BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Secara
umum,
pertumbuhan
ekonomi
didefenisikan
sebagai
peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan
ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan
suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.
Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk
kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya
diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau
pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir
dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu
perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan
pembangunan ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit
berbeda. Kedua-duanya memang menerangkan mengenai perkembangan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang berlaku. Tetapi biasanya, istilah ini digunakan dalam konteks
yang berbeda. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu ungkapan umum
yang menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara, yang diukur
melalui persentasi pertambahan pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan
ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara
berkembang. Dengan perkataan lain, dalam mengartikan istilah pembangunan
ekonomi, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan
pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi,
misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian
pendapatan (Sukirno, 2006:423)
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain:
(Sadono Sukirno, 2006:243-270).
2.1.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo,
Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk,
jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi
yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka
asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak
mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara
Universitas Sumatera Utara
pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori
penduduk optimal.
Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk
akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika
jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih yang
semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu
produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa
pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.
Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai
yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan
penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat
melebihi
titik
optimal
maka
pertumbuhan
penduduk
akan
menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2.1.2.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang
bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D.
Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan proses
perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,
sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan
disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes,
dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis),
sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi
dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :
a) Perkonomian bersifat tertutup.
Universitas Sumatera Utara
b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to
scale).
d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama
dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Model
ini
menerangkan
dengan
asumsi
supaya
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang kuat (steady
growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah
kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas penuh,
tabungan
memiliki
proposional
yang
ideal
dengan
tingkat
pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital
Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y =
C + I).
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka
panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh
pasar)
hanya
bisa
tercapai
apabila
terpenuhi
syarat-syarat
keseimbangan sebagai berikut :
g=K=n
Dimana :
g
K
n
= Growth (tingkat pertumbuhan output)
= Capital (tingkat pertumbuhan modal)
= Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
Harrod-Domar
mendasarkan
teorinya
berdasarkan
mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan
besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran
dan permintaan barang.
2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert
M. Solow (1970) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan
menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah
dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain
itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang
memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja
(L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi
yang baik dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan
kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti
ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga
kerja.
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal
mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga
pemerintah
tidak
perlu
terlalu
banyak
mencampuri
atau
mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan
berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya
penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini
Universitas Sumatera Utara
terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga
produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut, masalah
teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.
Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik
menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar
sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa
tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi model klasik,
kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam
perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus
dijamin kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan
perlunya penyebarluasan
informasi pasar.
Harus diusahakan
terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya
keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari
paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu
pertumbuhan yang mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat
saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan
kembali.
2.1.2.4 Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh
para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat
ditentukan oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam masyarakat
yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka
usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan
pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja
Universitas Sumatera Utara
tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap
tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh
keuntungan dari inovasi tersebut, maka para pengusaha akan
meminjam modal dan mengadakan investasi. Investasi ini akan
mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan tersebut
selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk
menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan
bertambah.
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat
kemajuan suatu perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk
melakukan inovasi semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh
karena masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya dan
pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary
state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini
berbeda dengan pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter
keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan
ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan klasik, keadaan tidak
berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada kondisi
tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.
2.1.2.5 Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow yang
memberikan lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi. Analisis ini
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan
tercapai sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental
dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan
hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara.
Adapun kelima tahapan tersebut adalah:
1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional
sebagai suatu masyarakat yang:
a) Cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap
masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang
bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku
secara turun-temurun. Tingkat produksi yang dapat
dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu pengetahuan
dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan
secara sistematis dan teratur.
b) Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per
pekerja masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian
besar dari sumber-sumber daya masyarakat digunakan
untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini
struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga
mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sedikit sekali.
c) Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerahdaerah dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, dan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan-kebijakan
dari
pemerintah
pusat
selalu
dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai
daerah tersebut.
2) Tahap Prasyarat Lepas Landas
Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada
saat masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan
dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai
kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth). Pada
tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku
secara otomatis. Tahap prasyarat lepas landas ini dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh
negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika
yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat
tradisional yang sudah ada.
b) Yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas
landas yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia
dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem
masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negaranegara itu terdiri dari emigran yang telah mempunyai
sifat-sifat
yang diperlukan oleh masyarakat untuk
mencapai tahap prasyarat lepas landas.
Universitas Sumatera Utara
3) Tahap Lepas Landas (Take Off)
Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat
tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati.
Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan
dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi
diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat
sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya
tabungan masyarakat.
Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:
a) Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi
(yang produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari
Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).
b) Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan
laju perkembangan yang tinggi.
c) Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik,
sosial dan institusional yang akan menciptakan: 1)
Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern. 2)
Potensi
ekonomi
ekstern
sehingga
menyebabkan
petumbuhan terus-menerus berlangsung.
4) Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive of
Maturity)
Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu
periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi
Universitas Sumatera Utara
modern dalam mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi
dan kekayaan alamnya.
Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:
a) Kematangan teknologi, dimana struktur keahlian tenaga
kerja mengalami perubahan.
b) Sifat
kepemimpinan
dalam
perusahaan
mengalami
perubahan.
c) Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan
keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena
berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.
5) Tahap Masa Konsumsi Tinggi.
Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada
masalah-masalah
yang
berkaitan
dengan
konsumsi
dan
kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah
produksi. Leading sectors, bergerak ke arah barang-barang
konsumsi yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini
terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan
sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:
a) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke
luar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada
penaklukan atas negara-negara lain.
b) Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang
lebih
merata
kepada
pendukungnya
dengan
cara
mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang
Universitas Sumatera Utara
lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif,
dalam sistem perpajakan seperti ini makin besar
pendapatan maka makin besar pajaknya.
c) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas
konsumsi dasar yang sederhana atas makanan, pakaian,
rumah keluarga secara terpisah dan juga barang-barang
konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah.
2.2 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber
daya ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak
langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak. Pada umumnya,
pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan
perekonomian suatu negara. Keadaan ini dapat dijelaskan dalam kaidah yang
dikenal sebagai Hukum Wagner, yaitu mengenai adanya korelasi positif antara
pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional. Walaupun demikian,
peningkatan pengeluaran pemerintah yang besar belum tentu berakibat baik
terhadap aktivitas perekonomian. Untuk itu perlu dilihat efisiensi penggunaan
pengeluaran pemerintah tersebut.
Mengukur efisiensi pengeluaran pemerintah dapat dilihat dari proporsi
pengeluaran rutin dan pembangunan juga dapat dilihat dari komposisi
pengeluarannya. Dengan demikian efisiensi tidak dapat dilihat melalui satu
indikator tertentu melainkan dari beberapa indikator secara bersama-sama.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi
pengeluaran pemerintah antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1) Proporsi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan terhadap produk
domestik bruto.
2) Perbandingan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
3) Komposisi pengeluaran rutin.
Di Indonesia, pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua
klasifikasi, yaitu:
2.2.1 Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin pemerintah yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan
atau penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari. Termasuk dalam pengeluaran
rutin adalah belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga,
cicilan utang dan lain-lain.
Pengeluaran rutin pemerintah memegang peranan yang penting
untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya
peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan menunjang
tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan
efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya
tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan
nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain dapat diupayakan
melalui, pinjaman, alokasi pengeluaran rutin dan pengendalian koordinasi
pelaksanaan pembelian barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan departemen
atau lembaga negara non departemen. Dan pengurangan berbagai macam
subsidi secara bertahap (Susanti, 2000:69)
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk
membiayai program-program pembangunan, baik fisik, seperti jalan,
jembatan, gedung-gedung, dan pembelian kendaraan, maupun pembangunan
nonfisik spiritual seperti misalnya penataran, training dan sebagainya,
sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil
dimobilisasi, dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai
dengan prioritas yang direncanakan dalam Repelita. Misalnya dalam Pelita 1
pembangunan dititik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang
mendukung pertanian, dan Pelita II tetap menitik beratkan pada sektor
pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku dan seterusnya.
Selain membiayai pengeluaran sektoral melalui departemen/lembaga,
pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah
yang dikenal sebagai proyek Inpres (Instruksi Presiden), baik yang
dilaksanakan
oleh
pusat
maupun
masing-masing
daerah.
Bantuan
pembangunan bagi daerah dimaksudkan juga sebagai perwujudan dari asas
pemerataan pembangunan antar wilayah dan sejalan dengan keinginan
pemerintah untuk mendorong pemerintah daerah agar lebih mampu
melaksanakan pembangunan daerahnya sendiri. Selain daripada itu, pemberian
bantuan pembangunan bagi daerah juga dimaksudkan untuk mendorong
prakarsa dan partisipasi masyarakat di daerah secara lebih nyata dan
bertanggung jawab dalam pembangunan. Besarnya alokasi anggaran untuk
bantuan pembangunan daerah dipengaruhi oleh kemampuan keuangan negara
Universitas Sumatera Utara
serta beberapa faktor yang disesuaikan dengan masing-masing wilayah, seperti
banyaknya penduduk dan luas wilayah. Dengan demikian proyek-proyek yang
akan dibangun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masingmasing daerah sejalan dengan pembangunan di daerah lain.
Agar proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan dana
bantuan pembangunan daerah tersebut dapat lebih sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masing-masing daerah, serta mampu mendukung proyek-proyek
pembangunan lainnya dalam perumusan program dan proyek pembangunan
bagi daerah, maka dalam proses perencanaannya senantiasa diikutsertakan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dari tiap daerah yang
bersangkutan (Djamin, 1993:73)
2.2.3 Penentu–Penentu Pengeluaran Pemerintah
Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu
periode tertentu tergantung kepada banyak faktor. Yang penting diantaranya
adalah: jumlah pajak yang akan diterima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi
jangka pendek dan pembangunan ekonomi jangka panjang, dan pertimbangan
politik dan keamanan.
1) Proyeksi Jumlah Pajak yang Diterima
Jumlah pajak yang diramalkan adalah salah satu faktor penting yang
menentukan besarnya pengeluaran pemerintah. Dalam menyusun anggaran
belanjanya, pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai
jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang
dapat dikumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan
dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
2) Tujuan-Tujuan Ekonomi yang Ingin Dicapai
Faktor yang lebih penting dalam penentuan pengeluaran pemerintah
adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah
penting sekali peranannya dalam perekonomian. Kegiatannya dapat
memanipulasi/mengatur kegiatan ekonomi ke arah yang diinginkan.
Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi masalah
pengangguran,
menghindari inflasi dan mempercepat
pembangunan
ekonomi dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut,
seringkali pemerintah membelanjakan uang yang lebih besar dari
pendapatan yang diperoleh dari pajak. Untuk mengatasi pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi yang lambat, misalnya, pemerintah perlu membiayai
pembanguan
infrastruktur,
irigasi,
jalan-jalan,
pelabuhan
dan
mengembangkan pendidikan. Usaha seperti itu memerlukan banyak uang,
dan pendapatan dari pajak saja tidak cukup untuk membiayainya. Maka,
untuk memperoleh dana yang diperlukan, pemerintah terpaksa meminjam
atau mencetak uang.
3) Pertimbangan Politik dan Keamanan
Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara selalu
menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja
pemerintah. Kekacauan politik, perselisihan diantara berbagai golongan
masyarakat dan daerah sering berlaku di berbagai negara di dunia. Keadaan
seperti itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang
sangat besar, terutama apabila operasi militer perlu dilakukan. Ancaman
kestabilan dari negara luar juga dapat menimbulkan kenaikan yang besar
Universitas Sumatera Utara
dalam
pemgeluaran
ketentaraan
dan
akan
memaksa
pemerintah
membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan pajak.
2.2.4 Fungsi Pengeluaran Pemerintah
Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran
pemerintah di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional tidak
memegang peranan yang penting dalam menentukan perbelanjaan pemerintah.
Dengan perkataan lain, pengeluaran pemerintah pada suatu periode tertentu
dan perubahannya dari satu periode ke periode lainnya tidak didasarkan
kepada tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan pendapatan nasional.
Dalam masa kemunduran ekonomi misalnya, pendapatan pajak berkurang.
Tetapi untuk mengatasi pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih
banyak program-program pembangunan, maka pengeluaran pemerintah perlu
ditambah. Sebaliknya, pada waktu inflasi dan tingkat kemakmuran tinggi,
pemerintah harus lebih berhati-hati dalam perbelanjaannya. Harus dijaga agar
pengeluaran pemerintah tidak memperburuk keadaan inflasi yang berlaku.
Berdasarrkan kepada alasan yang baru diterangkan di atas, fungsi
perbelanjaan pemerintah adalah seperti yang digambarkan dalam Gambar
2.1 yaitu ia sejajar dengan sumbu datar dan dengan demikian besarnya tidak
tergantung kepada pendapatan nasional. Ini berarti, perbelanjaan otonomi.
Perubahan-perubahan perbelanjaan pemerintah digambarkan dalam bentuk
perpindahan fungsi pengeluaran pemerintah ke atas atau ke bawah. Sebagai
contoh, misalkan dalam suatu periode tertentu pengeluaran pemerintah
adalah sebanyak G rupiah. Maka dalam grafik, fungsi pengeluaran
pemerintah adalah seperti ditunjukkan oleh fungsi G. pada periode berikut
Universitas Sumatera Utara
misalkan terjadi pengangguran yang sangat buruk dan untuk mengatasinya
pemerintah melakukan perbelanjaan yang lebih banyak, yaitu sebanyak G1.
Langkah ini memindahkan fungsi G ke atas. Sebaliknya, apabila
perekonomian mengalami masalah inflasi pemerintah berusaha menurunkan
pengeluarannya dan perubahan ini digambarkan oleh perpindahan fungsi
perbelanjaan pemerintah dari G menjadi G2 (Sukirno, 2006:169).
Pengeluaran
Pemerintah
G1
Tambahan Pengeluaran
G
Pengurangan Pengeluaran
G2
0
Pendapatan Nasional
Gambar 2.1
Fungsi Pengeluaran Pemerintah
2.3 Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam
membangun perekonomian suatu negara. Di negara berkembang masalah
penduduk dan lapangan kerja selalu menjadi pokok perhatian. Persoalan yang
timbul dari jumlah penduduk sudah sangat mendesak dan mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
2.3.1 Masalah penduduk
Di negara berkembang, pertumbuhan penduduk yang sangat besar
menambah kerumitan masalah pembangunan. Dapat juga dikatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
masalah penduduk adalah masalah yang paling sukar dihadapi dan diatasi.
Sudah sejak lama ahli ekonomi dan para ahli kependudukan menyadari bahwa
pengurangan laju pertambahan penduduk di negara berkembang adalah solusi
penting yang harus dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan
penduduk terhadap pembangunan akan tercipta apabila produktivitas sektor
produksi sangat rendah dan dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran.
Dengan adanya kedua keadaan ini, pertambahan penduduk tidak akan
menaikkan produksi secara signifikan. Yang lebih buruk lagi, masalah
pengangguran akan bertambah serius. Disamping itu produktivitas yang
sangat rendah akan menyebabkan perkembangan produksi pertanian yang
sangat rendah pula.
Hal ini menurunkan tingkat pendapatan perkapita. Dan akhirnya
dalam keadaan penduduk telah sangat berlebihan jumlahnya, pertambahan
penduduk menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat
tabungan, penanaman modal, pembagian pendapatan, migrasi penduduk,
kemampuan mengekspor dan beberapa faktor lain yang mempengaruhi laju
pembangunan.
2.3.2 Pengaruh Pertambahan Penduduk dalam Pembangunan
Ahli-ahli ekonomi pada umumnya sependapat bahwa perkembangan
penduduk
dapat
menjadi
faktor
pendorong
maupun
penghambat
pembangunan, hal ini dianggap sebagai faktor pendorong karena:
1) Perkembangan ini memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari
masa ke masa.
Universitas Sumatera Utara
2) Pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka
sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan sesuatu masyarakat
memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi juga tenaga
kerja terdidik dan terampil. Hal ini akan memberikan sumbangan yang
lebih besar bagi pengembangan kegiatan ekonomi.
3) Perluasan pasar, luas pasar barang-barang dan jasa ditentukan oleh dua
faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk.
Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan
bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk
akan merupakan pemacu bagi sektor produksi untuk meningkatkan
kegiatannya.
2.4 Nilai Tambah Industri (besar/sedang)
Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1994) dalam Ajidedim
(2008), definisi nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu
perusahaan atau suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari
penjualan output tersebut, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah,
komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi komponen
tersebut. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan oleh suatu perusahaan ke
bahan-bahan dan jasa-jasa yang dibelinya melalui produksi dan usaha-usaha
pemasarannya. Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output
dengan nilai input suatu industri.
Nilai output atau biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap
Universitas Sumatera Utara
periode tertentu dan jumlah yang tetap. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya
bahan baku utama, bahan penolong, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan
biaya pemasaran. Sedangkan yang nilai input suatu industri (penerimaan)
merupakan hasil kali antara harga produk barang dengan jumlah barang yang
diproduksi. Dalam hal ini nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai
tambah yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang.
2.4.1 Konsep Nilai Tambah dalam Konteks Makroekonomi
2.4.1.1 Konsep Haller dan Stolowy (1995)
Nilai
tambah
atau
value
added
adalah
pengukuran
performance entitas ekonomi. Value added merupakan konsep utama
pengukuran income suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar
pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan
penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan performance
produktif dari ekonomi nasional yang biasanya dinamakan Produk
Nasional atau Produk Domestik. Hal ini dalam periode tertentu dapat
mempresentasikan nilai tambah perekonomian nasional.
2.4.1.2 Konsep Accounting System Haller dan Stolowy (1995)
Menurut kelompok ini, konsep nilai tambah industri ini
berasal dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan
pertama kali di Prancis oleh Quesnay (1670). Dalam konteks akuntansi
nasional, indikator perkembangan ekonomi suatu negara dibandingkan
dengan negara lain awalnya sering digunakan konsep nilai tambah.
Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk menunjukkan secara akurat
Universitas Sumatera Utara
perbandingan internasional berkaitan dengan gambaran mengenai
harmonisasi metode perhitungan value added.
2.4.2 Peranan Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan industri di daerah merupakan bagian dari segi
pembangunan
industri
secara
nasional,
dimana
keberhasilan
dari
pembangunan industri didaerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya
pelaksanaan pembangunan industri nasional. Sektor industri, dalam hal ini
adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan
sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan,
dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai
peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya.
Sektor industri yang maju tentunya akan menghasilkan nilai tambah
industri yang semakin meningkat pula. Peningkatan nilai tambah industri ini
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, perkembangan industri
diarahkan kepada usaha yang berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada.
Adanya sasaran yang hendak dicapai dalam program pembangunan
nasional yaitu menempatkan sektor industri sebagai penyedia lapangan kerja
merupakan titik tolak dalam mengupayakan manusia Indonesia menjadi
kekuatan utama dalam pembangunan. Untuk dapat menampung penyediaan
tenaga kerja yang demikian secara produktif maka dibutuhkan pertumbuhan di
sektor industri dimana penyerapan tenaga kerja ini akan dapat menguarangi
pengangguran dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Universitas Sumatera Utara
Download