BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi dan modernisasi menuntut masyarakat beraktivitas dengan cepat, baik dalam tuntutan pekerjaan hingga waktu untuk mengonsumsi sesuatu dan beristirahat. Akibat dari tuntutan tersebut, masyarakat saat ini lebih memilih mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Akan tetapi mengonsumsi makanan cepat saji dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan dan dapat menimbulkan masalah obesitas (Wahyuni, 2013). Saat ini obesitas menjadi masalah yang serius di tengah masyarakat yang ada. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak tubuh yang berlebih/ abnormal pada jaringan adiposa, yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2004). Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah lain, seperti penyakit jantung koroner, aritmia, stroke, abnormalitas fungsi paru, hipertensi, sindroma metabolik, dan lain-lain (Purnawati, 2009). Saat ini masyarakat dengan kategori berat badan berlebih di dunia berjumlah lebih dari 2,1 miliar orang, naik 875 juta dari tahun 1980 (Lancet, 2014). Prevalensi obesitas tahun 2010 lebih tinggi pada wanita (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010). Penggunaan obat penurun berat badan ataupun herbal penurun berat badan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsi tubuh. Selain itu penggunaan obat antiobesitas bergantung pada berat badan penderita obesitas itu sendiri, tidak jarang obat antiobesitas digunakan dalam jangka waktu yang panjang (Jasaputra, 2011). Secara farmakokinetik obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh akan diproses dan pada akhirnya akan diekskresikan tubuh. Rata-rata proses absorbsi obat anti obesitas terjadi pada usus dan akan dimetabolisme di hati. Kandungan obat yang 1 Universitas Kristen Maranatha ada akan terbawa aliran darah dan masuk ke hati, hal ini menyebabkan hati selalu berkontak dengan bahan-bahan potensial toksik. Semakin lama kontak dan semakin tinggi konsentrasi zat-zat yang terkandung dalam obat memengaruhi terjadinya kerusakan hati semakin besar (Fatmawati, 2008). Pemeriksaan untuk mengetahui kerusakan fungsi hati dilakukan secara enzimatik. Tes fungsi hati yang sering dan umum dilakukan adalah AST (aspartate transaminase) dan ALT (alanine transaminase), yang lebih dikenal sebagai SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic-pyruvic transaminase) (Yayasan Spiritia, 2001). Bila sel-sel hati rusak, enzim transaminase akan keluar ke dalam darah. Sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat. SGPT dapat terdeteksi lebih spesifik untuk kerusakan hati, karena kadarnya yang dominan pada sel hati (Yayasan Spiritia, 2001). Enzim transaminase/ aminotransferase merupakan indikator/ indeks yang sensitive untuk mendeteksi penyakit hepatoseluler (Richard et al., 2000). Indonesia merupakan negara yang memiliki struktur tanah yang subur dan ditumbuhi dengan beraneka ragam tanaman yang dapat dimanfaatkan/ digunakan sebagai obat-obatan. Paradigma yang berkembang di masyarakat Indonesia adalah penggunaan obat herbal/ tanaman obat terjamin aman karena tidak memiliki efek samping. Pemikiran itu tidaklah sepenuhnya benar, mungkin saja terdapat efek samping dari penggunaan tanaman obat itu. Kedelai Detam-1 merupakan kedelai dengan varietas unggulan, karena memiliki kadar protein yang lebih tinggi dengan kadar lemak yang lebih rendah dibanding dengan varietas kedelai lainnya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2010) dengan karakteristik kandungan metabolit sekundernya antara lain fenolik, flavonoid H2SO4, triterpenoid, steroid, saponin, kuinon, dan tannin, namun tidak mengandung alkaloid (Hidayat, 2012). Jati Belanda (Guazuma ulmifolia), merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mendegradasi lemak. Tanaman ini mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, musilago, saponin, karotenoid, asam fenol, dan damar. kandungan tersebut dipercaya dapat menekan nafsu makan, karena memiliki struktur yang mirip dengan orlistat, yang merupakan obat sintetis penekan nafsu 2 Universitas Kristen Maranatha makan (Rahardjo et al., 2006). Jati Belanda yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Bumi Herbal Dago (BHD) dengan karakteristik kandungan fenolik, flavonoid H2SO4, triterpenoid, kuinon dan tanin, tapi tidak mengandung alkaloid, steroid, saponin (Hidayat et al., 2011) Hasil uji secara in vitro dari kombinasi ekstrak etanol kedelai Detam-1 (EEKD) dan ekstrak etanol Jati Belanda (EEJB) memiliki aktivitas inhibisi lipase pancreas yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak tunggal pemberian salah satunya (Hidayat et al., 2011). Hasil penelitian in vivo kombinasi EEKD dan EEJB dengan perbandingan 1:2 menunjukkan efek paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol total darah pada tikus Wistar jantan dengan induksi pakan tinggi lemak (Kwan, 2013). Penelitian in vivo lainnya, menunjukkan efek kombinasi memberi hasil yang lebih baik dalam penghambatan kenaikan berat badan tikus Wistar jantan dibanding pemberian ekstrak tunggal (Krisetya, 2013). Selain itu, terdapat uji ex vivo yang terbukti berefek antitrigliserida (Hidayat et al., 2014). Pemeriksaan histopatologis hepar pada hewan coba yang diberi suspensi ekstrak Jati Belanda (dari pabrik jamu Borobudur) pada hari pertama dan diamati hingga hari ke-7 dan terminasi hari ke-8, didapatkan perubahan struktur histopatologis hepar, berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik hingga nekrosis (Fatmawati, 2008). Hasil penelitian lainnya dalam perlakuan 28 hari, didapat bahwa pemberian ekstrak tunggal EEJB bersifat hepatotoksik, sedangkan efek tunggal EEKD menyebabkan perbaikan gambaran histopatologis hepar. Pada penelitian tersebut pemberian kombinasi EEJB dengan kadar yang lebih besar dari EEKD (2:1) menyebabkan penurunan berat badan yang berarti, akan tetapi terjadi hal yang sebaliknya terhadap gambaran histopatologis hepar (Elviora, 2015). 1.2. Identifikasi Masalah Dari permaparan diatas, berikut dirumuskan identifikasi masalah yang ada : Adakah efek subkronis pemberian kombinasi ektrak etanol biji kedelai varietas Detam-1 (EEKD) dan daun Jati Belanda (EEJB) terhadap fungsi hepar dengan parameter SGPT pada pada tikus Wistar. 3 Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan suatu bahan baku yang berasal dari alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek subkronis dengan parameter SGPT dari pemberian kombinasi ekstrak etanol biji Kedelai varietas Detam-1 (EEKD) dan ekstrak etanol daun Jati Belanda (EEJB) pada tikus galur Wistar. 1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademik adalah untuk memperluas pengetahuan farmakologis dan wawasan pembaca mengenai dosis toksik dan manfaat kedelai Detam-1 dan daun Jati Belanda sebagai antiobesitas. Manfaat praktis adalah herbal ini tidak memberikan pengaruh/ tidak menyebabkan peningkatan terhadap kadar SGPT pada tikus galur Wistar ketika mengonsumsi kombinasi ekstrak etanol biji kedelai varietas Detam-1 (EEKD) dan ektrak etanol daun Jati Belanda (EEJB) varietas Bumi Herbal Dago. 1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedelai varietas Detam-1 yang merupakan varietas kedelai unggul dengan kandungan protein yang tinggi dibanding varietas lainnya. Kandungan protein yang terdapat dalam kedelai Detam-1 sebanyak 45,40%, sedangkan kandungan lemaknya sangat minim yaitu 13,10% (Balitkabi, 2008). Kandungan isoflavon yang terdapat pada kedelai 24mg/ g kedelai (Shurtleff & Aoyagi, 2010). Isoflavon didalam protein yang terdapat dalam kedelai yang berefek sebagai antioksidan dan dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL (Candra, 2011). Kadar isoflavon terbanyak terdapat dalam fraksi etil asetat atau etanol, dan kadar 4 Universitas Kristen Maranatha daidezin tertinggi pada biji kedelai Detam-1 yaitu 0,669%. Isoflavon yang terutama adalah genistein dan daidzein yang mampu menghambat enzim lipase pancreas dan dapat menginduksi apoptosis sel adiposit. Genistein dalam isoflavon merupakan antioksidan kuat dan secara signifikan menurunkan TNF alpha plasma dan mencegah munculnya NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) melalui penurunan stress oksidatif (Elviora, 2015). Senyawa lain yang terkandung yaitu flavonoid yang bekerja layaknya obat dengan golongan statin, dengan fungsi untuk menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL, juga dapat meningkatan kadar HDL dengan cara menghambat enzim hydroxyl-methylglutaryl-coenzyme A reductase (HMG-KoA reduktase) yang dapat menurunkan sintesis kolesterol dalam tubuh (Koshy et al., 2001). Kandungan utama dalam Jati Belanda yang sangat berperan dalam penurunan berat badan adalah tanin dan musilago. Tanin yang terdapat dalam Jati Belanda merupakan suatu molekul berukuran besar yang dapat berikatan kuat dengan protein dalam saluran gastrointestinal, memungkinkan untuk protein mengendap dan dapat mengurangi penyerapan makanan (Utomo, 2008). Akan tetapi zat aktif tanin yang berupa asam tannat, dapat menyebabkan cedera atau kerusakan pada hepar. Dalam dosis yang cukup besar, asam tannat dapat menimbulkan efek samping dan gejala klinik seperti gastritis, mual, muntah, dan kerusakan pada hepar. Gejala yang timbul bergantung pada konsentrasi dan lama paparan. Penggunaan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang panjang dapat memperburuk gangguan hati. Asam tannat terkandung dalam barium enema yang telah terbukti secara potensial bersifat hepatotoksik. Zat hepatotoksik dapat menyebabkan terganggunya permeabilitas selaput, homeostasis osmosis, keutuhan enzim dan kofaktor yang selanjutnya akan menyebabkan gangguan pada hepar (Elviora, 2015). Organ utama untuk metabolisme dan detoksifikasi dari semua hal yang masuk ke dalam tubuh termasuk obat adalah hepar. Efek konsumsi obat-obatan jangka panjang dapat memberikan efek yang buruk bagi sel hati. Hepatotoksisitas terjadi 5 Universitas Kristen Maranatha akibat imbas dari lamanya kontak terhadap konsentrasi zat/ obat itu sendiri (Fatmawati, 2008). Kerusakan sel hepar menyebabkan keluarnya enzim-enzim hepar seperti glutamat piruvat transaminase (SGPT), glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT), alkali fosfatase (ALP) dan gamma GT. Pemeriksaan ALP tidak spesifik untuk menilai kerusakan hepar karena dapat ditemukan peningkatan pada kelainan hepar, duktus biliaris, dan tulang. Gamma-glutamyl transpeptidase (GGT) dapat diperiksa untuk menentukan disfungsi sel hati dan mendeteksi penyakit hati yang diinduksi alkohol, akan tetapi peningkatan GGT dapat ditemukan pada penyakit paru, diabetes, kelainan pancreas, dan kolestasis. Enzim transaminase terdiri dari SGPT dan SGOT yang merupakan intikator/ indeks sensitif untuk cedera sel hati dan penyakit hepatoseluler. SGPT dibandingkan dengan SGOT lebih spesifik untuk menilai kerusakan hepar, karena enzim SGPT terutama dihasilkan oleh selsel hepar, sehingga enzim SGPT yang meningkat dapat menjadi parameter untuk mengetahui kerusakan/ kelainan fungsi hepar (Murray et al., 2006; Sadikin, 2002; Feldman et al., 2010). 1.5.2 Hipotesis Efek subkronis pemberian kombinasi ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max L.merr) varietas Detam-1 (EEKD) dan ekstrak etanol daun Jati Belanda (EEJB) (Guazuma ulmifolia) tidak menunjukkan gangguan fungsi hepar/ tidak meningkatkan kadar SGPT pada tikus galur Wistar. 6 Universitas Kristen Maranatha