yang terdaftar. PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) merupakan perusahaan industri roti berskala usaha besar dan area distribusinya sekitar 100-150 km dari pabriknya. PT NIC merupakan perusahaan roti besar dan mempunyai visi untuk menjadi pimpinan pasar penjualan roti untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Jawa Barat, dan Lampung. Roti yang diproduksi PT NIC terkenal dengan nama “Sari Roti”. PT NIC memproduksi roti dengan karakteristik umur simpan yang sangat singkat yaitu maksimum 5 (lima) hari. Dengan demikian, kecepatan dan ketepatan dalam hal pengadaan bahan baku, produksi, sampai distribusi sangat diperlukan. PT NIC dituntut untuk memberikan jaminan 2 mutu produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan bagi konsumen. Hal tersebut tidak lepas dari peranan pemasok bahan baku yang berkomitmen untuk menjaga agar pengiriman pasokan tidak terhambat, serta waktu pengiriman yang tepat sehingga proses produksi dapat tercapai. Salah satu roti produksi PT NIC adalah roti tawar spesial (RTS), RTS merupakan roti tawar yang mempunyai perbedaan rasa dengan roti tawar lainnya yaitu tidak terdapat tambahan cokelat atau kismis sehingga banyak konsumen yang menyukainya. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta pcs. Angka ini meningkat sebesar 61 persen pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar 742 juta pcs (Mulyadi 2010). Permintaan RTS sebesar 2.359.926 pcs untuk bulan Februari 2011, 2.724.121 pcs untuk bulan Maret 2011 dan 2.592.915 pcs untuk bulan April 2011. Permintaan tersebut sangat signifikan apabila dibandingkan dengan permintaan roti tawar lainnya di PT NIC seperti Roti Tawar Kupas (RKU) yang rata-rata hanya sekitar 900.000 pcs perbulan. Saat ini konsumen roti tidak lagi identik dengan masyarakat perkotaan tetapi juga sudah merambah ke masyarakat pedesaan. Roti yang dihasilkan PT NIC didistribusikan ke agen, regular outlet seperti supermarket, minimarket dan Proviand en Drank/P&D, serta institusi pemerintah dan pendidikan. Perusahaaan telah menerapkan manajemen rantai pasokan yang merupakan konsep atau mekanisme dalam koordinasi, kooperasi, dan kolaborasi antar pemasok, manufaktur, dan jaringan dari distribusi dan ritel. Perusahaan yang memprioritaskan manajemen rantai pasokan menawarkan peluang baru sehingga dapat mengurangi biaya, meningkatkan mutu dan tanggapan mengenai pengurangan waktu pengiriman (Hatani, 2008). Rantai pasokan dapat memberikan kesempatan bagi peningkatan keseluruhan kinerja secara hati-hati dalam mengatur mata rantai antara organisasi daripada hanya memfokuskan perhatian terhadap isu operasi di dalam setiap perusahaan (Tracey dan Vonderembse, 2004). Selain itu, pemilihan pemasok juga merupakan sebuah strategi dalam meningkatkan kinerja sebuah perusahaan. Dengan pemilihan pemasok yang tepat diharapkan dapat mendukung rencana perusahaan. 3 Pada saat ini PT NIC belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Selama ini PT NIC melakukan pemilihan dan penilaian pemasok bahan baku berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang telah terjalin antara PT NIC dengan pemasok yang sudah ada, sampai saat ini analisis yang memadai terhadap kriteria pemasok dan pemilihan pemasok belum dilakukan di PT NIC. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian ”Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT NIC)”. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan Masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi rantai pasokan untuk produk RTS di PT NIC? 2. Bagaimana proses pemilihan pemasok bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT NIC? 3. Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC. 2. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC. 3. Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Supply Chain Management (SCM) yang mengelola persediaan dan pengendalian bahan baku. Kriteria yang diidentifikasi difokuskan kepada pemilihan pemasok RTS. Teknik pengambilan keputusan menggunakan teknik Proses Hirarki Analitik (PHA). 4 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok dan pelanggannya. 3. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.