Refarat PALSI SEREBRAL Disusun Oleh Riandy Anugrah Taba Pattuju 14014101226 Masa KKM 14 September – 22 November 2015 Supervisor Pembimbing dr. Hj. Nurhayati Masloman, Sp.A (K) BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2015 BAB I LATAR BELAKANG Palsi serebral adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat yang berdampak pada terbatasnya aktifitas seseorang. Walaupun kelainan bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral yang mengakibatkan terjadinya gangguan motorik.1 Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Palsi serebral, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.1,2 Walaupun sulit, etiologi palsi serebral perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.1 Para ahli menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam penanganan penderita Palsi serebral, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat sekitar.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Palsi serebral adalah keadaan kerusakan jaringan otak yang permanen dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis. Gangguan ganglia basal dan serebelum dan kelainan mental.1,3 Istilah palsi serebral merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gangguan gerakan, postur tubuh, dan tonus yang bersifat nonprogresif, berbeda-beda kronis dan akibat cedera pada sistem saraf pusat selama awal masa perkembangan.1,4 Walaupun palsi serebral pertama kali dilaporkan pada tahun 1827 oleh Cazauvielh, dan kemudian digambarkan dan di perdebatkan oleh dokter seperti Little, Freud, Osler, dan Phleps, patogenesis gangguan ini tetap tidak dimengerrti secara jelas.4 B. EPIDEMIOLOGI Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insiden palsi serebral yaitu populasi yang diambil cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insudensi palsi serebral sebanyak 2 per 1000 kelahiran hidup. 5 dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan palsi serebral. 50% kasus termasuk ringan dan 10% termasuk kasus berat. Kasus palsi serebral kebanyakan terdiagnosis sebelum usia 5 tahun.8 Yang dimaksud ringan adalah penderita dapat mengurus dirinya sendiri dan yang tergolong berat adalah penderita yang membutuhkan pelayanan khusus. 25% memiliki intelegensia rata-rata (normal) sementara 30% kasus menunjukan IQ dibawah 70. 35% disertai kejang dan 50% menunjukkan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari perempuan (1,4 : 1,0). Rata-rata 70 % ada pada tipe spastik. 15% tipi atetotik, 5% ataksia, dan sisanya campuran. 3 Dengan meningkatnya pelayanan obstetrik dan perinatologi dan rendahnya angka kelahiran di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian palsi serebral akan menurun. Narnun di negara-negara berkembang, kemajuan teknologi kedokteran selain menurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan. Adanya variasi angka kejadian di berbagai negara karena pasien palsi serebral datang ke berbagai klinik seperti klinik saraf, anak, klinik bedah tulang, klinik rehabilitasi medik dan sebagainya. Di samping itu juga karena para ahli tidak konsisten menggunakan definisi dan terminologi palsi serebral. 3 C. ETIOLOGI Penyebabnya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu prenatal, perinatal, dan pascanatal. 1 a) Prenatal Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh toksoplasma, rubela dan penyakit virus sitomegalik. Kelainan yang mencolok biasanya berupa gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal), terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan palsi serebral 1,5 b) Perinatal 1. Anoksia Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury . Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio caesaria. 5 2. Perdarahan otak Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah hingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan penyumbatan cairan serebrospinal sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan spatium subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis. 5,6 3. Prematuritas Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. 2,6 4. Ikterus Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang permanen akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah. 5 5. Meningitis Purulenta Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakiatkan gejala berupa palsi serebral. 5,6 c) Pascanatal Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan palsi serebral, seperti: 1. Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-operasi. 2. Infeksi misalnya : meningitis bakterialis, abses serebri, tromboplebitis, ensefaltis. 3. Kernikterus D. MANIFESTASI KLINIK Palsi serebral dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Hingga saat ini, palsi serebral diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu:6 1. Palsi serebral tipe spastik Merupakan bentuk palsi serebral terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan scissors gait.6 Anak dengan spastik hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh. Jika tremor memberat akan terjadi gangguan gerakan berat.6 Palsi serebral spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu:6 a. Monoplegi Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan b. Diplegia Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat dari pada kedua lengan c. Triplegia Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai kedua lengan dan 1 kaki d. Quadriplegia Keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama e. Hemiplegia Mengenai salah satu sisi tubuh dan lengan terkena lebih berat 2. Palsi serebral tipe atetoid/diskinetik Bentuk palsi serebral ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak-anak menyeringan dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stres dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). Tipe atetoid terjadi pada 10-20% penderita palsi serebral.6 3. Palsi serebral tipe ataksid Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang terkena sering menunjukan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi saling berjauhan; kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita palsi serebral.5,6 4. Palsi serebral campuran Sering ditemukan pada seseorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk palsi serebral yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.6 Berdasarkan derajat kemampuan fungsional:6 1) Ringan Penderita masih bisa melakukan pekerjaan aktifitas sehari- hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus. 2) Sedang Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik. 3) Berat Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya. Palsi serebral juga dapat diklasifikasikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (tabel 1). Tabel 1. Klasifikasi Palsi serebral Berdasarkan Derajat Penyakit6 Klasifikasi Perkembangan Gejala Morik Minimal penyerta Normal, hanya * kelainan tonus terganggu secara sementara kualitatif * Refleks primitif menetap terlalu lama * Kelainan postur ringan * Gangguan gerak motorik kasar dan halus, misalnya clumpsy Ringan Berjalan umur 24 bulan Penyakit * Beberapa kalinan pada pemeriksaan neurologis * Perkembangan refleks primitif abnormal * Gangguan komunikasi * Gangguan belajar spesifik * respon postural terganggu * Gangguan motorik misalnya tremor * Gangguan koordinasi Sedang Berjalan umur 3 tahun, kadang memerlukan bracing Tidak perlu alat khusus * Berbagai kelainan neurologis * Refleks primitif menetap dan kuat * respon postural * Retardasi mental * Gangguan belajar dan kominikasi * Kejang terlambat Berat Tidak bisa * Gejala neurologis berjalan, atau dominan berjalan dengan alat bantu Kadang perlu operasi * Refleks primitif menetap * Respon postural tidak muncul Gejala Awal palsi serebral6 • • • • • • • • • • Adanya faktor resiko Mikrosefali, sutura bertumpuk, penutupan UUB terlalu cepat Hipotonia berlebihan Gerakan ekstermitas terbatas Spastisitas dimulai dari tangan (tergenggam) dan kaki (fleksi plantar) Kesulitan makan, mengiler berlebihan Gagal tumbuh Refleks primitif menetap Refleks postural terlambat Ataksia, distonia, diskinetik sering baru muncul setelah gejala stabil, sulit dinilai pada bayi kecil E. PATOFISIOLOGI Perkembangan otak manusia dan waktu puncak terjadinya meliputi berikut:2,6,10 • • • • • Primer neurolation - Minggu 3-4 kehamilan Perkembangan Prosencephalic - Bulan 2-3 kehamilan Proliferasi neoronal - Bulan 3-4 kehamilan Migrasi neuronal - Bulan 3-5 kehamilan Organisasi - Bulan 5 dari kehamilan sampai bertahun-tahun pasca • kelahiran Mielinasi - Lahir sampai bertahun-tahun pasca kelahiran Cedera otak atau perkembangan otak yang abnormal Mengingat kompleksitas perkembangan otak prenatal dan bayi, cedera atau perkembangan abnormal dapat terjadi setiap saat, sehingga presentasi klinis palsi serebral bervariasi (apakah karena kelainan genetik, etiologi toxin atau infeksi, atau insufisiensi vaskular). Misalnya, cedera otak sebelum 20 minggu kehamilan dapat mengakibatkan defisit migrasi neuronal; cedera antara minggu 26 dan 34 dapat mengakibatkan leukomalacia periventricular (foci nekrosis coagulative pada white matter berdekatan dengan ventrikel lateral); cedera antara minggu ke-34 dan ke-40 dapat mengakibatkan cedera otak fokal atau multifokal.4,6,7 Cedera otak akibat insufisiensi vaskular tergantung pada berbagai faktor pada saat cedera, termasuk distribusi pembuluh darah ke otak, efisiensi aliran darah otak dan regulasi aliran darah, dan respon biokimia jaringan otak untuk oksigenasi menurun. Prematuritas dan pembuluh darah serebral Stres fisik pada bayi prematur dan ketidakmatangan pembuluh darah otak dan otak mungkin menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk palsi serebral. Sebelum matur, distribusi sirkulasi janin dengan hasil otak pada kecenderungan hipoperfusi ke white matter periventricular. Hipoperfusi dapat mengakibatkan perdarahan matriks germinal atau leukomalacia periventricular. Antara minggu 26 dan 34 usia kehamilan, daerah white matter periventricular dekat ventrikel lateral yang paling rentan terhadap cedera. Karena daerah-daerah membawa serat bertanggung jawab atas kontrol motor dan tonus otot kaki, cedera dapat terjadi dalam diplegia spastik (yaitu, kelenturan dominan dan kelemahan kaki, dengan atau tanpa keterlibatan lengan tingkat yang lebih rendah).4,6 Periventricular leukomalacia Ketika lesi lebih besar menjangkau daerah saraf descenden dari korteks motor untuk melibatkan centrum semiovale dan korona radiata, baik ekstremitas bawah dan atas mungkin terlibat. Leukomalacia periventricular umumnya simetris dan dianggap karena cedera iskemik white matter pada bayi prematur. Cedera asimetris untuk white matter periventricular dapat menghasilkan satu sisi tubuh yang lebih terpengaruh dari yang lain. Hasilnya meniru hemiplegia spastik tetapi lebih baik dicirikan sebagai kejang diplegia asimetris. Matriks germinal kapiler di daerah periventricular sangat rentan terhadap cedera hipoksia-iskemik karena lokasi mereka di sebuah zona perbatasan vaskular antara zona akhir arteri striate dan thalamic. Selain itu, karena mereka adalah otak kapiler, mereka memiliki kebutuhan tinggi untuk metabolisme oksidatif.4 Perdarahan periventricular -perdarahan intraventricular Banyak ahli telah menentukan tingkatan beratnya perdarahan periventricular -perdarahan intraventricular menggunakan sistem klasifikasi awalnya dijelaskan oleh Papile dkk pada 1978 sebagai berikut:4,6 1. Grade I - Perdarahan subependymal dan/atau matriks germinal 2. Grade II - perdarahan Subependymal dengan ekstensi ke dalam ventrikel lateral tanpa pembesaran ventrikel 3. Grade III - perdarahan Subependymal dengan ekstensi ke dalam ventrikel lateral dengan pembesaran ventrikel 4. Grade IV - Sebuah perdarahan matriks germinal yang membedah dan meluas ke parenkim otak yang berdekatan, terlepas dari ada atau tidak adanya perdarahan intraventricular, juga disebut sebagai perdarahan intraparenchymal saat ditemui di tempat lain di parenkim tersebut. Perdarahan meluas ke white matter periventricular berkaitan dengan perdarahan germinal ipsilateral perdarahan/intraventricular matriks yang disebut infark vena periventricular hemo. Cedera serebral vaskuler dan hipoperfusi Saat matur, ketika sirkulasi ke otak paling menyerupai sirkulasi serebral dewasa, cedera pembuluh darah pada saat ini cenderung terjadi paling sering pada distribusi arteri serebral tengah, mengakibatkan palsi serebral spastik hemiplegia. Namun, otak matur juga rentan terhadap hipoperfusi, yang sebagian besar menargetkan daerah aliran dari korteks (misalnya, akhir zona arteri serebral utama), mengakibatkan palsi serebral spastik quadriplegik. Ganglia basal juga dapat dipengaruhi, sehingga palsi serebral ekstrapiramidal atau dyskinetic.4,6 Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron, dan degenerasi laminar akan menimbulkan girus sulkus menyempit dan berat otak rendah. Palsi serebral digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogresif atau trauma otak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu kelainan dasar (Struktur otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal atau luka-luka/ kerugian setelah melahirkan dalam kaitan dengan ketidak cukupan vaskuler, toksin dan infeksi). Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.4 Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali.4 Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.4,6 Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi neuron, dan pembentukan selubung mialin. 6 Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum.6 Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.6 Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan Palsi serebral tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel.4 Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi.4 F. PEMERIKSAAN PADA PALSI SEREBRAL 1. Pemeriksaan Tonus 2. Pemeriksaan Muskuloskeletal a. Panggul Kontraktur fleksi, rotasi internal & ekternal, aduksi, panjang tidak simetris Thomas test : kontraktur fleksi Ely test : kontraksi kuadriseps Aduksi , rotasi b. Lutut Sudut poplitea c. Kaki dan Pergelangan Kontraktur, torsi tibia d. Punggung Postur, skoliosis, asimetris e. Exstermitas Atas Posisi saat istirahat, gerak spontan, grip, koordinasi motor halus 3. Pemeriksaan Refleks Refleks tendon Refleks Patologis/klonis Refleks Primitif menetap : Asymetric tonic neck refleks Neck righting refleks Graps reflex Refleks Protektif terlambat Parachute, dll 2.1 Pemeriksaan Penunjang2,5 1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis palsi serebral 2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabbya suatu proses degeneratif. Pada palsi serebral, CSS normal 3. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak 4. Foto rongrnt kepala 5. Penilaian psikologi perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan 6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi mental 2.2 Diagnosis Palsi serebral 2.8.1. Anamnesis Pada Palsi serebral dapat ditemukan gejala danggun motorik berupa kelainan fungsi dan lokasi serta kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis “Palsi serebral”. (1) Kelainan fungsi motirik terdiri dari : a) Spastisitas Terdapat peningkatan tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peningkatan tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur misalnya lengan dalam adduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap adduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. “Tonic neck reflex” dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak pada trkstu kortikospinalis. Golongan spastisitas ini meliputi 2/3 – ¾ penderita “Palsi serebral”. Banyak kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu : 1. Monoplegia/monoparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak pada stu sisi, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya. 2. Hemiplagia/hemiparesis Kelumpuhan lengan dan tungkai di sisi yang sama. 3. Diplegia/diparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan. 4. Tertaplagia/tetraparesis/quadriplagia Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. b) Tonus otot yang berubah Bayi pada golonggan ini pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada “lower motor neuron”. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarka berbaring tampak flasid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis. Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah refleks neonatal dan “tonic neck reflex” menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus. Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus “Palsi serebral”. c) Koreo-atetosis(extrapiramidal Palsi serebral) Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak bayi flasid, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh afiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus. Golongan ini meliputi 5-15% dari kasus “Palsi serebral”. d) Ataksia Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjaan sangat lambat dan semu pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak si serebelum. Terdapat kira-kira 5% dari kasus “Palsi serebral”. e) Gangguan pendengaran Terdapat pada 5-10 % anak dengan “Palsi serebral”. Gangguan berupa gangguan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menagkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis. f) Gangguan bicara Disebabkan oleh gengguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak beliur. g) Gangguan mata Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada kedaan afiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25%penderita “Palsi serebral” menderita kelainan mata. Pasien dapat datang dengan keluhan : Pola gerak abnormal Terlambat dalam perkembangan berdiri dan berjalan Sentral paresis (hemiparesis, paraparesis, atau tetraparesis) Spasticity (kekakuan) Ataxia Choreoathetosis Retardasi mental Epileptic seizures, Gelisah Sulit berkonsentrasi Gangguan dalam penglihatan, pendengaran dan berbicara. deformitas tulang dan sendi (talipes equinus, contracture, scoliosis, hip dislocation) Tabel 1. Klasifikasi Palsi serebral dan Penyebab Utamanya Motor Syndrome Neuropathology Major Causes Spastic diplegia Periventricular leukomalacia Prematurity (PVL) Ischemia Infection Endocrine/metabolic (e.g., thyroid) Spastic quadriplegia PVL Ischemia, infection Multicystic Endocrine/metabolic, encephalomalacia genetic/developmental Malformations Hemiplegia Stroke:in utero or neonatal Thrombophilic disorders Infection Genetic/developmental Periventricular hemorrhagic infarction Extrapyramidal Pathology:putamen, globus (athetoid, pallidus, thalamus, basal dyskinetic) ganglia Asphyxia Kernicterus Mitochondrial Genetic/metabolic Pemeriksaan Khusus 1. Pemeriksaan Refleks, tonus otot, postur dan koordinasi 2. Pemeriksaan mata dan pendengaran setelah dilakukan diagnosis “Palsi serebral” ditegakan. 3. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada “Palsi serebral” CSS normal. 4. Pemeriksaan EEG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak. 5. Foto Rontgen kepala, MRI, CT-Scan, cranial ultrasounds umtuk mendapatkan gambaran otak. 6. Penilaian psikologi perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 7. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental. F. DIAGNOSA BANDING A. Proses degeneratif B. Higroma subdural C. Arterio-venosus yang pecah D. Kerusakan medula spinalis E. Tumor intrakranial G. PENATALAKSANAAN Tidak ada terapi spesifik terhadap Palsi serebral. Terapi bersifat simtomatik, yang diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien.14 Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau latihan yang diberikan dan untuk menentukan ke- berhasilannya maka perlu diperhatikan penggolongan Palsi serebral berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat ringan, sedang dan berat. Tujuan terapi pasien Palsi serebral adalah membantu pasien dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga pendenta sedikit mungkin memerlukan pertolongan orang lain, diharapkan penderita bisa mandiri.11,13 Pada keadaan ini perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, “occupational therapist”, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita.11,12 a) Fisioterapi Fisioterapi dini dan intensif untuk mencegah kecacatan, juga penanganan psikolog atau psikiater untuk mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang lebih besar. Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini diakukan sepanjang penderita hidup.12 b) Pembedahan Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk melakukn pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan gerakan koreo-atetosis yang berlebihan.10 c) Pendidikan Penderita “Palsi serebral” dididik sesuai tingkat intelegensinya, di sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama dengan anak yang normal, yaitu pulang ke rumah dengan kendaraan bersama-sama, sehingga mereka tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua juga janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk ini pekerja sosial dapat membantu dirumah dengan nasehat seperlunya.15 d) Obat-obatan Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin, dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat menolong, misalnya diazepam, klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon). Pada keadaan koreoatestosis diberikan artan. Imipramin (tofranil) diberikan pada penderita dengan depresi. 11 Penderita Palsi serebral memerlukan tatalaksana terpadu/multi disipliner mengingat masalah yang dihadapi sangat kompleks, yaitu: a. Gangguan motorik b. Retardasi mental c. Kejang d. Gangguan pendengaran e. Gangguan rasa raba f. Gangguan bahasa dan bicara g. Makan/gizi h. Gangguan mengontrol miksi (ngompol) i. Gangguan konsentrasi j. Gangguan emosi k. Gangguan belajar Tim diagnostik dan penatalaksanaan Palsi serebral ini meliputi: 1. Tim Inti : a. Neuropediatri b. Dokter Gigi c. Psikolog d. Perawat e. Fisioterapi (terapi kerja, terapi bicara) f. Pekerja Sosial (pengunjung rumah) 2. Tim Konsultasi : a. Tim Tumbuh Kembang Anak dan Remaja b. Dokter Bedah (Ortopedi) c. Dokter Mata d. Dokter THT e. Psikiater Anak f. Guru SLB (cacat tubuh, tunanetra, tunarungu) Penatalaksanaan Palsi serebral meliputi:11 A. Medikamentosa, untuk mengatasi spastisitas : 1. Benzodiazepin : • • Usia < 6 bulan tidak direkomendasi Usia > 6 bulan: 0,12-0,8 mg/KgBB/hari PO dibagi 6-8 jam (tidak lebih 10 mg/dosis) 2. Baclofen (Lioresal) : 3 x 10 mg PO (dapat dinaikkan sampai 40-80 mg/hari) 3. Dantrolene (Dantrium): dimulai dari 25 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 40 mg/hari 4. Haloperidol : 0,03 mg/KgBB/hari PO dosis tunggal (untuk mengurangi gerakan involusi) 5. Botulinum toksin A : Usia < 12 tahun belum direkomendasikan Usia > 12 tahun : 1,25-2,5 ml (0,05-0,1 ml tiap 3-4 bulan) Apabila belum berhasil dosis berikutnya dinaikkan 2x/tidak lebih 25 ml perkali atau 200 ml perbulan B. Terapi Perkembangan Fisik (Rehabilitasi Medik) C. Lain-lain : 1. Pendidikan khusus 2. Penyuluhan psikologis 3. Rekreasi H. PROGNOSIS Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik; makin banyak gejala penyertanya (retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran) dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.1,14