BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Situasi persaingan ekonomi global saat ini sudah sedemikian tajam dan
ketat
menjadikan
perekonomian
perbankan
yaitu
sebagai
memiliki
peran
strategis
lembaga
intermediasi
dalam
keuangan
kegiatan
(financial
intermediacy) atau perantara keuangan dari dua pihak, antara kelompok
masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit) dengan
kelompok masyarakat yang memerlukan dana (defisit spending unit) (Salam,
2000). Pada umumnya bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima Simpanan, Tabungan, dan Deposito. Selain itu, “sebagai
institusi yang amat penting peranannya dalam masyarakat, bank adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang” (Sinungan, 1994:2).
Tingkat kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank.
Kondisi keuangan bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk
mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku pada manajemen resiko.
Pemilik perusahaan, memiliki peran penting terhadap laporan keuangan
perusahaannya, terutama untuk perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada
orang lain seperti perseroan. Karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan
akan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan
kesuksesan seorang manajer biasanya dapat dinilai atau diukur dengan laba yang
diperoleh perusahaan. Karena hasil kinerja serta kontinuitas atau kelangsungan
perusahaan tergantung dari cara kerja atau efesiensi manajemennya, maka jika
hasil yang dicapai oleh manajemennya tidak memuaskan, para pemilik perusahaan
dalam hal ini pemegang saham mungkin akan mengganti manajemen, atau bahkan
menjual sahamnya yang dimiliki tersebut.
Bagi manajemen yang penting adalah bahwa laba yang dicapai cukup
tinggi, cara kerja yang efesien, aktiva aman dan terjaga baik, struktur permodalan
sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan,
baik dibidang keuangan maupun dibidang operasi.
Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan
tersebut merupakan alat untuk mempertanggung jawabkan kepada para pemilik
perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Pertanggung
jawaban pimpinan perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan keuangan
namun hanya sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
dalam suatu periode.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.30/3/UPPB tanggal 30 April
1997 tentang cara penilaian tingkat kesehatan keuangan bank dari berbagai aspek.
Untuk mengetahui keberhasilan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) perlu diadakan
penilaian terhadap tingkat kesehatan keuangan bank secara menyeluruh sehingga
dapat dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat.Penentuan
tingkat kesehatan bank menggunakan lima kelompok faktor yaitu Capital
(Permodalan),
Asset
Quality
(Kualitas
Aktiva
Produktif),
Management
(Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas) atau biasa disebut
CAMEL. Pada analisis CAMEL tersebut ada kriteria yang telah ditentukan oleh
Bank Indonesia adalah tentang seberapa besar presentase kinerja keuangan yang
memenuhi persyaratan bank hasil dari rasio keuangan digunakan untuk menilai
tingkat kesehatan keuangan bank tersebut untuk dinyatakan sehat, serta tidak
membahayakan atau merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Dari penilaian
tingkat kesehatan bank yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai evaluasi hal–hal
yang perlu dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan dan
dipertahankan sesuai target perbankan dan mampu menjadi pelaku ekonomi yang
kuat serta mampu memberikan pelayanan kepada para nasabahnya. Namun, tidak
hanya itu saja bank juga memiliki fungsi lain yang dari hari ke hari semakin
meluas. Terlebih lagi dikarenakan oleh kemajuan perekonomian dan semakin
tingginya tingkat kegiatan ekonomi, telah mendorong bank untuk menciptakan
produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dan kemudahan untuk
para nasabah, misalnya menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang
efesiensi dalam kegiatan ekonomi, serta memberikan pelayanan penyimpanan
untuk barang-barang berharga dan penawaran jasa-jasa keuangan lainnya.
Sehingga keberadaannya sangat mempermudah dan mempelancar seluruh
aktivitas ekonomi masyarakat dan menempatkan bank menjadi sebuah lembaga
keuangan yang strategis.
Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin
kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur resiko yang dihadapi bank.
Perubahan eksposur bank dan penerapan manajemen resiko akan mempengaruhi
profil resiko bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara
keseluruhan.
Keberhasilan suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat dicerminkan dari
peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk mengetahui keberhasilan
Bank Perkreditan Rakyat perlu diadakan penilaian terhadap tingkat kesehatan
kauangan bank secara menyeluruh. Hasil dari rasio keuangan digunakan untuk
menilai tingkat kesehatan keuangan bank dalam satu periode apakah mencapai
target seperti yang telah ditetapkan. Dari penilaian tingkat kesehatan keuangan
bank yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu
dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan
sesuai target perbankan.
Kesehatan bank telah diwajibkan oleh Undang-Undang Perbankan No. 7
Tahun 1992 pasal 29 ayat (2) yaitu: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan ketentuan kecukupan Modal, Kualitas Asset, Kualitas
Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas serta aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehatihatian. Bank dapat dikatakan sehat jika mampu memelihara kontinuitas dengan
baik, sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap semua pihak yang
berkepentingan serta dapat menunjang perbankan yang sehat (Kasmir, 2003:356).
Subyek yang akan dilakukan hanya pada Bank Perkreditan Rakyat, di
tengah persaingan bank dalam mempertahankan eksistensi dan kepercayaan dari
masyarakat yang menjadi konsumennya dan sebagai ujung tombak perbankan,
kinerja Bank Perkreditan Rakyat terus bertahan dan menjadi pilihan masyarakat.
Bank Perkreditan Rakyat sebagai salah satu bentuk lembaga atau
perbankan di Indonesia yang tidak luput dari masalah-masalah yang ditimbulkan
dari adanya krisis ekonomi. BPR dituntut untuk tetap hidup dan berkembang
dalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai hasil operasional yang memuaskan,
salah satu cara untuk mengukur apakah dalam pengelolaan usaha BPR telah
melakukan sesuai dengan asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku, dan dapat dilihat dari tingkat kesehatan keuangan BPR
yang bersangkutan. Tingkat kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi suatu kewajiban dengan cara-cara yang
sesuai peraturan perbankan yang berlaku.
Analisis CAMEL dikuantifikasikan sebagai aspek penilaian yang
merupakan perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu, rasio keuangan
bermanfaat dalam menilai tingkat kesehatan keuangan bank. Semakin besar skala
operasi yang diukur dangan total aset dan semakin tinggi jumlah modal dari bank
tersebut diharapkan kinerja operasinya semakin baik. Tidak hanya itu, dalam
pengelolaan perbankan dibutuhkan tenaga terdidik, terampil dan cakap. Sehingga
BPR akan menjadi pelaku ekonomi yang kuat dan mampu memberikan pelayanan
terbaik kepada para nasabahnya.
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk memilih dan
menulis mengenai tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diambil
sebagai bahan kajian peneliti, karena BPR merupakan perusahaan perbankan yang
memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan Bank Umum. BPR
cenderung menerapkan mekanisme pelayanan jasa yang lebih sederhana, tingkat
suku bunga yang lebih tinggi, dan lebih bersikap proaktif untuk mencari nasabah.
Dengan perbedaan karakteristik tersebut BPR perlu ditinjau secara khusus,
dimana tinjauan terhadap Bank Umum belum tentu sesuai dengan kondisi BPR.
Untuk itu penulis mengambil judul “Analisis Tingkat Kesehatan PT. Bank
Perkreditan Rakyat Bintang Mitra Periode 2011 - 2013 Dengan Analisis
CAMEL”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka yang
menjadi rumusan permasalahan adalah:
(1)
Bagaimana tingkat kesehatan bank pada BPR Bintang Mitra dilihat dari
faktor Permodalannya selama periode 2011 – 2013?
(2)
Bagaimana tingkat kesehatan bank pada BPR Bintang Mitra dilihat dari
Kualitas Aktiva Produktif selama periode 2011 – 2013?
(3)
Bagaimana tingkat kesehatan bank pada BPR Bintang Mitra dilihat dari
faktor Manajemen selama periode 2011 – 2013?
(4)
Bagaimana tingkat kesehatan bank pada BPR Bintang Mitra dilihat dari
faktor Rentabilitas selama periode 2011 – 2013?
(5)
Bagaimana tingkat kesehatan bank pada BPR Bintang Mitra dilihat dari
faktor Likuiditas selama periode 2011 – 2013?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
(1)
Untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan bank diukur dengan
analisis CAMEL pada BPR Bintang Mitra tahun 2011 – 2013
(2)
Untuk mengevaluasi tingkat kinerja perusahaan yang dapat
ditingkatkan sesuai target perbankan
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Kontribusi Praktis
1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan penulis tentang Analisis Rasio CAMEL untuk
menerapkan teori yang telah diambil dibangku kuliah kedalam praktik
yang sesungguhnya khususnya pada obyek yang diteliti.
2.
Bagi pihak bank, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan yang akan diambil.
3.
Bagi pihak lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam membuat karya ilmiah berikutnya.
4.
Bagi ilmu pengetahuan, untuk menambah kepustakaan dibidang
manajemen berdasarkan penerapan yang ada dalam kenyataan dan
diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkarya khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang akuntansi, terutama dalam hal analisis
laporan keuangan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan bank
pada BPR Bintang Mitra.
b.
Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
tambahan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut oleh para peneliti
berikutnya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat memberi pemahaman yang sesuai dengan diharap
maka ada batasan-batasannya yaitu:
Dalam penelitian ini, peniliti melakukan analisis untuk melihat apakah PT. BPR
Bintang Mitra yang berlokasi di daerah Rungkut termasuk Bank yang sehat dalam
pengelolaan manajemen. Referensi waktu yang digunakan dalam penelitian ini
dibatasi pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013.
Download