SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGADAAN BARANG PUBLIK (PUBLIC GOODS) PADA KAWASAN TERPENCIL (Studi Pada Kampung Baru Sebong Lagoi, Kec Teluk Sebong Kab Bintan) NASKAH PUBLIKASI Oleh Etika Khairina 130563201008 Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 2017 SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGADAAN BARANG PUBLIK (PUBLIC GOODS) PADA KAWASAN TERPENCIL (Studi Pada Kampung Baru Sebong Lagoi, Kec Teluk Sebong Kab Bintan) Etika Khairina [email protected] Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Abstrak Swadaya masyarakat di daerah terpencil merupakan bentuk kemandirian dari masyarakat yang dilakukan secara bertahap dan mandiri. Kemandirian bagian dari partisipasi sangat dibutuhkan dalam pembangunan Desa dan pengadaan barang publik termasuk daerah terpencil, seperti sarana prasarana Desa, di samping itu tidak cukup hanya mengandalkan usaha masyarakat sendiri namun juga peran pemerintah. Peran pemerintah menunjukkan sejauh mana pemerintah ikut serta dalam swadaya masyarakat dalam pengadaan barang publik, dengan demikian selain usaha sendiri dari masyarakat, peran pemerintah menjadi penting dan sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan publik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis swadaya masyarakat dalam pengadaan barang publik pada kawasan terpencil (studi pada Kampung Baru Sebong Lagoi Kecamatan Telok Sebong Kab.Bintan) dan melihat bagaimana peran pemerintah dalam swadaya masyarakat dalam pengadaan barang publik dan faktor penghambat pengadaan barang publik tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif, dengan memaparkan data secara ilmiah dari hasil yang diperoleh di lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Bentuk Swadaya masyarakat ialah swadaya dalam bentuk perencanaan pembangunan, swadaya dalam bentuk pelaksanaan, swadaya dalam bentuk pemanfaatan, swadaya dalam bentuk evaluasi. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam hal tersebut karena keterbatasan dari masyarakat. Peran pemerintah dalam swadaya atau partisipasi masyarakat dalam pengadaan barang publik (public goods) dapat terwujud dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, juga sebagai Hambatan dalam Swadaya pengadaan barang publik tersebut datang dari permasalahan lahan, aparatur yang lemah,sulitnya perizinan karena permasalahan lahan, sumber daya manusia yang kurang mendukung dan keterbatasan dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Kata Kunci : Swadaya, Barang Publik, Daerah Terpencil Abstract Community self-help in rural areas is a form community initiative. The independence of the part of participation is urgently needed in rural development and public procurement including rural areas, such as village infrastructure, in addition to not only relying on community efforts alone but also role of government. Role of Government showing how far the government participatied in the independenci community. The role of government becomes important and required to full public needs This study aims to analyze the community togetherness in the procurement of public goods in remote areas (studies on Kampung Baru Sebong Lagoi Telok Sebong District Kab.Bintan). And see how the government roles in public procurement. And the factor inhibiting the procurement of public goods.The approach used in this research is qualitative, by exposing scientific data from the results obtained in the field through interviews, observation and documentation. The form of community self reliance is form of planning development, in the form implantation, form of utilization, and form of evaluation. Type of comunity is in force and thought in meeting from the cominoty, because of the limitations of the community. Role of government in community participation can be realized in the planning,implementation, utilization, evaluation. problems is land,less apparraturs, human resources and can not utilize natural resources. Key words: Self Helf, Public Goods, Rural Area. PENDAHULUAN Latar Belakang Kurangnya nilai publik dari lembaga-lembaga sektor publik di daerah menjadi fenomena sendiri, masalah efisiensi dan cara bekerja di institusi sektor publik yang bermasalah selalu yang pertama jika membicarakan dan menyinggung kurangnya Public Goods dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Penyediaan public goods adalah kewajiban negara, karena negara bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Amanat negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif . Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan banyaknya jumlah Kecamatan, Kelurahan /RT, RW di Kabupaten Bintan yaitu berjumlah 10 Kecamatan, 199 RW, dan 607 RT (BPS Bintan 2016). Kesejahteraan Keseluruhan jumlah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah sedangkan kemampuan pemerintah yang terbatas dalam penyediaan pelayanan termasuk pengadaan barang publik, kondisi ini mendorong masyarakat melakukan pemenuhan pengadaan barang publik secara swadaya. Pengadaan barang publik secara swadaya adalah barang publik berupa sarana, prasarana jalan, listrik yang dibangun secara bertahap oleh masyarakat secara mandiri. Salah satu RT di Kabupaten Bintan, Kecamatan Teluk Sebong memiliki jumlah 7 Desa diantaranya Sebong Lagoi, merupakan kawasan / wilayah pengadaan barang publik swadaya adalah Kampung Baru yang lokasinya berada di antara kawasan Resort berbintang yaitu Lagoi (Sanchaya Resort, dan Banyan Tree Resort, Nirwana) di Kabupaten Bintan. Kampung Baru bisa dikategorikan terpencil dan sulit akses, mengalami kondisi serba kekurangan, mulai dari kondisi jalan, listrik, dan barang publik lainnya hampir tidak ada di Kampung Baru, sulit dijangkau oleh transportasi, memiliki sumberdaya manusia yang rendah, dan tingkat pendidikan rendah, dan tentunya desa kampung baru berada di daerah perbatasan, wilayah laut Kampung Baru berbatasan dengan laut cina selatan. Kampung Baru yang terpencil dari segi geografisnya terletak tersembunyi didalam Resort. Keterbatasan kemampuan masyarakat di Kampung Baru yang sebagian besar merupakan Nelayan dan sebagian besar berpendidikan rendah dalam melakukan swadaya tersebut, mengakibatkan kondisi sarana prasarana secara swadaya belum memadai dan masih terjadi kesulitan akses, listrik dan jalan yang kurang memadai selain itu Kampung Baru termasuk dalam daftar yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan sarana dan prasarana dalam pengadaan barang publik, maka dari itu diperlukan arahan dan bantuan dalam pengadaan barang publik / saran prasarana untuk mewujudkan kemudahan akses di Kampung Baru. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian Dengan judul “Swadaya Masyarakat Dalam Pengadaan Barang Publik (Public Goods) Pada Kawasan Terpencil (Studi Pada Kampung Baru Sebong Lagoi Kec.Teluk Sebong Kab. Bintan)” Rumusan masalah yang dibahas yaitu, Bagaimana Swadaya masyarakat Kampung Baru Sebong Lagoi dalam menyediakan akses pelayanan Barang Publik (Public Goods) untuk daerah terpencil dan Apakah hambatan bagi masyarakat untuk melakukan Swadaya dalam pengadaan barang publik di Kampung Baru Sebong Lagoi sebagai daerah terpencil? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusam masalah sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui Swadaya masyarakat dalam menyediakan, memenuhi kebutuhan barang publik (Public Goods) sebagai desa terpencil dan sulit akses. Untuk mengetahui hambatan bagi masyarakat menyediakan akses pelayanan Barang Publik (Public Goods) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Kampung Baru. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah, menganalisis dengan perangkat teori-teori serta konsep-konsep yang relevan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kampung Baru Kecamatan Telok Sebong. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja melalui Studi Penjajakan pada 15 Desember 2016. Dalam mendapatkan data primer, penelitian lapangan dilakukan dengan cara wawancara, Peneliti memperoleh data sekunder dengan Studi kepustakaan, Demografi masyarakat. Key Informan atau Informan Kunci yaitu Ketua RT 03 Rw 004, dan masyarakat Kepala Desa Sebong Lagoi. dan pihak ketiga perwakilan resort. KAJIAN TEORI 1.1 Kajian Terdahulu 1. Dilakukan oleh Ayu Diah Amalia & Syawie pada tahun 2015. Dalam penelitian yang berjudul “Pembangunan Kemandirian Desa Melalui Konsep Pemberdayaan” 2. Husni Thamrin dalam Skripsinya yang berjudul “Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok Masyarakat Prakarsa Pemerintah, LSM , dan Swadaya Masyarakat Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan 2013” 3. Abdur Rohim dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat melalui pengembangan Desa Wisata (Studi Di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY) 2013 “ 4. Bagas Pama Ananta pada 2013 dengan judul partisipasi masyarakat dalam “pembangunan jalan Desa Di Desa Pangkur Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi” 5. Reza Asnan Fathoni (2014) dengan judul “Potensi Swadaya Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo Tahun 2013)” 1.2 Konsep Teoritis 1. Pelayanan Publik Pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Soepomo, 2009). Pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat . Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, defenisi pelayanan publik adalah : “Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik Negara, atau badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 Pasal 5, Tentang Ruang Lingkup Pelayanan Publik bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup seperti yang disebutkan sebelumnya ialah : meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya. Pelayanan barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran dan pendapatan belanja negara/ anggaran dan pendapatan belanja daerah. 2. Barang Publik (Public Goods) Menurut (Kuncoro, 2011, p. 9) Pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah pada dasarnya adalah : “Cara pemerintah berbelanja, baik untuk keperluan daerahnya sendiri, penyediaan fasilitas publik, pelayanan kepada masyarakat maupun untuk diserahkan kepada masyarakat. Istilah pengadaan barang/jasa publik merupakan kegiatan untuk memperoleh barang oleh Kementrian, Lembaga / satuan kerja perangkat daerah,atau instansi daerah, yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai dengan diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa”. Perpres 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah menyebutkan bahwasanya “Pengadaan barang atau jasa pemerintah selanjutnya disebut pengadaan barang/jasa kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/ Lembaga/ Satuan Perangkat Kerja Daerah / Institusi lainnya yang prosesnya dimulai perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa”. Barang publik adalah barang yang memenuhi dua persyaratan yaitu non- rivalry dan non-excludability (Suprayitno, 2011). Non rivalry (Tidak Habis) yaitu tidak adanya persaingan untuk mendapatkannya, ini yang berarti secara ekonomi tidak adanya biaya tambahan ketika barang tersebut sudah disediakan untuk pertama kalinya. Secara sederhana barang publik bisa dikonsumsi secara bersama-sama dengan tanpa mengurangi kepuasan pemakainya. Non-excludability (tidak terkecuali) berarti tidak ada pihak yang bisa mengabaikan pihak lain untuk mengkonsumsinya, dalam artian orang lain tidak dapat di keluarkan dari pemakaian suatu barang. 3. Swadaya Masyarakat Menurut Setiawan (1098:2004 ejurnal.ip.fisip-unmul.ac.id) swadaya masyarakat merupakan bagian dari bentuk partisipasi yang nyata, dapat berupa Uang, Tenaga, untuk keperluan pembangunan dari masyarakat.sedangkan partisipasi kadangkadang masih berupa idea atau fikiran ataupun saran atau tanggapan yang sifatnya membangun. Swadaya merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keterlibatan komunitas dengan lingkungannya. Swadaya berupa partisipasi langsung dengan wujud kemandirian masyarakat merupakan “Kesediaan masyarakat secara sukarela dan partisipasi langsung untuk membantu kelangsungngan program-program baik atas inisiatif lokal maupun pemerintah yang tercermin dari fikiran dan tindakan mereka berdasarkan model kerangka partisipasi yang dikembangkan baik dalam tahap perenncanaan, pengawasan, maupun tahap pengambilan manfaat dari program yang terdapat di tempat tinggal lingkungan mereka” (Remiswal, 2013 :31 Cohen dan Uphoff (1997) dalam Mulyadi 2011, p.25) memberikan rumusan Partisipasi yang nyata terjadi dalam masyarakat yaitu : 1. Partisipasi Perencanaan Pembangunan / Participation Of Decision Making. 2. Partisipasi pelaksanaan / Participation In Implementation. 3. Partisipasi dalam pemanfaatan / Participation In Benefit 4. Partisipasi dalam Evaluasi / Participation In Evaluation Menurut Agustia & aji, 2014 pembangunan dapat diukur dalam dimensi waktu dan tingkat kemandirian masyarakat. Indikator dalam rangka mengukur dimensi keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dapat dilihat melalaui 5 indikator : 1. Keterlibatan dalam rapat atau musyawarah. 2. Kesediaan dalam memberikan data dan Informasi 3. Keterlibatan dalam penyusunan rancangan rencana pembangunan 4. Keterlibatan dalam penentuan skala prioritas kebutuhan, dan 5. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan Dimensi keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan ditetapkan 4 indikator yaitu : 1. Keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. 2. Kesediaan memberikan sumbangan berupa fikiran, keahlian dan keterampilan. 3. Kesediaan memberikan Sumbangan berupa uang, materi, dan bahan-bahan. 4. Tanggung jawab terhadap keberhasilan pembangunan. Indikator dan dimensi keterlibatan dalam pemanfaatan meliputi : 1. Pemahaman tentang hakikat pembangunan. 2. Kesediaan dalam menerima dan memanfaatkan pembangunan, 3. Kesediaan dalam melestarikan pembangunan. 4. Kesediaan dalam mengembangkan pembangunan evaluasi dapat berlangsung maka diperlukan beberapa Indikator, yaitu : 1. Adanya norma dan aturan yang jelas. 2. Adanya kesempatan bagi masyarakat untuk ikut mengawasi dan menilai pembangunan baik pemberian saran dan kritik. 3. Dampak pendapatan Daerah. 4. Dampak terhadap pengembangan sektor lain. 5. Dampak terhadap penciptaan lapangan kerja. 4 Desa Terpencil Dalam (UU) No 168 Tahun 2014 Tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Adat Terpencil menyebutkan bahwa kriteria adat terpencil yaitu ; 1. keterbatasan akses pelayanan sosial dasar. 2. Tertutup homogeny dan penghidupannya tergantung pada sumber daya alam. 3. Marginal di pedesaan atau perkotaan. 4. Tinggal diwilayah perbatasan atau negara ,daerah pesisir, pulau-pulau terluar, terpencil. 5 Hubungan Administrasi, Administrasi Negara Dengan Swadaya Masyarakat Dalam Pengadaan Barang Publik (Public Goods) Pada Kawasan Terpencil . administrasi publik menurut Chandler dan Plano dalam Keban ,2014, adalah proses dimana sumberdaya dan personil publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplrmrntasikan dan mengelola (manage) keputusankeputusan dalam kebijakan publik. Chandler dan Plano juga menjelaskan bahwa administrasi publik merupakan seni dan ilmu yang ditujukan untuk mengatur public affairs dan melaksanakan tugas yang telah ditetapkan Dari pengertian administrasi publik yang telah dijelaskan diatas maka, hubungan adminstrasi publik dengan swadaya pengadaan barang publik (Public Goods) ialah seperti yang diketahui bersama pengadaan barang publik diambil dari konsep pelayanan publik. Pengadaan barang publik berdasarkan pengertiannya menurut Perpres 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah menyebutkan bahwasanya “Pengadaan barang atau jasa pemerintah selanjutnya disebut pengadaan barang/jasa kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/ Lembaga/ Satuan Perangkat Kerja Daerah / Institusi lainnya yang prosesnya dimulai perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa”. Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa pengadaan barang publik dilaksanakan oleh Kementrian/ Lembaga/ Satuan Perangkat Kerja Daerah / Institusi lainnya, seperti pemahaman atau pengertian administrasi negara yang disampaiakan Chandler dan Plano bahwa “proses dimana sumberdaya dan personil publik diorganisisr untuk memformulasikan mengimplementasikan kebijakan”, yang mana Kementrian/ Lembaga merupakan bagian dari sumberdaya dan personil publik, yang diemban untuk melakukan pelayanan publik termasuk dalam hal melakukan pelayanan dibidang barang publik yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Administrasi publik sesunguhnya merupakan penjelmaan dari keseluruhan kegiatan apa yang telah ditentukan dalam konstitusi, sedangkan Pengadaan barang publik dan pelayanan publik diatur dan dilaksanakan seseuai konstitusi atau Undang-Undang No 25 Tahun 2009. Pengadaan barang publik berupa jalan, listrik atau sarana prasarana lainnya yang menjadi kebutuhan masyarakat) masuk kedalam entitas barang (Goods) yang mana dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, oleh sebab itu sifatnya sebagai public service / pelayanan publik. ANALISA DAN PEMBAHASAN Karakteristik pengadaan Barang Publik (Sarana-Prasarana) pada kawasan swadaya di Kampung Baru sebagai daerah terpencil, berdasarkan kondisinya hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar pengadaan ( seperti Jalan) sebagai salah satu entitas (goods), merupakan suatu usaha atau pengadaan yang masih rendah dalam artian usaha yang dilakukan masyarakat sesuai kemampuan mereka dan masih pada kondisi apa adanya dengan masih tetap dirasakan kesulitan akses. Kondisi ini disebabkan karena pengadaan fisik yang dilakukan masyarakat secara bertahap dan swadaya, sehingga kondisi dan kualitas pengadaanpun masih tetap mengalami kesulitan, baik untuk keluar masuk Kampung Baru maupun untuk penerangan (Listrik). Mata pencaharian masyarakat Kampung Baru pada pengadaan barang publik (Jalan, Listrik), pada kondisinya bermata pencaharian Nelayan dengan tingkat pendapatan yang rendah, mengakibatkan kemampuan masyarakat terbatas ditambah dengan kemampuan masyarakat dalam membayar iuran Listrik sering mengalami penunggakan. Penunggakan tersebut juga berpengaruh terhadap pembiayaan pengadaan bahan bakar minyak dan operasional Listrik, seperti penggantian Oli dan Dinamo mesin. Sarana di Kampung Baru sebagai daerah terpencil seperti sarana pendidikan, kesehatan berdasarkan kondisinya sangat sulit dan terbatas disebabkan akses keluar masuk yang sulit, dan tidak semua masyarakat Kampung Baru memiliki Kendaraan seperti Sepeda Motor. Berdasarkan wawancara, rendahnya kualitas pendidikan masyarakat dipengaruhi oleh jalan yang sulit, dalam usaha masyarakat bahwa dalam pengadaannya masyarakat mendapatkan bantuan dari pemerintah Kecamatan Teluk Sebong, seperti pengiriman Bus sekolah akan tetapi kondisi jalan yang melewati Resort dan jarak tempuh yang lama, menyebabkan bantuan masih kurang memadai dan belum memenuhi kebutuhan sesuai dengan keadaan nyata masyarakat. Prasarana pada kawasan Kampung Baru seperti Jalan bahwa kondisinya belum tersentuh pembangunan (Paving Blok, Aspal, Semen ), Jalan Kampung Baru masih dipenuhi dengan tanah murni dan pasir, sehingga sangat rentan terhadap cuaca. Kondisi jalan yang bagus dan kering akan berpengaruh terhadap cuaca, jika cuaca buruk maka kondisi jalan akan sulit dilewati karena becek dan berlumpur. Sedangkan untuk akses keluar masuk Kampung Baru harus memasuki gate dan melewati halaman belakang Resort. Sedangkan Prasarana Listrik bahwa kondisinya masih sangat terbatas dengan waktu yang singkat yaitu 6 jam sehari semalam, waktu penghidupan listrik yang singkat. Meskipun swadaya jenis uang / iuran telah dilakukan, namun tidak menjamin keterbatasan hidup listrik dan masalah kerusakan tidak dialami masyarakat, walaupun telah melakukan partisipasi dan swadaya namun keterbatasan tetap ada. Tingakat pendidikan masyarakat Kampung Baru menunjukkan mayoritas Masyarakat memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP, dan SD. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman masyarakat terkait untuk mengajukan program atau seperti pengajuan proposal, dan malakukan perencanaan- perencanaan, dan pengusulan ide-ide atau fikiran masyarakat. Kampung Baru dikenal sebagai masyarakat dengan sifat kebersamaan seperti gotong royong, hal tersebut menjadi hal yang biasa dijalankan masyarakat sejak lama. Swadaya sebagai salah satu usaha bersama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan individual maupun kelompok masyarakat yang berbagai hal, bergantung pada satu usaha itu sendiri, yang hasilnya berupa sarana prasarana, produksi / ekonomi, sosial dan barang publik yang berupa barang jadi yang siap untuk dipakai. Jenis swadaya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Swadaya atau partisipasi tenaga Masyarakat Kampung Baru menyumbangkan tenaga dan hitungannya berdasarkan kesangggupan masyarakat Kampung Baru. Swadaya atau partisipasi masyarakat dalam bentuk Tenaga dapat di buktikan dengan Kerjasama masyarakat secara Gotong royong dan bersama-sama melakukan kegiatan pengadaan jalan dan perbaikan-perbaikan seperti kerusakan listrik. pemeliharaan dan perawatan penangkaran Penyu. b. Selain hanya memberikan tenaga masyarakat juga memberikan swadaya atau partisipasi dalam bentuk Uang. Masyarakat dan perangkatnya yang juga menjadi fasilitator dalam pembangunan jalan dan penerangan berupa listrik dengan menyumbang uang. Memberikan sumbangan uang dilakukan sekali dalam sebulan untuk kebutuhan operasional listrik, pembayaran iuran listrik setiap bulannya, masyarakat yang mempunyai TV akan berbeda iurannya dengan yang tidak menggunakan TV. c. Swadaya atau partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik, dan tatap muka. Masyarakat Kampung Baru bermusyawarah sebagai bentuk dukungan Masyarakat kepada setiap program yang akan dilaksanakan.hal tersebut juga akan menjadi wujud akan usaha sendiri dalam proses pengambilan keputusan. Musyawarah atau rapat yang dilaksanakan dalam tingkat RT diupayakan untuk menampung usulan dan ide- ide dari masyarakat, dan juga musyawarah dengan pihak Instansi seperti Dinas Kelautan. a. Perencanaan Pembangunan Keterlibatan Perencanaan masyarakat dan swadaya masyarakat atau usaha masyarakat Kampung Baru Sebong Lagoi dapat dilihat dari keterlibatan kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan masyarakat. Berdasarkan dokumentasi dalam bentuk catatan dan pemaparan saat wawancara, Berikut tabel perencanaan pembangunan yang akan dilakukan masyarakat dan untuk Kampung Baru. Tabel IV.6 Perencanaan Kegiatan Kampung Baru Bentuk Awal Kegiatan Pelaksanaan Akhir Kegiatan Pembangunan peningkatan infrastruktur Kampung Baru Kegiatan gotong royong ,membahas rogramprogram pembangunan . Peningktan pembangunan sarana–prasarana kampung Baru Melakukan perbaikan jalan dengan memperbaiki dan mendatarkan jalan lama, sehingga tidak melewati resort lagi, dan membuat jalan di kampung baru berupa papin blok. Saranaprasarana Kampung Baru akan terpenuhi. Diharapkan partisipasi masyarakat dan pemerintah desa dapat menjaga dan mengusahakan fasilitas yang sudah ada. Sehingga member kemudahan akses menuju kampung baru. Kepala RT ,dan masyarakat akan melakukan gotong royong yang dibantu oleh pemerintah desa. Sumber: Perencanaan kegiatan musyawarah RT Kampung Baru b. Pelaksanaan/ Implementasi Adapun swadaya masyarakat dalam hal pelaksanaan adalah sebagai berikut. 1. Pelaksanaan Swadaya Masyarakat Kampung Baru Dalam Bentuk Tenaga. Swadaya masyarakat Kampung Baru juga diwujudkan dalam bentuk sumbangan tenaga. Hampir semua masyarakat Kampung baru menyumbangkan tenaganya, sumbangan tenaga secara swadaya yang diberikan oleh masyarakat dinilai tidak menggunakan ongkos kerja. Tenaga disumbangkan dalam bentuk gotong royong dengan tidak memakai upah atau biaya ongkos kerja. 2. Pelaksanaan swadaya masyarakat Kampung Baru Dalam bentuk uang. partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya uang artinya keikutsertaan masyarakat yang dilakukan dalam bentuk uang. Masyarakat Kampung Baru menghimpun dana dari masing-masing Kepala Keluarga (KK), yang digunakan untuk operasional Listrik Rp Rp 100.000-105.000,00. 3. Pelaksanaan swadaya masyarakat dalam bentuk bahan / barang. Swadaya masyarakat dalam bentuk uang akan dijadikan kedalam bentuk barang yaitu sama-sama untuk kebutuhan operasional listrik dalam bentuk bahan bakar minyak, oli, kabel dan lain-lain, Disamping itu ternyata partisipasi atau swadaya dalam bentuk barang tidak hanya bersumber dan berasal dari masyarakat saja, ada pihak ketiga didalamnya yang bersedia membantu masyarakat dalam bentuk barang yaitu Resort dengan sumbangan 300 Liter bahan bakar minyak per bulan. c. Partisipasi Dalam Kemanfaatan Swadaya masyarakat dalam pemanfaatan Barang Publik sudah sangat bagus, hal tersebut dapat dilihat dari Pemahaman tentang hakikat pembangunan baik jalan ataupun listrik. Jalan akan dapat memperlancar atau memungkinkan orang, barang atau jasa diangkut dari satu desa kedesa lain dengan mudah dan rentan waktu yang singkat, perannya sangat penting menunjang ini juga menjadi bentuk pemanfaatan. Kesediaan dalam menerima dan memanfaatkan pembangunan, Kesediaan dalam melestarikan pembangunan dalam hal merawat dan memperbaiki setiap kerusakan. d. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Evaluasi Adanya aturan yang jelas dalam evaluasi swadaya masyarakat atau partisipasi masyarakat bahwa dalam pengadaan barang publik adalah tanggung jawab pemerintah yang bersumber dari APBD atau APBN, selanjutnya kesempatan bagi masyarakat untuk ikut mengawasi dan menilai dilakukan atau disuarakan pada saat melakukan rapat atau musyawarah, baik tingkat RT atau Desa, namun Evaluasi yang dilakukan dalam partisipasi masyarakat belum membahas sejauh dampaknya terhadap sektor lain, dan lapangan pekerjaan dampak yang dibahas hanya sebatas kemudahan akses masyarakat. Dari penjelasan tersebut bahwa evaluasi yang dilakukan dalam Swadaya masyarakat belum mencapai indikator-indikator tersebut. B. Hambatan Atau Kendala Swadaya Dalam Pengadan Barang Publik Di Kampung Baru Sebong Lagoi Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam memudahkan akses dan pengadaan barang publik di Kampung Baru, diantaranya 1. Kepemilikan Lahan Kepemilikan lahan menjadi faktor penghambat swadaya masyarakat. Lahan keluar masuk kampung baru masih dikuasai pihak resort. Yang menjadi lahan milik kampung baru hanyalah jalan yang akan dibuka pada perencanaan, dan kawasan rumah-rumah warga, bahwasanya pihak resort sudah mengajukan ganti rugi karena pihak resort ingin memperluas wilayah resort, namun karena ganti rugi yang tidak sesuai maka masyarakatpun menolak untuk diganti rugi. 2. Aparatur yang lemah. Penghambat selanjutnya ialah kekuatan pemerintah desa yang kurang untuk kuat atau mencari solusi untuk kampung baru. Diakui pengaruh adanya resort berupa pajak, sangat berpengaruh besar untuk menjadi pemasukan di Bintan. hal inilah yang membuat pemerintah daerah bahkan desa tidak bisa berbuat banyak. Pemerintah baik daerah dan desa sebagai fasilitator seharusnya memfasilitasi untuk mengkaji masalah, kebutuhan dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengkaji masalah kampung baru. pemerintah dan masyarakat sebaiknya mengenali akar permasalahan yang dihadapi, dan memahami bagaimana cara efektif untuk memecahkan masalah tersebut. Juga lemahnya kemampuan kelembagaan terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Diakui pengaruh adanya resort berupa pajak, sangat berpengaruh besar untuk menjadi pemasukan di Bintan. hal inilah yang membuat pemerintah daerah bahkan desa tidak bisa berbuat banyak. 3. Sulitnya Perizinan Perizinan dari resort untuk mengizinkan pemerintah membangun Kampung Baru, Karena resort mengaku sebagian wilayah jalan kampung baru adalah Milik resort. dari hasil penelitian didapatkan bahwa pihak resort sangat menginginkan wilayah Kampung Baru untuk memperluas wilayah resort dengan kata lain pihak resort mencoba membuat posisi masyarakat sulit sehingga mau diadakan ganti rugi. dari hasil penelitian didapatkan bahwa pihak resort sangat menginginkan wilayah Kampung Baru untuk memperluas wilayah resort dengan kata lain pihak resort mencoba membuat posisi masyarakat sulit sehingga mau diadakan ganti rugi. 4. Kapasitas sumber daya manusia yang kurang mendukung. Inisiatif atau partisipasi yang menjadi bentuk kemandirian masyarakat kampung baru tidak cukup jika hanya mengandalkan kekuatan usaha sendiri. masih terdapat beberapa kelemahan dalam hal sumber daya manusia,dimana tingkat kemampuan pelaksanaan yang kurang merata oleh Pemerintah desa yaitu dari segi pendidikan yang masih rendah sehingga mempengaruhi kemampuan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat masih kurang. 5. Kendala yang dihadapi masyarakat selanjutnya ialah keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang terserdia, keterisoliran dan keterbatasan sarana dan prasarana fisik, lemahnya kemampuan kelembagaan terhadap peluang-peluang bisnis, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan. Mampu melihat setiap peluang dan mampu mengolah dan memanfaatkan semberdaya alam yang tersedia tentunya harus didukung dengan tingkat pendidikan. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, beberapa simpulan dapat dipaparkan berikut ini. Permasalahan yang kompleks di Kampung Baru dan keterbatasan pemerintah dalam memberikan pelayanan menyebabkan terdorongnya inisiatif masyarakat Kampung Baru untuk melakukan pengadaan barang publik (Jalan , Listrik) secara swadaya. Swadya tersebut dilakukan secara bertahap dan mandiri oleh masyarakat. Adapun jenis swadaya masyarakat Kampung Baru dalam pengadaan barang publik sebagai tujuan mempermudah akses ialah a. Swadaya atau partisipasi tenaga masyarakat Kampung Baru menyumbangkan tenaga. b. Selain hanya memberikan tenaga masyarakat juga memberikan usulan atau buah fikiran mereka.. c. Swadaya atau partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik, tatap muka. Adapun bentuk kemandirian masyarakat kampung baru dapat dilihat pada proses berikut : 1. Perencanaan Pembangunan : Perencanaan pembangunan akan disuarakan dan dibahas dalam rapat atau musyawarah yang dilaksanakan tingkat RT, 2. Pelaksanaan Infrastruktur Desa/Implementasi a. Pelaksanaan Swadaya Masyarakat Kampung Baru Dalam Bentuk Tenaga. Swadaya masyarakat Kampung Baru juga diwujudkan dalam bentuk sumbangan tenaga. sumbangan tenaga secara swadaya yang diberikan oleh masyarakat dinilai tidak menggunakan ongkos kerja. b. Swadaya Masyarakat Kampung Baru Dalam Bentuk Uang. Masyarakat Kampung Baru menghimpun dana dari masing-masing Kepala Keluarga (KK), yang digunakan untuk operasional Listrik. c. Swadaya Masyarakat Kampung Baru Dalam Bentuk barang. Partisipasi masyarakat dalam bentuk barang mendapat bantuan dari pemerintah mesin listrik dan pihak Resort dalam penghidupan listrik yaitu bahan bakar minyak yaitu 100 liter. 3. Partisipasi Dalam Kemanfaatan (Participation In Benefit) Upaya untuk menjaga kemanfaatan tersebut. upaya pemeliharaan untuk tetap memelihara jalan Kampung Baru diantaranya mengikuti kegiatan pemeliharaan dan perbaikan jalan seperti gotong royong 1 kali seminggu oleh masyarakat,dan pemeliharaan mesin Listrik. 4. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Evaluasi (Participation In Evaluation) Dengan adanya Evaluasi ini dapat diketahui kekurangan-kekurangan dari pelaksanaan pembangunan yang perlu diperbaiki dan lebih terarah. Evaluasi dilakukan melalui rapat-rapat yang diadakan desa atau Masyarakat kampung Baru. Sedangkan Faktor yang menjadi penghambat dalam swadaya masyarakat di Kampung Baru yaitu : 1. Kepemilikan Lahan 2. Aparatur yang lemah. 3. Sulitnya Perizinan 4. Sumber Daya Manusia yang kurang mendukung. 5. Keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang terserdia B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berakitan dengan “Swadaya Masyarakat Dan Peran Pemerintah Dalam Pengadaan Barang Publik”, maka terdapat beberapa saran yaitu : 1. Swadaya atau kemandirian masyarakat dalam pengadaan barang publik dalam perencanaan yang dilakukan pada saat musyawarah, seharusnya lebih tertata dan terkonsep, dalam menyusun tahapan perencanaan masyarakat, mulai dari merumuskan visi/mimpi masyarakat, mengidentifikasi sumber daya di Kampung Baru, merumuskan tindakan, penyusunan tahapan prioritas, tahapan kegiatan, indikator waktu, melihat atau penyusunan anggaran , membentuk kelompok atau tim perencanaan. 2. Swadaya masyarakat kampung baru dalam bentuk pelaksanaan, agar pelaksanaan dapat berjalan dan diupayakan lebih, harus Melihat dari kondisi masyarakat dan letak Kampung Baru, dibutuhkan dukungan yang kuat sesama masyarakat, dan membangun relasi yang kuat dan luas dengan pemerintah baik Desa, Kecamatan, dan melakukan koordinasi dengan Resort agar setiap tahapan pelaksanaan dapat mengalami peningkatan. 3. Dalam swadaya evaluasi diharapkan dapat memberikan penilaian tentang apa saja yang masih kurang dalam penilaian tersebut, kemudian ditinjau ulang kembali, dan melakukan penilaian yang luas terhadap dampak da kesejahteraan masyarakat misalnya mengkaji dampak terhadap mata pencaharian atau pendapatan masyarakat, dan pendapatan daerah. 4. meningkatkan koordinasi antara pemerintah desa dengan Resort, mengingat antara Resort mempunyai peran yang kuat dan luas dalam hal pembangunan di Kampung Baru. Melalui koordinasi diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman terhadap kondisi masyarakat di Kampung Baru. 5. Pemerintah desa harus lebih aktif bersosialisasi dengan cara turun lapangan langsung agar mengetahui apa yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat Kampung Baru dan lebih meningkatkan peran pemerintah dalam mendorong dan ikutserta dalam swadaya masyarakat dalam pengadaan barang publik . 6. Pengembangan pariwisata di Kampung Baru juga menjadi sebagai salah satu langkah ideal dalam memerangi kemiskinan, karena pariwisata dapat berimbas pada sektor perdagangan, kerajinan dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya, dan kontribusinya akan dapat dominan pada peningkatan PAD. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Bungin, B. (2001). Metode Penelitian Sosial : Format-Format Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Istianto, B. (2010).Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik. Bandung: Mitra Wacana Media Faisal, S. (1989). Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hadiansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik,Konsep,Dimensi,Indikator dan Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media. H, F. L. (2011). Membangun Desa. klaten: Macana Jaya Cemerlang. Hartono, O. (2012). Kebijakan Pemerintah Mensinergikan Sektor Swadaya. 20. Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Kuncoro, A. (2011). Cara Benar ,Mudah & Jitu Menang Tender Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah. Jakarta: PT Wahyu Media. Keban.T.Yeremias (2014) Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Yogyakarta : Gava Media Malik, H. (2008). Menguak Ketertinggalan Meretes Jalan Baru. Jakarta: Di Terbitkan Atas Kerjasama / Kemitraan Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Marbun, R. (2010). Tanya Jawab Seputar Tata Cara Pengadaan Barang Dan Jasa Oleh Pemerintah. Jakarta: Transmedia Pustaka. Mukarom, z., & laksana, m. w. (2015). manajemen pelayanan publik. bandung: Pustaka Setia. Nurcholis, H. (2014). Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Erlangga Ratminto, & Winarsih, A. S. (2006). Manajaemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual, Penerapan citizen's, Charter dan Standar Pelayanan Minimum). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sedarmayanti. (2009). Reformasi Administrasi Publik,Reformasi Birokrasi dan Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima DAN Kepemerintahan yang baik). Bandung: PT Refika Aditama. Seno, w. Said (2007). swadaya masyarakat. Sinambela, L. P. (2008). Reformasi Pelayanan PublikTeori, kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara. Soepomo, J. (2009). Undang-Undang Pelayanan Publik No 25 Tahun 2009. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. Siagian, S. P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Sirajuddin, dukriono, d., & winardi. (2011). Hukum Pelayanan Publik Berbasis Keterbukaan Informasi dan Partisipasi. malang: Setara Press. B. Dokumen UU RI No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik DAN Badan Layanan Umum Tahun 2010 Undang-Undang No 168 Tahun 2014 Tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap Adat Terpencil Perpres 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah BPS Bintan 2016 Demografi Desa Kampung Baru Tahun 2015 C. Skripsi dan Jurnal Amalia, a. d. (2015, mei 16). Pembangunan Kemandirian Desa Melalui Konsep Pemberdayaan.( http://jurnal.ugm.ac.id.jkap, diakses 20 januari, 2017) Ananta,b.p (2013). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Jalan Desa Di DesaPangkur Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi. www.unesa.ac.id (diakses 29 Juni 2017.) Ermawati, M., & Umilia, E. (2014). Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya.(ejurnal.its.ac.id › Home › Vol 3, No 2 ) Teknik Pomits , 219. Fathoni, R. A. (2014). Potensi Swadasya Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. 15. eprints.ums.ac.id/29907/2/BAB (diakses 4 maret 2017, 3:14 Wib) Karim, M. (2014) Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Kaiyasa Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan. http://ejournal.unsrat.ac.id (diakses 28 april 2017, 13.45)) Mukhlisin. B. (2012) Bentuk Swadaya dan Partisipasi,14, (eprints.uny.ac.id/9785/2/Bab%202%20-05101241004.pdf diakses 15 juni 2017) Prasetya, F. (2012). Teori Barang Publik. Bagian-IV-Teori- Barang- Publik , 3 (ferryfebub.lecture.ub.ac.id), diakses 20 januari 2017, 1:18 Wib) Rohim, A. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata. (eprints.ums.ac.id/29907/ , 21. Diakses 4 maret 2017, 3:15) Setiawan, A. (2013). Peran Kepala Desa Terhadap Swadaya Masyarakat Dalam Pembangunan di Desa Bumi Rapak Kecamatan Kaubun KabupataenKutai Timur. (ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id , 1098. Diakses 16 Januari 2017, 1:34 Wib) Sukma ,R. (2014). Implementasi Pelayanan Publik Dalam Rangka Pemenuhan Publik Goods. (www.sumbarprov.go.id/images, diakses 8 januari 2017, 14: 15 Wib). Thamrin, H. (2013, juni). Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok Masyarakat Prakarsa Pemerintah,LSM,Dan Swadaya Masyarakat.Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. 12. (ppid.lan.go.id/wp-content diakses 4 maret 2017, 3:11 Wib) Veriassa Thomas. (2016) Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Studi Perencanaan Pembangunan Desa Karang Tengah Kecamatan Babak Madang, Kabupaten Bogor.(ejournal.ipb.ac.id, diakses 1 maret 2017)