Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 2, No. 3, Maret 2018, hlm. 1045-1053 e-ISSN: 2548-964X http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Tingkat Aksesibilitas Halaman Utama Situs Web Perguruan Tinggi Di Indonesia Berdasarkan WCAG 2.0 Mayda Arofata Frandini1, Ismiarta Aknuranda2, Retno Indah Rokhmawati3 1,2 3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: [email protected], [email protected], 3 [email protected] Abstrak Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas. Perguruan tinggi menggunakan situs web sebagai media persebaran informasi. Bagian penting dari sebuah situs web merupakan halaman utama, yang memuat dan mencerminkan informasi seluruh isi situs web. Aksesibilitas web diartikan semua orang mampu menggunakan situs web dengan baik tanpa adanya halangan dari keterbatasan fisik seseorang. Salah satu standar yang mengatur aksesibilitas web adalah Web Content Accessibility Guidelines 2.0 (WCAG 2.0). Namun hingga saat ini di Indonesia belum tersedia informasi mengenai tingkat aksesibilitas situs web khususnya pada halaman utama situs web perguruan tinggi dan permasalahan apa yang mengurangi aksesibilitasnya. Penelitian ini bersifat analikal mengevaluasikan halaman utama situs web perguruan tinggi di Indonesia. Evaluasi dilakukan dengan bantuan evaluation tools AChecker dan WAVE. Hasil evaluasi akan mengkategorikan halaman utama situs web perguruan tinggi ke dalam kategori accessible, partially accessible dan inaccessible. Perhitungan WABS digunakan untuk mengetahui peringkat dampak permasalahan yang mempengaruhi berkurangnya aksesibilitas web, sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk dapat meningkatkan aksesibilitas halaman utama situs web perguruan tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa 23,9% perguruan tinggi termasuk kategori inaccessible. Very low contrast dan kesalahan penggunaan alternatif teks pada situs menjadi mayoritas per masalahan yang memerlukan perbaikan. Kata kunci: aksesibilitas web, halaman utama, WCAG 2.0, evaluation tools, WABS Abstract Universities are one of the educational institutions that provide inclusive education for people with disabilities. Universities use the website as a medium of information dissemination. An important part of a website is homepage, which contains and reflects the entire website content information. Web accessibility means that everyone is able to use the website properly without any obstacles from a person's physical limitations. One of the standards governing web accessibility is Web Content Accessibility Guidelines 2.0 (WCAG 2.0). But until now in Indonesia there is no information about the level of accessibility of the website, especially on the homepage of the universities website and what issues reduce its accessibility. This research is analytical which evaluate the homepage of universities website in Indonesia. Evaluation is done with the help of AChecker and WAVE evaluation tool. The evaluation results will categorize the college website's homepage into accessible, partially accessible and inaccessible categories. WABS calculations are used to determine the ranking of the impact of problems that affect the decrease in web accessibility, so that recommendations can be given to improve accessibility of the college website's main page. This study shows that 23.9% of universities website are inaccessible. Very low contrast and errors in the use of alternative text on the site to be the majority of problems that require improvement. Keywords: web accessibility, homepage, WCAG 2.0, evaluation tools, WABS tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 Ayat (1) mengatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” 1. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 1045 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Namun Kemenkes RI berkata lain, jumlah penyandang disabilitas yang tidak dapat menerima pendidikan sebesar 60%, hanya 39% yang mampu menikmati pendidikan wajib 12 tahun, dan yang mampu mengenyam bangku perguruan tinggi hanya sebesar 1% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). PT (perguruan tinggi) sebagai penyelenggara pendidikan inklusif harus memahami kebutuhan khusus yang dibutuhkan oleh para penyandang disabilitas. Berdasarkan pada Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Indonesia yang dikeluarkan oleh DIKTI tahun 2015 (Menristekdikti, 2015), Indonesia memiliki 3320 PT. PT saling berbenah diri untuk memberikan layanan kepada penyandang disabilitas. Kemudahan penggunaan situs web perguruan tinggi bagi penyandang disabilitas menjadi salah satu wujud aksesibilitas yang diberikan kepada penyandang disabilitas. Aksesibilitas web diartikan sebagai semua pengguna baik yang mampu secara fisik maupun penyandang disabilitas, termasuk orang tua dengan penurunan kemampuan akibat penuaan dapat merasakan, memahami, menavigasi, berinteraksi dan berkontribusi untuk web (W3C disitasi dalam Soegaard&Dam, 2014). Ketika seseorang melihat sebuah halaman utama, baik secara sadar maupun tidak, mereka sedang membuat sebuah penilaian akan sebuah produk (Singh & Dalal, 1999). Sehingga, penilaian dari pengguna terjadi pada saat pengguna pertama kali masuk dan berinteraksi langsung dengan halaman utama sebuah situs web. PT sebagai penyelenggara pendidikan inklusif, menggunakan situs web sebagai media informasi. Halaman utama situs web menjadi bagian penting yang mewakili keseluruhan isi situs web. Namun hingga saat ini belum diketahui seberapa besar tingkat kemudahan akses dan masalah apa saja yang dapat mengurangi aksesibilitas halaman utama situs web PT di Indonesia bagi penyandang disabilitas. Tercetuslah pertanyaan mengenai tingkat aksesibilitas halaman utama situs web PT di Indonesia berdasarkan WCAG 2.0. Untuk mengetahui aksesibilitas halaman utama situs web perguruan tinggi dapat dilakukan dengan mengevaluasi menggunakan evaluation tools AChecker dan WAVE, sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi, hasil evaluasi AChecker digunakan untuk mengelompokan halaman utama situs web PT Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1046 ke dalam kategori accessibility, partially accessibility dan inaccessibility (Ismail&Kuppusamy, 2016) selain itu, hasil evaluasi AChecker dihitung menggunakan WABS (Web Accessibility Barrier Severity) untuk memberikan peringkat permasalahan (Abuaddous, et al., 2017). Rekomendasi diberikan berdasarkan WCAG 2.0 melihat dari permasalahan terbanyak hasil evaluasi WAVE dan peringkat WABS tertinggi. Harapan dari penelitian ini nantinya dapat mengetahui seberapa besar aksesibilitas halaman utama PT, mengkategorikan dalam 3 kategori accessible, partially accessible dan inaccessible, mengetahui permasalahan yang mengurangi aksesibilitas, yang dapat menjadi rekomendasi bagi para pengembang agar mampu mengembangkan situs web yang mudah diakses bagi penyandang disabilitas. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan aksesibilitas halaman utama universitas di India dilakukan oleh Abid Ismail dan K.S Kuppusamy (2016), dalam penelitian yang berjudul “Accessibility of Indian universities’ Homepages: An exploratory study”. Penelitian mengujikan aksesibilitas situs web sebanyak 302 situs web universitas di India dengan berfokus pada halaman utama. Masing-masing URL situs web universitas diujikan satu per satu menggunakan alat evaluasi seperti AChecker dan WAVE untuk mengetahui laporan tingkat aksesibilitas situs web. Hasil laporan tingkat aksesibilitas dibandingkan dan digolongkan pada kategori, yaitu Tier III untuk situs web dengan tingkat aksesibilitas rendah (inaccessible), Tier II untuk situs web dengan tingkat aksesibilitas sedang (partially accessible) dan Tier I untuk situs web dengan tingkat aksesibilitas tinggi (accessible). Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 73% terletak pada Tier I dan II. Meskipun hasil yang diberikan cukup baik, namun ditemukan beberapa komponen yang harus mengalami perbaikan agar situs web mampu diakses dengan mudah dan sesuai dengan standar WCAG 2.0 (Ismail & Kuppusamy, 2016). Abuaddous, et al., (2017) melakukan penelitian yang berfokus pada perhitungan kuantitatif untuk pemeringkatan masalah aksesibilitas web berdasarkan kepelikan permalahan yang terjadi. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1047 Dalam penelitian tersebut dihasilkan WABS (Web Accesibility Barrier Severity) yang digunakan untuk mengukur barrier severity masing-masing permasalahan yang sudah ditemukan berdasarkan kepelikan dan dampak pada level aksesibilitasnya. Hasil dari perhitungan diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah untuk melihat permasalahan yang paling berpengaruh pada aksesibilitas web, sehingga dapat menjadi masukan bagi web developer agar dapat menghemat waktu untuk memperbaiki permasalahan yang lebih berpengaruh terhadap aksesibilitas web. (Abuaddous, et al., 2017) 2.2 Aksesibilitas Web Menurut World Wide Web Consortium (W3C), aksesibilitas web diartikan sebagai pengguna dapat melihat, memahami, menavigasi dan berinteraksi dengan situs web, tidak hanya pengguna normal, penyandang disabilitas namun juga orang dewasa yang mengalami penurunan kemampuan. Aksesibilitas situs web mencakup semua jenis disabilitas visual (buta, low vision, buta warna), auditori (tuli, pendengaran terganggu), motorik (ketidakmampuan menggunakan mouse, waktu respons lambat, keterbatasan kemampuan motorik lain) dan kognitif (mudah terganggu, tidak mudah untuk fokus terhadap informasi yang cukup banyak dan ketergangguan pada kemampuan belajar/mencerna informasi) 2.3 WCAG 2.0 WCAG 2.0 atau Web Content Accessibility Guidelines 2.0 adalah sebuah standar yang diterbitkan oleh W3C WAI pada 11 Desember 2008 dan telah resmi menjadi standar ISO 40500:2012. WCAG 2.0 menjadi acuan agar sebuah situs web dapat digunakan oleh pengguna penyandang disabilitas maupun orang tua yang telah mengalami penurunan kemampuan sehingga situs web dapat digunakan oleh semua orang tanpa melihat keadaan penggunanya. WCAG 2.0 merupakan dokumen standar yang cukup stabil yang merupakan penyempurnaan dari WCAG 1.0 dengan mengadaptasi teknologi yang berkembang. 3. METODOLOGI Penelitian yang dilakukan bersifat analitik eksperimen, dengan mengujikan WCAG 2.0 terhadap sampel. Gambar 1 merupakan alur penelitian yang dilakukan. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Gambar 1 Alur Penelitian 3.1 Perencanaan Evaluasi Penelitian dilakukan menggunakan bentuk evaluasi secara semi otomatis menggunakan evaluation tools AChecker dan WAVE. Populasi berupa perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan data, terdapat 3.320 PT di Indonesia yang terbagi dalam lima kluster (Menristekdikti, 2015) Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dengan memperhatikan 2 pertimbangan, yaitu a. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, PT yang menerima penyandang disabilitas sebanyak 66 PT, dan 63 diantaranya menggunakan situs web sebagai profil PT. Tujuan dari pemilihan PT penerima penyandang disabilitas adalah untuk mengetahui tingkat aksesibilitas web bagi PT yang sudah menerima penyandang disabilitas. b. Kluster PT memproyeksikan kualitas. Kluster 1 dan 2 diharapkan dapat memproyeksikan kualitas baik. Terdapat 66 PT yang termasuk ke dalam kluster 1 dan 2. Sedangkan PT kluster 1 dan 2 yang tidak menerima penyandang disabilitas terdiri atas 50 PT. Tujuan dari pemilihan PT pada kluster 1 dan 2 adalah untuk mencari tahu seberapakah aksesibilitas web bagi PT dengan kualitas baik. Sehingga, sampel pada penelitian sebanyak 113 PT pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Sampel Penelitian Kluster 1 2 3 4 Jumlah PT 11 55 644 2329 Jumlah Sampel 11 55 21 25 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5 Total 281 3320 1 113 3.2 Pengumpulan Data Evaluasi WAVE dilakukan satu kali dengan mendokumentasikan 80 subkomponen yang terbagi dalam 6 komponen Errors, Alerts, Features, Structural Elements, HTML5 and ARIA dan Contrast Errors. Sedangkan Evaluasi AChecker dilakukan tiga kali menggunakan WCAG 2.0 Level A, Level AA dan Level AAA dengan mendokumentasikan hasil evaluasi Known Problems, Likely Problems dan Potential Problems. Pengumpulan data dilakukan pada 10 Mei 2017 sampai 20 Juli 2017. 3.3 Analisis Data 1. Klasifikasi Klasifikasi dilakukan dengan ketentuan : a. Accessible: jumlah error < median (𝜌). b. Partially accessible : jumlah error berada diantara median ( 𝜌 ). c. Inaccessible : jumlah error > median( 𝜌 ). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perhitungan 𝜎 yang mengindikasikan persamaan rata-rata jumlah error yang terjadi pada persamaan (1). 𝜎= ∑𝑁 𝑖=1 |𝛼(𝑃𝑖)| (1) Melakukan perhitungan persamaan (2), 𝜆 mengindikasikan nilai yang digunakan untuk mencari nilai median. 𝜆 = 0.25 × 𝜎 (2) Perhitungan median menggunakan persamaan (3) , |𝛼(𝑃𝑖 )| pada persamaan (1) mengindikasikan jumlah dari error yang terjadi pada sejumlah halaman N dan N menunjukkan jumlah total situs web perguruan tinggi yang dianalisis. Melalui nilai dari 𝜎 dan 𝜆 yang diketahui melalui persamaan (1) dan (2), nilai median dihitung dengan persamaan (3) 𝜌=𝜎 ± 𝜆 (3) 𝑁 2. WABS WABS digunakan untuk menghitung hasil evaluasi situs web berdasarkan jumlah masalah tanpa memperdulikan tingkat aksesibilitas web tersebut. WABS diusulkan untuk memberi peringkat terhadap permasalahan yang terjadi. WABS memperhatikan 3 hal yakni (Abuaddous, et al, 2017): a. Tingkat kepentingan masalah terhadap masalah lain pada priority level yang sama. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1048 √∑𝑘 𝑑=1 𝐹𝑟𝑒𝑞 (𝑏𝑖)2 √∑𝑘 𝑑=1 x Pc (4) 𝑏 (𝑝𝑐)2 Dengan d merupakan dokumen yang sedang diujikan, k merupakan dokumen terakhir yang diuji, Freq(bi) merupakan total kemunculan masalah pada subkomponen yang sedang diperiksa, b merupakan total masalah yang muncul pada dokumen d, b(pc) merupakan total masalah pada priority level sama, dan Pc merupakan bobot priority level. Menurut Vigo (disitasi dalam Abuddous, 2017), bobot priority level yang disarankan adalah untuk priority level A = 0.8, priority level AA=0.16 dan priority level AAA=0.04. b. Tingkat kepentingan masalah terhadap halaman web 𝑛(𝑏𝑖) 𝑁 (5) Dengan n(bi) merupakan jumlah situs web berbeda yang mengalami masalah/poin guidelines (bi), N merupakan jumlah keseluruhan halaman web yang diujikan. Hasil perhitungan tingkat kepentingan masalah terhadap halaman web menunjukkan rasio masalah yang muncul terhadap jumlah keseluruhan halaman web yang diujikan. c. Tingkat kepentingan masalah terhadap seluruh masalah dalam dataset. √∑𝑘𝑑=1 (𝑏)2 (6) Dengan b merupakan total masalah yang muncul pada dokumen d. Sehingga didapatkan final metric pada persamaan (8) (Abuaddous, 2017): √∑𝑘 𝑑=1 𝐹𝑟𝑒𝑞 (𝑏𝑖)2 √∑𝑘 𝑏 𝑑=1 x (𝑝𝑐)2 𝑛(𝑏𝑖) 𝑁 x 𝑃𝑐 √∑𝑘 𝑑=1 (7) (𝑏)2 3. Spearman Rank Digunakan untuk mengetahui kesesuaian antara 2 variabel. Rumus yang digunakan terdapat pada persamaan (9). 6 Σd2 𝑅𝑠 = 1 − 𝑛(𝑛2 −1) (8) d merupakan nilai selisih rangking variabel x dengan variabel y, dan n merupakan jumlah sampel yang diujikan. Nilai Rs yang dihasilkan berada pada kisaran -1 ≤ Rs < 1. Yang mengindikasikan nilai negatif berkorelasi pada hubungan negatif, 0 tidak terjadi hubungan dan 1 memiliki hubungan yang kuat. 3.4 Pembahasan dan Rekomendasi Berdasarkan pada fase analisis data, didapatkan pengelompokan situs web perguruan Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer tinggi ke dalam 3 kategori, selain itu dari permasalahan yang telah dikelompokkan dan dihitung menggunakan WABS dapat diasumsikan sebagai peringkat masalah yang mengurangi nilai aksesibilitas dari sebuah situs web dan diberikan rekomendasi untuk dapat meningkatkan aksesibilitas halaman utama situs web PT. 1049 evaluasi WAVE. Perguruan tinggi yang memiliki total masalah tertinggi adalah Universitas Riau dengan jumlah 699 sedangkan yang terendah adalah STMIK DCI dengan jumlah 22 permasalahan. Tabel 3 Rata-rata tertinggi dan terendah berdasar kluster, akreditasi dan status penerimaan disabilitas Berdasarkan 3.5 Kesimpulan dan Saran Penarikan kesimpulan dan saran merupakan tahap terakhir yang dilakukan setelah evaluasi dan analisis data telah dilakukan. Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil harus dapat menjawab rumusan masalah. 4. HASIL PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengolahan Data Pada evaluasi WAVE terdapat 80 aspek yang terbagi dalam enam komponen yaitu Errors, Alerts, Features, Structural Elements, HTML5 and ARIA, dan Contrast Errors. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, evaluasi WAVE mampu mengujikan seluruh sampel yang telah ditentukan. Total permasalahan secara keseluruhan adalah sebesar 19.695 permasalahan yang terbagi ke dalam enam komponen utama yan terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi jumlah permasalahan berdasar komponen Komponen Errors Alerts Features Structure Elements HTML5 and ARIA Contrast Errors Total Jumlah Permasalahan Muncul 3541 2540 2423 Persentase Permasalahan Muncul 17.98% 12.90% 12.30% 5359 27.21% 1160 5.89% 4672 23.72% 19695 100.00% Setelah dilakukan analisa lebih dalam, subkomponen yang paling banyak muncul permasalahan adalah very low contrast pada komponen contrast errors. Evaluasi berhasil mengujikan 113 sampel, dengan rata-rata permasalahan 174,29 permasalahan per halaman utama situs web perguruan tinggi. Tabel 3 menunjukkan penerima rata-rata tertinggi dan terendah berdasarkan kluster PT, Akreditasi dan status penerimaan disabilitas berdasarkan hasil Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Kluster PT Akreditasi PT Penerima disabilitas Rata-Rata Tertinggi Kluster 1 Akreditasi B PT menerima disabilitas Rata-Rata Terendah Kluster 4 Akreditasi C PT tidak menerima disabilitas Pada evaluasi AChecker, menunjukkan 97 dari 113 yang mampu dievaluasi menggunakan AChecker. Tabel 4 menunjukkan permasalahan berdasar komponen AChecker. Tabel 4 Jumlah Permasalahan berdasar komponen AChecker. No Komponen 1 Perceivable 15938 2 Operable 15407 3 Understandable 4 Robust Jumlah permasalahan 916 75 Total 32336 Pada Tabel 4, komponen yang memiliki permasalahan tertinggi adalah Perceivable dan subkomponen dengan permasalahan tertinggi adalah 1.1.1 Alternative Text. Tabel 5 menunjukkan penerima rata-rata tertinggi dan terendah berdasarkan kluster PT, Akreditasi dan status penerimaan disabilitas berdasarkan hasil evaluasi AChecker. PT yang memiliki masalah tertinggi adalah Universitas Narotama dengan 983 permasalahan. Sedangkan PT yang memiliki jumlah permasalahan terendah adalah Universitas Sanata Dharma dengan jumlah 31 permasalahan. Tabel 5 Rata-rata tertinggi dan terendah berdasar kluster, akreditasi dan status penerimaan disabilitas Berdasarkan Kluster PT Akreditasi PT Penerima disabilitas Rata-Rata Tertinggi Kluster 5 Akreditasi B PT menerima disabilitas Rata-Rata Terendah Kluster 4 Akreditasi C PT tidak menerima disabilitas 4.2 Perhitungan Nilai Median Perhitungan nilai median dilakukan sebanyak 3 kali yaitu : 1. Perhitungan nilai median untuk Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer perguruan tinggi penerima penyandang disabilitas Dengan menggunakan persamaan 1, nilai ∑𝑁 𝑖=1 |𝛼(𝑃𝑖 )| adalah jumlah permasalahan yang terjadi yaitu 15.293, N adalah jumlah situs web perguruan tinggi penerima penyandang disabilitas yang diujikan yaitu 63. Sehingga nilai 𝜎 diketahui sebesar 242,75. Persamaan 2 menghasilkan perhitungan λ dengan hasil 60,69. Menghitung median menggunakan persamaan 3 dan menghasilkan nilai ρ1=182,06 dan ρ2=303,43. 2. Perhitungan nilai median untuk perguruan tinggi pada kluster 1 dan 2 yang tidak menerima penyandang disabilitas. Dengan menggunakan persamaan 1, nilai ∑𝑁 𝑖=1 |𝛼(𝑃𝑖 )| adalah jumlah permasalahan yang terjadi yaitu 17.043, N adalah jumlah situs web perguruan tinggi pada kluster 1 dan 2 yang tidak menerima penyandang disabilitas sebanyak 50. Sehingga nilai 𝜎 diketahui sebesar 340,86. Persamaan 2 menghasilkan perhitungan λ dengan hasil 85,22. Menghitung median menggunakan persamaan 3 dan menghasilkan nilai ρ3=255,65 dan ρ4=426,08. 3. Perhitungan nilai median untuk keseluruhan perguruan tinggi. Dengan menggunakan persamaan 1, nilai ∑𝑁 𝑖=1 |𝛼(𝑃𝑖 )| adalah jumlah permasalahan yang terjadi yaitu 32.336, N adalah jumlah situs web perguruan tinggi yang dievaluasi keseluruhan adalah 97. Sehingga nilai 𝜎 diketahui sebesar 333,36. Persamaan 2 menghasilkan perhitungan λ dengan hasil 83,34. Menghitung median menggunakan persamaan 3 dan menghasilkan nilai ρ5=250,02 dan ρ6=416,70. 4.3 Analisis Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas Klasifikasi didasarkan pada perhitungan median pada sub bab 4.2. a. Accessible dengan jumlah permasalahan lebih kecil dari nilai median. b. Partially accessible dengan jumlah permasalahan berada diantara nilai median. c. Inaccessible dengan jumlah permasalahan lebih besar dari nilai median. Tabel 6 Distribusi hasil klasifikasi PT penerima penyandang disabilitas Klasifikasi Accessible Partially Accessible Inaccessible Not found Jumlah Jumlah Perguruan Tinggi 11 21 19 12 63 Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1050 Tabel 6 menunjukkan hasil klasifikasi PT penerima penyandang disabilitas dan didapatkan hasil bahwa 17,46% PT pada kategori accessible, 33.33% PT terdapat pada kategori partially accessible, 30,16% PT terdapat pada kategori inaccessible, dan 19,05% terdapat pada kategori not found. Tabel 7 Distribusi hasil klasifikasi PT pada kluster 1 dan 2 yang tidak menerima penyandang disabilitas Jumlah Perguruan Tinggi 18 11 17 4 50 Klasifikasi Accessible Partially Accessible Inaccessible Not found Jumlah Tabel 7 menunjukkan hasil klasifikasi PT pada kluster 1 dan 2 yang tidak menerima penyandang disabilitas. 36% terdapat pada kategori accessible, 22% terdapat pada kategori partially accessible, 34% terdapat pada kategori inaccessible, dan 8% terdapat pada kategori not found. Tabel 8 Hasil Klasifikasi keseluruhan perguruan tinggi Klasifikasi Accessible Partially Accessible Inaccessible Not found Jumlah 39 6643 Rata-Rata Jumlah Permasala han 170.33 31 9877 318.61 27 16 113 15816 0 32336 585.78 0 Jumlah Perguruan Tinggi Jumlah Permasa han Tabel 8 menunjukkan hasil klasifikasi perguruan tinggi secara keseluruhan dan mendapatkan hasil accessible dengan nilai persentase 34,5%. Pada klasifikasi partially accessible dengan nilai persentase 27,4%. Sedangkan pada klasifikasi inaccessible dengan nilai persentase 23,9% . 4.4 Perhitungan WABS Tabel 9 mengindikasikan hasil perhitungan nilai median menggunakan WABS. Perhitungan final metric WABS berdasarkan persamaan (4), (5) dan (6) Tabel 9 Hasil perhitungan nilai WABS menggunakan persamaan 4, 5, 6 dan final metric prio rity leve l A subko mpone n 1.1.1 persamaan 5 6 7 Final metric 0.394 0.990 3779.87 0.00010 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3078 A 2.4.4 0.468 0.856 3779.87 A 2.1.1 0.300 0.949 3779.87 A 2.3.1 0.287 0.969 3779.87 A 1.4.1 0.286 0.969 3779.87 AA 1.4.4 0.113 0.557 3779.87 A 1.3.1 0.075 0.990 3779.87 AA A 1.4.6 0.040 0.402 3779.87 AA 1.4.3 0.106 0.124 3779.87 AA 1.4.5 0.031 0.289 3779.87 0.00010 5857 7.52713 E-05 7.34868 E-05 7.32796 E-05 1.66114 E-05 1.95919 E-05 4.23718 E-06 3.46584 E-06 2.39581 E-06 Uji Spearman Rank dilakukan untuk mengetahui hubungan kesesuaian 2 variabel. Perhitungan menggunakan persamaan (8) menghasilkan nilai 𝑅𝑠 = 0.980615 5. PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Analisis WAVE dan AChecker Komponen yang paling banyak terdeteksi oleh WAVE adalah very low contrast, yang mengandung standar WCAG 2.0 poin hal tersebut juga terjadi pada hasil evaluasi AChecker. Hasil evaluasi AChecker menunjukkan apabila Contrast (Minimum) dan Contrast (Enhanced) disebutkan sebagai salah satu permasalahan tertinggi. Hasil evaluasi WAVE dan AChecker berdasarkan kluster perguruan tinggi, menunjukkan persamaan pada nilai rata-rata jumlah permasalahan terendah terdapat pada kluster 4. Perguruan tinggi dengan akreditasi B berdasarkan evaluasi WAVE dan AChecker menjadi akreditasi yang memiliki permasalahan tertinggi dan perguruan tinggi berakreditasi C menjadi perguruan tinggi yang memiliki permasalahan terendah. Evaluasi WAVE menunjukkan apabila perguruan tinggi penerima disabilitas menyumbang 49% masalah dari total permasalahan. Sedangkan evaluasi AChecker menunjukkan perguruan tinggi penerima disabilitas sebesar menyumbang permasalahan sebesar 47%. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 5.2 1051 Analisis WABS Analisis WABS dilakukan untuk mengetahui tingkat severity dari masing-masing subkomponen evaluasi AChecker terhadap dampak pada tingkat aksesibilitas situs web. Sehingga, nantinya diharapkan web developer dapat memperbaiki permasalahan yang memilki tingkat severity tinggi daripada harus menghabiskan waktu memperbaiki permasalahan yang lebih jarang terjadi (Abuaddous, et. al, 2017). Tabel 10 merupakan perbandingan antara jumlah kemunculan permasalahan dengan hasil WABS. Hasil uji Spearman Rank antara jumlah kemunculan permasalahan dengan WABS menunjukkan nilai 0.980615 atau mendekati angka 1. Yang berarti bahwa hasil uji antara hubungan jumlah kemunculan permasalahan masing-masing subkomponen (freq(bi)) berbanding lurus dengan besar nilai perhitungan WABS (final metric). Hal tersebut mengindikasikan semakin besar jumlah permasalahan yang muncul, semakin besar pula tingkat kesulitan permasalahan yang ada. Tabel 10 Perbandingan jumlah kemunculan dengan hasil WABS priority level AA AA AA A A A AAA AA A A 5.3 subkom ponen 1.4.3 1.4.5 2.4.6 3.3.2 3.2.2 3.1.1 3.1.4 2.4.5 1.3.3 4.1.1 Freq(bi) 673 481 403 307 195 151 138 123 114 75 Final metric 3.46584E-06 2.39581E-06 3.28738E-06 4.39488E-06 2.07935E-06 1.27701E-06 4.7016E-07 6.7898E-07 1.52016E-07 6.04968E-07 Subkomponen Potensial Bermasalah Tabel 11 Permasalahan yang sering terjadi berdasar hasil penelitian Sub Kompo nen 1.1.1 1.3.1 1.4.1 1.4.3 1.4.4 1.4.6 2.1.1 Priority Level A A A AA AA AAA A 2.3.1 A 2.4.1 A Success Criteria Definition Text Alternative Info and Relationship Use of Colour Contrast (Minimum) Resize Text Contrast (Enhanced) Keyboard Three Flashes or Threshold Bypass Block Below Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2.4.4 2.4.6 3.3.2 A AA A Link Purpose Headings and Levels Label or Istructions Tabel 11 menunjukkan permasalahan yang sering terjadi. Permasalahan tersebut diambil melalui analisis jumlah masalah tertinggi evaluasi WAVE dan hasil analisis WABS. 5.4 Rekomendasi Rekomendasi diberikan berdasar permasalahan antara lain memperhatikan ketersediaan tautan yang benar dan sesuai lokasi. memperhatikan penggunaan alternatif teks bagi konten informatif dan non dekoratif, memperhatikan penggunaan script agar penggunaan keyboard tidak terbatasi dengan aspek aestetik yang ditimbulkan oleh script, menyediakan format yang mampu beradaptasi ke dalam berbagai bentuk akses situs web sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh pengguna, penggunaan font size yang dapat beradaptasi terhadap ukuran tampilan dan penggunaan warna yang memenuhi contrast ratio 3:1, penggunaan skip link, heading dan label pada konten yang benar, penggunaan warna yang dipadukan antara gelap terang dan tidak menggunakan warna yang serupa pada bagian yang sama. 6. KESIMPULAN Dengan menggunakan evaluation tools WAVE ditemukan permasalahan sebanyak 19.695 masalah yang terjadi pada 113 sampel dengan rata-rata permasalahan sebesar 174,29 permasalahan per situs web. Sedangkan hasil evaluasi evaluasi menggunakan evaluation tools AChecker ditemukan permasalahan sebanyak 32.336 masalah yang terjadi pada 97 sampel dengan rata-rata permasalahan sebesar 333,36 permasalahan per situs web. Hasil klasifikasi halaman utama situs web perguruan tinggi di Indonesia ke dalam 3 kategori menunjukkan bahwa terdapat 39 halaman utama situs web perguruan tinggi masuk dalam kategori accessible, 31 halaman utama situs web perguruan tinggi masuk dalam kategori partially accessible dan 27 halaman utama situs web perguruan tinggi masuk dalam kategori inaccessible. Permasalahan yang sering muncul terjadi pada poin text alternative, info and relationships, keyboard, three flashes or below threshold, bypass blok, link purpose, label or Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1052 instruction, use of colour, contrast (enhanced) dan contrast (minimum). Rekomendasi yang dapat diberikan untuk dapat meningkatkan tingkat aksesibilitas halaman utama situs web perguruan tinggi di Indonesia antara lain dengan memperhatikan ketersediaan tautan yang benar dan sesuai lokasi, memperhatikan penggunaan alternatif teks bagi konten informatif dan non dekoratif, memperhatikan penggunaan script agar penggunaan keyboard tidak terbatasi dengan aspek aestetik yang ditimbulkan oleh script, menyediakan format yang mampu beradaptasi ke dalam berbagai bentuk akses situs web sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh pengguna, penggunaan font size yang dapat beradaptasi terhadap ukuran tampilan dan penggunaan warna yang memenuhi contrast ratio 3:1, penggunaan skip link, heading dan label pada konten yang benar dan penggunaan warna yang dipadukan antara gelap terang dan tidak menggunakan warna yang serupa pada bagian yang sama. Diperlukan penelitian lebih lanjut agar dapat mengetahui permasalahan yang lebih mendalam yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas halaman utama situs web perguruan tinggi di Indonesia. Dikarenakannya keterbatasan waktu, evaluasi pada penelitian ini hanya dilaksanakan dengan menggunakan evaluation tools secara semi otomatis. Diperlukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan evaluasi secara manual maupun pengujian terhadap pengguna secara langsung untuk dapat menganalisis permasalahan lebih mendetail yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas halaman utama situs web perguruan tinggi. 7. DAFTAR PUSTAKA Abuaddous, H.Y., Basir, N., Jali, M.Z., 2017. Quantitative Metric For Ranking Web Accessibility Barriers Based On Their Severity. Journal of ICT, 16, No. 1 (June) 2017. Ismail, A., Kuppusamy, K.S., 2016. Accessibility of Indian universities’ homepages: An exploratory study. Journal of King Saud University 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan edisi Situasi Penyandang Disabilitas, [pdf], Semester II. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2015. Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi di Indonesia 2015. [pdf] Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia , 2015. Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 492.a/M/Kp/VIII/2015 Tentang Klasifikasi Dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Di Indonesia Tahun 2015. [pdf] Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Singh, S.N., Dalal, Nikunj P., 1999. Web Home Pages as Advertisements. Article in Communications of the ACM. Soegaard, M., Dam, R.F., 2014. Encyclopedia of Human-Computer Interaction. 2nd Edition. [e-book] Georgia: The Interaction Design Foundation. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Citra Umbara: Bandung Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1053